• Tidak ada hasil yang ditemukan

Populasi kumbang Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera: Curculionidae) sebagai penyerbuk tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kumai, Kalimantan Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Populasi kumbang Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera: Curculionidae) sebagai penyerbuk tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kumai, Kalimantan Tengah"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

AMIN KRISTIANTO SAPUTRA. Populasi Kumbang Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera: Curculionidae) Sebagai Penyerbuk Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guneensis Jacq.) Di Kumai, Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh TRI ATMOWIDI dan TARUNI SRI PRAWASTI.

Elaeidobius kamerunicus adalah polinator efektif pada tanaman kelapa sawit. Kumbang ini bersifat monofag dan menyelesaikan siklus hidupnya pada bunga jantan kelapa sawit. Penyerbukan oleh kumbang ini mampu meningkatkan produksi kelapa sawit. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati populasi kumbang E. kamerunicus dan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap populasi kumbang. Penelitian ini meliputi pengamatan morfologi kumbang, perhitungan populasi kumbang pada bunga jantan kelapa sawit dan pengukuran parameter lingkungan yang terjadi di lapangan. Hubungan parameter lingkungan dengan populasi kumbang dianalisis dengan program CANOCO 4.0. Populasi kumbang tinggi terjadi pada bulan Juli dan rendah pada bulan Oktober. Ukuran populasi kumbang hasil penelitian ini di atas populasi minimum untuk penyerbukan efektif. Populasi kumbang di lapangan berkaitan dengan jumlah spikelet yang terbentuk pada bunga jantan. Curah hujan dan suhu memiliki pengaruh negatif terhadap populasi kumbang.

Kata kunci: penyerbukan, kelapa sawit,Elaeidobius kamerunicus, parameter lingkungan

ABSTRACT

AMIN KRISTIANTO SAPUTRA. Population of Weevil Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera: Curculionidae) as Oil Palm Pollinator (Elaeis guineensis Jacq.) in Kumai, Central Borneo. Supervised by TRI ATMOWIDI and TARUNI SRI PRAWASTI.

Elaeidobius kamerunicus is the effective pollinators of oil palm plants. The weevil is monophagous and complete their life cycle in male inflorescences of oil palm. Pollinating by the weevils increase oil palm productivity. This research aimed to observe weevil population and the relationship between environment factors and the weevil population. This research consist of observing morphological of weevil, estimating the population with counting the weevil on male inflorescences, and measuring the environment factors in the field. Relationship between environment factors and the weevil population were analyzed by CANOCO 4.0. High population of the weevil occurred in July and low in October. Population size of the weevil was above the minimum population for effective pollination. Weevil population on the field related to the number of spikelet of male inflorescences. Rainfall and temperature were negatively affect to the weevil population.

(2)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Elaeidobius kamerunicus Faust. adalah kumbang penyerbuk kelapa sawit yang efektif. Kumbang yang berasal dari negara Kamerun, Afrika ini diintroduksi dari Malaysia ke Indonesia atas kerjasama Pusat Penelitian Marihat dengan PT PP. London Sumatera dengan tenaga ahli R.A. Syed pada tanggal 16 Juli 1982 (Siregar 2006). Keberadaan kumbang E. kamerunicus

memberikan hasil yang signifikan pada produksi kelapa sawit. Kumbang ini mampu meningkatkan produksi minyak sawit 15% dan inti sawit 25% (Sunarko 2007).

Kumbang E. kamerunicus merupakan penyerbuk yang efektif, karena spesies ini memiliki inang spesifik pada tanaman kelapa sawit yang menyelesaikan siklus hidupnya pada bunga jantan kelapa sawit (Ponnamma et al. 1986; Westerkamp & Gottsberger 2000; Setliff 2007) dan bersifat monofag pada kelapa sawit (Mangoensoekarjo 2005). Penyerbukan kumbang ini mampu meningkatkan persentase buah yang terbentuk (fruit set) sebesar 20% dari 50% ke 70%. Hasil fruit set yang baik kelapa sawit adalah di atas 75% (Susanto et al. 2007). Viabilitas polen yang dapat dibawa kumbang ini sebesar 68.5% (Caudel et al. 2005).

Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu. Bunga jantan dan bunga betina dihasilkan dalam satu pohon, tetapi perkembangan atau pematangan bunga jantan dan bunga betina pada kelapa sawit terjadi pada waktu yang berbeda (Siregar 2006).

Anthesis bunga jantan kelapa sawit berlangsung selama 4–5 hari, sedangkan bunga betina berlangsung selama 36–48 jam (Sunarko 2007; Labarca et al. 2009). Perkembangan bunga jantan dan betina yang berbeda tersebut menyebabkan penyerbukan berlangsung secara silang (cross pollination).

Penyerbukan pada kelapa sawit diantaranya adalah melalui angin, serangga, dan manusia. Sebelum diintroduksi

Elaeidobius, penyerbukan pada perkebunan kelapa sawit dilakukan dengan bantuan manusia (assisted pollination). Penyerbukan dengan manusia membutuhkan biaya dan waktu yang lama. Dengan adanya kumbang

Elaeidobius penyerbukan berlangsung lebih efektif. Penyerbukan terjadi saat bunga betina reseptif dan mengeluarkan aroma minyak adas sebagai senyawa penarik kumbang. Keberadaan populasi kumbang ini juga dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor

lingkungan yang berperan dalam mempengaruhi populasi meliputi suhu, kelembaban, dan curah hujan (Mandiri 2010). Ukuran populasi ini dapat mempengaruhi penyerbukan yang terjadi pada tanaman kelapa sawit. Penelitian terhadap keefektifan penyerbukan kumbang ini di Indonesia telah dilaporkan di Sumatera (Sunarko 2007) dan Papua (Setliff 2007). Penelitian populasi E. kamerunicus telah dilaporkan di Banten (Kurniawan 2010), Kalimantan (Wibowo 2010; Mandiri 2010; Siregar 2010).

Tujuan

Penelitian ini bertujuan mempelajari populasi kumbang Elaeidobius kamerunicus

pada tanaman kelapa sawit.

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei 2009 hingga Oktober 2009. Penelitian dilakukan di Bagian Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi FMIPA IPB, Bogor dan di perkebunan kelapa sawit milik PT Astra Agro Lestari di Kumai, Kalimantan Tengah.

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan, yaitu kumbang

E. kamerunicus dari perkebunan kelapa sawit milik PT Astra Agro Lestari di Kumai, Kalimantan Tengah. Alat-alat yang dibutuhkan adalah plastik, counter, thermohygrometer, luxmeter, alat tulis, gunting.

Metode Penelitian

Pengamatan Morfologi Kumbang

Pengamatan morfologi kumbang dilakukan di Bagian Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi FMIPA IPB dengan menggunakan mikroskop stereo. Ciri-ciri yang diamati meliputi panjang tubuh, bentuk tubuh, dan ciri khusus yang terdapat pada kumbang jantan dan kumbang betina.

Pengukuran Populasi

Pengukuran populasi kumbang dilakukan dengan cara mengambil sampel kumbang pada 9 spikelet bunga jantan anthesis

(3)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Elaeidobius kamerunicus Faust. adalah kumbang penyerbuk kelapa sawit yang efektif. Kumbang yang berasal dari negara Kamerun, Afrika ini diintroduksi dari Malaysia ke Indonesia atas kerjasama Pusat Penelitian Marihat dengan PT PP. London Sumatera dengan tenaga ahli R.A. Syed pada tanggal 16 Juli 1982 (Siregar 2006). Keberadaan kumbang E. kamerunicus

memberikan hasil yang signifikan pada produksi kelapa sawit. Kumbang ini mampu meningkatkan produksi minyak sawit 15% dan inti sawit 25% (Sunarko 2007).

Kumbang E. kamerunicus merupakan penyerbuk yang efektif, karena spesies ini memiliki inang spesifik pada tanaman kelapa sawit yang menyelesaikan siklus hidupnya pada bunga jantan kelapa sawit (Ponnamma et al. 1986; Westerkamp & Gottsberger 2000; Setliff 2007) dan bersifat monofag pada kelapa sawit (Mangoensoekarjo 2005). Penyerbukan kumbang ini mampu meningkatkan persentase buah yang terbentuk (fruit set) sebesar 20% dari 50% ke 70%. Hasil fruit set yang baik kelapa sawit adalah di atas 75% (Susanto et al. 2007). Viabilitas polen yang dapat dibawa kumbang ini sebesar 68.5% (Caudel et al. 2005).

Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu. Bunga jantan dan bunga betina dihasilkan dalam satu pohon, tetapi perkembangan atau pematangan bunga jantan dan bunga betina pada kelapa sawit terjadi pada waktu yang berbeda (Siregar 2006).

Anthesis bunga jantan kelapa sawit berlangsung selama 4–5 hari, sedangkan bunga betina berlangsung selama 36–48 jam (Sunarko 2007; Labarca et al. 2009). Perkembangan bunga jantan dan betina yang berbeda tersebut menyebabkan penyerbukan berlangsung secara silang (cross pollination).

Penyerbukan pada kelapa sawit diantaranya adalah melalui angin, serangga, dan manusia. Sebelum diintroduksi

Elaeidobius, penyerbukan pada perkebunan kelapa sawit dilakukan dengan bantuan manusia (assisted pollination). Penyerbukan dengan manusia membutuhkan biaya dan waktu yang lama. Dengan adanya kumbang

Elaeidobius penyerbukan berlangsung lebih efektif. Penyerbukan terjadi saat bunga betina reseptif dan mengeluarkan aroma minyak adas sebagai senyawa penarik kumbang. Keberadaan populasi kumbang ini juga dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor

lingkungan yang berperan dalam mempengaruhi populasi meliputi suhu, kelembaban, dan curah hujan (Mandiri 2010). Ukuran populasi ini dapat mempengaruhi penyerbukan yang terjadi pada tanaman kelapa sawit. Penelitian terhadap keefektifan penyerbukan kumbang ini di Indonesia telah dilaporkan di Sumatera (Sunarko 2007) dan Papua (Setliff 2007). Penelitian populasi E. kamerunicus telah dilaporkan di Banten (Kurniawan 2010), Kalimantan (Wibowo 2010; Mandiri 2010; Siregar 2010).

Tujuan

Penelitian ini bertujuan mempelajari populasi kumbang Elaeidobius kamerunicus

pada tanaman kelapa sawit.

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei 2009 hingga Oktober 2009. Penelitian dilakukan di Bagian Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi FMIPA IPB, Bogor dan di perkebunan kelapa sawit milik PT Astra Agro Lestari di Kumai, Kalimantan Tengah.

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan, yaitu kumbang

E. kamerunicus dari perkebunan kelapa sawit milik PT Astra Agro Lestari di Kumai, Kalimantan Tengah. Alat-alat yang dibutuhkan adalah plastik, counter, thermohygrometer, luxmeter, alat tulis, gunting.

Metode Penelitian

Pengamatan Morfologi Kumbang

Pengamatan morfologi kumbang dilakukan di Bagian Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi FMIPA IPB dengan menggunakan mikroskop stereo. Ciri-ciri yang diamati meliputi panjang tubuh, bentuk tubuh, dan ciri khusus yang terdapat pada kumbang jantan dan kumbang betina.

Pengukuran Populasi

Pengukuran populasi kumbang dilakukan dengan cara mengambil sampel kumbang pada 9 spikelet bunga jantan anthesis

(4)

dihitung jumlah kumbang. Jumlah kumbang per spikelet didapat dari rata-rata 9 spikelet yang diambil. Jumlah kumbang per tandan

dihitung dari ∑ kumbang per spikelet dikali ∑

spikelet per tandan. Lokasi pengambilan kumbang berada pada blok A2, A11, dan G22 (Lampiran 1). Setiap lokasi digunakan 5 pohon sebagai ulangan.

Gambar 1 Sampling populasi E. kamerunicus

pada tandan bunga jantan kelapa sawit. Sampel diambil masing-masing 3 spikelet dari bagian ujung, tengah, dan pangkal tandan .

Data Tandan Buah Segar (TBS)

Data TBS dari blok yang diamati populasi kumbang di kebun diperoleh dari data TBS PT GSPP, Astra Agro Lestari, Kumai, Kalimantan Tengah. Data TBS diambil pada 5 bulan setelah pengamatan populasi kumbang, yaitu bulan Oktober, November 2009 dan Maret 2010.

Pengukuran Parameter Lingkungan Pengukuran parameter lingkungan, meliputi suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan curah hujan.

Analisis Data

Data populasi kumbang dan TBS ditampilkan dalam grafik batang. Hubungan antara populasi E. kamerunicus dengan suhu udara, kelembaban, intensitas cahaya, dan curah hujan dianalisis dengan scatter plot

(program Sigma Plot) serta ditampilkan persamaan regresi, korelasi Pearson, dan nila p. Hubungan populasi kumbang dengan lingkungan ditampilkan dalam biplot PCA (program CANOCO 4.0).

HASIL

Morfologi E. kamerunicus

Tubuh kumbang E. kamerunicus

berbentuk oval, berwarna coklat kehitaman,

Bagian tubuh kumbang terdiri dari tiga bagian, yaitu kepala, toraks, dan abdomen. Pada bagian kepala terdapat moncong yang panjang dan terdapat antena pada pertengahan moncong. Tiga pasang tungkai kumbang terdapat pada toraks. Sayap kumbang terdiri dari dua pasang. Sayap depan lebih tebal disebut elytra dan sayap belakang tipis.

Kumbang jantan memiliki tubuh yang lebih besar, dengan panjang 3–4 mm, moncong pendek, rambut-rambut terlihat jelas pada bagian abdomen dan elytra

kumbang. Ciri khusus lain kumbang jantan adalah terdapat tonjolan pada pangkal elytra.

Kumbang betina memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dibandingkan jantan, panjang tubuh 2–3 mm, moncong lebih panjang dibandingkan jantan, tidak ditemukan rambut-rambut pada abdomennya, dan pada pangkal elytra tidak ditemukan tonjolan (Gambar 2).

Gambar 2 Kumbang E. kamerunicus betina (a); jantan (b)

Populasi E. kamerunicus di Perkebunan Populasi E. kamerunicus pada tanaman kelapa sawit umur 3 tahun di PT. GSPP, Kalimantan pada bulan Mei, Juli, dan Oktober bervariasi. Populasi kumbang tinggi pada bulan Juli (22.695 individu per tandan) dan rendah pada bulan Oktober (5.810 individu per tandan). Dalam satu hektar, populasi kumbang tinggi pada Juli (178.943 individu/ ha) dan rendah pada bulan Oktober (48.701 individu/ ha) (Gambar 3).

Jumlah spikelet pada bulan Mei, Juli, dan Oktober bervariasi. Jumlah spikelet pada bulan Mei sebanyak 105 spikelet per tandan, bulan Juli sebanyak 80 spikelet per tandan, dan bulan Oktober sebanyak 82 spikelet per tandan (Gambar 4).

TBS di kebun yang terbentuk menunjukkan hasil yang berfluktuasi. TBS tinggi terbenuk pada bulan Oktober (2527 ton/ ha) dan rendah bulan Maret (1509.95 ton/ ha). TBS yang dihasilkan cenderung mengikuti populasi kumbang walaupun pada bulan Maret populasi kumbang cukup tinggi (Gambar 5).

tengah tandan

(5)

2

dihitung jumlah kumbang. Jumlah kumbang per spikelet didapat dari rata-rata 9 spikelet yang diambil. Jumlah kumbang per tandan

dihitung dari ∑ kumbang per spikelet dikali ∑

spikelet per tandan. Lokasi pengambilan kumbang berada pada blok A2, A11, dan G22 (Lampiran 1). Setiap lokasi digunakan 5 pohon sebagai ulangan.

Gambar 1 Sampling populasi E. kamerunicus

pada tandan bunga jantan kelapa sawit. Sampel diambil masing-masing 3 spikelet dari bagian ujung, tengah, dan pangkal tandan .

Data Tandan Buah Segar (TBS)

Data TBS dari blok yang diamati populasi kumbang di kebun diperoleh dari data TBS PT GSPP, Astra Agro Lestari, Kumai, Kalimantan Tengah. Data TBS diambil pada 5 bulan setelah pengamatan populasi kumbang, yaitu bulan Oktober, November 2009 dan Maret 2010.

Pengukuran Parameter Lingkungan Pengukuran parameter lingkungan, meliputi suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan curah hujan.

Analisis Data

Data populasi kumbang dan TBS ditampilkan dalam grafik batang. Hubungan antara populasi E. kamerunicus dengan suhu udara, kelembaban, intensitas cahaya, dan curah hujan dianalisis dengan scatter plot

(program Sigma Plot) serta ditampilkan persamaan regresi, korelasi Pearson, dan nila p. Hubungan populasi kumbang dengan lingkungan ditampilkan dalam biplot PCA (program CANOCO 4.0).

HASIL

Morfologi E. kamerunicus

Tubuh kumbang E. kamerunicus

berbentuk oval, berwarna coklat kehitaman,

Bagian tubuh kumbang terdiri dari tiga bagian, yaitu kepala, toraks, dan abdomen. Pada bagian kepala terdapat moncong yang panjang dan terdapat antena pada pertengahan moncong. Tiga pasang tungkai kumbang terdapat pada toraks. Sayap kumbang terdiri dari dua pasang. Sayap depan lebih tebal disebut elytra dan sayap belakang tipis.

Kumbang jantan memiliki tubuh yang lebih besar, dengan panjang 3–4 mm, moncong pendek, rambut-rambut terlihat jelas pada bagian abdomen dan elytra

kumbang. Ciri khusus lain kumbang jantan adalah terdapat tonjolan pada pangkal elytra.

Kumbang betina memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dibandingkan jantan, panjang tubuh 2–3 mm, moncong lebih panjang dibandingkan jantan, tidak ditemukan rambut-rambut pada abdomennya, dan pada pangkal elytra tidak ditemukan tonjolan (Gambar 2).

Gambar 2 Kumbang E. kamerunicus betina (a); jantan (b)

Populasi E. kamerunicus di Perkebunan Populasi E. kamerunicus pada tanaman kelapa sawit umur 3 tahun di PT. GSPP, Kalimantan pada bulan Mei, Juli, dan Oktober bervariasi. Populasi kumbang tinggi pada bulan Juli (22.695 individu per tandan) dan rendah pada bulan Oktober (5.810 individu per tandan). Dalam satu hektar, populasi kumbang tinggi pada Juli (178.943 individu/ ha) dan rendah pada bulan Oktober (48.701 individu/ ha) (Gambar 3).

Jumlah spikelet pada bulan Mei, Juli, dan Oktober bervariasi. Jumlah spikelet pada bulan Mei sebanyak 105 spikelet per tandan, bulan Juli sebanyak 80 spikelet per tandan, dan bulan Oktober sebanyak 82 spikelet per tandan (Gambar 4).

TBS di kebun yang terbentuk menunjukkan hasil yang berfluktuasi. TBS tinggi terbenuk pada bulan Oktober (2527 ton/ ha) dan rendah bulan Maret (1509.95 ton/ ha). TBS yang dihasilkan cenderung mengikuti populasi kumbang walaupun pada bulan Maret populasi kumbang cukup tinggi (Gambar 5).

tengah tandan

(6)

B u la n

M e i J u li O k to b e r

J u m la h k u m b a n g 0 .0 5 .0 e + 4 1 .0 e + 5 1 .5 e + 5 2 .0 e + 5

2 .5 e + 5 K u m b a n g /ta n d a n K u m b a n g /h a

Gambar 3 Jumlah individu E. kamerunicus

per tandan dan per hektar pada bulan Mei, Juli, dan Oktober. Standard error ditunjukkan pada setiap bar

B u la n

M e i J u li O k to b e r

J u m la h s p ik e le t p e r ta n d a n 0 2 0 4 0 6 0 8 0 1 0 0 1 2 0 1 4 0 1 6 0 1 8 0

Gambar 4 Rata-rata jumlah spikelet per tandanpada bulan Mei, Juli, dan Oktober. Standard error

ditunjukkan pada setiap bar

Gambar 5 Tandan buah segar (TBS) yang terbentuk setelah 5 bulan masa penyerbukan. Data TBS diperoleh dari PT GSPP, Astra Agro Lestari, Kumai, Kalimantan Tengah

Curah hujan yang terjadi di kebun menunjukkan nilai yang tinggi pada bulan Oktober (313 mm) dan terendah pada bulan Juli (176 mm) (Gambar 6).

B u la n

M e i J u li O k to b e r

C u ra h h u ja n ( m m ) 0 5 0 1 0 0 1 5 0 2 0 0 2 5 0 3 0 0 3 5 0

Gambar 6 Curah hujan di kebun pada Bulan Mei, Juli, dan Oktober

Hubungan E. kamerunicus dengan Faktor Lingkungan

Parameter lingkungan di perkebunan menunjukkan kisaran yang bervariasi pada bulan pengamatan. Suhu rata-rata tertinggi pada bulan Oktober (38.1 oC) dan terendah pada bulan Juli (34.5oC). Kelembaban relatif di lokasi perkebunan tertinggi pada bulan Juli (63.15%) dan terendah pada bulan Oktober (53%). Intensitas cahaya di perkebunan tertinggi pada bulan Oktober (46393.33 lux) dan terendah pada bulan Juli (36371.33 lux) (Tabel 1).

(7)

4

y = -1850x + 82537 r = -0.440

r2= 0.193

y = -123.4x + 45903 r2= 0.859

Bulan Parameter lingkungan

Suhu (o

C) Kelembaban (%) Intensitas cahaya (lux)

Mei 34,5 (30,5 - 38) 63,15 (58 - 72) 39445 (16650 103300) Juli 35,17 (29 - 41) 55,73 (45 - 74) 36371.33 (11770 - 92700) Oktober 38,1 (35 - 42) 53 (34 - 69) 46393.33 (12000 - 88400)

Parameter Populasi Kumbang

r p value Persamaan regresi

Spikelet/tandan 0.488 0.00377 y = 190.8x - 870.5 Suhu -0.440 0.00452 y = -1850.x + 82537 Kelembaban 0.244 0.130 y = 377.4x – 5603 Intensitas cahaya -0.252 0.117 y = -0.129x + 21028 Curah hujan -0.557 0.00019 y = -123.4x + 45903

Gambar 7 Scatter plot antara jumlah kumbang per tandan dengan suhu (a), kelembaban udara (b), intensitas cahaya (c), dan curah hujan (d)

(c)

(b)

(a)

Tabel 1 Parameter lingkungan pada bulan pengamatan. Angka dalam kurung menunjukkan nilai kisaran

Tabel 2 Korelasi Pearson, nilai p, dan persamaan regresi antara jumlah kumbang dengan jumlah spikelet per tandan dan parameter lingkungan

(8)

Gambar 8 Biplot PCA antara faktor lingkungan dan jumlah spikelet per tandan dengan E. kamerunicus

PEMBAHASAN

E. kamerunicus merupakan serangga dari ordo Coleoptera. Kumbang ini termasuk ke dalam familiCurculionidae yang memiliki ciri moncong yang panjang dan terdapat antena pada pertengahan moncong (Borror et al.

1996). Moncong ini berfungsi dalam pencarian pakan dan melakukan pengeboran pada jaringan tanaman. Kumbang ini mampu terbang jauh dan lincah. Jika terganggu, kumbang akan menyembunyikan diri di bawah polen pada bunga jantan dan menjatuhkan diri ke tanah. Rambut-rambut yang terlihat jelas pada kumbang jantan memungkinkan polen terbawa lebih banyak dibandingkan dengan kumbang betina.

Populasi kumbang di PT GSPP Kumai, Kalimantan Tengah pada bulan Mei, Juli, dan Oktober menunjukkan nilai yang berfluktuasi. Populasi kumbang tinggi pada bulan Juli (22.695 individu per tandan) dan rendah pada bulan Oktober (5.810 individu per tandan). Kurniawan (2010) melaporkan populasi kumbang tinggi ditemukan pada bulan Juli dan pada bulan Oktober lebih rendah populasi kumbang dari bulan Juli. Pada penelitian lain, Wibowo (2010) melaporkan populasi kumbang pada bulan Oktober lebih tinggi dari bulan Juli dan Mei. Perbedaan populasi ini kemungkinan berkaitan dengan jumlah spikelet yang terbentuk, sebagai sumber makanan, yaitu polen. Populasi kumbang per hektar tinggi pada bulan Juli (178.943 individu per hektar)

dan rendah pada bulan Oktober (48.701 individu per hektar). Ukuran populasi kumbang pada bulan Mei, Juli, dan Oktober melebihi ukuran minimun populasi kumbang dalam melakukan penyerbukan yang efektif. Susanto et al. (2007) melaporkan jumlah yang efektif untuk menyerbuki tanaman kelapa sawit adalah 20.000 kumbang per hektar. Ukuran populasi ini jauh lebih besar dari ukuran populasi minimum untuk penyerbukan kelapa sawit.

Telah diketahui bahwa kumbang

Elaeidobius mampu meningkatkan produksi kelapa sawit. Fruit set yang terbentuk berfluktuasi sepanjang tahun pada perkebunan. Fruit set adalah persentase antara buah yang terbentuk dengan total buah yang ada. TBS yang dihasilkan di kebun berfluktuasi pada 5 bulan setelah populasi kumbang. TBS yang dihasilkan cenderung mengikuti fluktuasi populasi kumbang. Pada bulan Maret, TBS yang dihasilkan rendah dan populasi kumbang juga rendah, tetapi populasi kumbang masih berada di atas ukuran populasi optimum kumbang dalam melakukan penyerbukan dalam satu hektar (Gambar 5). Sepanjang tahun hasil tandan buah kelapa sawit berfluktuasi dan juga populasi kumbang yang juga berfluktuasi. Dhileepan (1994) melaporkan hubungan antara populasi kumbang dengan produksi tandan buah tidak menunjukkan hubungan yang linier sepanjang tahun. Ada kondisi saat produksi tandan tinggi populasi kumbang menunjukkan jumlah yang minimum dibandingkan bulan-bulan yang lain. Tetapi kisaran populasi dalam satu hektar menunjukkan kisaran di atas populasi efektif.

Hubungan yang signifikan diperlihatkan jumlah spikelet yang terbentuk (p= 0.003775). Jumlah spikelet yang terbentuk (105 spikelet per tandan) ditemukan pada bulan Mei dan terendah (80 spikelet per tandan) pada bulan Juli (Gambar 4). Semakin tua umur kelapa sawit maka spikelet yang terbentuk semakin banyak. Setiap tahun rata-rata spikelet pada bunga jantan akan bertambah 13 spikelet/ tahun (Wahyono et al. 1996). Wibowo (2010) juga melaporkan jumlah spikelet pada tanaman kelapa sawit umur 6 tahun rata-rata > 100 dan jumlah kumbang tertinggi sebanyak 46.000 kumbang per tandan. Jumlah spikelet ini berpengaruh terhadap jumlah polen yang dihasilkan.

(9)

6

yang rendah diduga karena tingginya curah hujan. Chinchilla & Richardson (1991) melaporkan pada bulan Oktober merupakan bulan yang jumlah individu kumbang mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pada bulan ini curah hujan tinggi. Penurunan jumlah kumbang pada musim hujan (wet season) juga disebabkan oleh munculnya nematoda yang bersifat parasit pada kumbang. Adanya nematoda, seperti Elaeolenchus parthenonema dilaporkan berpengaruh terhadap kumbang. Infeksi nematoda yang tinggi dapat menurunkan produksi telur yang dihasilkan oleh kumbang. Tetapi, efek nematoda terhadap kumbang jantan masih belum diketahui (Poinar et al. 2002). Selain

Elaeolenchus parthenonema, nematoda

Cylindrocorpus inevectus sp. juga ditemukan di tubuh kumbang. Nematoda ini berkembang biak di bunga jantan dan menginfeksi kumbang pada fase larva. Saat dewasa, di bawah elytra kumbang ditemukan banyak nematoda spesies ini. Keberadaan nematoda ini menyebabkan kumbang sulit untuk terbang (Poinar et al. 2003).

Suhu udara di perkebunan menunjukkan kisaran yang bervariasi setiap bulan pengamatan. Suhu rata-rata tertinggi pada bulan Oktober (38.1 oC) dan terendah pada bulan Juli (34.5oC) (Tabel 1). Dalam scatter plot pada Gambar 7.a, suhu udara menunjukkan hubungan regresi negatif dengan populasi kumbang (r= -0.440, p= 0.00452). Suhu merupakan salah satu komponen yang mempengaruhi distribusi, pertumbuhan, perkembangan, dan aktivitas serangga (Young 1982). Pada kondisi ini, kumbang cenderung berada di bunga jantan kelapa sawit. Saat suhu rendah, polinator membutuhkan energi yang cukup besar untuk melakukan aktivitas polinasi (Price 1984).

Kelembaban relatif dan intensitas cahaya menunjukkan hubungan yang tidak signifikan dengan populasi kumbang (Gambar 7.b & 7.c; Tabel 2). Dalam PCA (Gambar 8), kelembaban menunjukkan pengaruh positif walaupun korelasinya rendah. Dhileepan (1994) juga melaporkan kelembaban relatif memiliki hubungan yang positif terhadap jumlah kumbang. Kelembaban yang terjadi berpengaruh terhadap polen.

SIMPULAN

Populasi E. kamerunicus di Kumai, Kalimantan Tengah pada bulan Mei dan Juli

lebih tinggi dibandingkan dengan bulan Oktober. Ukuran populasi kumbang di kebun lebih dari cukup untuk melakukan penyerbukan optimum dalam satu hektar. Jumlah spikelet per tandan dan kelembaban udara berpengaruh signifikan dengan populasi kumbang. Suhu dan curah hujan menunjukkan pengaruh negatif terhadap populasi kumbang.

SARAN

Perlu dilakukan perhitungan sex ratio

antara E. kamerunicus jantan dan betina untuk siklus hidup yang terjadi pada bunga jantan kelapa sawit. Perlu dilakukan pengamatan frekuensi kunjungan kumbang terhadap bunga betina kelapa sawit sehingga diketahui waktu penyerbukan yang dilakukan oleh E. kamerunicus. Pengamatan populasi kumbang sebaiknya dilakukan setiap bulan untuk melihat dinamika yang lebih detil dan pengukuran fruit set perlu dilakukan yang dikaitkan dengan populasi kumbang.

DAFTAR PUSTAKA

Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF. 1996.

Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi Keenam. Partosoedjono S, penerjemah; Brotowidjoyo MD, editor. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: An Introduction to The Study of Insects.

Caudel R et al. 2005. Polinazacion por insectos en palma de Aceite: una comparacion de la viabilidad y sostenibilidad a largo plazo de

Elaeidobius kamerunicus en Papua Nueva Guinea, Indonesia, Costa Rica y Ghana.

Palmas 26(1):29-46.

Chinchilla CM, Richardson DL. 1991. Pollinating insects and the pollination of oil palms in Central America. ASD Oil palm Papers 2:1-18.

Dhileepan K. 1994. Variation in population of the introduced pollinating weevil (Elaeidobius kamerunicus) (Coleoptera: Curculionidae) and its impact on fruit set of oil palm (Elaeis guineensis) in India.

Bull Entomol Resrc 84: 477-485.

(10)

yang rendah diduga karena tingginya curah hujan. Chinchilla & Richardson (1991) melaporkan pada bulan Oktober merupakan bulan yang jumlah individu kumbang mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pada bulan ini curah hujan tinggi. Penurunan jumlah kumbang pada musim hujan (wet season) juga disebabkan oleh munculnya nematoda yang bersifat parasit pada kumbang. Adanya nematoda, seperti Elaeolenchus parthenonema dilaporkan berpengaruh terhadap kumbang. Infeksi nematoda yang tinggi dapat menurunkan produksi telur yang dihasilkan oleh kumbang. Tetapi, efek nematoda terhadap kumbang jantan masih belum diketahui (Poinar et al. 2002). Selain

Elaeolenchus parthenonema, nematoda

Cylindrocorpus inevectus sp. juga ditemukan di tubuh kumbang. Nematoda ini berkembang biak di bunga jantan dan menginfeksi kumbang pada fase larva. Saat dewasa, di bawah elytra kumbang ditemukan banyak nematoda spesies ini. Keberadaan nematoda ini menyebabkan kumbang sulit untuk terbang (Poinar et al. 2003).

Suhu udara di perkebunan menunjukkan kisaran yang bervariasi setiap bulan pengamatan. Suhu rata-rata tertinggi pada bulan Oktober (38.1 oC) dan terendah pada bulan Juli (34.5oC) (Tabel 1). Dalam scatter plot pada Gambar 7.a, suhu udara menunjukkan hubungan regresi negatif dengan populasi kumbang (r= -0.440, p= 0.00452). Suhu merupakan salah satu komponen yang mempengaruhi distribusi, pertumbuhan, perkembangan, dan aktivitas serangga (Young 1982). Pada kondisi ini, kumbang cenderung berada di bunga jantan kelapa sawit. Saat suhu rendah, polinator membutuhkan energi yang cukup besar untuk melakukan aktivitas polinasi (Price 1984).

Kelembaban relatif dan intensitas cahaya menunjukkan hubungan yang tidak signifikan dengan populasi kumbang (Gambar 7.b & 7.c; Tabel 2). Dalam PCA (Gambar 8), kelembaban menunjukkan pengaruh positif walaupun korelasinya rendah. Dhileepan (1994) juga melaporkan kelembaban relatif memiliki hubungan yang positif terhadap jumlah kumbang. Kelembaban yang terjadi berpengaruh terhadap polen.

SIMPULAN

Populasi E. kamerunicus di Kumai, Kalimantan Tengah pada bulan Mei dan Juli

lebih tinggi dibandingkan dengan bulan Oktober. Ukuran populasi kumbang di kebun lebih dari cukup untuk melakukan penyerbukan optimum dalam satu hektar. Jumlah spikelet per tandan dan kelembaban udara berpengaruh signifikan dengan populasi kumbang. Suhu dan curah hujan menunjukkan pengaruh negatif terhadap populasi kumbang.

SARAN

Perlu dilakukan perhitungan sex ratio

antara E. kamerunicus jantan dan betina untuk siklus hidup yang terjadi pada bunga jantan kelapa sawit. Perlu dilakukan pengamatan frekuensi kunjungan kumbang terhadap bunga betina kelapa sawit sehingga diketahui waktu penyerbukan yang dilakukan oleh E. kamerunicus. Pengamatan populasi kumbang sebaiknya dilakukan setiap bulan untuk melihat dinamika yang lebih detil dan pengukuran fruit set perlu dilakukan yang dikaitkan dengan populasi kumbang.

DAFTAR PUSTAKA

Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF. 1996.

Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi Keenam. Partosoedjono S, penerjemah; Brotowidjoyo MD, editor. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: An Introduction to The Study of Insects.

Caudel R et al. 2005. Polinazacion por insectos en palma de Aceite: una comparacion de la viabilidad y sostenibilidad a largo plazo de

Elaeidobius kamerunicus en Papua Nueva Guinea, Indonesia, Costa Rica y Ghana.

Palmas 26(1):29-46.

Chinchilla CM, Richardson DL. 1991. Pollinating insects and the pollination of oil palms in Central America. ASD Oil palm Papers 2:1-18.

Dhileepan K. 1994. Variation in population of the introduced pollinating weevil (Elaeidobius kamerunicus) (Coleoptera: Curculionidae) and its impact on fruit set of oil palm (Elaeis guineensis) in India.

Bull Entomol Resrc 84: 477-485.

(11)

POPULASI KUMBANG

Elaeidobius kamerunicus

Faust.

(Coleoptera: Curculionidae) SEBAGAI PENYERBUK

TANAMAN KELAPA SAWIT (

Elaeis guineensis

Jacq.)

DI KUMAI, KALIMANTAN TENGAH

AMIN KRISTIANTO SAPUTRA

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

(Coleoptera: Curculionidae) sebagai penyerbuk kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Labarca MV, Portillo A, Portillo E, Morales E. 2009. Reproductive structures and the oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) pollination by insects in three commercial fields in Zulia State, Venezuela. Rev Fac Agron (LUZ) 26: 303-320.

Mandiri TL. 2010. Populasi kumbang penyerbuk Elaeidobius kamerunicus

Faust pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) umur enam tahun [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Mangoensoekarjo S. 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Poinar GO, Jackson TA, Bell NL, Mohd BWA. 2002. Elaeolenchus parthenonema

n.g.,n.sp.(nematoda:

sphaerularioidea:anandranematidaen.fam. ) parasitic in the palm-pollinating weevil

Elaeidobius kamerunicus Faust, with a phylogenetic synopsis of the aphaerularioidea Lubbock, 1981. Syst Parasitol 52: 219-225.

Poinar GO, Jackson TA, Bell NL, Mohd BWA. 2003. Cylindrocorpus inevectus

sp. N. associated with the oil palm weevil, elaeidobius kamerunicus (Faust) (Coleoptera: Curculionidae), with a synopsis of the family Cylindrocorporidae and establishment of Longibuccidae n. fam. (Diplogastroidea: Nematoda). Nematology 5: 183-190.

Ponnama KN, Dhileepan K, Sasidharan VG. 1986. Record of the pollinating weevil

Elaeidobius kamerunicus (Faust) (Coleoptera: Curculionidae) in oil palm plantations of Kerala. Curr Sci 55: 992.

Price PW. 1975. Insect Ecology. Ed ke-3. New York: J Wiley.

Setliff GP. 2007. Annotated Checlist of Weevils (Coleoptera: Curculionidae).

New Zealand: Magnolia Press.

Siregar DS. 2010. Populasi kumbang

Elaeidobius kamerunicus sebagai penyerbuk kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) umur dua belas tahun [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Siregar AZ. 2006. Kelapa Sawit: Minyak nabati Berprospek Tinggi. Medan: USU Respository.

Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Susanto S, Rolettha YP, Agus EP. 2007.

Elaeidobius kamerunicus: Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Tandon R et al. 2001. Pollinating and pollen-pistil Interaction in oil palm, Elaeis guineensis. Ann Bot 87: 831-838.

Wahyono T, Nurkhoiry R, Agustira MA. 1996. Profil Kelapa Sawit di Indonesia.

Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Westerkamp C, Gottsberger G. 2000. Diversity pays in crop pollination. Crop Sci 40: 1209-1222.

Wibowo ES. 2010. Dinamika populasi kumbang Elaeidobius kamerunicus

(Curculionidae : Coleoptera) sebagai penyerbuk kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur enam tahun [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

(13)

POPULASI KUMBANG

Elaeidobius kamerunicus

Faust.

(Coleoptera: Curculionidae) SEBAGAI PENYERBUK

TANAMAN KELAPA SAWIT (

Elaeis guineensis

Jacq.)

DI KUMAI, KALIMANTAN TENGAH

AMIN KRISTIANTO SAPUTRA

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(14)

Di Kumai, Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh TRI ATMOWIDI dan TARUNI SRI PRAWASTI.

Elaeidobius kamerunicus adalah polinator efektif pada tanaman kelapa sawit. Kumbang ini bersifat monofag dan menyelesaikan siklus hidupnya pada bunga jantan kelapa sawit. Penyerbukan oleh kumbang ini mampu meningkatkan produksi kelapa sawit. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati populasi kumbang E. kamerunicus dan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap populasi kumbang. Penelitian ini meliputi pengamatan morfologi kumbang, perhitungan populasi kumbang pada bunga jantan kelapa sawit dan pengukuran parameter lingkungan yang terjadi di lapangan. Hubungan parameter lingkungan dengan populasi kumbang dianalisis dengan program CANOCO 4.0. Populasi kumbang tinggi terjadi pada bulan Juli dan rendah pada bulan Oktober. Ukuran populasi kumbang hasil penelitian ini di atas populasi minimum untuk penyerbukan efektif. Populasi kumbang di lapangan berkaitan dengan jumlah spikelet yang terbentuk pada bunga jantan. Curah hujan dan suhu memiliki pengaruh negatif terhadap populasi kumbang.

Kata kunci: penyerbukan, kelapa sawit,Elaeidobius kamerunicus, parameter lingkungan

ABSTRACT

AMIN KRISTIANTO SAPUTRA. Population of Weevil Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera: Curculionidae) as Oil Palm Pollinator (Elaeis guineensis Jacq.) in Kumai, Central Borneo. Supervised by TRI ATMOWIDI and TARUNI SRI PRAWASTI.

Elaeidobius kamerunicus is the effective pollinators of oil palm plants. The weevil is monophagous and complete their life cycle in male inflorescences of oil palm. Pollinating by the weevils increase oil palm productivity. This research aimed to observe weevil population and the relationship between environment factors and the weevil population. This research consist of observing morphological of weevil, estimating the population with counting the weevil on male inflorescences, and measuring the environment factors in the field. Relationship between environment factors and the weevil population were analyzed by CANOCO 4.0. High population of the weevil occurred in July and low in October. Population size of the weevil was above the minimum population for effective pollination. Weevil population on the field related to the number of spikelet of male inflorescences. Rainfall and temperature were negatively affect to the weevil population.

(15)

POPULASI KUMBANG

Elaeidobius kamerunicus

Faust.

(Coleoptera: Curculionidae) SEBAGAI PENYERBUK

TANAMAN KELAPA SAWIT (

Elaeis guineensis

Jacq.)

DI KUMAI, KALIMANTAN TENGAH

AMIN KRISTIANTO SAPUTRA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(16)

Nama : Amin Kristianto Saputra

NRP : G341051728

Menyetujui :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Tri Atmowidi, M.Si. Dra. Taruni Sri Prawasti

NIP 196708271993031003

NIP 195511301983032003

Mengetahui :

Ketua Departemen Biologi

Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si.

NIP 196410021989031002

(17)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Penelitian ini berjudul Populasi Kumbang

Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera: Curculionidae) Sebagai Penyerbuk Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guneensis Jacq.) di Kumai, Kalimantan Tengah yang dilaksanakan pada bulan Mei sampai bulan Oktober 2009 bertempat di perkebunan kelapa sawit milik PT ASTRA Agro Lestari di Kumai, Kalimantan Tengah dan Laboratorium Biosistematika Hewan Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Tri Atmowidi, M.Si. dan Dra. Taruni Sri Prawasti selaku pembimbing yang telah memberikan saran dan bimbingannya selama melaksanakan penelitian serta kepada Dr. Nunik Sri Ariyanti, M.Si. selaku penguji atas saran yang telah diberikan. Terima kasih penulis ucapkan juga kepada Pak Saiful, Pak Adi, Pak Bagyo, Pak Dian,

Pak Satiyoso, dan Mbak ‘Mess’ selaku pihak PT ASTRA Agro Lestari yang telah banyak membantu dalam peneliian ini.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibuku Marsiah yang selalu sabar mendidikku, Bapakku Langgeng Amindoyo yang selalu menasihatiku, kedua adikku; Ari yang supel dan Okky pendiam yang cerdas atas doa, pengertian, kesabaran dan kasih sayang yang telah diberikan. Terima kasih penulis ucapkan juga kepada sahabatku Jimmy dan Sondhy yang selalu mengerti akan diriku, karibku Ujang, Akbar, Jaka, Anto dan Bram yang selalu ada dan dekat. Mbaku Mbae Ulya yang selalu mengajarkanku tentang keluarga dan visi, teman perjuangan penelitian Ednan, Pak Yana, Pak Naryo, Tedy, Amalia, Dedi, Monika, Dara, Iqbal, Fani dan Enggar yang selalu memberi semangat, sahabatku Ika Rezza dan Ayu Setianingrum yang tak pernah lupa, teman-temanku yang selalu ramai Dina, Nina, Qotrunada, Falin, dan Dewi, teman-teman-temanku sebagai tempatku belajar Silvy, Diaz, Ardo, Femi, Ari, Sri, Isniani, Ade, Indra, Ika E, Resti, Upik, Ruri, Ghita Yasaningthias, Amanda, Januar, Syampadzin Nurroh dan teman-teman Biologi angkatan 41, 42 dan 43 yang lain atas kebersamaan selama penelitian. Tak lupa penulis ucapkan kepada pembimbing dan contohku di kampus Bu Nissa pembimbing akademikku, Bu Rita pembimbing Studi Lapanganku, Bu Hilda pembimbing Praktik Lapanganku, Pak Hamim, Pak Ence, Pak Miftah, Bu Tri, Bu Agustin, Bu Rini, Bu Nunik, Pak Qoyyim, Bu Gayuh, Bu Utut, Bu Wita, Pak Achamad, Pak Bambang, Bu Rika, Bu Tatik, Bu Dorly, dan Pak Dede. Keluarga Departemen yang selalu membantu Pak Agus, Pak Adi, Pak Edi, Bu Kokoy, Pak Enjang, Pak Jaka, Pak Kusmayadi, Pak Kus, Mba Febi, Bu Glen, Bu Anis, Bu Ety, Bu Imut, Mba Yenny, Mba Yunny, Pak Endang, Pak Pepen, Pak Rusna, Pak Parman, Mba Tini, Teh Wiwi, Pak Yadi, Pak Sutisna, Bu Retno, dan Paman Jhonny. Tak lupa teman akhirku menulis Marwiyati.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2011

(18)

Bapak Langgeng Amindoyo dan Ibu Marsiah. Pada tahun 2005 penulis lulus dari SMUN I Depok dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan kuliah di Insitut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Tahun 2006 penulis masuk program studi Biologi, Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

(19)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 1

Waktu dan Tempat ... 1

BAHAN DAN METODE ... 1

Bahan dan Alat... 1

Metode Pengamatan Morfologi Kumbang ... 1

Pengukuran Populasi ... 1

Pengukuran Tandan Buah Segar (TBS) ... 2

Pengukuran Parameter Lingkungan ... 2

Analisis Data ... 2

HASIL ... 2

Morfologi E. kamerunicus ... 2

Populasi E. kamerunicus di Perkebunan ... 2

Hubungan E. kamerunicus Dengan Faktor Lingkungan... 3

PEMBAHASAN ... 5

SIMPULAN ... 6

SARAN... 6

DAFTAR PUSTAKA ... 6

(20)

1 Sampling populasi E. kamerunicus pada tandan bunga jantan kelapa sawit ... 2

2 Kumbang Elaeidobius kamerunicus ... 2

3 Rata-rata jumlah populasi E. kamerunicus per tandan dan per hektar pada bulan Mei, Juli, dan Oktober ... 3

4 Rata-rata jumlah spikeletper tandan pada bulan Mei, Juli, dan Oktober ... 3

5 Tandan buah segar (TBS) yang terbentuk setelah 5 bulan masa penyerbukan ... 3

6 Curah hujan yang terjadi antara bulan Mei, Juli, dan Oktober ... 3

7 Scatter plot populasi E. kamerunicus dengan faktor lingkungan ... 4

8 Biplot PCA antara faktor lingkungan dan jumlah spikelet per tandan dengan E. kamerunicus ... 5

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Keadaan parameter lingkungan pada bulan pengamatan ... 4

2 Korelasi Pearson, p value, dan persamaan regresi populasi kumbang dengan faktor lingkungan ... 4

(21)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Elaeidobius kamerunicus Faust. adalah kumbang penyerbuk kelapa sawit yang efektif. Kumbang yang berasal dari negara Kamerun, Afrika ini diintroduksi dari Malaysia ke Indonesia atas kerjasama Pusat Penelitian Marihat dengan PT PP. London Sumatera dengan tenaga ahli R.A. Syed pada tanggal 16 Juli 1982 (Siregar 2006). Keberadaan kumbang E. kamerunicus

memberikan hasil yang signifikan pada produksi kelapa sawit. Kumbang ini mampu meningkatkan produksi minyak sawit 15% dan inti sawit 25% (Sunarko 2007).

Kumbang E. kamerunicus merupakan penyerbuk yang efektif, karena spesies ini memiliki inang spesifik pada tanaman kelapa sawit yang menyelesaikan siklus hidupnya pada bunga jantan kelapa sawit (Ponnamma et al. 1986; Westerkamp & Gottsberger 2000; Setliff 2007) dan bersifat monofag pada kelapa sawit (Mangoensoekarjo 2005). Penyerbukan kumbang ini mampu meningkatkan persentase buah yang terbentuk (fruit set) sebesar 20% dari 50% ke 70%. Hasil fruit set yang baik kelapa sawit adalah di atas 75% (Susanto et al. 2007). Viabilitas polen yang dapat dibawa kumbang ini sebesar 68.5% (Caudel et al. 2005).

Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu. Bunga jantan dan bunga betina dihasilkan dalam satu pohon, tetapi perkembangan atau pematangan bunga jantan dan bunga betina pada kelapa sawit terjadi pada waktu yang berbeda (Siregar 2006).

Anthesis bunga jantan kelapa sawit berlangsung selama 4–5 hari, sedangkan bunga betina berlangsung selama 36–48 jam (Sunarko 2007; Labarca et al. 2009). Perkembangan bunga jantan dan betina yang berbeda tersebut menyebabkan penyerbukan berlangsung secara silang (cross pollination).

Penyerbukan pada kelapa sawit diantaranya adalah melalui angin, serangga, dan manusia. Sebelum diintroduksi

Elaeidobius, penyerbukan pada perkebunan kelapa sawit dilakukan dengan bantuan manusia (assisted pollination). Penyerbukan dengan manusia membutuhkan biaya dan waktu yang lama. Dengan adanya kumbang

Elaeidobius penyerbukan berlangsung lebih efektif. Penyerbukan terjadi saat bunga betina reseptif dan mengeluarkan aroma minyak adas sebagai senyawa penarik kumbang. Keberadaan populasi kumbang ini juga dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor

lingkungan yang berperan dalam mempengaruhi populasi meliputi suhu, kelembaban, dan curah hujan (Mandiri 2010). Ukuran populasi ini dapat mempengaruhi penyerbukan yang terjadi pada tanaman kelapa sawit. Penelitian terhadap keefektifan penyerbukan kumbang ini di Indonesia telah dilaporkan di Sumatera (Sunarko 2007) dan Papua (Setliff 2007). Penelitian populasi E. kamerunicus telah dilaporkan di Banten (Kurniawan 2010), Kalimantan (Wibowo 2010; Mandiri 2010; Siregar 2010).

Tujuan

Penelitian ini bertujuan mempelajari populasi kumbang Elaeidobius kamerunicus

pada tanaman kelapa sawit.

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei 2009 hingga Oktober 2009. Penelitian dilakukan di Bagian Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi FMIPA IPB, Bogor dan di perkebunan kelapa sawit milik PT Astra Agro Lestari di Kumai, Kalimantan Tengah.

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan, yaitu kumbang

E. kamerunicus dari perkebunan kelapa sawit milik PT Astra Agro Lestari di Kumai, Kalimantan Tengah. Alat-alat yang dibutuhkan adalah plastik, counter, thermohygrometer, luxmeter, alat tulis, gunting.

Metode Penelitian

Pengamatan Morfologi Kumbang

Pengamatan morfologi kumbang dilakukan di Bagian Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi FMIPA IPB dengan menggunakan mikroskop stereo. Ciri-ciri yang diamati meliputi panjang tubuh, bentuk tubuh, dan ciri khusus yang terdapat pada kumbang jantan dan kumbang betina.

Pengukuran Populasi

Pengukuran populasi kumbang dilakukan dengan cara mengambil sampel kumbang pada 9 spikelet bunga jantan anthesis

(22)

dihitung jumlah kumbang. Jumlah kumbang per spikelet didapat dari rata-rata 9 spikelet yang diambil. Jumlah kumbang per tandan

dihitung dari ∑ kumbang per spikelet dikali ∑

spikelet per tandan. Lokasi pengambilan kumbang berada pada blok A2, A11, dan G22 (Lampiran 1). Setiap lokasi digunakan 5 pohon sebagai ulangan.

Gambar 1 Sampling populasi E. kamerunicus

pada tandan bunga jantan kelapa sawit. Sampel diambil masing-masing 3 spikelet dari bagian ujung, tengah, dan pangkal tandan .

Data Tandan Buah Segar (TBS)

Data TBS dari blok yang diamati populasi kumbang di kebun diperoleh dari data TBS PT GSPP, Astra Agro Lestari, Kumai, Kalimantan Tengah. Data TBS diambil pada 5 bulan setelah pengamatan populasi kumbang, yaitu bulan Oktober, November 2009 dan Maret 2010.

Pengukuran Parameter Lingkungan Pengukuran parameter lingkungan, meliputi suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan curah hujan.

Analisis Data

Data populasi kumbang dan TBS ditampilkan dalam grafik batang. Hubungan antara populasi E. kamerunicus dengan suhu udara, kelembaban, intensitas cahaya, dan curah hujan dianalisis dengan scatter plot

(program Sigma Plot) serta ditampilkan persamaan regresi, korelasi Pearson, dan nila p. Hubungan populasi kumbang dengan lingkungan ditampilkan dalam biplot PCA (program CANOCO 4.0).

HASIL

Morfologi E. kamerunicus

Tubuh kumbang E. kamerunicus

berbentuk oval, berwarna coklat kehitaman,

Bagian tubuh kumbang terdiri dari tiga bagian, yaitu kepala, toraks, dan abdomen. Pada bagian kepala terdapat moncong yang panjang dan terdapat antena pada pertengahan moncong. Tiga pasang tungkai kumbang terdapat pada toraks. Sayap kumbang terdiri dari dua pasang. Sayap depan lebih tebal disebut elytra dan sayap belakang tipis.

Kumbang jantan memiliki tubuh yang lebih besar, dengan panjang 3–4 mm, moncong pendek, rambut-rambut terlihat jelas pada bagian abdomen dan elytra

kumbang. Ciri khusus lain kumbang jantan adalah terdapat tonjolan pada pangkal elytra.

Kumbang betina memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dibandingkan jantan, panjang tubuh 2–3 mm, moncong lebih panjang dibandingkan jantan, tidak ditemukan rambut-rambut pada abdomennya, dan pada pangkal elytra tidak ditemukan tonjolan (Gambar 2).

Gambar 2 Kumbang E. kamerunicus betina (a); jantan (b)

Populasi E. kamerunicus di Perkebunan Populasi E. kamerunicus pada tanaman kelapa sawit umur 3 tahun di PT. GSPP, Kalimantan pada bulan Mei, Juli, dan Oktober bervariasi. Populasi kumbang tinggi pada bulan Juli (22.695 individu per tandan) dan rendah pada bulan Oktober (5.810 individu per tandan). Dalam satu hektar, populasi kumbang tinggi pada Juli (178.943 individu/ ha) dan rendah pada bulan Oktober (48.701 individu/ ha) (Gambar 3).

Jumlah spikelet pada bulan Mei, Juli, dan Oktober bervariasi. Jumlah spikelet pada bulan Mei sebanyak 105 spikelet per tandan, bulan Juli sebanyak 80 spikelet per tandan, dan bulan Oktober sebanyak 82 spikelet per tandan (Gambar 4).

TBS di kebun yang terbentuk menunjukkan hasil yang berfluktuasi. TBS tinggi terbenuk pada bulan Oktober (2527 ton/ ha) dan rendah bulan Maret (1509.95 ton/ ha). TBS yang dihasilkan cenderung mengikuti populasi kumbang walaupun pada bulan Maret populasi kumbang cukup tinggi (Gambar 5).

tengah tandan

(23)

3

B u la n

M e i J u li O k to b e r

J u m la h k u m b a n g 0 .0 5 .0 e + 4 1 .0 e + 5 1 .5 e + 5 2 .0 e + 5

2 .5 e + 5 K u m b a n g /ta n d a n K u m b a n g /h a

Gambar 3 Jumlah individu E. kamerunicus

per tandan dan per hektar pada bulan Mei, Juli, dan Oktober. Standard error ditunjukkan pada setiap bar

B u la n

M e i J u li O k to b e r

J u m la h s p ik e le t p e r ta n d a n 0 2 0 4 0 6 0 8 0 1 0 0 1 2 0 1 4 0 1 6 0 1 8 0

Gambar 4 Rata-rata jumlah spikelet per tandanpada bulan Mei, Juli, dan Oktober. Standard error

ditunjukkan pada setiap bar

Gambar 5 Tandan buah segar (TBS) yang terbentuk setelah 5 bulan masa penyerbukan. Data TBS diperoleh dari PT GSPP, Astra Agro Lestari, Kumai, Kalimantan Tengah

Curah hujan yang terjadi di kebun menunjukkan nilai yang tinggi pada bulan Oktober (313 mm) dan terendah pada bulan Juli (176 mm) (Gambar 6).

B u la n

M e i J u li O k to b e r

C u ra h h u ja n ( m m ) 0 5 0 1 0 0 1 5 0 2 0 0 2 5 0 3 0 0 3 5 0

Gambar 6 Curah hujan di kebun pada Bulan Mei, Juli, dan Oktober

Hubungan E. kamerunicus dengan Faktor Lingkungan

Parameter lingkungan di perkebunan menunjukkan kisaran yang bervariasi pada bulan pengamatan. Suhu rata-rata tertinggi pada bulan Oktober (38.1 oC) dan terendah pada bulan Juli (34.5oC). Kelembaban relatif di lokasi perkebunan tertinggi pada bulan Juli (63.15%) dan terendah pada bulan Oktober (53%). Intensitas cahaya di perkebunan tertinggi pada bulan Oktober (46393.33 lux) dan terendah pada bulan Juli (36371.33 lux) (Tabel 1).

(24)

y = -1850x + 82537 r = -0.440

r2= 0.193

y = -123.4x + 45903 r2= 0.859

Bulan Parameter lingkungan

Suhu (o

C) Kelembaban (%) Intensitas cahaya (lux)

Mei 34,5 (30,5 - 38) 63,15 (58 - 72) 39445 (16650 103300) Juli 35,17 (29 - 41) 55,73 (45 - 74) 36371.33 (11770 - 92700) Oktober 38,1 (35 - 42) 53 (34 - 69) 46393.33 (12000 - 88400)

Parameter Populasi Kumbang

r p value Persamaan regresi

Spikelet/tandan 0.488 0.00377 y = 190.8x - 870.5 Suhu -0.440 0.00452 y = -1850.x + 82537 Kelembaban 0.244 0.130 y = 377.4x – 5603 Intensitas cahaya -0.252 0.117 y = -0.129x + 21028 Curah hujan -0.557 0.00019 y = -123.4x + 45903

Gambar 7 Scatter plot antara jumlah kumbang per tandan dengan suhu (a), kelembaban udara (b), intensitas cahaya (c), dan curah hujan (d)

(c)

(b)

(a)

Tabel 1 Parameter lingkungan pada bulan pengamatan. Angka dalam kurung menunjukkan nilai kisaran

Tabel 2 Korelasi Pearson, nilai p, dan persamaan regresi antara jumlah kumbang dengan jumlah spikelet per tandan dan parameter lingkungan

(25)

5

Gambar 8 Biplot PCA antara faktor lingkungan dan jumlah spikelet per tandan dengan E. kamerunicus

PEMBAHASAN

E. kamerunicus merupakan serangga dari ordo Coleoptera. Kumbang ini termasuk ke dalam familiCurculionidae yang memiliki ciri moncong yang panjang dan terdapat antena pada pertengahan moncong (Borror et al.

1996). Moncong ini berfungsi dalam pencarian pakan dan melakukan pengeboran pada jaringan tanaman. Kumbang ini mampu terbang jauh dan lincah. Jika terganggu, kumbang akan menyembunyikan diri di bawah polen pada bunga jantan dan menjatuhkan diri ke tanah. Rambut-rambut yang terlihat jelas pada kumbang jantan memungkinkan polen terbawa lebih banyak dibandingkan dengan kumbang betina.

Populasi kumbang di PT GSPP Kumai, Kalimantan Tengah pada bulan Mei, Juli, dan Oktober menunjukkan nilai yang berfluktuasi. Populasi kumbang tinggi pada bulan Juli (22.695 individu per tandan) dan rendah pada bulan Oktober (5.810 individu per tandan). Kurniawan (2010) melaporkan populasi kumbang tinggi ditemukan pada bulan Juli dan pada bulan Oktober lebih rendah populasi kumbang dari bulan Juli. Pada penelitian lain, Wibowo (2010) melaporkan populasi kumbang pada bulan Oktober lebih tinggi dari bulan Juli dan Mei. Perbedaan populasi ini kemungkinan berkaitan dengan jumlah spikelet yang terbentuk, sebagai sumber makanan, yaitu polen. Populasi kumbang per hektar tinggi pada bulan Juli (178.943 individu per hektar)

dan rendah pada bulan Oktober (48.701 individu per hektar). Ukuran populasi kumbang pada bulan Mei, Juli, dan Oktober melebihi ukuran minimun populasi kumbang dalam melakukan penyerbukan yang efektif. Susanto et al. (2007) melaporkan jumlah yang efektif untuk menyerbuki tanaman kelapa sawit adalah 20.000 kumbang per hektar. Ukuran populasi ini jauh lebih besar dari ukuran populasi minimum untuk penyerbukan kelapa sawit.

Telah diketahui bahwa kumbang

Elaeidobius mampu meningkatkan produksi kelapa sawit. Fruit set yang terbentuk berfluktuasi sepanjang tahun pada perkebunan. Fruit set adalah persentase antara buah yang terbentuk dengan total buah yang ada. TBS yang dihasilkan di kebun berfluktuasi pada 5 bulan setelah populasi kumbang. TBS yang dihasilkan cenderung mengikuti fluktuasi populasi kumbang. Pada bulan Maret, TBS yang dihasilkan rendah dan populasi kumbang juga rendah, tetapi populasi kumbang masih berada di atas ukuran populasi optimum kumbang dalam melakukan penyerbukan dalam satu hektar (Gambar 5). Sepanjang tahun hasil tandan buah kelapa sawit berfluktuasi dan juga populasi kumbang yang juga berfluktuasi. Dhileepan (1994) melaporkan hubungan antara populasi kumbang dengan produksi tandan buah tidak menunjukkan hubungan yang linier sepanjang tahun. Ada kondisi saat produksi tandan tinggi populasi kumbang menunjukkan jumlah yang minimum dibandingkan bulan-bulan yang lain. Tetapi kisaran populasi dalam satu hektar menunjukkan kisaran di atas populasi efektif.

Hubungan yang signifikan diperlihatkan jumlah spikelet yang terbentuk (p= 0.003775). Jumlah spikelet yang terbentuk (105 spikelet per tandan) ditemukan pada bulan Mei dan terendah (80 spikelet per tandan) pada bulan Juli (Gambar 4). Semakin tua umur kelapa sawit maka spikelet yang terbentuk semakin banyak. Setiap tahun rata-rata spikelet pada bunga jantan akan bertambah 13 spikelet/ tahun (Wahyono et al. 1996). Wibowo (2010) juga melaporkan jumlah spikelet pada tanaman kelapa sawit umur 6 tahun rata-rata > 100 dan jumlah kumbang tertinggi sebanyak 46.000 kumbang per tandan. Jumlah spikelet ini berpengaruh terhadap jumlah polen yang dihasilkan.

(26)

yang rendah diduga karena tingginya curah hujan. Chinchilla & Richardson (1991) melaporkan pada bulan Oktober merupakan bulan yang jumlah individu kumbang mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pada bulan ini curah hujan tinggi. Penurunan jumlah kumbang pada musim hujan (wet season) juga disebabkan oleh munculnya nematoda yang bersifat parasit pada kumbang. Adanya nematoda, seperti Elaeolenchus parthenonema dilaporkan berpengaruh terhadap kumbang. Infeksi nematoda yang tinggi dapat menurunkan produksi telur yang dihasilkan oleh kumbang. Tetapi, efek nematoda terhadap kumbang jantan masih belum diketahui (Poinar et al. 2002). Selain

Elaeolenchus parthenonema, nematoda

Cylindrocorpus inevectus sp. juga ditemukan di tubuh kumbang. Nematoda ini berkembang biak di bunga jantan dan menginfeksi kumbang pada fase larva. Saat dewasa, di bawah elytra kumbang ditemukan banyak nematoda spesies ini. Keberadaan nematoda ini menyebabkan kumbang sulit untuk terbang (Poinar et al. 2003).

Suhu udara di perkebunan menunjukkan kisaran yang bervariasi setiap bulan pengamatan. Suhu rata-rata tertinggi pada bulan Oktober (38.1 oC) dan terendah pada bulan Juli (34.5oC) (Tabel 1). Dalam scatter plot pada Gambar 7.a, suhu udara menunjukkan hubungan regresi negatif dengan populasi kumbang (r= -0.440, p= 0.00452). Suhu merupakan salah satu komponen yang mempengaruhi distribusi, pertumbuhan, perkembangan, dan aktivitas serangga (Young 1982). Pada kondisi ini, kumbang cenderung berada di bunga jantan kelapa sawit. Saat suhu rendah, polinator membutuhkan energi yang cukup besar untuk melakukan aktivitas polinasi (Price 1984).

Kelembaban relatif dan intensitas cahaya menunjukkan hubungan yang tidak signifikan dengan populasi kumbang (Gambar 7.b & 7.c; Tabel 2). Dalam PCA (Gambar 8), kelembaban menunjukkan pengaruh positif walaupun korelasinya rendah. Dhileepan (1994) juga melaporkan kelembaban relatif memiliki hubungan yang positif terhadap jumlah kumbang. Kelembaban yang terjadi berpengaruh terhadap polen.

SIMPULAN

Populasi E. kamerunicus di Kumai, Kalimantan Tengah pada bulan Mei dan Juli

lebih tinggi dibandingkan dengan bulan Oktober. Ukuran populasi kumbang di kebun lebih dari cukup untuk melakukan penyerbukan optimum dalam satu hektar. Jumlah spikelet per tandan dan kelembaban udara berpengaruh signifikan dengan populasi kumbang. Suhu dan curah hujan menunjukkan pengaruh negatif terhadap populasi kumbang.

SARAN

Perlu dilakukan perhitungan sex ratio

antara E. kamerunicus jantan dan betina untuk siklus hidup yang terjadi pada bunga jantan kelapa sawit. Perlu dilakukan pengamatan frekuensi kunjungan kumbang terhadap bunga betina kelapa sawit sehingga diketahui waktu penyerbukan yang dilakukan oleh E. kamerunicus. Pengamatan populasi kumbang sebaiknya dilakukan setiap bulan untuk melihat dinamika yang lebih detil dan pengukuran fruit set perlu dilakukan yang dikaitkan dengan populasi kumbang.

DAFTAR PUSTAKA

Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF. 1996.

Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi Keenam. Partosoedjono S, penerjemah; Brotowidjoyo MD, editor. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: An Introduction to The Study of Insects.

Caudel R et al. 2005. Polinazacion por insectos en palma de Aceite: una comparacion de la viabilidad y sostenibilidad a largo plazo de

Elaeidobius kamerunicus en Papua Nueva Guinea, Indonesia, Costa Rica y Ghana.

Palmas 26(1):29-46.

Chinchilla CM, Richardson DL. 1991. Pollinating insects and the pollination of oil palms in Central America. ASD Oil palm Papers 2:1-18.

Dhileepan K. 1994. Variation in population of the introduced pollinating weevil (Elaeidobius kamerunicus) (Coleoptera: Curculionidae) and its impact on fruit set of oil palm (Elaeis guineensis) in India.

Bull Entomol Resrc 84: 477-485.

(27)

7

(Coleoptera: Curculionidae) sebagai penyerbuk kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Labarca MV, Portillo A, Portillo E, Morales E. 2009. Reproductive structures and the oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) pollination by insects in three commercial fields in Zulia State, Venezuela. Rev Fac Agron (LUZ) 26: 303-320.

Mandiri TL. 2010. Populasi kumbang penyerbuk Elaeidobius kamerunicus

Faust pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) umur enam tahun [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Mangoensoekarjo S. 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Poinar GO, Jackson TA, Bell NL, Mohd BWA. 2002. Elaeolenchus parthenonema

n.g.,n.sp.(nematoda:

sphaerularioidea:anandranematidaen.fam. ) parasitic in the palm-pollinating weevil

Elaeidobius kamerunicus Faust, with a phylogenetic synopsis of the aphaerularioidea Lubbock, 1981. Syst Parasitol 52: 219-225.

Poinar GO, Jackson TA, Bell NL, Mohd BWA. 2003. Cylindrocorpus inevectus

sp. N. associated with the oil palm weevil, elaeidobius kamerunicus (Faust) (Coleoptera: Curculionidae), with a synopsis of the family Cylindrocorporidae and establishment of Longibuccidae n. fam. (Diplogastroidea: Nematoda). Nematology 5: 183-190.

Ponnama KN, Dhileepan K, Sasidharan VG. 1986. Record of the pollinating weevil

Elaeidobius kamerunicus (Faust) (Coleoptera: Curculionidae) in oil palm plantations of Kerala. Curr Sci 55: 992.

Price PW. 1975. Insect Ecology. Ed ke-3. New York: J Wiley.

Setliff GP. 2007. Annotated Checlist of Weevils (Coleoptera: Curculionidae).

New Zealand: Magnolia Press.

Siregar DS. 2010. Populasi kumbang

Elaeidobius kamerunicus sebagai penyerbuk kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) umur dua belas tahun [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Siregar AZ. 2006. Kelapa Sawit: Minyak nabati Berprospek Tinggi. Medan: USU Respository.

Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Susanto S, Rolettha YP, Agus EP. 2007.

Elaeidobius kamerunicus: Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Tandon R et al. 2001. Pollinating and pollen-pistil Interaction in oil palm, Elaeis guineensis. Ann Bot 87: 831-838.

Wahyono T, Nurkhoiry R, Agustira MA. 1996. Profil Kelapa Sawit di Indonesia.

Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Westerkamp C, Gottsberger G. 2000. Diversity pays in crop pollination. Crop Sci 40: 1209-1222.

Wibowo ES. 2010. Dinamika populasi kumbang Elaeidobius kamerunicus

(Curculionidae : Coleoptera) sebagai penyerbuk kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur enam tahun [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

(28)
(29)

9

Lampiran 1 Peta lokasi pengamatan

(30)
(31)

9

Lampiran 1 Peta lokasi pengamatan

Gambar

Gambar 1 Sampling populasi E. kamerunicus  pada tandan bunga jantan kelapa sawit. Sampel diambil masing-masing 3 spikelet dari bagian ujung, tengah, dan pangkal tandan
Gambar 2 Kumbang E. kamerunicus  betina (a); jantan (b)
Gambar 4  Rata-rata jumlah spikelet  per
Gambar 7   Scatter plot antara jumlah kumbang per tandan dengan suhu (a), kelembaban udara (b),    intensitas cahaya (c), dan curah hujan (d)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Budi Daya Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Pusat Penelitian Marihat, Pematang Siantar, Medan. Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit E. kamerunicus di Indonesia.

paling efektif untuk tanaman kelapa sawit terdapat serangga yang juga.. berfungsi sebagai penyerbuk yaitu Thrips hawaiiensis

Popoulasi Kumbang Elaeidobius kamerunicus Faust (Curculinidae: Coleoptera) Pada Bunga Jantan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.).. Foraging behaviour affects

Demografi dan Populasi Kumbang Elaeidobius kamerunicus Faust (coleoptera:curculionidae) sebagai Penyerbuk Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Di Perkebunan PT.. Agri

kamerunicus sebesar 100% jika terpapar langsung, mempengaruhi kunjungan kumbang pada bunga jantan mekar 1-3 hari kemudian dengan persentase penurunan sebesar

Demografi dan Populasi kumbang Elaeidobius kamerunicus Faust ( Coleoptera : Curculionidae) Sebagai Penyerbuk Kelapa Sawit ( Elaeis guineensis Jacq).. Program

Pada perkebunan kelapa sawit yang populasi kumbangnya tinggi, fruit set paling banyak dipengaruhi oleh kumbang, sebaliknya, perkebunan yang populasi kumbangnya rendah, maka peran

kamerunicus sebagai penyerbuk utama tanaman kelapa sawit, berupa kelimpahan populasi kumbang tertinggi 23.144 individu/tandan terdapat di Nagari Sungai Duo pada pagi hari di bulan