• Tidak ada hasil yang ditemukan

Populasi Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera; Curculionidae) yang Efektif dalam Menyerbuk Bunga Kelapa Sawit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Populasi Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera; Curculionidae) yang Efektif dalam Menyerbuk Bunga Kelapa Sawit"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit

Perkembangan industri kelapa sawit di Indonesia mengalami kemajuan yang pesat, terutama peningkatan luas lahan dan produksi kelapa sawit. Perkembangan luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia selama sepuluh tahun terakhir meningkat dari 5.284723 ha pada tahun 2004 menjadi 10.956.231 ha pada tahun 2014 (Badan Pusat Statistik, 2014).

Kelapa sawit merupakan salah satu bibit kelapa sawit yang palig berharga ekonomis karena dapat menghasilkan minyak yang tinggi per tandannya. Minyak kelapa sawit berkualitas tinggi dan secara luas digunakan dalam makanan, obat-obatan dan kosmetik. Selain itu, seperti minyak nabati lainnya, minyak sawit dapat digunakan sebagai biodiesel melalui pencampuran dengan petrodiesel atau melalui transesterifikasi (Benjumea et al.2008).

Kelapa sawit termasuk kelompok pohon berumah satu yang artinya dalam satu pohon terdapat tandan bunga jantan dan bunga betina. Pada umumnya dalam satu pohon, tidak ditemukan tandan bunga jantan yang mekar bersamaan dengan tandan bunga betina. Tiap tandan bunga mempunyai tangkai sepanjang 30-45cm, yang mendukung spikelet tersusun spiral. Tandan bunga sawit awalnya tertutup oleh dua lapis seludang berserat. Enam minggu sebelum anthesis seludang bagian luar akan pecah dan 2 atau 3 minggu kemudian seludang bagian luar akan pecah dan 2 atau 3 minggu kemudian seludang bagian dalam akan pecah dan tandan bunga akan terbuka (Agus et al, 2007).

(2)

meningkatkan produksi kelapa sawit dilakukan kegiatan perluasan areal pertanaman, rehabilitasi kebun yang sudah ada dan intensifikasi (B2P2TP, 2008). Tanaman ini merupakan tanaman monokotil yang berasal dari famili : Palmaceae, Sub-Famili: Cocroideae dan Genus: Elaeis. Tanaman ini juga dapat tumbuh dan menghasilkan buah yang optimal dibawah umur 20 tahun dan pada umur 20-30 tahun tanaman akan sulit berbuah karena semua proses telah terjadi penurunan (Appiah dan Aqyei-dwarko, 2013).

Bunga Kelapa Sawit

Kelapa sawit sudah mulai berbunga pada umur sekitar 2 tahun. Tanaman ini merupakan tanaman berumah satu, artinya pada satu tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina yang masing-masing terangkai dalam suatu tandan tetapi masa masak dari kedua jenis bunga tersebut sangat jarang atau tidak pernah bersamaan. Oleh karena itu, untuk proses penyerbukan memerlukan bantuan baik oleh manusia atau serangga penyerbuk (Sitepu, 2008).

Pada waktu bunga-bunga mekar, suhu didalam pembungaan meningkat 5-10oC dan bunga mengeluarkan bau seperti adas (Foeniculum vulgare) yang kuat. Ujung putik reseptif memiliki 3 cuping berambut seperti sabit. Bunga pertama yang membuka adalah bunga terletak di dasar spiklet, setelah bunga mekar cupingnya akan berubah menjadi keunguan karena adanya anthosianin dan tepung sari tidak dapat berkecambah pada putik ini (Meliala, 2008).

Bunga kelapa sawit yang sedang mekar, baik itu bunga jantan maupun

bunga betina sama-sama mengeluarkan bau yang menyengat. Bunga jantan yang

sedang anthesis memiliki bau yang lebih kuat dibandingkan dengan bunga betina

(3)

lebih banyak. Senyawa volatil yang dihasilkan oleh bunga kelapa sawit pada

umumnya diketahui sebagai kairomon. Senyawa volatil yang diproduksi dan

dilepaskan oleh bunga kelapa sawit berfungsi untuk menarik serangga yang

menguntungkan untuk reproduksi kelapa sawit, yakni agar serangga penyerbuk

berkunjung dan menyerbuki bunga kelapa sawit (Prasetyo dan Agus, 2012).

Bunga Betina

Tandan bunga betina berukuran panjang 24-45 cm, mengandung 700-6000

bulir bunga betina tergantung pada lokasi dan umur tanaman. Waktu yang

diperlukan agar semua bunga betina mekar (reseptif) pada setiap tandan bunga

betina sekitar 3 hari yang dimulai dari bagian pangkal tandan: biasanya 15% pada

hari pertama, 60% mekar pada hari kedua, dan sisanya 15% lagi mekar pada hari

ketiga (Prasetyo dan Agus, 2012).

Tingkat perkembangan bunga betina dapat diketahui dari perbedaan warnanya. Pada hari pertama sesudah mekar akan berwarna putih, sedangkan pada hari kedua berubah menjadi kuning gading. Pada hari ketiga warna bunga berubah menjadi agak kemerahan (jingga) dan akhirnya pada hari keempat menjadi merah kehitaman. Masa reseptif (masa subur) bunga betina adalah 36-48 jam, sedangkan saat yang tepat untuk melakukan penyerbukan yaitu pada hari kedua dengan rata-rata 82% bunga telah membuka semua (Sitepu, 2008).

(4)

permukaan atas dilanjutkan sederetan perbungaan yang tersembunyi dibawahnya. Dalam satu perbungaan, biasanya sebagian besar bunga betina receptive bersamaan atau dalam beberapa hari saja. Terlihat di permukaan calon buah, kepala putik yang berbentuk bintang empat berwarna putih dan terasa lengket bila diraba. Bunga betina receptive beraroma lebih lembut daripada bunga jantan (Kahono et al., 2012).

Bunga Jantan

Bunga jantan mengalami tingkat perkembangan mulai dari terbentuknya kelopak bunga sampai siap melakukan perkawinan. Pada hari pertama setelah kelopak terbuka, tepung sari keluar dari bagian ujung tandan bunga, pada hari kedua di bagian tengah, sedangkan pada hari ketiga dibagian bawah tandan. Pada hari ketiga keluarnya tepung sari, bunga jantan juga akan mengeluarkan bau yang spesifik. Hal ini menandakan bunga jantan sedang aktif dan tepung sari dapat dipergunakan atau dapat diambil untuk penyerbukan buatan (Sitepu, 2008).

Jumlah bunga jantan anthesis menjadi penentu besarnya populasi kumbang SPKS dan jenis jenis serangga penyerbuk lainnya, karena bunga jantan merupakan sumber pakan (serbuk sari) dari kumbangSPKSdan serangga lainnya, habitat tempat melakukan aktivitas biologi kumbang, termasuk berkembangnya satu generasi kumbangSPKS. Pada tanaman kelapa sawit yang masih muda, ada kecenderungan bahwa jumlah bunga jantan masih sedikit, tetapi dengan bertambahnya umur tanaman maka jumlah bunga jantan akan semakin banyak(Kahono et al.,2012).

(5)

dikeluarkan oleh bunga jantan lebih banyak. Senyawa volatile adalah senyawa yang diproduksi dan dilepaskan oleh bunga kelapa sawit yang berfungsi untuk menarik serangga yang menguntungkan untuk reproduksi kelapa sawit (Meliala, 2008).

Bunga Hermaprodit

Satu tandan bunga hermaprodit terdiri dari beberapa spikelet bunga jantan

dan beberapa spikelet bunga betina. Umumnya, spikelet bunga jantan berada di

antara bawah bunga betina dan akan mekar terlebih dahulu. Tandan bunga seperti

ini dianggap abnormal meskipun bila penyerbukan terjadi dengan baik, beberapa

spikelet bunga betina dapat membentuk buah yang bisa dipanen (Prasetyo dan

Agus, 2012).

E. kamerunicus

Serangga penyerbuk yang berasal dari Kamerun benua Afrika ini sebenarnya sudah dikenal di Indonesia sejak tahun 1982, dan dianggap mampu meningkatkan produktivitas kelapa sawit. Ini terjadi karena dalam penyerbukan tanaman kelapa sawit memerlukan perantara, meskipun kelapa sawit berumah satu (monocious) namunbunga-bunga pada bulir (spikelet) jantan dan betina mekar pada waktu yang berlainan sehingga selalu terjadi penyerbukan antar tumbuhan atau penyerbukan silang. Diintroduksikan tahun 1982 dari Afrika Barat, E. kamerunicus untuk telah menggantikan penyerbukan buatan oleh manusia yang

membutuhkan biaya sangat besar dan tidak efektif (Simatupang, 2014 ).

(6)

dibandingkan dengan fase telur dan pupa. Lama perkembangan pradewasa kumbang ini lebih dipengaruhi suhu ruangan. Suhu yang lebih tinggi dapat lebih mempercepat metabolisme serangga yang akhir mempercepat perkembangannya (Herlinda et al., 2006).

Tubuh SPKS terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kepala, toraks, dan abdomen. Pada toraks terdapat dua pasang sayap, yaitu sepasng sayap yang tebal (elytra) dan sepasang sayap belakang tipis (membranous). Kumbang jantan dan betina memiliki beberapa perbedaan, diantaranya betina memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil (2-3 mm), moncong panjang, dan terdapat rambut-rambut halus. Kumbang jantan memiliki tubuh yang lebih panjang (3-4 mm), moncong lebih pendek, terdapat rambut-rambut halus yang lebih banyak di bagian abdomen dari kumbang betina, dan terdapat tonjolan dipangkal elytra (Harumi, 2011).

Biologi Telur

E. Kamerunicus bertelur setelahberumur 2-3 hari sebanyak 1-11 butir per

hari yang diletakkan di dalam yang dibuat pada sisi luar tangkai kantong sari bunga kelapa sawit yang sedang mekar. Telur berbentuk bulat dengan lebar 0,5 mm dan panjang 0,5 mm. Telur berwarna kuning bening yang lama-kelamaan akan berubah warna dengan sendirinya menjadi warna kuning (Herlinda et al., 2006).

(7)

sehingga memberikan perlindungan terhadap telur yang terdapat didalamnya. Telur yang akan menetas akan berwarna lebih gelap, masa inkubasi telur berkisar aantara 2-3 hari (2,4 + 0,5 hari) (Meliala, 2008).

Larva

Larva memiliki 3 instar, tiap instar memiliki perilaku yang berbeda-beda. Larva memiliki panjang 1-3,5 mm dengan lebar 1 mm dengan mempunyai kepala, tungkai dan alat mulut (seperti kepala, toraks dan abdomen). Warna larva ini sendiri adalah putih kekuning-kuningan yang lama kelamaan akan menjadi kuning (Herlinda et al., 2006).

Stadia telur rata-rata hanya 3 hari, namun fase larva membutuhkan waktu perkembangan yang paling lama dibandingkan fase telur dan pupa. Lama perkembangan pradewasa kumbang ini lebih dipengaruhi suhu ruangan. Semakin tinggi suhu, semakin singkat lama perkembangan pradewasa. Suhu yang lebih tinggi dapat lebih mempercepat metabolisme serangga yang akhir mempercepat perkembangannya (Herlinda et al., 2006).

Pupa

Pupa yang baru terbentuk berwarna kuning, semakin tua warnanya semakin coklat. Setelah beberapa hari berubah menjadi warna hitam. Pupa juga telah mempunyai tiga bagian tubuh, yaitu kepala, toraks dan abdomen. Pupa sendiri berukuran panjang 3 mm dan lebar 1,5 mm (Herlinda et al.,2006).

(8)

(2,65 + 0,46 mm), periode pupa diselesaikan dalam waktu 5-6 hari (5,5 + 0,51 hari). Tipe pupa tersebut termasuk dalam kelompok eksarat yaitu pupa tersebut dilengkapi dengan embelan bebas dan biasanya tidak melekat pada tubuh serta tidak memiliki kokon (Meliala, 2008).

Imago

Serangga dewasa penyerbuk kelapa sawit E. Kamerunicus berupa kumbang dengan alat mulut berbentuk moncong (weevil) dan sayap depan mengeras, sedangkan sayap belakang pipih transparan. Selama hidupnya, dewasa (kumbang) SPKSmemakan tangkai sari bunga jantan yang sudah mekar. Perkawinan (kopulasi) terjadi pada siang hari, antara 2-3 hari sesudah kumbang menjadi dewasa, tetapi ada juga yang berkopulasi lebih awal (Simatupang, 2015). Lama hidup imago jantan 19,73 hari sedangkan betina 17,47 hari, lama siklus hidup 13,58 hari, dan imago betina mampu menghasilkan 32,77 butir telur semasa hidupnya (Firmansyah, 2012).

Peran

(9)

Populasi SPKS meningkat pada musim kemarau dan relatif menurun pada musim penghujan (Prasetyo dan Agus, 2012).

Manfaat atas kehadiran serangga SPKS adalah membantu penyerbukan dari kelapa sawit dan dapat meningkatkan produksi tandan buah dan juga adanya SPKSsangat signifikan dalam meningkatkan nilai fruit set tandan kelapa sawit. Hal ini disebabkan karena serangga penyerbuk ini mampu menjangkau buah bagian dalam, sehingga proses penyerbukan bunga padat dan sebelah dalam dapat terjadi. Jadi hubungan mereka sangat penting bagi kehidupan satu sama lain, serangga mendapatkan nutrisi dari buah sawitnya, sedangkan tanaman kelapa sawit sendiri dibantu penyerbukannya. Cara alami tersebut menggantikan cara penyerbukan buatan ‘assisted pollination’ yang selama ini kurang efektif dan mahal (Simatupang, 2014).

(10)

Perilaku

Kehidupan kumbang ini bergantung pada bunga jantan kelapa sawit. Pada saat SPKS berada di bunga jantan dan merayap pada spikelet, butiran polen yang melekat pada tubuhnya akan jatuh pada stigma disaat kumbang mengunjungi bunga betina untuk mengambil nektar. Adanya SPKS pada perkebunan sawit dapat memberikan keuntungan bagi produktivitas kelapa sawit, diantaranya dapat meningkatkan produksi minyak dan nilai fruit set. Nilai fruit set yang baik pada kelapa sawit adalah diatas 75%. Nilai ini dapat dicapai dengan adanya populasi kumbang E. kamerunicus minimum sekitar 20.000 ekor per hektar (Simatupang, 2014).

Kumbang betina dapat menyelesaikan proses penelurannya di hari pertama, yang diletakkan pada bunga jantan dan mati pada hari ke-9 setelah bertelur. Perbandingan jenis kelamin hampir di dominasi oleh betina dengan 53,6%, dan rata-rata telur yang dihasilkan oleh kumbang betina sebesar 7,2 butir telur (Herlinda et al., 2006).

Adaigbe et al. (2011) mengatakan bahwa kumbang penyerbuk E. kamerunicus sangat menyukai bunga jantan kelapa sawit dibandingkan dengan

bunga jantan kelapa untuk peletakkan telur. Hal ini disebabkan oleh aroma dari serbuk sari yang dapat merangsang penciuman serangga.

(11)

10.00-11.00 WIB di tandan bunga jantan, sedangkan di tandan bunga betina, populasinya paling banyak ditemukan pada jam 08.00-09.00 WIB. Populasi SPKS meningkat pada musim kemarau dan relatif menurun pada musim penghujan (Prasetyo dan Agus, 2012).

Aktivitas kembang SPKS pada malam hari berkerumun pada Spiklet, tetapi tidak melakukan aktivitas terbang. Sepanjang malam kumbang tinggal pada bunga jantan anthesis, berjalan-jalan diatas permukaan spikelet, sedikit yang melakukan perkawinan, diam istirahat atau makan serbuk sari, atau seperti melakukan aktivitas bertelur (Kahono et al., 2012).

Penyerbukan pada Kelapa Sawit

Penyerbukan merupakan proses berpindahnya serbuk sari dari bunga jantan kebagian bunga betina, yang merupakan bagian tanaman mampu tumbuh bunga, biji dan buah-buahan. Umumnya vitamin dan mineral yang ada dalam makanan manusia berasal dari buah-buahan dan sayuran yang tentunya memerlukan penyerbukandari serangga atau binatang. Nilai pengeluaran untuk penyerbukan telah diperkirakan antara $120 miliar sampai $200.000.000.000 per tahun (Gemmill-Herrenet al., 2007).

Penyerbukan pada kelapa sawit umumnya dilakukan oleh serangga. Serangga yang paling efektif untuk penyerbukan tanaman kelapa sawit adalah E. kamerunicus dan E. plagiatus. Penurunan populasi dari serangga penyerbuk ini

terutama di perkebunan kelapa sawit seringkali menjadi penyebab rendahnya hasil produksi kelapa sawit (Tuo et al.,2011).

(12)

basah dan musim kering serta memiliki kemampuan yangjauh lebih besar untuk memindahkan tepung sari, mencari dan mengenali bunga betina. SPKSbenar-benar spesifik bagi tanaman kelapa sawit, karena itu serangga ini dianggap sebagai serangga penyerbuk yang paling sesuai untuk tanaman kelapa sawit di Malaysia dan Asia Tenggara lainnya (Sitepu, 2008).

Jumlah SPKS yang efektif untuk menyerbuki bunga betina adalah 20000 kumbang per hektar. Populasi SPKS kurang dari 700 ekor per tandan bunga betina anthesis akan menyebabkan fruit set menjadi rendah. Fruit set adalah perbandingan/rasio buah yang jadi terhadap keseluruhan buah pada tandan termasuk buah yang partenokarpi/mantel. Fruit set yang baik pada tanaman kelapa sawit adalah diatas 75% (Arif, 2009).

Faktor yang Mempengaruhi Populasi E. kamerunicus

Di Indonesia, perkembangan populasi SPKS lebih cepat pada musim penghujan dibandingkan denganmusim kemarau walaupun secara perilaku lebih

aktif pada musimkemarau. Perkembangan populasi SPKS akan pesat jikacurah hujan bulanan mencapai lebih dari 250 mm. Di Afrika Barat selain

E. kamerunicus ditemukan juga seranggapenyerbuk lain, misalnya E. subvittatus,

E. plagiatus dan E. singularis serta masih banyak lagi famili serangga lain yang

datang ke bungakelapa sawit. Keempat Elaeidobius itu keberadaannya sudah

stabil dan saling mendukung,meskipun dominasinya berbeda tergantung cuaca,

letak geografis dantingkat kemekaran bunga. SPKS lebih dominan di

daerahdengan curah hujan tinggi (> 3.500 mm/tahun) pada daerah dataranrendah.

(13)

dominan dan menandai bahwa spesies inimemiliki daya jelajah yang lebih

kuat(Prasetyo dan Agus, 2012).

Perkembangan populasi kumbang E. kamerunicus dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: predator utama tikus, dimana tikus akan memakan semua serangga yang terdapat pada bunga begitu pula dengan E. kamerunicus yang tinggal dan berkembang pada bunga jantan. Larva dan kepompong E. kamerunicus menduduki tempat kedua setelah cocopet yang berada dalam analisa

isi lambung tikus; banyak bunga jantan yang mekar dimana apabila jumlah bunga jantan yang mekar sedikit maka populasi akan turun dengan cepat. Dari kenyataan ini dapat diketahui bahwa faktor makanan merupakan faktor penting dalam kendali populasi di lapangan (Meliala, 2008).

Populasi E. kamerunicus dapat menurun ole sejumlah musuh alami yang berupa predator maupun parasit. Jenis parasit yang juga dapat menurunkan populasi adalah nematoda Cylindrocorpus invectus yang ditemukan pada abdomen kumbang, selain itu ada juga bakteriophahagous nematode dan ungau sebagai parasit (Prasetyo dan Agus, 2012).

Fruit set

Fruit set (tatanan buah) adalah istilah yang sering digunakan dalam bidang

kelapa sawit untuk menggambarkan perbandingan/rasio buah yang jadi (hasil dari

penyerbukan) terhadap keseluruhan buah pada satu tandan termasuk buah yang

partenokarpi/mantel. Buah yang jadi dicirikan dengan adanya inti buah (kernel)

yang merupakan hasil akhir dari perkawinan polen (tepung sari) dari bunga jantan

dengan sel telur di dalam bunga betina kelapa sawit, sedangkan buah partenokarpi

(14)

mempunyai daging buah (mesocarp) yang mengandung minyak. Buah

partenokarpi cenderung tidak berkembang dan sangat sedikit mengandung

minyak, walaupun terkadang dijumpai buah partenokarpi dengan daging yang

tebal tetapi tidak mempunyai kernel namun berjumlah kurang dari 0,1% per

tandan (Prasetyo dan Agus, 2012).

Pembentukan buah (fruit set) kelapa sawit yang dikaitkan dengan populasi kumbang E. kamerunicus dan jenis penyerbuk lainnya yang mendukung proses penyerbukannya, memerlukan pengetahuan keanekaragaman penyerbuk, seleksi jenis penyerbuk potensial melalui evaluasi perilaku dan kesesuaian antara morfologi serangga dan biologi reproduksi bunga. Pada perkebunan kelapa sawit yang populasi kumbangnya tinggi, fruit set paling banyak dipengaruhi oleh kumbang, sebaliknya, perkebunan yang populasi kumbangnya rendah, maka peran jenis serangga penyerbuk lainnya menjadi lebih besar dalam fruit set kelapa sawit (Kahono et al., 2012).

Fruit set suatu tandan adalah 80%, artinya dalam satu tandan tersebut

persentase buah yang jadi adalah 80% sedangkan buah yang partenokarpi adalah

20%. Fruit set yang baik pada tanaman kelapa sawit adalah diatas 75%. Semakin

tinggi nilai fruit set, maka berat, kualitas dan ukuran tandan akan semakin

meningkat, sedangkan ukuran buah semakin kecil. Persentase kernel/tandan,

mesokarp buah/tandan ataupun minyak/tandan akan meningkat juga. Berat tandan

buah tergantung pada jumlah spikelet, jumlah bunga per spikelet, fruit set, berat

Referensi

Dokumen terkait

Budi Daya Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Pusat Penelitian Marihat, Pematang Siantar, Medan. Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit E. kamerunicus di Indonesia.

paling efektif untuk tanaman kelapa sawit terdapat serangga yang juga.. berfungsi sebagai penyerbuk yaitu Thrips hawaiiensis

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang berjudul Demografi dan Populasi Kumbang Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera: Curculionidae) Sebagai

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata jumlah spikelet pertanaman kelapa sawit terbanyak (104,5 buah) diperoleh pada blok penanaman tahun 2009 sehingga populasi

Kumbang Elaeidobius kamerunicus Faust merupakan serangga polinator kelapa sawit yang hidup pada bunga jantan dan mengunjungi bunga betina untuk melakukan penyerbukan

Penelitian tentang peran lingkungan biotik terhadap populasi kumbang sawit dilakukan pada musim hujan dan musim kemarau di perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Penajam Paser

Hal ini sesuai dengan Prasetyo dan Agus (2012) yang menyatakan bahwa buah yang dicirikan dengan adanya inti buah (kernel) yang merupakan hasil akhir dari perkawinan polen yang

[r]