• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN POPULASI SERANGGA PENYERBUK Elaeidobius kamerunicus PADA PERTANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TUGAS AKHIR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN POPULASI SERANGGA PENYERBUK Elaeidobius kamerunicus PADA PERTANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TUGAS AKHIR."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

i

KAJIAN POPULASI SERANGGA PENYERBUK

Elaeidobius kamerunicus PADA PERTANAMAN

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

TUGAS AKHIR

Oleh:

YOHANIS RISAL

1622040215

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP

2019

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang perna diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang perna ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacuh dalam naska ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Pangkep, Juni 2019 Yang menyatakan

(5)

v

KATA PENGANTAR

Salam Sejahterah ,

Tiada kata yang lebih indah dan tiada kalimat yang lebih sempurna selain ucapan Puji dan Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyusun laporan ini dengan baik dalam penulisan tugas akhir ini, penulis menyadari adanya campur tangan dari berbagai pihak. Karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu dan Ayah yang telah menjadi orangtua terhebat sejagad raya, yang selalu memeberikan motivasi, nasehat, cinta, perhatian, dan kasih sayang serta doa yang tentu takkan bisa penulis balas.

2. Dr. Ir. H. Darmawan, M.P, Selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

3. Abdul Muthalib, S.P.,M.P Selaku Ketua Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan

4. Dr .Kafrawi, SP . MP, dan Nildayanti, SP. M.Si Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan nasihat kepada penulis hingga penyusunan tugas akhir ini.

5. Segenap Bapak/Ibu dosen dan staff teknisi jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan.

6. Teman-teman seperjuangan se-angkatan dan seluruh rekan-rekan mahasiswa se-almamater.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas akhir ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan masukan baik berupa saran maupun kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas akhir ini. Akhir kata penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya dalam bidang pertanian.

Tuhan Memberkati …

Pangkep, 15 Agustus 2019 Penulis

(6)

vi

DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

RINGKASAN ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

2.1.Tujuan dan Kegunaan ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Taksonomi dan Morfologi Elaidobius camerunicus ... 3

2.1.1 Serangga Pengunjung Bunga Kelapa Sawit ... 3

2.1.2 Klasifikasi Tanaman Kelapa Sawit ... 4

2.1.3 Morfologi Tanaman Kelapa Sawit ... 4

2.2 Syarat Tumbuh ... 7

III. METODOLOGI ... 9

3.1 Waktu dan Tempat... 9

3.2 .Alat dan Bahan ... 9

3.3 Metode Pelaksanaan ... 9

(7)

vii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 11

4.1 Hasil ... 11

4.2 Pembahasan ... 11

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 15

5.1 Kesimpulan ... 15 5.2 Saran ... 15 DAFTAR PUSTAKA ... 16 LAMPIRAN ... 17 Lampiran 1 ... 18 Lampiran 2 ... 21 Lampiran 3 ... 22 RIWAYAT HIDUP ... 24

(8)

viii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1.Sensus Bunga Jantan Antesis di PT.Tritunggal Sentra Buana ... 11 Tabel 2. Sensus Bunga Antesis di Kebun PT Tritunggal Sentra Buana Blok A02 .... 18 Tabel 3. Sensus Bunga Antesis di Kebun PT Tritunggal Sentra Buana Blok A26 ... 19 Tabel 4. Sensus Bunga Antesis di Kebun PT Tritunggal Sentra Buana Blok A38 .... 20

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1.Ciri Bunga Antesis dan bunga lewat antesis ... 12

Gambar 2.Bunga Antesis ... 12

Gambar 3. Spikelet yang dijadikan sampel ... 13

(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Sensus Bunga Antesis Di Kebun PT. Tritunggal Sentra Buana ... 18 Lampiran 2. Gambar Bunga Antesis Dan Kegiatan Sensus ... 21 Lampiran 3. Rumus Perhitungan... 22

(11)

xi

RINGKASAN

YOHANIS RISAL, 1622040215. Kajian populasi serangga penyerbuk

Elaeidobius kamerunicus dibimbing oleh Kafrawi dan Nildayanti.

Tujuan penulisan tugas akhir ini yaitu untuk mengetahui populasi kumbang Elaeidobius kamerunicus sehingga diharapkan dapat menjadi sumber informasi kepada seluru lapisan masyarakat mengenai proses terjadinya penyerbukan bunga kelapa sawit tersebut. Penulisan tugas akhir ini berdasarkan pengalaman kerja praktek mahasiswa yang dilaksanakan ±3 bulan di PT. Tritunggal Sentra Buana, Kalimantan timur, dengan berbagai tahap dan proses yang dilalui. Adapun metode penelitian yang dilakukan yaitu metode pengamatan dan survey langsung ke lapangan dari tiga blok berbeda yang telah ditentukan secara sengaja (random berseri). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat populasi kumbang Elaeidobius kamerunicus pada tiga blok yang di sensus,di dominasi oleh blok A38 dengan 5.928 populasi Elaeidobius kamerunicus per janjang dan 32.129 populasi Elaeidobius kamerunicus per hektarnya.

(12)

12

I. PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang

Produksi kelapa sawit ditentukan antara lain oleh sukses tidaknya penyerbukan. Penyerbukan pada tanaman kelapa sawit memerlukan agen, karena meskipun kelapa sawit berumah satu (monocious) namun bunga – bunga pada bulir (spikelet) jantan dan betina mekar pada waktu yang berlainan sehingga selalu terjadi penyerbukan antar tumbuhan atau penyerbukan silang.

Kumbang Elaeidobius kamerunicus merupakan pollinator yang sangat penting dan paling efektif pada kelapa sawit. Menurut Eardley at all.,2006), Sejak di introduksikan ke Indonesia tahun 1982 dari Afrika Barat, kumbang ini telah menggantikan penyerbukan buatan yang dilakukan oleh manusia yang membutuhkan tenaga dan biaya besar.Hampir semua perkebunan kelapa sawit di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan telah memanfaatkan E. kamerunicus sebagai penyerbuk (Sipayung dan Lubis, 1987).

Pusat penelitian Marihat ( sekarang pusat penelitian kelapa sawit ) telah mengintroduksi seranggah penyerbuk kelapa sawit Elaeidobius camerunicus dari Afrika melalui Malaysia ke Indonesia. Setelah melalui proses pengkarantinaan, pengawasan dan penelitian terhadap dampak negatif dan positifnya serta perkembang biakanya eloh Hutauruk et a .(1982), maka pada maret 1983,

Elaeidobius camerunicusdisebar secara resmi pertamakali di indonesia oleh

Menteri Muda Urusan Peningkatan produksi Tanaman Keras berdasarkan SK menteri pertanian No. 172/KPTS/um/1983 tertanggal 10 maret 1983. Pengamatan selama 4 tahun mulai dri tahun 1983-1987 terhadap dampak positif introduksi

Elaeidobius camerunicus adalah terjadinya peningkatan nilai fruitset kelapa sawit

dari 37% menjadi lebih dari 75% penyebaran kumbang hampir mencapai semua perkrbunan kelapa sawit di Sumatera, Jawa dan Kalimantan baik yang dilepas secara langsung maupun datang dengan sendirinya sehingga membawa era penyerbukan buatan menjadi era penyerbukan secara alami dengan tingkat keberhasilan yang jauh lebih besar ( Prasetyo, dkk.2014).

(13)

13

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipopulasi E. kamerunicuspada pertanaman kelapa sawit. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi tentang serangga E. kamerunicus yang berpengaruh dalam proses penyerbukan bunga kelapa sawit serta tingkat produksi yang dicapai dari penyerbukan tersebut.

(14)

14

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Elaeidobius kamerunicus

Eladobius kamerunicus termasuk dalam filum artropoda, kelas insecta, ordo coleoptera, famili curculionidae, dan genus elaeidobius. Ciri-ciri morfologi Eladobius kamerunicus, yaitu tubuh berwarna coklat kehitaman, tubuh terbagi

menjadi tiga bagian yaitu kepala toraks dan abdome. Di toraks terdapat dua pasang sayap yaitu sepasang sayap depan yang tebal (elytra) dan sepasang sayap belakang tipis (membraneus). Tungkai tiga pasang yang terletak pada bagian toraks, memiliki moncong pada bagian mulutnya sehingga kumbang ini disebut kumbang moncong (weevil)

Kumbang jantan dan betina mmiliki beberapa perbedaan , diantaranya ukuran tubuh jantan lebih besar dari betina, moncong jantan lebih pendek dari betina, permukaan tubuh jantan memilki rambut rambut lebih banyak dari betina, pada bagian pangkal elytra kumbang jantan terdapat tonjolan, sedangkan betina tidak terdapat tonjolan.

2.1.1 Serangga Pengunjung Bunga Kelapa Sawit

Pengamatan Wilder (1998) yang dilakukan di perkebunan kelapa sawit Costa Rica sebelah selatan dilaporkan sebelas spesies serangga pengunjung bunga kelapa sawit, diantaranya Eladobius kamerunicus, lima spesies lalat, dua spesies lebah, dua spesies tabuhan, dan satu spesies semut. Dari sebelas spesies serangga tersebut, serangga yang paling dominan adalah serangga Elaeidobius kamerunicus diikuti kelompok semut, lalat dan tumbuhan. Lebah mengunjungi bunga betina ketika seramggah dominan lainya sedikit . Pada bunga kelapa sawit di Banten di temukan Thrips hawainensis M. dan ngengat pyroderces sp (Pardede 1990) sebagai serangga asli di daerah tersebut membantu penyerbukan bunga kelapa sawit. Di Indonesia dan Malaysia, dilaporkan serangga yang membantu penyerbukan tanaman kelapa sawit, umumnya Trips hawaineensis M. (Tiysanoptera) dan Eladobius kamerunicus faust (Coleptera) (Sipayung dan Soedharto 1982). Selain Elaeidobius kamerunicus terdapat spesies lain dari genus

elaeidobius yang merupakan polinator kelapa sawit di Brasil, yaitu Eladobius subvittatus (O’Brien 1986), tetapi yang paling efektif adalah Elaeidobius Kamerunicus (Labarca et al . 2007; Moura et al . 2008).

(15)

15

2.1.2 Klasifikasi Tanaman Kelapa Sawit

Menurut Suwarto dkk (2014) kasifikasi tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Liliopsida Ordo : Arecales Famili : Arecaceae Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jaqk.

2.1.3 Morfologi Tanaman Kelapa Sawit 2.1.3.1 Akar

Tanaman kelapa sawit termasuk kedalam tanaman berbiji satu (monokotil) yang memiliki akar serabut. Saat awal perkecambahan, akar pertama muncul dari biji yang berkecambah (radikula). Setelah itu, radikula akan mati dan membentuk akar pertama atau primer. Selanjutnya, akar primer akan membentuk akar sekunder, tersier, dan kuarter. Perakaran kelapa sawit yang telah terbentuk sempurna umumnya memiliki akar primer dengan diameter 5-10 mm, akar sekunder 2-4 mm, akar tersier 1-2 mm, dan akar kuartener 0,1-0,3 mm. Akar yang paling aktif menyerap air dan unsur hara adalah akar tersier dan akar kuartener yang berada dikedalaman 0-60 cm dengan jarak 2-3 meter dari pangkal pohon (Lubis dan Widanarko 2011).

2.1.3.2 Batang

Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang, pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia.Titik tumbuh batang kelapa sawit hanya satu, terletak di pucuk batang, terletak di dalam tajuk daun, berbentuk seperti kubis, dan enakdimakan.Pada batang terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh dan sukar terlepas, walaupun daun telah kering dan mati. Pada tanaman tua, pangkal pangkal pelepah yang masih tertinggal pada

(16)

16

bvatang akan terkelupas sehingga kelihatan batangkelapasawit berwarna hitam beruas. Pembengkakan pangkal batang terjadi karena ruas batang daalam masa pertumbuhan awal tidak memanjang, sehingga pangkalpangkal pelepah daun yang tebal menjadi berdesakan. Bongkol batang ini membantu memperkokoh posisi pohon pada tanah agar dapat berdiri tegak. Dalam 1-2 tahun pertama perkembangan batang lebih mengarah ke samping, diameter batang dapat mencapai 60 cm. Setelah itu, perkembangan mengarah ke atas sehingga diameter batang haya sekitar 40 cm dan pertumbuhan meninggi berlangsung lebih cepat. Namun, pemanjangan batang kelapa sawit berlangsung relative lambat (Sunarko 2014).

2.1.3.3 Daun

Tanaman kelapa sawit memiliki daun (frond) yang menyerupai bulu burung atau ayam. Di bagian pangkal pelepah daun terbentuk du baris duri yang sangat tajam dan keras di kedua sisinya. Anak –anak daun (foliage leaflet) tersusun berbaris dua sampai ke ujung daun. Di tengah–tengah setiap anak daun terbentuk lidi sebagai tiang daun.

Daun kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian , yaitu kumpulan anak daun (leaftles) yang mempunyai helaiyan (lamina) dau tulang anakdaun ( midrib), rachis yang merupakan tempat anak daun melekat, tangkai daun (petiole) yangmerupakan bagian antara daun dan batang, dan seludang daun (sheath) yang berfungsi sebagai perlindungan dari kuncup dan memberikankekuatan pada batan (Lubis dan Widanarko 2011).

Daun pertama yang keluar pada stadium benih berbentuk lanset, (lanceolate) beberapa miggu kemudian berbentuk daun berbelah dua, (bifurcate) dan setelah beberapa bulan berbentuk daun seperti buluh (pinnate) atau menyirip. Misalnya, pada bibit berumur 5 bulan susunan daun terdiri dari 5 lanset, selanjutnya daun terbelah menjadi dua, dan pada umur 10 bulan bentuk daun telah menyerupai bulu ungags. Letak daun dibatang mengikuti pola tertentu yang disebut filotaksis.

Daun yang berurutan di bawah keatas membentuk spiral dengan rumus 1/8.Umumnya , terdapat dua filotaksis, satu berputar ke kiri dan yang lain berputar ke kanan.Anak daun yang terpanjang (pada pertengahan daun) dapat mencapai 1,2

(17)

17

meter. Jumlah anak daun dapat mencapai 250-300 helai per daun.Jumlah produksi daun berkisar 30-40 daun pertahu pada pohon yang berumur 5-6 tahun.Setelah itu, menurun menjadi 20-25 per tahun (Sunarko 2014).

2.1.3.4 Bunga

Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monoecious). Artinya karangan bunga (inflorescence) jantan dan betina berada pada satu pohon, tetapi tempatnya bebeda.Sebenarnya, semua bakal karangan bunga berisikan bakal bunga jantan dan betina, tetapi pada pertumbuhanya salah satu jenis kelamin menjadi rudimenter dan berhenti tumbuh, sehingga yang berkembang hanya satu jenis kelamin.

Selanjutnya, karangan bunga jantan dan betina pada satu pohon tidak matang bersamaan, sehingga bungh betina memerlukan serbuk sari dari pohon lain. Karena itu, ditinjau dari proses penyerbukanya (polinasi), tanaman kelapa sawit menyerupai tumbuhan berumah dua (dioecious). Bunga kelapa sawit merupakan bunga majemuk yang terdiri darikumpulan spikelet dan tersusun dalam infloresen yang berbentuk spiral. Bunga jantan maupun betinah mempunyai ibu tangkai bunga (peduncle atau rachis) yang merupakan struktur pendukung spikelet. Dari pangkal rachis muncul daun pelindung (spathes) yang membungkus infloresen sampai dengan menjelang terjadinya anthesis.

Tanaman kelapa sawit yang berumur 2-3 tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina.Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat.Tanaman kelapa sawit mengadahkan penyerbukan silang (cross pollination).Artinya, bunga betina dari pohon yang satuh dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainya dengan perantara angina dan atau serangga penyerbuk (Sunarko 2014).

2.1.3.5 Buah dan Biji

Secara botani, buah kelapa swit digolongkan sebagai buah drope yang terdiri dari pericarp yangterbungkus oleh eksocarp(kulit).Beberapa orang sering menganggap mesocarp sebagai pericarp dan endocarp (cangkang) yang membungkus 1-4 inti/kernel, tetapi pada umumnya kelapa wawit hanya memiliki

(18)

18

satu inti.Inti memiliki testa (kulit) endosperm yang padat dan sebuah embrio. Buah kelapa sawit tersusun dari kulit buah yang licin dan keras (epicarp),;daging buah (mesocrap) dari susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak ; kulit biji (endocarp) atau cangkang atau tempurung yang berwarna hitam dank eras ; daging biji (endosperm) yangberwarna putih dan mengandung minyak serta lembaga (embrio).

Buah yang sangat mudah berwarna hijau pucat.Semakin tuah warnanya berubah menjadi hijau kehitaman, lalu berwarna kuning muda, hingga akhirnya buah matang berwarna merah ke kuningan (orange). Jika buah suda berwarna orange, buah akan mulai rontok dan berjatuhan. Buah tersebut bias dinamakan buah leles atau brondolan. Bagian kelapa sawit yang bernilai ekonomi tinggi adalah bagian buahnya yang tersusun dalam ebuah tandan, biasa disebut TBS (tandan buah segar). Buah sawit pada bagian sabut ( daging buah atau mesocarp) menghasilkannminyak sawit kasar (crude palm oil atau CPO) sebanyak 20-24%. Sedangkan, bagian inti sawit menghasilkan minyakinti sawit (palm kernel oil atau PKO) 3-4%. Setiap jenis kelapa sawit memiliki ukuran biji dan bobot yang berbeda. Biji dura Afrika memiliki panjang 2-3 cm dan bobot rata-rata mencapai 4 gram.Biasanya, dalam 1 kg terdapat 250 biji.Lain halnya dengan biji dura deli memiliki bobot 13 kg per biji. Sementara, itu biji tenera Afrika rata- rata memiliki bobot 2 gram per biji.Biji kelapa sawit umumnya memiliki periode dorman.Perkecambahan dapat brlangsung lebih dari 6 bulan dengan keberhasilan sekitar 50%. Agar perkecambahan dapat berlangsung lebih cepat dan tingkat keberhasilanya lebih tinggi,biji kelapa sawit memerlukan pretreatment (Sunarko 2014).

2.2 Syarat Tumbuh

Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada daerah iklim tropis basah dengan ketinggian 0-500 mdpl. Curah hujan yang diperlukan tanaman kelapa sawit agar dapat tubuh optimal adalah rata rata 2.000-2.500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulankering yang berkepanjangan. Lama penyinaran optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit antara 5-7 jam/hari. Suhu ideal agar tanaman kelapa sawit dapat tubuh dengan baik sekitar 24-28

(19)

19

derajat selsius.Meskipun demikian, tanaman kelapa sawit masih dapat tumbuh pada suhu terendah 18oC dan tertinggi 32oC. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, seperti podsolik latosol, hidromorfik kelabu, alluvial, atau regosol. Akan tetapi, kemampuanproduksi tanaman untuk setiap tanah berbeda-beda , tergatung sifat fisik dankimia tanah . Tanah yang mengandung unsur hara alam jumlah besar sangat baik untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Sementara, itu keasaman tanah menentukan ketersediaan dan keseimbangan unsur-unsur hara dalam tanah (Suwarto dkk., 2014).

(20)

20

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini berlangsung pada April 2019 di PT Tritunggal Sentra Buana, Kecamatan Muara Bada, Desa Saliki Kabupaten Kutai Kartanegara.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah alat tulis, karung, kantong kresek, kamera, parang dan egrek. Bahan yang digunakan adalah tanaman sampel yang diambil dari kebun PT Tritunggal Sentra Buana dari tiga blok yang berbeda, bagian tanaman yang dijadikan sampel yakni bunga jantan (anthesis), spikellet, dan serangga E. kamerunicus.

3.3 Metode Pelaksanaan

Metode yang digunakan adalah metode pengamatan dan survey langsung ke lapangan dari tiga blok berbeda yang telah ditentukan secara sengaja (random

berseri).

3.4 Metode Pengolahan Data

Penelitian dilaksanakan dengan cara melakukan survey langsung ke lahan atau kebun milik PT Tritunggal Sentra Buana dengan mengambil bunga jantan yang anthesis dari tiga blok yang berbeda, yang nantinya akan diamati jumlah spikellet dan serangga penyerbuk (E. kamerunicus) yang terdapat dalam bunga jantan anthesis tersebut.

Data yang diambil adalah data primer berupa jumlah bunga anthesis, jumlah serangga E. kamerunicus , jumlah spikelet dalam satu janjang. Selain itu data sekunder berupa data produksi dan kondisi wilayah dari instansi terkait. Data yang diperoleh diolah secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabelsehingga dapat diperoleh gambaran hasilevaluasi dan pengamatan kondisi pertanaman kelapa sawit yang tadinya dijadikan bahan atau sampel pengamatan.

Adapun rumus perhitungan yang digunakan, dapat dilihat pada bagian di bawah ini:

Rasio pokok sampel per hektar = Pokok diamati

Satuan Pokok per Hektar = 2,58 Ha 2,58 H = 14 pokok

(21)

21 Konstanta = 5,42 jjg antesis/Ha

Populasi E. kamerunicus = 5,42 jjg antesis × 5928 ekor/jjg = 32,129 ekor/Ha

Referensi

Dokumen terkait

Dikarenakan hal tersebut, maka diperlukannya suatu penelitian yang dapat melihat tingat kesadaran dan pemahaman para pengguna teknologi khususnya kalangan Mahasiswa FTK UIN

2( Untuk mengetahui besar efektifitas pembelajaran Make a Match terhadap hasil belajar matematika materi garis dan sudut siswa kelas VII MTs Al- Ma’arif

Manfaat daripada analisis jalur (path analysis) adalah untuk memberikan penjelasan atau explanation terhadap fenomena yang dipelajari atau permasalahan yang

Adanya indikasi bahwa partisipasi anggaran pada kondisi ketidakpastian tugas rendah justru akan mengurangi kinerja karena dianggap merupakan pemborosan (Govindarajan

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna. Memperoleh Gelar Strata Satu

Berdasarkan fenomena dan problema yang telah dipaparkan di atas, pertanyaan atau masalah yang kemudian muncul dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah

Penerapan Pembelajran Kooperatif dengan Teknik Make a Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII-B MTs Al-Huda Bandung Tulungagung.. Tulungagung:

Hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 (p=0,916>0,05), yang artinya tidak ada perbedaan yang siginifikan pada