• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya peningkatan hasil belajar tentang perilaku ekonomi dengan fieldtrip pada siswa kelas III Madrasah Ibitdaiyah Muawanatul Ikhwan Jatinegara Jakarta Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya peningkatan hasil belajar tentang perilaku ekonomi dengan fieldtrip pada siswa kelas III Madrasah Ibitdaiyah Muawanatul Ikhwan Jatinegara Jakarta Timur"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

IKHWAN JATINEGARA JAKARTA TIMUR

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

NUR MALAHAYATI NIM. 1811018300022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU

MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Skripsi berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar tentang Perilaku Ekonomi dengan Fieldtrip Pada Siswa Kelas III Madrasah Ibtidaiyah

Muawanatul Ikhwan Jatinegara Jakarta Timur” disusun oleh Nur Malahayati

Nomor Induk Mahasiswa 1811018300022, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan PGMI dual mode Sistem UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, Februari 2015

Yang mengesahkan, Pembimbing

(3)

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR TENTANG

PERILAKU EKONOMI DENGAN FIELDTRIP PADA SISWA

KELAS III MADRASAH IBTIDAIYAH MUAWANATUL

IKHWAN JATINEGARA JAKARTA TIMUR

SKRIPSI

Diajukan Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

NUR MALAHAYATI NIM 1811018300022

Dibawah Bimbingan:

Dr. Iwan Purwanto, M.Pd NIP. 197304242008011012

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

(4)
(5)
(6)

i

Ikhwan Jatinegara Jakarta Timur’’. Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar tentang prilaku ekonomi siswa setelah pembelajaran IPS di kelas III dengan menggunakan metode fieldtrip. Proses pembelajaran IPS yang biasa dilakukan sampai saat ini masih banyak diwarnai dengan menggunakan model pembelajaran konvensional seperti ceramah. Metode ceramah itu lebih menitikberatkan guru sebagai pusat pembelajaran (teacher centre) sedangkan siswa hanya sebagai pendengar setia saja, yang pada akhirnya hasil belajar yang didapat siswa rendah dan tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran IPS yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan ptk dalam 2 siklus. Tindakan ini disertai dengan instrumen penelitian berupa tes, lembar observasi, wawancara dan angket. Penelitian ini dilakukan di MI Mu’awanatul Ikhwan Jakarta-Timur dengan jumlah siswa 47 orang pada semester genap tahun pelajaran 2013-2014. Materi yang dibahas dalam PTK adalah prilaku ekonomi yang berkaitan dengan kegiatan jual beli. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan pencapaian hasil belajar siswa setelah tindakan pembelajaran melalui metode fieldtrip dilaksanakan. Melihat hasil belajar yang diperoleh siswa dari tindakan siklus I dan II terlihat adanya peningkatan yang signifikan. Maka, dapat disesuaikan dengan kesimpulan bahwa metode fieldtrip pada pelajaran IPS dapat dijadikan salah satu alternatif metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya persentase hasil belajar siswa pada siklus I dan II . Pada Siklus I rata-rata hasil belajar tentang prilaku ekonomi siswa yaitu 71,7 dengan pencapaian KKM 62,5 % Setelah tindakan pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar tentang prilaku ekonomi meningkat menjadi 84,9 dan pencapaian KKM sebesar 91,7 %.

(7)

ii

NUR MALAHAYATI, Improvement of learning outcome of economic behavior with fieldtrip for Third Year student of Madrasah Ibtidaiyah Muawanatul Ikhwan, Jatinegara, Jakarta Timur. Thesis for Study of Elementary School Teacher/Madrasah Ibtidaiyah, Tarbiyah Faculty and Teaching, Syarief Hidayatullah State University, Jakarta

(8)

iii

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabatnya.

Skripsi yaang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Tentang perilaku Ekonomi Dengan Fieldtrip Pada Siswa Kelas III Madrasah Ibtidaiyah

Mu’awanatul Ikhwan” ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) Pendidikan Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini telah banyak melibatkan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya. MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Fauzan, MA., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Iwan Purwanto,M.Pd. Dosen pembimbing skripsi yang telah

banyak meluangkan waktu serta memberikan arahan bimbingan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Kepala sekolah MI Mu’awanatul Ikhwan, Ibu Salmah Zurko,S.Pd yang telah

memberikan izin penelitian.

5. Seluruh dewan guru, staf dan siswa-siswi MI Mu’awanatul Ikhwan khususnya

kelas III yang telah membantu peneliti dalam penelitian ini.

6. Bapak/Ibu Dosen dan segenap karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang karena beliau

(9)

iv

8. Kedua orang tua yang tiada henti memberikan bantuan moril maupun materil serta doa sehingga bisa memberikan semangat kepada penulis hingga dapat mencapai sejauh ini.

9. Saudara, sahabat/teman-teman serta semua pihak yang tidak dapat penyusun

sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam

penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan masukan, saran dan kritik dari para pembaca yang bijaksana.

Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini bermanfaat bagi penyusun sendiri dan pembaca pada umumnya. Segala kekhilafan, kekurangan dan kekeliruan semata-mata hanya keterbatasan penyusun selaku manusia dan hanya Allah yang maha mengetahui segala sesuatu.

Jakarta, 02 Maret 2015

Penyusun

(10)

v LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ...i

ABSTRACT ...ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR DIAGRAM ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 6

C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 7

D. Perumusan Masalah Penelitian ... 7

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II : KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Konsep Hasil Belajar Prilaku Ekonomi ... 10

1. Pengertian Belajar ... 10

2. Pegertian Hasil Belajar ... 11

3. Pegertian Prilaku ... 13

4. Pegertian Ekonomi ... 15

5. Penilaian Hasil Belahar ... 17

(11)

vi

3.Tujuan Pembelajaran IPS ... 28

4.Ruang Lingkup Pembelajaran IPS ... 31

5.Materi Pembelajaran Sebagai Objek PTK ... 32

C. Konsep Fieldtrip ... 33

1. Pengertian Fieldtrip ... 33

2. Kelebihan Metode Fieldtrip ... 34

3. Kekurangan Metode Fieldtrip ... 36

4. Langkah – langkah pembelajara Fieldtrip ... 37

D. Hasil Penelitian yang Relevan ... 37

E. Hipotesa Penelitian... 39

BAB III : METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

B. Desain Penelitian ... 40

1. Perencanaan ... 40

2. Pelaksanaan Tindakan ... 40

3. Observasi ... 41

4. Refleksi ... 41

C. Subjek Penelitian ... 41

D. Instrumen Penelitian ... 41

E. Prosedur Pegambilan Data ... 43

F. Tehnik Analisis Data... 43

G. Tehnik Keabsahan Data ... 45

H. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan ... 46

(12)

vii

2. Siklus I ... 47

a. Perencanaan Tindakan ... 47

b. Pelaksanaan Tindakan ... 48

c. Pengamatan ... 52

d. Analisis dan Refleksi ... 55

3. Siklus II ... 58

a. Perencanaan Tindakan ... 58

b. Pelaksanaan Tindakan ... 60

c. Pengamatan ... 61

d. Analisis dan Refleksi ... 64

B. Analisis Data ... 66

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 71

B. Saran ... 71

(13)

viii

2.1. Pengembangan Indikator Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Mata Pelajaran IPS Kelas III Semester 2... 32

3.1. Kisi-kisi IPS Semester II Materi Jual Beli ... 42

3.2. Lembar Observasi Kegiatan Siswa ... 42

3.3. Kriteria Tingkat Gain ... 46

4.1. Nilai Hasil Pembelajaran IPS pada Pretes ... 47

4.2. Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Metode Fieldtrip .. 53

4.3. Data Perolehan Hasil Belajar Terkait Prilaku Ekonomi Siswa Pelajaran IPS Melalui Metode Fieldtrip Pada Siklus I ... 55

4.4. Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran IPS Menggunakan Fieldtrip pada Siklus II ... 62

4.5. Data Perolehan Hasil Belajar Terkait Prilaku Ekonomi Siswa Pelajaran IPS Melalui Metode Fieldtrip Pada Siklus II ... 64

4.6. Kriteria Tingkat Gain ... 67

(14)

ix

4.1. Diagram Perbandingan Hasil Belajar Pretes dan Siklus I ... 58 4.2. Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Pada Pretes, Siklus I dan

(15)

x

1 Nilai Hasil Belajar Pembelajara IPS

2 Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui Metode Fieldtrip

3 Data Perolehan Hasil Belajar Terkait Prilaku Ekonomi Siswa Pelajaran IPS Melalui Metode Fieldtrip Pada Siklus I

4 Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran IPS Menggunakan Fieldtrip pada Siklus II 5 Data Perolehan Hasil Belajar Terkait Prilaku

Ekonomi Siswa Pelajaran IPS Melalui Metode Fieldtrip Pada Siklus II

6 RPP Siklus I

7 RPP Siklus II

8 Instrumen Soal

9 Instrumen Angket

10 Surat Izin Pelaksanaan Penelitian

(16)

1 A. Latar Belakang Masalah

Belajar sebagai proses pendidikan harus berlangsung sepanjang hayat. Menciptakan generasi yang berkualitas, masyarakat sangat mengharapkan adanya pendidikan yang memadai untuk putra-putrinya, terlebih pada saat

mereka masih berada dalam tataran sekolah dasar.

Pendidikan adalah hak setiap warga negara yang diatur oleh Undang Undang Dasar 1945, oleh karenanya pemerintah memberikan prioritas dalam pembangunan dengan menetapkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pemberlakuan UU No. 20 Tahun 2003 maka sistem pendidikan di Indonesia sekarang terdiri dari pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan Pendidikan Tinggi, yang keseluruhannya merupakan kesatuan yang sistemik.

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai mulai dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. IPS sebagai mata pelajaran di SD pada hakekatnya merupakan suatu integrasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan disiplin ilmu lain yang relevan untuk tujuan pendidikan. Perlu disadari bahwa sesuai dengan tingkat perkembangannya, siswa SD belum mampu memahami keluasan dan kedalaman masalah-masalah sosial secara utuh. Meskipun demikian pada pendidikan IPS di sekolah dasar siswa dapat diperkenalkan kepada masalah-masalah sosial. Siswa juga perlu dibekali dengan sejumlah pengetahuan, nilai-nilai moral, dan juga keterampilan dalam memahami lingkungan sosial masyarakat siswa yang

berguna untuk kehidupan sehari-harinya.

(17)

lingkungannya, serta sebagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Memperhatikan tujuan dan pentingnya pendidikan IPS bagi siswa sekolah dasar, dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya tujuan tersebut. Guru diharapkan memiliki kemampuan dan keterampilan dalam memilih dan menggunakan berbagai model, metode, dan strategi pembelajaran agar pembelajaran IPS di sekolah dasar benar-benar mampu mengkondisikan upaya pembekalan kemampuan

dan keterampilan dasar bagi siswa untuk menjadi manusia dan warga negara yang baik. Hal ini dapat diwujudkan melalui kegiatan pembelajaran yang efektif, dimana guru mampu merangsang siswa-siswanya untuk aktif dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan harus menarik dan lebih menekankan pada proses dari pada hasil, yaitu proses bagaimana siswa memperoleh pengetahuannya.

Siswa tidak menerima pengetahuan dari guru secara pasif, melainkan siswa yang berperan secara aktif dalam memperoleh dan membangun pengetahuan pengetahuan baru. Keberhasilan guru dalam proses pembelajaran ditentukan oleh siswa yang dapat menguasai materi pembelajaran dengan baik. Salah satu indikator keberhasilan guru mengajar dapat ditunjukkan dengan meningkatnya hasil belajar siswa. “Hasil belajar adalah kemampuan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”1, demikian menurut Nana Sudjana. Hasil belajar dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan siswa dan juga dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor yang berasal dari dalam diri siswa (intern) maupun faktor yang berasal dari

luar diri siswa (ekstern). Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar salah satu diantaranya adalah guru.

1

(18)

Salah satu kemampuan sebagai bagian dari hasil belajar adalah pemahaman. Yang menurut taksonomi bloom terdapat tiga domain hasil belajar : kognitif, afektif dan psikomotorik. Pemahaman masuk dalam domain kognitif yang dapat diartikan sebagai “kemampuan kemampuan mendemonstrasikan fakta dan gagasan mengelompokkan dengan mengorganisir, membandingkan, menerjemahkan, memaknai, memberi deskripsi, dan menyatakan gagasan utama”.2

Upaya peningkatan pemahaman anak, sebagai hasil belajar dipengaruhi

oleh berbagai faktor. Menurut Sri Anitah, “guru merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap proses maupun hasil belajar, sebab guru merupakan manajer atau sutradara dalam kelas”3. Oleh karena itu, guru perlu melakukan inovasi dalam pembelajaran agar hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Inovasi yang dapat dilakukan oleh guru salah satu diantaranya adalah dengan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa maupun materi yang akan disampaikan. Guru harus cermat dalam memilih metode pembelajaran, sehingga pembelajaran yang dilakukannya menjadi pembelajaran yang menarik, aktual, dan fungsional bagi siswa. Pemilihan metode pembelajaran oleh guru mempunyai dampak yang sangat esensial bagi perolehan belajar siswa yaitu dapat memberikan nilai tambah bagi siswa yaitu mencapai hasil belajar yang optimal atau maksimal.

Pada kenyataanya yang terjadi sekarang masih terdapat banyak guru yang menganut paradigma lama yaitu menggunakan metode pembelajaran konvensional sebagai satu-satunya alternatif dalam mengajar beberapa mata pelajaran termasuk pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Pembelajaran IPS pada umumnya diwarnai oleh model pembelajaran konvensional yang lebih banyak menekankan pada metode ceramah, sehingga

kurang mampu merangsang siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Menurut Djamarah yang dikutip dari Isjoni dan Mohd.Arif Ismail, “model pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran

2

Wikipedia, http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom diakses 20 April 2014 21.08 WIB

3

(19)

tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran”.4

Dalam kegiatan pembelajaran peran guru adalah memberikan pengetahuan atau informasi kepada siswa, sedangkan siswa adalah penerima pengetahuan yang pasif dengan harapan siswa dapat menghafal dan mengingat pengetahuan yang diterimanya. Kondisi pembelajaran tersebut jelas tidak mendorong pengembangan potensi diri siswa dalam pembelajaran, sehingga

hasil belajar yang dicapai oleh siswa juga tidak optimal.

Hal ini terjadi juga pada saat peneliti melakukan observasi di kelas III Madrasah Ibtidaiyah Muawanatul Ikhwan Jatinegara Jakarta Timur, pada tanggal 27 Januari 2014. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan guru menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional atau sering disebut juga dengan metode ceramah. Guru menyajikan bahan pelajaran berupa penjelasan penjelasan secara lisan kepada siswa, sedangkan siswa hanya mendengarkan dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru.

Dalam proses tersebut siswa bersifat pasif, berbeda dengan guru yang aktif dalam proses pembelajaran sehingga disebut juga (teacher center) yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru. Siswa kurang berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, karena peran guru lebih banyak sebagai sumber belajar. Pembelajaran yang berlangsung hanya diselingi dengan beberapa pertanyaan yang diajukan oleh guru. Namun, dalam hal ini siswa kurang berantusias dalam menjawab dan menanggapi pertanyaan pertanyaan dari guru. Selain itu, guru juga kurang memperhatikan penguasaan materi siswanya tetapi lebih menekankan pada ketuntasan materi tanpa mengetahui

tingkat kepemahaman siswa.

Berdasarkan sumber dokumentasi guru tahun ajaran 2012/2013 menunjukkan bahwa untuk nilai rata-rata ujian akhir semester pada mata pelajaran IPS mendapatkan nilai rata-rata terendah (6,43) jika dibandingkan

4

(20)

dengan nilai rata-rata pada mata pelajaran lain seperti PKn (7,52); Bahasa Indonesia (8,02); Matematika (6,78), dan IPA (6,80).

Dari data di atas nilai rata-rata tertinggi yaitu pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan nilai rata-rata 8,02, sedangkan nilai rata-rata terendah yaitu pada mata pelajaran IPS dengan nilai rata-rata 6,43.5

Menyikapi berbagai kenyataan yang terjadi tentang metode dan strategi pembelajaran yang digunakan guru selama ini lebih bersifat (teacher center), maka dalam hal ini perlu diadakan pemilihan terhadap strategi pembelajaran

yang tepat. Guru perlu menentukan bagaimana cara untuk mengatur lingkungan belajar siswa agar mereka memiliki pengalaman belajar yang dapat mengarahkan mereka untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru adalah dengan menerapkan metode pembelajaran baru (inovatif) yang diyakini dapat memecahakan masalah belajar siswa-siswanya. Dalam hal ini, guru diharapkan memiliki kemampuan memilih dan menyesuaikan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik siswa dan materi yang akan disampaikan. Metode pembelajaran yang diperlukan dalam pembelajaran IPS adalah model pembelajaran yang mampu mengaktifkan siswa-siswanya dalam kegiatan pembelajaran, salah satunya adalah metode fieldtrip atau kunjungan ke lapangan sebagai metode pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.

Fieltrip merupakan metode berkunjung ke lingkungan sekitar atau berwisata. Maksud dari berwisata itu sendiri adalah cara mengajar yang dilakukan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mengetahui atau menyelidiki sesuatu. Dengan menggunakan metode fieldtrip pembelajaran akan menjadi lebih menarik dan tidak membosankan sehingga menimbulkan kegairahan dalam belajar,

menimbulkan persepsi yang sama dan mempersamakan pengalaman. Selain itu juga siswa menjadi terpancing untuk mengemukakan ide-ide tentang suatu tempat untuk dituangkan. Hal tersebut akan membantu siswa dalam

5

(21)

menemukan konstruksi pengetahuan dan pemahaman terhadap materi dengan melihat langsung fenomena yang ada disekitarnya.

Dengan menerapkan metode fieldtrip, proses pembelajaran diharapkan akan lebih efektif dan efisien. Proses pembelajaran tidak lagi semata-mata berpusat pada guru, akan tetapi menciptakan pembelajaran yang interaktif antara siswa dengan guru, dan antara siswa dengan siswa.

Dalam pembelajaran IPS, metode fieldtrip dapat memberikan implikasi yang positif bagi siswa yaitu siswa akan mendapat pengetahuan melalui

pengalaman-pengalaman belajarnya saat mengunjungi suatu obyek. Selain itu, metode ini juga dapat melatih siswa menjadi pembelajar yang mandiri dimana siswa memperoleh dan membangun pengetahuannya sendiri melalui proses langsung melihat lingkungan sekitar tempatnya berada secara lebih kongkrit sehingga menjadikan proses pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.

Berdasarkan masalah yang telah diuraikan di atas serta menyadari akan manfaat metode fieldtrip dalam pembelajaran IPS, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan mengambil judul “Peningkatan Hasil Belajar Tentang Perilaku Ekonomi Dengan Fieldtrip Pada Siswa Kelas III Madrasah Ibtidaiyah Muawanatul Ikhwan Jatinegara Jakarta Timur”,

B. Identifikasi Masalah dan Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yaitu:

1. Proses pembelajaran yang berlangsung masih tradisional dan kurang bervariasi dimana kegiatan pembelajaran lebih berpusat pada guru (teacher center) yang memberikan pengetahuan dan informasi kepada siswa.

2. Guru belum menyampaikan materi pembelajaran secara maksimal, dan guru belum menggunakan model pembelajaran yang inovatif dalam pembelajaran IPS.

(22)

Mengingat keterbatasan waktu, tenaga dan kapasitas peneliti maka fokus penelitian ini merujuk pada identifikasi masalah point ketiga yaitu penggunaan metode fieldtrip dalam peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPS pada siswa kelas III Madrasah Ibtidaiyah Muawanatul Ikhwan Jatinegara Jakarta Timur.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian tersebut diatas maka batasan penelitian :

1. Peningkatan Hasil Belajar Materi perilaku ekonomi yakni pengenalan

terhadap penggunaan uang dan jenis-jenis pekerjaan sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan oleh Standar Isi Permendiknas untuk siswa kelas III SD/MI

2. Penggunaan metode fieldtrip (berkunjung ke tempat-tempat kegiatan

ekonomi berlangsung : Pasar, Bank, Minimarket, Terminal dan warung yang berada di lingkungan sekitar yang tidak jauh dari madrasah)

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian tersebut di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana peningkatan hasil belajar terhadap perilaku ekonomi pada siswa kelas III jika menggunakan fieldtripdi Madrasah Ibtidaiyah Muawanatul Ikhwan Jatinegara Jakarta Timur?”

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian

a. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar terhadap perilaku ekonomi pada

(23)

b. Kegunaan Hasil Penelitian

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, maka hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan kepada berbagai pihak yang terkait. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis

Dapat digunakan sebagai solusi alternatif dalam menggunakan metode pembelajaran yang inovatif pada mata pelajaran IPS. Selanjutnya dapat digunakan untuk referensi ilmiah untuk menambah

pengetahuan tentang pentingnya metode fieltrip dalam pembelajaran sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa sehingga dapat memperbaiki kualitas pendidikan ke arah yang lebih baik.

2. Secara praktis a. Bagi siswa

Menumbuhkan kesadaran bagi siswa bahwa dalam proses belajar, belajar bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja, ada guru atau tanpa guru proses belajar dapat berlangsung sebab sumber belajar dapat diperoleh dari lingkungan sekitar. Dengan adanya penelitian ini siswa dapat meningkatkan motivasi dan partisipasi sekaligus penguasaan dalam pembelajaran IPS.

b. Bagi guru

Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan dan memperluas pengetahuan guru mengenai metode fieldtrip sehingga dapat pedoman dan terus mengadakan inovasi dalam upaya melakukan perbaikan terhadap proses pembelajaran agar menjadi lebih baik. c. Bagi Sekolah,

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan

pengambilan kebijakan sekolah untuk menggunakan metode fieldtrip pada pembelajaran IPS dalam upaya meningkatkan

(24)

d. Bagi Peneliti

(25)

10 A. Konsep Hasil Belajar Perilaku Ekonomi

1. Pengertian Belajar

Pandangan seseorang guru terhadap pengertian belajar akan

mempengaruhi tindakannya dalam membimbing siswa untuk belajar. Berbicara pengertian belajar telah banyak konsep yang dirumuskan oleh para ahli yang berhubungan denga teori belajar.

Teori belajar behaviorisme (tingkah laku) menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku. Seseorang telah dianggap telah belajar sesuatu bila ia mampu menunjukkan tingkah laku. Menurut teori ini, yang terpenting adalah masukan/input yang berupa masukan dan keluaran/output yang berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi di antara stimulus dan respon itu dianggap tak penting diperhatikan sebab tidak bisa di amati. Selanjutnya, teori belajar kognitivisme menyatakan bahwa belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman.1 Untuk teori belajar konstruktivisme dan teori belajar modern tidak diraikan dalam tulisan demi menghindari kebingunan dalam penafsiran pempaca.

Merujuk pada teori-teori belajar di atas, Burton mengemukakan hal senada dengan teori behaviorisme di mana belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya.2 Kemudian Witherington menyatakan bahwa “Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari

1

Uno, Hamzah B., Abdul Karim Rauf, dan Najamuddin Petta Solong, Pengantar Teori Belajar dan Pembelajaran, ( Gorontalo: Nurul Jannah, 2008) h.56

2

(26)

reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan kepribadian atau suatu pengertian”.3

Selanjutnya, Gagne memberikan dua definisi belajar, yakni: (1) belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku; dan (2) belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.4

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat dipahamai bahwa pada dasarnya belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang

berlangsung dalam jangka waktu tertentu melalui memberian pengetahuan, latihan maupun pengalaman. Belajar dengan pengalaman akan membawa pada perubahan diri dan cara merespon lingkungan.

2. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha

sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif yang kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah perolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil belajar tersebut merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar di akhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.5

Menurut Sudjana ,hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar.6 Selanjutnya Warsito (dalam Depdiknas, mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen

3

Usman, Moh Uzer dan Lilis Setiawati. h.5

4

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya ,(Jakarta :Rineka Cipta. 2010). h.13

5

Dimyati dan Mudjiono.. Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: PT Rineka Cipta.2009) h.3

6

(27)

pada diri orang yang belajar.7 Sehubungan dengan pendapat itu, maka Wahidmurni, dkk.8 menjelaskan bahwa sesorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut di antaranya dari segi kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau sikapnya terhadap suatu objek.

Jika dikaji lebih mendalam, maka hasil belajar dapat tertuang dalam taksonomi Bloom, yakni dikelompokkan dalam tiga ranah (domain)

yaitu domain kognitif atau kemampuan berpikir, domain afektif atau sikap, dan domain psikomotor atau keterampilan. Sehubungan dengan itu, Gagne mengembangkan kemampuan hasil belajar menjadi lima macam antara lain: (1) hasil belajar intelektual merupakan hasil belajar terpenting dari sistem lingsikolastik; (2) strategi kognitif yaitu mengatur cara belajar dan berfikir seseorang dalam arti seluas-luasnya termaksuk kemampuan memecahkan masalah; (3) sikap dan nilai, berhubungan dengan arah intensitas emosional dimiliki seseorang sebagaimana disimpulkan dari kecenderungan bertingkah laku terhadap orang dan kejadian; (4) informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta; dan (5) keterampilan motorik yaitu kecakapan yang berfungsi untuk lingkungan hidup serta memprestasikan konsep dan lambang.9

Untuk mengetahui hasil belajar seseorang dapat dilakukan dengan melakukan tes dan pengukuran. Tes dan pengukuran memerlukan alat sebagai pengumpul data yang disebut dengan instrumen penilaian hasil belajar. Instrumen dibagi menjadi dua bagian besar, yakni tes dan non tes.10 Selanjutnya, menurut Hamalik, memberikan gambaran bahwa hasil belajar yang diperoleh dapat diukur melalui kemajuan yang diperoleh siswa setelah belajar dengan sungguh-sungguh. Hasil belajar tampak

7

Depdiknas. 2006. Bunga Rampai Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran (SMA, SMK, dan SLB). (Jakarta: Depdiknas. 2006).h.125

8

Wahidmurni, Alifin Mustikawan, dan Ali Ridho. Evaluasi Pembelajaran: Kompetensi dan Praktik. (Yogyakarta: Nuha Letera. 2010) h.18

9

Sudjana, Nana. h.22

(28)

terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur melalui perubahan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.11

Berdasarkan konsepsi di atas, pengertian hasil belajar dapat disimpulkan sebagai perubahan perilaku secara positif serta kemampuan yang dimiliki siswa dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar yang berupa hasil belajar intelektual, strategi kognitif, sikap dan nilai, inovasi verbal, dan hasil belajar motorik. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.

3. Ciri-ciri hasil belajar

Drs. Slameto mengemukakan ciri-ciri yang merupakan perubahan tingkah laku hasil belajar sebagai berikut:

a. Perubahan tingkah laku secara sadar, berarti bahwa individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu, atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.

b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional, yaitu sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam individu berlangsung secara terus menerus dan tidak statis.

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. Bahwa perubahan tersebut senantiasa akan` bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.

d. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena adanya tujuan yang ingin dicapai. e. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Bahwa suatu proses

belajar tersebut meliputi perubahan tingkah laku12

11

Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. (Jakarta: PT Bumi Aksara.2006) h.155

12

(29)

4. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar

Menurut Mulyasa bahwa belajar pada hakekatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk memenuhi kebutuhannya. Setiap kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam dirinya.13 Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dilakukan dengan mengelola faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar, tetapi

menurut Slameto secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam individu yang sedang belajar. Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.14

1. Faktor siswa

1) Faktor Jasmani

a) Faktor kesehatan, sehat berarti dalam keadaan baik/dapat berfungsi dengan normal segenap organ tubuh dan bebas dari penyakit. Proses belajar seseorang terganggu bila kesehatan seseorang terganggu. Jadi sehat disini meliputi sehat jasmani,rohani dan sosial,kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.

kecakapan untuk menghadapi dan menguasai kedalaman dengan situasi yang baru dengan cepat dan efektif,

13

Mulyasa E, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 189

14

(30)

mengetahui konsep-konsep yang abstrak dan efektif, mengetahui relasi dan mempelajari dengan cepat. Jadi intelegensi berpengaruh terhadap belajar. Walaupun begitu siswa mempunyai intelegensi tinggi belum tentu berhasil dalam belajar, sebab belajar suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhi, sedangkan intelegensi hanya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dalam belajar.

b) Perhatian

Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakan bahan pelajaran selalu menarik perhatian siswa. Perhatian dapat dikatakan perumusan energi psikis yang ditujukan kepada suatu obyek pelajaran atau dapat dikatakan sebagai banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar.

c) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Jadi minat besar pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan adanya minat belajar akan berlangsung dengan baik.

d) Bakat

Bakat adalah kemampuan untuk belajar, dengan bakat yang ada akan menimbulkan hasil belajar yang baik.

e) Motif

Motif erat hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai, akan tetapi didalam mencapai tujuan itu diperlukan berbuat,

sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorong.

f) Kebiasaan belajar

(31)

terhadap pencapaian prestasi belajar. Siswa yang memiliki kebiasaan belajar yang baik akan lebih bersemangat dalam belajar.

g) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat atau fase pertumbuhan seseorang.

h) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberikan respon atau

bereaksi. 3) Faktor Kelelahan

Kelelahan pada seseorang sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dari lunglainya tubuh, sedangkan kelelahan rohani dilihat dengan adanya kebosanan.

2. Faktor Guru

a) Kurikulum dan metode mengajar

Didalam memberikan kurikulum, guru hendaknya dapat memperhatikan keadaan siswa sehingga siswa dapat menerima dan menguasai pelajaran yang disampaikan oleh guru. Metode mengajar yang digunakan oleh guru sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Untuk meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, guru harus mampu mengusahakan metode belajar yang tepat, efektif dan efisien.

b) Relasi guru dengan siswa dan relasi siswa dengan siswa

Guru harus mampu menciptakan keakraban dengan siswa

(32)

5. Penilaian Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar dapat diklasifikasi berdasarkan cakupan kompetensi yang diukur dansasaran pelaksanaannya.

A. Jenis penilaian

a. Jenis Penilaian Berdasarkan Cakupan Kompetensi yang Diukur

Sebagaimana dijelaskan dalam PP. Nomor 19 tahun 2005 bahwa penilaiaian penilaian hasil belajar oleh pendidik terdiri atas ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester dan ulangan

kenaikan kelas.

b. Jenis Penilaian Berdasarkan Sasaran

Berdasarkan sasarannya, penilaian hasil belajar dapat diklasifikasi atas penilaian individual dan penilaian kelompok.

a) Penilaian individual adalah penilaian yang dilakukan untuk menilai pencapaian kompetensi atauhasil belajar secara perorangan. Penilaian individual perlu memperhatikan nilai universal seperti:disiplin, jujur, tekun, cermat, teliti, tanggungjawab, rendah hati, sportif, etos kerja, toleran,sederhana, bebas, antusias, kreatif, inisiatif, tanggap dan peduli dan lain-lain.

b) Penilaian kelompok adalah penilaian yang dilakukan untuk menilai pencapaian kompetensi atauhasil belajar secara kelompok. Penilaian kelompok perlu memperhatikan nilai universal seperti:kerjasama, menghargai pendapat orang lain, kedamaian, cinta dan kasih sayang, toleran, danlain-lain.

c. Jenis Penilaian Berdasarkan Sasaran

Berdasarkan sasarannya, penilaian hasil belajar dapat diklasifikasi atas

penilaian individual dan penilaian kelompok. a) Penilaian individual

(33)

universal seperti:disiplin, jujur, tekun, cermat, teliti, tanggungjawab, rendah hati, sportif, etos kerja, toleran,sederhana, bebas, antusias, kreatif, inisiatif, tanggap dan peduli dan lain-lain.

b) Penilaian kelompok

Penilaian kelompok adalah penilaian yang dilakukan untuk menilai pencapaian kompetensi atauhasil belajar secara kelompok. Penilaian kelompok perlu memperhatikan nilai

universal seperti:kerjasama, menghargai pendapat orang lain, kedamaian, cinta dan kasih sayang, toleran, danlain-lain.

B. Teknik Penilaian

Penilaian hasil belajar dapat menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensidasar yang harus dikuasai. Ditinjau dari tekniknya, penilaian dibagi menjadi dua yaitu tes dannon tes.

1. Teknik Tes

Teknik tes merupakan teknik yang digunakan melaksanakan tes berupa pertanyaan yang harusdijawab, pertanyaan yang harus ditanggapi atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yangdi tes. Dalam hal tes hasil belajar yang hendak diukur adalah kemampuan peserta didik dalammenguasai pelajaran yang disampaikan meliputi aspek pengetahuan dan keterampilan.Berdasarkan alat pelaksanaannya secara garis besar alat penilaian dengan teknik tes dapatdikelompokkan sebagai berikut :

a. Tes Tertulis

Tes tertulis adalah suatu teknik penilaian yang menuntut jawaban

(34)

b. Tes Lisan

Tes lisan adalah teknik penilaian hasil belajar yang pertanyaan dan jawabannya atau pernyataannya atau tanggapannya disampaikan da lam bentuk lisan dan spontan. Tes jenis inimemerlukan daftar pertanyaan dan pedoman pensekoran.

c. Tes Praktik/Perbuatan

Tes praktik / perbuatan adalah teknik penilaian hasil belajar yang menuntut peserta didikmendemontrasikan kemahirannya atau

menampilkan hasil belajarnya dalam bentuk unjuk kerja.Tes praktik/perbuatan dapat berupa tes identifikasi, tes simulasi dan tes petik kerja. Tes identifikasi dilakukan untuk mengukur kemahiran mengidentifikasi sesuatu hal berdasarkanfenomena yang ditangkap melalui alat indera. Tes simulasi digunakan .untuk mengukurkemahiran bersimulasi memperagakan suatu tindakan. Tes petik kerja digunakan untukmengukur kemahiran mendemonstrasikan pekerjaan yang sesungguhnya.

2. Teknik Nontes

Teknik nontes merupakan teknik penilaian untuk memperoleh gambaran terutama mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian. Selama ini teknik nontes kurang digunakan dibandingkan teknis tes. Dalam proses pembelajaran pada umumnya kegiatan penilaian mengutamakan teknik tes. Hal ini dikarenakan lebih berperannya aspek pengetahuan dan keterampilan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan guru pada saat menentukan siswa. Seiring dengan berlakunya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar maka

(35)

a. Pengamatan/observasi

Pengamatan/observasi adalah teknik penilaian yang dilakukan oleh pendidik denganmenggunakan indera secara langsung. Observasi dilakukan dengan cara menggunakan instrumenyang sudah dirancang sebelumnya.

b. Penugasan

Penilaian dengan penugasan adalah suatu teknik penilaian yang menuntut peserta didikmelakukan kegiatan tertentu di luar kegiatan

pembelajaran di kelas. Penilaian dengan penugasandapat diberikan dalam bentuk individual atau kelompok. Penilaian dengan penugasan dapat berupa tugas atau proyek.15

6. Pengertian Perilaku

Menurut Louis Thurstone, Rensis Likert dan Charles Osgood, perilaku adalah “suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan”.16 Berarti sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Secara singkat menurut Heri Purwanto, “perilaku adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi”.

Perilaku manusia adalah refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, persepsi, minat, keinginan dan sikap. Hal-hal yang mempengaruhi perilaku seseorang sebagian terletak dalam diri individu sendiri yang disebut juga faktor internal sebagian lagi terletak di luar dirinya atau disebut dengan faktor eksternal yaitu factor lingkungan .

Menurut WHO, yang dikutip oleh Notoatmodjo, perubahan perilaku

dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :

15

Depdiknas, Pedoman Penilaian Hasil Belajar di SD, (Jakarta : BSNP.2007) hal.59

16

(36)

1. Perubahan alamiah (natural change), ialah perubahan yang dikarenakan perubahan pada lingkungan fisik, sosial, budaya ataupun ekonomi dimana dia hidup dan beraktifitas.

2. Perubahan terencana (planned change), ialah perubahan ini terjadi, karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.

3. Perubahan dari hal kesediaannya untuk berubah (readiness to change), ialah perubahan yang terjadi apabila terdapat suatu inovasi atau program-program baru, maka yang terjadi adalah sebagian orang cepat

mengalami perubahan perilaku dan sebagian lagi lamban.Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda.

Tim ahli WHO, menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku ada empat alasan pokok, yaitu :

1. Pemikiran dan perasaan

Bentuk pemikiran dan perasaan ini adalah pengetahuan, kepercayaan, sikap dan lainlain.

2. Orang penting sebagai referensi

Apabila seseorang itu penting bagi kita, maka apapun yang ia katakan dan lakukan cendrung untuk kita contoh. Orang inilah yang dianggap kelompok referensi seperti : guru, kepala suku dan lain-lain.

3. Sumber-sumber daya

Yang termasuk adalah fasilitas-fasilitas misalnya : waktu, uang, tenaga kerja, ketrampilan dan pelayanan. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif maupun negatif.

4. Kebudayaan

Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan pengadaan sumber daya di

(37)

Dari uraian tersebut di atas dapat dilihat bahwa, alasan seseorang berperilaku. Oleh sebab itu, perilaku yang sama diantara beberapa orang dapat berbeda-beda penyebab atau latar belakangnya. Perilaku yang optimal akan memberi dampak pada status kesehatan yang optimal juga. Perilaku yang optimal adalah seluruh pola kekuatan, kebiasaan pribadi atau masyarakat, baik secara sadar ataupun tidak yang mengarah kepada upaya pribadi atau masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dari masalah kesehatan. Pola kelakuan/kebiasaan yang berhubungan dengan

tindakan promotif, preventif harus ada pada setiap pribadi atau masyarakat.

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku dibatasi sebagai jiwa (berpendapat, berfikir, bersikap dan sebagainya) untuk memberikan respon terhadap situasi, baik berupa tindakan pasif maupun aktif.

c. Pengertian Ekonomi

Menurut Wikipedia Indonesia ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap barang dan jasa. Istilah ekonomi sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti keluarga, rumah tangga dan ό ος (nomos) yang berarti peraturan, aturan, hukum. Secara garis besar, ekonomi diartikan sebagai aturan rumah tangga atau manajemen rumah tangga. Sementara yang dimaksud dengan ahli ekonomi atau ekonom adalah orang menggunakan konsep ekonomi dan data dalam bekerja.17

Menurut Paul A. Samuelson dalam bukunya yang berjudul Economics International Edition, pengertian ilmu ekonomi yang

diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah suatu studi mengenai individu-individu dan masyarakat membuat pilihan, dengan atau tanpa penggunaan uang, dengan menggunakan sumber-sumber daya yang

17

(38)

terbatas tetapi dapat digunakan dalam berbagai cara untuk menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa dan mendistribusikannya untuk kebutuhan komsumsi, sekarang dan di masa datang, kepada berbagai individu dan golongan masyarakat.18

Berdasarkan kajian-kajian di atas, maka dapat ditarik sebuah konsep mengenai pemahaman perilaku ekonomi. Jadi, pemahaman perilaku ekonomi itu sendiri adalah konsep mengenai bagaimana seorang

individu memiliki kemampuan pemahaman tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi mengenai berbagai sikap/tindakan atau tanggapan dalam setiap proses ekonomi, yaitu distribusi, konsumsi, dan produksi.

B. Konsep Pembelajaran IPS di SD/MI

Menurut Nasution mengemukakan bahwa: “Ilmu Pengetahuan sosial (IPS) ialah suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan fisik maupun dalam lingkungan sosialnya”19

. Bahan ajarnya diambil dari berbagai ilmu sosial seperti, geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi, antropologi, dan tata negara. Sedangkan menurut Hasan “Pendidikan IPS dapat diartikan sebagai pendidikan memperkenalkan konsep, generalisasi, teori, cara berfikir, dan cara bekerja disiplin ilmu-ilmu sosial”.20

Pendidikan IPS merupakan program pendidikan yang banyak mengandung muatan nilai sebagai salah satu karakteristiknya. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Mulyana dalam Rudy Gunawan, bahwa :

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan Humaniora merupakan dua bidang kajian yang potensial bagi pengembangan tugas-tugas pembelajaran yang kaya nilai. Karakteristik ilmu yang erat kaitanya dengan kehidupan

18

http://www.pendidikanekonomi.com/2012/05/defenisi-ilmu-ekonomi-oleh-prof-p.html , diakses tanggal 20 April 2014, 22. 21 WIB

19

Isjoni, Cooperative Learning, Efektivitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung: Alfabeta, 2012), h.21

20

(39)

manusia dan banyak membahas tentang bagaimana manusia dapat menjalin hubungan harmonis dengan sesama, lingkungan dan Tuhan, membuat dua bidang kajian ini sangat kaya dengan sikap, nilai, moral,etika, dan perilaku.21

Sedangkan menurut Somantri “Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan”.22

Sementara Djahiri dan Ma’mun (dikutip oleh Rudy Gunawan) berpendapat bahwa: “IPS atau studi sosial konsep-konsepnya merupakan konsep pilihan dari berbagai ilmu lalu dipadukan dan diolah secara didaktis-pedagogis sesuai dengan tingkat perkembangan siswa”23

.

Sapriya menyatakan bahwa :

Ciri khas IPS sebagai mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah sifat terpadu (integrated) dari sejumlah mata pelajaran dengan tujuan agar mata pelajaran ini lebih bermakna bagi peserta didik sehingga pengorganisasian materi/bahan pelajaran disesuaikan dengan lingkungan, karakteristik, dan kebutuhan peserta didik.24

IPS di sekolah merupakan mata pelajaran atau bidang kajian yang menduduki konsep dasar berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan pertimbangan psikologis, serta kebermaknaannya bagi siswa dalam kehidupannya mulai dari tingkat SD sampai dengan SMA, atau membekali dan mempersiapkan peserta didik untuk dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Pendidikan IPS (social studies) bukan merupakan program pendidikan disiplin ilmu tetapi adalah suatu kajian tentang masalah-masalah sosial yang dikemas sedemikian rupa dengan mempertimbangkan faktor psikologis perkembangan peserta didik dan beban waktu kurikuler untuk program pendidikan.

21

Rudi Gunawan, Pendidikan IPs-Filosofi, Konsep dan Aplikasi, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 23

22

Sapriya, Pendidikan IPS, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009), h. 11

23

Gunawan, Op.Cit, h.17

24

(40)

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu, serta memperkenalkan konsep, generalisasi, teori, cara berfikir, dan cara bekerja disiplin ilmu-ilmu sosial. IPS di sekolah merupakan mata pelajaran atau bidang kajian yang menduduki konsep dasar berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan pertimbangan psikologis dengan tujuan agar mata pelajaran ini lebih bermakna bagi peserta didik sehingga pengorganisasian materi/bahan pelajaran disesuaikan dengan lingkungan, karakteristik, dan kebutuhan peserta

didik.

1. Pembelajaran IPS SD/MI

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.

Rudy Gunawan menyatakan bahwa: “IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial”.25

Ilmu pengetahuan sosial sebagai mata pelajaran tidak semata membekali ilmu

saja lebih dari itu membekali juga sikap atau nilai dan keterampilan dalam hidup bermasyarakat sehingga mereka mengetahui benar lingkungan, masyarakat dan bangsanya dengan berbagai karakteristiknya. Dengan demikian, IPS sebagai suatu mata pelajaran di SD bertolak dari kondisi

25

(41)

nyata di masyarakat dengan tujuan untuk memanusiakan manusia (siswa) melalui hubungan seluruh aspek manusia agar mereka tidak merasa asing dilingkungan masyarakatnya sendiri.

Mata Pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

Rudy Gunawan menambahkan bahwa:

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD hendaknya memperhatikan kebutuhan anak yang berusia antara 6-12 tahun. Anak dalam kelompok usia 7-11 tahun menurut Piaget (1963) berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan kongkret operasional. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan menganggap tahun yang akan datang sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan adalah sekarang (kongkrit), dan bukan masa depan yang belum bisa mereka pahami (abstrak).26

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS SD mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial, memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Sistem pengajarannya menelaah dan mengkaji gejala atau masalah sosial dan berbagai aspek kehidupan sosial, serta pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.

2. Karakteristik Pendidikan IPS

(42)

pendekatan, bahkan tujuan sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat.

Ada beberapa karakteristik pembelajaran IPS yang dikaji bersama ciri dan sifat pembelajaran IPS menurut A Kosasih Djahiri adalah sebagai berikut:

a. IPS berusaha mempertautkan teori ilmu dengan fakta atau

sebaliknya (menelaah fakta dari segi ilmu).

b. Penelaahan dan pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang

disiplin ilmu saja melainkan bersifat komprehensif (meluas) dari berbagai ilmu sosial dan lainnya sehingga berbagai konsep ilmu secara terintegrasi terpadu digunakan untuk menelaah satu masalah/tema/topik.

c. Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri agar

siswa mampu mengembangkan berfikir kritis, rasional dan analitis. d. Program pembelajaran disusun dengan meningkatkan atau

menghubungkan bahan-bahan dari berbagai disiplin ilmu sosial dan lainnya dengan kehidupan nyata di masyarakat, pengalaman, permasalahan, kebutuhan dan memproyeksikannya kepada kehidupan di masa yang akan datang baik dari lingkungan fisik maupun budayanya.

e. IPS dihadapkan pada konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil

(mudah berubah) sehingga titik berat pembelajaran adalah proses internalisasi secara mantap dan aktif pada diri siswa agar memiliki kebiasaan dan kemahiran untuk menelaah permasalahan kehidupan nyata pada masyarakat.

f. IPS mengutamakan hal-hal arti dan penghayatan hubungan antar

manusia yang bersifat manusiawi.

g. Pembelajaran IPS tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata

(43)

h. Pembelajaran IPS berusaha untuk memuaskan setiap siswa yang

berbeda melalui program dalam arti memperhatikan minat siswa dan masalah-masalah kemasyarakatan yang dekat dengan kehidupannya. i. Dalam pengembangan program pembelajaran IPS senantiasa

melaksanakan prinsip-prinsip, karakteristik (sifat dasar) dan pendekatan-pendekatan yang terjadi ciri IPS itu sendiri.28

Dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran IPS adalah bersifat dinamis, artinya selalu berubah sesuai dengan tingkat

perkembangan masyarakat. Perubahan dapat dalam aspek materi, pendekatan, bahkan tujuan sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat.

3. Tujuan Pembelajaran IPS

Menurut Rudy Gunawan, mengemukakan bahwa:

Pembelajaran IPS bertujuan membentuk warga negara yang berkemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri di tengah-tengah kekuatan fisik dan sosial, yang pada gilirannya akan menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab, sedangkan ilmu sosial bertujuan menciptakan tenaga ahli dalam bidang ilmu sosial.29

Banyak pendapat yang mengemukakan tentang tujuan pendidikan IPS, diantaranya oleh The Multi Consortium Of Performance Based Teacher Education di AS pada tahun 1973 Djahiri dan Ma’mun dikutip oleh Rudy gunawan, menyatakan sebagai berikut :

1. Mengetahui dan mampu menerapkan konsep-konsep ilmu sosial

yang penting, generalisasi (konsep dasar) dan teori-teori kepada situasi data yang baru.

2. Memahami dan mampu menggunakan beberapa struktur dari suatu

(44)

3. Mengetahui teknik-teknik penyelidikan dan metode-metode

penjelasan yang dipergunakan dalam studi sosial secara bervariasi serta mampu menerapkannya sebagai teknik penelitian dan evaluasi suatu informasi.

4. Mampu mempergunakan cara berpikir yang lebih tinggi sesuai

dengan tujuan dan tugas yang didapatnya.

5. Memiliki keterampilan dalam memecahkan permasalahan (Problem Solving).

6. Memiliki self concept (konsep atau prinsip sendiri) yang positif. 7. Menghargai nilai-nilai kemanusiaan.

8. Kemampuan mendukung nilai-nilai demokrasi.

9. Adanya keinginan untuk belajar dan berpikir secara rasional. 10. Kemampuan berbuat berdasarkan sistem nilai yang rasional dan

mantap30

Tujuan pendidikan IPS menurut Isjoni dapat dikelompokkan menjadi empat kategori sebagai berikut :

1. Knowledge, yang merupakan tujuan utama pendidikan IPS, yaitu

membantu para siswa belajar tentang diri mereka sendiri dan lingkungannya.

2. Skills, yang berhubungan denga tujuan IPS dalam hal ini mencakup

keterampilan berpikir (thinking skills).

3. Attitudes, dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok sikap yang

diperlukan untuk tingkah laku berpikir (intelektual behavior) dan tingkah laku sosial (social behavior).

4. Value, dalam hubungan ini adalah nilai yang terkandung dalam

masyarakat sekitar didapatkan dari lingkungan masyarakat sekitar

maupun lembaga pemerintah (falsafah bangsa).31 Sementara menurut Wahab menyatakan bahwa:

30

Ibid, h. 20

31

(45)

Tujuan Pengajaran IPS disekolah tidak lagi semata-mata untuk memberi pengetahuan dan menghapal sejumlah fakta dan informasi akan tetapi lebih dari itu. Para siswa selain diharapkan memiliki pengetahuan mereka juga dapat mengembangkan keterampilannya dalam berbagai segi kehidupan dimulai dari keterampilan akademiknya sampai pada keterampilan sosialnya.32

Sedangkan menurut Chapin dan Messick secara khusus tujuan pengajaran IPS di sekolah dasar dapat dikelompokkan ke dalam empat komponen, yaitu :

1. Memberikan kepada siswa pengetahuan tentang pengalaman

manusia dalam kehidupan bermasyarakat pada masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang.

2. Menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan untuk

mencari dan mengolah/memproses informasi.

3. Menolong siswa untuk mengembangkan nilai/sikap demokrasi

dalam kehidupan bermasyarakat.

4. Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengambil

bagian/berperan serta dalam kehidupan sosial.33

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat dan lingkungannya.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa

ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

32

Gunawan, Op.Cit, , h. 21

(46)

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan

berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. 34

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPS adalah membantu tumbuhnya warga negara yang baik dapat mengembangkan keterampilannya dalam berbagai segi kehidupan dimulai dari keterampilan akademiknya sampai pada keterampilan sosialnya. Akan tetapi secara lebih khusus pada tujuan yang tertera pada

KTSP, bahwa salah satunya adalah mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan.

Mengenal konsep-konsep memerlukan pemahaman yang mendalam, oleh karena itu pemahaman suatu konsep dengan baik sangatlah penting bagi siswa, agar dapat mamahami suatu konsep, siswa harus membentuk konsep sesuai dengan stimulus yang diterimanya dari lingkungan atau sesuai dengan pengalaman yang diperoleh dalam perjalanan hidupnya. Pengalaman-pengalaman yang harus dilalui oleh siswa merupakan serangkaian kegitan pembelajaran yang dapat menunjang terbentuknya konsep-konsep tersebut. Karena itu guru harus bisa menyusun pembelajaran yang di dalamnya berisi kegiatan-kegiatan belajar siswa yang sesuai dengan konsep-konsep yang akan dibentuknya.

4. Ruang lingkup Pembelajaran IPS

Sedangkan ruang lingkup mata pelajaran IPS dalam kurikulum KTSP 2006 meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a) Manusia, tempat, dan lingkungan b) Keberlanjutan dan perubahan

c) Sistem Sosial dan budaya

d) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan35

34

Gunawan, Op.Cit, h. 17

35

(47)

Aspek yang digali dalam penelitian ini adalah point keempat yaitu mengenai perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Aspek berkaitan dengan distribusi, konsumsi, dan produksi dalam lingkup ilmu ekonomi dan pondasinya adalah pengenalan terhadap alat transaksi dan jenis-jenis pekerjaan untuk tingkatan Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah.

5. Materi Pembelajaran Sebagai Objek PTK

Materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah

materi mata pelajaran IPS, pengorganisasian materi mata pelajaran IPS menganut pendekatan terpadu (integrated), artinya materi pelajaran dikembangkan dan disusun tidak mengacu pada disiplin ilmu yang terpisah melainkan mengacu pada aspek kehidupan nyata (factual/real) peserta didik sesuai dengan karakteristik usia, tingkat perkembangan berpikir, dan kebiasaan bersikap dan berperilakunya.

Berdasarkan kurikulum KTSP 2006 pada mata pelajaran IPS kelas III SD/

MI terdapat standar kompetensi dan kompetensi dasar , standar kompetensi, kompetensi dasar yang menjadi bahan kajian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tabel 2.1

Pengembangan Indikator Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Mata Pelajaran IPS Kelas III Semester 2

(48)

KD tersebut adalah Mengenal Jenis-jenis Pekerjaan. Mengenal jenis-jenis pekerjaan ini adalah dasar siswa memahami pentingnya semangat kerja, dan kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah. Agar materi tersebut dapat di cerna dengan baik oleh siswa, dalam pembelajaran akan digunakan metode fieldtrip, karena pembelajaran fieldtrip melibatkan siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dengan melihat secara langsung perilaku ekonomi dari lingkungan sekitar merekan sehingga dapat mempermudah pemahaman mereka terhadap isi pelajaran

tersebut. Melalui pembelajaran ini siswa belajar dengan menyenangkan tanpa sekat kelas yang membatasi wawasan dan kreatifitas berpikir dalam kegiatan pembelajaran, yang akhirnya membuat siswa mampu memahami dan mengidentifikasi konsep IPS.

C. Konsep Fieldtrip

1. Pengertian fieldtrip

Beberapa pengertian metode fieldtrip yang diungkapkan para ahli. Karyawisata (fieldtrip) ialah pesiar (ekskursi) yang dilakukan oleh para peserta didik untuk melengkapi pengalaman belajar tertentu dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah36 . Dengan karyawisata sebagai metode belajar mengajar, anak didik di bawah bimbingan guru mengunjungi tempat-tempat tertentu dengan maksud untuk belajar. Berbeda halnya dengan tamasya dimana manusia terutama pergi untuk mencari liburan, dengan karya-wisata manusia diikat oleh tujuan dan tugas belajar.

Metode fieldtrip ialah “suatu cara penguasaan bahan pelajaran oleh para anak didik dengan jalan membawa mereka langsung ke obyek yang

terdapat di luar kelas atau di lingkungan kehidupan nyata, agar mereka dapat mengamati atau mengalami secara langsung”37.

36

Syaiful Sagala. Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 214

37

(49)

Senada dengan pendapat para ahli di atas Sriyono, dkk. Seperti dikutip Mulyasa, “mengungkapkan metode fieldtrip memungkinkan anak mengenal realita kehidupan masyarakat, mampu mengamati, meneliti, dan memelajari suatu obyek di luar sekolah”.38 Fieldtrip tidak sama dengan tamasya, sebab mengandung tugas-tugas yang harus diselesaikan oleh siswa. Misalnya anak diajak ke pabrik kecap, pabrik jenang, percetakan, kebun jeruk, dan sebagainya.

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa

fieldtrip adalah sebuah metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam

pembelajaran yang menghendaki adanya pengamatan dan pengalaman secara langsung. Inti dari metode fieldtrip ialah pembelajaran yang dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman pada peserta didik dengan cara langsung membawa peserta didik pada obyek atau kehidupan nyata dalam lingkungan.

2. Kelebihan Metode FieldTrip

Metode karyawisata atau fieldtrip mempunyai beberapa kelebihan antara lain :

a. Fieldtrip memiliki prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.

b. Membuat apa yang dipelajari di sekolah lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan masyarakat.

c. Pengajaran serupa ini dapat lebih merangsang kreativitas siswa. d. Informasi sebagai bahan pelajaran lebih luas dan aktual.39

Menurut Syaiful Sagala mengemukakan bahwa kelebihan metode fieldtrip adalah :

a. Anak didik dapat mengamati kanyataan-kenyataan yang beraneka ragamdari dekat.

38

Mulyasa E, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 112

39

Gambar

Tabel Halaman
gambaran terutama mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian.
Tabel 2.1 Pengembangan Indikator Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Tabel 3.12
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sapi bali yang diberi ransum dengan kandungan protein dan energi berbeda menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05) terhadap bahan organik tercerna di dalam rumen (BOTR),

Berdasarkan uraian yang disebut dalam latar belakang masalah yang ada di Kabupaten Sukoharjo serta tinjauan kepustakaan maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmatNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judul “Hubungan

Setelah salah satu pemain memenangkan permainan baik itu dengan memakan semua pion lawan maupun telah memakan semua pion lawan yang memiliki huruf yang harus dicari, maka akan

Waktu penelitian pengembangan (Development research) ini dilakukan pada bulan Februari-Mei Tahun Ajaran 2019- 2020 pada semester genap. Subjek penelitian yang dimaksud

Salah satu indikator untuk mengukur rasio pasar dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Earning Per Share (EPS) merupakan variabel yang dominan memiliki

 Pada LKPD tersebut, peserta didik diminta untuk menyusun kembali teks prosedur manual dan tips, kemudian menjawab beberapa pertanyaan yang akan mengarahkan

Kelimpahan total zooplankton pada Muara Sungai Selam pada saat pasang dengan nilai tertinggi 94,9 Individu/l terdapat di wilayah muara dan pada saat surut