PERANAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH
(UPTD) BALAI PUNGAI SEJAHTERA BINJAI
DALAM MENINGKATKAN FUNGSI SOSIAL
KELUARGA WARGA BINAAN
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
Univeritas Sumatera Utara
Oleh:
SRI REZEKI ULINA SINURAYA
050902066
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial. Dengan judul “PERANAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH (UPTD) BALAI PUNGAI SEJAHTERA BINJAI DALAM MENINGKATKAN FUNGSI SOSIAL KELUARGA WARGA BINAAN” yang disusun oleh: Sri Rezeki Ulina Sinuraya, Nim: 050902066 yang dibimbing oleh Bapak Agus Suriadi, S.Sos. Msi
ABSTRAK
Krisis ekonomi yang berkepanjangan mengakibatkan meningkatnya jumlah penduduk miskin dan menimbulkan PMKS. Salah satu jenis PMKS adalah Gelandangan dan Pengemis. Selain itu, faktor pendukung munculnya Gelandangan dan Pengemis adalah Urbanisasi dan Pembangunan wilayah yang timpang. Individu yang tidak memiliki SDM yang baik akan kalah bersaing di kota dan akan memilih pekerjaan apa saja yang dapat menghasilkan termasuk menjadi Gelandangan dan Pengemis. Permasalahan gelandangan dan pengemis ini mampu menimbulkan kriminalitas yang meresahkan dan mengganggu kenyamanan hidup masyarakat. Salah satu cara menangani permasalahan gelandang dan pengemis adalah dengan memasukkan mereka ke Panti Sosial untuk dibina.Salah satu panti sosial yang menangani masalah tersebut yang berada di Sumatera Utara adalah UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai. UPTD ini memiliki tanggung jawab untuk memberikan pelayanan dan pembinaan yang dibutuhkan oleh warga binaan selama masa rehabilitasi sehingga warga binaan nantinya mampu untuk menghadapi tantangan hidup dan tidak bergelandangan kembali setelah keluar dari panti.
Penelitian termasuk tipe penelitian deksriptif dimana penelitian ini guna mendeskripsikan peranan UPTD Balai pungai sejahtera binjai dalam meningkatkan fungsi sosial keluarga warga binaan. Adapun lokasi penelitian ini di Jl.Perintis Kemerdekaan No. 4 Binjai. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh warga binaan yang ada di UPTD balai pungai sejahtera Binjai yang berjumlah 47 KK dan penarikan sampel yang digunakan adalah N=n. Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan, studi lapangan, observasi, angket, wawancara. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data Deskriptif Kualitatif.
Dari penelitian yang telah dilakukan maka penulis dapat menyimpulkan bahwa Peranan yang dilakukan UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai dalam merehabilitasi warga binaan yang meliputi pelayanan bimbingan agama, bimbingan sosial, bimbingan keterampilan, pelayanan konsultasi pribadi, pelayanan kesehatan, kerjasama dengan instansi terkait dan pelayanan kebutuhan dasar telah berusaha memberikan fasilitas yang terbaik guna meningkatkan fungsi sosial keluarga warga binaan.Peranan yang dilakukan oleh UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai dalam meningkatkan fungsi sosial keluarga warga binaan dapat dikatakan efektif. Hal ini ditandai dengan adanya beberapa warga binaan yang sudah dikeluarkan oleh panti, warga binaan yang dikembalikan ke masyarakat merupakan orang-orang yang telah menunjukkan sikap baik selama rehabilitasi, orang-orang tersebut terlihat rajin dalam bekerja, giat dalam beribadah, memiliki sejumlah tabungan yang mereka peroleh dari kegiatan bertani. Dimana pengetahuan bertani itu mereka dapat dari pelayanan keterampilan yang diberikan oleh UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai. Tabungan yang mereka peroleh digunakan untuk modal awal kembali ke tengah-tengah masyarakat sehingga diperkirakan mampu hidup secara mandiri setelah keluar dari panti.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena Berkat
Rahmat dan ridho -Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “PERANAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH (UPTD) BALAI PUNGAI SEJAHTERA BINJAI DALAM MENINGKATKAN FUNGSI SOSIAL KELUARGA WARGA BINAAN” Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial
Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.
Skripsi ini Saya persembahkan terkhusus buat Mamakku tersayang P.
Hanum Harahap, Bapakku P.Sinuraya (Alm) yang sudah menjadi semangat buat
saya dan telah membesarkan penulis dengan segenap cinta dan kasih sayang serta
semua saudara-saudara yang telah mendukung Penulis selama penulisan skripsi
ini.
Pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang membantu Penulis dalam penyelesaian skripsi ini, dan secara
khusus Penulis menghanturkan Banyak Terima Kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Bapak Drs. Matias Siagian, Msi., selaku Ketua Departemen Ilmu
Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
3. Bapak Agus Suriadi, S.Sos, M.Si selaku Dosen pembimbing penulis yang
Skripsi ini. Terima kasih pak sudah berkenan membagi ilmu dan waktunya
kepada Saya.
4. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar yang telah mengajar dan membimbing
penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Drs. H. Umur Ginting selaku pimpinan UPTD Balai Pungai
Sejahtera Binjai yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk
melakukan penelitian di UPTD tersebut.
6. Kepada seluruh staf dan pegawai yang ada di UPTD yang telah membantu
penulis dalam proses penelitian untuk penyelesaian skripsi ini (Buat kak
susi makasi ya sudah ngasi data-data yang di perlukan, bang eka makasih
sudah mau ngantar-ngantar selama penyebaran angket, buat bang junaidi
dan bang aulia makasih sudah jadi teman yang baik selama penulis berada
di panti)
7. Kepada semua warga binaan UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai yang
telah membantu penulis dalam hal pengumpulan data
8. Buat Mamakku tersayang P. Hanum Harahap, Bapakku P. Sinuraya (Alm)
dan Abangku Budi Dharma Sinuraya/Nurcahaya Hasibuan, Dame
Halomoan Sinuraya, ST(makasi atas doa dan dukunganya selama ini),
Ponakan2ku Tondi Raihan Perdana Sinuraya, Aditya Dwi Anggara
Sinuraya (semoga menjadi anak yang pintar dan berguna untuk
9. Buat Kariz dan Hotnida (makasih sudah mau begadang bantuin aku), Julia,
Rohani, dan Nova Makasih untuk persahabatan yang kalian tawarkan
untuk aku thanks a lot.
10.Teman-teman kessos ’05 (KOMA) Yustina, Mei lasrina, Rudi, JD, Erni,
Hayati, Moris, Mele, Kartika, Nanda, ….….dan semua seniorku dan
juniorku di Kessos Daniel ’08 (makasih buat antar-antarannya), Malem
’08 (makasih buat SMSnya dan sudah ganggu tidurnya selama ini).
11.Buat keluarga besar BASE CAMP 103,0 MHZ yang telah kuanggap
sebagai saudaraku sendiri, Wak Ndut (makasih banyak ya Wak sudah
ngasih PKL di Kantor), Wak Udin, Om Bravo/Kak Eka, Kak Umi, Kak
Titik, Bang Jai, Bang Andre, Bang Dino, Bang Bintang, Fitri, Cery
makasih buat semangat dan doa yang telah di berikan.
12.Buat Steven Joel (Yudi Agustian) yang telah menjadi orang special dan
penyemangat dalam penulisan skripsi ini.
13.Buat seseorang yang pernah singgah dihatiku, makasih buat perhatian dan
doanya selama ini.
14.Buat orang-orang yang tidak tersebutkan namanya yang sudah mendukung
dan membantu dalam menyelesaikan penulisan laporan ini, aku ucapkan
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat
kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik guna
menyempurnakannya agar kedepannya penulis dapat lebih baik lagi. Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Sekian dan Terima
Kasih
Medan, juni 2009
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 12
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 12
1.4 Sistematika Penulisan ... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian ... 14
2.2 Kerangka Pemikiran ... 23
2.3 Definisi Konsep dan Definisi Operasional ... 25
2.3.1 Definisi Konsep ... 25
2.3.2 Definisi Operasional ... 26
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 29
3.2 Lokasi Penelitian ... 29
3.3 Populasi dan Sampel ... 30
3.3.1 Populasi ... 30
3.3.2 Sampel ... 30
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 30
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Lokasi Penelitian ... 33
4.2 Tugas dan Fungsi ... 34
4.2.1 Tugas. ... 34
4.2.2 Fungsi... ... 35
4.3 Struktur Organisasi dan Kepegawaian ... 36
4.3.1 Struktur Organisasi ... 36
4.3.2 Keadaan Pegawai ... 38
4.4 Keadaan Panti dan Keadaan Warga Binaan ... 40
4.4.1 Keadaan Pantia ... 40
4.4.2 Keadaan Warga Binaan ... 41
4.5 Fasilitas UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai ... 42
4.6 Prasarana/Kegiatan Pelayanan ... 43
BAB V ANALISA DATA 5.1 Peranan UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai Dalam Meningkatkan Fungsi Sosial Keluarga Warga Binaan ... 46
5.1.1 Pembinaan Keagamaan ... 47
5.2 Keberfungsian Sosial ... 50
5.2.1 Kemandirian ... 50
5.2.2 Kemampuan Bersosialisasi Dalam Keluarga dan Masyarakat ... 51
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 101
Lampiran
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Daftar nama pegawai negeri sipil UPTD Balai Pungai Sejahtera
Binjai……… ... 39
Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin….…..………... ... 51
Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Umur………..……… ... 53
Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Agama…………..…...………... 54
Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa……..……….. ... 55
Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Asal Daerah……..……….. ... 56
Tabel 7 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir……… ... 57
Tabel 8 Distribusi Responden Berdasarkan Tahun Masuk Panti………. ... 58
Table 9 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak……….……….. ... 59
Tabel 10 Distribusi Responden Berdasarkan Penyebab Menjadi Gelandangan dan Pengemis……… ... 60
Tabel 11 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Menjadi Gelandangan dan Pengemis ... 61
Tabel 12 Distribusi Responden Berdasarkan Penyebab Masuk Ke Panti……….. ... 62
Tabel 13 Distribusi Responden Berdasarkan Berapa Lama Tinggal Di Panti….. ... 63
Tabel 14 Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Selalu Mengikuti Kegiatan Keagamaan ... 64
Tabel 15 Distribusi Responden Berdasarkan Siapakah yang Menjadi Pembimbing Kegiatan Keagamaan ... 65
Tabel 16 Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Kegiatan Keagamaan Memiliki Jadwal Yang Tetap ... 65
Tabel 17 Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Pelaksanaan Kegiatan Keagamaan Sesuai Dengan Jadwal ... 66
Tabel 18 Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Selalu Mengikuti Kegiatan Apel Pagi ... 67
Kegiatan Kurpei ... 69 Tabel 21 Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Diadakan
Kegiatan Ronda Setiap Malam... 70 Tabel 22 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Keterampilan
Yang Didapatkan ... 71 Tabel 23 Distribusi Responden Berdasarkan Siapakah Yang Memilih
Keterampilan Yang Diperoleh ... 72 Tabel 24 Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Sarana dan Prasarana
Keterampilan Sudah Lengkap ... 73 Tabel 25 Distribusi Responden Berdasarkan Masalah Apa Yang Biasa
Dikonsultasikan Dengan Bapak/Ibu Asuh ... 74 Tabel 26 Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Pelayanan
Konsultasi Pribadi Bermanfaat ... 75 Tabel 27 Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Dengan
Berkonsultasi Masalah Dapat Teratasi ... 75 Tabel 28 Distribusi Responden Berdasarkan Bagaimana
Frekuensi Menderita Sakit ... 76 Tabel 29 Distribusi Responden Berdasarkan Penyakit
Apa Yang Sering Diderita ... 77 Tabel 30 Distribusi Responden Berdasarkan Bagaimana Tindakan
Pengobatan Yang Diberikan Jika Sedang Sakit ... 78 Tabel 31 Distribusi Responden Berdasarkan Ke Manakah Biasanya
Berobat Jika Sakit ... 79 Tabel 32 Distribusi Responden Berdasarkan Dari Manakah Biaya
Pengobatan Jika Menderita Sakit ... 80 Tabel 33 Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Pelayanan
Yang Diberikan Instansi Lain Bermanfaat ... 81 Tabel 34 Distribusi Responden Berdasarkan Bagaimana Penyampaian
Materi Yang Disampaikan Oleh Instruktur Yang Datang
Dari Lembaga Terkait ... 82 Tabel 35 Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Panti
Tabel 36 Distribusi Responden Berdasarkan Bangaimana
Kondisi Pakaian Yang Diterima... 84 Tabel 37 Distribusi Responden Berdasarkan Darimana Mendapatkan
Pakaian Selain Dari Panti ... 85 Table 38 Distribusi Responden Berdasarkan Berapa Kali Dalam
Sehari Memperoleh Jatah Makan ... 86 Table 39 Distribusi Responden Berdasarkan Bagaimana
Pola Konsumsi Terhadap Ikan ... 87 Tabel 40 Distribusi Responden Berdasarkan Bagaimana
Pola Konsumsi Terhadap Daging ... 88 Table 41 Distribusi Responden Berdasarkan Bagaimana
Pola Konsumsi Terhadap Susu ... 89 Table 42 Distribusi Responden Berdasarkan Bagaimana
Pola Konsumsi Terhadap Buah-Buahan ... 90 Table 43 Distribusi Responden Berdasarkan Bagaimana
Pola Konsumsi Terhadap Sayur ... 90 Table 44 Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Merasa
Nyaman Tinggal Ditempat Yang Disediakan ... 91 Table 45 Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Merasa Sudah
Mampu Memnuhi Kebutuhan Hidup Dengan
Program Yang Diberikan ... 92 Table 46 Distribusi Responden Berdasarkan Bagaimana Hubungan
Dengan Pegawai ... 93 Table 47 Distribusi Responden Berdasarkan Bagaimana Hubungan
Antar Warga Binaan ... 94 Table 48 Distribusi Responden Berdasarkan Pernahkah Melakukan +
Kesalahan Selama Tinggal Di Panti ... 95 Table 49 Distribusi Responden Berdasarkan Kesalahan Apa
Yang Dilakukan ... 96 Table 50 Distribusi Responden Berdasarkan Hukuman Apa
Apakah Warga Yang Lain Mau Membantu ... 98 Tabel 52 Distribusi Responden Berdasarkan Bagaimana Partisipasi Bapak/Ibu
Jika Sedang Diadakan Musyawarah ... 99 Table 53 Distribusi Responden Berdasarkan Apaka Nantinya Bapak/Ibu
Mampu Bergaul dan Bersosialisasi Kembali Di Lingkungan
DAFTAR BAGAN
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner (Angket)
2. Pengajuan dan Persetujuan Judul Skripsi
3. Surat Keputusan Komisi Pembimbing Penulisan Proposal/Penelitian Skripsi
4. Lembar Kegiatan Bimbingan Penulisan Proposal Penelitian 5. Lembar Kegiatan Bimbingan Penelitian/Penulisan Skripsi
6. Surat Pengantar Penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial. Dengan judul “PERANAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH (UPTD) BALAI PUNGAI SEJAHTERA BINJAI DALAM MENINGKATKAN FUNGSI SOSIAL KELUARGA WARGA BINAAN” yang disusun oleh: Sri Rezeki Ulina Sinuraya, Nim: 050902066 yang dibimbing oleh Bapak Agus Suriadi, S.Sos. Msi
ABSTRAK
Krisis ekonomi yang berkepanjangan mengakibatkan meningkatnya jumlah penduduk miskin dan menimbulkan PMKS. Salah satu jenis PMKS adalah Gelandangan dan Pengemis. Selain itu, faktor pendukung munculnya Gelandangan dan Pengemis adalah Urbanisasi dan Pembangunan wilayah yang timpang. Individu yang tidak memiliki SDM yang baik akan kalah bersaing di kota dan akan memilih pekerjaan apa saja yang dapat menghasilkan termasuk menjadi Gelandangan dan Pengemis. Permasalahan gelandangan dan pengemis ini mampu menimbulkan kriminalitas yang meresahkan dan mengganggu kenyamanan hidup masyarakat. Salah satu cara menangani permasalahan gelandang dan pengemis adalah dengan memasukkan mereka ke Panti Sosial untuk dibina.Salah satu panti sosial yang menangani masalah tersebut yang berada di Sumatera Utara adalah UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai. UPTD ini memiliki tanggung jawab untuk memberikan pelayanan dan pembinaan yang dibutuhkan oleh warga binaan selama masa rehabilitasi sehingga warga binaan nantinya mampu untuk menghadapi tantangan hidup dan tidak bergelandangan kembali setelah keluar dari panti.
Penelitian termasuk tipe penelitian deksriptif dimana penelitian ini guna mendeskripsikan peranan UPTD Balai pungai sejahtera binjai dalam meningkatkan fungsi sosial keluarga warga binaan. Adapun lokasi penelitian ini di Jl.Perintis Kemerdekaan No. 4 Binjai. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh warga binaan yang ada di UPTD balai pungai sejahtera Binjai yang berjumlah 47 KK dan penarikan sampel yang digunakan adalah N=n. Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan, studi lapangan, observasi, angket, wawancara. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data Deskriptif Kualitatif.
Dari penelitian yang telah dilakukan maka penulis dapat menyimpulkan bahwa Peranan yang dilakukan UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai dalam merehabilitasi warga binaan yang meliputi pelayanan bimbingan agama, bimbingan sosial, bimbingan keterampilan, pelayanan konsultasi pribadi, pelayanan kesehatan, kerjasama dengan instansi terkait dan pelayanan kebutuhan dasar telah berusaha memberikan fasilitas yang terbaik guna meningkatkan fungsi sosial keluarga warga binaan.Peranan yang dilakukan oleh UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai dalam meningkatkan fungsi sosial keluarga warga binaan dapat dikatakan efektif. Hal ini ditandai dengan adanya beberapa warga binaan yang sudah dikeluarkan oleh panti, warga binaan yang dikembalikan ke masyarakat merupakan orang-orang yang telah menunjukkan sikap baik selama rehabilitasi, orang-orang tersebut terlihat rajin dalam bekerja, giat dalam beribadah, memiliki sejumlah tabungan yang mereka peroleh dari kegiatan bertani. Dimana pengetahuan bertani itu mereka dapat dari pelayanan keterampilan yang diberikan oleh UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai. Tabungan yang mereka peroleh digunakan untuk modal awal kembali ke tengah-tengah masyarakat sehingga diperkirakan mampu hidup secara mandiri setelah keluar dari panti.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Krisis ekonomi yang terjadi sejak bulan Agustus 1997 telah
memporakporandakan seluruh aspek perekonomian di Indonesia, terutama
ekonomi rakyat kecil. Krisis yang berkepanjangan hingga saat ini juga telah
mengakibatkan krisis multidimensional, yang mengakibatkan jumlah penduduk
miskin semakin meningkat, krisis perbankan, masalah kemiskinan menjadi topik
menarik karena jumlah penduduk yang jatuh dibawah garis kemiskinan meningkat
sekali, pernah dihitung (secara keliru oleh BPS) menjadi 79,5 juta orang.
Perhitungan keliru dilakukan karena diasumsikan pendapatan rumah tangga tetap
(tidak naik), ketika tahun 1998 terjadi inflasi 78% dalam menyatakan pendapatan
semua orang termasuk penduduk miskin seperti buruh tani juga naik,
kadang-kadang bisa lebih dari 100% sehingga kemiskinan tahun 1998 disepakati hanya
49,5 juta atau 24,2 % (Mubyarto, 2004:400).
Masalah angka kemiskinan ini menjadi lebih banyak diperdebatkan oleh
ekonom dan non-ekonom ketika BKKBN mengumumkan angka kemiskinan dari
data-data keluarga sejahtera yang dikumpulkannya. Menurut BKKBN yang
diklasifikasikan keluarga pra-sejahtera dan keluarga sejahtera I harus dianggap
keluarga miskin dalam kaitan peluncuran program JPS. Angka penduduk miskin
versi BKKBN diperoleh dengan mengalihkan angka keluarga miskin dengan
angka rata-rata jumlah keluarga 4,5. karena dinggap terlalu tinggi, angka
kemiskinan menjadi miskin alasan ekonomi dan miskin bukan alasan ekonomi
( Mubyarto: 399-400).
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa
untuk dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung dan air minum,
hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan kadang juga berarti
tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi
masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga
negara. Kemiskinan juga merupakan masalah global, sebagian orang memahami
istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya
dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut
ilmiah yang telah mapan. Istilah "negara berkembang" biasanya digunakan untuk
merujuk kepada negara-negara yang "miskin"
Kemiskinan berarti kelaparan, kekurangan gizi, ditambah pakaian dan
perubahan yang memadai, tingkat pendidikan yang rendah, tidak ada atau sedikit
sekali kesempatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang elementer.
Pengertian diatas dapat diiterprestasikan bahwa ketidakmampuan mereka
dalam menggunakan sarana sebagai suatu pertanda kondisi ekonominya yang
sangta lemah. Dapat dipahami, bahwa dalam upaya menggunakan
fasilitas-fasilitas tersebut terutama yang berkaitan dengan kebutuhan primernya tidak
memiliki modal dasar sebagai penunjangnya (Sismudjito, 2004:136).
Kemiskinan dapat dilihat sebagai fenomena yang kompleks dan dapat
ditelusuri dari adanya kesenjangan antara kelas sosial dan ekonomi,
suku, agama dan daerah. Kondisi miskin oleh Bangsa Indonesia telah berdampak
semakin meningkatnya jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial di
masyarakat, yang tentunya juga membutuhkan penanganan yang serius dan
terpadu. Pemerintah Indonesia juga telah berusaha untuk mengurangi kemiskinan
dan meratakan pendapatan ini melalui delapan jalur pemerataan, yaitu:
1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan dasar rakyat banyak khususnya pangan,
sandang, dan perumahan.
2. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan .
3. Pemerataan pembagian pendapatan.
4. Pemerataan kesempatan kerja.
5. Pemerataan kesempatan berusaha.
6. Pemerataan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda
dan wanita.
7. Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air.
8. Pemerataan memperoleh keadilan (Sumardi, 1982: 7).
Semua itu adalah upaya pemerintah dalam mencoba melaksanakan
pemerataan pendapatan, yang dengan demikian mencoba memerangi kemiskinan.
Hal ini berarti pula pemerintah telah berusaha memikirkan perubahan strategi
pembangunannya dengan menggunakan model kebutuhan pokok.
Selain itu data mengenai fakir miskin di Indonesia pada bulan Maret 2008
sebesar 34,96 juta orang (15,42%) dibandingkan dengan penduduk miskin 2007
yang berjumlah 37,17 juta orang (16,58%) berarti jumlah penduduk miskin turun
sebesar 2,21 juta orang. Sementara jumlah fakir miskin di Sumatera menunjukan
ada 1.979.702 orang yang mempunyai potensi yang sangat besar menjadi
gelandangan dan pengemis. Potensi sumber daya yang dimiliki oleh fakir miskin
mempunyai kecenderungan makin lama makin menipis habis. Belum lagi kita
melihat data mengenai Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
sebanyak: 3.456.702 tersebar di 5.616 desa, 361 kecamatan, 25 kabupaten/kota.
Hal tersebut sangatlah merisaukan dan juga dapat berpotensi menimbulkan
masalah yang sam
14/03/09 pukul 11.25).
Salah satu jenis dari penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)
adalah gelandangan dan pengemis. Gelandangan dan pengemis tampaknya
menjadi rona tersendiri dan tak pernah pupus mencoreng wajah perkotaan tak
terkecuali di kota Medan. Terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial dan
satu ini timbul sejumlah pertanyaan siapa yang salah dan siapa yang bertanggung
jawab mengentaskan mereka dari lembah kemiskinan. Sampai saat ini para
gelandangan dan pengemis belum banyak tersentuh program-program yang
bertujuan untuk kesejahteraan rakyat tetapi jika mengacu pada Undang-Undang
Dasar 1945 pasal 27 yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Demikian juga
disebutkan dalam pasal 34 bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh
negara. Maka jelas negara harus memelihara fakir miskin dan anak-anak yang
terlantar. Negara dalam hal ini bukan hanya unsur pemerintahan tetapi seluruh
unsur masyarakat, termasuk LSM, organisasi keagamaan, organisasi sosial
masyarakat lainnya, tidak terkecuali perseorangan yang peduli terhadap fakir
Masalah gelandangan dan pengemis adalah perilaku yang tidak sesuai
dengan norma kehidupan Bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 karena gelandangan dan pengemis dapat
meresahkan masyarakat dan mengganggu ketertiban umum. Gelandangan dan
pengemis adalah fenomena sosial yang tidak dapat dihindarkan keberadaannya
dari kehidupan masyarakat, terutama yang berada di perkotaan yang terkait
dengan berbagai faktor antara lain, keterbatasan lapangan kerja, rendahnya tingkat
pendidikan, kondisi kehidupan ekonomi dan faktor mental. Hal ini adalah
merupakan tanggung jawab kita semua untuk mencari solusi, yang konkrit untuk
mengentaskan para gelandangan dan pengemis menjadi manusia yang hidup layak
(http/www.pemkomedan.go.id/news-detailphp218-2468 diakses tanggal 14/03/09
pukul 11.15 Wib).
Selain itu gelandangan dan pengemis merupakan gejala sosial dan
disebabkan oleh faktor-faktor yang kompleks, secara umum paling berpengaruh
adalah faktor ekonomi khususnya efek langsung dari pada masalah tenaga kerja,
perkembangan teknologi dan mekanisme. Menganalisa gejala gelandangan dan
pengemis yang sangat erat hubunganya dengan faktor-faktor karakternya seperti,
malas bekerja, suka berfoya-foya, pasrah pada nasib, acuh tak acuh dan lain-lain
yang secara langsung merupakan faktor yang mendorong hidup mereka kepada
kehidupan dan gelandangan dan pengemis.
Faktor lain yang menyebabkan terjadinya masalah gelandangan dan
pengemis adalah urbanisasi dan pembangunan wilayah yang timpang. Kota besar
mempunyai daya tarik yang luar biasa bagi seluruh lapisan masyrakat. Hal ini
uang dan pusat kemajuaan teknologi. Kota besar menjadi magnet yang sangat kuat
untuk menarik penduduk berpindah dari desa ke kota. Banyak alasan yang muncul
melatarbelakangi perpindahan penduduk dari desa ke kota (Urbanisasi) tersebut
misalnya mengadu nasib, mencari pekerjaan, mengembangan usaha, melanjutkan
pendidikan dan lain sebagainya.
Urbanisasi yang terjadi mengakibatkan kota menjadi tumpuan harapan
banyak orang sehingga persaingan untuk memperebutkan sumber daya yang ada
semakin kompetitif. Bagi individu yang mempunyai kapasitas SDM yang baik dan
mempunyai kesempatan, tentunya akan mempunyai kesempatan berhasil yang
lebih tinggi. Hanya saja tidak semua SDM yang bermigrasi ke kota mempunyai
kualitas yang baik, sehingga banyak yang kalah bersaing dalam kehidupan kota.
Kota tidak dapat menampung seluruh angkatan kerja yang mengalir
terus-menerus dari daerah maupun desa sumber kota yang terbatas yang harus
direbutkan oleh ratusan ribu orang. Pada akhirnya orang-orang yang tersisih ini
biasanya akan menimbulkan masalah sosial dan kriminal. Bagi mereka yang tidak
memiliki kemampuan dan keberanian melakukan tindakan kriminal biasanya akan
memilih pekerjaan apa saja yang dapat menghasilkan seperti: pemulung, kuli
bangunan, asongan, sampai gelandangan dan pengemis. Pilihan ini tentunya
bukan merupakan pilihan yang benar-benar diinginkan oleh mereka. Alasan untuk
bertahan hidup merupakan alasan utama yang paling sering terlontarkan dalam
Urbanisasi merupakan proses sosial yang memiliki dampak ganda, yakni
dampak positif dan negatif, mempunyai dampak positif karena ternyata proses
sosial semacam ini mampu memberikan angin kehidupan yang lebih baik bagi
kaum migran, mengembangkan perekonomian kota dan mampu menyediakan
tenaga kerja. Disamping itu proses urbanisasi sesungguhnya selaras dengan
adanya kondisi kehidupan ekonomi yang relatif minimal didaerah pedesaan.
Sehingga banyak penduduk desa yang pergi ke kota untuk memperbaiki kondisi
ekonominya dengan jalan mencari pekerjaan lain diluar sektor pertanian guna
mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi. Gejala demikian menimbulkan
fenomena yaitu banyaknya migran yang mengirim penghasilannya ke daerah
pedasaan atau ke daerah asal. Disamping dampak positif diatas, urbanisasi juga
punya dampak negatif antara lain meningkatnya penduduk pedesaan yang datang
ke kota sehingga terjadi urbanisasi berlebihan.
Konsekuensi logis dari gejala ini adalah munculnya berbagai problem
sosial di daerah perkotaan yang disebabkan kehadiran kaum pendatang dengan
karakteristik sosial ekonomi rendah. Ketidakberdayaan kondisi ekonomi kaum ini
pada gilirannya melahirkan sebuah fenomena sosial yang banyak mendapat
perhatian, baik dari kalangan pemerintah maupun akademisi. Fenomena sosial
yang tampak adalah munculnya komunitas tertentu yakni pemukiman kumuh,
perkampungan melarat dan kaum gelandangan. Fenomena semacam ini terdapat
dikota-kota besar yaitu Jakarta, Medan, Bandung, Semarang, Surabaya dan
Yogyakarta (Salamah, 2004: 40-41).
Munculnya fenomena gelandangan di daerah perkotaan selanjutnya dinilai
kotor, serta merusak pemandangan kota. Disamping itu, kehadiran kaum ini
dianggapnya sebagai pusat pengangguran, rawan terhadap kriminalitas yaitu
pencurian, penjambretan, perjudian, mabuk-mabukan dan pelacuran. Bahkan,
sentral-sentral gelandangan selalu dalam pengawasan pihak keamanan khususnya
pihak kepolisian, karena disinyalir daerah ini sarat akan perilaku kejahatan,
sesungguhnya pihak pemerintah kota telah melakukan berbagai upaya
penampungan pemberian keterampilan tetapi tetap saja para gelandangan masih
menghiasi sudut-sudut kota bahkan malah semakin bertambah. Berkaitan dengan
permasalahan tersebut maka untuk memperoleh gambaran penjelasan secara
empiris perlu dilakukan suatu penelitian tentang keuntungan-keuntungan sosial
ekonomi apa yang diperoleh selama berada di kota bagi para gelandangan dan
faktor-faktor apa yang berperan (Salamah, 2004: 40-41).
Jumlah gelandangan dan pengemis (gepeng) di Sumatera Utara menurut
data Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara 2006 menyebutkan, populasi gepeng
mencapai 7.813 orang, terdiri dari 4.373 orang gelandangan dan 3.440 orang
pengemis. Sesuai data tahun 2007 yang diperoleh dari Dinas Sosial Sumut
menunjukkan jumlah gelandangan pengemis dan anak jalanan (Gepeng Anjal)
mencapai 95.791 orang. Rinciannya, 3.300 pengemis, 4.823 gelandangan dan
18.741 anak jalanan. Sementara itu, terdapat 68.927 anak terlantar, 62.428 anak
balita terlantar, 161.755 keluarga fakir miskin dan paling besar jumlah keluarga
yang tinggal di rumah tak layak huni (RTLH) mencapai 140.169 keluarga
dalam urusan gepeng dan anjal. Sumut hanya kalah dari DKI Jakarta dan Jawa
Timur
Wib).
Selanjutnya menurut data yang dikeluarkan Pusat Data dan Informasi
Kesejahteraan Sosial Depsos RI itu, Sumut terbesar kedua dari 33 provinsi
memiliki masyarakatnya tinggal di rumah tak layak huni setelah Jawa Timur
404.864 RTLH. Kasubdit Bina Program P.Daulat Sembiring Dinas Sosial Sumut
mengakui data itu dan masih dipakai untuk tahun 2008. Pejabat Dinsos itu
menepis tidak ada penanganannya. Katanya, kemarin jumlah penyandang masalah
kesejahteraan sosial itu terus mengalami peningkatan setiap tahun sejak terjadi
krisis moneter terutama kelompok gepeng dan anak terlantar. Menurut Sembiring,
program penanganannya telah dilakukan dengan membina dan menempatkan
mereka di panti-panti seperti Panti Pungai Binjai dan sebuah panti di Sibolga.
(http//www.waspada.co.id/index2. Diakses jumat 17/04/2009/ pukul 11.00 wib).
Dewasa ini penyandang masalah kesejahteraan sosial sangat
memprihatinkan sebagai akibat dari krisis ekonomi dan krisis global yang
melanda dunia. Bahkan, krisis global telah menambah jumlah gepeng. Perda
gepeng bertujuan untuk meningkatkan kehidupan dan penghidupan, kemampuan
serta meningkatkan harkat dan martabat para gepeng. Berbagai upaya telah
dilakukan instansi teknis bersama-sama dengan masyarakat melalui kegiatan
pelayanan dan rehabilitasi sosial dalam menangani masalah gepeng, baik dengan
sistem penampungan di panti maupun luar panti. Namun, belum menunjukkan
hasil yang maksimal. Hal ini disebabkan beberapa faktor, diantaranya besarnya
pelayanan, keterbatasan SDM, dana, sarana dan prasarana. Di sisi lain, masyarakat
masih simpati dengan memberikan sebagian rezekinya kepada saudara-saudara
kita yang meminta-minta dipersimpangan jalan dan di bawah lampu merah.
Dengan ditetapkannya perda gepeng ini diharapkan pemkab/pemko sudah
memiliki dasar hukum dalam melaksanakan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi
gelandangan dan pengemis. Sehingga, tingkat urbanisasi masyarakat desa ke kota
dapat diminimalisir
11.00 wib).
Di Sumatera Utara ada 147 UPTD yang berada dibawah naungan Dinas
Sosial Provinsi Sumatera Utara. Beberapa diantaranya seperti, Panti Sosial Bina
Remaja Nusa Putra Tanjung Morawa yang menangani masalah remaja yang putus
sekolah dan membekali mereka dengan keterampilan, Panti Sosial Karya Bhakti
Sei Buluh menampung dan memberdayakan orang-orang buta. Panti Sosial
Parawarsa Berastagi yang menangani PSK yang terjaring oleh Satpol PP untuk
dibina dan diberi keterampilan. Panti Sosial Anak Pengekepen Kabanjahe yang
merupakan panti asuhan anak yang menampung anak-anak yang terlantar dan
diterlantarkan oleh orang tua mereka. Panti Sosial Werdha Abdi Binjai yang
menampung orang-orang jompo dan lansia yang terlantar. Panti Sosial Cacat
Netra Baladewa Tebing Tinggi yang menampung orang-orang buta dan dibekali
keterampilan seperti memijat. PSTPA Dharma Asih Medan yang menangani
penitipan anak untuk orang tua yang sibuk agar anak mereka tidak diterlantarkan
pada saat orang tua bekerja. Panti Sosial Harapan Bahkapul P.Siantar yang
menampung orang jompo dan lanjut usia terlantar. UPTD Balai Pungai Sejahtera
Satpol PP untuk dibina dan dibekali keterampilan agar dapat berfungsi sosial
sebagaimana mestinya dalam masyarakat (Daftar Panti Sosial Provinsi Sumatera
Utara 2008).
Salah satu dari UPTD yang diuraikan diatas yang menarik untuk diteliti
adalah masalah gelandangan pengemis yang ditangani oleh UPTD Balai Pungai
Sejahtera Binjai. Oleh sebab itu dapat diketahui bahwa gelandangan dan pengemis
merupakan orang-orang yang memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan
melalui pelayanan sosial yang diberikan kepada mereka sehingga peneliti merasa
tertarik untuk meneliti peranan yang dilakukan oleh UPTD Balai Pungai Sejahtera
Binjai dalam rangka meningkatan fungsi sosial keluarga warga binaan.
UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai ini mempunyai peranan seperti:
bimbingan keagamaan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesadaran
dalam beribadah sesuai dengan agama yang dianut oleh warga binaan sosial,
bimbingan sosial berupa arahan dari kepala UPTD/Kepala Seksi secara
bergantian, melaksanakan kerja bakti, memberikan kepercayaan kepada warga
binaan untuk melakukan roda malam, bimbingan keterampilan berupa pelatihan di
bidang pertanian, pelayanan konsultasi pribadi melalui bimbingan oleh Bapak/
Ibu Asuh, pelayanan kesehatan di Poliklinik yang disediakan panti, kerjasama
dengan instansi terkait yang bertujuan untuk membantu panti dalam upaya
pembinaan warga binaan serta pelayanan kebutuhan dasar seperti sandang pangan
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan
masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana peranan Unit
Pelaksana Teknis Daerah Balai Pungai Sejahtera Binjai dalam meningkatkan
fungsi sosial keluarga warga binaan”.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana peranan yang dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai
Pungai Sejahtera Binjai dalam meningkatkan fungsi sosial keluarga warga binaan.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi pembaca dan instansi terkait dalam memahami
dan menangani masalah gelandangan dan pengemis
2. Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi Unit Pelaksana Teknis Daerah
Balai Pungai Sejahtera Binjai dalam melakukan peranannya untuk
meningkatkan fungsi sosial keluarga warga binaan.
I.4 Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan tentang teori yang berkaitan dengan
masalah yang akan diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep
dan defenisi operasional.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi
sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian
dimana penulis melakukan penelitian.
BAB V : ANALISA DATA
Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh serta data
analisisnya.
BAB VI : PENUTUP
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian 2.1.1Peranan
Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Bila
seseorang yang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukan maka
dia mejalankan suatu peranan (Soekamto, 1990: 268).
Peranan mencakup 3 hal, yaitu:
1. Peranan mengikuti dihubungan dengan posisi atau tempat seseorang dalam
masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan
yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu
dalam masyrakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan perilaku individu yang penting bagi struktur
sosial.
Berdasarkan pengertian diatas maka peranan dalam diri seseorang dapat
dibedakan melalui posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang
dalam masyarakat (social position) merupakan unsur statis yang menunjukan
tempat individu pada organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada
fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Jadi setiap orang menduduki
2.1.2 Keluarga
Keluarga adalah merupakan kelompok primer yang paling penting di
dalam masyarakat. Keluarga merupakan sebuah grup yang terbentuk dari
perhubungan laki-laki dan wanita, perhubungan mana sedikit banyak berlangsung
lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi keluarga dalam
bentuk yang murni merupakan satu-kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri
dan anak-anak yang belum dewasa. Satuan ini mempunyai sifat-sifat tertentu yang
sama, dimana saja dalam satuan masyarakat manusia (Ahmadi, 2002: 239).
Keluarga merupakan satu-satunya lembaga sosial, disamping agama, yang
secara resmi telah berkembang disemua masyarakat, disamping itu, keluarga
merupakan dasar pembantu utama struktur sosial yang lebih luas, dengan
pengertian bahwa lembaga-lembaga lainnya tergantung pada eksistensinya
(Goode 1991: 87).
Keluarga dapat dibagi menjadi 2 :
1. Keluarga batih (Nuclear Family)
Keluarga batih merupakan satuan keluarga terkecil yang terdiri atas ayah, ibu,
dan anak. Keluarga tidak mengandung hubungan fungsional dengan kerabat dari
keluarga orientasi salah satu pihak.
2. Keluarga Luas (Extended Family)
Keluarga terdiri atas beberapa keluarga batih. Kita mengenal beberapa tipe
keluarga luas salah satunya ialah joint family yang terdiri atas beberapa orang
lelaki kakak beradik berserta anak-anak mereka, dan saudara kandung perempuan
keluarga mana kala ayah mereka meninggal dunia (Clayton, dalam Sunarto,2004
:63-64).
Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan
organisasi terbatas, dan mempunyai ukuran yang minimum. Terutama pihak-pihak
yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan, keluarga tetap merupakan bagian
dari masyarakat total yang lahir dan berada di dalamnya dan secara
berangsur-angsur akan melepaskan ciri-ciri tersebut karena tumbuhnya mereka kearah
pendewasaan.
2.1.3 Fungsi Keluarga
Suatu pekerjaan atau tugas yang dilakukan disebut dengan fungsi. Fungsi
keluarga adalah suatu pekerjaan atau tugas yang harus dilaksanakan di dalam atau
oleh keluarga inti. Fungsi keluarga dapat digolongkan ke dalam beberapa fungsi
yaitu:
a. Fungsi Biologis
Dalam fungsi ini diharapkan agar keluarga dapat menyelenggarakan
persiapan-persiapan perkawinan bagi anak-anaknya. Karena dengan perkawinan
akan terjadi proses kelangsungan keturunan dengan persiapan yang cukup matang
ini dapat mewujudkan suatu bentuk kehidupan rumah tangga yang baik dan
b. Fungsi Pemeliharaan
Keluarga diwajibkan untuk berusaha agar setiap anggotanya dapat
berlindung dari gangguan-gangguan :
1. Gangguan udara yaitu dengan menyediakan rumah.
2. Gangguan penyakit yaitu dengan berusaha menyediakan obat-obatan.
3. Gangguan bahaya yaitu dengan berusaha menyediakan senjata, pagar,
tembok dan lain-lain.
c. Fungsi Ekonomi
Berusaha menyelenggarakan kebutuhan manusia yang pokok yaitu:
1) Kebutuhan makan dan minum.
2) Kebutuhan pakaian untuk menutup tubuh.
3) Kebutuhan tempat tinggal.
d. Fungsi Keagamaan
Di Negara Indonesia yang ber-Ideologi Pancasila diwajibkan setiap
rakyatnya untuk menghayati, mendalami, dan mengamalkan Pancasila di dalam
perilaku dan kehidupan keluarga. Sehingga dapat diamalkan dalam keluarga.
Dengan dasar pedoman ini keluarga diwajibkan untuk menjalankan dan
mendalami serta mengamalkan ajaran-ajaran agama dalam perlakuannya sebagai
e. Fungsi Sosial
Dengan fungsi sosial, keluarga berusaha untuk mempersiapkan
anak-anaknya bekal selengkapnya dengan memperkenalkan nilai-nilai dan sikap-sikap
yang dianut oleh masyarakat. Serta mempelajari peranan-peranan yang diharapkan
akan dijalankan kelak jika anak telah dewasa. Dengan fungsi ini diharapkan agar
dalam keluarga selalu terjadi pewarisan kebudayaan atau nilai-nilai kebudayaan.
Kebudayaan yang diwariskan adalah kebudayaan yang telah dimiliki oleh generasi
tua yaitu Ayah dan Ibu, diwariskan kepada anak-anaknya dalam bentuk antara lain
sopan santun, bahasa, cara bertingkah laku, ukuran tentang baik buruknya
perbuatan dan lain-lain.
Wangsa Negara dalam Ahmadi (2003: 91) mengemukakan bahwa,
fungsi-fungsi keluarga meliputi beberapa hal :
a. Pembentukan kepribadian, dalam lingkungan keluarga para orang tua
meletakkan dasar-dasar kepribadian kepada anak-anaknya, dengan tujuan
untuk memproduksikan serta melestarikan kepribadian dengan anak cucu dan
keturunannya.
b. Keluarga juga berfungsi sebagai alat reproduksi kepribadian-kepribadian yang
berakar dari etika, estetika, moral, keagamaan, dan kebudayaan yang
berkorelasi fungsional dengan sebuah struktur masyarakat tertentu.
c. Keluarga merupakan eksponen dari kebudayaan masyarakat, karena
menempati posisi kunci. Keluarga adalah sebagai jenjang dan perantara dalam
transmisi kebudayaan.
d. Keluarga berfungsi sebagai lembaga perkumpulan perekonomian.
2.1.4 Gelandangan
Gelandangan dapat dilukiskan sebagai seseorang yang tidak mempunyai
pekerjaan tetap dan layak, tidak memiliki tempat tinggal yang tetap serta makan
disembarang tempat. Menurut Jan A. Muttalib dan Sudjarwo, menggambarkan
bahwa gelandangan mengandung tiga pengertian sebagai berikut:
1. Gelandangan sebagai kelompok orang yang sangat miskin atau
dimiskinkan oleh masyarakat.
2. Gelandangan adalah orang yang disingkirkan dari kehidupan khalayak
ramai.
3. Gelandangan merupakan pola hidup agar mampu bertahan dalam
kemiskinan dan keterasingan (Winarni, 2006: 323).
Di dalam kamus Bahasa Indonesia karangan W.J.S. Poerwadarminta
mengatakan sebagai berikut : bergelandang adalah berjalan kesana kesini tidak
tentu maksudnya. Gelandangan, berarti orang yang bergelandangan (tak tentu
tempat kediaman dan pekerjaan) (Arrasjid, 1980: 1).
Sedangkan menurut Kepala Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara Drs.
Nabari Ginting MSi gelandangan adalah orang yang hidup tidak sesuai norma
masyarakat, tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap.
Dengan demikian gelandangan dapat diartikan sebagai orang yang lontang
lantung karena tidak mempunyai tempat tinggal atau mempunyai tempat tinggal
yang tak layak dan yang tidak bermata pencaharian atau bermata pencaharian
yang tak layak.
Berdasarkan definisi tersebut diatas maka gelandangan dapat dibagi
1. Tuna-karya dan tuna-wisma
Tuna-karya dan tuna-wisma adalah sama sekali tidak mempunyai pekerjaan dan
tidak bertempat tinggal yang tetap.
2. Tuna-karya dan berwisma tak layak
Tuna-karya dan berwisma tak layak adalah sama sekali tidak mempunyai
pekerjaan, tetapi mempunyai tempat tinggal tetap yang tak layak .
3. Berkarya-tak layak dan tuna-wisma
Berkarya-tak layak dan tuna-wisma adalah yang mempunyai pekerjaan yang tak
layak dan tak bertempat tinggal tetap.
4. Berkarya-tak layak dan berwisma-tak layak
Berkarya tak layak dan berwisma tak layak adalah yang mempunyai pekerjaan
yang tak layak, dan bertempat tinggal tetap yang tak layak.
Disamping empat golongan yang sudah di sebutkan diatas, maka kita juga
harus memperhatikan mengenai usianya. Maksudnya, gelandangan itu dibedakan
atas dasar usia, apakah dewasa atau belum dewasa (anak-anak). Hal ini sangat
penting karena kalau ditinjau dari ilmu jiwa, masa atau fase-fase dari
perkembangan usia dapat menentukan cara dan sifat kehidupan manusia itu lebih
lanjut, begitu pula dengan aspek lainnya.
Berdasarkan hal itu maka dapat pula di golongkan menjadi : 1. Gelandangan dewasa.
2. Gelandangan anak-anak/belum dewasa.
Gelandangan dewasa dapat pula dibedakan atas : a. Sehat dan kuat fisiknya
c. Sehat badan, tapi invalid (misalnya walaupun tak berkaki, tapi sehat
badannya)
d. Jiwanya sakit/terganggu jiwanya
e. Telah berusia tua/lemah fisik karena usia tuas
Gelandangan anak-anak/belum dewasa dibedakan lagi atas : a. Sehat dan kuat fisiknya sesuai dengan usianya
b. Berpenyakit dan lemah fisiknya
c. Sehat badan, tetapi invalid
d. Jiwa sakit/terganggu jiwanya
Perbedaan diatas adalah untuk menentukan jalan keluarnya, karena tidak
semua gelandangan dapat diberikan jalan keluar yang sama dalam rangka
penanggulanggan gelandangan.
2.1.5 Pengemis
Menurut Kepala Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara Drs. Nabari
Ginting MSi pengemis adalah orang yang mendapat penghasilan dengan cara
meminta-minta ditempat umum dan mengharap belas kasihan dari orang lain.
Secara garis besar pengemis dapat didefinisikan sebagai orang-orang yang
mendapat penghasilan dengan meminta-meminta ditempat umum dengan berbagai
cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan orang lain.
Kriteria yang dapat diberikan antara lain :
a. Anak sampai usia dewasa (laki-laki/perempuan) usia 18-59 tahun.
b. Meminta-minta dirumah-rumah penduduk, pertokoan, persimpangan jalan
c. Bertingkah laku untuk mendapatkan belas kasihan berpura-pura sakit,
merintih dan kadang-kadang mendoakan dengan bacaan ayat-ayat suci,
sumbangan untuk organisasi tertentu.
d. Biasanya mempunyai tempat tinggal tertentu atau tetap, membaur dengan
2.2 Kerangka Pemikiran
Kebijakan pemerintah mengenai gelandangan dan pengemis harus
dituangkan dalam kebijakan yang tegas baik dalam formalitas legislasinya
maupun dalam penerapannya. Larangan mengemis dan menggelandang di
persimpangan dan di perkantoran misalnya harus ditindak lanjuti dengan
konsisten. Razia dan pembinaan yang dilakukan kepada gelandangan akan
menjadi sia-sia bila ketegasan menjalankan peraturan tidak dilakukan.
Gelandangan dan pengemis akan kembali lagi mengemis dan menggelandang
begitu selesai dirazia dan dibina.
Untuk mengatasi persoalan gelandangan dan pengemis dalam
meningkatkan fungsi sosialnya dalam keluarga maka dibutuhkanlah peranan dari
pemerintah untuk membina kemandirian serta keberfungsian sosial keluarganya,
agar dapat menjalankan fungsinya dengan semestinya. Dari itu pemerintah
Provinsi Sumatera Utara membentuk Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai
Pungai Sejahtera Binjai sebagai wadah pelayanan dan pembinaan bagi
gelandangan dan pengemis yang terjaring dalam razia yang dilakukan oleh Satpol
PP dengan pembinaan dan pelayanan yang diberikan, diharapkan dapat
meningkatkan kemandirian gelandanggan dan pengemis yang dibina, sehingga
mereka dapat kembali menjalankan keberfungsian sosial keluarganya dengan
Bagan Kerangka Pemikiran
Gelandangan Pengemis
1. Tidak berfungsi secara sosial
2. Tidak memiliki SDM yang memadai 3. Bergantung pada orang lain
UPTD.Balai Pungai Sejahtera Binjai
Tujuan yang ingin dicapai yaitu kemandirian/
keberfungsian sosial keluarga warga binaan Peranan Lembaga
a. Pembinaan keagamaan b. Bimbingan sosial
c. Bimbingan keterampilan d. Pelayanan konsultasi
pribadi
e. Pelayanan kesehatan f. Kerjasama dengan instansi
terkait
g. Pelayanan kebutuhan dasar
Hasil yang diharapkan 1. Kemandirian sosial dan
ekonomi
2.3 Definisi Konsep dan Definisi Operasional 2.3.1 Definisi Konsep
Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas
dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik, kejadian, keadaan kelompok atau
individu tertentu (Singarimbun, 1981: 32). Dalam hal ini konsep penelitian
bertujuan untuk merumuskan dan mendefinisikan istilah-istilah yang digunakan
secara mendasar agar tercipta suatu persamaan persepsi dan menghindari salah
pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian ini.
Adapun yang menjadi definisi konsep dalam penelitian ini adalah:
1. Peranan adalah aspek yang dinamis dari kedudukan (status) apabila seseorang
melakukan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya.
2. Keluarga merupakan sekelompok orang yang diikat oleh ikatan darah atau
perkawinan yang terdiri atas ayah, ibu dan anak-anak.
3. Fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan atau tugas yang harus dilaksanakan di
dalam atau oleh keluarga inti yaitu fungsi biologis, fungsi pemeliharaan,
fungsi ekonomi, fungsi keagamaan, dan fungsi sosial.
4. Gelandangan adalah orang yang hidup tidak sesuai norma masyarakat, tidak
mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap.
5. Pengemis adalah orang yang mendapat penghasilan dengan cara
2.3.2 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan unsur penelitian yang memberitahukan
bagaimana cara mengukur suatu variabel (Singarimbun, 1981:33). Bertujuan
untuk memudahkan pelaksanaan penelitian di lapangan. Maka perlu
operasionalisasi dari konsep-konsep yang digunakan untuk bertujuan
menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dengan kata-kata yang
dapat diuji dan diketahui kebenarannya oleh orang lain. Dalam penelitian ini,
peranan Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Pungai Sejahtera Binjai dalam
peningkatan fungsi sosial keluarga warga binaan dapat diukur dari indikator
sebagai berikut:
1.Peranan Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Pungai Sejahtera Binjai a. Pembinaan keagamaan
Pembinaan keagamaan yang diberikan memiliki tujuan untuk
meningkatkan kesadaran dalam beribadah sesuai dengan agama yang dianut oleh
WBS. Pembinaan keagamaan dilakukan melalui kegiatan-kegiatan agama yang
rutin dilakukan oleh WBS eks Gepeng agar para WBS eks gepeng menjadi
orang-orang yang taat beribadah sehingga mental yang dimiliki oleh mereka terbentuk
dengan baik.
b. Bimbingan sosial
Kegiatan bimbingan sosial yang dilakukan oleh UPTD.Balai Pungai
Sejahtera Binjai adalah:
1. Pemberian bimbingan pengarahan dari kepala UPTD/ Kepala seksi secara
bergantian pada setiap apel pagi. Semua warga mengikuti kegiatan
2. Melaksanakan kerja bakti dengan membersihkan lingkungan kantor dan
tempat tinggal warga yang biasa disebut ‘kurpei’ agar dapat
menggerakkan badan dan juga menambah keakraban diantara sesama
warga.
3. Memberikan kepercayaan kepada WBS eks gepeng yang berjenis kelamin
laki-laki untuk melakukan ronda malam secara bergiliran. Ronda malam
dilakukan oleh 10 orang WBS pada setiap malamnya.
c. Bimbingan keterampilan
Bagi warga yang mempunyai bakat dibidang peternakan, pertanian,
mereka mendapat bimbingan keterampilan dari instruktur yang cukup mahir.
Seperti bidang pertanian didatangkan petugas dari Dinas Pertanian Kab. Langkat.
d. Pelayanan konsultasi pribadi
Untuk memudahkan pelayanan dan pembinaan di panti telah dibentuk
Pekerja Sosial sebagai Bapak/ Ibu asuh yang terdiri dari pegawai yang ada. Setiap
warga maupun keluarga dapat berkonsultasi langsung kepada Bapak/ Ibu asuh
masing-masing mengenai permasalahan-permasalahan yang dihadapi individu
maupun kelompok, termasuk juga masalah keterampilan dalam bidang pertanian
dll.
e. Pelayanan kesehatan
Untuk menuju keluarga yang sehat, UPTD.Balai Pungai Sejahtera Binjai
bekerjasama dengan Puskesmas Sambirejo dalam penanganan WBS yang sakit
serta memerlukan perawatan di Puskesmas maupun Rumah Sakit Umum Binjai
sakit ringan dapat dilayani di Poliklinik Panti yang dibuka setiap hari Jumat
dengan mendatangkan Perawat/Bidan.
f. Kerjasama dengan instansi terkait
Panti mengadakan hubungan kerjasama dengan beberapa instansi dengan
tujuan untuk dapat membantu panti dalam upaya pembinaan WBS.
g. Pelayanan kebutuhan dasar
Panti memberikan makanan/minuman, pakaian dan perumahan yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar warga binaan
2. Keberfungsian sosial a. Kemandirian
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Penelitian ini termasuk tipe penelitian deskriptif dimana penelitian
deskriptif adalah suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga,
masyarakat, dll) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya (Nawawi, 1998: 63). Penelitian ini termasuk tipe penelitian
deskriptif karena penelitian ini menggambarkan suatu objek yang diteliti melalui
pencarian data-data dan sumber-sumber informasi yang berkenaan dengan objek
yang akan diteliti, menganalisa data-data yang didapat serta menginterpretasikan
kondisi-kondisi yang terjadi pada objek penelitian berdasarkan data yang ada.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Pungai
Sejahtera Binjai jalan Perintis Kemerdekaan No.4 Binjai yang merupakan salah
satu unit pelaksana teknis daerah (UPTD) yang berada di bawah naungan Dinas
Sosial Provinsi Sumatera Utara. Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah karena
lembaga pemerintahan ini berperan dalam membina dan membimbing
gelandangan dan pengemis agar mampu melaksanakan fungsi sosial keluarga
sebagaimana harusnya sehingga peneliti merasa tertarik untuk melakukan
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia,
benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa
sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian
(Nawawi, 1998:141). Berdasarkan pendapat tersebut maka yang menjadi populasi
dalam penelitian ini adalah keseluruhan warga binaan yang sedang menjalani
proses rehabilitasi di Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Pungai Sejahtera Binjai
yang berjumlah 47 Kepala Keluarga (KK).
3.3.2Sampel
Sampel adalah wakil dari populasi yang dianggap representatif atau
memenuhi syarat untuk menggambarkan keseluruhan dari populasi yang
diwakilinya. Menurut Prof.Dr.Suharsimi Arikunto, Sampel adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 1998 : 109). Karena jumlah populasi
kurang dari 100, maka dalam penelitian ini populasi adalah sampel (N = n) yaitu
47 KK.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan maka dalam penelitian ini
peneliti menggunakan teknik sebagai berikut:
1. Studi Kepustakaan
Teknik pengumpulan data atau informan yang menyangkut masalah yang
karya ilmiah, artikel, buletin dll yang mempunyai relevansi dengan penelitian
ini.
2. Studi Lapangan
Pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung, turun
ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan Peranan Unit
Pelaksana Teknis Daerah Balai Pungai Sejahtera Binjai dalam peningkatan
fungsi sosial keluarga warga binaan
a. Observasi yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk
mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian. Dimana
objek yang diamati adalah seluruh warga binaan UPTD. Balai Pungai
Sejahtera Binjai.
b. Angket (Questioner) yaitu teknik pengumpulan data dan informasi yang
dilaksanakan dengan menyebar angket kepada warga binaan yang menjadi
responden mengenai pembinaan keagamaan, bimbingan sosial, bimbingan
keterampilan, pelayanan konsultasi pribadi, pelayanan kesehatan dan
kerjasama dengan instansi terkait yang mereka dapatkan di UPTD. Balai
Pungai Sejahtera Binjai.
c. Wawancara yaitu dimaksudkan untuk mengajukan pertanyaan secara tatap
muka dengan responden yang bertujuan untuk melengkapi data yang
diperlukan. Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah Kepala
3.5 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini teknik analisa data yang digunakan adalah deskriptif
kualitatif dimana data yang didapat dari hasil wawancara mendalam kemudian
diolah secara manual, karena data yang didapat dari lapangan sifatnya sangat luas
dan banyak sehingga tidak semua data tersebut dibutuhkan untuk memperkuat
analisa data dan mendukung tujuan penelitian.
Informasi yang didapat dari lapangan dikelompokkan dan lebih
disederhanakan dengan sistematis untuk membuat deskripsi kualitatif yang jelas
menggambarkan peranan Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Pungai Sejahtera
Binjai dalam peningkatan fungsi sosial keluarga warga binaan, sehingga jawaban
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Lokasi penelitian
Penelitian dilaksanakan di UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai yang
terletak di Jl. Perintis Kemerdekaan No.4 Binjai. UPTD Balai Pungai Sejahtera
Binjai merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Daerah yang mana khusus
melaksanakan rehabilitasi terhadap eks gelandangan dan pengemis serta keluarga-
keluarga yang rentan akan miskin yang berada didawah naungan Dinas Sosial
Propinsi Sumatera Utara.ada dibawah naungan Departemen Sosial. UPTD Balai
Pungai Sejahtera Binjai terdiri dari dua Panti yaitu Panti sosial Karya Pungai
berdiri pada tahun 1958 yang berada dibawah naungan Dinas Sosial Propinsi
Sumatera Utara dan Panti Sosial Bina Karya Sejahtera( PSBK ) berdiri pada
tahun 1983 berada dibawah naungan Kantor Wilayah Departemen Sosial.
Pada tahun 2001 setelah Otonomi Daerah Departemen Sosial bubar
sekarang ini UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai berada dibawah naungan Dinas
Sosial Propinsi Sumatera Utara. UPTD Sejahtera Pungai di kepalai oleh Drs. H.
Umur Ginting Kepala Seksi dari Panti Sosial Pungai dipimpin oleh Dra. Ita
4.2 Tugas dan fungsi 4.2.1 Tugas
UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai mempunyai tugas untuk memberikan
pelayanan secara professional dalam rehabilitasi sosial yang meliputi pelayanan
fisik, mental dan mengubah perilaku kearah yang lebih positif dalam mengisi
kehidupan dengan memberikan keterampilan kerja dan resosialisasi serta
pembinaan lanjut yang diberikan kepada warga, yang tujuannya agar para warga
setelah selesai menjalani pembinaan melalui panti dapat berperan aktif dalam
kehidupan masyarakat.
1. Membantu kepala dinas dalam menyelenggarakan bagian program
pelayanan sosial kepada gelandangan dan pengemis. Tugas Kepala UPTD ;
2. Untuk melaksanakan tugas tersebut, kepala UPTD balai mengadakan
fungsi :
a. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan berbagai pihak
dalam penanganan gelandangan dan pengemis sesuai ketentuan
dan standar yang ditetapkan.
b. Pemberdayaan tenaga fungsional dilingkungan balai, sesuai
ketentuan dan standar yang ditetapkan
c. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas dan wakil
kepala dinas, sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya.
d. Pemberian masukan yang perlu kepada kepala dinas dan wakil
e. Pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan
fungsinya kepada kepala dinas melalui wakil kepala dinas sesuai
standar yang ditetapkan.
Tugas Sub. Bagian Tata Usaha :
1. Perlengkapan dan rumah tangga, dokumentasi arsip dan surat- menyurat
2. Menyelenggarakan pengelolaan keuangan, personil, peralatan dan
ketatausahaan balai sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.
3. Menghimpun bahan atau data dari seksi lainnya untuk pengadministrasian
atau pembukuan dan pelaporan sesuai ketentuan dan standar yang
ditetapkan.
4. Memberikan masukan yang perlu kepada balai sesuai bidang tugasnya.
5. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada
balai sesuai standar yang ditetapkan.
4.2.2 Fungsi a. fungsi preventive
fungsi Preventive adalah usaha yang terorganisir yang meliputi
penyuluhan, bimbingan, pelatihan dan pengawasan yang ada hubunganya dengan
gelandangan dan pengemis, sehingga akan tercegahnya masyarakat menjadi
gelandangan dan pengemis oleh indepidu dan juga dapat mencegah luasnya
b. Fungsi Represif
Fungsi Refresif adalah usaha yang terorganisir baik melalui lembaga
maupun bukan lembaga.
c. Fungsi Rehabilitatif
Fungsi Rehabilitatif adalah usaha yang terorganisir melalui usaha
penyantunan pembekalan latihan dan keterampilan untuk pemulihan
kemampuan dan diusahakan untuk menyalurkan eks warga binaan sosial.
4.3 Struktur Organisasi dan Kepegawaian 4.3.1 Struktur Organisasi
Organisasi berasal dari kata organize yang berarti menciptakan struktur
dengan bagian yang diintegrasikan sedemikian rupa, sehingga hubungan satu
sama lain terikat oleh hubungan terhadap keseluruhannya. Organisasi diartikan
dalam menggambarkan pola- pola, skema, bagan yang menunjukkan garis- garis
perintah, kedudukan karyawan,hubungan- hubungan yang ada dan lain sebagainya
(Ketaren, 2005: 76).
UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai sebagai UPT dari Dinas Sosial
STRUKTUR ORGANISASI UPTD BALAI PUNGAI SEJAHTERA BINJAI
KEPALA
KA.SUB BAG TATA USAHA
KA.SEKSI PS. SEJAHTERA KA. SEKSI
PS. PUNGAI KA SEKSI
PERNC. PROGRAM
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
FUNGSIONAL
FUNGSIONAL
4.3.2 Keadaan Pegawai
a. Jumlah pegawai yang ada di UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai
seluruhnya berjumlah 28 orang, terdiri dari :
- Laki- laki : 17 orang
- Perempuan : 11 orang
dengan perincian sebagai berikut :
- PNS : 27 orang
- Pegawai Honor : 1 orang
b. Jenjang pendidikan pegawai terdiri dari :
- S1 : 7 orang
- DIV, Sarjana Muda : 0 orang
- SLTA : 20 orang
- SLTP : 0 orang
- SD : 1 orang
c. Jenjang kepangkatan/ Golongan terdiri dari :
- Pembina IV / a : 0 orang
- Penata TK.I, III / d : 5 orang
- Penata III / c : 1 orang
- Penata Muda TK.I, III / b : 10 orang
- Penata Muda III / a : 3 orang
- Pengatur TK.I, II / d : 2 orang
- Pengatur Muda II / a : 6 orang
Berikut ini adalah daftar nama- nama pegawai UPTD Balai Pungai
Sejahtera Binjai :
TABEL 1
Daftar nama Pegawai negeri Sipil UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai
NAMA NIP GOL JABATAN PENDIDIKAN
170025323 III/C FUNGSIONAL S1 YUSNIAR 170020703 III/A FUNGSIONAL SMA HASAN BASRI 1700 II/D FUNGSIONAL SMA RUSNANI,STIS 170018607 III/B STAF PS
SEJAHTERA
S1 HELEN NAIBAHO 170023351 III/A STAF PS
SEJAHTERA
SMA LINTONG
PASARIBU,SE
170024404 III/D STAF PERENC. PROGRAM
S1 Dra.MULIATI 170013074 III/D STAF PERENC.
PROGRAM
S1 JANTAR
TAMPUBOLON
170012234 III/B STAF PERENC. PROGRAM
JULIANI SITEPU 170008948 III/B STAF PERENC.
III/B FUNGSIONAL S.M.P.S EKA PRANATA 400086228 II/A TU SMA M. IRFAN 197804262
009011004
II/A TU SMA JUNAIDI SITEPU 198202082
009011005
II/A TU SMA ULI SURYA AR 196620820
09011001
II/A TU SMA AULIA RAHMAD - - HONORER SMA
Di UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai dapat dilihat keadaan panti dan
keadaan Warga Binaan serta apa saja fasilitas yang ada di UPTD Balai Pungai
Sejahtera adalah :
4.4 Keadaan Panti dan keadaan warga binaan 4.4.1 keadaan panti
1. Luas Tanah : 228.000 M²
f. Ruang Asrama Sejahtera : 19 unit
g. rumah Dinas Kepala : 1 unit
h. Wisma : 2 unit
i. Rumah Dinas Staff : 7 unit
j. Dapur umum : 2 unit
l. Garasi : 1 unit
m. MCK : 10 unit
n. Zal Razia : 2 unit
o. Bangunan Baru : 14 Unit
4.4.2 Keadaan Warga Binaan
Jumlah Warga Binaan Sosial yang ada di UPTD Balai Pungai Sejahtera
Binjai sampai dengan bulan Juni 2009 adalah sebagai berikut :
1. Warga Binaan Sosial pada Panti Sosial Karya Pungai berjumlah 155 jiwa
dengan perincian sebagai berikut :
- Laki – laki : 73 jiwa
- Perempuan : 82 jiwa
dengan klasifikasi yang terdiri dari :
- Dewasa laki-laki : 40 jiwa
- Dewasa Perempuan : 38 jiwa
- Anak laki-laki : 33 jiwa
- Anak Perempuan : 44 jiwa
2. Warga Binaan Sosial yang ada pada Panti Sosial Sejahtera berjumlah 60
jiwa dengan perincian sebagai berikut :
- Laki- laki : 34 jiwa
- Perempuan : 26 jiwa
dengan klasifikasi yang terdiri dari :