• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Dampak Realisasi APBD Terhadap Peningkatan Indeks Pembangunan di Kota Binjai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Dampak Realisasi APBD Terhadap Peningkatan Indeks Pembangunan di Kota Binjai"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS DAMPAK REALISASI APBD TERHADAP PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

DI KOTA BINJAI

SKRIPSI

Diajukan oleh :

ABDUL AZIZ NASUTION 060501032

Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

Nama : Abdul Aziz Nasution NIM : 060501032

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perencanaan Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Dampak Realisasi APBD Terhadap Peningkatan Indeks Pembangunan di Kota Binjai

Tanggal ______________

Pembimbing,

(Paidi Hidayat, SE, MSi NIP.19750920 200501 1002

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

BERITA ACARA UJIAN

Hari : Tanggal :

Nama : Abdul Aziz Nasution NIM : 060501032

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perencanaan Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Dampak Realisasi APBD Terhadap Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia di Kota Binjai

Ketua Departemen, Pembimbing,

(Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec) (Paidi Hidayat, SE, MSi NIP. 197304081998021001 NIP.19750920 200501 1002

)

Pembanding I, Pembanding II,

(Kasyful Mahali, Se, Msi) (Inggr ita G. Sari, SE, Msi NIP. 196711112002121001 NIP. 198011102008122003

(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

Nama : Abdul Aziz Nasution NIM : 060501032

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perencanaan Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Dampak Realisasi APBD Terhadap Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia di Kota Binjai

Tanggal _____________ Ketua Departemen,

(Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec

NIP. 197304081998021001

)

Tanggal _____________ Dekan,

(Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec

NIP. 131 265 985

(5)

Abstract

The purpose of this research was to analyze the effect of government spending on education and health sectors to the development of the Human Development Index in the city of Binjai for a periode of 20 years, starting from 1989 up to 2008. In the equation model, the Human Development Index (HDI) is as dependent variable (Y), while government spending on education sector (X1)

and health (X2), is as independent variable.

The research method used in this analysis is the Ordinary Least Square (OLS), using multiple linear regression and analysis tools used to process data by using Eviews 5.1

The estimation results of this research show that all independent variables namely, government Expenditure in education sector (X1), and government

Expenditure in health sector (X2) has a positive influence on the human

development index (Y), which is significant at alpha 10%

(6)

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh dari pengeluaran pemerintah pada sektor pendidikan dan kesehatan terhadap perkembangan Indeks Pembangunan Manusia di Kota Binjai dalam kurun waktu 20 tahun, mulai dari tahun 1989 sampai dengan tahun 2008. Dalam persamaan model, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah sebagai variabel terikat (Y) sedangkan pengeluaran pemerintah pada sektor pendidikan (X1) dan kesehatan

(X2), adalah sebagai variabel bebas.

Metode penelitian yang digunakan dalam analisis ini adalah Ordinary Least Square (OLS), dengan menggunakan metode regresi linear berganda dan alat analisis yang dipakai untuk mengolah data yaitu dengan menggunakan Eviews 5.1.

Hasil estimasi dari penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel bebas yaitu, pengeluaran pemerintah pada sektor pendidikan (X1), dan

pengeluaran pemerintah pada sektor kesehatan (X2) berpengaruh positif terhadap

indeks pembangunan manusia (Y), yang signifikan pada alfa 10%

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul “Analisis Dampak Realisasi APBD Terhadap Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia di Kota Binjai”. Isi dan materi skripsi ini di dasarkan pada penelitian perpustakaan serta perkembangan dan data sekunder yang terkait dengan hal yang diteliti.

Adapun skripsi ini diselesaikan sebagai tugas akhir penulis untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak luput dari hambatan dan kesulitan yang harus dihadapi. Namun berkat bimbingan, bantuan dan pengorbanan baik moril maupun materil dari berbagai pihak maka skripsi ini dapat diselesaikan. Melalui kesempata ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yan sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orangtua penulis yaitu Ayahanda Irwansyah Nasution dan Ibunda Mariana Ritonga serta kakak dan kedua adik penulis, Erwina, Ratih, Nurliana atas kasih sayang, doa serta dukungan moril dan materil yang selalu diberikan kepada penulis.

(8)

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec dan Bapak Irsyad Lubis, SE. M. Soc. Sc. Phd selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Paidi Hidayat, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan bimbingan dari awal pengerjaan sampai dengan selesainya skripsi ini.

5. Bapak Kasyful Mahali, Se, Msi dan Ibu Inggrita G. Sari, SE, Msi selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan petunjuk bagi penyelesaian skripsi ini.

6. Seluruh staff pengajar dan pegawai di Fakultas Ekonomi terkhusus Departemen Ekonomi Pembangunan atas pengajaran, bimbingan, dan bantuannya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

7. Kepada sahabat-sahabat terbaikku Asep, Udin, Ardi serta Willy, Rezkha, Ikhsan dan lain-lain yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu dalam skripsi yang telah memberikan semangat dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi in

8. Kepada anak-anak EP’06 yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu terima kasih atas semangat dan bantuannya selama ini.

(9)

Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat dan damai sejahtera bagi kita semua dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Desember 2010

Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah... 6

1.3 Hipotesis... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian... 6

BAB II URAIAN TEORITIS... 8

2.1 Pengertian Pembangunan ... 8

2.1.1 Ukuran-ukuran Ekonomi Tradisional ... 8

2.1.2 Pandangan Baru Ekonomi Pembangunan... 10

2.1.3 Tiga Nilai Inti Pembangunan ... 14

2.1.4 Tiga Tujuan Inti Pembangunan ... 18

2.2 Perencanaan Pembangunan Daerah ... 19

2.2.1 Peran Pemerintah dalam Pembangunan Daerah ... 19

(11)

2.3 Pembangunan Manusia ... 23

2.4 Indeks Pembangunan Manusia ... 27

2.4.1 Komponen-komponen IPM... 28

2.4.2 Tahapan Perhitungan IPM... 30

2.4.3 Hubungan Pembangunan Ekonomi Terhadap IPM... 31

2.4.4 Pengaruh Pembangunan Pendidikan Terhadap Peningkatan IPM... 35

2.4.5 Pengaruh Pembangunan Kesehatan Terhadap Peningkatan IPM ... 36

2.5 Pengeluaran Pemerintah... 37

2.5.1 Model Pembangunan Tentang Pengeluaran Pemerintah... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

3.1 Ruang Lingkup Penelitian... 40

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 40

3.3 Pengolahan Data... 41

3.4 Model Analisis Data... 41

3.5 Test Of Goodness Of Fit (Uji Kesesuaian ) ... 42

3.5.1 Koefisien Determinasi (R-Square)... ... 42

3.5.2 Uji t-statistik (Uji Parsial)... 42

3.5.3 Uji F-statistik... 44

3.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 45

3.6.1 Multikolinerity... 45

3.6.2 Autokolerasi... 46

(12)

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN... 48

4.1 Gambaran Umum Kota Binjai ... 48

4.1.1 Sejarah Singkat Kota Binjai... ... 48

4.1.2 Kondisi Geografis... 48

4.1.3 Perekonomian... 49

4.1.4 Kependudukan... 51

4.2 Perkembangan IPM di Kota Medan ... 52

4.2.1 IPM dan Pertumbuhan Ekonomi ……… 54

4.3 Perkembangan Belanja APBD untuk Sektor Pendidikan... 55

4.4 Perkembangan Belanja APBD untuk Sektor Kesehatan ... 56

4.5 Pembahasan ... 58

4.5.1 Interpretasi Model... 58

4.6 Pengujian Hipotesis ... 59

4.6.1 Koefisien Determinasi (R-square)... 59

4.6.2 Uji F-statistik... 59

4.6.3 Uji t-statistik... ... 61

4.6.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

5.1 Kesimpulan ... 66

5.2 Saran... 67

(13)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Nilai Maksimum dan Minimum Indikator 31 Komponen IPM

4.1 Luas Wilayah Kota Binjai 49

4.2 Jumlah, Laju Pertumbuhan, Kepadatan 52 Penduduk di Kota Binjai Tahun 2001-2008

4.3 IPM Kota Medan Tahun 1990-2008 54 4.4 IPM dan Laju Pertumbuhan Penduduk 2001-2008 55 4.5 Belanja APBD untuk Sektor Pendidikan 56

Tahun 1989-2008

4.6 Belanja APBD untuk Sektor Kesehatan 57 Tahun 1989-2008

(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

1.1 Status Indeks Pembangunan Manusia 3 2.1 Hubungan antara Pembangunan Manusia dan 34

Pertumbuhan Ekonomi

3.1 Kurva Uji t-statistik 43

3.2 Kurva Uji F-statistik 45

3.3 Kurva Distribusi Durbin-Watson 46

4.1 Kurva Uji F-statistik 61

4.2 Kurva Uji t-statistik variabel anggaran 62 pendidikan (X1)

(15)

Abstract

The purpose of this research was to analyze the effect of government spending on education and health sectors to the development of the Human Development Index in the city of Binjai for a periode of 20 years, starting from 1989 up to 2008. In the equation model, the Human Development Index (HDI) is as dependent variable (Y), while government spending on education sector (X1)

and health (X2), is as independent variable.

The research method used in this analysis is the Ordinary Least Square (OLS), using multiple linear regression and analysis tools used to process data by using Eviews 5.1

The estimation results of this research show that all independent variables namely, government Expenditure in education sector (X1), and government

Expenditure in health sector (X2) has a positive influence on the human

development index (Y), which is significant at alpha 10%

(16)

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh dari pengeluaran pemerintah pada sektor pendidikan dan kesehatan terhadap perkembangan Indeks Pembangunan Manusia di Kota Binjai dalam kurun waktu 20 tahun, mulai dari tahun 1989 sampai dengan tahun 2008. Dalam persamaan model, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah sebagai variabel terikat (Y) sedangkan pengeluaran pemerintah pada sektor pendidikan (X1) dan kesehatan

(X2), adalah sebagai variabel bebas.

Metode penelitian yang digunakan dalam analisis ini adalah Ordinary Least Square (OLS), dengan menggunakan metode regresi linear berganda dan alat analisis yang dipakai untuk mengolah data yaitu dengan menggunakan Eviews 5.1.

Hasil estimasi dari penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel bebas yaitu, pengeluaran pemerintah pada sektor pendidikan (X1), dan

pengeluaran pemerintah pada sektor kesehatan (X2) berpengaruh positif terhadap

indeks pembangunan manusia (Y), yang signifikan pada alfa 10%

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Manusia adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar pembangunan. Artinya, manusia sebagai subjek dan objek pembangunan dalam kehidupannya harus mampu meningkatkan kualitas hidupnya sebagai insan pembangunan. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) secara fisik dan mental mengandung makna peningkatan kapasitas dasar penduduk yang kemudian akan memperbesar kesempatan untuk dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan. Kapasitas dasar yang dimaksud menurut Todaro (2003) yang sekaligus merupakan tiga nilai pokok keberhasilan pembangunan ekonomi adalah kecukupan (sustenance), jati diri (selfsteem), serta kebebasan (freedom).

Untuk mewujudkan tercapainya ketiga unsur tersebut, dilakukan upaya konkrit dan berkesinambungan. Pembangunan merupakan suatu kenyataan fisik sekaligus tekad suatu masyarakat untuk berupaya sekeras mungkin melalui serangkaian kombinasi proses sosial, ekonomi dan institusional demi mencapai kehidupan yang serba lebih baik.

(18)

SDM menempatkan manusia terutama sebagai input dari proses produksi (sebagai suatu sarana bukan tujuan). Pendekatan kesejahteraan melihat manusia sebagai pemanfaat (beneficiaries) bukan sebagai objek perubahan. Pendekatan kebutuhan-kebutuhan dasar memfokuskan pada penyediaan barang dan jasa kebutuhan-kebutuhan hidup.

Konsep pembangunan manusia memenuhi dimensi yang sangat luas dengan banyak pilihan, hanya mungkin tercapai jika penduduk tersebut memiliki peluang angka harapan hidup yang tinggi atau umur panjang dan sehat, memiliki pengetahuan dan keterampilan atau keahlian serta mempunyai peluang atau kesempatan untuk merealisasikan pengetahuan tersebut dalam kegiatan yang produktif, sehingga penduduk memiliki tingkat daya beli yang tinggi.

Salah satu cara untuk mengukur keberhasilan atau kinerja suatu negara atau wilayah dalam bidang pembangunan manusia digunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI). IPM merupakan suatu indeks komposit yang mencakup tiga bidang pembangunan manusia yang dianggap sangat mendasar yaitu usia hidup (longetivity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent living).

Konsep pembangunan manusia yang dikembangkan oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), menetapkan peringkat kinerja pembangunan manusia pada skala 0,0 – 100,0 dengan kategori sebagai berikut:

(1). Rendah dengan nilai IPM < 50

(2). Menengah bawah dengan nilai IPM antara 50 sampai dengan 66 (3). Menengah atas dengan nilai IPM antara 66 sampai 80

(19)

IPM Status IPM

Status Indeks Pembangunan Manusia Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)

Jika status pembangunan manusia masih berada pada kriteria rendah, hal ini berarti kinerja pembangunan manusia daerah tersebut masih memerlukan perhatian khusus untuk mengejar ketertinggalannya. Begitu juga jika status pembangunan manusia masih berada pada kriteria menengah, hal ini berarti pembangunan manusia masih perlu ditingkatkan.

Dalam Laporan Pembangunan Manusia Indonesia (LPMI) tahun 2004 menekankan perlunya Indonesia memberikan prioritas investasi yang lebih tinggi pada upaya pembangunan manusia dan bagaimana pembiayaannya. Laporan tersebut menegaskan bahwa pembangunan manusia merupakan hak asasi manusia yang sangat penting untuk meletakkan dasar kokoh bagi pertumbuhan ekonomi dan menjamin kelangsungan demokrasi dalam jangka panjang.

(20)

manusia. Dimulai dari tingkat rendah pada tahun 1960, akhirnya Indonesia berhasil melewati tingkat perkembangan yang dicapai oleh negara-negara tetangga se-Asia Tenggara. Sebagai hasilnya dalam bidang pembangunan manusia, rangking global Indonesia sama dengan rangking pendapatan per kapitanya. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pembangunan manusia adalah dalam tingkat rata-rata dengan tingkat perkembangan ekonomi, tidak di bawah dan tidak di atas (Human Development Report/HDR, 2004).

Krisis ekonomi dan moneter yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997 berdampak pada menurunnya tingkat pendapatan yang diakibatkan banyaknya PHK dan menurunnya kesempatan kerja yang kemudian dipengaruhi tingkat inflasi yang meningkat dari 6% menjadi 78% selama periode 1997 sampai 1998. Indeks Pembangunan Manusia merupakan alat ukur yang peka untuk dapat memberikan gambaran perubahan yang terjadi, terutama pada komponen daya beli (Purchasing Power Parity).

Dampak dari krisis ekonomi pada pembangunan manusia adalah dengan menurunnya daya beli dan ini berarti terjadinya penundaan upaya peningkatan kapasitas fisik dan kapasitas intelektual penduduk. Penurunan beberapa komponen IPM sebagai akibat kepekaan IPM sebagai alat ukur yang dapat menangkap perubahan nyata yang dialami penduduk dalam jangka pendek.

(21)

dan meningkat lagi menjadi 75,3%. pada tahun 2006. Sedangkan untuk tahun 2007 IPM Kota Binjai mencapai angka 75,5%.

Dengan berlakunya UU No.22 tahun 1999 yang kemudian direvisi dengan UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, maka daerah otonom diberi wewenang untuk mengatur dan mengurus semua urusan pemerintah di luar yang menjadi urusan pemerintah pusat, yakni untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satu instrumen kebijakan pemerintah daerah adalah Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah (APBD) dengan pengaturan distribusi anggarannya. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah pemerintah daerah otonom telah melakukan kebijakan anggaran untuk meningkatkan pembangunan manusia di daerahnya.

Dalam Laporan Pembangunan Manusia Indonesia (LPMI) tahun 2004 dikatakan bahwa dalam jangka pendek, walaupun tidak ada pertumbuhan ekonomi yang memuaskan, sebuah negara dapat meningkatkan pembangunan manusia yang cukup signifikan melalui pengeluaran publik yang direalisasikan dengan baik. Untuk itu, tidak dapat dipungkiri bahwa kebijakan realisasi belanja pembangunan terutama di sektor pendidikan dan sektor kesehatan akan memberi pengaruh yang positif bagi perkembangan Indeks Pembanguan Manusia (IPM).

(22)

1.2Perumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh realisasi belanja APBD untuk sektor pendidikan terhadap perkembangan IPM di Kota Binjai?

2. Bagaimana pengaruh realisasi belanja APBD untuk sektor kesehatan terhadap perkembangan IPM di Kota Binjai?

1.3Hipotesis

1. Realisasi belanja APBD untuk sektor pendidikan mempunyai pengaruh positif terhadap perkembangan IPM di Kota Binjai.

2. Realisasi belanja APBD untuk sektor kesehatan mempunyai pengaruh positif terhadap perkembangan IPM di Kota Binjai.

1.4Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hubungan antara Realisasi belanja APBD untuk sektor pendidikan dengan perkembangan IPM di Kota Binjai.

2. Untuk mengetahui hubungan antara Realisasi belanja APBD untuk sektor kesehatan dengan perkembangan IPM di Kota Binjai.

1.5Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(23)

2. Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan penulis dalam disiplin ilmu yang penulis tekuni

3. Sebagai informasi tambahan bagi mahasiswa/i Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, khususnya mahasiswa/i Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut 4. Sebagai masukan bagi peneliti-peneliti lain yang ingin melakukan

(24)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Pengertian Pembangunan

Istilah pembangunan diartikan oleh banyak ahli ekonomi secara berbeda sesuai dengan seleranya sendiri, sehingga pada akhirnya defenisi tentang pembangunan pun sedemikian banyak dan berbeda satu sama lain. Namun secara garis besarnya istilah pembangunan ini sesungguhnya dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian berdasarkan periode waktunya yaitu pandangan lama berdasarkan ukuran-ukukan ekonomi tradisional dan pandangan baru ekonomi pembangunan.

2.1.1 Ukuran-ukuran Ekonomi Tradisional

Menurut pengertian akademis ilmu ekonomi yang ketat, istilah pembangunan (development) secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari

(25)

diri suatu negara untuk memperbesar outputnya dalam laju yang lebih cepat daripada tingkat pertumbuhan penduduknya. Tingkat dan laju pertumbuhan pendapatan per kapita “rill” (yakni, sama dengan pertumbuhan GNP per kapita dalam satuan moneter dikurangi dengan tingkat inflasi) merupakan tolok ukur ekonomis yang paling sering digunakan untuk mengukur sejauh mana kemakmuran ekonomis dari suatu bangsa. Berdasarkan tolok ukur tersebut, maka kita akan mengetahui seberapa banyak barang dan jasa-jasa rill yang tersedia bagi rata-rata penduduk untuk melakukan kegiatan konsumsi dan investasi.

Pembangunan ekonomi pada masa lampau juga sering diukur berdasarkan tingkat kemajuan struktur produksi dan penyerapan sumber daya (employment) yang diupayakan secara terencana. Biasanya dalam proses tersebut

peranan sektor pertanian akan menurun untuk memberi kesempatan bagi tampilnya sektor-sektor manufaktur dan jasa-jasa yang secara sengaja diupayakan agar terus bekembang. Oleh karena itu, strategi pembangunan biasanya berfokus pada upaya untuk menciptakan industrialisasi secara besar-besaran sehingga kadangkala mengorbankan kepentingan pembangunan sektor pertanian dan daerah pedesaan pada umumnya yang sebenarnya tidak kalah pentingnya. Jelaslah, bahwa penerapan tolok ukur pembangunan yang murni bersifat ekonomis tersebut, agar lebih akurat dan bermanfaat, harus didukung pula oleh indikator-indikator sosial (social indicators) nonekonomis.

(26)

dengan sendiri sehingga menciptakan lapangan pekeerjaan dan berbagai peluang ekonomi yang pada akhirnya akan menumbuhkan berbagai kondisi yang diperlukan demi terciptanya distribusi hasil-hasil pertumbuhan ekonomi dan sosial secara lebih merata. Itulah yang secara luas dikenal sebagai prinsip “efek penetesan ke bawah” (tricle down effect). Dengan demikian, tingkat pertumbuhan ekonomi merupakan unsur yang paling diutamakan sehingga masalah-masalah lain seperti sosial kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan distribusi pendapatan acapkali dinomorduakan.

2.1.2 Pandangan Baru Ekonomi Pembangunan

(27)

pengurangan tingkat kemiskinan, penanggulangan ketimpangan pendapatan, dan penyediaan lapangan kerja dalam konteks perekonomian yang terus berkembang. Penyesuaian defenisi pertumbuhan yang kini lebih didasarkan pada konsep “redistribusi kemakmuran” itu merupakan slogan yang popular pada masa itu. Dalam konteks ini, Prof. Dudley Seers mengajukan serangkaian pertanyaan mendasar mengenai makna pembangunan, yang kemudian berkembang menjadi defenisi baru pembangunan sebagai berikut:

“pertanyaan-pertanyaan mengenai pembangunan suatu negara yang harus diajukan adalah: apa yang terjadi dengan kemiskinan penduduk di negara itu? Bagaimana dengan tingkat penganggurannya? Adakah perubahan-perubahan berarti yang berlangsung atas penanggulangan masalah ketimpangan pendapatan? Jika ketiga permasalahan tersebut selama periode tertentu sedikit banyak telah teratasi, maka tidak diragukan lagi bahwa periode tersebut memang merupakan periode pembangunan bagi negara yang bersangkutan. Akan tetapi, jika satu, dua, atau bahkan semua dari ketiga persoalan mendasar tersebut menjadi semakin buruk, maka negara itu tidak bisa dikatakan telah mengalami proses pembangunan yang positif, meskipun barangkali selama kurun waktu tersebut pendapatan per kapitanya mengalami peningkatan hingga dua kali lipat”(Seers, 1999: 45).

(28)

memadai, maka mereka tidak bisa dikatakan telah mengalami pembangunan. Situasi yang ada pada dekade 1980-an dan permulaan dekade 1990-an semakin buruk dan anjloknya tingkat pertumbuhan GNP di banyak negara berkembang. Karena dihadapkan pada masalah utang luar negeri yang demikian berat, banyak pemerintahan negara-negara berkembang yang kemudian terpaksa mengurangi atau bahkan menghapuskan program-program bantuan ekonomi dan sosial yang sebenarnya sudah sangat terbatas itu.

Namun, fenomena pembangunan atau adanya situasi keterbelakangan yang kronis sesungguhnya tidak semata-mata merupakan persoalan ekonomis atau sekedar pengukuran tingkat pendapatan, dan juga terbatas berupa masalah perhitungan, masalah ketenagakerjaan, atau penaksiran tingkat ketimpangan penghasilan secara kuantitatif. Keterbelakangan merupakan sebuah kenyataan rill dalam kehidupan sehari-hari bagi lebih dari tiga miliar orang di planet ini. Yang dimaksud dengan keterbelakangan di sini bukan hanya angka-angka kemiskinan nasional, melainkan juga menyangkut keterbatasan berpikir dari penduduk miskin di negara-negara terbelakang yang bersangkutan. Kondisinya dikemukakan secara tepat oleh Denis Goulet berikut ini:

(29)

yang tinggal di daerah-daerah terbelakang ketika mata mereka terbuka pada kenyataan bahwa kondisi-kondisi hidup mereka itu sama sekali tidak manusiawi dan bisa diubah. Sayangnya, tanpa disadari keterbelakangan juga telah menggerogoti emosi sehingga secara personal dan sosial, hal-hal seperti penyakit atau kematian dini dianggap sebagai hal yang biasa. Setiap dorongan untuk memahami perubahan hanya akan mendatangkan kebingungan dan pada akhirnya berujung pada sikap masa bodoh. Mereka merasa bahwa segala peristiwa yang terjadi atas diri mereka sepenuhnya berada di luar kendali dan mereka sama sekali tidak berdaya menghadapi bencana kelaparan atau musibah alam lainnya. Kemiskinan lahir batin yang kronis seperti itu begitu menyesakkan dan kita tidak dapat memahami sejauh mana sakitnya kemiskinan itu jika mendekati masalah kemiskinan hanya sebagai suatu objek” (Goulet, 1971: 32).

Bahkan Bank Dunia sendiri, yang selama dekade 1980-an begitu mengagung-agungkan pertumbuhan ekonomi sebagai tujuan utama pembangunan, telah menyadari kekeliruannya dan bergabung dengan para pengamat di atas dalam mengambil perspektif yang lebih luas mengenai tujuan dan makna dasar pembangunan. Dalam salah satu publikasi resminya, yakni World Development Report, yang terbit pada tahun 1991, Bank Dunia melontarkan pernyataan tegas

bahwasannya:

“tantangan utama pembangunan adalah memperbaiki kualitas kehidupan, terutama di negara-negara paling miskin. Kualitas hidup yang lebih baik memang mensyaratkan adanya pendapatan yang lebih tinggi. Namun, yang dibutuhkan bukan hanya itu. Pendapatan yang lebih tinggi itu hanya merupakan salah satu dari sekian banyak syarat yang harus dipenuhi. Banyak hal lain yang tidak kalah pentingnya yang harus juga diperjuangkan, yakni mulai dari pendidikan yang lebih baik, peningkatan standar kesehatan dan nutrisi, pemberantasan kemiskinan, perbaikan kondisi lingkungan hidup, pemerataan kesempatan, pemerataan kebebasan individual dan penyegaran kehidupan budaya”(World Development Report,1991).

(30)

serta pengentasan kemiskinan. Jadi, pada hakekatnya pembangunan itu harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompok-kelompok sosial yang ada di dalamnya, untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik, secara material maupun spiritual.

2.1.3 Tiga Nilai Inti Pembangunan

Dalam bukunya Todaro mengutip pendapat Profesor Goulet dan tokoh-tokoh lainnya yang mengatakan bahwa paling tidak ada tiga komponen dasar atau nilai inti yang harus dijadikan basis konseptual dan pedoman praktis untuk memahami pembangunan yang paling hakiki. Ketiga komponen dasar tersebut adalah kecukupan (sustenance), jati diri (self-esteem), serta kebebasan (freedom); ketiga hal inilah yang merupakan tujuan pokok yang harus digapai oleh setiap orang dan masyarakat melalui pembangunan. Ketiganya berkaitan secara langsung dengan kebutuhan-kebutuhan manusia yang paling mendasar, yang terwujud dalam berbagai macam manifestasi (bentuk) di hampir semua masyarakat dan budaya sepanjang zaman.

(31)

tidak dipenuhi, maka muncullah kondisi “keterbelakangan absolut”. Fungsi dari semua kegiatan ekonomi pada hakekatnya adalah untuk menyediakan sebanyak mungkin perangkat dan bekal guna menghindari kesengsaraan dan ketidakberdayaan yang diakibatkan oleh kekurangan pangan, sandang, papan, kesehatan, dan keamanan. Atas dasar itulah kita menyatakan bahwa keberhasilam pembangunan ekonomi itu merupakan prasyarat bagi membaiknya kualitas kehidupan. Tanpa adanya kemajuan ekonomi secara berkesinambungan, maka realisasi potensi manusia, baik di tingkat individu maupun masyarakat, tidak mungkin berlangsung. Setiap orang harus “memiliki kecukupan untuk mendapatkan lebih”. Dengan demikian, kenaikan pendapatan per kapita, pengentasan kemiskinan absolut, penambahan lapangan kerja, dan pemerataan pendapatan, merupakan hal-hal yang harus ada (necessary conditions) bagi pembangunan, tapi tidak akan memadai tanpa adanya faktor-faktor positif lainnya (not sufficient conditions).

Cara lain untuk mengungkapkan hal yang sama dapat kita temukan pada laporan PBB, Human Development Report terbitan tahun 1994. Pada bab pembukaan laporan ini secara tegas mengatakan bahwa:

(32)

b. Jati Diri: Menjadi Manusia Seutuhnya

Komponen universal yang kedua dari kehidupan yang serba lebih baik adalah adanya dorongan dari diri sendiri untuk maju, untuk menghargai diri sendiri, untuk merasa diri pantas dan layak melakukan atau mengejar sesuatu, dan seterusnya. Semuanya itu terangkum dalam satu istilah, yakni jati diri (self-esteem). Pencarian jati diri ini sama sekali bukan suatu urusan yang sepele, karena

(33)

c. Kebebasan Dari Sikap Menghamba: Kemampuan Untuk Memilih

(34)

dibarengi dengan prestasi yang setara dalam kriteria Indeks Kebebasan Manusia (Human Freedom Index) yang disusun oleh Program Pembangunan PBB (UNDP,

United Nations Development Program).

2.1.4 Tiga Tujuan Inti Pembangunan

Dapat kita simpulkan bahwa pembangunan merupakan suatu kenyataan fisik sekaligus tekad suatu masyarakat untuk berupaya sekeras mungkin demi mencapai kehidupan yang serba lebih baik. Apapun komponen spesifik atas “kehidupan yang serba lebih baik” itu, bertolak dari tiga nilai pokok di atas, proses pembangunan di semua masyarakat paling tidak harus memiliki tiga tujuan inti sebagai berikut:

1. Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai macam barang kebutuhan hidup yang pokok, seperti pangan, sandang, papan, kesehatan, dan

perlindungan keamanan.

2. Peningkatan standar hidup yang tidak hanya berupa peningkatan pendapatan, tetapi juga meliputi penambahan penyediaan lapangan kerja, perbaikan kualitas pendidikan, serta peningkatan perhatian atas nilai-nilai kultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya itu tidak hanya untuk memperbaiki kesejahteraan materiil, melainkan juga menumbuhkan jati diri pribadi dan bangsa yang bersangkutan.

(35)

negara-negara lain, namun juga terhadap setiap kekuatan yang berpotensi merendahkan nilai-nilai kemanusiaan mereka.

2.2 Perencanaan Pembangunan Daerah

Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia, kelembagaan, sumberdaya fisik secara lokal (daerah). Orientasi ini mengarahkan kita kepada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi.

2.2.1 Peran Pemerintah Dalam Pembangunan Daerah

Tahap pertama perencanaan bagi setiap organisasi yang tertarik dalam pembangunan ekonomi daerah adalah menentukan peran (role) yang akan dilakukan dalam proses pembangunan. Ada empat peran yang dapat diambil oleh pemerintah daerah dalam proses pembangunan ekonomi daerah yaitu sebagai entrepreneur, coordinator, fasilitator, stimulator bagi lahirnya inisiatif-inisiatif

pembangunan daerah.

Entrepreneur

(36)

suatu usaha sendiri (BUMD). Aset-aset pemerintah daerah harus dapat dikelola dengan lebih baik sehingga secara ekonomis menguntungkan.

Coordinator

Pemerintah daerah dapat bertindak sebagai coordinator untuk menetapkan kebijakan atau mengusulkan strategi-strategi bagi pembangunan di daerahnya. Perluasan dari peranan ini dalam pembangunan ekonomi bisa melibatkan kelompok-kelompok masyarakat dalam proses pengumpulan dan pengevaluasian informasi ekonomi, misalnya tingkat kesempatan kerja, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, dan sebagainya.

Dalam perannya sebagai coordinator, pemerintah daerah bisa juga melibatkan lembaga-lembaga pemerintah lainnya, dunia usaha, dan masyarakat dalam penyusunan sasaran-sasaran ekonomi, rencana-rencana, dan strategi-strategi. Pendekatan ini sangat potensial dalam menjaga konsistensi pembangunan daerah dengan nasional (pusat) dan menjamin bahwa perekonomian daerah akan mendapatkan manfaat yang maksimum daripadanya.

Fasilitator

Pemerintah daerah dapat mempercepat pembangunan melalui perbaikan lingkungan attitudinal (perilaku atau budaya masyarakat) di daerahnya. Hal ini akan mempercepat proses pembangunan dan prosedur perencanaan serta pengaturan penetapan daerah (zoning) yang lebih baik.

Stimulator

(37)

perusahaan-perusahaan untuk masuk ke daerah tersebut agar perusahaan-perusahaan yang ada tetap berada di daerah tersebut.

2.2.2 Strategi Pembangunan Ekonomi Daerah

Secara umum tujuan strategi pembangunan ekonomi adalah sebagai berikut: pertama, mengembangkan lapangan kerja bagi penduduk yang ada sekarang. Kedua, mencapai stabilitas ekonomi daerah. Ketiga, mengembangkan basis ekonomi dan kesempatan kerja yang beragam.

Strategi pembangunan ekonomi daerah dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar yaitu: (1) Strategi Pengembangan Fisik/Lokalitas (Locality or Physical Development Strategy), (2) Strategi Pengembangan Dunia Usaha

(Business Development Strategy), (3) Strategi Pengembangan Sumberdaya

Manusia (Human Resouce Development Stretegy), dan (4) Strategi Pengembangan Masyarakat (Community-based Development Strategy).

1. Strategi Pengembangan Fisik/Lokalitas

Melalui pengembangan program perbaikan kondisi fisik/lokalitas daerah yang ditujukan untuk kepentingan pembangunan industri dan perdagangan, pemerintah daerah akan berpengaruh positif bagi pengembangan dunia usaha daerah. Secara khusus tujuan strategi pengembangan fisik/lokalitas ini adalah untuk menciptakan identitas daerah/kota, memperbaiki basis pesona, (amenity based) atau kualitas hidup masyarakat, dan memperbaiki daya tarik pusat kota

(38)

2. Strategi Pengembangan Dunia Usaha

Pengembangan dunia usaha merupakan komponen penting dalam perencanaan pembangunan ekonomi daerah karena daya tarik, kreasi, atau daya tahan kegiatan usaha merupakan cara terbaik untuk menciptakan perekonomian daerah yang sehat.

3. Strategi Pengembangan Sumberdaya Manusia

Sumberdaya manusia merupakan aspek yang paling penting dalam proses pembangunan ekonomi. Oleh karena peningkatan kualitas dan keterampilan sumberdaya manusia adalah suatu keniscayaan.

Pengembangan kualitas sumberdaya manusia ini dapat dilakukan dengan cara antara lain:

Pelatihan dengan sistem customize training. Sistem pelatihan seperti ini adalah sistem pelatihan yang dirancang secara khusus untuk memenuhi kebutuhan dan harapan si pemberi kerja.

Pembuatan bank keahlian (skillbanks). Informasi yang ada pada bank keahlian berisi data tentang keahlian dan latar belakang orang yang menganggur di suatu daerah. Informasi ini bermanfaat bagi pengembangan jenis pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan keterampilan para penganggur tersebut.

(39)

• Pengembangan lembaga pelatihan bagi penyandang cacat. Hal ini penting bagi si penyandang cacat itu sendiri untuk meningkatkan rasa harga diri dan percaya dirinya.

4. Strategi Pengembangan Ekonomi Masyarakat

Kegiatan pengembangan masyarakat ini merupakan kegiatan yang ditujukan untuk mengembangkan suatu kelompok masyarakat tertentu di suatu daerah. Dalam bahasa popular sekarang sering juga dikenal dengan istilah kegiatan pemberdayaan (empowerment) masyarakat. Kegiatan-kegiatan seperti ini berkembang marak di Indonesia karena ternyata kebijakan umum ekonomi yang ada tidak mampu memberikan manfaat bagi kelompok-kelompok masyarakat tertentu.

2.3 Pembangunan Manusia

(40)

dapat dicapai, misalnya kemerdekaan politik, ekonomi, sosial, serta kesempatan untuk memperoleh tingkat produktivitas yang tinggi, menikmati rasa terhormat dan hak-hak azasi manusia.

Konsep pembangunan manusia dalam pengertian di atas jauh lebih luas daripada teori pembangunan ekonomi yang konvensional, termasuk model pertumbuhan ekonomi, pembangunan sumber daya manusia (SDM), pendekatan kesejahteraan, dan pendekatan kebutuhan kebutauhan dasar manusia. Model pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan peningkatan pendapatan dan produksi nasional (GNP). Pembangunan SDM menempatkan manusia terutama sebagai input dari proses produksi (sebagai suatu sarana bukan tujuan). Pendekatan kesejahteraan melihat manusia sebagai pemanfaat (beneficiaries) bukan sebagai objek perubahan. Pendekatan kebutuhan-kebutuhan dasar memfokuskan pada penyediaan barang dan jasa kebutuhan hidup.

Pembangunan manusia memiliki dua sisi: pertama, fungsi dari keberdayaan manusia dan kedua, pemakaian keberdayaan itu untuk keseimbangan kehidupan dan tujuan produksi (National Human Development for Balize, 1997).

Sesuai dengan konsep pembangunan manusia, pendapatan hanyalah salah satu pilihan manusia walupun termasuk yang terpenting. Tujuan pembangunan manusia ialah memperluas pilihan bukan hanya pendapatan. Sebagai contoh bahwa pendapatan dapat digunakan untuk membeli obat yang esensial, atau narkotika. Oleh karena itu, pendapatan hanyalah media bukan tujuan akhir, karena pendapatan dapat digunakan untuk tujuan yang buruk bagi kehidupan manusia.

(41)

pengalaman banyak negara terlihat bahwa pembangunan manusia yang tingkatnya cukup tinggi dijumpai juga pada negara yang tingkat pendapatannya hanyalah moderat, dan pembangunan manusia dengan tingkat yang rendah terdapat juga pada negara yang pendapatannya relatif tinggi. Dari fakta tersebut dapat diambil suatu kesimpulan sederhana bahwa tidak otomatis ada hubungan antara pendapatan yang tinggi dengan kemajuan pembangunan manusia.

Pada umumnya model dari pertumbuhan ekonomi diarahkan untuk meningkatkan GDP dan tidak memasukkan peningkatan kualitas kehidupan. Pertumbuhan GDP memang penting, tetapi tidak cukup untuk pembangunan manusia. Demikian pula teori pembentukan modal manusia, dan pembangunan sumberdaya menganggap bahwa manusia hanya sebagai media, bukan merupakan tujuan akhir, hanyalah sebagai instrumen untuk menghasilkan barang-barang yang lebih banyak. Sebenarnya manusia bukan hanya sekedar faktor modal tetapi manusia juga adalah tujuan akhir dan penerima manfaat dari proses pembangunan.

Oleh karena itu, konsep pembentukan modal manusia hanya menangkap satu sisi dari pembangunan manusia. Sementara itu pembangunan dengan pendekatan kesejahteraan menganut prinsip bahwa manusia sebagai pengguna manfaat, bukan sebagai agen perubahan atau peserta dalam proses pembangunan. Dan akhirnya pendekatan kebutuhan dasar menitikberatkan pada penyediaan barang dan jasa kepada kelompok penduduk yang tertinggal, bukan memperbesar pilihan umat manusia di segala bidang.

(42)

penggunaan kemampuan manusia. Akan dianalisa semua issu pada masyarakat, apakah pertumbuhan ekonomi, perdagangan, lapangan pekerjaan, kemerdekaan politik dan nilai budaya dari perspektif umat manusia.

Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, empat hal pokok yang perlu diperhatikan adalah produktivitas, pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan (UNDP, 1995:12). Secara ringkas empat hal pokok tersebut mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Produktivitas

Penduduk harus diberdayakan untuk meningkatkan produktivitas dan untuk berpartisipasi penuh dalam proses penciptaan pendapatan (nafkah) dan lapangan pekerjaan. Pembangunan ekonomi yang demikian merupakan himpunan bagian dari model pembangunan manusia.

2) Pemerataan

Penduduk harus memiliki kesempatan /peluang yang sama untuk mendapatkan akses terhadap semua sumberdaya ekonomi dan sosial. Semua hambatan yang memperkecil kesempatan untuk memperoleh akses tersebut harus dihapus, sehingga mereka dapat mengambil manfaat dari kesempatan yang ada dan berpartisipasi dalam kegiatan produktif untuk meningkatkan kualitas hidup. 3) Kesinambungan

(43)

4) Pemberdayaan

Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan proses yang akan menentukan (bentuk/arah) kehidupan mereka, serta untuk berpartisipasi dan mengambil manfaat dari proses pembangunan.

Pertumbuhan ekonomi harus dikombinasikan dengan pemerataan hasil-hasil pembangunan. Kesamaan kesempatan harus sama untuk generasi sekarang dan generasi mendatang. Dan semua orang, laki-laki dan perempuan harus diberdayakan untuk mengambil bagian dalam merencanakan dan melaksanakan faktor-faktor kunci yang membentuk masa depan mereka.

2.4 Indeks Pembangunan Manusia

Untuk dapat membuat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) maka UNDP mansponsori sebuah proyek tahun 1989 yang dilaksanakan oleh tim ekonomi dan pembangunan. Tim tersebut menciptakan IPM yang menjelaskan tentang rangking dari negara-negara di dunia dan Human Development Report (UNDP, 1990) menjadi yang pertama dari laporan semi tahunan.

(44)

terhadap kemampuan mengakses sumberdaya yang dibutuhkan untuk mencapai standar hidup layak.

Nilai IPM suatu negara atau wilayah menunjukkan seberapa jauh Negara atau wilayah itu telah mencapai sasaran yang ditentukan yaiti angka harapan hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat (tanpa kecuali), dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup layak. Semakin dekat nilai IPM suatu wilayah terhadap angka 100, semakin dekat jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran itu.

Karena hanya mencakup tiga komponen, maka IPM harus dilihat sebagai penyederhanaan dari realitas yang kompleks dari luasnya dimensi pembangunan manusia. Oleh karena itu, pesan dasar IPM perlu dilengkapi dengan kajian dan analisis yang dapat mengungkapkan dimensi-dimensi pembangunan manusia yang penting lainnya (yang tidak seluruhnya dapat diukur) seperti kebebasan politik, kesinambungan lingkungan, kemerataan antar generasi.

2.4.1 Komponen-komponen IPM

Usia hidup diukur dengan Angka Harapan Hidup waktu lahir (life expectancy at birth) yang biasa dinotasikan dengan e°. Karena Indonesia tidak memiliki sistem vital registrasi yang baik maka e° dihitung dengan metode tidak langsung. Metode ini menggunakan dua macam data dasar yaitu rata-rata anak yang dilahirkan hidup (live-birth) dan rata-rata anak yang masih hidup (still-living) per wanita usia 15-49 tahun menurut kelompok umur lima tahun. Perhitungan e° dilakukan dengan metode software Mortpak Life. Angka e° yang

(45)

diperoleh dengan metode tidak langsung ini merujuk pada keadaan 3-4 tahun dari tahun survei.

Seperti halnya UNDP, komponen IPM pengetahuan diukur dengan dua indikator yaiti melek huruf (literacy rate) penduduk 15 tahun ke atas dan rata-rata lama sekolah (mean-years of schooling). Sebagai catatan, UNDP dalam publikasi tahunan HDR sejak 1995 mengganti rata-rata lama sekolah dengan partisipasi sekolah dasar, menengah, dan tinggi karena alasan kesulitan memperoleh datanya sekalipun diakui bahwa indikator yang kedua kurang sesuai sebagai indikator dampak.

Pengetahuan

Angka melek huruf diolah dari variabel kemampuan membaca dan menulis, sedangkan rata-rata lama sekolah dihitung menggunakan tiga variabel secara simultan yaitu partisipasi sekolah, tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani, dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan.

Berbeda dengan UNDP yang menggunakan indikator GDP per kapita riil yang telah disesuaikan (adjuisted real GDP per capita) sebagai indikator standar hidup layak. Di Indonesia menggunakan “rata-rata pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan” (adjuisted real per capita expenditure) atau daya beli yang disesuaikan (purchasing power parity).

(46)

2.4.2 Tahapan Perhitungan IPM

1) Tahapan pertama penghitungan IPM adalah menghitung indeks masing-masing komponen IPM (e°, pengetahuan, dan standar hidup layak) dengan hubungan matematis sebagai berikut:

Indeks (Xi) = (Xi - Xmin)/(Xmaks - Xmin)

Xi = indikator komponen IPM ke-i (i = 1,2,3)

Xmaks = nilai maksimum Xi

Xmin = nilai minimum Xi

Persamaan di atas akan menghasilkan nilai 0 ≤ X i ≤ 1, untuk mempermudah

cara membaca skala dinyatakan dalam 100 persen sehingga interval nilai menjadi 0 ≤ Xi ≤ 100.

2) Tahapan kedua penghitungan IPM adalah menghitung rata-rata sederhana dari masing-masing indeks Xi dengan hubungan matematis:

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) = 1/3 Xi

= 1/3 (X1 + X2 + X3)

dimana: X1 = indeks angka harapan hidup

X2 = 2/3 (indeks melek huruf) + 1/3 (indeks rata-rata lama sekolah)

(47)

Tabel 1.1

Nilai Maksimum dan Minimum Indikator Komponen IPM

Indikator Nilai

85 25 Sesuai standar global (UNDP)

Angka Melek Huruf

100 0 Sesuai standar global (UNDP)

Rata-rata Lama

UNDP menggunakan GDP per kapita riil yang disesuaikan

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Utara

2.4.3 Hubungan Pembangunan Ekonomi Terhadap IPM

(48)

Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan manusia berlangsung melalui dua macam jalur. Jalur pertama melalui kebijaksanaan pengeluaran pemerintah. Dalam hal ini faktor yang menentukan adalah pengeluaran pemerintah untuk sub sektor sosial yang merupakan prioritas seperti pendidikan dan kesehatan dasar. Besarnya pengeluaran itu merupakan indikasi besarnya komitmen pemerintah terhadap pembangunan manusia. Jalur kedua adalah melalui kegiatan pengeluaran rumah tangga. Dalam hal ini faktor yang menentukan adalah besar dan komposisi pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan dasar seperti pemenuhan nutrisi anggotanya, untuk biaya pelayanan kesehatan dan pendidikan dasar, serta untuk kegiatan lain yang serupa. Selain pengeluaran pemerintah dan pengeluaran rumah tangga hubungan antara kedua variabel itu berlangsung melalui penciptaan lapangan kerja. Aspek ini sangat penting karena sesungguhnya, penciptaan lapangan kerja merupakan “jembatan utama” yang mengaitkan antara keduanya (UNDP, 1966: 87).

(49)
(50)

Gambar 2.1

Hubungan antara Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Pembangunan

Manusia

Modal sosial, LSM, Ormas

Kapabilitas Pekerja

Ketenagakerjaan Kebijakan dan Pengeluaran

Luar Negeri Modal

Kapital

Saving Domestik Distribusi Sumber Daya

(51)

2.4.4 Pengaruh Pembangunan Pendidikan Terhadap Peningkatan IPM

Pembangunan manusia kian mendapat perhatian dari penyelenggara pemerintahan di pusat dan daerah. Indikasinya, pembangunan manusia dimanifestasikan dalam bentuk Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Salah satu strategi untuk meningkatkan IPM ini adalah dengan meningkatkan pembangunan di bidang pendidikan.

Fenomena opportunity loss diperkirakan mengakibatkan ketimpangan pembangunan manusia antar daerah. Daerah-daerah dengan layanan publik yang kian lengkap umumnya kian diuntungkan dalam pembangunan manusia. Keuntungan itu kian bertambah jika diiringi susbsidi yang kian beragam, seperti subsidi pendidikan, kesehatan, dan listrik. Pembangunan manusia di daerah kian terakselerasi jika ditambah kemampuan masyarakat yang kian meningkat untuk mengakses layanan publik yang disediakan pemerintah. Sebaliknya, daerah yang tidak memiliki peluang akibat opportunity loss akan mangalami ketertinggalan dalam pembangunan manusia. Kita berharap dapat mengejar kemajuan pembangunan manusia dibandingkan negara yang telah mengalami kemajuan. Untuk itu, diperlukan komitmen dari semua pihak khususnya pemerintah dalam melakukan pemerataan pembangunan termasuk di dalamnya meniadakan opportunity loss (Ritonga, 2007).

(52)

kontribusinya bergantung pada tingkat partisipasi sekolah. Suatu daerah dengan partisipasi sekolah 40 persen untuk semua umur, maksimal akan memperoleh kenaikan rata-rata lama sekolah 0,4 poin.

Fenomena perkembangan pembangunan pendidikan ditandai pula oleh gejala: (a) adanya keterkaitan antara aspek pendidikan dengan aspek-aspek kehidupan yang lainnya, serta (b) pendekatan pembangunan yang menekankan pada peningkatan nilai Indeks Pembangunan Manusia, yang merupakan akumulasi dari nilai indeks daya beli, indeks kesehatan dan indeks pendidikan.

2.4.5 Pengaruh Pembangunan Kesehatan Terhadap Peningkatan IPM

(53)

2.5 Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah adalah konsumsi barang dan jasa yang dilakukan pemerintah serta pembiayaan yang dilakukan pemerintah untuk keperluan administrasi pemerintah dan kegiatan-kegiatan pembangunan (Sadono, 1994).

Secara lebih rinci pengeluaran pemerintah digunakan untuk membayar gaji pegawai pemerintah, membiayai sistem pendidikan dan kesehatan masyarakat, membiayai pembelanjaan untuk angkatan bersenjata dan membiayai berbagai jenis infrastruktur dalam proses pembangunan.

Agar dapat tercapai peningkatan IPM haruslah ada konsisntensi kebijakan dan pelaksanaannya. Program dan proyek haruslah konsisten dengan tujuan yang ingin dicapai dengan kebijakan pembangunan manusia. Sebuah contoh ialah kebijakan menungkatkan laju transportasi. Kebijakan ini dititikberatkan pada transportasi dengan kendaraan bermotor. Meskipun tidak tersurat, tersiratlah dalam kebijakan ini bahwa transportasi dengan mobil pribadi yang diutamakan (Soemarwoto, 2006).

(54)

Faktor-ekonomi jangka pendek dan pembangunan jangka panjang serta pertimbangan politik dan keamanan. Semua pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang dan jasa merupakan bagian dari pendapatan daerah. Investasi yang dilakukan oleh pemerintah dimasukkan ke dalam pengeluaran bukan sebagai investasi. Misalnya investasi publik untuk jalan raya, rumah sakit, sekolah, dan lainnya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengeluaran pemerintah adalah semua pengeluaran kas pemerintah dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang meliputi belanja rutin (operasional), belanja pembangunan (belanja modal), serta pengeluaran tak tersangka atau biasa disebut juga dengan dan dekonsentrasi.

2.5.1 Model Pembangunan Tentang Perkembangan Pengeluaran Pemerintah

(55)

banyak dan kualitas yang lebih baik. Selain itu pada tahap ini, perkembangan ekonomi menyebabkan terjadinya hubungan antar sektor yang semakin rumit (complicated). Misalnya pertumbuhan ekonomi yang ditimbulkan oleh perkembangan sektor industri menyebabkan semakin tingginya tingkat pencemaran udara, tanah dan air, dan pemerintah harus turuan tangan untuk mengatur dan mengurangi akibat negatif dari polusi itu terhadap masyarakat. Pemerintah juga harus melindungi buruh yang berada dalam posisi yang lemah agar dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.

Musgrave (1995) berpendapat bahwa dalam suatu proses pembangunan, investasi swasta dalam persentase GNP semakin besar dan persentase investasi pemerintah terhadap GNP semakin kecil. Pada tingkat ekonomi yang lebih lanjut, Rostow mengatakan bahwa pembangunan ekonomi, aktivitas pemerintah beralih dari penyediaan prasarana untuk pengeluaran-pengeluaran aktivitas sosial, seperti halnya program kesejahteraan hari tua, program pelayanan kesehatan masyarakat, dan sebagainya.

(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah atau prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Adapun metode penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dilakukan di Kota Binjai dengan mengamati dan menganalisa pengaruh alokasi belanja APBD khususnya untuk belanja sektor pendidikan dan sektor kesehatan terhadap Indeks Pembangunan Manusia di kota Binjai. Anggaran untuk peningkatan pendidikan termasuk ke dalam sektor pendidikan kebudayaan nasional, kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pemuda dan olah raga. Anggaran untuk peningkatan kesehatan termasuk sektor kesehatan, kesejahteraan sosial, peranan wanita dan anak remaja.

3.2 Jenis dan Sumber Data.

(57)

3.3 Pengolahan Data

Penulis menggunakan program E-Views 5.1 untuk mengolah data dalam laporan penelitian ini.

3.4 Model Analisis Data

Dengan tingkat indeks pembangunan manusia, belanja pembangunan untuk sektor pendidikan dan kesehatan di kota Binjai sebagai variabel yang diteliti, maka model analisis yang digunakan dalam menganalisis data adalah model ekonometrika. Teknik analisis yang digunakan adalah model kuadrat terkecil (Ordinary Least Square/OLS).

Model persamaannya adalah sebagai berikut:

Y=f(X1,X2)……….(1) Secara matematis dapat dispesifikasikan ke dalam model Linlog (Linear Logaritma) sebagai berikut:

Y= α + β1logX1 + β2logX2 + µ………. ...(2) Dimana :

Y = Indeks Pembangunan Manusia/IPM (persen)

X1 = realisasi belanja APBD untuk sektor pendidikan (ribuan Rupiah)

X2 = realisasi belanja APBD untuk sektor kesehatan (ribuan Rupiah) α = intercept/konstanta

(58)

Secara matematis bentuk hipotesisnya adalah sebagai berikut :

1

Y X

∂∂ > 0, artinya apabila X1 (realisasi belanja APBD untuk sektor pendidikan)

mengalami kenaikan maka Y (IPM) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

2

Y X

∂∂ > 0, artinya apabila X2 (realisasi belanja APBD untuk sektor kesehatan)

mengalami kenaikan maka Y (IPM) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus

3.5 Test Of Goodness Of Fit (Uji Kesesuaian) 3.5.1 Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen secara bersama dapat memberikan penjelasan terhadap variabel dependen, dimana nilai R² berkisar antara 0 sampai 1 (0≤R²≤1).

3.5.2 Uji t-statistik (Uji Parsial)

Uji t-statistik merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen signifikan atau tidak terhadap veriabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut:

H0 : βi = 0

Ha : βi ≠ 0

Dimana βi adalah koefisien variabel independen ke-i nilai parameter

(59)

nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu H0 ditolak. Hal ini bararti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata atau signifikan terhadap veriabel dependen.

Rumus untuk mencari t-hitung(t*)adalah :

sbi b) -(bi hitung

-t =

Dimana: bi = koefisien variabel independen ke-i b = nilai hipotesis nol

sbi = simpangan baku dari variabel independen ke-i Kriteria Pengambilan Keputusan:

H0 : β = 0 H0 diterima (t* < t tabel ), artinya variabel independen secara parsial tidak berpangaruh nyata terhadap variabel dependen.

(60)

3.5.3 Uji F-statistik

Uji F-statistik ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen secara keseluruhan atau bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk pengujian ini dilakukan hipotesa sebagai berikut:

 H0: β1 = β2 =0, artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen

 Ha: β1 ≠ β2 ≠ 0, artinya secara bersama-sama ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen

Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai hitung dengan F-tabel. Jika F-hitung lebih besar dari F-tabel maka Ho ditolak, yang berarti variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. NilaiF-hitung dapat diperoleh dengan rumus:

F-hitung =

R2 = Koefisien determinasi

k = Jumlah variabel independen ditambah intercept n = Jumlah sampel

Kriteria pengambilan keputusan :

1. H0 diterima (F* < F-tabel), artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

(61)

3.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.6.1. Multikolinerity

Multikolinerity adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi, apakah terdapat korelasi variabel independen di antara satu sama lainnya. Multikolinearitas ini sering terjadi apabila diantara variabel bebas (x) saling berkorelasi sehingga tingkat penelitian pemerkiraan semakin rendah. Di samping itu interval keyakinan yang diambil keliru.

Multikolinearitas dapat dideteksi melalui nilai R-square, F-hitung, t-hitung, serta standart error yakni:

a. nilai R2 sangat tinggi

b. standar error tidak terhingga

(62)

3.6.2 Autokolerasi

Autokolerasi terjadi jika error term (µ) dari periode waktu yang berbeda berkolerasi. Dikatakan bahwa error term berkorelasi atau mengalami korelasi

serial apabila variabel (єi.єj) ≠ 0 untuk i ≠ j, dalam hal ini dapat dikatakan

memiliki masalah autokorelasi. Ada beberapa cara untuk mengetahi keberadaan autokorelasi yaitu :

a. Dengan memplot grafik

b. Dengan Durbin-Watson (uji D-W test)

2

Dengan hipotesis sebagai berikut :

H0 : ρ = 0, artinya tidak ada autokorelasi Ha : ρ ≠ 0, artinya ada autokorelasi

Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi Durbin-Watson untuk

berbagai nilai α. Hipotesis yang digunakan adalah :

Kurva D-W test dapat dilihat sebagai berikut:

Autokorelasi (-) Autokorelasi (+) inconclusive

inconclusive

Ho accept

(63)

Dimana :

Ho : tidak ada autokorelasi

Dw<dl : tolak Ho (ada korelasi positif) Dw>4-dl : tolak Ho (ada korelasi negatif) Du<dw<4-du : terima Ho (tidak ada korelasi)

Dl≤dw≤du : tidak bisa disimpulkan (inconclusive) (4-du) ≤dw≤(4-dl) : tidak bisa disimpulkan (inconclusive)

3.7 Defenisi Operasional

1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah variabel yang digunakan untuk mengukur taraf kualitas hidup manusia dinyatakan dalam persen (per seratus).

2. Realisasi belanja APBD untuk sektor pendidikan adalah belanja/pengeluaran pemerintah dalam satu tahun yang digunakan untuk pembiayaan di bidang pendidikan dalam ribuan Rupiah (Rp 000).

(64)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kota Binjai 4.1.1 Sejarah Singkat Kota Binjai

Binjai adalah salah satu km di sebelah barat ibukota provinsi Sumatra Utara, kotamadya, Binjai adalah ibukota dipindahkan ke

Kota Binjai merupakan salah satu daerah dalam proyek pembangunan Mebidang yang meliputi kawasan Binjai dan Medan dihubungkan oleh jalan raya menghubungkan antara Medan dan di daerah strategis di mana merupakan pintu gerbang Kota Medan ditinjau

dari sejak lama dijuluki sebagai kota rambutan

karena telah tersebar dan dibudidayakan di berbagai tempat di Indonesia seperti

4.1.2 Kondisi Geografis

(65)

• Batas Utara : Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat dan Kecamatan Hamparan Perak Kab.Deli Serdang

• Batas Selatan : Kabupaten Deli Serdang

• Batas Timur : Kecamatan Sei Bingei Kab.Langkat dan Kecamatan Kutalimbaru Kab.Deli Serdang

• Batas Barat : Kecamatan Selesai Kab.Langkat

Kota Binjai memiliki areal seluas 90,23 km2 yang secara administratif dibagi atas 5 kecamatan (tabel 4.1).

Tabel 4.1 Luas Wilayah Kota Binjai No. Kecamatan Luas

(66)

adalah penghasil minyak bumi dan gas alam di kawasan

Data tahun perekonomian di Kotamadya Binjai bersumber dari sektor perdagangan dan jasa. Sedangkan sektor industri menyumbang nilai 23% dari total kegiatan perekonomian tadi. Pendapatan per kapita penduduk Binjai adalah sebesar Rp. 3,3 juta, sayang angka ini masih berada di bawah rata-rata pendapatan per kapita propinsi Sumatra Utara yang besarnya Rp. 4,9 juta.

Laju pertumbuhan ekonomi Kota Binjai atas dasar harga tetap sebesar 5,68 persen pada tahun 2007. Hal ini menunjukkan kenaikan yang cukup baik jika dibandingkan dengan tahun 2006 sebesar 5,32 persen.

Secara umum ada empat sektor yang cukup dominan dalam pembentukan total PDRB Kota Binjai yaitu Sektor Industri Pengolahan, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan dan Sektor Jasa - jasa

Bidang perkebunan tentu saja yang menjadi perhatian adalah perkebunan rambutan yang mencapai 425 ha dengan kapasitas produksi 2.400 ton per tahun. Sayangnya, kapasitas sebesar ini tidak dibarengi dengan modernisasi industri pengolahan rambutan menjadi komoditi unggulan yang bernilai plus dibandingkan dengan hanya menjual buah rambutan itu sendiri, misalnya industri pengalengan rambutan dengan jalur pemasaran yang komplit.

(67)

 Pusat Pasar Tavip - merupakan pasar tradisional terbesar di Binjai, lokasi di Binjai Kota.

 Pasar Kebun Lada - berlokasi di Binjai Utara

 Pasar Brahrang - berlokasi di Binjai Barat

 Pasar Rambung - berlokasi di Binjai Selatan

 Pasar Trengganu - berlokasi di Binjai Timur

Selain itu juga ada pusat perbelanjaan modern seperti:

 Binjai Supermall

 Pusat perbelanjaan Suzuya

 Mini Market Tahiti

 Toserba Binjai Ramayana

 Mall Ramayana

Pertokoan komersial yang lebih kecil terutama terpusat di rumah toko (ruko) sepanjang Jalan Jenderal Sudirman, juga ada Jalan Ahmad Yani (d/h Jalan Bangkatan) yang menjadi pusat makanan di malam hari.

4.1.4 Kependudukan

(68)

Program kependudukan di kota Binjai seperti halnya di daerah Indonesia lainnya meliputi: pengendalian kelahiran, penurunan tingkat kematian bayi dan anak, perpanjangan usia harapan hidup, penyebaran penduduk yang seimbang serta pengembangan potensi penduduk sebagai modal pembangunan yang terus ditingkatkan.

Komponen kependudukan umumnya menggambarkan berbagai dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural. Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas), meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi, termasuk arus pulang balik, akan mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.

Tabel 4.2 Jumlah, Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk di Kota Binjai Tahun 2001 - 2008

T a h u n Jumlah

Sumber: BPS Sumut, BPS Kota Binjai

4.2 Perkembangan IPM di Kota Binjai

(69)

meningkat dari 71,5 pada tahun 2002, meningkat menjadi 74,0 pada tahun 2004 dan menjadi 75,88 pada tahun 2008. Indeks Pembangunan Manusia Kota Binjai tahun 2008 jauh berada di atas rata-rata propinsi yang sebesar 73,29. Secara peringkat IPM Kota Binjai berada di peringkat ketiga dari seluruh kabupaten/kota di Pripinsi Sumatera Utara.

Angka melek huruf di Kota Binjai pada tahun 2008 sebesar 99,17persen. Berarti hanya sekitar 0,83 persen penduduk 15 tahun ke atas di Binjai yang buta huruf atau sekitar 2.095 jiwa. Indikator pendidikan selain melek huruf yang digunakan untuk menghitung IPM adalah rata-rata lama sekolah. Secara umum indikator ini menunjukkan jenjang pendidikan yang telah dicapai oleh penduduk dewasa (15 tahun ke atas). Pada tahun 2008, rata-rata lama sekolah penduduk dewasa Kota Binjai sebesar 9,84 tahun, yang berarti secara umum penduduk berusia 15 tahun ke atas di Kota Binjai menduduki kelas 3 di tingkat SLTA. Seperti halnya angka melek huruf, rata-rata lama sekolah pada tahun 2008 juga mengalami peningkatan dari 9,6 tahun pada tahun 2002 dan 9,8 tahun 2006.

Angka harapan hidup di Kota Binjai dari tahun ke tahun terus meningkat. Berdasarkan pengamatan pada tahun 2008 angka harapan hidup penduduk Kota Binjai tercatat 71,54 tahun yang berarti penduduk Kota Binjai yang lahir pada tahun 2008 mempunyai harapan yang besar untuk mencapai umur 71 tahun. Angka tersebut meningkat dari 69,4 pada tahun 2002, dan 70,1 pada tahun 2004.

(70)

ditandai dengan kembalinya pertumbuhan ekonomi kearah positif, berdampak kepada meningkatnya daya beli penduduk Kota Binjai.

Pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan atau daya beli penduduk Kota Binjai meningkat dari 594,7 ribu pada tahun 2002 menjadi 620,8 ribu pada tahun 2004, dan pada akhirnya menjadi 628,70 pada tahun 2008.

Tabel 4.3 IPM Kota Binjai Tahun 1989-2008

No. Tahun Y

Sumber : BPS Sumut, BPS Kota Binjai, beberapa publikasi

4.2.1 IPM dan Pertumbuhan Ekonomi

Pembangunan manusia atau peningkatan kualitas sumber daya manusia di

Kota Binjai menjadi hal yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi di daerah

(71)

pertumbuhan ekonomi di Kota Binjai menjadi suatu kebutuhan karena kualitas

manusia memiliki andil besar dalam menentukan keberhasilan prtumbuhan ekonomi

di Kota tersebut.

Dapat kita lihat bahwa laju pertumbuhan ekonomi di Kota Binjai yang

cukup tinggi, dimana laju pertumbuhan ekonomi di Kota tersebut hampir setiap

tahunnya di atas 14%, di mulai dari tahun 2001 hingga 2008.

Sehingga dapat mengakibatkan naiknya Indeks Pembangunan Manusia.

Dapat kita liat dari tahun 2002 hingga 2008.

Tabel 4.4 IPM dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Binjai 2001-2008 No. Tahun IPM (%) Laju Pertumbuhan

4.3 Perkembangan Belanja APBD Untuk Sektor Pendidikan

(72)

pendidikan cenderung meningkat, walaupun terlihat (tabel 4.4) bahwa pemko Binjai cenderung menurunkan anggaran pendidikan pada tahun 1998. Hal ini dikarenakan oleh terjadinya krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 memaksa pemko agar merealisasisikan belanja APBD ke sektor pembangunan lainnya yang lebih mendesak.

Tabel 4.5 Belanja APBD Untuk Sektor Pendidikan di Kota Binjai Pada Tahun 1989-2008

No. Tahun Belanja Sektor

Sumber: BPS Sumut, Bagian Keuangan Bappeda Binjai

4.4 Perkembangan Belanja APBD Untuk Sektor Kesehatan

(73)

Binjai yang tidak mampu akan mendapatkan pelayanan berobat secara gratis di seluruh puskesmas yang ada di Kota Binjai.

Pemko Binjai juga mengambil kebijakan untuk memperluas jangkauan pelayanan kesehatan bagi masyarakat seperti membangun rumah sakit dan puskesmas. Sehingga nantinya, diharapkan agar masyarakat Binjai dapat lebih mudah dalam memperoleh pelayanan kesehatan tersebut.

Tabel 4.6 Belanja APBD Untuk Sektor Kesehatan di Kota Binjai Pada Tahun 1989-2008

No. Tahun Belanja Sektor

Sumber: BPS Sumut, Bagian Keuangan

(74)

4.5 Pembahasan

Dari analisa yang dilakukan maka diperoleh hasil yang diperlihatkan oleh tabel berikut :

Tabel 4.7 Hasil Regresi Linier Berganda Analisis Dampak Realisasi APBD Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Kota Binjai

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 59.33878 1.943583 30.53061 0.0000

LOG(X1) 0.470466 0.240822 1.953584 0.0674 LOG(X2) 0.454297 0.249750 1.819006 0.0866

R-squared 0.735876 Mean dependent var 72.60900 Adjusted R-squared 0.704803 S.D. dependent var 1.847428 S.E. of regression 1.003745 Akaike info criterion 2.982834 Sum squared resid 17.12757 Schwarz criterion 3.132194 Log likelihood -26.82834 F-statistic 23.68189 Durbin-Watson stat 1.887873 Prob(F-statistic) 0.000012

Berdasarkan tabel di atas dapat dibuat model estimasi sebagai berikut: Y = 59.34 + 0,47 LogX1 + 0,45LogX2 + µ

4.5.1 Interpretasi Model

Dari persamaan regresi yang telah diperoleh maka dapat dibuat suatu interpretasi terhadap model atau hipotesa yang telah dirumuskan sebelumnya pada metode penelitian sebagai berikut:

a) Pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan.

Gambar

Gambar 1.1 Status Indeks Pembangunan Manusia
Tabel 1.1  Nilai Maksimum dan Minimum Indikator Komponen IPM
Gambar 2.1  Hubungan antara Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi
Gambar 3.3 Kurva Distribusi Durbin - Watson
+7

Referensi

Dokumen terkait

terlihat bahwa pemanfaatan jasa lingkungan hutan menjadi ekowisata memberikan kontribusi ekonomi bagi masyarakat yang tinggal di sekitar hutan yaitu sebesar 30.70% untuk

Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat, nikmat, serta hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan Kuliah

H 0 0, Artinya tidak terdapat hubungan antara penyampaian pesan keagamaan Tsani Liziah dengan dimensi ritual (the ritualistic dimension) Komunitas MCM (Muslimah Cerdas Multitalenta)

Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah di Sektor Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Melalui Peningkatan Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa

Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa Alokasi dana BMT al-Amin terhadap pelaku usaha mikro di Kota Makassar

Berdasarkan persamaan di atas maka dapat dikatakan bahwa variabel prestasi kerja karyawan dapat dipengaruhi oleh dua prediktor yang terdiri dari variabel budaya organisasi

Kedua verba di atas dikatakan tidak total dan tidak komplet karena tidak dapat bertukar pada konteks kalimat seperti pada contoh, selain itu keduanya tidak memiliki makna

Tujuan dari artikel ini adalah untuk menyajikan hasil perawatan ortodontik dengan teknik Begg pada kasus maloklusi Angle klas III dengan hubungan skeletal klas III