• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

PERBANDINGAN LAJU PERTUMBUHAN POPULASI (B. plicatilis )

SETELAH DIBERIKAN PENAMBAHAN MAKANAN PADA MEDIA PERLAKUAN

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

SRI WAHYUNI HASIBUAN 030805023

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

PERBANDINGAN LAJU PERTUMBUHAN POPULASI (Brachionus plicatilis)

SETELAH DIBERIKAN PENAMBAHAN MAKANAN PADA MEDIA

PERLAKUAN

SKRIPSI

SRI WAHYUNI HASIBUAN

030805023

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

PERSETUJUAN

Judul :PERBANDINGAN LAJU PERTUMBUHAN

POPULASI (Brachionus plicatilis) SETELAH DIBERIKAN PENAMBAHAN MAKANAN PADA MEDIA PERLAKUAN

Kategori : SKRIPSI

Nama : SRI WAHYUNI HASIBUAN

Nomor Induk Mahasiswa : 030805023

Program Studi : SARJANA (S1) BIOLOGI

Departemen : BIOLOGI

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, Juni 2009 Komisi Pembimbing :

Pembimbing II Pembimbing I

Mayang Sari Yeanny, S. Si. M. S.i Drs. Arlen H. J., M.Si.

NIP 132 206 571 NIP 131 882 288

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Biologi FMIPA USU Ketua,

(4)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

PERNYATAAN

PERBANDINGAN LAJU PERTUMBUHAN POPULASI (Brachionus plicatilis)

SETELAH DIBERIKAN PERLAKUAN PENAMBAHAN MAKANAN PADA

KOMPOSISI MEDIA PERLAKUAN

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa hasil ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2009

(5)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini yang berjudul

”Perbandingan Laju Pertumbuhan Popoulasi Rotifera (Brachionus plicatilis)

Setelah Diberikan Perlakuan Penambahan Makanan Pada Komposisi Media

Kotoran Ayam Dan Pupuk TSP Serta Beberapa Variasi Pupuk Urea”, sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si) pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Sumatera Utara.

Pada Kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Arlen Hanel John M.Si. selaku pembimbing I dan Ibu Mayang Sari Yeanny. S.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, motivasi, serta dukungan selama penulisan hasil penelitian ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Retno Widhiastuti M.S dan Etti Sartina S.Si, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan arahan demi kesempurnaan penulisan hasil penelitian ini.

Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada ibu Prof. Dr. Retno Widhiastuti M.S selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan bimbingan selama masa perkuliahan. Kepada Bapak Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.,Sc, selaku Ketua Departemen Biologi dan Ibu Dra. Nunuk Priyani M.,Sc selaku Sekretaris Departemen Biologi serta seluruh Dosen Depatemen Biologi FMIPA USU, dan juga terima kasih untuk Kak Roslina wati ginting, Bapak Endar raswin, Bapak Manto dan Ibu selaku pegawai administrasi Program Studi Biologi FMIPA USU atas kebaikan yang diberikan selama ini yang diberikan kepada penulis.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta (Rustam Efendi Hasibuan, dan Rosleli wati Pulungan) yang telah memberikan doa, perhatian, serta cinta dan kasih sayangnya kepada penulis, serta Kakak dan Adikku tersayang (Shinta Maria Hasibuan, Rusti Elida Hasibuan, Ratna Marito Hasibuan, Vera wati Hasibuan, dan adikku Edi alamsyah Hasibuan) serta seluruh keluarga besarku atas doa dan dukungannya.

(6)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

penulisan skripsi ini. Demikianlah skripsi ini penulis sampaikan semoga bermanfaat bagi ilmu pengetahuan. Amin Ya Robbal ‘Alamin.

ABSTRAK

Penelitian mengenai, “Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi

Brachionus plicatilis setelah Diberikan Penambahan Makanan pada Media

Perlakuan” telah dilaksanakan pada bulan Maret 2009. Peneltian ini dilaksanakan di

Laboratorium Sistematika Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan metoda Rancangan Acak Lengkap (RAL) Non Faktorial dengan 4 media perlakuan , yaitu media M0 terdiri dari 200 mg/2l (kontrol), media M1 terdiri dari 200 mg/2l kotoran ayam, 4 mg/l TSP, 4 mg/2l Urea, media M2 terdiri dari 200 mg/2l kotoran ayam, 4 mg/l TSP, 4,5mg/2l Urea dan media M3 terdiri dari 200 mg/2l kotoran ayam, 4 mg/2l TSP, 5 mg/2l Urea serta 6 ulangan dengan 4 kali waktu pengamatan awal dan 4 kali waktu pengamatan setelah penambahan makanan pada pengamatan hari ke-8.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi perbedaan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis setelah penambahan makanan. Laju petumbuhan populasi tertinggi didapatkan pada waktu pengamatan awal, yaitu pada hari ke-2 sampai dengan hari ke-4. Media yang terbaik terdapat pada media M2 sebesar 5,836 ind x 2 x 10-3 x hari-1, diikuti media M3 sebesar 5,614 ind x 2 x 10-3 x hari-1, selanjutnya media M2 sebesar 5,509 ind x 2 x 10-3 x hari-1. Dan laju pertumbuhan populasi terendah terdapat pada media M0 sebesar 3,969 ind x 2 x 10-3 x hari-1.

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa media kultur yang digunakan berpengaruh sangat nyata terhadap rata-rata laju pertumbuhan antara masing-masing media perlakuan.

(7)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

The Comparison Growth Rate of Brachionus plicatilis after Gave Food in a

treatment Medium

ABSTRACT

A study of “The Comparison Growth Rate of Brachionus plicatilis after Gave

Food in a treatment Medium” has been conducted in Maret 2009. The research was

carried out at Animal Sistematic Laboratorium at Biology Department, Mathematic and Natural Science Faculty, North Sumatera University. The research used Non Factorial Complete Randomized Design with 4 treatments medium, that is medium of M0 consists of 200 mg/2l chicken manure (kontrol), medium M1 consist of 200 mg/2l chicken manure + 4 mg/l TSP + 4 mg/2l Urea, medium of M2 consist of 200 mg/2l chicken manure + 4 mg/l TSP + 4,5 mg/2l Urea and medium of M3 consist of 200 mg/2l chicken manure + 4 mg/l TSP + 5 mg/2l Urea and 6 replications which forth time for first observation and fourth times for observation after gave food at eigth day.

The result indicated differences growt rate of Brachionus plicatilis population after gave food. Highest growth of Brachionus plicatilis population was found at first observation, second day until fourth day. The best growth of Brachionus plicatilis population was found in M2 medium with number 5,836 ind. x 2 x 10-3 x day-1. Followed by M3 medium with number 5,614 ind. x 2 x 10-3 x day-1and then M1 medium with number 5,509 ind. x 2 x 10-3 x day-1. But the worst growth rate was found in M0 medium with number 3,969 ind. x 2 x 10-3 x day-1.

Base on statiscal analysis result showed that culture medium was highly significant to average of growth rate between each treatment medium.

(8)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

DAFTAR ISI

halaman

Penghargaan i

Abstrak ii

Abstract iii

Daftar Isi iv

Daftar Tabel vi

Daftar Gambar vii

Daftar Lampiran viii

Bab 1 Pendahuluan 1

1.1 Latar belakang 2

1.2 Permasalahan 3

1.3 Tujuan Penelitian 3

1.4 Hipotesis 3

1.5 Manfaat Penelitian 3

Bab 2 Tinjauan Pustaka 4

2.1 Klasifikasi Brachionus plicatilis 4

2.2 Morfologi Brachionus plicatilis 5

2.3 Biologi Brachionus plicatilis 6

2.4 Ekologi Brachionus plicatilis 8

2.5 Peranan Pupuk Dalam Pembudidayaan Rotifera (B. Plicatilis)

8

Bab 3 Bahan dan Metoda 12

3.1 Waktu dan Tempat 12

3.2 Metoda Penelitian 12

3.3 Analisis Data 14

3.4 Persiapan Bibit Brachionus plicatilis 15

3.5 Persiapan Media Aklimasi 15

3.6 Pengamatan Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis

16

(9)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

4.1 Rata-rata Pertambahan Jumlah Brachionus plicatilis (ind/ml) pada Media Perlakuan

17 4.2 Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus Plicatilis 18

Bab 5 Kesimpulan dan Saran 22

5.1 Kesimpulan 22

5.2 Saran 23

24

Daftar Pustaka 25

DAFTAR TABEL

Tabel Judul halaman

2.1 Komposisi Mineral dan Kandungan Air Beberapa Jenis Kotoran Ternak dan Unggas

9 2.2 Beberapa Jenis Pupuk Nitrogen dan Fosfor Beserta

Kadar Haranya

11 4.1 Rata-rata Pertambahan Jumlah Populasi Brachionus

plicatilis (ind/ml) pada Media Perlakuan selama Waktu Pengamatan

17

4.2 Rata-rata Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis (ind. 2 x 10-3 x hari -1) pada Media Perlakuan

19 4.3 Uji Beda Rata-rata Duncan pada Media Perlakuan

Selama Waktu Pengamatan (Hari ke-2 sampai dengan Hari ke-16)

(10)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul halaman

2.1 Bentuk Morfologi Brachionus plicatilis 5 4.2 Grafik Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus

plicatilis (ind. 2 x 10-3 x hari-1) pada Media Perlakuan

(11)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul halaman

Lampiran A Bagan Alir Persiapan Media Pakan untuk Brachionus plicatilis

27 Lampiran B Bagan Alir Laju Pertumbuhan Brachionus plicatilis 28 Lampiran C Bagan Posisi/Letak Media Perlakuan 29 Lampiran D Jumlah Individu (kepadatan) populasi Bracionus

plicatilis (ind/ml) pada media Perlakuan setelah Diberikan Penambahan Makanan selama Waktu Pengamatan (H = 2 hari)

30

Lampiran E Data Fisik dan Kimia Media Perlakuan selama Waktu Pengamatan

32 Lampiran F Pertambahan Jumlah Populasi Brachionus plicatilis

(ind./ml) pada Media Perlauan selama Waktu Pengamatan (H= 2 hari)

33

Lampiran G Laju Pertumbuhan Jumlah Individu Populasi Brachionus plicatilis (ind. x 2 x 10-3 x hari-) pada Media Perlakuan selama Waktu Pengamatan

34

Lampiran H1 Analisis Sidik Ragam RAL Non Faktorial Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis (ind. x 2 x 10-3 x hari-1) pada Media Perlakuan untuk Pengamatan Hari ke-2 sampai dengan Hari ke-16

35

Lampiran H2 Analisis Sidik Ragam RAL Non Faktorial Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis (ind. x 2 x 10-3 x hari-1) pada Media Perlakuan untuk Pengamatan Hari ke-2 sampai dengan Hari ke-16

38

(12)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

Lampiran J Foto-foto Pelaksanaan Penelitian 42

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemerintah Indonesia saat ini sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan di bidang sub sektor perikanan, yaitu dengan pengembangan budidaya ikan air tawar, air payau, maupun laut. Melalui usaha budi daya ini tertumpu harapan yang lebih besar terhadap upaya peningkatan produksi perikanan, meningkatkan lapangan pekerjaan baru, meningkatkan gizi dan menjaga kelestarian sumber daya perikanan (Senawan, 1984).

(13)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

ikan pada stadia larva ini perlu disediakan makanan, dimana makanan yang diberikan harus memenuhi beberapa syarat yaitu: ukuran makanan yang diberikan lebih kecil dari bukaan mulut benih ikan tersebut, kualitas yang baik, terdapat dalam jumlah banyak, makanan harus bergerak aktif karena larva pada stadia awal masih relatif pasif serta mudah diperoleh, selanjutnya dijelaskan bahwa makanan alami bagi larva ikan yang terbaik (makanan awal) setelah pergantian makanan dari kuning telur adalah Rotifera, diantaranya dari genus Brachionus.

Menurut Mujiman (1980) agar ikan yang dipelihara dapat tumbuh sehat dan bertahan hidup hingga dewasa harus diberi pakan alami. Selanjutnya Isnansetyo & Kurniastuty (1995) menegaskan bahwa peranan pakan alami dalam usaha pembenihan ikan belum dapat digantikan sepenuhnya oleh pakan-pakan buatan. Salah satu jenis pakan alami yang banyak digunakan dalam usaha budidaya ikan adalah Brachionus plicatilis (Dahril,1996).

Woynarovich & Hovart (1980) menyatakan bahwa Brachionus plicatilis merupakan makanan paling tepat bagi larva ikan, karena memenuhi syarat jasad pakan, diantaranya sebagai berikut: bergizi dapat dicerna dengan baik, terapung atau tersuspensi dan pergerakannya lambat. Selanjutnya Diani & Sa’diah (1995) menjelaskan bahwa pemilihan Brachionus plicatilis sebagai pasok pakan, dikarenakan mempunyai sifat sebagai berikut: gerakannya lambat, mudah dibudidayakan, mudah dicerna dan mudah ditingkatkan nilai gizinya yang tinggi.

(14)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

Menurut Shasmand (1986) unsur nitrogen dan phospat merupakan unsur yang paling penting dan merupakan faktor pembatas untuk pertumbuhan alga. Maka di dalam pembudidayaan B. plicatilis selain pupuk organik diberikan pupuk tambahan beberapa pupuk anorganik, seperti pupuk urea dan pupuk phospat dengan tujuan dapat meningkatkan pertumbuhan jasad renik terutama alga planktonik yang merupakan pakan Rotifera sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan B. plicatilis yang akan dikultur (Djarijah, 1995; Mujiman, 1998). Selanjutnya Djarijah (1995) menyatakan bahwa kotoran ternak yang banyak digunakan dalam pembudidayaan Rotifera Brachionus plicatilis adalah kotoran ayam, karena banyak mengandung unsur nitrogen

Isnansetyo & kurniastuty (1995) menyatakan bahwa kultur Brachionus plicatilis juga memerlukan pencahayaan, untuk mengkultur selama ini hanya mengandalkan cahaya matahari, sehingga tidak jarang terjadi penurunan produksi apabila cahaya matahari kurang memadai. Untuk mengatasi hal tersebut ternyata lampu TL atau lampu sorot juga dapat digunakan.

1.2 Permasalahan

Dalam pembudidayaan kultur Brachionus plicatilis pada waktu tertentu terjadi penurunan jumlah populasinya. Namun demikian belum diketahui apakah terjadi peningkatan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis setelah dilakukan penambahan makanan pada media perlakuan saat terjadinya penurunan jumlah populasi.

1.3 Tujuan Penelitian

(15)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

1.4 Hipotesis Penelitian

Terdapat peningkatan laju pertumbuhan populasi Rotifera Brachionus plicatilis sesudah diberikan perlakuan penambahan makanan pada media kotoran ayam dan pupuk TSP serta beberapa variasi pupuk Urea.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang didapatkan diharapkan dapat bermanfaat sebagai,

a. Bahan informasi bagi instansi terkait yang membutuhkan teknik penyediaan pakan alami.

(16)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi

Ciri khas yang merupakan dasar pemberian nama Rotatoria atau Rotifera adalah terdapatnya suatu bangunan yang disebut korona. Korona ini bentuknya bulat dan berbulu-bulu getar, yang memberikan gambaran seperti sebuah roda (Mujiman, 1998; Djarijah, 1995). Menurut Villegas (1982) Brachionus plicatilis merupakan salah satu Rotifera yang diklasifikasikan berdasarkan tingkat hirarkinya sebagai berikut:

Phylum : Trochelminthes Kelas : Rotifera Ordo : Monogonata Subordo : Ploima Familia : Brachionidae Genus : Brachionus

Spesies : B. Plicatilis.O.F. Muller.

(17)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

2.2 Morfologi

Brachionus plicatilis memiliki struktur tubuh masih sangat sederhana dengan tubuh

berbentuk bilateral simetris, menyurupai piala. Kulit terdiri dari dua lapisan yaitu, hipodesmis dan kutikula. Kutikula merupakan bagian kulit yang tebal yang disebut dengan lorika. Lorika mempunyai bukaan yang digunakan untuk mengeluarkan kaki (Cole, 1993).

Mujiman (1998) menjelaskan bahwa antara jantan dan betina terdapat perbedaan bentuk yang menyolok. Yang jantan mempunyai bentuk kecil dari pada yang betina, lagi pula mengalami degenerasi (Gambar 2.1). Sedangkan yang betina hampir selamanya berkembang biak secara parthenogenesis (tanpa kawin). Dalam banyak hal, yang jantan jarang sekali muncul. Bahkan banyak diantara jenisnya yang tidak kita kenal pejantannya. Selanjutnya dijelaskan bahwa Brachionus hidup antara 8 –12 hari. Selama itu mereka dapat bertelur sebanyak 5 butir.

C - Coroa de cilios

D - dedos ou apendicesaderentes E - estomago

(18)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

Gambar 2.1. Bentuk Morfologi Brachionus plicatilis (A. Betina ; B. Jantan).

2.3 Biologi

Sel tubuh Rotifera B. plicatilis tersusun sebagai jaringan tubuh yang membentuk sistem organ yang umumnya masih sangat sederhana. Sistem pencernaan dimulai dari mulut yang dekat dengan korona. Di bagian mulut terdapat faring yang disebut mastax. Kerongkongannya pendek, yaitu yang menghubungkan antara mastax dengan lambung. Makanan yang tidak dicerna dibuang keluar melalui anus (Djuhanda, 1980). Makanan diambil terus menerus sambil berenang (Isnansetyo & Kurniastuty, 1995). Secara alami Brachionus ini suka makan jasad-jasad renik yang lebih kecil dari dirinya, antara lain ganggang renik, ragi, bakteri dan protozoa (Mujiman, 1998).

Dari hasil penelitian Snell & Garman (1996) menyimpulkan bahwa perkembangan Rotifera secara kawin atau tidak kawin sebenarnya terjadi pada waktu yang hampir bersamaan. Peristiwa perkawinan Rotifera B. plicatilis akan sangat bergantung pada peluang terjadinya kontak antara B. plicatilis jantan dengan B. plicatilis betina. Pada saat populasi meningkat, jumlah jantan semakin banyak maka peluang untuk terjadinya perkawinan akan semakin besar. Apalagi B. plicatilis betina yang mana dalam waktu satu jam saja setelah bertelur ia telah mampu dikawini B. plicatilis jantan.

(19)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

dan betina-miktik tersebut kawin, maka betina-miktik akan menghasilkan telur kista (dormant egg) yang tahan terhadap kondisi perairan yang jelek dan tahan terhadap kekeringan. Telur kista ini akan dapat menetas lagi bila keadaan perairan telah menjadi normal kembali.

Pada mulanya betina miktik menghasilkan 1-6 telur kecil. Betina miktik adalah betina yang dapat dibuahi. Telur yang dihasilkan oleh betina miktik akan menetas menjadi jantan. Jantan ini akan membuahi betina miktik dan menghasilkan 1-2 telur istirahat. Telur ini mengalami masa istirahat sebelum menetas menjadi betina amiktik. Betina amiktik adalah betina yang tidak dapat dibuahi. Dari betina amiktik yang terjadi ini maka reproduksi secara aseksual akan terjadi lagi. Betina miktik hanya akan menghasilkan telur miktik demikian juga sebaliknya betina amiktik. Antara betina miktik dan amiktik tidak dapat dibedakan secara eksternal (Isnansetyo & Kurniastuty, 1995).

Walaupun telah banyak literatur yang menerangkan adanya perubahan antara betina amiktik menjadi betina miktik ini, namun pembiakan secara bisexual ini belum banyak diketahui secara jelas. Untuk beberapa genera dari famili Brachionidae diketahui bahwa kondisi yang menentukan seekor betina menjadi amiktik atau miktik terjadi beberapa saat sebelum telur mulai membelah. Hal ini juga menunjukkan bahwa yang mengontrol produksi betina miktik ini pada umumnya adalah kondisi lingkungan (faktor luar) dan bukan merupakan faktor dalam semata (Dahril, 1996).

KONDISI NORMAL KONDISI ABNORMAL

Betina telur normal betina telur miktik amiktik (diploid) miktik (haploid)

(20)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

betina telur normal telur istirahat amiktik (diploid)

2.4 EKOLOGI

Brachionus hidup di perairan tawar, payau dan laut, bersifat planktonik dan hewan ini dapat ditangkap dengan jala plankton atau plankton Net (Djarijah 1995; Mujiman, 1998).

Isnansetyo & Kurniastuty, (1995) B. plicatilis bersifat euthermal. Pada suhu 15oC masih dapat tumbuh, tetapi tidak dapat beristirahat. Kenaikan suhu antara 15-35oC akan menaikan laju reproduksinya. Kisaran suhu antara 22-30oC merupakan kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan dan reproduksi, disampng itu B. plicatilis juga bersifat euryhalin. Betina dengan telurnya dapat bertahan hidup pada salinitas 980/oo, sedangkan salinitas optimalnya adalah 10-35o/oo.

Pada umumnya Rotifera planktonik secara normal membutuhkan O2 yang cukup tinggi. Namun genus Brachionus dapat bertahan pada kondisi yang anaerob dalam jangka waktu pendek dan mampu bertahan pada konsentrasi oksigen terlarut yang cukup rendah untuk jangka waktu yang panjang (Pennak, 1978)

2.5 Peranan Pupuk Dalam Pembudidayaan Rotifera B. plicatilis

(21)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

merupakan hasil industri pabrik-pabrik pembuatan pupuk, misalnya pupuk Urea, TSP, DAP dan sebagainya (Kadarini,1997).

Sutejo (1995) menyatakan berdasarkan kandungan unsur hara, pupuk Urea dan TSP termasuk pupuk tunggal, karena hanya mengandung satu macam unsur hara. Urea hanya mengandung N sedangkan TSP hanya mengandung P. Urea dan TSP termasuk pupuk buatan (pupuk anorganik) yang berkadar hara tinggi. Komposisi mineral dan kandungan air dan kotoran ayam dan beberapa jenis kotoran ternak lainnya dapat dilihat pada Tabel 2.1. Urea terbuat dari gas amoniak dan gas asam arang yang mengandung zat P 14-20% (Lingga,1995).

Tabel 2.1. Komposisi Mineral dan Kandungan Air beberapa Jenis Kotoran Ternak Unggas

Jenis ternak Kadar zat dan air dalam %

Nitrogen Fosfor Kalium Air

(22)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

yang mempunyai kandungan unsur hara cukup tinggi, karena bagian yang cair (urine) bercampur dengan bagian yang padat. Selain itu pupuk kotoran ayam dan pupuk kandang pada umumnya adalah pupuk yang lengkap karena mengandung hampir semua unsur hara yang bekerja secara berlahan-lahan dalam jangka waktu yang lama (Setyamidjaja, 1986).

Rotifera (B. plicatilis) dapat tumbuh dengan baik apabila dipelihara bersamaan dengan Chlorella sp yang ditumbuhkan dengan beberapa jenis pupuk. Jadi pupuk diberikan untuk memberikan nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan fitoplankton yang merupakan makanan Rotifera B. plicatilis. Dengan menggunakan pupuk kotoran ayam dihasilkan kepadatan Chlorella sp yang paling tinggi dan lengkapnya kandungan unsur hara kotoran ayam tersebut (Balai Penelitian & Pengembangan Budidaya Laut, 1985).

Setyamidjaja (1986) mengatakan bahwa pemakaian pupuk organik berupa kotoran ternak dapat merangsang pertumbuhan populasi mikroorganisme, Kotoran ternak terutama kotoran ayam merupakan pupuk organik yang banyak dimanfaatkan dalam usaha bercocok tanam dan pada masa kini banyak dimanfaatkan juga dalam usaha perkembangan perikanan. Misalnya digunakan dalam pembudidayaan pakan alami ikan, B. plicatilis (Sutejo, 1995; Mujiman, 1998). Dari hasil Penelitian Sachlan (1980) menunjukkan bahwa Rotifera dapat tumbuh banyak jika kolam dipupuk dengan pupuk kandang. Bahkan dari hasil penelitian Setiabudiningsih (1998) menunjukkan bahwa pemupukan dengan menggunakan kotoran ayam cenderung memberikan kandungan unsur hara yang lebih lengkap sehingga meningkatkan produktivitas primer perairan.

(23)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa defisiensi fosfor dan nitrogen di perairan menentukan pertumbuhan fitoplankton serta akhirnya mengurangi produktivitas dalam sutu perairan (Sumawidjaja, 1981). Menurut Lingga & Sutejo (1995) pupuk yang banyak digunakan baik dalam usaha pembudidayaan tanaman maupun perikanan adalah pupuk Urea dan TSP, karena kandungan unsur hara kedua pupuk ini tinggi (Tabel 2.2) dan termasuk pupuk tunggal, yaitu pupuk Urea hanya mengandung suatu macam unsur saja, yakni hanya mengandung nitrogen dan pupuk TSP hanya mengandung fosfor.

Tabel 2.2. Beberapa Jenis Pupuk Nitrogen dan Fosfor Beserta Kadar Haranya

(24)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian: “ Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (Brachionus plicatilis) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan akan dilaksanakan pada bulan Maret 2009 di Laboratorium Sistematika Hewan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

3.2 Metode Penelitian

(25)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

a. Perlakuan Media

Media pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah campuran kotoran ayam yang telah dikeringkan terlebih dahulu di bawah sinar matahari dengan pupuk TSP dan Urea. Kotoran ayam yang telah kering dan pupuk TSP & Urea dihaluskan, serta diayak, selanjutnya ditimbang dengan komposisi masing-masing sebagai berikut :

M0 = 200 mg/2l (kontrol)

M1 = 200 mg/2l kotoran ayam + 4 mg/l Urea + 4 mg/2l TSP M2 = 200 mg/2l kotoran ayam + 4 mg/l Urea + 4,5 mg/2l TSP

M3 = 200 mg/2l kotoran ayam + 4 mg/l Urea + 5 mg/2l

Komposisi media tersebut berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Muliani pada tahun 2000. Dimana pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menggunakan air sebanyak 1 liter. Pada penelitian ini digunakan air sebanyak 2 liter, sehingga komposisi masing-masing media juga dilipat gandakan dari komposisi media sebelumnya. Pada penelitian yang telah dilakukan, diketahui pertumbuhan tertinggi terdapat pada komposisi media yang terdiri dari 100 mg/l kotoran ayam. Berdasarkan hal tersebut maka konposisi media di atas digunakan sebagai kontrol pada penelitian ini.

b. Perlakuan Waktu Pengamatan

Pengamatan dan penghitungan laju pertumbuhan populasi dilakukan dua hari sekali selama 16 hari (8 x pengamatan) dimana pada masing-masing media perlakuan dilakukan ulangan sebanyak 6 kali.

(26)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

H6 = hari ke-12 H7 = hari ke-14 H8 = hari ke-16

Hal ini berdasarkan lama hidup Brachionus plicatilis, yaitu selama 12-19 hari (Hyman, 1951).

Masing-masing media pakan yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam kain strimin, selanjutnya dimasukkan ke dalam botol yang telah berisi air kolam dengan cara menggantungkan/mencelupkan di bawah permukaan air media, kemudian masing-masing botol perlakuan ditutup dengan kain kasa/strimin untuk mencegah masuknya serangga atau hewan lain, dan dibiarkan selam 7 hari. Shasmand (1986) menjelaskan dengan melakukan pemupukan berarti akan merubah konsentrasi zat hara sehingga akan mempengaruhi Zooplankton, dalam hal ini B. plicatilis. Selanjutnya Mujiman (1998) juga menjelaskan tujuan pemupukan pada media kultur B. plicatilis adalah untuk menumbuhkan jasad-jasad renik yang merupakan makanan B. plicatilis.

Setelah 7 hari dimasukkan bibit B. plicatilis dari akuarium ke dalam masing-masing media perlakuan sebanyak 50 individu. Kemudian toples media ditutup kembali dengan kain kasa. Salinitas media dipertahankan antara 25-26 0/00, pH antara 7,5-8,5 dan DO > 1,5 mg/l. Selanjutnya toples media pada rak lemari yang tertutup dan lampu TL 20 watt dengan jarak dari permukaan botol media perlakuan sekitar 20 cm.

(27)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

c. Perlakuan Penambahan Makanan

Perlakuan penambahan makanan dilakukan pada pengamatan hari ke-8, yaitu setelah dilakukan penghitungan individu Brachionus plicatilis untuk pengamatan hari ke-8. Hal ini berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Muliani pada tahun 2000 dimana pada pengamatan hari ke-8 terjadi penurunan jumlah individu Brachionus plicatilis untuk semua media.

3.3 Persiapan Bibit Brachionus plicatilis

Brachionus plicatilis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari kolam Perpustakaan Universitas Sumatera Utara Medan. Brachionus plicatilis diambil dengan menggunakan plankton net dan dimasukkan ke dalam ember bervolume 10 liter. Kemudian dibawa ke Laboratorium untuk diaklimasi dan diperlakukan.

3.4 Persiapan Media Aklimasi

Air yang digunakan untuk aklimasi diperoleh dari air kolam Perpustakaan Universitas Sumetera Utara Medan yang telah disaring dengan menggunakan plankton net bermata saring 15 mikron. Air kolam tersebut dimasukkan ke dalam akuarium bervolume 60 liter serta ditambahkan NaCl sebanyak 1.250 mg/50 l dan diaduk hingga NaCl larut. Kemudian media yang terdiri dari 5000 mg/50 l kotoran ayam + 100 mg/50 l pupuk Urea + 100 mg/50 l pupuk TSP dimasukkan ke dalam kain strimin dan dicelupkan ke dalam akuarium untuk menumbuhkan jasad-jasad renik sebagai bahan makanan Brachionus plicatilis selama seminggu.

Selanjutnya dimasukkan bibit Brachionus plicatilis sebangak 1.250 individu/50 liter untuk diaklimasikan selama seminggu. Akuarium diletakkan di bawah lampu 20 Watt dengan jarak ± 20 cm dan aerasi dilakukan setiap hari.

(28)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

Pengamatan dan penghitungan laju pertumbuhan populasi dilakukan dua hari sekali seperti yang telah dijelaskan pada perlakuan waktu pengamatan. Brachionus plicatilis diambil dari masing-masing media perlakuan dengan menggunakan pipet serologi 10 ml. Sebelum dilakukan pengambilan, air media terlebih dahulu diaduk perlahan-lahan dengan batang pengaduk kaca supaya Brachionus plicatilis tersebar merata sehingga dapat mewakili semua Brachionus plicatilis yang terdapat di dalam media. Kemudian Brachionus plicatilis diambil dengan pipet serologi.

Brachionus plicatilis yang terdapat di dalam pipet serologi diterawangkan pada sinar lampu kemudian dihitung jumlahnya dengan kasat mata. Cara ini sesuai dengan yang dilakukan Balai Penelitian Dan Pengembangan Budidaya Laut Serang, serta Isnansetyo & Kurniastuti (1985). Penghitungan pertumbuhan populasi dilakukan sebanyak 6 kali sebagai ulangan untuk masing-masing media perlakuan. Setelah dilakukan penghitungan maka Brachionus plicatilis dimasukkan kembali ke dalam toples. Pengamatan ini dilakukan sampai dengan pengamatan hari ke-16. Selanjutnya setelah dilakukan penghitungan jumlah individu Brachionus plucatilis untuk pengamatan hari ke-8, dilakukan penambahan makanan (sesuai dengan komposisinya masing-masing) untuk media M1, M2 dan M3 sementara untuk media M0 tidak diberikan penambahan makanan karena sebagi kontrol.

3.6. Analisis Data

Setiap waktu pengamatan dilakukan penghitungan jumlah populasi Brachionus plicatilis, data-data yang didapatkan selanjutnya dianalisis untuk mendapatkan laju pertumbuhan populasinya dengan menggunakan rumus menurut Fogg (1975), sebagai berikut :

K =

t No Nt ln ln −

(29)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

No = Jumlah populasi awal Brachionus plicatilis t = Waktu pengamatan (hari)

Data yang diperoleh selanjutnya dilakukan uji statistik dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial, jika dari hasil pengujian diperoleh perbedaan yang nyata maka dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Duncan (DNMRT) (Steel & Torrie, 1993).

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Rata-rata Pertambahan Jumlah Brachionus plicatilis (ind/ml) pada Media

Perlakuan

(30)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

Tabel 4.1 Rata-Rata Pertambahan Jumlah Individu Populasi Brachionus

plicatilis (ind/ml) pada Media Perlakuan

Waktu pengamatan Media dan Rata-rata Pertambahan Individu

M0 M1 M2 M3

Hari ke-0 0.050 0.050 0,050 0.050

Hari ke-2 0.778 1.195 1.944 1.389

Hari ke-4 1.750 4.722 5.639 5.278

Hari ke-6 4.028 8.667 11.000 10.222

Hari ke-8 1.083 1.167 2.028 1.759

Hari ke-10 0.850 3.917 4.917 4.000 Hari ke-12 0.722 7.944 9.611 8.361 Hari ke-14 0,361 6.389 8.500 7.250 Hari ke-16 0,222 4.611 3.000 4.139

Total 9.844 38.662 46.689 42.448

Rata-rata 1.230 4.832 5.636 5.306

Keterangan : M0 = 200 mg/2 l kotoran ayam (kontrol)

M1 = 200 mg/2 l kotoran ayam + 4 mg/2 l TSP+ 4 mg/2 l Urea M2 = 200 mg/2 l kotoran ayam + 4 mg/2 l TSP + 4.5 mg/2 l Urea M3 = 200 mg/2 l kotoran ayam + 4,5 mg/2 l TSP + 5 mg/2 l Urea

(31)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

Terjadinya perbedaan rata-rata pertambahan jumlah individu (kepadatan) populasi tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan kombinasi media campuran kotoran ayam dengan pupuk TSP dan Urea. Hal ini disebabkan karena media kultur M2 yang dipupuk dengan kombinasi antara 200mg/2l TSP + 4.5mg/2l Urea ini menyebabkan tersedianya pakan (Fitoplankton) yang cukup bagi pertumbuhan B. plicatilis. Shasmand (1986) menyatakan bahwa dalam mengkultur Brachionus pemberian pupuk Urea dan TSP yang seimbang sangat menentukan terhadap pertumbuhan fitoplankton sebagai sumber bahan makanan dari B. plicatilis, keadaan ini disebabkan karena pupuk Urea dengan kandungan unsur (N) sekitar 14.20% dapat meningkatkan metabolisme fitoplankton karena fitoplankton sangat tergantung kepada unsur N dan P disebabkan mempunyai kandungan gizi yang sangat bagus untuk mendukung pertambahan terhadap fitoplankton terdapat dalam media kultur tersebut. Sehingga dengan mudah B. plicatilis ini berkembang biak dengan baik.

4.2 Laju Pertumbuhan Populasi Brachionusplicatilis

(32)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

Tabel 4.2. Rata-rata Laju Pertumbuhan Populasi Brachionusplicatilis (ind x 2 x

10-3 x hari-1) pada media perlakuan

Waktu Pengamatan Media dan Laju Pertumbuhan

M0 M1 M2 M3

Keterangan: M0 = 200 mg/2 l kotoran ayam (kontrol)

M1 = 200 mg/2 l kotoran ayam + 4 mg/2 l TSP+ 4mg/2 l Urea M2 = 200 mg/2 l kotoran ayam + 4 mg/2 l TSP + 4 mg/2 l Urea M3 = 200 mg/2 l kotoran ayam + 4,5 mg/2 l TSP+ 5 mg/2 l Urea

Dari Tabel 4.2 terlihat bahwa selama waktu pengamatan pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis tertinggi terdapat pada perlakuan Media M2, yaitu sebesar 5,836 2 x 10-3 x hari-1 diikuti oleh media M3 sebesar 5,614. x 2 x 10-3 x hari-1 dan media M1 sebesar 5,509. x 2 x 10-3 x hari-1, sedangkan media M0 merupakan media dengan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis terendah, yaitu sebesar 3,969 ind x 2 x 103 x hari-), hal ini disebabkan karena media M0 merupakan media kontrol, yaitu tanpa pemberian pupuk TSP dan Urea.

(33)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

pertumbuhan secara optimal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Priyambodo (2001), bahwa dalam mengkultur Brachionus plicatilis ketersediaan pakan sangat menentukan terhadap laju pertumbuhan populasinya, apabila terjadi kekurangan nutrien dalam bahan media dapat menyebabkan terjadinya penurunan laju pertumbuhannya.

Pada waktu pengamatan hari ke-10, yaitu setelah dilakukan penambahan makanan pada hari ke-8, kembali terjadi peningkatan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis pada media M1, M2 dan M3, sedangkan pada media M0 terus mengalami penurunan karena tidak dilakukan penambahan makanan. Keadaan ini menunjukkan bahwa ketersediaan bahan makanan pada semua media perlakuan hanya tersedia dan mampu mendukung kehidupan dan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis hanya sampai hari ke-8, dan setelah dilakukan penambahan bahan makanan kembali laju pertumbuhan populasi dapat dipertahankan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mujiman (1998) yang menyatakan bahwa bila dilakukan pemupukan susulan setiap 5-6 hari sekali akan dapat mempertahankan kepadatan populasi Brachionus plicatilis.

Dari hasil secara keseluruhan dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan antara waktu pengamatan awal (hari ke-2 sampai dengan hari ke-8) lebih tinggi bila dibandingkan dengan waktu pengamatan setelah dilakukan penambahan bahan makanan (hari ke-10 sampai dengan hari ke-16). Hal ini dikarenakan jumlah individu populasi Brachionus plicatilis dari hari ke hari semakin meningkat, sehingga penambahan makanan dengan jumlah yang sama kurang mampu mendukung kehidupan, terutama laju pertumbuhan populasinya. Sehingga perbandingan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis setelah diberikan penambahan makanan pada media perlakuan terlihat tidak maksimal. Untuk lebih jelasnya melihat perbandingan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis pada pengamatan sebelum dan sesudah diberikan penambahan makanan dapat dilihat pada Gambar 4.2

(34)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

Gambar 4.2 Grafik Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus

plicatilis (ind. 2 x 10-3 x hari-1) pada Media Perlakuan

Dari Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis tertinggi terdapat pada pengamatan hari ke-2 untuk semua media perlakuan, kemudian untuk pengamatan hari ke-4 sampai dengan hari ke-8 mengalami penurunan laju pertumbuhan untuk semua media. Hal ini dikarenakan telah berkurangnya ketersediaan bahan makanan bagi Brachionus plicatilis pada masing-masing media, yang pada akhirnya kondisi ini tidak dapat lagi mendukung kehidupan dan perkembangbiakan Brachionus plicatilis. Selanjutnya untuk pengamatan hari ke-10, yaitu setelah diberikan penambahan makanan pada hari ke-8, terjadi peningkatan kembali laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis namun tidak setinggi pada pengamatan hari ke-2 sampai dengan hari ke-8. Keadaan ini menunjukkan bahan makanan hanya mampu mencukupi kebutuhan hidup Brachionus plicatilis sampai dengan hari ke-8.

(35)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis pada ke empat media dengan perlakuan penambahan makanan selama waktu penelitian, setelah dianalisis secara statistik ternyata diantara waktu pengamatan dan komposisi media yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata. Oleh karena itu dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Duncan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3 Uji Beda Rata-rata Duncan pada Media Perlakuan selama Waktu Pengamatan (Hari ke-2 sampai dengan Hari ke-16)

Media Rata-rata Laju Pertumbuhan

Hari ke-2 sampai dengan hari ke-8

Hari ke-10 sampai dengan hari ke-16

menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5%, sedangkan huruf besar yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 1% menurut uji Duncan

(36)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

(37)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang perbandingan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatlis setelah diberikan penambahan makanan pada media perlakuan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

a. Rata-rata pertambahan jumlah individu Brachionus plicatilis tertinggi sebelum diberikan penambahan makanan terdapat pada pengamatan hari ke 6 yaitu pada media M2 sebesar 11.000 individu/ml, sedangkan rata-rata pertambahan jumlah individu B .plicatilis tertinggi setelah diberikan perlakuan penambahan makanan terdapat pada pengamatan hari ke-12 yaitu (pada media M2 sebesar 9,611 individu/ml).

(38)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

c. Laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis pada pengamatan hari ke-2 sampai dengan hari ke-16 berbeda sangat nyata antara media M0, M1, M2 dan M3.

d. Laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis pada media M1 dan M3 untuk pengamatan sebelum dan sesudah diberikan penambahan makanan berbeda sangat nyata.

5.2 Saran

Dari hasil yang telah yang telah diperoleh selama melakukan penelitian ini, disarankan,

a. Dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pemberian pupuk TSP dengan variasi konsentrasi dengan kisaran yang lebih kecil dan mendekati kisaran konsentrasi pupuk Urea yang diberikan sehingga didapat media komposisi media kultur B.plicatilis yang lebih optimal terhadap laju pertumbuhan populasinya.

b. Sebaiknya penambahan makanan diberikan dengan jumlah dua kali lipat dari komposisi media awal sehingga kebutuhan bahan makanan dapat terpenuhi dengan baik.

(39)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

DAFTAR PUSTAKA

Aslianti, T. 1995. Jenis dan Cara Pemberian Pakan untuk Produk Nener (Chanos chanos Forsskal) dalam Prosiding Simposium Perikanan Indonesia I. Buku II. Sumber Daya Perikanan dan Penangkapan. Jakarta : Penerbit Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan : hlm. 190

Ayodhyoa, A.U.1981. Metode Penagkapan ikan. Yayasan dwi sri, Bogor: hlm. 97. Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut ATA- 192. 1985. Budidaya

Rotifera (Brachionus plicatilis) O.F. Muller. Sub Balai Penelitian Budidaya Pantai Bojonegoro, serang: hlm. 1- 2.

Cole, G.A. 1993. Teks Limnologi. Diterjemahkan oleh Fatimah Md. Yusoff &

Shamsiah Md. Said. Edisi III. Cetakan I. Penerbit Dewa Bahasa dan Pustaka. Selangos Darul Ehsan. hlm. 69 dan 337.

Dahril, T. 1996. Rotifera Biologi dan Pemanfaatannya. Riau: Penerbit UNRI-Press. Pekanbaru: hlm. 5,14 dan 43-46.

Diani, S. Dan S. Sa’diah. 1995. Perbedaan Lama Waktu Pengkayaan Rotifera (Brachionus plicatilis) Terhadap Kandungan asam Lemak Rotifera dan Pertumbuhan serta Kelangsungan Hidup Larva Kerapu Macan (Epinephelus fucoguttatus) dalam Prosiding Simposium Perikanan Indonesia I. Buku II. Bidang Daya Perikanan. Jakarta: Penerbit Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. hlm.392.

Djuhanda, T. 1980. Kehidupan dalam Setetes Air dan Beberapa Parasit pada Manusia. Bandung: Penerbit ITB. hlm. 29-36.

(40)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

Hyman, L. H. 1951. The Invertebrata : Acanthocephala, Aschelmintes and Entprocta. Volume III. Mc. Graw- Hill Book Company, Inc, New York: pp. 91-100 & 117-141.

Isnansetyo, A., Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton: Pakan Alami Ikan untuk Pembenihan Organisme Laut. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. hlm. 14-15.

Kadarini, T. 1997. Pupuk Anorganik Sebagai Alternatif untuk Meningkatkan Produksi Pakan Alami pada Budidaya Ikan. Kwarta Penelitian Perikanan Indonesia. Volume. 3. No. 3. hlm. 2.

Lingga, P. 1995. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Cetakan ke-10. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. hlm. 57-59.

Mujiman, A. 1998. Makan Ikan. Jakarta: Penerbit PT. Penebar. Swadaya, hlm. 14-17, 49-51.

Mustahal, 1995. Status dan Perkembangan Kultur Rotifera sebagai Jasad Pakan Alami dalam Prosiding Simposium Perikanan Indonesia I. Buku II. Bidang Budidaya Perikanan. Jakarta: Penerbit Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, hlm. 386-387, 392.

Prijono, A., G. Sumiarsa dan M. S. Yasa. 1996. Pengaruh Tipe Rotifera untuk Pakan awal Eksogen terhadap Mutu Benih Bandeng (Chanos Chanos Forskal) dalam Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Vol. II. No. 2. hlm. 318. Pennak, R.W. 1978. Freshwater Invertebrates of United State. 2nd Edition. Jhon

Willey & Sons, Inc, New York: pp. 179-187, 190-194.

Priyambodo, 2001. Budidaya Ikan Alami untuk ikan. Jakarta: Penerbit PT. Penebar Swadaya. hlm. 28

Rusfian, 1998. Pengaruh Pupuk Kotoran Ayam terhadap Perkembangan Populasi Brachionus sp. Kertas Karya. Fakultas Perikanan Universitas Riau. Pekan Baru: hlm. 52 (tidak diterbitkan).

Sachlan, M. 1980. Planktonologi. Universitas Riau. hlm. 85.

Saifuddin, 1985. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Bandung: Pustaka Buana. hlm. 56.

Senawan, I. 1984. Kelestarian Sumber Perikanan Daerah Riau Berkala Perikanan Terubuk. 29 (10). hlm. 28.

Setyabudiningsih. 1998. Pengaruh Kualitas dan Kuantitas Scenedesmus acuminatus Terhadap Siklus Hidup Brachionus caliciflorus pallas. Kertas Karya. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor: hlm. 69 (tidak diterbitkan)

Setyamidjaja, D, 1986. Pupuk dan Pemupukan. Simplex. Jakarta: hlm. 122.

(41)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

Disaring

Dibungkus kain strimin

Dicelupkan NaCl

Sumawidjaja, K. 1981. Limnologi. Proyek Peningkatan Mutu Perguruan Tinggi.. Bogor: Institut Pertanian Bogor. hlm. 56.

Sutejo, M. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Cetakan V. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. hlm. 86-91, 108-142.

Woynarovich, E, and I. Hortvath. 1980. The Artifical Propagarion of Warmater Fin Fishes. A Manual For Extension. FAO. Rome. 181 p.

Lampiran A. Bagan Alir Persiapan Media Pakan untuk Brachionus plicatilis

Air kolam

Stoples/botol

Kotoran ayam + pupuk Urea + pupuk TSP

Sumber pakan

(42)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

Ditutup dengan kain kasa

Diberi cahaya 20 watt

Dibiarkan selama satu minggu

Dimasukkan bibit B. plicatilis sebanyak 25 individu

Dilakukan pengamatan dan penghitungan setiap 2 hari selama 14 hari

B. plicatilis diambil dengan pipet serologi 20 ml

Lampiran B. Bagan alir laju Pertumbuhan Brachionus plicatilis

Media Perlakuan

Media Perlakuan Setelah satu minggu

(43)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

LAMPIRAN C. Bagan Posisi/Letak Media Perlakuan Secara Randomisasi

RAK 1 RAK 2

M0 (2) M0 (4) M0 (1)

M0 (6) M0 (3)

M0 (5)

Lampu TL 20 Watt

M1 (4) M1 (5)

M1 (6) M1 (3)

M1 (2) M1 (1)

Lampu TL 20 Watt

M3 (4) M3 (2)

M3 (1) M2 (4)

M2 (2) M2 (3)

(44)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

(45)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

Lampiran D. Jumlah individu (kepadatan) populasi B. plicatilis (ind./ml) pada media pakan ayam dan pupuk TSP serta beberapa

variasi pupuk urea setelah diberikan perlakuan penambahan makanan selama waktu pengamatan (H = 2 hari

(46)
(47)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

Lampiran E. Data Fisik dan Kimia Media pada Beberapa Tingkat Variasi Pupuk Urea selama Waktu Pengamatan

Media Suhu (°C) pH Salinitas (‰) Oksigen Terlarut

(mg/l)

M0 25-26 8.37 25,4 5,0

M1 27 8.34 25,4 4,8

M2 25-26 8.38 25,5 5,2

(48)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

Lampiran F. Pertambahan jumlah popoualsi B. plicatilis (ind/ml) pada beberapa

tingkat variasi TSP selama waktu pengamatan (H=2 hari)

Perlakuan Ulangan Waktu Pengamatan

(49)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

Lampiran G. Laju Pertumbuhan jumlah individu populasi B. plicatilis (ind x 2 x

10-3 x hari-) pada beberapa tingkat variasi pupuk Urea selama waktu pengamatan

Perlakuan Ulangan Waktu Pengamatan

(50)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

Lampiran H1. Analisis Sidik Ragam RAL Non Faktorial Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis (ind. x 2 x 10-3 x hari-1) pada Media Perlakuan untuk Pengamatan Hari ke-2 sampai dengan hari ke-8

(51)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

JK H x M = JK Perlakuan – JK H – JK M

Analisis Sidik Ragam RAL Non Faktorial Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis (ind. x 2 x 10-3 x hari-1) pada Beberapa Tingkat Variasi Pupuk TSP pada Pengamatan Hari ke-2 sampai dengan Hari ke-8

SK DB JK KT FH 5% 1%

Keterangan: (**) berbeda sangat nyata

(52)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

4,961 (M0) 5,879 (M1) 6,202 (M3) 6,525 (M2)

0,05 2,77 2,92 3,02

0,01 3,64 3,80 3,90

0,002 0,122 0,128 0,133

0,0004 0,160 0,167 0,172

d c b a

(53)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

Lampiran H2. Analisis Sidik Ragam RAL Non Faktorial Laju Pertumbuhan Populasi

Brachionus plicatilis (ind. x 2 x 10-3 x hari-1) pada Media Perlakuan untuk Pengamatan Hari ke-10 sampai dengan hari ke-16

(54)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

= 10,073 – 9,205

Analisis Sidik Ragam RAL Non Faktorial Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis (ind. x 2 x 10-3 x hari-1) pada Beberapa Tingkat Variasi Pupuk TSP pada Pengamatan Hari ke-10 sampai dengan Hari ke-16

SK DB JK KT FH 5% 1%

(55)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

Sx =

n t KTGalat

× = 4 6

004 , 0

× = 0,013

0,873 (M0) 2,112 (M1) 2,218 (M3) 2,228 (M2)

0,05 2,77 2,92 3,02

0,01 3,64 3,80 3,90

0,0007 0,036 0,038 0,039

0,0001 0,047 0,049 0,051

d c b a

(56)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

LAMPIRAN I. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian

Kotoran Ayam Pupuk TSP Pupuk Urea

A

(57)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

Gambar 9. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian A. pH Meter B. Refraktometer C. Termometer

LAMPIRAN J. Foto-foto pelaksanaan Penelitian

Gambar. Perhitungan jumlah individu (kepadatan) populasi B. plicatilis dengan metode terawang.

(58)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

Gambar B.plicatilis dengan perbesaran 400 kali

(59)

Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis ) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.

(60)

Gambar

Tabel  Judul
Gambar Judul
Tabel 2.1. Komposisi Mineral dan Kandungan Air beberapa Jenis Kotoran
Tabel 2.2. Beberapa Jenis Pupuk Nitrogen dan Fosfor Beserta Kadar Haranya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat dua pandangan dalam hal ini, yang pertama adalah bahwa pihak luar tidak seharusnya menggunakan motif Iban karena sudah melanggar adat Dayak Iban, dan yang

Dengan tersedianya sekuen genom rujukan ( reference genome sequence ) berbagai spesies tanaman penting, teknologi NGS ini menjadi sangat handal ( powerful ) dalam

tesis ini adalah hasil kerja saya yang asli; setiap petikan, kutipan dan ilustrasi telah dinyatakan sumbernya dengan jelas; tesis ini tidak pernah dimajukan sebelum ini, dan

Penyakit sosial masyarakat tersebut pada umumnya suli untuk diberantas akan tetapi diharapkan upaya-upaya yang dapat meminimalisir perkembangan penyakit sosial

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin,

Dengan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kepemimpinan dengan Kepuasan kerja guru di Yayasan Kartika Jaya Cabang XVIII

Pada plot basah dan sedang komposisi komunitas berubah secara progresif sampai dengan minggu ke-10.Kemudian komunitas mengalami retrogresif, baik kekayaan