• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

TINJAUAN JURIDIS ATAS

TINDAK PIDANA PASAR MODAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas Dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

O L E H

NIM : 030200063 M. BUDI IBRAHIM

Departemen Hukum Pidana

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

ABSTRAKSI ... vi

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 7

C. Tujuan Penulisan dan Manfaat Penulisan ... 8

D. Keaslian Penulisan ... 9

E. Tinjauan Kepustakaan ... 9

1. Pengertian Penegakan Hukum ... 9

2. Pengertian Tindak Pidana ... 12

3. Pengertian Pasar Modal dan Tujuan Pasar Modal .... 14

A. Metode Penelitian ... 16

B. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II : Gambaran Umum Tentang Pasar Modal ... 20

A. Pengertian Pasar Modal dan Hukum Pasar Modal ... 20

B. Perkembangan Pasar Modal Di Indonesia ... 23

A. Ruang Lingkup Pasar Modal ... 29

B. Para Pelaku Dalam Pasar Modal ... 34

C. Bentuk-bentuk tindak Pidana Pasar Modal ... 42

BAB III : Upaya Penegakan Hukum Di Bidang Pasar Modal ... 52

A. Pengaturan Tindak Pidana Pasar Modal Dalam UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal ... 52

(3)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

C. Proses Pemeriksaan Pada Kasus Tindak

Pidana Pasar Modal ... 72

D. Bentuk Pertanggungjawaban Tindak Pidana Pasar Modal ... 83

BAB IV : Bentuk-Bentuk Sanksi Tindak Pidana Pasar Modal... 92

E. Sanksi-sanksi Terhadap Tindak Pidana Pasar Modal di Indonesia ... 92

BAB V : Kesimpulan Dan Saran ... 105

A. Kesimpulan ... 105

B. Saran ... 107

(4)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Isu globalisasi tidak dapat dielakkan lagi, isu ini terus berkembang dan semakin terasa wujudnya. Dampaknya pada perkembangan ekonomi dunia juga semakin terlihat, hal ini didukung oleh pesatnya perkembangan tekhnologi komunikasi yang merambah sampai ke segala bidang termasuk bidang ekonomi dan keuangan. Berbagai perusahaan dengan giat melakukan ekspansi dengan memperluas usahanya memasuki ekonomi global sejalan dengan perkembangan ekonomi dunia yang semakin meningkat.

Peningkatan kegiatan ekspansi perusahaan-perusahaan di tingkat global ini tentunya membutuhkan dana yang sangat besar, maka perusahaan-perusahaan semakin giat mencari sumber-sumber yang dapat menyediakan dana dalam jumlah yang besar. Untuk itu pandangan para pemilik perusahaan diarahkan ke Pasar Modal baik yang ada di negara sendiri maupun di negara orang lain. Hal tersebut menyebabkan semakin maraknya kegiatan di Pasar Modal di hampir seluruh negara, dan juga mempermudah masuknya investasi dari suatu negara ke negara lain.

Berbagai perusahaan dari suatu negara menjual sahamnya di Pasar Modal negara-negara lain untuk mendapatkan tambahan dana, ini berarti pemodal

(investor) dari suatu negara dapat ikut melakukan investasi dan memiliki modal

(5)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

pemodal dapat melakukan investasi melalui pemilikan berbagai surat-surat berharga baik yang bersifat penyertaan (saham) maupun yang bersifat pinjaman (obligasi) serta berbagai instrumen derivatif.

Investasi di Pasar Modal merupakan penanaman modal di bidang aset keuangan yang pada dasarnya mengharapkan suatu hasil atas efek yang dibeli. Walaupun demikian, perlu diperhatikan bahwa pilihan investasi selalu harus mempertimbangkan tingkat harapan keuntungan di satu sisi dan tingkat risiko di sisi lain.1

Kegiatan Pasar Modal apabila diukur lebih merupakan objek hukum, artinya para ahli hukum perlu lebih banyak tampil. Hukum yang mengatur kegiatan Pasar Modal mencakup ketentuan mengenai persyaratan perusahaan yang menawarkan saham atau obligasinya kepada masyarakat, ketentuan pedagang perantara, profesi penunjang, lembaga penunjang, perlindungan investor serta aturan main di Pasar Modal. Pelanggaran terhadap aturan main

Di sini pemilik tidak turut campur tangan dalam aktivitas sehari-hari tetapi mereka lebih berkepentingan pada dividen dan keuntungan modal (capital gain) dari dalam perusahaan tersebut. Investor sewaktu-waktu secara cepat dapat pindah dari suatu perusahaan ke perusahaan lain sesuai dengan keinginannya. Dalam praktek di Pasar Modal terdapat berbagai pihak yang terlibat, dan pada konsepnya keterlibatan para pihak tersebut adalah untuk mencari keuntungan. Dalam konsep yang demikian bukan tidak berarti para pihak memanfaatkan berbagai keadaan demi tujuannya di Pasar Modal.

1

(6)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

dalam transaksi efek sering disebabkan karena lemahnya sistem pengawasan yang dilakukan oleh pihak pengelola bursa maupun pengawas bursa, sehingga apabila terjadi pelanggaran transaksi efek baik karena manipulasi, informasi yang menyesatkan maupun insider trading sulit terdeteksi secara dini.2

a. Keterbukaan informasi,

Yang merupakan target yuridis dari pengaturan hukum terhadap Pasar Modal pada pokoknya adalah sebagai berikut:

b. Profesionalisme dan tanggung jawab para pelaku Pasar Modal; c. Pasar yang tertib dan modern;

d. Efisiensi; e. Kewajaran;

f. Perlindungan investor.3

Perkembangan dan kemajuan suatu Pasar Modal sangat ditentukan oleh adanya kepastian hukum bagi para pelakunya, terutama masyarakat investor. Investor tidak termotivasi untuk memasuki Pasar Modal Indonesia jika pasar yang bersangkutan tidak memiliki perangkat aturan yang menjamin perlindungan, kepastian hukum, dan keadilan. Apalagi bisnis di Pasar Modal adalah bisnis yang mengandalkan kepercayaan. Kepercayaan itu akan lebih aman dan terjamin jika dipayungi oleh peraturan yang jelas dan mengikat, atau lebih dikenal dengan kepastian hukum.4

2

Munir Fuady, Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum), (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996), hal. 4.

3

Ibid., hlm. 13

4

M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta : Prenada Media, 2003), hal. 44.

(7)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

Keterbukaan informasi dalam Pasar Modal terutama keterbukaan terhadap fakta material adalah merupakan persoalan inti dan jiwa dari Pasar Modal, karena prinsip keterbukaan berfungsi untuk memelihara kepercayaan publik terhadap pasar. Keterbukaan informasi dalam hukum Pasar Modal dapat diibaratkan sebagai seorang gadis cantik dan mulus yang memakai rok mini. Artinya, rok yang dipakainya tidak terlalu pendek, sehingga dapat menampilkan hal yang sangat vital, yang merupakan suatu rahasia perusahaan, karena itu dapat merangsang si pesaing untuk melakukan hal-hal yang merugikan perusahaan, sebab tidak semua fakta dan data yang ada dalam perusahaan harus diinformasikan kepada publik.5

Transparansi dalam perdagangan saham berfungsi untuk menciptakan mekanisme pasar yang efisien.

6

Hukum berfungsi untuk menciptakan dan menjaga ketertiban serta kedamaian di dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu terdapat adagium

“Ibi Ius Ibi Societas”, (dimana ada masyarakat disitu ada hukum). Dalam

perkembangan hukum, dikenal dua jenis hukum yaitu Hukum Privat dan Hukum Publik. Dimana Hukum Privat mengatur mengenai hubungan antara orang sedangkan Hukum Publik mengatur mengenai hubungan antara negara dengan individu. Perkembangan hukum berkaitan erat dengan perkembangan masyarakat. Menurut Mazhab Jerman, perkembangan hukum akan selalu tertinggal dari

Dalam hal ini suatu perdagangan dapat dikatakan efisien apabila pihak yang berkepentingan dengan perdagangan tersebut dapat melakukan perdagangan dengan mudah, cepat, dan biaya yang relatif murah.

5

Munir Fuady, Op. , Cit. hal. 78. 6

(8)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

perkembangan masyarakat. Perkembangan di dalam masyarakat menyebabkan pula perkembangan kebutuhan masyarakat terhadap hukum. Kondisi demikian mendorong terjadinya perkembangan di bidang Hukum Privat maupun Hukum Publik. Kegiatan yang pesat di bidang Ekonomi misalnya menurut sebagian masyarakat menyebabkan peraturan yang ada di bidang perekonomian tidak lagi dapat mengikuti dan mengakomodir kebutuhan hukum di bidang ini, sehingga dibutuhkan aturan yang baru di bidang Hukum Ekonomi.

(9)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

untuk mengantisipasi pelanggaran hukum (tindak pidana) Pasar Modal, baik yang berkualifikasi sebagai kejahatan maupun sebagai pelanggaran.

Usaha penanggulangan kejahatan dengan menggunakan hukum pidana pada hakekatnya juga merupakan bagian dari usaha penegakan hukum (penegakan hukum pidana). Namun meskipun telah dikeluarkan Undang-Undang yang mengatur tentang segala kegiatan di Pasar Modal, masih saja terdapat pihak-pihak yang tidak mengindahkan peraturan yang ada tersebut. Akan selalu ditemui dalam kenyataan dilapangan para pelaku di Pasar Modal melakukan kejahatan dan pelanggaran demi untuk menguntungkan diri sendiri maupun kelompoknya.

Oleh karena itu sering dikatakan bahwa politik atau kebijakan hukum pidana merupakan pula bagian dari kebijakan penegakan hukum (Low

Enforcement Policy). Penegakan hukum pidana yang rasional, terdiri atas tiga

tahap, mencakup tahap formulasi oleh pembentuk Undang-Undang yang terkait dengan perbuatan pidana berikut sanksinya, tahap aplikasi yang merupakan tahap penerapan oleh Kepolisian sebagai penyelidik dan penyidik, Kejaksaan sebagai penuntut, dan Kehakiman sebagai aparat yang mengadili dan memutuskan, serta tahap eksekusi oleh aparat eksekusi. Dalam skripsi ini, maka yang difokuskan adalah yang berkaitan dengan kebijakan kriminal dengan menggunakan sarana hukum pidana, khusus pada tahap formulatif dan pada tahap aplikatif.

(10)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

menentukan harga saham yang mengakibatkan anjloknya harga saham dibursa efek Jakarta (sebagaimana diungkapkan oleh ketua Bapepam di SCTV, pada tanggal 14 Januari 2004) atau kasus anjloknya harga saham PT. Perusahaan Gas Negara Tbk. pada bulan Agustus 2006.

Berdasarkan uraian diatas, maka menarik untuk dikaji permasalahan hukum dari tindak pidana Pasar Modal, sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

B. Perumusan Masalah

Dalam penulisan skripsi, untuk mempermudah pembahasan maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahan yang disesuaikan dengan judul yang diajukan, dimana permasalahan inilah yang menjadi dasar penulis untuk melakukan pembahasan selanjutnya.

Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam latar belakang diatas, maka perumusan masalah diuraikan sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk-bentuk tindak pidana di Pasar Modal?

2. Bagaimanakah bentuk pertanggungjawaban pidana tindak Pidana Pasar Modal?

(11)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan utama dari penulisan ini adalah untuk memenuhi syarat guna mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan sebagai tambahan pengetahuan. Namun berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam karya tulis ini adalah :

a. Untuk mengetahui bagaimana bentuk-bentuk tindak pidana di Pasar Modal; b. Untuk mengetahui bagaimanakah bentuk pertanggungjawaban pidana tindak

Pidana Pasar Modal;

c. Untuk mengetahui bagaimana upaya Penegakan Hukum (Pidana) terhadap penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh pelaku-pelaku ekonomi, yang berkaitan dengan Pasar Modal, selama ini;

d. Untuk mengetahui apa-apa saja sanksi-sanksi yang dapat diberikan dan Penegakan Hukum terhadap tindak pidana di Pasar Modal Indonesia.

2. Manfaat Penulisan

(12)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

b. Secara praktis adalah memberikan sumbangan pemikiran yuridis tentang penegakan hukum didalam Pasar Modal dalam praktek perekonomian yang sangat berpengaruh dalam kegiatan di Pasar Modal, memberikan sumbangan pemikiran dan pemahaman kepada para pembaca yang berminat untuk mengetahui tentang Pasar Modal khususnya.

D. Keaslian Penulisan

Skripsi ini berjudul “Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal”. Sejauh pengamatan dan sepengetahuan penulis, materi yang dibahas

dalam skripsi ini belum pernah dijadikan judul maupun pembahasan dalam skripsi yang sudah ada terdahulu, sehingga penulis tertarik mengangkat judul diatas serta permasalahannya sebagai judul dan pembahasan dalam skripsi ini.

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Pengertian Penegakan Hukum

(13)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

dengan menggunakan cara prosedural yang ditetapkan oleh hukum formal. Penegakan hukum merupakan suatu proses yang melibatkan banyak hal. Oleh karena itu keberhasilan penegakan hukum akan dipengaruhi oleh hal-hal tersebut. Pada dasarnya ada 5 (lima) faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, yaitu :

(1) Faktor hukumnya sendiri;

(2) Faktor penegak hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun yang menerapkan hukum;

(3) Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;

(4) Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku dan diterapkan;

(5) Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia dalam pergaulan hidup.7

Penegakan hukum khususnya hukum pidana apabila dilihat dari suatu proses kebijakan maka penegakan hukum pada hakekatnya merupakan penegakan kebijakan melalui beberapa tahap, yaitu :

a. Tahap Formulasi; b. Tahap Aplikasi; c. Tahap Eksekusi;

Dapatlah dikatakan bahwa ketiga tahap kebijakan penegakan hukum pidana tersebut terkandung didalamnya tiga kekuasaan atau kewenangan, yaitu kekuasaan Legislatif pada tahap formulasi, yaitu kekuasaan legeslatif dalam menetapkan atau merumuskan perbuatan apa yang dapat dipidana dan sanksi apa

7

(14)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

yang dapat dikenakan. Pada tahap ini kebijakan legeslatif ditetapkan sistem pemidanaan, pada hakekatnya sistem pemidanaan itu merupakan sistem kewenangan atau kekuasaan menjatuhkan pidana. Yang kedua adalah kekuasaan Yudikatif pada tahap aplikasi dalam menerapkan hukum pidana, dan kekuasaan Eksekutif pada tahap Eksekusi dalam hal melaksanakan hukum pidana. 8

Penegakan hukum dalam negara dilakukan secara preventif dan represif.9 Penegakan secara preventif diadakan untuk mencegah agar tidak dilakukan pelanggaran hukum oleh warga masyarakat dan tugas ini pada umumnya diberikan pada badan-badan eksekutif dan kepolisian. Undang-Undang adalah sebagai sarana penegakan hukum yang paling optimal, sebab Undang-Undang merupakan cerminan dari Pemerintah untuk mengatur kehidupan bermasyarakat.10

Penegakan hukum represif pada tingkat operasional didukung dan melalui berbagai lembaga yang secara organisatoris terpisah satu dengan yang lainnya, namun tetap berada dalam kerangka penegakan hukum. Pada tahap pertama, Dapat ditunjuk pula pengadilan seperti dalam yurisdiksi volunter, dan Kejaksaan misalnya dengan tugas PAKEM-nya, melakukan penegakan hukum preventif. Sedangkan penegakan hukum represif dilakukan apabila usaha preventif telah dilakukan ternyata masih juga terdapat usaha pelanggaran hukum. Dalam hal ini hukum harus ditegakkan secara represif oleh alat-alat penegak hukum yang diberi tugas yustisionil.

8

Barda Nawani Arief, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan Hukum dan

Pengembangan Hukum Pidana, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2005), hal. 30.

9

Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, Politik Hukum Pidana, (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2005), hal. 111.

10

(15)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

penegakan hukum represif diawali dari Lembaga Kepolisian, berikutnya Kejaksaan, kemudian diteruskan ke Lembaga Pengadilan dan berakhir pada Lembaga Pemasyarakatan.

Penegakan hukum yang berkeadilan sarat dengan landasan etis dan moral. Penegasan ini bukanlah tidak beralasan, selama kurun waktu lebih dari empat Dasawarsa bangsa ini hidup dalam ketakutan, ketidakpastian hukum dan hidup dalam intimitas yang tidak sempurna antara sesamanya. Apa yang sesungguhnya dialami tidak lain adalah pencabikan moral bangsa sebagai akibat dari kegagalan bangsa ini dalam menata manajemen Pemerintahannya yang berlandaskan hukum. Penegakan hukum adalah proses yang tidak sederhana, karena di dalamnya terlibat subjek hukum yang mempersepsikan hukum menurut kepentingan masing-masing, faktor moral sangat berperan dalam menentukan corak hukum suatu bangsa. Hukum dibuat tanpa landasan moral dapat dipastikan tujuan hukum yang berkeadilan tidak mungkin akan terwujud.11

Tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang dan diancam dengan barangsiapa yang melakukannya. Marshall mengatakan suatu tindak pidana adalah perbuatan omisi yang dilarang oleh hukum untuk melindungi masyarakat, dan dapat dipidana berdasarkan prosedur hukum yang berlaku. Dalam pengertian-pengertian tersebut diatas, unsur kesalahan telah dikeluarkan, sehingga tindak pidana pada hakekatnya adalah perbuatan saja. Perbuatan di sini kelakuan dan akibatnya. Kelakuan juga terdiri dari melakukan sesuatu (komisi) dan tidak melakukan sesuatu (omisi). Dengan demikian, tindak pidana merupakan perbuatan melakukan sesuatu, perbuatan tidak melakukan sesuatu, dan menimbulkan akibat, yang dilarang oleh Undang-Undang.

2. Pengertian Tindak Pidana

12

11

M. Husni, Moral dan Keadilan Sebagai Landasan Penegakan Hukum Yang Responsif, (Jurnal Equality : 2006), hal. 1.

12

Chairul Huda Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada

Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan, (Jakarta : Prenada Media, 2005), hal. 28.

(16)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

untuk memisahkan tindak pidana dari pertanggungjawaban pidana telah menjadi bagian pembaruan hukum pidana Indonesia, dengan diadopsi dari dalam Rancangan KUHP.

Pasal 1 ayat (1) KUHP menghendaki penentuan tindak pidana hanyalah berdasar suatu ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Sekalipun dalam Rancangan KUHP prinsip ini sedikit banyak di simpangi, tetapi penentuan tindak pidana berdasarkan Peraturan Perundang-undangan masih merupakan inti ketentuan tersebut. Berarti dengan demikian, dapat dikatakan Nullum Crimen Sine

Lege dan Nulla Poena Sine Lege merupakan prinsip utama dari azas legalitas,

sehingga penyimpangan sejauh mungkin dapat dihindari.13

Tindak pidana pada awalnya berisi mengenai larangan terhadap perbuatan. Dengan demikian dalam delik omisi , larangan ditujukan kepada tidak diturutinya Suatu tindak pidana karena isinya berisi rumusan tentang perbuatan yang dilarang dan ancaman pidana terhadap orang yang melarang aturan atau larangan yang telah ada. Jadi, kedua rumusan tersebut yaitu tentang dilarangnya suatu perbuatan dan ancaman pidana bagi pemuatnya, tunduk kepada azas legalitas. Artinya, kedua rumusan tersebut harus ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan. Dalam hukum pidana Indonesia, sebagaimana di negara-negara civil law lainnya, tindak pidana pada umumnya dirumuskan dalam kodefikasi. Namun walaupun demikian, sejauh ini tidak terdapat ketentuan dalam KUHP maupun Peraturan Perundang-undangan lainnya, yang menyebutkan secara terperinci mengenai cara bagaimana merumuskan suatu tindak pidana.

13

(17)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

perintah, berarti dengan kata lain norma hukum pidana berisikan suatu rumusan tentang perintah untuk melakukan sesuatu. Dalam hal tindak pidana materiel larangan ditujukan kepada penimbulan akibat.

3. Pengertian Pasar Modal dan Tujuan Pasar Modal (a) Pengertian Pasar Modal;

Pengertian Pasar Modal sebagaimana pasar pada umumnya yaitu merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli. Di sini yang diperjualbelikan adalah modal atau dana. Jadi Pasar Modal mempertemukan penjual modal atau dana dengan pembeli modal atau dana yang lazim disebut Investor. Pembeli dana atau modal adalah mereka, baik perorangan maupun kelembagaan atau badan usaha yang menyisihkan kelebihan dan atau uangnya untuk usaha yang bersifat produktif. Sedangkan penjual modal atau dana adalah perusahaan yang memerlukan dana atau tambahan modal untuk keperluan usahanya.14

Pengertian modal dapat dibedakan: 1) barang modal (capital goods) seperti tanah, bangunan, gedung, mesin. 2) modal uang (fund) yang berupa

financial assets.

15

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian Pasar Modal adalah seluruh kegiatan yang mempertemukan penawaran dan permintaan dana jangka panjang atau pusat keuangan, bank dan firma yang meminjamkan uang secara besar-besaran atau pasar atau bursa modal yang memperjualbelikan surat berharga yang berjangka waktu lebih dari satu tahun.16

14

Yulfasni, Hukum Pasar Modal, (Jakarta: IBLAM, 2005), hal. 1 15

M. Irsan Nasarudin & Indra Surya, Op. , Cit, hal.10 16

(18)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

(b) Tujuan Pasar Modal

Salah satu tatanan hukum yang diperlukan dalam menunjang pembangunan ekonomi adalah adanya ketentuan di bidang Pasar Modal yang pada saat ini berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995. Dengan lahirnya Undang-Undang tentang Pasar Modal ini diharapkan Pasar Modal dapat memberikan kontribusi yang lebih besar dalam upaya meningkatkan pembangunan nasional khususnya sasaran pada pembangunan bidang Ekonomi Indonesia.

Pada dasarnya Pasar Modal bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas ekonomi nasional kearah yang lebih baik yaitu peningkatan kesejahteraan rakyat.17 Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Pasar Modal mempunyai peran strategis sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha, termasuk usaha menengah dan kecil untuk pembangunan usahanya, sedangkan di sisi lain Pasar Modal juga merupakan wahana investigasi bagi masyarakat, termasuk pemodal kecil dan menengah.

Salah satu tujuan dari eksistensi Hukum Pasar Modal adalah agar dapat mengamankan investasi dari pihak pemodal. Investasi itu sendiri baru dianggap aman jika memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

17

(19)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

1. Likuidnya efek;

2. Unsur keamana terhadap pokok (prinsipal) yang ditanam;

3. Unsur rentabilitas atau stabilitas dalam mendapatkan return of

invesment.18

Di negara yang menganut sistem ekonomi pasar, Pasar Modal merupakan tolak ukur dan kemajuan ekonomi Negara yang bersangkutan, sebab Pasar Modal dapat menjadi sumber dana alternatif bagi perusahan-perusahaan di negara tersebut. Karena itu sudah sepantasnya Pasar Modal dapat memainkan peranan penting dalam suatu perkembangn ekonomi di suatu negara.

F. Metode Penelitian

1. Tipe penelitian

Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian hukum normatif yang didasarkan pada bahan hukum primer, sekunder dan tersier yaitu inventarisasi peraturan-peraturan yang mengacu kepada norma-norma yang terdapat dalam Peraturan Perundang-undangan19. Dalam hal ini berkaitan dengan Pasar Modal, sebagai lembaga dalam melakuka n transaksi jual-beli saham merupakan tempat tejadinya mempertemukan antara penjual dan pembeli dana. Selain itu juga dipergunakan bahan-bahan tulisan yang berkaitan dengan persoalan ini.

18

Munir Fuady, Op. , Cit, hal. 13. 19

(20)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

2. Jenis data

Data pokok dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi: 1) Bahan hukum primer berupa Peraturan Perundang-undangan yaitu

Undang-Undang Pasar Modal, dan Peraturan Perundang-undangan yang relevan.

2) Bahan hukum sekunder berupa bahan acuan lainnya yang berisikan informasi tentang bahan primer berupa tulisan/buku berkaitan dengan hukum Pasar Modal.

3) Bahan hukum tersier berupa bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus bahasa maupun kamus hukum.

3. Teknik pengumpulan data

Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan cara studi kepustakaan, yaitu mempelajari dan menganalisis secara sistematis buku-buku, surat kabar, makalah ilmiah, peraturan-Peraturan Perundang-undangan dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini.

G. Sistematika Penulisan

(21)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

BAB I. PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas hal-hal yang umum dalam sebuah tulisan ilmiah yaitu : Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PASAR MODAL

Dalam bab ini yang dibahas adalah : Pengertian Pasar Modal dan Hukum Pasar Modal, Perkembangan Pasar Modal di Indonesia, Ruang Lingkup Pasar Modal, Bentuk-bentuk tindak pidana Pasar Modal, Para Pelaku Dalam Pasar Modal dan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM).

BAB III UPAYA PENEGAKAN HUKUM DI BIDANG PASAR

MODAL

(22)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

BAB IV BENTUK-BENTUK SANKSI TERHADAP TINDAK PIDANA

PASAR MODAL DI INDONESIA.

Dalam bab ini yang akan dibahas adalah tentang : Bagaimana bentuk-bentuk sanksi dan Terhadap Tindak Pidana Pasar Modal di Indonesia.

BAB V PENUTUP

(23)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG PASAR MODAL

A. Pengertian Pasar Modal dan Hukum Pasar Modal

Istilah “Pasar Modal” dipakai sebagai terjemahan dari istilah “Capital

market”. Yang berarti suatu tempat atau sistem bagaimana caranya dipenuhinya

kebutuhan-kebutuhan dana untuk kapital suatu perusahaan, merupakan pasar tempat orang membeli dan menjual surat efek yang baru dikeluarkan.20

Pasar Modal Indonesia sebagai salah satu lembaga yang memobilisasi dana masyarakat dengan menyediakan sarana atau tempat untuk mempertemukan penjual dan pembeli dana-dana jangka panjang yang disebut efek. Pengertian klasik Pasar Modal diartikan sebagai suatu bidang usaha perdagangan surat berharga seperti saham, sertifikat saham, dan obligasi atau efek-efek pada umumnya. Dalam Pasar Modal yang diperjualbelikan adalah modal atau dana.

Jadi seperti pasar-pasar lainnya, di pasar juga berkumpul orang-orang untuk melakukan atau membantu melakukan perdagangan, misalnya dengan melakukan jual-beli. Dalam hal ini yang diperdagangkan adalah efek yang bersangkutan. Pasar Modal di negara-negara maju merupakan salah satu lembaga yang diperhitungkan bagi perkembangan ekonomi negara tersebut. Oleh sebab itu negara atau pemerintah mempunyai alasan untuk ikut mengatur jalannya dinamika Pasar Modal.

21

20

Munir Fuady, Op. , Cit, hal. 10. 21

Sumantoro, Pengantar tentang Pasar Modal di Indonesia, (Yakarta : Ghalia Indonesia, 1990), hal. 9.

(24)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

Menurut pendapat dari Hugh T. Patrik dan U Tun Wai, sebagaimana dikutip Abdul Babsith Anwar membedakan tiga arti Pasar Modal, yaitu:

1. Arti luas:

“Pasar Modal adalah keseluruhan sistem keuangan yang terorganisir, termasuk bank-bank komersial dan semua perantara dibidang keuangan, surat berharga/klaim panjang pendek primer dan yang tidak langsung”.

2. Arti menengah:

“Pasar Modal adalah semua pasar yang terorganisir dan lembaga-lembaga yang mamperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya berjangka dari satu tahun) termasuk saham, obligasi, pinjaman berjangka, hipotik, dan deposito berjangka”.

3. Arti sempit:

“Pasar Modal adalah tempat pasar uang terorganisir yang memperdagangkan saham dan obligasi dengan menggunakan jasa makelar dan underwriter”.22

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal memberikan batasan Pasar Modal yaitu merupakan “Kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan

22

(25)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”.23

Pasar Modal dapat memainkan peranan penting dalam suatu perkembangan ekonomi di suatu negara. Karena suatu Pasar Modal dapat berfungsi sebagai:

24

1. Sarana untuk menghimpun dana-dana masyarakat untuk disalurkan kedalam kegiatan-kegiatan yang produktif;

2. Sumber pembiayaan yang mudah, murah dan cepat bagi dunia usaha dan pembangunan nasional;

3. Mendorong terciptanya kesempatan berusaha dan sekaligus mencitakan kesempatan kerja;

4. Mempertinggi efisiensi alokasi sumber produksi;

5. Memperkokoh beroperasinya finansial market dalam menata sistem moneter, karena Pasar Modal dapat menjadi sarana “open market

operation” sewaktu-waktu diperlukan oleh bank sentral;

6. Menekan tingginya tingkat bunga menuju suatu “rate” yang

reasonable;

7. Sebagai alternatif investasi bagi para pemodal.

Karena kegiatan Pasar Modal begitu marak dan complicated, maka sangat dibutuhkan suatu perangkat hukum yang mengaturnya agar pasar tersebut menjadi teratur, adil, dan sebagainya. Sehingga kemudian lahirlah apa yang disebut Hukum Pasar Modal itu (capital market law, securities law).

23

Pasal 1 angka (13) Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995. 24

(26)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

Sehingga yang merupakan “target yuridis” dari pengaturan hukum terhadap Pasar Modal pada pokoknya adalah sebagai berikut :

a. Keterbukaan informasi;

b. Profesionalisme dan tanggung jawab para pelaku Pasar Modal; c. Pasar yang tertib dan modern;

d. Efisiensi; e. Kewajaran;

f. Perlindungan investor.25

B. Perkembangan Pasar Modal di Indonesia

Pasar Modal bagi masyarakat Indonesia bukanlah suatu yang baru, sebab Pasar Modal telah ada jauh sebelum Indonesia merdeka. Adapun alasan didirikannya Pasar Modal adalah untuk mendapatkan dana dalam rangka membiayai pembangunan perekonomian, khususnya yang berkaitan dengan pembangunan perkebunan milik Belanda secara besar-besaran di Indonesia. Pasar Modal Indonesia mulai didirikan pada saat Indonesia masih merupakan jajahan Belanda. Sejarah perkembangan Pasar Modal Indonesia dapat dibagi dalam beberapa periode. Pembagian tersebut dimaksudkan karena ada hal-hal yang khusus yang terjadi dalam periode perkembangannya, baik dilihat dari sisi peraturan maupun dari sisi ekonomi, bahkan juga dari sisi politik dan keamanan.

25

(27)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

Adapun periode yang dimaksud adalah sebagai berikut:26 1. Periode permulaan (1878-1912);

2. Periode pembentukan bursa (1912-1925); 3. Periode awal kemerdekaan (1925-1952); 4. Periode kebangkitan (1952-1977);

5. Periode kebangkitan kembali (1977-1987); 6. Periode deregulasi (1987-1995);

7. Periode kepastian hukum (1995-sekarang) 8. Periode menyongsong independensi BAPEPAM.

Pada tanggal 10 Agustus 1977, Presiden Soeharto secara resmi membuka kembali Pasar Modal yang ditandai dengan go public-nya PT. Semen Cibinong. Namun sebelum pengaktifan kembali Pasar Modal Indonesia pemerintah membentuk Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam), yang diserahi tugas mengurus Pasar Modal.27

Di Indonesia hukum Pasar Modal berkembang sesuai dengan perkembangan Pasar Modal itu sendiri. Dan sebagaimana diketahui bahwa

Substansi dari pengaftikan kembali Pasar Modal ini dilandasi kebutuhan akan dana untuk melaksanakan pembangunan yang dirasakan semakin meningkat. Diharapkan melalui Pasar Modal dunia usaha dapat memperoleh sebagian atau seluruhnya pembiayaan jangka panjang yang mereka perlukan. Pada akhirnya pengaktifan Pasar Modal bermaksud untuk memeratakan hasil pembangunan melalui pemilikan saham-saham perusahaan, serta turut ambil peranan dalam menyediakan lapangan kerja dan pemerataan kesempatan bekerja.

26

M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Op. , Cit, hal. 62. 27

(28)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

gemerlapnya Pasar Modal baru dimulai di Indonesia di sekitar tahun 1988. maka sejak itu pulalah hukum Pasar Modal mulai menampakkan “taringnya”. Tahun 1993 Pasar Modal Indonesia mulai terlihat semarak kembali, terlebih lagi setelah dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang dirasakan lebih menjamin kepastian hukum terhadap pelaku Pasar Modal untuk melakukan kegiatan di Pasar Modal. Undang-Undang ini dilengkapi dengan Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal dan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal. Kemudian ada beberapa Keputusan Menteri dan seperangkat peraturan yang dikeluarkan oleh Bapepam yang jumlahnya lebih kurang dari 150 buah peraturan.28

28

M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Op. , Cit, hal. 73.

Salah satu hal yang perlu dicermati dalam Undang-Undang Pasar Modal adalah diberikannya kewenangan yang cukup besar dan luas kepada Bapepam sebagai pengawas. Undang-Undang ini dengan tegas mengamanatkan kepada Bapepam untuk melakukan penyelidikan, pemeriksaan, dan penyidikan terhadap kejahatan yang terjadi di bidang Pasar Modal. Selain itu, Bapepam merupakan

Self Regulation Organization (SRO) yang menjadikan Bapepam mudah untuk

(29)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

Perkembangan suatu Pasar Modal di pengaruhi oleh partisipasi yang aktif, baik dari perusahan yang menjual sahamnya (go public) maupun investor serta pihak-pihak lain yang terlibat dalam kegiatan Pasar Modal.29 Ini berarti bahwa tanpa adanya partisipasi yang aktif dari perusahaan yang potensial untuk go

public, tidak adanya investor yang bergairah untuk menanamkan dananya dalam

surat berharga, dan kurang efektifnya lembaga-lembaga penunjang Pasar Modal, maka suatu Pasar Modal tidak akan berkembang dengan baik. Tetapi dengan adanya partipasi yang aktif dari masing-masing pihak yang terlibat dalam kegiatan Pasar Modal, tanpa disertai dengan kualitas dan prilaku yang baik dan rasa tanggung jawab sosial yang besar, akan mengakibatkan perkembangan yang kurang baik bagi Pasar Modal. 30

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan untuk menjual sahamnya atau go public adalah :31

Selama tahun 2003, Pasar Modal mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan naiknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan indeks harga obligasi masing-masing sebesar 63% dan 66% yang menunjukkan bahwa peranan Pasar Modal sebagai alternatif sumber pembiayaan dan investasi mulai prospek dunia usaha, yang merupakan faktor penting bagi perusahaan untuk merencanakan tingkat kegiatan yang akan dilakukan, daya tarik untuk go public, dan persyaratan go public.

29

Panji Anoraga dan Piji Pakarti, Pengantar Pasar Modal, (Semarang: Rineka Cipta, 2001), hal. 97.

30 Ibid. 31

(30)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

pulih. Namun demikian, pertumbuhan tersebut masih perlu diwaspadai karena masih tingginya risiko kredit dan risiko Refinancing Obligasi.32

Selain itu, valuasi produk Pasar Modal tersebut masih belum sepenuhnya mencerminkan nilai fundamentalnya. Kondisi demikian menjadi tantangan bagi pengembangan Pasar Modal di masa mendatang agar tidak menjadi sumber instabilitas di sektor keuangan. Semakin terintegrasinya produk dan transaksi dalam sistem keuangan, termasuk Pasar Modal, menjadikan perhatian Bank Indonesia terhadap perkembangan pasar tersebut sangat tinggi. 33

Hal ini disebabkan permasalahan yang terjadi di Pasar Modal dapat berpengaruh secara sistemik pada sistem keuangan secara keseluruhan. Secara umum, dapat digambarkan bahwa peranan Pasar Modal dalam pasar keuangan menjadi semakin penting. Pada tahun 2003, pangsa total pembiayaan yang dikeluarkan Pasar Modal terhadap total pembiayaan lembaga keuangan mengalami peningkatan sebesar 5% dibanding tahun sebelumnya. Meningkatnya keterkaitan tersebut menunjukkan semakin pentingnya keberadaan Pasar Modal sebagai pelengkap sumber pembiayaan usaha. 34

Selama 2003, kondisi investasi di Indonesia masih dianggap memiliki risiko relatif tinggi bagi investor dan pemeringkat internasional. Hal ini tercermin dari relatif tingginya Yield Spread Sovereign terbitan Indonesia dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Namun demikian, seiring dengan membaiknya kondisi makro ekonomi selama tahun 2003, tingkat kepercayaan

32

Bapepam, Masterplan Pasar Modal 2005-2009,

33 Ibid. 34

(31)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

terhadap perekonomian Indonesia semakin meningkat seperti tercermin dari perbaikan peringkat Indonesia oleh beberapa lembaga pemeringkat international.35

Akibatnya, selama tahun 2003 tersebut terjadi peningkatan arus modal yang dibawa investor asing terutama dalam bentuk investasi portofolio di Pasar Modal Indonesia. Kondisi Pasar Modal yang membaik tersebut telah memberikan banyak peluang bagi perbankan dan korporasi dalam melakukan investasi dan memperoleh alternatif sumber pembiayaan.36

Namun tantangan kedepan tidaklah kecil, terutama dengan adanya inovasi-inovasi produk keuangan, kemajuan teknologi informasi yang dapat melahirkan persoalan hukum yang sering terkait dengan yurisdiksi negara lain dan dunia internasional. Disamping itu masalah-masalah yang dapat menghambat pertumbuhan Pasar Modal kita adalah:37

a. Masyarakat kita kadang-kadang sangat permisif terhadap pelanggaran yang terjadi di Pasar Modal;

b. Penerapan prinsip disclosure dan transparency yang keliru dapat menyebabkan perlakuan tidak adil kepada pemodal;

c. Pelaksanaan bisnis yang tidak berorientasi pasar atau didasarkan kepada pertemanan semata (friendship driven) telah melahirkan musibah di Pasar Modal;

35 Ibid. 36

Ibid. 37

(32)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

d. Lemahnya sistem hukum yang ada terutama terkait dengan pasar keuangan akan mengganggu penerapan sistem pasar dan menurunkan kredibilitas Pasar Modal Indonesia di dunia internasional.

C. Ruang Lingkup Pasar Modal

Pada prinsipnya hukum Pasar Modal mengatur segala segi yang berkenaan dengan Pasar Modal. Jadi ruang lingkupnya relatif luas. Antara lain pengaturannya tentang hal-hal sebagai berikut:38

a. Disclousure Requirement;

1. Pengaturan tentang perusahaan, misalnya:

b. Perlindungan pemegang saham minoritas. 2. Tentang surat berharga Pasar Modal;

3. Pengaturan tentang adaministrasi pelaksanaan Pasar Modal, yaitu meliputi:

a. Tentang perusahaan yang menawarkan surat berharga; b. Tentang profesi dalam Pasar Modal;

c. Tentang perdagangan surat berharga.

Setelah mengetahui pengertian Pasar Modal, kiranya perlu dikemukakan beberapa klasifikasi dari pada Pasar Modal yakni sebagai berikut: 39

1. Dari sudut pandang para pemakai dana, terdapat berbagai pihak terlibat dalam kegiatan Pasar Modal.

38

Munir Fuady,Op. , Cit, hal. 12. 39

Panji Anoraga dan Ninik Widiyanti, Pasar Modal (Keberadaannya dan Manfaatnya

(33)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

Dengan adanya dana yang tersedia bagi pihak-pihak yang membutuhkannya, maka instrumen menjembatani antara mereka yang membutuhkan dana dengan para penanam modal (investor).

Di negara maju seperti Amerika Serikat, permintaan akan dana-dana pada umumnya berasal dari 5 (lima) kategori pemakai, yakni perorangan perusahaan, dunia usaha, pemerintah federal, pemerintah negara bagian, dan para peminjam asing. Di Indonesia, kategori tersebut dapat dibagi atas 3 kelompok, yakni perorangan, pemerintah (dalam hal ini pemerintah pusat), dan perusahaan (dunia usaha).40

Berbagai macam cara penarikan dana-dana oleh kelima kelompok pemakai dana masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda-beda, tergantung dari

Perorangan pada hakekatnya bertempu pada suatu pasar jangka panjang guna membelanjai real estate dan berbagai transaksi usaha (business

transactions). Dunia usaha pada umumnya, dalam menghadapi kebutuhan dana

memiliki dua sumber atau cara pemecahan lain disamping memanfaatkan aktivitas dunia perbankan dan asuransi, yakni pasar bagi pinjaman jangka pendek dan jangka panjang (note and bond market) dan pasar bagi sahan-saham perusahaan (the market for corporate stock).

Pemerintah menutup kebutuhan dananya dengan mengeluarkan kertas perbendaharaan negara (Treasury Securities) dan obligasi negara dalam jangka menengah dan jangka panjang yang biasanya diterbitkan pada pasar perdana dan diperjualbelikan secara bebas di Bursa.

40

(34)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

kekuatan permintaan dan penawaran. Dalam hal ini, tentu saja menghasilkan tingkat bunga dan hasil penanaman yang berbeda pula. Dengan demikian, memerlukan pemilihan yang benar-benar tepat agar kebutuhan keuangan (financial needs) dapat tercapai secara memuaskan.

2. Dari sudut pandang instrumen yang ditawarkan melalui Pasar Modal, yakni apakah instrumen merupakan utang menengah atau jangka panjang atau instrumen modal perusahaan.

Di Amerika Serikat, jenis-jenis intrumen yang diperjualbelikan di Pasar Modal terdiri dari surat-surat utang (notes) perorangan maupun perusahaan, obligasi badan usaha, obligasi negara (pemerintah), dan saham-saham perusahaan.

3. Dari sudut jatuh temponya instrumen yang diperdagangkan di Pasar Modal.

Sebagaimana diketahui, transaksi surat-surat berharga yang telah jatuh temponya dalam waktu kurang dari satu tahun dilakukan dalam pasar uang (money market) atau pasar dana-dana jangka pendek (short term market).

Sehingga bagi dana-dana jangka menengah (intermediate term fund) dan jangka panjang (long term fund), perdagangannya dilakukan di Pasar Modal.41

41

Ibid. hal. 11.

(35)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

4. Dari sudut pandang tingkat sentralisasi. Bahwa ruang lingkup suatu Pasar Modal ternyata mencakup permasalah yang cukup luas dan tersebar.

Suatu Pasar Modal adalah sarana bagi dunia perbankan dan asuransi guna meminjamkan dana-dananya yang menganggur (idle), sarana untuk memperjualbelikan saham atau obligasi suatu perusahaan., sarana bagi pemerintah untuk menjual obligasi negara (di Amerika Serikat), sarana investasi bagi pemodal seperti perorangan, rumah tangga dan sebagainya.42

42 Ibid.

(36)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

5. Dari sudut pandang transaksinya, suatu transaksi Pasar Modal yang dilakukan oleh para pemodal dan pemakai dana terjadi dalam suatu pasar yang sifatnya terbuka (open market) dan tidak langsung.

Hal tersebut merupakan karakteristik dari Pasar Modal dimana para pembeli dan penjual diwajibkan menggunakan jasa para perantara pedagang efek (brokes) ataupun agen-agen penjual (dealers) yang berfungsi sebagai perantara pemasaran surat-surat berharga (marketing intermediaries) yang diperjualbelikan di Pasar Modal. Jadi, berbeda dengan transaksi-transaksi yang dijalankan oleh lembaga keuangan perbankan ataupun non-bank, dimana transaksi berlangsung secara langsung dan pribadi (direct and personal).43

6. Di dalam mekanisme Pasar Modal dikenal adanya penawaran pada pasar perdana (primary market) dan pasar sekunder/bursa (secondary

market). Hal tersebut menimbulkan perbedaan antara transaksi pada

pasar perdana dengan transaksi pada pasar sekunder atau bursa.

Di Indonesia, harga-harga suatu efek (saham/obligasi) pada pasar perdana dirundingkan bersama oleh penjamin emisi dan perusahaan yang menerbitkannya dan setelah mendapatkan persetujuan dari Bapepam ditetapkan sebagai harga penawaran umum (offering price) pada masa penawaran umum atau harga perdana. Sedangkan transaksi pada pasar sekunder atau bursa berlaku harga atau kurs efektif yang dibentuk oleh kekuatan permintaan dan penawaran terhadap suatu jenis efek.

43

(37)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

D. Para Pelaku Dalam Pasar Modal

Tidak seperti pasar-pasar biasa, Pasar Modal sangat hiruk-pikuk dan penuh dengan berbagai macam pelaku pasar. Masing-masing dengan prosedur kerja, tugas, kewenangan, hak dan tanggung jawab yuridis sendiri-sendiri. Karena itu, Pasar Modal sekaligus hukum yang mengaturnya sebenarnya merupakan refleksi dari eksistensi suatu pasar yang canggih dan complicated. Tidak ada pasar lain di dunia ini yang begitu banyak macam dan model para pelakunya seperti yang terdapat pada Pasar Modal.

Hal ini mudah dipahami berhubung mobilitas perputaran uang di Pasar Modal sangat besar jumlahnya. Dalam waktu beberapa detik saja, milyaran dolar dapat ditarik dari suatu negara lewat wahana Pasar Modal itu. Maka ibarat kata orang bijak, dimana ada gula di situ banyak semut, maka berduyun-duyunlah orang datang ke Pasar Modal dengan berbagai peranan yang dimainkannya, atau bahkan mereka datang hanya sekedar berspekulasi dengan nasibnya dengan melakukan investasi di Pasar Modal tersebut.

Mereka-mereka yang merupakan pelaku dalam Pasar Modal tersebut dapat disebutkan sebagai berikut:44

1. Perusahan publik

Perusahaan publik adalah perseroan yang sahamnya telah dimiliki sekurang-kurangnya oleh 300 (tiga ratus) pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurang-kurangnya Rp. 3.000.000.000,- (tiga milyar Rupiah) atau suatu

44

(38)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

jumlah pemegang saham dan modal setor yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.45

Ada sedikit perbedaan antara emiten dengan perusahaan publik. Kalau emiten sudah pasti perusahaan publik karena telah memenuhi persyaratan sebagai perusahaan publik dilihat dari jumlah pemegang saham dan modal minimal yang disetor. Emiten melakukan penawaran umum dan sahamnya aktif diperdagangkan di Bursa (secondary market), sedangkan perusahaan publik belum tentu dapat dikategorikan sebagai emiten. Karena perusahaan publik belum tentu melakukan penawaran umum atau listing di Bursa.

46

2. Bapepam

Bapepam merupakan badan pengawas Pasar Modal yang bertujuan mewujudkan terciptanya kegiatan Pasar Modal yang teratur, wajar, efisien, serta melindungi kepentingan pemodal serta masyarakat. Pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari kegiatan Pasar Modal dilakukan oleh badan pengawas Pasar Modal yang selanjutnya disebut dengan Bapepam.47

3. Bursa Efek

Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli Efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan Efek diantara mereka.48

45

Pasal 1 angka 22 Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995. 46

M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Op. , Cit, hal. 155. 47

Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995. 48

Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995.

(39)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

bisa mendorong perusahaan efek yang menjadi anggotanya, untuk melayani dan mendahulukan pemodal sehingga pada akhirnya dapat merangsang minat pemodal melakukan investasi dengan aman, efisien, dan terjangkau.

Bursa Efek diwajibkan untuk mengembangkan sistem pengendalian intern, terutama dalam pengawasan perdagangan yang efektif, dengan tujuan menghindari timbulnya manipulasi harga dan mendeteksi informasi orang dalam.49

4. Lembaga Kliring dan Penjaminan

Lembaga Kliring dan Penjaminan adalah pihak yang menyelenggarakan jasa Kliring dan Penjaminan penyelesain transaksi Bursa.50 Peranan Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP) adalah untuk melaksanakan Kliring dan menjamin penyelesaian transaksi. Fungsi ini dilaksanakan oleh PT. Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI). Transaksi yang terjadi di Bursa Efek dikliringkan oleh LKP secara terus-menerus sehingga dapat ditentukan hak dan kewajiban Bursa yang melaksanakan transaksi. Di samping melaksanakan fungsi Kliring, LKP juga menjamin penyelesaian transaksi di Bursa yang pelaksanaannya dilakukan dengan menempatkan LKP sebagai counterpart dari anggota Bursa yang melaksanakan transaksi.51

5. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian

Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian adalah pihak yang menyelenggarakan kegiatan Kustodian Sentral Bagi Bank Kustodian, Perusahaan

49

I Putu Gede Ari Suta, Op. , Cit, hal. 193. 50

Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995. 51

(40)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

Efek, dan pihak lain.52 Saat ini fungsi Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP) dilaksanakan oleh PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Jasa Kustodian yang diberikan oleh LPP harus mampu memberikan pelayananan secara menyeluruh termasuk pembagian hak atas efek seperti deviden dan saham bonus, proses administrasi atas segala kegiatan yang dilakukan oleh emiten yang terkait dengan kepentingan pemegang rekening seperti RUPS, penyerahan dana dan efek atas instruksi pengguna jasa, administrasi pinjam-meminjam efek, dan pemindahan efek dari dan kepenitipan kolektif.53

6. Reksa Dana

Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh Manajer Investasi.54

1. Reksa Dana berbentuk perseroan (mutual company), yang terdiri dari:

Ada dua bentuk Reksa Dana, yang kedua-duanya diperkenanakan dalam sistem hukum Indonesia, yaitu:

a. Reksa Dana terbuka (open end); b. Reksa Dana tertutup (closed end).

2. Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (hanya berbentuk Reksa Dana Terbuka).55

7. Perusahaan Efek.

52

Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995. 53

I Putu Gede Ari Suta, Op. , Cit, hal 194. 54

Pasal 1 angka 27 Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995.

55

(41)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

Perusahaan Efek adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai penjamin Emisi efek, Perantara Pedagang Efek, dan atau Manajer Investasi.56

a. Menggunakan pengaruh atau mengadakan tekanan yang bertentangan dengan kepentingan nasabah;

Oleh karena hubungan diantara Perusahaan Efek dan Penasehat Investasi dan Nasabah, maka pemberian jasa oleh Perusahaan Efek atau Penasehat Investasi harus dilakukan secara profesional. Untuk itu Perusahaan Efek dilarang:

b. Mengungkapkan nama atau kegiatan nasabahnya, kecuali diberi instruksi secara tertulis oleh nasabahnya atau diwajibkan menurut Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;

c. Mengemukakan secara tidak benar atau tidak mengungkapkan fakta material kepada nasabahnya mengenai kemampuan usaha dan atau keadaaan keuangannya;

d. Merekomendasikan kepada nasabahnya untuk membeli atau menjual efek tanpa memberitahukan adanya kepentingan Perusahaan Efek atau Penasehat Investasi dalam efek tersebut;

e. Membeli atau memiliki efek untuk rekening perusahaan efek itu sendiri atau untuk rekening pihak terafiliasi jika terdapat kelebihan permintaan beli dalam penawaran umum dalam hal perusahan efek tersebut bertindak sebagai Penjamin Emisi Efek atau agen

56

(42)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

penjualan, kecuali pesanan pihak yang tidak terafiliasi telah terpenuhi seluruhnya.57

8. Wakil Perusahaan Efek

Wakil Perusahaan Efek adalah wakil dari pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek, Perantara Pedagang Efek atau Manajer Investasi.

9. Penjamin Emisi Efek

Penjamin Emisi Efek adalah pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual. 58

10. Penasehat Investasi

Penasehat Investasi adalah pihak yang memberikan nasehat kepada pihak lain mengenai penjualan dan pembelian Efek dengan memperoleh imbalan jasa.59

11. Manajer Investasi

Manajer Investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola Portofolio Efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk kelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.60

12. Lembaga Penunjang Pasar Modal

Lembaga Penunjang Pasar Modal terdiri dari: a. Kustodian

Kustodian adalah pihak yang memberikan jasa Penitipan Efek dan harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima deviden, bunga, dan hak-hak lain, menyelesaikan

57

I Putu Gede Ari Suta, Op. , Cit, hal. 193. 58

Pasal 1 angka 17 Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995. 59

Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995. 60

(43)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

transaksi Efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.61

b. Biro Administrasi Efek

Biro Administrasi Efek adalah pihak yang berdasarkan kontrak dengan emiten melaksanakan pencatatan pemilikan efek dan pembagian hak yang berkaitan dengan efek.62

c. Wali Amanat

Wali Amanat adalah pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek yang bersifat utang.63

13. Profesi Penunjang Pasar Modal

Wali amanat dapat mewakili kepentingan para pemegang efek yang bersifat utang, secara independen ditetapkan bank umum sebagai pihak yang dapat menyelenggarakan perwaliamanatan, karena mempunyai usaha yang luas. Tetapi, sebagai antisipasi terhadap perkembangan Pasar Modal, dimungkinkan pihak lain, selain bank umum, untuk melakukan kegiatan sebagai wali amanat berdasarkan peraturan pemerintah.

Profesi Penunjang Pasar Modal terdiri dari: a. Akuntan;

Akuntan berperan dalam mengungkapkan informasi keuangan perusahaan dan memberikan pendapat mengenai kewajaran atas data yang disajikan dalam laporan keuangan. Laporan keuangan

61

Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995.

62

Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995. 63

(44)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

yang disampaikan kepada Bapepam wajib disusun berdasarkan standar akutansi yang berlaku umum. Tanpa mengurangi ketentuan yang ada, Bapepam dapat menentukan standar akutansi yang berlaku umum.64

b. Konsultan Hukum;

Konsultan Hukum merupakan ahli dalam bidang hukum yang memberikan pendapat hukum mengenai emisi dan emiten atau pihak lain yang terkait dengan kegiatan Pasar Modal. Untuk itu profesi ini mempunyai fungsi untuk memberikan pendapat dari segi hukum (legal opinion) mengenai keadaan emiten. Konsultan Hukum harus memberika pendapat mengenai:65

1. Anggaran dasar emiten beserta perubahannya; 2. Izin usaha emiten;

3. Bukti pemilikan/penguasaan harta emiten; 4. Perikatan emiten dengan pihak lain;

5. Perkara baik perdata maupun pidana yang menyangkut emiten maupun pengurusnya.

c. Penilai;

Peranan perusahaan penilai sebagi salah satu profesi penunjang Pasar Modal cukup menentukan di Pasar Modal, karena lembaga ini berperan dalam menentukan nilai wajar dari harta milik

64

I Putu Gede Ari Suta, Op. , Cit, hal. 204. 65

(45)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

perusahaan. Nilai ini diperlukan sebagai bahan informasi bagi investor didalam mengambil keputusan investasi.

d. Notaris;

Notaris adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik sebagai mana dimaksud dalam staatblad 1860 No. 3 tentang Peraturan Jabatan Notaris.66

e. Profesi lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

E. Bentuk-Bentuk Tindak Pidana Pasar Modal

Kebijakan formulatif mengenai Tindak Pidana Pasar Modal (TPPM) diatur dalam BAB XV tentang “Ketentuan Pidana” (Pasal 103 – Pasal 110). Pembagian atau pengelompokkan jenis Tindak Pidana Pasar Modal (TPPM) dalam BAB XV dapat dikelompokkan atau diklasifikasikan menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Jika dilihat berdasarkan kualifikasi deliknya, menurut ketentuan Pasal 110, Tindak Pidana Pasar Modal (TPPM) terdiri dari 2 (dua) kelompok atau jenis tindak pidana, antara lain yaitu :

1. Tindak Pidana Pasar Modal (TPPM) yang berupa “Kejahatan Pasar Modal” (KPM).

A. PASAL 103 AYAT (1) :

Kejahatan Pasar Modal yang diatur dalam Pasal ini pada intinya berupa “melakukan kegiatan di Pasar Modal tanpa izin, persetujuan atau pendaftaran” sebagaimana diatur dalam Pasal 6, Pasal 13, Pasal 18, Pasal

66

(46)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

30, Pasal 34, Pasal 43, Pasal 48, Pasal 50 dan Pasal 64. Jadi ada 9 (sembilan) Kejahatan Pasar Modal (KPM) dalam kelompok Pasal 103 ayat (1) ini yang seluruhnya diancam dengan pidana kumulatif berupa pidana penjara maksimum 5 (lima) tahun dan denda Rp 5.000.000.000,- (Lima Miliar Rupiah). Ke-9 (sembilan) Kejahatan Pasar Modal (KPM) itu, ialah : (1) Pasal 6 :

Menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai bursa efek tanpa izin usaha dari Bapepam.

(2) Pasal 13 :

Menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai Lembaga Kliring dan Penjaminan atau sebagai Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian tanpa izin usaha dari Bapepam.

(3) Pasal 18 :

Menjalankan usaha Reksa Dana tanpa izin usaha dari Bapepam. (4) Pasal 30 :

Melakukan kegiatan usaha sebagai Perusahaan Efek tanpa izin usaha dari Bapepam.

(5) Pasal 34 :

Melakukan kegiatan sebagai Penasihat Investasi tanpa izin dari Bapepam.

(6) Pasal 43 :

(47)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

(7) Pasal 48 :

Menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai Biro Administrasi Efek tanpa izin usaha dari Bapepam.

(8) Pasal 50 :

Menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai Wali Amanat yang tidak terdaftar di Bapepam.

(9) Pasal 64 :

Profesi Penunjang Pasar Modal (Akuntan, Konsultan Hukum, Penilai, Notaris, Profesi lain yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah) yang melakukan kegiatan tanpa terlebih dahulu terdaftar di Bapepam.67

Kejahatan Pasar Modal (KPM) dalam Pasal ini diklasifikasikan sebagai pelanggaran oleh “setiap pihak” terhadap 7 (tujuh) Pasal dalam BAB XI tentang “Penipuan, Manipulasi Pasar dan Perdagangan Orang Dalam”. Yaitu diatur didalam Pasal 90, Pasal 92, Pasal 93, Pasal 95, Pasal 96, Pasal 97 ayat (1) dan Pasal 98. Jadi ada 7 (tujuh) Kejahatan Pasar Modal (KPM) Menurut ke-9 (sembilan) Pasal diatas, persyaratan dan tata cara perizinan, persetujuan dan pendaftaran itu diatur dengan Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Pemerintah yang dimaksud adalah Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995. Sebab masalah perizinan, persetujuan dan pendaftaran lebih bersifat administratif, maka Kejahatan Pasar Modal (KPM ini merupakan tindak pidana administratif.

B. PASAL 104 :

67

(48)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

dalam kelompok Pasal 104 ini yang seluruhnya diancam dengan pidana kumulatif berupa pidana maksimum 10 (sepuluh) tahun dan denda Rp 15.000.000.000,- (Lima belas Miliar Rupiah). Ke-7 (tujuh) Kejahatan Pasar Modal (KPM) itu ialah :

(1) Pasal 90 :

Melanggar ketentuan Pasal 90, yaitu secara langsung atau tidak langsung :

(a) Menipu atau mengelabui Pihak lain dengan menggunakan sarana dan atau cara apapun;

(b) Turut serta menipu atau mengelabui pihak lain;

(c) Membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material atau tidak mengungkapkan fakta yang meteriel agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau pihak lain dengan tujuan mempenaruhi Pihak lain untuk membeli atau mensual efek itu.

(2) Pasal 92 :

Melanggar ketentuan dari Pasal 92 yaitu :

(a) Melakukan 2 (dua) transaksi efek atau lebih, baik secara langsung maupun tidak langsung;

(49)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

(c) Dengan tujuan mempengaruhi pihak lain untuk membeli, menjual atau menahan efek.

(3) Pasal 93 :

Melanggar ketentuan dari Pasal 93 yaitu :

(a) Membuat pernyataan atau memberikan keterangan tidak benar atau meyesatkan sehingga mempengaruhi harga di Bursa Efek;

(b) Dan pada saat pernyataan dibuat atau keterangan diberikan pihak yang bersangkutan :

(1) Mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa pernyataan atau keterangan tersebut secara material tidak benar atau menyesatkan atau;

(2) Tidak cukup berhati-hati dalam menentukan kebenaran materiel dari pernyataan atau keterangan tersebut.

(4) Pasal 95 :

Melanggar ketentuan dari Pasal 95 yaitu :

(a) Orang dalam dari Emiten atau Perusahaan Publik yang mempunyai informasi orang dalam, melakukan pembelian atau penjualan atas efek :

(1) Emiten atau Perusahaan Publik dimaksud; atau

(50)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

(5) Pasal 96 :

Melanggar ketentuan dari Pasal 99 yaitu : Orang dalam sebagaimana dimaksud Pasal 95 :

(a) Mempengaruhi pihak lain untuk melakukan pembelian atau penjualan atas efek dimaksud; atau

(b) Memberi informasi orang dalam kepada pihak manapun yang patut diduganya dapat menggunakan informasi dimaksud untuk melakukan pembelian atau penjualan atas efek.

(6) Pasal 97 ayat (1) :

Melanggar ketentuan dari Pasal 97 ayat (1) yaitu :

Pihak yang memperoleh informasi orang dalam dari orang dalam secara melawan hukum, melanggar larangan dalam Pasal 95 dan Pasal 96.

(7) Pasal 98 :

Melanggar ketentuan dari Pasal 98 yaitu :

(51)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

C. PASAL 106

Kejahatan Pasar Modal (KPM) menurut ketentuan Pasal 106 ini terdiri dari 2 (dua) tindak pidana, yaitu :

(1) Pelanggaran terhadap Pasal 70 yang diancam pidana maksimum 10 (sepuluh) tahun penjara dan denda Rp 15.000.000.000,- (Lima belas Miliar Rupiah ) [Pasal 106 ayat (1)]. Dimana menurut ketentuan Pasal 70 yang dapat melakukan penawaran umum aníllala Emiten yang telah menyampaikan Pernyataan Pendaftaran kepada Bapepam untuk menawarkan atau menjual Efek kepada masyarakat dan Pernyataan pendaftaran tersebut telah efektif. Jadi yang merupakan Kejahatan Pasar Modal (KPM) ialah :

(a) Emiten yang melakukan “penawaran umum” (yaitu kegiatan penawaran efek kepada masyarakat sesuai peraturan yang berlaku), padahal :

(1) Emiten itu Belum menyampaikan pernyataan pendaftaran kepada Bapepam; dan

(2) Pernyataan Pendaftaran itu Belum aktif.

(2) Pelanggaran terhadap Pasal 73 yang diancam pidana

maksimum 3 (tiga) tahun penjara dan denda Rp 5.000.000.000,- (Lima Miliar Rupiah) [Pasal 106 ayat (2)].

(52)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

menyampaikan Pernyataan Pendaftaran kepada Bapepam. Jadi, yang merupakan Kejahatan Pasar Modal (KPM) ialah :

(a) Perusahaan Publik yang tidak menyampaikan Pernyataan Pendaftaran kepada Bapepam.

D. PASAL 107

Kejahatan Pasar Modal (KPM) yang dirumuskan dalam Pasal 107 ini mengandung unsur-unsur sebagai berikut :

(1) Menghilangkan, memusnahkan, menghapuskan, mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, atau memalsukan catatan dari Pihak (termasuk Emiten dan Perusahaan Publik) yang memperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran;

(2) Perbuatan pada sub a itu dilakukan dengan sengaja bertujuan untuk menipu atau merugikan Pihak lain atau menyesatkan Bapepam.

Kejahatan Pasar Modal (KPM) menurut ketentuan Pasal 107 diancam dengan pidana maksimum 3 (tiga) tahun penjara dan denda Rp 5.000.000.000,- (Lima Miliar Rupiah).

2. Tindak Pidana Pasar Modal (TPPM) yang berupa “Pelanggaran Pasar Modal” (PPM).

A. PASAL 103 AYAT (2)

(53)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

(1) Seseorang yang melakukan kegiatan sebagai Wakil Penjamin Emisi Efek, Wakil Perantara Pedagang Efek, atau Wakil Manajer Investasi tanpa memperoleh izin dari Bapepam.

Pelanggaran Pasar Modal (TPM) diatas diancam dengan pidana maksimum 1 (satu) tahun penjara dan denda Rp 1.000.000.000,- (satu Miliar Rupiah)

B. PASAL 105

Pelanggaran Pasar Modal (TPM) dalam Pasal 105 ini berupa pelanggaran terhadap Pasal 42 yang dilakukan oleh Manager Investasi dan atau Pihak terafiliasinya, yaitu :

(1) Menerima imbalan ( dalam bentuk apapun), baik langsung maupun tidak langsung, yang dapat mempengaruhi Manajer Investasi itu untuk membeli atau menjual efek untuk Reksa Dana.

Delik dalam Pasal 106 ini diancam pidana pidana maksimum 1 (satu) tahun penjara dan denda Rp 1.000.000.000,- (satu Miliar Rupiah).

C. PASAL 109

Pelanggaran Pasar Modal (TPM) dalam Pasal ini “Tidak mematuhi atau menghambat pelaksanaan Pasal 100”, yaitu yang berkaitan dengan kewenangan Bapepam dalam melakukan Pemeriksaan terhadap setiap Pihak yang diduga melakukan/terlibat dalam pelanggaran terhadap Undang-Undang Pasar Modal (UUPM) dan peraturan pelaksanaanya.

(54)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

melakukan pemeriksaan agar tidak memanfaatkan informasi untuk diri sendiri atau mengungkapkan informasi yang diperolehnya kepada pihak manapun selain dalam rangka mencapai tujuan, Bapepam atau jika diharuskan oleh Undang-Undang lainnya. Pelanggaran terhadap ketentuan inipun, dapat diklasifikasikan sebagai tindak pidana Pelanggaran Pasar Modal (TPM) menurut Pasal 109.

(55)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

BAB III

UPAYA PENEGAKAN HUKUM DI BIDANG PASAR MODAL

Sebagai landasan upaya penegakan hukum yang dapat menjawab segala tuntutan masyarakat, hukum yang dipergunakan haruslah hukum yang bersifat responsif, jika tidak maka hukum tersebut seolah akan kehilangan rohnya, dimana roh dari hukum itu adalah moral dan keadilan.68

Pasar modal disamping sebagai sumber pembiayaan dunia usaha juga merupakan wahana investasi bagi masyarakat pemodal, sehingga melalui pasar modal potensi dan kreasi masyarakat dapat dikerahkan dan dikembangkan

Reformasi hukum, haruslah melihat kembali pada tatanan moralitas yang hidup, tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, perkembangan hukum tercermin dalam tipe-tipe hukum yang dikembangkan oleh penguasa negara melalui 3 (tiga) tipe perkembangan hukum. Pertama, hukum responsif, kedua, hukum otonom dan yang ketiga adalah hukum represif.

Penegakan hukum yang konsisten terhadap seluruh pelaku Pasar Modal diharapkan dapat mengurangi terjadinya pelanggaran maupun kejahatan di Pasar Modal. Hal ini pada gilirannya diharapkan dapat menggairahkan iklim investasi bagi investor baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri untuk menanamkan modalnya di Pasar Modal Indonesia.

A. Pengaturan Tindak Pidana Pasar Modal Dalam UU No. 8 Tahun 1995

Tentang Pasar Modal

68

(56)

M. Budi Ibrahim : Tinjauan Juridis Atas Tindak Pidana Pasar Modal, 2007. USU Repository © 2009

menjadi suatu kekuatan yang nyata bagi peningkatan kemakmuran rakyat ya

Gambar

Tabel 2 Struktur Organisasi BAPEPAM

Referensi

Dokumen terkait

PENENTUAN STANDAR PENIPUAN DALAM PASAR MODAL INDONESIA : Analisis Juridis Terhadap Putusan Bapepam Dan Perbandingannya Dengan Putusan Pengadilan Di.. Negara

Analisis Terhadap Perlindungan Hukum Bagi Investor Obligasi Tanpa Jaminan Yang Dijalankan Oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Dalam Praktik

Dalam UU No 8 tahun 1995 tentang pasar modal (Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, 1995) pasal 1 ayat 25 ditegaskan bahwa yang dimaksudkan dengan transparansi dalam

Manajer Investasi Agribisnis Pola Kontrak Investasi Kolektif adalah pihak yang telah memperoleh izin usaha dari Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) yang kegiatan

Peraturan Bapepam dan LK Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah, Lampiran Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM dan LK) menyatakan bahwa badan usaha publik wajib menyampaikan laporan keuangan berkala kepada BAPEPAM

Febby Rizqie Anhary: Hubungan Hukum Perseroan Terbatas Dengan Pasar Modal (Suatu Tinjauan Juridis), 2002... Febby Rizqie Anhary: Hubungan Hukum Perseroan Terbatas Dengan Pasar

itu juga ditandatangani nota kesepahaman (MoU) antara Dewan Syariah Nasional- Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) dengan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), kemudian