PENGARUH JUMLAH PEMAKAIAN AIR TERHADAP KADAR
MINYAK HILANG DALAM LUMPUR MINYAK (SLUDGE)
PADA PEMISAHAN SLUDGE PTP . NUSANTARA III PABRIK
KELAPA SAWIT RAMBUTAN
KARYA ILMIAH
HELGA F BUTAR BUTAR
062409071
PROGRAM STUDI D-III KIMIA INDUSTRI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH JUMLAH PEMAKAIAN AIR TERHADAP KADAR MINYAK HILANG DALAM LUMPUR MINYAK (SLUDGE) PADA PEMISAHAN SLUDGE PTP . NUSANTARA III PABRIK KELAPA SAWIT RAMBUTAN
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya
HELGA F BUTAR BUTAR 062409071
PROGRAM STUDI D-III KIMIA INDUSTRI
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERSETUJUAN
Judul : PENGARUH JUMLAH PEMAKAIAN AIR
TERHADAP KADAR MINYAK HILANG DALAM LUMPUR MINYAK PADA PEMISAHAN SLUDGE PTP. NUSANTARA III PABRIK KELAPA SAWIT RAMBUTAN
Kategori : KARYA ILMIAH
Nama : HELGA F BUTAR BUTAR
Nomor Induk Mahasiswa : 062409071
Program Studi : D3-KIMIA INDUSTRI
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diluluskan di
Medan, 27 Juni 2009
Diketahui Oleh
Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua, Pembimbing
Dr. Rumondang Bulan, MS Drs. Philippus Siregar, MSi
PERNYATAAN
PENGARUH JUMLAH PEMAKAIAN AIR TERHADAP KADAR MINYAK HILANG DALAM LUMPUR MINYAK PADA PEMISAHAN SLUDGE PTP .
NUSANTARA III PABRIK KELAPA SAWIT RAMBUTAN
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juni 2009
PENGHARGAAN
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan berkat dan kasihnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dari awal penyusunan sampai selesai. Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Ahli Madya pada Program Diploma 3 Kimia Industri di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa karya ilmiah ini jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan Penulis baik dari segi kemampuan dan ilmu pengetahuan. Tetapi Penulis telah berusaha sebaik-baiknya untuk kesempurnaan dan kelengkapan karya ilmiah ini. Penulis berharap karya ilmiah ini dapat berguna bagi penulis dan semua pihak yang membaca khususnya dan untuk lingkungan Universitas Sumatera Utara pada umumnya.
Selama penulisan karya ilmiah ini dari awal sampai selesai, Penulis banyak mendapat dorongan, bantuan, motivasi, dan petunjuk dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati Penulis menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua Orang Tua saya, Bapak L.Butar-butar dan Ibu D.Hutajulu yang sangat Penulis sayangi, yang telah memberikan dukungan, doa, kasih sayang dan materi kepada Penulis.
2. Abang saya Jefri Butar Butar dan Reinold Butar Butar serta adik saya Doris Butar Butar yang sangat penulis sayangi, yang telah memberikan dukungan, doa, dan motivasi kepada Penulis.
3. Bapak Drs.Philippus Siregar, Msi, sebagai dosen pembimbing yang telah dengan sabar dan teliti dalam membimbing Penulis.
4. Bapak Prof.Dr.Eddy Marlianto,M.Sc, sebagai Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
5. Ibu Dr.Rumondang Bulan,MS, sebagai ketua jurusan kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
6. Bapak Pimpinan serta seluruh karyawan dan karyawati PT PN III PKS Rambutan.
7. Bapak dan Ibu dosen pengajar di Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama Penulis mengikuti perkuliahan. 8. Seluruh rekan – rekan mahasiswa KIN 06 yang turut membantu Penulis dalam
Ms Biring, Ms Dayak, Ms Hutauruk, Ms La Load, Ms Manurung, Ms Marpaung, Ms Marunduri, Ms Pasaribu, Ms Pretty, Ms Regar, Ms Limbong, Ms Saragih, Ms Situmeang, Bro Bijek, Bro Vierman, Bro Dame Anderson, Bro Jefry, Kos Gaol, Tim CMSI.
Akhir kata Penulis sangat mengucapkan terima kasih karena karya ilmiah ini dapat selesai.
Medan, 27 Juni 2009
ABSTRAK
THE EFFECT AMOUNT OF WATER TOWARD PERCENTAGE OF OIL LOSSES IN SLUDGE AT THE SLUDGE SEPARATOR OF PTP. NUSANTARA III. MANUFACTURE OF CRUDE OIL RAMBUTAN
ABSTRACT
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan ……….. ii
Pernyataan ……….. iii
Penghargaan ……… iv
Abstrak ……….. v
Abstract ……….. vi
Daftar Isi ………vii
Daftar Tabel ………..viii
Daftar Grafik ………...ix
Bab I Pendahuluan ………. 1
1.1 Latar Belakang……… 1
1.2 Identifikasi Masalah……… 2
1.3 Tujuan ………. 3
1.4 Manfaat ……… 3
Bab II Tinjauan Pustaka ……….. 4
2.1 Minyak sawit ………. 4
2.2 Pengolahan Kelapa Sawit……… 7
2.2.1 Pengangkutan Buah Segar(TBS) ………. 7
2.2.1 Perebusan Tandan Buah Segar (TBS)……….. 7
2.2.4 Pencecahan (Digester)……….. 9
2.2.5 Pengempaan (Presser)……… 9
2.2.6 Pemurnian Minyak ……….. 10
2.2.7 Pemisahan Biji dan Kernel………15
Bab III METODOLOGI PERCOBAAN………..20
3.1 Metodologi ………. 20
3.1.1 Sampel ………..20
3.1.2 Peralatan………20
3.1.3 Prosedur……… 21
3.2 Pengolahan Data………. 22
3.3 Perhitungan ……… 23
3.3.1 Kadar Minyak Dalam Lumpur (Sludge) ……….. 23
3.3.2 Kadar Air Dalam Lumpur (Sludge) ….………..……..23
3.4 Pembahasan……… 24
Bab IV KESIMPULAN DAN SARAN ……… 26
4.1 Kesimpulan………. 26
4.2 Saran………26
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1……… 5
Tabel 2.2………15
Tabel 3.1………... 22
DAFTAR GRAFIK
ABSTRAK
THE EFFECT AMOUNT OF WATER TOWARD PERCENTAGE OF OIL LOSSES IN SLUDGE AT THE SLUDGE SEPARATOR OF PTP. NUSANTARA III. MANUFACTURE OF CRUDE OIL RAMBUTAN
ABSTRACT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak kelapa sawit yang berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung cukup panjang dan memerlukan control yang cermat, dimulai dari pengangkutan TBS sampai dihasilkan minyak sawit dan sampingannya.
Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu yaitu:
a. Kandungan air dan kotoran dalam minyak
b. Kandungan asam lemak bebas
c. Bilangan peroksida
Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1 % dan kadar kotoran lebih dari 0,01 % dan kandungan asam lemak bebas serendah mungkin kurang lebih 2 % dan bilangan peroksida dibawah 2.
Pemurnian dilakukan pada stasiun pemurnian minyak, dimana minyak kasar hasil pengempaan terpisah menjadi minyak dan sludge(lumpur minyak) karena proses pengendapan. Minyak dari tangki pengendap selanjutnya dikirim ke tangki minyak, sedangkan sludge dikirim ke tangki sludge.
Lumpur minyak (sludge) merupakan fasa campuran yang masih mengandung minyak. Sludge diolah untuk dikutip kembali minyak yang masih terkandung didalamnya. Sludge biasanya diolah pada sebuah alat pemisah sludge yang bekerja
berdasarkan prinsip sentrifugasi.
Tugas utama dari stasiun klarifikasi adalah untuk memisahkan minyak sawit sebanyak mungkin dari minyak sawit kasar, yang disebut dengan proses pemurnian minyak. Dari hasil analisa laboratrium tampak bahwa tingkat pengenceran minyak sawit kasar memberi pengaruh kepada kecepatan pengendapan minyak sawit pada alat
pemisahan sludge dan banyak tidaknya kehilangan minyak (losses).
1.2 Identifikasi Masalah
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal pada pengutipan minyak dari lumpur minyak (sludge), maka salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah jumlah air pengencer yang digunakan. Pengenceran bertujuan untuk membantu pemisahan pasir dan serat – serat yang terdapat dalam minyak dapat berjalan dengan baik. Jadi, jumlah air pengencer sangat mempengaruhi kadar kehilangan minyak dan mutu minyak yang
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh air pengencer pada kadar kehilangan minyak
(losses) pada pengutipan minyak dari alat pemisah lumpur minyak (sludge).
1.4 Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Minyak Sawit
Salah satu dari beberapa tanaman golongan palm yang dapat menghasilkan minyak adalah kelapa sawit. Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil)dan minyak mentah dari daging buah (crude palm oil).
Minyak sawit dan minyak inti sawit digolongkan dalam lipida. Lipida adalah suatu kelompok senyawa heterogen yang berhubungan dengan asam lemak, termasuk biomolekul yang tidak larut atau sebagian larut didalam air, larut didalam pelarut organik ( non polar ) seperti eter, khloroform dan lain – lain.
Lemak dan minyak terdiri dari trigliserida campuran, yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Minyak nabati terdapat dalam buah – buahan, kacang – kacangan, biji – bijian, akar tanaman dan sayur – sayuran. Lemak tersebut menghasilkan tiga molekul asam lemak rantai panjang dan satu molekul gliserol.
Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Kelapa Sawit.
Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit (persen)
Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak. Sesuai dengan bentuk bangun rantai asam lemaknya, minyak sawit termasuk golongan minyak minyak asam oleat-linoleat. Minyak sawit berwarna merah jingga karena kandungan karotenoida ( terutama ᵦ -karotena), berwujud setengah padat pada suhu kamar, dalam keadaan segar dan dengan kadar asam lemak bebas yang rendah, bau dan rasanya enak.
Titik lebur minyak sawit tergantung pada kadar asam lemak bebasnya (ALB), atau pada kadar trigliseridanya. Minyak sawit terdiri atas berbagai trigliserida dengan rantai asam lemak yang berbeda – beda. Panjang rantai antara 14 – 20 atom karbon. Dengan demikian sifat sawit ditentukan oleh perbandingan dan komposisi trigliserida tersebut.
Kebalikan dari pembentukan lemak adalah penguraian atau hidrolisis lemak menjadi gliserol dan asam lemak bebas. Proses ini dalam buah terjadi sejak mulai berlangsungnya proses kematian yaitu saat buah membrondol atau saat tandan dipotong dan terlepas dari pohon.
mikroorganisme juga tidak dapat berkembang. Jika lebih tinggi sebaiknya minyak ditimbun dalam keadaan panas sekitar 50o– 60oC.
Pembentukan asam lemak bebas oleh mikroorganisme (jamur dan bakteri tertentu) juga dapat terjadi. (Mangoensoekarjo, 2003)
2.2 Pengolahan Kelapa Sawit
Pengolahan buah kelapa sawit bertujuan untuk memperoleh minyak sawit yang berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung cukup panjang dan memerlukan kontrol yang cermat. Secara ringkas, tahap – tahap proses pengolahan tandan buah segar sampai dihasilkan minyak diuraikan sebagai berikut:
2.2.1 Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS)
TBS harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah, yaitu maksimal 8 jam setelah panen. Buah yang tidak segera diolah, akan mengalami kerusakan. Setelah TBS sampai dipabrik, segera dilakukan penimbangan. Penimbangan perlu dilakukan terutama untuk mendapatkan angka – angka yang berkaitan dengan produksi, upah pekerja, dan perhitungan rendemen minyak kelapa sawit.
2.2.2 Perebusan Tandah Buah Segar (TBS)
TBS yang telah ditimbang beserta lorinya selanjutnya direbus didalam ketel rebus (sterilizer). Proses perebusan sangat menentukan kualitas hasil pengolahan pabrik kelapa sawit. Perebusan dilakukan dengan mengalirkan uap panas yang lamanya tergantung pada besarnya tekanan uap yang diberikan. Tujuan dari perebusan adalah :
Asam lemak bebas meningkat akibat kegiatan enzim yang menghidrolisis minyak. Menghentikan kerja enzim tersebut cukup dengan perebusan hingga temperatur 50o Namun jika ditinjau dari proses pengolahan selanjutnya, perebusan harus dilakukan dengan temperatur yang lebih tinggi.
b. Mempermudah pelepasan buah dari tandan dan inti dari cangkang (pemipilan).
Untuk memperoleh brondolan dari tandan secara manual, sebenarnya cukup merebus dalam air mendidih. Namun, cara ini tidak memadai. Oleh karenannya, diperlukan uap jenuh bertekanan agar diperoleh temperature yang semestinya dibagian dalam tandan buah.
c. Melunakkan daging buah sehingga mempermudah proses pemerasan.
Perebusan dapat melunakkan buah sehinga daging buah mudah lepas dari biji sewaktu diaduk dalam bejana peremas.
d. Penyempurnaan dalam proses pengolahan inti sawit.
Hal utama yang dihadapi pada proses pengolahan inti sawit yaitu sifat lekat dari inti sawit terhadap cangkangnya. Dengan proses perebusan, kadar air dalam biji akan berkurang sehingga daya lekat inti terhadapa cangkangnya menjadi berkurang. (Yan Fauzi,2002)
2.2.3 Pemipilan Buah (Stripper)
telah rontok di bawa ke mesin pelumat (digester). Untuk memudahkan penghancuran daging buah dan pelepasan biji.
Kecepatan putaran dari tromol pemipil harus ditentukan secara tepat untuk mencapai efek pemipilan yang optimal. Kerugian yang terjadi pada proses pemipilan ada dua yaitu kerugian minyak yang terserap oleh tandan kosong dan kerugian minyak dalam buah yang masih tinggal ditandan (tidak membrondol). Tingkat kematangan buah dan metode perebusan buah sangat menentukan dalam keberhasilan proses
pengolahan buah kelapa sawit.
Semakin tinggi tingkat kematangan dan semakin lama waktu perebusan, semakin besar pula minyak akan meleleh dari daging buah dan minyak tersebut diserap oleh tandan. Untuk mengurangi kehilangan minyak selama pemipilan, dapat dilakukan dengan cara melakukan pengisian buah ke pemipil secara teratur.
2.2.4 Pencacahan (Digester)
Brondolan yang telah terpipil dari stasiun pemipilan diangkut ke bagian pengadukan (digester). Tujuan utama dari proses pencacahan adalah mempersiapkan daging buah untuk pengempaan (pressing) sehingga minyak dengan mudah dapat dipisahkan dari daging buah dengan kerugian yang sekecil – kecilnya.
2.2.5 Pengempaan (Presser)
Selama proses pengempaan berlangsung, air panas ditambah kedalam alat kempa. Hal ini bertujuan untuk pengenceran (dilution) sehingga massa bubur buah yang dikempa tidak terlalu rapat. Jika massa bubur buah terlalu rapat maka akan dihasilkan cairan dengan viskositas tinggi yang menyulitkan proses pemisahan sehingga mempertinggi kehilangan minyak. Jumlah penambahan air berkisar 10 – 15% dari berat tandan buah segar yang diolah dengan temperatur air sekitar 90oC.
2.2.6 Pemurnian Minyak (Clarifier)
2.2.6.1 Tujuan Pemurnian
Minyak sawit hasil pengempaan belum siap untuk dipasarkan karena belum memenuhi spesifikasi kadar air dan kadar kotoran yang ditentukan. Minyak sawit masih harus melalui pemurnian dan pengeringan dan inti sawit melalui pengeringan dan pemilihan atau pemungutan kotoran.
Proses pemurnian ini bertujuan untuk melakukan pemurnian minyak kelapa sawit dari kotoran – kotoran, seperti padatan, lumpur dan air. Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan perlu dibersihkan dari kotoran – kotoran, baik yang berupa padatan (solid),lumpur (sludge) maupun air. Tujuan dari pemurnian minyak kasar adalah agar diperoleh minyak dengan kualitas sebaik mungkin.
2.2.6.2 Proses Pemurnian
Minyak hasil pengempaan dapat dirinci sebagi berikut:
a. Campuran minyak dengan air
Campuran yang unsurnya minyak dan air terbagi tidak terlalu halus sehingga dengan cepat dan mudah dipisahkan. Minyak dalam campuran ini disebut minyak bebas karena tidak mempunyai afinitas apapun dengan air yang mengelilinginya. Minyak dari campuran jenis ini bila dibiarkan akan segera terpisah diatas lapisan air yang mengendap.
b. Campuran homogennya antara butir air dan minyak
Campuran ini terbagi sangat halus. Dalam keadaan demikian, kedua unsur merupakan emulsi yang stabil.
c. Emulsi air – minyak
Emulsi ini dapat dihindari dengan menjaga viskositas yang tepat ( pada temperatur 80 – 90oC ).
d. Emulsi minyak – air
Ada tiga metode dalam pemurnian minyak kasar, yaitu metode
pengendapan, metode pemusingan, dan metode pemisahan biologis.
A. Metode Pengendapan
Pada metode ini, pemisahan minyak dan air terjadi karena pengendapan bagian yang lebih berat. Minyak berada di lapisan atas karena berat jenisnya lebih kecil. Jika minyak kasar yang ditampung di dalam tangki dibiarkan, isi tangki akan mengendap dan terbentuk beberapa lapisan sesuai dengan berat jenis dari fase yang terkandung dalam minyak kasar tersebut.
Lapisan pertama merupakan lapisan minyak yang masih mengandung butir – butir air dan zat pengotor lainnnya dengan kadar 99,0% minyak, 0,75% air, dan 0,25% zat padat. Lapisan kedua merupakan lapisan air yang mengandung minyak dalam bentuk terhomogenisir. Lapisan ketiga merupakan fase yang mengandung zat organik padat serta emulsi minyak – air. Minyak dengan kandungan tersebut belum memenuhi standar kualitas jual sehingga harus diproses lebih lanjut untuk menurunkan kadar air dan zat padatnya.
B. Metode Sentrifus
Dengan demikian pemusingan dapat digunakan dalam berbagai proses untuk pemisahan cairan – cairan atau antara cairan dengan bahan padat yang terkandung di
dalamnya.
C. Metode Biologis
Pada industri pengolahan minyak sawit, fat fit bukan suatu alat untuk proses mendapatkan minyak tetapi pada bak ini masih dapat dikutip minyak dengan lebih
dahulu menganalisa asam lemak bebasnya.
Yang dimaksud dengan pemisahan biologis adalah pengutipan minyak yang dilakukan fat pit (tempat penampungan sludge minyak). Minyak yang diperoleh dari fat pit ini sebagian terjadi karena peristiwa pengendapan dan sebagian lagi karena proses biologis, yaitu terjadinya pemecahan molekul – molekul minyak sebagai akibat fermentasi. Minyak yang diperoleh dari fat pit selanjutnya dikembalikan ke tangki
minyak kasar (tangki minyak kasar), sedangkan sisa lumpur dan air dialirkan ke kolam limbah. (Pahan, 2006)
Walaupun dilakukan pengutipan minyak semaksimal mungkin, tetapi pada sisa lumpur dan air yang dialirkan ke kolam limbah tersebut, masih saja ada minyak yang terikut. Minyak yang ikut ke kolam limbah ini dihitung dengan kerugian (losses).
Untuk memisahkan atau mengutip minyak yang masih terkandung pada sludge, sludge diproses pada sludge separator. Cairan sludge dimasukkan ke alat pemisah sludge (sludge separator) untuk dikutip minyaknya. Akibat gaya sentrifugal,
keluar melalui nozzle. Padatan yang menempel pada dinding bowl dicuci secara manual atau otomatis.
Minyak dan inti sawit yang diperoleh dari pemisahan belum siap dipasarkan, yaitu belum siap untuk dipasarkan, yaitu belum memiliki spesifikasi kadar air dan kadar kotoran yang ditentukan. Minyak sawit masih harus melalui pemurnian dan pengeringan, dan inti sawit melalui pengeringan dan pemilihan atau pemungutan kotoran.
Didalam sludge masih banyak zat – zat lain selain dari minyak yaitu sisa – sisa daging buah, air dan macam – macam mineral. Minyak di dalam sludge masih berkisar 3,5 % - 5 %. Untuk mengambil minyak sisa didalam sludge, maka diolah
kembali oleh alat pemisah lumpur minyak (sludge separator). (Abdul Karim,2001)
Sludge yang masuk ke dalam alat sentrifus terdiri dari bahan mudah menguap
80 – 85 %, bahan padatan bukan minyak (NOS) 8 – 12%, dan minyak 5 – 10%. Komposisi sludge yang keluar dari tangki sludge dipengaruhi oleh :
a. Jumlah air pengencer yang digunakan.
b. Perlakuan sebelumnnya. Hal ini menyangkut efisiensi alat yang digunakan.
c. Pemakaian ayakan getar yang berfungsi untuk memisahkan lumpur dan pasir yang terdapat dalam cairan sehingga kemampuan sludge separator untuk memisahkan minyak semakin tinggi. (Ponten, 1996)
biasanya kadar air akan turun menjadi 0,25 % dan kadar kotoran menjadi sekitar 0,01 %.
Sludge separator berfungsi untuk mengutip kembali minyak yang terkandung dalam sludge. Untuk memaksimalkan efisiensi pengutipan, sludge yang akan disentrifugasi harus bebas dari serabut dan untuk memperpanjang umur nozzle, sludge
bebas dari pasir. (PT.Perkebunan X,1993)
Perbandingan sifat antara minyak kelapa sawit sebelum dan sesudah dimurnikan dapat dilihat pada Tabel 2.2
Sifat Minyak Sawit Kasar Minyak Sawit Murni
Titik Cair (oC) : Awal
gumpalan ampa pengempaan sangat dipengaruhi oleh proses sebelumnya. Jika prosess pemisahan serabut tidak menghasilkan biji yang bersih maka sebab – sebab utamanya
adalah sebagai berikut:
a. Perebusan kurang baik sehingga biji sukar lepas dari serabut.
b. Pengadukan yang kurang baik menyebabkan buah kurang tercacah sehingga serabut masih melekat pada biji.
c. Ampas pengempaan tidak cukup kering karena kondisi buah kurang bagus, tekanan pengempaan kurang mencukupi, panambahan air kurang banyak pada saat pengempaan.
d. Pemuatan atau pengisian alat pemisah biji-serabut dengan ampas melebihi kapasitasnya.
e. Daya kipas yang tidak cukup dan tidak sesuai dengan alat pemisah.
f. Kotoran – kotoran berat, seperti batu, kerikil, dan lain – lain yang memperkecil kapasitas alat pemisah.
g. Kebersihan alat tidak terpelihara sehingga mempengaruhi hasil kerja.
Minyak sawit dapat dipakai dalam berbagai jenis makanan, terutama dalam pembuatan margarin atau minyak goreng atau lemak – lemak dalam pembuatan roti dan kue.Dalam margarin misalnya kandungan minyak bumi dapat mencapai 20 %.
faktor, seperti absorbsi bau dan kontaminasi, aksi enzim, aksi mikroba, dan reaksi kimia.
1. Absorbsi Bau dan Kontaminasi
Salah satu kesulitan dalam penanganan dan penyimpanan bahan yang mengandung minyak (lemak) yaitu usaha menncegah pencemaran bau dan kontaminasi dari alat penampung. Hal ini karena minyak (lemak) dapat mengabsorpsi zat menguap atau bereaksi dengan bahan lain. Adanya absorpsi dan kontaminasi dari wadah ini akan menyebabkan perubahan pada minyak, sehingga akan menghasilkan bau tengik sehingga akan menurunkan mutu minyak.Proses absorpsi dan kontaminasi
dari tempat penyimpanan dapat dihindari dengan pemakaian bahan yang sesuai.
2. Aksi Enzim
Biasanya, bahan yang mengandung minyak (lemak) mengandung enzim yang dapat menghidrolisis. Jika organisme dalam keadaan hidup, enzim dalam keadaan tidak aktif. Sementara organisme telah mati maka koordinasi antarsel akan rusak sehingga enzim akan bekerja dan merusak minyak. Indikasi dari kerja enzim dapat diketahui dengan mengukur bilangan asam.
3. Aksi Mikroba
Kerusakan minyak oleh mikroba (jamur, ragi dan bakteri) biasanya terjadi jika masih terdapat dalam jaringan. Namun, minyak yang telah dimurnikan masih mengandung mikroba yang berjumlah makimum 10 organisme setiap gramnya. Kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh mikroba antara lain produksi asam lemak
bebas, bau sabun, bau tengik, dan perubahan warna minyak.
4. Reaksi Kimia
Kerusakan minyak kelapa sawit yang memiliki pengaruh yang besar yaitu kerusakan karena reaksi kimia, yaitu hidrolisis, oksidasi, polimerisasi. Dalam rekasi hidrolisis, minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Hal ini akan merusak minyak dengan timbulnya bau tengik. Untuk mencegah terjadinya reaksi hidrolisis, kandungan air dalam minyak harus diusahakan seminimal mungkin.
Reaksi hidrolisis minyak :
O
CH2 O C R1 CH2 OH
O O
CH O C R2 + 3H2O CH OH + 3 R C
O OH
Reaksi oksidasi akan menghasilkan senyawa aldehida dan keton, dan senyawa dapat menimbulkan ketengikan. Pengaruh lain akibat oksidasi yaitu perubahan warna karena kerusakan pigmen warna, penurunan kandungan vitamin, dan keracunan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghambat reaksi oksidasi yaitu dengan pemanasan (50 – 55oC) yang mematikan aktivitas mikroorganisme.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Metodologi
3.1.1 Sampel
-Sludge dari pemisahan sludge pada kecepatan rendah -N-Heksan
-Kapas bebas minyak -Air Kran
3.1.2 Peralatan
- Ember plastik
- Neraca analitik
- Labu alas
- Soklet
- Cawan
- Oven
- Timbel
3.1.3 Prosedur
a. Penyediaan sampel
Sampel diambil dari sludge separator dengan menggunakan ember plastik Cawan kosong dibersihkan dan dilapisi kertas, kemudian ditimbang
Dimasukkan sampel kedalam cawan, kemudian ditimbang untuk
mengetahui berat sampel
Sampel dimasukkan ke dalam oven ± 30 menit pada suhu 130o C untuk
menghilangkan kandungan airnya
Setelah sampel kering, dibiarkan ± 15 menit agar suhu penimbangan sampel
konstan
Ditimbang sampel
b. Pemisahan minyak dari sludge
Sampel yang telah ditimbang dimasukkan kedalam timbel dan ditutup
dengan kapas bebas minyak Ditimbang labu alas kosong
Dimasukkan N-Heksan 250 ml kedalam labu
Timbel yang berisi sampel dimasukkan kedalam alat soklet dan labu alas Disokletasi selama ± 4 jam pada suhu 80 o C, kemudian ekstraknya
didestilasi pada suhu yang sama sampai semua pelarut menguap
Labu alas yang berisi minyak didinginkan sampai suhu penimbangan
konstan
Ditimbang labu yang berisi minyak untuk mengetahui berat minyak yang
3.2 Pengolahan Data
Tabel3.1 Data analisa kadar minyak dan kadar air dalam lumpur minyak (sludge)
3.3 Perhitungan
3.3.1 Kadar minyak dalam lumpur (sludge)
Dari data hasil analisa dilaboratorium, maka kadar minyak dalam lumpur (minyak) dapat dinyatakan dalam % berat.
Rumus:
3.3.2 Kadar air dalam lumpur (sludge)
Contoh Perhitungan :
Berat sampel sebelum dioven : 18,9909 gram
Berat sampel setelah dioven : 0,8428 gram
%
Maka penggunaan air pengencer yang efisien pada pengutipan minyak (sludge separator) adalah sekitar 1,2 ton/8ton karena menurut hasil analisa pengunaan air sebanyak itu, kadar minyak yang terbuang dengan sludge adalah sekitar 0,83 – 1,58 % dan masih dibawah norma yang ditetapkan dan komposisi minyak yang terbentuk di tangki pengendap bersinambung memenuhi standar perusahaan.
Tabel 3.2 Rata – rata jumlah kadar minyak dan kadar air yang terdapat pada sludge buangan dari alat pemisah sludge.
Jumlah air (Ton)
Kadar Minyak (%)
Kadar Air (%)
0 2.25 89.54
1.2 1.17 94.15
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1Kesimpulan
Kadar minyak yang terikut pada sisa lumpur (losis) yang dibuang ke limbah sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang digunakan. Jumlah pemakaian air yang paling efektif adalah 1.2 ton pada kapasitas alat 8 ton dengan kadar minyak hilang (losis) sekitar 0,83 – 1,58%.
4.2 Saran
1. Dengan mengetahui jumlah pemakaian air yang paling efektif untuk menghasilkan mutu minyak yang baik yaitu dengan kadar air yang sesuai dengan batas normal dan kadar minyak hilang yang sedikit, sebaiknya Perusahaan menggunakan air sebayak 1,2 ton yaitu 15 % dari kapasitas alat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Fauzi, Y. 2002. Kelapa Sawit. Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya.
2. Karim, A. 2001. Metode Kualitatif Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Lembaga Pendidikan Perkebunan.
3. Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
4. Mangoensoekarjo, S. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Gajah Mada Uiversity Press.
5. Naibaho, P. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
6. PT.Perkebunan Nusantara III. 2007. Pedoman Kerja Bagian
Teknik/Pengolahan. Medan: Lembaga Pendidikan Perkebunan.