• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYATAKAN HUBUNGAN SEBAB AKIBAT DAN NEGASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYATAKAN HUBUNGAN SEBAB AKIBAT DAN NEGASI"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang berkembang

berdasarkan pada fenomena alam. Kimia merupakan ilmu yang pada awal-nya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif), namun pada perkembangannya selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasar-kan teori (deduktif). Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak ter-pisahkan, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep , prinsip, hukum dan teori) dan kimia sebagai proses atau kerja ilmiah. Oleh sebab itu, pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia harus mem-perhatikan karakteristik kimia sebagai proses dan produk (BSNP, 2006).

(2)

konsep yang didapat dengan apa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari serta tidak dapat merasakan manfaat dari pembelajaran kelarutan dan hasil kali kelarutan.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan di SMA Negeri 1 Batanghari sebelum penelitian, metode yang digunakan pada pembelajaran materi kelarutan dan hasil kelarutan adalah metode ceramah, diskusi dan tanya jawab. Pem-belajaran yang diterapkan cenderung masih berpusat pada guru (teacher centered learning). Hal ini menyebabkan siswa

cenderung pasif dalam menerima pelajaran. Pada pembelajaran ini siswa cenderung hanya bertindak sesuai dengan apa yang diinstruksikan oleh guru, tanpa berusaha sendiri untuk memikirkan apa yang sebaiknya dilakukan untuk mencapai tujuan belajarnya. Kegiatan yang terjadi dalam proses pembelajaran adalah siswa hanya mendengarkan penjelasan guru,

mencatat, dan hanya beberapa siswa saja yang memiliki kemampuan akademis tinggi yang bertanya jika ada penjelasan yang kurang dimengerti. Hal ini menyebabkan siswa tidak dapat menjadi pribadi yang mandiri, siswa kurang mampu menghubungkan permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari dengan konsep yang mereka dapat. Akibatnya proses berpikir siswa menjadi rendah.

Untuk membangun proses berpikir siswa dibutuhkan model pembelajaran yang berfilosofi konstruktivisme. Berdasarkan prinsip konstruktivisme pengetahuan dibangun oleh siswa. Siswa menemukan sendiri konsep kelarutan dan tetapan hasil kali kelarutan, guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator yang menyediakan berbagai macam pengalaman belajar dan mendorong siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, sehingga diharapkan keterampilan berpikir siswa akan menjadi lebih baik.

(3)

jenuh, tepat jenuh dan lewat jenuh. Melalui materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, dapat dilatihkan suatu keterampilan ter-tentu yang mampu melatih siswa berpikir, salah satunya adalah keterampilan ber-pikir kritis. Dua indikaor berpikir kritis yang dapat dilatihkan untuk mengem-bangkan kemampuan siswa berpikir pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan adalah keterampilan menyatakan hubungan sebab akibat dan keterampilan menyatakan negasi.

Pada penerapannya dalam proses pembelajaran, salah satu model pembelajaran berfilosofi konstruktivisme yang dapat digunakan untuk melatih siswa dalam ber-pikir dalam rangka meningkatkan keterampilan menyatakan hubungan sebab akibat dan keterampilan

menyatakan negasi siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan adalah model problem solving. Model problem solving adalah model pembelajaran yang menuntut siswa belajar untuk memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok. Pada model pembelajaran ini, siswa melakukan serangkaian proses mencari atau memperoleh informasi sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran problem solving untuk mendapatkan jawaban akhir terhadap masalah yang diberikan. Proses pemecahan masalah memberikan kesempatan siswa berperan aktif dalam mempelajari, mencari, dan menemukan sendiri informasi untuk diolah menjadi konsep, prinsip, teori, atau kesimpulan. Dalam upaya untuk menyelesaikan masalah itulah diharapkan rasa ingin tahu siswa dan berpikir siswa dapat berkembang. Model pembelajaran problem solving adalah pembelajaran yang dilakukan melalui serang-kaian tahap (fase pembelajaran) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi dasar yaitu memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan. Fase-fase pembelajaran meliputi: fase perumusan masalah, fase pengumpulan data, fase perumusan hipotesis, fase pengujian

(4)

Pada fase menarik kesimpulan, siswa dituntut untuk memberikan kesimpulan dari pembelajaran yang di dapat. Setelah siswa dapat menyimpulkan pembelajaran tersebut, diharapkan siswa dapat menyatakan hubungan sebab akibat dari pengujian hipotesis yang dilakukan dengan fakta yang diperoleh. Selanjutnya siswa dilatih untuk dapat membuat negasi atau ingkaran dari kesimpulan mengenai pernyataan hubungan sebab akibat yang telah mereka buat untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap pembelajaran yang diterima.

Beberapa hasil penelitian yang mengkaji penerapan model pembelajaran problem solving adalah Saputra (2011), yang dilakukan pada siswa kelas XI IPA6 SMA Negeri 9 Bandar

Lampung, menunjukkan bahwa peningkatan keterampilan berpikir kritis pada kelas eksperimen dengan pembelajaran problem solving lebih tinggi jika dibandingkan dengan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Selanjutnya adalah hasil penelitian Purwani (2009), yang dilakukan pada siswa SMA kelas X di SMAN 1 Jombang, menunjukkan bahwa pembelajaran dengan melalui strategi problem solving memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian guna melihat efektivitas model

pembelajaran ini dalam upaya meningkatkan keterampilan menyatakan hubungan sebab akibat dan negasi siswa khususnya pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian yang berjudul: “Efektivitas Model Pembelajaran Problem solving pada Materi Kelarutandan Hasil Kali Kelarutan dalam Meningkatkan Keterampilan Menyatakan Hubungan Sebab Akibat dan Negasi.

(5)

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana efektivitas model pembelajaran problem solving pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dalam meningkatkan keterampilan menyatakan hubungan sebab akibat siswa SMA Negeri 1 Batanghari ?

2. Bagaimana efektivitas model pembelajaran problem solving pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dalam meningkatkan keterampilan menyatakan negasi siswa SMA Negeri 1 Batanghari ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran problem solving pada materi kelarutan

dan hasil kali kelarutan dalam meningkatkan keterampilan menyatakan hubungan sebab akibat siswa SMA Negeri 1 Batanghari.

2. Mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran problem solving pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dalam meningkatkan keterampilan menyatakan negasi siswa SMA Negeri 1 Batanghari.

.

3. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yaitu : 1. Siswa

Dengan diterapkannya model problem solving dalam kegiatan belajar meng- ajar akan melatih kemampuan berpikir siswa karena siswa belajar berdasarkan masalah dan temuannya sendiri.

(6)

Model problem solving merupakan salah satu alternatif model pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan produktif bagi guru.

3. Sekolah

Penerapan model problem solving dalam pembelajaran merupakan alternatif untuk meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari penelitian yang berbeda-beda terhadap istilah yang digunakan, maka perlu dikembangkan beberapa istilah sebagai berikut:

1. Efektifitas model pembelajaran problem solving diukur berdasarkan nilai n-gain.

2. Model problem solving yang digunakan pada penelitian ini adalah model problem solving menurut Depdiknas yaitu proses mental dan intelektual dalam menemukan suatu masalah dan memecahkannya berdasarkan data dan infor-masi yang akurat, sehingga dapat

diambil kesimpulan yang tepat dan cermat. Fase-fase pembelajaran meliputi: fase perumusan masalah, fase pengumpulan data, fase perumusan hipotesis, fase pengujian hipotesis, dan fase menarik kesimpulan.

3. Keterampilan berpikir kritis yang diteliti adalah keterampilan menyatakan hubungan sebab akibat dan negasi.

4. Siswa yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri

(7)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Batanghari yang

berjumlah 31 siswa.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data hasil tes sebelum pembelajaran diterapkan (pretest) dan hasil tes setelah pembelajaran diterapkan (posttest) siswa. Sedangkan sumber data adalah siswa kelas XI IPA1 yang hadir selama

proses pembelajaran dan mengikuti pretes dan postes.

C. Metode dan Desain Penelitian

Metode dalam penelitian ini adalah Pre-Eksperimen dengan menggunakan One Group Pretest-PostetestDesign. Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Tabel 3. Desain penelitian

Pretes Perlakuan Postes

O1 X O2

(Sugiyono, 2011)

Keterangan :

(8)

O2 : Postes yang diberikan setelah perlakuan.

X : Perlakuan yang berupa pembelajaran problem solving.

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas dan variabel terikat. Sebagai variabel bebas adalah pembelajaran yang menggunakan model problem solving. Sebagai variabel terikat adalah keterampilan menyatakan hubungan sebab akibat dan negasi

E. Instrumen dan Validitas Penelitian

1. Instrumen

Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 1997).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Soal pretesadalah materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yang terdiri dari 3 butir soal uraian yang mewakili keterampilan menyatakan negasi dan 3 butir soal pilihan ganda yang mewakili keterampilan menyatakan hubungan sebab akibat.

b. Soal postes, merupakan soal yang sama dengan soal pretes, yaitu materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yang terdiri dari 3 butir soal uraian yang mewakili keterampilan menyatakan negasi dan 3 butir soal pilihan ganda yang mewakili keterampilan menyatakan hubungan sebab akibat.

c. LKS kimia yang disesuiakan dengan model pembelajaran problem solving.

(9)

Agar data yang diperoleh sahih atau dapat dipercaya, maka instrumen yang digunakan harus valid. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dalam konteks pengujian kevalidan instrumen dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu cara judgment atau penilaian, dan pengujian empirik.

Pengujian instrumen penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi adalah kesesuaian antara instrumen dengan ranah atau domain yang diukur (Ali, 1992). Adapun pengujian kevalidan isi ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran,

indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan. Oleh karena dalam melakukan judgment diperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh Dr. Noor Fadiawati, M.Si dan Ibu Dra. Chansyanah Diawati,. sebagai dosen pembimbing penelitian untuk memvalidasinya.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian 1) Tahap prapenelitian

a. Membuat surat izin pendahuluan penelitian ke sekolah,

b. Meminta izin kepada kepala sekolah SMA Negeri 1 Batanghari dan menyampaikan surat izin penelitian yang telah dibuat,

c. Mengadakan observasi ke sekolah untuk mendapatkan informasi tentang keadaan sekolah, data siswa, data nilai, jadwal dan tata tertib sekolah, serta sarana prasarana di sekolah,

(10)

e. Menyusun Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi pokok yang diteliti yaitu materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

f. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan materi pokok yang diteliti yaitu materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

g. Membuat soal pretest dan posttest.

h. Pengujian validitas instrumen dengan dosen pembimbing.

2) Tahap penelitian

Prosedur pelaksanaan dikelas menggunakan model pembelajaran problem solving. Prosedur pelaksanaannya sebagai berikut:

a. Melakukan pretest.

b. Melaksanakan pembelajaran pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan sesuai dengan model pembelajaran problem solving.

c. Melakukan posttest dengan soal yang sama.

Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan di bawah ini:

Tahap persiapan dan observasi

Penetapan subyek penelitian

Penyusunan instrumen

Validitas instrumen

(11)

Gambar 1. Prosedur pelaksanaan penelitian

G. Teknik Analisis Data 1. Nilai akhir

Nilai akhir pretest atau posttest dirumuskan sebagai berikut:

Nilai akhir = ∑ skor yang diperoleh siswaskor maksimum ×

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menghitung gain ternormalisasinya kemudian digunakan untuk mencari nilai rata-rata gain ternormalisasinya.

2. Gain ternormalisasi

(12)

analisis skor gain ternormalisasi. Perhitungan ini bertujuan untuk menentukan peningkatan keterampilan menyatakan hubungan sebab akibatdan negasi siswa

berdasarkan hasil pretes dan postes pada subyek. Menurut Hake (dalam Meltzer, 2002) rumus n-gain yang digunakan adalah sebagai berikut:

n − gain = Skor Maksimum Ideal − Skor � � �Skor �� � − Skor � � �

Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi dari Hake seperti terdapat pada tabel berikut:

Tabel 4 Klasifikasi gain ( g )

Berdasarkan klasifikasi dari Hake di atas, jika nilai n-gain > 0,7 maka dikatakan model pembelajaran problem solving efektif dalam meningkatkan keterampilan menyatakan hubungan sebab akibat dan negasi dengan kriteria tinggi; 0,3<n-gain< 0,7 maka dikatakan model pembelajaran probem solving efektif dalam meningkatkan keterampilan menyatakan hubungan sebab akibat dan negasi dengan kriteria sedang; n-gain < 0,3 maka dikatakan

model pembelajaran problem solving efektif dalam meningkatkan keterampilan menyatakan hubungan sebab akibat dan negasi dengan kriteria rendah.

Besarnya g Interpretasi

g > 0.7 Tinggi

0,3 < g ≤ 0,7 Sedang

(13)
(14)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme

Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pem-belajaran konstruktivis (constructivist theories of learning). Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya, apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Sedangkan bagi siswa, agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha lebih bekerja keras dengan ide-ide. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner (Slavin dalam Atika, 2002).

(15)

Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi. Asimilasi ialah pe-maduan data baru dengan struktur kognitif yang ada. Akomodasi ialah penye-suaian struktur terhadap situasi baru, dan equilibrasi ialah penyesuaian kembali yang telah dilakukan antara asimilasi dan akomodasi (Bell, 1994).

Prespektif kognitif-konstruktivis, yang menjadi landasan Pembelajaran Problem Solving, banyak meminjam pendapat Piaget (1954,1963). Prespektif ini mengatakan bahwa pelajar dengan umur berapapun terlibat secara aktif dalam proses men-dapatkan informasi dan mengonstruksikan pengetahuannya sendiri. Pengetahuan tidak statis, tetapi berevolusi dan berubah secara konstan selama pelajar mengon-struksikan pengalaman-pengalaman baru yang memaksa mereka untuk mendasar-kan diri pada dan memodifikasi pengetahuan

sebelumnya. Keyakinan Piaget ini berbeda dengan keyakinan Vygotsky dalam beberapa hal penting. Bila Piaget memfokuskan pada tahap-tahap perkembangan intelektual yang dilalui anak terlepas dari konteks sosial atau kulturalnya, Vygotsky menekankan pentingnya aspek sosial belajar. Vygotsky percaya bahwa interaksi sosial dengan orang lain memacu

pengonstruksian ide-ide baru dan meningkatkan perkembangan intelektual pelajar. Salah satu ide kunci yang berasal dari minat Vygotsky pada aspek sosial pembelajaran adalah konsepnya tentang zone of proximal development. Menurut Vygotsky, pelajar memiliki dua tingkat perkembangan yang berbeda yakni tingkat perkembangan aktual dan tingkat

perkembangan potensial. Tingkat perkembangan aktual, menentukan fungsi intelektual individu saat ini dan ke-mampuannya untuk mempelajari sendiri hal-hal tertentu. Individu juga memiliki tingkat perkembangan potensial, yang oleh Vygotsky didefinisikan sebagai tingkat yang dapat difungsikan atau dicapai oleh individu dengan bantuan orang lain,

(16)

diantara kedua tingkat perkembangan inilah yang disebutnya sebagai zone of proximal development (Arends dalam Septiana, 2011).

B. Model Problem Solving

Salah satu pembelajaran konstruktivisme adalah pembelajaran yang menggunakan model problem solving. Model problem solving adalah model pembelajaran yang menuntut siswa belajar untuk memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok. Oleh karena itu dalam pembelajaran siswa harus aktif agar dapat memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Problem solving adalah suatu langkah pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara siswa mencari kebenaran pengetahuan dan informasi tentang konsep, hukum, prinsip, kaidah, dan sejenis-nya, mengadakan percobaan, bertanya secara tepat serta mencari jawaban

masalah berdasarkan pemahaman konsep, prinsip dan kaidah yang telah dipelajari.

Masalah pada hakikatnya merupakan bagian dalam kehidupan manusia. Masalah yang sederhana dapat dijawab melalui proses berpikir yang sederhana, sedangkan masalah yang rumit memerlukan langkah-langkah pemecahan yang rumit pula. Masalah pada hakikatnya adalah suatu pertanyaan yang mengandung jawaban. Suatu pertanyaan mempunyai peluang tertentu untuk dijawab dengan tepat, bila pertanyaan itu dirumuskan dengan baik dan sistematis. Ini berarti, pemecahan suatu masalah menuntut kemampuan tertentu pada diri individu yang hendak memecahkan masalah tersebut (Rofiana, 2005).

(17)

lain, pemecahan masalah menuntut kemampuan memproses informasi untuk membuat keputusan tertentu (Hidayati, 2006).

Langkah-langkah model problem solving (Depdiknas, 2008) yaitu meliputi :

1. Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.

2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya dan lain-lain.

3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di atas.

4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut itu betul - betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan kegiatan lainnya seperti demonstrasi, tugas, diskusi, dan lain-lain.

5. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.

Kelebihan dan kekurangan model problem solving menurut Dzamarah dan Zain (2002) adalah sebagai berikut:

1. Kelebihan model problem solving

a. Dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan. b. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa

menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.

c. Merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara kreatif dan

menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahannya.

2. Kekurangan model problem solving

a. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan ting-kat berfikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pe-ngalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru

b. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlu-kan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pel-ajaran lain

c. mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan permasalah sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar,

(18)

C. Keterampilan Berpikir Kritis

Menurut kamus Webster’s dalam Atika (2011) menyatakan, “Kritis” (critical) adalah “Menerapkan atau mempraktikan penilaian yang teliti dan obyektif” sehingga “berpikir

kritis” dapat diartikan sebagai berpikir yang membutuhkan kecermatan dalam membuat

keputusan. Pengertian yang lain diberikan oleh Suryanti dalam Atika (2011) yaitu: berpikir kritis merupakan proses yang bertujuan untuk membuat keputusan yang masuk akal

mengenai apa yang kita percayai dan apa yang kita kerjakan. Berpikir kritis merupakan salah satu tahapan berpikir tingkat tinggi. Sugiarto dalam Atika (2011) mengkategorikan proses berpikir kompleks atau berpikir tingkat tinggi ke dalam empat kelompok yang meliputi pemecahan masalah (problem solving), pengambilan keputusan (decision making), berpikir kritis (critical thinking), dan berpikir kreatif (creative thinking). Berpikir kritis diperlukan dalam kehidupan karena dalam kehidupan di masyarakat, manusia selalu dihadapkan pada permasalahan yang memerlukan pemecahan. Untuk memecahkan suatu permasalahan tertentu diperlukan data-data agar dapat dibuat keputusan yang logis, dan untuk membuat suatu keputusan yang tepat, diperlukan kemampuan kritis yang baik. Ennis (1985) menyatakan bahwa :

Berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan, sebagai apa yang harus dipercaya atau dilakukan.

Berpikir kritis adalah kemampuan memberi alasan secara terorganisasi dan meng-evaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis. Ennis dalam Costa (1985), me-nyebutkan ada lima aspek berpikir kritis, yaitu a) memberi penjelasan dasar (klarifikasi), b) membangun

(19)

keputusan, 3) menerapkan berbagai strategi yang tersusun dan memberikan alasan untuk menentukan dan menerapkan standar tersebut, dan 4) mencari dan menghimpun informasi

yang dapat dipercaya untuk dipakai sebagai bukti yang dapat mendukung suatu penilaian.

Menurut Ennis (1989) terdapat 12 indikator keterampilan berpikir kritis (KBKr) yang dikelompokkan dalam lima kelompok keterampilan berpikir. Kelima kelom-pok

keterampilan tersebut adalah: memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), membangun keterampilan dasar (basic support), menyimpulkan (interfence), membuat penjelasan lebih lanjut (advance clarification), serta stra-tegi dan taktik (strategy and tactics.

Tabel 1. Keterampilan Berpikir Kritis Menurut Ennis

No Kelompok Indikator Sub Indikator

1 c. Menjaga kondisi berpikir

Menganalisis e. Melihat struktur dari suatu

argumen

f. Membuat ringkasan Bertanya dan

menjawab pertanyaan

a. Menyebutkan contoh b. Mengapa? Apa ide

utamamu? Apa yang anda maksud..? Apa

yang membuat perbedaan....?

(20)

No Kelompok Indikator Sub Indikator

a. Melibatkan sedikit dugaan b. Menggunakan waktu yang singkat antara observasi dan laporan.

c. Melaporkan hasil observasi d. Merekam hasil observasi e. Menggunakan bukti-bukti

yang benar

f. Menggunakan akses yang baik

a. Mengemukakan hal yang umum

a. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan sesuai latar belakang fakta-fakta b. Membuat dan menentukan

hasil pertimbangan berdasarkan akibat c. Menerapkan konsep yang

dapat diterima

(21)

No Kelompok Indikator Sub Indikator Mengidentifikasi

asumsi-asumsi

a. Penjelasan bukan pernyataan b. Mengkonstruksi argumen b. Memilih kriteria untuk

mempertimbangkan solusi yang mungkin

c. Merumuskan solusi alternatif d. Menentukan tindakan b. Menggunakan strategi logika c. Menggunakan strategi

retorika

d. Menunjukkan posisi, orasi, atau tulisan

Dari kedua belas indikator keterampilan berfikir kritis menurut Ennis, yang akan

dikembangkan adalah indikator membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi yang difokuskan pada keterampilan menyatakan negasi serta indikator membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi yang berfokus pada keterampilan menyatakan hubungan sebab akibat seperti digambarkan pada tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Indikator yang dikembangkan

Kelompok Indikator Sub indikator

Kesimpulan

1.Menyatakan hubungan sebab akibat

(22)

Berdasarkan tinjauan pustaka yang dikemukakan sebelumnya bahwa pada tahap pertama model pembelajaran problem solving, siswa diorientasikan pada masalah. Pada tahap tersebut, diharapkan siswa akan terstimulus untuk mendefinisikan masalah yang mereka hadapi. Pada tahap kedua yakni mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah, siswa akan mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang masalah yang sedang dihadapi. Kemudian, pada tahap ketiga yakni menetapkan jawaban sementara dari permasalahan yang diberikan. Pada tahap keempat yakni menguji kebenaran dari jawaban sementara, siswa akan terpacu untuk melakukan eksperimen dalam rangka untuk memecahkan masalah berdasarkan fakta dalam eksperimen tersebut. Pada tahap kelima yakni menarik kesimpulan, ketika siswa telah mendapatkan kesimpulan dari permasalahan, diharapkan siswa dapat menyatakan hubungan sebab akibat dari pengujian hipotesis dengan hasil pengamatan yang di dapat dan dapat membuat suatu negasi dari pernyataan hubungan sebab akibat tersebut. Pada akhirnya, berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas, diharapkan model pembelajaran problem solving dapat meningkatkan keterampilan menyatakan hubungan sebab akibat dan keterampilan menyatakan negasi siswa.

E.Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Siswa kelas XI IPA1 semester genap SMA Negeri 1 Batanghari TP 2011-2012 memeiliki kemampuan dasar yang sama.

(23)

b. Perbedaan skor pretes dan postes pada keterampilan menyatakan hubungan sebab akibat dan negasi siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan semata-mata terjadi karena adanya perlakuan yang diberikan dalam proses pembelajaran.

F. Hipotesis Umum

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah:

(24)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Model pembelajaran Problem Solving pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan efektif dalam meningkatkan keterampilan menyatakan hubungan sebab akibat SMA Negeri 1 Batanghari dengan kategori sedang.

2. Model pembelajaran Problem Solving pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan efektf dalam meningkatkan keterampilan menyatakan negasi SMA Negeri 1 Batanghari dengan kategori tinggi.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Model Pembelajaran Problem Solving dapat dipakai sebagai alternatif model

pembelajaran bagi guru dalam kegiatan belajar mengajar yang dapat disesuaikan dengan materi dan karakteristik siswa.

2. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian serupa agar lebih

memperhatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran lebih efektif dan maksimal.

(25)
(26)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DALAM

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYATAKAN HUBUNGAN SEBAB AKIBAT DAN NEGASI

(Skripsi)

Oleh NURMA ELISA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(27)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata kelak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.

Bandarlampung, 07 November 2012

(28)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DALAM

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYATAKAN HUBUNGAN SEBAB AKIBAT DAN NEGASI

Oleh NURMA ELISA

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran problem solving pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dalam meningkat-kan keterampilan menyatameningkat-kan hubungan sebab akibat dan keterampilan menyata-kan negasi.

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Batanghari kelas XIIPA 1 Tahun Pelajaran 2011-2012. Penelitian ini menggunakan metode

pre-eksperimen dengan one group pretest postest design. Efektivitas model pem-belajaran problem solving diukur berdasarkan nilai n-gain.

(29)

efektif dalam meningkatkan keterampilan menyatakan negasi dengan kategori tinggi.

(30)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DALAM

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYATAKAN HUBUNGAN SEBAB AKIBAT DAN NEGASI (Pre-Eksperimen Pada Siswa Kelas XI SMAN 1 Batanghari)

Oleh NURMA ELISA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(31)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN

PROBLEM SOLVING PADA MATERI

KELARUTAN DAN HASIL KALI

KELARUTAN DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYATAKAN

HUBUNGAN SEBAB AKIBAT DAN NEGASI Nama Mahasiswa : Nurma Elisa

Nomor Pokok Mahasiswa : 0853023041 Program Studi : Pendidikan Kimia

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Noor Fadiawati, M. Si Dra. Chansyanah Diawati, M. Si NIP. 196608241991112001 NIP. 196608241991112002

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M. Si.

(32)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Noor Fadiawati, M. Si ______________

Sekretaris : Dra. Chansyanah Diawati, M. Si ______________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dra. Ila Rosilawati, M. Si ______________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(33)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sidokayo pada tanggal 01 januari 1988 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Harsan dan Alm. Ibu Ani Handani.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD N 1 Sidokayo pada tahun 2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SMP N 1 Bukit Kemuning pada tahun 2003, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Bukit Kemuning pada tahun 2006.

(34)

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati terucap syukur alhamdulillah untuk segala nikmat yang telah diberikan Robb sang pencipta alam semesta, sehingga dengan ridho-Nya skripsi ini bisa terselesaikan. Tulisan ini kupersembahkan teruntuk:

Ayah dan Alm. Ibuku….

Perjuangan dan limpahan kasih sayang kalian yang tak pernah putus, Menjadi semangat terbesar yang selalu menyertaiku,

Dikala senang maupun disaat keterpurukan datang menimpaku…

Keluargaku tercinta,

Dukungan, doa dan semangat yang tiada henti padaku.

Almamater tercintaku Universitas Lampung,

(35)

MOTTO

Ketika satu pintu tertutup, pintu lain terbuka ; namun terkadang

kita melihat dan menyesali pintu tertutup tersebut terlalu lama hingga

kita tidak melihat pintu lain yang telah terbuka

( Alexander Graham Bell )

Jenius adalah 1 % inspirasi dan 99% keringat. Tidak ada yang dapat

mengalahkan kerja keras. Keberuntungan adalah sesuatu yang terjadi

ketika kesempatan bertemu dengan kesiapan.

(Thomas A. Edison)

Mengejar impian itu dengan jalan usaha, kerja keras, dan doa. Semua

impian bisa terwujud jika kita percaya dapat mewujudkannya.

(36)

iii SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T, karena atas rahmat dan karunia-Nya dapat diselesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Problem

Solving Pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Dalam

Meningkat-kan Keterampilan MenyataMeningkat-kan Hubungan Sebab Akibat dan Negasi” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah pada Rasullulah Muhammad SAW.

Pada kesempatan ini, disampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Kimia, Pembimbing Akademik, dan selaku Pembimbing I atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian kuliah dan penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Chansyanah Diawati, M.Si., selaku Pembimbing II atas kesediaan, keikhlasan, dan kesabarannya memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyusunan skripsi ini.

(37)

iv 6. Seluruh Dosen Pendidikan Kimia dan Staf Administrasi PMIPA Unila.

7. Bapak Drs. Sudigdo, M.Si selaku kepala Sekolah SMA Negeri 1 Batanghari. 8. Bapak Abdi Simatupang, S. Pd selaku guru mitra atas kerja sama dan

bimbingannya.

9. Teristimewa untuk keluargaku, terutama bapak dan Alm. ibuku serta kakak dan adikku, Agus dan Mega yang dengan kasih sayangnya telah memberikan doa dan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

10. Teruntuk ganang, yang telah memberikan bantuan dan semangatnya dalam penyusunan skripsi ini.

11. Teman seperjuanganku dalam mengerjakan skripsi, Novi dan Ria serta teman-teman kimia mandiri 08 dan Reguler 08.

12. Kakak dan Adik tingkat di Program Studi Pendidikan Kimia serta semua pihak yang tidak dapat ditulis satu persatu.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Bandarlampung, 07 November 2012 Penulis,

(38)

v DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... vii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme ... 8

B. Model Pembelajaran Problem Solving ... 10

C. Keterampilan Berfikir Kritis... 12

D. Kerangka Pemikiran ... 17

E. Anggapan Dasar …... 17

F. Hipotesis Umum…... ... 18

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Subyek Penelitian ... 19

B. Jenis dan Sumber Data ... 19

(39)

vi

D. Variabel Penelitian ... 20

E. Instrumen dan Validitas Penelitian ... 20

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 22

G. Teknik Analisis Data ... 24

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 26

B. Pembahasan ... 29

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 42

B. Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Silabus dan Sistem Penilaian ... 44

2. RPP ... 59

3. Lembar Kerja Siswa ... 95

4. Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest ... 130

5. Soal Pretest dan Postest ... 131

6. Rubrik Penskoran Pretest dan Postest ... 133

7. Lembar Penilaian Afektif Siswa ... 135

8. Data Skor Pretest, Posttest, Gain dan n-Gain... 143

9. Perhitungan dan Analisis Data Penelitian ... 145

(40)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur penelitian ... 23

2. Grafik rerata perolehan skor pretest dan posttest keterampilan menyatakan

hubungan sebab akibat dan negasi ………... 27

(41)

vii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Keterampilan berpikir kritis menurut Ennis... 14

2. Indikator berpikir kritis yang dikembangkan ... 16

3. Desain penelitian ... 19

4. Klasifikasi gain ... 25

5. Data rata-rata nilai pretest, posttest keterampilan menyatakan hubungan sebab akibat dan negasi ... 26

Gambar

Tabel 4 Klasifikasi gain ( g )
Tabel 1.  Keterampilan Berpikir Kritis Menurut Ennis
Tabel 2.  Indikator yang dikembangkan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini yaitu: (1) terdapat pengaruh perhatian orang tua, sikap guru matematika kepada siswa dan motivasi melanjutkan studi terhadap prestasi

Hal ini sesuai dengan penelitian yang berjudul “Kemampuan Literasi Matematika Siswa Kelas VIII Dalam Menyelesaikan Soal Pisa Konten Bilangan Ditinjau dari

Modul Taxation Pengantar Perpajakan Indonesia 3,5% 4 Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan (KUP) Mampu melakukan penghitungan dan memiliki keterampilan dalam memecahkan

Eucheuma cottonii di Teluk Tamiang Kabupaten Kotabaru secara optimal dan berkelanjutan 2) Mendapatkan kebijakan dan strategi pengelolaan untuk pengembangan kegiatan budidaya

2) Belanja modal perusahaan mempunyai pengaruh yang positif terhadap instrumen hutang jangka panjang.. 3) Perubahan modal berjalan perusahaan mempunyai pengaruh yang negatif

Data yang sudah dikumpulkan akan dideskripsikan dan diklasifikasikan berdasarkan (a) proses morfologis yang berkaitan dengan afiksasi, (b) proses morfologis yang

High Gain Active Microstrip Antena for 60-GHz.

Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, barang siapa diantara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah