• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK ANALISIS INTEGRASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DALAM SUPPLY CHAIN MANAGEMENT TERHADAP KEBERLANJUTAN BISNIS PERUSAHAAN (Studi Pada PTPN VII (Persero) Unit Usaha Rejosari Natar Lampung Selatan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ABSTRAK ANALISIS INTEGRASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DALAM SUPPLY CHAIN MANAGEMENT TERHADAP KEBERLANJUTAN BISNIS PERUSAHAAN (Studi Pada PTPN VII (Persero) Unit Usaha Rejosari Natar Lampung Selatan)"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS INTEGRASICORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DALAMSUPPLY CHAIN MANAGEMENTTERHADAP KEBERLANJUTAN BISNIS PERUSAHAAN

(Studi Pada PTPN VII (Persero) Unit Usaha Rejosari Natar Lampung Selatan) Oleh

NOVIA AYU WULANDARI

PTPN VII Unit Usaha Rejosari merupakan perusahaan BUMN yang menjadi salah satu

penghasil

Crued Palm Oil

(CPO) yang memperoleh pasokan bahan baku berupa Tandan Buah

Segar (TBS) dari kebun inti dan juga kebun plasma. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa

integrasi antara CSR dalam SCM terhadap keberlanjutan bisnis perusahaan, yang ada di PTPN

VII Unit Usaha Rejosari melalui program kemitraan pinjaman bibit kelapa sawit kepada

masyarakat yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB).

Peneliti menganalisa

integrasi tersebut melalui beberapa indikator yang terdiri dari perlindungan hewan

,

bioteknologi

,

kesehatan dan keselamatan

,

lingkungan

,

tenaga kerja

,

masyarakat

,

pengadaan barang

,

dan

perdagangan yang adil.

Peneliti menggunakan metode kualitatif, dan menggunakan teknik

purposive sampling

dan

snowball sampling

, informan ditujukan kepada pihak perusahaan, masyarakat, dan KUB binaan.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa integrasi antara CSR dalam SCM di PTPN VII

Unit Usaha Rejosari dalam bentuk Program Kemitraan melalui pinjaman bibit kelapa sawit

kepada KUB binaan sudah dihentikan sejak tahun 2007 hingga saat ini (2012) sampai dengan

waktu yang belum di tentukan. Program kemitraan tersebut juga telah melakukan integrasi yang

mengarah pada keberlanjutan bisnis perusahaan, namun karena adanya kredit macet dan kurang

loyalnya KUB kepada perusahaan berakibat pada terganggunya mekanisme SCM yang

mengganggu keberlanjutan bisnis perusahaan.

Dapat disimpulkan bahwa tujuan perusahaan dalam menjaga pasokan bahan baku dan

memberdayakan masyarakat tidak berjalan dengan baik di PTPN VII Unit Usaha Rejosari Natar

Lampung Selatan. Selanjutnya direkomendasikan saran kepada PTPN VII Unit Usaha Rejosari

agar melakukan evaluasi dalam surat Perjanjian Pinjaman Kelapa Sawit, dan memberikan

Pinjaman Bibit Kelapa Sawit melalui pembentukan atau pengembangan Koprasi Desa dengan

melibatkan masyarakat dan perangkat desa yang ada, sesuai dengan kebutuhan atau kondisi

dilapangan. Hal ini di tujukan untuk melakukan pengawasan dan pembinaan serta pemberian

ruang kepada KUB dan masyarakat untuk bisa mengembangkan aspirasi dan keluhannya dari

program yang dijalankan.

(2)

ANALISIS INTEGRASICORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DALAMSUPPLY CHAIN MANAGEMENTTERHADAP KEBERLANJUTAN BISNIS PERUSAHAAN

(Studi Pada PTPN VII (Persero) Unit Usaha Rejosari Natar Lampung Selatan) Oleh

NOVIA AYU WULANDARI

PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Rejosari is a state-owned company into one of the

Crued Palm Oil (CPO) who obtain supplies of raw materials in the form of Tandan Buah Segar

(TBS) from the nucleus and plasma. This study aims to analyze the integration of CSR in the

business sustainability SCM against the company, which is in PTPN VII Unit Usaha Rejosari

through the partnership program loans palm seedlings to the people who joined in the Kelompok

Usaha Bersama (KUB). This research, can be analyze of integration through multiple indicators

consisting of animal protection, biotechnology, health and safety, environment, labor,

community, procurement, and fair trade.

This research using qualitative methods, and using purposive sampling and snowball sampling.

The informants to the company, the community, and KUB target. Based on this research, it is

known that the integration of CSR in the SCM of PTPN VII Unit Usaha Rejosari at the

Partnership Program through loans palm seedlings to KUB target since 2007 has been

discontinued to the present (2012) up to the time that has not been determined. The partnership

program has also led to the integration of the company's business sustainability, but of the crunch

credit and KUB is not loyal to the company result in a disruption of mechanisms and business

continuity SCM company.

(3)

A. Latar Belakang

Perusahaan dituntut untuk memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan yang lebih luas, baik

terhadap aspek sosial, ekonomi dan lingkungan yang lebih dikenal dengan istilah

Corporate

Social Responsibility

(CSR). Makna yang penting dalam CSR adalah memaksimalkan dampak

positif operasi perusahaan dan meminimalkan dampak negatif demi pembangunan berkelanjutan.

Perusahaan sudah mulai memasukan CSR dalam inti (

Core)

operasi perusahaan, yakni proses

bisnis serta rantai nilai (

Value Chain)

yang etis dan bertanggung jawab, dibandingkan makna lain

dimana CSR lebih diletakkan dan dimaknai sebagai upaya promosi,

branding

dan

public

relations

yang terlalu dominan.

Kini banyak perusahaan yang telah berupaya mengaplikasikan kebijakan CSR ke dalam

beberapa bentuk kebijakan kreatif, salah satunya dengan mengintegrasikan CSR kedalam

Supply

Chain Management

(SCM) untuk memperoleh keuntungan bersama yang bisa di peroleh oleh

perusahaan, dan pemangku kepentingan (

stakeholder

) secara luas. Carter dan Jennings (2004)

menjelaskan bahwa:

Selain pertimbangan etis, kritik konsumen terhadap aplikasi CSR dan SCM dirasa sangat

merugikan profitabilitas perusahaan dan pangsa pasar. Perusahaan dapat lebih bijaksana

dengan mengantisipasi masalah CSR dan SCM mereka dan mengintegrasikan standar

SCM dan CSR ke dalam operasional perusahaan

Maloni dan Brown, (2006) menyatakan bahwa:

(4)

perlindungan hewan, bioteknologi, lingkungan, kesehatan dan keselamatan, perdagangan

adil, tenaga kerja dan hak asasi manusia. Isu umum seputar CSR dalam SCM seperti

lingkungan masyarakat dan pengadaan barang juga menjadi pertimbangan.

Perusahaan merupakan bagian dari entitas bisnis, dan perusahaan di harapkan tidak hanya

melakukan kegiatan bisnis untuk profit semata. Namun dapat dimaknai sebagai komitmen dalam

menjalankan bisnis yang berkelanjutan dengan memperhatikan aspek sosial, norma-norma dan

etika yang berlaku, baik dalam lingkup internal maupun eksternal. Sehingga CSR dalam jangka

panjang memiliki kontribusi positif terhadap pertumbuhan lingkungan ekonomi yang

berkelanjutan dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat.

Hubungan dari integrasi kebijakan CSR dengan kebijakan SCM saat ini menjadi perhatian

perusahaan global untuk bisa semakin kokoh bertahan dan memenuhi permintaan pasar dengan

produk yang kompetitif. Kini CSR tampaknya akan semakin penting dalam SCM karena tidak

hanya sebatas produk yang di konsumsi saja namun juga nilai-nilai yang di aplikasikan

perusahaan terhadap suatu produk. Saat ini perusahaan mulai berupaya mengarah pada strategi

pengintegrasian peran CSR perusahaan pada standar operasional yang ada dalam bagian SCM

perusahaan.

SCM bukan hanya sekedar mekanisme pemenuhan bahan produksi saja namun juga dalam

pemenuhan hak konsumen tentang kesehatan suatu produk, halal tidaknya suatu produk, dan juga

latar belakang dari produk tersebut. Beberapa faktor tersebut kini menjadi sorotan dan bahan

pertimbangan bagi konsumen dalam memilih produk. Salah satunya dengan melakukan

pemberdayaan petani dalam menerapkan kebijakan CSR dalam SCM perusahaan, hal ini juga

diharapkan akan membantu perusahaan dalam mengawasi kualitas dan kuantitas pasokan bahan

(5)

Seperti yang di lakukan oleh PT Uniliver Indonesia Tbk. Pada tahun 2003. PT Unilever Tbk

mulai berkerjasama dengan Universitas Gajah Mada (UGM) untuk mengembangkan biji kedelai

hitam (diberi nama Malika), kemudian memberi penyuluhan kepada petani tentang keunggulan

membudidayakan kedelai hitam (Swa, 2008). Di Indonesia sendiri CSR merupakan sesuatu yang

tidak dapat dihindari, dan sudah menjadi kewajiban perusahaan. Terlebih bagi perusahaan yang

memanfaatkan sumber daya alam, baik secara lansung maupun tidak langsung, sesuai dengan

yang diamanatkan dalam Undang-Undang: UU Perseroan Terbatas No. 40 tahun 2007, UU

Penanaman Modal No. 25 tahun 2007, UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

No. 32 Tahun 2009, dan UU BUMN No. 19 tahun 2003.

PT Perkebunan Nusantara VII Persero Bandar Lampung merupakan salah satu perusahaan

BUMN, dan memiliki Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Program PKBL

dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat dengan memberikan pinjaman kredit lunak untuk

pengembangan sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), memberikan bantuan untuk

sarana Umum, serta pemberian pinjaman bibit kelapa sawit kepada mitra binaan atau Kelompok

Usaha Bersama (KUB).

PTPN VII Unit Usaha Rejosari merupakan unit usaha dengan salah satu produk unggulan, yaitu

hasil kebun kelapa sawit atau Tandan Buah Segar (TBS) yang kemudian di olah menjadi minyak

mentah atau

Crude Palm Oil

(CPO). Perolehan bahan baku atau TBS ini ada dua cara, yaitu

diperoleh dari hasil kebun PTPN VII Unit Usaha Rejosari/kebun inti, dan TBS juga diperoleh

dari pemasok yang merupakan mitra PTPN VII Unit Usaha Rejosari. Dalam Program Kemitraan

(6)

cara pemberian pinjaman bibit kelapa sawit pada mitra binaan yang sebelumnya mengajukan

permohonan pinjaman bibit kelapa sawit kepada perusahaan.

Dalam proses pinjaman bibit kelapa sawit ini perusahaan dan KUB mengikuti aturan kerjasama

antara pemerintah daerah tingkat II kabupaten Lampung Selatan. No : X.9/KTR/02/1996 dan No

: 66/Disun/AK-LS 1996 tentang Pengembangan Tanaman Kelapa Sawit Rakyat Lampung

Selatan. Dalam perjanjian tersebut perusahaan dan anggota KUB menandatangani kesepakatan

perjanjian dalam pemenuhan hak dan kewajiban masing-masing.

Berikut ini isi dari surat perjanjian yang memuat ketentuan yang harus di patuhi Pihak

perusahaan dan pihak KUB dalam Program Pinjaman Bibit Kelapa Sawit (dok. PTPN VII) yaitu

:

1. Ruang Lingkup Perjanjian :

a. Pihak pertama memberikan pinjaman uang dana kemitraan kepada pihak kedua dan

pihak kedua menyatakan telah menerima pinjaman uang dimaksud dari pihak pertama.

b. Uang yang menjadi obyek pinjaman ini di peruntukan bagi keperluan pengadaan bibit

kelapa sawit siap tanam sebanyak xxx (jumlah bibit) batang untuk areal xxx (luas areal)

lahan siap tanam milik petani yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB)

xxx (nama KUB/pihak kedua). Harga bibit kelapa sawit siap tanam per batang Rp.xxx

(harga/batang) di tempat pembibitan pihak pertama di Unit Usaha Rejosari.

c. Setelah pihak kedua menerima Pinjaman Bibit Kelapa Sawit dari pihak pertama, pihak

kedua wajib membuat Surat Pernyataan Pengakuan Hutang (SPPH) dari masing-masing

petani sebagai lampiran dengan diketahui Administrator Unit Usaha Rejosari dan Dinas

Perkebunan Kabupaten Lampung Selatan.

2. Cara Pembayaran :

a. Besarnya dana yang dipinjam pihak kedua dari pihak pertama berjumlah Rp.xxx

(jumlah uang)

(7)

3. Angsuran Pengembalian :

a. Uang dimaksudkan dalam ayat (1) pasal (2) harus sudah dikembalikan seluruhnya oleh

pihak kedua kepada pihak pertama dalam jangka waktu 36 (tiga puluh enam) bulan

dengan dibebani Biaya Administrasi 12 % pertahun, dihitung secara menurun dan

diperitungkan proporsional masing-masing anggota. Angsuran pengembalian pokok dan

biaya administrasi berlaku mulai 2008 (tahun pertama tanaman mulai menghasilkan)

dan atau mulai tanaman sudah menghasilkan pada tahun pertama. Yaitu 2008 (tahun

pertama tanaman mulai menghasilkan) dan harus lunas pada 2011 (36 bulan masa

angsuran pengembalian pinjaman).

b. Pengembalian pinjaman diangsur dari penjual hasil panen (TBS) pihak kedua yang

diterima di pabrik pihak pertama dalam hal ini pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PPKS)

Unit Usaha Rejosari dan dipotong langsung oleh pihak pertama yang besarnya potongan

berkisar antara 15-30 % atau disesuaikan dengan jumlah produksi yang disetor ke pihak

pertama.

Sumber : Perjanjian Pinjaman Bibit No.Resa/KTR/01/2005

(PTPN VII Unit Usaha Rejosari)

Program Kemitraan Pinjaman Bibit kelapa sawit di PTPN VII dilaksanakan sejak tahun 1996

dengan tujuan untuk menjaga pasokan bahan baku TBS, serta turut serta dalam memberdayakan

masyarakat di sekitar unit usaha Rejosari. Hal ini juga untuk menjamin kualitas atau standar TBS

yang bersumber dari KUB. Mekanisme SCM sangat kompleks dan bervariasi, misalnya untuk

mengetahui apakah TBS yang di gunakan PTPN VII Unit Usaha Rejosari telah memenuhi

standar ataupun kualifikasi lain yang ditentukan. Berikut adalah daftar nama Kelompok Usaha

Bersama (KUB) yang dikembangkan unit usaha Rejosari yang terdaftar sejak tahun 1996 hingga

(8)

Tabel 1.

Komposisi Areal dan Bibit Kemitraan Unit Usaha Rejosari

No. Nama KUB

Total Hektar (HA)

Tahun 1996-2006 Total Bibit Tahun 1996-2006

1 Sido Makmur. B 54 7.210

2 Sumber Harapan 158,19 21359

3 Sido Makmur. A 56,35 7606

4 Sawit Makmur 69 9233

5 Sari makmur 14,8 2000

6 Agro Megah Buana 42 5665

7 Sinar Harapan 137 18268

8 Sari Rejeki 75,43 10209

9 wahara Makmur 370,44 49319

10 Angan Saka 52 6282

11 Sejahtera 38 5879

12 KUD Laras 54 7170

13 Seumber Rejo 36,3 4901

14 Gedung Wani 318,33 42961

15 Guna Jaya 64,94 8768

16 Harapan Jaya 132,19 17817

17 Tunas mekar 67 9045

18 Rahayu 129,03 16114

19 Drs. Hasyim Abdullah 23,5 3177

20 Sri Lestari III 31 4170

21 Wukir Sari III 39 5224

22 Mayang Harapan 66 8860

23 Suka Tani 24 3250

24 Marihat 144 19385

25 Tunas Harapan 91 12233

26 Tani Mukti 57 7620

(9)

28 Bangun Jaya 18 2430

29 Tunas Mandiri 10 1350

30 Gayub Rukun 7 950

Sumber : PTPN VII Unit Usaha Rejosari

Berdasarkan hasil identifikasi pra riset yang dilakukan peneliti, diketahui bahwa dari 30 KUB

(pada tabel.1), tercatat di Tahun 2012 hanya sekitar 10 KUB yang masih bertahan, dan aktif

dalam memasok TBS. Berikut ini daftar nama KUB yang aktif menjadi pemasok di PTPN VII

Unit Usaha Rejosari:

Tabel 8.

Daftar Mitra KUB Pemasok TBS PTPN VII Unit Usaha Rejosari Periode Januari s/d

Agustus Tahun 2012

No.

Nama KUB

Desa/ Kecamatan

1.

Sumber Harapan

Rejo Agung/Tegineneng

2.

Sari Rezeki

Relung Helok/Natar

3.

Sido Makmur B

Haduyang/Natar

4.

Gedong Wani

Gedong Wani/Jati Agung

5.

Wukir Sari

Lumber Rejo/Negri Katon

6.

Jati Agung

Margo Agung/Jati Agung

7.

Wahana Makmur

Trans Tanjungan/Ketibung

8.

Sido Makmur A

Rawo Rejo/Gedong Tataan

9.

Argo Megah Buana

Way Penat/L. Maringgal

10.

Hasym Abdullah

Tanjung Rejo/Negri Katon

Sumber : PTPN VII Unit Usaha Rejosari (Data diolah oleh Peneliti)

Adanya isu seputar CSR dalam SCM yang banyak dialami perusahaan seperti UNILEVER, dan

(10)

macet dalam Program Pinjaman Bibit Kelapa Sawit di PTPN VII Unit Usaha Rejosari, dan

banyaknya KUB yang tidak menjalankan kewajibanya dalam memasok TBS kepada perusahaan.

Pada akhirnya mengantarkan peneliti untuk lebih melakukan eksplorasi pada aplikasi dari

integrasi antara CSR dalam SCM pada TBS yang menjadi bahan baku di PTPN VII Unit Usaha

Rejosari.

Penelitian mengenai Integrasi antara CSR dalam SCM masih sangat jarang dilakukan di

Indonesia dan dari masalah tersebut peneliti mencoba untuk mengidentifikasi integrasi antara

CSR dalam SCM terhadap keberlanjutan bisnis perusahaan. Khususnya yang diterapkan PTPN

VII Unit Usaha Rejosari. Selanjutnya penelitian ini akan mengambil judul:

“Analisis Integrasi

Corporate Social Responsibility

(CSR) dalam

Supply Chain Menagement

(SCM) Terhadap Keberlanjutan Bisnis

Perusahaan“

(Studi pada PT Perkebunan Nusantara

VII (Persero) Unit Usaha Rejosari Natar Lampung Selatan).

B. Rumusan Masalah :

1. Bagaimana integrasi antara CSR dalam SCM di PTPN VII Unit Usaha Rejosari dalam

menciptakan keberlanjutan bisnis perusahaan?

2. Bagaimana manfaat dari integrasi antara CSR dan SCM yang di bangun oleh PTPN

VII Unit Usaha Rejosari dalam upaya menciptakan bisnis yang berkelanjutan?

C. Tujuan penelitian

1.

Untuk mengidentifikasi integrasi antara CSR dalam SCM di PTPN VII Unit Usaha

(11)

2. Untuk mengidentifikasi manfaat dari integrasi antara CSR dan SCM yang di bangun

oleh PTPN VII Unit Usaha Rejosari dalam upaya menciptakan keberlanjutan bisnis

perusahaan.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan

Penelitian ini merupakan proses analisa terhadap integrasi antara CSR dalam SCM di

PTPN VII Unit Usaha Rejosari. Penelitian ini bertujuan untuk dapat memberikan

informasi yang sesuai dengan kondisi perusahaan dan mitra binaan di PTPN VII Unit

Usaha Rejosari. Mengingat bahwasanya kebijakan CSR saat ini sangat menjadi

pertimbangan bagi konsumen dalam menentukan produk dan bagi pemangku kepentingan

dalam menentukan kebijakan berkaitan dengan perusahaan melalui program dan

kebijakan-kebijakan yang memberi manfaat positif bagi pembangunan dan juga

keberlanjutan bisnis perusahaan.

2. Bagi Masyarakat dan KUB

Dari hasil penelitian, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi atau masukan

bagi masyarakat dan KUB dalam menyelesaikan persoalaan yang berkaitan dengan

program CSR yang dilakukan perusahaan serta praktek integrasi antara CSR dalam SCM

di PTPN VII Unit Usaha Rejosari.

(12)

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi atau kajian

bagi penelitian-penelitian berikutnya untuk memperoleh kajian yang lebih baik dan

bermanfaat.

4. Bagi Pemerintah

Diharapkan agar penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan referensi dan masukan

(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TeoriStakeholder

1. LegitimasiStakeholder

Hadi (2011) dalam Ardianto dan Machfudz (2011) mendefinisikan bahwa:

Legitimasi masyarakat merupakan faktor strategis bagi perusahaan dalam rangka mengembangkan perusahaan ke depan. Hal itu dapat di jadikan sebagai wahana untuk mengonstruksi strategi perusahaan, terutama terkait dengan upaya memosisikan diri di tengah lingkungan masyarakat yang semakin maju.

Hadi (2011) dalam Ardianto dan Machfudz (2011) juga mengungkapkan bahwa :

Legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau di cari perusahaan dari masyarakat. Dengan demikian, legitimasi merupakan manfaat atau sumber daya potensial bagi perusahaan untuk bertahan hidup (going concern).

Menurut Pattren, dalam Ardianto dan Machfudz (2011) Upaya yang perlu dilakukan perusahaan dalam rangka mengelola legitimasi agar efektif ada 3 cara yaitu:

1. Melakukan identifikasi dan komunikasi atau dilalog dengan publik

2. Melakukan komunikasi atau dialog tentang masalah nilai sosial kemasyarakatan dan lingkungan, serta membangun persepsi tentang perusahaan.

3. Melakukan strategi legitimasi dan pengungkapkan terkait dengan CSR.

2. Teori Pemangku Kepentingan(Stakeholders Theory)

(14)

1. Perusahaan memiliki hubungan dengan banyak kelompok-kelompok konsistuen (stakeholder) yang memengaruhi dan dipengaruhi oleh keputusan perusahaan,

2. Teori ini ditekankan pada sifat alami hubungan dalam proses dan keluaran bagi perusahaan danstakeholder-nya,

3. Kepentingan semua legitimasi stakeholder memiliki nilai secara hakiki, dan tidak membentuk kepentingan yang didominasi satu sama lain,

4. Teori ini memokuskan pada pengambilan keputusan manajerial.

Menurut Adam (Hadi, 2011 dalam Ardianto dan Machfudz, 2011) Berdasarkan asumsi

stakeholder theory:

Perusahaan tidak dapat melepaskan diri dari lingkungan sosial. Perusahaan perlu menjaga legitimasistakeholderserta mendudukannya dalam kerangka kebijakan dan pengambilan keputusan, sehingga dapat mendukung pencapaian tujuan perusahaan, yaitu stabilitas usaha dan jaminangoing concern.

Freeman, (1984) dalam Philips dan Margolis, (1999) mendefenisikan:

Stakeholdersebagai kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan tertentu. Kewajiban moral yang dibuat berdasarkan tindakan yang diambil (dalam hal ini penerimaan manfaat yang sifatnya sukarela) dari berbagai pihak.

Philips (1999) mengatakan, Stakeholders adalah para pemilik perusahaan, pemilik modal atau pemilik asset, masyarakat, pemerintah, juga karyawan. Overseas Development Administration/ODA, (1995) mendefinisikan bahwa, kekuatan stakeholder, posisi penting, dan pengaruh stakeholder terhadap suatu isu stakeholder dapat diketegorikan kedalam beberapa kelompok yaitu :

1. StakeholderUtama (primer)

(15)

a. Masyarakat dan tokoh masyarakat : Masyarakat yang terkait dengan proyek, yakni masyarakat yang diidentifkasi akan memperoleh manfaat dan yang akan terkena dampak (kehilangan tanah dan kemungkinan kehilangan mata pencaharian) dari proyek ini. Tokoh masyarakat : Anggota masyarakat yang oleh masyarakat ditokohkan di wilayah itu sekaligus dianggap dapat mewakili aspirasi masyarakat

b. Pihak Manajer publik : lembaga/badan publik yang bertanggung jawab dalam pengambilan dan implementasi suatu keputusan.

2. StakeholderPendukung (sekunder)

Stakeholder pendukung (sekunder) adalah stakeholder yang tidak memiliki kaitan kepentingan secara langsung terhadap suatu kebijakan, program, dan proyek, tetapi memiliki kepedulian (concern) dan keprihatinan sehingga mereka turut bersuara dan berpengaruh terhadap sikap masyarakat dan keputusan legal pemerintah.

a. Lembaga (Aparat) pemerintah dalam suatu wilayah tetapi tidak memiliki tanggung jawab langsung.

b. Lembaga pemerintah yang terkait dengan isu tetapi tidak memiliki kewenangan secara langsung dalam pengambilan keputusan.

c. Lembaga swadaya Masyarakat (LSM) setempat : LSM yang bergerak dibidang yang bersesuai dengan rencana, manfaat, dampak yang muncul yang memiliki

“concern” (termasuk organisasi massa yang terkait).

d. Perguruan Tinggi: Kelompok akademisi ini memiliki pengaruh penting dalam pengambilan keputusan pemerintah.

e. Pengusaha (Badan usaha) yang terkait.

3. StakeholderKunci

Stakeholder kunci merupakan stakeholder yang memiliki kewenangan secara legal dalam hal pengambilan keputusan.Stakeholderkunci yang dimaksud adalah unsur eksekutif sesuai levelnya, legisltif, dan instansi. Istilah stakeholders sudah sangat populer. Kata ini telah dipakai oleh banyak pihak dan hubungannnya dengan berbagi ilmu atau konteks, misalnya manajemen bisnis, ilmu komunikasi, pengelolaan sumberdaya alam, sosiologi, dan lain-lain. Lembaga-lembaga publik telah menggunakan secara luas istilah stakeholder ini ke dalam proses-proses pengambilan dan implementasi keputusan. Secara sederhana, stakeholder

sering dinyatakan sebagai para pihak, lintas pelaku, atau pihak-pihak yang terkait dengan suatu isu atau suatu rencana.

(16)

Pengakuan terhadap adanya berbagai stakeholders diluar pemegang saham

(Shareholders)yang dapat memengaruhi efektifitas pencapaian tujuan perusahaan telah mengubah dimensi tanggung jawab sosial perusahaan, dari tanggung jawab ekonomi semata-mata dalam bentuk maksimasi laba untuk kemakmuran para pemegang saham menjadi tanggung jawab kepada sejumlahstakeholdersyang lebih luas.

Stakeholder memiliki peran dan fungsi penting bagi perusahaan, stakeholder mencakup seluruh bagian perusahaan baik dilingkup interrnal maupun lingkup eksternal perusahaan. Hal ini ditandai dengan tujuan dan misi perusahaan yang selalu berkaitan dengan upaya pengintegrasian antara tujuan dan misi perusahaan dengan kondisi dan peran serta fungsi stakeholder bagi perusahaan. Diketahui bahwa stakeholder (masyarakat, aparat pemerintahan, akademisi dan mitra bisnis) memiliki keterkaitan dan peran yang jelas dalam mendukung perusahaan, baik dari segi struktural hingga aplikasi dari setiap kebijakan dan proses bisnis perusahaan yang dituntut untuk tetap memperhatikan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi secara simultan.

B. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan(Corporate social Responsibility)

Menurut Dwipayana (dalam Ardianto dan Machfudz, 2011) :

CSR perusahaan mengacu pada konsep triple battom line, yaitu keseimbangan dalam menjaga kelestarian lingkungn sekitar wilayah oprasi (aspek lingkungan), memberi manfaat kepada masyarakat (aspek sosial), dan perusahaan mendapatkan nilai untuk menjaga kelangsungan oprasnya (aspek ekonomi). Dalam menerapkan CSR, perusahaan selalu mengendalikan biaya, mencari trobosan-trobosan dengan biaya relatif ringan namun hasilnya bisa langsung menyasar pada kebutuhan masyarakat dan tentu ada kaitannya dengan kegiatan usahanya.

Widjaja & Pratama (2008) mendefinisikan CSR sebagai berikut:

CSR adalah sebuah komitmen bersama dari seluruh Stakeholder perusahaan yang dinyatakan baik dalam Code of Conduct, code of Etichs, Corporate Policy maupun

(17)

berlaku untuk memenuhi harapan publik. Hal tersebut menunjukan bahwa kondisi perekonomian perusahaan juga Oprasional perusahaan harus diperhitungkan secara mendalam sehingga produksi dan distribusi dapat meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi secara berkelanjutan.

Sikapstakeholderdalam menilai tanggung jawab sosial perusahaan kini tak lagi hanya sebatas pada bisnis dan profit namun juga tujuan-tujuan sosial yang dimiliki perusahaan (Carroll Dan Buchholtz, 2000). CSR berpusat pada gagasan bahwa korporasi dapat diadakan secara sosial dan etis dengan pantauan dari Stakeholder seperti pelanggan, karyawan, pemerintah, masyarakat, LSM, investor, pemasok, serikat kerja, regulator, dan media. Penelitian CSR telah berkembang selama 50 tahun terakhir (Carroll, 1999).

Dari perspektif rantai pasokan (SCM), Carter dan Jennings (2004) menunjukkan bahwa CSR tidak hanya identik dengan etika bisnis tetapi juga mencakup dimensi filantropi, masyarakat, keragaman di tempat kerja, keamanan, hak asasi manusia, dan lingkungan. Perusahaan mengejar CSR untuk berbagai alasan. Berdasarkan nilai-nilai organisasi, beberapa pemimpin bisnis telah memeluk konsep dan berusaha untuk memberikan kepemimpinan di daerah tersebut, motivasi CSR juga dapat mencakup pemasaran, publisitas, dan inovasi (Maignan et al., 2002, dalam Maloni dan Brown, 2006). Pengertian tanggung jawab sosial mengartikan bahwa para pelaku bisnis perlu mengaplikasikan kebijakan dari suatu sistem ekonomi, karena hal itu berkaitan dengan harapan banyak pihak (Maloni dan Brown, 2006).

Maloni dan Brown (2006) mengemukakan bahwa:

Adanya tekanan terhadap perusahaan global yang muncul dari para stakeholder baik internal maupun eksternal seperti pelanggan, karyawan, serikat pekerja, pemegang saham, mitra bisnis, pemerintah, LSM dan media, yang menunjukkan keprihatinan mereka atas kondisi lingkungan dan sosial disekitar perusahaan atau tempat produksi perusahaan, khususnya yang berada di negara berkembang.

(18)

Menurut maloni dan Brown (2006) Perusahaan tidak mampu untuk menutupi praktik tidak etis yang dilakukan pemasok mereka:

Hal ini disebabkan mudahnya akses informasi yang menembus batas-batas negara dan budaya yang secara terbuka telah membuka informasi tentang praktek-praktek yang tidak bertanggung jawab yang dilakukan perusahaan global, seperti pelanggaran hak azasi manusia, pekerja anak, keamanan pekerja, masalah ras, diskriminasi gender, dan masalah lainnya. Masalah terkenal yang bersumber dari media antara lain adalahNike, Gap, H & M, Wal-Mart,danMattel.

CSR disimpulkan sebagai mekanisme kebijakan pendeketan sosial yang memberi dukungan terhadap perusahaan, untuk dapat bertahan dalam kondisi yang syarat dengan kemajuan teknologi. Perusahaan juga diharapkan untuk tidak melakukan eksplorasi yang berlebihan terhadap alam, lingkungan sosial, dan juga Sumber Daya Manusia (SDM). Perusahaan diharapkan mampu tumbuh dan berkembang dengan turut serta perduli dan memberi manfaat yang baik kepadastakeholder, untuk memperoleh dukungan yang baik daristakeholderterhadap kebijakan dan bisnsi perusahaan.

C. Menajemen Rantai Pasokan (Supply Chain Management)

Anatan dan Elitan (2008) mendefinisikan SCM sebagai berikut:

Manajemen SCM merupakan strategi alternatif yang memberikan solusi dalam menghadapi ketidakpastian lingkungan untuk mencapai keunggulan kompetitif melalui pengurangan biaya oprasional dan perbaikan pelayanan konsumen dan kepuasan konsumen. SCM menawarkan suatu mekanisme yang mengatur proses bisnis, meningkatkan produktivitas, dan mengurangi biaya oprasional perusahaan

(19)

membangun jaringan yang terkordinasi dalam penyediaan barang maupun jasa bagi konsumen

secara efisien (D’Amours et al., 1999 dalam Anatan dan Elitan, 2008). Salah satu hal terpenting

dalam SCM adalah saling berbagi informasi merupakan keseluruhan elemen dalam rantai pasokan yang perlu diintegrasikan (Chen et al., 2004 dalam Anatan dan Elitan, 2008).

Tabel 3. Area Cakupan SCM.

Bagian Cakupan Kegiatan

Pengembagan produk Melakukan riset pasar, merancang produk baru, melibatkan pemasok dalam perancangan produk baru

Pengadaan Memilih pemasok, mengevaluasi kinerja pemasok, melakukan pembelian bahan baku dan komponen, memonitor resiko pemasok, membina dan memelihara hubungan dengan pemasok. Perencanaan&

Pengendalian

Perencanaan permintaan, peramalan permintaan, perencanaan kapasitas, perencanaan produksi dan persediaan.

Oprasi dan Produksi Eksekusi produksi dan pengendalian kualitas

Pengiriman/Distribusi Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan, pengiriman, mencari dan memelihara hubungan dengan perusahaan, jasa pengiriman, memonitor tingkat pelayanan pada tiap pusat distribusi.

Sumber : Pujawan (2005), dalam Anatan dan Elitan (2008).

Ho et Al., (2002) dalam Schwartz dan Tapper (2008) mengemukakan bahwa:

SCM dapat digambarkan sebagai suatu filsafat manajemen inti yang berasal dari supplier awal bahan baku hingga pada tengkulak, dan berapa di tangan produsen untuk menyediakan produk, jasa, dan informasi yang menambahkan nilai untuk pelanggan dan

Stakeholdersdengan cara menggabungkan tiap bagian yang berperan dalamsupply chain

(20)

Schwartz dan Tapper (2008) juga mendefinisikan SCM sebagai:

Proses dimana seorang produsen atau pembeli bekerja dengan para penyalur mereka untuk memastikan bahwa produk dan jasa diperoleh dalam cara-cara yang memenuhi permintaan konsumen. Diantaranya meliputi desain produk, perencanaan, operasi produksi, logistik, distribusi, seperti halnya pembayaran dan prosedur susuai kontrak. Hal tersebut lebih dulu dipusatkan pada tujuan untuk mencapai hasil dan kualitas yang baik, kemudian untuk meretas isu lingkungan dalam rangka meningkatkan efisiensi dan mengurangi barang sisa, sebagai bagian dari implementasi yang bersandar pada sistem produksi, dalam rangka mengendalikan biaya produksi. Hal tersebut telah mendorong pengembangan SSCM (sustainability supply chain menagement) sebagai aplikasi yang lebih kompleks dalam praktek perusahaan.

Menurut schwart dan Tapper (2008) untuk mempertahankan rantai suplai (Supply Chain)

perusahaan maka perusahan perlu memperhatikan beberapa hal yaitu:

keberlanjutan Supply Chain dalam jangka panajang. SSCM sebagai proses dalam mempertahankan Supply Chain, perusahaan perlu mempertimbangkan lingkungan, dampak bisnis secara luas baik dalam aspek sosial dan ekonomi. Dalam prosesnya hal ini berhubungan dengan pengembangan kebijakan dan juga aplikasi kebijakan tersebut. Hal ini secara positif akan berperan untuk mempertahankan suplier atau penyalur, dan mampu meningkatkan mutu produk dan jasa yang ditawarkan. Namun hal ini tidak berlaku secara langsung, karena proses SCM merupakan proses yang kompleks dan berbeda ditiap perusahaan, antara lain karena lokasi perusahaan, distribusi, proses produksi, dan fasilitas yang ada.

SCM merupakan proses distribusi yang kompleks yang pada tahap ini SCM di integrasikan dengan CSR dalam menciptakan kebijakan yang harapannya dapat memberi kontribusi yang lebih efektif untuk lingkungan internal maupun eksternal perusahaan. SCM adalah sebuah proses di mana produk diciptakan dan disampaikan kepada konsumen dari sudut struktural.

Gambar 1.

(21)

Sumber :A Typical Supply Chain (Davis, 1993)

Gambar 1. menunjukan bahwa Supply Chain adalah jaringan yang sederhana dalam proses penghubungan material dengan karakteristik yang mengikutinya : persediaan (Supply),

perubahan bentuk(Transformation),dan permintaan (Demand). Model ini menunjukan banyak tingkatan, rantai produksi memerlukan Material itu kemudian dirubah dalam beberapa cara guna menambahkan nilai, untuk menghasilkan suatu persediaan barang jadi.

SCM dapat disimpulkan sebagai mekanisme alur penambahan nilai terhadap seuatu produk melalui rangkaian prosedur yang dijalankan perusahaan bersama pemasok. Mekanisme SCM dilaksanakan dalam bentuk yang sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan manfaat yang diperoleh perusahaan dalam menjaga bahan baku dan keefektifan perusahaan dalam menjaga dan mengaplikasikan proses SCM, untuk menghindari adanya isu negatif berkaitan dengan proses SCM diperusahaan.

D. Hubungan antara CSR dan SCM

(22)

CSR adalah suatu konsep lebih luas dan bukan sekedar integrasi CSR ke dalam SCM saja, tetapi lebih kepada pertanggung jawaban perusahaan kepada stakeholder dan lingkungan secara luas. Integrasi antara CSR dalam SCM secara global muncul dan berkembang karena sifat hubungan bisnis yang berubah dari perusahaan barang manufaktur dan didukung dengan kondisi lingkungan yang mengalami masa peralihan yang kompleks baik dari aspek teknologi, kebutuhan masyarakat, hingga ketersediaan maupun kekurangan persediaan sumber daya alam mengarahkan perusahaan utuk bisa terlibat dalamSupply Chaindan sudut pandangstakeholder dalam menilai produk.

SCM Sebuah perusahaan yang dapat secara umum didefinisikan sebagai rangkaian proses perusahaan, termasuk dukungan, pelanggan, dan penyedia logistik yang bekerja sama untuk memberikan paket nilai barang dan jasa kepada pelanggan akhir (Simchi-Levi et al, 2002 dalam Maloni dan Brown, 2006). Poist (1989) dalam Maloni dan Brown (2006) memberikan pertimbangan awal dari CSR dalam SCM, dan menyarankan pendekatan tanggung jawab total yang menambahkan masalah sosial untuk mengendalikan ekonomi dariSupply Chain:

Diluar pertimbangan etis, kritik yang datang dari konsumen terhadap aplikasi CSR mereka dirasa dapat sangat merugikan atau menghambat Profitabilitasperusahaan dan strategi penguatan pasar, dengan melakukan integrasi antara SCM perusahaan ke dalam CSR akan meningkatkan kompleksitas pada menajemen CSR perusahaan. Dan akan lebih bijaksana jika perusahaan mengantisipasi dan melakukan integrasi antara SCM dan CSR ke dalam operasional perusahaan sehari-hari. SCM perusahaan yang terintegrasi akan meningkatkan keseluruhan nilai yang dihasilkan oleh Supply Chain tersebut sebagai sekumpulan aktifitas (dalam bentuk entitas/fasilitas) yang terlibat dalam proses transformasi dan distribusi barang mulai dari bahan baku paling awal dari alam sampai produk jadi pada konsumen akhir.

Carter dan jenings (2004) mengemukakan bahwa:

Supply chainjuga banyak diasosiasikan dengan suatu jaringan Value Adding activities. Penting untuk dicatat bahwa dalamSupply Chainterdapat tiga macam aliran utama, yaitu aliran produk, uang dan informasi. Pengelolaan dan sinkronisasi ketiga aliran inilah yang menjadi ruh dan jiwa dari SCM.

Hubungan antara CSR dengan SCM dapat disimpulkan sebagai hubungan yang diaplikasikan dengan tujuan dalam menanggapi adanya isu yang berkembang pada mekanisme CSR dan SCM

(23)

diperusahaan. Tanggapan yang dilakukan perusahaan dimaknai sebagai proses penambahan nilai bagi kedua proses yang diaplikasikan perusahaan.

E. IntegrasiCSRdanSCM

CSR dalam aplikasi SCM dipandang mampu menerapkan etika bisnis yang lebih terintegrasi dalam mengatasi isu-isu seperti kesejahteraan hewan, perdagangan yang adil, bioteknologi, kesehatan, distribusi, metode pertanian, standar kesehatan, keselamatan, lingkungan, dan tenaga kerja (Carter dan Jennings, 2004). Penelitian CSR dalam aplikasi SCM pada perusahaan memberi dasar dimana perusahaan dapat memperoleh kesadaran langsung dari masalah SCM dan CSR ditingkat global. yang didasari beberapa panduan Internasional Standarisasi Organisasi (ISO) (2005a, b), yaitu panduan untuk lingkungan (ISO 14000) dan panduan keamanan pangan (ISO 22000). Menurut Maloni dan Brown (2006):

Saat ini telah banyak perusahaan global yang menanggapi adanya tekanan dan harapan dari parastakeholderdengan mendefinisikan, mengembangkan dan menerapkan sistem dan prosedur untuk memastikan bahwa pemasok mereka sesuai dengan standar sosial dan lingkungan, yang diantaranya diaplikasikan oleh integrasi antara CSR dalamsupply chain

perusahaan.

Dalam identifikasi terhadap aplikasi CSR dan SCM perusahaan, Maloni dan Brown (2006) menggunakan 8 Indikator dalam kerangka konsep integrasi antara CSR dalam SCM, antara lain kesejahteraan dan perlindungan hewan, bioteknologi, masyarakat, lingkungan, praktek keuangan, kesehatan dan keselamatan, tenaga kerja, dan pengadaan barang yaitu :

1. Kesejahteraan dan Perlindungan Hewan(Animal welfare indicator)

(24)

peternakan). Zuzworsky (2001) mencatat bahwa praktek-praktek tersebut telah membantu industri mengurangi biaya, namun pendekatan ini telah menyebabkan kesejahteraan dan perlindungan hewan dipertanyakan. Fox (1997) tidak hanya membahas masalah kondisi tempat tinggal hewan ternak yang hidup, sirkulasi udara yang baik dan sinar matahari, interaksi dengan hewan lain, tetapi ia juga menyarankan untuk menyembelih hewan sebelum di proses untuk dikonsumsi.

2. Bioteknologi(Biotechnology Indicator)

Bioteknologi didefinisikan sebagai penggunaan proses biologi untuk membuat produk yang berguna (Gosling, 1996). Bioteknologi tidak terbatas pada rekombinan DNA (menggabungkan DNA dari organisme yang berbeda), tetapi juga meliputi kultur jaringan (jaringan tumbuh di luar tubuh), kloning, pertumbuhan stimulasi, pengujian genetik (untuk berkembang biak dan tujuan seleksi), dan penggunaan antibiotik (Blayney et al., 1991). Proses tersebut dapat diterapkan untuk tanaman atau hewan. Penelitian menunjukkan bioteknologi memberi manfaat yang besar pada industri makanan, baik dari segi keuntungan yang lebih tinggi, biaya produksi lebih rendah, peningkatan kesehatan hewan, resiko kerugian karena kehilangan bahan pokok (sayuran dan hewan) berkurang, juga tidak begitu memerlukan herbisida dan pestisida yang berlebihan (Gosling, 1996). Bioteknologi juga dapat memungkinkan untuk pengujian penyakit serta meningkatkan produksi obat-obatan yang berasal dari tumbuhan dan hewan (Gosling, 1996).

3. Masyarakat/ Komunitas sosial(Comunity Indicator)

Masyarakat dalam CSR merupakan lingkup yang luas dalam memberikan dukungan bagi perusahaan. Pusat Corporate Citizenship (2004) berfokus pada dampak bisnis seperti dukungan terhadap pendidikan nasional, pembangunan ekonomi, pelatihan kerja, pemenuhan hak karyawan, perawatan kesehatan, melek huruf bagi masyarakat, pengembangan seni dan budaya, pendidikan moral anak, dan perumahan. Sebagian besar upaya ini berkisar pada sumbangan keuangan (Maloni dan Brown, 2006). Elemen penting yang belum diterapkan dalam CSR adalah melakukan integrasi dalamsupply chainatau rantai pasokan. Carter dan Jennings (2002b, 2004) menyatakan bahwa masyarakat sebagai elemen penting dari integrasi antara CSR dan SCM melalui penggunaan model persamaan struktural. Salah satu contoh dalam industri makanan adalah Ronald McDonald House, yang menyediakan perumahan bagi anak-anak sakit (Smith, 1994). 4. Lingkungan (environment performance indicator)

(25)

sebagai upaya untuk aplikasi praktek yang bertanggung jawab, baik lingkungan dan juga aspek sosial (Schrage, 2004). McDonald menggabungkan faktor lingkungan ke dalam pedoman pembelian termasuk elemen seperti air dan konservasi energi, polusi udara, limbah dan daur ulang, perlindungan habitat dan penggunaan bahan kimia (McDonald, 2004).

5. Perdagangan yang adil(Fair Trade Indicator)

Praktek keuangan menjadi salah satu bagian dari CSR, dan telah mendapatkan perhatian yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir dengan adanya skandal keuangan perusahaan (Maloni dan Brown, 2006). Standar pelaporan keuangan dalam SCM industri makanan juga menghadapi tantangan dari stakeholders karena adanya keprihatinan terhadap perdagangan yang adil. Premis dari perdagangan yang adil adalah bahwa pengusaha makanan harus memberikan harga yang baik kepada para pemasok yang tujuanya tidak hanya untuk menghindari kemiskinan tetapi juga untuk mempertahankan keberlanjutan bisnis perusahaan (Maloni dan Brown, 2006).

6. Kesehatan dan Keselamatan Konsumen(Human Rights Performance Indicator)

Ketakutan konsumen mendorong kemampuan industri makanan untuk mengidentifikasi masalah awal dalam SCM sebelum produk mencapai tingkat ritel. Gaya hidup sehat dalam SCM kini semakin penting dalam tinjauan CSR Perusahaan dan pemasok menghadapi tekanan untuk mendukung pola makan sehat dengan menu makanan baru serta pe-labelan produk terkini (Standard dan Poor, 2005). Wade, (2001) memperingatkan untuk memastikan bahwa persediaan hasil pertanian di negara berkembang, pertama diarahkan memenuhi pasokan makanan untuk populasi lokal sebelum mendukung kegiatan ekspor.

7. Tenaga Kerja(Labor Practices Performance)

Tenaga Kerja dan hak asasi manusia dalam integrasi antara CSR dalam SCM menarik perhatian konsumen hampir sepuluh tahun yang lalu oleh LSM dengan isu '' kondisi tenaga kerja'' dari produsen pakaian asing yang memasok pengecer terkemuka AS seperti Nike dan Wal-Mart (Emmelhainz dan Adams, 1999). Adanya isu kunci seperti pekerja anak dan kerja paksa, kesehatan dan keselamatan, keluhan, diskriminasi, disiplin, dan kompensasi telah muncul dari program sepertiUN Global Compact(2005). Akuntabilitas Sosial Internasional SA8000 (International Social Accountability, 2005). Tenaga Kerja dan HAM juga menyajikan komplikasi masalah dalam industri makanan, berpotensi mengekspos industrisupply chaindan memunculkan protes yang sama yang dialami oleh industri pakaian (Maloni dan Brown, 2006).

8. Pembelian/ pengadaan barang(Procurement)

(26)

seperti perlakuan pilih kasih dan istimewa terhadap salah satu pihak, suap, dan syarat kontrak yang tidak jelas. Cooper et al (1997) menemukan masalah etika yang terkait dengan proses pengadaan untuk menunjukkan keberpihakan kepada pemasok, sehingga mempengaruhi keputusan membeli, dan kegagalan untuk memberikan tanggapan yang cepat terhadap tanggapan pelanggan. Institute for Supply Management (2005) didefinisikan sebagai standar untuk etika CSR dalam pengadaan barang, unsur membangun seperti penggunaan informasi rahasia, kepemilikan yang tidak jelas, konflik kepentingan, penipuan, pemaksaan, penyalahgunaan kekuasaan, dan perlakuan khusus pada pihak lain. Elemen lainnya termasuk perilaku, kompetensi profesional, mematuhi peraturan hukum, promosi bagi pemasok yang kurang beruntung dan minoritas, dan program tenaga kerja bagi pemasok minoritas.

Gambar 2.

DimensiCSRdalam Rantai Pasokan Makanan

Dimensions ofCSRin the Food Supply chain (Maloni & Brown, 2006)

SCM merupakan mekanisme awal dalam perusahaan untuk memperoleh dan menjaga kualitas dan kuantitas pasokan bahan baku. Integrasi antara CSR dalam SCM disimpulkan sebagai suatu proses yang melatarbelakangi terciptanya keseimbangan antara prosedur CSR dan SCM di suatu perusahaan dengan tujuan untuk menanggapi isu yang berkembang dimasyarakat. Integrasi tersebut diharapkan mampu mengatasi masalah yang berkaitan dengan ketidak adilan yang terjadi dalam mekanisme SCM.

F. Bisnis Berkelanjutan (Business Sustainability)

(27)

Pelaksanaan CSR juga didasari oleh adopsi konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainnable Development) dengan menerapkan alat ukur yang dikenal dengan Tripel Batom Line (TBL), yaitueconomic Growth, social welfare,danenverinmental Protection. Ketiga dimensi ini harus dikelola sedemikian rupa dalam suatu manajemen keberlanjutan. Kondisi keuangan saja tidak cukup dalam menilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan. Keberlanjutan perusahaan hanya akan terjamin bila perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan lingkup hidup. Sudah menjadi fakta bagaimana resistensi masyarakat sekitar muncul kepermukaan terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan lingkungan hidup.

Aplikasi dari CSR sebagai upaya untuk mewujudkan bisnis berkelanjutan yang dituangkan dalam bentuk kepedulian sosial, dengan beberapa dasar yang melahirkan panduan (guedelines) dan standarisasi untuk tanggung jawab sosial yang diberi nama ISO26000, yang merupakan panduan dan bukan pemenuhan terhadap persyaratan (requirements) karena memang tidak digunakan sebagai standar sistem dan sertifikasi. Widjaja dan Pratama, (2008) menyatakan bahwa Guidelines atau pedoman sangat diperlukan dalam pelaksanaan strategi CSR oleh perusahaan. Dibeberapa institusi global telah menetapkan pedoman yang baik sera efektif mengenai apasaja yang berhubungan dengan CSR, selain dari institusi World Business Council For sustainable Compactyang di inasiasi oleh matan sekjen PBB Kofi Anan. KontenUN Global Compactadalah sebagai berikut :

1. Hak Azasi Manusia

a. Mendukung dan menghormati perlindungan HAM. b. Menghindari keterlibatab didalam pelanggaran HAM. 2. Aturan Paerburuhan

c. Mempertahankan kebebasan berserikat dan perjanjian kolektif. d. Penghapusan kerja paksa.

e. Penghapusan kerja untuk anak dibawah umur.

f. Peniadaan diskriminasi dalam penempatan tenaga kerja dan penugasan. 3. Lingkungan

g. Mendukung kehati-hatian dalam penanganan lingkungan. h. Penyebarluasan tanggung jawab lingkungan.

i. Mendorong penggunaan teknologi ramah lingkungan. 4. Anti Korupsi

(28)

Beberapa negara telah menjadikan UN Global Compact ini menjadi suatu kebijakan yang disesuaikan lagi dengan kebijakan negara mereka masing-masing. Sehingga dengan adanya pedoman ini, korporasi, pemerintah dan masyarakat paham mengenai ruang lingkup serta apa yang menjadi substansi CSR itu sendiri (widjaja & Pratama). Sementara itu Urip (2010) menjelaskan bahwa:

Dengan menganalisis perkembangan CSR, didapatkan bahwa terdapat keterbatasan alam dalam mendukung kehidupan manusia sehingga perlu adanya upaya untuk menyadarkan dan membuat manusia peduli tidak hanya terhadap lingkungan hidup tapi juga pada lingkungan sosialnya (Sustainability Communication). Para akuntan di Indonesia telah turut menyadari bahwa pentingnya penyusunansustainability reportkarena di dalamnya terdapat prinsip dan standar pengungkapan yang mampu mencerminkan tingkat aktivitas perusahaan secara menyeluruh dan tentu saja berbeda dengan yang diungkapkan dalam laporan keuangan

Menurut Yustikasari (dalam Ardianto dan Machfudz, 2011):

CSR sebagai sebuah gagasan, di mana perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single battom line yaitu nilai perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi keuangganya (financial saja) tetapi harus selalu berpijak paada triple battom lines, di mana battom linesselainfinancial juga adalah sosial dan lingkungan, karena kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable).

Menurut yustikasari (dalam Ardianto dan Machfudz, 2011) ada empat (4) prinsip dalam menciptakan CSR yang memiliki manfaat berkelanjutan bagi perusahaan yaitu:

1. Prinsip pertama adalah kesinambungan atau sustainability. Ini bukan berarti perusahaan akan terus menerus memberikan bantuan kepada masyarakat. tetapi, program yang dirancang harus memiliki dampak yang berkelanjutan. CSR berbeda dengan donasi bencana alam yang bersifat ad hoc atau aktifitas kedermawanan. 2. Prinsip kedua, CSR merupakan program jangka panjang. Perusahaan harus menyadari

(29)

3. Prinsip ke tiga, harus berdampak positif kepada masyarakat, baik secara ekonomi, lingkungan, maupun sosial. Perusahaan yang melakukan CSR haruslah peduli dan mempertimbangkan sampai pada akibatnya.

4. Prinsip ke empat, dana yang diambil untuk CSR tidak dimasukan kedalam cost structureperusahaan sebagaimanabudgetuntuk marketing, tetapi pada akhirnya akan ditransformasikan pada harga jual produk. CSR yang benar tidak akan membebani konsumen. Akan tetapi dananya dapat diambil dari keuntungan atau dana investasi.

Menurut yustikasari (dalam Ardianto dan Machfudz, 2011), berdasarkan standar dari bank dunia, maka CSr meliputi beberapa komponen utama, yaitu:

1. Perlindungan lingkungan 2. Jaminan kerja

3. Hak Asazi Manusia

4. Interaksi dan keterlibatan perusahaan dengan masyarakat 5. Standar usaha

6. Pasar

7. Pengembangan ekonomi dan badan usaha 8. Perlindungan kesehatan

9. Kepemimpinan dan pensisikan 10. Bantuan bencana kemanusiaan.

(30)

G. Penelitian Terdahulu

Tabel 4. Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti Keterangan Penelitian 1. Anderson,

(2009)

Judul penelitian:CSR in global supply chain

(31)

dalam mengadopsi kode etik perilaku perusahaan.IKEA merupakan contoh kasus perintis mengenaiCSRdi Skandinavia, dan memiliki keterkaitan dengan isu-isu lingkungan dan sosial.

Wawancara pribadi dilakukan dengan karyawan di perusahaan. Penelitian ini melihat adanya peningkatan minat dalam mengelola

CSRmelaluisupply chainsecara proaktif 2. Maloni dan

Brown, (2006)

Judul :Corporate Social Responsibility in the Supply Chain: An Application in the Food Industry.

Maloni dan Brown meneliti integrasi antaraCSRdansupply chain

pada industri perusahaan makanan di AS yang memilikiSupply

chain Managementyang kompleks dan memiliki banyak isu seputarCSR. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan tahap

pengumpulan data dan intervew. Menghasilkan literatur akademik

dan praktisi yang relevan untuk mengembangkan kerangka kerja

supply chain kedalamCSRpada industri makanan.

3. Wulandari (2006)

Judul : Pengaruh Program Kemitraan Terhadap Produktifitas

UMKM (Studi pada UMKM sektor industri binaan kemitraan PTPN VII (Persero) di Bandar Lampung (2005).

Wulandari meneliti tentang pengaruh yang muncul antara program kemitraan yang di upayakan PTPN VII dalam Program Kemitraan

Dan Bina Lingkungan (PKBL) terhadap produktivitas para pelaku

UMKM dalam menjalankan usahanya, dan dari penelitian tersebut di ketahui bahwa ada pengaruh positif yang signifikan antara

program kemitraan terhadap produktifitas UMKM, pemasaran. Dan

tidak ada pengaruh dan tidak signifikan antara lingkungan internal perusahaan, teknologi, dan SDM terhadap produktifitas UMKM.

Sumber : Maloni dan Brown (2006), Anderson (2008), Wulandari (2006) (Data di olah oleh peneliti)

(32)

produktifitas UMKM. Kemudian ketiga penelitian tersebut peneliti jadikan salah satu rujukan dalam melakukan penelitian baru.

Pada penelitian ini peneliti berupaya melakukan analisa terhadap integrasi antara CSR dalam SCM pada salah satu perusahaan di Indonesia (PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Rejosari). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa bagaimana integrasi antara CSR dalam SCM perusahaan di Indonesia, untuk melihat manfaat dari integrasi tersebut, dan melihat adakah perbedaan antara integrasi CSR dalam SCM yang dilakukan pada penelitian sebelumnya.

H. Kerangka Berpikir

Bagi perusahaan, CSR merupakan sebuah konsep strategi yang berperan dalam menjaga citra dan peran perusahaan kepadastakeholder. Peran dan efektivitas perusahaan dapat di ukur dengan indikator CSR yang dilakukan perusahaan. Sementara SCM merupakan bagian awal dari proses terciptanya hasil produksi yang baik dan diminati konsumen. CSR dan SCM memiliki peran penting dalam menciptakan manfaat pada perusahaan baik dalam jangka panjang dan jangka pendek.

(33)
[image:33.612.70.433.256.392.2]

menurut Maloni dan Brown (2006) kurang sesuai jika diterapkan tanpa melakukan penyesuaian dan modifikasi dan penelitian ini akan menggunakan tujuh (7) dari delapan (8) indikator yang dianggap sesuai dengan batasan dan fokus penelitian yang telah ditentukan sebelumnya. Penelitian ini dapat dirumuskan melalui suatu kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 3. Kerangka Pikir

Sumber: Modifikasi kerangka dasar dimensi CSR dalam mekanisme SCM menurut Maloni dan Brown (2006)

Pada penelitian ini CSR diposisikan sebagai suatu strategi corporate yang diintegrasikan kedalam proses SCM perusahaan dengan tujuan untuk menciptakan bisnis yang berkelanjutan, baik dalam memberdayakan masyarakat dan mempertahankan pasokan bahan baku, guna membangun efektifitas perusahaan dalam mengaplikasikan program CSR perusahaan. Dengan tujuan untuk memperkuat citra baik perusahaan kepadastakeholderdan mendukung terciptanya bisnis yang berkesinambungan dalam jangka panjang.

C S R :

1. Perlindungan hewan(Animal walfare)

2. Bioteknologi(Biotechnology) 3. Kesehatan dan keselamatan

(Health and safety) 4. Lingkungan(Environment) 5. Masyarakat(Community) 6. Pengadaan barang

(Procurement)

7. Perdagangan yang adil(Fair trade)

Bisnis Berkelanjutan

(Business Sustainabilitiy)

Menajemen Rantai Pasokan

(34)
(35)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini merupakan tipe penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif masalah yang dibawa oleh peneliti masih remang-remang, bahkan gelap, kompleks dan dinamis. Oleh karena itu, masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara, tentatif dan akan berkembang atau berganti setelah peneliti berada di lapangan (Sugiyono, 2009 dalam Ciptaningtiyas, 2011). Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Dengan tahapan pengumpulan data sekunder dan primer, observasi, dan wawancara. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku persepsi, motivasi, tindakan, dan lainnya.

Dengan deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Ini bertujuan untuk memahami fenomena sosial melalui gambaran holistik dan memperbanyak pemahaman mendalam mengenai objek yang diteliti (Moleong , 2007). Pada penelitian ini peneliti ingin melakukan analisa terhadap aplikasi CSR dalam SCM perusahaan (studi pada PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Rejosari), untuk kemudian mendeskripsikanya secara tertulis.

(36)

Dari latar belakang yang telah dikemukakakan peneliti. Selanjutnya peneliti menentukan batasan masalah yang berkaitan dengan integrasi antara CSR dalam SCM di PTPN VII Unit Usaha Rejosari, yang merupakan perusahaan BUMN dan turut serta mengaplikasikan program CSR/PKBL di Provinsi Lampung, yaitu:

1. Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL) di PTPN VII Unit Usaha Rejosari.

2. Integrasi CSR dalam SCM pada Program Kemitraan Pinjaman Bibit Kelapa Sawit kepada KUB binaan di PTPN VII Unit Usaha Rejosari.

3. Permasalahan kredit macet dalam pembayaran cicilan hutang pada Program Pinjaman Bibit Kelapa Sawit.

4. Dari 30 KUB yang terdaftar sejak tahun 1996-2006, diperkirakan hanya 10 KUB yang masih aktif menjadi pemasok di PTPN VII Unit Usaha Rejosari.

C. Fokus Penelitian

Pada dasarnya dalam penelitian kualitatif fokus adalah masalah, menurut Moleong, (2000) dalam Seviliana, (2006) penentuan fokus penelitian memiliki dua tujuan, yaitu:

Pertama, penetapan fokus membatasi studi, yang berarti bahwa dengan adanya fokus, penentuan tempat penelitian menjadi lebih layak. Kedua, penentuan fokus secara efektif menetapkan kriteria inklusi-eksklusi atau memasukan-mengeluarkan informasi yang diperoleh dilapangan untuk menyaring informasi yang masuk.

(37)

1. Program CSR dan Program Integrasi Antara CSR dalam SCM di PTPN VII Unit Usaha Rejosari.

2. 7 (tujuh) dari 8 (delapan) indikator kerangka dasar integrasi antara CSR dalam SCM Maloni dan Brown (2006) yang peneliti jadikan acuan dalam penelitian, yaitu: - Animal walefere, perlindungan dan kesejahteraan hewan sebagai bagian dari proses

produksi perusahaan.

- Biotechnology,bioteknologi yang merupakan penggunaan proses ilmiah dan alamiah untuk menghasilkan/menangani tumbuhan maupun hewan yang digunakan dalam proses produksi produk.

- Community, masyarakat sebagai bagian luar dari perusahaan yang juga berperan dalam mendukung dan melakukan kontrol terhadap perusahaan.

- Environment, lingkungan/kondisi alam merupakan bagian penting yang harus diperhatikan, karena akan memiliki dampak dan pengaruh yang besar bagi perusahaan maupunstakeholder.

- Fair trade, perdagangan yang adil, merupakan salah satu indikator yang berperan dalam mengkondisikan bisnis perusahaan. perusahaan harus mendukung pemasok dalam menentukan harga bahan baku, hal ini berguna untuk mempertahankan bisnis yang berkelanjutan (Maloni dan Brown, 2006).

- Health and safety, kesehatan dan keselamatan konsumen merupakan bagian yang penting dalam proses produksi. dan hal ini yang juga memiliki peran dalam menentukan nasib perusahaan dalam jangka panjang.

- Procurement, pembelian atau pengadaan barang. Proses hulu/awal perusahaan dalam memperoleh bahan baku kini rentan menjadi sorotan publik (stakeholders) terlebih karena adanya isu seputar suap dan kontrak yang tidak jelas yang dialami supplier bahan baku oleh perusahaan.

3. Manfaat dari Program CSR, dan manfaat dari program integrasi antara CSR dalam SCM perusahaan.

- Terkait dengan manfaat dari program CSR yang perusahaan lakukan,

- Terkait dengan manfaat dari program CSR dalam SCM yang dilakukan perusahaan.

D. Lokasi Penelitian

(38)

Dengan jalan mempertimbangkan teori subtantif dan menjajaki lapangan untuk mencari kesesuaian dengan kenyataan yang ada di lapangan, sementara itu keterbatasan geografis dan praktis, seperti waktu, biaya dan tenaga perlu juga dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian.

Lokasi penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Rejosari, yang merupakan perusahaan Badan usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dibidang perkebunan daan pengolahan hasil kebun kelapa sawit TBS yang diolah menjadi bahan baku minyak mentah (CPO).

E. Teknik Penentuan Informan

Menurut iskandar (2005) dalam Yuniarti (2009) informan penelitian merupakan subjek yang memberikan informasi tentang fenomena situasi sosial yang berlaku di lapangan. Informan penelitian merupakan subjek yang memiliki hubungan karakteristik dengan situasi sosial yang diteliti. Pada penelitian ini informan diambil berdasarkan teknik purposive sampling, dansnow ball sampling dimana ukuran banyaknya informan tidak dipersoalkan, akan tetapi informan yang dihubungi juga disesuaikan dengan kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian yang telah ditentukan oleh peneliti sebelumnya.

Informan akan disesuaikan dengan kriteria tertentu yang telah ditetapkan peneliti, yaitu pihak

stakeholderyang memiliki keterkaitan dengan CSR dan SCM perusahaan. Jika data yang berasal dari informan telah terkumpul, maka pengumpulan data melalui informan dihentikan. Menurut Sradley (Iskandar 2009, dalam Yuniarti, 2009) kriteria pemilihan informan diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Sederhana, hanya terdapat pada satu situasi sosial tunggal. 2. Mudah memasukinya, dan

(39)

Dalam fokus penelitian ini peneliti terlebih dahulu membagi informan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu informan utama dan informan pendukung:

1. Informan utama: Pihak perusahaan terkait bagian SDM, CSR/Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan, bagian perkebunan, sortasi, persediaan bahan baku dan lainnya.

2. Informan pendukung : Masyarakat atau Kelompok Usaha Bersama (KUB) binaan, dan informan pendukung lain yang berkaitan dengan penelitian seperti akademisi dan dinas terkait.

Data merupakan keterangan atau suatu bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian (Identifikasi atau kesimpulan). Data dapat berupa data primer yakni data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya, dan data sekunder adalah data yang diperoleh dari informasi yang sudah tersedia. Untuk memperoleh data yang diinginkan peneliti menggunakan bantuan informan. Informan sendiri adalah orang dalam pada latar penelitian. Pemanfaatan informan bagi peneliti adalah agar dalam waktu yang relatif singkat banyak informasi yang terjangkau, karena informan dimanfaatkan untuk berbicara, bertukar pikiran, atau membandingkan suatu kejadian yang ditemukan dari subjek lainya (Moleong, 2000 dalam Seviliani, 2006).

F. Teknik Pengumpulan Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dimana data dapat diperoleh. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Moleong 2007).Kata-kata dan tindakan orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama dan dokumen atau sumber tertulis lainnya

(40)

merupakan data tambahan. Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut :

1. Metode Observasi

Metode observasi adalah pemilihan, pengubahan, pencatatan, dan pengkodean serangkaian perilaku dan suasana yang berkenan dengan organisme itu sesuai tujuan-tujuan empiris. Adapun observasi yang dilakukan adalah observasi sistematis, dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen penelitian. 2. MetodeInterview/wawancara

Metode interview atau wawancara merupakan tahap pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh peneliti/pewawancara kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam. Dengan menggunakan metode ini diharapkan peneliti akan memperoleh data primer yang berkaitan dengan penelitian ini dan mendapat gambaran yang lebih jelas guna mempermudah dan menganalisis data selanjutnya. Wawancara mendalam juga akan dilakukan dengan pedoman wawancara. Hal ini dimaksudkan agar pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dapat terarah tanpa mengurangi kebebasan dalam mengembangkan pertanyaan serta suasana tetap terjaga agar kesan dialogis informan terjaga.

3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah teknik pengumpulan data melalui dokumen. Dokumen yang digunakan dapat berupa dokumen pribadi dokumen resmi, referensi, foto-foto, rekaman, literatur, internet dan lainnya. Data ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan jawaban dari fokus permsalahan penelitian. Dalam penelitian kualitatif, studi dokumentasi digunakan peneliti untuk mencari dan mengumpulkan data-data teks atau image (Iskandar, 2008 dalam Yuniarti, 2009).

G. Teknik Analisis Data

Menurut Moleong (2000) dalam seviliana (2006), analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif yaitu:

(41)

Menurut Miles dan Huberman (Iskandar. 2008 dalam Yuniarti, 2009) Ada tiga komponen analisis data yaitu:

1. Reduksi data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan data, pengabstrakan dan transformasi data ‘kasar’ yang muncul dari

proses wawancara. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisa yang menajam, menggoloingkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, serta mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan dapat ditarik dan diverifikasi untuk dijadikan temuan penelitian terhadap masalah yang diteliti (Iskadar, 2008 dalam Yuniarti, 2009). Pada tahap reduksi data, peneliti dengan seksama memilah dan memilih data mana yang dijadikan sandaran sebelum disajikan dalam penelitian ini. 2. Penyajian data.

Penyajian data dimaksudkan untuk memudahkan peneliti dalam melihat keseluruhan data atau bagian tertentu dari penelitian. Penyajian data yang telah diperoleh kedalam sejumlah matrix atau daftar kategori setiap data yang didapat, penyajian data biasanya digunakan berbentuk teks naratif. Biasanya dalam penelitian kita mendapat data yang banyak. Data yang kita dapat tidak mungkin kita paparkan secara keseluruhan. Untuk itu, dalam penyajian data penelitian dapat dianalisis oleh peneliti untuk disusun secara sistematis, atau simultan sehingga data yang diperoleh dapat menjelaskan atau menjawab masalah yang teliti (Iskandar,2008 dalam Yuniarti, 2009).

3. Verifikasi Data.

Verifikasi data dilakukan secara terus menerus selama penelitian berlangsung, selanjutnya peneliti akan menarik kesimpulan yang mencerminkan keadaan sebenarnya di lapangan.

H. Uji keabsahan Data

Menurut Iskandar (2008) dalam Yuniarti (2009). Laporan penelitian kualitatif dikatakan ilmiah jika persyaratan kesahihan (validitas), keterandalan (reliabilitas), dan objektifitasnya sudah terpenuhi. Beberapa teknik penjamin keabsahan data penelitian kualitatif diantaranya sebagai berikut:

a. Objektifitas (Confirmability)

(42)

1. Desain penelitian dibuat secara baik dan benar. 2. Fokus penelitian tepat.

3. Kajian literatur yang relevan

4. Informan dan cara pendataan yang akurat

5. Teknik pengumpulan data yang sesuai dengan fokus permasalahan penelitian 6. Analisis data dilakukan secara benar

7. Hasil penelitian bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. b.Validitas Internal

Penjamin keabsahan data melalui validitas internal menurut Moleong (2001), dalam Yuniarti (2009) untuk menetapkan keabsahan data, diperlukan teknik pemeriksaan. Penerapan kriterium derajat kepercayaan (kredibilitas) dengan tujuan untuk melaksanakan penelitian dengan baik agar tingkat kepercayaan penemuanya dapat dicapai, dan dapat dibuktikan oleh peneliti lain. Untuk memeriksa kredibilitas, maka dilakukan kegiatan sebagai berikut:

1. Perpanjangan keikutsertaan di lapangan. 2. Ketekunan dalam melakukan pengamatan. 3. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi.

4. Triangulasi, merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

5. Menganalisis kasus negatif, yaitu peneliti menemukan kasus yang bertentangan dengan informasi yang telah dikumpulkan.

6. Tersedianya referansi, seperti foto, rekaman, data dan sebagainya.

7. Member Chek, yaitu pengecekan data yang diperoleh peneliti dari pemberi data atau mengumpulkan sejumlah responden untuk dimintai keterangan tentang data yang telah dikumpulkan.

c. Validitas Eksternal (Transferability)

Kriteria Validitas eksternal menurut Danim (Iskandar, 2008 dalam Yuniarti, 2009) adalah meminta peneliti untuk menghasilkan penelitian yang dapat mendeskripsikan rekonstruksi realita secara lengkap dan detail sebagaimana dikonstruksikan oleh informan penelitiannya. Apabila dapat memperoleh informasi yang jelas tentang temuan penelitian, maka dapat dikatakan data penelitian tersebut memenuhi kriteria validitas eksternal.

d.Keterandalan (Dependenbility)

(43)
(44)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai hasil pengumpulan data yang tela

Gambar

Tabel 1.
Tabel 8.
Tabel 3.Area Cakupan SCM.
Gambar 1. menunjukan bahwa Supply Chain adalah jaringan yang sederhana dalam proses
+7

Referensi

Dokumen terkait

• Dokumen berguna karena dapat memberikan latar belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian, dapat dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek. kesesuaian data, dan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada kelas ekperimen yang menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Student

Pendekatan DMAIC dengan menggunakan alat (tools) yang telah disebutkan sebelumnya dilakukan untuk mendapatkan usulan perbaikan pada proses handling painted body BMW

Berdasarkan penelitian dan analisa data yang telah dilakukan dengan metode Objective Matrix (OMAX) maka dapat ditarik kesimpulan produktivitas selama pengukuran

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh lama perendaman dan suhu terhadap karakteristik kimia biji karet (Hevea brasiliensis) yang dilaksanakan pada bulan Februari

Pemberian pupuk organik cair sampah kota menunjukkan pengaruh nyata terhadap paramter tinggi tanaman, jumlah daun, produksi per tanaman produksi per plot, dengan dosis

Pembelajaran yang berkualitas menjadikan siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran, keaktifan siswa antara lain berupa tanya jawab, maupun diskusi partisipasi sehingga

Pengelompokan data siswa ke dalam bentuk cluster dengan menggunakan algoritma K- Means yang mana setiap cluster mempunyai tingkat kepentingan yang berbeda dapat