JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN Jl. Prof. DR. Sumantri Brojonegoro No 1 Bandarlampung
A.4 LEMBAR KENDALI BIMBINGAN
Nama : Mizdarmadi
NPM : 0646021041
Judul Skrip : Akuntabilitas Badan Perencanaan Pembangunag Daerah
Kabupaten Pesawaran Dalam Penataan Tata Ruang Kota.
No Tanggal Saran Pembimbing Paraf
Bandarlampung, Oktober 2010 Pembimbing
ABSTRAK
AKUNTABILTAS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN DALAM
PENATAAN TATA RUANG KOTA
Oleh
Mizdarmadi
Proses Penataan Ruang Kota di Kabupaten Pesawaran belum akuntabel karena
Pemanfatan sumberdaya yang dikelola saat ini masih belum jelas perencanaannya
seperti halnya bekaitan dengan kepentingan umum, berupa penempatan
sektor-sektor layanan publik, pusat pengembangan ekonomi masyarakat, pusat
pendidikan, dan pusat kesehatan.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Akuntabilitas Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Pesawaran dalam Penataan Tata Ruang Kota.
dan mengetahui mekanisme Akuntabilitas Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kabupaten Pesawaran Dalam Penataan Tata Ruang Kota.
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, dengan menetapkan informan
yaitu Kepala Badan Bappeda Kab. Pesawaran, Subbag Perencanaan Bappeda
Prasarana Bappeda Kab. Pesawaran, dan Kabid Perencanaan Wilayah Bappeda
Kab. Pesawaran. Mengenai Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan
dokumentasi. Analisis data dilakukan secara kualitatif dengan tahapan reduksi
data, penyajian data (display) dan penarikan kesimpulan (verifikasi).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) Tahap Proses Pembuatan Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pesawaran telah memenuhi Akuntabiltas dilihat
dari proses Pembentukan Badan Koordinasi Penataan Ruang, Proses
Perencanaan Tata Ruang, dan Proses Penyusunan dan Penetapan Rencana Tata
Ruang Wilayah, dengan mengacu pada kaidah aturan tata ruang. (2) Pada Tahap
Proses sosialisasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pesawaran telah
memenuhi mekanisme Akuntabilitas dengan berdasarkan tahapan-tahapan diawali
diajukan pada Bappeda Propinsi selanjutnya ke tingkat Nasional yaitu Mendagri
untuk dikaji lebih lanjut. Penyebaran informasi dengan akses publik mengenai
keputusan dan mekanisme pengaduan Masyarakat sudah berjalan dengan baik
dapat disimpulkan Akuntabel.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dengan diberlakukannya UU Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal pada
tahun 2001 dan direvisi menjadi UU Nomor 32 Tahun 2004 dimulailah era
baru dalam sistem pembangunan di daerah. Pada hakekatnya otonomi daerah
mengandung makna yaitu diberikannya kewenangan (authority) kepada
pemerintah daerah menurut kerangka perundang-undangan yang berlaku
untuk mengatur kepentingan (interest) daerah masing-masing. Melalui
kebijakan otonomi daerah ini, pemerintah telah mendesentralisasikan
sebagian besar kewenangannya kepada pemerintah daerah.
Konflik kewenangan yang muncul pada dasarnya bersifat vertikal dengan
lebih diakibatkan oleh akses munculnya UU No. 22 tahun 1999, dimana pada
masa sebelum otonomi, seluruh kebijakan pembangunan ditetapkan dan
diatur oleh pemerintah pusat sehingga terjadi sentralisasi kekuasaaan yang
berarti kewenangan pemerintah pusat terhadap seluruh aspek pembangunan
baik pusat maupun di daerah berada di tangan pemerintah pusat di Jakarta.
Sesuai dengan UU No. 24 tahun 1992 tentang penataan ruang, system
kewenangan adminstrarif, yakni dalam bentuk RTRW Nasional, RTRW
Propinsi dan RTRW Kabupaten/ Kota serta rencana-rencana yang sifatnya
lebih rinci. RTRWN disusun dengan memperhatikan wilayah nasional
sebagai wilayah yang lebih lanjut dijabarkan kedalam strategi serta struktur
dan pola pemanfatan ruang wilayah Propinsi (RTRWP), termasuk didalamnya
penetapan sejumlah kawasan tertentu dan kawasan andalan yang
diprioritaskan penanganannya.
Menurut kebijakan pembangunan tata ruang Indonesia, pembangunan
selayaknya dilakukan dengan keselarasan pemanfaatan ruang yang mampu
mengembangkan fungsi setiap kawasan, Pembangunan berkelanjutan
merupakan pembangunan yang mempertemukan kebutuhan di masa yang
akan datang. Pembanguna ini dilakukan dengan memperhatikan
keseimbangan sumber daya alam dan lingkungan. Pembangunan
berkelanjutan pun hendaknya menyelaraskan antara pembangunan ekonomi,
pembangunan sosial dan lingkungan.
Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu kabupaten baru di Provinsi
Lampung, Kabupaten Pesawaran yang dibentuk berdasarkan undang-undang
Nomor 33 tahun 2007 merupakan pemekaran dari Wilayah Kabupaten
Lampung Selatan. Sebagai kabupaten yang memiliki kewenangan otonomi
dalam mengurusi rumah tangganya sendiri. Salah satu amanat dalam
undang-undang adalah keharusan Kabupaten Pesawaran untuk segera menyiapkan
Rencana tata ruang merupakan upaya pengembangan wilayah dalam rangka
melakukan pemerataan pembangunan dan percepatan pembangunan di
Kabupaten Pesawaran. berdasarkan menurut Undang-undang Nomor 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, setiap daerah Kabupaten mempunyai
kewenangan menyusun rencanan Tata Ruang Wilayah sebagai arahan
pelaksanaan pembangunan, sejalan dengan penerapan otonomi daerah.
Penyususunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten ke dalam
dokumen rujukan, merupakan hal yang diperlukan guna membantu
pencapaian tujuan perencanaan. Dimana dalam perencanaan pengembangan
wilayah tidak mengesampingkan aspek yang mengarah pada perkuatan
ekonomi wilayah dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan
(Sustainable Development). Selain itu perkembangan sebuah wilayah perlu
didukung pula dengan pemanfaatan sumber daya alam yang dikelola secara
efektif, efisien dan bertanggungjawab.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten di susun berdasarkan perkiraan
kecenderungan dan arahan perkembangan untuk memenuhi kebutuhan
pembangunan dimasa depan sesuai dengan jangka waktu perencanaannya.
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten berkaitan
dengan kaidah-kaidah perencanaan seperti keselarasan, keserasian,
keterpaduan, kelestarian dan kesinambungan dalam lingkup kabupaten dan
kaitan dengan propinsi serta kabupaten sekitarnya.
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) diharapkan menjadi
pertumbuhan ekonomi wilayah yang dapat memberikan dampak signifikan
terhadap struktur wilayah, tatanan sosial ekonomi dan budaya.
Pengembangan sistem pusat perkotaan atau kawasan perkotaan tentunya
dapat diarahkan sedemikian rupa agar selaras dengan arahan pengembangan
wilayah. Oleh karena itu disamping pengaturan ditribusi sistem kota-kota
sesuai dengan hirarki jumlah penduduk, potensi dan kegiatan kegiatan
ekonominya (strategi mikro) juga diperlukan sesuatu pengelolaan individual
kota atau daerah perkotaan yang ditunjukkan untuk meningkatkan
produktivitas kegiatan ekonomi dalam rangka mendukung fungsi kota di
wilayah yang lebih luas (strategi makro). Sistem pusat-pusat pemukiman atau
sistem kota-kota di Kabupaten Pesawaran tidak terlepas dari struktur kota
ibukota kabupaten maupun kota ibukota kecamatan, dan kawasan pusat
pertumbuhan perkotaan yang merupakan salah satu unsur penting dalam
membentuk struktur tata ruang wilayah.
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dalam PP No. 26 tahun
2008, terkandung klasifikasi kota atau daerah perkotaan yang di bagi atas 3
kelompok berdasarkan fungsi dan pelayanannya dalam menunjang
pertumbuhan ekonomi nasional, yaitu:
2. Kota atau daerah perkotaan yang berfungsi sebagai Pusat Kegitan Wilayah (PKW) kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebangai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani sekala provinsi, atau beberapa kabupaten. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebangai simpul kedua sebangai kegiatan ekpor-impor yang mendukung (PKN) atau kawasan perkotan yang berpungsi sebangai simpul tranportasi yang melayani skala provinsi atauy beberapa kabupaten.
3. Kota atau kawasan yang berfungsi sebangai Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Kawasan perkotaan yang berfugsi atau berpotensi sebangai kegiatan industri dan jasa yang melayan sekala kabupaten atau beberapa kecamatan. atau kawasan perekonomian yang berfungsi atau berpotensi sebangai simpul tranportasi yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan.
Realitasnya beberapa sumber menyatakan perencanaan tata ruang di
Kabupaten Pesawaran masih belum jelas arah perencanaannya di duga belum
menjalankan Akuntabiltas yang berhubungan dengan penataan tata ruang,
dimana dalam penyelenggaraan tata ruang dapat dipertanggung jawabkan,
baik prosesnya, pembiyayaannya, maupun hasilnya.
Berdasarkan hasil riset pada tanggal 5 April 2010 di Kantor Bappeda
Kabupaten Pesawaran dengan mewawanca Bapak Zainal Fikri. ST
(Subbid Penataan ruang dan Lingkungan SDA) tata ruang yang ada saat ini
memang belum tertata dengan baik, seperti halnya bekaitan dengan
kepentingan umum mengenai penempatan sektor-sektor layanan publik, pusat
pengembangan ekonomi masyarakat, pusat pendidikan, dan pusat kesehatan
atau lokasi rumah sakit. Hal ini dikarnakan melihat dari setiap wilayah
kecamatan memiliki prasarana berdasarkan perkembangan wilayahnya.
Badan Perencanaan Pembanguan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Pesawaran
melakukan perencanaan yang berkaitan dengan potensi yang dimiliki
Wilayah (RTRW) Kabupaten Pesawaran Tahun 2008). Berdasarkan hasil
analisis termasuk hirarki sistem kota-kota dan potensi serta keadaan alam
serta dalam rangka memeratakan pertumbuhan ekonomi maka Kabupaten
Pesawaran termasuk dalam Kawasan andalan Bandar Lampung-Metro serta
Wilayah Nasional (RTRWN) termasuk Pusat Kegiatan Nasional (PKN).
Selanjutnya dengan pertimbangan potensi dan berbangai kemungkinan
perkembangan masing-masing kecamatan, serta kebijakan yang ada maka
Kabupaten Pesawaran dapat dibangi menjadi sebangi berikut:
1. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Gedong Tataan, Kawasan yang dipacu perkembangannya dengan peningkatan peran dan fungsi kecamatan sebangai pusat pertumbuhan berbasisis Agroindustri. Terdiri dari Kecamatan Gedong Tataan, Way Lima dan Kedondong. Pusat pengembangan dari PKW ini berada di Kota Gedongtataan.
2. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Negrikaton, kawasan yang dipacu perkembangan dengan pemantapan kegiatan industri, perdagangan, jasa dan kegiatan lain. Adapun wilayah yang termasuk di dalam wilayah ini adalah Kecamatan Negrikaton dan Tegineneng. Sebagai pusat pengembangan dari Satuan Wilayah Pembanguna (SWP) ini adalah Negrikaton.
3. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Padang Cermin, Merupakan kawasan yang dipacu perkembangan dengan pemantapan kegiatan pariwisata, perikanan dan pertanian. Adapun wilayah yang termasuk di dalam wilayah ini adalah Kecamatan Padang Cermin dan Punduh Pidada.
Perencanaan Tata Ruang merupakan dasar bagi pembanguan selanjutnya
sebangai arahan didalam pelaksanaan pembangunan di masa yang akan
datang, dengan adanya kebijakan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Pesawaran dalam Perencanaan Tata Ruang sangat penting adanya
pertanggungjawaban atau akuntabilitas terhadap perencanaan tersebut.
Akuntabilitas merupakan asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan
dipertanggung-jawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan
tertinggi Negara sesuai dengan ketentuan-ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Terkait dengan permasalahan tersebut, maka Badan Perencanaan
Pembanguan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Pesawaran merupakan instasi
pemerintah daerah yang mempunyai kewenangan dan tugas penyusun
pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan tata ruang wilayah.
Untuk menunjang sarana dan prasaran kota seperti disektor jasa layana
publik, pendidikan, kesehatan dan perumahan bangi masyarakat. untuk
mendukung terbentuknya kota. Perencanaan awal yang baik akan menentukan
keberhasilan pembangunan Kabupaten Pesawaran selanjutnya. Sebagai
Satuan Kerja yang memiliki tugas pokok melakukan penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan.
Beranjak dari realita tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam
mengenai “Akuntabilitas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pesawaran Dalam Penataan Tata Ruang Kota.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat penulis
kemukakan rumusan masalahnya adalah:
“Bangaimana Akuntabilitas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Akuntabilitas Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pesawaran Dalam Penataan
Tata Ruang Kota.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Secara teoritis, hasil penelitian sebagai salah satu kajian manajemen
pemerintahan, khususnya yang berkaitan dengan akuntabilitas Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah.
2. Secara praktis, diharapkan hasil penelitian ini dapat member kontribusi
pemikiran terhadap pemerintah Kabupaten Pesawaran dalam bindang
II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Akuntabilitas
1. Pengertian Akuntabilitas
Akuntabilitas Instansi Pemerintah Pusdiklatwas Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) – 2007 Terdapat berbagai definisi tentang akuntabilitas, yang diuraikan sebagai berikut :
Sjahruddin Rasul menyatakan bahwa akuntabilitas didefinisikan secara sempit sebagai kemampuan untuk memberi jawaban kepada otoritas yang lebih tinggi atas tindakan “seseorang” atau “sekelompok orang” terhadap masyarakat secara luas atau dalam suatu organisasi. dalam konteks institusi pemerintah, “seseorang” tersebut adalah pimpinan instansi pemerintah sebagai penerima amanat yang harus memberikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan amanat tersebut kepada masyarakat atau publik sebagai pemberi amanat.
J.B. Ghartey menyatakan bahwa akuntabilitas ditujukan untuk mencari
jawaban atas pertanyaan yang berhubungan dengan stewardship yaitu apa,
mengapa, siapa, ke mana, yang mana, dan bagaimana suatu
pertanggungjawaban harus dilaksanakan.
pada dirinya sendiri saja. Akan tetapi, ia harus menyadari bahwa tindakannya juga akan membawa dampak yang tidak kecil pada orang lain. Dengan demikian, dalam setiap tingkah lakunya seorang pejabat pemerintah harus memperhatikan lingkungannya.
Sedangkan Menurut Taliziduhu Ndraha (2003:87), memberikan definisi
Accuntability sebagai berikut :
“Accuntability adalah menunjukakan sejauh mana seorang pelaku pemerintah terbukti mampu menjalankan tugas atau perintah yang diamanatkan kepadanya, menurut cara, alat, dan tingkatan pencapaan sasaran yang telah ditetapkan, terlepas dari persoalan, apakah ia menyetujui perintah itu atau ia merasa terpaksa, dipaksa, harus atau karena tiada pilihan, dan dalam pada itu harus menaggung resiko”.
Menurut budi supriyatno dalam buku manajemen pemerintahan (2009:
232) Ada empat (4) kewajiban yang harus dilakukan apratur dalam
pelaksanaan akutabilitas publik, yaitu:
1. Akuntabilitas publik merupakan kewajiban seseorang atau pimpinan dalam lembanga pemerintahan secara kolektif sebangai konsekuensi logis dari adanya pemberian hak dan kewajiban, maka perlu adanya sanksi bagi yang melanggarnya.
2. Akuntabilitas publik merupakan kewajiban untuk mempertanggung jawabkan kinerja dan tindakan. Kinerja merupakan keseluruhan hasil, manfaat dan dampak dari suatu proses pengelolaan masukan guna mencapai tujuan yang di inginkan. Sedangkan tindakan adalah, aktivitas seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif untuk melakukan atau tidak dilakukan, berkaitan dengan hak dan kewenangan yang diberikan kepada seseorang atau pimpinan lembanga pemerintah. 3. Akuntabilitas publik merupakan kewajiban yang melekat pada
seseorang atau pimpinan lembanga pemerintahan yang karena jabatanya memperoleh hak dan kewajiban menjalankan tugas untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian, akuntabilitas dapat perorangan, kelompok atau organisasi.
Pengawasan merupakan bangian penting dari akuntabilitas. dengan kata
lain akuntabilitas publik tidak akan berjalan efektif dan efisien jika tidak
ditunjang mekanisme pengawasan yang baik, demikian sebaliknya.
Akuntabilitas publik tanpa pengawasan akan menyebabkan
penyimpangan-penyimpangan yang dapat merugikan masyarakat dan
dunia usaha. dari uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa akuntabilitas
merupakan perwujutan kewajiban seseorang atau unit organisasi untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya
dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui media pertanggung
jawaban secara periodik, tetapi harus dilakukan pengawasan secara ketat.
Dalam hal ini, pemanfaatan sumberdaya meliputi sumber daya manusia
(SDM), kekayaan alam, material, keungan, data/informasi dan tata ruang.
Agar pemanfatannya sesui, harus dilakukan pengawasan secara terus-
menerus.
Berdasarkan pengertian maupun pendapat-pendapat yang dikemukakan di
atas dapat ditarik satu ke satuan pengertian mengenai akuntabilitas atau
pertanggungjawaban yaitu walaupun seseorang mempunyai kebebasan
dalam melaksanakan tugas yang di bebankan kepadanya, namun ia tidak
dapat membebaskan dirinya dari hasil atau akibat perbuatannya dan ia
dapat dituntut untuk melaksanakan secara layak apa yang menjadi
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik pengertian tentang akuntabilitas
adalah mekanisme perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan program
dan kegiatan yang telah diamanatkan para pemangku kepentingan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
2. Indikator & Alat Ukurnya Akuntabilitas
Menurut Loina Lalolo Krina P. Sekretariat Good Public Governance Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Jakarta - Agustus 2003 menyatakan Akuntabilitas publik adalah prinsip yang menjamin bahwa setiap kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka oleh pelaku kepada pihak-pihak yang terkena dampak penerapan kebijakan.
Pengambilan keputusan didalam organisasi-organisasi publik melibatkan banyak pihak. Oleh sebab itu wajar apabila rumusan kebijakan merupakan hasil kesepakatan antara warga pemilih (constituency) para pemimpin politik, teknokrat, birokrat atau administrator, serta para pelaksana dilapangan.
Sedangkan dalam bidang politik, yang juga berhubungan dengan
masyarakat secara umum, akuntabilitas didefinisikan sebagai mekanisme
penggantian pejabat atau penguasa, tidak ada usaha untuk membangun
mono loyalitas secara sistematis, serta ada definisi dan penanganan yang
jelas terhadap pelanggaran kekuasaan dibawah rule of law. Sedangkan
public accountability didefinisikan sebagai adanya pembatasan tugas yang
jelas dan efisien.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas berhubungan
dengan kewajiban dari institusi pemerintahan maupun para aparat yang
yang sesuai dengan nilai yang berlaku maupun kebutuhan masyarakat.
Akuntabilitas publik menuntut adanya pembatasan tugas yang jelas dan
efisien dari para aparat birokrasi.
Karena pemerintah bertanggung jawab baik dari segi penggunaan
keuangan maupun sumber daya publik dan juga akan hasil, akuntabilitas
internal harus dilengkapi dengan akuntabilitas eksternal, melalui umpan
balik dari para pemakai jasa pelayanan maupun dari masyarakat.
Prinsip akuntabilitas publik adalah suatu ukuran yang menunjukkan
seberapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan
ukuran nilai-nilai atau norma-norma eksternal yang dimiliki oleh para
stakeholders yang berkepentingan dengan pelayanan tersebut. Sehingga,
berdasarkan tahapan sebuah program, akuntabilitas dari setiap tahapan
adalah :
1. Pada tahap proses pembuatan sebuah keputusan, beberapa indikator untuk menjamin akuntabilitas publik adalah :
a. pembuatan sebuah keputusan harus dibuat secara tertulis dan tersedia bagi setiap warga yang membutuhkan
b. pembuatan keputusan sudah memenuhi standar etika dan nilai-nilai yang berlaku, artinya sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar maupun nilai-nilai yang berlaku di stakeholders
c. adanya kejelasan dari sasaran kebijakan yang diambil, dan sudah sesuai dengan visi dan misi organisasi, serta standar yang berlaku d. adanya mekanisme untuk menjamin bahwa standar telah terpenuhi,
dengan konsekuensi mekanisme pertanggungjawaban jika standar tersebut tidak terpenuhi
e. konsistensi maupun kelayakan dari target operasional yang telah ditetapkan maupun prioritas dalam mencapai target tersebut.
2. Pada tahap sosialisasi kebijakan, beberapa indikator untuk menjamin akuntabilitas publik adalah :
b. akurasi dan kelengkapan informasi yang berhubungan dengan cara-cara mencapai sasaran suatu program
c. akses publik pada informasi atas suatu keputusan setelah keputusan dibuat dan mekanisme pengaduan masyarakat
d. ketersediaan sistem informasi manajemen dan monitoring hasil yang telah dicapai oleh pemerintah.
B. Tinjauan Tentang Badan Perencanaan Pembanguan Daerah
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan bahwa perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan daerah disusun dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah. Perencanaan pembangunan daerah dimaksud disusun oleh pemerintahan daerah sesuai dengan kewenangannya yang dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Penyusunan perencanaan pembangunan daerah juga dimaksudkan untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.
Tugas Dan Fungsi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah merupakan unsur perencanaan
pembangunan, mepunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan daerah di bidang Perencanaan Pembanguan Daerah.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagai mana dimaksut, Badan
Perencanaan Pembanguan Daerah Menyelenggarakna fungsi:
a. Perumusan Kebijakan teknis perencanaan serta penelitian dan
pengembangan;
b. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembanguan serta penelitian
dan pengembangan;
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan pembangunan
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati di bidang perencanaan
pembangunan;
e. Pelayanan administrasi.
C. Tinjauan Tentang Perencanaan
Robinso Tarigan dalam perencanaan pembangunan wilayah (2004:5)
Moekijat menyebutkan ada delapan perumusan tentang arti perencanaan.
Empat di antar kutip berikut ini:
1. “Perencanaan adalah hal memilih dan menghubungkan fakta-fakta serta hal membuat dan menggunakan dugaan-dugaan mengenai masa yang akan datang dalam mengambarka dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diusulkan yang dianggap perlu untuk mencapai hasil-hasil yang diguanakan.”
2. “Perencanaan adalah suatu usaha untuk membuat suatu perencanaan tindakan, artinya menentukan apa yang dilakukan, siapa yang melakukan, dan dimana hal itu dilakukan.”
3. “Perencanaan adalah penentuan suatu arah tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan.”
4. “Perencanaan adalah suatu penentuan sebelunya dari tujuan-tujuan yang diinginkan dan bangaimana tujuan tersebut harus tercapai.”
Dari berbagai perumusan diatas dapat disimpulkan inti dari perencanaan
adalah menentukan tujuan dan merumuskan langkah-langkah untuk mencapai
tujuan tersebut.
Robinso Tarigan dalam perencanaan pembangunan wilayah (2004:4) Menurut
Friedman perencanaan adalah cara berpikir mengatasi permasalahan sosial
dituju adalah keinginan kolektif dan mengusahakan keterpaduan dalam
kebijakan program.
Robinso Tarigan dalam perencanaan pembangunan wilayah (2004:4) Menurut
conyers & Hiils dalam Arsyad, perencanaan adalah “suatu proses yang
bersinambungan yang mencakup keputusan-keputusan apabial pilihan-pilihan
sebagai alternative penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu pada masa yang akan datang.”
Berdasarkan definisi di atas, Arsyad berpendapat ada empat dasar perencanaan, yaitu:
1. Merencanakan berarti memilih
2. Perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya,
3. Perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan, dan
4. Perencanaan berorientasi kemasa depan.
Berdarkan pendapat di atas dapat disimpulakan bahwa perencanaan adalah
perumusan tujuan-tujuan dan bangai mana mencapai tujuan tersbut.
Mulyono Sadyohutomo (2008:36) Levy mengemukakan ada tiga pendekatan
teori merencanakan (theory of planning) yang dapat dipilih dalam melakukan
proses perencanaan kota dan wilayah, yaitu sebagai berikut.
a. The Rational Comprehensive Model
rasional. Sasarannya adalah optimalisasi kegiatan secara rasional dan sitematis sehingga diperoleh perencanaan komprehensif.
Berikut langkah-langkahnya.
1.Merumuskan masalah
2.Memperjelas pentingnya masalah (nilai Masalah)
3.Merumuskan Tujuan (goal) dan sasaran-sasaran (objectives) 4.Merumuskn alternatif-alternatif rencana.
5.Mengevaluasi alternatif-alternatif rencana dan memilih satu atau beberapa alternative yang terbaik.
6.Perkiraan kosekuensi alternative rencana pilihan 7.Penjabaran ke rencana detail/program.
8.Review dan evaluasi.
b. Disjointed Incrementalism = Muddling Through
Model ini ditunjukkan pada system yang bersifat pluralistik dan untilitas perencanaan dilakukan secara Increment (perubahan bertahap)
Dengan mengacu pada perencanaan (planners) karena kemampuan dan pengalamannya langsung dapat merumuskan kemungkinan-kemungkinan perubahan rencan atau kebijaksanaan (policy) yang lalu dengan mengubah atau menyempurnakannya menjadi rencana artau kebijakan paling baru.
c. Mixel scanning
Mixel scanning merupakan model jalan tengah yang diperkenalkan oleh amitai Etzioni pada tahun 1968, yaitu memanfaatkan keunggulan-keunggulan dari model rasional dan model incremental. Model ini lebih banyak digunakan dalam perencanaan Karen dianggap, lebih luwes pemakainya dan efisien dalam menghadapi permaslahan yang komplek. Disebut Mixel scanning karena ada dua langkah perencanaan, yaitu sebangai berikut:
1) Mempelajari gambar secara umum (scanning). Dari pengamatan atau penyelidikan secara global ini diperoleh hal-hal menonjol yang bersifat strategis untuk ditangani.
D. Tijauan Tentang Perencanaan Wilayah
Menurut Robinson Tarigan dalam Perencanaan Pembangunan Wilayah (2004:
28) terdapat beberapa pengertian Perencanaan wilayah sebagai berikut:
1. Perencanaan wilayah adalah perencanaan penggunaan ruang wilayah (termasuk perencanaan pembanguan didalam ruang wilayah) dan perencanaan ruang wilayah tersebut. Perencanaan penggunaan wilayah di atur dalam bentuk perencanaan tata ruang wilayah, sedangkan perencanaan kegiatan dalam wilayah dia atur dalam perencanaan tata ruang wilayah. Tata ruang wilayah merupakan landasan dan sekaligus juga sasaran dari perencanaan pembanguan wilayah.
2. Perencanaan wilayah adalah perencanaan penggunaan ruang wilayah dan perencanaan aktifitas pada ruang wilayah.
Berdarkan pendapat di atas dapat disimpulakan Perencanaan wilayah adalah
perencanaan yang mengambarkan kegunaan ruang wilayah dalam
perencanaan aktivitas didalam wilayah.
Perencanaan ruang wilayah adalah suatu proses yang melibatkan banyak
pihak dengan tujuan agar pengguanaan ruang itu memberikan kemakmuran
yang sebesar-besarnya kepada masyarakat dan terjamin kehidupan yang
berkesinambungan. Penataan ruang menyangkut seluruh aspek kehidupan
sehingga masyarakat perlu mendapat akses dalam perencanaan tersebut.
Setiap rencana tata ruang harus mengemukakan kebijakn makro pemanfatan
ruang berupa:
1. Tujuan pemanfaatan ruang,
2. Struktur dan pola pemanfatan ruang, dan
Tujuan penataan tata ruang adalah menciptakan hubungan yang serasi antara
kegiatan berbagai subwilayah agar tercipta hubungan yang serasi atara
berbagai kehidupan. Dengan demikian, hal itu mempercepat proses
tercapainya kemakmuran dan terjaminnya kelestariam lingkungan hidup.
Struktur ruang berdasarkan pemanfaatanya serta hierarki dari dari pusat
pemukiman dan pusat layanan.
E. Tinjauan Tentang Tata Ruang Kota
1. Pengertian Kota
(www.google.com. Diakses 2 Mei 2010)Menurut definisi universal kota adalah sebuah area urban yang berbeda dari desa ataupun kampung berdasarkan ukurannya, kepadatan penduduk, kepentingan, atau status hukum, dalam konteks administrasi pemerintahan di Indonesia, kota adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia setelah provinsi, yang dipimpin oleh seorang walikota. Selain kota, pembagian wilayah administratif setelah provinsi adalah kabupaten. Secara umum, baik kabupaten dan kota memiliki wewenang yang sama. Kabupaten bukanlah
bawahan dari provinsi, karena itu bupati atau walikota tidak bertanggung jawab kepada gubernur. Kabupaten maupun kota merupakan daerah otonom yang diberi wewenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahannya sendiri.
2. Tata Ruang Kota
Tata ruang kota merupakan suatu usaha pemegang kebijakan untuk
menentukan visi ataupun arah dari kota yang menjadi tanggung jawab
pemegang kekuasaan di wilayah tersebut, dalam upaya untuk mewujudkan
tata ruang yang dapat mewadahi kegiatan seluruh warga secara
3. Klasifikasi Perencanaan Pembangunan Kota
Menurut Ruddy Williams (2001: 48-49), klasifikasi perencanaan
pembangunan kota adalah sebagai berikut:
a. Rencana Tapak
Rencana Tapak merupakan rencana secara terperinci untuk merancang bangunan dan pertamanan, tetapi yang lebih sering ialah gambar yang dimaksudkan sebagai contoh dari apa yang mungkin terjadi jika ada kebijaksanaan umum lagi yang akan dipakai contoh ini di beri judul dengan rencana tapak ilustratif, tetapi yang mengagumkan dalam banyak hal contoh gambar itu mempunyai pengaruh yang penting atas apa yang sebenarnya dibangun. ilustrasi tersebut membantu orang untuk melihat kira-kira hasil keputusan-keputusan kebijaksanaan, jadi membantu proses untuk mencapai kesepakatan atas suatu rencana
b. Rencana Struktur
Rencana Struktur merupakan satu langkah menyajikan suatu yang direncanakan secara realistis, rencana struktur ini memusatkan perhatiannya pada aspek-asek tertentu dari lingkungan: biasanya tata guna lahan, sistem pergerakan utama, dan besaran serta lokasi dari fasilitas-fasilitas penting dan bangunan-bangunan. Rencana ini dimaksudkan untuk mempengaruhi keputusan-keputusan lokasi tertentu yang menjadi kunci, sambil mengenal adanya perbedaan antara daerah belakang dan daerah depan. Jika daerah harus dikembangkan dalam waktu yang lama, ada kebijaksanaan untuk memberi kebebasan dan tetap berpegang teguh kepada beberapa aspek perencanaan yang penting.
c. Rencana Konsep
Rencana konsep merupakan peryataan rencana yang dimaksudkan lebih dari sekedar uraian untuk pelaksanaan kerja. Pada rencana konsep, jalur hijau yang menghubungkan antara garis pantai kota dan daerah-daerah distrik pemukiman dapat diterangkan dalam bentuk diagram, tanpa menyebutkan keputusan-keputusan tentang bentuk (jalur taman atau sejumlah taman yang dihubungkan) untuk dibicarakan dan diperdebatkan nanti. Memang arti utama dari rencana konsep ini adalah agar memusatkan pembahasan pada seluruh hal yang penting, dari pada mengubah pembahasan secara terperinci sebelum waktunya.rencana-rencana konsep itu akan menjadi paling efektif jika disertai dengan gambaran-gambaran yang mungkin nanti dihasilkan.
Ketiga macam perencanaan merupakan komponen dari tahap pembangunan
berbagai aspek yang menunjang bagi masyarakat kota agar kehidupannya
menjadi lebih baik. dan untuk itu dalam setiap program perencanaan tata
ruang kota juga tidak luput dari ketiga konsep tersebut yang memang harus di
laksanakan sesuai konsep perencanaan.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Perencanaan Kota Menurut Ruddy Williams (2001: 51):
Menurut kebiasaan yang berlaku perencanaan itu paling baik kalau dilaksanakan selangkah demi selangkah, yang diatur menurut urutannya, yaitu perencanaan dimulai dengan pengumpulan data yang relevan kemudian dilanjutkan dengan menentukan persoalan yang mungkin dapat dilakukan, dengan mengadakan pengujian pemecahan soal-soal tahapan pelaksanaan yang diinginkan dan menjabarkan tahapan pelaksanaan itu kedalam rencana tindakan, proses ini memiliki keluesan tertentu, tetapi kurang tepat ditinjau dari segi tata kerja perencanaan. Dengan memerankan perencanaan sebagai kegiatan memecahkan masalah, diperkirakan ada kesepakatan bahwa suatu tindakan tertentu harus dilakukan dan pokok bahasannya adalah bagaimana menemukan pilihan yang tepat,.sesuai dengan kondisi lingkungan. Tujuan perencanaan pada umumnya tidak jelas sampai kemungkinan pemecahan diuji dan dibicarakan, diperlukan waktu beberapa tahap untuk merencanakan, memperjelas tujuan, dan membuat rencana baru sebelum orang merasa puas dan kemungkinan pelaksanaan kerja berpengaruh besar atas tindakan yang dapat dipertimbangkan, sebenarnya,perencanaan itu seringkali berjalan bagaikan alat untuk mencapai tujuan, begitu juga dari tujuan menjadi alat.
Menurut Ruddy Williams (2001: 51): faktor-faktor yang mempengaruhi
proses perencanaan kota adalah:
a. Keahlian Profesional
b. Keterlibatan Masyarakat
Kunci lain agar perencanaan bisa efektif ialah mengetahui bahwa keterlibatan masyarakat perlu untuk mencapai kesepakatan masyarakat yang diperlukan untuk pelaksanaan kerja. Perencanaan harus membantu semua pihak yang berkepentingan untuk mencapai kesepakatan tentang sifat permasalahan dan rencana yang diinginkan. Bermacam-macam teknik telah difikirkan secara baik untuk membuka proses perencanaan untuk membuat setiap rencana. Paling umum adalah mengadakan lokakarya atau dengar pendapat secara umum mengenai pokok-pokok permasalahan agar dapat mengumpulkan gagasan-gagasan dan mengundang tanggapan-tanggapan tentang perencanaan. proses yang lebih ambisius ialah yang melibatkan rakyat secara langsung dalam pembuatan rencana pembangunan kota berwawasan lingkungan yaitu dengan cara mensosialisasikan kepada masyarakat kota agar beramai-ramai ikut membantu pemerintah dalam mewujudkan kota.
c. Mencapai Kesepakatan Tindakan Pelaksanaan
Dalam merencanakan kota berwawasan lingkungan perlu mencapai cukup kesepakatan atas keinginan melakukan perubahan dalam rangka mewjudkan suatu tindakan, sementara ada banyak contoh usaha-usaha perbaikan kota waktu lampau yang dipahami dibalik ruang tertutup dan dilaksanakan dengan sedikit keterlibatan masyarakat, karena seharusnya proses perencanaan tidak berjalan dengan baik tanpa keterlibatan dari masyarakat. Dalam hubungan ini proses perencanaan kota berwawasan lingkungan harus menggunakan sumber daya perubahan secara efektif karena rencana yang tidak dilanjutkan dengan tindakan pelaksanaan berarti suatu proses yang gagal.
d. Mewujudkan Rencana Menjadi Kenyataan
Perencanaan bertujuan mengubah kenyataan suatu tempat dengan memaparkan gambaran masa depan yang diinginkan dan pada akhirnya mengusahakan supaya gambaran ini dapat diterima oleh pemerintah dan masyarakat pada umumnya, lalu diwujudkan dalam bentuk nyata. Dalam usaha perencanaan umum ada tiga macam tindakan pelaksanaan yang diperlukan supaya dapat melaksanakan keputusan-keputusan:
1) Tindakan Langsung, tindakan tertentu dapat diambil secara langsung oleh Negara dan badan pemerintah di daerah, yang berusaha memutuskan tindakan-tindakan mana harus diambil dan berusaha agar tindakan itu apat diterima pembuat undang-undang
3) Tindakan kelembagaan, dalam banyak contoh akan adanya kebutuan perubahan-perubahan organisasi guna menjamin apakah inisiatif dijalankan secara benar dan terkoordinir dan bahwa keputusan-keputusan yang dating kemudian menentukan jiwa rencana aslinya. Kekuatan kelembagaan untuk menjalankan perubahan-perubahan akan mempengaruhi oleh rencana-rencana lingkungan fisik kota.
F. Tinjauan Tentang Pembangunan
Riyadi dan Deddy supriady Bratakusuma dalam buku perencanan
pembangunan (2003: 4) terdapat pengertian pembangunan menurut para ahli
sebangai berikut:
Siagian memberikan pengertian Pembangunan adalah suatu usaha atau
rangkaian usaha pertumbuhahan dan perubahan yang berencana dan
dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, Negara dan pemerintah, menuju
moderntas dalam rangka pembinaan bangsa (nasion building)”.
Sedangkan Ginanjar Kartasasmita memberikan pengertian yang lebih
sederhan, yaitu sebagai “ suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana”
Dalam buku ajar teori pembangunan Agus Hadiawan (2006:5) pembanguan terkandung arti adanya suatu usaha untuk mengembangkan, mempengaruhi, mengganti yang tidak atau kurang baik dengan yang baik, membuat yang baik lebih baik, yang sudah baik di usahakan agar semakin baik. Dalam pengertian pembanguan tersebut terkandung pula arti adanya suatu usaha agar benar-benar lebih maju, lebih modern, usaha untuk maju terus dengan modernisasi dan pembaharuan.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
pembangunan adalah suatu usah secara sadar yang dilakukan oleh pemerintah
baik dengan perencanaan yang optimal untuk mencapai sasaran pembanguan
dan perubahan dimasa mendatang.
Disamping itu pembanguan dilaksaknakan dengan tujuan untuk
meningkatkan taraf hidup masyaraka, baik secara spiritual maupu dengan
meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Pembanguan harus bersifat rasional, artinya kebijakan yang diambil harus dilaksankan pada pertimbangan rasional.
2. Adanya rencana pembangunan dan proses pembangunan 3. Peningkatan produktivitas
4. Peningkatan standar kehidupan
5. Kedudukan, peranan dan kesempatan yang sederajat serta sama di bidang politik, sosial, ekonomi dan hukum.
6. Pengembangan lembanga-lembanga sosial dan sikap-sikap dalam masyarakat yang mencakup:
g. Bersifat rasional dalam mengambil keputusan h. Selalu siap untuk mengahadapi perubahan i. Selalu menggunakan kesempatan dengan benar j. Giat dalam usaha
k. Mempunyai intergritas dan dapat berdiri sendiri l. Bersifat koorperatif
7. Konsolidasi nasional 8. Kemerdekaan nasional
Dengan demikian proses perubahan yang dilakukan secara sengaja itu harus
memperhatiakan tujuan pokok dari pada pembanguan yaitu untuk
meningkatkan tarap hidup masyarakat, baik spiritual maupun materil.
G. Kebijakan Tentang Perencanaan Pembangunan Daerah
Otonomi daerah memberikan kewenangan dalam rencana tata ruang wilayah
perkembangan pembanguan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan di
masa depan sesuai dengan jangka waktu perencanaan. Penyusunan RTRW
kabupaten harus berdasarkan kaidah-kaidah perencanaan seperti keselarasan,
keserasian, kepaduan, kelestarian kesinambumgan dalam lingkup kabupaten
dan kaitan dengan provinsi serta kabupaten sekitarnya. Selain itu RTRW
diharapkan menjadi salah satu landasan kebijakn bangi pemerintah dalam
memicu pertumbuhan ekonomi wilayah yang dapat memberikan dampak
signipikan terhadap struktur ruang wilayah, tata sosial ekonomi dan budaya.
Tujuan perencanaan wilayah pada tahap akhirnya menghasilakan rencana
yang menetapkan lokasi dari berbangai kegiatan yang direncanakan baik oleh
pihak pemerintah maupun oleh pihak swasta. Lokasi yang dipilih
memberikan efisiensi dan keserasian lingkungan yang paling maksimal,
setelah memperhatikan benturan kepentingan dari berbangai pihak. Sifat
perencanaan wilayah yang sekaligus menunjukkan manfaat antara lain dapat
dikemukakan sebangai berikut:
1. Perencanaan wilayah haruslah mampu menggambarkan proyeksi dari
berbangai kegiatan ekonomi dan penggunaan lahan di wilayah tersebut
dimasa yang akan datang. Dengan demikian, sejak awal telah terlihat
arah lokasi yang dipersiapkan untuk dan yang akan dijadikan wilayah
penyangga.
2. Dapat membantu atau memandu para pelaksana ekonomi untuk memilih
kegiatan apa yang perlu dikembangkan dimasa yang akan datang dan
mempercepat proses pembanguan karena investor mendapat kepastian
hukum tentang lokasi usahanya dan menjamin keteraturan dan
menjauhkan benturan kepentingan.
3. Sebangai bahan acuan bagi pemerintah untuk mengendalikan atau
mengawasi arah pertumbuhan kegiatan dan arah penggunaan lahan.
4. Sebangai landasan bangi rencan-rencana lain yang lebih sempit tetapi
lebih detail, misalnya merencanakan sektor dan perencanaan prasaran
5. Lokasi itu sendiri dapat digunakan untuk bebagai kegiatan tertentu pada
lokasi tertentu haruslah memberikan nilai tambah maksimal bagi seluruh
masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Badan
Perencanaan Pembanguan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Pesawaran
merupakan instasi pemerintah daerah yang mempunyai kewengan dan tugas
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan tata
ruang wilayah. Untuk menunjang sarana dan prasaran kota seperti disektor
jasa layana publik, pendidikan, kesehatan dan perumahan bangi masyarakat.
untuk mendukung terbentuknya kota.
H. Kerangka Pikir
Akuntabilitas adalah perwujudan pertanggungjawaban seseorang atau unit
organisasi, dalam mengelola sumber daya yang telah diberikan dan dikuasai,
dalam rangka pencapaian tujuan dan menunjukakan sejauh mana seorang
diamanatkan kepadanya, menurut cara, alat, dan tingkatan pencapaan sasaran
yang telah ditetapkan.
Perencanaan Tata Ruang Wilayah adalah perencanaan penggunaan atau
pemanfatan ruang wilayah, yang intinya adalah perencanaan penggunaan
lahan (land use plan-ning) dan perencanaan pergerakan pada ruang tersebut.
Perencanaan ruang wilayah pada dasarnya adalah menetapkan kawasan atau
zona yang tegas diatur pengguanaannya. Pengembangan sistem perkotaan
harus diarahkan sedemikian rupa agar selaras dengan arah pengembangan
wilayah. yang dimaksut dengan prinsip akuntabilitas adalah akan menunjukkn
bahwa penyelenggaraan penataan ruang dapat dipertanggungjawabkan, baik
prosesnya, pembiyaannya, maupun hasilnya.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pesawaran
(BAPPEDA) dalam kontek otonomi daerah adalah instasi pemerintah daerah
yang mempunyai kewengan melakukan penyusun dan pelaksaan kebijakan
daerah di bidang perencanaan termasuk perencanaan Tata Ruang Wilayah.
Tata Ruang Kota merupakan bangian dari Tata Ruang Wilayah dalam hal ini
pengembangan system tata perkotaan atau kawasan perkotaan tentunya harus
diarahkan sedemikiaan rupa agar selaras dengan arahan pengembangan
wilayah.
Prinsip akuntabilitas publik adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa
besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan ukuran
berkepentingan dengan pelayanan tersebut. Sehingga, berdasarkan tahapan
sebuah program, akuntabilitas dari setiap tahapan adalah :
1. Pada tahap proses pembuatan Rencana Tata Ruang Wilayah. a. Pembentukan Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah b. Proses Perencanaan Tata Ruang
c. Proses Penyusunan dan Penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah
2. Pada tahap sosialisasi Rencana Tata Ruang Wilayah
Untuk lebih jelas pertanggungjawaban perencanaan pembangunan wilayah
dapat kita lihat pada kerangka pikir berikut ini.
GAMBAR 1 : Skema Kerangka Pikir
Akuntabiltas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pesawaran
dalam Penataan Tata Ruang Kota
Pada tahap proses pembuatan Rencana Tata Ruang Wilayah
a. Proses Pembentukan badan koordinasi penataan ruang daerah b. Proses Perencanaan Tata Ruang c. Proses Perencanaan Penyusunan
dan Penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah
III METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara
terperinci mengenai fenomena-fenomena sosial tertentu yang berkenaan
dengan masalah dan unit yang diteliti, yaitu berusaha menggambarkan proses
Akuntabilitas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten
Pesawaran Dalam Penataan Tata Ruang Kota.
Menurut Moleong (2004:6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena yang dialami oleh subyek penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khususnya yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Sedangkan Bog dan Taylor (dalam Lexy J. Moleong, 2000:3) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data desktiptif berupa kata-kata tulisan/lisan dari orang-orang/prilaku yang dapat diamati. Dengan penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan peristiwa riil di lapangan bahkan mengungkapkan nilai-nilai tersembunyi dari hasil penelitian.
Penulis menggunakan tipe penelitian kualitatif ini karena sesuai dengan
proses Akuntabilitas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten
Pesawaran Dalam Penataan Tata Ruang Kota.
B. Fokus Penelitian
Penelitian kualitaitif yang harus diperhatiakn adalah masalah dan fokus
penelitian. Fokus penelitian ini memegang peranan yang sangat penting
dalam memandu dan mengarahkan jalanya suatu penelitian. Fokus penelitian
sangat membantu seseorang peneliti angar tidak terjebak oleh melimpahnya
volume data yang masuk, termasuk juga yang tidak berkaitan dengan masalah
penelitian. Fokus memberikan kemudahan dalam pengumpulan data,
sehingga peneliti fokus memahami masalah yang menjadi tujuan peneliti.
Menurut Moleong (2005:92) penetapan fokus sebagai penting artinya dalam
usaha menentukan batasan penelitian.
Untuk mengetahui Akuntabilitas Badan Perencanaan Pembanguan Kabupaten
Pesawaran Dalam Penataan Tata Kota maka yang menjadi fokus dalam
penelitian ini adalah:
1. Pada tahap proses pembuatan Rencana Tata Ruang Wilayah meliputi:
a. Pembentukan badan koordinasi penataan ruang daerah 1. Tahap Persiapan
2. Tahap Pelaksanaan
b. Proses Perencanaan Tata Ruang
tahap menentukan struktur ruang dan pola ruang
c. Penyusunan dan penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah
C. Lokasi Penelitian
Menurut Lexy J. Moleong (2005:86):
Dalam penentuan lokasi penelitian cara terbaik yang ditempuh dengan jalan mempertimbangakn teori subtantif; pergilah dan jajakilah lapangan untuk melihat apakah terdapat kesesuaian dengan kenyataan di lapangan. Keterbatasan geografis dan praktir seperti waktu, biaya, dan tenaga, perlu pula dijadikan penentu dalam pemilihan lokasi penelitian.
Lokasi yang diambil penelitian ini di tentukan denga cara sengaja (purposive)
yaitu dilakukan pada Badan Perencanaan Pembanguan Daerah Kabupaten
Pesawaran. Pemilihan lokasi dalam penelitian ini didasarkan atas kerterkaitan
Badan Perencanaan Pembanguan Daerah Kabupaten Pesawaran dalam
perencanaan penataan tata ruang adalah badan yang menangani secara
langsung tentang perencanaan tata ruang di Kabupaten Pesawaran. Hal ini
tentu saja mempermudah peneliti untuk memperoleh data yang lebih lengkap
dari badan perencanaan pembangunan daerah kabupaten pesawaran dengan
pertimbangan keterbatasan waktu dan biaya dalam pelaksanaan penelitian.
Waktu penelitian atau turun lapangan dilakukan pada bulan Juli 2010 sampai
Agustus 2010. Penelitian denga teknik wawan cara mendalam banyak
dilakukan di Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten
Pesawaran dan kediaman Imforman.
D. Jenis dan Sumber Data
dapat dijadikan sebangai acuan peneliti untuk melakukan analisis data. Untuk mendapakan informasi yang akurat dengan fokus penelitian.
Sacara umum penelitian dapat dibangi 2 (dua) jenis, yakni:
a. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini, data primer didapat melalui wawancara
langsung dengan informasi yang ditentukan dari keterkaitan informan
tersebut dengan masalah penelitian.wawancara dilaksanakan dalam waktu
kurang lebih satu bulan. Infoman-informan berasal dari unsur pelaksana
kebijakan serta beberapa orang yang berkaitan langsung dengan kebijakan
penataan tata ruang dalam perencanaan pembanguna tata ruang kota.
b. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini merupakan data yang diperlukan untuk
melengkapi informasi yang dilakukan dari sumber data primer. Data
tesebut berupa Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan daerah, Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 Tentang
Penataan Ruang, berupa dokumentasi Laporan Akhir Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten Pesawaran Tahun 2008.
E. Sumber Informasi
Penentuan sumber informasi dilakukan secara sengaja (Purposive) sesuai
dengan kebutuhkan penelitian ini. Adapun sumber informasi dalam penelitian
ini diperoleh dari :
1. Bapak Ir. Fredy SM. MM (Kepala Badan)
3. Bapak Drs. M. Zuheriadi, MH (Kabid Pendataan dan Pengendalian)
4. Bapak Abdullah Sani, SE (Subbid Penelitian Dan Pengembangan)
5. Bapak Ir. Samsul Hidayat (Kabid Perencanaan Wilayah)
6. Bapak Alkhoud, SH. MM (Subbid Saran dan Prasarana)
7. Bapak Zainal Fikri. ST (Subbid Penataan ruang dan Lingkungan SDA)
Pemilihan sumber informasi di atas dipilih secara sengaja dengan
mempertimbangkan bahwa mereka dapat memberikan informasi yang akurat
tentang hal-hal yang ingin diketahui oleh peneliti menyangkut obyek
penelitian.
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang benar dan akurat sehingga mampu menjawab
permasalahan penelitian maka pengumpulan data yang dilakukan dalam
penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yaitu sebagai berikut :
1. Wawancara /Interview
Teknik tersebut dilakukan dengan cara tanya jawab antar peneliti dengan
beberapa narasumber yang dilakukan telah memenuhi atau relevan dengan
penelitian ini. Wawancara yang dilakukan secara terbuka serta mendalam
agar dapat memberikan kesempatan nara sumber tersebut dalam rangka
menjawab secara bebas. Hal ini bertujuan memperoleh kejelasan dari
serta untuk memperoleh penertian maupun penjelasan yang lebih
mendalam tentang realitas objek yang diteliti.
Proses wawancara ini dilakukan dengan panduan wawancara sebagai alat
bantu penulis dalam penyajian data. Nara sumber dalam penelitian ini
adalah Bapak Ir. Fredy SM. MM, Ibu Nurleli SP. M.Si, Bapak Dra. M.
Zuheriadi, MH, Bapak Zainal Fikri. ST, Bapak Ir. Samsul Hidaya, Bapak
Alkhoud, SH. MM, Bapak Abdullah Sani, SE. Wawan cara dilakukan di
Kantor Bappeda Kab. Pesawaran dan kediaman informan. Waktu yang
penulis lakukan wawancara ialah dari bulan 20 Juli 2010 sampai 20
Agustus 2010.
2. Dokumentasi
Dokumen diperoleh dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Laporan Akhir Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Pesawaran Tahun 2008.
b. Peraturan Bupati Nomor 20 Tahun 2009 Tentang Uraian Tugas
Jabatan Badan Perencanaan Pembanguanan Daerah Kabupaten
Pesawaran.
c. Gambaran Umum Kabupaten Pesawaran
G. Teknik Pegelolahan Data
Setelah data-data diperoleh melalui teknik pengumpulan data, selanjutnya
data diolah. Teknik pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan
1. Editing
Proses yang dilakukan pada tahap ini adalah data yang diperoleh dari
hasil wawancara diperiksa kembali apakah masih ada yang kurang atau
terdapat kekeliruan. Pemeriksaan ini bermanfaat bagi keabsahan dan
kesempurnaan data yang diperoleh serta lebih mengarahkan pada
tingkat yang lebih lanjut. Data yang diedit oleh penulis ialah hasil
wawancara antar peneliti terhadap nara sumber.
2. Interprestasi
Proses memberikan penapsiran dari data yang telah didapatkan penulis
dari lokasi pelitian, baik data primer maupun data sekunder untuk
mencari makna dengan menghubungkan jawaban informasi dengan
data hasil yang lainnya.
H. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini digunakan metode analisis data kualitatif dan
menggunakan 3 komponen analisis. Menurut Mettew Milles dan A. Michael
Haberman, (1992:16), yaitu meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Reduksi Data
Reduksi data dalam penelitian ini dilakukan melalui proses pemilihan,
pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan informasi
data kasar yang muncul dari hasil wawancara. Data yang diperoleh dari
hasil wawancara dianalisa melalui tahapan penajaman informasi,
dari data tersebut, membuang yang tidak perlu atau diorganisasikan
dengan cara-cara sedemikian rupa hingga kesimpulan dapat ditarik dan
diverifikasi. Pengelompokan analisis data berkaitan dengan “Akuntabilitas
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pesawaran Dalam
Penataan Tata Ruang Kota.”
2. Penyajian Data (Display)
Penyajian data dilakukan dengan cara mendeskripsikan atau memaparkan
hasil temuan wawancara terhadap informan. Data yang telah didapat
kemudian diklasifikasikan menjadi sebuah bagian-bagian dari data yang
akan disusun secara sistematis sesuai dengan kajian penelitian serta
mengumpulkan dokumen sebagai penunjang data.
3. Verifikasi Data (Menarikan Kesimpulan)
Verifikasi data dimaksudkan bahwa penelitian berusaha mencari arti, pola,
tema, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, penjelasan akan sebab
akiabat dan sebagainya. Simpulan harus senantiasa diuji selama penelitian
berlangsung. Dalam hal ini dilaksanakan dengan cara penambahan data
baru.
Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini dilakukan setelah data yang
ada, dicari polanya dengan teori-teori yang digunakan dalam penelitian
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Pesawaran
1. Kondisi Geografis Kabupaten Pesawaran
Secara geografis Kabupaten Pesawaran terletak pada 104 54’ sampai
dengan 105 14’ bujur timur dan 5 7’ sampai dengan 5 48’ lintang
selatan. Secara umum memiliki iklim hujan tropis sebagaimana iklim
Provinsi Lampung pada umumnya, curah hujan per tahun berkisar antara
2.264 mm sampai dengan 2.868 mm dan jumlah hari hujan antara 90
sampai dengan 176 hari/tahun. Luas wilayah Kabupaten Pesawaran adalah
± 1173,77 km2 dengan kedudukan ibukota di Gedong Tataan.
Perekonomian Kabupaten Pesawaran yang berpenduduk ± 409.615 jiwa,
memiliki potensi pertanian, perkebunan dan kehutanan yang masih terbuka
untuk dikembangkan. Dengan kondisi wilayah yang ada di Kabupaten
Pesawaran memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi
pusat kawasan perdagangan dan perekonomian di Provinsi Lampung,
karena letaknya yang strategis yang berbatasan langsung dengan 4 (empat)
kabupaten/kota dan di sebelah selatan yang berbatasan langsung dengan
Penetapan batas wilayah Kabupaten Pesawaran saat ini masih mengikuti
batas wilayah yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 33 Tahun 2007
tentang pembentukan Kabupaten Pesawaran di Provinsi Lampung,
batas-batas tersebut yaitu :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kalirejo, Bangun Rejo,
Bumiratu Nuban, Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah.
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Natar Kab. Lampung
Selatan, Kemiling dan Telukbetung Barat Kota Bandar Lampung.
3. Sebelah Barat Berbatasan dengan Kecamatan Pardasuka, Ambarawa,
Gading Rejo, Sukoharjo Kabupaten Tanggamus.
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Lampung, Kelumbayan,
Cukuh Balak Kabupaten Tanggamus.
Untuk penetapan batas wilayah sesuai patok-patok perbatasan secara fisik
belum dilakukan, patok yang digunakan sementara sebagai batas wilayah
adalah patok yang dibuat oleh Pemerintah Provinsi Lampung. Sedangkan
untuk penetapan patok batas wilayah Kabupaten Pesawaran untuk
sementara dalam proses sosialisasi dan secepatnya akan ditetapkan seiring
berjalannya kegiatan-kegiatan pemerintahan dan pembangunan di
Kabupaten Pesawaran. Kabupaten Pesawaran terdiri dari 7 Kecamatan dan
133 Desa, secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1: Daftar Nama Kecamatan dan Luas Wilayah
No Nama Kecamatan Luas (Km) Luas (Ha) Jumlah Desa
1. Gedong Tataan 97,06 9.706 19 Desa
2. Negeri Katon 152,69 15. 269 19 Desa
1 2 3 4 5
Sumber : Bappeda Kabupaten Pesawaran 2009
2. Kondisi Demografi Kabupaten Pesawaran
Kabupaten Pesawaran memiliki jumlah penduduk 409.615 jiwa, dengan
jumlah Kepala Keluarga sebanyak 102.370 KK. Terdiri dari penduduk
laki-laki sebanyak 204.406 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah
201.209 jiwa yang tersebar di 7 (tujuh) Kecamatan. Perincian penduduk
menurut jenis kelamin dan wilayah kecamatan selengkapnya dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tabel 2 : Jumlah Penduduk Per Kecamatan Dilihat Dari Jenis Kelamin
No Nama JUMLAH 102.370 208.406 201.209 409.615 Sumber : Disdukcapil Kabupaten Pesawaran (Data diolah tahun 2009)
Jumlah penduduk Kabupaten Pesawaran mayoritas menganut agama
Islam (97.95 %) selain agama lainnya seperti Protestan (0.61 %), Katolik
tradisi selalu hidup rukun berdampingan. Data Penduduk Pesawaran
dilihat dari agama yang dianut per Kecamatan, selengkapnya dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tabel 3: Jumlah Penduduk Per Kecamatan Dilihat Dari Agama
No Nama
Kecamatan
Islam Protestan Katolik Hindu Budha jumlah
1. Gedong Tataan 79.489 650 965 25 40 81.169
2. Negeri Katon 70.715 566 987 773 688 73.729
3. Tegineneng 46.905 895 1.3l6 56 154 49.326
4. Way Lima 29.49l 8 15 - - 29.514
5. Padang Cermin 90.257 314 578 31 169 91.349
6. Punduh Pidada 26.430 74 60 9 - 26.573
7. Kedondong 57.932 10 7 3 3 57.955
JUMLAH 401.219 2.5l7 3.928 897 1.054 409.615 Sumber : Disdukcapil Kabupaten Pesawaran 2009 (Data diolah tahun
2009)
3. Peraturan Organisasi Pemerintahan Kabupaten Pesawaran
Penataan Perangkat Daerah Kabupaten Pesawaran pada prinsipnya
mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, Organisasi perangkat Daerah Kabupaten
dibentuk berdasarkan pertimbangan antara lain kewenangan pemerintahan
yang dimiliki oleh Daerah Kabupaten, karakteristik, potensi dan kebutuhan
daerah, kemampuan keuangan daerah, ketersediaan sumberdaya aparatur,
serta pengembangan pola kerjasama antar daerah dan/atau dengan pihak
ketiga.
Berdasarkan hal tersebut, sesuai dengan tugas dan kewenangan Penjabat
Bupati Pesawaran yang salah satu tugas pokoknya adalah mempersiapkan
Menteri Dalam Negeri Nomor : 138/2051/SJ, tanggal 31 Agustus 2007,
tentang Pedoman Pelaksanaan Undang-undang tentang Pembentukan
Kabupaten/Kota, maka pembentukan Struktur Organisasi Perangkat
Daerah Pemerintah Kabupaten Pesawaran menggunakan pola minimal dan
bersifat ramping, yang kemudian ditetapkan dengan Peraturan Bupati
Pesawaran sebagai berikut :
1. Peraturan Bupati Pesawaran Nomor 01 Tahun 2007 Tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah, Sekretariat
DPRD dan Kecamatan Kabupaten Pesawaran.
2. Peraturan Bupati Pesawaran Nomor 02 Tahun 2007 Tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten
Pesawaran.
3. Peraturan Bupati Pesawaran Nomor 03 Tahun 2007 Tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah
Kabupaten Pesawaran.
B. Gambaran Singkat Tentang Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pesawaran.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pesawaran, dibentuk
berdasarkan Peraturan Bupati Pesawaran Nomor 03 Tahun 2007 tanggal 22
Nopember 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
Teknis Daerah Kabupaten Pesawaran, yang merupakan tindak lanjut dari
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten
Kabupaten Pesawaran Sesuai dengan Peraturan Bupati Pesawaran Nomor 03
Tahun 2008 pasal 7 adalah ”melakukan penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan daerah di bidang perencanaan”, untuk melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud Bappeda mempunyai fungsi yaitu melakukan
perumusan kebijakan teknis perencanaan; Pengkoordinasian penyusunan
perencanaan pembangunan; Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang
perencanaan pembangunan; dan Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh
Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah mengamanatkan bahwa perencanaan pembangunan
daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan daerah
disusun dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah. Perencanaan
pembangunan daerah dimaksud disusun oleh pemerintahan daerah sesuai
dengan kewenangannya yang dilaksanakan oleh Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah. Penyusunan perencanaan pembangunan daerah juga
dimaksudkan untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.
C. Struktur Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pesawaran
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pesawaran terdiri dari:
1. Pimpinan : Kepala Badan
2. Sekretariat : Sekretaris, membawahi :
b. Kepala Sub Bagian Umum dan Kepengawaian;
c. Kepala Sub Bagian Keuangan.
3. Kepala Bidang Ekonomi, membawahi:
a. Kepala Sub Bidang Produksi;
b. Kepala Sub Bidang dan Keuangan.
4. Kepala Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, membawahi :
a. Kepala Sub Bidang Pemerintahan dan SDM;
b. Kepala Sub Bidang Kesejahteraan Rakyat.
5. Kepala Bidang Perencanaan Wilayah, membawahi :
a. Kepala Sub Bidang Sarana dan Prasarana;
b. Kepala Sub Bidang Penataan Ruang dan Lingkungan SDA.
6. Kepala Bidang Pengendalian dan Penelitian Pengembangan, membawahi :
a. Kepala Sub Bidang Pengendalian;
b. Kepala Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan.
7. Kepal Unit Pelaksana Teknis Dinas
8. Kelompok jabatan
D. Tugas Pokok dan Fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pesawaran
1. Kepala Badan
Tugas pokok kepala badan adalah memimpin badan sesuai dengan tugas
pokok dalam fungsinya yaitu melakukan koordinasi proses penyusunan
pembangunan sesuai dengan tahapan-tahapan yang melibatkan berbagai
unsur pemangku kepentingan di dalamnya, guna pemanfaatan dan
pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan sosial daerah dalam jangka waktu tertentu, serta
melaksakan pembinaan terhadap aparatur Badan sesuai dengan ketentuan
peraturan undang-undang yang berlaku.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok tesebut, Kepala Badan
mempunyai rincian tugas sebagai berikut :
a. mempersiapkan program dan kebijakan teknis dibidang perencanaan
pembangunan daerah dalam rangka pencapaian tujuan penyelengaraan
tugas pokok, fungsi dan kewenangan Badan;
b. memimpin, membina, mengkoordinasikan, memantau dan
mengendalikan pelaksanaan program dan kebijakan teknis di Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah, agar sesuai dengan rencanan
strategi (renstra) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
membangun daerah;
c. mengkordinasikan dan mensingkronisasikan perencanaan
pembangunan daerah dengan satker guna menyusun Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan
Rencana Menengah (RPJM) dan rencana pembangunan tahunan
sesuai dengan tahapan yang melibatkan berbagai unsur pemangku
kepentingan di dalamnya serta melakuakan pengendalaian dan
evaluasi perencanaan pembanguan daerah agar dapat tercapai visi,
misi pembangunan daerah;
d. mempelajari peraturan perundang-undangan yang berhubungan
dengan perencanaan pembanguan daerah berbagai acuan pelaksanaan