• Tidak ada hasil yang ditemukan

SENGKETA KEWENANGAN KELEMBAGAAN NEGARA DAN PENATAANNYA DALAM KERANGKA SISTEM HUKUM NASIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SENGKETA KEWENANGAN KELEMBAGAAN NEGARA DAN PENATAANNYA DALAM KERANGKA SISTEM HUKUM NASIONAL"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

SENGKETA KEWENANGAN KELEMBAGAAN NEGARA

DAN PENATAANNYA DALAM KERANGKA SISTEM HUKUM NASIONAL

Lukman Hakim Abstract

Considering the development in the state structure, especially in the context of state institutions

causingpotential disputes in authority among the institutions, itis a mustto organize a whole and inte

grated national legal system. A framework of a national legal system exists if there is an interrelation

between state goals, functions and apparatus in terms of legislation bases. Therefore, it is necessary to

organize potential problems indisputes concerning with stateinstitutional authorities, especially for institu

tions with no mechanism for settlement disputes in authorities. Such an organization is intended to settle basic problems in the fieldof law.

Keyword:

national legalsystem, dispute state institution authority

A. Pendahuluan

Dalamhubungan kewenangan antarlembaga

negara terdapat banyak potensi sengketa yang

dapat terjadi dan memerlukan perhatian. Potensi

sengketa disebabkanoleh ketidakjelasan peraturan

perundang-undanganyang mengaturfiingsi, tugas,

wewenang suatu lembaga yang mengakibatkan

munculnya beragam penafsiran karena ketidak

jelasan peraturan perundang-undangan yang

mengatur kelembagaan negara.

Kejelasan secara komprehensif diperlukan

berkaitan dengan masalah-masalah mendasar.

Misalnya, apa yang dimaksud dengan sengketa

kewenangan antar lembaga negara, lembaga

negara apa saja yang dapat mengajukan

permoho-nan ke MK, dan terutama juga bagaimana

mekanisme pengajuan permohonan tersebut ke

Mahkamah Konstitusi.

Situasi ini menjadisemakin kompleksdengan

banyaknya lembaga atau badan independenyang

merupakan

independent self regulatory body,

hal

ini merupakan wujud produk demokratisasi baru

dalam tatanan negara Republik Indonesia.Artinya

terdapat lembaga negara yang sumber

kewenangannya berdasarkan UUD dan selain UUD.

Diluar ketentuan UUD, terdapat lembaga-lembaga

yang disebut komisi - komisi negara atau lembaga

negara pembantu

{state auxiliary agencies)

yang

dibentuk berdasarkan undang-undang ataupun

peraturanlainnya. Beberapa lembaga komisi yang

telah terbentuk, antara lain, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Komisi Pemberan-tasan Tindak Pidana Korupsi (KPK), Komisi

Penyiaran Indonesia (KPI), Komisi Pengawas

Persaingan Usaha (KPPU), Komisi Nasional untuk

Anak, Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap

Perempuan, Komisi Ombudsman Nasional (KON),

Yustisia Edisi 80 Mei-Agustus 2010

Komisi Hukum Nasional (KHN), Komisi Kepolisian, dan Komisi Kejaksaan, dan sebagainya.

Pembentukan komisi-komisi negara tersebut belum didasarkan pada konsepsi yang utuh untuk sebuah sistem ketatanegaraan yang ideal, sehingga masih terjadi tumpang tindih kewenangan dengan lembaga-lembaga lain. Kewenangan yang diberikan kepada komisisangat beragam, meskipun secara umum wewenang-wewenang tersebut merupakan penegasan atau perpanjangan tangan dari konsepsi trias politika yang membagi kekuasaan negara atas kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif.

Dalam konteks ini apakah sumber normatif

kewenangan lembaga-lembaga negara sekaligus

juga menentukan status hukum dalam hierarki

susunan antara lembaga negara. Sehingga perlu

pengkajian secara komprehensif mengenai

keberadaan, efektivitas, dan peran lembaga-lembaga negara, khususnya lembaga-lembaga negara yang dibentuk melalui peraturan perundang-undangan

selain UUD.

Denganmunculnya beranekaragam

lembaga-lembaga negara baru pasca perubahan UUD 1945

diperlukan peraturan perundang-undangan yang

memperjelas kedudukan dan hubungan antar

lembaga negara serta mengatur proses

pembentukan dan standar pengisian jabatan bagi

lembaga negara baru. Hal ini untuk menjamin

legitimasi, akuntabilitas, dan kepastian hukum

lembaga-lembaga negara.Termasukjugadiperlukan

adanya pengaturan mekanisme penyelesaian

sengketa kewenangan secara yuridis bagi

lembaga-lembaga yang belum ditentukan bagaimana

mekanisme penyelesaiannya apabila terjadi

sengketa kewenangan.

Sebagai suatu kebulatan maka di dalamnya

setiap masalah selalu ada pemecahannya oleh

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian di tingkat mikro (usahatani) oleh beberapa peneliti juga menunjukkan keragaan serupa, yakni penyerapan angkatan kerja di sektor pertanian terutama di sub sektor

Jenis dan rancangan penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif dengan membandingkan direct medical cost (biaya

Atlantic Biruraya meliputi sanitasi area produksi, sanitasi area pabrik, sanitasi gudang penyimpanan, sanitasi bahan baku dan bahan pembantu, sanitasi peralatan, sanitasi

Terkait dengan sengketa kewenangan antar lembaga negara ini, pada tanggal 15 Juli 2010 teregistrasi sebagai perkara sengketa kewenangan antar lembaga negara pada

Inference merupakan kemampuan siswa dalam membuat kesimpulan yang beralasan [13]. Bagian penting dari langkah ini adalah mengidentifikasi asumsi dan mencari pemecahan

Adanya 90 kompetensi yang belum dikuasai analis level II dan 81 kompetensi untuk level III untuk memenuhi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia sebagai Analis kimia

Pengembangan diversifikasi usahatani di lahan sawah tidak perlu dikhawatirkan mengancam keberlanjutan pasokan produksi padi, karena (1) secara teknis ekosistem pesawahan

Halaman 7 sampai 22 Putusan Nomor: 145/B/2012/PT.TUN-MDN --- Bahwa berdasarkan Pasal 30 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS,