ABSTRAK
Inventarisasi Potensi Wisata Pantai Way Saral Di Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat
Oleh
Endah Gita Cahyani
Abstrak: tujuan peneliti ini untuk mengetahui potensi pantai Way Saral di Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat, khususnya potensi alam dan aksesibilitas.Metode yang digunakan penelitian eksploratif disebabkan karena penelitian ini berbentuk penjelajahan atau belum begitu banyak informasi . Hasil penelitian ini menunjukan : (1) potensi wisata Pantai Way Saral meliputi beberapa indikator seperti ketinggian gelombang, suara gelombang, kelandaian pantai, kejernihan air, keadaan udara pantai, termasuk dalam potensi wisata alam yan cukup indah untuk dijadikan Obyek Wisata. (2) aksesibilitas menuju pantai Way Saral belum mendukung potensi yang ada di Way Saral, hal ini dikarenakan jalan yang rusak serta lokasi jauh/terpencil sehinga sulit untuk dijangkau wisatawan.
INVENTORY OF POTENTIAL FOR TOURISM BEACH WAY SARAL DISTRICT IN SOUTH KRUI
WEST COAST DISTRICT
BY
ENDAH GITA CAHYANI
Abstract: The goal of this researchers to determine the potential of beaches Way Krui Saral in District South District of the West Coast, in particular the potential of natural and aksesibilitas.Metode used explorative research due to this study is the exploration or not so much information. These results indicate: (1) potential Beaches Way Saral includes several indicators such as wave height, wave sound, flatness of the beach, water clarity, the state of coastal air, including the potential for nature tourism yan beautiful enough to be Destinations. (2) accessibility to the beach Way Saral not support the potential that exists in the Way Saral, this is because the roads were damaged as well as the location remote / isolated so that it is difficult to reach tourists.
INVENTARISASI POTENSI WISATA PANTAI WAY SARAL DI KECAMATAN KRUI SELATAN
KABUPATEN PESISIR BARAT
Oleh
Endah Gita Cahyani
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Endah Gita Cahyani dilahirkan di Desa Way
Napal Kecamatan Pesisir Tengah Krui Kabupaten Pesisir Barat, pada
tanggal 10 Juni 1992. Anak keenam dari enam bersaudara pasangan
Bapak Zainudin B dan Ibu Nur Asmara.
Penulis menyelesaikan Pendidikan Dasar pada tahun 2003 di Sekolah Dasar Negeri 1 Way
Napal Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat. Sekolah Lanjut Tingkat Pertama
diselesaikan di Sekolah Lanjut Tingkat Pertama Negeri 1 Tanjung Jati Kecamatan Pesisir
Selatan Kabupaten Pesisir Barat pada tahun 2006. Sekolah Menengah Atas diselesaikan di
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Puncak Rawas Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten
Pesisir Barat pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis diterima sebagai Mahasiswa di
Universitas Lampung, S1 Pendidikan Geografi melalui jalur Penelusuran Kemampuan
PERSEMBAHAN
Teriring cinta, ketulusan serta tanda bukti dan kasihku kepada:
1. Ayah dan ibuku tercinta yang senantiasa mendo’akan dan tiada lelah menanti
keberhasilanku, tiada banyak yang dapat saya berikan untuk kedua orang tuaku
hanya sebuah karya kecil dan ukiran prestasi di akhir pendidikanku.
2. Udo Edi Gunawan dan Wo Ratna Ningsih, Wo Eka Bidari dan Atin Setiawan
Jaya Ningrat yang selalau memberikan bantuan materi, dukungan, dan kasih
sayang.
3. Seluruh keluarga besarku yang selalu menantikan keberhasilanku, kasih sayang
kalian mengigatkanku pada sebuah tekad dan ketegaran bahwa hidup akan
selalu bergilir pada kemenangan dan kekalahan.
4. Seseorang yang selalu memberi semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Seseorang yang kelak ditakdirkan Allah menjadi pedamping hidupku.
MOTO
“Semangat itu laksana matahari yang menyatakan cintanya”
(laa tahzan)
“ Berputus asa ketika masalah menghampiri adalah cermin rasa takut untuk suskses”
( Endah Gita Cahyani)
Jagan pernah bangga dengan apa yang anda gapai
Karena kesuksesan anda saat ini berkat seseorang di belakang anda
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai syarat untuk
mencapai gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Lampung. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya
penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Terimakasih kepada Bapak Drs. Zulkarnain M.Si, selaku Dosen pembimbing Utama, dan
Ibu Rahma Kurnia SU, S.Si., M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Pembantu sekaligus
dosen Pembimbing akademik serta Bapak Dedy Miswar S.Si. M.Pd, selaku Dosen
Pembahas. Terimakasih atas bimbingannya, semoga ilmu dan amal yang diberikan
selama kuliah dan proses bimbingan menjadi amal ibadah dan Alloh SWT
menganugerahkan limpahan rahmat, hidayah dan kesehatan lahir dan batin.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, motivasi, saran dan kritik yang
telah diberikan oleh semua pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini ucapan terimakasih
kepada :
1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung terima kasih atas izin yang telah diberikan sehingga
2. Bapak Dr. Abdurrahman selaku Wakil Dekan bidang Akademik dan Kerjasama, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terima kasih atas izin dan
pelayanan administrasi yang telah diberikan.
3. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terima kasih atas izin dan
pelayanan administrasi yang telah diberikan.
4. Bapak Dr. Hi. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Wakil Dekan Bidang Kemasiswaan
dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terima kasih
atas izin dan pelayanan administrasi yang telah diberikan.
5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan sekaligus Ketua Program Studi
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung.
6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Geografi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
7. Bapak Ibu yang ada di Kantor Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat atas
bantuan yang diberikan kepada penulis.
8. Kedua orang tuaku tercinta yang tak henti -hentinya menyayangiku, memberikan do’a,
dukungan, semangat serta menantikan keberhasilanku.
9. Kakak-kakakku Udo Edi Gunawan dan Wo Ratna Ningsih, Atin Setiawan Jaya Ningrat
dan Wo Eka Bidari, Ngah Evia Delima, Ngah Eva Mulya, Ngah Evi Gustina, dan
Dongah Engky Wahyu terima kasih atas do’a dan motivasinya.
10. Keponakan-keponakan ku tercinta Dafa Alvarizi, Salatin Zaim Jaya Ningrat, Syarif
Hidayatullah Jaya Ningrat, Oliv, Nazwa, Albet Waldinata, Evan Bagasa, Shella Rifana,
11. Sahabat-sahabatku seperjuangan di Program Studi S1 Pendidikan Geografi, Universitas
Lampung kelas ganjil dan kelas genap, terimakasih atas kebersamaannya dalam
menuntut ilmu dan menggapai impian.
12. Rio Ristayudi yang selalu memberi semangat dalam hidupku engkau mengajarkan bahwa
kesuksesan berawal dari kemauan diri sendiri.
13. Sahabat-sahabatku Bety, Eka, Lusi, Try, Yeyen, Ina, Lia,Yosep, Galing, Erik, Dodi, Roy,
Puti, keluarga kecilku di samping kosan, terima kasih atas do’a dan dukungan selama
ini.
14. Seseorang yang kelak ditakdirkan Allah menjadi pendamping hidupku.
15. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat
disebutkan satu per satu. Terima kasih yang sedalam-dalamnya.
Bandar Lampung, April 2015 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
I. Pendahuluan A. Latar belakang masalah ... 1
B. Rumusan masalah ... 4
C. Tujuan peneliti ... 4
D. Kegunaan peneliti ... 4
E. Ruang lingkup peneliti ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan pustaka ... 7
1. Pegertian Geografi ... 7
2. Pegertian Pariwisata ... 8
3. Potensi Wisata ... 10
4. Potensi Wisata Pantai ... 12
4.1Ketingian Gelombang ... 12
4.2Suara Gelombang ... 15
4.3Gerakan Gelombang ... 16
4.4Kelandaian Pantai ... 17
4.5Kejernihan Air Laut ... 18
4.6Keadaan Udara Dipantai ... 19
5. Aksesibilitas ... 19
5.1Jarak Tempuh ... 21
5.2Waktu Tempuh ... 21
5.3Kondisi Jalan ... 21
5.4Frekuensi Kendaraan ... 22
5.5Jaringan Transportasi ... 22
5.6Lokasi Obyek Wisata ... 22
5.7Biaya Yang Dikeluarkan ... 23
III. METODELOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian ... 26
B. Subjek penelitian ... 26
C. Variabel Penelitian ... 27
D. Definisi Oprasional variabel Penelitian ... 27
E. Teknik Pengumpulan Data ... 30
1. Observasi ... 30
2. Dokmentasi ... 31
3. Wawancara ... 31
F. Teknik Analisis Data ... 32
1. Analisis Klasifikasi ... 32
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 34
1. Sejarah Kecamatan Krui Selatan ... 34
2. Kondisi Geografi Kecamatan Krui Selatan ... 36
2.1Letak Astronomis, Batas dan Luas Kecamatan Krui Selatan ... 37
3. Keadaan Topografi ... 41
4. Iklim ... 42
5. Kondisi Sosial ... 44
5.1Keadaan Penduduk Kecamatan Krui Selatan ... 44
5.2Jumlah dan Kepadatan Penduduk ... 44
5.3Komposisi Penduduk ... 45
5.4Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 46
5.5Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 47
5.6Komposisi Menurut Mata Pencarian ... 48
B. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 49
1. Kondisi Fisik ... 49
1.1Daya Tarik ... 49
1.1.1 Ketinggian Gelombang ... 51
1.1.2 Suara Gelombang ... 53
1.1.3 Gerakan Gelombang ... 53
1.1.4 Kelandaian pantai ... 54
1.1.5 Kejernihan Air ... 56
1.1.6 Keadaan Udara di Pantai ... 57
2. Aksesibilitas ... 58
3. Penilaian Potensi Wisata ... 60
1.Kondisi Fisik ... 63
1.1. Ketinggian Gelombang ... 63
1.2. Suara Gelombang ... 63
1.3. Gerakan Gelombang ... 64
1.4. Kelandaian ... 65
1.5. Kejernihan ... 65
1.6. Keadaan Udara Dipantai ... 66
2. Aksesibilitas ... 66
2.1Jarak Tempuh ... 68
2.2Waktu Tempuh ... 68
2.3Kondisi Jalan ... 69
2.4Frekuensi kendaraan ... 70
2.5Jaringan Transportasi ... 71
2.6Lokasi Obyek Wisata... 71
2.7Biaya yang dikeluarkan ... 71
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 74
B. Saran ... 75
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
1. Klasifikasi Gelombang Berdasarkan Periode... 15
2. Klasifikasi Kelandaian pantai Dalam Beberapa Kelas... 17
3. Tabel Perubahan Cahaya... 18
4. Potensi Wisata Pantai Way Saral yang Terdapat di Way Saral... 28
5. Luas Lahan Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat Menurut Pengunaan Lahan... 38
6. Data Curah Hujan Kecamatan Krui Selatan... 42
7. Klasifikasi Iklim Menurut Schmidt Fergusson... 43
8. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelemin... 46
9. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan... 48
10.Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencarian... 49
11.Penilaian Potensi Berdasarkan Wawancara... 62
12.Jawaban Responden Tentang Ketinggian Gelombang... 63
13.Jawaban Responden Tentang Suara Gelombang... 64
14.Jawaban Responden Tentang Gerakan Gelombang... 64
15.Jawaban Responden Tentang Kelandaian Pantai... 65
16.Jawaban Responden Tentang Kejernihan Air Laut... 65
17.Jawaban Responden Tentang Keadaan Udara di Pantai... 66
19.Jawaban responden tetang waktu tempuh... 69
20.Jawaban responden tetang kondisi jalan... 69
21.Jawaban responden tetang frekuensi kendaraan... 69
22.Jawaban responden tetang jaringan transportasi... 70
23.Jawaban responden tetang lokasi obyek wisata... 71
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Gambar Panjang Gelombang... 13
2. Diagram Kerangka Pikir... 25
3. Peta Administrasi... 38
4. Peta Penggunaan Lahan...40
5. Diagram Scermit Ferguson...42
6. Ketinggian gelombang... 49
7. Gerakan Gelombang... 51
8. Kelandaian Pantai... 52
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara kepulauan (nusantara) yang terdiri dari 17.508 pulau
Suprihan (Supriharyono, 2002:1). Setiap kepulauan di Indonesia memiliki
karakteristik atau ciri khas tersendiri yang berbeda antara satu pulau dengan pulau
yang lain, yaitu dilihat dari fisik seperti bentang alam, gunung, lembah dan pantai
maupun dari segi budayanya seperti adat istiadat yang berupa pola perkawinan,
kesenian daerah dan lain sebagainya yang dapat dijadikan sebagai modal dasar
pembangunan industri pariwisata.
Pariwisata dikatakan sebagai industri karena kegiatan pariwisata merupakan
kegiatan yang berorientasi pada produktivitas dan komersial. Dengan adanya
kegiatan pariwisata akan timbul hasrat dan keinginan untuk memelihara semua
aset wisata. Industri pariwisata juga dikatakan sebagai industri tanpa cerobong
asap yang bebas dari polusi dan pencemaran lain yang sifatnya berbahaya.
Walaupun kegiatan kepariwisataan banyak dipengaruhi oleh kemajuan tekhnologi,
transportasi dan komunikasi, tetapi tempat-tempat yang menjadi pemusatan
wisatawan itu selalu menghendaki suasana yang nyaman, bersih, dan aman serta
memiliki lingkungan yang terpelihara, sehingga tercipta suasana yang harmonis
2
Obyek dan daya tarik wisata merupakan dasar bagi kepariwisataan. Tanpa adanya
suatu daya tarik disuatu area/daerah tertentu, kepariwisataan sulit untuk
dikembangkan. Pariwisata biasanya akan dapat lebih berkembang atau
dikembangkan, jika disuatu daerah terdapat lebih dari satu jenis obyek dan daya
tarik wisatawan ( Marfaung, 2002: 78).
Provinsi Lampung merupakan salah satu Provinsi yang ada di Indonesia dan
memiliki potensi objek wisata yang sangat menarik, selain itu penduduk Provinsi
Lampung terdiri atas berbagai suku bangsa dan keanekaragaman corak
kebudayaan adat istiadat dan agama. Potensi pariwisata yang ada di Provinsi
Lampung dapat dijadikan modal untuk pembangunan industri pariwisata, baik
wisata alam, wisata budaya maupun wisata historis. Kondisi ini dapat terlihat
dengan adanya lautan, sungai, pegunungan, lembah dan hutan yang begitu indah
dengan udara yang sejuk.
Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat merupakan kecamatan yang
berbatasan dengan Samudra Hindia dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
sehingga terdapat banyak potensi wisata. Baik wisata budaya yang berupa adat
istiadat dan kebudayaan masyarakat setempat seperti upacara perkawinan dan
upacara-upacara adat maupun wisata alam terutama wisata pantai yaitu Pantai
Branday karena wisata yang terdapat di Kecamatan Krui Selatan Kabupaten
Pesisir Barat sebagian besar adalah wisata alam, maka penelitian ini hanya
membahas tentang potensi wisata alamnya saja. Batasan lokasi Pantai Way Saral
bersebelahan dengan pantai Beranday atau bersebelahan dengan desa Mandiri,
3
karena di sebelah selatan ada pohon-pohon di sepanjang pantai tersebut serta flora
dan fauna yang ada di daerah Pantai Way Saral sangat nampak terlihat seperti
burung kupu-kupu dan lain-lain, dengan aksesibilitas lumayan jauh jika dari kota
Pesisir Barat dapat menempuh perjalanan 15 menit perjalanan dengan kondisi
jalan yang bagus.
Dengan adanya potensi wisata terutama wisata alam yang terdapat di Kecamatan
Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat tersebut, perlu mengkaji untuk selanjutnya
merencanakan pengembangan pariwisata sesuai dengan potensi wisata yang ada
dan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan daerah khususnya yang bisa
dirasakan langsung oleh penduduk yaitu dengan terbukanya lapangan pekerjaan
baru, seperti membuka pondok-pondok makanan, penginapan, jasa ojek dan
lain-lain. Berdasarkan hal tersebut, untuk mendeskripsikan potensi wisata yang ada di
Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat dan perlu ditinjau dari
aspek-aspek geografi yaitu aspek-aspek fisik dan aspek-aspek sosialnya.
Inventarisasi potensi wisata pantai adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk
menstabilkan atas kebijakan pemerintah agar wisata Pantai Way Saral dapat
diketahui dan memperoleh data serta informasi tentang sumberdaya, potensi
kekayaan alam Pantai serta lingkungannya secara lengkap. Dalam hal ini jajaran
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pesisir Barat sudah melakukan
ancang-ancang untuk menarik jumlah wisatawan sebanyak mungkin ke daerah ini.
Jika selama ini yang menjadi primadona adalah objek wisata pantai, berbagai
objek lain akan dipersiapkan dalam bentuk wisata minat khusus, wisata alam,
4
Happy Marfaung (2000:79) menyatakan bahwa “hal yang diperlukan diperhatikan
dalam pengembangan daya tarik wisata yang potensial harus dilakukan penelitian,
inventarisasi evaluasi sebelum wisata dikembangkan. Hal ini penting agar
perkembangan daya tarik wisata yang ada dapat sesuai dengan keinginan pasar
potensial dan untuk menentukan pengembangan yang tepat dan sesuai. Hal inilah
yang perlu diadakan penelitian lebih lanjut agar potensi yang ada dapat
dikembangkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apasajakah potensi wisata alam yang terdapat di Pantai Way Saral
Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat.
2. Bagaimanakah aksesibilitas menuju obyek wisata Pantai Way Saral yang ada
di Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat.
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui potensi wisata alam Pantai Way Saral yang ada di
Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat
2. Untuk mengetahui aksesibilitas menuju obyek wisata Way Saral yang ada di
Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat.
D. Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung.
2. Hasil penelitian ini sebagai Suplemen mata pelajaran Geografi di SMA Kelas
5
dengan Kompetensi Dasar memprediksi persebaran lokasi sumber daya alam
di Indonesia dan pemanfaatannya dalam materi pokok sumber daya alam.
Sehubungan dengan penelitian ini yang merupakan sumbangan dalam
menambah khasanah suplemen bahan ajar mata pelajaran Geografi yaitu
pariwisata merupakan salah satu jenis pemanfaatan dan pengelolaan sumber
daya alam yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia, salah satunya adalah
potensi wisata yang terdapat di Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir
Barat, sehingga diharapkan dari hasil penelitian akan diketahui potensi dan
persebaran lokasi wisata yang terdapat di Kecamatan Krui Selatan Kabupaten
Pesisir Barat.
3 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan masukan
bagi pihak dinas pariwisata yang ada di Kecamatan Krui Selatan Kabupaten
Pesisir Barat.
4 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan
tentang kepariwisataan.
E. Ruang Lingkup Penelitian
a. Ruang lingkup objek penelitian ini adalah potensi wisata Pantai Way Saral di
Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat.
b. Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah potensi wisata Pantai Way Saral
di Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat.
c. Ruang lingkup tempat adalah Pantai Way Saral yang ada di Kecamatan Krui
Selatan Kabupaten Pesisir Barat.
6
e. Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah Geografi Pariwisata
merupakan ilmu yang mempelajari antara geografi dan pariwisata. Segi-segi
yang dipelajari dalam pariwisata seperti, perhotelan, rumah makan,
cendramata, transportasi, biro perjalanan dan atraksi. Segi geografis seperti
iklim, flora dan fauna, keadaan alam adat budaya, perjalanan darat, laut udara,
sehingga antara geografi dan pariwisata selalu berkaitan satu sama lain
(Ramaini, 1992:3).
Menurut Ramaini (1992:3), Geografi pariwisata merupakan geografi yang
berhubungan erat dengan pariwisata. Kegiatan pariwisata banyak sekali seginya
dimana semua kegiatan itu bisa disebut dengan industri pariwisata, termasuk di
dalam perhotelan, restoran, toko, cendramata, transportasi, biro jasa di bidang
perjalanan, tempat-tempat hiburan, objek wisata atraksi budaya dan lainya.
Segi geografi umum yang perlu diketahui wisatawan antara lain iklim, flora faun,
keindahan alam, adat istiadat, budaya, perjalanan darat, perjalanan laut, dan udara
. Dua segi tersebut yaitu segi industri pariwisata dan segi geografi umum menjadi
bahasan dalam geografi pariwisata.
Dalam penelitian di gunakan Geografi Pariwisata sebagai ruang lingkup ilmu kare
na sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengkaji potensi wisata yang terdapat di
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka 1. Pegertian Geografi
Geografi adalah ilmu pengetahun dan mengambarkan sifat-sifat bumi,
menganalisa gejala-gejala alam dan penduduk ,serta mempelajari corak yang khas
mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dan unsur-unsur bumi dalam
ruangan dan waktu (Bintarto 1984: 9). Berdasarkan pegertian tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa objek wisata sebagai lingkungan alam memiliki hubungan timbal
balik dengan manusia, dimana manusia dapat mencari dan mengetahui fungsi dari
lingkungan alam serta memanfaatkanya.
Cabang-cabang geografi menurut Nursid (1998:9 52-53) adalah “secara garis besar
ilmu geografi terdiri dari geografi fisik dan geografi sosial. Geografi fisik
merupakan cabang geografi yang berisikan ilmu pengetahuan dilihat dari asfek
fisika, kimia, dan biotik. Serta geografi yang menjadi latar belakang sumber daya
dan lingkungan bagi kehidupan umat manusia, yang temasuk geografi fisikal
antara lain adalah Geologi, Geomorfologi, Meteorologi, Klimatologi, Geografi
Kelautan, Oseanografi, dan Geografi Sumber Daya. Sedangakan geogarafi sosial
merupakan ilmu yang memepelajari seluk beluk peyebaran pertumbuhan, prilaku,
8
sosial terdiri dari berbagai kajian ilmu geografi seperti Geografi Penduduk,
Geografi Politik, Geografi Desa dan Kota, Geografi Pariwisata, Geografi
Pemukiman dan lain-lain.
2. Pengertian Pariwisata
Pariwisata adalah suatu proses berpergian sementara dari seseorang atau lebih
menuju tempat lain diluar tempat tinggalnya dengan tujuan ekonomi, sosial,
kebudayaan, politik, agama, kesehatan, maupun kepentingan lain yaitu sekedar
untuk ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar (Gamal
Suswantoro, 1997:3).
Pengertian lain tentang pariwista Menurut Yoeti (1986:109) pariwisata adalah
suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan
dari suatu tempat ketempat yang lain dengan maksud bukan untuk berusaha
(business) atau mencari nafkah ditempat yang dikunjunginya, tetapi semata-mata
untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau
memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
Dari pengertian di atas, pada dasarnya pariwisata sifatnya hanya untuk sementara
dengan tujuan tidak untuk memperoleh hasil atau upah melainkan untuk
memperoleh kesenangan, mencari suasana baru dan yang lain sebagainya. Setiap
obyek wisata tidak akan memiliki potensi yang sama dengan obyek wisata yang
lain. Menurut Karyono (1997:41-43) pariwisata dapat dibedakan menjadi
9
a. Wisata Budaya, adalah perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk
memperluas pandangan hidup seseorang dengan jelas mengadakan kunjungan
atau peninjauan ke tempat lain atau keluar negeri untuk mempelajari keadaan
rakyat, kebiasaan dan adat istiadat, cara hidup dan kesenian rakyat.
b. Wisata Maritim (Marina) atau Bahari, yaitu wisata yang berkaitan dengan
kegiatan olahraga air, danau, bengawan, pantai, teluk atau laut, berkeliling
melihat-lihat taman laut dengan pemandangan indah di bawah permukaan air
serta berbagai rekreasi perairan yang dilakukan di daerah-daerah maritim.
c. Wisata Kesehatan, yaitu wisata yang dilakukan dengan tujuan untuk menukar
keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari dimana ia tinggal demi
kepentingan beristirahat dalam arti jasmani dan rohani dengan mengunjungi
tempat peristirahatan seperti mata air panas mengandung mineral yang dapat
menyembuhkan, tempat yang mempunyai iklim udara menyehatkan atau
tempat-tempat yang menyediakan fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya.
d. Wisata Cagar Alam, yaitu wisata yang berkaitan dengan cagar alam, taman
lindung, hutan daerah pegunungan, keajaiban hidup binatang dan margasatwa
langka, yang kelestarian lingkungannya dilindungi oleh undang-undang, dan
masih banyak lagi jenis wisata yang lainnya.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis wisata didasarkan
pada fungsi atau manfaatnya, suatu daerah dapat menambahkan jenis-jenis wisata
sesuai dengan lingkungan yang ada dan sesuai dengan kondisi dan situasi
10
3. Potensi Wisata
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa, 1990:697) disebut bahwa potensi adalah daya kekuatan, dan kemampuan
yang mempunyai kemungkinan untuk dapat dikembangkan. Menurut R.S
Damardjati (1992:88) bahwa:
“Potensi wisata adalah segala hal dan keadaan, baik yang nyata dan dapat diraba, maupun yang tidak teraba yang digarap, diatur disediakan sebagai kemampuan faktor dan unsur yang diperlukan/menentukan bagi usaha dan pengembangan kepariwisataan, baik itu berupa suasana,kejadian ,benda maupun layanan/jasa-jasa”.
Pengertian potensi wisata menurut Mariotti dalam Yoeti (1983: 160-162) adalah
segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata, dan merupakan daya tarik
agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut.
Jadi yang dimaksud dengan potensi wisata adalah sesuatu yang dapat
dikembangkan menjadi daya tarik sebuah obyek wisata.
Menurut Pendit (1927:11) unsur untuk menunjang perkembangan pariwisata di
daerah tujuan diantaranya
1 Objek dan daya tarik wisata
Objek wisata sebagai daya tarik wisata merupakan potensi pendorong, kedatangan
wisatawan ke daerah tujuan.
2 Prasarana wisata
Prasarana wisata adalah sumber daya alam buatan yang mutlak dibutuhkan
11
3 Sarana wisata
Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata untuk memenuhi
kebutuhan wisatawan.
4 Tata laksana infrastuktur
Infrastruktur adalah situasi yang mendukung fungsi sarana dan prasarana wisata,
baik berupa sistem pengaturan maupun bangunan fisik di atas permukaan tanah
dan di bawah tanah.
5 Masyarakat/lingkungan
Daerah dan tujuan wisata yang memiliki berbagai objek dan daya tarik wisata
akan mengundang kehadiran wisatawan
Berdasarkan pernyataan tersebut, potensi wisata dapat berbentuk segala sesuatu
yang terdapat pada wisata baik yang berupa keindahan alam maupun budaya
masyarakat sekitar yang dapat mendukung perkembangan wisata sehinga dapat
dinikmati oleh wisatawan. Menurut Asisten Dua Kependudukan dan Lingkungan
Hidup (1990:11), potensi wisata dapat dibagi menjadi
1. Potensi wisata bersifat panorama alam yang berhubungan dengan
cagar alam, suaka alam, termasuk flora dan fauna dengan pemandangan luar
biasa dan indah.
2. Potensi wisata bersifat apounturir, yaitu berhubungan dengan perjalanan
menuju tempat-tempat dengan berbagai alat transportasi termasuk perjalanan
safari, pendaki gunung, olahraga dan slancar.
3. Potensi wisata bersifat bisnis/ekonomi, yaitu berhubungan dengan usaha
12
4. Potensi wisata bersifat hiburan, almiah, sosial dan budaya yaitu berhubungan
dengan penikmatan nilai-nilai budaya tradisional atau moderen berupa
tari-tarian, hasil kerajinan tangan dan produksi setempat serta arsitektur budaya
Indonesia.
Pendapat di atas menjelaskan bahwa potensi wisata dapat dibagi menjadi empat
macam yaitu potensi wisata yang bersifat panorama alam, potensi wisata yang
bersifat hiburan, alamiah, sosial dan budaya, potensi yang bersifat apounturir dan
potensi wisata yang bersifat bisnis/ekonomi. Berdasarkan ketiga pendapat diatas,
maka dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan potensi wisata adalah segala
sesuatu yang terdapat di objek wisata yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung
perkembangan wisata tersebut sehingga dapat dinikmati oleh wisatawan yang ber
kunjung, baik berupa pemandangan alam, sosial dan budaya masyarakat, apountur
ir, bisnis/ekonomi dan layanan atau jasa seperti, jarak, lokasi, aksesbelitas,fasilitas
Dengan demikian perlu diketahui potensi wisata yang terdapat di objek wisata
pantai Way Saral yang nantinya dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
rangka pengembangan potensi wisata di objek wisata Way Saral Kecamatan Krui
Selatan Kabupaten Pesisir Barat.
4. Potensi Wisata (Pantai) 4.1 Ketinggian gelombang
Gelombang dapat dipandang sebagai perpindahan momentum dari suatu titik di
dalam ruang ke titik lain tanpa perpindahan (Shala Hutabarat) Gelombang yang
ditemukan di permukaan laut pada umumnya terbentuk karena adanya proses alih
13
dasar laut, gelombang ini merambat ke segala arah membawa energi tersebut yang
kemudian dilepaskanya di pantai dalam bentuk hempasan ombak. gelombang
merupakan parameter utama dalam proses erosi atau sendimentasi. Besarnya
proses tersebut tergantung pada besarnya energi yang dihempaskan oleh
gelombang di pantai.
Gelombang mempunyai ukuran yang bervariasi mulai dari riak dengan ketinggian
beberapa centimeter sampai pada gelombang badai yang dapat mencapai
ketinggian 30 m. Dengan ketinggian gelombang ideal 7 ft. Panjang gelombang
berbanding terbalik dengan frekuensi gelombang. Dengan kata lain, semakin
[image:31.595.188.410.398.543.2]pendek panjang gelombang, akan memiliki frekuensi yang besar.
Gambar 1. Pajang Gelombang
Berdasarkan kedalamannya, gelombang yang bergerak mendekati pantai dapat
dibagi menjadi 2 bagian yaitu gelombang laut dalam dan gelombang permukaan.
Gelombang laut dalam merupakan gelombang yang dibentuk dan dibangun dari
bawah kepermukaan. Sedangkan gelombang permukaan merupakan gelombang
14
Gelombang permukaan terjadi karena adanya pengaruh angin. Peristiwa ini
merupakan peristiwa pemindahan energi angin menjadi energi gelombang
dipermukaan laut dan gelombang ini sendiri akan meneruskan energinya ke
molekul air. Gelombang akan menimbulkan riak di permukaan air dan akhirnya
dapat berubah menjadi gelombang yang besar. Gelombang yang bergerak dari
zona laut lepas hingga tiba di zona dekat pantai (nearshore beach) akan melewati
beberapa zona gelombang yaitu: zona laut dalam (deep water zone), zona refraksi
(refraction zone), zona pecah gelombang (surf zone), dan zona pangadukan
gelombang (swash zone). Uraian rinci dari pernyataan tersebut dapat
dikemukakan sebagai berikut.
Gelombang mula-mula terbentuk di daerah pembangkit (generated area)
selanjutnya gelombang-gelombang tersebut akan bergerak pada zona laut dalam
dengan panjang dan periode yang relatif pendek. Setelah masuk ke badan parairan
dangkal, gelombang akan mengalami refraksi (pembelokan arah) akibat topografi
dasar laut yang menanjak sehingga sebagian kecepatan gelombang menjadi
berkurang periodenya semakin lama dan tingginya semakin bertambah,
gelombang kemudian akan pecah pada zona surf dengan melepaskan sejumlah
energinya dan naik kepantai (swash) dan setelah beberapa waktu kemudian
gelombang akan kembali turun (backswash) yang kecepatannya bergantung pada
kemiringan pantai atau slope. Pantai dengan slope yang tinggi akan lebih cepat
memantulkan gelombang, sedangkan pantai dengan slope yang kecil pemantulan
gelombangnya relatif lambat. Zona gelombang dibagi atas tiga bagian, yaitu zona
pecah gelombang (breaker zone), zona surf (surf zone), dan zona swash (swash
15
Pada zona surf, terjadi angkutan sedimen karena arus sepanjang pantai terjadi
dengan baik. Pada kedalaman dimana gelombang tidak menyelesaikan orbitalnya,
gelombang akan semakin tinggi dan curam, dan akibatnya mulai pecah. Berikut
klasifikasik gelombang berdasarkan periodenya, seperti yang disajikan pada Tabel
[image:33.595.116.516.250.397.2]1. berikut ini.
Tabel 1 . Klasifikasi Gelombang Berdasarkan Periode
Periode Panjang Gelombang Jenis Gelombang
0 – 0,2 Detik 0,2 – 0,9 Detik
Beberapa centimeter Mencapai 130 meter
Riak (Riplles) Gelombang angin
0,9 -15 Detik Beberapa ratus meter Gelombang besar
(Swell) 15 – 30 Detik
0,5 menit – 1 jam
Ribuan meter Ribuan kilometer
Long Swell Gelombang dengan periode yang panjang
(termasuk Tsunami)
5, 12, 25 jam Beberapa kilometer Pasang surut
Sumber: Oseanografi (bahan ajar). Unila. Bandar Lampung
4.2 Suara gelombang
Kecepatan suara pada air laut tergantung kepada kepadatan air laut, yang mana
kepadatan air itu dipengaruhi oleh tinggi rendahnya salinitas air dan temperatur.
Kecepatan suara dalam air dapat berubah-ubah dipengaruhi oleh musim, dengan
perobahan temperatur 1°C menyebabkan perubahan kecepatan suara 3,58 meter
tiap detik. Perubahan salinitas lebih kecil pengaruhnya terhadap kecepatan suara.
Gelombang adalah pergerakan naik dan turunya pergerakan air dengan arah tegak
lurus pembentukan air dengan bentuk kurva grafik sinusoidal, (Stewer M. Evan)
gelombang selalu menimbulkan sebuah ayunan air yang bergerak tanpa
henti-hentinya pada lapisan permukaan air laut dan jarang dalam keadaan sama sekali
16
menimbulkan riak gelombang. Suara gelombang didaerah pantai atau laut
biasanya dengan suara bergemuruh dan tidak bergemuruh .
4.3 Gerakan Gelombang
Berdasarkan kedalamannya, gelombang yang bergerak mendekati pantai dapat
dibagi menjadi 2 bagian yaitu gelombang laut dalam dan gelombang permukaan.
Gelombang laut dalam merupakan gelombang yang dibentuk dan dibangun dari
bawah kepermukaan. Sedangkan gelombang permukaan merupakan gelombang
yang terjadi antara batas dua media seperti batas air dan udara.
Gelombang permukaan terjadi karena adanya pengaruh angin. Peristiwa ini
merupakan peristiwa pemindahan energi angin menjadi energi gelombang
dipermukaan laut dan gelombang ini sendiri akan meneruskan energinya ke
molekul air. Gelombang akan menimbulkan riak dipermukaan air dan akhirnya
dapat berubah menjadi gelombang yang besar. Gelombang yang bergerak dari
zona laut lepas hingga tiba di zona dekat pantai (nearshore beach) akan melewati
beberapa zona gelombang yaitu: zona laut dalam (deep water zone), zona refraksi
(refraction zone), zona pecah gelombang (surf zone), dan zona pangadukan
gelombang (swash zone). Uraian rinci dari pernyataan tersebut dapat
dikemukakan sebagai berikut :
Gelombang mula-mula terbentuk di daerah pembangkit (generated area)
selanjutnya gelombang-gelombang tersebut akan bergerak pada zona laut dalam
dengan panjang dan periode yang relatif pendek. Setelah masuk ke badan parairan
dangkal, gelombang akan mengalami refraksi (pembelokan arah) akibat topografi
17
berkurang periodenya semakin lama dan tingginya semakin bertambah,
gelombang kemudian akan pecah pada zona surf dengan melepaskan sejumlah
energinya dan naik kepantai (swash) dan setelah beberapa waktu kemudian
gelombang akan kembali turun (backswash) yang kecepatnnya bergantung pada
kemiringan pantai atau slope. Pantai dengan slope yang tinggi akan lebih cepat
memantulkan gelombang, sedangkan pantai dengan slope yang kecil pemantulan
gelombangnya relatif lambat. Zona gelombang dibagi atas tiga bagian, yaitu zona
pecah gelombang (breaker zone), zona surf (surf zone), dan zona swash (swash
zone).
Pada zona surf, terjadi angkutan sedimen karena arus sepanjang pantai terjadi
dengan baik. Pada kedalaman dimana gelombang tidak menyelesaikan orbitalnya,
gelombang akan semakin tinggi dan curam, dan akibatnya mulai pecah.
4.4.Kelandaian Pantai
Kemiringan lahan relativ terhadap bidang datar yang secara umum dinyatakan
dalam persen atau derajat. Kecuraman lereng, panjang lereng dan bentuk
lerengsemuanya akan mempengaruhi besarnya erosi dan aliran permukaan.
[image:35.595.118.513.568.707.2]Berikut klasifikasi kemiringan lereng.
Tabel 2. Klasifikasi Kelandaian Pantai Dalam Beberapa Kelas.
KEMIRINGAN ( % ) KLASIFIKASI KELAS
0 – 3 Datar A
3 – 8 Landai Atau Berombak B
8 – 15 Agak Miring C
15 – 30 Miring D
30-45 Agak Curam E
45-65 Curam F
>65 Sangat Curam G
18
4.5 Kejernihan Air Laut
Tingkat kecerahan air yang ada di daerah sekeliling kita dengan tingkat kecerahan
jernih, tidak jernih, sagat jernih, keruh dan sebagainya sehinga dapat dikatakan
kejernihan suatu air adalah tingkat kecerahan air tersebut. Obyek wisata Pantai
Way Saral dapat dikatakan jernih karna di daerah tersebut belum dikotori oleh
sampah. Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan ke dalam air dan
dinyatakan dengan persen (%). Kemampuan cahaya matahari untuk menembus
sampai ke dasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan (turbidity) air. Kecerahan
dan kekeruhan mempunyai peranan yang penting bagi hewan-hewan yang
mencari makan dan melakukan interaksi biotik lainnya secara visual. Untuk
mengetahui efek ekologis dari cahaya matahari, yang perlu diperhatikan adalah
aspek intensitasnya, kualitasnya serta lamanya penyinaran bila kita menyelam ke
lapisan yang lebih dalam, maka pada setiap kedalam terjadi perubahan cahaya di
[image:36.595.113.406.499.560.2]dalam air. Dapat dilihat dibawah ini
Tabel 3. Perubahan Cahaya di Dalam Air
No Berdasarkan kedalaman Perubahan warna
1 a. Kedalam 5 m
b. Kedalaman 10 m
c. Kedalam 20 m
Agak kuning Hijau dan biru Biru dan hijau Sumber: Bahan Ajar Oseanografi
Matahari menyinari energinya kepermukaan air laut, bila berkedudukan di zenith
98% dari energinya mencapai permukaan laut dan tembus ke dalam air, bila
matahari ada 10° di atas horizon hanya 65% dari energinya yang menembus air,
sisanya direfleksikan oleh permukaan ke atmosfer. Selain penyinaran langsung
dari matahari, air juga menerima cahaya difusi dari langit. Kira-kira 95% dari
19
4.6 Keadaan Udara di Pantai
Udara merujuk kepada campuran gas yang terdapat pada permukaan bumi. Udara
bumi yang kering mengandungi 78% nitrogen, 21% oksigen, dan 1% uap air,
karbon dioksida, dan gas-gas lain.
Kandungan elemen senyawa gas dan partikel dalam udara akan berubah-ubah
dengan ketinggian dari permukaan tanah. Demikian juga massanya, akan
berkurang seiring dengan ketinggian. Semakin dekat dengan lapisan troposfer,
maka udara semakin tipis, sehingga melewati batas gravitasi bumi, maka udara
akan hampa sama sekali. Udara yang terdapat di bumi jika tiap naik 1000 m maka
suhu yang akan terdapat di udara hanya ± 0, 124°C.
5 Aksesibilitas (Tingkat Keterjangkauan)
Menurut Bintarto (1984:117) Aksesibilitas adalah kemudahan bergerak dari suatu
tempat ke tempat lain dalam suatu wilayah, aksesibilitas ini ada kaitannya dengan
jarak. Pendapat lain mengatakan bahwa aksesibilitas merupakan kemampuan
untuk mencapai suatu tujuan wisata tertentu, dapat lebih mudah atau sulit untuk
menjangkaunya yaitu jarak dari jalan raya dengan penilaian dengan penilaian
jarak dibagi menjadi tiga yaitu: aksesibilitas dapat diukur dengan parameter
kondisi (keadaan jalan), kemiringan jalan, jaringan transportasi, waktu tempuh,
jarak tempuh, tingkat kemudahan lokasi obyek, biaya yang dikeluarkan, dan
20
Sedangkan menurut Hadinoto (1996:121) agar pariwisata bisa berkembang, maka
suatu daerah tujuan daerah wisata harus aksesibel (bisa didatangi). Artinya harus
memiliki aksesibilitas yang tinggi yaitu seperti:
a. Pengaturan perjalanan harus nyaman, komparatif ekonomi.
b. Apabila jarak menuju pasar wisata melebihi 150 km, maka harus tersedia
angkutan nyaman modern, lazimnya angkutan udara maupun kereta api cepat
agar daerah wisata tersebut bisa menerima jumlah wisatawan yang cukup
besar.
c. Jalan-jalan perlu nyaman dan aman, beraspal tidak berlubang, tidak berdebu,
dengan cukup rambu-rambu lalu lintas, sedangkan kendaraan juga harus perlu
nyaman dan bersih, layak (digunakan tidak rusak ditengah perjalanan, sopir
bertanggung jawab).
d. Langsung dan cepat adalah syarat perjalanan wisatawan.
e. Waktu adalah penentu perjalanan, artinya bagi perjalanan jauh waktu yang
diperlukan adalah lebih penting dari pada biaya perjalanan.
Aksesibilitas atau tingkat keterjangkauan merupakan kemampuan dan kemudahan
untuk mencapai suatu tempat tujuan wisata tertentu, dapat dengan mudah atau
sebaliknya lebih sulit untuk menjangkaunya. Aksesibilitas dapat diklasifikasikan
menjadi mudah dijangkau dan sulit dijangkau. Dinyatakan mudah dijangkau jika
seluruh indikator yang dijadikan parameter dalam aksesibilitas tersedia,
dinyatakan sulit dijangkau jika lebih dari sebagian indikator atau bahkan
21
5.1. Jarak Tempuh
Jarak tempuh dikaitkan dengan jauh atau dekatnya suatu tempat. Menurut Sumadi
(2003:43) bahwa :
“jarak merupakan faktor pembatas yang bersifat alami, sekalipun arti pentingnya juga brsifat relatif sejalan dengan kemajuan kehidupan dan teknologi. Jarak berkaitan erat dengan arti lokasi dan upaya pemenuh kebutuhan atau keperluan pokok (air, tanah, pusat pelayanan), pengankutan barang dan penumpangan. Oleh karena itu jarak tidak hanya dinyatakan dengan ukuran jarak lurus diudara”.
Dari pegertian tersebut dapat disimpulkan bahwa jauh dekatnya suatu tempat
selalu dikaitkan dengan waktu perjalanan yang diperlukan maupun yang
dikeluarkan. Semakin jauh suatu tempat maka semakin lama perjalanan.
5.2. Waktu Tempuh
Waktu tempuh berhubungan erat dengan lama tidaknya wisatawan menuju suatu
obyek wisata. Diera teknologi cangih ini waktu tidak menjadi persoalan untuk
mengunjungi suatu obyek wisata. Menurut Nyoman (2006:21).
“yang perlu diperhatikan dari mereka berkompeten dalam usaha pembangunan industri pariwisata adalah waktu yang digunakan untuk tiba disuatu obyek wisata seperti, waktu yang dibutuhkan dipelabuhan, waktu yang dibutuhkan untuk berkemas barang-barang, dan lain-lain.”
Dari ketepatan, kecepatan, dan kelancaran tersebut, dapat mengurangi waktu yang
digunakan oleh wisatawan.
5.3. Kondisi Jalan
Kondisi jalan adalah baik burukya suatu jalan. Kondisi jalan yang baik akan
memudahkan wisatawan untuk berwisata ke suatu obyek wisata. Biasanya banyak
22
untuk dilewati, namun sebaliknya jika kondisi jalan baik wisatawan akan sering
untuk berkunjung.
Banyaknya faktor yang menyebabkan kondisi jalan suatu obyek wisata kurang
baik seperti, banyaknya kendaraan roda empat yang melintas, faktor hujan dan
panas, jalan rusak, keadaan tanah dan lain-lain.
5.4. Frekuensi Kendaraan
Frekuensi kendaraan berhubungan erat dengan banyak atau sedikitnya jumlah
kendaraan yang melintas. Biasanya frekuensi kendaraan menuju suatu obyek
wisata meningkat pada hari-hari tertentu seperti hari raya agama, tahun baru, dan
hari libur. Dengan keadaan ini frekuensi kendaraan semakin meningkat sehingga
tidak menutup kemunkinan meninmbulkan kemacetan.
5.5 Jaringan Transportasi
Transportasi yang lancar dapat memudahkan wisatawan untuk mengunjungi suatu
obyek wisata, sehinga banyak wisatawan yang berminat untuk mengunjungi
obyek wisata tersebut. Sebaliknya, jika transportasi menuju suatu obyek wisata
kurang lancar, maka banyak wisatawan yang enggan untuk berwisata ke obyek
wisata tersebut. Jaringan transportasi dapat berjalan lancar jika diimbangi
prasarana dan jalan yang baik.
5.6. Lokasi Obyek Wisata
Lokasi atau letak merupakan konsep utama dalam pembangunan suatu obyek
wisata. Lokasi yang strategis memungkinkan banyaknya jumlah wisatawan yang
23
Konsep lokasi dibagi menjadi dua yaitu lokasi absolut dan lokasi relatif.
1. Lokasi Absolut
Lokasi absolut adalah letak atau tempat yang dilihat dari garis lintang dan
garis bujur (garis astronomis). Lokasi absolut keadaanya tetap dan tidak
dapat berpindah letaknya karena berpedoman pada garis astronomis bumi.
Perbedaan garis astronomis menyebabkan perbedaan iklim (garis lintang)
dan perbedaan waktu (garis bujur).
2. Lokasi Relatif
Lokasi relatif adalah letak atau tempat yang dilihat dari daerah lain
disekitarnya. Lokasi relatif dapat berganti-ganti sesuai dengan obyek yang
ada disekitarnya.
Dengan demikian lokasi suatu obyek wisata dapat dilihat dari segi lokasi absolut
yang dinyatakan dengan angka, dan lokasi relatif yang berdasarkan persepsi
wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata tersebut.
5.7. Biaya yang Dikeluarkan
Biaya adalah semua pegorbanan yang dikeluarkan oleh wisatawan yang biasanya
dinyatakan dalam satuan uang. Ditempat atau dinegara-negara lain harga
barang-barang atau ongkos yang lebih murah sudah barang-barang tentu mereka akan memilih
berbelanja dan pergi ke daerah tersebut.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin sedikit dan murah
biaya yang dikeluarkan untuk menuju suatu obyek wisata, maka semakin banyak
24
B. Kerangka Pikir
Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat merupakan Kecamatan yang
memiliki potensi obyek wisata terutama wisata alam, seperti Way Saral tetapi
potensi wisata yang ada tidak semuanya diketahui oleh para wisatawan,
berdasarkan hal tersebut perlu adanya deskripsi tentang obyek wisata yang ada di
Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat. Namun potensi wisata yang ada
tersebut belum dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal, sehinga perlu
adanya perencanaan yang lebih baik untuk menggali dan mengembangkan
potensi-potensi wisata yang ada sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu
dilakukan identifikasi terhadap potensi-potensi wisata yang ada di objek wisata
yang ada objek wisata Pantai Way Saral sehinga dapat diketahui mana potensi
yang belum dikembangkan secara optimal oleh pengelola maupun pihak
pemerintah sehinga dapat dijadikan pertimbangan pengelola dan pemerintah dala
m rangka perencanan dan pengembangan objek wisata Pantai Way Saral pada
masa yang akan datang.
Selain itu potensi wisata pendukung seperti lokasi, jarak, aksebelitas (tingkat
keterjangkauan) fasilitas juga perlu diidentifikasi untuk menarik minat wisatawan
berkunjung ke objek wisata Way Saral Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir
Barat sehinga jumlah kunjungan wisatawan akan mengalami peningkatan. Berdas
arkan tujuan dalam penelitian ini, maka penulis mencoba menuangkannya dalam
25
Potensi Wisata Pantai Way Saral
1. Potensi Wisata Alam
a. Ketinggin Gelombang
b. Suara Gelombang
c. Gerakan Gelombang
d. Kelandaian Pantai
e. Kejernihan Air Laut
f. Keadan Udara di Pantai
2. Aksesibilitas
a. Jarak Tempuh
b. Waktu Tempuh
c. Kondisi Jalan
d. Frekuensi Kendaraan
e. Jaringan Transportasi
f. Lokasi Objek Wisata
g. BiayaYang Dikeluarkan
III. METODOLOGI PENELITIAN
A.Metode Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode penelitian
eksploratif yaitu metode yang dipergunakan karena permasalahan belum
dirumuskan disebabkan karena penelitian ini berbentuk penjelajahan atau belum
begitu banyak informasi ataupun data dan lain sebagainya. Penelitian ini
kemudian diinterpretasikan dalam bentuk penulisan deskriptif yang menggunakan
pendekatan kualitatif. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Nawawi (1990 : 64)
“bahwa metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi. Dengan demikian penelitian ini menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan objek penelitian sesuai dengan kenyataan sebagaimana adanya dan mencoba menganalisa untuk memberikan kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.”
Objek penelitian ini adalah Pantai Way Saral di Kecamatan Krui Selatan
Kabupaten Pesisir Barat. Subyek penelitian ini adalah wisatawan, masyarakat dan
potensi pantai Way Saral di Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat.
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini yaitu wawancara kepada pengelola objek wisata
27
Kabupaten Pesisir Barat. dan pengunjung sebanyak 20 orang untuk mendapatkan
keadaan dan pendapat tentang potensi wisata Pantai Way Saral Kecamatan Krui
Selatan Kabupaten Pesisir Barat.
Dalam penelitian ini yang menjadi sampel penelitian pengelola objek wisata,
masyarakat dan pengunjung sebanyak 20 orang, karena pengunjung tidak menentu
maka peneliti mengambil jumlah populasi 20 orang. Oleh sebab itu, dalam
penelitian ini tidak ada pengambilan sampel, dalam arti penelitian ini adalah
penelitian populasi. Maka didapat jumlah responden sebanyak 20 orang.
C. Variabel Penelitian
“Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian” (Suharsimi, 2002:96). Variabel dalam penelitian ini adalah potensi,
dan aksesibilitas .
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah potensi Wisata Pantai Way Saral Kecamatan
Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat tahun 2014, yaitu potensi wisata pantai
dengan indikator ketinggian gelombang, suara gelombang, gerakan gelombang
kelandaian pantai, kejernihan air, keadaan udara dipantai dan aksesibilitas menuju
objek wisata seperti jarak tempuh, waktu tempuh, kondisi jalan, frekuensi
28
Tabel 5. Variabel potensi Objek Wisata Pantai Way Saral
No Potensi Objek
Wisata
Variabel Kriteria Skor
1 2 Daya Tarik Wisata (pantai) Aksesibilitas /Tingkat Keterjangkauan a. Ketingian gelombang b. Suara gelombang c. Gerakan gelombang d. Kelandaian pantai e. Kejernihan air laut f. Kedaan udara pantai
a. Jarak tempuh
b. Waktu tempuh
Rendah (0-30 m)
Sedang (100-150 m)
Tinggi (≥ 500 m)
Tidak bergemuruh
Bergemuruh
Sangat bergemuruh
Backswash
swash zone
surf zone
Miring (15-30%)
Landai (3-8%)
Datar(0-3%)
Kurang jernih
Cukup jernih
Sangat jernih
Kurang Sejuk
Cukup sejuk
Sangat sejuk
> 2 jam
10-20 km
5-10 km
< 5 km
Lebih dari 2 jam
1 Sampai 2 jam
½ Sampai 1 jam
Kurang dari ½ jam
29
c. Kondisi jalan
d. Frekuensi kendaraan
e. Jaringan transportasi
f. Lokasi objek
wisata
g. Biaya yang
dikeluarkan
Skor tertinggi : 64
Skor terendah : 13
Jalan tanah
Jalan aspal sedikit be rlubang
Jalan aspal kondisi baik
Jalan aspal kondisi s agat baik
1 hari sekali
2 hari sekali
3 hari sekali
4 hari sekali
Tidak lancar
Kurang lancar
Cukup lancar
Sangat lancar
Lokasi jauh/terpencil
Lokasi ditepi jalan lo kal
Lokasi ditepi jalan k olektor
Lokasi di tepi jalan arteri
Sedikit/kurang dari
Rp.50.000
Cukup banyak
30
Sumber : Depertamen Pertanian Direktorad Jendral Kehutan (1983) dalam
Syamsul Yusuf (2004:28-29)
Untuk menentukan jumlah interval kelas dapat dicari dengan rumus sturge yang
dikutip oleh Mohammad Nazir (1999:445), yaitu:
Dari hasil perhitungan, maka didapatkan skor tertingi =64 dan skor terendah =13
besar interval kelas dapat dicari dengan rumus berikut:=
i= R k
i= (64−13) 3
i= 51 3 i= 17
dengan demikian interval kelas aksesibilitasnya adalah:
a. Potensi tinggi apabila mempunyai skor =-49 - 66
b. Potensi sedang apabila mempunyai skor = 21 - 48
c. potensi rendah apabila mempunyai skor = 13 - 30
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi
Teknik observasi ini digunakan untuk mendapatkan data dengan mengadakan
pengamatan langsung ke lapangan atau lokasi penelitian dalam rangka untuk
mendapatkan data mengenai keadaan atau kondisi lingkungan obyek wisata,
seperti letak atau lokasi wisata, jarak, lokasi absolut dan ketinggian obyek wisata
dari permukaan laut yang diketahui dengan menggunakan GPS (Global i= R
31
Positioning System), gambar atau obyek wisata yang diambil secara langsung
pada saat observasi.
2. Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data secara langsung dari
tempat penelitian yaitu monografi kecamatan, peta-peta serta data dokumenter
lainnya yang diperlukan dalam penelitian ini, yang bisa didapatkan dari dari pihak
pemerintahan Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat ataupun dari
dinas terkait.
3. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang membantu dan
melengkapi pengumpulan data yang tidak dapat diungkapkan oleh teknik
observasi (Sumaatmadja,1988:106). Dalam penelitian ini, teknik wawancara
terstruktur digunakan untuk mendapatkan data primer yang dilakukan secara
langsung dengan pengelolaan dan masyarakat sekitar objek wiata Pantai Way
Saral.
Teknik wawancara terstruktur ini dilengkapi dengan panduan wawancara yang
ditujukan kepada pengelola objek wisata, data yang diambil berupa identitas
pengelola, keadaan dan potensi objek wisata program dan rencana pengembangan
potensi wisata, dan keadaan fasilitas wisata serta aksesibilitas menuju objek
wisata Pantai Way Saral sedangkan kepada masyarakat sekitar, data yang diambil
berupa identitas masyarakat sekitar dan pendapat masyarakat sekitar mengenai
32
F. Teknik Analisa Data
Data yang terkumpul dapat berupa data primer dan data sekunder hasil dari
observasi, dokumentasi dan wawancara terstruktur untuk menjawab rumusan
masalah 1 dan 2 data yang terkumpul berupa uraian dianalisis menggunakan
teknik analisis data deskriptif kualitatif yang menggambarkan, menceritakan, dan
menjelaskan potensi aksesibilitas obyek wisata Pantai Way Saral secara
sistematis dan mendetail sesuai dengan tujuan dari peneliti.
1. Analisis Klasifikasi
Untuk menilai potensi wisata pantai Way Saral digunakan analisis klasifikasi
dalam rangka menentukan klasifikasi tingkat potensi wisata yang dimiliki analisis
klasifikasi ini dimulai dengan tahapan:
a. Penilaian terhadap indikator dan variabel potensi wisata.
b. Skoring yaitu memberi skor relatif 1 sampai 4 beberapa variabel
penelitian.
c. Total skor dari seluruh variabel yang diukur digunakan untuk untuk
menentukan tingkat potensi wisata di dalam tiga kelas yaitu tinggi,
sedang, rendah.
Klasifikasi dilakukan dengan mengunakan rumus model struge dengan interval
33
�=a−b
u
Keterangan:
a = total skor tertinggi
b = total skor terendah
c = jumlah kelas
berdasarkan rumus tersebut, didapatkan interval kelas potensi wisata pantai Way Saral sebagai berikut:
�= 64−13
3 = 17
Dengan demikian interval kelas potensinya sebagai berikut:
a. Objek wisata berpotensi tinggi apabila mempunyai skor =49 - 66
b. Objek wisata berpotensi sedang apabila mempunyai skor = 21 – 48
c. Objek wisata berpotensi rendah apabila mempunyai skor = 13-20
Teknik pengumpulan data terdiri dari tiga yaitu, observasi, dokumentasi, dan
wawancara. Data yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder yang kemudian dibuat tabel kerja. Data primer terdiri dari data:
hasil observasi terhadap obyek wisata, sedangkan data sekunder yaitu berupa:
Kondisi umum daerah penelitian, peta-peta, administrasi surat-menyurat, keadaan
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Potensi wisata pantai Way Saral Kabupaten Pesisir Barat memiliki kondisi
fisik berupa kondisi topografi bertingkat tetapi indah dilihat, memiliki
suhu udara rata-rata 30ᶿ pada musim kemarau sehingga udaranya segar dan
sejuk, sedangkan daya tarik yang memiliki keindahan lingkungan alam
yang cukup menarik dengan tiga variasi pandangan, pantai yang landai
dengan kondisi lingkungan pantai bersih dan pasirnya putih, seragam dan
halus, dengan kondisi air yang cukup jernih dengan gelombang laut yang
cukup tinggi dan besar sehingga untuk olahraga susur pantai, selancar
(surfing) berjemur (sun bathing) berperahu dan jalan-jalan keliling pantai.
2. Hasil penilaian potensi objek wisata Pantai Way Saral secara keseluruhan
dengan menggunakan dua variabel ditemukan jumlah nilai/skor 37.
Berdasarkan interval kelas potensi wisata yang disiapkan pada analisis
klasifikasi maka objek wisata ini memiliki potensi sedang sehingga cukup
layak untuk dikembangkan menjadi salah satu objek wisata unggulan yang
siap dipandang.
3. aksesibilitas yang cukup lancar menuju objek wisata ini karena lokasinya
75
banyak, jarak tempuh yang tidak begitu jauh dengan waktu tempuh yang
tidak begitu lama, dengan biaya yang dikeluarkan cukup murah yang
diantaranya jika dari kecamatan tidak perlu mengeluarkan biaya jika dari
ibu kota dapat mengeluarkan biaya Rp.10.000, sampai Rp.20.000,
mengunakan jasa ojek, jika dari ibukota provinsi dapat mengeluarkan
biaya Rp.50.000, sampai Rp.110.000, mengunakan jasa bus dan jasa
trevel, juga kondisi jalan yang sudah diaspal dan tidak berlubang sehingga
mudah bagi wisatawan untuk menjangkau objek wisata pantai Way Saral
B. SARAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan saran penulis adalah
sebagai berikut.
1. Perlu adanya perbaikan jalan menuju Obyek Wisata Pantai Way Saral agar
dapat memudahkan wisatawan untuk berkunjung ke pantai Way Saral
2. Perlu adanya pengelola dan fasilitas-fasilitas yang tersedia agar para
wisatawan merasa nyaman berada di obyek wisata tersebut.
3. kepada pemerintah daerah khususnya Dinas Pariwisata Kabupaten Pesisir
Barat untuk berupaya mendorong dan membantu upaya pelestarian dan
pengembangan baik secara materi dan pengelolaan objek-objek wisata
yang ada di daerahnya, upaya-upaya tersebut dapat berupa promosi dan
publikasi, kelancaran sarana transportasi, bantuan dana melalui APBD,dan
kemudahan birokasi sehingga membantu kelancaran perkembangan kepar
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus .2014.Monografi Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat.
Asisten Dua Kependudukan dan Lingkungan Hidup. 1990. Prospek dan Problem Pariwisata. Makalah. Lampung.
Bintarto,1984. Metode Analisa Gografi. Jakarta:LP3ES.
Damardjati,1992.Istilah-Istilah Dunia Pariwisata.Pradnya Paramita, Jakarta.
Hadinoto,Kusudianto.1996.Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata. Jakarata:Universitas Indonesia.
Hurip P. Dan Lilik S.2008.kajian Perariran Pulau Kelapa Untuk Budidaya Rumput Laut.http://www.ut.ac.id.diakses tanggal 4 juni 2014 pukul 15:20 WIB
I Gede Sugiyanta. 2006. Geomorfologi II (Bahan Ajar).Unila.Bandar Lampung
James, J. Spillance. 1997. Ekonomi Pariwisata Transpormasi Budaya. Indonesia Jakarta: PT.Gramedia.
Karyono,1997.Kepariwisataan.Jakarta:PT.Gramedia Widiasarana Indonesia.
Marpaung, Happy.2002.Pegetahuan Kepariwisataan,Bandung:Alfabeta
Muhamamad Ali.1985, Penelitian Kependudukan Dasar dan Stategi. Aksara
Bandung.
Nursid,1998.Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruagan, Bandung
Nyoman S. Pendit.2006.Ilmu Pariwisata.Bandung: Alfabeta
Oka A. Yoeti. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa
77
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D). Bandung:Alfabeta
Sumadi.2003.Bahan Ajar Filsafat Geografi.Bandar Lampung:Universitas Lampung
Supriharyono.2002.Pelestarian dan Pegelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis ,Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Utama .
.
Suwantoro, Gamal. 1997,Dasar-Dasar Pariwisata.Yogyakarta: ANDI