FAKTOR PENDORONG SESEORANG MENGEDARKAN CD/DVD BAJAKAN (Studi Kasus di Pasar Bambu Kuning, Bandar Lampung)
Oleh DESI ARYANI
Fenomena kemiskinan sudah menjadi hal yang melekat erat pada kehidupan masyrakat Indonesia, ini karena adanya kebutuhan pada manusia yang tidak terpenuhi. Beberapa kebutuhan seperti kebutuhan fisiologis yang merupakan kebutuhan dasar bagi manusia dimana manusia perlu memenuhi kebutuhan ragawi berupa rasa lapar, haus, seks dan kebutuhan ragawi lainnya yang tidak terpenuhi. Saat kebutuhan ini tidak terpenuhi maka masyarakat mulai berusaha mencari jalan keluar dari permasalahan ini dengan cara bekerja. Demi memenuhi kebutuhan hidup yang terus meningkat, masyarakat bahkan rela menggeluti pekerjaan yang bertentangan dengan hukum. Kondisi memaksa inilah yang menjadi pendorong masyarakat melakukannya.
Maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja faktor yang mendorong seseorang mengedarkan CD/DVD bajakan di Pasar Bambu Kuning, Bandar Lampung. Tipe penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini jumlah informan ditentukan dengan teknik Random Sampling, dengan jumlah informan sebanyak 8 (delapan) orang. Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode wawancara secara mendalam, dan dokumentasi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat yang berkerja sebagai pedagang atau pengedar CD/DVD bajakan di Pasar Bambu Kuning, Bandar Lampung menjalani pekerjaan ini karena beberapa faktor yang memaksa, yaitu faktor ekonomi yang rendah, pendidikan rendah, sistem sosial budaya, dan tidak dimilikinya keahlian khusus. Barang berupa CD/DVD bajakan yang mereka peroleh melalui beberapa agen di dalam maupun luar kota bisa menghasilkan upah mulai dari Rp. 600.000 – Rp. 1000.000 perbulan yang juga dapat menimbulkan beberapa dampak negatif seperti razia aparat dengan kemudian di tangkap, di denda, di bakar barang dagangan, penggusuran lapak dagang, hilangnya waktu bersama keluarga bahkan direndahkan oleh teman. Hukum yang tercantum dalam undang-undang serta tindakan langsung dari aparat penegak hukum nyatanya tidak membuat mereka jera untuk terus bekerja sebagai pengedar CD/DVD bajakan demi memenuhi kebutuhan hidup.
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Desi Aryani atau yang biasa dipanggil dengan sebutan
Desi, ini lahir di Ogan Tujuh pada tanggal 11 November 1993, merupakan anak
kedua dari pasangan Bapak Saryadi dan Ibu Isnayanti. Riwayat pendidikan formal
yang telah ditempuh oleh penulis, antara lain:
1. SDN 8 Negara Ratu, diselesaikan pada tahun 2004
2. MTS Diniyyah Putri Lampung, diselesaikan pada tahun 2007
3. MAN 1 Model Bandar Lampung, diselesaikan pada tahun 2010
Setelah penulis menyelesaikan pendidikan di jenjang SMA, kemudian penulis melanjutkan
pendidikan di Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri) di Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik angkatan 2010.
Penulis mengikuti KKN Tematik dengan penempatan di Desa Sukorahayu, Kecamatan Labuhan
PERSEMBAHAN
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat serta karunia-Nya, saya dapat dapat
menyelesaikan karya tulis kecil ini yang akan saya persembahkan kepada:
Kepada orangtua saya yang telah mendukung dengan segenap jiwa raga demi
terselesaikannya pendidikan ini. Terimakasih atas segala doa yang telah
diberikan kepada saya dan dukungan baik secara materi maupun nonmateri.
Kalian adalah sumber inspirasi.
Kakak dan Adik-adikku tercinta, Kak Nova Taria, Devi Tiarasani, Selvi
Sandora, dan M. Felani Akbar. Terimakasih telah memberikan semangat dan
dukungan kepada saya selama ini.
Almamater tercinta, Universitas Lampung. Terimakasih atas kesempatan
yang telah diberikan kepada saya untuk menuntut ilmu di jenjang sarjana ini,
semoga Universitas Lampung dapat semakin maju menjadi Universitas
MOTTO
We can’t choose the reason why, but we can choose
what to do from the day after. So with the hope, with
that determination, let’s make tomorrow, a brighter
and better day.
Alhamdulillahirobbil’alamin
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas ridho dan rahmat-Nya serta
shalawat beriring salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad
SAW, yang telah membuka mata hati dan pikiran kita akan pentingnya ilmu
pengetahuan, penulis dapat menyesaikan skripsi yang berjudul “FAKTOR
PENDORONG SESEORANG MENGEDARKAN CD/DVD BAJAKAN (Studi Di Pasar Bambu Kuning, Bandar Lampung)”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu
Pemerintahan pada Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian
skripsi ini, antara lain :
1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. Susetyo, M.Si. Selaku Ketua Jurusan Ilmu Sosiologi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Pairul Syah, M.H. sebagai dosen pembimbing utama yang
senantiasa memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam
5. Seluruh dosen, staf dan karyawan di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung.
6. Kedua orangtuaku yang luar biasa Ibunda Isna Yanti dan Ayahanda Saryadi
dengan segenap cinta dan tenaga telah membesarkan, membimbing dan
memotivasi dengan penuh kasih sayang.
7. Kepada saudara-saudariku. Kak Nova Taria, adik-adikku Devi Tiarasani,
Selvi Sandora, dan jagoanku M. Felani Akbar. Terimakasih telah bersama
terlahir dari Pelita yang indah. Kata-kata tidak akan cukup menggambarkan
cinta dan kasihku pada kalian.
8. Untuk semua keluarga yang senentiasa memberikan do‟a dan dukungan yang tak terhingga selama ini.
9. Kepada salah satu sahabat terbaik, Susi Susanti (Ucy), yang sudah pergi
mendahului. Terimakasih atas doa dan dukungan selama kita masih bisa
bertegur sapa, serta persahabatan kita indah. Karya dan kebahagian kecil ini
juga kupersembahkan untuk kamu, cy.
10. Untuk sahabat sekaligus teman seperjuangan, Cynthya Masta yang selalu
bikin gw nunggu sampe bete, dan gw setuju banget sama Ega tentang
susahnya mengeja nama lo, terimakasih telah bersusah-senang bersama,
ngajakin gila bersama, selalu telat bersama, dan ada kata-kata yang gak bisa
kita ungkapkan disini, cukup Tuhan dan kita yang maksud.
11. Untuk Eka Sabtilas, Jls, S.Sos yang kadar manjanya berlebihan, suka ekting,
masak selain masak ceplok dan dadar, atau nasi goreng produk gagal itu.
12. Untuk gengs 18+ versi yang luar biasa, Adanthi (My Atul) semangat ya, Nona
(My Onah) dan Euis (My bebi Is) yang selalu ngerebutin gw, sudahi ya. Desti
(My Eti), Anisia (My Anyis), Deviana (My Undo) yang udah pada jarang
keliatan, I miss you. Terimakasih atas cinta, kasih, dan sayang kalian selama
ini. Tulus kan ?
13. Untuk geng 18+ versi Naga Hitam. Baskara (Kokom), Pandu (Andunya
siapa), Ardi Julianto (Sodara), Ardi (Kiyai), Ardi (Cileng), Dani (Dapon),
Panca (Kandanya onah), Lanang, Tomy yang songong. Dan siapapun yang
gak kesebut terimakasih sedalam-dalamnya atas apapun yang telah dilewati.
14. Kepada seluruh teman-teman sosiologi khususnya angkatan 2010, tanpa
terkecuali, terimakasih banyak atas segala doa dan dukungannya selama ini.
15. Untuk keluarga kecil Sukorahayu. Bunda Indri (Fans fanatik), Uti (My Bey)
yang selalu gengsi ngakuin tentang rasa rindunya sama gw yang semakin hari
semakin numpuk, Isma (My Ula) yang rentan sakit, stay healthy ula. Mita,
Ayah Sigit, Ari, Kiki, Ade, Tanto. Terimakasih atas doa dan dukungannya
selama ini, juga keceriaan dan semangat yang terus kalian salurkan, selalu ada
saat gw butuh, maaf kalau gw belum bisa selalu ada saat kalian butuh.
Pertemuan kita yang singkat namun menjadikan kita keluarga untuk
selamanya. Mungkin terkesan berlebihan, tapi itulah yang terjadi diantara
sabar dan setia menghadapi gw, selalu diizinkan Allah untuk selalu ada saat
gw butuh, saat gw ngerasa jatuh dan butuh penopang, entah kenapa lo tetep
lembut saat gw bicara kasar, haha thanks neng. You are the best.
17. Untuk semua temen-temen yang gak bisa disebutin, sedikit mungkin bisa,
Aria yang selalu ngasih semangat, Rahfi yang akhirnya kembali, Odi, Willy
yang selalu nanyain kapan wisuda cuma biar cepet makan-makan, thanks
men, Mukhtar (Jidad) thanks dad.
18. Untuk sahabat yang jauh banget, M. Carton, terimakasih atas doa dan
dukungan yang selalu kamu berikan, itu tak akan bisa terbalas dengan
apapun.
19. Kepada semua pihak yang telah mendukung terselesaikannya karya ini saya
ucapkan banyak terimakasih.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, Febuari 2015
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK... i
HALAMAN JUDUL... ii
HALAMAN PERSETUJUAN... iii
HALAMAN PENGESAHAN... iv
PERNYATAAN... v
RIWAYAT HIDUP... vi
MOTTO... vii
PERSEMBAHAN... viii
SANWACANA... ix
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 12
C. Tujuan Penelitian ... 12
A. Tinjauan Tentang Faktor Pendorong Seseorang Mengedarkan
CD/DVD Bajakan ... 13
1. Pengertian Motif (Faktor Pendorong) Seseorang Mengedarkan CD/DVD Bajakan ... 13
2. Faktor Seseorang Mengedarkan CD/DVD Bajakan ... 15
B. Tinjauan Tentang Pengedaran CD/DVD Bajakan ... 18
1. Cara Memperoleh CD/DVD Bajakan ... 21
2. Keuntungan yang diperoleh Sebagai Pengedar CD/DVD Bajakan ... 22
C. Tinjauan Tentang Dampak dari Pengedaran CD/DVD Bajakan... 25
1. Hak Cipta ... 27
2. Undang-Undang No.19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta... 29
3. Undang-Undang Perfilman ... 31
4. Dukungan Undang-Undang Hak Cipta... 33
5. Penegakkan Hukum Terhadap Pelanggaran Hak Cipta CD/DVD di Bandar Lampung... 34
6. Hukum Sebagai Sosial Kontrol... 35
7. Kerangka Pikir... 36
A. Tipe Peneltian... 40
B. Fokus Penelitian ... 41
C. Lokasi Penelitian ... 42
D. Penentuan Informan ... 42
E. Metode Pengumpulan Data ... 42
F. Teknik Analisis Data ... 44
BAB IV GAMBARNA UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Kota Bandar Lampung ... 46
B. Letak dan Batas Kota Bandar Lampung ... 48
C. Penduduk ... 50
D. Pasar Lokasi Pengedaran CD/DVD Bajakan ... 53
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Identitas Informan ... 55
B. Hasil Penelitian ... 58
1. Cara Penjual Memperoleh Barang Berupa CD/DVD Bajakan ... 58
2. Seberapa Besar Pendapatan dari Berjualan CD/DVD Bajakan... 69
c. Faktor Sosial Budaya... . 77
d. Tidak Dimilikinya Keahlian Khusus... 79
4. Dampak Yang dirasakan Informan Sebagai Pengedar CD/DVD Bajakan... 82
a. Dampak Positif... 82
b. Dampak Negatif... 84
1. Razia, Penangkapan, Penyitaan Barang... 84
2. Direndahkan Teman... 87
3. Kurangnya Waktu Bersama Keluarga... 87
4. Kerugian Materi... 88
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 91
B. Saran ... ` 93
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Razia kasus pengedaran CD dan DVD bajakan di
Kota Bandar Lampung... 10
Tabel 2. beberapa perbandingan antara penjual CD/DVD bajakan dan
CD/DVD original ... 23
Tabel 3. Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung per Kecamatan,
berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010... 50
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemiskinan merupakan fenomena yang sudah melekat pada masyarakat
Indonesia. Banyak faktor yang menyebabkan semakin meningkatnya angka
kemisinan di indonesia, beberapa diantaranya adalah faktor pendidikan yang
rendah sehingga terjadi kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan yang
dibutuhkan keahlian khusus dalam bidangnya. Kemudian, sempitnya lapangan
pekerjaan yang ada di Indonesia, kurangnya lapangan pekerjaan akhirnya
membuat masyarakat menghalalkan segala cara demi memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari.
Dalam sebuah buku karya Abdulsyani yang berjudul “Sosiologi (Skematika,
Teori, dan Terapan)” Emil Salim (1984) menyebutkan bahwa kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi
kebutuhan hidup yang pokok. Mereka dikatakan berada di bawah garis
kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup
yang paling pokok, seperti pangan, pakaian, tempat tinggal, dan lain-lain.
Keterbatasan dalam ekonomi inilah yang akhirnya menjadi salah satu faktor
CD/DVD bajakan. Inilah bentuk adanya pelanggaran hak cipta dan merupakan
realita sosial yang menjadi masalah bagi penegakan hukum.
Dewasa ini, pekerjaan sebagai pengedar CD/DVD bajakan sudah menjadi
fenomena di Indonesia. Bangsa Indonesia tercatat sebagai Negara peringkat ke
empat pelanggar hak cipta di dunia. Tentu ini sangat memprihatinkan bahkan
menjadi sorotan dunia internasional. Menurut data dari US Trade
Representative, pelanggaran hak cipta di Indonesia dari tahun ke tahun bukannya menurun, tetapi malah meningkat. Tahun 1997 angka pembajakan
hanya mencapai 15 %, namun tahun ini jumlah pembajakan meningkat sangat
signifikan hingga mencapai 50 %. Lalu, pendapat Matthew S Drew, staf
International Federation Of Phonographic Industry (IFPI) mengungkapkan
bahwa Indonesia merupakan Negara paling parah dalam kasus pembajakan
hak cipta. Begitu parahnya hingga menyebar ketingkat distribusi yang menjual
hasil pembajakan hak cipta tersebut.
Sumber: http://rolastampubolon.wordpress.com/2010/01/31/uu-hak-cipta-dan-kesadaran-masyarakat-menghargai-hak-cipta/ (diakses pada tanggal 23 oktober 2013).
UU No. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta yang berlaku efektif tanggal 23 juli
2003 telah menyatakan dengan tegas bahwa hak cipta merupakan hak ekslusif
bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan dan/atau
memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak
yang berlaku. Dengan demikian, keberadaan hak cipta sebagai hak ekslusif
harus dihargai dan dihormati oleh semua pihak.
Dalam Undang-undang No. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta, ciptaan yang
dilindungi adalah ciptaan dalam bidang:
a. Ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, yang mencakup: buku, program
komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis yang diterbitkan.
b. Semua hasil karya tulis lainnya, ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain
yang sejenis dengan itu, alat peraga yang dibuat untuk kepentingan
pendidikan dan ilmu pengetahuan.
c. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks.
d. Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim.
e. Seni rupa dalam bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi,
seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan, arsitektur, peta, seni
batik, fotografi, sinematografi, terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai,
database, dan karya lain dari hasil pengalihwujudan.
Tetapi, dalam Undang-undang No. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta juga
memberikan batasan hak cipta yang tidak masuk dalam kategori pelanggaran
hak cipta seperti pengumuman atau perbanyakan lambang Negara dan lagu
kebangsaan menurut sifat yang asli, pengumuman atau perbanyakan segala
sesuatu yang diumumkan atau diperbanyak oleh atau atas nama Pemerintah,
kecuali apabila hak cipta itu dinyatakan di lindungi baik dengan peraturan
ketika ciptaan itu diumumkan atau diperbanyak, pengambilan berita aktual
baik seluruhnya maupun sebagian dari kantor berita, lembaga penyiaran, dan
surat kabar atau sumber sejenis lain, dengan ketentuan sumbernya harus
disebutkan secara lengkap.
UU No. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta memang telah mengatur secara
tegas sanksi hukum yang diberikan baik perdata maupun pidana. Khusus
perdata, pemegang hak cipta berhak mengajukan gugatan ganti rugi kepada
Pengadilan Niaga atas pelanggaran hak cipta dan meminta penyitaan terhadap
benda yang diumumkan atau hasil perbanyakan ciptaan itu. Pemegang hak
cipta juga berhak memohon kepada Pengadilan Niaga agar memerintahkan
penyerahan seluruh atau sebagian penghasilan yang diperoleh dari
penyelenggaraan ceramah, pertemuan ilmiah, pertunjukan atau pameran
karya, yang merupakan hasil pelanggaran hak cipta. Dari segi pidana, pelaku
pelanggaran hak cipta dapat dipidana dengan pidana penjara masing-masing
paling singkat 1 bulan dan denda paling sedikit Rp 1.000.000,- (satu juta
rupiah) atau pidana paling lama 7 (tujuh) tahun dan denda paling banyak Rp
5.000.000.000,-(lima miliar rupiah). Pelanggaran hak cipta dengan sengaja
menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu
ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta, dipidana pidana penjara
paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp 500.000.000,-(lima ratus
juta rupiah). Memperbanyak penggunaan untuk kepentingan komersial suatu
program komputer dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan
Fenomena pengedaran produk bajakan yaang sejatinya meresahkan ini tidak
hanya terjadi di kota-kota besar saja, akan tetapi terjadi juga di berbagai kota
kecil lainnya di Indonesia. Dalam perkembangannya, pembajakan yang
disupport oleh pengusaha dan dimotori oleh media dapat menciptakan budaya
baru bagi bangsa ini yaitu yang lazim disebut sebagai budaya massa. Bauman
(1972) mengatakan bahwa budaya massa adalah konsekuensi yang tidak dapat
ditolak pasar, tersedianya teknologi, dan dominasi organisasi besar. Parahnya,
situasi ini didukung oleh pertimbangan ekonomis masyarakat yang
berpedoman: “Selama masih bisa dihemat mengapa harus membeli yang mahal?”
Perilaku konsumtif masyarakat terhadap media, selain dipengaruhi oleh selera
juga tergantung daya beli. Munculnya fenomena CD/DVD bajakan tidak
datang begitu saja bila tidak dibarengi dengan harga CD/DVD yang huga
semakin murah. Berbagai merek CD/DVD ditawarkan dengan harga mulai Rp
175.000 hingga jutaan rupiah. Bahkan kadangkala bisa dicicil. Selain itu,
usaha persewaan CD/DVD bajakan pun mudah dijumpai di berbagai tempat,
baik di kota besar maupun di kota-kota kecil di Indonesia. Pihak yang paling
berpengaruh dalam pembajakan adalah pihak yang mngedarkan. Banyaknya
kaset palsu di pasaran memancing masyarakat untuk membelinya dengan
harga yang lebih terjangkau. Harga satu kepingnya yaitu berkisar antara Rp
5.000,00 – Rp 6.000,00. Apabila dibandingkan dengan harga aslinya, maka akan berlipat 10x menjadi Rp 50.000,00. Inilah yang menjadi alasan mengapa
maka mereka mengabaikan akan pelanggaran hak cipta yang telah mereka
lakukan.
Sumber: http://chekmbem.blogspot.com/2010/04/aspek-hukum-terhadap-pembajakan-vcd-dan.html (diakses pada tanggal 25 oktober 2013).
Beberapa kasus perdagangan CD/DVD bajakan sudah ditangani oleh pihak
berwajib, akan tetapi hal ini tidak membuat punah pengedarannya. Hal ini
terjadi karena kemiskinan yang masih saja melekat, berikut ini contoh
penanganan kasus perdagangan CD/DVD bajakan yang marak beredar.
Liputan6.com, Jakarta: Pembajakan kaset di Indonesia tak bisa dianggap sepele dan dipandang sebelah mata. Masyarakat harus melihat bahwa satu penyumbang pajak negara, yakni indutri rekaman, saat ini tengah digerogoti. Setiap tahun setidaknya negara kehilangan pajak lebih dari setengah triliun rupiah dari sektor ini. Tentu saja yang paling menderita adalah Asosiasi Industri Rekaman Indonesia (Asiri). Industri rekaman kehilangan pendapatan hingga Rp 5 triliun per tahun dan tercatat sebagai pihak yang paling dirugikan menyusul industri penggandaan video cakram padat.
Satu kejahatan pembajakan kaset ini terungkap ketika petugas Kepolisian Resor Jakbar membongkar rumah yang terletak di Perumahan Taman Ratu, Jakarta Barat. Jika dilihat dari luar, tak ada yang aneh dari rumah tersebut. Tapi setelah polisi menggerebek rumah milik Simson ini ditemukan hampir 400 buah alat pengganda kaset. Bahkan saat digerebek, mesin-mesin pengganda sedang merekam lagu dangdut yang lagi laris di pasaran.
(baca: Ribuan Kaset Bajakan Disita Polsek Tambora).
Kontan penggerebekan itu menyulut amarah para seniman dan pelaku industri rekaman. Di depan Markas Kepolisian RI, mereka meminta polisi terus melakukan operasi terhadap pembajak yang disebut sebagai perampas uang negara itu (baca: Pembajakan Kaset Marak, Puluhan Artis Berunjuk Rasa). Meski demikian, aparat berwenang sendiri terlihat tak serius menghadapi kasus ini. Hal ini terbukti dari penyitaan peralatan yang kerap tidak diakhiri dengan penegakan hukum. Sehingga membuat para pembajak terus
memanfaatkan celah hokum ini.
internasional, perlu adanya kampanye nasional yang terpadu untuk mengatasi hal tersebut (baca: Pelanggaran HAKI Indonesia Terburuk di Asia).(PIN/Tim Liputan 6 SCTV)
Sumber:http://news.liputan6.com/read/41307/pembajakan-kaset-di-indonesia-semakin-kritis (di akses pada tanggal 30 oktober 2013)
Diatas adalah salah satu contoh kasus pembajakan di Indonesia, belum lagi
kasus-kasus yang terjadi di daerah lainnya yang masih belum terjaring aparat
penegak hukum. Perkembangan oknum pengedar produk ini juga didukung
oleh semakin banyaknya minat masyarakat dalam mengkonsumsi
produk-produk ilegal ini.
Contoh kasus lainnya adalah KEPOLISIAN Daerah Metro Jaya ( PMJ), dalam waktu dekat akan menangkap tersangka Yohanes, bos pabrik DVD/CD bajakan di Tangerang dan membawanya ke Pengadilan. Pasalnya, pihak PMJ sudah dua kali melakukan penggrebekan terhadap pabrik DVD/CD bajakan di Tangerang itu, namun sang bos pabrik bajakan tersebut, selalu berhasil meloloskan diri.
Kabar tersebut disampaikan Kepala Bidang Hubungan Masyarakat ((Kabid Humas) PMJ, Kombes Pol Rikwanto. Kepada Koran Kota, Jum?at ( 18/5), Rikwanto mengatakan, hingga kini pihaknya berupaya untuk menangkap tersangka Yohanes untuk diserahkan kepada Kejaksaan Negeri (Kejari) Tangerang. Selanjutnya tersangka dapat dihadirkan dalam persidangan di Pengadilan Negeri Tangerang. Kemudian pada akhir April 2012 lalu, polisi kembali melakukan penggerebekan terhadap pabrik penggandaan film DVD dan CD lagu lagu bajakan di Tangerang yakni PT ICS dan PT SOJ, yang hasil produksinya bisa mencapai ratusan ribu keeping perharinya.
Saat penggrebekan di dua pabrik tersebut, lagi-lagi Yohanes kembali berhasil meloloskan diri. Polisi hanya mengamankan sekitar 30 unit lebih mesin duplikating, ratusan ribu keping cakram bajakan berisi film dan lagu, serta belasan karyawan.
Sudah bukan hal yang mengejutkan, di Bandar Lampung juga termasuk
tempat beraksinya para penjual CD/DVD bajakan. Kasus ini seperti hal yang
dapat di terima oleh masyarakat sekitar, hal yang menjadi rahasia umum.
Seperti yang banyak sekitaran bambu kuning dan beberapa tempat
perbelanjaan lainnya, hasil produksi pembajakan dijual secara terang-terangan
tanpa rasa takut atas pelanggaran yang dilakukan. Namun perbanyakan produk
CD/DVD secara ilegal ini juga tidak bisa dipandang dari satu sisi negatif saja,
ada beberapa dimensi yang menybabkan penghalalan tindakan tersebut.
Pertama, pembajakan adalah bentuk perlawanan rakyat, khususnya lapisan
bawah terhadap harga CD/DVD asli yang harganya terlampau mahal sehingga
melemahkan daya beli masyarakat. Kedua, orang memebeli CD/DVD film
bajakan karena produk original biasanya baru akan keluar beberapa bulan
setelah filmnya diputar di bioskop. Bagi msayarakat kalangan menengah ke
atas diperkotaan, akses menonton bioskop barangkali bukanlah masalah.
Namun sebagian masyarakat yang termasuk golongan yang sensitif terhadap
harga, lebih memilih membeli CD/DVD bajakan karena harga yang relatif
terjangkau. Ketiga, CD/DVD bajakan adalah aset penting bagi pedagang kaki
lima atau pedagang kecil. Memperdagangkan produk bajakan ini di anggap
sebagai satu-satunya usaha yang mampu menyambung hidup mereka
sehari-hari. Sehingga aparat penegak hukum seperti polisi pun memiliki
pertimbangan lain untuk menggelar razia.
Pada penelitian kali ini peneliti memilih Pasar Bambu Kuning sebagai lokasi
penelitian kasus ini. Dengan pertimbangan di tempat ini banyak sekali
didukung banyaknya masyarakat yang berkunjung ke tempat ini setiap
Tabel 1. Data Razia kasus pengedaran CD dan DVD bajakan Di Kota Bandar (Sumber : Satreskrim Polresta Kota Bandar Lampung)
Berdasarkan data dari Dinas Pasar, maka data pada tahun 2009 yang terjaring
operasi penertiban, telah menggusur 629 unit lapak pedagang kaki lima yang
didalamnya termasuk kepada pedagang CD/DVD bajakan yang berkisar 40-50
dan Pasar Bawah, yaitu 58 lapak di sisi timur depan, 109 di barat atas, 29 di
tengah, 120 di barat bawah, 134 di selatan dan 179 di timur.
Menurut Iwan Awaludin (Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Indonesia), ia menyatakan bahwa pembajakan dilihat dari segi produksinya
adalah menyangkut teknis penggandaan CD/DVD dengan sarana material
berupa alat-alat produksi hasil temuan teknologi masa kini, juga konteks sosial
dan politik yang berperan didalamnya. Tindak pembajakan seolah tidak
pernah tersentuh oleh peraturan normatif, dalam hal ini sanksi hukum. Aspek
distribusi misalnya, menyangkut bagaimana produsen berhubungan dengan
distributor untuk mengedarkan CD/DVD bajakannya hingga sampai ke tangan
konsumen. Setidaknya meliputi negosiasi antara produser-distributor
menyangkut banyak hal seperti penentuan wilayah edar, jangka waktu edar,
pola pemasaran, karakteristik audiens yang dituju, hak eksplotasi dan
sebagainya. Aspek pemasaran juga melibatkan jaringan bisnis yang dibangun
oleh pemasok kepada pengecer CD/DVD bajakan dari pusat hingga sampai ke
pengecer di pinggir-pinggir jalan. Untuk segi konsumen, bagaimana
konsumen bisa menikmati CD/DVD bajakan dilihat dari segi kepuasan, atau
berapa banyak mereka biasanya menghabiskan uang untuk membeli CD/DVD
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan diambil
peneliti adalah :
a. Bagaimana cara penjual memperoleh barang CD/DVD bajakan ?
b. Seberapa besar pendapatan dari berjualan CD/DVD bajakan ?
c. Apa saja yang melatarbelakangi seseorang memilih pekerjaan sebagai
pengedar CD/DVD bajakan ?
d. Bagaimana dampaknya bagi pengedar CD/DVD bajakan?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa
saja yang menjadi faktor seseorang mengedarkan CD/DVD bajakan di Pasar
Bambu Kuning, Bandar Lampung ?
D. Kegunaan Penelitian 1.Kegunaan Akademis
Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan wawasan tentang faktor
apa yang menyebabkan seseorang berani melakukan pengedaran produk
bajakan dan bagaimana dampaknya.
2. Kegunaan Praktis
Penelitian ini dapat memberikan penjelasan pada masyarakat tentang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Faktor Pendorong Seseorang Mengedarkan CD/DVD Bajakan
1. Pengertian Motif (Faktor Pendorong) Seseorang Mengedarkan CD/DVD Bajakan.
Motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga
tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif
tersebut merupakan suatu penggerak yang menggerakkan manusia untuk
bertingkah- laku, dan di dalam perbuatanya itu mempunyai tujuan tertentu.
Dalam hipotesisnya Maslow mengatakan bahwa kebutuhan manusia itu
ada lima tingkatan, tersusun secara hirarkis dan punya nilai kepuasan dan
tingkat upaya yang berbeda beda. Kelima tingkatan kebutuhan tersebut
adalah:
a. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologi seringkali disebut sebagai basic needs atau
kebutuhan dasar. Hal ini dikarenakan kebutuhan fisiologi berada pada
tataran paling rendah dalam teori hirarki kebutuhan Maslow. Antara
b. Kebutuhan Keamanan
Yang dimaksud dengan kebutuhan rasa aman antara lain meliputi
keamanan (security) dan proteksi (perlindungan) dari gangguan, baik
gangguan yang bersifat fisik maupun emosional. Antara lain:
keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional.
c. Kebutuhan Sosial
Kebutuhan sosial antara lain meliputi cinta kasih (affection), rasa
memiliki, penerimaan sosial (acceptance) dan perkawanan
(friendship).
d. Kebutuhan Penghargaan
Mencakup faktor hormat internal seperti otonomi, prestasi, harga diri.
Faktor rasa hormat eksternal mencangkup status, pengakuan dan
perhatian.
e. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Berupa pengakuan terhadap kapasitas pengetahuan, keterampilan, dan
potensi yang dimilikinya.
Berdasarkan teori Maslow, manusia pada awalnya akan berorientasi pada
pemenuhan kebutuhan fisiologis yang merupakan kebutuhan dasar (basic
needs). Selama kebutuhan fisiologis belum terpenuhi, manusia akan
kurang memperhatikan jenis kebutuhan lain yang stratanya lebih tinggi.
Kalau seseorang sudah terpenuhi kebutuhan fisiologisnya, maka orang
tersebut baru memikirkan kebutuhan akan rasa aman (safety), dan
2. Faktor Pendorong Seseorang Mengedarkan CD/DVD Bajakan. Adapun faktor munculnya oknum-oknum pengedar CD/DVD antara lain
adalah sebagai berikut:
a. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi adalah faktor yang sangat dominan. Karena ekonomi yang
begitu sulit ini dan kesempatan kerja yang sedikit, maka pelaku
pembajakan terus bertambah, sehingga pengedar ikut bertambah. Hal ini
karena kebutuhan hidup yang harus dipenuhi. Dengan melakukan
pembajakan dan mengedarkannyai mereka bisa memenuhi kebutuhannya.
Selain itu usaha pembajakan ini tidak mengeluarkan modal yang cukup
besar.
b. Faktor Social Budaya
Faktor social budaya dapat terlihat dimana dalam masyarakat Indonesia
sendiri yang konsumtif. Kebanyakan masyarakat yang membeli kaset
bajakan adalah kalangan menengah kebawah. Secara sosial dan budaya,
masyarakat Indonesia belum terbiasa untuk membeli produk-produk asli,
terutama produk dari industri rekaman. Ini juga didukung dengan
kebudayaan masyarakat Indonesia yang dalam membeli sebuah produk
hanya mengorientasikan pada harga barang tanpa melihat kualitas dari
barang tersebut. Di bidang sosial budaya ini, dampak yang timbul dari
semakin meluasnya pembajakan tersebut begitu beragam. Bagi para
pelaku tindak pidana atau para pembajak, keadaan yang berlarut-larut
tanpa ada tindakan, akan semakin menimbulkan sikap bahwa ikut serta
hal yang biasa dan tidak lagi merupakan tindakan melanggar
Undang-Undang (Widyopramono, 1992:19).
c. Faktor Pendidikan
Sulitnya mencari kerja dan minimnya pendidikan membuat pembajak serta
pengedar ini mencari alternative pekerjaan yang mudah dan melanggar
hukum. Karena keahliannya yang minim dan kurang adanya pengenalan
atas HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual), maka dengan mudah sekali
bagi orang-orang tersebut untuk melakukan pembajakan dan pengedaran
produk CD/DVD bajakan.
d. Tidak Memiliki Keahlian Khusus
Tidak dimilikinya keahlian khusus juga hal yang melatarbelakangi
seseorang mau berdagang CD/DVD bajakan. Memiiki keahlian khusus
dalam suatu bidang tentunya sangat membantu dalam mencari pekerjaan
yang lebih baik.
Selain karena difaktorii oleh keterbatasan ekonomi dan hal-hal lain yang
sudah disebutkan sebelumnya, ada beberapa hal lainnya yang
melatarbelakangi kasus ini, yaitu:
a. Mengisi Waktu Luang
Selain karena latar belakang ekonomi yang rendah, ada hal lain yang
melatarbelakangi pekerjaan ini. Mengisi waktu luang termasuk kedalam
alasan mengapa mereka melakukan pekerjaan ini.
b. Modal Yang Relatif Kecil
Untuk memperoleh CD/DVD bajakan ini para pengedar atau pedagang
bisa mendapatkannya dari agen-agen dengan modal yang sedikit. Mulai
dari Rp. 50.000 seseorang sudah bisa berjualan dan mendapat
keuntungan yang cukup besar, ini di dukung dengan banyaknya minat
masyarakat dalam mengkonsumsi CD/DVD bajakan yang dijual dengan
harga yang terpaut jauh lebih murah daripada harga CD/DVD asli.
c. Minimnya Lowongan Pekerjaan
Minimnya lowongan pekerjaan di Bandar Lampung juga termasuk
kedalam alasan mengapa mereka memilih berjualan CD/DVD bajakan,
karena untuk bekerja sebagai pengedar atau penjual CD/DVD bajakan
seseorang tidak dibutuhkan keahlian serta syarat-syarat tertentu.
Faktor dominan yang mendorong seseorang mau mengedarkan produk
bajakan adalah faktor ekonomi, dimana orang-orang yang termasuk ke dalam
kategori miskin merasa bahwa melakukan perdagangan hasil produksi
bajakan adalah cara yang tepat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sedangkan
pembajakan adalah tindakan yang melanggar undang-undang yang berlaku,
hal ini bisa dikategorikan sebagai kasus kriminal.
Maraknya pedagang yang mengedarkan atau menjual produk bajakan ini
tentu saja didukung oleh beberapa faktor, antara lain adalah:
a. Tersedianya lokasi berdagang, seperti kaki lima di kawasan pasar atau
b. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang hal yang jelas mengganggu
pengguna jalan trotoar, trotoar yang diharapkan luas dan nyaman untuk
pejalan kaki ternyata mengalami kondisi yang kurang kondusif karena
adanya pedagang kaki lima.
c. Dan yang ketiga adalah adanya perlawanan yang dilakukan terhadap
aparat saat melakukan operasi penertiban atau razia.
B. Tinjauan Tentang Pengedaran CD/DVD Bajakan
Pengedaran produk bajakan merupakan ancaman global bagi pemerintah
Indonesia, karena selain merugikan produksi juga sangat merugikan negara
terutama dari segi pendapatan melalui sektor pajak. Akan tetapi masyarakat
Indonesia juga ingin mengikuti perkembangan informasi dan kemajuan
tekonologi dengan biaya murah, dan hal ini merupakan suatu gejala sosial
yang wajar. Oleh karena itu, tepat sekali pendapat Soerjono Soekanto yaitu:
“Perubahan-perubahan pada masyarakat dunia dewasa ini merupakan gejala yang normal, yang pengaruhnya menjalar dengan cepat ke bagian-bagian lain di dunia, antara lain berkat adanya komunikasi modern. Penemuan-penemuan baru di bidang tekonologi, terjadinya suatu revolusi, modernisasi pendidikan dan seterusnya yang terjadi di suatu tempat, dengan cepat dapat diketahui oleh masyarakat-masyarakat lain yang letaknya jauh dari tempat tersebut.”
Meninjau tentang perbedaan dari CD dengan DVD itu sendiri dapat dimulai
dengan kepanjangan dari kata CD dan DVD. CD dengan Compact Disc dan
DVD dengan Digital Video Disc. Keduanya mempunyai kapasitas yang
berbeda jauh, jika CD hanya mampu dengan kapasitas 700 MB, maka DVD
akan mampu dengan kapasitas 4700 MB. Kemudian didukung oleh beberapa
1. Panjang Gelombang Sinar Laser
Keduanya sama-sama menggunakan sinar laser berwarna merah untuk
membaca data. Bedanya terletak pada panjang gelombang, panjang
gelombang sinar laser merah pada CD adalah 780 nm, sedangkan DVD
menggunakan sinar laser merah berpanjang gelombang 650 nm.
2. Numerical Aperture / Diafragma
Besar NA atau Diafragma pada CD nilainya adalah 0,45 dan untuk DVD
nilainya adalah 0,6. Semakin besar nilainya, semakin kecil titik
fokusbyang bisa dibuat oleh lensa. Besarnya diafragma mempengaruhi
jarak lapisan data dengan mata laser. Ketebalan kepingnya adalah 1,2 mm.
Pada CD, lapisan data terletak pada lapisan bawah dan bersentuhan
langsung dengan lapisan label. Sedangkan DVD lapisan data terletak
ditengah-tengah keping, atau 0,6 mm dari lapisan atas.
3. Daya Tahan
Daya tahan DVD lebih baik dibanding dengan CD, ini karena lapisan data
ada di tengah-tengah keping, jadi lapisan data pada DVD akan lebih
terlindungi dari pada lapisan data pada CD. Lapisan data pada CD hanya
dilapisi oleh lapisan label, bila lapisan label ini tergores maka data tidak
bisa dibaca. Berbeda dengan DVD, bila lapisan labelnya tergores, lapisan
data akan tetap utuh ditengah-tengah.
4. Kapasitas
NA dan panjang gelombang mempengaruhi kepadatan data dan besar
kecilnya lubang yang bisa dibentuk. Semakin kecil lubang data maka
Panjang Gelombang sinar laser DVD lebih kecil dari CD maka kapasitas
DVD jauh lebih besar dari CD meskipun dengan ukuran yang sama.
5. Biaya Produksi
Inilah mengapa keping DVD lebih mahal dari keping CD, meski ukuran
dan ketebalan sama, proses pembuatan keping DVD lebih rumit, karena
lapisan data dvd berada di tenagh. Perlu 2 kali pelapisan plastik untuk
membuat keping DVD utuh. Pada CD, lapisan data ditempatkan setelah
pembuatan keping utuh, yang lebih sederhana.
Penjualan produk bajakan yang sudah marak terjadi merupakan bentuk
kejahatan yang sulit untuk ditanggulangi karena kompleksnya permasalahan.
Kondisi seperti ini semakin diperparah dengan kurangnya perhatian
pemerintah terhadap rakyat kecil yang kendatinya membutuhkan pekerjaan
yang lebih baik. Lalu kemudian tiadanya ketegasan secara signifikan dari
aparat penegak hukum terhadap oknum-oknum yang terkait pada kasus ini,
khususnya untuk ruang lingkup Kota Bandar Lampung.
Kemajuan teknologi juga semakin mempermudah para pembajak film
melakukan tugasnya. Hanya dengan bermodal uang 1 juta rupiah untuk
membeli sebuah dvd film asli, keping dvd, dan sebuah alat duplikasi, mereka
bisa meraup keuntungan yang tidak sedikit. Kebutuhan serta mental
masyarakat menjadi pemicu adanya praktek-praktek pembajakan yang
kemudian menarik masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan akhirnya
1. Cara Memperoleh DC/DVD Bajakan
Distribusi CD/DVD bajakan yang dipasarkan para pengedar berlangsung
dengan 2 pola :
Pola I :
a. Pembajak mendapatkan master film dari jaringannya di Singapura atau
Malaysia.
b. Master film tersebut kemudian digandakan di pabrik VCD illegal sebanyak jumlah yang dipesan.
c. CD/DVD kemudian dibagikan ke beberapa agen di Jakarta dan
kota-kota lainnya termasuk Lampung.
d. Para pengecer/pengedar dan toko rental mendapatkan CD/DVD
tersebut dari agen di kotanya.
Pola II :
Tidak jauh berbeda dengan pola-pola sebelumnya, pihak dari pabrik
CD/DVD illegal mendatangi agen-agen secara langsung untuk
menawarkan jasa mencetak CD/DVD. Dalam pola ini biasanya master
film disiapkan oleh pihak pabrik. Tidak hanya mengalami kerugian seperti
hilangnya penerimaan pajak atau kerugian bagi pengusaha produk original
serta masyarakat sebagai konsumen, tetapi juga hal ini mempengaruhi
2. Keuntungan yang diperoleh Sebagai Pengedar CD/DVD Bajakan Seseorang yang berprofesi sebagai pengedar atau penjual CD/DVD
bajakan adalah mereka yang berada pada strata menengah ke bawah.
Dengan demikian, keadaan menuntut mereka untuk memilih pekerjaan ini.
Dari pekerjaan ini, dihasilkan keuntungan yang bervariasi. Mulai dari
keuntungan yang diperoleh pemilik barang dan kios dengan angka
mencapai Rp. 5000.000 ke atas setiap minggunya, dengan memberi gaji
kepada pengedar atau penjual barang mulai Rp. 600.000 – Rp. 1.200.000 setiap bulannya.
Dengan modal yang kecil pengedar bisa memperdagangkan ratusan
bahkan ribuan keping CD/DVD bajakan. Mulai dari variasi minimal Rp.
50.000 dan maksimal Rp. 100.000, hingga variasi modal diatas Rp.
100.000.
Dalam bukunya yang berjudul: “Hak Cipta (Kedudukan & Peranannya dalam Pembangunan. Hal: 326)” Sophar Maru Hutagalung menyebutkan beberapa faktor yang mendorong dan mempengaruhi meluasnya pembajakan adalah
sebagai berikut:
a. Kemajuan teknologi di bidang industri penggandaan yang semakin canggih sehingga mempermudah praktik pembajakan. Diantaranya, peralatan reproduksi karya rekaman sangat mudah diperoleh karena diperdagangkan secara bebas di pasaran, termasuk bahan bakunya.
c. Adanya perbedaan harga yang cukup signifikan antara produk legal dengan illegal. Bagaimanapun para pembajak akan selalu unggul dalam persaingan harga karena biaya produksinya murah. Para pembajak tidak mengeluarkan biaya investasi produksi, pembayaran royalty, pajak maupun biaya produksi. Hal ini jelas merupakan serangan langsung terhadap pasar resmi. Apalagi kualitas produk-produk bajakan ini telah mendekati aslinya sehingga layak diartikan sebagai counterfeit product.
d. Penegakan hukum yang belum efektif meskipun komitmen pemerintah sudah cukup tinggi. Dalam kaitan ini, tingkat pemahaman dan kesadaran hukum masyarakat juga masih rendah. Akibatnya, sikap untuk menghormati dan menghargai Hak Cipta oranglain tidak tumbuh di kalangan masyarakat. Apalagi dengan daya beli yang masih rendah sehingga tidak mampu memebeli produk aslinya.
Dalam buku yang berjudul “Hak Cipta (Kedudukan & Peranannya dalam
Pembangunan. (Hal: 328)” Hutagalung menyebutkan beberapa faktor pencegah dan perlawanan pembajakan. Diantaranya adalah:
a. Sikap Perlawanan dari Pemegang Hak Cipta
Salah satu faktor yang paling dominan dalam kerangka perlawanan dan pencegahan pelanggaran Hak Cipta adalah kerugian ekonomiyang diderita pemegang Hak Cipta berikut dampak ikutannya. Praktek pembajakan yang meluas telah mengancam kelangsungan usaha industri legal di dalam negeri. Fakta menunjukan terjadinya kemerosotan jumlah pelaku usaha industri karya cipta karena tidak sanggup bersaing dengan pembajak. Dalam dua dekade terakhir ini berbagai upaya perlawanan telah dilakukan, baik secara kolektif bersama asosiasi maupun berkoordinasi dengan aparat kepolisian, namun hasilnya masih belum sesuai dengan harapan.
b. Perangkat Hukum yang Makin Lengkap
c. Tekanan Politik dan Lobby dari Negara Asing
Selain petisi dan lobby-lobby dari Negara Asing, baik melalui jalur diplomatik maupun hubungan perdagangan, Negara-negara Industri maju juga menepatkan perwakilan organisasi atau asosiasi bisnis mereka di Indonesia. Mereka aktif melaksanakan kampanye dan memperkuat opini melawan pembajakan, termasuk memberikan berbagai peringatan melalui brosur, pamphlet, maupun menggunakan iklan di media cetak dan elektronik serta bioskop.
d. Penegakan Hukum yang Makin Lengkap
Penegakan hukum merupakan upaya kunci yang paling berat dilaksanakan. Masalahnya tidak hanya ditingkat kebijakan, tetapi juga ditingkat pelaksanaannya yang tidak mudah atau sederhana. Dari segi policy, kiranya tidak ada lagi kelemahan ataupun kekurangan aturan untuk mendasarkan penindakan. Sedangkan dari segi strategi,telah dibentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Pembajakan HAKI, termasuk Hak Cipta. Tim Koordinasi ini melibatkan institusi Kepolisian, Kejaksaan, Bea Cukai, Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Departemen Hukum dan HAM, dan instansi terkait lainnya. Dari segi pidana, peradilan diharapkan dapat memberikan putusan yang memberatkan sehingga menimbulkan efek jera.
e. Penguatan Kesadaran Hukum Masyarakat
Langkah yang paling fundamental dalam penguatan kesadaran hukum masyarakat adalah dengan melalui pendidikan formal. Idealnya memang dimulai dari tingkat pendidikan dasar, hingga perguruan tinggi. Selain jalur edukasi formal, dilaksanakan pula kegiatan informal, baik melalui seminar, diskusi, workshop maupun kegiatan sosialisasi lainnya. Sementara itu program-program sosialisasi yang difokuskan pada aparat kepolisian biasanya langsung diikuti dengan langkah-langkah operasi dan penindakan terhadap pelanggaran Hak Cipta.
Tabel.2 Ada beberapa perbandingan antara penjual CD/DVD bajakan dan CD/DVD original yaitu :
No Tinjauan CD/DVD Original CD/DVD Bajakan
1 Harga Rp 75.000 – Rp 200.000 Rp 5.000 – Rp 10.000
2 Kwalitas
(Gambar/Suara)
Terjamin Sering Bermasalah
C. Tinjauan Tentang Dampak dari Pengedaran CD/DVD Bajakan
Dari pengedaran CD/DVD bajakan yang semakin marak di negeri ini,
ternyata menimbulkan berbagai dampak bagi pemerintah, pencipta, penjual,
maupun konsumen. Dampak tersebut baik positif maupun negatif,
diantaranya yaitu :
a. Bagi Pemerintah
Pembajakan kaset/CD dan DVD telah merugikan negara sebesar Rp 11
triliun hingga Rp 15 triliun rupiah. Karena uang pajak yang seharusnya
masuk kas negara atas ciptaan sebuah music atau film malah
disalahgunakan oleh masyarakat untuk kepentingannya sendiri.
b. Bagi Seniman Musik dan Film
Pengaruh buruk terhadap pemusik pun berawal dari orang-orang yang
membajak kaset rekaman mereka.Banyak pemusik yang mengalami
frustasi karena kaset rekaman mereka dibajak habis-habisan.Hingga saat
ini, kaset rekaman bajakan yang telah beredar mencapai angka yang
fantastis yaitu 87% dari kaset rekaman yang asli.Kaset bajakan
memberikan kerugian yang cukup besar, namun kaset bajakan tersebut
ternyata juga memberikan dampak positif yang menguntungkan pemusik
yang mungkin tidak disadari oleh mereka.Diantaranya yaitu pemusik
menjadi terkenal karena lagunya telah menyebar di pasaran.
c. Bagi Penjual
Pihak yang paling menerima dampak yaitu penjual kaset bajakan.
kaset bajakan tersebut, mereka juga harus menanggung akibatnya apabila
substansi pemerintahan menjalankan tugasnya sebagaimana mestinya.
Seorang penjual harus mempertanggung-jawabkan perbuatannya dengan
membayar denda.
d. Bagi Konsumen
Tidak selamanya dampak positif dirasakan bagi konsumen atas kaset
bajakan ini. Memang seorang konsumen bisa memperoleh kaset yang
mereka inginkan dengan harga yang terjangkau. Tapi kualitas akan kaset
bajakan ini tidak tahan lama dan mudah rusak.
Sumber: http://www.sitinurhati19.wordpress.com/ (Diakses pada tanggal
26 oktober 2013).
Selain beberapa dampak diatas, Hutagalung dalam bukunya tentang “Hak Cipta (Hal: 333)” menyebutkan ada hak-hak yang terkena dampak oleh pengedaran produk bajakan ini, diantaranya adalah:
1. Hak Moral
Hak Moral adalah hak yang melindungi kepentingan pribadi si pencipta
Konsep Hak Moral. Hak Moral dalam hak cipta disebut sebagai hak
yang bersifat asasi, sebagai kenaturalan yang dimiliki manusia.
Pengakuan serta perlindungan terhadap Hak Moral selanjutnya
menumbuhkan rasa aman bagi pencipta karena ia tetap merupakan
2. Hak Ekonomi
Hak ekonomi adalah hak yang dimiliki seseorang untuk mendapatkan
keuntungan atas ciptaannya. Hak ekonomi pada setiap Undang-undang
Hak Cipta selalu berbeda, baik teknologinya, jenis hak yang diliputinya,
dan ruang lingkup dari setiap jenis hak ekonomi tersebut.
3. Hak Terkait
Hak terkait diatur dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2002, dimaksud adalah pengertian dari hak-hak yang berkaitan dengan
hak cipta atau dikenal dengan Hak Terkait.
4. Hak yang Dikuasai oleh Negara
Sebagaimana ditentukan dalam Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Hak
Cipta, hak cipta atas peninggalan prasejarah, sejarah, dan benda budaya
nasional lainnya dipegang dan dikuasai oleh negara. Ketentuan dalam
Pasal 10 Undang-Undang Hak Cipta pada prinsipnya adalah bentuk
pengakuan bahwa ciptaan-ciptaan lampau yang merupakan peninggalan
nenek moyang.
D. Tinjauan Tentang Hak Cipta 1. Hak Cipta
Berdasarkan Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
tentang Hak Cipta, Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau
penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaanya atau
memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi
Pengertian hak eksklusif adalah hak yang hanya dimiliki oleh pencipta atau
penerima hak cipta sehingga tidak ada orang lain yang melakukan hak itu,
kecuali dengan seizin pencipta atau penerima hak cipta . hak cipta
merupakan hak kekayaan itelektual yang dilindungi oleh Undang-undang,
setiap orang wajib menghormati ciptaan dan hak cipta orang lain.
Hak Cipta adalah sebagai bagian dari Hak Milik Intelektual sekarang
disebut dengan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) dalam arti luas
termasuk Hak Milik Industri (Hak Atas Kekayaan Perindustrian), sedangkan
dalam arti sempit Hak Cipta mencakup Seni dan Budaya, sastra dan ilmu
pengetahuan (Sophar Maru Hutagalung, Hak Cipta, hal: 3).
Secara skematis Pengelompokan HAKI digambarkan di bawah ini:
Hak Atas Kekayaan Intelektual
(Sophar Maru Hutagalung, Hak Cipta, hal: 124).
HAKI (arti sempit) Hak (Perindustrian)
Hak Cipta: - Seni & Budaya
- Sastra
- Ilmu Pengetahuan
- Desain
- Paten
- Merek Dagang
- Nama
2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta
Dalam undang-undang ini Pasal dan penjelasannya menyebutkan:
Bab I Ketentuan Umum.
Pasal 1
1. Hak cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memeberikan izin
untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut
peraturan perundang-undangan yaang berlaku.
2. Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang
atas inspirasinya melahirkan suatu Ciptaan berdasarkan kemampuan
pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang
dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.
3. Ciptaan adalah setiap karya Pencipta yang menunjukkan keasliannya
dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra.
4. Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai Pemilik Hak Cipta, atau
pihak yang menerima hak tersebut dari Pencipta, atau pihak lain yang
menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut.
5. Pengumuman adalah pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan,
pengedaran, atau penyebaran suatu Ciptaan dengan menggunakan alat
apapun, termasuk media internet, atau melakukan dengan cara apapun
sehingga suatu Ciptaan dapatn dibaca, di dengar, atau dilihat orang lain.
6. Perbanyakan adalah penambahan jumlah suatu Ciptaan, baik secara
menggunakan bahan-bahan yang sama ataupun tidak sama, termasuk
mengalihwujudkan secara permanen atau temporer.
7. Potret adalah gambar dari wajah orang yang digambarkan, baik bersama
bagian tubuh lainnya ataupun tidak, yang diciptakan dengan cara dan
alat apapun.
8. Program komputer adalah sekumpulan instruksi yang diwujudkan
dalam bentuk bahasa, kode, skema, ataupun bentuk lain, yang apabila
digabungkan dengan komputer akan mampu membuat komputer
bekerja untuk melakukan fungsi-fungsi khusus atau untuk mencapai
hasil yang khusus, termasuk persiapan dalam merancang
instruksi-instruksi tersebut.
9. Hak Terkait adalah hak yang berkaitan dengan hak cipta, yaitu hak
eksklusif bagi Pelaku untuk memperbanyak atau menyiarkan
pertunjukannya; bagi Produser Rekaman Suara untuk memperbanyak
atau menyewakan karya rekaman suara atau rekaman bunyinya; dan
bagi Lembaga Penyiaran untuk membuat, memperbanyak, atau
menyiarkan karya siarannya.
10. Pelaku adalah aktor, penyanyi, pemusik, penari, atau mereka yang
menampilkan, memperagakan, mempertunjukkan, menyanyikan,
menyampaikan, mendeklamasikan, atau memainkan suatu karya musik,
drama, tari, sastra, foklor, ataukarya seni lainnya.
11. Produser Rekaman Suara adalah orang atau badan hukum yang pertama
perekaman suara atau perekaman bunyi, baik perekaman dari suatu
pertunjukan maupun perekaman suara atau perekaman bunyi lainnya.
12. Lembaga Penyiaran adalah oragnisasi penyelenggara siaran yang
berbentuk badan hukum, yang melakukan penyiaran atas suatu karya
siaran dengan menggunakan transmisi dengan atau tanpa kabel atau
melalui sistem elektromagnetik.
13. Permohonan adalah permohonan pendaftaran ciptaan yang diajukan
oleh pemohon kepada Direktorat Jenderal.
14. Lisensi adalah izin yang diberikan oleh Pemegang Hak Cipta atau
Pemegang Hak Terkait kepada pihak lain untuk mengumumkan
dan/atau memperbanyak ciptaannya atau produk Hak Terkaitnya
dengan persyaratan tertentu.
15. Kuasa adalah konsultan Hak Kekayaan Intelektual sebagaimana diatur
dalam ketentuan Undang-undang ini.
16. Menteri adalah menteri yang membawahkan departemen yang salah
satu lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi pembinaan di
bidang Hak Kekayaan Intelektual, termasuk Hak Cipta.
17. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual yang berada di bawah departemen yang dipimpin oleh
Menteri.
3. Undang-Undang Perfilman
Melihat banyaknya pembajakan yang ada, pemerintah akhirnya turun tangan
yang panjang tersebut, bisa dilihat beberapa hal penting yang terkandung
dalam UU tersebut. Antara lain :
a. Bab 1, Pasal 1, Ayat 1
Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media
komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas
sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan
video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala
bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik,
atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan
dan/atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik,
dan/atau lainnya.
b. Bab 3, Pasal 4
Film sebagai media komunikasi massa pandang-dengar mempunyai
fungsi penerangan, pendidikan, pengembangan budaya bangsa, hiburan,
dan ekonomi.
c. Bab 3, Pasal 7, Ayat 1
Film merupakan karya cipta seni dan budaya yang dilindungi
berdasarkan Undang undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun
1987 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982
4. Dukungan Undang-Undang Hak Cipta
Dari UU tentang perfilman diatas, ada suatu celah hukum yang
membiarkan para pembajak bebas melakukan pekerjaannya.Yaitu tidak
adanya hukuman yang pantas bagi para pembajak.Tapi karena film
merupakan suatu produk dari Hak Cipta yang termasuk dalam HAKI (Hak
Kekayaan Intelektual), maka UU ini berkaitan erat dengan UU tentang Hak
Cipta. Sedangkan UU Hak Cipta yang berlaku di Indonesia saat ini adalah
UU No. 19 Tahun 2002.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta:
“Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Pasal 1 ayat 1)”
Sumber :http://www.kpi.go.id/download/regula...0Perfilman.pdf di akses pada tanggal 22 oktober 2013.
Dalam UU Hak Cipta sendiri disebutkan bahwa sinematografi termasuk ke
dalam HAKI yang dilindungi negara (Pasal 12j). UU ini membuat para
gerakan para pembajak Film kesulitan karena hukuman yang tidak
main-main seperti yang dijelaskan Pasal 72 sebagai berikut :
a. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1)
dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling
singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00
(satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar
b. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan,
atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran
Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
5. Penegakkan Hukum Terhadap Pelanggaran Hak Cipta CD/DVD di Bandar Lampung.
Barang-barang yang diproduksi palsu dan dijual, seperti produk -produk
lainnya, bermuara kepada konsumen (Widyopramono, 1992:24). Kita bisa
melihat dalam Undang-undang Hak Cipta kita tidak ditemukan suatu
ketentuan bilamana konsumen atau seorang individu membeli dan
mempergunakan hasil produksi cetak ulang yang tidak sah tetapi untuk
keperluan dan pemakaian pribadinya sendiri akan dipidana. Demikian pula
dengan pemakaian atau penggunaan terhadap kaset lagu-lagu, ceramah,
video film atau video kaset hasil tindak pidana hak cipta berupa
pembajakan. Merupakan perbanyakan suatu naskah baik sebagian ataupun
seluruhnya dengan menggunakan foto kopi yang pada mulanya untuk
konsumsi pribadi , namun akhirnya dapat menjadi konsumsi kelompok.
Dalam hal ini apakah dibutuhkan suatu izin dari penyusunnya ? Memang
Undang-undang Hak Cipta belum mencakupnya, serta apabila hendak
dikenakan kepada konsumen maka ini menjadi tugas Penyidik Hak Cipta
Penegakan hukum di Indonesia, terutama di wilayah Bandar Lampung
yang di pandang masih lemah, tentunya belum berhasil memberikan efek
jera terhadap pelaku ataupun pengedar produk-produk bajakan yang
semakin hari semakin meluas. Aparat penegak hukum di Indonesia
terkesan setengah-setengah dalam mengatasi dan memberantas kasus
pembajakan ini, sehingga adanya razia tidak membuat para oknum
pembajak dan penjual jera dan mengakhiri tindakan yang merugikan ini.
Undang-undang dan aturan hukum yang ada seolah hanya menjadi catatan
semata tanpa benar-benar diberlakukan. kepada pembajak.
Sanksi pidana dalam Pasal 72 ayat (2) Undang-undang Nomor 19 Tahun
2002 tentang hak cipta yaitu:
“Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000.00 (lima ratus juta rupiah)”.
6. Hukum Sebagai Sosial Kontrol
Sosial kontrol sering diartikan sebagai suatu proses baik yang direncanakan
maupun tidak, hal ini bersifat mendidik, mengajak atau bahkan memaksa
masyarakat agar mematuhi sistem dan nilai yang berlaku di masyarakat. Hal
ini diwujudkan dengan pemidanaan, kompensasi, terapi, maupun konsiliasi.
Pada kompensasi, standar atau patokannya adalah kewajiban, dimana inisiatif
untuk memprosesnya ada pada pihak yang dirugikan. Pihak yang dirugikan
Hukum sebagai sosial kontrol bagi masyarakat terutama pada banyaknya
orang yang menggeluti pekerjaan sebagai pengedar produk (CD/DVD)
bajakan, hukum yang telah dituangkan dalam undang-undang tentang
pembajakan harusnya mampu mengontrol perilaku pelaku pembajakan
maupun pengedar barang sehingga tumbuhnya kesadaran untuk beralih ke
pekerjaan yang lebih baik dan tidak berunsur kriminal atau pekerjaan yang
pada dasarnya merugikan banyak pihak.
7. Kerangka Pikir
Fenomena pengedaran atau penjualan produk bajakan yang marak terjadi di
dunia selain karena beberapa faktor yang telah dibahas sebelumnya, juga
difaktori oleh rendahnya kesadaran masyarakat, baik pengusaha industri,
pengedar maupun konsumen tentang adanya unsur kriminalitas dari
pembajakan. Hal ini sudah jelas melanggar undang-undang yang telah
ditetapkan pemerintah karena dapat menimbulkan berbagai macam dampak
negatif, baik bagi negara maupun bagi pihak-oihak yang bersngkutan dengan
pembajakan, serta bagi konsumen itu sendiri.
Disinilah peran Penegak Hukum sangat diperlukan, dimana oknum-oknum
yang terkait dengan pembajakan baik pelaku maupun pengedar harus
diberantas keberadaannya. Kasus-kasus yang sebenarnya diminati masyarakat
ini harus diberi ketegasan akan hukum pelanggaran undang-undang tentang
pembajakn Hak Cipta. Harga yang relarif murah adalah alasan konsumen
membeli produk-produk bajakan ini, padahal bila di bandingkan dengan
kualitasnya. Produk original yang menurut kebanyakan masyarakat mahal,
sebenarnya sebanding dengan kualitas pada produk tersebut. Seperti untuk
musik, lagu akan sesuai dengan videoklip, gambar yang terang atau jernih
serta tidak adanya cacat fisik yang seringkali menghambat pemutaran pada
CD/DVD. Sedangkan untuk produk bajakan, hasilnya tidak akan sama
dengan produk original. Misalnya fisik CD yang tergores-gores dan mudah
rusak, penayangan yang tersendat-sendat atau sering macet, juga gambar dan
warna yang tidak terang, serta lagu yang tidak sesuai dengan videoklip
aslinya.
Maka dari itu, hal-hal yang berkaitan dengan pembajakan harus segera
ditangani sesuai dengan aturan undang-undang yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Para penegak hukum diharapkan dapat memeberikan efek jera
kepada setiap oknum yang terkait dengan pembajakan yang sejatinya dapat
merugikan banyak pihak, tak terkecuali bagi pengusaha produk bajakan itu
sendiri.
Selain sangat dibutuhkannya ketegasan hukum, hal ini juga memerlukan
perhatian pemerintah. Dimana masyarakat yang berada pada roda ekonomi
yang rendah bisa memperoleh pekerjaan tanpa adanya unsur kriminalitas
didalamnya. Pemerintah sebagai salah satu penggerak kesejahteraan rakyat
harusnya mampu memberikan jaminan hidup yang lebih baik bagi
masyarakat sehingga tidak lagi ada pekerjaan yang bisa merusak atau
merugikan masyarakat itu sendiri.
Pemerintah dituntut mampu menciptakan lapangan pekerjaan yang baik bagi
pekerjaan ini adalah karena tidak adanya lapangan pekerjaan yang baik dari
pemerintah terutama bagi mereka yang tergolong pada masyarakat
berpendidikan rendah.
8.Skema Kerangka Pemikiran
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Dalam penelitian ini, tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan
pendekatan kualitatif, dimana penelitian kualitatif merupakan penelitian yang
bertujuan mengkaji kasus-kasus tertentu secara mendalam dan menyeluruh.
Selain itu, penelitian bertujuan menjelaskan secara terperinci masalah sosial
tertentu dan akan dihasilkan data yang relevan, yaitu berupa data yang
dinyatakan secara tertulis dan perilaku yang nyata diteliti dan dipelajari
sebagai suatu yang utuh dengan mengumpulan data kepustakaan, wawancara,
dan analisis kasus.
Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi
yang bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk
memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Dengan
demikian arti atau pengertian penelitian kualitatif tersebut adalah penelitian
yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti
merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2005).