• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATERI KLIMATOLOGI TROPIKA SESI UAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MATERI KLIMATOLOGI TROPIKA SESI UAS"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

MATERI KLIMATOLOGI TROPIKA SESI UAS

1. MADDEN JULIAN OSCILLATION

Madden Julian Oscillation (MJO) adalah osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-rendah) dengan periode 30-50 hari menjalar dari barat ke timur.

RMM1 dan RMM2 adalah suatu indeks untuk memonitoring MJO yang didasarkan pada sepasang fungsi orthogonal empiris gabungan dari kecepatan angin pada 850 mb dan 200 mb, serta data Outgoing Longwave Radiation (OLR) (Wheeler dan Hendon, 2004). Secara umum RMM diaplikasikan untuk mengetahui perkembangan aktivitas MJO.

RMM 1: outgoing longwave radiation RMM 2: zonal winds at 850 and 200-hPa

MJO mempunyai delapan fase dalam menyelesaikan satu kali periode osilasi. Fase tersebut diantaranya:

fase-1 di Samudera Hindia Barat, Timur Afrika ( 210o BB – 60o BT ) fase-2 di samudera Hindia Barat, Tenggara India ( 60o BT – 80o BT )

fase-3 di samudera Hindia bagian Timur, Barat Sumatera ( 80o BT – 100o BT ) fase-4 & fase-5 di benua maritim Indonesia ( 100o BT – 140o BT )

fase-6 di kawasan Pasifik barat ( 140o BT-160o BT ) fase-7 di Pasifik tengah ( 160o BT – 180o BT )

(2)

2. QUASI-BIENNIAL OSCILLATION

Quasi-Biennial Oscillation atau QBO didefinisikan sebagai sebuah osilasi angin zonal di lapisan stratosfer di ketinggian 30-50 mb di sekitar wilayah tropis yang memiliki siklus sekitar 24-30 bulan. Osilasi yang terjadi tersebut disebabkan adanya pergerakan menurun dari angin zonal yang diikuti dengan adanya perubahan arah dari angin baratan menjadi angin timuran dan sebaliknya.

Dinamika QBO dipengaruhi oleh:

1. Gelombang Kelvin:

Fluktuasi angin zonal dan temperature, konsisten di Stratosfer bawah ketika angin baratan terjadi.

2. Gelombang Rosbyy-Gravity:

menentukan aliran angin timur, diukur pada 50 hpa Stratosfer bawah di ekuator. 3. Gelombang Inersia-Gravity:

Propagasi peubahan angin baratan menjadi timuran. 4. Gelombang gravitasi skala kecil:

Menurut Naujokat (1986) dalam Novita (2011) QBO memilki beberapa karaketrisik diantaranya adalah sebagai berikut:

1. QBO merambat secara vertikal (downward) dengan laju 1 km/ bulan

2. Osilasi berbentuk simetri terhadap ekuator dengan amplitudo maksimum rata-rata 20 m/s 3. Periode osilasi antara 20-36 bulan dengan rata-rata sekitar 28 bulan

4. Dimulai dari ketinggian 10 mb menurun hingga ketinggian 100 mb

5. Amplitudo maksimum adalah 40 sampai dengan 50 m/s pada ketinggian 20 mb. 6. Angin dari arah timur umumnya lebih kuat dari arah barat

7. Angin dari arah barat bergerak ke bawah lebih cepat dari pada angin dari arah timur 8. Transisi antara angin dari arah barat dan timur sering tertunda antara ketinggian 30-50 mb 9. Di atas 50 mb, QBO tidak berubah secara drastis tetapi dibawah level ini berubah dengan

(3)

3. DIPOLE MODE

Fenomena Dipole Mode (DM) yang didefinisikan sebagai tanda-tanda atau gejala akan menaiknya atau memanasnya suhu permukaan laut (SPL) dari kondisi normal di sepanjang Ekuator Samudera Hindia, khususnya di sebelah selatan India yang diiringi dengan menurunnya suhu permukaan laut tidak normal di perairan Indonesia di wilayah pantai barat Sumatera (Yamagata, 2001).

Pada keadaan normalnya, di sebelah barat lautan tropis Hindia suhu permukaan laut mengalami pendinginan dan hangat di sebelah bagian timurnya dan ditandai dengan distribusi SPL yang cukup merata di sekitar ekuator.

Dipole anomali SPL yang didefinisikan sebagai perbedaan anomali SPL Samudera Hindia tropis bagian barat (50oE-70oE, 10oS-10oN) dengan Samudera Hindia tropis bagian timur (90oE-120oE, 10oS-eq).

Dipole Mode Positif (DMP) terjadi pada saat tekanan udara permukaan di atas wilayah barat Sumatera relatif bertekanan lebih tinggi dibandingkan wilayah timur Afrika yang bertekanan relatif rendah, sehingga udara mengalir dari bagian barat Sumatera ke bagian timur Afrika yang mengakibatkan pembentukkan awan-awan konvektif di wilayah Afrika dan menghasilkan curah hujan di atas normal, sedangkan di wilayah Sumatera terjadi kekeringan, begitu sebaliknya dengan Dipole Mode Negatif (DMN).

Siklus DM :

1. Diawali dengan munculnya anomali suhu permukaan laut negatif di sekitar selat Lombok hingga selatan Jawa pada bulan Mei-Juni, bersamaan dengan itu terjadi anomali angin tenggara yang lemah di sekitar Jawa dan Sumatera.

(4)

positif SPL mulai muncul di Samudera Hindia bagian barat. Perbedaan tekanan di antara keduanya semakin memperkuat angin tenggara di sepanjang ekuator dan pantai barat Sumatera.

3. Siklus ini mencapai puncaknya pada bulan Oktober dan selanjutnya menghilang dengan cepat pada bulan November-Desember.

4. EL-NINO LA-NINA

Pada tahun normal, tekanan permukaan rendah berkembang di wilayah utara Australia dan Indonesia dan tekanan tinggi melalui sistem pantai Peru. Akibatnya, angin pasat melalui Samudera Pasifik bergerak sangat kuat dari barat ke timur. Di timur aliran angin pasat membawa permukaan air hangat ke barat, sehingga badai membawa badai konvektiv ke Indonesia dan pesisir Australia. Sepanjang pantai Peru, kolam air dingin terbawa sampai ke permukaan untuk menggantikan kolam air hangat yang diambil di sebelah barat.

El-Nino merupakan fenomena global dari sistem interaksi laut dan atmosfer yang ditandai dengan memanasnya suhu muka laut di Pasifik Equator atau anomali suhu muka laut di daerah tersebut positif (lebih panas dari rata-ratanya).

El-Nino akan terjadi apabila perairan yang lebih panas di Pasifik tengah dan timur meningkatkan suhu dan kelembaban pada atmosfer yang berada di atasnya. Kejadian ini mendorong terjadinya pembentukan awan yang akan meningkatkan curah hujan di sekitar kawasan tersebut. Bagian barat Samudra Pasifik tekanan udara meningkat sehingga menyebabkan terhambatnya pertumbuhan awan di atas lautan bagian timur Indonesia, sehingga di beberapa wilayah Indonesia terjadi penurunan curah hujan yang jauh dari normal.

(5)

1. NINO 1+2 (0°-10°LS dan 90°-80°BB) 2. NINO 3 (5°LU-5°LS dan 150°-90°BB) 3. NINO 4(5°LU-5°LS dan 160°BT-150°BB) 4. NINO 3.4(5°LU-5°LS dan 170°-120°BB).

EL-NINO MODOKI:

EMI = [SSTA] Central– (0.5[SSTA] East + 0.5[SSTA] West) Keterangan:

•[SSTA] Central = 165⁰E–140⁰W, 10⁰S–10⁰N

•[SSTA] East = 110⁰W–70⁰W, 15⁰S–5⁰N

•[SSTA] West = 125⁰E–145⁰E, 10⁰S–20⁰N.

Referensi

Dokumen terkait

Suatu kerugian penurunan nilai yang diakui sebelumnya, dibalikkan nilainya jika terdapat perubahan estimasi yang digunakan untuk menentukan nilai terpulihkan aset sejak

Pada penelitian ini, peneliti hanya membahas tentang cara mengatasi asumsi non-normal multivariat dalam Structural Equation Modeling (SEM) dengan menggunakan metode

tenggorokan sejak 1 bulan yang lalu, sebelum keluar nanah pasien makan es dan tenggorokannya menjadi tidak enak dan malamnya pasien demam. Demam ini terus menerus selama 2 minggu

Pelaksanaan layanan bimbingan sosial yang efektif dapat dijadikan sebagai pemberian informasi kepada para siswa agar dapat bekomunikasi dengan baik, memiliki

Puji dan syukur saya sampaikan kehadirat Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih, yang telah membimbing dan memberikan petunjuk dalam penulisan tugas akhir dengan judul

Respons molting kepiting bakau yang berbeda pada berbagai formulasi pakan buatan yang diperkaya dengan ekstrak bayam terjadi karena perbedaan komposisi bahan baku

Persepsi pengunjung terhadap fasilitas menara pengamatan, dari aspek kenyamanan adalah kurang nyaman sampai tidak nyaman (75.0%) karena tidak berfungsinya menara sun bird

ABSTRAK:  Indonesia  merupakan  salah  satu  negara  dengan  jumlah  pekerja