• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan dan Sikap ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini di Poliklinik Ibu Hamil RSUD dr R.M Dr. R.M Djoelham Binjai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengetahuan dan Sikap ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini di Poliklinik Ibu Hamil RSUD dr R.M Dr. R.M Djoelham Binjai"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

PRAKATA

Segala puji kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang telah

dilimpahkan-Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul “Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil di Poliklinik Ibu Hamil RSUD Dr. RM

Djoelham Binjai ”.

Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah

memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian

proposal skripsi ini, sebagai berikut:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU

2. Ibu Ellyta Aizar, S.Kp sebagai dosen pembimbing I skripsi yang telah

banyak membimbing, meluangkan waktu untuk berdiskusi dan

mengajarkan cara penulisan skripsi yang baik dan benar, serta memotivasi

saya untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

3. Ibu Reni Asmara Ariga, S.Kp. MARS selaku dosen pembimbing II skripsi

yang telah banyak membimbing, meluangkan waktu untuk berdiskusi dan

mengajarkan cara penulisan skripsi yang baik dan benar, serta memotivasi

saya untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

4. Ibu Siti Saidah, S.Kp. M.Kep., Sp.Mat sebagai dosen penguji yang telah

banyak memberi kritikan dan masukan kepada saya.

5. Kedua orangtua saya Drs Awaluddin Matondang dan Syarifah Sampe

Lubis, S.Pd yang telah memberikan cinta dan kasih sayangnya dengan

(4)

6. Terimakasih juga kepada abang dan adik saya, Rizki Chandra Bahari,

Amd dan Anggita Purnama Ariani atas support dan semangat yang selalu

diberikan.

7. Terimakasih juga kepada sahabat tersayang Sulhairi Lubis atas bantuan,

motivasi serta do’anya.

8. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman

seperjuangan Amel, Zal, Buk Suriani, Ridha, dan semuanya yang tidak

bisa disebutkan satu persatu.

9. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang

mendukung dalam pembuatan skripsi ini.

Kiranya Tuhanlah yang yang akan membalas setiap kebaikan semua pihak

yang telah menolong peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Mudah-mudahan

skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat.

Medan, Januari 2011

(5)

DAFTAR ISI

Halaman Judul….……….. i

Halaman Pengesahan……… ii

Prakata………...……… iii

Daftar Isi………..……….. v

Daftar Tabel……….. viii

Daftar Skema………. ix

Abstrak……… x

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar belakang……….. 1

1.2Perumusan Masalah……….. 5

1.3Tujuan penelitian……… 5

1.3Tujuan penelitian………... 5

1.5 Manfaat penelitian……… 6

BAB 2 Tinjauan pustaka 2.1 Pengetahuan………. 7

2.1.1 Defenisi Pengetahuan………. 7

2.1.2 Tingkatan Pengetahuan……… 7

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempegaruhi Pengetahuan………. 9

2.1.4 Pengukuran Pengetahuan………..…….. 10

2.2 Sikap……….…………... 11

2.2.1 Pengertian Sikap………..……….. 11

2.2.2 Pengelompokan Sikap………. 11

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap………. 13

(6)

2.3 Inisiasi Menyusu Dini……… 16

2.3.1 Pengertian Inisiasi Menyusu Dini……… 16

2.3.2 Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini……….… 16

2.3.3 Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini………. 17

2.3.4 Faktor Pendukung IMD..……… 19

BAB 3 Kerangka Penelitian 3.1Kerangka konseptual……… 22

3.2Definisi operasional………. 24

BAB 4 Metode penelitian 4.1Desain Penelitian……… 25

4.2Populasi dan Sampel……….………. 25

4.2.1 Populasi……… 25

4.2.2 Sampel………. 25

4.3Lokasi dan waktu penelitian……….. 26

4.4Pertimbangan Etik Penelitian……… 27

4.5Instrumen penelitian……….. 28

4.6Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian…………..… 28

4.7Pengumpulan Data…………...……….. 29

4.8Analisa Data……….. 30

BAB 5 Hasil dan Pembahasan 5.1 Hasil Penelitian……….……… 32

5.11 Deskripsi Karakterisitik Responden……… 33

5.1.2 Pengetahuan Responden tentang IMD……… 34

5.1.3 Deskripsi Sikap Responden tentang IMD……….. 35

5.2 Pembahasan……….... 35

5.2.1 Pengetahuan Responden……….... 35

(7)

BAB 6 Kesimpulan dan Saran

6.1 Kesimpulan………. 43

6.2 Saran……….. 43

6.2.1 Pelayanan Keperawatan……….. 44

6.2.2 Pendidikan Keperawatan………. 44

6.2.3 Penelitian Selanjutnya……….……… 44 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Inform Consent 2. Instrumen Penelitian

3. Hasil Uji Reliabilitas Pengetahuan 4. Hasil Uji Reliabiltas Sikap

5. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU 6. Surat Izin Penelitian dari RSUD Dr. RM Djoelham Binjai 7. Hasil Analisa Data

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden……… 33

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Ibu Hamil

Tentang IMD………..……… 34

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase Sikap ibu hamil tentang

(9)

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1 Kerangka konseptual penelitian pengetahuan dan sikap ibu

(10)

Judul : Pengetahuan dan Sikap ibu hamil tentang Inisiasi

Menyusu Dini di Poliklinik Ibu Hamil RSUD dr R.M Dr.

R.M Djoelham Binjai

Nama : Wirda Faswita

NIM : 091121034

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2010

ABSTRAK

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah meletakkan bayi di atas dada atau perut ibu segera setelah dilahirkan dan membiarkan bayi mencari puting ibu kemudian menghisapnya setidaknya satu jam setelah kelahiran. Manfaat IMD bagi ibu adalah merangsang produksi oksitosin dan prolaktin, meningkatkan keberhasilan produksi ASI, meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi. IMD belum banyak diketahui masyarakat bahkan juga petugas kesehatan. Hal ini karena IMD merupakan ilmu pengetahuan yang baru bagi masyarakat Indonesia. Keberhasilan suatu tindakan IMD akan sangat dipengaruhi oleh kesiapan pelaksana melakukan IMD. Dalam hal ini pelaksana langsung IMD adalah ibu bersama bayinya. Kesiapan ibu dalam melaksanakan IMD sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap ibu hamil. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang IMD di Poliklinik Ibu Hamil (PIH) RSUD Dr. RM Djoelham Binjai. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang IMD di PIH RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai. Pengambilan data dilakukan pada bulan juli 2010 selama satu bulan dan melibatkan 83 orang ibu hamil yang berkunjung ke PIH RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai. Berdasarkan pengetahuan ibu hamil menunjukkan bahwa 17 orang (20,5%) memiliki pengetahuan baik, 59 orang (71,1%) memiliki pengetahuan yang cukup, 6 orang (7,2%) memiliki pengetahuan kurang dan 1 orang memiliki pengetahuan buruk (1,2%). Berdasarkan sikap ibu hamil 81 orang (97,6%) memiliki sikap yang positif dan 2 orang (2,4%) memiliki sikap negatif tentang IMD. Disarankan pada pelayanan keperawatan agar menggalakkan kegiatan pendidikan kesehatan terutama tentang IMD, sehingga ibu hamil mengetahui manfaatnya dan mau bekerjasama melaksanakan IMD.

(11)

Judul : Pengetahuan dan Sikap ibu hamil tentang Inisiasi

Menyusu Dini di Poliklinik Ibu Hamil RSUD dr R.M Dr.

R.M Djoelham Binjai

Nama : Wirda Faswita

NIM : 091121034

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2010

ABSTRAK

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah meletakkan bayi di atas dada atau perut ibu segera setelah dilahirkan dan membiarkan bayi mencari puting ibu kemudian menghisapnya setidaknya satu jam setelah kelahiran. Manfaat IMD bagi ibu adalah merangsang produksi oksitosin dan prolaktin, meningkatkan keberhasilan produksi ASI, meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi. IMD belum banyak diketahui masyarakat bahkan juga petugas kesehatan. Hal ini karena IMD merupakan ilmu pengetahuan yang baru bagi masyarakat Indonesia. Keberhasilan suatu tindakan IMD akan sangat dipengaruhi oleh kesiapan pelaksana melakukan IMD. Dalam hal ini pelaksana langsung IMD adalah ibu bersama bayinya. Kesiapan ibu dalam melaksanakan IMD sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap ibu hamil. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang IMD di Poliklinik Ibu Hamil (PIH) RSUD Dr. RM Djoelham Binjai. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang IMD di PIH RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai. Pengambilan data dilakukan pada bulan juli 2010 selama satu bulan dan melibatkan 83 orang ibu hamil yang berkunjung ke PIH RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai. Berdasarkan pengetahuan ibu hamil menunjukkan bahwa 17 orang (20,5%) memiliki pengetahuan baik, 59 orang (71,1%) memiliki pengetahuan yang cukup, 6 orang (7,2%) memiliki pengetahuan kurang dan 1 orang memiliki pengetahuan buruk (1,2%). Berdasarkan sikap ibu hamil 81 orang (97,6%) memiliki sikap yang positif dan 2 orang (2,4%) memiliki sikap negatif tentang IMD. Disarankan pada pelayanan keperawatan agar menggalakkan kegiatan pendidikan kesehatan terutama tentang IMD, sehingga ibu hamil mengetahui manfaatnya dan mau bekerjasama melaksanakan IMD.

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah membangun Sumber Daya

Manusia (SDM) yang berkualitas agar masyarakat Indonesia dapat melanjutkan

perjuangan pembangunan nasional untuk menuju masyarakat sejahtera, adil, dan

makmur. Kualitas SDM diukur dari kecerdasan, kematangan emosi, kemampuan

berkomunikasi, serta keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

(Roesli, 2007).

Setiap ibu menghasilkan air susu yang kita sebut Air Susu Ibu sebagai

makanan alami yang disediakan untuk bayi. Pemberian ASI eksklusif serta proses

menyusui yang benar meupakan sarana yang dapat diandalkan untuk membangun

SDM yang berkualitas. Seperti kita ketahui, ASI adalah makanan satu-satunya

yang paling sempurna untuk menjamin tumbuh kembang bayi pada 6 bulan

pertama. Selain itu dalam proses menyusui yang benar, bayi akan mendapat

perkembangan jasmani, emosi, maupun spiritual yang baik dalam kehidupannya

(Roesli, 2007).

Selama ini, masih banyak ibu-ibu yang mengalami kesulitan untuk

menyusui bayinya. Hal ini antara lain karena kemampuan bayi untuk menghisap

(13)

Keadaan ini ternyata disebabkan terganggunya proses alami dari bayi untuk

menyusu segera setelah lahir. Selama ini, penolong persalinan selalu memisahkan

bayi dari ibunya segera setelah lahir, untuk dibersihkan, ditimbang, ditandai dan

diberi pakaian. Ternyata proses ini sangat mengganggu proses alami bayi untuk

menyusu (Roesli,2007).

Di Indonesia saat ini tercatat Angka Kematian Bayi masih sangat tinggi

yaitu 35 tiap 1.000 kelahiran hidup dan sekitar 175.000 bayi meninggal sebelum

mencapai usia satu tahun. Menurut penelitian yang dilakukan di Ghana tahun

2006 diterbitkan dalam jurnal ilmiah Pediatrics, 22 persen kematian bayi yang

baru lahir, yaitu kematian bayi yang terjadi dalam satu bulan pertama, dapat

dicegah bila bayi disusui oleh ibunya dalam satu jam pertama kelahiran. Mengacu

pada hasil penelitian itu, maka diperkirakan program Inisiasi Menyusui Dini dapat

menyelamatkan sekurang-kurangnya 30.000 bayi Indonesia yang meninggal

dalam bulan pertama kelahiran .Dengan pemberian ASI dalam satu jam pertama,

bayi akan mendapat zat-zat gizi yang penting dan mereka terlindung dari berbagai

penyakit berbahaya pada masa yang paling rentan dalam kehidupannya

(Wardani,2007).

Pentingnya ASI bagi ibu dan bayi, maka pada tahun 1992 WHO/UNICEF

mengeluarkan protokol penting tentang Inisiasi Menyusu Dini sebagai salah satu

dari evidence for the ten steps to successful breastfeeding yang harus diketahui

(14)

atau perut atas ibu selama paling sedikit satu jam untuk memberi kesempatan pada

bayi untuk mencari dan menemukan putingnya (Prawirohardjo, 2008).

Penelitian di Jakarta tahun 2003 oleh Fika dan Syafiq menunjukkan bayi

yang diberi kesempatan untuk menyusui segera stelah lahir, hasilnya delapan kali

lebih berhasil dalam menajalani ASI eksklusif. Karen Edmond (2006) melakukan

penelitian pada 10.947 bayi yang lahir antara juli 2003 sampai juni 2004. Bayi

tersebut diberi kesempatan menyusu dalam satu jam pertama dan dibiarkan kontak

ke kulit ibu. Hasilnya adalah 22% nyawa bayi di bawah 28 hari dapat

diselamatkan. Sementara ,jika bayi dibiarkan menyusu pertama saat berusia di

atas 2 jam dan di bawah 24 jam pertama yaitu hanya 16% nyawa bayi di bawah 28

hari yang dapat diselamatkan (Roesli, 2007).

Roesli (2007) dalam bukunya yang berjudul Inisiasi Menyusu Dini

menyatakan dari beberapa penelitian di dalam dan di luar negeri, ternyata Inisiasi

Menyusu Dini tidak hanya menberi kesuksesan pada pemberian ASI eksklusif.

Lebih dari itu, terlihat hasil yang nyata, yaitu dapat menyelamatkan nyawa bayi.

Menyusu di satu jam pertama bayi baru lahir sangat berperan dalam menurunkan

angka kematian bayi. Faktanya adalah dalam satu tahun, empat juta bayi berusia

28 hari meninggal. Jika semua bayi di dunia segera setelah lahir diberi

kesempatan menyusu sendiri dengan membiarkan kontak kulit ibu ke kulit bayi

setidaknya selama satu jam maka satu juta nyawa bayi ini dapat diselamatkan.

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses dimana bayi dibiarkan mencari

(15)

membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI eksklusif (ASI saja) dan lama

menyusui. Dengan demikian, bayi akan terpenuhi kebutuhannya hingga usia dua

tahun, dan mencegah anak kurang gizi (seksi gizi Kabupaten Kulonprogo,2009).

Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi pernapasan,

mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik dibandingkan dengan inkubator,

menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan infeksi nosokomial. Kadar

bilirubin bayi juga lebih cepat normal karena pengeluaran mekonium lebih cepat

sehingga dapat menurunkan insiden ikterus bayi baru lahir. Kontak kulit dengan

kulit juga membuat bayi lebih tenang sehingga didapat pola tidur yang lebih baik.

Dengan demikian, berat badan bayi cepat meningkat. Bagi Ibu, IMD dapat

mengoptimalkan pengeluaran hormone okstosin, prolaktin dan secara psikologis

dapat menguatkan ikatan batin antara ibu dan bayi (Prawirohardjo, 2008).

Pengetahuan tentang IMD belum banyak diketahui masyarakat bahkan

juga petugas kesehatan. Hal ini karena IMD adalah ilmu pengetahuan yang baru

bagi Indonesia. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun

2002-2003 hanya ada empat persen bayi yang mendapat ASI dalam satu jam

kelahirannya. Hasil survei lanjutan Demografi Kesehatan Indonesia, hanya

delapan persen bayi Indonesia yang mendapat ASI eksklusif selama enam bulan,

sedangkan pemberian susu formula terus meningkat hingga tiga kali lipat dalam

kurun waktu lima tahun terakhir (Wardani, 2007).

Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti terkait dengan IMD yang

(16)

Dr. R.M Djoelham Binjai, kegiatan penyuluhan IMD masih belum digalakkan

sehingga hal ini akan berdampak kepada pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang

IMD yang berkunjung ke PIH RSUD Dr. RM Djoelham Binjai. Pada sisi lain,

keberhasilan suatu tindakan akan sangat dipengaruhi oleh kesiapan pelaksana/

subyek yang melakukan tindakan tersebut. Dalam hal ini pelaksana langsung IMD

adalah ibu bersama bayinya. Kesiapan ibu dalam melaksanakan IMD sangat

dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap ibu hamil. Belum diketahui bagaimana

pengetahuan dan sikap ibu hamil di RSUD Dr. RM Djoelham Binjai tentang IMD.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui

pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang IMD di PIH RSUD Dr. RM Djoelham

Binjai.

Pengetahuan, sikap dan tindakan sebenarnya merupakan perilaku yang

tidak dapat dipisahkan (Benyamin Bloom,1998). Dalam hal ini peneliti hanya

mengidentifikasi pengetahuan dan sikap ibu hamil tanpa mengidentifikasi

tindakan dikarenakan dalam mengidentifikasi tindakan ibu hamil tentang IMD

memerlukan waktu yang lama dimana saat ibu hamil telah mendapat tindakan

IMD saat proses persalinan. Tindakan ini juga memerlukan penelitian dengan

observasi untuk mengetahui tindakan ketepatan dari pelaksanaan IMD.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merumuskan masalah yang akan

diteliti seberapa jauh pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang inisiasi menyusu

(17)

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan

dan sikap ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini.

1.4 Pertanyaan Penelitian

1.4.1 Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang Inisiasi Menyusui Dini?

1.4.2 Bagaimana sikap ibu hamil tentang Inisiasi Menyusui Dini?

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat kepada berbagai

pihak yaitu:

1.5.1 Pendidikan Keperawatan

Sebagai informasi dalam pendidikan keperawatan maternitas, sehingga

dapat menjadikan pedoman untuk lebih memasyarakatkan Program Pemerintah

tentang Inisiasi Menyusu Dini.

1.5.2 Praktek Keperawatan

Sebagai fakta teruji bagi praktik keperawatan di tatanan pelayanan

kesehatan baik di RS maupun di Klinik Bersalin tentang Inisiasi Menyusu Dini.

1.5.3 Penelitian Keperawatan

Dapat digunakan sebagai data tambahan pada pengembangan penelitian

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.(Notoatmodjo, 1997).

Menurut Taufik (2007), pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil

tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,

telinga, dan lain sebagainya).

2.1.2 Tingkatan pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (1993), Pengetahuan mempunyai tingkatan yatu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya . Termasuk pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan dipelajari atau rangsangan yang

telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang dipelajari antara

lain menyebutkan, mendefenisikan menyatakan dan sebagainya. Contoh dapat

(19)

b. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui. Dan dapat mengintrepretasikan materi

tersebut secara benar . Orang tekah paham terhadap objek materi harus daoat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan

sebagainya. Contoh dapa menjelaskan mengapa kita harus makan makanan

yang bergizi.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajri pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau kegunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip dan sebagainya dalam kontak atau situasi yang lain. Contohnya dapat

menggunakan prinsip-prinsip, siklus pemecahan masalah, dari kasus yang

diberi.

d. Analisis (Analysis)

Analisis Adalah suatu harapan untuk menjabarkan suatu materi atau objek

dalam komponen-komponen tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut

dan masih ada kaitannya dengan yang lain. Kemampuan analisa ini dapat

dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan,

(20)

e. Sintesis

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan

bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain

sintesis adalah kemampuan-kemampuan untuk menyusun, merencanakan,

meningkatkan, menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan

yang telah ada

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu:

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang

makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.

b. Mass media / informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal

dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga

menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan

tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan

masyarakat tentang inovasi baru.

c. Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa

(21)

seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status

ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang

diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan

mempengaruhi pengetahuan seseorang.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap

proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan

tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang

akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa

lalu.

f. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola

pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

2.1.4 Pengukuran pengetahuan

Pengukuran Pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

(22)

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat

kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan pengetahuan (Notoadmodjo, 2003).

2.2 Sikap

2.2.1 Pengertian Sikap

Carl Jung, seorang ahli yang membahas tentang sikap. Ia mendefinisikan

tentang sikap sebagai kesiapan dari psike untuk bertindak atau bereaksi dengan

cara tertentu. Sikap sering muncul dalam bentuk pasangan, satu disadari sedang

yang lainnya tidak disadari (Suwondo, 2009).

Rahayuningsih (2008) dalam tulisannya berjudul Psikologi Umum

mendefenisikan sikap sebagai suatu bentuk dari perasaan, yaitu perasaan

mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung

(Unfavourable) pada suatu objek.

2.2.2 Pengelompokan Sikap

Sementara menurut Azwar (1995) sikap dapat dikategorikan ke dalam tiga

orientasi pemikiran, yaitu:

a. Berorientasi pada respon

Orientasi ini diwakili oleh para ahli seperti Louis Thurstone, Rensis

Likert, dan Charles Osgood. Dalam pandangan mereka, sikap adalah suatu bentuk

atau reaksi perasaan. Secara lebih operasional sikap terhadap suatu objek adalah

perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak

mendukung atau tidak memihak (unfavorable) terhadap objek tersebut (Berkowitz

(23)

b. Berorientasi pada kesiapan respon

Orientasi ini diwakili oleh para ahli seperti Chave, Bogardus, LaPierre,

Mead, dan Allport. Konsepsi yang mereka ajukan ternyata lebih kompleks.

Menurut pandangan orientasi ini, sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi

terhadap objek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan ini berarti kecenderungan

potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan kepada

suatu stimulus yang menghendaki adanya respons. Sikap oleh La Pierre (dalam

Azwar 1995) dikatakan sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan

antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial; atau secara

sederhana sikap adalah respons terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan.

c. Berorientasi pada skema triadik

Menurut pandangan orientasi ini, sikap merupakan konstelasi

komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam

memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek. Secord dan

Backman (dalam Azwar 1995) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu

dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan

(konasi) seseorang terhadap suatu aspek lingkungan sekitarnya.

Menurut Mar’at (1984) ketiga komponen dalam sikap masih dapat

dijabarkan lagi sebagai berikut:

a. Komponen kognitif, berhubungan dengan: belief (kepercayaan atau

keyakinan), ide, dan konsep.

(24)

c. Komponen konatif, yang merupakan kecenderungan bertingkah laku.

2.2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap anatara lain:

a. Pengalaman pribadi

Dasar pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, dan harus

meninggalkan kesan yang kuat.Sikap akan mudah terbentuk jika melibatkan

faktor emosional

b. Kebudayaan

Pembentukan sikap tergantung pada kebudayaan tempat individu tersebut

dibesarkan. Contohnya yaitu pada sikap orang kota dan orang desa terhadap

kebebasan dalam pergaulan

c. Orang lain yang dianggap penting (Significant Otjhers)

Orang lain yang dianggap penting adalah orang-orang yang kita harapkan

persetujuannya bagi setiap gerak tingkah laku dan opini kita, orang yang tidak

ingin dikecewakan, dan yang berarti khusus. Misalnya, orangtua, pacar,

suami/isteri, teman dekat, guru, pemimpin. Umumnya individu tersebut akan

memiliki sikap yang searah (konformis) dengan orang yang dianggap penting.

d. Media massa

Media massa berupa media cetak dan elektronik. Dalam penyampaian

pesan, media massa membawa pesan-pesan sugestif yang dapat mempengaruhi

opini kita Jika pesan sugestif yang disampaikan cukup kuat, maka akan memberi

(25)

e. Institusi / Lembaga Pendidikan dan Agama

Institusi berfungsi meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam

diri individu pemahaman baik dan buruk, salah atau benar, yang menentukan

sistem kepercayaan seseorang hingga ikut berperan dalam menentukan sikap

seseorang.

f. Faktor Emosional

Faktor emosi adalah suatu sikap yang dilandasi oleh emosi yang fungsinya

sebagai semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk mekanisime

pertahanan ego.

Dapat bersifat sementara ataupun menetap (persisten/tahan lama), contohnya

adalah Prasangka (sikap tidak toleran, tidak fair) ( Rahayuningsih, 2008).

2.2.4 Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap secara ilmiah dapat diukur, dimana sikap terhadap objek

diterjemahkan dalam sistem angka. Dua metode pengukuran sikap adalah Metode

Self Report dan Pengukuran Involuntary Behavior.

a. Self Report

Misalnya ketika menyatakan kesukaan terhadap objek saat ditanya dalam

interview atau menuliskan evalusi-evalusi dari suatu kuesioner. Dalam metode ini,

jawaban yang diberikan dapat dijadikan indikator sikap seseorang. Kelemahannya

adalah jika individu tidak menjawab pertanyaan yang diajukan maka tidak dapat

(26)

1. Public Opinion Polling

Digunakan untuk mengumpulkan data dari masyarakat yang berkaitan

dengan opini. Digunakan untuk meramalkan sesuatu atau menyediakan

informasi, misalnya pro dan kontra aborsi, pembelian suatu produk

(representatif). Empat langkah polling antara lain seleksi terhadap sampel dari

responden, menyusun item-item sikap, mengambil data terhadap sampel, dan

tabulasi data. Dalam pengukuran Public Opini Polling, item skala terdiri dari

pertanyaan-pertanyaan tentang objek, format jawaban tertutup (setuju – tidak

setuju) dan terbuka misalnya aborsi tidak dilarang agama. Pertanyaan tertutup

antara lain, sangat setuju, setuju, tidak tahu, tidak setuju, dan sangat tidak

setuju.

2. Skala Sikap

Skala Sikap yaitu kumpulan pertanyaan mengenai objek sikap. Mencoba

memperoleh pengukuran yang tepat tentang sikap seseorang. Akurasi

pengukuran dilakukan dengan penggunaan beberapa item yang berkaitan

dengan isu yang sama. Skala sikap melibatkan belief dan opini terhadap suatu

objek. Pertanyaan-pertanyaan atau item yang membentuk skala sikap dikenal

dengan statement (pernyataan yang menyangkut objek psikologis).

b. Pengukuran Involuntary Behavior (Pengukuran terselubung)

Pengukuran Involunter adalah pengukuran yang dapat dilakukan jika

memang diinginkan atau dapat dilakukan oleh responden dalam banyak situasi,

akurasi pengukuran sikap dipengaruhi oleh kerelaan responden. Pendekatan ini

(27)

tanpa disadari dilakukan oleh individu yang bersangkutan. Observer dapat

menginterpretasikan sikap individu mulai dari fasial reaction, voice tones, body

gesture, keringat, dilatasi pupil mata, detak jantung, dan beberapa aspek fisiologis

lainnya (Rahayuningsih, 2008).

2.3 Inisiasi Menyusu Dini

2.3.1 Pengertian Inisiasi Menyusu Dini

Inisiasi Menyusu Dini adalah meletakkan bayi di atas dada atau perut ibu

segera setelah dilahirkan dan membiarkan bayi mencari puting ibu kemudian

menghisapnya setidaknya satu jam setelah kelahiran. Cara bayi melakukan Inisiasi

Menyusu Dini ini disebut baby crawl (Hegar dkk, 2008).

Inisiasi Menyusu Dini adalah proses bayi menyusu segera setelah

dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak

disodorkan ke puting susu) (seksi gizi dinas kesehatan Kulonprogo, 2009 ).

2.3.2 Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini

Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini bagi bayi adalah sebagai makanan

dengan kualitas dan kuantitas yang optimal agar kolostrum seegera keluar yang

disesuaikan dengan kebutuhan bayi, memberikan kesehatan bayi dengan

kekebalan pasif yang segera kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama

bagi bayi, meningkatkan kecerdasan, membantu bayi mengkoordinasikan hisap,

telan dan nafas, meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi, mencegah

kehilangan panas, merangsang kolostrum segera keluar. Bagi Ibu adalah

(28)

produksi ASI, meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi (Ambarwati,

2008).

2.3.3 Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini

Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini dapat dibagi atas dua yaitu Inisiasi

Menyusu Dini secara umum dan Tatalaksana Inisiasi Meyusu Dini Pada Operasi

Caesar.

a.Tatalaksana Inisiasi Menyusu dini secara umum

Tatalaksana Inisiasi Menyusu dini secara umum yaitu menganjurkan

suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan, memberi saran kepada

petugas kesehatan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat

persalinan dan dapat diganti dengan cara non-kimiawi, misalnya pijat,

aromaterapi, gerakan atau hypnobirthing. Biarkan ibu menentukan cara

melahirkan yang diinginkan, misalnya melahirkan normal, di dalam air atau

dengan posisi jongkok, seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya,

kecuali kedua tangannya, lemak putih (vernix) yang memberi kenyamankan pada

kulit bayi sebaiknya dibiarkan saja kemudian bayi ditengkurapkan di dada atau

perut ibu. Memberikan kesempatan kulit bayi melekat dengan kulit ibu minimum

satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimut, jika bayi

diberikan topi agar panas tubuh bayi tidak hilang.

Selanjutnya, bayi dibiarkan untuk mencari putting susu ibu.Ibu juga dapat

merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke

(29)

tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung

beberapa menit atau satu jam, bahkan lebih. Dukungan ayah akan meningkatkan

rasa percaya diri ibu. Bayi diberi kesempatan bersentuhan dengan kulit ibunya

setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu pertama sebelum

satu jam, jika belum menemukan puting payudara ibunya dalam waktu satu jam,

kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu

pertama, memberi anjuran untuk memberikan kesempatan kontak kulit dengan

kontak kulit pada ibu yang melahirkan dengan tindakan, misalnya operasi Caesar,

bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur dan dicap setelah satu jam atau

menyusu awal selesai. Prosedur yang invasive, misalnya suntikan vitamin K dan

tetesan mata bayi dapat ditunda, rawat gabung ibu dan bayi dirawat dalam satu

kamar. Selama 24 jam ibu dan bayi tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam

jangkauan ibu. Pemberian minum pre-laktal (cairan yang diberikan sebelum ASI

keluar) sebaiknya dihindari ( Roesli, 2007)

b. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini Pada Operasi Caesar

Sementara Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini pada operasi caesar dimana

usaha bayi merangkak mencari payudara secara standar tidak dapat dilakukan.

Namun sebaiknya ibu diberikan anastesi spinal atau epidural yaitu ibu dalam

keadaan sadar sehingga dapat segera memberi respons pada bayi setelah operasi

caesar. Bayi dapat segera diposisikan sehingga kontak kulit ibu dan bayi dapat

terjadi. Usahakan menyusu pertama dilakukan di kamar operasi. Jika keadaan ibu

atau bayi belum memungkinkan, bayi diberikan pada ibu pada kesempatan yang

(30)

Jika dilakukan anastesi umum, kontak dapat terjadi di ruang pulih saat ibu

sudah dapat merespons walaupun masih mengantuk atau dalam pengaruh obat

bius. Sementara menunggu ibu sadar, ayah dapat menggantikan ibu untuk

memberikan kontak kulit dengan kulit sehingga bayi tetap hanngat.

Untuk mendukung terjadinya inisiasi menyusu dini pada operasi caesar

memerlukan tenaga dan pelayanan kesehatan yang produktif. Ruang operasi

diusahakan berada pada suhu ruangan 20° - 25° C. Selimut bayi diberikan agar

menutupi punggung bayi dan badan ibu dan topi bayi diberikan agar mengurangi

hilangnya panas dari kepala bayi. Selanjutnya pelaksanaanya sama dengan

tatalaksana umum. Jika Inisiasi Menyusu Dini belum terjadi di kamar bersalin

atau kamar operasi maka bayi harus dipindahkan sebelum satu jam dan bayi tetap

diletakkan di dada ibu ketika dipindahkan ke kamar perawatan atau pemulihan.

Inisiasi Menyusui Dini dapat dilanjutkan di kamar perawatan ibu atau kamar pulih

(Roesli, 2007).

2.3.4 Faktor Yang Mendukung Terlaksananya IMD

Dalam pelaksanaan IMD yang dilakukan pada bayi baru lahir, tidak

berjalan sebagaimana yang diharapkan, dalam hal pelaksanaanya yang

mendukung untuk terlaksananya IMD adalah sebagai berikut:

a. Pengetahuan

Pengetahuan yaitu hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Menurut Roesli (2007), bahwa faktor

(31)

pengetahuan yang benar tentang IMD pada para ibu. Seorang ibu harus

mempunyai pengetahuan baik dalam menyusui. Kehilangan pengetahuan tentang

menyusui berarti kehilangan besar akan kepercayaan diri seorang ibu untuk dapat

memberikan perawatan terbaik untuk bayinya dan seorang bayi akan kehilangan

sumber makanan yang vital dan cara perawatan yang optimal. Pengetahuan yang

kurang mengenai IMD dan pemberian ASI terlihat dari pemanfaatan susu formula

secara dini di perkotaan dan pemberian nasi sebagai tambahan ASI di pedesaan.

b. Sikap

Sikap dikatakan sebagai suatu respons evaluatif. Respons hanya akan

timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki

adanya reaksi individual. Respons evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang

dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri

individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik

buruk, positif-negatif, menyenangkan- tidak menyenangkan, yang kemudian

mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar, 2007).

c. Peran Petugas Kesehatan

Ibu yang mengalami masalah dalam menyusui memerlukan bimbingan

agar dapat mengatasi masalahnya dan terus menyusui. Petugas kesehatan atau

relawan yang membantu ibu dengan latar belakang pengalaman berhasil menyusui

sendiri tentunya dapat menjadi nilai tambah dalam melaksanakan tugasnya.

Permasalahan yang sering ditemukan di lapangan yakni belum semua

(32)

setiap ibu untuk menyusui bayi mereka, serta adanya praktek yang keliru dengan

memberi susu botol kepada bayi yang baru lahir. Petugas kesehatan harus

mengajarkan ibu tentang perawatan bayi, melatih ibu menyusui dengan baik dan

benar, manfaat IMD dan pemberian ASI dengan baik dan tepat, sehingga dapat

menambah pengetahuan ibu dan juga harus mampu menumbuhkan motivasi dan

rasa percaya diri bahwa ibu dapat menyusui secara eksklusif (Siregar, 2004).

d. Sarana Kesehatan

Untuk mewujudkan peningkatan derajat atau status kesehatan penduduk,

ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas dan sarana kesehatan merupakan salah

satu faktor penentu utama. Puskesmas dan Puskesmas Pembantu (Pustu)

merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan karena dapat menjangkau

penduduk sampai ke pelosok

e. Dukungan Keluarga

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh

terhadap keberhasilan ibu menyusui bayinya secara eksklusif. Terutama dukungan

suami dan orang-orang terdekat.

Sama halnya suatu kebudayaan tidak mencela penyusunan, maka

pengisapan akan tidak terbatas dan permintaan akan menolong pengeluaran ASI.

Sikap negatif terhadap menyusui antara lain dengan menyusui merupakan beban

bagi kebebasan pribadinya atau hanya memperburuk potongan dan ukuran

(33)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Program Inisiasi Menyusu Dini didasarkan pada hasil penelitian yang

membuktikan bahwa kontak bayi dengan ibunya seawal mungkin setelah lahir

akan berdampak positif untuk perkembangan bayi (Sulistyawati, 2009).

Untuk peningkatan derajat kesehatan ibu post natal dan bayi baru lahir,

maka dibutuhkan pengetahuan dan sikap ibu yang positif mengenai Inisiasi

Menyusu Dini. Pengetahuan dan sikap ini diukur dengan meggunakan kuesioner

dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain adalah tingkat pendidikan,

pengalaman, sosial budaya, ekonomi, agama dan kesempatan mendapatkan

informasi. Fokus dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap ibu hamil

tentang Inisiasi Menyusu Dini Dimana kategori dari pengetahuan yaitu baik,

cukup, kurang, dan buruk. Dan kategori sikap yaitu sikap positif dan sikap

(34)

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak

diteliti

Skema 3.1 Kerangka Konseptual penelitian pengetahuan dan sikap ibu hamil

tentang Inisiasi Menyusu Dini.

3.2Defenisi Operasional

Pengetahuan tentang Inisiasi Menyusu Dini

Sikap tentang Inisiasi Menyusu Dini

‐Baik

-Cukup

-Kurang

-Buruk

‐Positif

-Negatif

Faktor yang mempengaruhi:

- Pendidikan - Informasi - Ekonomi - Lingkungan - Pengalaman - Usia

(35)

No. Variabel Defenisi Operasional Alat ukur Hasil ukur Skala ukur

1. Pengetahuan Pengetahuan adalah segala

sesuatu yang diketahui oleh

ibu hamil tentang Inisiasi

Menyusu Dini yang meliputi:

 Pengertian

 Manfaat Inisiasi Menyusu

Dini

 Tatalaksana Inisiasi

Menyusu Dini

Kuesioner - Baik

- Cukup

- Kurang

- Buruk

Ordinal

2. Sikap Sikap adalah repon/perasaaan

positif atau negatif ibu hamil

tentang Inisiasi Menyusu

Dini.

Kuesioner - Sikap

Positif

- Sikap

Negatif

(36)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif, yang bertujuan untuk

mendapatkan gambaran tentang pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang Inisiasi

Menyusu Dini di Poliklinik Ibu Hamil RSUD DR RM Djoelham Binjai.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang berkunjung ke

Poliklinik Ibu Hamil RSUD Dr RM Djoelham Binjai untuk memeriksakan

kehamilannya. Pada studi pendahuluan didapatkan data jumlah kunjungan

antenatal care selama 4 bulan terakhir pada RSUD Dr R.M Djoelham Binjai

adalah 423 pasien dengan kunjungan tiap bulan adalah Bulan Desember 2009

yaitu 97 pasien, Bulan Januari 2010, 94 pasien, Februari 2010 79 pasien dan

Bulan Maret 2010 153 pasien. Berdasarkan data tersebut, didapatkan rata-rata

populasi perbulan sebanyak 105 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih sampling tertentu untuk

bisa memenuhi atau mewakili populasi (Nursalam, 2001). Semakin banyak

(37)

sampel sangat dipengaruhi oleh rancangan dan ketersediaan subjek dari peneliti

itu sendiri. Makin kecil populasi, presentasi sampel harus semakin besar

(Nursalam, 2008). Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan

rumus :

n =

N 1 + N (d)²

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d = tingkat signifikansi (0.05)

Maka diperoleh jumlah sampelnya sebanyak 83 orang.

Dalam penelitian ini digunakan tehnik convenience sampling yaitu cara

pengambilan sampel saat calon responden berada di tempat ketika proses

pengambilan data dilakukan, sampel tersebut memenuhi kriteria yang ditetapkan

oleh peneliti (Nursalam, 2003). Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini

adalah ibu hamil yang datang ke Poliklnik Ibu Hamil RSUD Dr. RM Djoelham

Binjai.

4.3 Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Ibu Hamil RSUD Dr RM Djoelham

Binjai, karena rumah sakit ini merupakan rumah sakit pendidikan di Daerah

kotamadya Binjai. RSUD Dr. R.M Djoelham juga merupakan rumah sakit rujukan

dari beberapa klinik dan rumah sakit swasta sehingga memungkinkan peneliti

(38)

penelitian pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini juga

belum pernah diteliti di rumah sakit ini. Waktu penelitian dilaksanakan tanggal

mulai 15 juli 2010 selama 1 bulan.

4.4 Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat izin dari Fakultas

Keperawatan dan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai,

setelah mendapat persetujuan tersebut maka peneliti menemui responden dan

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Peneliti juga memberi kesempatan

kepada calon responden untuk bertanya hal-hal yang tidak dimengerti sehubungan

dengan penelitian ini. Apabila calon responden bersedia , maka calon responden

dipersilahkan untuk menandatangani informed consent (surat perjanjian). Tetapi

jika calon tidak bersedia , maka calon berhak untuk menolak dan mengundurkan

diri. Responden juga berhak untuk mengundurkan diri selama proses

pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi

individu yang menjadi responden baik itu resiko fisik maupun psikis . Privasi

pasien merupakan masalah etika yang sangat utama dalam penelitian ini.

Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga baik dengan tidak

menuliskan nama responden pada instrument. Data-data yang diperoleh dari

responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat

(39)

kuesioner data demografi, kuesioner pengetahuan dan kuesioner sikap ibu tentang

Inisiasi Menyusu Dini. Kuesioner tentang data demografi meliputi umur, status

obstetri, jumlah anak, agama, pekerjaan, penghasilan, pendidikan.

Kuesioner pengetahuan dan sikap disusun oleh peneliti dengan berpedoman

kepada tinjauan pustaka. Kuesioner tentang pengetahuan terdiri dari 15

pernyataan dengan pilihan jawaban ya dan tidak. Pernyataan positif berjumlah

sebelas yaitu 3, 4. 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14 dan 15, sementara pernyataan negatif

berjumlah 4 pernyataan yaitu 1, 2, 5, dan 6. Kuesioner sikap menggunakan skala

likert yang terdiri dari 10 pernyataan dengan 4 pernyataan positif yaitu 3, 4, 8, dan

10 pertanyaan negatif yaitu 1, 3, 5, 6, 7 dan 9.

4.6 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Validitas adalah pengukuran pengamatan yang berarti keandalan

instrument dalam mengumpulkan data . Instrumen harus dapat mengukur apa

yang seharusnya diukur. Ada dua hal penting yang harus dipenuhi dalam

menentukan validitas pengukuran yaitu isi, sasaran dan subjek serta cara

pengukuran instrumen harus relevan (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan instrumen kuesioner untuk mengukur pengetahuan dan

sikap. Uji Validitas instrumen telah diakui kelayakannya oleh ahli keperawatan

maternitas.

Instrumen atau alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil

yang sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok sampel (Ritonga, 1997

(40)

hamil tentang IMD dilakukan setelah pengumpulan data di Klinik Bersalin

Kelurahan Nangka Binjai dengan menggunakan analisa cronbach alpha. Jumlah

responden untuk uji reliabilitas adalah 10 % dari jumlah sampel sehingga

didapatkan 8 orang ibu hamil untuk dilakukan uji reliabilitas. Dimana nilai untuk

pengetahuan sebesar 0,853 dan untuk sikap diperoleh hasil 0,701. Menurut

Sugiono (2006) sebuah instrument dikatakan reliabel apabila koefisien

reliabilitasnya diatas 0,60. Maka instrument untuk pengetahuan dan sikap yang

digunakan pada penelitian ini telah reliabel.

4.7 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti menerima surat ijin

pelaksanaan penelitian dari RSUP Dr. R.M Dr Djoelham Binjai lalu peneliti

mendatangi lokasi penelitian, setelah itu menemui responden menjelaskan tujuan,

manfaat dan cara pengisisan kuesioner sesuai ketentuan. Calon responden yang

bersedia diminta untuk menandatangani surat persetujuan. Selanjutnya peneliti

mengambil data dari responden yang bersedia mengisi kuesioner. Peneliti

memberi kesempatan untuk bertanya kepada responden bila ada pertanyaan yang

tidak dimengerti sehingga semua pernyataan terjawab. Hambatan yang dihadapi

peneliti saat pengumpulan data tidak ada, hanya pada saat responden mendapat

giliran pemeriksaan ibu hamil, peneliti mengizinkan responden untuk melakukan

pemeriksaan terlebih dahulu dan pengisian kuesioner dapat dilakukan setelah

responden melakukan pemeriksaan. Setelah semua data terkumpul, maka peneliti

(41)

4.8 Analisa Data

Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul melalui beberapa

tahap dimulai editing untuk memeriksa kelengkapan identitas dan data responden

serta memastikan bahwa telah diisi. Kemudian data yang sesuai diberi kode

(coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi mengenai analisa

data. Selanjutnya ditabulasi diberi nilai sesuai dengan jawaban yang diberikan

responden.

Untuk pengetahuan pernyataan positif setiap jawaban benar dari

masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 dan jika salah diberi nilai 0 dengan menggunakan

rumus:

P =

Rentang

Banyak Kelas

Maka kriteria pengetahuan dengan rentang 15 (nilai tertinggi – nilai

terendah) dan banyak kelas sebanyak 4 , maka didapat panjang kelas 4. Maka nilai

masing-masing kategori sikap adalah:

0 – 3 = Pengetahuan Buruk

4 -7 = Pengetahuan Kurang

8 – 11 = Pengetahuan Cukup

(42)

Dan untuk sikap pernyataan positif jawaban sangat setuju (SS) diberi nilai 4,

setuju (S) diberi nilai 3, tidak setuju (TS) diberi nilai 2, sangat tidak setuju (STS)

diberi nilai 1 dan tidak tahu (TT) diberi nilai 0. Sebaliknya untuk pernyataan

negatif jawaban sangat setuju (SS) diberi nilai 1, setuju (S) diberi nilai 2, tidak

setuju (TS) diberi nilai 3, sangat tidak setuju (STS) diberi nilai 4 dan tidak tahu

(TT) diberi nilai 0 dengan menggunakan rumus statistic Sudjana (1992).

P =

Rentang

Banyak Kelas

Maka kriteria sikap dengan rentang 40 (nilai tertinggi – nilai terendah) dan

banyak kelas sebanyak 2 (positif dan negatif), maka didapat panjang kelas 20.

Maka nilai masing-masing kategori sikap adalah:

0 - 19 = Sikap Negatif

20-40 = Sikap Positif

Data diolah dan dianalisa dengan tehnik analisa kuantitatif dimana

pengolahan data ini dilakukan menggunakan tehnik komputerisasi. Selanjutnya

(43)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam Bab ini akan dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan setelah

dilakukan analisa data pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu

Dini di Poliklinik Ibu Hamil RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai yang melibatkan 83

responden pada bulan juli 2010 selama satu bulan.

5.1 Hasil Penelitian

Berikut dideskripsikan tentang karakteristik responden, dan gambaran

pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini di Poliklinik Ibu

Hamil RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai dengan jumlah responden 83 orang ibu

hamil.

5.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden

Karakteristik responden pada penelitian ini mencakup usia ibu, usia

kehamilan, status obstetri, agama, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan. Pada

tabel 5.1 dapat dilihat responden rata-rata berusia 27 tahun. Lebih dari 70%

responden berusia 21-35 tahun. Usia kehamilan responden terbanyak yaitu 7-9

bulan (60,24%), gravida kedua, pengalaman melahirkan 1 kali, dan tidak ada

responden yang pernah mengalami abortus, pendidikan terakhir paling banyak

yaitu setingkat SMA (72,28%) dan pekerjaan ibu rumah tangga (60,24%) dengan

penghasilan terbanyak yaitu Rp. 850.000 sampai Rp. 1.500.000 (77,10%). Untuk

(44)
(45)

- SMA 60 72,28

- Diploma 8 9,63

- Sarjana 15 18,07

Penghasilan

- < Rp. 850.000,- 4 4,81

- Rp. 850.000, -

Rp. 1.500.000, 64 77,10

- > Rp. 1.500.000,- 15 18,07

5.1.2 Pengetahuan Responden tentang Inisiasi Menyusu Dini

Berdasarkan tingkatan pengetahuan diperoleh 17 responden (20,5 %) ibu

hamil memiliki pengetahuan baik, 59 responden (71,1 %) memiliki pengetahuan

cukup, 6 responden memiliki pengetahuan kurang dan 1 responden memiliki

pengetahuan buruk. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan ibu hamil tentang

IMD ( n=83)

Pengetahuan Frekuensi Persentase

Baik 17 20,5

Cukup 59 71,1

Kurang 6 7,2

Buruk 1 1,2

(46)

Hasil penelitian memperlihatkan sebagian besar responden memiliki sikap

positif tentang Inisiasi Menyusu Dini yaitu sebanyak 81 responden (92,3%)

sedangkan sikap negatif sebesar 2,4%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel 5.5.

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi dan persentase sikap ibu hamil tentang IMD (n=83)

Sikap Frekuensi Persentase

Positif 81 97,6

Negatif 2 2,4

5.2 Pembahasan

5.2.1 Pengetahuan Responden

Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

pancra indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan ibu hamil

tentang IMD secara keseluruhan adalah cukup (50%). Peneliti berharap agar ibu

hamil memiliki pengetahuan yang baik dimana mereka mampu menjawab tiga

aspek dari pernyataan pada kuesioner yaitu pengertian, manfaat tatalaksana IMD,

dan faktor pendukung IMD yang didapat dari pendidikan kesehatan dan petugas

(47)

Berdasarkan data demografi diperoleh bahwa mayoritas usia responden

berada pada rentang usia 21-35 (77,10%) ini dikaitkan dengan pendapat

Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa pengetahuan seseorang bertambah

sesuai dengan bertambahnya usia. Dan peneliti berasumsi bahwa dengan

bertambahnya usia maka dapat menggali lagi memori yang pernah didapatkan

sebelumnya baik itu dari pengalaman ataupun kebiasaan yang dimilikinya tentang

IMD.

Dari hasil penelitian mayoritas pekerjaan responden adalah ibu rumah

tangga (60,24%). Ibu rumah tangga yang tidak bekerja atau singkatnya disebut ibu

rumah tangga yang memiliki pengertian sebagai wanita yang lebih banyak

menghabiskan waktunya di rumah (Dwijayanti, 1999). Peneliti berasumsi bahwa

Ibu rumah tangga tidak memiliki banyak waktu untuk melihat informasi terbaru

khususnya tentang IMD, sehingga hal ini menjadikan pengetahuan ibu hamil yang

mayoritas cukup.

Jika dikaitkan dengan hasil data demografi lainnya, menunjukkan bahwa

mayoritas pendidikan terakhir responden adalah SMA yaitu sebanyak 60

responden (72,28%). Dari hasil ini, peneliti berasumsi bahwa tingkat pendidikan

SMA tersebut belum cukup mendukung tingkat pengetahuan responden.

Pendidikan merupakan peran penting dalam proses tumbuh kembang seluruh

kemampuan dan prilaku manusia. Dengan pendidikan manusia dianggap akan

memperoleh pengetahuan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka

(48)

Berdasarkan hasil penelitian juga diperoleh bahwa penghasilan responden

mayoritas Rp. 850.000,- sampai Rp. 1.500.000,- sebanyak 64 responden. Keadaan

sosial ekonomi yang rendah pada umumnya berkaitan erat dengan berbagai

masalah kesehatan yang mereka hadapi disebabkan karena ketidakmampuan dan

ketidaktahuan dalam mengatasi masalah (Effendi, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas responden memiliki pengalaman

melahirkan satu kali (36, 14%) dan kehamilan kedua (36,14%). Pengetahuan akan

diikuti oleh tindakan yang mengacu kepada pengalaman orang lain atau

berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang itu sendiri

(Notoatmodjo, 2003).

Secara keseluruhan pengetahuan ibu hamil berada dalam kategori cukup.

Bila dilihat dari pengetahuan ibu hamil secara rinci untuk setiap pernyataan ada

beberapa pernyataan yang seharusnya dimiliki ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu

Dini dan masih banyak yang menjawab salah antara lain pernyataan nomor 1, 2,

dan 5.

Pernyataan nomor 1 berisi tentang pengertian Inisiasi Menyusu Dini.

Pernyataan tersebut menyatakan bahwa meletakkan bayi di samping ibu segera

setelah lahir dan membiarkan bayi mencari puting susu ibu untuk menyusu

pertama kali. Pernyataan nomor 1 seharusnya dijawab tidak, namun dijawab ya

oleh 51 responden dan dijawab tidak hanya oleh 32 responden. Menurut Hegar

dkk, (2008) Inisiasi Menyusu Dini adalah meletakkan bayi di atas dada atau perut

(49)

kemudian menghisapnya setidaknya satu jam setelah kelahiran. Peneliti berasumsi

bahwa ibu hamil perlu mengetahui perbedaan antara inisiasi menyusu dini dengan

menyusu pertama kali setelah bayi lahir, dimana saat bayi lahir posisi bayi berada

di atas dada ibu dan bayi mencari puting susu ibu tanpa disodorkan oleh penolong

persalinan. Ibu hamil harus mengetahui pengertian inisiasi menyusu dini secara

benar dan sehingga dapat diaplikasikan dengan benar pada saat setelah bersalin.

Pernyataan nomor 2 menyatakan bahwa sebelum dilakukan Inisiasi

Menyusu Dini, bayi dikeringkan terlebih dahulu untuk menghilangkan kotoran

lemak pada kulit bayi baru lahir. Pernyataan tersebut seharusnya dijawab tidak,

namun dijawab ya oleh 51 responden dan dijawab tidak hanya oleh 32 responden.

Menurut Utami Roesli (2008) Lemak pada kulit bayi baru lahir dapat memberikan

kenyamanan dan kehangatan pada tubuh bayi sehingga bayi tidak merasa

kedinginan. Oleh karena itu pada saat lahir bayi tidak perlu segera dimandikan

atau dibersihakan lemaknya karena memiliki manfaat untuk kenyamanan dan

kehangatan pada bayi sendiri. Dan bayi tidak merasa kedinginan pada saat

melakukan Inisiasi Menyusu Dini, dimana tubuh bayi belum diberi pakaian hanya

diberi selimut dan topi.

Pernyataan nomor 5 menyatakan bahwa IMD dapat juga dilakukan dengan

cara menyodorkan bayi langsung ke puting susu ibunya oleh penolong persalinan.

Pernyataan nomor 5 seharusnya dijawab tidak, namun dijawab ya oleh 63

responden dan dijawab tidak hanya oleh 20 responden Menurut Seksi Gizi Dinas

Kesehatan Kulonprogo, Inisiasi Menyusu Dini adalah proses bayi menyusu segera

(50)

tidak disodorkan ke puting susu (2009 ). Dalam hal ini sudah sangat jelas bahwa

inisiasi menyusu dini merupakan aktivitas dimana bayi mencari puting susu ibu

secara mandiri tanpa bantuan dari penolong persalinan. Tetapi jika bayi belum

menemukan puting susu ibu, ibu dapat merangsang bayi dengan cara

mendekatkan jari ibu ke mulut bayi sehingga bayi akan terangsang kembali unutk

mencari sumber makanannya.

Dari semua pernyataan kuesioner pengetahuan tentang inisiasi menyusu

dini yang diberikan peneliti, ada satu pernyataan yang dijawab benar oleh semua

responden yaitu pernyataan nomor 8 yang seharusnya dijawab ya oleh responden

yang menyatakan bahwa pemberian ASI pertama kali dapat memberikan

keberhasilan pada menyusui selanjutnya pada bayi. Menurut Ambarwati (2008),

Inisiasi Menyusu Dini dapat meningkatkan keberhasilan produksi ASI, sehingga

bayi dapat menyusui tanpa ada gangguan dari produksi ASI ibu. Dalam hal ini,

semua responden mengetahui manfaat dari Inisiasi Menyusu Dini bagi ibu.

Diharapkan dengan pengetahauan yang dimiliki ibu hamil dapat memberikan

kesadaran untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini pada saat setelah persalinan.

Pengetahuan tentang inisiasi Menyusu Dini harus dimiliki oleh ibu hamil

yang akan sangat penting dilakukan pada saat setelah ibu melahirkan bayinya.

Sehingga Inisiasi Menyusu Dini dapat dilakukan dengan tepat dan ibu mau

bekerjasama dengan bidan dalam melakukan Inisiasi Menyusu Dini setelah

melahirkan bayinya. Inisiasi Menyusu Dini memiliki dampak atau manfaat yang

banyak bagi ibu dan bayinya sendiri.

(51)

Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi

terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi

yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu

tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu suatu

perilaku (Notoatmodjo, 2003).

Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap antara lain pengalaman

pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting dan media massa.

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa sikap ibu hamil tentang Inisiasi

Menyusu Dini di RSUP Dr. R.M Djoelham Binjai bila dilihat secara keseluruhan

maka didapatkan hasil bahwa mayoritas ibu hamil memiliki sikap yang positif

(92,3%). Sikap positif ini perlu dikembangkan karena sikap positif ini akan akan

berpengaruh terhadap perubahan sikap yang lebih baik melalui pengamatan dan

penilaian model peran sikap bidan ataupun perawat dan tenaga kesehatan yang

baik, sehingga sikap positif yang diterapkan akan memberikan manfaat bagi

semuanya.

Menurut Rahayuningsih (2008), pengalaman pribadi harus meninggalkan

kesan yang kuat. Sikap mudah terbentuk jika melibatkan faktor emosional Dari

hasil penelitian dapat terlihat 47 responden (56,6%) menjawab setuju dan 16

responden (19,3%) menjawab ssangat setuju. Tingginya peresentase ini

diasumsikan bahwa sikap responden positif memahami bahwa ibu yang

(52)

Faktor lain yang mempengaruhi sikap antara lain media massa dan

elektronik, dari hasil penelitian dapat terlihat 47 responden (56,5%) menjawab

setuju dan 17 responden (20,5%) menjawab sangat setuju tentang ibu yang

melahirkan operasi tidak memiliki masalah melakukan IMD. Ini dapat

dikategorikan positif karena lebih dari 50 % ibu hamil memahami bahwa

persalinan dengan operasi tidak menghambat pelaksanaan IMD.

Berdasarkan hasil penelitian masih terdapat 49 responden (59,0%)

menjawab setuju dan 4 responden (4,8%) menjawab sangat setuju terhadap

pernyataan sikap dimana bayi baru lahir akan merasa kedinginan sehingga bayi

harus diberi pakaian dahul dan pelaksanaan IMD dapat ditunda sementara.

Menurut Roesli (2007), pada saat IMD bayi diberi topi dan selimut sehingga

panas tubuh bayi tidak akan hilang dan bayi tidak akan merasa kedinginan.

Dari hasil penelitian sikap ibu hamil tentang IMD, hampir di atas 50 % ibu

hamil menjawab dengan benar terhadap kuesioner sikap yang diberikan oleh

peneliti sehingga jelas terlihat bahwa sikap ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu

Dini telah positif dan sikap ini mengacu kepada pernyataan Azwar (2005) sikap

tidak terlepas dari sosialisasi keluarga, pendidikan sekolah atau di luar sekolah

serta pengetahuan didalam masyarakat. Peranan pendidikan tidak dapat diabaikan,

sebab pendidikan dilakukan hampir seumur hidup, baik melalui pendidikan formal

maupun informal. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu

terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh sikap akan terwujud

di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti atau

(53)

banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang, dan nilai yang berlaku di dalam

(54)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Sebagai kesimpulan dan saran pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

6.1 Kesimpulan

Secara umum, pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu

Dini (IMD) dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah pendidikan,

informasi, sosial budaya, ekonomi, lingkungan, pengalaman, usia dan faktor

emosional. Pengetahuan dan sikap tentang IMD adalah salah satu hal yang harus

diketahui ibu hamil sehingga ibu hamil mau bekerjasama dengan penolong

persalinan dalam melakukan IMD saat setelah persalinan.

Berdasarkan dari tujuan peneliti untuk mengidentifikasi pengetahuan dan

sikap ibu hamil tentang IMD, maka diperoleh bahwa responden yang memiliki

tingkat pengetahuan baik sebanyak 17 orang (20,5%), tingkat pengetahuan cukup

sebanyak 59 orang (71,1%), tingkat pengetahuan kurang 6 orang (7,2%) dan

tingkat pengetahuan buruk 1 orang (1,2%). Hasil penelitian untuk sikap ibu hamil

tentang IMD diperoleh hasil yaitu 81 orang (97,6%) memiliki sikap positif dan 2

orang (2,4%) memiliki sikap negatif.

6.2 Saran

(55)

Dalam institusi pendidikan diharapkan memberikan sumbangan pemikiran

atau masukan bagi institusi pendidikan dan acuan bagi ilmu pengetahuan secara

umum.

6.2.2 Pelayanan Keperawatan

Dalam pelayanan keperawatan khususnya di poliklinik ibu hamil RSUD

Dr. R.M Djoelham Binjai perlu dilakukan kegiatan pendidikan kesehatan kepada

ibu hamil terutama tentang IMD, sehingga ibu hamil mengetahui manfaatnya dan

mau bekerjasama melakukan IMD yang memiliki banyak manfaat untuk ibu dan

bayinya.

6.2.3 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi

pendidikan keperawatan agar kegiatan pendidikan kesehatan tentang Inisiasi

Menyusu Dini dilaksanaakan dengan melibatkan ibu hamil agar ibu hamil

mengetahui manfaat tentang IMD dan mau melakasanakan IMD pada saat

persalinan.

6.2.4 Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini hanya menggambarkan pengetahuan dan sikap ibu hamil

tentang IMD tanpa disertai dengan tindakan. Perlu dilaksanakan penelitian

selanjutnya tentang tindakan ibu hamil terhadap IMD dengan melakukan

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Retna, E & Wulandari, D. (2009). Asuhan Kebidanan Nifas.

Jogjakarta: Mitra Cendikia Press.

Arikunto, S. (2009).Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, S. (2006). Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Effendi, N. (1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Ed.2.

Jakarta: EGC.

Evarini (2007). Tata Laksana Inisiasi Menyusu Dini. Diambil dari website:

www.WordPress.com

.

Grahacendikia (2009). Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Hamil

Trimester III Tentang Inisiasi Menyusu Dini Di Polindes X .Diambil dari

website: www. WordPress.com.

Hegar, Badriul dkk.(2008). Bedah Asi. Jakarta: Balai Pustaka FKUI.

Hidayat, A.A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisa Data.

Edisi.I.Jakarta: EGC

Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:

(57)

Prawirohardjo, Sarwono.(2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.

Roesli, Utami.2008. Inisiasi Menyusu Dini. Depok: Pustaka Bunda.

Rahayuningsih, SU. (2008). Sikap (Attitude). Diambil dari website: www.

staff.gunadarma.ac.id.

Seksi Gizi (2009). Inisiasi Menyusu Dini. Diambil dari website www.dinkes.kulonprogokab.go.id.

Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.

Yogyakarta: C.V Andi Offsek (Penerbit Andi

Syarifudin, B. (2010). Panduan TA Keperawatan dan Kebidanan Dengan SPSS.

Yogyakarta: Grafindo Litera Media

Wardani (2008). Inisiasi Menyusu Dini, Manfaatnya Seumur Hidup. Diambil dari

(58)

Lampiran

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bernama Wirda Faswita 091121034 adalah mahasiswa S1

Keperawatan Jalur B Universitas Sumatera Utara Jalur Medan. Saat ini saya

sedang melakukan penelitian tentan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang

Inisiasi Menyusu Dini. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam

menyelesaikan tugas akhir di S1 Keperawatan Jalur B Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut saya mengharakan kesedian ibu untuk berpartisipasi

dalam penelitain ini dimana penelitian ini tidak akan membawa dampak yang

membahayakan. Saya mohon kesediaan Ibu untuk mengisi lembaran kuesioner

dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia silahkan menandatangani lembar

persetujuan ini sebagai bukti ketersediaan Ibu.

Partisipasi Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga Ibu bebas ingin

mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Semua informasi yang Ibu

berikan akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini.

Terima Kasih atas partisipasi Ibu dalam penelitian ini.

Medan, Juli 2010

Peneliti Responden

(59)

LAMPIRAN

INSTRUMEN PENELITIAN

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG INISIASI MENYUSU DINI

DI POLIKLINIK RSUD DR RM DJOELHAM BINJAI 1. Kuesioner Data Demografi

Pentunjuk Pengisian

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat dan benar sesuai dengan

situsasi dan kondisi anda saat ini. Beri tanda check list (√) pada kotak yang disediakan sesuai dengan jawaban anda.

No. Responden ( )

1. Usia ibu saat ini………….tahun

2. Usia Kehamilan ibu saat ini………bulan

Gambar

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik responden (n=83)
Tabel 5.3. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan ibu hamil tentang
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi dan persentase sikap ibu hamil tentang IMD  (n=83)

Referensi

Dokumen terkait

Jati Diri

3) Agrosilvo-pasturalsystems , yaitu sistem pengelolaan lahan yang memiliki tiga fungsi produksi sekaligus, antar lain sebagai penghasil kayu, penyedia tanaman pangan dan

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, penulis dapat menyimpulkan bahwa Solusi dalam menghadapi kendala adalah membuat hal yang menarik dengan cara mengajak

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini yakni : (1) mengidentifikasi produk dan jasa yang dikomplain oleh konsumen, (2) mengidentifikasi perilaku komplain konsumen,

Dengan demikian diperkirakan bagian air hujan yang mengalir sebagai aliran permukaan dan limpasan masih kecil, yang sangat besar kemungkinannya inipun masih

Arus kendaraan yang diperoleh dari hasil pengamatan di lokasi, maka data pengamatan kendaraan yang diperoleh berupa arus terganggu yang terjadi pada saat

Perkembangan gerakan Islam di Indonesia berkembang dengan pesat tidak terlepas dari keadaan situasi politik dunia yang memanas, pada awalnya gerakan pembaharuan Islam ini timbul

Karakteristik ibu dalam pemilihan alat kontrasepsi IUD mayoritas adalah ibu berumur 20-35 tahun, berpendidikan menengah, bekerja diluar rumah, memiliki pendapatan