• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK KEPALA KELUARGA ANAK YANG PUTUS SEKOLAH PADA TINGKAT SMA DI DESA HARAPAN MUKTI KECAMATAN TANJUNG RAYA KABUPATEN MESUJI TAHUN 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KARAKTERISTIK KEPALA KELUARGA ANAK YANG PUTUS SEKOLAH PADA TINGKAT SMA DI DESA HARAPAN MUKTI KECAMATAN TANJUNG RAYA KABUPATEN MESUJI TAHUN 2012"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

i

ABSTRAK

KARAKTERISTIK KEPALA KELUARGA ANAK YANG PUTUS SEKOLAH PADA TINGKAT SMA DI DESA HARAPAN MUKTI KECAMATAN TANJUNG RAYA KABUPATEN MESUJI TAHUN 2012

Oleh

Adi Irawan

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang karakteristik kepala keluarga anak yang putus sekolah tingkat SMA di Desa Harapan Mukti Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Mesuji. Titik tekan kajiannya pada keadaan sosial ekonomi orang tua yang meliputi; tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, pendapatan, jumlah anak,dan status kepemilikan rumah. Metode yang digunakan adalah deskriptif, populasi dalam penelitian ini adalah anak-anak putus sekolah pada tingkat SMA di Desa Harapan Mukti berjumlah 49 responden. Pengumpulan data menggunakan tekhnik kuesioner, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dengan teknik tabel presentase sederhana sebagai dasar interprestasi dan deskripsi pembuatan laporan penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan orang tua yang anaknya putus sekolah (responden); (1) Sebanyak 21 orang (42,85%) berpendidikan sampai lulus Sekolah Dasar, (2) Sebanyak 17 orang (34,69%) berpendidikan sampai lulus Sekolah Menengah Pertama, (3) Sebanyak 5 orang (10,2%) berpendidikan sampai lulus Sekolah Menengah Atas dan (4) Sebanyak 6 orang (12,26%) Tidak Sekolah.

Berdasarkan dari hasil Penelitian, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap anak dalam melanjutkan jenjang pendidikan formal. Alasan yang paling utama adalah karena latar belakang keadaan ekonomi keluarga yang kurang mampu.

(2)

KARAKTERISTIK KEPALA KELUARGA ANAK

YANG PUTUS SEKOLAH PADA TINGKAT SMA

DI DESA HARAPAN MUKTI

KECAMATAN TANJUNG RAYA

KABUPATEN MESUJI

TAHUN 2012

(Skripsi)

Oleh:

Adi Irawan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)
(4)

DAFTAR ISI

E. Ruang Lingkup Kajian Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sekolah ... 13

B. Putus Sekolah ... 14

C. Wajib Belajar 12 Tahun ... 15

D. Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga ... 17

E. Jenis Pekerjaan Kepala Keluarga ... 18

F. Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga ... 19

G. Jumlah Anak Dalam Keluarga ... 20

H. Status Kepemilikan Rumah ... 22

I. Penelitian Relevan ... 23

(5)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian... 26

B. Populasi dan Sampel ... 26

1. Populasi ... 26

2. Sampel ... 26

C. Definisi Operasional Penelitian... 27

D. Teknik Pengumpulan Data ... 29

1. Teknik Wawancara... 29

2. Teknik Dokumentasi ... 30

E. Teknik Analisis Data ... 30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 32

1. Keadaan Geografis Desa Harapan Mukti ... 32

2. Keadaan Penduduk Desa Harapan Mukti ... 39

B. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 46

a. Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga ... 47

b. Jenis Pekerjaan Kepala Keluarga ... 55

c. Pendapatan Kepala Keluarga ... 61

d. Jumlah Anak Dalam Keluarga ... 69

e. Status Kepemilikan Rumah ... 75

V.KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan Kerangka Pikir ... 25

2. Peta Administratif Desa Harapan Mukti Kecamatan Tanjung

Raya Kabupaten Mesuji tahun 2012 ... 34

3. Peta Persebaran Responden Anak Putus Sekolah Tingkat

SMA Desa Harapan Mukti Kecamatan Tanjung Raya ... 35

4. Diagram Tipe Iklim Menurut Schmidt-Ferguson ... 38

5. Diagram Persebaran Tingkat Pendidikan Responden Anak

Putus Sekolah Tingkat SMA Desa Harapan Mukti Kecamatan Tanjung Raya ... 50

6. Peta Persebaran Responden Tingkat Pendidikan Kepala

Keluarga Anak Putus Sekolah Tingkat SMA Desa Harapan Mukti

Kecamatan Tanjung Raya ... 51

7. Diagram Persebaran Jenis Pekerjaan Responden di Desa

Harapan Mukti Tahun 2012 ... 58

8. Peta Persebaran Jenis Pekerjaan Kepala Keluarga Anak Putus

Sekolah Tingkat SMA Desa Harapan Mukti Kecamatan Tanjung Raya ... 60

9. Diagram Persebaran Jumlah Pendapatan Kepala Keluarga

Anak Putus Sekolah Tingkat SMA Desa Harapan Mukti Kecamatan

Tanjung Raya ... 64

10.Peta PersebaranResponden Jumlah Pendapatan Kepala

Keluarga Anak Putus Sekolah Tingkat SMA Desa Harapan Mukti

Kecamatan Tanjung Raya ... 65

11.Diagram Persebaran Jumlah Anak Yang Dimiliki Responden

(7)

12.Peta Persebaran Responden Jumlah Anak Kepala Keluarga

Anak Putus Sekolah Tingkat SMA Desa Harapan Mukti Kecamatan

Tanjung Raya ... 72 13.Diagram Persebaran Status Kepemilikan Rumah Responden

di Desa Harapan Mukti Tahun 2012 ... 77

14.Peta Persebaran Responden Status Kepemilikan Rumah

Kepala Keluarga Anak Putus Sekolah Tingkat SMA Desa Harapan

Mukti Kecamatan Tanjung Raya ... 79

15.Peta Hasil Persebaran Kepala Keluarga Anak Putus Sekolah

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Data anak putus sekolah di KecamatanTanjung Raya

Tahun 2012 ... 6

2. Data Anak Putus Sekolah Pada Tingkat SMA di Desa

Harapan Mukti Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Mesuji 2012 ... 7

3. Data curah hujan di Kabupaten Mesuji dan Sekitarnya

Tahun 2012 ... 37

4. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis

Kelamin di Desa Harapan Mukti Tahun 2012 ... 41

5. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Formal di Desa Harapan Mukti Tahun 2012 ... 44

6. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Di Desa Harapan Mukti Tahun 2012 ... 45

7. Tingkat Pendidikan Responden di Desa Harapan Mukti

Tahun 2012 ... 48

8. Persilangan Antara Pendidikan Dengan Pendapatan ... 48

9. Persebaran Tingkat Pendidikan Responden di Desa Harapan

Mukti Tahun 2012 ... 50

10. Jenis Pekerjaan Responden di Desa Harapan Mukti

Tahun 2012 ... 56

11. Persilangan Antara Jenis Pekerjaan Dengan Pendapatan ... 57

12. Persebaran Jenis Pekerjaan Responden di Desa Harapan Mukti

Tahun 2012 ... 58

(9)

14. Persebaran Pendapatan Responden di Desa Harapan Mukti

Tahun 2012 ... 63

15. Jumlah Anak Yang Dimilki Responden di Desa Harapan Mukti

Tahun 2012 ... 69

16. Persilangan Antara Jumlah Anak Dengan Pendapatan ... 70

17. Persebaran Jumlah Anak Yang Dimilki Responden di Desa

Harapan Mukti Tahun 2012 ... 70

18. Status Kepemilikan Rumah Responden di Desa Harapan Mukti

Tahun 2012 ... 75

19. Persilangan Antara Status Kepemilikan Rumah Dengan

Pendapatan ... 76

20. Persebaran Status Kepemilikan Rumah Responden di Desa

(10)
(11)
(12)

MOTO

Wahai orang-orang yang beriman Mohonlah pertolongan

(kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Sungguh, Allah

beserta orang-orang yang sabar.

(Q.S. Al Baqarah: 153)

Kesuksesan dapat dicapai dengan kesungguhan,

kesabaran, dan do’a

(Adi irawan)

Yang terbaik tidak harus nomor satu

(13)
(14)

PERSEMBAHAN

Puji Syukur Kehadirat Allah Swt

Yang selalu melindungiku di setiap langkahku, selalu mempermudah segala urusanku, memberiku kekuatan dan ketabahan yang begitu luar biasa kepadaku di saat

aku rapuh untuk bangkit dan semangat kembali, selalu mencurahkan rahmad dan hidayah – Nya sehingga aku

bisa sampai seperti ini.

Izinkan aku mempersembahkan karyaku ini kepada : Ayahanda tersayangku ( ayah H. Sudirman) yang selalu

memberikanku semangat, dukungan, dan senantiasa berdoa demi keberhasilanku. Ayah, aku bukan apa – apa tanpa keringat Mu. Dan engkau adalah sosok yang

luar biasa dalam hidupku.

Ibunda tersayangku ( ibu Hj. Ermawati ) yang selalu memberikanku semangat, dukungan, dan senantiasa

berdoa demi keberhasilanku. Ibu, engkaulah wanita yang paling kucintai dalam hidupku, maafkan anak Mu bila banyak salah pengorbananmu tanpa balas jasa. Untuk seseorang ( Linaria Marrocana. A, Amd.Keb) yang

selalu dengan sabar memberikanku dukungan, semangat, motivasi dan doa yang tulus untuk keberhasilanku. Dan terimakasih untuk semua kisah

yang kita lalui bersama.

(15)

RIWAYAT HIDUP

Adi Irawan, Penulis dilahirkan di Desa Sungai Badak Kecamatan

Mesuji Kabupaten Mesuji. Penulis merupakan anak kedua dari tiga

bersaudara, dari pasangan Bapak Hi. Sudirman dan Ibu Hj. Erma

wati.

Penulis memulai jenjang pendidikannya di SDN 2 Harapan Mukti, Kecamatan

Tanjung Raya pada Tahun 1995 dan selesai pada Tahun 2001. Kemudian

melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SLTPN) 1 Tanjung Raya dan selesai

pada tahun 2004. Selanjutnya, pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah

di Sekolah Menengah Atas SMAN 1 Tanjung Raya dan selesai pada tahun 2008.

Pada tahun 2008, penulis diterima sebagai mahasiswa Pendidikan Geografi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur

(16)

SANWACANA

Segala puji syukur kehadirat ALLAH SWT, karena rahmat dan hidayah-Nya telah

memudahkan dan menerangi jalan pikiran penulis dalam menyusun skripsi yang

berjudul “Karakteristik Kepala Keluarga Anak Yang Putus Sekolah Pada Tingkat

SMA di Desa Harapan Mukti Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Mesuji Tahun

2012”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa

adanya bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menghanturkan

banyak terima kasih terutama kepada bapak Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si. selaku

Dosen Pembimbing Akademik (PA) dan sebagai Dosen Pembimbing Utama,

Bapak Dedy Miswar, S.Si, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Pembantu, dan

Bapak Drs.Hi. Sudarmi, M.Si. selaku Dosen Pembahas yang telah sabar dan

penuh perhatian memberikan bimbingan serta petunjuk demi terlaksananya

(17)

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan

Kerjasama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung,

Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si. selaku Wakil Dekan Bidang Umum,

Kepegawaian dan Keuangan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung, Bapak Drs. Hi. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku

Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Geografi Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung.

5. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan

Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Ayah dan Ibu terkasih dan seluruh keluarga besarku. Terimakasih atas setiap

iringan doa, pengorbanan serta kasih sayang kalian. Aku akan meneruskan

perjalanan selanjutnya, memasuki kehidupan yang sebenarnya, terimakasih

atas kepercayaan yang telah diberikan.

7. Sahabat-sahabat terbaikku, Slamet Masyudi, Noor Riska, Uje Hernades, Beni

Saputra, Hafidudin, Warlan, Ebi Prambesi , Roni Kurniawan, dan seluruh

(18)

seperjuanganku di Pendidikan Geografi 2008, yang selalu mengisi keceriaan

bersamamu.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah

membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Bandar Lampung, Maret 2015 Penulis,

Adi Irawan

(19)

1

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 Tahun

2003 tentang sistem Pendidikan Nasional). Jalur pendidikan sekolah

merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan

belajar mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan. Seperti halnya yang

dikemukakan oleh Paiman S. Simanjuntak (1985: 42) bahwa tingkat

pendidikan atau jenjang pendidikan adalah pendidikan formal yang telah

ditempuh oleh seseorang melalui jenjang pendidikan sekolah seperti SD,

SLTP, SLTA, dan Sarjana.

Pendidikan juga komponen penting yang diperlukan dalam setiap bangsa.

Tanpa adanya pendidikan, negara tersebut tidak akan maju dan berkembang

karena pendidikan sangat berperan penting dalam membangun sumber daya

manusia yang berkualitas. Pendidikan dapat mengarahkan tingkah laku

(20)

senantiasa menaruh perhatian besar terhadap perkembangan dunia pendidikan

di Indonesia.

Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan yang mempuyai tugas untuk

membentuk manusia yang berkualitas dalam pengetahuan, sikap, maupun

keterampilan yang pencapaiannya dilakukan dengan terarah dan sistematis.

Upaya peningkatan mutu pendidikan di Negara ini salah satunya dengan

melanjutkan pendidikan ke SMA/MA.

Pendidikan yang semakin tinggi akan mendapatkan ilmu pengetahuan yang

baik, dengan ilmu pengetahuan tersebut generasi bangsa mampu mengolah

kekayaan alam yang ada di negara ini. Untuk mendapatkan ilmu pengatahuan

tersebut salah satu jalanya dengan mengikuti pendidikan di sekolah. Dengan

pendidikan akan mendapatkan ilmu pengetahuan sehingga dapat

mengaplikasikannya dimasyrakat untuk mengolah sumber daya alam yang ada

karena sumber daya manusia yang dimiliki cukup untuk mengolahnya untuk

meningkatkan hidup yang lebih baik. Semakin tinggi pendidikan akan semakin

banyak pula pengetahuan yang dimilki oleh seseorang, karena pengetahuan itu

diperoleh sebagian besar dari pendidikan dan pengalaman. Menurut pendapat

Toto Utomo Budi (2010: 38) semakin tinggi pendidikan seseorang maka

semakin tinggi ilmu yang dimiliki dan sumber daya manusia dapat di gunakan

untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Pendidikan dasar dilanjutkan ke

pendidikan menengah umum (SMA/sederajat) dan ke perguruan tinggi.

Anak merupakan bagian keluarga yang penting dengan memiliki anak

(21)

3

akhirnya membantu kehidupan perekonomian keluarga dan juga dengan

memiliki anak dapat membantu perekonomian keluarga. Kecuali hal tersebut,

anak juga merupakan generasi penerus pembangunan bangsa yang sehat,

mendapat pendidikan yang tinggi dan kebutuhan hidupnya terpenuhi. Namun

tidak semua anak dapat menikmati hak dan kebutuhanya dengan baik. Hal

tersebut karena kondisi kemiskinan dalam keluarga yang menyebabkan

anak-anak kurang mendapatkan kehidupan yang layak.

Pada hakikatnya anak dilarang untuk bekerja karena waktu yang selayaknya

digunakan untuk belajar agar mendapatkan kesempatan mencapai cita-cita

masa depannya menjadi berkurang. Suatu kenyataan masih banyak dijumpai

anak-anak yang bekerja diusia sekolah yaitu pada Sekolah Dasar (SD), Sekolah

Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Akhir (SMA). Berdasarkan

PP daerah Kabupaten Jembrana Propinsi Bali nomor 15 tahun 2006 tentang

rintisan wajib belajar 12 ( dua belas ) tahun, bahwa wajib belajar 9 (sembilan)

tahun di Kabupaten Jembrana telah mencapai standar pelayanan minimal

(SPM), maka perlu dirintis menjadi wajib belajar 12 (dua belas) tahun

(Http://jembranakab.go.id/uploads/2006/04/20140422_perda_wajar_12_tahun.

html)

Dengan keadaan ekonomi orang tuanya yang terbilang rendah membuat

anak-anak berusaha untuk membantu ekonomi orang tuanya masing-masing. Salah

satu upaya untuk membantu ekonomi orang tuanya dengan memanfaatkan

kesempatan kerja pada sektor informal. Pekerjaan yang bergerak di sektor

(22)

di usia 15 tahun keatas, tetapi juga dilakukan oleh anak-anak dibawah usia

kerja yaitu anak-anak usia sekolah yang seharusnya waktu untuk bekerja

digunakan untuk belajar agar prestasinya menjadi meningkat.

Dengan mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dapat mengantarkan

anak-anak mereka ke pintu gerbang kesuksesan sesuai dengan harapan dan

cita-citanya. Dalam pengembangan sumber daya manusia pendidikan

merupakan prioritas pembangunan nasional. Kondisi masyarakat Indonesia

masih banyak yang miskin, yang menjadi salah satu penyebab anak tersebut

putus sekolah dan tidak dapat melanjutkan pendidikanya ke SMA/MA. Hal ini

sejalan dengan isi pendapat Toto Utomo Budi (2010: 4) meskipun angka

partisipasi sekolah tinggi namun masih banyak anak keluarga miskin yang

putus sekolah atau tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Kondisi ini

menyebabkan kualitas generasi penerus keluarga senantiasa rendah dan

akhirnya terperangkap dalam lingkaran kemiskinan.

Bila hal itu terus berlanjut, bukan tidak mungkin bangsa Indonesia nantinya

akan semakin tertinggal dalam segala macam bidang baik ekonomi,

pembangunan, sosial, budaya, dan lain-lain. Bila anak yang putus sekolah

tidak segera diselesaikan oleh pemerintah secepatnya maka kemungkinan anak

yang putus sekolah tersebut akan menjadi beban keluarga, masyarakat serta

akan berakibat menjadi masalah nasional yang besar (Toto Utomo, 2006: 24).

Keluarga merupakan salah satu faktor yang paling dominan dalam

(23)

5

pengetahuan luas tentang pendidikan akan memperioritaskan pendidikan untuk

anaknya.

Data Kementrian Pendidikan Nasional tahun 2010 masih terdapat anak

Indonesia yang putus sekolah pendidikan dasar dan menengah, jumlah anak SD

sampai SMA yang putus sekolah mencapai 1,8 juta. Angka itu melonjak lebih

dari 30% dibanding tahun 2009 yang hanya 750.000 siswa. Berdasarkan data

Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2010 juga masih ada 3,3 juta siswa

yang tak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP, SMA, dan perguruan

tinggi. Faktor penyebab anak tidak bisa melanjutkan melanjutkan ke jenjang

pendidikan yang lebih tinggi karena faktor ekonomi, padahal dana APBN

tercatat Rp246 triliun atau 20% dari total belanja negara Rp1.229,6 triliun

dialokasikan untuk anggaran pendidikan.

Berdasarkan data Dinas Pendidikan Propinsi Lampung tahun 2012 jumlah anak

usia sekolahnya diperkirakan mencapai 1,45 juta jiwa. Sebanyak 1,37 jiwa atau

3,53% dari total penduduknya bersekolah, namun sekitar 79.435 orang tidak

bersekolah, 52.235 orang tidak melanjutkan Sekolah Dasar (SD), 32.135 orang

tidak melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan 42.235

orang tidak melanjutkan Sekolah Menengah Atas (SMA). Di Lampung hingga

kini diperkirakan masih terdapat 5,63% dari jumlah penduduknya masih buta

aksara. Siswa yang tidak dan putus sekolah tersebar di 13 kabupaten dan kota

(24)

Putus sekolah yang banyak terjadi di negara ini sangat rentan dengan masalah

ekonomi keluarga dan lingkungan sosial. Khususnya para keluarga yang masih

tergolong kurang mampu dan anak-anaknya tertarik untuk bekerja membantu

orang tua. Di Kabupaten Mesuji yang banyak terdapat kepala keluarga bekerja

sebagai buruh sadap karet dan pemanen kelapa sawit membuat para anak-anak

tertarik untuk bekerja, karena anak-anak tersebut berfikir akan mendapatkan

uang dibandingkan dengan sekolah yang akan mengeluarkan banyak uang.

Berikut ini data anak putus sekolah yang ada di Kecamatan Tanjung Raya

dapat di lihat di tabel berikut :

Tabel 1. Data anak Putus Sekolah Tingkat SMA di Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Masuji Tahun 2012

No Nama Desa Jumlah Anak Putus Sekolah

1 Brabasan 4

Sumber UPT Pendidikan Kecamatan Tanjung Raya 2012

Dari data di atas, menunjukkan bahwa tingkat putus sekolah di Kecamatan

Tanjung Raya masih cukup tinggi yang tersebar di seluruh Desa yang ada di

(25)

7

yang ada di Kecamatan Tanjung Raya dengan jumlah anak putus sekolah SMA

tertinggi diantara 12 desa lainnya yaitu sebesar 49 orang.

Tabel 2. Data Anak Putus Sekolah Pada Tingkat SMA Di Desa Harapan Mukti Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Mesuji 2012

No. RK Anak Putus Sekolah Pada Tingkat SMA (jiwa)

Sumber : Dinas Pendidikan Mesuji Tahun 2012

Berdasarkan Tabel di atas, anak putus sekolah di Desa Harapan Mukti

Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Mesuji ada sebanyak 49 anak. Sebagian

besar anak putus sekolah pada tingkat SMA terdapat di RK VII, yakni

sebanyak 11 anak (22%).

Beberapa faktor penyebab anak putus sekolah antara lain karena rendahnya

pendapatan kepala keluarga, banyaknya jumlah anak dalam keluarga,

pendidikan orang tua, serta lingkungan sosial anak (Martono HS dan

Saidiharjo, 2002: 57). Pendapatan kepala keluarga di Desa Harapan Mukti ini

mayoritas berasal dari hasil pertanian dan buruh penyadap karet, jumlah

pendapatan dari hasil pertanian ini terkadang tidak menentu, jika sampai masa

panen barulah pendapatan didapatkan. Pendapatan kepala keluarga yang

(26)

dengan Rp25.000. Keadaan status ekonomi keluarga (pendapatan) Desa

Harapan Mukti yang rendah dapat menyebabkan timbul kecenderungan

berbagai masalah yang berkaitan dengan pembiayaan hidup anak, sehingga

anak sering dilibatkan untuk membantu memenuhi kebutuhan ekonomi

keluarga sehingga merasa terbebani dengan masalah ekonomi ini sampai

akhirnya mengganggu kegiatan belajar, pendapatan merupakan faktor yang

cukup mendukung dalam usaha melanjutkan pendidikan ke taraf yang lebih

tinggi, karena biaya pendidikan yang cukup tinggi.

Berdasarkan survei yang telah dilakukan, diketahui bahwa lingkungan tempat

tinggal anak-anak di Desa Harapan Mukti masih banyak dijumpai anak-anak

yang hanya lulus SMP yang kemudian ikut serta membantu perekonomian

keluarga dengan bekerja, pada akhirnya menyebabkan minat anak bersekolah

rendah. Selain dari pada minat kondisi ekonomi orang tua dan lingkungan

sosial anak yang menyebabkan anak menjadi penyebab anak menjadi putus

sekolah. Ahmad (2011: 102) menyatakan bahwa beberapa faktor yang

menyebabkan anak mengalami putus sekolah yaitu jumlah anak yang

ditanggung orang tua dan lingkungan sosial anak. Keluarga mempunyai

peranan penting dalam memotivasi anak-anak yang masih berusia sekolah

menengah untuk melanjutkan pendidikan jenjang pendidikan SMA/MA.

Berdasarkan data dan fenomena yang ada pada latar belakang diatas, penulis

tertarik untuk untuk melakukan penelitian dan analisis yang lebih mendalam

(27)

9

SMA di Desa Harapan Mukti Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Mesuji

tahun 2012”.

B. Rumusan Masalah

Berdasasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini:

1) Bagaimana tingkat pendidikan kepala keluarga anak putus sekolah pada

tingkat SMA di Desa Harapan Mukti Kecamatan Tanjung Raya

Kabupaten Mesuji tahun 2012?

2) Bagaimana jenis pekerjaan kepala keluarga anak putus sekolah pada

tingkat SMA di Desa Harapan Mukti Kecamatan Tanjung Raya

Kabupaten Mesuji tahun 2012?

3) Bagaimana tingkat pendapatan kepala keluarga anak putus sekolah pada

tingkat SMA di Desa Harapan Mukti Kecamatan Tanjung Raya

Kabupaten Mesuji tahun 2012?

4) Berapa jumlah anak dalam keluarga anak putus sekolah pada tingkat

SMA di Desa Harapan Mukti Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten

Mesuji tahun 2012?

5) Bagaimana status kepemilikan rumah kepala keluarga anak putus sekolah

pada tingkat SMA di Desa Harapan Mukti Kecamatan Tanjung Raya

(28)

C. Tujuan penelitian

1) Untuk mengetahui tingkat pendidikan kepala keluarga anak putus

sekolah pada tingkat SMA di Desa Harapan Mukti Kecamatan Tanjung

Raya Kabupaten Mesuji tahun 2012?

2) Untuk mengetahui jenis pekerjaan kepala keluarga anak putus sekolah

pada tingkat SMA di Desa Harapan Mukti Kecamatan Tanjung Raya

Kabupaten Mesuji tahun 2012?

3) Untuk mengetahui tingkat pendapatan kepala keluarga anak putus

sekolah pada tingkat SMA di Desa Harapan Mukti Kecamatan Tanjung

Raya Kabupaten Mesuji tahun 2012?

4) Untuk mengetahui jumlah anak dalam keluarga anak putus sekolah pada

tingkat SMA di Desa Harapan Mukti Kecamatan Tanjung Raya

Kabupaten Mesuji tahun 2012?

5) Untuk mengetahui status kepemilikan rumah kepala keluarga anak putus

sekolah pada tingkat SMA di Desa Harapan Mukti Kecamatan Tanjung

Raya Kabupaten Mesuji tahun 2012?

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Sebagai salah satu syarat mencapai gelar Sarjana pendidikan pada

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2) Sebagai salah satu aplikasi pengetahuan yang telah diperoleh di bangku

kuliah, khususnya Geografi Sosial pada Program Studi Geografi Jurusan

(29)

11

3) Sebagai sumbangan bagi pemerintah sebagai bahan pertimbangan dalam

mengatasi masalah putus sekolah pada tingkat SMA di Desa Harapan

Mukti Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Mesuji.

4) Sebagai bahan informasi bagi penelitian sejenis

5) Sebagai suplemen bahan ajar mata pelajaran Geografi SMA kelas IX

semester I sub pokok bahasan Antroposfer

E. Ruang Lingkup Penelitian

1) Ruang lingkup objek penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah karakteristik kepala keluarga anak yang

putus sekolah pada tingkat SMA.

2) Ruang lingkup subjek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah kepala keluarga yang memiliki anak

putus sekolah pada tingkat SMA di Desa Harapan Mukti Kecamatan

Tanjung Raya Kabupaten Mesuji sebanyak 49 orang.

3) Ruang lingkup tempat dan waktu penelitian

Waktu dan tempat dalam penelitian ini adalah di Desa Harapan Mukti

Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Mesuji tahun 2012

4) Ruang lingkup ilmu adalah Geografi Sosial

Geografi sosial adalah cabang dari geografi manusia yang bidang studinya

aspek keruangan yang karakteristik dari penduduk, organisasi sosial, unsur

kebudayaan dan kemasyrakatan (Sumaatmaja, 2008: 56). Karakteristik

kepala keluarga yang memiliki anak putus sekolah pada tingkat SMA

(30)

merupakan salah satu permasalahan sosial yang banyak terjadi di

masyarakat, khususnya pada masyarakat yang keadaan ekonominya masih

(31)

13

II TINJAUAN PUSTAKA

A. Sekolah

Kata sekolah berasal dari Bahasa Latin: skhole, scola, scolae atau skhola yang

memiliki arti waktu luang atau waktu senggang, dimana ketika itu sekolah

adalah kegiatan diwaktu luang bagi anak-anak di tengah-tengah kegiatan

utama mereka, yaitu bermain dan menghabiskan waktu untuk menikmati

masa anak-anak dan remaja. Kegiatan dalam waktu luang itu adalah

mempelajari cara berhitung, cara membaca huruf dan mengenal tentang moral

(budi pekerti) dan estetika (seni). Sekolah adalah sebuah lembaga yang

dirancang untuk pengajaran siswa (murid) di bawah pengawasan guru.

Sebagian besar negara memiliki sistem pendidikan formal, yang umumnya

wajib. Dalam sistem ini, siswa mendapatkan kemajuan melalui serangkaian

kegiatan sekolah. Nama untuk sekolah-sekolah ini bervariasi menurut negara

tetapi umumnya termasuk sekolah dasar untuk anak-anak muda dan sekolah

menengah untuk remaja yang telah menyelesaikan pendidikan dasar

(Ensiklopedi Nasional Indonesia, 2000)

Dengan pendidikan akan mendapatkan ilmu pengetahuan sehingga dapat

mengaplikasikannya di masyarakat untuk mengolah sumber daya alam yang

ada karena sumber daya manusia yang dimiliki cukup untuk mengolahnya

(32)

semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang, karena

pengetahuan itu diperoleh sebagian besar dari pendidikan dan pengalaman.

Menurut pendapat Toto Utomo Budi (2010: 38) semakin tinggi pendidikan

seseorang maka semakin tinggi ilmu yang dimiliki dan sumber daya manusia

dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Pendidikan dasar

dilanjutkan ke pendidikan menengah sampai ke perguruan tinggi.

B. Putus Sekolah

Putus sekolah atau drop out adalah mereka yang terpaksa berhenti sekolah

sebelum waktunya (Martono HS dan Saidiharjo, 2002: 74). Pendapat lain

menyatakan bahwa putus sekolah adalah meninggalkan sekolah sebelum

menyelesaikan keseluruhan masa belajar yang telah ditetapkan oleh sekolah

yang bersangkutan (Mudyaharjo, 2001: 498).

Menurut Gunawan (2010: 91) “putus sekolah merupakan predikat yang

diberikan kepada mantan peserta didik yang tidak mampu menyelesaikan

suatu jenjang pendidikan, sehingga tidak dapat melanjutkan studinya ke

jenjang pendidikan berikutnya”. Hal ini berarti, putus sekolah ditujukan

kepada sesorang yang pernah bersekolah namun berhenti untuk bersekolah.

Menurut Ahmad (2011: 86) bahwa yang dimaksud dengan putus sekolah

yaitu berhentinya belajar seorang murid baik ditengah-tengah tahun ajaran

atau pada akhir tahun ajaran karena berbagai alasan tertentu yang

(33)

15

sekolah dimaksudkan untuk semua anak yang tidak menyelesaikan

pendidikan mereka

Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dikemukakan di atas dapat

disimpulkan bahwa, putus sekolah adalah tidak terselesaikannya seluruh masa

belajar pada suatu jenjang pendidikan.

C. Wajib Belajar 12 Tahun

Seperti halnya PP daerah Kabupaten Jembrana Propinsi Bali nomor 15 tahun

2006 tentang rintisan wajib belajar 12 ( dua belas ) tahun, bahwa wajib

belajar 9 (sembilan) tahun di Kabupaten Jembrana telah mencapai standar

pelayanan minimal (SPM), maka perlu dirintis menjadi wajib belajar 12 (dua

belas) tahun. Dengan semakin tingginya batas minimal untuk melaksanakan

pendidikan seperti yang sudah di tetapkan pemerintah Kabupaten Jembrana

maka anak-anak usia sekolah akan berfikir lebih maju untuk mengembangkan

potensi diri dan daerah. Selain itu wajib belajar 12 tahun juga ditegaskan

dalam peraturan daerah Kabupaten Gunung Mas Nomor 7 tahun 2013

Tentang Wajib belajar 12 (dua belas) tahun yang berisi tentang bahwa dalam

rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta mengusahakan dan

menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional untuk mencerdaskan

kehidupan bangsa berdasarkan amanat UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 untuk memberikan arah dan kepastian hukum kepada masyarakat

untuk dapat berperan aktif dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia,

(34)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003

Nomor 78, Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2009 tentang Wajib

Belajar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 90)

Berdasarkan hal tersebut dengan tegas memutuskan bahwa:

1. Kabupaten Gunung Mas yang berusia 7 (tujuh) sampai dengan 19

(sembilan belas) tahun atau maksimal 22 (dua puluh dua) tahun untuk

mengikuti Pendidikan Dasar dan Menengah atau Pendidikan yang

sederajat.

2. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan.

Berdasarkan Undang - Undang dan keputusan keputusan pemerintah

daerah tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa, wajib belajar 12 tahun

merupakan hak yang harus dimiliki oleh setiap anak di Indonesia, oleh

sebab itu maka orang tua dan pemerintah seharusnya dapat bersinergi

untuk dapat memenuhi hak dari setiap anak di Indonesia untuk dapat

(35)

17

D. Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga

Pendidikan berasal dari kata paedagogie atau paedagogik yang berarti ilmu

pendidikan, dalam pengertian yang sederhana dan umumnya makna

pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan

potensi, pembawaan baik jasmani maupun rohani dengan nilai-nilai yang ada

dalam masyarakat dan kebudayaan. Atau dengan kata lain pendidikan dapat

diartikan sebagai hasil usaha peradapan bangsa yang dikembangkan atas

dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri. Pendidikan dibagi menjadi tidak

sekolah, SD, SMP, SMU dan PT (Hasan, 2005: 25).

Pendidikan kepala keluarga yang hanya tamat sekolah dasar apalagi tidak

tamat sekolah dasar, hal ini sangat berpengaruh terhadap cara berpikir orang

tua untuk menyekolahkan anaknya, dan cara pandangan orang tua tentu tidak

sejauh dan seluas orang tua yang berpendidikan lebih tinggi. Kepala keluarga

yang hanya tamat sekolah dasar atau tidak tamat cenderung kepada hal-hal

tradisional dan kurang menghargai arti pentingnya pendidikan. Mereka

menyekolahkan anaknya hanya sebatas bisa membaca dan menulis saja,

karena mereka beranggapan sekolahnya seseorang kepada jenjang yang lebih

tinggi pada akhir tujuan adalah untuk menjadi pegawai negeri dan mereka

beranggapan sekolah hanya membuang waktu, tenaga dan biaya. Membantu

orang tua dalam bekerjaakan mempunyai manfaat yang nyata bagi mereka,

lagi pula sekolah harus melalui seleksi dan ujian yang di tempuh dengan

waktu yang panjang dan amat melelahkan. Latar belakang pendidikan kepala

(36)

sehingga menyebabkan anak menjadi putus sekolah dalam usia sekolah, tetapi

ada juga orang tua yang telah mengalami dan mengenyam pendidikan sampai

ke tingkat lanjutan dan bahkan sampai perguruan tinggi tetapi anaknya masih

saja putus sekolah, maka dalam hal ini kita perlu mengkaitkannya dengan

minat anak itu sendiri untuk sekolah, dan mengenai minat ini akan dijelaskan

pada uraian berikutnya.

E. Jenis Pekerjaan Kepala Keluarga

Jenis pekerjaan sangat penting bagi penduduk, terutama bagi penduduk yang

sudah berkeluarga, karena sebagai anggota keluarga mereka mempunyai

tanggung jawab untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Dan jenis

pekerjaan seseorang akan diperoleh pendapatan yang mempengaruhi tingkat

kesejahteraan seseorang. Menurut Soemardjan dalam Soemitro (1994:4) jenis

pekerjaan terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Jenis pekerjaan sektor formal seperti: a) Pegawai Negeri Sipil

b) Pegawai swasta

b. Jenis pekerjaan sektor informal seperti:

a) Kegiatan primer dan skunder seperti pertanian, perkebunan yang berorientasi pada pasar, kontraktor bangunan, pengrajin usaha sendiri, pembuat sepatu, dan penjahit.

b) Usaha tersier dengan modal relative besar seperti perumahan, transportasi, usaha kepentingan umum, dan kegiatan sewa.

c) Distribusi kecil-kecilan seperti pedagang pasar dan klontongan, pedagang kaki lima, pengusaha makanan, dan minuman jadi.

d) Jasa yang lain seperti pengamen, penyemir sepatu, tukang cukur, dan pembuang sampah atau pemulung.

e) Transaksi pribadi seperti arus uang barang atau semacamnya, pinjam meminjam dan pengemis.

Jenis pekerjaan sangat mempengaruhi pendapatan seseorang, pekerjaan yang

(37)

19

kesejahteraan anak. Dengan mendapat hasil yang baik maka anak tidak

banyak memberi kontribusi materi kepada keluarganya.

F. Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga

Pendapatan keluarga adalah seluruh pendapatan dan penerimaan yang

diterima oleh seluruh anggota rumah tangga ekonomi (ARTE). Sumber

pendapatan keluarga atau rumah tangga menurut biaya hidup tahun dari

badan pusat statistik yang dikutip oleh Sumardi dan Mulyanto (2001: 308)

pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu pendapatan berupa uang

meliputi gaji dan upah yang diperoleh dari kerja pokok, kerja sampingan,

kerja lembur, kerja kadang-kadang, dari usaha sendiri meliputi hasil bersih

usaha sendiri. Sumber pendapatan yang kedua adalah barang meliputi

pembayaran upah dan gaji yang diberikan dalam bentuk beras, pengobatan,

transportasi, perumahan, barang-barang yang diproduksi dan dikonsumsi

dirumah antara lain pemakaian barang yang diproduksi di rumah dan sewa

yang seharusnya dikeluarkan terhadap rumah sendiri yang ditempati.

Pendapatan kepala keluarga dan hubungannya dengan pendidikan anak

penting artinya, seperti yang dikemukakan oleh BPS (2010) bahwa semakin

tinggi jenjang sekolah maka makin besar pula biayanya sehingga banyak anak

putus sekolah atau tidak biasa meneruskan sekolah ketingkat yang lebih

tinggi, terutama anak-anak dari golongan berpenghasilan rendah. Hasil

(38)

(58,70%) orang tua anak usia sekolah SMA yang putus sekolah mempunyai

pendapatan yang rendah.

Berkaitan dengan pendapatan, penulis mengacu pada Upah Minimum

Kabupaten (UMK) yang ditetapkan oleh dinas tenaga kerja Mesuji mengacu

pada UMK provinsi tahun 2012 yaitu Rp. 975.000,00 perbulan. Berdasarkan

Upah Minimum tersebut, sebagai dasar penggolongan pendapatan kepala

keluarga akan dikelompokkan menjadi dua :

a. Pendapatan dikatakan rendah, apabila pendapatan diterima kepala

keluarga putus sekolah kurang dari Rp. 975.000,00 perbulan.

b. Pendapatan dinyatakan tinggi, apabila pendapatan yang diterima kepala

keluarga anak putus sekolah lebih dari Rp. 975.000,00 perbulan.

Atas dasar penggolangan tersebut akan menjadi dasar dalam pengelompokkan

pendapatan kepala keluarga terhadap penentu penyebab anak putus sekolah

pada tingkat SMA di Desa Harapan Mukti Kecamatan Tanjung Raya

Kabupaten Mesuji.

G. Jumlah Anak Dalam Keluarga

Keluarga menurut Hasan (2005:108), yang dinyatakan suatu keluarga sebagai

keluarga besar dengan jumlah anaknya lebih dari 2 orang, sedangkan keluarga

kecil apabila jumlah anaknya 1 sampai 2 orang. Berdasarkan pendapat

tersebut di atas, sebagai besar penggolongan mengenai jumlah anak dalam

keluarga akan dikelompokkan menjadi dua yaitu :

a.Jumlah dikatakan banyak, apabila jumlah anak yang dimiliki kepala

(39)

21

b.Jumlah anak dinyatakan sedikit, apabila jumlah anak yang dimiliki kepala

keluarga anak putus sekolah berjumlah 1 sampai 2 orang.

Pendapat di atas sejalan dengan program pemerintah dalam mengatasi

permasalahan penduduk yang semakin meningkat yaitu program keluarga

berencana. Dengan program keluarga berencana mencanangkan untuk

memiliki dua anak cukup. Apabila anak lebih dari 2 artinya keluarga tersebut

memiliki anak banyak.

Suatu keluarga yang mempunyai pendapatan yang rendah dengan jumlah

anak yang banyak tentunya akan mengalami kendala terhadap upaya

pemenuhan kebutuhan keluarganya, apalagi untuk kebutuhan sekolah

anak-anaknya. Banyak anak dalam keluarga berarti pengeluaran untuk memenuhi

kebutuhannya menjadi besar atau sebaliknya, apabila jumlah anak dalam

keluarga sedikit, maka biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan

keluarga relatif tidak besar. Hal ini sesuai dengan pendapat Ahmad (2011:

108) bahwa keluarga besar, dengan jumlah anak lima mengalami kesulitan

untuk memasukkan anaknya di sekolah-sekolah yang baik mutunya, dan

untuk biaya pendidikannya. Berdasarkan pendapatan diatas, ternyata

setidaknya jumlah anak dalam keluarga akan lebih memudahkan kepala

keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidup anaknya termasuk kebutuhan

anak akan pendidikan. Banyak anak putus sekolah salah satunya karena

banyaknya jumlah anak yang dimiliki.

Hasil penelitian Nurhayati (1996: 71) membuktikan bahwa sebagian besar

(40)

anak yang banyak. Hal ini menunjukkan bahwa banyaknya jumlah anak

dalam keluarga dapat menjadi penyebab anak putus sekolah.

H. Status Kepemilikan Rumah Keluarga

Indonesia khususnya di daerah perkotaan, penguasaan bangunan tempat

tinggal milik sendiri lebih kecil dibanding dengan daerah pedesaan. Hal ini

terjadi karena daerah di kota merupakan pusat kegiatan khususnya

perekonomian yang dapat menarik orang untuk mencari kehidupan yang lebih

baik dari tempat asalnya.

Status kepemilikan rumah menurut Peter F. Mc. Donal (1984: 12) adalah:

a. Milik sendiri : tempat tinggal yang benar-benar sudah dimiliki seseorang.

b. Kontrak : tempat tinggal yang disewa seseorang untuk jangka waktu tertentu dengan cara pembayarannya dilakukan di muka.

c. Sewa : tempat tinggal yang disewa oleh sesorang yang tinggal dengan pembayaran sewanya secara bertahap (jangka waktu pendek) misalnya bulanan. d. Lainnya : tempat tinggal ditempati dan tidak dapat

(41)

23

I. Penelitian Relevan

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Olvrias Tenisa Ajis yang

berjudul faktor-faktor penyebab anak putus sekolah pada tingkat SMA di

Kelurahan Gedong Meneng Kecamatan Raja Basa Kota Bandar Lampung

Tahun 2012 bahwa terdapat 79% anak putus sekolah pada tingkat SMA

disebabkan karena pendapatan keluarga rendah, 84.2% orang tua anak

memilki jumlah anak banyak lebih dari 2, 73.6% lingkungan sosial anak

kurang baik, 63.2% pendidikan terakhir orang tua SD/SMP, dan 68.4% minat

belajar yang rendah.

Dari hasil penelitian Lahmi Frilia Oetami (2008: 36) Faktor-Faktor Penyebab

Anak Lulusan SLTA Tidak Melanjutkan Ke Perguruan Tinggi Di Dusun

Pengaleman Pekon Kresnomulyo Kecamatan Ambarawa Kabupaten

Tanggamus diketahui bahwa 75,6% pendapatan orang tua rendah. Karena

sebagian sebagian besar penduduknya bekerja sebagai nelayan yang

pendapatanya tidak tetap. Pendapatan merupakan kunci utama untuk

membiayai anak sekolah. Segala kebutuhan sekolah akan terpenuhi dengan

maksimal bila didukung dengan kemampuan orang tua untuk mendapatkan

kebutuhan tersebut. Kemampuan untuk membiayai sekolah anaknya sangat

kurang di karenakan pendapatan yang rendah dan tidak tetap.

Berdasarkan hasil penelitian di atas bahwa keluarga mempunyai faktor yang

besar dalam dunia pendidikan seorang anak untuk melanjutkan pendidikan di

(42)

J. Kerangka Pikir

Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,

dan untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah telah melakukan berbagai

upaya antara lain dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan

prasarana pendidikan yaitu dengan menambah gedung-gedung sekolah,

perlengkapan kelas, buku-buku paket.

Berdasarkan hasil prasurvey, di Desa Harapan Mukti Kecamatan Tanjung

Raya Kabupaten Mesuji terdapat 49 anak yang tidak menyelesaikan

pendidikan pada tingkat SMA. Hal ini diduga disebabkan oleh beberapa

faktor antara lain karena ketidakmampuan kepala keluarga dalam memenuhi

biaya-biaya sekolah karena rendahnya pendapatan kepala keluarga,

banyaknya jumlah anak dalam keluarga, rendahnya minat anak untuk sekolah,

dan lingkungan sosial yang tidak mendukung. Ahmad (2011: 102)

menyatakan bahwa beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami

putus sekolah yaitu jumlah anak yang ditanggung orang tua dan lingkungan

sosial anak.

Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

tentang karakteristik kepala keluarga anak yang putus sekolah pada tingkat

SMA di Desa Harapan Mukti Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Mesuji

(43)

25

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir

a. Pendidikan kepala

keluarga

b. Jenis pekerjaan

kepala keluarga

c. Pendapatan kepala

keluarga

d. Jumlah Tanggungan

Keluarga

e. Status kepemilikan

rumah

(44)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian

deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mempunyai

tujuan untuk penginderaan secara sistematis, aktual dan akurat

mengenai fakta-fakta dan sifat populasi atau daerah tertentu (Arikunto,

2006: 41).

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 1998:

197). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi yaitu orang tua

yang mempunyai anak putus sekolah di tingkat SMA sebanyak 49

orang tua.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, menurut

Arikunto (1998: 199) jika populasi kurang dari 100 orang maka lebih

baik menggunakan penelitian populasi. Karena jumlah populasi

(45)

27

yang berarti seluruh anak yang putus sekolah pada tingkat SMA di

desa Harapan Mukti kecamatan Tanjung Raya kabupaten Mesuji

sebanyak 49 orang tua diambil sebagai subyek penelitian.

C. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel merupakan petunjuk tentang bagaimana

suatu variabel dapat diukur (Masri Singarimbun dan Sofian Efendi,

1987: 23). Untuk dapat mengukur setiap variabel penelitian ini, maka

digunakan batasan-batasan terhadap setiap variabel penelitian, sebagai

berikut:

1. Pendidikan kepala keluarga, yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah jenjang pendidikan yang pernah ditempuh oleh kepala

keluarga yang diukur menggunakan ijazah terakhir. Kriteria yang

digunakan adalah sebagai berikut (Hasan, 2005: 93); (a)

Tidaksekolah; (b) SD; (c) SMP; (d) SMU; (e) PT

2. Jenis pekerjaan sangat penting bagi penduduk, terutama penduduk

yang sudah mempunyai keluarga, karena sebagaian aggota keluarga

mempunyai tanggung jawab untuk meningkatkan kesejahteraan

keluarga. Jenis pekerjaan kepala keluarga maka akan diperoleh

pendapatan yang dapat mempengaruhi kesejahteraan dan pendidikan

anaknya juga. Soemitro (1994: 4) membagi jenis pekerjaan menjadi

(46)

1. Jenis pekerjaan sektor formal seperti: a. PNS

b. Pegawai swasta

2. Jenis pekerjaan sektor informal seperti:

a. Kegiatan primer dan skunder seperti pertanian, perkebunan yang berorientasi pada pasar, kontraktor bangunan, pengrajin usaha sendiri, pembuat sepatu, dan penjahit.

b. Usaha tersier dengan modal relatif besar seperti perumahan, transportasi, usaha kepentingan umum, dan kegiatan sewa. c. Distribusi kecil-kecilan seperti pedagang pasar dan

klontongan, pedagang kaki lima, pengusaha makanan, dan minuman jadi.

d. Jasa yang lain seperti pengamen, penyemir sepatu, tukang cukur, dan pembuang sampah atau pemulung.

3. Pendapatan kepala keluarga, yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah jumlah keseluruhan pendapatan yang diperoleh dari dan atas

nama kepala keluarga atas jenis pekerjaan yang dilakukan dalam

waktu satu bulan dan dihitung dengan nilai rupiah. kriteria yang

digunakan adalah sebagai berikut (Upah Minimum Kabupaten

(UMK) Kabupaten Mesuji Tahun 2012):

a. Pendapatan rendah, apabila pendapatan yang diterima kurang dari

atau sama dengan Rp 975.000,00

b. Pendapatan tinggi, apabila pendapatan yang diterima lebih dari Rp

975.000,00

4. Jumlah anak dalam keluarga, yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah anak yang masih menjadi beban tanggung jawab kepala

keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kriteria yang

digunakan adalah sebagai berikut (Hasan, 2005: 108):

a. Jumlah anak banyak, apabila jumlah anak yang dimilki lebih dari 2

(47)

29

b. Jumlah anak sedikit, apabila jumlah anak yang dimiliki 1 sampai 2

orang.

5. Status kepemilikan rumah yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah rumah yang di tempati pada waktu ini. Status kepemilikian

rumah menurut Peter F. McDonal (1984:12) membagi menjadi

empat jenis yaitu:

a. Milik sendiri, tempat tinggal yang bener-benar sudah dimiliki oleh seseorang.

b. Kontrak, tempat tinggal yang di sewa oleh seseorang untuk jangka waktu tertentu dengan cara pembayaran dilakukan di muka.

c. Sewa, tempat tinggal yang disewa oleh seseorang yang tinggal dengan pembayaran sewanya bertahap (jangka pendek) misalnya: bulanan

d. Lainnya, tempat tinggal ditempati dan tidak dapat digolongkan kedalam salah satu kategori di atas, misalnya tempat tinggal bebas sewa (menumpang).

.

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Wawancara

Teknik wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara bertanya langsung pada responden dan

dilaksanakan dengan menggunakan panduan kuesioner untuk

mendapatkan data secara langsung dari responden dengan

menggunakan daftar pertanyaan. Teknik wawancara ini digunakan

untuk memperoleh data primer seperti umur responden, pendapatan

kepala keluarga, jumlah anak dalam keluarga, keadaan sosial

(48)

terpenting dari setiap survey, seperti yang dikemukakan oleh

Nasution(1995: 113) teknik wawancara adalah suatu bentuk

komunikasi verbal semacam percakapan yang bertujuan memperoleh

informasi.

2. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah teknik yang digunakan untuk

mendapatkan data sekunder. Data dokumentasi berasal dari kantor

Desa Harapan Mukti yang berupa peta desa, monografi desa, jumlah

penduduk, jumlah anak yang putus sekolah pada tingkat SMA, letak

administrasi dan sebagainya. Seperti yang dikemukakan Suharsimi

Arikunto (1998: 236) bahwa metode dokumentasi yaitu mencari data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa cacatan, transkrip, buku,

surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, dan sebagainya.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis

persentase yang dilakukan dengan penyusunan distribusi persentase

sederhana. Distribusi persentase sederhana adalah distribusi yang

frekuensinya telah diubah dalam persentase (Arif Sukadi Sadiman,

1990: 96). Langkah pertama dalam penyusunan distribusi persentase

adalah membagi jumlah observasi dalam masing-masing kategori

variabel (f) dengan jumlah frekuensi (N), setelah pembagian dilakukan

(49)

31

Dalam suatu distribusi sederhana total (T) dari persentase harus sama

dengan 100 %. Selanjutnya dari hasil penelitian dibuat suatu deskripsi

yang sistematis sebagai hasil penelitian dan kemudian diambil suatu

kesimpulan sebagai akhir laporan penelitian. Adapun rumus persentase

yang digunakan adalah:

f

P = X 100% N

Keterangan : P : Prosentase

f : Jumlah jawaban

(50)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimplan

Berdasarkan data dalam pembahasan, dapat disimpulkan bahwa karakterisik

keluarga yang mempunyai anak putus sekolah di tingkat SMA di Desa

Harapan Mukti Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Mesuji Tahun 2012

yaitu:

1. Sebagian besar orang tua anak putus sekolah tingkat SMA yang ada di

Desa Harapan Mukti Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Mesuji

tingkat pendidikan sampai lulus sekolah dasar 21 orang (42,85%).

Kualitas pendidikan yang rendah pada orang tua berdampak pada kualitas

pendidikan anaknya sehingga anak-anak responden juga menganggap

bahwa pendidikan untuk dirinya kurang diprioritaskan. Kurangnya

wawasan betapa pentingnya pendidikan bagi masa depan anak

menjadikan orang tua membiyarkan anak-anaknya menjadi putus

sekolah. Padahal sebentar lagi anak-anak mereka juga akan selesai di

tingkat SMA dan mampu meneruskan perjuangan orang tua dan bangsa

2. Sebagian besar orang tua anak putus sekolah tingkat SMA yang ada di

Desa Harapan Mukti Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Mesuji hanya

(51)

82

pendapatan yang diterima setiap bulannya tidak sama. Pendidikan yang

rendah biasanya yang menjadi kendala orang tua tersebut untuk

mendapatkan pekerjaan yang layak bagi keluarganya. Penghasilan yang

terkadang kurang untuk biaya kehidupan sehari-hari membuat orang tua

tersebut membiarkan anak-anaknya bekerja menjual koran yang hasilnya

untuk sekedar jajan, biaya sekolah, bahkan untuk membantu ekonomi

orang tua.

3. Sebagian besar orang tua anak putus sekolah tingkat SMA yang ada di

Desa Harapan Mukti Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Mesuji

berpenghasilan rendah 28 orang (57,2%). Hal ini dikarenakan jenis

pekerjaan yang terbilang masih rendah untuk kehidupan keluarganya.

Pendapatan yang rendah ini membuat mereka lebih memilih berhenti

sekolah dan membantu bekerja untuk menambah perekonomian orang

tuannya. Hal tersebut juga didukung oleh orang tuanya mengingat

pendapatannya yang kurang untuk biaya kehidupan keluarga dan

pendidikan anaknya. Padahal pendapatan kepala keluarga merupakan

salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan dan

kelangsungan pendidikan anak-anaknya.

4. Sebagian besar orang tua anak putus sekolah tingkat SMA yang ada di

Desa Harapan Mukti Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Mesuji

memiliki anak lebih dari dua anak 38 orang (77,6%). Jumlah anak yang

banyak juga berpengaruh pada kondisi belajar anak-anaknya karena

banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk keperluan pendidikan

(52)

5. Sebagian besar orang tua anak putus sekolah tingkat SMA yang ada di

Desa Harapan Mukti Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Mesuji sudah

memiliki rumah sendiri 35 orang (71,4%) sebagai tempat tinggal bersama

keluarganya Status kepemilkian rumah seseorang merupakan salah satu

penentu apakah seseorang sudah mapan dalam hal keuangan karena

status kepemilikan rumah dipengaruhi salah satu faktor ekonomi yaitu

pendapatan. Perkembangan pertumbuhan fisik dan psikis dipengaruhi

oleh lingkungan sosial terdekat.

B. Saran

Berdasarkan data dalam pembahasan, dapat disimpulkan bahwa karakterisik

keluraga yang mempunyai anak putus sekolah di tingkat SMA di Desa

Harapan Mukti Tahun 2012 yaitu:

a. Diharapkan bagi anak yang putus sekolah di tingkat SMA untuk

melanjutkan dengan memanfaatkan paket C yang disediakan sekolah.

b. Diharapkan orang tua untuk mengetahui betapa pentingnya pendidikan

bagian untuk mencapai masa depan yang lebih baik.

c. Diharapkan orang tua untuk menumbuhkan kreativitas sehingga

menghasilkan pendapatan yang lebih banyak guna memenuhi kebutuhan

hidup keluarganya.

d. Diharapkan orang tua mengolah kekayaan alam desa yang masih tersedia

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, 2011. Pendidikan dasar pada anak. Jakarta. Trans Info Media.

Anonim. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta.

Arif Sukadi Sadiman, 1990. Analisa data. Jakarta, FKMUI.

Arikunto, 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. Rineka Citra.

Bintarto R.1998. Geografi Sosial. Yogyakarta. UP Spring.

Desa Harapan Mukti, 2013. Data DeMonografi penduduk Desa Harapan Mukti. Desa Harapan Mukti.

Daan Dimara. 1985. Pengaruh Pendapatan Terhadap Pendidikan. Yogyakarta. U.P. Spring.

Dinas Pendidikan Propinsi Lampung, 2012. Data siswa putus sekolah. Lampung.

Daldjoeni. 1998. Geografi Kota dan Desa . Bandung. Alumni.

Dinas tenaga kerja dan transmigrasi, 2012. Upah Minimum Kabupaten (UMK)

Mesuji. Mesuji.

Ensiklopedi Nasional Indonesia, 2000. Ensiklopedi Pendidikan. Jakarta. Balai Pustaka.

Faisyal Kasryno. 1989. Prospek Pembangunan Ekonomi Pedesaan Indonesia. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia.

Gunawan, 2011. Remaja dan Permasalahannya. Yogyakarta. Hanggar Kreator.

Hasan. 2006. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta. Balai Pustaka.

(54)

Lahmi Frilia Oetami. 2008. Faktor-Faktor Penyebab Anak Lulusan SLTA Tidak Melanjutkan Ke Perguruan Tinggi Di Dusun Pengaleman Pekon

Kresnomulyo Kecamatan Ambarawa Kabupaten Tanggamus. Lampung.

Unila

Martono HS dan Saidiharjo, 2002. Geografi dan Kependudukan. Tiga Serangkai. Solo.

Muhammad Hasan. 2005. Konsep pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta.

Mudyaharjo, Redja. 2001. Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang

Dasar-Dasar Pendidikan Pada Umumnya dan Pendidikan Di Indonesia.

Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.

Nasution, 1995. Wawancara adaalah suatu bentuk komunikasi verbal semacam

percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. Gramedia. akarta.

Nurhayati, 1996. Pendapatan kepala keluarga dan hubungannya dengan

pendidikan anak. Jakarta. Rajawali.

Olvrias Tenisa Ajis. 2013. Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Pada Tingkat SMA di Kelurahan Gedong Meneng Kecamatan Raja Basa Kota

Bandar Lampung. Lampung. Unila

Peraturan Daerah Jembrana. 2006. Wajib Belajar 12 Tahun. Http://jembranakab.go.id/uploads/2006/04/20140422_perda_wajar_12_tahu n.html. Diunduh pada tanggal 12 Desember 2014

Peraturan Daerah Gunung Mas. 2013. Wajib Belajar 12 Tahun. Http://gunungmas.go.id/uploads/2013/07/70170412.html. Diunduh pada tanggal 12 Desember 2014

Peter F. Mc. Donal. 1984. Kehidupan Masyarakat Desa. Rineka Cipta. Jakarta.

Paiman Simanjuntak. 1985. Pendidikan Masyarakat Indonesia dan Pengaruhnya

Terhadap Pengelolaan Sumber Daya Manusia. Bandung. Rosdakarya.

Soemitro. 1994. Masyarakat dan Kemiskinan di Indonesia. Jakarta. Bumi Aksara.

Sumaatmadja, Nursid. 1986. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa

keruangan. Bandung. Alumni.

Sumardi, Mulyanto, 2001. Kemiskinan daerah urban. Jakarta. Rajawali

(55)

86

Trisnaningsih. 2006. Demografi Tekik (Bahan Ajar). Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial. Lampung. Unila

Widya Puspita. 2001. Faktor-Faktor Anak Putus Sekolah di Tingkat SMP di Desa gedung Pakuon Kecamatan Rebang Tangkas Kabupaten Way

kanan Tahun 2003. Lampung. Unila

Gambar

Tabel 1. Data anak Putus Sekolah Tingkat SMA di Kecamatan Tanjung Raya         Kabupaten Masuji Tahun 2012
Tabel 2. Data Anak Putus Sekolah Pada Tingkat SMA Di Desa Harapan Mukti          Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Mesuji 2012
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Dengan berbagai permasalahan yang dialami masyarakat saat ini peran pranayama sangatlah penting dalam menyembuhkan penyakit yang banyak dialami oleh masyarakat

Penilaian dalam akuntansi merupakan proses pemberian jumlah moneter (kuantitatif) yang bermakna pada aktiva. Salah satu tujuan dari penilaian adalah untuk menyajikan

Amil merupakan salah satu golongan yang berhak menerima zakat, tetapi selain mengambil bagiannya dari zakat, lembaga-lembaga amil zakat tersebut juga mengambil sebagian

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian Pengaruh luas lahan, pemberian pupuk, pestisida dan salinitas terhadap produktivitas padi sawah

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap minyak atsiri bunga cengkeh maka disarankan agar melakukan proses polimerisasi menggunakan perbandingan mol yang

Pada Gambar 1 dapat dilihat perbandingan gen HA1 dengan menggunakan virus AI yang dianalisa pada studi ini dengan data sekuen asam amino yang diperoleh dari NCBI tahun

Kajian Keterlibatan Pemulung di TPST Bantar Gebang Kota Bekasi Mega Permatasari.. kampung

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian hukum normatif yang memberikan preskriptif mengenai kesesuaian penerapan dakwaan kumulatif subsidair oleh Penuntut