• Tidak ada hasil yang ditemukan

05. MEDIA PEMBELAJARAN 5 BAB IV, V, VI sd 81

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "05. MEDIA PEMBELAJARAN 5 BAB IV, V, VI sd 81"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 4

LINGKUNGAN MERUPAKAN MEDIA PEMBELAJARAN

Setelah menyelesaikan kajian bab ini, pembaca diharapkan dapat memahami tentang lingkungan merupakan media pembelajaran, teknik menggunakan lingkungan, jenis lingkungan belajar serta langkah dan prosedur penggunaannya.

Penggunaan media grafis, tiga dimensi, dan proyeksi seperti telah dijelaskan sebelumnya, pada dasarnya memvisualkan fakta, gagasan, kejadian, peristiwa dalam bentuk tiruan dari keadaan sebenarnya untuk dibahas di dalam kelas dalam membantu proses pengajaran. Di lain pihak guru dan siswa bisa 'mempelajari keadaan sebenarnya di luar kelas dengan menghadapkan para siswa kepada lingkungan yang aktual untuk dipelajari, diamati dalam hubungannya dengan proses belajar dan mengajar. Cara ini lebih bermakna disebabkan para siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya secara alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan. Membawa kelas atau para siswa keluar kelas dalam rangka kegiatan belajar tidak terbatas oleh waktu. Artinya tidak selalu memakan waktu yang lama, tapi bisa saja dalam satu atau dua jam pelajaran bergantung kepada apa yang akan dipelajarinya dan bagaimana cara mempelajarinya. Banyak keuntungan yang diperoleh dari kegiatan mempelajari lingkungan dalam proses belajar antara lain:

a) Kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan siswa duduk di kelas berjam-jam, sehingga motivasi belajar siswa akan lebih tinggi

b) Hakikat belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan dengan situasi dan keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami.

c) Bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih kaya serta lebih faktual sehingga kebenarannya lebih akurat.

(2)

e) Sumber belajar menjadi lebih kaya sebab lingkungan yang dapat dipelajari bisa beraneka ragam seperti lingkungan sosial, lingkungan alam, lingkungan buatan, dan lain-lain.

f) Siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya, sehingga dapat membentuk pribadi yang tidak asing dengan kehidupan di sekitarnya, serta dapat memupuk cinta lingkungan.

Oleh sebab itu lingkungan di sekitarnya harus dioptimalkan sebagai media dalam pengajaran dan lebih dari itu dapat dijadikan sumber belajar para siswa. Berbagai bidang studi yang dipelajari siswa di sekolah hampir bisa dipelajari dari lingkungan seperti ilmu-ilmu sosial, ilmu pengetahuan alam, bahasa, kesenian, keterampilan, olah raga kesehatan, kependudukan, ekologi, dan lain-lain.

Beberapa kelemahan dan kekurangan yang sering terjadi dalam pelaksanaannya berkisar pada teknis pengaturan waktu dan kegiatan belajar. Misalnya:

a) Kegiatan belajar kurang dipersiapkan sebelumnya yang menyebabkan pada waktu siswa dibawa ke tujuan tidak melakukan kegiatan belajar yang diharapkan sehingga ada kesan main-main. Kelemahan ini bisa diatasi dengan persiapan yang matang sebelum kegiatan itu dilaksanakan. Misalnya menentukan tujuan belajar yang diharapkan dimiliki siswa, menentukan cara bagaimana siswa mempelajarinya, menentukan apa yang harus dipelajarinya, berapa lama dipelajari, cara memperoleh informasi, mencatat hasil yang diperoleh, dan lain-lain.

b) Ada kesan dari guru dan siswa bahwa kegiatan mempelajari lingkungan memerlukan waktu yang cukup lama, sehingga menghabiskan waktu untuk belajar di kelas. Kesan ini keliru sebab kunjungan ke kebun sekolah untuk mempelajari keadaan tanah, jenis tumbuhan, dan lain-lain cukup dilakukan beberapa menit, selanjutnya kembali ke kelas untuk membahas lebih lanjut apa yang telah dipelajarinya.

(3)

A. Teknik Menggunakan Lingkungan

Ada beberapa cari bagaimana mempelajari lingkungan sebagai media dan sumber belajar.

Cara pertama dengan survey, yakni siswa mengunjungi lingkungan seperti masyarakat setempat untuk mempelajari proses sosial, budaya, ekonomi, kependudukan, dan lain-lain. Kegiatan belajar dilakukan siswa melalui observasi, wawancara dengan beberapa pihak yang dipandang perlu, mempelajari data atau dokumen yang ada, dan lain-lain. Hasilnya dicatat dan dilaporkan di sekolah untuk dibahas bersama dan disimpulkan oleh guru dan siswa untuk melengkapi bahan pengajaran. Pengajaran yang dapat dilakukan untuk kegiatan survey terutama bidang studi ilmu sosial dan kemasyarakatan, seperti ekonomi, sejarah, kependudukan, hukum, sosiologi, antropologi, dan kesenian.

Cara kedua dengan kamping atau berkemah. Kemah memerlukan waktu yang cukup sebab siswa harus dapat menghayati bagaimana kehidupan alam seperti suhu, iklim, suasana, dan lain-lain. Kemah cocok untuk mempelajari ilmu pengetahuan alam, ekologi, biologi, kimia, dan fisika. Siswa dituntut merekam apa yang ia alami, rasakan, lihat dan kerjakan selama kemah berlangsung. Hasilnya dibawa ke sekolah untuk dibahas dan dipelajari bersama-sama.

Cara ketiga adalah field trip atau karyawisata. Dalam pengertian pendidikan karyawisata adalah kunjungan siswa keluar kelas untuk mempelajari objek tertentu sebagai bagian integral dari kegiatan kurikuler di sekolah. Sebelum karyawisata dilakukan siswa, sebaiknya direncanakan objek yang akan dipelajari dan cara mempelajarinya serta kapan sebaiknya dipelajari.

(4)

Cara keempat dengan praktek lapangan. Praktek lapangan dilakukan oleh para siswa untuk memperoleh keterampilan dan kecakapan khusus. Misalnya siswa SPG diterjunkan ke sekolah dasar untuk melatih kemampuan sebagai guru di sekolah. Siswa SMEA dikirimkan ke perusahaan untuk mempelajari dan mempraktekkan pembukuan, akuntansi dan lain-lain. Siswa STM diterjunkan ke pabrik-pabrik untuk melatih kemahirannya dalam bidang-bidang tertentu sesuai dengan keahlian yang dipelajarinya. Dengan demikian praktek lapangan berkenaan dengan keterampilan tertentu sehingga lebih tepat untuk sekolah-sekolah kejuruan.

Cara kelima mengundang manusia sumber atau nara sumber. Berbeda dengan cara yang telah dijelaskan sebelumnya, penggunaan nara sumber merupakan kebalikannya. Jika pada cara sebelumnya kelas dibawa ke masyarakat, pada nara sumber mengundang tokoh masyarakat ke sekolah untuk memberikan penjelasan mengenai4ce-ahliannya di hadapan nara siswa. Misalnya mengundang dokter atau mantri kesehatan untuk menjelaskan berbagai penyakit, petugas Keluarga Berencana untuk menjelaskan keluarga kecil, petugas pertanian untuk menjelaskan cara bercocok tanam, dan lain-lain. Nara sumber yang diundang harus relevan dengan kebutuhan belajar sehingga apa yang diberikan oleh nara sumber dapat memperkaya materi yang diberikan guru di sekolah. Kriteria nara sumber dilihat dari keahliannya dalam suatu bidang tertentu yang diperlukan bukan jabatannya atau kedudukannya.

(5)

pelayanan posyandu, perbaikan, jembatan, jalan-jalan, kebersihan lingkungan, penyuluhan KB dan lain-lain.

Sebelum mengundang nara sumber hendaknya dipersiapkan topik apa yang diminta untuk dibahas, siapa yang paling tepat untuk membahasnya (nara sumber), kapan waktunya, bagaimana menghubunginya, serta apa yang harus dilakukan siswa pada waktunya (kegiatan belajar).

Enam cara yang dikemukakan di atas tidak hanya bermanfaat bagi proses belajar siswa namun lebih dari itu dapat digunakan sebagai media kerja sama sekolah dengan masyarakat. Hubungan sekolah dengan masyarakat sangat penting dalam pendidikan agar memperoleh masukan-masukan bagi program pendidikan agar lebih relevan dengan kebutuhan masyarakat serta memperkaya lingkungan belajar para siswa di sekolah.

B. Jenis Lingkungan Belajar

Dari semua lingkungan masyarakat yang dapat digunakan dalam proses pendidikan dan pengajaran secara umum dapat dikategorikan menjadi tiga macam lingkungan belajar yakni lingkungan sosial, lingkungan alam dan lingkungan buatan.

Lingkungan sosial '

(6)

KB, pertambahan penduduk dari tahun ke tahun dan lain-lain. Dalam studi ini siswa menghubungi ketua RT dan bertanya kepadanya, di samping melihat sendiri keadaan penduduk di RT tersebut. Hasilnya dicatat dan dilaporkan di sekolah untuk dipelajari lebih lanjut. Kegiatan seperti ini ditugaskan kepada siswa dalam bentuk kelompok, agar mereka bekerja bersama-sama. Kelompok siswa lain mungkin ditugaskan untuk mempelajari struktur pemerintahan desa termasuk organisasi sosial yang ada di desa tersebut.

Melalui kegiatan belajar seperti itu, siswa lebih aktif dan lebih produktif sebab ia mengerahkan usahanya untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya dari sumber-sumber yang nyata dan faktual.

Lingkungan Alam

Lingkungan alam berkenaan dengan segala sesuatu yang sifatnya alamiah seperti keadaan geografis, iklim, suhu udara, musim, curah hujan, flora (tumbuhan), fauna (hewan), sumber daya alam (air, hutan, tanah, batu-batuan dan lain-lain). Lingkungan alam tepat digunakan untuk bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam.

Aspek-aspek lingkungan alam di atas dapat dipelajari secara langsung oleh para siswa melalui cara-cara seperti telah dijelaskan sebelumnya. Mengingat sifat-sifat dari gejala alam relatif tetap tidak seperti dalam lingkungan sosial, maka akan lebih mudah dipelajari para siswa. Siswa dapat mengamati dan mencatatnya secara pasti, dapat mengamati perubahan-perubahan yang terjadi termasuk prosesnya dan sebagainya. Gejala lain yang dapat dipelajari adalah ke-rusakan-kerusakan lingkungan alam termasuk faktor penyebabnya seperti erosi, penggundulan hutan, pencemaran air, tanah, udara, dan sebagainya.

(7)

kegiatan belajar seperti mengamati, bertanya kepada orang lain, membuktikan sendiri atau mencobanya. la akan memperoleh sesuatu yang berharga dari kegiatan belajarnya yang mungkin tidak ditemukan dari pengalaman belajar di sekolah sehari-hari.

Lingkungan buatan

Di samping lingkungan sosial dan lingkungan alam yang sifatnya alami, ada juga yang disebut lingkungan buatan yakni lingkungan yang sengaja diciptakan atau dibangun manusia untuk tujuan-tujuan tertentu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Lingkungan buatan antara lain irigasi atau pengairan, bendungan, pertamanan, kebun binatang, perkebunan, penghijauan, dan pembangkit tenaga listrik.

Siswa dapat mempelajari lingkungan buatan dari berbagai aspek seperti prosesnya, pemanfaatannya, fungsinya, pemeliharaannya, daya dukungnya, serta aspek lain yang berkenaan dengan pembangunan dan kepentingan manusia dan masyarakat pada umumnya. Lingkungan buatan dapat dikaitkan dengan kepentingan berbagai bidang studi yang diberikan di sekolah.

Ketiga lingkungan belajar di atas dapat dimanfaatkan sekolah dalam proses belajar - mengajar melalui perencanaan yang saksama oleh para guru bidang studi baik secara sendiri-sendiri maupun bersama. Penggunaan lingkungan belajar dapat dilaksanakan dalam jam pelajaran bidang studi di luar jam pelajaran dalam bentuk penugasan ke-pada siswa atau dalam waktu khusus yang sengaja disiapkan pada akhir semester, atau pertengahan semester. Teknis penggunaan lingkungan belajar hendaknya ditempatkan sebagai media maupun sebagai sumber belajar dalam hubungannya dengan materi bidang studi yang relevan. Dengan demikian lingkungan dapat berfungsi untuk memperkaya materi pengajaran, memperjelas prinsip dan konsep yang dipelajari dalam bidang studi dan bisa dijadikan sebagai laboratorium belajar para siswa.

C. Langkah dan Prosedur Penggunaan

(8)

Tanpa perencanaan yang matang kegiatan belajar siswa bisa tidak terkendali, sehingga tujuan pengajaran tidak tercapai dan siswa tidak melakukan kegiatan belajar yang diharapkan.

Ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam menggunakan lingkungan sebagai media dan sumber belajar, yakni langkah persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.

Langkah persiapan

Ada beberapa prosedur yang harus ditempuh pada langkah persiapan ini, antara lain:

1. Dalam hubungannya dengan pembahasan bidang studi tertentu, guru dan siswa menentukan tujuan belajar yang diharapkan diperoleh para siswa berkaitan dengan penggunaan lingkungan sebagai media dan sumber belajar. Misalnya siswa dapat menjelaskan proses kerja pembangkit listrik tenaga air. Atau siswa dapat menjelaskan struktur pemerintahan tingkat kecamatan. Siswa dapat mengidentifikasi berbagai jenis tumbuhan dan hewan di daerahnya. 2. Tentukan objek yang harus dipelajari dan dikunjungi. Dalam menetapkan

objek kunjungan tersebut hendaknya diperhatikan relevansi dengan tujuan belajar, kemudahan menjangkaunya misalnya cukup dekat dan murah perjalanannya, tidak memerlukan waktu yang lama, tersedianya sumber-sumber belajar, keamanan bagi siswa dalam mempelajarinya serta memungkinkan untuk dikunjungi dan dipelajari para siswa.

3. Menentukan cara belajar siswa pada saat kunjungan dilakukan. Misalnya mencatat apa yang terjadi, mengamati suatu proses, bertanya atau wawancara dengan petugas dan apa yang harus ditanyakannya, melukiskan atau menggambarkan situasi baik berupa peta, sketsa, dan lain-lain, kalau mungkin mencobanya dan kegiatan lain yang dianggap perlu. Di samping itu ada baiknya siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok diberi tugas khusus dalam kegiatan belajarnya.

(9)

belajar dan tujuan yang diharapkan dari kunjungan tersebut. Hal ini penting agar petugas di sana mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan.

5. Persiapan teknis yang diperlukan untuk kegiatan belajar, seperti tata tertib di perjalanan dan di tempat tujuan, perlengkapan belajar yang harus dibawa, menyusun pertanyaan yang akan diajukan, kalau ada kamera untuk mengambil foto, transportasi yang digunakan, biaya, makanan atau perbekalan, perlengkapan P3K.

Persiapan tersebut dibuat guru bersama siswa pada waktu belajar bidang studi yang bersangkutan, atau dalam program akhir semester.

Langkah pelaksanaan

Pada langkah mi adalah melakukan kegiatan belajar di tempat tujuan sesuai dengan rencana yang telah dipersiapkan. Biasanya kegiatan belajar diawali dengan penjelasan petugas mengenai objek yang dikunjungi sesuai dengan permintaan yang telah disampaikan sebelumnya. Dalam penjelasan tersebut, para siswa bisa mengajukan beberapa pertanyaan melalui kelompoknya masing-masing supaya waktunya bisa lebih hemat Catatlah semua informasi yang diperoleh dari penjelasan tersebut Setelah informasi diberikan oleh petugas, para siswa dengan bimbingan petugas melihat dan mengamati objek yang dipelajari. Dalam proses ini petugas memberi penjelasan berkenaan dengan cara kerja atau proses kerja, mekanismenya atau hal lain sesuai dengan objek yang dipelajarinya. Siswa bisa bertanya atau juga mempraktekkan jika dimungkinkan serta mencatatnya. Berikutnya para siswa dalam kelompoknya mendiskusikan hasil-hasil belajarnya, untuk lebih melengkapi dan memahami materi yang dipelajarinya.

Akhir kunjungan dengan ucapan terima kasih kepada petugas dan pimpinan objek tersebut Apabila objek kunjungan suatnya bebas dan tak perlu ada petugas yang mendampinginya, seperti kemah, mempelajari lingkungan sosial, dan lain-lain, para siswa langsung mempelajari objek studi mencatat dan mengamatinya atau mengadakan wawancara dengan siapa saja yang menguasai persoalan.

(10)

Tindak lanjut dari kegiatan belajar butir b) di atas adalah kegiatan belajar di kelas untuk membahas dan mendiskusikan hasil belajar dari lingkungan. Setiap kelompok diminta melaporkan hasil-hasilnya untuk dibahas bersama.

Guru dapat meminta kesan-kesan yang diperoleh siswa dari kegiatan belajar tersebut, di samping menyimpulkan materi yang diperoleh dan dihubungkan dengan bahan pengajaran bidang studinya. Di lain pihak guru juga memberikan penilaian terhadap kegiatan belajar siswa dan hasil-hasil yang dicapainya. Tugas lanjutan dari kegiatan belajar tersebut dapat diberikan sebagai pekerjaan rumah, misalnya menyusun laporan yang lebih lengkap, membuat pertanyaan-pertanyaan berkenaan dengan hasil kunjungan, atau membuat karangan berkenaan dengan kesan-kesan yang diperoleh siswa dari kegiatan belajarnya.

Memperhatikan uraian di atas dapat disimpulkan penggunaan lingkungan sebagai media dan sumber belajar banyak manfaatnya baik dari segi motivasi belajar, aktivitas belajar siswa, kekayaan informasi yang diperoleh siswa, hubungan sosial siswa, pengenalan lingkungan, serta sikap dan apresiasi para siswa terhadap kondisi sosial yang ada di sekitarnya.

(11)

Rangkuman

Lingkungan sebagai media dan sumber belajar para siswa dapat dioptimalkan dalam proses pengajaran untuk memperkaya bahan dan kegiatan belajar siswa di sekolah. Prosedur belajar untuk memanfaatkan lingkungan sebagai media dan sumber belajar ditempuh melalui beberapa cara antara lain survey, berkemah, karyawisata pendidikan, praktek lapangan, pelayanan pada masyarakat, manusia sumber. Ada tiga macam lingkungan belajar yakni lingkungan sosial, lingkungan alam, dan lingkungan buatan.

Agar penggunaan lingkungan sebagai media dan sumber belajar berhasil baik hendaknya dipersiapkan secara seksama melalui tiga tahapan kegiatan yakni tahap persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut. Dalam setiap tahapan di atas hendaknya dilibatkan guru dan siswa sehingga semua kegiatan belajar dan pemanfaatan lingkungan belajar menjadi tanggung jawab para siswa itu sendiri.

Latihan :

1. Berikan contoh bahwa lingkungan adalah merupakan salah satu media pembelajaran!

2. Keuntungan apa yang dapat diperoleh dari kegiatan mempelajari lingkungan dalam proses belajar ?

3. Mengapa lingkungan harus dioptimalkan sebagai media pembelajaran dan dapat dijadikan sebagai sumber belajar siswa !

(12)

BAB 5

PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN

Setelah menyelesaikan kajian bab ini, pembaca diharapkan dapat memahami tentang media pembelajaran suatu kebutuhan, perumusan tujuan pengajaran, mengembangkan bahan ajar, visualisasi pesan pengajaran serta pembuatan media pembelajaran.

A. Media Pembelajaran Suatu Kebutuhan

Kebutuhan belajar siswa adalah kesenjangan antara kemampuan dan keterampilan yang dimiliki siswa saat ini dengan kemampuan dan keterampilan yang kita harapkan akan dimiliki siswa. Misalnya kalau yang kita inginkan adalah siswa dapat membaca dan menulis, sedang saat ini siswa baru dapat menulis saja maka kebutuhan adalah belajar membaca. Apa yang kita inginkan dapat dimiliki siswa dapat kita lihat dalam kurikulum. Materi kurikulum itu oleh guru biasanya dijabarkan ke dalam satuan-satuan pelajaran. Pada setiap akhir caturwulan siswa dituntut menguasai suatu hasil belajar tertentu. Sedangkan pada awal caturwulan. pada umumnya siswa belum menguasai apa yang dituntut padanya. Kesenjangan kemampuan itulah yang menjadi kebutuhan belajar siswa pada caturwulan tersebut. Kebutuhan belajar ini harus digunakan oleh guru sebagai rujukan dalam menyusun materi pelajaran yang perlu diberikan ke pada siswa. Sebab itu jika kita akan membuat media pengajaran, program media itu juga harus disesuaikan dengan kebutuhan belajar siswa itu.

Jadi kalau Anda akan membuat media pengajaran, harus jelas dalam pikiran Anda siapa siswa Anda, bagaimana karakteristiknya dan apa kebutuhan belajarnya.

B. Perumusan Tujuan Pengajaran

(13)

Supaya kita dapat mengajar secara efektif dan efisien kita harus dapat merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus untuk setiap topik dan pokok bahasan itu. Tujuan ini hanya mencerminkan kemampuan dan keterampilan yang harus dimiliki siswa berkaitan dengan topik atau pokok bahasan itu.

Tujuan pengajaran itu sangat penting karena dapat menjadi tolok ukur berhasil tidaknya pengajaran kita. Kalau tujuan tercapai, itu berarti bahwa siswa memiliki kemampuan, keterampilan, atau pengetahuan yang berkaitan dengan topik-topik atau pokok bahasan yang bersangkutan. Bila siswa telah menguasai topik atau pokok bahasan itu, dapatlah diartikan bahwa kebutuhan belajarnya telah terpenuhi.

Tujuan pengajaran itu perlu dirumuskan dengan mengikuti beberapa ketentuan sebagai berikut:

1. Tujuan itu berupa kalimat penyataan yang menyatakan kemampuan atau keterampilan yang diharapkan dimiliki siswa setelah mengikuti kegiatan pengajaran tertentu. Tujuan itu menyatakan dengan jelas perilaku yang diharapkan dapat dilakukan siswa.

2. Tujuan itu harus jelas subjeknya atau pokok kalimatnya, yang menjadi subjek atau pokok kalimat itu adalah siswa atau sasaran didik. Seyogianya subjek itu jelas dan spesifik.

Contoh:

1. Siswa dapat menghitung satu sampai dua puluh. 2. Siswa TK dapat menghitung satu sampai dua puluh.

Kedua rumusan di atas telah dirumuskan dengan betul. Tetapi tujuan pada contoh kedua lebih jelas dan lebih baik, karena subjeknya lebih spesifik. 3. Tujuan harus mengandung kata kerja yang mencerminkan perilaku yang

(14)

4. Tujuan yang lengkap menyebutkan juga tingkat keberhasilan yang harus dicapai siswa.

Contoh:

Siswa SD kelas I dapat menghitung satu sampai empat puluh tanpa kesalahan.

Tanpa kesalahan, dalam tujuan di atas menunjukkan tingkat keberhasilan yang diharapkan.

5. Tujuan yang lengkap menyebutkan juga kondisi yang harus dipenuhi saat hasil belajarnya , dievaluasi.

Contoh :

Siswa SD kelas I dapat menjumlahkan angka sampai sepuluh tanpa bantuan jari atau lidi atau benda lainnya.

Tanpa bantuan jari, atau lidi atau benda lainnya, dalam tujuan di atas adalah kondisi yang harus dipenuhi.

Karena media pengajaran itu digunakan untuk membantu siswa belajar, waktu kita membuat media pengajaran kita juga harus menentukan tujuan yang ingin dicapai. Kita harus telah mempunyai gambaran yang jelas mengenai kemampuan apakah yang diharapkan akan dimiliki siswa setelah belajar dengan menggunakan media itu.

C. Pengembangan Bahan Ajar

Setelah tujuan pengajaran dirumuskan, langkah berikutnya ialah memikirkan bagaimanakah carinya agar tujuan itu dapat dicapai atau bagaimanakah caranya supaya siswa memiliki kemampuan atau dapat melakukan keterampilan yang diharapkan.

(15)

Kalau kita kembali pada pertanyaan: Bagaimanakah caranya supaya tujuan dapat tercapai, maka jawabannya yang dapat diberikan ialah:

1. Tujuan pengajaran itu harus diurai menjadi kemampuan-kemampuan yang lebih sempit. Dalam merinci kemampuan-kemampuan itu kita selalu bertanya: Kemampuan-kemampuan apakah yang harus dimiliki siswa sebelum mereka dapat mencapai tujuan? Setelah itu setiap kemampuan yang lebih sempit (kalau dapat) diurai lagi menjadi kemampuan-kemampuan yang lebih sempit lagi. Kalau hal tersebut dilakukan dengan cermat kita tentu akan memperoleh materi pelajaran yang rinci yang berbentuk kemampuan-kemampuan yang dapat mendukung tercapainya tujuan. Kalau semua kemampuan yang lebih sempit itu dapat dikuasai siswa, tujuan pengajaran tentu dapat tercapai.

2. Rincian kemampuan itu harus di informasikan kepada siswa.

3. Perlu diusahakan supaya siswa memahami atau menguasai kemampuan-kemampuan itu.

4. Perlu diusahakan supaya siswa dapat mempraktekkan atau menerapkan kemampuan itu.

Peranan media dalam proses belajar di atas ialah sebagai penyalur informasi. Media yang dikembangkan dengan baik diharapkan juga dapat membantu siswa dalam memahami dan menggunakan informasi itu.

Kalau Anda membuat media pengajaran yang independen seperti film, video, atau film bingkai, semua kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu dapat diinformasikan melalui media itu. Tetapi kalau Anda membuat media dependen yang akan digunakan guru sebaiknya alat bantu mengajar, Anda dapat memilih materi tertentu saja yang dimediakan. Tentu saja materi yang dipilih ialah materi yang dapat disajikan lebih baik melalui media daripada hanya melalui penjelasan lisan dari guru.

D. Visualisasi Pesan Pengajaran

(16)

Guru tersebut sedang menyampaikan pesan pengajaran atau pengalaman belajar dengan kata-kata. Ternyata pengalaman serupa ini sukar dimengerti siswa dan cenderung membuat isi pelajaran kurang menarik dan mudah dilupakan.

Sebagai contoh, kalau siswa mendengar atau membaca bahwa ciri-ciri benda hidup antara lain makan, minum, bernapas, tumbuh dan berkembang biak, mungkin kata-kata itu tidak berarti apa-apa, kecuali ia pernah mengalaminya. Apa yang dilakukan dan dialaminya itu merupakan pengalaman langsung. Tidak seperti pengalaman dengan kata-kata. Ternyata untuk siswa SD pengalaman nyata lebih mudah dimengerti. Hal ini terjadi karena pengalaman langsung itu mengikutsertakan semua indera dan akal. Namun demikian penyampaian pesan pengajaran melalui pengalaman langsung ini banyak keterbatasannya. Artinya siswa harus tetap belajar walau tanpa mengalami sendiri. Oleh karena itu diperlukan pengganti pengalaman nyata tersebut (pelajari kembali kerucut pengalaman Edgar Dale). Tentunya timbul pertanyaan, bagaimana caranya? Salah satu di antaranya adalah dengan memvisualisasikan pesan pengajaran.

Visualisasi pada dasarnya merupakan upaya penyampaian pesan pengajaran melalui pengalaman melihat. Upaya ini didasarkan pada prinsip-prinsip psikologis bahwa seseorang akan memperoleh pengertian yang lebih baik dari sesuatu yang dilihatnya daripada sesuatu yang didengarnya. Namun demikian perlu disadari bahwa tidak ada bentuk visual dari pesan pengajaran yang sepenuhnya nyata. Hal ini disebabkan adanya tingkat realisme isi pesan yang akan disampaikan. Memang pengajaran akan lebih efektif apabila materi pengajarannya dan pesan pengajarannya yang akan disampaikan dapat divisualisasikan serealitis mungkin. Namun demikian tidaklah berarti bahwa dalam membuat media, benda atau objek itu harus digambarkan persis seperti keadaan sebenarnya.

(17)

Gambar. Visualisasi Ciri-ciri Benda Hidup

Dalam memvisualisasikan pesan Anda perlu memperhatikan dua hal yaitu: (1) tingkat perkembangan dan (2) latar belakang budaya siswanya. Untuk siswa SD visualisasi pesan seyogianya tidak disampaikan secara keseluruhan tetapi tidak lebih tepat bila divisualisasikan bagian demi bagian. Hal di alas sesuai dengan tingkat perkembangan siswa SD. Penyesuaian itu penting sebab jiwa seseorang mempengaruhi keterbacaan visualnya. Penerimaan siswa terhadap pesan-pesan visual juga mempengaruhi latar belakang budayanya. Siswa yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda akan menyimak pesan-pesan visual secara berbeda pula. Karena itu pesan visual yang disajikan untuk siswa SD di kota besar seyogianya berbeda dari yang disajikan untuk siswa SD di pedesaan. Sebab itu pesan visual perlu disesuaikan dengan latar belakang budaya, pengalaman belajar sebelumnya, atau pengetahuan awal siswa yang menjadi sasaran program media yang dibuat.

E. Pembuatan Media Pengajaran

(18)

cara-cara pembuatan media gambar sederhana, diagram, peta timbul, poster, papan flanel, papan magnet, papan buletin, mock up, diorama serta transparansi.

1. Pembuatan gambar sederhana

Bahan yang diperlukan: a. kertas manila b. penggaris c. jangka d. pensil e. spidol f. penghapus

Gambar: Visualisasi Pesan dengan Gambar Sederhana

Cara membuatnya:

Kalau bahan-bahan yang diperlukan sudah tersedia, pekerjaan selanjutnya adalah:

a. Membuat sketsa lebih dahulu dengan pensil (penggaris, jangka, penghapus) di atas kertas yang telah tersedia.

b. Jika sketsa sudah baik, tebalkan garis-garisnya dengan spidol.

c. Simpanlah hasilnya dengan baik dan gunakan pada saat yang diperlukan.

2. Pembuatan Diagram Bel Listrik:Bahan yang diperlukan:

(19)

c. penggaris d. jangka

e. spidol .

f. simbol-simbol dan informasi cara kerja bel listrik, dan g. gunting

Gambar: Diagram Bel Listrik

Cara membuatnya:

Jika bahan-bahan yang diperlukan sudah tersedia, pekerjaan selanjutnya adalah:

a. gunting kertas sesuai dengan ukuran yang diperlukan b. buatlah sketsa lebih dahulu dengan pensil

c. perhatikan apakah penggunaan simbol-simbolnya sudah tepat d. Jika sketsa sudah baik, tebalkan garis-garis dengan spidol

e. Simpanlah hasilnya dengan baik dan gunakan pada saat yang tepat

3. Pembuatan Peta Timbul

Bahan yang diperlukan: a. kertas bekas

b. tanah liat c. perekat kanji d. cat berwarna e. tripleks

(20)

Gambar: Peta Timbul

Cara membuatnya:

Jika bahan-bahan yang diperlukan sudah tersedia, pekerjaan selanjutnya adalah: a. membuat bentuk peta yang menggambarkan gunung dan lembah beserta

kelengkapannya dari tanah liat dan barang bekas di atas papan atau tripleks, lalu keringkan.

b. setelah kering, semua permukaan bentuk tanah liat itu dibasahi dengan air sabun.

c. menempelkan kertas bekas yang telah dirobek-robek (2x10 cm) dengan perekat kanji menutupi semua permukaan tanah liat itu (± 10 lapis) ada baiknya bila tempelan kertas itu dilebihkan sedikit melewati kaki bentuk tanah liat itu supaya nantinya dapat ditempelkan pada alas yang permanen.

d. menempelkan kertas layang-layang pada sebuah permukaan yang telah dilapisi dengan kertas bekas.

e. keringkan.

f. setelah kering, lapisan kertas dilepas dari acuan tanah liat dan kakinya direkatkan pada alas tripleks yang telah disiapkan.

g. lapisan kertas yang sudah berbentuk dan tertempel pada alas tripleks itu kemudian diberi warna yang sesuai.

4. Pembuatan Poster dengan Cetak Soring (Stensil atau Sablon)

(21)

a. saringan monil

b. bingkai (ukurannya harus lebih besar dari ukuran gambar yang dihasilkan) c. papan landasan

d. pelumar

e. kertas pembatas f. pisau penyayat g. rak pengering h. kertas transparan.

Gambar: Cetak Saring

Gambar: Poster

(22)

Pembuatan poster dengan cetak saring dilakukan melalui dua tahap, yaitu (1) membuat sablon, dan (2) mencetak.

1) Membuat sablon

Membuat sablon bisa dilakukan dengan banyak cara.

Sedang cara yang paling mudah dan paling murah adalah membuat sablon dengan kertas sebagai bahan penutup monil. Kertas yang digunakan harus tipis dan tidak menyerap. Bahan penutup tidak boleh larut bila terkena bahan warna yang digunakan untuk mencetak. Misalnya kalau kita membuat sablon dengan bahan penutup kertas, gunakan cat dengan pelarut bukan air. Sebaliknya kalau bahan penutupnya monil tahan air, kita dapat menggunakan bahan warna dengan pelarut air.

Cara membuatnya:

a. siapkan gambar utama yang diperlukan;

b. letakkan gambar itu di atas papan landasan pada tempat yang telah dibatasi dengan kertas pembatas;

c. letakkanlah kertas transparan di atas gambar yang telah disiapkan sebelumnya, kemudian rekatkan keempat sudutnya dengan -ita perekat ke papan landasan; d. tandailah kertas transparan yang digunakan dengan pensil tepat pada

bagian-bagian yang akan disayat;

e. sayatlah dengan pisau penyayat bagian-bagian yang harus meluluskan bahan warna, sesudah itu tanggalkan;

f. lepaskanlah pita perekat yang merekatkan pita transparan dengan hati-hati. Jaga supaya kedudukan pita tersebut tidak bergeser dari tempat semula. Caranya dengan melepas pita perekat yang menempel pada satu sudut kertas transparan lebih dahulu. Sesudah itu mengangkat ujung kertas itu.

Pasanglah pita perekat lagi antara kertas transparan dengan gambar utama. Bagian yang mengandung perekat menghadap ke atas. Dengan cara yang sama lakukan pula pada ketiga ujung yang lain;

(23)

h. sediakan cat yang sedikit kental untuk menempelkan kertas transparan ke monil;

i. angkat bingkai dan ganti kertas gambar dengan selembar kertas yang akan dicetak;

j. sapukan cat pada permukaan monil dengan pelumar; k. selanjutnya monil siap digunakan untuk mencetak.

Cara pembuatan di atas memerlukan ketelitian dan kerajinan, terutama dalam menempelkan kertas transparan kc monil. Saat ini ada cara yang lebih praktis yaitu dengan menggunakan sticker.

Ada dua macam tlicker yang tersedia di toko sablon, yaitu sticker kertas dan sticker vinyl. Dengan menggunakan sticker sebagai pengganti kertas transparan, cara mengerjakannya menjadi lebih mudah. Ini disebabkan kertas khusus dan vinyl yang harus ditempelkan pada monil punggungnya mengandung perekat sehingga lebih mudah menempelkannya ke monil. Dalam perkembangan berikutnya, di samping dengan menggunakan kertas atau sticker, pembuatan sablon dapat juga dilakukan dengan beberapa cara lain yaitu (1) campuran diasol dan kalium bikhromat, (2) transfer film, (3) lem cair dan lacquer, (4) tushe dan lem cair, serta (5) lem cair.

2) Mencetak

Jika sablon sudah dibuat, maka langkah berikutnya adalah mencetak. Sebelum mencetak perlu diperhatikan hal-hal berikut: (1) apakah semua peralatan yang diperlukan sudah tersedia, (2) siapkan cat yang diperlukan, (3) tentukan letak yang tepat bagi kertas-kertas yang akan dicetak, dengan meletakkan kertas-kertas pembatas pada sisi bawah dan sisi kiri, (4) jagalah ketepatan keenceran cat.

Hal ini dapat dilihat dari hasil cetakannya. Kalau sekali sapuan pelumar dapat menghasilkan cetakan yang baik dan kertas tidak melekat pada monil keenceran cat itu sudah baik, (5) jagalah supaya tidak ada cat yang merembes pada bagian monil yang seharusnya tertutup. Bila hal-hal di atas sudah benar-benar disiapkan dengan baik, maka kegiatan mencetak bisa dimulai.

(24)

poster dengan satu warna. Kalau dikehendaki lebih dari satu warna, maka harus disiapkan sablon sebanyak warna itu pula. Sablon pertama untuk warna pertama, sablon kedua untuk warna kedua dan seterusnya. Kalau sudah tersedia sablon yang diperlukan, yang penting adalah menjaga agar tiap sablon dapat ditempatkan di tempat yang sama seperti sablon yang terdahulu. Hanya perlu diingat bahwa sebelum menyapu warna berikutnya, warna terdahulu harus kering betul lebih dahulu.

5. Pembuatan Papan Flanel

Bahan yang diperlukan: a. tripleks

b. laken, flanel c. paku

d. gunting / pemotong e. alat penyerut f. kertas gosok

Gambar: Papan Flanel

Cara membuatnya:

Jika bahan yang diperlukan sudah tersedia, maka pekerjaan selanjutnya adalah:

a. memotong tripleks sesuai dengan ukuran yang dikehendaki

(25)

c. memberi bingkai pada bagian pinggir tripleks itu agar penampilan menjadi kuat menarik.

d. membuat dudukan atau gantungan papan sehingga akan memudahkan dalam penggunaannya.

6. Pengembangan OHT dan OHP

Dalam mengembangkan media ini pada dasarnya kita melakukan kegiatan perancangan dan pembuatan.

Dalam merancang media OHT perlu diperhatikan beberapa prinsip yaitu:

a. Kesederhanaan

Konsep materi yang disajikan harus sederhana, jelas, mudah dibaca dan mudah dipahami.

b. Kekompakan

Bagian-bagian yang divisualisasikan harus menunjukkan kekompakan dan kesatuan fungsi.

c. Keseimbangan

Rancangan media harus memperhatikan prinsip-prinsip keseimbangan sehingga pesan yang disajikan memiliki kesan dinamis atau statis tergantung dari keseimbangan mana yang dianut.

d. Penekanan

Identifikasi pesan-pesan pengajaran tertentu yang perlu mendapat tekanan atau penonjolan. Penekanan atau penonjolan dapat dilakukan dengan memperbesar, memperjelas, mewarnai atau dengan cara lainnya.

(26)
(27)

a. Proses Langsung

Pada proses langsung ini, kita dapat menggunakan alat, antara lain (1) feltpen dan (2) letter press. Ada dua macam feltpen untuk transparansi, yaitu yang mudah dihapus dan bersifat permanen. Bahan-bahan yang diperlukan antara lain: a. pena (spidol)

b. film OHT (transparan) c. alkohol

d. kapas e. pena rotring f. tinta

g. penggaris h. gunting / pemotong

i. masking tape

j. letter press k. mounting frame (bingkai)

l. kertas milimeter m. jangka

n. penggosok

b. Proses Tidak Langsung

Proses tidak langsung ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (1) menggunakan proses diazo dan (2) menggunakan thermofax.

Proses diazo adalah proses yang menggunakan uap amonia. Master yang akan dikopi dipindahkan ke transparansi. Proses diazo ini menggunakan penyinaran dengan sinar ultra violet. Kemudian transparansi dimasukkan ke dalam tabung yang dialiri uap amonia. Kelebihan proses ini adalah dapat menghasilkan gambar yang tahan lama dan dengan warna yang cemerlang.

(28)

a. Pensil b. Penggaris c. Jangka d. pena rotring e. penghapus f. tinta gambar

g. gunting / pemotong h. transparansi

i. thermofax j. bingkai k. kertas

l. mesin fotokopi

7. Pembuatan Papan Magnetik

Bahan yang diperlukan pada proses ini: a. tripleks (warna sesuai yang dikehendaki) b. pelat besi

c. mesin bor d. alat penyerut e. kertas gosok f. paku

g. palu h. obeng

i. alat pemotong j. cat

k. kikir

(29)

Gambar: Papan Magnetik Cara membuatnya:

Jika bahan-bahan yang diperlukan sudah tersedia, pekerjaan selanjutnya adalah: a. memotong pelat besi dan tripleks sesuai dengan ukuran yang dikehendaki

(ukuran standar papan tulis).

b. meratakan permukaan tripleks dan pelat besi dengan menggunakan alat penyerut, kikir dan kertas gosok.

c. melubangi bagian-bagian tertentu dari pelat besi (tempat paku) dengan menggunakan mesin bor.

d. melapiskan tripleks dan pelat besi menjadi satu kesatuan dengan menggunakan paku dan sekrup.

e. memberi bingkai aluminium pada semua sisi papan magnet. f. mengecat permukaan pelat besi.

8. Pembuatan Diorama

Bahan bahan yang diperlukan: a. Kertas

b. karet busa c. gunting d. kawat

e. kertas layang-layang f. karbon

g. lumut-lumutan h. cat.

(30)

k. kain bekas l. sisir m. kanji

Gambar: diorama

Cara membuatnya:

Jika bahan-bahan yang diperlukan sudah tersedia, pekerjaan selanjutnya adalah:

a. membuat sketsa yang dibuat dan gambar perspektif rencana diorama disampaikan sesuai dengan pesan pengajaran yang akan dibuat;

b. menyimpan tempat diorama. Tempat diorama ini dapat berupa kotak karton (misalnya bekas tempat sepatu), kolak kayu, meja, lantai dan sebagainya sesuai dengan ukuran diorama yang dikehendaki;

c. mengerjakan bagian-bagian diorama secara rinci sesuai dengan yang direncanakan dalam gambar sketsa. Misalnya membuat pohon-pohonan dari kawat yang dibalut dengan kertas berwarna, membuat hutan dan semak-semak dari busa hijau, membuat rumah-rumahan dari karton. membuat orang-orangan dari tanah liat atau lilin, dan seterusnya ;

(31)

Rangkuman

Seorang guru selalu menginginkan agar pesan pengajaran itu dapat diterima siswa iya dengan efektif dan efisien. Untuk itu diperlukan media pengajaran. Dalam kenyataannya di sekolah guru sering kali belum dapat memilih media yang sesuai. Kesulitan memilih media ini semata-mata bukan disebabkan oleh ketidakmampuan guru dalam memilih, tetapi mungkin juga karena media yang sesuai atau diperlukan memang tidak tersedia.

Dalam kondisi demikian guru tersebut diharapkan dapat merancang, mengembangkan dan membuat sendiri media yang diperlukan (terutama untuk media sederhana).

Latihan : (Bab V)

1. a. Buatlah suatu media gambar sederhana yang mengacu pada bahwa pembuatan media pengajaran hendaknya selalu berorientasi pada tujuan pengajaran khusus, materi pengajaran dan telaah karakteristik sasaran program media !

b. Tentukan topik pelajaran yang sesuai dengan pembuatan media gambar sederhana tersebut !

(32)

BAB 6

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN

Setelah menyelesaikan kajian bab ini, pembaca diharapkan dapat memahami tentang penggunaan media pembelajaran pola dan prosedur.

A. Pola Penggunaan Media Pembelajaran

Di bab sebelumnya telah diuraikan bagaimana memilih media secara sistematis. Dengan cara demikian prosedur belajar - mengajar diharapkan dapat berjalan efektif dan efisien.

Namun betapapun canggihnya media yang dipilin. bila tidak digunakan dengan baik tentunya tidak banyak gunanya. Agar media pengajaran itu efektif, maka penggunaan media harus direncanakan dan dirancang secara sistematik. Masalahnya, ada beberapa pola penggunaan media pengajaran yaitu pola penggunaan media untuk tatanan (1) di dalam kelas. dan (2) di luar kelas.

Gambar: Bagan Pola Penggunaan Media

(33)

Contoh:

Misalnya seorang guru telah memiliki OHT dan OHP sebagai media pengajaran dalam satu satuan mata pelajaran yang direncanakan. Selanjutnya guru itu harus merencanakan langkah-langkah penggunaannya. Ada beberapa hal yang perlu dipikirkannya.

a. Apakah media transparansi yang diperlukan telah tersedia. Kalau sudah perlu diteliti apakah isinya sesuai untuk menunjang tercapainya tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Selanjutnya perlu juga diteliti apakah isinya sesuai dengan pokok-pokok materi yang akan diajarkan? Apakah isinya dapat membantu siswa memahami konsep-konsep yang akan dipelajari?

Kalau media transparansi itu belum tersedia, perlu dipikirkan bagaimana cara mengadakannya. Kalau transparansi itu harus dibuat sendiri, ada beberapa hal yang harus dilakukan guru. Pertama guru perlu mengidentifikasi pokok-pokok isi pelajaran yang akan dituangkan dalam transparansi itu. Sebaiknya pokok-pokok isi ini dapat dirakit dalam bagan sederhana, gambar-gambar, atau kata-kata yang dapat membantu siswa memahami konsep-konsep yang diajarkan. Kedua guru perlu menuangkan bagan, gambar. atau kata-kata kunci tadi ke dalam transparansi. Untuk menggambari atau menulisi transparansi itu. guru harus menggunakan pen khusus. Penggambaran dan penulisannya harus dirancang dengan baik supaya, setelah diproyeksikan nanti gambar atau tulisannya (a) dapat dilihat atau dibaca dengan jelas, (b) mudah dipahami maknanya, dan (c) memenuhi syarat-syarat keindahan. Perlu juga diingat bahwa dalam setiap lembar transparansi, pesan yang disajikan sebaiknya tidak terlalu banyak. Ketiga setelah semua pokok-pokok materi dituangkan dalam transparansi, guru perlu menyusun transparansi tersebut dalam urutan sajian yang logis dan teratur.

(34)

memproyeksi kunci-kunci persoalan di layar. Pemecahan persoalan itu atau langkah pemecahannya didiskusikan oleh siswa atau oleh siswa dan guru. Kedua transparansi itu menjadi alat atau penuntun waktu guru memberikan penjelasan. Kalau teknik ini yang digunakan. guru akan menayangkan transparansi itu selembar demi selembar. Biasanya guru tidak akan memperlihatkan isi transparansi itu sekaligus. Melainkan dibuka sedikit demi sedikit. Biasanya dimulai dari bagian paling atas. Misalnya saja, dalam satu lembar transparansi itu terdapat lima buah kata kunci. Mula-mula hanya kata pertama yang diperlihatkan kata-kata yang lain ditutup dengan kertas. Setelah kata pertama selesai dibicarakan, tutup digeser ke bawah, sehingga yang tampak sekarang kata pertama dan kedua. Setelah kata kedua selesai dibicarakan, tutup digeser ke bawah lagi. Demikian dan seterusnya. Maksud dari cara ini ialah untuk menjaga supaya perhatian siswa tertuju pada masalah yang sedang dibicarakan itu. Tidak diganggu oleh kata-kata yang belum dibicarakan.

c. Sebelum pelajaran dimulai, bahkan sebelum bel berbunyi, guru harus mencek apakah Overhead Proyektornya bekerja dengan baik? Apakah ruangan yang akan dipakai ada aliran listriknya? Apakah kabel cukup panjang untuk mencapai stop kontak yang ada? Di manakah layar akan dipasang?

Semua hal tersebut perlu dipikirkan supaya pelaksanaan pengajaran tidak terganggu oleh tidak berfungsinya alat yang digunakan.

Contoh:

Misalnya seorang guru akan mengajarkan mata pelajaran biologi. Topiknya adalah jenis dan ciri-ciri binatang buas. Guru ini setelah mengadakan analisis yang mendalam memilih film atau rekaman video sebagai media pengajaran yang akan digunakan. Ada beberapa hal yang perlu dipikirkan guru tersebut sebelum mengajar.

(35)

sekolah-sekolah. Di sekolah-sekolah telah tersedia katalog film dan video lengkap dengan penjelasan mengenai topik, judul, sinopsis dan masa putarnya. Di Indonesia belum ada pusat media seperti itu. Namun mungkin dapat dicoba untuk meminjamkannya ke Pustekkom, PPFN, TVRI, Pusat Kateketik di Yogyakarta atau tempat-tempat lain yang mungkin dapat meminjamkan film yang bersifat pendidikan. Atau merekam dari siaran Televisi Pendidikan Indonesia.

Misalkan saja guru di atas telah berhasil mendapatkan film atau video itu. Langkah pertama yang perlu ia lakukan ialah melihat film atau video itu selengkapnya. Selama melihat film atau video itu ada beberapa hal yang perlu dipikirkan. Apakah isi film/video itu dapat menunjang? Apakah mutu filmnya cukup baik? Apakah isinya tak bertentangan dengan latar belakang kebudayaan siswa? Jika jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu positif film/video tersebut dapat digunakan.

b. Bagaimanakah film/video itu akan digunakan?

(36)

Kegiatan seperti ini dapat dilakukan bila sekolah memiliki perpustakaan yang dilengkapi dengan proyektor film dan pemutar video. Siswa dapat melihat film/video tersebut dengan bantuan petugas perpustakaan.

Setelah siswa melihat film/video itu, pada pertemuan berikutnya guru dan siswa membicarakan isi pelajaran bersangkutan secara lebih rinci dan lebih hidup. Dalam kesempatan ini siswa diharapkan dapat berperan serta secara aktif dalam berdiskusi.

c. Sebelum waktu mengajarnya tiba, guru perlu mencek apakah di kelas yang akan akan digunakan ada aliran listriknya? Apakah aliran listriknya cukup? Apakah proyektor filmnya berfungsi dengan baik? Apakah ruangan dapat digelapkan?

Hal-hal tersebut di atas perlu diteliti supaya pelajaran tak terganggu oleh tidak berfungsinya peralatan medianya.

2. Penggunaan media pengajaran dengan pola penggunaan di luar kelas, dapat Anda temui pada beberapa contoh di bawah ini:

Contoh:

Seperti Anda ketahui bahwa senam kesegaran jasmani (SKJ) telah memasyarakat di Indonesia. Tidak hanya di sekolah bahkan pada kelompok ibu-ibu PKK-pun SKJ ini juga sudah memasyarakat. Sebagai pengiringnya sudah beredar pita audio (kaset) SK. Perorangan atau kelompok yang membutuhkan kaset tersebut dapat membeli dan menggunakannya secara bebas. Pemakaiannya dapat menggunakan kapan saja, tergantung tujuan yang hendak dicapai si pemakai.

Contoh:

Pada tanggal 16 Februari 1977 telah diresmikan program penalaran guru-guru sekolah dasar melalui siaran Radio Pendidikan Kegiatan ini diselenggarakan oleh Proyek Pembinaan Teknologi Komunikasi Pendidikan Dasar (TKPD).

(37)

calon guru SD. (2) memperluas kesempatan memperoleh pendidikan. (3) memperkaya sumber belajar, (4) melaksanakan berbagai penerangan pendidikan dan (5) membantu terciptanya prinsip belajar seumur hidup dan masyarakat geinar belajar.

Sasarannya adalah guru-guru dan calon guru SD yang berada di daerah terpencil dan sulit komunikasinya. Program siaran radio ini meliputi mata pelajaran PMP, Bahasa Indonesia, IPA, Matematika, IPS, Kesenian, PSPB. Agama Islam dan Pendidikan Umum.

Program diproduksi di Balai Produksi Media Radio (BPMR) di Semarang dan BPMR Yogyakarta. Program siaran radio ini dilengkapi pula dengan bahan informasi tercetak (yang sebut bahan penyerta siaran) dan buku pedoman pemanfaatan, sebagai pedoman bagi anggota kelompok belajar bagaimana mengikuti siaran dengan baik. Penyiaran program dilakukan oleh 23 pemancar RRI, 17 Radio Pemancar Pemerintah Daerah dan 4 stasiun pemancar radio Swasta Niaga. Setiap program disiarkan dua kali sehari masing-masing selama 20 menit menurut jadwal yang telah ditetapkan.

Dalam pelaksanaannya peserta siaran didaftar dan cara belajarnya diatur dalam kelompok belajar yang terdiri dari 6-7 orang guru dan dipimpin oleh seorang ketua kelompok. Sebelum mendengarkan siaran, peserta siaran diharapkan telah membaca bahan penyerta siaran, dengan demikian pada saat mendengarkan siaran. mereka telah mengetahui tentang tujuan yang hendak dicapai. materi siaran dan bahan-bahan yang diperlukan.

(38)

B. Prosedur Penggunaan Media Pengajaran

Telah diuraikan sebelumnya bahwa media pengajaran seharusnya dipilih secara sistematik, agar dapat digunakan secara efektif dan efisien. Ada tiga langkah pokok dalam prosedur penggunaan media pengajaran yang perlu diikuti.

Yaitu (1) persiapan, (2) pelaksanaan (penyajian, penerimaan), dan (3) tindak lanjut.

1. Persiapan

Langkah ini dilakukan sebelum menggunakan media. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar penggunaan media dapat dipersiapkan dengan baik. yaitu: (1) pelajari buku petunjuk atau bahan penyerta siaran yang lelah disediakan. kemudian diikuti petunjuk di dalamnya, (2) siapkan peralatan yang diperlukan untuk menggunakan media yang dimaksud, (3) tetapkan apakah media tersebut digunakan secara individual ataukah kelompok? Yakinkan bahwa semua peserta sudah mengerti tujuan yang hendak dicapai, (4) atur tatanannya, agar peserta dapat melihat, mendengar pesan-pesan pengajarannya dengan baik.

2. Pelaksanaan (penyajian)

Satu hal yang perlu diperhatikan selama menggunakan media pengajaran yaitu hindari kejadian-kejadian yang dapat mengganggu ketenangan, perhatian, dan konsentrasi peserta.

3. Tidak Lanjut

Kegiatan ini bertujuan untuk memantapkan pemahaman peserta terhadap pokok-pokok materi atau pesan pengajaran yang hendak disampaikan melalui media tersebut. Selanjutnya pada beberapa media yang dilengkapi dengan alat evaluasi, maka langkah ini dimaksudkan pula untuk melihai tercapai atau tidaknya tujuan yang ditetapkan. Kegiatan tindak lanjut ini umumnya ditandai dengan kegiatan diskusi, tes, percobaan, observasi, latihan, remediasi dan pengayaan.

Contoli:

Prosedur Penggunaan Siaran Radio

(39)

Sebelum mendengarkan program siaran radio, terlebih dahulu hams dipersiapkan hal-hal sebagai berikut:

a. Sebelum siaran dilaksanakan guru perlu mempersiapkan diri dengan mengumpulkan informasi dari sumber (buku petunjuk siaran), buku teks, buletin, jadwal siaran dan sebagainya) yang akan digunakan untuk mempersiapkan siswa supaya mereka dapat mengikuti siaran dengan baik. b. Menugaskan siswa untuk mempelajari berbagai sumber di atas yang ada

hubungannya dengan topik program yang akan disiarkan.

c. Menjelang siaran dilaksanakan yakinkan bahwa siswa telah menguasai topik dan tujuan dari program yang akan didengarkannya.

d. Menjelaskan kepada siswa tentang apa-apa yang perlu disediakan. Misalnya alat tulis menulis dan sebagainya.

e. Selambat-lambatnya lima menit sebelum program disiarkan radio harus sudah dihidupkan dan diarahkan pada stasiun pemancar yang akan menyiarkan program.

f. Meletakkan radio pada posisi sedemikian rupa sehingga guru dapat mengontrol agar penyajian program tidak terganggu.

2) Pelaksanaan

Pada saat siaran berlangsung maka perlu diperhatikan:

a. Agar siswa berada pada tempatnya sehingga tidak mengganggu program siaran yang didengarkan.

b. Agar siswa mencatat bagian siaran yang belum jelas, belum dimengerti, untuk ditanyakan atau didiskusikan setelah siaran berakhir.

c. Agar siswa mengerjakan tugas-tugas (bila ada) sesuai perintah dalam siaran tersebut.

3) Tindak lanjut

Setelah program siaran selesai, dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan antara lain:

(40)

b. Melakukan percobaan, penelitian, tes dan melatih keterampilan sesuai dengan topik yang disiarkan

c. Menulis laporan

d. Mendramatisasi, melakukan wawancara, dan sebagainya e. Memberi balikan terhadap program siaran.

Contoh:

Prosedur Penggunaan Tape Recorder dan Pita Audio

Prosedur penggunaan tape recorder dan pita audio tidak jauh berbeda dengan radio. Penggunaan media ini umumnya meliputi langkah-langkah:

1) Persiapan

Sebelum mendengarkan isi program, terlebih dahulu harus dipersiapkan hal-hal sebagai berikut:

a. Menentukan topik dan program media yang akan diputar.

b. Menugaskan siswa untuk mempelajari berbagai sumber yang erat kaitannya dengan topik tersebut.

c. Menjelaskan kepada siswa tentang topik dan tujuan yang hendak dicapai dari program tersebut.

d. Menjelaskan kepada siswa tentang apa-apa yang perlu disediakan.

e. Mengecek peralatan. Misalnya apakah tape recorder dan pita audionya sudah siap?

f. Menempatkan tape recorder pada posisi yang memungkinkan seluruh siswa dapat mendengarkan isi program yang baik.

g. Mengatur tata letak tempat duduk siswa sedemikian rupa sehingga guru dapat mengontrol agar suasana kelas mampu mendukung penyajian program yang baik.

2) Pelaksanaan (Penyajian)

Pada saat penyajian program berlangsung perlu diperhatikan:

(41)

b. Agar siswa mengingat atau mencatat hal-hal yang kurang jelas dan belum mengerti untuk ditanyakan atau didiskusikan setelah penyajian program berakhir.

c. Agar dimungkinkan bagi guru untuk menghentikan sementara pita audio, untuk menjelaskan hal-hal yang perlu mendapat penekanan.

d. Agar menugaskan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas (bila ada) sesuai perintah dalam isi program tersebut.

3) Tindak lanjut

Setelah isi program disajikan, dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan antara lain:

a. Mendiskusikan isi program.

b. Melakukan percobaan, penelitian, tes dan melatih keterampilan sesuai dengan topik.

c. Menulis laporan.

d. Memberikan balikan terhadap program.

Rangkuman

Setelah mempelajari jenis-jenis media dan mampu memilih media pengajaran yang diperlukan dengan tepat, maka langkah berikutnya adalah menggunakan media tersebut. Mengingat media pengajaran itu dapat digunakan untuk berbagai tatanan (setting), termasuk untuk tatanan di dalam kelas, maka guru atau si pemakai media harus menguasai pola-pola penggunaannya.

Selanjutnya karena media bukan satu-satunya unsur di dalam suatu sistem pengajaran, sebelum menggunakannya perlu merencanakan langkah-langkah penggunaannya dengan baik.

Latihan :

1. Bagaimanakah pada penggunaan media pembelajaran yang efektif ? 2. Media pembelajaran bukan satu-satunya unsur di dalam suatu sistem

(42)

Gambar

Gambar. Visualisasi Ciri-ciri Benda Hidup

Referensi

Dokumen terkait

3/ POKJA-PNT/BM tanggal 21 Agustus 2015 maka dengan ini kami umumkan pemenang untuk pekerjaan sebagai berikut:. Nama Paket : Peningkatan Jalan Warungkondang

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh

Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pencahaayaan atau lux rata-rata untuk semua ruangan masih dibawah standardisasi yaitu 80% dari standar yang telah ditentukan,

loser periode kepemilikan selanjutnya. Hal ini didukung oleh hasil uji beda dua rata-rata kumulatif abnormal return dan Indeks Sharpe portofolio winner yang

Perjanjian jual beli tanah harus dilakukan secara tertulis dihadapan Pejabat yang berwenang untuk itu yakni PPAT (Pejabat Pembuat Akte Tanah). Di Desa Tanjung Pauh Mudik

2.fototransistor terkena cahaya dengan intensitas lebih besar maka dari rangkaian sensor akan memiliki nilai tegangan keluaran yang lebih kecil dibandingkan dengan

• Dalam hal Anda menarik seluruh dana pada Nilai Akun yang ada dalam Polis, maka Anda dianggap melakukan penebusan Polis dan Penanggung akan membayarkan Nilai Tebus yang ada

Zhang (2007) mengajukan model pertumbuhan ekonomi dua sektor dalam waktu diskret, di mana dalam sistem produksi, produsen akan menghasilkan dua output (dua jenis produk)