THE CAUSAL FACTORS OF NOT ACHIEVING THE TARGET OF RECEIVING PARKING RETRIBUTION IN BANDAR LAMPUNG
By
MIRANTI ANDINI
Parking service is the provision of a special parking place is provided by the local government. The success of the implementation of parking in the era of regional autonomy can be seen in the regions ability to take advantage of broad authority, real, and responsible professionals in exploring sources of local revenue. The number of owners of two-wheelers and four wheelers in Bandar Lampung city of approximately 3.5 million units, with details of motor vehicles as much as 3.4 million units and vehicle car as much as approximately 27 thousand units. Therefore, the more extended the parking area there are 93 points recorded parking locations in 20 territories, in fact, parking fees revenue target is not reached.
The purpose of the research is that to analyze the causal factors of not achieving the target of receiving parking retribution based on the study by Transportation Department of Bandar Lampung. The method used in the research is qualitative method which describes or illustrates about the causal factors of not achieving the target of receiving parking retribution in Transportation Department of Bandar Lampung city every year.
(3) the factor of supervision, factor supervision is the most dominant factor, due to weak supervision by head of department and head of sub-section UPT. Weak direct supervision, resulting in illegal parking attendants are not depositing revenue to UPT. The difference between the deposit imposed far UPT to the manager, and from the manager to the parking attendants. These three factors are used by the writer as the indicators in the research, then, the implementation is analyzed in affecting the receiving of parking retribution which has never achieved the target in Bandar Lampung.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TIDAK TERCAPAINYA TARGET PENERIMAAN RETRIBUSI PARKIR DI KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh Miranti Andini
Pelayanan parkir merupakan penyediaan tempat parkir yang khusus disediakan, dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah. Keberhasilan penyelenggaraan perparkiran dalam era otonomi daerah dapat terlihat pada kemampuan daerah dalam memanfaatkan kewenangan luas, nyata, dan bertanggung jawab secara profesional dalam menggali sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Jumlah pemilik kendaraan roda dua dan empat di Kota Bandar Lampung sebanyak kurang lebih 3,5 juta unit dengan rincian kendaraan bermotor sebanyak kurang lebih 3,4 juta unit dan kendaraan mobil sebanyak kurang lebih 27 ribu unit. Oleh sebab itu semakin diperluasnya lahan parkir yakni tercatat terdapat 93 titik lokasi parkir dalam 20 wilayah, pada kenyataannya target penerimaan retribusi parkir tidak tercapai.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan faktor-faktor penyebab tidak tercapainya target penerimaan retribusi parkir dengan studi pada Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif yang mendeskripsikan atau menggambarkan mengenai faktor-faktor penyebab penerimaan retribusi parkir pada Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung yang tidak mencapai target pertahunnya.
pengawasan, faktor pengawasan merupakan faktor paling dominan, karena masih lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh kepala dinas maupun kasubag UPT. Lemahnya pengawasan secara langsung mengakibatkan adanya juru parkir liar yang tidak menyetorkan pendapatannya kepada UPT, lalu adanya perbedaan yang jauh antara setoran yang diberlakukan UPT kepada pengelola, dan dari pengelola kepada juru parkir. Ketiga faktor ini yang mempengaruhi tidak tercapainya target penerimaan retribusi parkir di Kota Bandar Lampung.
Oleh
Miranti Andini
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA ILMU PEMERINTAHAN
Pada
Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
Miranti Andini
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
iv
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian ... 36
2. Struktur Organisasi Dishub... 62
3. Struktur Organisasi UPT ...63
Halaman
DAFTAR TABEL... iii
DAFTAR GAMBAR...iv
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah... 11
C. Tujuan Penelitian ... 11
D. Kegunaan Penelitian ... 11
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Retribusi ... 12
1. Pengertian Retribusi... 12
2. Ciri-Ciri Retribusi... 14
3. Jenis Retribusi... 15
4. Objek Retribusi... 17
5. Subjek Retribusi... 18
6. Besarnya Retribusi yang Terutang Dan Tarif Retribusi ... 18
7. Dampak Pungutan Retribusi ... 19
8. Pemanfaatan Retribusi ... 19
9. Beberapa Kelemahan Retribusi ... 20
B. Tinjauan Tentang Faktor-Faktor Penyebab Retribusi ... 21
1. Pengetahuan Tentang Asas Organisasi ... 21
2. Disiplin Kerja Pegawai ... 22
3. Pengawasan Yang Efektif ... 22
C. Tinjauan Tentang Retribusi Parkir... 24
1. Pengertian parkir... 24
2. Fasilitas Parkir ... 25
3. Parkir Menurut Status ... 26
4. Pengelolaan Retribusi Parkir ... 27
D. Tinjauan Tentang Perda Dan Perwali ... 28
C. Lokasi Dan Waktu... 41
D. Informan ... 41
E. Jenis Data ... 42
F. Teknik Pengumpulan Data... 43
G. Teknik Pengolahan Data ... 47
H. Teknik Analisis Data ... 47
IV. GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 50
1. Sejarah Singkat Dinas Perhubungan ... 50
2. Visi dan Misi Dinas Perhubungan ... 52
3. Tujuan Dinas Perhubungan ... 53
4. Sasaran Dinas Perhubungan ... 54
5. Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perhubungan ... 55
B. Tugas Pokok Dan Fungsi ... 56
C. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Jalan Pemuda ... 61
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Faktor Pengetahuan Organisasi ... 70
1. Pengetahuan Tentang Tujuan Pemungutan Retribusi Parkir ... 71
2. Pengetahuan Tentang Pembagian Tugas ... 76
B. Faktor Disiplin Kerja Pegawai ... 82
C. Faktor Pengawasan ... 89
VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 99
B. Saran ... 100
iii
Tabel Halaman
1. Perbandingan Penelitian Sebelumnya ... 5
2. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Retribusi Parkir ... 7
3. Informan Penelitian ... ...42
4. Pertanyaan Pemahaman Tujuan Pemungutan Retribusi Parkir ...75
5. Pertanyaan Pemahaman Pembagian Kerja... 80
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah
(Thomas Alva Edison)
Yakinlah ada sesuatu yang menantimu selepas banyak kesabaran (yang kau jalani), yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa pedihnya rasa sakit .
(Ali Bin Abi Thalib)
Kunci Kesuksesan utama berasal dari berbakti kepada kedua orang tua (Papa)
Jangan sia-siakan kesempatan yang datang hanya untuk berfikir terlalu lama, karena kesempatan datang tidak untuk menunggu
(Meiza Fery Ferdian)
Kebaikan yang nyata tidak perlu diumbar, cukup diam dan biarkan skenario Tuhan yang berjalan
Dengan syukur yang tiada hentinya penulis panjatkan kepada Allah SWT atas
nikmat, rahmat dan karunia yang tak terhingga, kupersembahkan sebuah
karya sederhana ini untuk :
Papaku, Midianto. Lelaki terhebat dihidupku yang mengajarkan tentang
banyak hal. Terimakasih pa atas kasih sayang, tetesan keringat, semangat
yang tiada henti, dan doa yang tak pernah putus untuk kesuksesan
anak-anaknya. Papa satu-satunya lelaki yang tak akan pernah tergantikan oleh
laki-laki manapun.
Mamaku, Rosmita. Wanita yang mempunyai rasa cinta tulus yang luar bisa.
Mama sosok wanita yang tak pernah lelah mendengarkan keluhan dari
anak-anaknya. Terimakasih ma atas cintanya, kasih sayangnya, dan
pengorbanannya, serta doa mama yang tak pernah putus untuk mendoakan
kesuksesan kami.
Terimakasih pa, ma.. atas dukungan, semangat, kasih sayang yang nyata serta
doa yang tak pernah berhenti untuk menanti sedikit keberhasilan anak
perempuan satu-satunya papa dan mama ini untuk meraih gelar sarjana.
Semua pengorbanan mama dan papa tidak akan pernah terbalaskan, tetapi
izinkan saya menggoreskan sedikit senyum kebahagiaan dan mungkin
kebanggaan untuk papa dan mama atas gelar sarjana ini. Doakan agar
nantinya mama dan papa dapat menikmati masa tua dengan senyum
kebahagiaan. Aamiin...
Abang Adyitia Riswanto, dan adikku Febriandi. Terimakasih atas semangat dan
doa dalam diamnya. Karena saya yakin ada semangat dan harapan yang luar
biasa juga yang di nanti oleh abang dan andi atas gelar sarjana ini.
Almamater Tercinta, terimakasih telah mewariskan ilmu yang bermanfaat
Penulis bernama lengkap Miranti Andini, lahir di Bandar Lampung
pada tanggal 19 Mei 1993. Penulis merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara yang dilahirkan dari pasangan bapak Midianto dan ibu
Rosmita. Penulis mempunyai kakak bernama Adyitia Riswanto dan
adik yang bernama Febriandi.
Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak Amalia Bandar Lampung
pada tahun 1999. Kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Al-Azhar I
Bandar Lampung pada tahun 1999-2005. Penulis melanjutkan Sekolah Tingkat
Pertama Negeri 19 Bandar Lampung pada tahun 2005-2008. Setelah
menyelesaikan pendidikan tingkat pertama, penulis melanjutkan Sekolah
Menengah Atas Negeri 5 Bandar Lampung pada tahun 2008-2011. Pada tahun
2011 penulis berhasil masuk Perguruan Tinggi Negeri Universitas Lampung
melalui jalur undangan dan menjadi mahasiswi jurusan Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Selama menimba ilmu di FISIP UNILA, penulis turut mengikuti organisasi
kemahasiswaan, yaitu Tim Kerja Sekretaris Umum HMJ Ilmu Pemerintahan,
Garda Muda BEM FISIP UNILA, dan Anggota Muda Himpunan Mahasiswa
Islam. Pada tahun 2014 peneliti mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
yang diselenggarakan oleh UNILA di desa Tulung Kakan Kecamatan Bumi Ratu
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berbagai nikmat yang
tak terhitung banyaknya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi
dengan judul “Faktor-Faktor Penyebab Tidak Tercapainya Target Penerimaan Retribusi Parkir Di Kota Bandar Lampung” ini ditujukan untuk memenuhi persyaratan akademik guna memperoleh gelar sarjana (S1) pada Jurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu sosial Dan Ilmu politik Universitas Lampung.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari hambatan dan kesulitan dikarenakan
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penulis. Namun berkat
adanya dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penyusunan skripsi
ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M. Si, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial
Dan Ilmu Politik;
2. Bapak Denden Kurnia Drajat, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu
Pemerintahan;
3. Bapak Drs. Aman Toto Dwijono, M.H, selaku Dosen Pembimbing
Akademik penulis;
4. Bapak Drs. Ismono Hadi, M.Si, selaku dosen Pembimbing yang telah
sabar membimbing penulis selama ini, sehingga penulis dapat
menyempurnakan skripsi ini;
6. Seluruh dosen dan staff Jurusan Ilmu Pemerintahan yang telah bersedia
untuk membimbing penulis dalam proses ajar-mengajar
7. Segenap informan penelitian : Bapak Andi Saat selaku Kasubag Umum
dan Kepegawaian Dinas Perhubungan, Bapak Jamhuriyanto selaku
Kasubag Keuangan Dinas Perhubungan, Bapak Barizi, S.E, selaku
Kasubag TU UPT Perparkiran, Bapak A. Junaidi selaku pengelola di Jalan
Diponegoro, Bapak Yusuf selaku pengelola di Jalan Pemuda, dan juru
parkir serta masyarakat yang telah bersedia penulis wawancarai;
8. Keluargaku tercinta, Papa, Mama, Abang, dan Andi semoga ini menjadi
langkah awal bagi penulis untuk maju sebagai individu yang kelak akan
membahagiakan kalian. Terimakasih yang tak terhingga atas doa,
semangat, dan dukungannya selama ini. Insya Allah, penulis akan terus
berusaha untuk menjadi kebanggaan kalian;
9. Meiza Fery Ferdian, laki-laki baru yang hadir dikehidupan penulis
semenjak 5 tahun ini. Laki-laki yang pernah pergi namun kembali entah
untuk pergi lagi atau menetap dikemudian hari. Sosok yang tak pernah
luput penulis temui ketika lelah mengerjakan skripsi, sosok yang tak
pernah lelah mendengarkan keluhan dan masih bersedia berada disamping
penulis hingga saat ini. Terimakasih untuk semangat dan dukungan yang
tiada henti hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan meraih
gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan. Tetaplah bersedia untuk memberikan
pundak untuk disandarkan. Semangat untuk meraih gelar yang sama;
10. Restia Permatasari, S.IP dan Indah Permatasari, S.IP. Terimakasih
pertemanan yang telah kita jalani hingga saat ini. Tetaplah menjadi sosok
wanita yang kuat semoga kita masih dipertemukan sebagai seorang
kondisi apapun;
12. Fitria Zainubi, pertemanan yang tanpa ada batasan. Terimakasih selalu ada
untuk menjadi pendengar yang baik dalam kondisi apapun, semoga
pertemanan kita terus berlanjut hingga nanti;
13. Panggih Gotam Vivi Ditia dan Nurdiana, Terimakasih atas
ketersediaannya direpotkan untuk mensukseskan seminar satu penulis.
Yuanita dan Leni Olandari terimakasih semangatnya;
14. Nadia Anissa, terimakasih pertemanan yang sudah menginjak tahun ke-6.
Teman seperjuangan nyata yang kembali lagi dipertemukan dari
perpisahan SMA hingga wisuda nanti di Gedung Serba Guna (GSG)
Universitas Lampung;
15. Teman-teman angkatan 2011, Meyliza, Genta, Zakiyah, Yuyun, Dian,
Feby, Riyadhi, Endah, Randy, Putri Dian, Dwiky, Redo, Hazi, Bram,
Anbeja, Trio dan seluruh teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu. Terimakasih kekompakkannya kurang lebih selama 4 tahun;
16. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyusunan
skripsi ini tanpa terkecuali yang tidak dapat ditulis satu persatu.
Terimakasih atas dukungan dan doanya.
Akhir kata semoga segala kebaikan dan bantuan serta kasih sayang yang diberikan
kepada penulis dirahmati Allah SWT dan penulis mengharapkan semoga skripsi
ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, Februari 2016
Penulis
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berlakunya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pemerintahan
Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah membuat
Indonesia menganut sistem desentralisasi. Desentralisasi menurut Supriatna
(1993:1) merupakan penyerahan wewenang pemerintahan dari pemerintah
daerah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan rumah
tangganya sendiri.
Penyelenggaraan otonomi daerah membuat setiap daerah mempunyai hak-hak
dalam pelaksanaan otonomi tersebut. Hak-hak tersebut antara lain mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya, memilih pemimpin daerah,
mengelola aparatur daerah, mengelola kekayaan daerah, memungut pajak dan
retribusi daerah, mendapat bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan
Diberikannya hak kepada daerah untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri tanpa campur tangan pihak lain adalah sangat tepat karena
dengan demikian sudah memiliki kekuatan hukum untuk menentukan
kebijakan dalam pengelolaan daerahnya, meskipun pada dasarnya tetap di
koordinir oleh pemeritah pusat. Pemberian hak untuk mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri diharapkan pemerintah mampu mengelola dengan
baik daerahnya untuk menunjang pembangunan daerah tersebut.
Untuk melaksanakan otonomi daerah, maka daerah/kota lebih dituntut untuk
menggali seoptimal mungkin sumber-sumber keuangannya seperti: pajak,
retribusi atau pungutan yang merupakan sumber-sumber Pendapatan Asli
Daerah (PAD), seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun
2015 tentang Pemerintahan Daerah. Pemberian otonomi daerah dimaksud
untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan
dalam rangka mengatur dan mengurus daerahnya sendiri, terutama dalam
membiayai pembangunan pada masa sekarang.
Pembangunan secara umum diartikan sebagai suatu usaha untuk lebih
meningkatkan produktivitas sumber daya alam, sumber daya potensial yang
dimiliki oleh suatu negara berupa sumber daya alam, sumber daya manusia
maupun sumber daya finansial. Dengan demikian pembangunan pada
dasarnya dapat dikatakan usaha untuk mengubah masa lampau yang buruk
menjadi zaman baru yang lebih baik untuk mewariskan masa depan kepada
Pembangunan daerah sebagai bagian dari pembangunan nasional pada
hakekatnya diharuskan untuk mengembangkan kemandirian tiap-tiap daerah
sesuai potensi sumber daya yang dimilikinya dan bertujuan untuk
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan merata dan terpadu.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Yani (2008:51) merupakan
pendapatan yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah,
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan pendapatan lain asli
daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberi keleluasaan kepada daerah
dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai
perwujudan asas desentralisasi.
Peningkatan PAD merupakan salah satu usaha untuk mengatasi pembiayaan
urusan penyelenggaraan pemerintah. Untuk meningkatkan pendapatan
daerah, sektor retribusi daerah merupakan sektor yang sangat besar untuk
digali dan diperluas pengelolaannya, karena retribusi daerah dipungut atas
balas jasa yang disediakan pemerintah.
Retribusi daerah menurut Yani (2008:63) merupakan pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan diberikan oleh pemerintah daerah kepada orang pribadi atau
badan. Retribusi daerah diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, untuk
meningkatkan dan meratakan kesejahteraan masyarakat. Retribusi di bagi
menjadi tiga golongan menurut Siahaan (2013:620), yaitu retribusi jasa
umum dibagi menjadi 10 bagian, retribusi jasa usaha terdapat 13 bagian, dan
retribusi perizinan tertentu dibagi kedalam 4 bagian. Dalam penelitian ini,
penulis akan membahas mengenai retribusi jasa umum yang salah satunya
yaitu retribusi parkir tepi jalan umum.
Pelayanan parkir merupakan penyediaan tempat parkir yang khusus
disediakan, dimiliki dan dikelola oleh Pemerintah Daerah. Keberhasilan
penyelenggaraan perparkiran dalam era otonomi daerah dapat terlihat pada
kemampuan daerah dalam memanfaatkan kewenangan luas, nyata, dan
bertanggung jawab secara profesional dalam menggali sumber-sumber PAD.
Pemungutan retribusi parkir di Kota Bandar Lampung adalah salah satu dari
pelaksanaan otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab sebagai mana
yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 tentang
Pemerintah Daerah merupakan upaya pemerintah daerah dalam menggali dan
mengembangkan potensi daerah dalam rangka untuk memperoleh dana
sehubungan dengan penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan
daerah. Hal ini terlihat dengan jumlah kendaraan yang terus meningkat setiap
tahunnya. Sampai tahun 2014 jumlah kendaraan di Bandar Lampung yaitu ±
3.488.195 unit dengan rincin kendaraan bermotor sebanyak ± 3.460.708 unit
dan Kendaraan mobil sebanyak ± 27.487 unit.
(http://digilib.unila.ac.id/6660/14/BAB%201.pdf dengan judul kontribusi retribusi parkir terhadap PAD di Kota Bandar Lampung diakses pada tanggal 10 maret 2015, pukul 21:14 WIB)
Selanjutnya berikut penulis sajikan penelitian terdahulu terkait retribusi
Tabel 1. Perbandingan Penelitian Sebelumnya
No. Nama
Peneliti Judul Metode Teori Hasil
1. Beti arvita Analisis Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Realisasi Penerimaan Retribusi Parkir Di Kota Padang
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis komponen utama, yaitu teknik yang digunakan untuk menyederhanakan suat data secara linier sehingga terbentuk sistem koordinat baru dengan varians maksimum. Setelah dianalisa diharapkan hasilnya bisa menjadi hipotesa untuk penelitian berikutnya.
Faktor-faktor yang menjadi acuan yaitu : Sosialisasi
Regulasi Sikap juru parkir Pengelolaan Pengawasan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, penyebab masih rendahnya retribusi parkir di Kota Padang adalah: bencana alam gempa bumi tahun 2009, pengalihfungsian lahan pedagang kaki lima, space parkir yang tetap (tidak berubah), tidak relevan antara setoran penerimaan retribusi parkir dengan karcis yang terjual, pengelolaan parkir yang terjadi menggunakan sistem kontrak lahan parkir dan tarif retribusi parkir yang tidak merata.
2. Sheila Ratna Dewi
Peranan Retribusi Parkir Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Magelang
Kualitatif Dengan meilhat penetapan tarif retribusi parkir, yaitu ditetapkan berdasarkan kebijakan daerah dengan mempertimbangkan biaya penyediaan lahan parkir, kemampuan masyarakat, dan aspek keadilan. Besarnya retribusi yang harus dibayar dihitung dari perkalian antara tarif dan tingkat penggunaan jasa parkir.
Retribusi parkir tidak memiliki peran yang tidak terlalu besar bagi Pendapatan Asli Daerah Kota Magelang dibandingkan dengan pajak daerah atau retribusi daerah lainnya. Tetapi, walaupun peranannya kecil, retribusi parkir mampu melebihi target setiap tahunnya. Hal tersebut dapat membantu peningkatan PAD di Kota Magelang.
3. Heru Prasetyo
Analisis Penerimaan Retribusi Parkir Terhadap PAD
Kualitatif Teori yang di gunakan yaitu efektivitas dan efisiensi. Efektivitas merupakan hubungan
Kota Yogyakarta antar keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Maka, yang dimaksud dengan efektivitas retribusi parkir yaitu menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan retribusi parkir yang ditrencanakan dibandingkan dengan target retribusi parkir yang telah ditetapkan. Sedangkan efisiensi merupakan hubungan antara masukan sumber daya oleh suatu unit organisasi dengan keluaran yang dihasilkan. Maka definisi efisiensi retribusi parkir adalah menggambarkan
perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh penerimaan retribusi parkir dengan realisasi penerimaan retribusi parkir yang diterima.
Maka dapat disimpulkan dari ketiga penelitian sebelumnya teori yang
digunakan berbeda dengan teori yang penulis akan teliti dalam penelitian ini.
Penulis menggunakan teori Josef R. Kaho yaitu terdapat 3 faktor yakni
pengetahuan asas organisasi, faktor disiplin kerja pegawai dan yang terakhir
faktor pengawasan.
Penulis ingin melihat masalah terkait retribusi parkir tepi jalan umum yang
ada di Kota Bandar Lampung, karena berdasarkan pra-riset yang telah
dilakukan pada 11 Maret 2015 data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa
realisasi penerimaan retribusi parkir tidak pernah mencapai target setiap
tahunnya, padahal dari data yang penulis dapatkan titik lokasi parkir yang ada
di Kota Bandar Lampung cukup banyak.
Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Pendapatan Daerah menunjukkan
data terkait laporan realisasi anggaran PAD bidang retribusi parkir tepi jalan
umum yaitu sebagai berikut:
Tabel 2. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah Bidang Retribusi Parkir Tepi Jalan Umum
TAHUN APBD-P REALISASI %
2010 Rp. 1.630.000.000,00 Rp. 1.520.247.000,00 93,26%
2011 Rp. 4.000.000.000,00 Rp. 2.277.058.500,00 56,92%
2012 Rp. 5.400.000.000,00 Rp. 3.890.489.000,00 72,00%
2013 Rp. 6.000.000.000,00 Rp. 4.200.000.000,00 70,00%
2014 Rp. 6.600.000.000,00 Rp. 4.925.028.400,00 74,62%
Berdasarkan tabel 2 realisasi pendapatan retribusi daerah khususnya retibusi
pakir di tepi jalan umum dari tahun ke tahun tidak pernah mencapai target.
Padahal jika kita melihat di jalanan jumlah kendaraan terus meningkat yakni
terhitung pada tahun 2014 sekitar ± 3.488.195 unit dengan rincin kendaraan
bermotor sebanyak ± 3.460.708 unit dan kendaraan mobil sebanyak ± 27.487
unit. (http://digilib.unila.ac.id/6660/14/BAB%201.pdf), ini terlihat dengan
seringnya terjadi kemacetan di beberapa titik di Kota Bandar Lampung.
Jumlah kendaraan yang terus meningkat seharusnya PAD dari sektor retribusi
parkir dapat mencapai target. Hal tersebut diperkuat dengan informasi yang di
beritakan oleh media pelita nusantara, yaitu sebagai berikut:
“Penyebab gagalnya pencapaian tersebut yakni akibat faktor cuaca yang sering hujan deras serta banyaknya hari libur di tahun 2014 sehingga jumlah kendaraan baik roda dua maupun empat yang parkir ditepi pertokoan menjadi berkurang,” papar Rifa’i selaku kepala Dinas Perhubungan Kota Bandar lampung. (http://pelitanusantara.com/news/2015/01/85-dishub-belum-capai-target.html. diakses pada tanggal 24/03/2015)
Selain karena faktor cuaca, masalah terkait penyebab tidak tercapainya target
yaitu adanya juru parkir liar yang tidak mau menyetorkan pendapatannya di
beberapa titik di Kota Bandar Lampung, lalu adanya pembangunan fly over
yang mengakibatkan tutupnya pertokoan dibawah fly over yang berdampak
pula pada juru parkir yang kehilangan lahan parkir.
Pemungutan retribusi parkir di Kota Bandar Lampung terdapat 93 titik dalam
20 wilayah. Pembagian wilayah parkir terdapat dua zona yaitu zona 1 dan
zona 2. Pembagian wilayah zona 1 maksudnya yaitu kawasan wilayah yang
maupun pasar swalayan. Maka tarif yang diberlakukan di zona ini lebih besar
daripada di zona 2.
Pembagian wilayah parkir pada zona 2, merupakan kawasan yang tidak
terlalu ramai tetapi tidak juga terlalu sepi, karena didaerah tersebut hanya
berdiri pertokoan-pertokoan saja. Tarif yang diberlakukan di zona 2, maka
tidak sebesar tarif yang diberlakukan di zona 1. Bedanya kurang lebih Rp.
500,- antara area parkir zona 1 dan zona 2.
Banyaknya titik lokasi yang tersebar di seluruh sudut Kota Bandar Lampung
khususnya lokasi yang berada di tepi jalan umum yang dapat dijadikan lahan
parkir. Sangat banyaknya kawasan yang potensial di Kota Bandar lampung
maka sudah sewajarnya jika penerimaan dari sektor retribusi parkir dapat
menjadi salah satu sumber pendapatan bagi Pemerintah Daerah Kota Bandar
Lampung dalam menunjang peningkatan PAD.
Setelah diberlakukannya karcis yang dikeluarkan oleh Dinas Perhubungan,
sesuai dengan Peraturan Walikota Bandar Lampung, berdasarkan observasi
peneliti pada tanggal 1 Maret 2015 ketika memasuki jalan pangkal pinang di
Tanjung Karang terdapat beberapa pegawai dari Dinas Perhubungan yang
menyerahkan karcis masuk, di karcis tersebut tertulis Rp. 1.500,- jika melihat
zona yang diberlakukan Pangkal Pinang termasuk dalam zona 1, yaitu zona
yang paling ramai dikunjungi maka besarnya tarif untuk kendaraan bermotor
sebesar Rp. 1.500,-, lalu tarif yang diberlakukan untuk kendaraan roda empat
Ketika penulis berada di dalam jalan pangkal pinang terdapat beberapa juru
parkir yang membantu untuk memarkirkan motor. Tetapi ketika keluar dari
jalan pangkal pinang, semua yang memasuki jalan pangkal pinang dikenakan
tarif kembali sebesar Rp. 1.000,-, bahkan terkadang ketika memberikan Rp.
2.000,- tidak dikembalikan. Kesimpulannya sekali masuk di jalan pangkal
pinang saja masyarakat dikenakan tarif Rp. 2.500,- bahkan bisa Rp.
3.500,-untuk kendaraan roda dua, dan kendaraan roda empat sekali masuk kedalam
jalan Pangkal Pinang maka dikenakan tarif Rp. 4.500,-.
Petugas Dinas perhubungan yang melihat tidak ada satu petugas pun yang
berani menegur aksi pungutan liar tersebut. Jika pungutan liar itu
dimaksudkan untuk membantu menaikkan PAD dari sektor retribusi parkir
seharusnya dari tahun ke tahun besarnya realisasi selalu mencapai target,
tetapi pada kenyataannya kontribusi dari retribusi parkir tidak pernah
mencapai target.
Besarnya tarif yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan dengan jumlah
kendaraan yang terus meningkat pemerintah diharapkan untuk pendapatan
asli daerah di Bandar Lampung mencapai target, tetapi nyatanya sumber
pendapatan asli daerah dari sektor retribusi parkir tidak pernah mencapai
target pertahunnya. Pemerintah daerah diharapkan lebih mampu “menggali”
sumber-sumber keuangan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan
pemerintahan dan pembangunan di daerahnya.
Tujuan pembangunan daerah adalah sama dengan pembangunan nasional
permasalahan yang telah di paparkan sebelumnya, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Penyebab Tidak
Tercapainya Target Penerimaan Retribusi Parkir Di Kota Bandar Lampung”
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apa saja faktor-faktor yang
menyebabkan tidak tercapainya target penerimaan retribusi parkir di Kota
Bandar Lampung?”
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor apa saja yang
menyebabkan penerimaan retribusi parkir di Kota Bandar Lampung tidak
pernah mencapai target.
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan teoritis penelitian ini yaitu:
Secara teoritis, memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan keuangan daerah khususnya retribusi daerah.
2. Kegunaan praktis penelitian ini yaitu :
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran bagi praktisi pemerintahan, kepala daerah, Dinas
Perhubungan Kota Bandar Lampung, dan stakeholder terkait dalam
A. Tinjauan Tentang Retribusi
1. Pengertian Retribusi
Pelaksanaan otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan bertanggung
jawab, sudah barang tentu daerah harus mampu menyediakan dana yang
diperlukan yang berasal dari sumber pembiayaan yang dimiliki, utamanya
dari sumber PAD.
Menurut Munawir dalam Adisasmita (2011:85) Retribusi merupakan iuran
kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan jasa balik secara langsung
dapat ditunjuk. Paksaan disini bersifat ekonomis karena siapa saja yang tidak
merasakan jasa balik dari pemerintah dia tidak akan dikenakan iuran itu.
Retribusi Daerah menurut Mardiasmo (2002:100) merupakan Pungutan
daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan.
Retribusi daerah menurut Yani (2008:63) merupakan pungutan daerah
disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau badan.
Jadi Retribusi daerah merupakan pembayaran atas jasa yang telah diberikan
oleh badan kepada masyarakat yang telah menggunakan jasa yang telah
disediakan oleh pemerintah.
Tingkat penggunaan jasa menurut Zuraida (2012:196) merupakan jumlah penggunaan jasa yang dijadikan dasar alokasi beban biaya yang dipikul Pemerintah Daerah untuk penyelenggaraan jasa yang bersangkutan. Apabila tingkat penggunaan jasa sulit diukur maka tingkat penggunaan jasa dapat ditaksir berdasarkan rumus yang dibuat oleh Pemerintah Daerah. Rumus tersebut harus mencerminkan beban yang dipikul oleh Pemerintah Daerah dalam menyelenggaakan jasa tersebut.
Tarif Retribusi menurut Zuraida (2012:197) merupakan nilai rupiah atau
presentase tertentu yang ditetapkan untuk menghitung besarnya retribusi yang
terutang. Tarif retribusi dapat ditentukan seragam atau bervariasi menurut
golongan sesuai dengan prinsip dan sasaran penetapan tarif retribusi.
Menurut Zuraida (2012:197) Prinsip Penetapan Struktur dan Tarif Retibusi
ditetapkan dengan memperhatikan:
a. Biaya penyediaan jasa yang bersangkutan b. Kemampuan masyarakat
c. Aspek keadilan
d. Efektivitas pengendalian atas pelayanan tersebut
Selanjutnya, prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif retribusi jasa
usaha didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak.
Keuntungan yang layak merupakan keuntungan yang diperoleh apabila
2. Ciri-Ciri Retribusi
Adapun ciri-ciri retribusi menurut Haritz dalam buku Adisasmita (2011:86)
yaitu sebagai berikut :
a. Pelaksanaan bersifat ekonomis
b. Ada imbalan langsung kepada yang membayar retribusi
c. Iurannya memenuhi persyaratan yaitu persyaratan formal dan material d. Retribusi Daerah merupakan pungutan yang umumnya budgetairnya
tidak menonjol
e. Dalam hal-hal tertentu, tetapi dalam banyak hal tidak lebih dari pengembalian biaya yang telah dibukakan oleh pemerintah daerah untuk memenuhi permintaan masyarakat.
Menurut Siahaan (2013:6) beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah
yang saat ini dipungut di Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Retribusi merupakan pungutan yang dipungut berdasarkan undang-undang dan peraturan daerah yang berkenaan
b. Hasil penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintah daerah
c. Pihak yang membayar retribusi mendapatkan kontra prestasi (balas jasa) secara langsung dari pemerintah daerah atas pembayaran yang dilakukannya
d. Retribusi terutang apabila ada jasa yang diselenggrakan oleh pemerintah daerah yang dinikmati oleh orang atau badan
e. Sanksi yang dikenakan pada retribusi adalah sanksi secara ekonomis, yaitu jika tidak membayar retribusi, tidak akan memperoleh jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.
Upaya untuk meningkatkan PAD perlu dikaji pengelolaannya untuk
mengetahui berapa besar potensi yang riil atau wajar, tingkat keefektifan dan
efesiensinya. Peningkatan retribusi daerah yang memiliki potensi yang baik
3. Jenis Retribusi Daerah
Kaitannya dengan usaha menata kembali beberapa sumber PAD agar lebih
memberikan bobot otonomi yang lebih besar kepada pemerintah daerah,
beberapa jenis retribusi yang pada hakekatnya bersifat pajak diubah statusnya
menjadi pajak daerah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
pajak daerah dan retribusi daerah.
Jenis retribusi daerah menurut Mardiasmo (2002:100) terdiri dari 3 macam
yaitu :
3.1. Retribusi Jasa Umum
Retribusi jasa umum ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dengan
kriteria-kriteria sebagai berikut:
a. Retribusi jasa umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi jasa usaha atau retribusi perizinan tertentu;
b. Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi;
c. Jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan yang diharuskan membayar retribusi, disamping untuk melayani kepentingan dan kemanfaatan umum;
d. Jasa tersebut layak untuk dikenakan retribusi;
e. Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai penyelenggaraannya;
f. Retribusi dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang potensial; dan
g. Pemungutan retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan tingkat dan atau kualitas pelayanan yang lebih baik.
Jenis-jenis retribusi jasa umum adalah:
a. Retribusi Pelayanan Kesehatan
b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
c. Retribusi Pelayanan Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akte Catatan Sipil
d. Retribusi Pelayanan Pemakaman
g. Retribusi Pengujuian Kendaraan Bermotor h. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran i. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
j. Retribusi Pengujian Kapal Perikanan
3.2. Retribusi Jasa Usaha
Retribusi jasa usaha ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dengan
kriteria-kriteria sebagai berikut:
a. Retribusi jasa usaha bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi Jasa Umum atau Retribusi Perizinan Tertentu; dan
b. Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang seyogyanya disediakan oleh sektor swasta tetapi belum memadai atau terdapatnya harta yang dimiliki/dikuasai daerah yang belum dimanfaatkan secara penuh oleh Pemerintah Daerah.
Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah:
a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah; b. Retribusi Pasar Grosir da/atau Pertokoan; c. Retribusi Tempat Pelelangan;
d. Retribusi Terminal;
e. Retribusi Tempat Khusus Parkir; f. Retribusi Tempat Penginapan; g. Retribusi Penyedotan Kakus; h. Retribusi Rumah Potong Hewan; i. Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal; j. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga; k. Retribusi Penyebrangan di Atas Air; l. Retribusi Pengelolaan Limbah Cair; m. Retribusi Penjualan Produksi Daerah.
3.3. Retribusi Perizinan Tertentu
Retribusi perizinan tertentu ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:
a. Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah dalam rangka asas desentralisasi;
c. Biaya yang menjadi bebena daerah dalam penyelenggaraan izin tersebut dari biaya untuk menanggulangi dampak negatif dari perizinan tersebut cukup besar sehingga layak dibiayai dari retribusi perizinan.
Jenis Retribusi PerizinanTertentu adalah:
a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
b. Retribusi Tempat Penjuaalan Minuman Berakohol c. Retribusi Izin Gangguan
d. Retribusi Izin Trayek
Penetapan jenis retribusi ke dalam retribusi jasa umum dan jasa usaha dibuat
dengan peraturan pemerintah agar tercipta ketertiban dalam penerapannya
sehingga dapat memberikan kepastian pada masyarakat serta dapat
disesuaikan dengan kebutuhan nyata di daerah yang bersangkuatan.
4. Objek Retribusi Daerah
Objek retribusi daerah menurut Yani (2008:64) merupakan berbagai jenis jasa
tertentu yang disediakan oleh pemerintah daerah. Tidak semua yang diberikan
oleh pemerintah daerah dapat dipungut retribusinya, tetapi hanya jenis-jenis
jasa tertentu yang menurut pertimbangan sosial ekonomi layak dijadikan
sebagai objek retribusi.
Menurut Mardiasmo (2002:103) terdapat 3 Objek Retribusi daerah:
a. Jasa Umum, yaitu berupa pelayanan yang disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
b. Jasa Usaha, yaitu berupa pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial
alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
5. Subjek Retribusi Daerah
Subjek Retribusi Daerah yaitu sebagai berikut:
a. Retribusi jasa umum adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan. b. Retribusi jasa usaha adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan. c. Retribusi perizinan tertentu adalah orang pribadi atau badan yang
memperoleh izin tertentu.
6. Besarnya Retribusi Yang Terutang dan Tarif Retribusi Daerah
Besarnya retribusi yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
menggunakan jasa atau perizinan tertentu dihitung dengan cara mengalihkan
tarif retribusi dengan tingkat penggunaan jasa.
Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi jasa umum didasarkan
pada kebijaksanaan daerah dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa
yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, dan aspek keadilan. Dengan
demikian, daerah mempunyai kewenangan untuk menetapkan prinsip dan
sasaran yang akan dicapai dalam menetapkan tarif retribusi jasa umum,
seperti untuk menutup sebagian atau sama dengan biaya penyediaan jasa yang
bersangkutan dan membantu golongan masyarakat kurang mampu sesuai
7. Dampak Pungutan Retribusi
Retribusi dapat dipungut dengan sistem yang sifatnya progresif atau regresif
berdasarkan potensi kemampuan membayar retribusi. Retribusi hanya akan
berpengaruh pada kesediaan menggunakan atau permintaan terhadap jasa atau
pelayanan maupun produk yang dihasilkan oleh pemerintah, karena itu
retribusi tidak seperti halnya dengan pajak, retribusi hanya akan mengurangi
konsumsi, akan tetapi tidak mengurangi kemampuan atau kemauan untuk
bekerja, menabung dan berinvestasi, tetapi tidak akan signifikan sifatnya,
sehingga tidak akan mempunyai dampak yang terlalu besar dalam
perekonomian daerah.
Retribusi dapat berpengaruh dalam hal distribusi pendapatan, karena retribusi
dapat digunakan oleh pemerintah daerah untuk melindungi yang lemah dalam
perekonomian dan membagikan beban masyarakat itu kepada kelompok
berpenghasilan tinggi di daerah yang sama. Sistem retribusi yang progresif
dapat bermanfaat untuk retribusi pendapatan dalam masyarakat di daerah.
8. Pemanfaatan Retribusi
Pemanfaatan dari penerimaan masing-masing jenis retribusi diutamakan
untuk mendanai kegiatan yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan
pelayanan yang bersangkutan. Ketentuan mengenai alokasi pemanfaatan
9. Beberapa Kelemahan Retribusi Daerah
Disamping pajak daerah, sumber PAD yang cukup besar peranannya dalam
menyumbang pada PAD adalah retribusi daerah. Retribusi daerah tersebut
langsung dapat ditunjuk, misalnya retribusi jalan, karena kendaraan tertentu
memang melalui jalan di mana retribusi jalan tersebut dipungut.
Demikian juga retribusi parkir, karena ada pemakaian ruang tertentu oleh si
pemakai tempat parkir, jadi sesungguhnya dalam hal iuran retribusi itu dianut
asas manfaat yang diterima oleh si penerima manfaat dari pelayanan yang
diberikan oleh pemerintah daerah. Pungutan retribusi daerah yang
berkembang selama ini didasarkan pada undang-undang nomor 12 tahun
1957 tentang peraturan retribusi daerah, yang ternyata menunjukkan beberapa
kelemahan,diantaranya:
a. Hasilnya kurang memadai bila dibandingkan dengan biaya penyediaan jasa oleh pemerintah daerah
b. Biaya pemungutannya terlalu tinggi kurang kuatnya prinsip dasar retribusi terutama dalam hal pengenaan, penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi
c. Ada beberapa jenis retribusi yang pada hakikatnya bersifat sebagai pajak karena pemungutannya tidak dikaitkan langsung dengan balas jasa atau pelayanan pemerintah daerah yang diterima oleh pembayar retribusi
Ada jenis retribusi perizinan yang tidak efektif dalam kaitannya dengan usaha untuk melindungi kepentingan umum dan kelestarian lingkungan.
(http://bambangpudjiyanto.com/article/12/1022/penyebab-retribusi-parkir.html diakses pada tanggal 15 Maret 2015 pukul 17.35)
Oleh karena itu maka pada tahun 1997 Pemerintah merasa perlu untuk
mengklarifikiasi berbagai pungutan retribusi itu atas dasar kriteria tertentu
sehingga mencerminkan hubungan yang jelas antara tarif retribusi dengan
pelayanan atau jasa yang diberikan oleh Pemerintah Daerah.
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pemerintah
Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah telah
menyebabkan perubahan yang mendasar mengenai pengaturan hubungan
pusat dan daerah, khususnya dalam bidang administrasi pemerintahan
maupun dalam hubungan keuangan antara pemerintah Pusat dan Daerah,
yang dikenal sebagai era otonomi daerah.
Otonomi daerah menurut Sunarno (2006:6) merupakan kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai batas-batas wilayah, yang berwenang mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri, berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem
NKRI.
B. Tinjauan Tentang Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Retribusi
Menurut Kaho (2010:180), faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan
pungutan retribusi yaitu:
1. Pengetahuan tentang asas-asas organisasi
Keberhasilan suatu aktivitas bersama sekelompok orang yang
menggunakan organisasi sebagai alat, sangat tergantung pada tingkat
pengetahuan anggota-anggotanya dan pimpinannya akan asas-asas
a. Perumusan tujuan yang jelas
b. Pembagian tugas kerja
c. Delegasi kekuasaan
d. Tingkat pengawasan
e. Rentang kendali
f. Kesatuan perintah
g. Tanggung jawab
2. Disiplin Kerja Pegawai
Menurut Kaho (2010:182), bahwa disiplin dapat ditegaskan sebagai suatu
kekuatan yang berkembang di dalam tubuh pekerja sendiri dan menyebabkan
dia dapat menyesuaikan diri dengan sukarela kepada keputusan-keputusan,
peraturan-peraturan, dan nilai-nilai tinggi dari pekerjaan dan tingkah laku.
Pentingnya disiplin dalam setiap organisasi adalah agar setiap peraturan
prosedur, dan aturan main yang telah ditentukan dalam organisasi dapat
ditegakkan. Hal inilah yang sangat menentukan keberhasilan organisasi.
3. Pengawasan Yang Efektif
Menurut Kaho (2010:184), pengawasan merupakan suatu proses dimana
pimpinan ingin mengetahui apakah hasil pelaksanaan yang dilakukan oleh
bawahannya sesuai dengan rencana, perintah, dan tujuan kebijakan yang
Untuk melakukan suatu pengawasan yang perlu diperhatikan adalah
proses-proses pengawasannya. Sehubungan dengan itu menurut Kaho (2010 : 181)
menyatakan bahwa proses pengawasan terdiri dari fase sebagai berikut:
a. Menentukan alat ukur (standard)
b. Mengadakan penilaian (evaluate)
c. Mengadakan tindakan perbaikan (corrective action)
Fungsi pengawasan mempunyai peran yang sangat penting dalam
menggambarkan pelaksanaan rencana demi tercapainya tujuan suatu
organisasi. Besarnya retribusi yang terutang terhitung berdasarkan perkalian
antara tingkat penggunaan jasa dengan tarif retribusi.
Pengawasan dibagi menjadi 2 bagian yaitu pengawasan langsung dan
pengawasan tidak langsung:
a. Pengawasan Langsung
Pengawasan Langsung adalah pengawasan yang dilakukan dengan cara mendatangi dan melakukan pemeriksaan di tempat (on the spot) terhadap obyek yang diawasi. Jika pengawasan langsung ini dilakukan terhadap proyek pembangunan fisik maka yang dimaksud dengan pemeriksaan ditempat atau pemeriksaan setempat itu dapat berupa pemeriksaan administratif atau pemeriksaan fisik di lapangan.
b. Pengawasan tidak langsung
Pengawasan tidak langsung merupakan pengawasan yang dilakukan tanpa mendatangi tempat pelaksanaan pekerjaan atau obyek yang diawasi atau pengawasan yang dilakukan dari jarak jauh yaitu dari belakang meja. Dokumen yang diperlukan dalam pengawasan tidak langsung antara lain :
• Laporan pelaksanaan pekerjaan baik laporan berkala maupun laporan insidentil;
• Laporan hasil pemeriksaan (LHP) dari pengawan lain;
• Surat-surat pengaduan;
• Berita atau artikel di mass media;
• Dokumen lain yang terkait.
C. Tinjauan Tentang Retribusi Parkir
1. Pengertian Parkir
Kendaraan yang bergerak suatu saat akan berhenti dan pada saat berhenti
dibutuhkan tempat untuk memarkir kendaraan tersebut. Hubungan ini
memperjelas bahwa fasilitas parkir menjadi bagian yang sangat penting dalam
sistem transportasi.
Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kota Bandar Lampung Nomor 5
Tahun 2011 Parkir merupakan keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang
bersifat sementara. Tempat parkir di tepi jalan umum adalah tempat
pemberhentian kendaraan di lokasi tertentu di tepi jalan umum di wilayah
daerah.
Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum yang selanjutnya dapat disebut
retribusi menurut Peraturan Walikota Nomor 83 tahun 2011 merupakan
pembayaran atas pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan
angkutan penumpang, bus, dan kendaraan angkutan barang, tempat kegiatan
usaha, fasilitas lainnya di lingkungan tepi jalan umum yang dimiliki, dikelola
oleh pemerintah daerah.
Tempat parkir ditepi jalan umum menurut Peraturan walikota nomor 83 tahun
2011 merupakan tempat-tempat parkir ditepi jalan umum sepanjang daerah
pengawasan jalan dan tempat-tempat tertentu yang ditetapkan walikota. Jadi
jangka waktu yang sebentar ataupun lama tergantung pada kendaraan maupun
kebutuhannya.
2. Fasilitas Parkir
Fasilitas parkir bertujuan untuk memberikan tempat istirahat bagi
kendaraan dan untuk menunjang kelancaran arus lalu lintas. Menurut
jendral perhubungan darat (http://e-journal.uajy.ac.id (jurnal Sheila Ratna
Dewi) diakses pada tanggal 27 Juni 2015 pukul 13:33 WIB) ada dua jenis
dan penempatan fasilitas parkir yaitu sebagai berikut:
a. Parkir di Badan Jalan (On street Parking)
Tempat yang biasanya paling jelas dan biasanya paling cocok bagi
pengemudi untuk memarkir kendaraannya ialah di tepi jalan.Tetapi
parkir seperti ini mempunyai banyak kerugian. Pertama arus lalu lintas
sepanjang jalan menjadi terhambat, yang akhirnya akan menimbulkan
kemacetan dan kelambatan pada seluruh kendaraan.
Pada kondisi parkir yang berhimpit akan lebih terlihat penurunan
kelancaran lalu lintasnya. Parkir di jalan juga mengakibatkan
peningkatan jumlah kecelakaan akibat gerakan membuka pintu mobil,
tingkah pengendara sepeda motor yang tak menentu dan pejalan kaki
yang muncul diantara kendaraan parkir. Meskipun terdapat berbagai
kerugian, namun parkir badan jalan masih sangat diperlukan karena
banyak tempat (pertokoan, sekolah, tempat ibadah, dll) tidak
b. Parkir di luar Badan Jalan (Off Street Parking)
Di kebanyakan kawasan pusat kota, parkir di pinggir jalan sangat
dibatasi sehingga diperlukan penyediaan fasilitas di luar daerah jalan.
Ada beberapa klasifikasi parkir di luar daerah jalan yaitu:
1. Pelataran parkir di permukaan tanah, 2. Garasi bertingkat,
3. Garasi bawah tanah, 4. Gabungan,
5. Garasi mekanis.
3. Parkir Menurut Status
Menurut statusnya parkir digolongkan menjadi 3 (http://eprints.undip.ac.id
diakses pada tanggal 27 Juni 2015 pukul 13:35) yaitu :
a. Parkir Umum
Parkir umum adalah perparkiran yang menggunakan tanah-tanah,
jalan-jalan, lapangan yang dimiliki atau dikuasai dan
penyelenggaranya dikelola oleh pemerintah daerah.
b. Parkir Khusus
Perparkiran yang menggunakan tanah-tanah yang dikuasai dan
pengelolaannya oleh pihak ke-3.
c. Parkir Darurat
Perparkiran di tempat umum, baik yang menggunakan lahan, jalan,
lapangan milik, dan penguasaannya oleh pemerintah daerah atau
swasta karena kegiatan insentil.
d. Taman Parkir
Suatau area atau bangunan perparkiran yang dilengkapi sarana
e. Gedung Parkir
Bangunan yang dimanfaatkan untuk tempat parkir kendaraannya yang
penyelenggaraannya oleh pemerintah daerah atau pihak ketiga yang
mendapat izin dari pemerintah daerah.
4. Pengelolaan Retribusi Parkir
Pengelolaan retribusi parkir perlu adanya manajemen pengelolaan parkir .
Manajemen menurut Halord Koontz dan Cyril O’Donnel dalam Hasibuan
(2011:3) merupakan usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui
kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer mengadakan koordinasi
atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian.
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan proses penentuan tujuan dan pedoman
pelaksanaan, dengan memilih yang terbaik dari alternatif yang ada.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan suatu proses penentuan, pengelompokan,
dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk
mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini,
menyediakan alat-alat yang diperlukan menetapkan wewenang yang
secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan
c. Pengarahan
Pengarahan merupakan mengarahkan semua bawahan agar mau
bekerja sama dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan
d. Pengendalian/pengawasan
Pengendalian merupakan proses pengaturan berbagai faktor dalam
suatu perusahaan, agar sesuai dengan ketetapan dalam rencana.
D. Tinjauan Tentang Peraturan Daerah dan Peraturan Walikota Mengenai Pemungutan Retribusi Parkir
Peraturan Daerah (Perda) nomor 5 tahun 2011 tentang retribusi jasa umum
dan Peraturan Walikota (Perwali) nomor 83 tahun 2011 merupakan peraturan
yang mendukung pemungutan retribusi parkir di Kota Bandar Lampung.
Adanya peraturan daerah dan peraturan walikota tersebut diharapkan dapat
menjadi acuan bagi satuan kerja di Dinas Perhubungaan khususnya pada UPT
Perparkiran untuk dapat terus “menggali” potensi yang ada pada jasa
perparkiran di Kota Bandar Lampung.
Untuk mengukur faktor apa saja yang mempengaruhi peningkatan retribusi
parkir yang berkaitan dalam Perda dan Perwali yang ada, maka dapat dilihat
dalam 3 indikator yang telah dijelaskan di atas, yaitu sebagai berikut
1. Faktor Pengetahuan Organisasi
Di dalam faktor organisasi terdapat 2 hal yang dianggap dapat mewakili
secara keseluruhan mengenai faktor pengetahuan organisasi yakni
pemahaman aparat UPT Perparkiran Dinas Perhubungan Kota Bandar
diperkuat dalam pembukaan pada perda nomor 5 tahun 2011 tentang retribusi
jasa umum yaitu bahwa retribusi daerah merupakan salah satu sumber
pendapatan daerah yang penting, guna membiayai pelaksanaan pemerintahan
daerah.
Pada bab I mengenai ketentuan umum pada Pasal I poin (19) yang berbunyi
Parkir merupakan keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat
sementara, dan pada poin (20) yang berbunyi tempat parkir di tepi jalan
umum adalah tempat pemberhentain kendaraan di lokasi tertentu di tepi jalan
umum di wilayah daerah, dan yang terakhir yaitu pada poin (21) yaitu jalan
umum adalah yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.
Selain dalam perda faktor pengetahun organisasi tidak hanya memahami
tujuan pemungutan retribusi parkir, tetapi juga pemahaman aparat UPT
mengenai pengertian dari retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum
seperti halnya yang tertuang pada pembukaan Perwali nomor 83 tahun 2011
tentang tata cara pelaksanaan pemungutan retribusi parkir di tepi jalan umum
pada poin (i) yang isinya yaitu retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum
yang selanjutnya dapat disebut retribusi adalah pembayaran atas pelayanan
penyediaan tempat parkir untuk kendaraan angkutan penumpang, bus, dan
kendaraan angkutan barang, tempat kegiatan usaha, fasilitas lainnya di
lingkungan tepi jalan umum yang dimiliki dan/atau dikelola oleh pemerintah
Pada poin (L) yaitu kendaraan parkir adalah kendaraan yang parkir di tepi
jalan umum atau bus angkutan kota dalam provinsi dan angkutan kota antar
provinsi yang sedang menunggu jam pemberangkatan, lalu terakhir pada poin
(m) yaitu mengenai tempat parkir di tepi jalan umum adalah tempat-tempat
parkir di tepi jalan umum sepanjang daerah pengawasan jalan dan
tempat-tempat tertentu yang ditetapkan walikota. Ketiga poin di dalam pembukaan
Perwali seluruh aparat harus mengetahui maupun memahami tentang
asas-asas organisasi tersebut. Pengetahuan yang cukup mengenai hal ini, yang
kemudian diikuti dengan penerapannya dalam organisasi akan berpengaruh
secara positif terhadap pencapaian tujuan organisasi.
Lalu yang kedua, didalam faktor pengetahuan organisasi aparat UPT juga
harus memahami pembagian kerja, karena di dalam pembagian kerja akan
mempermudah pegawai untuk melaksanakan tanggung jawab, agar tidak
adanya tumpang tindih tanggung jawab. Pembagian kerja yang jelas sudah
tertuang dalam Perwali nomor 83 tahun 2011 tentang tata cara pemungutan
retribusi parkir di tepi jalan umum yaitu pada bab I mengenai ketentuan
umum pada pasal I yaitu pada poin:
f. Satuan kerja perangkat daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah satuan kerja perangkat daerah yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas pemerintahan di bidang perparkiran
g. Unit Pelaksana Teknis selanjutnya disebut UPT adalah Unit Pelaksana Teknis parkir di tepi jalan umum
h. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang retribusi daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
o. Petugas Pengelola adalah petugas yang ditunjuk oleh Kepala Dinas Perhubungan Kota Bandar lampung atas usulan kepala UPT Parkir untuk mengelola wilayah tertentu
Memahami pembagian kerja akan memperjelas batas wewenang, tanggung
jawab, dan kewajiban dari masing-masing pegawai. Dengan gambaran diatas
maka terlihat bahwa penerapan prinsip-prinsip organisasi ini dalam
menentukan keberhasilan organisasi.
2. Disiplin Kerja Pegawai
Disiplin dapat ditegaskan sebagai suatu kekuatan yang berkembang di dalam
tubuh pekerja sendiri dan menyebabkan dia dapat menyesuaikan diri dengan
sukarela kepada keputusan-keputusan, peraturan-peraturan, dan nilai-nilai
tinggi dari pekerjaan. Pengertian ini unsur manusia akan berkurang apabila
tidak disertai dengan ketaatan pada peraturan atau prosedur aturan permainan.
Disiplin kerja pegawai sebagaimana yang telah trertuang pada Perwali nomor
83 tahun 2011 tentang tata cara pemungutan retribusi parkir di tepi jalan
umum yaitu pada bab V tentang tata cara pemungutan retribusi dengan karcis
pasal 7 yaitu pada poin :
3. Juru parkir wajib memberikan karcis kepada wajib retribusi dan menyetorkan hasilnya kepada petugas pengelola wilayah parkir pada hari itu juga.
4. Petugas pengelola wilayah parkir setelah menerima setoran dari juru parkir langsung menyetorkan kepada bendaharawan khusus penerima UPT Parkir dengan menggunakan SSRD dalam waktu 1 (satu) kali 24 (dua puluh empat) jam kemudian bendaharawan khusus penerima wajib menyetorkan hasil pungutan retribusi tersebut ke rekening kas daerah.
Selanjutnya pada bab VI bagian kedua tentang tata cara pembayaran retribusi
pasal 11 yaitu pada poin:
1. Pembayaran retribusi berupa karcis dilakukan secara langsung kepada petugas parkir
3. Dalam hal pembayaran dilakukan di tempat lain yang ditunjuk maka hasil penerimaan retribusi daerah harus disetorkan ke kas daerah selambat-lambatnya 1 x 24 jam atau dalam waktu yang ditentukan walikota
4. Apabila pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat waktu yang telah ditentukan, maka akan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% dari nilai retribusi dengan menerbitkan STRD
5. Pembayaran retribusi harus dilakukan secara tunai/lunas
Menjalankan disiplin kerja sesuai dengan peraturan yang berlaku akan
menentukan keberhasilan UPT Perparkiran dalam tercapainya target
penerimaan retribusi parkir di Kota Bandar Lampung
3. Pengawasan Yang Efektif
Melalui pengawasan dapat diketahui apakah sesuatu berjalan sesuai dengan
rencana, sesuai instruksi atau asas yang telah ditentukan, dapat diketahui
kesulitan dan kelemahan dalam bekerja untuk kemudian diperbaiki dan juga
dapat diketahui apakah sesuatu berjalan efisien dan efektif ataukah tidak.
Faktor pengawasan merupakan faktor yang sangat penting karena untuk
mengetahui bahkan menilai apakah yang telah dikerjakan sudah berjalan
sesuai aturan atau perlu evaluasi ulang agar tujuan yang telah direncanakan
yakni pencapaian target penerimaan retribusi parkir di Kota Bandar Lampung
dapat mencapai target.
Pengawasan dilakukan oleh atasan atau yang mempunyai jabatan paling
tinggi, ini di perkuat dalam perwali nomor 83 tahun 2011 tentang tata cara
pemungutan retribusi parkir di tepi jalan umum yaitu pada bab I mengenai
ketentuan umum pasal I pada poin (x) yaitu pemeriksaan adalah serangkaian
kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan atau bukti yang
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi daerah
dan atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan retribusi daerah, selanjutnya pada bab XI mengenai
pemeriksaan retribusi bagian kesatu pasal 17 yaitu :
1. Walikota menugaskan kepala dinas untuk melakukan pemeriksaan retribusi dalam rangka menguji kepatuhan pemeriksaan wajib retribusi 2. Kepala dinas membentuk tim pemeriksa retribusi terdiri dari unsur
dinas/instansi terkait.
Adanya pengawasan dari atasan dapat dilakukan penilaian atas hasil-hasil
yang ada berdasarkan peraturan yang diberlakukan. Penilaian merupakan
proses pengukuran dan pembandingan dengan hasil-hasil pekerjaan yang
nyatanya dengan hasil-hasil yang harus tercapai. Seperti halnya dalam
pemungutan retribusi parkir, dengan banyaknya lokasi parkir, jika
pengawasan dilakukan secara efektif, akan menghindari kecurangan yang
dilakukan oleh oknum-oknum terkait. Maka sedikit demi sedikit target
penerimaan retribusi parkir di Kota Bandar Lampung akan mencapai target
E. Kerangka Pikir
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah, baik pemerintah daerah
provinsi maupun pemerintah daerah kabupaten/kota mempunyai hak dan
kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan
pelayanan kepada masyarakat. Untuk menyelenggarakan pemerintahan
tersebut, daerah berhak mengenakan pungutan kepada masyarakat salah
satunya yaitu pemungutan retribusi parkir.
Retribusi pelayanan parkir tepi jalan umum yang selanjutnya dapat disebut
retribusi adalah pembayaran atas pelayanan penyediaan tempat parkir untuk
kendaraan angkutan penumpang, bus dan kendaraan angkutanan barang,
tempat kegiatan usaha, fasilitas lainnya di lingkungan tepi jalan umum yang
dimiliki dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah.
Salah satu jenis retribusi daerah yang dapat dikatakan potensial ialah retribusi
parkir tepi jalan umum, karena semakin banyaknya kendaraan yang ada di
Kota Bandar Lampung diharapkan kontribusi dari sektor perparkiran selalu
mencapai target. Banyaknya titik parkir di Kota Bandar Lampung akan
semakin menambah keuntungaan bagi pemerintah daerah untuk
meningkatkan PAD di Kota Bandar Lampung.
Berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 83 Tahun 2011 Tentang tata cara
pelaksanaan pemungutan reribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum bahwa
Tahun 2011 tentang retribusi jasa umum sebagai pelaksana undang-undang
Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi, yang didalamnya
terdapat wilayah-wilayah parkir di kota Bandar Lampung, dan juga bentuk,
ukuran, warna, isi beserta tarif yang telah diberlakukan.
Keberhasilan penyelenggaraan perparkiran dalam era otonomi daerah dapat
terlihat pada kemampuan daerah dan memanfaatkan kewenangan luas, nyata,
dan bertanggung jawab secara profesional dalam menggali sumber-sumber
PAD. Maka daerah/kota diharapkan dapat mampu menggali seoptimal
mungkin sumber-sumber keuangannya seperti Pajak, retribusi atau pungutan
yang merupakan sumber-sumber PAD.
Peningkatan PAD merupakan salah satu usaha untuk mengatasi pembiayaan
urusan penyelenggaraan pemerintah. Dalam rangka meningkatkan pendapatan
daerah, sektor retribusi daerah merupakan sektor yang sangat besar untuk
digali dan diperluas pengelolaannya, karena retribusi daerah dipungut atas
balas jasa yang disediakan pemerintah.
Penulis melihat jumlah kendaraan roda dua dan roda empat di Kota Bandar
Lampung semakin bertambah, ini terlihat seringnya terjadi kemacetan di
beberapa titik dan pemerintah kota telah memiliki 93 titik Parkir Di Tepi
Jalan Umum dan juga ini dibuktikan dengan banyaknya tempat umum yang
strategis dan dapat dijadikan lahan parkir misalnya pertokoan yang ada di tepi
jalan umum Kota Bandar Lampung, seharusnya target pendapatan dari sektor
retribusi parkir selalu mencapai target pertahunnya. Lalu penulis ingin
parkir tidak pernah mencapai target. maka penulis menggunakan teori Josef R
Kaho yaitu :
1. Faktor Pengetahuan Organisasi 2. Faktor Disiplin Kerja Pegawai 3. Faktor Pengawasan
Untuk memudahkan penulis melakukan penelitian, maka penulis
menggambarkan langkah-langkah penelitian dengan kerangka pikir, sebagai
berikut:
Gambar 1. Kerangka Pikir Faktor-Faktor yang mempengaruhi penerimaan Retribusi (berdasarkan
pendapat Josef R. Kaho)
1. Faktor pengetahuan organisasi
2. Faktor disiplin kerja pegawai
3. Faktor pengawasan
A. Tipe Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis mengenai
faktor-faktor penyebab tidak tercapainya target penerimaan retribusi parkir di Kota
Bandar Lampung, maka tipe penelitian ini menggunakan metode penelitian
deskriptif yang didasarkan pada data kualitatif.
Penelitian Kualitatif menurut Moleong (2001:54) merupakan penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara
holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah.
Penelitian Kualitatif menurut Basrowi dan Suwandi (2008:20) merupakan
penelitian yang dilakukan berdasarkan paradigma, strategi, dan implementasi
model secara kualitatif.
Jika melihat dua definisi tersebut maka dapat penulis simpulkan penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang memahami fenomena tentang apa yang
dialami dan jenis data yang digunakan berbentuk kata-kata, dokumentasi
Penelitian deskriptif menurut Basrowi dan Suwandi (2008:28) merupakan
metode penelitian untuk merumuskan sebuah gambaran yang tersusun secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai kejadian nyata, sifat-sifat serta
hubungan fenomena yang akan diteliti yang pada akhirnya dapat
mengungkapkan suatu kebenaran.
Melalui metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif diharapkan akan
mampu memberikan gambaran mengenai faktor-faktor penyebab tidak
tercapainya target penerimaan retribusi parkir di Kota Bandar Lampung.
Penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan alasan agar lebih