• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGETAHUAN KOGNITIF PETANI HUTAN DALAM PELAKSANAKAN PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) DI DESA JOMBLANG KECAMATAN JEPON KABUPATEN BLORA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGETAHUAN KOGNITIF PETANI HUTAN DALAM PELAKSANAKAN PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) DI DESA JOMBLANG KECAMATAN JEPON KABUPATEN BLORA"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGETAHUAN KOGNITIF PETANI HUTAN

DALAM PELAKSANAKAN PROGRAM PENGELOLAAN

HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM)

DI DESA JOMBLANG KECAMATAN JEPON

KABUPATEN BLORA

SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang

Oleh:

Chandra Satria Harimurti 3201412109

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Unnes pada

Hari : Jum‟at

Tanggal : 5 Agustus 2016

Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II

Dr. Eva Banowati, M.Si Drs. Heri Tjahjono, M.Si

NIP. 196109291989012003 NIP. 196802021999031001

(3)

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Unnes pada

Hari : Selasa

Tanggal : 16 Agustus 2016

Penguji I Penguji II Penguji III

(4)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 10 Mei 2016

Chandra Satria Harimurti

(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. Jatuh berdiri lagi, kalah mencoba lagi, gagal bangkit lagi, sampai Tuhan berkata waktunya pulang.

2. Hidup adalah pantang menyerah, tunjukan kehebatanmu dan semangatmu. 3. Bukan karena bahagia lalu kita bersyukur, tetapi selalu bersyukur hidup

kita akan selalu bahagia.

4. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.

PERSEMBAHAN

1. Kedua Orang Tuaku, Bapak Djuwanto dan Ibu Supadmi, S.Pd., serta kakak-kakak ku, Mitha Krisna Pratiwi, A.Md., Wahyu Citra Kurniawan, A.Md., Mohamad Miza Kurniawan, A.Md., dan adik ku, Satria Patra Irawan yang tak putus asa memberikan doa dan dukungan.

2. Sahabat terbaik ku, Difa Setyarini, Ryan Adi Widiyanto, Faizal Vidho Herlambang, Arif Setiyaji, Arief Nur Hidayat, Edi Sulistio, Warih Ari Suluh Tridoyo, Rolly Armando Hutagaol, Mas Aditia Nugroho, Qonitha Bella, dan Eldorado Jhon Badia Silaban yang banyak memberikan bantuan, dukungan, dan motivasi.

(6)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

rahmat-Nya sehingga skripsi dengan judul “Analisis Pengetahuan Kognitif Petani Hutan

Dalam Melaksanakan Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)

Di Desa Jomblang Kecamatan Jepon Kabupaten Blora” dapat terselesaikan dengan baik. Penyelesaian skripsi ini banyak sekali mendapat bantuan, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. selaku Rektor Universitas Negeri Semarang atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan studi strata satu di Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. Moh. Solehatul Mustofa, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial yang telah memberikan ijin melaksanakan penelitian untuk menyusun skripsi ini.

3. Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si. selaku Ketua Jurusan Geografi yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan tulus.

4. Dosen wali Drs. Suroso, M.Si. yang telah memberikan bimbingan dengan tulus.

5. Ariyani Indrayati, S.Si, M.Sc. selaku penguji utama yang telah memberikan bimbingan dengan tulus.

6. Dr. Eva Banowati, M.Si. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dengan tulus.

7. Drs. Heri Tjahjono, M.Si. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dengan tulus.

8. Ir. Endro Koesdijanto selaku Administratur/KKPH Cepu yang telah memberikan ijin penelitian di KPH Cepu.

(7)

10.Agung Sugiarto, S.E. selaku KSS/Kaur Pengembangan PHBM yang telah memberikan saran dan dukungan atas penelitian di KPH Cepu.

11.Surat Wartono, S.E. selaku Ketua LMDH Jati Bagus yang telah memberikan saran dan dukungan atas penelitian di Desa Jomblang. 12.Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan penulis satu persatu.

Demikian besar harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khusunya dan pembaca pada umumnya.

Semarang, 10 Mei 2016

Chandra Satria Harimurti

(8)

SARI

Harimurti, Chandra Satria, 2016, Analisis Pengetahuan Kognitif Petani Hutan Dalam Melaksanakan Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat

(PHBM) Di Desa Jomblang Kecamatan Jepon Kabupaten Blora, Skripsi,Jurusan

Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Dr. Eva Banowati, M.Si dan Drs. Heri Tjahjono, M.Si. 62 halaman.

Kata Kunci: Pengetahuan Kognitif, Petani Hutan, PHBM

Hutan merupakan sumberdaya yang dapat diperbaharui, sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan, untuk menjaga kelestarian hutan perlu diadakan pengelolaan hutan secara baik dan benar. Salah satunya ialah melalui pendidikan nonformal yaitu dengan pengetahuan kognitif petani hutan dalam pelaksanaan program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana pengetahuan kognitif petani hutan tentang program PHBM (2) Bagaimanakah partisipasi petani hutan dalam pelaksanaan program PHBM (3) Bagaimanakah hubungan pengetahuan kognitif petani hutan dengan partisipasi pelaksanaan program PHBM. Penelitian ini bertujuan: (1) Mengetahui pengetahuan kognitif petani hutan tentang program PHBM (2) Mengetahui partisipasi petani hutan dalam pelaksanaan program PHBM (3) Mengetahui hubungan pengetahuan kognitif petani hutan dengan partisipasi pelaksanaan program PHBM.

Populasi penelitian ini adalah seluruh petani hutan yang tergabung dalam anggota Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Jati Bagus. Ada dua variabel dalam penelitian ini, yaitu: pengetahuan kognitif dan pelaksanaan program PHBM. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis geografi, dengan spesifikasinya deskriptif persentase, dan kemudian dihubungkan antar variabelnya menggunakan tabulasi silang dengan korelasi uji chi-square test.

(9)

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ...iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI ...viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ...xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Batasan Istilah ... 6

BAB II ... 8

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR ... 8

2.1. Deskripsi Teoritis ... 8

2.1.1. Kajian Geografi dan Geografi Sosial ... 8

2.1.2. Pengetahuan Kognitif ... 9

2.1.3. Petani Hutan ... 12

2.1.4. Program PHBM ... 15

(10)

2.1.6. Kerangka Berpikir... 22

2.1.7. Hipotesis ... 23

BAB III ... 24

METODE PENELITIAN ... 24

3.1. Populasi Penelitian ... 24

3.2. Variabel Penelitan ... 24

3.2.1. Variabel bebas (X) ... 25

3.2.2. Variabel terikat (Y) ... 26

3.3. Alat dan Teknik Pengumpulan Data ... 26

3.3.1. Wawancara... 26

3.3.2. Dokumentasi ... 27

3.3.3. Observasi ... 27

3.4. Validitas dan Reliabilitas Alat ... 27

3.5. Teknik Analisis Data ... 30

BAB IV ... 33

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33

4.1.Gambaran Umum Objek Penelitian ... 33

4.1.1.Kondisi Geografis ... 33

4.1.2.Penggunaan Lahan ... 36

4.1.3.Kependudukan ... 39

4.1.4.Wilayah Hutan Desa Jomblang Kecamatan Jepon ... 41

4.1.5.LMDH Jati Bagus ... 44

4.2.Hasil Penelitian ... 47

4.2.Pembahasan ... 55

4.2.1.Pengetahuan Kognitif Petani Hutan terhadap program PHBM ... 55

4.2.2.Partisipasi pelaksanaan Program PHBM ... 56

4.2.3.Hubungan Pengetahuan Kognitif Petani Hutan terhadap partisipasi pelaksanaan Program PHBM ... 58

BAB V ... 59

(11)

1.1.Simpulan ... 59

1.2.Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Identitas Responden ... 74

Tabel 2 Tabulasi Uji Validitas Pengetahuan Kognitif ... 79

Tabel 2.1 Matrik Kajian Penelitian Terdahulu ... 19

Tabel 3 Tabulasi Uji Validitas Pelaksanaan Program PHBM ... 81

Tabel 3.1 Matrik Variabel Penelitian ... 24

Tabel 3.2 Matrik Teknik Analisis Data ... 30

Tabel 3.3 Standar Penilaian Akademik Unnes ... 31

Tabel 3.4 Kriteria Pengetahuan Kognitif Petani Hutan ... 32

Tabel 4.1 Penggunaan Lahan Desa Jomblang... 36

Tabel 4.2 Karakteristik Tanah pada Hutan di Desa Jomblang ... 38

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Desa Jomblang ... 83

Tabel 4.4 Data Potensi Petak Pangkuan ... 86

Tabel 4.5 Susunan Pengurus LMDH Jati Bagus Desa Jomblang ... 89

Tabel 4.6 Tingkat Kognitif Petani Hutan ... 48

Tabel 4.7 Pengetahuan Kognitif dilihat tiap indikator ... 84

Tabel 4.8 Tabulasi Data Penelitian Pengetahuan Kognitif ... 90

Tabel 4.9 Partisipasi Pelaksanaan Program PHBM ... 49

Tabel 4.10 Partisipasi pelaksanaan program PHBM dilihat tiap indikator ... 85

Tabel 4.11 Tabulasi Data Penelitian Program PHBM ... 97

Tabel 4.12 Hasil Tabulasi Silang ... 103

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Wawancara dengan Ketua LMDH Jati Bagus... 63

Gambar 2 Wawancara dengan KSS PHBM Perhutani KPH Cepu ... 63

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 23

Gambar 3 Petakan Hutan yang dalam Kondisi Baik ... 64

Gambar 4 Petakan Hutan yang dalam Tidak Kondisi Baik ... 64

Gambar 4.1 Desa Jomblang ... 34

Gambar 4.2 Peta Administrasi Desa Jomblang ... 35

Gambar 4.3 Peta Penggunaan Lahan Desa Jomblang ... 37

Gambar 4.4 Peta Pangkuan Hutan Desa Jomblang ... 43

Gambar 4.5 Pelatihan Budidaya Porang ... 45

Gambar 4.6 Studi Banding Lembah Hijau Karanganyar ... 46

Gambar 4.7 Petak Hutan 6051 A dengan Kondisi yang Baik. ... 53

Gambar 4.8 Petak Hutan 6051 B dengan Kondisi yang Tidak Baik ... 54

Gambar 5 Pertemuan Rutin LMDH Jati Bagus (Diskusi Kelompok) ... 65

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Foto Kegiatan ... 63

Lampiran 2 Kisi-Kisi Wawancara Penelitian untuk Masyarakat anggota LMDH Jati Bagus ... 66

Lampiran 3 Instrumen Penelitian Lembar Wawancara untuk Masyarakat anggota LMDH Jati Bagus ... 68

Lampiran 4 Lembar Wawancara untuk pihak Perhutani KPH Cepu ... 70

Lampiran 5 Lembar Wawancara untuk Ketua LMDH Jati Bagus ... 71

Lampiran 6 Lembar Observasi ... 72

Lampiran 7 Pedoman Data Dokumentasi yang dibutuhkan ... 73

Lampiran 8 Identitas Responden ... 74

Lampiran 9 Tabulasi Uji Validitas Pengetahuan Kognitif ... 79

Lampiran 10 Tabulasi Uji Validitas Pelaksanaan Program PHBM ... 81

Lampiran 11 Tabel Terlampir ... 83

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Hutan merupakan sumberdaya yang dapat diperbaharui, sehingga

dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Hutan mempunyai banyak

manfaat bagi kehidupan manusia secara ekonomi maupun lingkungan,

secara ekonomi yaitu dari hasil hutan yang berupa kayu, sedangkan manfaat

hutan secara lingkungan yaitu sebagai penyedia oksigen, mencegah berbagai

bencana alam seperti banjir dan tanah longsor, serta sebagai stabilisator

iklim. Pada saat ini keberadaan hutan di Indonesia semakin berkurang. Hal

tersebut dikarenakan berbagai sebab, seperti bencana alam berupa

kebakaran maupun karena aktifitas manusia yang menebang hutan secara

ilegal ataupun alih fungsi lahan.

Untuk menjaga kelestarian hutan, maka perlu diadakan pengelolaan

hutan secara baik dan benar. Salah satu upaya pengelolaan hutan yaitu

adanya program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM),

merupakan program pengelolaan hutan yang melibatkan kerjasama antara

Perhutani dengan masyarakat desa hutan. Hutan sebagai milik negara harus

dikelola secara baik dan bijaksana. Masyarakat desa hutan diberikan hak

untuk ikut mengelola hutan dengan diawasi oleh Perhutani.

Masyarakat memerlukan bekal pengetahuan dan keterampilan yang

(16)

keterampilan masyarakat tentang pengelolaan hutan, jenis tanaman,

kelestarian hutan dan lain-lain seperti kelembaban tanah serta masa tanam

suatu tumbuhan akan menentukan keberhasilan pengelolaan hutan.

Pengetahuan dan keterampilan masyarakat dapat diperoleh melalui

pendidikan. Ada 3 jalur pendidikan yaitu formal, non formal, dan informal

sehingga pengetahuan masyarakat dapat diperoleh melalui pendidikan tidak

hanya pendidikan formal, tetapi juga pendidikan non formal dan informal.

Pendidikan non formal dan informal juga sama pentingnya dengan

pendidikan formal, karena melalui pendidikan tersebut masyarakat

memperoleh pengetahuan dan keterampilan lebih dari sebelumnya.

Berdasarkan judul penelitian ini mengkhususkan pada pendidikan non

formal.

Pendidikan sebagai sebuah bagian dari sitem pendidikan memeiliki

peran yang sangat penting dalam rangka pengembangan dan implementasi

belajar sepanjang hayat (lifelong learning). Membahas pendidikan

nonformal bukan berarti hanya membahas pendidikan nonformal sebagai

sebuah pendidikan alternatif bagi masyarakat, akan tetapi berbicara

pendidikan nonformal adalah berbicara tentang konsep, teori dan

kaidah-kaidah pendidikan yang utuh yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan

kehidupan masyarakat. Peran pendidikan nonformal dalam rangka

pelayanan pendidikan sepanjang hayat sangat dibutuhkan saat ini dan ke

depan. Sehingga pembahasan pendidikan nonformal terus dilakukan oleh

(17)

nonformal lainnya. Dalam banyak negara pembicaraan masalah pendidikan

nonformal menjadi topik-topik khusus, dan dianggap sebagai pendidikan

yang mampu memberikan jalan serta pemecahan bagi persoalan-persoalan

layanan pendidikan masyarakat, terutama masyarakat yang tidak terlayani

oleh pendidikan formal. Dalam hal ini salah satu contoh pendidikan

nonformal yang diambil peneliti ialah pelaksanaan program Pengelolaan

Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) yang dilaksanakan oleh Perum

Perhutani bersama masyarakat desa hutan dengan tujuan melestarikan hutan.

Merujuk pada Taksonomi Bloom, tujuan pendidikan dibagi ke dalam

tiga ranah, yaitu: (1) Cognitive Domain/Ranah Kognitif, (2) Affective

Domain/Ranah Afektif, (3) Psychomotor Domain/Ranah Psikomotor. Ranah

Kognitif berisi mengenai perilaku-perilaku yang menekankan aspek

intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.

Ranah Afektif berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan

dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Ranah

Psikomotor berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan

motorik seperti tulisan tangan, dan alam segi magnetik. Pengetahuan

kognitif adalah kemampuan berpikir termasuk di dalamnya kemampuan

memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisis, mensistesis dan

kemampuan mengevaluasi khususnya dalam melaksanakan program PHBM.

Penelitian ini menunjuk beberapa tingkat pengetahuan dalam pengetahuan

kognitif anatara lain pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisa, dan

(18)

Hasil observasi pada tanggal 16 Januari 2016 Desa Jomblang,

Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora, bahwa masyarakat belum sepenuhnya

memahami tentang program pengelolaan hutan, bagaimana mengelola

hutan, serta pentingnya kelestarian hutan bagi kehidupan. Masyarakat di

desa tersebut sebagian besar tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa

Hutan (LMDH) yang artinya bahwa masyarakat tersebut dapat berpartisipasi

dalam kegiatan pengelolaan hutan. Mayoritas jenis tanaman pokok hutan

berupa Pohon Jati tepatnya berada pada petak 6018C dengan luas 34,8 Ha

dan ada jenis tanaman pokok hutan lain berupa Pohon Mahoni pada petak

6051A dengan luas 4,3 Ha.

Sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa mengelola hutan

artinya memanfaatkan lahan maupun sumberdaya yang ada di hutan saja.

Padahal mengelola hutan bukan hanya itu saja, pengelolaan hutan bisa

diartikan sebagai melindungi, memelihara, dan memanfaatkan potensi

sumberdaya hutan secara bijak. Selain itu juga, masyarakat hanya

berpartisipasi jika ada pekerjaan-pekerjaan tanaman, produksi, ataupun

kegiatan pemeliharaan tetapi tidak terlibat dalam hal perencanaan,

pengelolaan maupun pemasaran. Pengelolaan pertanian yang dilakukan di

kawasan hutan, masyarakat melakukan secara sendiri-sendiri. Berdasarkan

latar belakang tersebut, penulis membuat penelitian dengan judul; Analisis

Pengetahuan Kognitif Petani Hutan Dalam Pelaksanakan Program

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Di Desa Jomblang

(19)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,

adapun masalah yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengetahuan kognitif petani hutan tentang Program

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)?

2. Bagaimanakah partisipasi petani hutan dalam pelaksanakan Program

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)?

3. Bagaimanakah hubungan pengetahuan kognitif petani hutan dengan

partisipasi pelaksanaan program Pengelolaan Hutan Bersama

Masyarakat?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka didapatkan tujuan

penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengetahuan kognitif petani hutan tentang Program

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat program (PHBM).

2. Untuk mengetahui partisipasi petani hutan dalam pelaksanakan

Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat program (PHBM).

3. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan kognitif petani hutan

dengan partisipasi pelaksanaan program Pengelolaan Hutan Bersama

(20)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

terhadap ilmu geografi sosial yaitu tentang pengetahuan kognitif

petani yang dapat dipartisipasikan dalam pembangunan sumberdaya

hutan yang didalam ilmu geografi terdapat fenomena antroposfer.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber

informasi bagi pihak Perum Perhutani dalam penyempurnaan dan

evaluasi program PHBM sebagai upaya untuk mendukung kebijakan

pengelolaan sumberdaya hutan yang lestari.

1.5. Batasan Istilah

Agar tidak terjadi salah penafsiran dan untuk memberikan gambaran

yang lebih jelas terhadap objek penelitian ini maka dikemukaan batasan

istilah-istilah yang terdapat rumusan judul proposal ini adalah:

1. Analisis

Analisis dalam penelitian ini adalah suatu tindakan kegiatan berpikir

dalam menguraikan ataupun menjabarkan sebuah masalah secara

keseluruhan dan kemudian ditemukan suatu hasil kesimpulan yang tepat.

2. Pengetahuan Kognitif

Pengetahuan Kognitif dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan

petani hutan tentang program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat

(21)

penelitian ini hanya diambil lima tingkatan yaitu mulai pengetahuan,

pemahaman, penerapan, analisa, dan evaluasi.

3. Petani Hutan

Petani Hutan dalam penelitian ini adalah para

pesanggem/masyarakat di kawasan Hutan Desa Jomblang Kecamatan

Jepon Kabupaten Blora yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat

Desa Hutan (LMDH) Jati Bagus.

4. Program PHBM

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat adalah sistem pengelolaan

sumberdaya hutan dengan pola kolaborasi yang bersinergi antara Perum

Perhutani dan masyarakat desa hutan atau pihak yang berkepentingan

dalam upaya mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya

hutan yang optimal. Berdasarkan Pelaksanaan Program PHBM terdapat 7

program, dalam penelitian ini peneliti hanya diambil 5 program

pelaksanaan kelola sosial oleh Perum Perhutani yaitu berupa bidang

perencanaan, bidang pembinaan sumberdaya hutan, bidang pemasaran,

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

2.1. Deskripsi Teoritis

2.1.1. Kajian Geografi dan Geografi Sosial

Geografi adalah ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena geosfer

(atmosfer, lithosfer, hidrosfer, dan antroposfer) dengan menggunakan

pendidikan keruangan, kelingkungan dan, kompleks wilayah. Dari

pengertian tersebut, dalam penelitian ini berdasarkan ilmu geografi yang

menjadi kajiannya adalah aktifitas petani hutan dalam memanfaatkan

lingkungan hutan. Secara keruangan bahwa berkaitan tentang informasi

yang diberikan meliputi distribusi, luasan, tingkat kesesuaian lahan, faktor

pembatas, dan alternatif teknologi yang dapat diterapkan (Banowati,

2013:7). Berdasarkan pendekatan keruangan digunakan untuk menganilis

petakan-petakan hutan yang berisi tanaman pokok, tanaman pagar, tanaman

pengisi, dan tanaman tumpangsari. Tanaman pokok adalah tanaman

kehutanan yang ditentukan berdasarkan ketetapan dalam rencana

perusahaan pada lokasi yang bersangkutan. Kemudian tanaman pengisi

adalah tanaman yang ditanam dengan tujuan guna membantu mengurangi

segi-segi kurang baik dari budidaya tanaman sejenis, ditanam pada larikan

tanaman pokok. Sedangkan tanaman pagar adalah tanaman yang ditanam di

sekeliling bidang tanaman dengan jenis-jenis tanaman tertentu yang

berfungsi sebagai pelindung/pagar dari bahaya gangguan ternak maupun

(23)

penjarahan penebang liar. Tumpangsari adalah suatu cara pengelolaan tanah

dimana petani dapat mengusahakan lahan kehutanan dengan tanaman

pangan seperti padi, jagung, ubikayu, kol, bawang merah, kentang

disamping tanaman pokok kehutanan seperti jati, pinus, sengon, dan mahoni

(Banowati, 2013:199).

Secara kelingkungan bahwa berkaitan aktivitas manusia terhadap

lingkungan atau interaksi manusia dengan lingkungannya manusia terus

mengalami perkembangan. Pertama kali berinteraksi dengan alam, manusia

hanya memanfaatkan atau tergantung dari apa saja yang dihasilkan oleh

alam. Sampai kemudian manusia mencoba untuk mengelola alam dengan

teknologi yang mereka peroleh. Kemajuan bidang pertanian saat ini

terutama dalam hal penggunaan teknologi dan pengembangan tanaman.

Semua diperoleh melalui berbagai kegiatan penelitian yang tujuannya untuk

meningkatkan hasil atau produk pertanian sehingga kebutuhan akan

barang-barang pertanian selalu tercukupi. Namun demikian sifat-sifat tanaman

dalam pertumbuhan optimalnya sangat dipengaruhi faktor-faktor geografis

(Banowati, 2013:56). Berdasarkan pendekatan keruangan, dalam penelitian

ini petani hutan secara langsung memanfaatkan ruang hutan sebagai

sumberdaya alam.

2.1.2. Pengetahuan Kognitif

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

(24)

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (UU

SPN No. 20 Tahun 2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1:1).

Pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan manusia untuk

mengembangkan potensi dirinya. Ada 3 jalur pendidikan yaitu formal, non

formal, dan informal. Pada penelitian ini peneliti memusatkan pada

pendidikan nonformal.

Pendidikan nonfomal adalah proses penyelenggaraan suatu sistem

terlembagakan, yang didalamnya terkandung makna bahwa setiap

pengembangan pendidikan nonformal perlu perencanaan program yang

matang, melalui kurikulum, isi program, sarana, prasarana, sasaran didik,

sumber belajar, serta faktor-faktor yang satu sama lain tak dapat dipisahkan

dalam pendidikan nonformal (Kamil, 2009:14). Berdasarkan penelitian

penuluis, yaitu Analisis Pengetahuan Kognitif Petani Hutan Dalam

Pelaksanakan Program Pengelolaan Hutan Bersama (PHBM) di Desa

Jomblang Kecamatan Jepon Kabupaten Blora menunjukan bahwa

masyarakat sebagai sumber dan sasaran pendidikan nonformal.

1. Masyarakat sebagai sumber belajar

Faktor lingkungan masyarakat banyak memberikan pengaruh kuat

dalam pengembangan program pendidikan nonformal, baik dalam

proses pembelajaran maupun pengelolaan program.

2. Masyarakat sebagai sasaran pendidikan nonformal

Konsep pendidikan nonformal dalam kerangka pembangunan

(25)

sebagai sumberdaya pembelajaran, dan ke dua masayrakat sebagai

sasaran pembelajaran.

3. Pendidikan nonformal dalam pemberdayaan masyarakat

Konstribusi pendidikan nonformal dalam pemberdayaan

masyarakat, secara lebih jelas dapat dilihat dari definisi dan

hakekat peran pendidikan nonformal itu sendiri.

Melalui pendidikan, seseorang memperoleh pengetahuan dan

pengalaman yang akan membuat dirinya berkembang menjadi manusia yang

lebih baik. Salah satunya ialah ranah kognitif, yaitu ranah yang menekankan

akan pemahaman atau pengetahuan dan keterampilan berpikir.

Teori perkembangan kognitif menurut Piaget yang dikutip Rifa‟i dan Anni (2012:31) terdapat empat konsep pokok dalam menjelaskan

perkembangan kognitif. Keempat konsep yang dimasud adalah skema,

asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrium. Skema adalah menggambarkan

tindakan mental dan fisik dalam mengetahui dan memahami objek.

Asimilasi yaitu proses memasukkan informasi kedalam skema yang telah

dimiliki. Akomodasi merupakan proses mengubah skema yang telah

dimiliki dengan informasi baru. Ekuilibrium ialah proses keseimbangan

diantara skema, asimilasi, maupun akomodasi.

Menurut Bloom yang dikutip Kuswana (2012:6) dalam

pengembangan taksonomi kognitif prinsip dasar kerangka yang diajukan

(26)

kompleks secara bertingkat. Beberapa prinsip dasar yang dimaksud dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Mengingat taksonomi digunakan dalam unit-unit dan program

pendidikan, memiliki perbedaan antara kelas perlu mencerminkan

bagian yang sesuai dengan tingkah laku siswa yang diharapkan.

2. Mengingat taksonomi itu harus logis dan konsisten maka

dikembangkan berdasarkan keutuhan materi, sesuai dengan struktur

internal keilmuan.

3. Mengingat taksonomi harus konsisten dengan pemahaman gejala

psikologis, maka pembedaan secara psikologis tak dapat

dipertahankan meskipun secara teratur telah dirancang oleh para

guru.

4. Mengingat penggolongan merupakan suatu rencana yang relatif

deskriptif, maka harus menunjukan atau mewakili setiap tujuan

jenis pendidikan secara netral.

Kemudian dalam kemampuan intelektual mencangkup pengetahuan,

pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi diterapkan untuk

membantu membangun pengetahuan. Dalam penelitian ini untuk pencapaian

pengetahuan kognitif diperoleh beberapa indikator, diantaranya: (1)

Pengetahuan, (2) Pemahaman, (3) Aplikasi, (4) Analisis, (5) Evaluasi.

2.1.3. Petani Hutan

Petani adalah orang yang melakukan cocok tanam dari lahan

(27)

kehidupan dari kegiatan itu. Berdasarkan perngertian tersebut petani erat

kaitannya dengan pertanian. Definisi pertanian adalah kebudayaan yang

pertama kali dikembangkan manusia sebagai respons terhadap kelangsungan

hidup yang berangsur menjadi sukar karena semakin menipisnya sumber

pangan di alam bebas akibat laju pertambahan manusia (Nurmala, 2012:1).

Pada kegiatan pertanian, petani mempunyai dua tugas atau peranan,

yaitu sebagai penggarap dan sebagai manajer. Petani sebagai penggarap

mempunyai tugas untuk menggarap, merawat, dan memelihara tanaman dan

hewan yang dimilikinya. Tujuannya adalah untuk mencapai atau

menghasilkan produk yang optimal. Petani sebagai manajer, dalam kegiatan

pertanian dibutuhkan pengelolaan dan majerial yang tepat. Apabila

pengelolaan atau manajerial tidak baik, maka besar kemungkinan kurang

hasilnya atau bahkan bisa gagal total (Banowati, 2015:47-49).

Menurut Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,

pengertian hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan

berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam

persekutuan alam lingkungan, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat

dipisahkan. Petani hutan merupakan masyarakat kawasan hutan yang

melakukan aktifitas pertanian dengan memanfaatkan lahan sebagai

sumberdaya alam dengan melakukan pengelolaan hutan untuk memenuhi

kebutuhan sambil mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan

dan melestarikan lingkungan. Dalam hal ini erat kaitannya dengan

(28)

Pertanian berkelanjutan didefinisikan sebagai pertanian yang dapat

mengarahkan pemanfaatan oleh manusia lebih besar, efesiensi penggunaan

sumberdaya lahan lebih besar dan seimbang dengan lingkungan, baik

dengan manusia maupun dengan hewan (Nurmala, 2012:29). Ada beberapa

syarat ataupun ketentuan tentang pertanian dikatakan sebagai pertanian

berkelanjutan (Banowati, 2013:161-162). Syarat atau ketentuan tersebut

antara lain:

a. Mantap secara ekologis

Artinya bahwa kualitas sumber daya alam dipertahankan dan

kemampuan agroekosistem secara keseluruhan (manusia, tanaman,

hewan, dan organisme tanah) ditingkatkan.

b. Berkelanjutan secara ekonomis

Artinya bahwa petani mampu menghasilkan untuk pemenuhan

kebutuhan dan pendapatan sendiri serta mendapatkan penghasilan

yang cukup untuk mengembalikan tenaga dan biaya yang

digunakan.

c. Adil

Artinya bahwa sumber daya alam dan kekuasaan didistribusikan

sedemikian rupa sehingga kebutuhan dasar semua anggota

masyarakat terpenuhi dan hak-hak mereka dalam penggunaan

(29)

d. Manusiawi

Artinya bahwa semua bentuk kehidupan (tanaman, hewan,

manusia) harus dihargai keberadaanya.

e. Luwes

Sistem pertanian yang ada harus mampu dijangkau oleh masyarakat

pedesaan.

2.1.4. Program PHBM

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat berdasarkan SK Dewan

Pengawas No.136/2001 adalah suatu sistem pengelolaan sumberdaya yang

dilakukan bersama oleh Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan atau

Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan dengan pihak berkepentingan

(stakeholder) dengan jiwa berbagi sehingga kepentingan bersama untuk

mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan dapat

diwujudkan secara optimal dan proporsional. PHBM merupakan

sumberdaya pengelolaan hutan dengan cara berbagi, yang meliputi berbagi

pemanfaatan waktu, ruang dan lahan, dengan prinsip saling menguntungkan,

saling memperkuat, dan saling mendukung (Sutejo, 2014:3).

Mulai tahun 2001 Perhutani melaksanakan program pengelolaan hutan

bersama masyarakat (PHBM), pada tahun yang sama paradigma PHBM

diperbaharui yang semula hanya mengutamakan kayu yaitu dengan

dipakainya kata hutan diubah menjadi sumberdaya hutan. Realisasinya

melalui pengelolaan hutan kolaboratif antara Perhutani dengan desa berbasis

(30)

dalam pengelolaan hutan karena mereka adalah masyarakat setempat

dimana hutan tersebut teragih (Banowati, 2013:189).

Bentuk-bentuk kegiatan pengelolaan sumberdaya hutan yang dapat

dikelola bersama masyarakat adalah jenis-jenis kegiatan berbasis lahan yang

dilaksanakan di kawasan hutan dan dapat dikembangkan di luar kawasan

hutan dengan memanfaatkan lahan atau ruang melalui pola tanam yang

disesuaikan karakteristik wilayah. Pola-pola yang sesuai karakteristik

wilayahnya adalah pola tanam yang dapat mengembangkan

keanekaragaman jenis dan komoditi kehutanan, pertanian, perkebunan,

peternakan, perikanan dengan tetap mengoptimalkan fungsi dan manfaat

sumberdaya alam (Sutopo, 2005:46).

Pengelolaan sumberdaya hutan adalah kegiatan yang meliputi

penyusunan rencana pengelolaan sumberdaya hutan, pemanfaatan

sumberdaya hutan dan kawasan hutan, serta perlindungan sumberdaya hutan

konservasi alam. Pengelolaan hutan bersama masyarakat merupakan

kebijakan perusahaan yang menjiwai strategi, struktur, dan budaya

perusahaan dalam pengelolaan sumberdaya hutan. Jiwa yang terkandung

dalam pengelolaan sumberdaya hutan bersama masyarakat merupakan pihak

perusahaan, masyarakat desa hutan, dan pihak yang berkepentingan untuk

berbagi dalam pengelolaan sumberdaya hutan sesuai dengan kaidah-kaidah

keseimbangan, berkelanjutan, kesesuaian, dan keselarasan (Natalia, 2005

(31)

PHBM dimaksudkan untuk memberikan arah pengelolaan

seumberdaya hutan dengan memadukan aspek ekonomi, ekologi, dan sosial

secara proporsional maupun profesional. PHBM bertujuan untuk

meningkatkan peran dan tanggung jawab Perum Perhutani, masyarakat desa

hutan dan pihak yang berkepentingan terhadap keberlanjutan fungsi dan

manfaat sumberdaya hutan, melalui pengelolaan sumberdaya hutan dengan

model kemitraan.

Aktifitas pengelolaan hutan merupakan seperangkat kegiatan

pengusahaan hutan mencakup kegiatan yang terdiri dari strategi, sistem, dan

manajemen pengelolaan. Strategi pengelolaan merupakan suatu kerangka

umum pengelolaan hutan dan pengelolaan hasil hutan (Banowati, 2011:26).

Pemanfaatan hutan oleh masyarakat dapat berupa sumberdaya kayu dan non

kayu. Kayu yang dihasilkan dari hutan memiliki nilai jual yang cukup

tinggi, sehingga diperlukan strategi dalam pemanfaatannya agar eksploitasi

terhadap kayu tidak belebih yang akhirnya mengakibatkan kerusakan hutan.

Sumberdaya non kayu yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yaitu

berupa tanaman tumpangsari yang ditanam masyarakat. Tanaman

tumpangsari tersebut harus ada strategi pemanfaatannya, yaitu masyarakat

harus memperhatikan syarat-syarat tanaman apa saja yang boleh ditanam

untuk menjadi tanaman tumpangsari sehingga tidak mengganggu

pertumbuhan tanaman tegakan.

Sumberdaya utama yang merupakan produk hutan mempunyai fungsi

(32)

dapat bermata pencaharian dari hutan serta hutan sebagai penghasil oksigen

menyumbang pembentukan iklim mikro yang dapat menjaga kualitas

disekitar hutan. Sedangkan sumberdaya non kayu merupakan kegiatan

pemanfaatan lahan hutan untuk aktifitas pertanian oleh masyarakat desa

hutan.

Sistem pengelolaan merupakan suatu rangkaian pengelolaan pada

tingkat perencanaan hutan yang meliputi pemilihan jenis tegakan dan jenis

tanaman pertanian sekaligus berhubungan dengan penentuan daur atau rotasi

tanaman pada satuan petak hutan, dan pola tanam tumpangsarinya

(Banowati, 2011:28). Masyarakat desa hutan mendapat ruang sebesar 2.500

m² untuk menanam tanaman tumpangsari dibawah tanaman tegakan.

Tanaman tumpangsari yang ada sebagian besar berupa tanaman

empon-empon seperti kunyit.

Manajemen pengelolaan merupakan suatu tindakan kebijakan yang

dilakukan oleh KPH dengan mempertimbangkan keadaan wilayah yang

terkait dengan kondisi fisik, biofisik, maupun kondisi sosial ekonomi

wilayah yang bersangkutan. Termasuk dalam tindakan ini adalah penetapan

program: penentuan lokasi kemitraan, penetapan fungsi suatu kawasan

hutan, serta teknik silvikultur yang diterapkan (Banowati, 2011:29).

Strategi, sistem, dan manajemen pengelolaan hutan suatu wilayah

berbeda antara wilayah satu dengan yang lainnya. Hal tersebut dikarenakan

setiap wilayah mempunyai karakteristik yang berbeda baik fisik maupun

(33)

2.1.5. Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

Menurut penelitian terdahulu mengenai program PHBM, terdapat

penelitian yang dilakukan oleh Wiwik Lestariningsih dalam penelitiannya

yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Nonformal Terhadap Partisipasi

Masyarakat Dalam Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat

(PHBM) Di Desa Adinuso Kecamatan Subah Kabupaten Batang”, dari hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran pendidikan nonformal

terdapat hubungan antara partisipasi masyarakat dalam program PHBM.

Melalui pendidikan nonformal yang terdiri kejar paket dan kursus

menjadikan masyarakat desa hutan lebih memahami akan pentingnya peran

pengetahuan dan keterampilan masyarakat. Hal ini didukung juga dengan

pembinaan, penyuluhan, dan pelatihan yang diberikan oleh Perum

Perhutani. Sehingga partisipasi masyarakat lebih aktif dalam mengikuti

program PHBM.

(34)
(35)
(36)

Jomblang

Program PHBM dibentuk oleh Perum Perhutani sebagai upaya untuk

pengelolaan hutan dengan melibatkan masyarakat desa hutan. Program

PHBM tersebut dalam pelaksanaannya melibatkan Perhutani dan

masyarakat petani hutan. Sebagai upaya untuk memberikan pendidikan dan

pengetahuan masyarakat petani hutan tentang pengelolaan hutan, Perhutani

mengadakan pembinaan, penyuluhan, dan pelatihan. Pembinaan,

penyuluhan, dan pelatihan tersebut ditujukan untuk masyarakat petani

hutan. Program PHBM sendiri terdapat kegiatan berupa bidang

perencanaan, bidang pembinaan sumberdaya hutan, bidang pemasaran, dan

bidang keuangan. Berdasarkan upaya pelaksanaan program PHBM,

masyarakat desa hutan memerlukan bekal pengetahuan dan keterampilan.

Pengukuran pengetahuan dan keterampilan petani hutan dapat diukur

melalui Taksonomi Bloom pada level C1, C2, C3, C4, dan C6 yaitu

(37)

dapat dilihat bagaimana pengetahuan dan keterampilan masyarakat sehingga

manfaat sumberdaya hutan yang optimal dan peningkatan Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) yang bersifat fleksibel, akomdatif, dan

partisipasif. Apabila dari semua indikator tersebut sebagian besar telah

diterapkan masyarakat petani hutan, maka pelaksanaan pengetahuan kognitif

petani hutan dalam melaksanakan program PHBM membawa pengaruh

yang baik terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

2.1.7. Hipotesis

Pada penelitian ini penulis merumuskan hipotesis yaitu:

Terdapat hubungan antara pengetahuan kognitif petani hutan terhadap

pelaksanaan program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Perhutani

Program PHBM

- Bidang Perencanaan - Bidang Pemberdayaan

Sumberdaya Hutan - Bidang Pemasaran - Bidang Keuangan - Bidang Produksi LMDH

Pengetahuan Kognitif Petani Hutan

Partisipasi Pelaksanaan Program PHBM

(38)

24

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010:173).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani hutan yang tergabung

dalam LMDH Jati Bagus Kecamatan Jepon Kabupaten Blora yaitu sebesar

125 orang (Monografi, Desa Jomblang 2016). Populasi pada penelitian ini

sekaligus menjadi sampel penelitian atau populasi sampel, yaitu sebesar 125

orang. Populasi sampel dilakukan oleh peneliti karena populasi terhingga

atau masih terjangkau untuk dikumpulkan dan tidak terlalu banyak. Populasi

sampel diteliti, hasilnya dianalisis, disimpulkan, dan kesimpulan itu berlaku

untuk populasi.

3.2. Variabel Penelitan

Variabel penelitian mengenai analisis pengetahuan kognitif petani

hutan dalam melaksanakan program PHBM akan dijabarkan sebagai

berikut:

Tabel 3.1 Matriks Variabel Penelitian

No Tujuan Variabel Sub Variabel Teknik

pengumpulan

1. Pengetahuan Wawancara & Dokumentasi Pemahaman

(39)

2 Untuk

Pada penelitian ini, variabel bebasnya adalah pengetahuan kognitif

petani hutan. Untuk mengukur pengetahuan kognitif melalui Taksonomi

(40)

3.2.2. Variabel terikat (Y)

Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya adalah

pelaksanaan program PHBM di Desa Jomblang, Kabupaten Blora. Kegiatan

program PHBM meliputi:

1. Bidang Perencanaan

2. Bidang Pembinaan Sumberdaya Hutan

3. Bidang Produksi

4. Bidang Pemasaran

5. Bidang Keuangan

3.3. Alat dan Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang diutamakan dalam penelitian ini adalah:

3.3.1. Wawancara

Wawancara adalah cara mengumpulkan data dimana peneliti langsung

mengadakan tanya jawab dengan responden. Wawancara dilakukan pada 27

Maret sampai dengan 17 April 2016, dilakukan kepada petani hutan anggota

LMDH Jati Bagus. Kemudian wawancara juga kepada KSS/Kaur

Pengembangan PHBM Perum Perhutani KPH Cepu oleh Agung Sugianto,

S.E. pada tanggal 11 sampai 12 April 2016, sedangkan pada tanggal 13

sampai dengan 15 April 2016 wawancara dilakukan kepada Ketua LMDH

Jati Bagus Surat Wartono, S.E. Metode wawancara ini digunakan untuk

memperoleh informasi tentang pengetahuan kognitif dan partisipasi

(41)

pelaksanaannya dilapangan dan pengetahuan masyarakat tentang program

tersebut.

3.3.2. Dokumentasi

Berdasarkan metode dokumentasi ini kemudian akan diperoleh data yang

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa data monografi desa, data

geografis dan data penduduk desa yang tinggal di sekitar Hutan Desa

Jomblang. Dokumentasi dilakukan pada setiap kelapangan dilakukan pada

27 Maret sampai dengan 17 April 2016.

3.3.3. Observasi

Metode observasi ini digunakan untuk mengamati kegiatan petani hutan

dalam melaksanakan program PHBM meliputi bidang perencanaan, bidang

produksi, bidang pembinaan sumberdaya hutan, bidang pemasaran, dan

bidang keuangan. Obervasi dilakukan pada tanggal 22 sampai dengan 29

Januari 2016 dan 22 sampai dengan 27 Februari 2016 dengan mengamati

keadaan sekitar hutan dan aktivitas masyarakat desa hutan.

3.4. Validitas dan Reliabilitas Alat

Hasil penelitian dikatakan valid apabila terdapat kesamaan antara

data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek

yang diteliti. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur. Selanjutnya hasil penelitian yang

reliabel yaitu apabila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda.

(42)

kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama,

dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam

pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan

reliabel (Sugiyono, 2010: 172-173).

1) Validitas

1. Validitas Konstruk

Untuk menguji validitas konstruk, dapat digunakan pendapat

dari ahli. Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang

aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka

selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli (Sugiyono, 2010: 179).

Hal pertama yang dilakukan untuk menguji validitas konstruk

yaitu menurunkan variabel menjadi sub variabel yang kemudian

dikembangkan menjadi indikator-indikator yang akan dicapai dan

dituangkan dalam butir-butir soal dengan menyajikannnya dalam

bentuk kisi angket penelitian. Setelah disajikan dalam bentuk

kisi-kisi, langkah selanjutnya adalah menyusun angket penelitian. Sebelum

diberikan kepada responden untuk diuji cobakan, instrumen tersebut

terlebih dahulu dikonsultasikan dengan ahli yang dalam hal ini adalah

dosen pembimbing apakah angket tersebut sudah sesuai atau belum.

2. Validitas Isi

Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan

antara isi instrumen dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan

(43)

Validitas isi dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana butir

soal mencakup keseluruhan bahan yang ingin diukur. Pengujian

validitas diukur dengan menggunakan SPSS 16 dan diperoleh soal

variabel pengetahuan kognitif petani hutan yang tidak valid ada 5 soal,

yaitu: nomor 6, 11, 17, 20, dan 25. Sedangkan untuk variabel partisipasi

pelaksanaan program PHBM diperoleh soal yang tidak valid ialah:

nomor 30, 31, 45, 47, dan 48.

√{ } { }

Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

N : Jumlah subyek atau responden

X : Jumlah skor setiap item angket

Y : Jumlah skor total angket (Arikunto, 2006: 155)

2) Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu instumen cukup dapat dipercaya

sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.

Reliabel artinya dapat dipercaya jadi dapat diandalkan (Arikunto, 2006:

178). Pengujian reliabilitas diukur dengan menggunakan SPSS 16 dan

diperoleh untuk variabel pengetahuan kognitif petani hutan

reliabilitasnya 0,82 sedangankan untuk variabel partisipasi pelaksanaan

(44)

[ ] [ ]

3.5. Teknik Analisis Data

Tabel 3.2 Matriks Teknik Analisis Data

No Masalah Metode Analisis Data

1 Bagaimana pengetahuan kognitif petani hutan tentang Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)?

Analis Geografi, Deskriptif Persentase

2 Bagaimana partisipasi petani hutan dalam pelaksanaan Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)?

Analisis Geografi, Deskriptif Persentase

3 Bagaimana hubungan pengetahuan kognitif petani hutan dengan partisipasi pelaksanaan program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)?

Tabulasi Silang, Uji Chi-Square Test.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan

analisis geografi khususnya analisis keruangan. Analisis keruangan

digunakan untuk menganalisis petakan-petakan hutan berisi tanaman pokok,

tanaman pengisi, tanaman pagar, dan tanaman tumpangsari.

Analisis deskriptif persentase digunakan untuk mengetahui

pengetahuan petani hutan dan mengkaji pengetahuan kognitif masyarakat

desa hutan dalam program PHBM. Analisis data ini digunakan

pengumpulan data dengan menentukan skor responden sesuai penskoran

(45)

Untuk menentukan skor (deskriptif persentase) digunakan rumus:

DP= x100%

Keterangan:

DP: Deskriptif persentase

N : Jumlah seluruh nilai yang diharapkan

n : Nilai yang diperoleh (Ridwan, 2004:71-95)

Presentase yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam kriteria

penilaian pengetahuan. Penulis mengambil standar penilaian dengan

mengacu pada penilaian akademik yang ada di Universitas Negeri

Semarang, namun yang tadinya terdapat 8 kriteria berdasarkan standar

penilaian UNNES, kemudian penulis menyederhanakan menjadi 3 kriteria

untuk mengukur tingkat pengetahuan kognitif petani hutan, adapun kriteria

diantaranya: a) Baik, b) Cukup, c) Kurang. Penskoran untuk tes kriteria

jawaban ialah untuk jawaban benar bernilai 1, salah nilai 0. Untuk lebih

jelasnya dapat melihat pada tabel 3.3 standar penilaian akademik unnes, dan

tabel 3.4 kriteria untuk tingkat pengetahuan kognitif petani hutan.

Tabel 3.3 Standar Penilaian Akademik UNNES

No Nilai Angka Nilai Huruf Bobot Predikat

1 86-100 A 4,00 Sangat Baik

2 81-85 AB 3,50 Lebih dari Baik

3 71-80 B 3,00 Baik

4 66-70 BC 2,50 Lebih dari Cukup

5 61-65 C 2,00 Cukup

6 56-60 CD 1,50 Kurang dari Cukup

7 51-55 D 1,00 Kurang

8 ≤ 50 E 0,00 Gagal (Tidak Lulus)

(46)

Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Pengetahuan Kognitif Petani Hutan No Rentang Skor Persentasi Nilai Kriteria

1 13 - 20 66-100 Baik

2 8 - 12 61-65 Cukup

3 0 - 7 ≤ 60 Kurang

Kemudian untuk data yang diperoleh dengan cara pengumpulan data

utama dari wawancara dan dianalisis melalui tahapan yaitu:

a) Mengelompokkan data sesuai dengan jenisnya.

b) Membuat tabulasi data

c) Data yang telah ditabulasikan, diolah dalam bentuk komputerisasi.

Sedangkan metode yang digunakan untuk menganalisis data penelitian

tentang pengaruh pengetahuan kognitif petani hutan terhadap partisipasi

pelaksanakan program PHBM, data dianalisis dengan menggunakan cross

tab atau tabulasi silang dengan korelasi uji chi-square test dengan

menggunakan SPSS 16 dan kemudian ditinjau pada fakta lapangan.

Rumus menghitung chi-square adalah sebagai berikut:

Keterangan:

x² = chi kuadrat

fo = frekuensi yang diobservasi

(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Geografi adalah ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena geosfer

(atmosfer, lithosfer, hidrosfer, dan antroposfer) dengan menggunakan pendidikan

keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Kajian dalam penelitian ini

adalah aktifitas petani hutan (anggota LMDH Jati Bagus) dalam memanfaatkan

lingkungan hutan. Secara keruangan bahwa berkaitan tentang informasi yang

diberikan meliputi distribusi, luasan, tingkat kesesuaian lahan, faktor pembatas,

dan alternatif teknologi yang dapat diterapkan (Banowati, 2013:7).

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1. Kondisi Geografis

Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Jomblang

Kecamatan Jepon Kabupaten Blora yang tergabung dalam anggota LMDH

Jati Bagus. Secara astronomis Desa Jomblang terletak pada 7º00‟34” LS - 7º02‟58‟‟ LS dan 111º25‟57‟‟ BT - 111º28‟15” BT. Secara administrasi, termasuk dalam wilayah Kecamatan Jepon Kabupaten Blora serta memiliki

batas-batas wilayah yaitu:

Sebelah Utara : Desa Purworejo & Kecamatan Blora

Sebelah Timur : Desa Kawasan Hutan & Desa Nglobo

Sebelah Barat : Desa Ngampon & Kecamatan Jepon

(48)

Sebelah Selatan : Kawasan Hutan & Desa Semanggi

Gambar 4.1 Desa Jomblang Sumber: Dokumentasi Penelitian

Lokasi desa ini berjarak 4 km dengan pusat Pemerintahan Kecamatan,

sedangkan dengan Pemerintahan Kabupaten adalah 10 km, serta jarak dari

Ibu Kota Provinsi adalah 133 km, dan jarak tempuh dengan KPH Cepu

adalah 36 km. Wilayah Desa Jomblang terletak di dalam Resor Pangkuan

Hutan (RPH) Nglobo dengan Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH)

Jomblang dan termasuk dalam Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Cepu

yang terletak diujung paling barat wilayah KPH Cepu, berseberangan

dengan wilayah KPH Blora. Desa Jomblang sendiri terdiri dari dua dusun

yaitu Dusun Kaliklampok dan Dusun Jomblang. Untuk mengetahui lebih

jelas mengenai batas-batas wilayah desa dapat dilihat pada gambar 4.2

(49)
(50)

4.1.2. Penggunaan Lahan

Luas wilayah Desa Jomblang adalah 1.281,261 Ha dengan ketinggian

146 Mdpl yang terdiri dari sawah, tegal, pekarangan, dan hutan. Untuk lebih

jelasnya perhatikan Luas penggunaan lahan Desa Jomblang dapat dilihat

pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Penggunaan Lahan Desa Jomblang No Keterangan Luas (Hektar)

1 Sawah 579,752 ha

2 Tegalan/Ladang 83,242 ha

3 Pemukiman 67,040 ha

4 Hutan 551,827 ha

Sumber: Data Analisis Penelitian 2016

Tabel 4.1 menunjukan bahwa penggunaan lahan Desa Jomblang untuk

sawah sebesar 579,752 ha, merupakan penggunaan lahan yang terbesar di

Desa Jomblang. Sedangkan penggunaan lahan pemukiman sebesar 67,040

ha, merupakan penggunaan lahan terkecil. Mayoritas penggunaan lahan

ialah berupa vegetasi meliputi sawah dan hutan yang dilambangkan warna

hijau muda (sawah) dan hijau tua (hutan).

Sedangkan penggunaan lahan yang lain berupa pemukiman dan

tegalan. Pemerintahan Desa Jomblang terbagi atas 2 dusun yaitu Jomblang

dan Kaliklampok. Terdiri dari 3 RW (Rukun Warga) dengan jumlah total 23

RT (Rukun Tetangga) dan dipimpin oleh seorang Kepala Desa. Secara lebih

(51)
(52)

Berdasarkan Peta Penggunaan Lahan Desa Jomblang Kecamatan

Jepon Kabupaten Blora, sawah yang terdapat pada Desa Jomblang berupa

sawah tadah hujan. Sawah tipe ini sumber airnya hanya mengandalkan dari

curah hujan. Umumnya diusahakan atau ditanami padi pada musim hujan,

sedangkan pada musim kemarau diberakan. Pola tanamnya adalah padi-bera

atau palawija-padi (Nurmala, 2012:103).

Sedangkan untuk hutan di Desa Jomblang mayoritas hutan yang

berisikan Pohon Jati dan sebagian Mahoni. Kawasan hutan di Desa

Jomblang sebagian kecil juga terdapat hutan rakyat seluas 36 Ha. Hutan

rakyat adalah yang dikuasai oleh rakyat sebagai sumber mata pencaharian

tambahan selain mata pencaharian pokok penduduk suatu desa (Nurmala,

2012:111). Berikut ini karkateristik tanah pada hutan Desa Jomblang

Kecamatan Jepon Kabupaten Blora dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Karakteristik Tanah pada Hutan di Desa Jomblang

No BKPH Petak pH Sumber: Perum Perhutani KPH Cepu

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan bahwa kawasan hutan di Desa

Jomblang Kecamatan Jepon Kabupaten Blora termasuk Bagian Kesatuan

(53)

Pohon Jati, dengan tingkat pH tanah sebesar 7,56 yang berarti basa.

Sedangkan untuk petak hutan 6051A diisi jenis Pohon Mahoni, dengan

tingkat pH tanah sebesar 7,64 yang berarti basa. Drainase pada kedua petak

baik tetapi agak sarang (kedap air), kandungan organik tanah rendah, dan

kandungan kapur pada tanah tinggi. Jenis tanah grumusol dengan warna

tanah merah kecoklatan. Tanah yang sesuai pada Pohon Jati pada umumnya

adalah yang agak basa, dengan pH antara 6-8, sarang (memiliki aerasi yang

baik), mengandung cukup banyak kapur (Ca, calcium) dan fosfor (P),

karena Pohon Jati tidak tahan tergenang air.

4.1.3. Kependudukan

Jumlah penduduk Desa Jomblang pada Tahun 2010 sebanyak 3.273

jiwa, untuk jumlah laki-laki ialah 1.687 orang dan jumlah perempuan

sebanyak 1586 orang dengan jumlah KK sebanyak 946 KK (Monografi,

Desa Jomblang 2016). Kepadatan penduduk 252 jiwa/km², dan terbagi

menjadi 2 Dusun, Dusun Jomblang dan Kaliklampok. Jumlah RW terdapat

3 RW dengan jumlah total 23 RT. Berikut adalah komposisi penduduk

berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, menurut bidang pekerjaan

utama, dan menurut pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.3. (Pada lampiran

halamn 83).

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan bahwa jumlah terbanyak petani

hutan terdapat pada kelompok umur 40-45 yaitu sejumlah 32 orang,

(54)

berumur 47 tahun. Di desa jomblang sendiri jumlah penduduk sebagian

besar berada pada kelompok umur muda dan semakin sedikit jumlahnya

pada kelompok umur tua sehingga Desa Jomblang memiliki bentuk

piramida muda (ekspansif). Hal tersebut menandakan bahwa angka

kelahiran bayi di Desa Jomblang tinggi.

Perekonomian tidak terlepas dari adanya pekerjaan yang

mendukungnya. Jumlah penduduk di Desa Jomblang yang bekerja pada

bidang pertanian tanaman pangan memiliki jumlah paling tinggi yaitu 1.845

jiwa. Sedangkan dilihat dari sektor mata pencaharian, mayoritas pekerja

anggota LMDH Jati Bagus adalah petani yaitu 58 , terlihat bahwa sebagian

besar penduduk bekerja pada sektor pertanian. Penduduk memanfaatkan

lahan sawah dan hutan negara untuk lahan pertanian mereka, untuk jenis

tanaman pertanian sendiri adalah padi, jagung, dan singkong.

Tingkat Pendidikan penduduk Desa Jomblang termasuk masih rendah

yaitu sebagian besar hanya sampai jenjang Sekolah Dasar yaitu sejumlah

1.145 jiwa dan jumlah penduduk yang memiliki tingkat pendidikan sampai

S1 sedikit yaitu 19 orang. Mayoritas petani hutan berjenjang pendidikan SD

yaitu sebanyak 67 orang dan sebanyak 9 orang lainnya tidak tamat SD.

Sedangkan untuk jenjang sarjana hanya 1 orang. Masih rendahnya

pendidikan masyarakat menandakan kurangnya kesadaran masyarakat

(55)

4.1.4. Wilayah Hutan Desa Jomblang Kecamatan Jepon

Wilayah Hutan Desa Jomblang termasuk pangkuan hutan dari KPH

Cepu, dengan BKPH Nglobo. Lebih jelasnya lihat pada tabel 4.4 (pada

lampiran halaman 86). Desa Jomblang terbagi atas 2 dusun, yaitu Dusun

Jomblang dan Kaliklampok. Total pangkuan pada Desa Jomblang ialah 25

petak terbagi masing-masing dusun untuk RPH Jomblang terdiri dari 15

petak dengan luas 557,1 ha. Sedangkan untuk RPH Kaliklampok terdiri dari

10 petak dengan luas 277,1 ha. Total seluruh luas pangkuan hutan Desa

Jomblang adalah sebesar 834,2 ha.

Tanaman pokok yang berada pada KPH Cepu adalah tanaman Jati.

RPH Jomblang untuk tanaman pokok terdiri dari jati dan mahoni. Di satu

kawasan hutan, selain terdapat tanaman pokok terdapat juga tanaman pagar,

pengisi, dan sela. Kawasan hutan Desa Jomblang memiliki tanaman pengisi

kesambi dan kemlanding. Tanaman pengisinya ialah tanaman sonokeling,

sedangkan untuk tanaman pagar ialah tanaman secang. Lebih jelasnya lihat

(56)
(57)

Berdasarkan gambar 4.4 menunjukan gambaran Petak Pangkuan

Hutan di Desa Jomblang. Jenis tanaman meliputi tanaman pagar, tanaman

pokok, tanaman pengisi, dan tanaman tumpangsari. Tanaman pagar adalah

tanaman yang ditanam di sekeliling bidang tanaman dengan jenis-jenis

tanaman tertentu yang berfungsi sebagai pelindung/pagar dari bahaya

gangguan ternak maupun penjarahan penebang liar. Sedangkan tanaman

pokok adalah tanaman kehutanan yang ditentukan berdasarkan ketetapan

dalam rencana perusahaan pada lokasi yang bersangkutan. Kemudian

tanaman pengisi adalah tanaman yang ditanam dengan tujuan guna

membantu mengurangi segi-segi kurang baik dari budidaya tanaman sejenis,

ditanam pada larikan tanaman pokok, dan tanaman tumpangsari adalah

adalah tanaman yang dikelola dimana petani dapat mengusahakan lahan

kehutanan dengan tanaman pangan seperti padi, jagung, ubikayu, kol,

bawang merah, kentang disamping tanaman pokok kehutanan seperti jati,

pinus, sengon, dan mahoni (Banowati, 2013:199).

Pada kawasan hutan di Desa Jomblang jarak tanaman pagar terhadap

tanaman pokok sekitar 60 sentimeter sampai 1 meter. Pada tanaman pokok

dengan tanaman pengisi berjarak 1 meter sampai 3 meter. Sedangakan untuk

tumpangsari ditanam pada sela-sela tanaman pokok ataupun tanaman

pengisi. Kawasan hutan yang digarap bukan hanya kawasan bukaan saja,

masyarakat juga boleh menggarap kawasan yang sudah tutup tajuk, yaitu

(58)

Sebagian besar petani hutan menanam tanaman tumpangsari berupa jagung

dan pisang.

4.1.5. LMDH Jati Bagus

Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang ada di Desa

Jomblang Kecamatan Jepon Kabupaten Blora bernama LMDH Jati Bagus.

Ketuanya yaitu Surat Wartono, S.E. dengan Muhammad Amin sebagai

wakil ketua, sedangkan untuk sekretaris yaitu, Rahmat Iskak dan Riyanto.

Kemudian untuk bendara ialah Dwi Yulianto dan Suprapto. Berikut susunan

pengurus LMDH Jati Bagus dapat dilihat pada tabel 4.5 (pada lampiran

halaman 89).

LMDH Jati Bagus berdiri pada tanggal 14 Oktober 2005 dengan

nomor akta notaris 435 dan nomor perjanjian 47 dengan beranggotakan 125

orang. Alamat dari LMDH Jati Bagus sendiri terletak pada Desa Jomblang

Kecamatan Jepon Kabupaten Blora yang termasuk dalam Resor Pangkuan

Hutan (RPH) Nglobo dengan Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH)

Jomblang dan termasuk dalam Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Cepu.

LMDH Jati Bagus merupakan salah satu LMDH andalan dari KPH Cepu.

Salah satu buktinya ialah LMDH Jati Bagus sering dikirim dalam studi

banding maupun pelatihan perwakilan KPH Cepu. Lebih jelasnya lihat

(59)

Gambar 4.5 Pelatihan Budidaya Porang

Sumber: http://jatibagusjomblang.blogspot.co.id

Sedangkan di dalam forum komunikasi, LMDH Jati Bagus juga sudah

mengikuti perkembangan jaman, yaitu dengan adanya laman atau website:

jatibagusjomblang.blogspot.com atau dengan surat elektronik (surel)

jatibagusjomblang@gmail.com. Dilihat dari pembagian (zonasi) wilayah,

Desa Jomblang termasuk dalam zona penyangga dimana zona penyangga

tersebut merupakan daerah yang interaksi terhadap sumber daya hutan

penunjang fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial. Desa Jomblang dikelilingi

hutan dengan jumlah petak sebanyak 24 petak, masing-masing 15 petak di

wilayah RPH Jomblang dan 9 petak di wilayah RPH Kaliklampok dengan

luas pangkuan total sebesar 8.342.000 m². Luas garapan untuk

masing-masing anggota LMDH dibagi berdasar ketentuan dari Perhutani yaitu

(60)

Gambar 4.6 Studi Banding Lembah Hijau Karanganyar Sumber: http://jatibagusjomblang.blogspot.co.id

Ketua dipilih setiap 5 tahun dengan sistem musyawarah pemilihan

umum yang diikuti oleh seluruh anggota LMDH Jati Bagus. Pada saat ini

Ketua LMDH Jati Bagus adalah Bapak Surat Wartono, S.E. Beliau

merupakan ketua LMDH Jati Bagus terpilih untuk dua kali periode ini.

Keaksaran fungsional pernah diadakan oleh Perhutani di Desa

Jomblang selama 6 bulan yang dilakukan dengan SKB Blora yang

dilaksanakan seminggu 3 kali. Pembinaan dilakukan secara rutin paling

tidak 1 minggu 2 kali, dengan materi seputar kehutanan dan paramateri

Asper (Asisten Perhutani) BKPH Nglobo Pak Mulyo Hadi Susanto.

Kegiatan musyawarah atau rapat biasanya diadakan bersama dengan diskusi

anggota, dilaksanakan di ruang terbuka. Ketika di lapangan ada hal yang

perlu didiskusikan maka didiskusikan di lapangan secara langsung bersama

para anggota. Namun untuk rapat resmi, diadakan biasanya dirumah ketua

(61)

Kegiatan LMDH Jati Bagus sendiri sangat aktif baik di dalam maupun

luar kawasan. Kegiatan-kegiatan di dalam kawasan diantaranya ialah

penanaman, pemeliharaan/penjarangan, teresan, tebangan, dan penanaman

Gerakan Peningkatan Produksi Pangan berbasis Korporasi (GP3K).

Sedangkan untuk kegiatan di luar kawasan diantaranya adalah koperasi,

penanaman empon-empon, budidaya entok, jasa pembayaran listrik, foto

copy, pengetikan, dang penanganan sampah.

Sharing yang diterima digunakan untuk kepentingan masyarakat

bersama. Setiap tahun LMDH Jati Bagus mendapatkan sharing dari

Perhutani, untuk jumlahnya setiap tahunnya berbeda. Hasil sharing yang

diterima sudah merupakan hasil perhitungan dari Perhutani. Hasil tersebut

tidak langsung dibagikan kepada para anggota, namun disimpan untuk

kepentingan-kepentingan LMDH maupun masyarakat luas. Misal ada warga

yang mengajukan proposal bantuan dana untuk pembangunan ke LMDH,

ketika hasil sharing tersebut cukup untuk membantu maka hasil sharing

tersebut digunakan untuk membantu pembangunan fasilitas-fasilitas umum

tersebut sehingga hasil sharing tersebut bermanfaat untuk orang banyak.

4.2. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Jomblang

Kecamatan Jepon Kabupaten Blora, diperoleh data sebagai berikut.

1. Pengetahuan Kognitif Petani Hutan terhadap Program Pengelolaan Hutan

(62)

Pengetahuan Kognitif dalam penelitian ini mempunyai 5 sub variabel

yaitu (1) Pengetahuan/C1, (2) Pemahaman/C2, (3) Penerapan/C3, (4)

Analisa/C4, (5) Evaluasi/C6. Sub variabel tersebut dilakukan pengukuran,

dan dari pengukuran tersebut didapatkan gambaran pengetahuan kognitif

yang diikuti responden seluruh anggota LMDH Jati Bagus di Desa

Jomblang Kecamatan Jepon Kabupaten Blora. Distribusi tabulasi data

pengetahuan kognitif dapat dilihat pada tabel 4.8. (Pada lampiran halaman

90).

Tabel 4.6 Tingkat Kognitif Petani Hutan

Interval Kriteria Frekuensi %

66% - 90% Baik 21 17

41% - 65% Cukup 74 59

15% - 40% Kurang 30 24

Jumlah 125 100

Sumber: Data Penelitian Tahun 2016

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa separuh lebih petani berada

pada kategori cukup yaitu 74 responden (59%). Rata-rata persentase sebesar

51,1% termasuk kategori cukup, ini menunjukan bahwa tingkat kognitif

petani hutan belum baik, disamping itu terdapat juga jarak yang cukup jauh

antara nilai tertinggi dan nilai terendah. Hal ini menunjukan tidak meratanya

pengetahuan petani hutan akan tingkat kognitif tentang program PHBM itu

sendiri. Nilai tertinggi sebesar 90% dan nilai terendahnya sebesar 15%.

Secara lebih detailnya mengenai pengetahuan kognitif dapat dilihat pada

tabel 4.7 (Pada lampiran halaman 84).

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa dalam analisis

Gambar

Tabel 2.1 Matrik Kajian Penelitian Terdahulu.
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Tabel 3.2 Matriks Teknik Analisis Data
Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Pengetahuan Kognitif Petani Hutan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Amalia (2013) tentang hubungan karakteristik dan pengetahuan menunjukan tidak adanya hubungan

Terdorong dan distimulasi oleh perkumpulan ini , maka timbul perkumpulan dan persatuan se profesi di Ambon dan Lease seperti diuraikan dalam BAB II. Kegiatan

Bagi mahasiswa yang mengalami bentrok atau kelas tidak dibuka sehingga membutuhkan persetujuan mata kuliah baru, maka dapat mengisi google

SMN1301 - Bisnis Inovasi Perusahaan STI701 - Perancangan & Pengembangan Produk Ir.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 50% remaja obes di Kabupaten Minahasa memiliki nilai kadar LDL yang lebih tinggi dari batas normal.. Kata kunci: remaja,

Hasilnya menunjukkan bahwa Loan to Deposit Ratio, Net Interest Margin, dan Return on Assets secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Price to Book Value, namun

Memang tepat kiranya jika fenomena ini kita sebut dengan istilah ‘lokalisasi agama’, karena lokalisasi memang identik dengan pelacuran, dan tawar-menawar dengan ‘aqidah

1. Dengan perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini mendorong upaya-upaya pembaruan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses pembelajaran