ANALISIS PENGETAHUAN KOGNITIF PETANI HUTAN
DALAM PELAKSANAKAN PROGRAM PENGELOLAAN
HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM)
DI DESA JOMBLANG KECAMATAN JEPON
KABUPATEN BLORA
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang
Oleh:
Chandra Satria Harimurti 3201412109
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Unnes pada
Hari : Jum‟at
Tanggal : 5 Agustus 2016
Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II
Dr. Eva Banowati, M.Si Drs. Heri Tjahjono, M.Si
NIP. 196109291989012003 NIP. 196802021999031001
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Unnes pada
Hari : Selasa
Tanggal : 16 Agustus 2016
Penguji I Penguji II Penguji III
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 10 Mei 2016
Chandra Satria Harimurti
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
1. Jatuh berdiri lagi, kalah mencoba lagi, gagal bangkit lagi, sampai Tuhan berkata waktunya pulang.
2. Hidup adalah pantang menyerah, tunjukan kehebatanmu dan semangatmu. 3. Bukan karena bahagia lalu kita bersyukur, tetapi selalu bersyukur hidup
kita akan selalu bahagia.
4. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.
PERSEMBAHAN
1. Kedua Orang Tuaku, Bapak Djuwanto dan Ibu Supadmi, S.Pd., serta kakak-kakak ku, Mitha Krisna Pratiwi, A.Md., Wahyu Citra Kurniawan, A.Md., Mohamad Miza Kurniawan, A.Md., dan adik ku, Satria Patra Irawan yang tak putus asa memberikan doa dan dukungan.
2. Sahabat terbaik ku, Difa Setyarini, Ryan Adi Widiyanto, Faizal Vidho Herlambang, Arif Setiyaji, Arief Nur Hidayat, Edi Sulistio, Warih Ari Suluh Tridoyo, Rolly Armando Hutagaol, Mas Aditia Nugroho, Qonitha Bella, dan Eldorado Jhon Badia Silaban yang banyak memberikan bantuan, dukungan, dan motivasi.
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga skripsi dengan judul “Analisis Pengetahuan Kognitif Petani Hutan
Dalam Melaksanakan Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)
Di Desa Jomblang Kecamatan Jepon Kabupaten Blora” dapat terselesaikan dengan baik. Penyelesaian skripsi ini banyak sekali mendapat bantuan, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. selaku Rektor Universitas Negeri Semarang atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan studi strata satu di Universitas Negeri Semarang.
2. Drs. Moh. Solehatul Mustofa, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial yang telah memberikan ijin melaksanakan penelitian untuk menyusun skripsi ini.
3. Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si. selaku Ketua Jurusan Geografi yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan tulus.
4. Dosen wali Drs. Suroso, M.Si. yang telah memberikan bimbingan dengan tulus.
5. Ariyani Indrayati, S.Si, M.Sc. selaku penguji utama yang telah memberikan bimbingan dengan tulus.
6. Dr. Eva Banowati, M.Si. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dengan tulus.
7. Drs. Heri Tjahjono, M.Si. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dengan tulus.
8. Ir. Endro Koesdijanto selaku Administratur/KKPH Cepu yang telah memberikan ijin penelitian di KPH Cepu.
10.Agung Sugiarto, S.E. selaku KSS/Kaur Pengembangan PHBM yang telah memberikan saran dan dukungan atas penelitian di KPH Cepu.
11.Surat Wartono, S.E. selaku Ketua LMDH Jati Bagus yang telah memberikan saran dan dukungan atas penelitian di Desa Jomblang. 12.Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan penulis satu persatu.
Demikian besar harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khusunya dan pembaca pada umumnya.
Semarang, 10 Mei 2016
Chandra Satria Harimurti
SARI
Harimurti, Chandra Satria, 2016, Analisis Pengetahuan Kognitif Petani Hutan Dalam Melaksanakan Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat
(PHBM) Di Desa Jomblang Kecamatan Jepon Kabupaten Blora, Skripsi,Jurusan
Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Dr. Eva Banowati, M.Si dan Drs. Heri Tjahjono, M.Si. 62 halaman.
Kata Kunci: Pengetahuan Kognitif, Petani Hutan, PHBM
Hutan merupakan sumberdaya yang dapat diperbaharui, sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan, untuk menjaga kelestarian hutan perlu diadakan pengelolaan hutan secara baik dan benar. Salah satunya ialah melalui pendidikan nonformal yaitu dengan pengetahuan kognitif petani hutan dalam pelaksanaan program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana pengetahuan kognitif petani hutan tentang program PHBM (2) Bagaimanakah partisipasi petani hutan dalam pelaksanaan program PHBM (3) Bagaimanakah hubungan pengetahuan kognitif petani hutan dengan partisipasi pelaksanaan program PHBM. Penelitian ini bertujuan: (1) Mengetahui pengetahuan kognitif petani hutan tentang program PHBM (2) Mengetahui partisipasi petani hutan dalam pelaksanaan program PHBM (3) Mengetahui hubungan pengetahuan kognitif petani hutan dengan partisipasi pelaksanaan program PHBM.
Populasi penelitian ini adalah seluruh petani hutan yang tergabung dalam anggota Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Jati Bagus. Ada dua variabel dalam penelitian ini, yaitu: pengetahuan kognitif dan pelaksanaan program PHBM. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis geografi, dengan spesifikasinya deskriptif persentase, dan kemudian dihubungkan antar variabelnya menggunakan tabulasi silang dengan korelasi uji chi-square test.
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ...iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
PRAKATA ... vi
SARI ...viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ...xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
1.5. Batasan Istilah ... 6
BAB II ... 8
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR ... 8
2.1. Deskripsi Teoritis ... 8
2.1.1. Kajian Geografi dan Geografi Sosial ... 8
2.1.2. Pengetahuan Kognitif ... 9
2.1.3. Petani Hutan ... 12
2.1.4. Program PHBM ... 15
2.1.6. Kerangka Berpikir... 22
2.1.7. Hipotesis ... 23
BAB III ... 24
METODE PENELITIAN ... 24
3.1. Populasi Penelitian ... 24
3.2. Variabel Penelitan ... 24
3.2.1. Variabel bebas (X) ... 25
3.2.2. Variabel terikat (Y) ... 26
3.3. Alat dan Teknik Pengumpulan Data ... 26
3.3.1. Wawancara... 26
3.3.2. Dokumentasi ... 27
3.3.3. Observasi ... 27
3.4. Validitas dan Reliabilitas Alat ... 27
3.5. Teknik Analisis Data ... 30
BAB IV ... 33
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33
4.1.Gambaran Umum Objek Penelitian ... 33
4.1.1.Kondisi Geografis ... 33
4.1.2.Penggunaan Lahan ... 36
4.1.3.Kependudukan ... 39
4.1.4.Wilayah Hutan Desa Jomblang Kecamatan Jepon ... 41
4.1.5.LMDH Jati Bagus ... 44
4.2.Hasil Penelitian ... 47
4.2.Pembahasan ... 55
4.2.1.Pengetahuan Kognitif Petani Hutan terhadap program PHBM ... 55
4.2.2.Partisipasi pelaksanaan Program PHBM ... 56
4.2.3.Hubungan Pengetahuan Kognitif Petani Hutan terhadap partisipasi pelaksanaan Program PHBM ... 58
BAB V ... 59
1.1.Simpulan ... 59
1.2.Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 61
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Identitas Responden ... 74
Tabel 2 Tabulasi Uji Validitas Pengetahuan Kognitif ... 79
Tabel 2.1 Matrik Kajian Penelitian Terdahulu ... 19
Tabel 3 Tabulasi Uji Validitas Pelaksanaan Program PHBM ... 81
Tabel 3.1 Matrik Variabel Penelitian ... 24
Tabel 3.2 Matrik Teknik Analisis Data ... 30
Tabel 3.3 Standar Penilaian Akademik Unnes ... 31
Tabel 3.4 Kriteria Pengetahuan Kognitif Petani Hutan ... 32
Tabel 4.1 Penggunaan Lahan Desa Jomblang... 36
Tabel 4.2 Karakteristik Tanah pada Hutan di Desa Jomblang ... 38
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Desa Jomblang ... 83
Tabel 4.4 Data Potensi Petak Pangkuan ... 86
Tabel 4.5 Susunan Pengurus LMDH Jati Bagus Desa Jomblang ... 89
Tabel 4.6 Tingkat Kognitif Petani Hutan ... 48
Tabel 4.7 Pengetahuan Kognitif dilihat tiap indikator ... 84
Tabel 4.8 Tabulasi Data Penelitian Pengetahuan Kognitif ... 90
Tabel 4.9 Partisipasi Pelaksanaan Program PHBM ... 49
Tabel 4.10 Partisipasi pelaksanaan program PHBM dilihat tiap indikator ... 85
Tabel 4.11 Tabulasi Data Penelitian Program PHBM ... 97
Tabel 4.12 Hasil Tabulasi Silang ... 103
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Wawancara dengan Ketua LMDH Jati Bagus... 63
Gambar 2 Wawancara dengan KSS PHBM Perhutani KPH Cepu ... 63
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 23
Gambar 3 Petakan Hutan yang dalam Kondisi Baik ... 64
Gambar 4 Petakan Hutan yang dalam Tidak Kondisi Baik ... 64
Gambar 4.1 Desa Jomblang ... 34
Gambar 4.2 Peta Administrasi Desa Jomblang ... 35
Gambar 4.3 Peta Penggunaan Lahan Desa Jomblang ... 37
Gambar 4.4 Peta Pangkuan Hutan Desa Jomblang ... 43
Gambar 4.5 Pelatihan Budidaya Porang ... 45
Gambar 4.6 Studi Banding Lembah Hijau Karanganyar ... 46
Gambar 4.7 Petak Hutan 6051 A dengan Kondisi yang Baik. ... 53
Gambar 4.8 Petak Hutan 6051 B dengan Kondisi yang Tidak Baik ... 54
Gambar 5 Pertemuan Rutin LMDH Jati Bagus (Diskusi Kelompok) ... 65
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Foto Kegiatan ... 63
Lampiran 2 Kisi-Kisi Wawancara Penelitian untuk Masyarakat anggota LMDH Jati Bagus ... 66
Lampiran 3 Instrumen Penelitian Lembar Wawancara untuk Masyarakat anggota LMDH Jati Bagus ... 68
Lampiran 4 Lembar Wawancara untuk pihak Perhutani KPH Cepu ... 70
Lampiran 5 Lembar Wawancara untuk Ketua LMDH Jati Bagus ... 71
Lampiran 6 Lembar Observasi ... 72
Lampiran 7 Pedoman Data Dokumentasi yang dibutuhkan ... 73
Lampiran 8 Identitas Responden ... 74
Lampiran 9 Tabulasi Uji Validitas Pengetahuan Kognitif ... 79
Lampiran 10 Tabulasi Uji Validitas Pelaksanaan Program PHBM ... 81
Lampiran 11 Tabel Terlampir ... 83
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Hutan merupakan sumberdaya yang dapat diperbaharui, sehingga
dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Hutan mempunyai banyak
manfaat bagi kehidupan manusia secara ekonomi maupun lingkungan,
secara ekonomi yaitu dari hasil hutan yang berupa kayu, sedangkan manfaat
hutan secara lingkungan yaitu sebagai penyedia oksigen, mencegah berbagai
bencana alam seperti banjir dan tanah longsor, serta sebagai stabilisator
iklim. Pada saat ini keberadaan hutan di Indonesia semakin berkurang. Hal
tersebut dikarenakan berbagai sebab, seperti bencana alam berupa
kebakaran maupun karena aktifitas manusia yang menebang hutan secara
ilegal ataupun alih fungsi lahan.
Untuk menjaga kelestarian hutan, maka perlu diadakan pengelolaan
hutan secara baik dan benar. Salah satu upaya pengelolaan hutan yaitu
adanya program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM),
merupakan program pengelolaan hutan yang melibatkan kerjasama antara
Perhutani dengan masyarakat desa hutan. Hutan sebagai milik negara harus
dikelola secara baik dan bijaksana. Masyarakat desa hutan diberikan hak
untuk ikut mengelola hutan dengan diawasi oleh Perhutani.
Masyarakat memerlukan bekal pengetahuan dan keterampilan yang
keterampilan masyarakat tentang pengelolaan hutan, jenis tanaman,
kelestarian hutan dan lain-lain seperti kelembaban tanah serta masa tanam
suatu tumbuhan akan menentukan keberhasilan pengelolaan hutan.
Pengetahuan dan keterampilan masyarakat dapat diperoleh melalui
pendidikan. Ada 3 jalur pendidikan yaitu formal, non formal, dan informal
sehingga pengetahuan masyarakat dapat diperoleh melalui pendidikan tidak
hanya pendidikan formal, tetapi juga pendidikan non formal dan informal.
Pendidikan non formal dan informal juga sama pentingnya dengan
pendidikan formal, karena melalui pendidikan tersebut masyarakat
memperoleh pengetahuan dan keterampilan lebih dari sebelumnya.
Berdasarkan judul penelitian ini mengkhususkan pada pendidikan non
formal.
Pendidikan sebagai sebuah bagian dari sitem pendidikan memeiliki
peran yang sangat penting dalam rangka pengembangan dan implementasi
belajar sepanjang hayat (lifelong learning). Membahas pendidikan
nonformal bukan berarti hanya membahas pendidikan nonformal sebagai
sebuah pendidikan alternatif bagi masyarakat, akan tetapi berbicara
pendidikan nonformal adalah berbicara tentang konsep, teori dan
kaidah-kaidah pendidikan yang utuh yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
kehidupan masyarakat. Peran pendidikan nonformal dalam rangka
pelayanan pendidikan sepanjang hayat sangat dibutuhkan saat ini dan ke
depan. Sehingga pembahasan pendidikan nonformal terus dilakukan oleh
nonformal lainnya. Dalam banyak negara pembicaraan masalah pendidikan
nonformal menjadi topik-topik khusus, dan dianggap sebagai pendidikan
yang mampu memberikan jalan serta pemecahan bagi persoalan-persoalan
layanan pendidikan masyarakat, terutama masyarakat yang tidak terlayani
oleh pendidikan formal. Dalam hal ini salah satu contoh pendidikan
nonformal yang diambil peneliti ialah pelaksanaan program Pengelolaan
Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) yang dilaksanakan oleh Perum
Perhutani bersama masyarakat desa hutan dengan tujuan melestarikan hutan.
Merujuk pada Taksonomi Bloom, tujuan pendidikan dibagi ke dalam
tiga ranah, yaitu: (1) Cognitive Domain/Ranah Kognitif, (2) Affective
Domain/Ranah Afektif, (3) Psychomotor Domain/Ranah Psikomotor. Ranah
Kognitif berisi mengenai perilaku-perilaku yang menekankan aspek
intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
Ranah Afektif berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan
dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Ranah
Psikomotor berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan
motorik seperti tulisan tangan, dan alam segi magnetik. Pengetahuan
kognitif adalah kemampuan berpikir termasuk di dalamnya kemampuan
memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisis, mensistesis dan
kemampuan mengevaluasi khususnya dalam melaksanakan program PHBM.
Penelitian ini menunjuk beberapa tingkat pengetahuan dalam pengetahuan
kognitif anatara lain pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisa, dan
Hasil observasi pada tanggal 16 Januari 2016 Desa Jomblang,
Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora, bahwa masyarakat belum sepenuhnya
memahami tentang program pengelolaan hutan, bagaimana mengelola
hutan, serta pentingnya kelestarian hutan bagi kehidupan. Masyarakat di
desa tersebut sebagian besar tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa
Hutan (LMDH) yang artinya bahwa masyarakat tersebut dapat berpartisipasi
dalam kegiatan pengelolaan hutan. Mayoritas jenis tanaman pokok hutan
berupa Pohon Jati tepatnya berada pada petak 6018C dengan luas 34,8 Ha
dan ada jenis tanaman pokok hutan lain berupa Pohon Mahoni pada petak
6051A dengan luas 4,3 Ha.
Sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa mengelola hutan
artinya memanfaatkan lahan maupun sumberdaya yang ada di hutan saja.
Padahal mengelola hutan bukan hanya itu saja, pengelolaan hutan bisa
diartikan sebagai melindungi, memelihara, dan memanfaatkan potensi
sumberdaya hutan secara bijak. Selain itu juga, masyarakat hanya
berpartisipasi jika ada pekerjaan-pekerjaan tanaman, produksi, ataupun
kegiatan pemeliharaan tetapi tidak terlibat dalam hal perencanaan,
pengelolaan maupun pemasaran. Pengelolaan pertanian yang dilakukan di
kawasan hutan, masyarakat melakukan secara sendiri-sendiri. Berdasarkan
latar belakang tersebut, penulis membuat penelitian dengan judul; Analisis
Pengetahuan Kognitif Petani Hutan Dalam Pelaksanakan Program
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Di Desa Jomblang
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,
adapun masalah yang dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengetahuan kognitif petani hutan tentang Program
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)?
2. Bagaimanakah partisipasi petani hutan dalam pelaksanakan Program
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)?
3. Bagaimanakah hubungan pengetahuan kognitif petani hutan dengan
partisipasi pelaksanaan program Pengelolaan Hutan Bersama
Masyarakat?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka didapatkan tujuan
penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengetahuan kognitif petani hutan tentang Program
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat program (PHBM).
2. Untuk mengetahui partisipasi petani hutan dalam pelaksanakan
Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat program (PHBM).
3. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan kognitif petani hutan
dengan partisipasi pelaksanaan program Pengelolaan Hutan Bersama
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
terhadap ilmu geografi sosial yaitu tentang pengetahuan kognitif
petani yang dapat dipartisipasikan dalam pembangunan sumberdaya
hutan yang didalam ilmu geografi terdapat fenomena antroposfer.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber
informasi bagi pihak Perum Perhutani dalam penyempurnaan dan
evaluasi program PHBM sebagai upaya untuk mendukung kebijakan
pengelolaan sumberdaya hutan yang lestari.
1.5. Batasan Istilah
Agar tidak terjadi salah penafsiran dan untuk memberikan gambaran
yang lebih jelas terhadap objek penelitian ini maka dikemukaan batasan
istilah-istilah yang terdapat rumusan judul proposal ini adalah:
1. Analisis
Analisis dalam penelitian ini adalah suatu tindakan kegiatan berpikir
dalam menguraikan ataupun menjabarkan sebuah masalah secara
keseluruhan dan kemudian ditemukan suatu hasil kesimpulan yang tepat.
2. Pengetahuan Kognitif
Pengetahuan Kognitif dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan
petani hutan tentang program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat
penelitian ini hanya diambil lima tingkatan yaitu mulai pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisa, dan evaluasi.
3. Petani Hutan
Petani Hutan dalam penelitian ini adalah para
pesanggem/masyarakat di kawasan Hutan Desa Jomblang Kecamatan
Jepon Kabupaten Blora yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat
Desa Hutan (LMDH) Jati Bagus.
4. Program PHBM
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat adalah sistem pengelolaan
sumberdaya hutan dengan pola kolaborasi yang bersinergi antara Perum
Perhutani dan masyarakat desa hutan atau pihak yang berkepentingan
dalam upaya mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya
hutan yang optimal. Berdasarkan Pelaksanaan Program PHBM terdapat 7
program, dalam penelitian ini peneliti hanya diambil 5 program
pelaksanaan kelola sosial oleh Perum Perhutani yaitu berupa bidang
perencanaan, bidang pembinaan sumberdaya hutan, bidang pemasaran,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
2.1. Deskripsi Teoritis
2.1.1. Kajian Geografi dan Geografi Sosial
Geografi adalah ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena geosfer
(atmosfer, lithosfer, hidrosfer, dan antroposfer) dengan menggunakan
pendidikan keruangan, kelingkungan dan, kompleks wilayah. Dari
pengertian tersebut, dalam penelitian ini berdasarkan ilmu geografi yang
menjadi kajiannya adalah aktifitas petani hutan dalam memanfaatkan
lingkungan hutan. Secara keruangan bahwa berkaitan tentang informasi
yang diberikan meliputi distribusi, luasan, tingkat kesesuaian lahan, faktor
pembatas, dan alternatif teknologi yang dapat diterapkan (Banowati,
2013:7). Berdasarkan pendekatan keruangan digunakan untuk menganilis
petakan-petakan hutan yang berisi tanaman pokok, tanaman pagar, tanaman
pengisi, dan tanaman tumpangsari. Tanaman pokok adalah tanaman
kehutanan yang ditentukan berdasarkan ketetapan dalam rencana
perusahaan pada lokasi yang bersangkutan. Kemudian tanaman pengisi
adalah tanaman yang ditanam dengan tujuan guna membantu mengurangi
segi-segi kurang baik dari budidaya tanaman sejenis, ditanam pada larikan
tanaman pokok. Sedangkan tanaman pagar adalah tanaman yang ditanam di
sekeliling bidang tanaman dengan jenis-jenis tanaman tertentu yang
berfungsi sebagai pelindung/pagar dari bahaya gangguan ternak maupun
penjarahan penebang liar. Tumpangsari adalah suatu cara pengelolaan tanah
dimana petani dapat mengusahakan lahan kehutanan dengan tanaman
pangan seperti padi, jagung, ubikayu, kol, bawang merah, kentang
disamping tanaman pokok kehutanan seperti jati, pinus, sengon, dan mahoni
(Banowati, 2013:199).
Secara kelingkungan bahwa berkaitan aktivitas manusia terhadap
lingkungan atau interaksi manusia dengan lingkungannya manusia terus
mengalami perkembangan. Pertama kali berinteraksi dengan alam, manusia
hanya memanfaatkan atau tergantung dari apa saja yang dihasilkan oleh
alam. Sampai kemudian manusia mencoba untuk mengelola alam dengan
teknologi yang mereka peroleh. Kemajuan bidang pertanian saat ini
terutama dalam hal penggunaan teknologi dan pengembangan tanaman.
Semua diperoleh melalui berbagai kegiatan penelitian yang tujuannya untuk
meningkatkan hasil atau produk pertanian sehingga kebutuhan akan
barang-barang pertanian selalu tercukupi. Namun demikian sifat-sifat tanaman
dalam pertumbuhan optimalnya sangat dipengaruhi faktor-faktor geografis
(Banowati, 2013:56). Berdasarkan pendekatan keruangan, dalam penelitian
ini petani hutan secara langsung memanfaatkan ruang hutan sebagai
sumberdaya alam.
2.1.2. Pengetahuan Kognitif
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (UU
SPN No. 20 Tahun 2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1:1).
Pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan manusia untuk
mengembangkan potensi dirinya. Ada 3 jalur pendidikan yaitu formal, non
formal, dan informal. Pada penelitian ini peneliti memusatkan pada
pendidikan nonformal.
Pendidikan nonfomal adalah proses penyelenggaraan suatu sistem
terlembagakan, yang didalamnya terkandung makna bahwa setiap
pengembangan pendidikan nonformal perlu perencanaan program yang
matang, melalui kurikulum, isi program, sarana, prasarana, sasaran didik,
sumber belajar, serta faktor-faktor yang satu sama lain tak dapat dipisahkan
dalam pendidikan nonformal (Kamil, 2009:14). Berdasarkan penelitian
penuluis, yaitu Analisis Pengetahuan Kognitif Petani Hutan Dalam
Pelaksanakan Program Pengelolaan Hutan Bersama (PHBM) di Desa
Jomblang Kecamatan Jepon Kabupaten Blora menunjukan bahwa
masyarakat sebagai sumber dan sasaran pendidikan nonformal.
1. Masyarakat sebagai sumber belajar
Faktor lingkungan masyarakat banyak memberikan pengaruh kuat
dalam pengembangan program pendidikan nonformal, baik dalam
proses pembelajaran maupun pengelolaan program.
2. Masyarakat sebagai sasaran pendidikan nonformal
Konsep pendidikan nonformal dalam kerangka pembangunan
sebagai sumberdaya pembelajaran, dan ke dua masayrakat sebagai
sasaran pembelajaran.
3. Pendidikan nonformal dalam pemberdayaan masyarakat
Konstribusi pendidikan nonformal dalam pemberdayaan
masyarakat, secara lebih jelas dapat dilihat dari definisi dan
hakekat peran pendidikan nonformal itu sendiri.
Melalui pendidikan, seseorang memperoleh pengetahuan dan
pengalaman yang akan membuat dirinya berkembang menjadi manusia yang
lebih baik. Salah satunya ialah ranah kognitif, yaitu ranah yang menekankan
akan pemahaman atau pengetahuan dan keterampilan berpikir.
Teori perkembangan kognitif menurut Piaget yang dikutip Rifa‟i dan Anni (2012:31) terdapat empat konsep pokok dalam menjelaskan
perkembangan kognitif. Keempat konsep yang dimasud adalah skema,
asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrium. Skema adalah menggambarkan
tindakan mental dan fisik dalam mengetahui dan memahami objek.
Asimilasi yaitu proses memasukkan informasi kedalam skema yang telah
dimiliki. Akomodasi merupakan proses mengubah skema yang telah
dimiliki dengan informasi baru. Ekuilibrium ialah proses keseimbangan
diantara skema, asimilasi, maupun akomodasi.
Menurut Bloom yang dikutip Kuswana (2012:6) dalam
pengembangan taksonomi kognitif prinsip dasar kerangka yang diajukan
kompleks secara bertingkat. Beberapa prinsip dasar yang dimaksud dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Mengingat taksonomi digunakan dalam unit-unit dan program
pendidikan, memiliki perbedaan antara kelas perlu mencerminkan
bagian yang sesuai dengan tingkah laku siswa yang diharapkan.
2. Mengingat taksonomi itu harus logis dan konsisten maka
dikembangkan berdasarkan keutuhan materi, sesuai dengan struktur
internal keilmuan.
3. Mengingat taksonomi harus konsisten dengan pemahaman gejala
psikologis, maka pembedaan secara psikologis tak dapat
dipertahankan meskipun secara teratur telah dirancang oleh para
guru.
4. Mengingat penggolongan merupakan suatu rencana yang relatif
deskriptif, maka harus menunjukan atau mewakili setiap tujuan
jenis pendidikan secara netral.
Kemudian dalam kemampuan intelektual mencangkup pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi diterapkan untuk
membantu membangun pengetahuan. Dalam penelitian ini untuk pencapaian
pengetahuan kognitif diperoleh beberapa indikator, diantaranya: (1)
Pengetahuan, (2) Pemahaman, (3) Aplikasi, (4) Analisis, (5) Evaluasi.
2.1.3. Petani Hutan
Petani adalah orang yang melakukan cocok tanam dari lahan
kehidupan dari kegiatan itu. Berdasarkan perngertian tersebut petani erat
kaitannya dengan pertanian. Definisi pertanian adalah kebudayaan yang
pertama kali dikembangkan manusia sebagai respons terhadap kelangsungan
hidup yang berangsur menjadi sukar karena semakin menipisnya sumber
pangan di alam bebas akibat laju pertambahan manusia (Nurmala, 2012:1).
Pada kegiatan pertanian, petani mempunyai dua tugas atau peranan,
yaitu sebagai penggarap dan sebagai manajer. Petani sebagai penggarap
mempunyai tugas untuk menggarap, merawat, dan memelihara tanaman dan
hewan yang dimilikinya. Tujuannya adalah untuk mencapai atau
menghasilkan produk yang optimal. Petani sebagai manajer, dalam kegiatan
pertanian dibutuhkan pengelolaan dan majerial yang tepat. Apabila
pengelolaan atau manajerial tidak baik, maka besar kemungkinan kurang
hasilnya atau bahkan bisa gagal total (Banowati, 2015:47-49).
Menurut Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,
pengertian hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan
berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam
persekutuan alam lingkungan, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat
dipisahkan. Petani hutan merupakan masyarakat kawasan hutan yang
melakukan aktifitas pertanian dengan memanfaatkan lahan sebagai
sumberdaya alam dengan melakukan pengelolaan hutan untuk memenuhi
kebutuhan sambil mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan
dan melestarikan lingkungan. Dalam hal ini erat kaitannya dengan
Pertanian berkelanjutan didefinisikan sebagai pertanian yang dapat
mengarahkan pemanfaatan oleh manusia lebih besar, efesiensi penggunaan
sumberdaya lahan lebih besar dan seimbang dengan lingkungan, baik
dengan manusia maupun dengan hewan (Nurmala, 2012:29). Ada beberapa
syarat ataupun ketentuan tentang pertanian dikatakan sebagai pertanian
berkelanjutan (Banowati, 2013:161-162). Syarat atau ketentuan tersebut
antara lain:
a. Mantap secara ekologis
Artinya bahwa kualitas sumber daya alam dipertahankan dan
kemampuan agroekosistem secara keseluruhan (manusia, tanaman,
hewan, dan organisme tanah) ditingkatkan.
b. Berkelanjutan secara ekonomis
Artinya bahwa petani mampu menghasilkan untuk pemenuhan
kebutuhan dan pendapatan sendiri serta mendapatkan penghasilan
yang cukup untuk mengembalikan tenaga dan biaya yang
digunakan.
c. Adil
Artinya bahwa sumber daya alam dan kekuasaan didistribusikan
sedemikian rupa sehingga kebutuhan dasar semua anggota
masyarakat terpenuhi dan hak-hak mereka dalam penggunaan
d. Manusiawi
Artinya bahwa semua bentuk kehidupan (tanaman, hewan,
manusia) harus dihargai keberadaanya.
e. Luwes
Sistem pertanian yang ada harus mampu dijangkau oleh masyarakat
pedesaan.
2.1.4. Program PHBM
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat berdasarkan SK Dewan
Pengawas No.136/2001 adalah suatu sistem pengelolaan sumberdaya yang
dilakukan bersama oleh Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan atau
Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan dengan pihak berkepentingan
(stakeholder) dengan jiwa berbagi sehingga kepentingan bersama untuk
mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan dapat
diwujudkan secara optimal dan proporsional. PHBM merupakan
sumberdaya pengelolaan hutan dengan cara berbagi, yang meliputi berbagi
pemanfaatan waktu, ruang dan lahan, dengan prinsip saling menguntungkan,
saling memperkuat, dan saling mendukung (Sutejo, 2014:3).
Mulai tahun 2001 Perhutani melaksanakan program pengelolaan hutan
bersama masyarakat (PHBM), pada tahun yang sama paradigma PHBM
diperbaharui yang semula hanya mengutamakan kayu yaitu dengan
dipakainya kata hutan diubah menjadi sumberdaya hutan. Realisasinya
melalui pengelolaan hutan kolaboratif antara Perhutani dengan desa berbasis
dalam pengelolaan hutan karena mereka adalah masyarakat setempat
dimana hutan tersebut teragih (Banowati, 2013:189).
Bentuk-bentuk kegiatan pengelolaan sumberdaya hutan yang dapat
dikelola bersama masyarakat adalah jenis-jenis kegiatan berbasis lahan yang
dilaksanakan di kawasan hutan dan dapat dikembangkan di luar kawasan
hutan dengan memanfaatkan lahan atau ruang melalui pola tanam yang
disesuaikan karakteristik wilayah. Pola-pola yang sesuai karakteristik
wilayahnya adalah pola tanam yang dapat mengembangkan
keanekaragaman jenis dan komoditi kehutanan, pertanian, perkebunan,
peternakan, perikanan dengan tetap mengoptimalkan fungsi dan manfaat
sumberdaya alam (Sutopo, 2005:46).
Pengelolaan sumberdaya hutan adalah kegiatan yang meliputi
penyusunan rencana pengelolaan sumberdaya hutan, pemanfaatan
sumberdaya hutan dan kawasan hutan, serta perlindungan sumberdaya hutan
konservasi alam. Pengelolaan hutan bersama masyarakat merupakan
kebijakan perusahaan yang menjiwai strategi, struktur, dan budaya
perusahaan dalam pengelolaan sumberdaya hutan. Jiwa yang terkandung
dalam pengelolaan sumberdaya hutan bersama masyarakat merupakan pihak
perusahaan, masyarakat desa hutan, dan pihak yang berkepentingan untuk
berbagi dalam pengelolaan sumberdaya hutan sesuai dengan kaidah-kaidah
keseimbangan, berkelanjutan, kesesuaian, dan keselarasan (Natalia, 2005
PHBM dimaksudkan untuk memberikan arah pengelolaan
seumberdaya hutan dengan memadukan aspek ekonomi, ekologi, dan sosial
secara proporsional maupun profesional. PHBM bertujuan untuk
meningkatkan peran dan tanggung jawab Perum Perhutani, masyarakat desa
hutan dan pihak yang berkepentingan terhadap keberlanjutan fungsi dan
manfaat sumberdaya hutan, melalui pengelolaan sumberdaya hutan dengan
model kemitraan.
Aktifitas pengelolaan hutan merupakan seperangkat kegiatan
pengusahaan hutan mencakup kegiatan yang terdiri dari strategi, sistem, dan
manajemen pengelolaan. Strategi pengelolaan merupakan suatu kerangka
umum pengelolaan hutan dan pengelolaan hasil hutan (Banowati, 2011:26).
Pemanfaatan hutan oleh masyarakat dapat berupa sumberdaya kayu dan non
kayu. Kayu yang dihasilkan dari hutan memiliki nilai jual yang cukup
tinggi, sehingga diperlukan strategi dalam pemanfaatannya agar eksploitasi
terhadap kayu tidak belebih yang akhirnya mengakibatkan kerusakan hutan.
Sumberdaya non kayu yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yaitu
berupa tanaman tumpangsari yang ditanam masyarakat. Tanaman
tumpangsari tersebut harus ada strategi pemanfaatannya, yaitu masyarakat
harus memperhatikan syarat-syarat tanaman apa saja yang boleh ditanam
untuk menjadi tanaman tumpangsari sehingga tidak mengganggu
pertumbuhan tanaman tegakan.
Sumberdaya utama yang merupakan produk hutan mempunyai fungsi
dapat bermata pencaharian dari hutan serta hutan sebagai penghasil oksigen
menyumbang pembentukan iklim mikro yang dapat menjaga kualitas
disekitar hutan. Sedangkan sumberdaya non kayu merupakan kegiatan
pemanfaatan lahan hutan untuk aktifitas pertanian oleh masyarakat desa
hutan.
Sistem pengelolaan merupakan suatu rangkaian pengelolaan pada
tingkat perencanaan hutan yang meliputi pemilihan jenis tegakan dan jenis
tanaman pertanian sekaligus berhubungan dengan penentuan daur atau rotasi
tanaman pada satuan petak hutan, dan pola tanam tumpangsarinya
(Banowati, 2011:28). Masyarakat desa hutan mendapat ruang sebesar 2.500
m² untuk menanam tanaman tumpangsari dibawah tanaman tegakan.
Tanaman tumpangsari yang ada sebagian besar berupa tanaman
empon-empon seperti kunyit.
Manajemen pengelolaan merupakan suatu tindakan kebijakan yang
dilakukan oleh KPH dengan mempertimbangkan keadaan wilayah yang
terkait dengan kondisi fisik, biofisik, maupun kondisi sosial ekonomi
wilayah yang bersangkutan. Termasuk dalam tindakan ini adalah penetapan
program: penentuan lokasi kemitraan, penetapan fungsi suatu kawasan
hutan, serta teknik silvikultur yang diterapkan (Banowati, 2011:29).
Strategi, sistem, dan manajemen pengelolaan hutan suatu wilayah
berbeda antara wilayah satu dengan yang lainnya. Hal tersebut dikarenakan
setiap wilayah mempunyai karakteristik yang berbeda baik fisik maupun
2.1.5. Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan
Menurut penelitian terdahulu mengenai program PHBM, terdapat
penelitian yang dilakukan oleh Wiwik Lestariningsih dalam penelitiannya
yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Nonformal Terhadap Partisipasi
Masyarakat Dalam Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat
(PHBM) Di Desa Adinuso Kecamatan Subah Kabupaten Batang”, dari hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran pendidikan nonformal
terdapat hubungan antara partisipasi masyarakat dalam program PHBM.
Melalui pendidikan nonformal yang terdiri kejar paket dan kursus
menjadikan masyarakat desa hutan lebih memahami akan pentingnya peran
pengetahuan dan keterampilan masyarakat. Hal ini didukung juga dengan
pembinaan, penyuluhan, dan pelatihan yang diberikan oleh Perum
Perhutani. Sehingga partisipasi masyarakat lebih aktif dalam mengikuti
program PHBM.
Jomblang
Program PHBM dibentuk oleh Perum Perhutani sebagai upaya untuk
pengelolaan hutan dengan melibatkan masyarakat desa hutan. Program
PHBM tersebut dalam pelaksanaannya melibatkan Perhutani dan
masyarakat petani hutan. Sebagai upaya untuk memberikan pendidikan dan
pengetahuan masyarakat petani hutan tentang pengelolaan hutan, Perhutani
mengadakan pembinaan, penyuluhan, dan pelatihan. Pembinaan,
penyuluhan, dan pelatihan tersebut ditujukan untuk masyarakat petani
hutan. Program PHBM sendiri terdapat kegiatan berupa bidang
perencanaan, bidang pembinaan sumberdaya hutan, bidang pemasaran, dan
bidang keuangan. Berdasarkan upaya pelaksanaan program PHBM,
masyarakat desa hutan memerlukan bekal pengetahuan dan keterampilan.
Pengukuran pengetahuan dan keterampilan petani hutan dapat diukur
melalui Taksonomi Bloom pada level C1, C2, C3, C4, dan C6 yaitu
dapat dilihat bagaimana pengetahuan dan keterampilan masyarakat sehingga
manfaat sumberdaya hutan yang optimal dan peningkatan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) yang bersifat fleksibel, akomdatif, dan
partisipasif. Apabila dari semua indikator tersebut sebagian besar telah
diterapkan masyarakat petani hutan, maka pelaksanaan pengetahuan kognitif
petani hutan dalam melaksanakan program PHBM membawa pengaruh
yang baik terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat.
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
2.1.7. Hipotesis
Pada penelitian ini penulis merumuskan hipotesis yaitu:
Terdapat hubungan antara pengetahuan kognitif petani hutan terhadap
pelaksanaan program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Perhutani
Program PHBM
- Bidang Perencanaan - Bidang Pemberdayaan
Sumberdaya Hutan - Bidang Pemasaran - Bidang Keuangan - Bidang Produksi LMDH
Pengetahuan Kognitif Petani Hutan
Partisipasi Pelaksanaan Program PHBM
24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010:173).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani hutan yang tergabung
dalam LMDH Jati Bagus Kecamatan Jepon Kabupaten Blora yaitu sebesar
125 orang (Monografi, Desa Jomblang 2016). Populasi pada penelitian ini
sekaligus menjadi sampel penelitian atau populasi sampel, yaitu sebesar 125
orang. Populasi sampel dilakukan oleh peneliti karena populasi terhingga
atau masih terjangkau untuk dikumpulkan dan tidak terlalu banyak. Populasi
sampel diteliti, hasilnya dianalisis, disimpulkan, dan kesimpulan itu berlaku
untuk populasi.
3.2. Variabel Penelitan
Variabel penelitian mengenai analisis pengetahuan kognitif petani
hutan dalam melaksanakan program PHBM akan dijabarkan sebagai
berikut:
Tabel 3.1 Matriks Variabel Penelitian
No Tujuan Variabel Sub Variabel Teknik
pengumpulan
1. Pengetahuan Wawancara & Dokumentasi Pemahaman
2 Untuk
Pada penelitian ini, variabel bebasnya adalah pengetahuan kognitif
petani hutan. Untuk mengukur pengetahuan kognitif melalui Taksonomi
3.2.2. Variabel terikat (Y)
Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya adalah
pelaksanaan program PHBM di Desa Jomblang, Kabupaten Blora. Kegiatan
program PHBM meliputi:
1. Bidang Perencanaan
2. Bidang Pembinaan Sumberdaya Hutan
3. Bidang Produksi
4. Bidang Pemasaran
5. Bidang Keuangan
3.3. Alat dan Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang diutamakan dalam penelitian ini adalah:
3.3.1. Wawancara
Wawancara adalah cara mengumpulkan data dimana peneliti langsung
mengadakan tanya jawab dengan responden. Wawancara dilakukan pada 27
Maret sampai dengan 17 April 2016, dilakukan kepada petani hutan anggota
LMDH Jati Bagus. Kemudian wawancara juga kepada KSS/Kaur
Pengembangan PHBM Perum Perhutani KPH Cepu oleh Agung Sugianto,
S.E. pada tanggal 11 sampai 12 April 2016, sedangkan pada tanggal 13
sampai dengan 15 April 2016 wawancara dilakukan kepada Ketua LMDH
Jati Bagus Surat Wartono, S.E. Metode wawancara ini digunakan untuk
memperoleh informasi tentang pengetahuan kognitif dan partisipasi
pelaksanaannya dilapangan dan pengetahuan masyarakat tentang program
tersebut.
3.3.2. Dokumentasi
Berdasarkan metode dokumentasi ini kemudian akan diperoleh data yang
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa data monografi desa, data
geografis dan data penduduk desa yang tinggal di sekitar Hutan Desa
Jomblang. Dokumentasi dilakukan pada setiap kelapangan dilakukan pada
27 Maret sampai dengan 17 April 2016.
3.3.3. Observasi
Metode observasi ini digunakan untuk mengamati kegiatan petani hutan
dalam melaksanakan program PHBM meliputi bidang perencanaan, bidang
produksi, bidang pembinaan sumberdaya hutan, bidang pemasaran, dan
bidang keuangan. Obervasi dilakukan pada tanggal 22 sampai dengan 29
Januari 2016 dan 22 sampai dengan 27 Februari 2016 dengan mengamati
keadaan sekitar hutan dan aktivitas masyarakat desa hutan.
3.4. Validitas dan Reliabilitas Alat
Hasil penelitian dikatakan valid apabila terdapat kesamaan antara
data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek
yang diteliti. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. Selanjutnya hasil penelitian yang
reliabel yaitu apabila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda.
kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama,
dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam
pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan
reliabel (Sugiyono, 2010: 172-173).
1) Validitas
1. Validitas Konstruk
Untuk menguji validitas konstruk, dapat digunakan pendapat
dari ahli. Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang
aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka
selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli (Sugiyono, 2010: 179).
Hal pertama yang dilakukan untuk menguji validitas konstruk
yaitu menurunkan variabel menjadi sub variabel yang kemudian
dikembangkan menjadi indikator-indikator yang akan dicapai dan
dituangkan dalam butir-butir soal dengan menyajikannnya dalam
bentuk kisi angket penelitian. Setelah disajikan dalam bentuk
kisi-kisi, langkah selanjutnya adalah menyusun angket penelitian. Sebelum
diberikan kepada responden untuk diuji cobakan, instrumen tersebut
terlebih dahulu dikonsultasikan dengan ahli yang dalam hal ini adalah
dosen pembimbing apakah angket tersebut sudah sesuai atau belum.
2. Validitas Isi
Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan
antara isi instrumen dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan
Validitas isi dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana butir
soal mencakup keseluruhan bahan yang ingin diukur. Pengujian
validitas diukur dengan menggunakan SPSS 16 dan diperoleh soal
variabel pengetahuan kognitif petani hutan yang tidak valid ada 5 soal,
yaitu: nomor 6, 11, 17, 20, dan 25. Sedangkan untuk variabel partisipasi
pelaksanaan program PHBM diperoleh soal yang tidak valid ialah:
nomor 30, 31, 45, 47, dan 48.
√{ } { }
Keterangan:
rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan Y
N : Jumlah subyek atau responden
X : Jumlah skor setiap item angket
Y : Jumlah skor total angket (Arikunto, 2006: 155)
2) Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu instumen cukup dapat dipercaya
sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.
Reliabel artinya dapat dipercaya jadi dapat diandalkan (Arikunto, 2006:
178). Pengujian reliabilitas diukur dengan menggunakan SPSS 16 dan
diperoleh untuk variabel pengetahuan kognitif petani hutan
reliabilitasnya 0,82 sedangankan untuk variabel partisipasi pelaksanaan
[ ] [ ]
3.5. Teknik Analisis Data
Tabel 3.2 Matriks Teknik Analisis Data
No Masalah Metode Analisis Data
1 Bagaimana pengetahuan kognitif petani hutan tentang Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)?
Analis Geografi, Deskriptif Persentase
2 Bagaimana partisipasi petani hutan dalam pelaksanaan Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)?
Analisis Geografi, Deskriptif Persentase
3 Bagaimana hubungan pengetahuan kognitif petani hutan dengan partisipasi pelaksanaan program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)?
Tabulasi Silang, Uji Chi-Square Test.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan
analisis geografi khususnya analisis keruangan. Analisis keruangan
digunakan untuk menganalisis petakan-petakan hutan berisi tanaman pokok,
tanaman pengisi, tanaman pagar, dan tanaman tumpangsari.
Analisis deskriptif persentase digunakan untuk mengetahui
pengetahuan petani hutan dan mengkaji pengetahuan kognitif masyarakat
desa hutan dalam program PHBM. Analisis data ini digunakan
pengumpulan data dengan menentukan skor responden sesuai penskoran
Untuk menentukan skor (deskriptif persentase) digunakan rumus:
DP= x100%
Keterangan:
DP: Deskriptif persentase
N : Jumlah seluruh nilai yang diharapkan
n : Nilai yang diperoleh (Ridwan, 2004:71-95)
Presentase yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam kriteria
penilaian pengetahuan. Penulis mengambil standar penilaian dengan
mengacu pada penilaian akademik yang ada di Universitas Negeri
Semarang, namun yang tadinya terdapat 8 kriteria berdasarkan standar
penilaian UNNES, kemudian penulis menyederhanakan menjadi 3 kriteria
untuk mengukur tingkat pengetahuan kognitif petani hutan, adapun kriteria
diantaranya: a) Baik, b) Cukup, c) Kurang. Penskoran untuk tes kriteria
jawaban ialah untuk jawaban benar bernilai 1, salah nilai 0. Untuk lebih
jelasnya dapat melihat pada tabel 3.3 standar penilaian akademik unnes, dan
tabel 3.4 kriteria untuk tingkat pengetahuan kognitif petani hutan.
Tabel 3.3 Standar Penilaian Akademik UNNES
No Nilai Angka Nilai Huruf Bobot Predikat
1 86-100 A 4,00 Sangat Baik
2 81-85 AB 3,50 Lebih dari Baik
3 71-80 B 3,00 Baik
4 66-70 BC 2,50 Lebih dari Cukup
5 61-65 C 2,00 Cukup
6 56-60 CD 1,50 Kurang dari Cukup
7 51-55 D 1,00 Kurang
8 ≤ 50 E 0,00 Gagal (Tidak Lulus)
Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Pengetahuan Kognitif Petani Hutan No Rentang Skor Persentasi Nilai Kriteria
1 13 - 20 66-100 Baik
2 8 - 12 61-65 Cukup
3 0 - 7 ≤ 60 Kurang
Kemudian untuk data yang diperoleh dengan cara pengumpulan data
utama dari wawancara dan dianalisis melalui tahapan yaitu:
a) Mengelompokkan data sesuai dengan jenisnya.
b) Membuat tabulasi data
c) Data yang telah ditabulasikan, diolah dalam bentuk komputerisasi.
Sedangkan metode yang digunakan untuk menganalisis data penelitian
tentang pengaruh pengetahuan kognitif petani hutan terhadap partisipasi
pelaksanakan program PHBM, data dianalisis dengan menggunakan cross
tab atau tabulasi silang dengan korelasi uji chi-square test dengan
menggunakan SPSS 16 dan kemudian ditinjau pada fakta lapangan.
Rumus menghitung chi-square adalah sebagai berikut:
∑
Keterangan:
x² = chi kuadrat
fo = frekuensi yang diobservasi
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Geografi adalah ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena geosfer
(atmosfer, lithosfer, hidrosfer, dan antroposfer) dengan menggunakan pendidikan
keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Kajian dalam penelitian ini
adalah aktifitas petani hutan (anggota LMDH Jati Bagus) dalam memanfaatkan
lingkungan hutan. Secara keruangan bahwa berkaitan tentang informasi yang
diberikan meliputi distribusi, luasan, tingkat kesesuaian lahan, faktor pembatas,
dan alternatif teknologi yang dapat diterapkan (Banowati, 2013:7).
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1. Kondisi Geografis
Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Jomblang
Kecamatan Jepon Kabupaten Blora yang tergabung dalam anggota LMDH
Jati Bagus. Secara astronomis Desa Jomblang terletak pada 7º00‟34” LS - 7º02‟58‟‟ LS dan 111º25‟57‟‟ BT - 111º28‟15” BT. Secara administrasi, termasuk dalam wilayah Kecamatan Jepon Kabupaten Blora serta memiliki
batas-batas wilayah yaitu:
Sebelah Utara : Desa Purworejo & Kecamatan Blora
Sebelah Timur : Desa Kawasan Hutan & Desa Nglobo
Sebelah Barat : Desa Ngampon & Kecamatan Jepon
Sebelah Selatan : Kawasan Hutan & Desa Semanggi
Gambar 4.1 Desa Jomblang Sumber: Dokumentasi Penelitian
Lokasi desa ini berjarak 4 km dengan pusat Pemerintahan Kecamatan,
sedangkan dengan Pemerintahan Kabupaten adalah 10 km, serta jarak dari
Ibu Kota Provinsi adalah 133 km, dan jarak tempuh dengan KPH Cepu
adalah 36 km. Wilayah Desa Jomblang terletak di dalam Resor Pangkuan
Hutan (RPH) Nglobo dengan Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH)
Jomblang dan termasuk dalam Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Cepu
yang terletak diujung paling barat wilayah KPH Cepu, berseberangan
dengan wilayah KPH Blora. Desa Jomblang sendiri terdiri dari dua dusun
yaitu Dusun Kaliklampok dan Dusun Jomblang. Untuk mengetahui lebih
jelas mengenai batas-batas wilayah desa dapat dilihat pada gambar 4.2
4.1.2. Penggunaan Lahan
Luas wilayah Desa Jomblang adalah 1.281,261 Ha dengan ketinggian
146 Mdpl yang terdiri dari sawah, tegal, pekarangan, dan hutan. Untuk lebih
jelasnya perhatikan Luas penggunaan lahan Desa Jomblang dapat dilihat
pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Penggunaan Lahan Desa Jomblang No Keterangan Luas (Hektar)
1 Sawah 579,752 ha
2 Tegalan/Ladang 83,242 ha
3 Pemukiman 67,040 ha
4 Hutan 551,827 ha
Sumber: Data Analisis Penelitian 2016
Tabel 4.1 menunjukan bahwa penggunaan lahan Desa Jomblang untuk
sawah sebesar 579,752 ha, merupakan penggunaan lahan yang terbesar di
Desa Jomblang. Sedangkan penggunaan lahan pemukiman sebesar 67,040
ha, merupakan penggunaan lahan terkecil. Mayoritas penggunaan lahan
ialah berupa vegetasi meliputi sawah dan hutan yang dilambangkan warna
hijau muda (sawah) dan hijau tua (hutan).
Sedangkan penggunaan lahan yang lain berupa pemukiman dan
tegalan. Pemerintahan Desa Jomblang terbagi atas 2 dusun yaitu Jomblang
dan Kaliklampok. Terdiri dari 3 RW (Rukun Warga) dengan jumlah total 23
RT (Rukun Tetangga) dan dipimpin oleh seorang Kepala Desa. Secara lebih
Berdasarkan Peta Penggunaan Lahan Desa Jomblang Kecamatan
Jepon Kabupaten Blora, sawah yang terdapat pada Desa Jomblang berupa
sawah tadah hujan. Sawah tipe ini sumber airnya hanya mengandalkan dari
curah hujan. Umumnya diusahakan atau ditanami padi pada musim hujan,
sedangkan pada musim kemarau diberakan. Pola tanamnya adalah padi-bera
atau palawija-padi (Nurmala, 2012:103).
Sedangkan untuk hutan di Desa Jomblang mayoritas hutan yang
berisikan Pohon Jati dan sebagian Mahoni. Kawasan hutan di Desa
Jomblang sebagian kecil juga terdapat hutan rakyat seluas 36 Ha. Hutan
rakyat adalah yang dikuasai oleh rakyat sebagai sumber mata pencaharian
tambahan selain mata pencaharian pokok penduduk suatu desa (Nurmala,
2012:111). Berikut ini karkateristik tanah pada hutan Desa Jomblang
Kecamatan Jepon Kabupaten Blora dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Karakteristik Tanah pada Hutan di Desa Jomblang
No BKPH Petak pH Sumber: Perum Perhutani KPH Cepu
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan bahwa kawasan hutan di Desa
Jomblang Kecamatan Jepon Kabupaten Blora termasuk Bagian Kesatuan
Pohon Jati, dengan tingkat pH tanah sebesar 7,56 yang berarti basa.
Sedangkan untuk petak hutan 6051A diisi jenis Pohon Mahoni, dengan
tingkat pH tanah sebesar 7,64 yang berarti basa. Drainase pada kedua petak
baik tetapi agak sarang (kedap air), kandungan organik tanah rendah, dan
kandungan kapur pada tanah tinggi. Jenis tanah grumusol dengan warna
tanah merah kecoklatan. Tanah yang sesuai pada Pohon Jati pada umumnya
adalah yang agak basa, dengan pH antara 6-8, sarang (memiliki aerasi yang
baik), mengandung cukup banyak kapur (Ca, calcium) dan fosfor (P),
karena Pohon Jati tidak tahan tergenang air.
4.1.3. Kependudukan
Jumlah penduduk Desa Jomblang pada Tahun 2010 sebanyak 3.273
jiwa, untuk jumlah laki-laki ialah 1.687 orang dan jumlah perempuan
sebanyak 1586 orang dengan jumlah KK sebanyak 946 KK (Monografi,
Desa Jomblang 2016). Kepadatan penduduk 252 jiwa/km², dan terbagi
menjadi 2 Dusun, Dusun Jomblang dan Kaliklampok. Jumlah RW terdapat
3 RW dengan jumlah total 23 RT. Berikut adalah komposisi penduduk
berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, menurut bidang pekerjaan
utama, dan menurut pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.3. (Pada lampiran
halamn 83).
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan bahwa jumlah terbanyak petani
hutan terdapat pada kelompok umur 40-45 yaitu sejumlah 32 orang,
berumur 47 tahun. Di desa jomblang sendiri jumlah penduduk sebagian
besar berada pada kelompok umur muda dan semakin sedikit jumlahnya
pada kelompok umur tua sehingga Desa Jomblang memiliki bentuk
piramida muda (ekspansif). Hal tersebut menandakan bahwa angka
kelahiran bayi di Desa Jomblang tinggi.
Perekonomian tidak terlepas dari adanya pekerjaan yang
mendukungnya. Jumlah penduduk di Desa Jomblang yang bekerja pada
bidang pertanian tanaman pangan memiliki jumlah paling tinggi yaitu 1.845
jiwa. Sedangkan dilihat dari sektor mata pencaharian, mayoritas pekerja
anggota LMDH Jati Bagus adalah petani yaitu 58 , terlihat bahwa sebagian
besar penduduk bekerja pada sektor pertanian. Penduduk memanfaatkan
lahan sawah dan hutan negara untuk lahan pertanian mereka, untuk jenis
tanaman pertanian sendiri adalah padi, jagung, dan singkong.
Tingkat Pendidikan penduduk Desa Jomblang termasuk masih rendah
yaitu sebagian besar hanya sampai jenjang Sekolah Dasar yaitu sejumlah
1.145 jiwa dan jumlah penduduk yang memiliki tingkat pendidikan sampai
S1 sedikit yaitu 19 orang. Mayoritas petani hutan berjenjang pendidikan SD
yaitu sebanyak 67 orang dan sebanyak 9 orang lainnya tidak tamat SD.
Sedangkan untuk jenjang sarjana hanya 1 orang. Masih rendahnya
pendidikan masyarakat menandakan kurangnya kesadaran masyarakat
4.1.4. Wilayah Hutan Desa Jomblang Kecamatan Jepon
Wilayah Hutan Desa Jomblang termasuk pangkuan hutan dari KPH
Cepu, dengan BKPH Nglobo. Lebih jelasnya lihat pada tabel 4.4 (pada
lampiran halaman 86). Desa Jomblang terbagi atas 2 dusun, yaitu Dusun
Jomblang dan Kaliklampok. Total pangkuan pada Desa Jomblang ialah 25
petak terbagi masing-masing dusun untuk RPH Jomblang terdiri dari 15
petak dengan luas 557,1 ha. Sedangkan untuk RPH Kaliklampok terdiri dari
10 petak dengan luas 277,1 ha. Total seluruh luas pangkuan hutan Desa
Jomblang adalah sebesar 834,2 ha.
Tanaman pokok yang berada pada KPH Cepu adalah tanaman Jati.
RPH Jomblang untuk tanaman pokok terdiri dari jati dan mahoni. Di satu
kawasan hutan, selain terdapat tanaman pokok terdapat juga tanaman pagar,
pengisi, dan sela. Kawasan hutan Desa Jomblang memiliki tanaman pengisi
kesambi dan kemlanding. Tanaman pengisinya ialah tanaman sonokeling,
sedangkan untuk tanaman pagar ialah tanaman secang. Lebih jelasnya lihat
Berdasarkan gambar 4.4 menunjukan gambaran Petak Pangkuan
Hutan di Desa Jomblang. Jenis tanaman meliputi tanaman pagar, tanaman
pokok, tanaman pengisi, dan tanaman tumpangsari. Tanaman pagar adalah
tanaman yang ditanam di sekeliling bidang tanaman dengan jenis-jenis
tanaman tertentu yang berfungsi sebagai pelindung/pagar dari bahaya
gangguan ternak maupun penjarahan penebang liar. Sedangkan tanaman
pokok adalah tanaman kehutanan yang ditentukan berdasarkan ketetapan
dalam rencana perusahaan pada lokasi yang bersangkutan. Kemudian
tanaman pengisi adalah tanaman yang ditanam dengan tujuan guna
membantu mengurangi segi-segi kurang baik dari budidaya tanaman sejenis,
ditanam pada larikan tanaman pokok, dan tanaman tumpangsari adalah
adalah tanaman yang dikelola dimana petani dapat mengusahakan lahan
kehutanan dengan tanaman pangan seperti padi, jagung, ubikayu, kol,
bawang merah, kentang disamping tanaman pokok kehutanan seperti jati,
pinus, sengon, dan mahoni (Banowati, 2013:199).
Pada kawasan hutan di Desa Jomblang jarak tanaman pagar terhadap
tanaman pokok sekitar 60 sentimeter sampai 1 meter. Pada tanaman pokok
dengan tanaman pengisi berjarak 1 meter sampai 3 meter. Sedangakan untuk
tumpangsari ditanam pada sela-sela tanaman pokok ataupun tanaman
pengisi. Kawasan hutan yang digarap bukan hanya kawasan bukaan saja,
masyarakat juga boleh menggarap kawasan yang sudah tutup tajuk, yaitu
Sebagian besar petani hutan menanam tanaman tumpangsari berupa jagung
dan pisang.
4.1.5. LMDH Jati Bagus
Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang ada di Desa
Jomblang Kecamatan Jepon Kabupaten Blora bernama LMDH Jati Bagus.
Ketuanya yaitu Surat Wartono, S.E. dengan Muhammad Amin sebagai
wakil ketua, sedangkan untuk sekretaris yaitu, Rahmat Iskak dan Riyanto.
Kemudian untuk bendara ialah Dwi Yulianto dan Suprapto. Berikut susunan
pengurus LMDH Jati Bagus dapat dilihat pada tabel 4.5 (pada lampiran
halaman 89).
LMDH Jati Bagus berdiri pada tanggal 14 Oktober 2005 dengan
nomor akta notaris 435 dan nomor perjanjian 47 dengan beranggotakan 125
orang. Alamat dari LMDH Jati Bagus sendiri terletak pada Desa Jomblang
Kecamatan Jepon Kabupaten Blora yang termasuk dalam Resor Pangkuan
Hutan (RPH) Nglobo dengan Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH)
Jomblang dan termasuk dalam Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Cepu.
LMDH Jati Bagus merupakan salah satu LMDH andalan dari KPH Cepu.
Salah satu buktinya ialah LMDH Jati Bagus sering dikirim dalam studi
banding maupun pelatihan perwakilan KPH Cepu. Lebih jelasnya lihat
Gambar 4.5 Pelatihan Budidaya Porang
Sumber: http://jatibagusjomblang.blogspot.co.id
Sedangkan di dalam forum komunikasi, LMDH Jati Bagus juga sudah
mengikuti perkembangan jaman, yaitu dengan adanya laman atau website:
jatibagusjomblang.blogspot.com atau dengan surat elektronik (surel)
jatibagusjomblang@gmail.com. Dilihat dari pembagian (zonasi) wilayah,
Desa Jomblang termasuk dalam zona penyangga dimana zona penyangga
tersebut merupakan daerah yang interaksi terhadap sumber daya hutan
penunjang fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial. Desa Jomblang dikelilingi
hutan dengan jumlah petak sebanyak 24 petak, masing-masing 15 petak di
wilayah RPH Jomblang dan 9 petak di wilayah RPH Kaliklampok dengan
luas pangkuan total sebesar 8.342.000 m². Luas garapan untuk
masing-masing anggota LMDH dibagi berdasar ketentuan dari Perhutani yaitu
Gambar 4.6 Studi Banding Lembah Hijau Karanganyar Sumber: http://jatibagusjomblang.blogspot.co.id
Ketua dipilih setiap 5 tahun dengan sistem musyawarah pemilihan
umum yang diikuti oleh seluruh anggota LMDH Jati Bagus. Pada saat ini
Ketua LMDH Jati Bagus adalah Bapak Surat Wartono, S.E. Beliau
merupakan ketua LMDH Jati Bagus terpilih untuk dua kali periode ini.
Keaksaran fungsional pernah diadakan oleh Perhutani di Desa
Jomblang selama 6 bulan yang dilakukan dengan SKB Blora yang
dilaksanakan seminggu 3 kali. Pembinaan dilakukan secara rutin paling
tidak 1 minggu 2 kali, dengan materi seputar kehutanan dan paramateri
Asper (Asisten Perhutani) BKPH Nglobo Pak Mulyo Hadi Susanto.
Kegiatan musyawarah atau rapat biasanya diadakan bersama dengan diskusi
anggota, dilaksanakan di ruang terbuka. Ketika di lapangan ada hal yang
perlu didiskusikan maka didiskusikan di lapangan secara langsung bersama
para anggota. Namun untuk rapat resmi, diadakan biasanya dirumah ketua
Kegiatan LMDH Jati Bagus sendiri sangat aktif baik di dalam maupun
luar kawasan. Kegiatan-kegiatan di dalam kawasan diantaranya ialah
penanaman, pemeliharaan/penjarangan, teresan, tebangan, dan penanaman
Gerakan Peningkatan Produksi Pangan berbasis Korporasi (GP3K).
Sedangkan untuk kegiatan di luar kawasan diantaranya adalah koperasi,
penanaman empon-empon, budidaya entok, jasa pembayaran listrik, foto
copy, pengetikan, dang penanganan sampah.
Sharing yang diterima digunakan untuk kepentingan masyarakat
bersama. Setiap tahun LMDH Jati Bagus mendapatkan sharing dari
Perhutani, untuk jumlahnya setiap tahunnya berbeda. Hasil sharing yang
diterima sudah merupakan hasil perhitungan dari Perhutani. Hasil tersebut
tidak langsung dibagikan kepada para anggota, namun disimpan untuk
kepentingan-kepentingan LMDH maupun masyarakat luas. Misal ada warga
yang mengajukan proposal bantuan dana untuk pembangunan ke LMDH,
ketika hasil sharing tersebut cukup untuk membantu maka hasil sharing
tersebut digunakan untuk membantu pembangunan fasilitas-fasilitas umum
tersebut sehingga hasil sharing tersebut bermanfaat untuk orang banyak.
4.2. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Jomblang
Kecamatan Jepon Kabupaten Blora, diperoleh data sebagai berikut.
1. Pengetahuan Kognitif Petani Hutan terhadap Program Pengelolaan Hutan
Pengetahuan Kognitif dalam penelitian ini mempunyai 5 sub variabel
yaitu (1) Pengetahuan/C1, (2) Pemahaman/C2, (3) Penerapan/C3, (4)
Analisa/C4, (5) Evaluasi/C6. Sub variabel tersebut dilakukan pengukuran,
dan dari pengukuran tersebut didapatkan gambaran pengetahuan kognitif
yang diikuti responden seluruh anggota LMDH Jati Bagus di Desa
Jomblang Kecamatan Jepon Kabupaten Blora. Distribusi tabulasi data
pengetahuan kognitif dapat dilihat pada tabel 4.8. (Pada lampiran halaman
90).
Tabel 4.6 Tingkat Kognitif Petani Hutan
Interval Kriteria Frekuensi %
66% - 90% Baik 21 17
41% - 65% Cukup 74 59
15% - 40% Kurang 30 24
Jumlah 125 100
Sumber: Data Penelitian Tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa separuh lebih petani berada
pada kategori cukup yaitu 74 responden (59%). Rata-rata persentase sebesar
51,1% termasuk kategori cukup, ini menunjukan bahwa tingkat kognitif
petani hutan belum baik, disamping itu terdapat juga jarak yang cukup jauh
antara nilai tertinggi dan nilai terendah. Hal ini menunjukan tidak meratanya
pengetahuan petani hutan akan tingkat kognitif tentang program PHBM itu
sendiri. Nilai tertinggi sebesar 90% dan nilai terendahnya sebesar 15%.
Secara lebih detailnya mengenai pengetahuan kognitif dapat dilihat pada
tabel 4.7 (Pada lampiran halaman 84).
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa dalam analisis