• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL DISCOVERY LEARNING BERBASIS BUDAYA TAPSEL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMPN 1 HALONGONAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL DISCOVERY LEARNING BERBASIS BUDAYA TAPSEL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMPN 1 HALONGONAN."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model Discovery Learning Berbasis Budaya Tapsel Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMPN 1 Halongonan”. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah umat.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dengan keikhlasan dan ketulusan, baik langsung maupun tidak langsung sampai selesainya tesis ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan tersebut. Terima kasih dan penghargaan khususnya peneliti sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd selaku dosen pemimbing I dan Ibu Ida Karnasih, M.Sc,Ed,Ph.D, M.Pd selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu disela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran-saran yang sangat berarti bagi penulisan tesis ini sampai dengan selesai. 2. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd., Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd serta Ibu Dr. Ani Minarni, M.Si selaku dewan penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam penyempurnaan tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Dr. Mulyono, S.Si, M.Si selaku ketua dan sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED serta Bapak Dapot Tua Manullang, M.Si selaku Staf Program Studi Pendidikan Matematika yang setiap saat memberikan kemudahan, arahan, nasihat serta semangat yang sangat berharga bagi penulis. 4. Direktur, Asisten Direktur I, dan II beserta Staf Program Pascasarjana

(6)

iv

5. Kepala Sekolah dan Guru-guru SMP Negeri 1 Halongonan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian lapangan.

6. Mertua Parbalasan Siregar dan Husni Dewi Harahap serta Ayahanda Benri Harahap dan Ibunda Julianti Agustina, dan semua adik-adikku yang tidak henti-hentinya memberikan doa dan dukungan.

7. Suami saya Padian Adi Salamat Siregar atas segala motivasi, perhatian dan doanya serta kesabaran. Dan Anakku tercinta Alvaronizam Abqary Siregar. 8. Rekan-rekan tercinta khususnya Ibu Lilis, Ruminda Hutagalung, Kak

Efridayani, Nailul Himmi, Kak Masitah, Kak Maya, Bang Tuani, kak Dahlia yang menjadi tempat bertanya di sela-sela penyusunan tesis ini. Serta keluarga besar Dikmat B-1 stambuk 2014 yang selalu mendukung dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan studinya.

9. Teman-teman satu pembimbing Lia, Ruminda Hutagalung, Pak Nadran, Pak Agus, Aufa, Yussi, Ika, Nisa, Ainsyah, Guntur dan semua yang selalu memberikan motivasi agar tetap semangat dalam menyelesaikan tesis ini. 10.Semua pihak dari rekan-rekan angkatan XXIII Program Studi Pendidikan

Matematika Program Pascasarjana UNIMED yang telah banyak memberikan bantuan, motivasi serta dorongan dalam penyusunan tesis ini.

Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan masukan dan manfaat bagi para pembaca, sehingga dapat memperkaya khasanan penelitian-penelitian sebelumnya, dan dapat memberi inspirasi untuk penelitian lebih lanjut.

Penulis

(7)

v DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... . 1

1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Identifikasi Masalah... 17

1.3.Batasan Masalah ... 18

1.4.Rumusan Masalah ... 19

1.5.Tujuan Penelitian ... 19

1.6.Manfaat Penelitian ... 20

BAB II KAJIAN TEORITIS ... 21

2.1.Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa ... 21

2.2.Berpikir ... 27

2.2.1. Pengertian Berpikir Kreatif ... 27

2.2.2. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif ... 31

2.2.3. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 36

2.3.Model Pembelajaran ... 38

2.3.1. Model Discovery Learning ... 39

2.3.2. Tujuan Pembelajaran Discovery Learning ... 42

2.3.3. Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Discovery Learning ... 43

2.3.4. Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran Discovery Learning ... 48

2.4.Budaya ... 50

2.4.1. Budaya Tapsel Dalam Pembelajaran Matematika ... 51

2.5.Teori Belajar Pendukung Model Discovery Learning Berbasis Budaya Tapsel ... 58

2.6.Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 63

2.6.1. Model Thiagarajan dan Semmel ... 64

2.7.Perangkat Pembelajaran... 69

(8)

vi

2.6.2. Buku ... 73

2.6.3. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) ... 75

2.6.4. Tes Kemampuan Belajar (TKB) ... 75

2.8.Kriteria Perangkat Pembelajaran ... 76

2.9.Penelitian Yang Relevan... 82

2.10. Kerangka Konseptual ... 87

2.11. Pertanyaan Peneliti ... 94

BAB III METODE PENELITIAN ... 96

3.1.Jenis Penelitian ... 96

3.2.Tempat dan Waktu Penelitian ... 96

3.3.Subjek dan Objek Penelitian ... 96

3.4.Definisi Operasional ... 97

3.5.Prosedur Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 98

3.5.1. Tahap Pendefinisian ... 101

3.5.2. Tahap Perancangan ... 102

3.5.3. Tahap Pengembangan ... 104

3.5.4. Tahap Penyebaran ... 106

3.6.Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 108

3.6.1. Lembar Validasi Perangkat Pembelajaran ... 108

3.6.2. Lembar Penilaian Kepraktisan Pembelajaran ... 112

3.6.3. Lembar Observasi Efektifitas Pembelajaran ... 113

3.6.4. Instrument Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 113

3.6.5. Instument Tes kemampuan Berpikir Kreatif ... 113

3.7.Teknik Analisis Data ... 115

3.7.1. Analisis Data Untuk Menghitung Validitas dan Reabilitas 115 3.7.2. Analisis Data Untuk Kepraktisan Perangkat Pembelajaran 118 3.7.3. Analisis Data Untuk Keefektifitas Perangkat Pembelajaran Matematika ... 119

3.7.4. Analisis Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Berpikir Kreatif ... 122

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 123

4.1Hasil Penelitian ... 123

4.1.1 Deskripsi Tahap Pengembangan Perangkat Pembelajaran .... 123

4.1.1.1 Deskripsi Tahap Pendefinisian (Define) ... 124

4.1.1.2 Deskripsi Tahap Perancangan (Design) ... 129

(9)

vii

4.1.1.4 Deskripsi Tahap Penyebaran (Diseminate) ... 194

4.1.2 Deskripsi Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Menggunakan Perangkat Pembelajaran Model Discovery Learning berbasis budaya Tapsel ... 194

4.1.3 Deskripsi Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Menggunakan Perangkat Pembelajaran Model Discovery Learning berbasis budaya Tapsel ... 197

4.2 Pembahasan Penelitian ... 199

4.2.1 Validitas Perangkat Pembelajaran Model Discovery Learning Berbasis Budaya Tapsel yang dikembangkan ... 200

4.2.2 Kepraktisan Perangkat Pembelajaran Model Discovery Learning Berbasis Budaya Tapsel yang dikembengkan ... 202

4.2.3 Efektivitas Perangkat Pembelajaran Model Discovery Learning Berbasis Budaya Tapsel Yang dikembangkan ... 203

4.2.4 Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Menggunakan Perangkat Pembelajaran Model Discovery Learning Berbasis Budaya Tapsel yang Dikembangkan ... 206

4.2.5 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Menggunakan Perangkat Pembelajaran Model Discovery Learning Berbasis Budaya Tapsel yang Dikembangkan ... 208

4.3 Keterbatasan Penelitian ... 209

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 210

5.1Simpulan ... 210

5.2Saran ... 212

DAFTAR PUSTAKA ... 213

(10)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Discovery Learning ... 45

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 114

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 114

Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Kevalidan ... 116

Tabel 3.4 Interprestasi Koefisien Validitas dan Reabilitas... 118

Tabel 3.5 Persentase Waktu Ideal dan Batas Toleransi Aktivitas Siswa... 121

Tabel 4.1 Tujuan Pembelajaran Materi Persamaan Linier Dua Variabel ... 128

Tabel 4.2 Media dan Alat Bantu Pembelajaran Materi Persamaan Linier Dua Variabel ... 130

Tabel 4.3 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 144

Tabel 4.4 Hasil Validasi Buku Siswa (BS) ... 148

Tabel 4.5 Hasil Validasi Buku Guru (BG) ... 150

Tabel 4.6 Hasil Validasi Lembar Aktivitas Siswa (LAS) ... 151

Tabel 4.7 Hasil Validasi Instrumen Penelitian ... 153

Tabel 4.8 Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 154

Tabel 4.9 Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 155

Tabel 4.10 Rangkuman Hasil Wawancara ... 159

Tabel 4.11 Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Pembelajaran ... 161

Tabel 4.12 Deskripsi Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Uji Coba I ... 164

Tabel 4.13 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Hasil Posttest Uji Coba I ... 165

Tabel 4.14 Deskripsi Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Uji Coba I ... 166

Tabel 4.15 Tingkat Penugasan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Hasil Posttest Uji Coba I ... 167

Tabel 4.16 Tingkat Ketuntasan Klasikal Kemampuan Berpikir Kreatif Pada Uji Coba I ... 168

Tabel 4.17 Rata-Rata Persentase Waktu Ideal Aktivitas Siswa Uji Coba I ... 169

Tabel 4.18 Hasil Analisis Respon Siswa Uji Coba I ... 172

Tabel 4.19 Revisi Buku Siswa ... 175

Tabel 4.20 Rangkuman Hasil Wawancara ... 179

Tabel 4.21 Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Pembelajaran ... 180

(11)

ix

Hasil Posttes Uji Coba II ... 184

Tabel 4.24 Tingkat Ketuntasan Klasikal Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Uji Coba II ... 186

Tabel 4.25 Deskripsi Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Uji Coba II . 187

Tabel 4.26 Tingkat Penguasaan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Hasil Posttest Uji Coba II ... 187

Tabel 4.27 Tingkat Ketuntasan Klasikal Kemampuan Berpikir Kreatif Pada Uji Coba II ... 188

Tabel 4.28 Rata-rata Persentase Waktu Ideal Aktivitas Siswa Uji Coba II ... 190

Tabel 4.29 Hasil Analisis Data Angket Respon Siswa Uji Coba II ... 192

Tabel 4.30 Deskripsi Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 196

Tabel 4.31 Rata-rata Kemampua Komunikasi Matematis Siswa Untuk Setiap Indikator ... 196

Tabel 4.32 Deskripsi Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif ... 198

(12)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Proses jawaban Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa 6

Gambar 1.2 Jawaban Siswa Soal Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 10

Gambar 1.3 RPP ... 13

Gambar 1.4 Buku Ajar Siswa ... 14

Gambar 2.1 Pola Perilaku Hidup Masyarakat Tapsel ... 55

Gambar 2.2 Benda Konkrit Budaya Tapsel ... 56

Gambar 2.3 Dalihan Natolu ... 56

Gambar 2.4 Oleh-Oleh dan Cindramata Khas Tapsel ... 58

Gambar 2.5 Tahap Pendefinisian dalam Model 4D ... 65

Gambar 2.6 Tahap Perancangan dalam Model 4D ... 66

Gambar 2.7 Tahap Pengembangan dalam Model 4D ... 67

Gambar 3.1 Bagan Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model 4-D ... 100

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model discovery Learning berbasis budaya Tapsel ... .. 107

Gambar 4.1 Hasil Analisis Konsep Persamaan Linear Dua Variabel ... 127

Gambar 4.2 Tampilan RPP ... 133

Gambar 4.3 Tampilan Cover Buku Siswa ... 134

Gambar 4.4 Tampilan Peta Konsep Persamaan Linear Dua Variabel ... 135

Gambar 4.5 Tampilan Materi Persamaan Linier Dua Variabel ... 136

Gambar 4.6 Tampilan Isi Buku Guru ... 137

Gambar 4.7 Tampilan Lembar Aktivitas Siswa ... 138

Gambar 4.8 Sebelum dan Setelah Validasi RPP Validator I ... 146

Gambar 4.9 RPP Sebelum dan Setelah Validasi RPP Validator III ... 147

Gambar 4.10 Diagram Nilai Perolehan Keterlaksanaan Pembelajaran ... 163

Gambar 4.11 Tingkat Penguasaan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Hasil Postes Uji Coba I ... 166

Gambar 4.12 Tingkat Penguasaan Kemampuan Berpikir Kreatif Hasil Postes Uji Coba I ... 167

Gambar 4.13 Persentase Ketuntasan Klasikal Kemampuan Berpikir Kreatif Uji Coba I ... 168

Gambar 4.14 Diagram Persentase Waktu Aktivitas Siswa Uji Coba I ... 170

Gambar 4.15 Diagram Nilai Perolehan Keterlaksanaan Pembelajaran ... 183

(13)

xi

Gambar 4.17 Persentase Ketuntasan Klasikal Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa Pada Uji Coba II ... 186 Gambar 4.18 Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Hasil Postes

Uji Coba II ... 188 Gambar 4.19 Persentase Ketuntasan Klasikal Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis Siswa Pada Uji Coba II ... 189 Gambar 4.20 Persentase Waktu Aktifitas Siswa Uji Coba II ... 190 Gambar 4.21 Rata-Rata Kemampuan Komunikasi Matematis Untuk Setiap

Indikator ... 197 Gambar 4.22 Rata-Rata Kemampuan Berpikir Kreatif Untuk Setiap

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam

segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pengembangan kemampuan siswa

secara optimal pada saat ini sangat diperlukan karena seiring dengan

perkembangan ilmu dan teknologi sekarang ini di satu sisi memungkinkan kita

untuk memperoleh banyak informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai

tempat di dunia. Namun, di sisi lain kita tidak mungkin untuk mempelajari

keseluruhan informasi dan pengetahuan yang ada, karena sangat banyak dan

tidak semuanya diperlukan. Untuk menghadapi tantangan tersebut dituntut

sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetisi secara global, yaitu

sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dan keterampilan tinggi yang

melibatkan pemikiran kritis, kreatif, sistematis, logis, dan kemampuan

bekerjasama yang efektif. Kemampuan dan keterampilan ini sangat dibutuhkan

dalam pembelajaran terutama pembelajaran matematika.

Matematika seperti yang kita ketahui merupakan mata pelajaran yang telah

di kecap oleh peserta didik mulai dari pertama masuk sekolah, yaitu kelas 1 SD.

Hal ini tentu mempunyai alasan tersendiri, yaitu matematika merupakan ilmu

universal mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.

Salah satu tujuan mata pelajaran matematika adalah memecahkan masalah

yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,

(15)

2

pembelajaran matematika hendaknya dibiasakan dengan mengajukan masalah

nyata, yaitu pembelajaran yang mengaitkan masalah dengan kehidupan

sehari-hari, secara rinci mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan. Tujuan mata pelajaran matematika tersebut masih jauh dari

kenyataan. Sampai dengan saat ini belum ada data atau fakta yang dapat dijadikan

bukti bahwa hasil pembelajaran matematika di Indonesia sudah berhasil baik.

Berdasarkan laporan Trends in International Mathematics and Science

Study (TIMSS) tahun 2011, Indonesia berada pada peringkat ke-38 dari 42 negara

peserta, dengan skor 386 dibawah skor rata-rata 500. Skor Indonesia ini turun 11

poin dari penilaian tahun 2007 (Litibang Kemendikbud 2011). Hal ini merupakan

indikator yang menunjukkan bahwa hasil pembelajaran matematika di Indonesia

belum memperlihatkan hasil yang memuaskan.

Senada dengan laporan tersebut, PISA (Program for International Student

Assessment) 2009 dalam kemampuan membaca, matematika dan iptek secara

keseluruhan, posisi Indonesia berada pada peringkat 57 dari 65 negara. Skor

tertinggi diraih Kota Shanghai, China kemampuan matematikanya mencapai skor

600 sedangkan skor Indonesia adalah 371. Ini berarti Indonesia berada pada level

rendah dalam kemampuan matematika (Litibang Kemendikbud, 2011).

Sejalan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun

2006, disebutkan bahwa pembelajaran matematika sekolah bertujuan agar siswa

memiliki kemampuan sebagai berikut:

(16)

3

masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Dari penjelasan di atas, diketahui bahwa kemampuan komunikasi matematik

merupakan suatu kekuatan sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan

strategi matematik, komunikasi matematik juga merupakan wadah bagi siswa

dalam bekomunikasi dengan temannya untuk memeperoleh informasi, bertukar

pikiran dan penemuan serta menilai dan mempertajam ide. Komunikasi matematik

sangat penting karena matematika merupakan bahasa dan alat, matematika

menggunakan definisi-definisi yang jelas dan simbol-simbol khusus serta

digunakan setiap manusia dalam kehidupannya.

Kemampuan Komunikasi Matematik tercantum dalam kurikulum

matematika sekolah menengah (NCTM, 2000). Komponen tujuan pembelajaran

matematika antara lain : dapat mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,

diagram atau ekspresi matematik untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan

memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, sikap rasa

ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet

dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Greenes dan Schulman (Ansari, 2009 :10) berpendapat bahwa kemampuan

komunikasi matematik dapat terjadi ketika siswa (1) menyatakan ide matematika

melalui ucapan, tulisan, demonstrasi, dan melukiskannya secara visual dalam tipe

(17)

4

tulisan, lisan, atau dalam bentuk visual; (3) mengkonstruk, menafsirkan dan

menghubungkan bermacam-macam representasi ide dan hubungannya.

Baroody (Ansari 2009:4) menyebutkan sedikitnya ada dua alasan penting,

mengapa komunikasi dalam matematika perlu ditumbuhkembangkan di kalangan

siswa. Pertama, mathematics as language, artinya matematika tidak hanya sekedar

alat bantu berfikir (a tool to aid thinking), alat untuk menemukan pola,

menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga

sebagai suatu alat yang berharga untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara

jelas, tepat dan cermat. Kedua, mathematics learning as social activity, artinya

sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika, matematika juga sebagai

wahana interaksi antar siswa, dan juga komunikasi antara guru dan siswa.

Paparan di atas menunjukkan bahwa banyak persoalan ataupun informasi

disampaikan dengan bahasa matematika, misalnya menyajikan persoalan atau

masalah ke dalam model matematika yang dapat berupa diagram, persamaan

matematika, grafik, ataupun tabel. Mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa

matematika justru lebih praktis, sistematis, dan efisien. Begitu pentingnya

matematika sebagai bahasa sehingga bahasa matematika merupakan bagian dari

bahasa yang digunakan dalam masyarakat.

Menurut Saragih (2007) kemampuan komunikasi matematis perlu dikuasai

oleh siswa. Kemampuan komunikasi matematis (mathematical communication)

dalam pembelajaran matematika perlu untuk diperhatikan, ini disebabkan

komunikasi matematis dapat mengorganisasi dan mengkonsolidasi berpikir

matematis siswa baik secara lisan maupun tulisan. Apabila siswa mempunyai

(18)

5

matematika yang mendalam tentang konsep matematika. Namun kenyataan di

lapangan dalam pembelajaran matematika selama ini kurang memberikan

perhatian terhadap pengembangan kemampuan berkomunikasi matematis, padahal

kemampuan komunikasi matematis perlu ditumbuhkembangkan dikalangan siswa.

Rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa juga dapat dilihat

dari hasil observasi guru bidang studi matematika SMPN 1 Halongonan. yang

terdiri dari 25 siswa, diberikan soal kemampuan komunikasi sebagai berikut:

Salah satu soal yang diberikan sebagai berikut:

1. Diketahui segitiga ABC dengan sudut-sudutnya adalah 500, 600 dan 700

a. Berdasarkan besar ketiga sudutnya, jenis segitiga apakah segitiga ABC?

Jelaskan jawabanmu!

b. Berdasarkan panjang ketiga sisinya, jenis segitiga apakah segitiga ABC?

Jelaskan jawabanmu!

c. Dapatkah kamu menggambarkan segitiga dengan besar sudut 300, 400 dan

500? Jelaskan jawabanmu!

Adapun alternatif jawaban dari soal di atas yaitu:

1. a. Jenis segitiga tersebut adalah segitiga lancip karena semua sudutnya

kurang dari 900.

b. Karena ketiga sudutnya berbeda maka panjang ketiga sisi segitiga juga

berbeda. Sehingga jenis segitiga ABC berdasarkan panjang sisi adalah

segitiga sembarang.

c. Tidak, karena jumlah ketiga sudut segitiga harus sama dengan 1800.

(19)

6

Salah satu jawaban siswa ditunjukkan pada gambar 1.1. memperlihatkan

bahwa hampir semua siswa mendapatkan kesulitan dalam memahami dan

mengkomunikasikan soal sudut, ini dapat terlihat dari jawaban siswa berikut ini:

Gambar 1.1.

Proses Jawaban Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Dari penjelasan di atas terungkap fakta bahwa ada beberapa permasalahan

yang dijumpai dalam pembelajaran matematika, diantaranya: guru masih

mendominasi pembelajaran sehingga siswa cenderung pasif dan menerima saja,

siswa kurang merespon pertanyaan guru saat pembelajaran matematika,

pembelajaran belum diarahkan untuk membangun pengetahuan dalam diri siswa

sehingga proses berpikir siswa cenderung tidak aktif, siswa cenderung mengindari

matematika dan siswa tidak tertarik menjawab soal-soal matematika.

Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Kusmaydi (2010) yang menyatakan

bahwa ada siswa yang mampu menyelesaikan suatu masalah matematika tetapi

tidak mengerti apa yang dikerjakannya dan kurang memahami apa yang

terkandung didalamnya. Selain itu, masih banyak siswa yang tidak mampu

menyatakan benda nyata, gambar dan diagram ke dalam ide matematika, dan juga Jawaban siswa salah dan alasan siswa juga masih salah. Dalam hal ini siswa belum dapat menerapkan konsep sudut dalam menentukan jenis segitiga

Jawaban siswa salah. Dalam hal ini siswa belum mampu mengidentifikasi unsur sudut dalam segitiga yang jumlah sudut dalamnya harus 1800

(20)

7

tidak mampu menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol

matematis.

Selain kemampuan komunikasi matematis, terdapat satu hal penting

lainnya yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, yaitu kemampuan berpikir

kreatif. Kemampuan berpikir kreatif merupakan suatu proses yang digunakan

ketika kita mendatangkan/memunculkan suatu ide baru. Menurut Siswono (2005:

5), “meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam memecahkan masalah

matematika. Kemampuan berpikir kreatif itu meliputi kemampuan:

a. memahami informasi masalah, yaitu menunjukan apa yang diketahui dan apa

yang ditanyakan.

b. menyelesaikan masalah dengan bermacam-macam jawaban (kefasihan).

c. menyelesaikan masalah dengan satu cara kemudian dengan cara lain dan siswa

memberikan penjelasan tentang berbagai metode penyelesaian itu

(fleksibilitas).

d. memeriksa jawaban dengan berbagai metode penyelesaian dan kemudian

membuat metode baru yang berbeda (kebaruan).

Siswa dikatakan memahami masalah bila menunjukkan apa yang diketahui

dan apa yang ditanyakan, siswa memiliki kefasihan dalam menyelesaikan masalah

bila dapat menyelesaikan masalah dengan jawaban bermacam-macam yang benar

secara logika. Siswa memiliki fleksibilitas dalam meyelesaikan masalah bila dapat

menyelesaikan soal dengan dua cara atau lebih yang berbeda dan benar. Siswa

memiliki kebaruan dalam menyelesaikan masalah bila dapat membuat jawaban

(21)

8

Selanjutnya, Munandar (Sumarmo, 2013:481) merinci ciri-ciri keempat

komponen berpikir kreatif sebagai proses sebagai berikut, Ciri-ciri fluency

meliputi :

1. Mencetuskan banyak ide, banyak jawaban, banyak penyelesaian masalah,

banyak pertanyaan dengan lancar.

2. Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal.

3. Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.

Menurut munandar (1999) menunjukkan indikasi berpikir kreatif dalam

definisinya bahwa “kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah

kemampuan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah,

dimana penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keberagaman jawaban”.

Pengertian ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif seseorang makin

tinggi, jika ia mampu menunjukkan banyak kemungkinan jawaban pada suatu

masalah. Semua jawaban itu harus sesuai dengan masalah dan tepat. Selain itu

jawaban harus bervariasi. Misalkan anak diminta memikirkan penggunaan yang

tidak lazim dari benda sehari-hari. Sebagai contoh “seorang anak ditanya apa

kegunaan sapu ijuk?”. Jika jawaban anak menyebut: untuk memukul ayam, main

kuda-kudaan, untuk membuat rambut boneka, untuk menyumbat lubang, untuk

menyaring air, atau membuat hiasan. Jawaban itu menunjukkan variasi atau

keberagaman. Jika ia menyebut untuk membersihkan lantai, menyapu halaman,

membersihkan langit-langit, atau mengambil sampah, maka jawaban tersebut

tidak menunjukkan variasi meskipun banyak, karena semua menyangkut sapu ijuk

(22)

9

berpikir kreatif seseorang masih rendah, karena ia belum mampu menunjukkan

banyak kemungkinan jawaban pada suatu masalah.

Kenyataan dilapangan dari hasil observasi dengan mengajukan soal yang

mengukur kemampuan berpikir kreatif kepada siswa SMPN 1 Halongonan,

kemampuan berpikir kreatif siswa masih rendah, siswa kesulitan dalam

menyelesaikan soal yang berhubungan dengan kempuan berpikir kreatif

matematis.

Sebangai contoh, salah satu persoalan kemampuan berpikir kreatif yang

diajukan kepada siswa yaitu:

Diketahui persegipanjang berikut:

12

8

a. Buatlah bangun datar yang luasnya sama dengan luas bangun persegipanjang

itu dan tuliskan ukuran-ukurannya.

b. Apakah ada bangun datar lain yang luasnya sama dengan bangun datar itu?

Gambarkan 2 bangun datar itu dan tunjukkan ukuran-ukurannya.

c. Perhatikan satu bangun datar yang telah kamu buat. Tunjukkan cara yang

berbeda untuk mendapatkan bangun datar itu?

d. Buatlah 2 soal berbeda tentang persegipanjang itu dan berikan penyelesaian

soal yang kamu buat.

e. Dari soal yang telah kamu buat, manakah yang penyelesaiannya lebih dari

(23)

10

Dari hasil kerja siswa berikut terlihat bahwa hamper semua siswa kesulitan

dalam menjawab soal.

Gambar 1.2

Jawaban Siswa Soal Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

Dari penjelasan di atas permasalahan yang dijumpai dalam pembelajaran

matematika adalah pembelajaran belum diarahkan untuk membangun

pengetahuan dalam diri siswa sehingga proses berpikir siswa cenderung tidak

aktif, siswa cenderung mengindari matematika dan siswa tidak tertarik menjawab

soal-soal matematika.

Dari kasus-kasus dan temuan-temuan di lapangan, rendahnya kemampuan

komunikasi matematik dan berpikir kreatif siswa disebabkan oleh beberapa faktor

antara lain : pertama, rencana pembelajaran yang dimiliki guru tidak sesuai

dengan kriteria pengembangan perangkat pembelajaran yang baik. Rencana

pembelajaran yang ada hanya sebagai pelengkap administrasi, guru tidak

mengembangkan rencana pembelajarannya sendiri, proses pembelajaran terkesan

situasional dan tidak terarah. Hal ini menyebabkan siswa pasif dan kurang

termotivasi dalam pembelajaran. Kedua, siswa tidak memiliki lembar aktivitas

siswa atau yang sering disebut LKS sehingga proses pengembangan kemampuan

(24)

11

masalah-masalah yang disajikan pada buku pendukung pembelajaran yang

digunakan belum mampu mengukur kemampuan komunikasi matematik dan

berpikir kreatif sesuai dengan indikator yang diharapkan. Keempat, tes

kemampuan belajar yang diberikan guru masih kurang dalam hal pengembangan

kemampuan komunikasi matematik dan berpikir kreatif. Dari beberapa faktor di

atas, perangkat pembelajaran menjadi faktor dominan rendahnya kemampuan

komunikasi matematik dan berpikir kreatif siswa.

Menurut Wahyudi (2010:107) “kualitas pendidikan ditentukan oleh

berbagai faktor dominan antara lain; guru, kepemimpinan kepala sekolah, sarana

dan perasarana sekolah termasuk kelengkapan buku, media/alat pembelajaran,

perpustakaan sekolah, tanpa terkecuali kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan

peserta didik”. Dari pendapat Wahyudi salah satu komponen yang sangat penting

dalam kualitas pendidikan adalah perangkat pembelajaran. Kualitas perangkat

pembelajaran yang digunakan juga menentukan kualitas pembelajaran.

Untuk dapat menumbuh kembangkan kemampuan komunikasi dan

berpikir kreatif matematis, diperlukan suatu perangkat pembelajaran yang

mendukung. Bertolak dari hal tersebut, adalah suatu tantangan bagi para guru

untuk dapat mengembangkan perangkat pembelajarannya sendiri.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 yang berkaitan dengan

standar nasional pendidikan mengisyaratkan bahwa guru diharapkan dapat

mengembangkan perencanaan pembelajaran, yang kemudian dipertegas melalui

Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar proses. Untuk memenuhi

standar proses tersebut, maka pembelajaran harus direncanakan, dinilai, dan

(25)

12

(2013:64) adalah sebagai acuan kepada peserta didik dalam posisi membantu

terlaksananya dengan efektif suatu pembelajaran. Salah satu perencanaan

pembelajaran adalah menyusun perangkat pembelajaran.

Perangkat pembelajaran menurut Trianto (2011:201) “perangkat

pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola proses belajar mengajar dapat

berupa: silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan

Siswa (LKS), Instrumen Evaluasi atau Tes Hasil Belajar (THB), media

pembelajaran serta buku ajar siswa”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

perangkat pembelajaran meliputi sejumlah bahan, alat, media, petunjuk dan

pedoman yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Beberapa perangkat

pembelajaran yang lazim didengar adalah silabus, RPP, LKS, bahan ajar dan alat

evaluasi. Perangkat yang berkualitas adalah perangkat pembelajaran memenuhi

kriteria valid, praktis dan efektif.

Dari pernyataan Akker (Rochmad, 2012: 68) disimpulkan bahwa kriteria

kualitas suatu perangkat yaitu kevalidan (validity), kepraktisan (practically), dan

keefektifan (effectiveness). Sehingga dapat dinyatakan bahwa perangkat yang

berkualitas adalah yang memenuhi ketiga aspek tersebut. Selanjutnya dari

pernyataan Tati, dkk. (2009: 78) disimpulkan bahwa validitas diperoleh dari

validasi perangkat oleh pakar (expert) dan teman sejawat berisikan validasi isi

(content), konstruk dan bahasa. Selanjutnya kepraktisan berarti bahwa perangkat

pembelajaran dapat diterapkan oleh guru sesuai dengan yang direncanakan dan

mudah dipahami oleh siswa. Sedangkan keefektifan dilihat dari hasil penilaian

(26)

13

Berdasarkan analisis yang peneliti lakukan terhadap perangkat yang

digunakan di SMPN 1 Halongonan terdapat beberapa kelemahan pada perangkat

pembelajaran.

Gambar 1.3 RPP

Dari hasil pengamatan dan analisis terhadap Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang ada, masih terdapat beberapa kekurangan: Pertama,

RPP yang digunakan guru masih merupakan hasil copy dari guru lain yang masih

bersifat umum dan kurang sesuai dengan karakteristik siswa di SMPN 1

Halongonan. Kedua, langkah-langkah pembelajaran tidak mengacu pada model

pembelajaran yang tercantum dalam RPP namun masih bersifat teacher centered.

Langkah-langkah pembelajaran tidak memuat alokasi waktu yang jelas pada

setiap prosesnya. Ketiga, masalah-masalah untuk menilai hasil belajar masih

minim dan tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran serta kurang mendukung

pengembangan kemampuan komunikasi matematik dan berpikir kreatif siswa.

Keempat, tidak adanya rubrik penskoran pada penilaian hasil belajar siswa.

Kelemahan selanjutnya terkait dengan buku siswa. Dari analisis yang

(27)

14

memaparkan materi lingkaran secara langsung dan tidak mengarahkan siswa

membangun pengetahuannya sendiri. Buku tidak menyajikan masalah-masalah

yang dapat melatih kemampuan berpikir siswa. Buku tidak menyajikan peta

konsep sehingga materi belum dipetakan secara jelas dan guru tidak memiliki

buku pegangan guru sehingga aspek kepraktisan buku belum terpenuhi. Selain itu,

contoh soal pada buku siswa juga masih soal-soal rutin. Oleh sebab itu, buku guru

dan siswa perlu dikembangkan untuk memperbaiki kondisi di atas. Kondisi buku

siswa dapat dilihat pada gambar 1.4.

Gambar 1.4 Buku Ajar Siswa

Kelemahan selanjutnya adalah lembar kerja siswa (LKS) yang dipakai

siswa berisi soal-soal rutin yang dapat diselesaikan dengan hanya menggunakan

rumus, sedangkan kemampuan berpikir kreatif dilatih dari pemberian soal-soal

nonrutin. LKS juga tanpa warna dan tidak menarik. Selanjutnya hasil belajar

siswa dari pemberian latihan soal dari LKS belum memuaskan, sehingga aspek

efektivitas dari LKS belum tercapai. Oleh sebab itu, perlu dikembangkan LKS

(28)

15

Kelemahan-kelemahan ini menunjukkan perangkat pembelajaran yang

digunakan guru dalam proses pembelajaran belum memenuhi kriteria valid,

praktis dan efektif. Oleh sebab itu wajarlah jika kemampuan komunikasi dan

berpikir kreatif siswa masih rendah. Dengan mengembangkan perangkat

pembelajaran yang memenuhi kriteria tersebut di atas diharapkan menjadi solusi

untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dan berpikir kreatif matematis

siswa.

Melihat kenyataan di atas untuk dapat meningkatkan hasil belajar diperlukan metode pembelajaran yang efektif. Metode pembelajaran yang relevan untuk mengatasi hal ini yaitu metode discovery learning. Metode Discovery

Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri (Depdikbud, 2013:1). Metode discovery

learning merupakan suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri agar anak dapat belajar sendiri. Metode yang dipilih

adalah metode discovery learning karena dengan menggunakan metode ini, siswa dapat dilibatkan dalam proses kegiatan mental sehingga siswa lebih bersemangat dan antusias untuk belajar serta kemungkinan hasil belajar siswa meningkat itu

tinggi.

(29)

16

Indonesia untuk memelihara dan mengembangkan kebudayaan nasional Indonesia dengan berbagai cara. Salah satu cara sebagai tindak lanjut dari amanat dalam pasal 32 tersebut adalah melestarikan dan mengembangkan kebudayaan Tapsel sebagai bagian dari kebudayaan nasional Indonesia melalui jalur pendidikan.

Pemerintah melalui Kemendikbud telah berupaya melestarikan

kebudayaan lokal di setiap daerah melalui jalur pendidikan, yaitu dengan

menyisipkan mata-mata pelajaran dalam kurikulum yang berkaitan dengan

budaya, seperti kesenian dan muatan lokal. Namun tetap saja usaha ini belum

efektif karena alokasi waktu untuk dua mata pelajaran tersebut masih terlalu

sedikit bila dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Untuk itu perlu strategi

yang efektif, yaitu menyisipkan budaya dalam mata-mata pelajaran yang memiliki

alokasi waktu yang banyak dalam pembelajaran di sekolah. Salah satu mata

pelajaran yang memiliki alokasi waktu yang besar adalah matematika. Dengan

demikian, salah satu cara efektif untuk melestarikan budaya adalah melalui

pembelajaran matematika berbasis budaya.

Pembelajaran matematika berbasis budaya atau lebih dikenal dengan

istilah Etnomatematika pertama kali dicetuskan dan dikembangkan oleh seorang matematikawan Brasil yaitu Ubiratan D’Ambrosio. Menurut D’Ambrosio, etnomatematika adalah suatu studi tentang pola hidup, kebiasaan atau adat istiadat

dari suatu masyarakat di suatu tempat yang memiliki kaitan dengan konsep-konsep matematika namun tidak disadari sebagai bagian dari matematika oleh masyarakat tersebut. Sejak pertama kali dicetuskan hingga saat ini,

(30)

17

Menyikapi peranan Etnomatematika untuk melestarikan kebudayaan di berbagai belahan dunia dan kondisi real dari eksistensi kebudayaan Tapsel yang

perlahan-lahan mulai terancam oleh kemajuan IPTEK, maka untuk melestarikan kebudayaan Tapsel dapat dilakukan melalui pembelajaran matematika dengan pendekatan etnomatematika. Implementasi nyata yang dapat dilakukan dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan Etnomatematika di Tapsel,

diantaranya adalah mengenalkan bangunan-bangunan tua yang merupakan warisan masa lampau dan mengkaitkannya dengan konsep bangun-bangun

geometri pada siswa sekolah dasar. Contoh sederhana tersebut menunjukkan bahwa budaya Tapsel dapat dikembangkan dan dilestarikan melalui pembelajaran Matematika berbasis budaya.

Berdasarkan uraian di atas, maka yang berfokus pada pengembangan model pembelajaran yang diharapakan dapat meningkatakan kemampuan komunikasi matematis, berpikir kreatif, dan sikap positif dalam matematika yang akhirnya akan memperbaki hasil belajar matematika, menjadi penting untuk

dilakukan. Oleh karena itu, penelitian yang berjudul Pengembangan Perangkat

Pembelajaran Model Discovery Learning Berbasis Budaya Tapel Untuk

Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Dan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMPN 1 Halongonan daharapkan dapat menjawab permasalah.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah,

dapat dilakukan identifikasi masalah:

1. Penguasaan siswa terhadap matematika masih belum memuaskan.

2. Prestasi belajar matematika masih rendah.

(31)

18

4. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa.

5. Respon siswa terhadap pembelajaran matematika masih bersifat negatif.

6. Strategi pembelajaran matematika kurang sejalan dengan tujuan pembelajaran

7. Siswa tidak menggunakan LAS sebagai pendukung pembelajaran.

8. Buku pegangan siswa belum efektif dalam mendukung pengembangan

kemampuan-kemampuan matematika siswa.

9. RPP yang digunakan guru belum memenuhi kriteria RPP yang baik.

10. Pembelajaran matematika disekolah-sekolah saat ini masih cenderung

menerapkan pembelajaran langsung.

1.3 Batasan Masalah

Berbagai masalah yang teridentifikasi di atas merupakan masalah yang cukup

luas dan kompleks, agar penelitian ini lebih fokus dan mencapai tujuan, maka

peneliti membatasi masalah penelitian ini pada :

1. Perangkat pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku

Siswa (BS), Lembar Aktivitas Siswa (LAS) serta Tes Kemampuan Belajar

(TKB) yang digunakan saat ini belum memenuhi kriteria perangkat

pembelajaran yang baik.

2. Aktivitas siswa dalam belajar matematika masih pasif.

3. Kemampuan komunikasi matematik siswa masih rendah.

4. Kemampuan berpikir kreatif siswa masih rendah.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, serta

pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang dikemukakan pada

(32)

19

1. Bagaimana validitas perangkat pembelajaran discovery learning berbasis

budaya Tapsel yang dikembangkan?

2. Bagaimana efektivitas perangkat pembelajaran discovery learning berbasis

budaya Tapsel yang dikembangkan?

3. Bagaimana kepraktisan perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan model

discovery learning berbasis budaya Tapsel dikembangkan?

4. Bagaimana peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa melalui

perangkat pembelajaran discovery learning berbasis budaya Tapsel?

5. Bagaimana peningkatan berpikir kreatif siswa melalui perangkat

pembelajaran discovery learning berbasis budaya Tapsel yang

dikembangkan?

1.5 Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan perangkat

pembelajaran matematika menggunakan model pembelajarn discovery learning

untuk meningkatakan kemapuan komunkasi matematis dan berpikir kreatif siswa.

Tujuan umum ini dapat dijabarkan kedalam tujuan-tujuan yang lebih khusus

sebagai berikut:

1. Menghasilkan perangkat pembelajaran discovery leaning berbasis budaya

Tapsel yang valid.

2. Mendeskripsikan efektivitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan

dengan model discovery leaning berbasis budaya Tapsel.

3. Mendeskripsikan kepraktisan perangkat pembelajaran yang dikembangkan

(33)

20

4. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa

melalui perangkat pembelajaran discovery leaning berbasis budaya Tapsel

yang dikembangkan.

5. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa melalui

perangkat pembelajaran discovery leaning berbasis budaya Tapsel yang

dikembangkan.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi guru, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan mengembangkan

profesi guru serta mengubah pola dan sikap guru dalam mengajar yang

semula berperan sebagai pemberi informasi menjadi berperan sebagai

fasilitator dan mediator yang dinamis dengan menerapkan pembelajaran

model discovery learning berbasis budaya sehingga kegiatan belajar mengajar

yang dirancang dan dilaksanakan menjadi lebih efektif, efisien, kreatif dan

inovatif

2. Bagi siswa, melalui pembelajaran model discovery learning berbasis budaya

dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan berpikir kreatif.

3. Bagi peneliti, memberi gambaran atau informasi tentang peningkatan

kemampuan kemampuan komunikasi matematis dan berpikir kreatif selama

pembelajaran berlangsung dan variasi jawaban siswa dalam menyelesaikan

(34)

213 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Validitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan termasuk dalam kategori valid dengan nilai rata-rata total validitas RPP sebesar 4,60, buku siswa sebesar 4,60, LAS sebesar 4,60, butir soal tes kemampuan komunikasi dan berpikir kreatif matematis juga telah berada pada kategori valid.

2. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan melalui perangkat pembelajaran model discovery learning berbasis budaya Tapsel kriteria praktis ditinjau dari: (1) penilaian ahli/praktisi menyatakan bahwa perangkat pembelajaran berbasis budaya Tapsel yang dikembangkan dapat digunakan dengan sedikit revisi; dan (2) keterlaksanaan perangkat pembelajaran telah mencapai kategori sangat tinggi, yaitu pada uji coba I sebesar 4,04 dan pada uji coba II sebesar 4,22 serta lembar observasi keterlaksanaan perangkat pembelajaran telah mencapai reliabilitas yang baik, yaitu pada uji coba I sebesar 99,52% dan pada uji coba II sebesar 99,55%.

(35)

214

4. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa menggunakan perangkat pembelajaran model discovery learning berbasis budaya Tapsel pada materi persamaan linear dua variable adalah rata-rata pencapaian kemampuan komunikasi matematis siswa pada uji coba I sebesar 80,9 meningkat menjadi 85,5 pada uji coba II. Disamping itu, rata-rata setiap indikator kemampuan komunikasi matematis meningkat dari uji coba I ke uji coba II.

5. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa menggunakan perangkat pembelajaran model discovery learning berbasis budaya Tapsel pada materi persamaan linear dua variable adalah kategori yang paling dominan berada pada tingkat tinggi/positif, pencapaian kemampuan berpikir kreatif siswa pada uji coba I sebesar 51,80 meningkat menjadi 81,5 pada uji coba II. Di samping itu, rata-rata setiap indikator kemampuan berpikir kreatif siswa meningkat dari uji coba I ke uji coba II.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut:

(36)

215

2. Perangkat pembelajaran model discovery learning berbasis budaya Tapsel yang dihasilkan dapat disebarluaskan mengingat tahap penyebaran (disseminate). Sehingga terbuka peluang bagi peneliti lain untuk mengkaji

lebih jauh tentang keefektifan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. 3. Perangkat pembelajaran model discovery learning berbasis budaya Tapsel

(37)

216

DAFTAR PUSTAKA

Afrianti, Saragih. 2012. Peningkatan Pemahaman Konsep Grafik Trigonometri Siswa SMK Melalui Penemuan Terbimbing Melalui Penemuan Terbimbing Berbantuan Software Autograph. (Online). e-journal.unimed.ac.id, Diakses pada Desember 2015

Ahmadi, A. 2007. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya

Akbar, S. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya

Akanmu, M. A. 2013. Guided discovery Learning Strategy and Senior School Students Performance in Mathematics in Ejigbo, Nigeria. Journal of Education and PracticeIISTE, (Online), Vol.4 No.12. (http://www.iiste.org/sub/PaperSubmissionGuide.doc), diakses pada 1 Oktober 2015.

Akker, J, V, D. 1999. Principle and Methods of Development Research. First Edition Illionis: F. E Peacock Publishers, Inc.

Ansari, B.I. 2009. Komunikasi Matematik. Banda Aceh: Yayasan Pena. Arikunto, S. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi

Aksara.

Arrend, I. A. 2008. Learning to Teach Belajar untuk Mengajar Edisi Ketujuh Buku Dua. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Asmin., & Abil, M. 2014. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan Analisis Klasik dan Modern. Medan: LARISPA.

Balim, A. G. 2009. The Effects of Discovery Learning on Students’ Success and Inquiry Learning Skills. Egitim Arastirmalari-Eurasian Journal of Educational Research, Issue 35, Spring 2009, 1-20. (Online), (http://www.fiz.karlsruhe.de/fiz/publications/zdm ZDM) Diakses pada Januari 2016.

Baroody, A.J. 1993. Problemsolving, Reasoning, and Communicating, K-8, Helping Children Think Mathematically. New York: Merril, an in print of Macmillan Publishing, Company.

(38)

217

Creswell, J. W. 2008. Research Questions and Hypotheses. USA: Sage Publications, Inc.

Dahar, R.W. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Erlangga.

Daryanto. (2009). Panduan Proses Pembelajaran Kreatif & Inovatif. Jakarta:Publisher.

Danoebroto, Sri Wulandari. 2012. Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pendidikan Multikultural. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi. (Online), Volume 1, Nomor 1, Juni, 2012, (http://journal.uny.ac.id/index.php/jppfa/article/download/1054/856) Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Standar Kompetensi Mata

Pelajaran Matematika untuk Sekolah Lanjutan Tingkat. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

D‟Ambrosio. 2006. The Program Ethnomathematics: A Theoretical Basis of

the Dynamics of Intra-Cultural Encounters. The Journal of Mathematics

and Culture, (Online), Vol 6. hal.1-7(http://nasgem.rpi.edu/files/1437)

diakses 20 September 2015)

Habibi, M. 2012. Pengembangan Modul Pecahan berbasis Konstruktivisme dengan Sisipan Karikatur untuk Kelas IV Sekolah Dasar. Tesis. Padang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang.

Hamzah, A & Muhlisraini. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Hartono. 2009. Perbandingan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Aplikasi Matematika Mahasiswa pada Pembelajaran Open-Ended dengan Konvensional di Sekoalah Menengah Pertama. Disertasi. SPS. UPI. Tidak Dipublikasikan.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dam Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21, Bogor: Ghalia Indonedia.

(39)

218

Karim, A. 2011. Penerapan Metode Penemuan Terbimbing dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar. Seminar nasional matematika terapan, diseminarkan pada September 2011. Kaya, Defni & Aydin, Hasan. 2014. Elementary Mathematics Teachers'

Perceptions and Lived Experiences on Mathematical

Communication. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 2016, 12(6), 1619-1629 doi:

10.12973/eurasia.2014.1203a. (Online),

(www.ejmste.com/Makale.aspx?kimlik=2536) diakses 05 Oktober 2016

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning).

Kuhlthau, C. C. dkk, 2007. Guided Inquiry: Learning in the 21st Century School, USA: Libraries Unlimited.

Lin-Shih, Cheng & Wei-Wu, RanYing. 2016. Effects of Web-Based Creative Thinking Teaching on Students’ Creativity and Learning Outcome. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 2016, 12(6), 1675-1684 doi:

10.12973/eurasia.2016.1558a. (Online),

(ejmste.com/Makale.aspx?kimlik=2540) diakses 05 Oktober 2016 Mann, E. 2005. Mathematical Creativity and School Mathematics.

Indicators of Mathematical Creativity in Middle School Students. Dissertation University of Connecticut. (Online). (http://www.gifted.uconn.edu/Siegle/Dissertations/Eric%20Mann. Pdf).

Markaban, 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing. Yogyakarta: Depdiknas PPPG Matematika.

Marvin, H. 1999. Theories of Culture in Postmodern Times - Marvin Harris, University of Florida - Google Buku. (diakses pada 28 September 2015).

Marzuki. 2012. Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematika Antara Siswa yang diberi Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pembelajaran Langsung. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana UNIMED.

(40)

219

National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). 1998. Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. [Online]. Tersedia: http://www.nctm.org/focalpoints. (3 September 2015). NCTM. 2010. Why is Teaching with Problem Solving Important to Students

Learning?. Problem Solving Reasearch Brief.

Pakpahan, F. B. 2013. Fungsi Komunikasi Antar Budaya Dalam Prosesi Pernikahan Adat Batak di Kota Samarinda. e-Journal Ilmu Komunikasi, (Online), 2013, 1 (3): 234-248, (http://www.e-jurnal.com/2014/05/fungsi-komunikasi-antar-budaya-dalam.html) di akses 20 September 2015.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 41 Tahun 2007. Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Permendiknas.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005. Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.

Pisa Tahun 2012 Result in Focus OECD

Rahman & Amri. 2013. Strategi dan Desain Pengembangan Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Riyanto, Agus. 2009. Pengolahan Data Dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika

Rochmad. 2012. Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Jurnal Kreano, (Online). Vol. 3 No. 1. Juni 2012, ISSN:2086-2334, (http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kreano/article/view/2613/2672, diakses 20 15 September 2015).

Rohmah, M. S. 2015. Pendekatan Brain storming round-Robin untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, (Online), Vol. 4 No. 2, September 2015.

(http://ejournal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/infinity/article/view/82)

diakses 20 September 2015.

(41)

220

Rusman. 2012. Model-Model pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Dua. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, W. 2010. Strategi Pembelajaran Bororientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

Saragih, S. 2007. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi tidak diterbitkan. Bandung: Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung.

Sefalianti, B. 2014. Penerapan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Terhadap Kemampuan Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa. Jurnal Pendidikan dan Keguruan . ISSN : 2356-3915 , Vol. 1 No. 2.

Setyosari, P. 2012. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Shadiq, F . 2003. Penalaran, Pemecahan Masalah dan Komunikasi dalam pembelajaran Matematika. Yogyakarta: PPPG Matematika.

Silver, E.A. 1997. Fostering Creativity through Instruction Rich in Mathematical Problem Solving and Thinking in Problem Posing. (http://www.fiz.karlsruhe.de/fiz/publications/zdm ZDM Volum 29 June 1997) Number 3. Electronic Edition ISSN 1615-679X.

Simamora, R, 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran dan penilaian Otentik Melalui Penerapan Model PBM untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis pada Pokok Bahasan Persamaan dan Pertidaksamaan Linier Satu Variabel di Kelas VII SMP Negeri 1 Siantar. Tesis tidak diterbitkan. Medan: PPs UNIMED.

Sinaga, B. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berdasarkan Masalah Berbasis Budaya Batak (PBM-B3). Disertasi. Surabaya: Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. Sinaga, C. V. R. 2015. Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Berdasarkan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Negeri 1 Gunung Malela. Tesis tidak diterbitkan. Medan: PPs Unimed.

(42)

221

Slavin, R. E. 2006. Educational Psychology, Theories and Practice. Eighth Edition. Masschusetts: Allyn and Bacon Publishers.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata. 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sumanto. 2014. Teori dan Aplikasi Metode Penelitian Psikologi, Pendidikan, Ekonomi Bisnis, dan Sosial. Yogyakarta: CAPS.

Sumarmo. U. 2010. Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika pada Siswa Sekolah Menengah. Bandung: FMIPA UPI, melalui (http://math.sps.upi.edu)[ diakses 20 Desember 2015)

Suprijono, A. 2009. Teori dan Aplikasi. Tersedia http:history22education.wordpress.com-blog history education (diakses 23 maret 2010).

Sternberg, R. J. 2007. Psikologi kogitif. (4th ed). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Syahbana, A. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Kontekstual untuk Mengukur Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP. Edumatica, (Online), Vol. 02 No. 02, Oktober 2012, ISSN:2088-2157, ( http://online-journal.unja.ac.id, diakses 9 September 2015).

Tall,D. 1991. Advanced Mathematical Thinking. London: An ICMI Study. Thiagarajan, S., Semmel, D. S., & Semmel, M. I. 1974. Instructional

Development for Training Teachers of Exceptional Children: A sourcebook. Indiana: Indiana University.

Tran, T. et al. 2014. Discovery Learning with the Help of the GeoGebra Dynamic Geometry Software. Vietnam: International Journal of Learning, teaching and Educational Research Vol. 7, No. 1, pp. 44-57, August 2014.

(43)

222

Wahyuni, A., dkk. 2013. Peran Etnomatematika dalam Membangun Karakter Bangsa. Prosiding diseminarkan FMIPA UPI, 12 september 2014.

Yuliani, K dan Saragih, S. 2015. The Development of Learning Devices Based Guided Discovery Model to Improve Understanding Concept and Critical Thinking Mathematically Ability of Student at Islamic Junior High School of Medan. Journal of Education and Practice IIST. Vol. 6, No.24:116-128.(Online)

(http://iiste.org/Journals/index.php/JEP/article/viewFile/25266/2586) diakses pada 29 September 2015.

Yang, Liao, dkk 2010. The Effectiveness of Inductive Discovery Learning in 1: 1 Mathematics Classroom. Eurasian Journal Physics and Chemistry Education 2(1):16-25, (Online).

(http://www.eurasianjournals.com/index.php/ejpce/article/view/28) Diakses pada Januari 2016.

Gambar

Tabel 4.24  Tingkat Ketuntasan Klasikal Kemampuan Komunikasi Matematis Hasil Posttes Uji Coba II ...............................................................
Gambar 4.17   Persentase Ketuntasan Klasikal Kemampuan Komunikasi   Matematis Siswa Pada Uji Coba II ...........................................
Gambar 1.1.  Proses Jawaban Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa
Gambarkan 2 bangun datar itu dan tunjukkan ukuran-ukurannya.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dokumen yang dikaji dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu buku teks Fisika SMA sebagai buku yang diteliti dan buku Fisika Universitas sebagai rujukan

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk perilaku jujur dan tidak jujur para siswa SMP dalam situasi ulangan harian, serta tujuan yang ingin dicapai..

Dari perancangan yang didapat, hasil perhitungan yang dilakukan dengan metode Perancangan Tebal Perkerasan Jalan Lentur Pt T-01-2002-B ini lebih efisien daripada 02/M/B/BM/2013

Ini berarti pencapaian kinerja karyawan masih jauh dari yang diharapkan, artinya perlu peningkatan penerapan komunikasi dalam perusahaan baik komunikasi

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

This thesis has been examined by the board of examiners of Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta, and has been accepted as

 Untuk keluarga saya terutama mama dan bapak saya yang memberikan kasih sayang kepada mas brian atas kelulusan sarjana … terima kasih atas doanya dan

Energi Alternatif (Biogas) dari Kulit Buah Coklat dan Rumput.. Sebagai dasar penyusunan penelitian ini adalah teori yang