• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Rata-Rata Skor Periodontal Pasien Pneumonia dan Tidak Menderita Pneumonia Di Tiga Rumah Sakit Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbedaan Rata-Rata Skor Periodontal Pasien Pneumonia dan Tidak Menderita Pneumonia Di Tiga Rumah Sakit Medan"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN RATA-RATA SKOR PERIODONTAL

PASIEN PNEUMONIA DAN TIDAK MENDERITA

PNEUMONIA DI TIGA RUMAH SAKIT

MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

HANDINI NAIBAHO NIM: 090600100

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat

Tahun 2013

Handini Naibaho

Perbedaan rata-rata skor periodontal pasien pneumonia dan tidak menderita pneumonia di tiga rumah sakit Medan.

ix + 24 halaman

Pneumonia merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru yang dapat terjadi akibat aspirasi bahan-bahan yang terdapat di nasofaring dan orofaring. Gigi dan jaringan periodontal dapat berperan sebagai tempat bermulanya infeksi pernafasan. Bakteri anaerob penyebab pneumonia banyak ditemukan pada plak dental, khususnya pada pasien dengan penyakit periodontal.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rata-rata skor periodontal pasien pneumonia dan tidak menderita pneumonia dan untuk mengetahui perbedaan rata-rata skor periodontal pasien pneumonia dan tidak menderita pneumonia. Rancangan penelitian adalah kasus kontrol. Populasi pada penelitian ini adalah pasien pneumonia yang sedang berobat di Poli Paru dan bukan pneumonia di Poli Mata RSUD dr. Pirngadi, RSUP H.Adam Malik dan RS Martha Friska. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, diambil sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Jumlah responden adalah 66 orang yakni 33 responden penderita pneumonia (kasus) dan 33 responden yang tidak menderita pneumonia (kontrol). Pengumpulan data dilakukan dengan cara pemeriksaan klinis menggunakan Indeks Periodontal oleh Ramfjord. Analisis perbedaan rata-rata skor periodontal pasien pneumonia dan tidak menderita pneumonia dilakukan dengan uji t tidak berpasangan (t-test unpaired).

(3)

menderita pneumonia. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor periodontal pasien pneumonia dan tidak menderita pneumonia (p=0,014).

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi

Medan, 5 September 2013

Pembimbing: Tanda tangan

(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji pada tanggal 5 September 2013

TIM PENGUJI

KETUA : Prof.Lina Natamiharja, drg., SKM ANGGOTA : 1. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmatNya skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D., selaku Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan dosen penguji atas segala saran, dukungan dakn keluangan waktu sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM., selaku dosen pembimbing atas bimbingan, keluangan waktu, saran, dukungan, dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Gema Nazri Yanti, drg., M.Kes selaku dosen penguji atas segala saran, dukungan, dan keluangan waktu sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. Taqwa Dalimunthe, drg., Sp.KGA., selaku penasehat akademik yang banyak memberikan motivasi dan arahan selama penulis menjalani masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga penulis persembahkan kepada orangtua penulis, Ayah T.Naibaho dan Ibu L.Sianipar, kakak penulis Tresna Naibaho,S.Sc dan adik Dewi Naibaho dan Ingrid Clairine Naibaho atas segala doa, kasih sayang, dukungan, dan semangat yang selalu diberikan kepada penulis.

(7)

tersayang Iiyani serta teman-teman stambuk 2009 lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuan, doa, dan dukungan selama penulis melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan peningkatan mutu kesehatan gigi masyarakat.

Medan, 5 September 2013

Penulis,

(Handini Naibaho)

(8)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Hipotesis ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

(9)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 13

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 13

3.3 Populasi dan Sampel ... 13

3.4 Variabel dan Definisi Operasional ... 14

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 14

3.6 Pengolahan dan Analisis Data ... 16

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Responden ... 17

4.2 Persentase Penyakit Periodontal ... 18

4.3 Perbedaan Rata-Rata Skor Periodontal Pasien Pneumonia dan Tidak Menderita Pneumonia ... 18

BAB 5 PEMBAHASAN ... 20

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 21

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Persentase karakteristik responden pasien pneumonia dan bukan pneumonia di RSUD dr. Pirngadi, RSUP H.Adam Malik dan RS

Martha Friska (n=66) ... 17 2. Persentase penyakit periodontal pada pasien pneumonia dan tidak

menderita pneumonia di RSUD dr. Pirngadi, RSUP H.Adam Malik

dan RS Martha Friska ... 18 3. Hasil uji statistik perbedaan rata-rata skor periodontal pasien

pneumonia dan tidak menderita pneumonia di RSUD dr. Pirngadi,

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Perhitungan besar sampel

2. Kuesioner perbedaan rata-rata skor periodontal pasien pneumonia dan tidak menderita pneumonia di Poli Paru tiga rumah sakit Medan

3. Kuesioner perbedaan rata-rata skor periodontal pasien pneumonia dan tidak menderita pneumonia di Poli Mata tiga rumah sakit Medan

(12)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat

Tahun 2013

Handini Naibaho

Perbedaan rata-rata skor periodontal pasien pneumonia dan tidak menderita pneumonia di tiga rumah sakit Medan.

ix + 24 halaman

Pneumonia merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru yang dapat terjadi akibat aspirasi bahan-bahan yang terdapat di nasofaring dan orofaring. Gigi dan jaringan periodontal dapat berperan sebagai tempat bermulanya infeksi pernafasan. Bakteri anaerob penyebab pneumonia banyak ditemukan pada plak dental, khususnya pada pasien dengan penyakit periodontal.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rata-rata skor periodontal pasien pneumonia dan tidak menderita pneumonia dan untuk mengetahui perbedaan rata-rata skor periodontal pasien pneumonia dan tidak menderita pneumonia. Rancangan penelitian adalah kasus kontrol. Populasi pada penelitian ini adalah pasien pneumonia yang sedang berobat di Poli Paru dan bukan pneumonia di Poli Mata RSUD dr. Pirngadi, RSUP H.Adam Malik dan RS Martha Friska. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, diambil sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Jumlah responden adalah 66 orang yakni 33 responden penderita pneumonia (kasus) dan 33 responden yang tidak menderita pneumonia (kontrol). Pengumpulan data dilakukan dengan cara pemeriksaan klinis menggunakan Indeks Periodontal oleh Ramfjord. Analisis perbedaan rata-rata skor periodontal pasien pneumonia dan tidak menderita pneumonia dilakukan dengan uji t tidak berpasangan (t-test unpaired).

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi penduduk yang mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut adalah sebesar 23,4%.1 Epidemiologi penyakit periodontal menunjukkan bahwa prevalensi dan keparahan penyakit periodontal dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, faktor lokal rongga mulut, dan faktor sistemik.2 Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa keparahan penyakit periodontal akan sejalan dengan bertambahnya usia.3,4,5 Menurut penelitian Situmorang, prevalensi penyakit periodontal tertinggi dan terparah adalah pada usia 45-65 tahun yakni sekitar 18,75%, sedangkan prevalensi penyakit periodontal yang paling rendah adalah usia 25-34 tahun sebesar 6,12%.3

Penyebab utama penyakit periodontal adalah plak. Plak merupakan deposit lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Diperkirakan bahwa 1mm3 plak gigi dengan berat 1 mg mengandung 200 juta sel mikroorganisme.6 Plak dalam jumlah sedikit dapat ditolerir oleh individu yang sehat tanpa menimbulkan penyakit gingiva atau penyakit periodontal karena peranan mekanisme pertahanan pejamu (host). Apabila seseorang tidak melakukan prosedur oral higiene, maka bakteri yang ada dalam plak akan meningkat jumlahnya secara signifikan dan memproduksi faktor virulensi yang melampaui daya ambang individu.6 Faktor-faktor virulensi yang dihasilkan bakteri dalam plak akhirnya dapat menyebabkan gingivitis (peradangan pada gusi). Gingivitis adalah bentuk penyakit periodontal yang ringan, biasanya gingiva berwarna merah, membengkak dan mudah berdarah. Penyakit ini bersifat

(14)

mengiritasi gingiva sehingga merusak jaringan pendukungnya. Gingiva menjadi tidak melekat lagi pada gigi dan membentuk saku yang akan bertambah dalam sehingga semakin banyak tulang dan jaringan pendukung yang rusak. Keadaan ini menunjukkan bahwa gingivitis telah berkembang menjadi periodontitis. 5,6

Beberapa studi epidemiologis menunjukkan bahwa infeksi rongga mulut, khususnya periodontitis dapat menjadi faktor risiko penyakit sistemik (fokal infeksi). Salah satunya adalah pneumonia9,10 Pneumonia merupakan peradangan pada saluran nafas bawah yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.11 Penyakit saluran nafas ini menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan yang tinggi di seluruh dunia. Di Amerika, ada 200.000 kasus pneumonia dengan angka kematian 15.000 per tahunnya.12 Berdasarkan penelitian Awano, et al. di Jepang, selama empat tahun periode Maret 1998 sampai Maret 2002 ada 22 kematian akibat pneumonia, 16 orang diantaranya pria dan 6 orang wanita.13 Pneumonia yang merupakan bentuk infeksi saluran nafas bawah akut di parenkim paru yang serius dijumpai sekitar 15-20%.11

Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah mikroorganisme. Mikroorganisme dapat masuk ke saluran nafas bawah dengan cara inhalasi langsung dari udara, penyebaran secara hematogen, dan aspirasi bahan-bahan yang terdapat di nasofaring dan orofaring.Bakteri rongga mulut dari plak gigi masuk ke saliva dan kemudian akan masuk ke saluran nafas bawah, terjadi kegagalan mekanisme pertahanan pejamu (host) untuk mengeliminasi benda asing yang masuk. Hal ini menyebabkan terjadinya multiplikasi mikroorganisme dan menyebabkan kerusakan jaringan paru.6,9

(15)

corrodens, Prevotella intermedia, Porphyromonas gingivalis dan Streptococcus constellatus.9,11,14-21

Menurut Paju dan Scannapieco, ada hubungan oral higiene dengan pneumonia, seseorang dengan oral higiene yang buruk memiliki risiko mengalami infeksi paru-paru seperti pneumonia.13,18 Azarpazooh dan Leake melaporkan pada 4 studi kohort prospektif dan 1 studi kasus kontrol diperoleh bahwa pneumonia berhubungan dengan status oral higiene.14 Margareth dalam penelitiannya pada 358 subjek usia di atas 55 tahun menyatakan rata-rata skor periodontal subjek penderita pneumonia 2,5±0,5 dan subjek yang tidak menderita pneumonia 2,3±0,7.12 Oral higiene yang baik dapat mengurangi insiden pneumonia hingga 40%.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui perbedaan rata-rata skor periodontal pasien pneumonia dan tidak menderita pneumonia di RSUD dr. Pirngadi, RSUP H.Adam Malik dan RS Martha Friska. Rumah sakit ini dipilih karena jumlah pasien rawat jalan dan inap penderita pneumonia usia 30-50 tahun banyak dan mudah ditemui.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan pada penelitian ini adalah apakah ada perbedaan rata-rata skor periodontal pasien pneumonia dan tidak menderita pneumonia?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui rata-rata skor periodontal pasien pneumonia dan tidak menderita pneumonia.

2. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata skor periodontal pasien pneumonia dan tidak menderita pneumonia.

1.4 Hipotesis

(16)

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat:

1. Bagi Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat Universitas Sumatera Utara sebagai bahan referensi tentang keadaan periodontal pada pasien pneumonia.

2. Bagi rumah sakit sebagai bahan masukan untuk menekankan pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut kepada pasien sehingga morbiditi dan mortaliti pneumonia akibat keadaan jaringan periodontal yang buruk dapat diperkecil.

3. Bagi masyarakat untuk menambah kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyakit Periodontal

Penyakit periodontal adalah infeksi yang telah mengenai jaringan pendukung gigi. Penyakit periodontal terjadi bila racun bakteri dan enzim merusak jaringan pendukung gigi dan tulang.2,8 Plak yang melekat pada gigi jika tidak dibersihkan dalam waktu 48 jam akan menjadi suatu deposit keras yang disebut kalkulus. Kalkulus yang berada di bawah gusi akan menyebabkan infeksi dan inflamasi, proses ini tidak menimbulkan rasa sakit sehingga seringkali seseorang tidak sadar jika dia sudah terjangkit penyakit periodontal.8 Penyakit yang paling sering mengenai jaringan periodontal adalah gingivitis dan periodontitis. 2,4,6

2.1.1 Gingivitis

Gingivitis merupakan peradangan pada gusi yang disebabkan oleh bakteri. Gingivitis bersifat reversible yaitu jaringan gusi dapat kembali normal apabila dilakukan pembersihan plak dengan sikat gigi secara teratur. Tanda klinis terjadinya gingivitis adalah adanya perubahan warna lebih merah dari normal, gusi bengkak dan berdarah pada tekanan ringan. Keparahan pendarahan dan mudahnya terjadi pendarahan tergantung pada intensitas inflamasi. 2,4,8

Etiologi utama terjadinya gingivitis adalah plak dental. Plak dental adalah deposit lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Komposisi utama plak dental adalah mikroorganisme, yang mana 1 gram plak mengandung 2x10~ bakteri. Dua bakteri yang mendominasi awal pembentukan plak adalah keluarga

(18)

erat dengan peradangan gingiva.6,15 Bakteri yang palingawal dijumpai dalam proses perkembangan gingivitis adalah bakteri batang gram positif, kokus gram positif dan kokus gram negatif. Spesies gram positif terutama Streptococcus sanguis, Streptococcus mitis, Actinomyces viscosus, Actinomyces naeslundii, dan

Peptostreptococcus micros. Mikroorganisme gram negatifnya didominasi

Fusobacterium nucleatum, Prevotella intermedia, Veillonella parvula dan spesies

Haemophilus dan Champylobacter.6

Daerah penumpukan plak tersebut berkaitan sekali dengan berbagai proses penyakit pada gigi dan periodonsium. Sebagai contoh, plak marginal berperan penting dalam perkembangan gingivitis. Plak supragingiva dan subgingiva yang berkaitan dengan gigi berperan dalam pembentukan kalkulus dan karies akar, sedangkan plak subgingiva yang berkaitan dengan jaringan berperan dalam penghancuran jaringan lunak pada berbagai bentuk periodontitis.6

2.1.2 Periodontitis

Periodontitis merupakan peradangan yang sudah sampai ke jaringan pendukung gigi yang lebih dalam. Penyakit ini bersifat progresif dan irreversible.

Apabila tidak dirawat dapat menyebabkan kehilangan gigi.2,4,8 Periodontitis merupakan kelanjutan dari gingivitis yang tidak dirawat, dimana plak yang menjadi penyebab utama sudah terdapat dibagian subgingiva yang berkaitan dengan jaringan. Pengamatan mikroskopis terhadap plak periodontitis menunjukkan persentase yang tinggi dari spesies anaerob gram negatif.6

Bakteri yang terkultur dari lesi periodontitis dalam jumlah yang tinggi adalah

Porphyromonas gingivalis, Bacteroides forchytus, Prevotella intermedia,

Fusobacterium nucleatum, Actinomyces actinomycetemcomitans, dan spesies

Treponema dan Eubacterium.6

2.1.3 Faktor Risiko Penyakit Periodontal

(19)

penyakit periodontal adalah umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, oral higiene dan penyakit sistemik.5,6

1. Umur

Banyak penelitian yang menyatakan bahwa keparahan penyakit periodontal akan meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Penyakit periodontal lebih banyak dijumpai pada orang tua daripada kelompok yang muda.3,4,5 Menurut penelitian Situmorang, prevalensi penyakit periodontal tertinggi dan terparah adalah pada usia 45-65 tahun yakni sekitar 18,75%, sedangkan prevalensi penyakit periodontal yang paling rendah adalah usia 25-34 tahun sebesar 6,12%.3

2. Jenis Kelamin

Faktor jenis kelamin masih diragukan, ada yang mengatakan kondisi periodontal wanita lebih baik daripada pria dan sebaliknya. Walaupun demikian, bila dibandingkan status kebersihan mulut pria dan wanita, maka dijumpai kebersihan mulut wanita yang lebih baik daripada pria.5,25

3. Kebiasaan Merokok

Beberapa survei menunjukkan bahwa rerata oral higiene pada perokok lebih buruk daripada yang tidak merokok. Oleh karena itu, tidak heran bila penyakit periodontal lebih parah pada perokok daripada yang tidak merokok. Seorang perokok mempunyai risiko menderita periodontitis 2-7 kali lebih besar daripada bukan perokok.5,6,25,26

4. Oral Higiene

Beberapa ahli menyatakan bahwa penyakit periodontal dihubungkan dengan kondisi oral higiene yang buruk. Loe et al. melaporkan bahwa pada individu yang memiliki gingiva sehat akan segera mengalami gingivitis bila tidak melakukan pembersihan rongga mulut selama 2-3 minggu. Sebaliknya, bila dilakukan pemeliharaan kebersihan mulut maka peradangan akan hilang dalam waktu 1 minggu.5,6,27

5. Penyakit Sistemik

(20)

Diabetes Melitus (DM). Penderita DM lebih rentan terhadap infeksi terutama pada penderita diabetes yang tidak terkontrol.5,25

2.2. Pneumonia

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveolus serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.11,16,28 Istilah pneumonia lazim dipakai bila peradangan terjadi oleh proses infeksi akut, sedangkan istilah pneumonitis sering dipakai untuk proses non infeksi. Bila proses infeksi teratasi, terjadi resolusi dan biasanya struktur paru normal kembali.11

Dulu, pneumonia diklasifikasikan sebagai pneumonia tipikal yang disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae dan atipikal yang disebabkan kuman atipik seperti halnya M. pneumoniae. Ternyata manifestasi dari patogen lain seperti S. aureus dan bakteri gram negatif memberikan sindrom klinik yang identik dengan pneumonia oleh Streptococcus pneumoniae dan bakteri lain dapat menimbulkan gambaran yang sama dengan pneumonia oleh M. pneumoniae.11,19,21,28 Pneumonia ada yang didapat secara umum (community-acquired, CAP) dan dari rumah sakit (hospital-acquired, HAP) atau disebut juga pneumonia nosokomial.5,7,13,16,17,19 Di samping kedua bentuk utama ini, terdapat pula pneumonia bentuk khusus yang masih sering dijumpai, yakni Pneumonia Aspirasi.

2.2.1 Pneumonia Aspirasi

(21)

2.2.1.1 Etiologi Pneumonia Aspirasi

Infeksi terjadi secara endogen oleh bakteri orofaring yang biasanya polimikrobial namun jenisnya tergantung kepada lokasi dan tempat terjadinya.21Pada CAP, bakteri patogen terutama berupa bakteri anaerob obligat (41-46%) yang terdapat di sekitar gigi dan dikeluarkan melalui ludah, misalnya Peptococcus yang juga dapat disertai Klebsiella pneumonia dan Staphylococcus sp, atau Fusobacterium nucleatum, Bacteroides melaninogenicus dan Peptostreptococcus. Pada HAP, bakteri berasal dari kolonisasi bakteri anaerob fakultatif, batang gram negatif, Pseudomonas,

dan S. aureus serta dapat disertai oleh bakteri anaerob obligat di atas.11,21,28,29

2.2.1.2 Diagnosis Pneumonia Aspirasi

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang menunjukkan adanya kemungkinan aspirasi yaitu pasien yang mendadak batuk dan sesak nafas sesudah makan atau minum. Umumnya pasien datang 1-2 minggu setelah aspirasi dengan keluhan demam menggigil, batuk, nyeri pleuritik, dan dahak purulen berbau (pada 50% kasus).11,28,30 Dapat juga ditemukan nyeri perut, anoreksia, dan penurunan berat badan. Dengan pewarnaan gram terhadap bahan sputum saluran napas dijumpai banyak neutrofil dan kuman campuran. Terdapat leukositosis dan Laju Endap Darah (LED) meningkat. Pada foto toraks, terlihat gambaran infiltrat pada segmen paru unilateral yang dependen.11,30 Lokasi tersering adalah lobus kanan tengah dan atau lobus atas, dimana lokasi ini tergantung pada jumlah aspirat dan posisi badan pada saat aspirasi.11 Pada beberapa kasus, perlu dilakukan pemeriksaan Blood Urea Nitrogen (BUN) dan kreatinin, analisis gas darah, dan kultur darah.

2.2.1.3 Komplikasi dan Mortalitas Pneumonia Aspirasi.

(22)

2.3. Indeks Penyakit Periodontal

Untuk dapat mengukur prevalensi penyakit periodontal, keparahannya serta kaitannya dengan berbagai faktor yang mempengaruhi diperlukan suatu alat ukur yang disebut dengan indeks. Ada beberapa indeks penyakit periodontal yang dapat digunakan seperti Indeks Periodontal oleh Russel, Indeks Penyakit Periodontal oleh Ramfjord, dan CPITN (Community Index of Periodontal Treatment Needs).22-24

Indeks Periodontal oleh Russel menunjukkan keadaan gingivitis, saku periodontal, dan mobiliti gigi. Pengukuran dilakukan pada seluruh gigi dalam rongga mulut sehingga membutuhkan waktu dalam melakukan pengukuran. Selain itu, gambaran radiografi diperlukan untuk melakukan penilaian.22-24 Indeks Penyakit Periodontal oleh Ramfjord merupakan modifikasi Indeks Periodontal oleh Russel. Indeks ini digunakan sebagai ukuran keadaan serta keparahan penyakit periodontal. Indeks ini mengukur derajat inflamasi gingiva dan pembentukan saku periodontal akibat adanya kerusakan pada jaringan periodontal. Pengukuran hanya dilakukan pada enam gigi indeks yaitu 16, 21, 24, 36, 41, dan 44.5,22,23 CPITN merupakan indeks periodontal yang menunjukkan kebutuhan perawatan periodontal pada suatu populasi. Indeks ini sangat berguna bila digunakan untuk survei epidemiologis karena memungkinkan untuk melakukan pemeriksaan yang cepat pada suatu populasi dalam menentukan kebutuhan perawatannya. Namun, kerugiannya adalah metode ini membutuhkan alat khusus dan gigi yang diperiksa hanya 6-10 gigi.5,8,22-24

2.4. Landasan Teori

(23)

menyebabkan pneumonia antara lain Actinomyces actinomycetemcomitans, Actinomyces israelii, Capnocytophaga sp, Eikenella corrodens, Prevotella intermedia, Porphyromonas gingivalis dan Streptococcus constellatus.9,11,14,15,17

Ada beberapa indeks yang digunakan untuk mengukur status periodontal, yakni Indeks Periodontal oleh Russel, Indeks Penyakit Periodontal oleh Ramfjord, dan CPITN. Untuk mengukur skor periodontal pada penelitian ini digunakan Indeks Penyakit Periodontal oleh Ramfjord tahun 1959. Pengukuran indeks dilakukan pada 6 gigi yakni gigi 16, 21, 24, 36, 41, dan 44. Apabila salah satu gigi hilang maka gigi disampingnya dapat dipakai sebagai pengganti yakni gigi 17, 11, 25, 37, 42, dan 45.5,8,22-24 Indeks ini dipilih karena:

1. Dapat digunakan sebagai ukuran keadaan serta keparahan penyakit periodontal.

2. Pengukuran hanya dilakukan pada 6 gigi indeks saja sehingga waktu yang dibutuhkan lebih sedikit.

(24)

2.5. Kerangka konsep

Pasien di RSUD dr.Pirngadi, RSUP H.Adam Malik dan RS Martha Friska

Retrospektif Pneumonia (kasus)

Retrospektif Tidak menderita pneumonia (kontrol)

(25)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kasus kontrol yaitu penelitian non eksperimental dalam rangka mempelajari korelasi antara faktor risiko dan efek yang dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospektif. Pada penelitian ini faktor risiko adalah skor periodontal dan efek adalah pneumonia.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUD dr. Pirngadi, RSUP H.Adam Malik dan RS Martha Friska. Rumah sakit ini dipilih karena jumlah pasien rawat jalan dan inap penderita pneumonia usia 30-50 tahun banyak dan mudah ditemui.

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli 2012 dan selesai bulan September 2013. Penelitian dimulai dengan mempersiapkan proposal penelitian dan dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian sampai penyusunan laporan akhir.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah pasien pneumonia yang sedang berobat di Poli Paru RSUD dr. Pirngadi, RSUP H.Adam Malik dan RS Martha Friska dan tidak menderita pneumonia yaitu pasien pengunjung klinik mata di RSUD dr. Pirngadi, RSUP H.Adam Malik dan RS Martha Friska pada bulan April 2013-Juni 2013. Kriteria inklusi:

a. Umur 30-50 tahun

b. Tidak melakukan skeling selama 6 bulan terakhir

c. Bersedia menjadi sampel penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan setelah penjelasan.

(26)

Perkiraan jumlah sampel yang minimal pada penelitian ini diambil berdasarkan rumus uji hipotesis rasio odd dengan tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 95% dan kekuatan uji sebesar 80%.

[ Z1-α/2√2P(1-P) + Zβ√P1(1-P1) +P2(1-P2) ] 2 n =

(P1-P2) 2

Berdasarkan perhitungan diperoleh besar sampel 30 orang. Jumlah ini ditambah 10% untuk menghindari apabila ada data responden yang terpilih tidak lengkap sehingga harus dikeluarkan saat akan dilakukan perhitungan secara statistik. Pada penelitian ini ditambah sebanyak 3 orang sampel menjadi 33 orang. Maka, diperlukan 33 orang pasien pneumonia dan 33 orang pasien bukan pneumonia yang berobat di klinik mata (Lampiran 1).

3.4 Variabel dan Definisi Operasional 1. Skor periodontal

Skor periodontal yang diukur adalah skor periodontal berdasarkan Indeks Periodontal oleh Ramfjord.

2. Pneumonia

Pasien pneumonia adalah pasien yang menderita pneumonia berdasarkan status yang ditetapkan oleh dokter dan sedang berobat di Poli Paru.

3. Umur

Umur pasien adalah usia terakhir responden, yakni 30-50 tahun.

3.5 Metode Pengumpulan Data

(27)

interproksimal, bagian tengah permukaan oral dan sudut disto oral daerah kontak interproksimal. Pada waktu pengukuran pada sudut mesio vestibular dan disto oral, prob dalam keadaan berkontak dengan gigi. Gigi yang diperiksa adalah gigi 16, 21, 24, 36, 41, dan 44. Bila salah satu gigi ini hilang maka akan digantikan oleh gigi disampingnya ( 17, 11, 25, 37, 42, 45). Indeks pengukuran penyakit periodontal yang digunakan adalah Indeks Periodontal Ramfjord (1959).

Indeks Periodontal oleh Ramfjord (1959) Skor Kriteria

0 Tidak ada tanda-tanda peradangan

1 Perubahan peradangan ringan sampai sedang pada gingival, tapi belum mengelilingi gigi

2 Gingivitis ringan sampai sedang yang sudah mengelilingi gigi

3 Gingivitis yang parah ditandai dengan warna merah, pembengkakan gingival tendensi mudah berdarah dan ulserasi

4 Pembentukan saku kurang dari 3 mm (warna hitam terlihat semuanya)

5 Pembentukan saku 3-6 mm (warna hitam bagian atas diperbatasan) 6 Pembentukan saku lebih dari 6 mm (warna hitam tidak terlihat sama

sekali)

Jumlah Skor Indeks Periodontal =

Jumlah gigi yang diperiksa (6)

(28)

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

(29)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1Karakteristik Responden

Dari 33 responden yang menderita pneumonia (kasus), persentase responden laki-laki lebih banyak yaitu 54,55% dan perempuan 45,45%, persentase responden yang berusia 41-50 tahun lebih banyak yaitu 87,88% dan yang berusia 30-40 tahun sebanyak 12,12%.

Dari 33 responden yang tidak menderita pneumonia (kontrol), persentase responden perempuan lebih banyak yaitu 60,61% dan laki-laki 39,39%, persentase responden yang berusia 41-50 tahun lebih banyak yaitu 72,73% dan yang berusia 30-40 tahun 27,27%. (Tabel 1).

(30)

4.2 Persentase Penyakit Periodontal

Dari 33 responden yang menderita pneumonia (kasus), persentase responden yang mengalami periodontitis lebih banyak yaitu 81,82% dan gingivitis 18,18%. Dari 33 responden yang tidak menderita pneumonia (kontrol), persentase responden yang mengalami periodontitis lebih banyak yaitu 72,73% dan gingivitis 27,27%. (Tabel 2)

Tabel 2. Persentase penyakit periodontal pada pasien pneumonia dan tidak menderita Pneumonia di RSUD dr. Pirngadi, RSUP H.Adam Malik dan RS Martha Friska

Penyakit Periodontal

Kelompok

Pneumonia (kasus) Tidak Menderita Pneumonia (kontrol)

4.3 Perbedaan Rata-Rata Skor Periodontal Pasien Pneumonia dan Tidak Menderita Pneumonia

(31)

Tabel 3. Hasil uji statistik perbedaan rata-rata skor periodontal pasien pneumonia dan tidak menderita pneumonia di RSUD dr. Pirngadi, RSUP H.Adam Malik dan RS Martha Friska

Kelompok n

Rata-rata skor periodontal

(�̅± SD)

Hasil uji statistik

Pneumonia 33 2,73 ± 0,48

(32)

BAB 5

PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata skor periodontal pada pasien penderita pneumonia lebih tinggi yakni 2,73 ± 0,48 dari rata-rata skor periodontal pasien yang tidak menderita pneumonia 1,37 ± 0,89. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Margareth yang menunjukkan kecenderungan yang sama, yaitu adanya peningkatan skor periodontal pada pasien yang menderita pneumonia (rata-rata skor periodontal subjek penderita pneumonia 2,5±0,5 dan subjek yang tidak menderita pneumonia 2,3±0,7).12 Hal ini disebabkan karena gigi dan jaringan periodontal dapat berperan sebagai tempat bermulanya infeksi pernafasan. Pada seseorang dengan penyakit periodontal, terdapat enzim yang dapat mempermudah melekatnya bakteri patogen paru dari udara. Bakteri anaerob yang menjadi penyebab pneumonia banyak ditemukan pada plak dental. Bakteri ini akan dikeluarkan dari plak gigi masuk ke sekresi saliva dan kemudian akan diaspirasi ke dalam saluran pernafasan bawah. Apabila terjadi kegagalan mekanisme pertahanan pejamu (host) untuk mengeliminasi bakteri-bakteri yang masuk, maka mikroorganisme ini akan mengalami multiplikasi yang pada akhirnya dapat menyebabkan pneumonia.5,18

Berdasarkan uji statistik, terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor periodontal pasien yang menderita pneumonia dan pasien yang tidak menderita pneumonia (p=0,014) (Tabel 3). Perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor periodontal pasien yang menderita pneumonia dan pasien yang tidak menderita pneumonia yang ditunjukkan pada penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Margareth pada 358 responden di atas usia 55 tahun (p<0,01).12

(33)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan:

1. Rata-rata skor periodontal pasien penderita pneumonia adalah 2,73 ± 0,48 dan rata-rata skor periodontal pasien yang tidak menderita pneumonia adalah 1,37 ± 0,89.

2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor periodontal pasien pneumonia dan tidak menderita pneumonia (p=0,014).

6.2 Saran

1. Diharapkan pihak RSUD dr.Pirngadi, RSUP H.Adam Malik dan RS Martha Friska dapat menginstruksikan pasien untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan menyikat gigi secara teratur agar terhindar dari penyakit periodontal dan mengurangi terjadinya pneumonia.

2. Diharapkan masyarakat dapat melakukan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan sikat gigi secara teratur dan skeling minimal 6 bulan sekali untuk mengurangi risiko menderita pneumonia akibat keadaan jaringan periodontal yang buruk.

(34)

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI. Menkses hadiri peringatan seperempat abad Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahman Padang. index.php/berita/press-release/1214-menkes-hadiri-peringatan-seperempat-abad-fakultas-kedokteran-gigi-universitas-baiturrahmah-padang.html (17 September 2010).

2. Situmorang N. Dampak karises gigi dan penyakit periodontal terhadap kualitas hidup. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2005.

3. Herijulianti E, Svasti T, Artini S. Pendidikan kesehatan gigi. Jakarta: EGC, 2001: 117-8.

4. Situmorang N. Profil penyakit periodontal penduduk di dua kecamatan kota Medan tahun 2004 dibandingkan dengan kesehatan mulut tahun 2010. Dentika Dental Jurnal 2005; 9(2): 71-7.

5. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat: pencegahan dan pemeliharaan. Medan: USU Press, 2010: 34-5; 71-3.

6. Dalimunthe SH. Periodonsia. Edisi ke-2. Medan: Bagian Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, 2008: 55-7; 106-15; 118-21; 155-6. 7. Lestari S. Hubungan perilaku dengan status kebersihan mulut dan karies gigi

pada lansia. JITEKGI 2011; 8(1): 32-5.

8. Alamsyah RM. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok dan hubungannya dengan status penyakit periodontal remaja di Kota Medan tahun 2007. Tesis. Medan: Program Studi Magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pasca Sarjana USU, 2009: 22-5.

9. Nayak S, Nayak P. Systemic diseases associated with oral infection. In: Indian Journal of Dental Sciences. India, 2002: 20-5.

(35)

11. Dahlan Z. Pneumonia. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. eds. Buku ajar ilmu penyakit dalam, edisi kelima, jilid III. Jakarta: Interna Publishing, 2009: 2196-210.

12. Terpenning MS, Taylor GW, Lopatin DE, Kerr CK, Dominguez BL, Loesche WJ. Aspiration pneumonia: dental and oral risk factors in an older veteran population. J Am Geriatr Soc 2001; 49: 557-63.

13. Awano S, Ansai T, Takata Y, Soh I, Akifusa S, Hamasaki T, et al. Oral health and mortality risk from pneumonia in the elderly. J Dent Res 2008; 87(4): 334-9. 14. Azarpazooh A, Leake JL. Systematic review of the association between

respiratory diseases and oral health. J Periodontal 2006; 77(9): 1465-82.

(abstract) (2

Agustus 2012).

15. Emmanuel V, Masulili SL. Strategi komunikasi bakteri dalam menyebabkan penyakit periodontal. JITEKGI 2010; 7(1): 17-21.

16. TMC. Pneumonia aspirasi.

(11 Januari 2011).

17. Scannapieco FA. Pneumonia in nonambulatory patients: The role of oral bacteria and oral hygiene. J Am Dent Assoc 2006; 137 (suppl 2): 21S-25S.

18. Paju S, Scannapieco FA. Oral biofilms, periodontitis and pulmonary infections. Oral Disease 2007, 13(6): 508-12.

19. Munro CL, Grap MJ, Elswick R, McKinney J, sessler CN, Hummel RS. Oral Health Status and Development of Ventilator-Associated Pneumonia: A Descriptive Study. AJCC 2006; 15(5): 453-60.

20. Li X, Kolltveit KM, Tronstad L, Olsen I. Systemic diseases caused by oral

infecti(28 Januari

2012).

(36)

22. Manson JD, Eley BM. Periodontics. 5th ed. Philadelphia: Elsevier Limited, 2004: 124-6.

23. Perry DA, Beemsterboer PL. Periodontology for the dental hygienist. 3th ed. Philadelphia: WB Saunders, 2007: 46-9.

24. Debnath T. Ashok’s public health and preventive dentistry. 2th ed. Delhi: Chaudhary Offset, 2002: 49-51.

25. Lessang R. Penatalaksanaan faktor risiko untuk perawatan periodontal yang lebih

baik.

(30 Mei 2012).

26. Kasim E. Merokok sebagai faktor risiko terjadinya penyakit periodontal. J Kedokter Trisakti 2001; 20(1): 9-15.

27. Koichiro. Preventing aspiration pneumonia by oral health care. JMAJ 2011; 54(1): 39-43.

28. Bourke SJ, Greenwood M. Textbook of human disease in dentistry. Singapore: Blackwell Ltd., 2009: 98-109.

29. Janssens J, Krause K. Pneumonia in the very old. Lancet Infect Dis 2004; 4: 112-24.

(37)

Perhitungan Besar Sampel

α: tingkat kemaknaan yang ditetapkan peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti menentukan α = 0,05 sehingga Z1-α/2 penelitian ini sebesar 1,96.

β: kekuatan uji sebesar 80% sehingga Z1-β sebesar 0,84.

OR: besarnya nilai rasio odds berdasarkan penelitian sebelumnya

P1: proporsi subyek terpajan penyakit periodontal pada kelompok pneumonia P2: proporsi subyek terpajan penyakit periodontal pada kelompok tanpa pneumonia

P: rata-rata Z: Z score

Proporsi pneumonia yang terpajan periodontal 41

OR = = = 0,21

Proporsi tidak pneumonia yang terpajan periodontal 193 P2 = 193/ 193+41 = 0,82

Angka-angka di atas dimasukkan kembali ke rumus besar sampel: [ 1,96 √ 2x0,65(1-0,65) + 0,84 √ 0,48(1-0,48) + 0,82 (1-0,82) ] 2

(38)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MASYARAKAT

KUESIONER PERBEDAAN SKOR PERIODONTAL PASIEN PNEUMONIA DAN TIDAK MENDERITA PNEUMONIA DI POLI PARU RSUD dr. PIRNGADI, RSUP H.ADAM MALIK, DAN RS MARTHA FRISKA

Data Responden ( Kasus )

Pasien penderita pneumonia berdasarkan kartu pasien No……. Kolom dibawah ini jangan diisi

A. No.Responden : A.

Nama : ...

B. Umur : ………tahun ( 30-50 thn ) B. C. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki C.

2.Perempuan

1. Apakah Anda memiliki kebiasaan merokok? (merokok sedikit 1.

nya 10 batang per hari selama sekurang-kurangnya 1 tahun) A. Ya

B. Tidak

*Bila dijawab ya, wawancara dihentikan.

2. Apakah Anda pernah membersihkan karang gigi (scaling) selama 2.

6 bulan terakhir?

A. Ya B. Tidak

(39)

Lembar Pemeriksaan Skor Periodontal oleh Ramfjord (1959)

16 21 24 44 41 36

Jumlah skor

Indeks Periodontal = = = 3.

Jumlah gigi yang diperiksa

Indeks Periodontal oleh Ramfjord (1959)

Skor Kondisi Klinis

0 Tidak ada tanda-tanda peradangan

1 Perubahan peradangan ringan sampai sedang pada gingival, tapi belum mengelilingi gigi

2 Gingivitis ringan sampai sedang yang sudah mengelilingi gigi

3

Gingivitis yang parah ditandai dengan warna merah, pembengkakan gingival tendensi mudah berdarah dan ulserasi

4 Pembentukan saku kurang dari 3 mm (warna hitam terlihat semuanya) 5 Pembentukan saku 3-6 mm (warna hitam bagian atas diperbatasan)

6

(40)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MASYARAKAT

KUESIONER PERBEDAAN SKOR PERIODONTAL PASIEN PNEUMONIA DAN TIDAK MENDERITA PNEUMONIA DI POLI MATA RSUD dr. PIRNGADI, RSUP H.ADAM MALIK, DAN RS MARTHA FRISKA

Data Responden ( Kontrol )

Pasien penderita penyakit mata berdasarkan kartu pasien No……. Kolom dibawah ini jangan diisi

A. No.Responden : A.

Nama : ...

B. Umur : ………tahun ( 30-50 thn ) B. C. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki C.

2.Perempuan

1. Apakah Anda memiliki kebiasaan merokok? (merokok sedikit 1.

nya 10 batang per hari selama sekurang-kurangnya 1 tahun) A. Ya

B. Tidak

*Bila dijawab ya, wawancara dihentikan.

2. Apakah Anda pernah membersihkan karang gigi (scaling) selama 2.

6 bulan terakhir?

A.Ya B. Tidak

(41)

Lembar Pemeriksaan Skor Periodontal oleh Ramfjord (1959)

16 21 24 44 41 36

Jumlah skor

Indeks Periodontal = = = 3.

Jumlah gigi yang diperiksa

Indeks Periodontal oleh Ramfjord (1959)

Skor Kondisi Klinis

0 Tidak ada tanda-tanda peradangan

1 Perubahan peradangan ringan sampai sedang pada gingival, tapi belum mengelilingi gigi

2 Gingivitis ringan sampai sedang yang sudah mengelilingi gigi

3

Gingivitis yang parah ditandai dengan warna merah, pembengkakan gingival tendensi mudah berdarah dan ulserasi

4 Pembentukan saku kurang dari 3 mm (warna hitam terlihat semuanya) 5 Pembentukan saku 3-6 mm (warna hitam bagian atas diperbatasan)

6

(42)
(43)

Uji Normalitas

Descriptives

kode Statistic Std. Error

skor_periodontal pneumonia (kasus) Mean 2.7270 .08283

(44)

Tests of Normality

kode

Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

skor_periodontal pneumonia (kasus) .119 33 .200(*) .894 33 .004

bukan pneumonia

(kontrol) .128 33 .189 .941 33 .075

(45)

Uji

t-test unpaired

Perbedaan Skor Periodontal Pasien Pneumonia dan Tidak Menderita

skor_periodontal pneumonia (kasus) 33 2.7270 .47580 .08283

bukan pneumonia

t-test for Equality of Means

Gambar

Tabel 1.Persentase karakteristik responden pasien pneumonia dan tidak menderita pneumonia  di RSUD dr
Tabel 2. Persentase penyakit periodontal pada pasien pneumonia dan tidak menderita
Tabel 3. Hasil uji statistik perbedaan rata-rata skor periodontal pasien pneumonia dan tidak menderita pneumonia di RSUD dr

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengisian form PBSC, seperti penentuan visi serta misi pribadi karyawan, penentuan peran kunci, faktor penentu keberhasilan,

Untuk sampel uji baja normalizing, perubahan fase pearlit kasar menjadi pearlit halus (lihat dalam Gambar 6) dalam baja akibat pendinginan lambat menyebabkan sampel uji

Gaji tidak tinggi jadi mereka berkerja hanya karena merasa sudah digaji dan enggan bernuat lebih dari pekerjaan mereka, Keamanan Kerja,tidak ada keamanan kerja karena dipakai

Seluruh data dari hasil pengamatan yang dikaitkan dengan Cobit khususnya pada 4 proses DS, maka usulan perbaikan TI dapat diberikan sesuai model standar Cobit.. Hasil

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

Dalam penulisan llmiah ini penulis mencoba memberikan suatu informasi mengenai penjualan hardware komputer khususnya kepada para pemilik toko, dimana program aplikasi ini

Oleh karena itu dibuat penulisan ilmiah mengenai pembuatan aplikasi multimedia pariwisata Pulau Bali, dimana akan ditampilkan sajian informasi yang menarik dan interaktif, yang

[r]