• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Budaya Kerja dan Komitmen Karyawan Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bagian Operasi PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan Belawan, Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Budaya Kerja dan Komitmen Karyawan Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bagian Operasi PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan Belawan, Sumatera Utara"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH BUDAYA KERJA, DAN KOMITMEN KARYAWAN

TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA BAGIAN OPERASI

PT. PLN SEKTOR PEMBANGKITAN MEDAN BELAWAN,

SUMATERA UTARA

OLEH

ROY INDRA

080502042

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

Judul penelitian ini adalah “Pengaruh Budaya Kerja dan Komitmen

Karyawan Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bagian Operasi PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan Belawan, Sumatera Utara.” Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh budaya kerja dan komitmen karyawan terhadap kinerja karyawan pada Bagian Operasi PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan Belawan, Sumatera Utara.

Pengujian data menggunakan kuesioner yang dianalisis dengan menggunakan analisis statistik seperti : uji validitas dan reliabilitas, uji asumsi

klasik dan analisis regresi linear berganda pada α=5% dengan bantuan SPSS 17.0 for Windows.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh secara positif dan signifikan antara variabel budaya kerja dan komitmen karyawan terhadap kinerja karyawan pada Bagian Operasi PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan Belawan, Sumatera Utara. Pada uji F diketahui bahwa variabel budaya kerja dan komitmen karyawan secara bersama-sama mempengaruhi variabel kinerja karyawan pada Bagian Operasi PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan Belawan, Sumatera Utara secara positif dan signifikan. Pada uji t diketahui bahwa budaya kerja berpengaruh lebih dominan terhadap kinerja karyawan pada Bagian Operasi PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan Belawan, Sumatera Utara. Pada pengujian koefisien determinasi yang disesuaikan (Adjusted R Square) diperoleh nilai sebesar 0.824, yang memiliki arti bahwa variabel kinerja karyawan pada Bagian Operasi PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan Belawan, Sumatera Utara dipengaruhi oleh variabel budaya kerja dan komitmen karyawan sebesar 82,4% dan sisanya 17,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

(3)

ABSTRACT

The title of this survey is “Influence of Work Culture and Employee

Commitment to Employee Performance in the Operation of PT. PLN (Persero) Field Generating Sector Medan Belawan, North Sumatera” The purpose of this survey is to know and to analyse work culture and employee commitment to employee performance in the Operation of PT. PLN (Persero) Field Generating Sector Medan Belawan, Sumatera Utara.

This survey is asociative survey. Test of data using the questionnaire that analyzed by using statistical analysist such as : test of validity and reliability,

assumptions of classical test and multiple linear regression analysist on α=5% with using SPSS 17.0 version for windows.

This survey result is influence of work culture and employee commitment to employee performance in the Operation of PT. PLN (Persero) Field Generating Sector Medan Belawan, Sumatera Utara positive and significantive. F test shows both of work culture and employee commitment influential to employe performance positive and significantive. T test shows work culture is domineer to influence employee performance in the Operation of PT. PLN (Persero) Field Generating Sector Medan Belawan, Sumatera Utara. Determination coefficient test shows Adjusted R Square is 0.824, it means work culture and employee commitment influential to employee performance in the Operation of PT. PLN (Persero) Field Generating Sector Medan Belawan, Sumatera Utara as 82.4% and the rest as 17.6% is explained by other variable which not examinated by examinator.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala nikmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Budaya Kerja Dan Komitmen Karyawan Terhadap Kinerja Karyawan

Pada Bagian Operasi PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan Belawan,

Sumatera Utara.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan

di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi. Dalam penyelesaian skripsi ini, secara khusus penulis mengucapkan

terimakasih kepada Ibunda tersayang Herlina Sinuhaji dan Ayahanda tercinta

Amri Piliang yang telah melimpahkan kasih sayang, doa serta dukungannya kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang

telah memberikan bantuan dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini, yaitu

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Azhar Maksum, M.Sc, Ak, selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, M.E, selaku Ketua Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si, selaku Ketua Program Studi S1

(5)

5. Ibu Dra. Yulinda, Msi, selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah

membimbing, memberikan arahan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Ibu Prof. Dr. Prihatin Lumbanraja, SE, M.Si, selaku Dosen Pembaca Penilai

penulis yang telah membimbing, memberi arahan, kritik dan saran demi

kesempurnaan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, khususnya

Dosen Departemen Manajemen yang telah banyak memberikan ilmu kepada

penulis selama masa perkuliahan.

8. Saudara-saudara tersayang yaitu Adik penulis Isnaini dan Irwansyah serta

teman terbaik dalam hidup saya yaitu Grace N Gultom yang telah memberikan

dukungan, doa, semangat serta motivasinya.

9. Sahabat-sahabat penulis yang selalu mendampingi penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini yaitu Koko Sihite , Sulis, Rabusa, Ari Sijabat, Sahat,

Ifandi, Yusup, serta teman-teman Manajemen Angkatan 2008 lainnya yang

tidak disebutkan satu per satu.

10.Rekan-rekan seperjuangan di organisasi GERAKAN MAHASISWA

NASIONAL INDONESIA (GMNI) yang terus memberikan dukungan moral

dan semangat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun

penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, April 2013 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis ... 11

2.1.1 Pengertian Budaya Kerja ... 11

2.1.1.1 Karakteristik Budaya Organisasi ... 13

2.1.1.2 Pembentukan Budaya Organisasi ... 14

2.1.1.3 Fungsi Budaya Organisasi ... 15

2.1.1.4 Pemahaman Karyawan Akan Budaya Organisasi 17 2.1.2 Pengertian Komitmen ... 18

2.1.2.1 Jenis komitmen Karyawan ... 19

2.1.2.2 Motif Yang Mendasari Komitmen Karyawan .... 20

2.1.3 Pengertian Kinerja Karyawan ... 20

(7)

3.9.1 Uji Validitas ... 37

3.9.2 Uji Reliabilitas ... 38

3.10 Teknik Analisis ... 39

3.10.1 Metode Analisis Deskriptif ... 39

3.10.2 Uji Asumsi Klasik ... 39

3.10.3 Metode Analisis Statistik ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 44

4.2 Metode Analisis Data ... 49

4.2.1 Analisis Deskriptif ... 49

4.2.1.1 Identitas Responden ... 49

4.2.1.2 Distribusi Penilaian Responden ... 52

4.2.2 Uji asumsi Klasik ... 64

4.2.2.1 Uji Normalitas ... 64

4.2.2.2 Uji Heteroskedastisitas ... 66

4.2.2.3 Uji Multikolinearitas ... 68

4.2.3 Analisis Linear Berganda ... 69

4.2.4 Uji Hipotesis ... 71

4.2.4.1 Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ... 71

4.2.4.2 Uji signifikan Parsial (Uji-t) ... 73

4.2.4.3 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 75

4.3 Pembahasan ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 80

5.2 Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 83

(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 1.1 Rekapitulasi Absensi Karyawan Pada Bagian Operasi PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan

Medan Belawan, Sumatera Utara ... 6

Tabel 1.2 Hasil Penilaian Pencapaian kinerja PT. PLN Sektor Pembangkitan Medan Belawan, Sumatera Utara pada Triwulan III tahun 2012 ... 7

Tabel 3.1 Operasional Variabel ... 31

Tabel 3.2 Instrumen Skala Likert ... 32

Tabel 3.3 Jumlah Karyawan PT. PLN (PERSERO) Sektor Pembangkitan Medan Belawan, Sumatera Utara Tahun 2012 ... 33

Tabel 3.4 Distribusi Sampel karyawan Pada Bagian Operasi PT. PLN (PERSERO) Sektor Pembangkitan Medan Belawan, Sumatera Utara 2012 ... 35

Tabel 3.5 Uji Validitas ... 38

Tabel 3.6 Uji Realibilitas ... 39

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 50

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Bagian Pekerjaan ... 50

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 51

Tabel 4.4 Distribusi Pendapat Responden Tentang Variabel Budaya Kerja ... 53

Tabel 4.5 Distribusi Pendapat Responden Tentang Variabel Komitmen ... 57

Tabel 4.6 Distribusi Pendapat Responden Tentang Variabel Kinerja ... 61

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Pendekatan Kosmologrov-Smirnov ... 66

(9)

Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinearitas ... 69

Tabel 4.10 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 70

Tabel 4.11 Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) ... 72

Tabel 4.12 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t) ... 74

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual ... 26

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan Belawan, Sumatera Utara ... 48

Gambar 4.2 Histogram Uji Normalitas ... 64

Gambar 4.3 Normal P-Plot Uji Normalitas ... 65

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Kuesioner ... 85

Lampiran 2 Distribusi Jawaban Responden Pada Uji

Validitas dan Realibilitas ... 89

Lampiran 3 Output SPSS Versi 17,0 Pada Uji Validitas dan

Realibilitas ... 90

Lampiran 4 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan

Analisis Regresi Linear Berganda ... 93

Lampiran 5 Output SPSS Versi 17,0 Pada Frekuensi

Distribusi Responden ... 95

Lampiran 6 Output SPSS Versi 17,0 Pada Asumsi Klasik ... 103

Lampiran 7 Output SPSS Versi 17,0 Pada Regresi Linear

(12)

ABSTRAK

Judul penelitian ini adalah “Pengaruh Budaya Kerja dan Komitmen

Karyawan Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bagian Operasi PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan Belawan, Sumatera Utara.” Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh budaya kerja dan komitmen karyawan terhadap kinerja karyawan pada Bagian Operasi PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan Belawan, Sumatera Utara.

Pengujian data menggunakan kuesioner yang dianalisis dengan menggunakan analisis statistik seperti : uji validitas dan reliabilitas, uji asumsi

klasik dan analisis regresi linear berganda pada α=5% dengan bantuan SPSS 17.0 for Windows.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh secara positif dan signifikan antara variabel budaya kerja dan komitmen karyawan terhadap kinerja karyawan pada Bagian Operasi PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan Belawan, Sumatera Utara. Pada uji F diketahui bahwa variabel budaya kerja dan komitmen karyawan secara bersama-sama mempengaruhi variabel kinerja karyawan pada Bagian Operasi PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan Belawan, Sumatera Utara secara positif dan signifikan. Pada uji t diketahui bahwa budaya kerja berpengaruh lebih dominan terhadap kinerja karyawan pada Bagian Operasi PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan Belawan, Sumatera Utara. Pada pengujian koefisien determinasi yang disesuaikan (Adjusted R Square) diperoleh nilai sebesar 0.824, yang memiliki arti bahwa variabel kinerja karyawan pada Bagian Operasi PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan Belawan, Sumatera Utara dipengaruhi oleh variabel budaya kerja dan komitmen karyawan sebesar 82,4% dan sisanya 17,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

(13)

ABSTRACT

The title of this survey is “Influence of Work Culture and Employee

Commitment to Employee Performance in the Operation of PT. PLN (Persero) Field Generating Sector Medan Belawan, North Sumatera” The purpose of this survey is to know and to analyse work culture and employee commitment to employee performance in the Operation of PT. PLN (Persero) Field Generating Sector Medan Belawan, Sumatera Utara.

This survey is asociative survey. Test of data using the questionnaire that analyzed by using statistical analysist such as : test of validity and reliability,

assumptions of classical test and multiple linear regression analysist on α=5% with using SPSS 17.0 version for windows.

This survey result is influence of work culture and employee commitment to employee performance in the Operation of PT. PLN (Persero) Field Generating Sector Medan Belawan, Sumatera Utara positive and significantive. F test shows both of work culture and employee commitment influential to employe performance positive and significantive. T test shows work culture is domineer to influence employee performance in the Operation of PT. PLN (Persero) Field Generating Sector Medan Belawan, Sumatera Utara. Determination coefficient test shows Adjusted R Square is 0.824, it means work culture and employee commitment influential to employee performance in the Operation of PT. PLN (Persero) Field Generating Sector Medan Belawan, Sumatera Utara as 82.4% and the rest as 17.6% is explained by other variable which not examinated by examinator.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Suatu perusahaan dapat mencapai kesuksesan apabila perusahaan

tersebut berhasil mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan. Keberhasilan

dari perusahaan sangat bergantung kepada kinerja karyawannya dimana

setiap karyawan memiliki peran dalam kehidupan perusahaan. Dengan

demikian, penilaian kinerja harus dilakukan oleh perusahaan untuk melihat

peran dan kontribusi nyata karyawan dalam perkembangan perusahaan.

Menurut Mangkunegara (2011:67) kinerja adalah hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya. Kinerja seseorang atau kelompok dipengaruhi oleh faktor

eksternal dan internal. Faktor eksternal antara lain berupa peraturan

ketenagakerjaan, keinginan pelanggan, pesaing, nilai-nilai sosial, serikat

buruh, kondisi ekonomi, perubahan lokasi kerja, dan kondisi pasar. Faktor

internal yang mempengaruhi kinerja karyawan/kelompok terdiri dari

kecerdasan, keterampilan, kestabilan emosi, motivasi, komitmen, persepsi

peran, kondisi keluarga, kondisi fisik seseorang dan karakteristik

kelompok kerja dan budaya kerja. Dari faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja tersebut, budaya kerja dapat menggambarkan kehidupan karyawan

(15)

disadari bahwa suatu keberhasilan kerja berakar pada nilai-nilai yang

dimiliki dan perilaku yang menjadi kebiasaan. Nilai-nilai tersebut bermula

dari adat istiadat, agama, norma dan kaidah yang menjadi keyakinan pada

diri pelaku pekerja atau organisasi. Nilai-nilai yang menjadi kebiasaan

tersebut menjadi budaya atau mengingat hal ini dikaitkan dengan mutu

kerja, maka dinamakan budaya kerja.

Dalam hal ini, budaya kerja melihat sikap pekerja terhadap

nilai-nilai dan lingkunganya. Lalu, sikap tersebut melahirkan makna dan

pandangan hidup yang akan mempengaruhi tingkah laku karyawan dan

manajemen dalam bekerja. Budaya kerja yang dianut oleh pimpinan

perusahaan dan diimplementasikan oleh karyawan menjadi perilaku

karyawan yang kemudian menentukan arah keberhasilan suatu perusahaan

dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Semua bentuk aktualisasi budaya

kerja bermakna komitmen. Ada suatu tindakan, dedikasi dan kesetiaan

seseorang pada janji yang telah dinyatakanya untuk memenuhi tujuan

organisasi dan individunya.

Menurut Sutrisno (2011:296), komitmen merupakan sikap loyalitas

pekerja terhadap organisasinya dan juga merupakan suatu proses

mengekspresikan perhatian dan partisipasinya terhadap organisasi.

Komitmen karyawan memilki dua komponen yaitu sikap dan kehendak

untuk bertingkah laku. Sikap mencakup identifikasi dengan organisasi

yaitu penerimaan tujuan organisasi, di mana penerimaan ini merupakan

(16)

menyetujui kebijaksanaan organisasi, kesamaan nilai pribadi dan

nilai-nilai organisasi, rasa kebanggan menjadi bagian dari organisasi. Komitmen

mempengaruhi kinerja melalui bagaimana perusahaan meningkatkan taraf

kesejahteraan karyawannya, perasaaan bahwa perusahaan merupakan

pilihan terbaik dan bahwa keputusan untuk bekerja di perusahaan

merupakan keputusan terbaik karyawan.

Karyawan yang dapat memahami pentingnya meningkatkan kinerja

perusahaan akan memiliki komitmen yang tinggi pada perusahaan, hal ini

merupakan perwujudan loyalitas pada perusahaan sehingga dengan

komitmen tersebut karyawan akan berusaha meningkatkan kinerjanya agar

kelangsungan hidup perusahaan semakin baik.

PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan Belawan

merupakan BUMN yang dijadikan sebagai objek vital nasional. Dalam hal

ini, pada Sektor Pembangkitan Medan Belawan, PT. PLN mampu

menghasilkan produksi listrik yang dapat menjangkau Sumatera Bagian

Utara. Dengan demikian, bagian operasi pada sektor ini memiliki peran

yang sangat penting dalam menghasilkan dan menjaga stabilitas pasokan

listrik. Fungsi dari sektor ini juga berbeda dengan cabang unit PT. PLN

lainnya karena tidak melayani pembayaran rekening listrik dan bersifat

tertutup dari masyarakat umum. Sebagai satu-satunya perusahaan penyedia

dan penyalur listrik di Indonesia, PT. PLN terus berbenah dan memiliki

(17)

Dalam mewujudkanya, PT. PLN memerlukan kekuatan internal

yang dapat menjadi dasar dari tujuan perusahaan ini yakni Sumber Daya

Manusia. PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan Belawan sangat

memerlukan karyawan yang memilki pengetahuan dan integritas tinggi

karena tingkat aktivitas perusahaan cukup tinggi.

Budaya Kerja pada PT. PLN memilki panduan tata nilai yaitu

Saling Percaya, Integritas, Peduli, dan Pembelajar (SIPP). Selain itu, PT.

PLN juga memiliki panduan bagi karyawan dalam bekerja yang disebut

dengan Dimensi Karakter Potensi Insani. Dimensi ini terdiri dari etos

kerja, wawasan etikal, wawasan aspiratif, rasa kompeten dan motivasi

kerja.

PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan Belawan

menerapkan sistem pencapaian kinerja yang disebut dengan Key

Performance Indikator (KPI). Secara umum, sistem ini terbagi menjadi

tiga bagian yaitu :

1. Employ Engagement Survey (EES)

2. Coaching Mentoring Counseling (CMC)

3. Knowledge Management

Employ Engagement Survey (EES) merupakan metode pencapaian

kinerja karyawan berdasarkan survey budaya. Coaching Mentoring

Counseling (CMC) merupakan metode pencapaian kinerja dengan

memberikan pelatihan dan pengembangan karyawan sesuai dengan standar

(18)

pencapaian kinerja dengan berbagi pengetahuan dan wawasan diantara

karyawan melalui forum-forum resmi. Metode ini diimplementasikan

dengan kegiatan yang disebut dengan Knowledge Sharing Internal.

Kegiatan ini merupakan bentuk dari salah satu poin budaya kerja PT. PLN

(Persero) Sektor Pembangkitan Medan Belawan yaitu “PEMBELAJAR”

dan bersifat terbuka bagi setiap karyawan. Manajemen perusahaan juga

mendukung penuh kegiatan ini dengan memberikan reward berupa poin

tambahan pada karyawan sehingga dapat medukung kenaikan jenjang

karir. Namun, manajemen perusahaan tidak memberikan sanksi kepada

karyawan yang tidak mengikuti kegiatan ini. Topik pembahasan berasal

dari pengajuan karyawan ke tim Knowledge Management, dibahas, dan

direkomendasikan ke forum Knowledge Sharing Internal. Dari hasil pra

survey yang dilakukan kepada beberapa karyawan PT. PLN (Persero)

Sektor Pembangkitan Medan Belawan dapat diketahui bahwa karyawan

masih kurang berpartisipasi dalam kegiatan Knowledge Sharing Internal.

Hal ini merupakan sebuah fenomena dimana kegiatan ini sangat

mendukung kepada kinerja karyawan dan sebagai masukan kepada

perusahaan dari hasil pembahasan pada kegiatan ini. Karyawan juga

kurang bersemangat dalam melaksankan pekerjaan dan cenderung lebih

menunggu arahan dari pimpinan. Dengan demikian, terlihat bahwa

fenomena dari nilai-nilai budaya kerja perusahaan sehingga akan

(19)

PT. PLN (PERSERO) Sektor Pembangkitan Medan Belawan

membutuhkan karyawan yang memiliki loyalitas tinggi agar menjaga

kestabilan dan kesinambungan perusahaan. Untuk melihat tingkat

komitmen karyawan, perusahaan dapat mengetahui dari absensi karyawan

sebagai bentuk pengawasan dan pengendalian. Pada Tabel 1.1 dapat

dilihat rekapitulasi absensi karyawan pada Bagian Operasi PT. PLN

(Persero) Sektor Pembangkitan Medan Belawan :

Tabel 1.1

Rekapitulasi Absensi Karyawan Pada Bagian Operasi PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan Belawan Sumatera Utara

Bulan Jumlah

Sumber : Bagian Kepegawaian, 2013, diolah

Tabel 1.1 menunjukkan rata-rata tingkat absensi karyawan pada

Bagian Operasi PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan Belawan

periode januari-maret 2013 sebesar 38 orang atau bila dipresentasikan

menjadi 3,8% pertriwulan, dan bila dilihat secara perbulan, rata-rata

karyawan tidak hadir ke perusahaan sebanyak 12,66 atau 13 orang dari

151 orang karyawan. Hal ini menunjukkan tingkat kehadiran karyawan

PT. PLN cukup baik. Namun, dapat diketahui bahwa ada kecendrungan

(20)

Dengan demikian, terlihat bahwa komitmen karyawan masih kurang

kepada perusahaan sehingga berdampak kepada kinerja karyawan.

Fenomena budaya kerja dan komitmen yang terjadi tentu akan

berdampak kepada kinerja karyawan. Pada Tabel 1.1 dapat dilihat

penilaian pencapaian kinerja berdasarkan sistem Employ Engagement

Survey (EES) pada PT. PLN Sektor Pembangkitan Medan Belawan :

Tabel 1.2 Hasil Penilaian Pencapaian kinerja PT. PLN Sektor Pembangkitan

Medan Belawan, Sumatera Utara pada Triwulan III tahun 2012

(21)

8 Job Satisfaction Sumber : Bagian Kepegawaian PT. PLN, 2012, diolah

Dari tabel 1.2 terlihat hasil pencapaian kinerja berdasarkan sistem

Employ Engagement System (EES) PT. PLN Pembangkitan Sektor Medan

Belawan pada triwulan III tahun 2012 bila dipresentasikan secara rata-rata

mencapai angka 86% dari 15 dimensi kriteria penilaian. Terdapat empat

kriteria sebagai landasan penilaian, yaitu Optimal (100%), Baik

(85%-99%), Cukup Baik (70%-84%), Kurang Baik (55-69%), dan Buruk

(<55%). Namun, apabila dilihat secara keseluruhan, masih terdapat

(22)

Dalam hal ini, Budaya kerja dan komitmen karyawan akan sangat

berpengaruh pada usaha pencapaian tujuan organisasi dalam peningkatan

kinerja karyawan. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian skripsi dengan judul “Pengaruh Budaya Kerja dan

Komitmen Karyawan terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. PLN (PERSERO) Sektor Pembangkitan Medan Belawan, Sumatera Utara”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan paparan di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang

akan diteliti adalah “Apakah Budaya Kerja dan Komitmen Karyawan Berpengaruh Positif dan Signifikan Terhadap kinerja Karyawan Pada Bagian Operasi PT. PLN (PERSERO) Sektor Pembangkitan Medan Belawan, Sumatera Utara?”.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

menganalisa pengaruh budaya kerja dan komitmen karyawan terhadap

kinerja karyawan pada bagian operasi PT. PLN (Persero) Sektor

Pembangkitan Medan Belawan, Sumatera utara.

1.4. Manfaat Penelitian

a. Bagi Penulis

Menambah Pemahaman penulis tentang budaya kerja dan komitmen

(23)

b. Bagi Perusahaan

Menjadi masukan informasi bagi perusahaan dan diharapkan agar

perusahaan dapat mengetahui manfaat budaya kerja dan komitmen

karawan terhadap kinerja karyawan mereka.

c. Bagi Peneliti lain

Memberikan sumbangan pemikiran atau referensi bagi para peneliti

lain yang tertarik meneliti mengenai sumber daya manusia, yang

diharapkan dapat memberikan perbandingan dan memperkaya kajian

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uraian Teoritis

2.1.1. Pengertian Budaya Kerja

Menurut Robbins (2008:256) budaya organisasi merupakan sebuah sistem

makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan suatu organisasi

dari organisasi-organisasi lainya. Ada tujuh karakteristik utama budaya organisasi

menurut penelitan Robbins (2008:256), yaitu :

1. Inovasi dan keberanian mengambil resiko. Sejauh mana karyawan didorong

untuk bersikap inovatif dan berani mengambil resiko.

2. Perhatian pada hal-hal rinci. sejauh mana karyawan diharapkan menjalankan

presisi, analis, dan perhatian pada hal-hal detail.

3. Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen berfokus lebih kepada hasil

ketimbang pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil

tersebut.

4. Orientasi orang. Sejuah mana keputusan-keputusan manajemen

mempertimbangkan efek dari hasil tersebut atas orang yang ada dalam

organisasi.

5. Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja diorganisasi pada tim

ketimbang pada individu-individu.

6. Keagresifan. Sejuah mana orang bersikap agresif dan kompetitif ketimbang

(25)

7. Stabilitas. Sejauh mana kegiatan-kegiatan organisasi menekankan

dipertahankanya status quo dalam perbandinganya dengan pertumbuhan.

Menurut Triguno (2004:1) budaya kerja sudah lama dikenal manusia,

namun belum disadari bahwa suatu keberhasilan kerja berakar pada nilai-nilai

yang dimiliki dan perilaku yang menjadi kebiasaan. Nilai-nilai tersebut bermula

dari adat istiadat, agama, norma dan kaidah yang menjadi keyakinan pada diri

pelaku pekerja atau organisasi. Nilai-nilai yang menjadi kebiasaan tersebut

menjadi budaya atau mengingat hal ini dikaitkan dengan mutu kerja, maka

dinamakan budaya kerja. Menurut Robbins (2003:10) budaya kerja mendorong

sikap kejujuran, ketekunan, kreatifitas, dan kedisplinan.

1. Kejujuran

Karyawan memiliki sifat yang berpihak pada kebenaran dan sikap moral yang

terpuji dalam melakukan tugas sehari-hari

2. Ketekunan

Sikap teliti, rajin dan tepat waktu dalam mengerjakan tugas sehari-hari secara

konsisten sesuai dengan komitmen yang telah disepakati. Tidak merasa

terpaksa dalam melaksanakan pekerjaan, mau untuk diarahkan oleh pimpinan,

dan mengikuti setiap peraturan yang telah ditentukan.

3. Kreatifitas

Sikap menghadirkan solusi tepat untuk mengatasi masalah dalam pelaksanaan

tugas dan adanya kemauan untuk menciptakan ide-ide baru dalam pekerjaan.

4. Kedisplinan

Bekerja dengan sungguh-sungguh dimana karyawan tidak menentang

(26)

koordinasi yang baik, tidak menunda pekerjaan sehingga pekerjaan dapat

diselesaikan pada waktunya. Menyelesaikan semua pekerjaan dengan baik

serta mampu mempertanggungjawabkan pekerjaanya.

2.1.1.1 Karakteristik Budaya Organisasi

Menurut Luthans (2006:280), budaya organisasi mempunyai beberapa

karakteristik penting diantaranya adalah:

1. Aturan perilaku yang diamati. Ketika anggota organisasi berinteraksi satu

sama lain, mereka menggunakan bahasa, istilah, dan ritual umum yang

berkaitan dengan rasa hormat dan cara berperilaku.

2. Norma. Ada standar perilaku, mencakup pedoman mengenai seberapa banyak

pekerjaan yang dilakukan, yang dalam banyak perusahaan menjadi “jangan melakukan terlalu banyak; jangan terlalu sedikit”.

3. Nilai dominan. Orang mendukung dan berharap peserta membagi-bagikan

nilai utama.

4. Filosopis. Terdapat kebijakan yang membentuk kepercayaan organisasi

mengenai bagaimana karyawan dan pelanggan diberlakukan.

5. Aturan. Terdapat pedoman ketat berkaitan dengan pencapaian perusahaan.

6. Iklim Organisasi. Ini merupakan keseluruhan “perasaan” yang disampaikan dengan pengaturan yang bersifat fisik, cara peserta berinteraksi, dan cara

(27)

2.1.1.2. Pembentukan Budaya Organisasi

Menurut Kreitner dan Kinicki ( 2003:127) Budaya kerja yang terbentuk

secara positif akan bermanfaat karena setiap anggota dalam suatu organisasi

membutuhkan sumbang saran, pendapat bahkan kritik yang bersifat membangun

dari ruang lingkup pekerjaaannya demi kemajuan di lembaga pendidikan tersebut,

namun budaya kerja akan berakibat buruk jika pegawai dalam suatu organisasi

mengeluarkan pendapat yang berbeda hal itu dikarenakan adanya perbedaan

setiap individu dalam mengeluarkan pendapat, tenaga dan pikirannya, karena

setiap individu mempunyai kemampuan dan keahliannya sesuai bidangnya

masing-masing. Menurut Atmosoeprapto (2000:71) budaya perusahaan memilki

unsur-unsur pembentuk, yaitu:

A. Lingkungan Usaha

Lingkungan dimana perusahaan itu beroperasi akan menentukan apa yang

harus dikerjakan oleh perusahaan tersebut untuk mencapai keberhasilan.

B. Nilai-nilai (Value)

Merupakan konsep dasar dan konsep keyakinan dari suatu organisasi

C. Panutan/Keteladanan

Orang-orang yang menjadi panutan atau teladan karyawan lainnya karena

keberhasilannya.

D. Upacarara-upacara

Acara-acara rutin yang diselenggarakan oleh perusahaan dalam rangka

memberikan penghargaan kepada karyawannya.

E. Network

Jaringan Komunikasi informal di dalam perusahaan yang dapt menjadi sarana

(28)

2.1.1.3. Fungsi Budaya Organisasi

Fungsi utama budaya organisasi menurut Tika (2006:12) adalah sebagai

berikut:

A. Sebagai batas pembeda terhadap lingkungan, organisasi maupun kelompok

lain. Batas pembeda ini karena adanya identitas tertentu yang dimiliki oleh

suatu organisasi atau kelompok yang tidak dimilki organisasi atau kelompok

lain.

B. Sebagai perekat bagi karyawan dalam suatu organisasi. Hal ini merupakan

bagian dari komitmen kolektif dari karyawan. Mereka bangga sebagai seorang

pegawai/karyawan suatu organisasi/perusahaan. Para karyawan mempunyai

rasa memilki, partisipasi, dan rasa tanggung jawab atas kemajuan

perusahaanya.

C. Mempromosikan stabilitas sistem sosial. Hal ini tergambarkan di mana

lingkungan kerja dirasakan positif, mendukung dan konflik serta perubahan

diatur secara efektif.

D. Sebagai mekanisme kontrol dalam memandu dan membentuk sikap serta

perilaku karyawan. Dengan dilebarkanya mekanisme kontrol, didatarkannya

struktur, diperkenalkannya tim-tim dan diberi kuasanya karyawan oleh

organisasi, makna bersama yang diberikan oleh suatu budaya yang kuat

memastikan bahwa semua orang diarahakan kearah yang sama.

E. Sebagai integrator. Budaya organisasi dapat dijadikan sebagai integrator

karena adanya sub-sub budaya baru. Kondisi seperti ini biasanya dialami oleh

adanya perusahaan-perusahaan besar di mana setiap unit terdapat sub budaya

(29)

yang terdiri dari sekumpulan individu yang memilki latar belakang budaya

yang berbeda.

F. Membentuk perilaku bagi para karyawan. Fungsi seperti ini dimaksudkan agar

para karyawan dapat memahami bagaimana mencapai tujuan organisasi.

G. Sebagai sarana untuk menyelesaikan masalah-masalah pokok organisasi.

Masalah utama yang sering dihadapi organisasi adalah masalah adaptasi

terhadap lingkungan eksternal dan masalah integrasi internal. Budaya

organisasi diharapkan dapat berfungsi mengatasi masalah-masalah tersebut.

H. Sebagai acuan dalam menyusun perencanaan perusahaan. Fungsi budaya

organisasi/perusahaan adalah sebagai acuan untuk menyusun perencanaan

pemasaran, segmentasi pasar, penentuan positioning yang akan dikuasai

perusahaan tersebut.

I. Sebagai alat komunikasi. Budaya organisasi dapat berfungsi sebagai alat

komunikasi antara atasan dan bawahan atau sebaliknya, serta anggota

organisasi. Budaya sebagai alat komunikasi tercermin pada aspek-aspek

komunikasi yang mencakup kata-kata, segala sesuatu yang bersifat material

dan perilaku. Kata-kata mencerminkan kegiatan dan politik organisasi.

Material merupakan indikator dari status dan kekuasaan, sedangkan perilaku

merupakan tindakan-tindakan realistis yang pada dasarnya dapat dirasakan

oleh semua insan yang ada dalam organisasi.

J. Sebagai penghambat berinovasi. Budaya organisasi dapat juga penghambat

dalam berinovasi. Hal ini terjadi apabila budaya organisasi tidak mampu

(30)

integrasi internal. Perubahan-perubahan terhadap lingkungan tidak cepat

dilakukan adaptasi oleh pimpinan organisasi. Demikian pula pimpinan

organisasi masih berorientasi pada kebesaran masa lalu.

2.1.1.2. Pemahaman Karyawan Akan Budaya Organisasi

Menurut Robbins (2008:274) budaya ditransmisikan ke karyawan

melalui berbagai bentuk, dan bentuk yang paling mungkin adalah penceritaan

kisah, simbol-simbol material dan bahasa.

1. Penceritaan kisah

Kisah-kisah tersebut biasanya mengandung narasi mengenai tentang para

pendiri organisasi, pelanggaran terhadap aturan, kesuksesan dari tidak mampu

menjadi kaya raya, pengurangan tenaga kerja, pemindahan karyawan, reaksi

terhadap kesalahan masa silam, dan penanganan organisasi. Kisah-kisah ini

melabuhkan masa kini ke masa silam serta memberikan penjelasan dan

legitimasi atas praktik-praktik yang berjalan saat ini.

2. Ritual

Ritual adalah serangkaian aktivitas berulang yang mengungkapkan dan

memperkuat nilai-nilai dasar organisasi, sasaran apa yang terpenting, orang

mana yang penting, dan orang mana yang bisa dikeluarkan.

3. Simbol-simbol materi

Penataan kantor pusat perusahaan, jenis mobil yang diberikan kepada

eksekutif puncak dan ada atau tidaknya pesawat perusahaan merupakan

beberapa contoh simbol material. Simbol-simbol material ini menyampaikan

(31)

oleh manajemen puncak, dan jenis perilaku (misalnya, berani mengambil

resiko, koonservatif, otoriter, partisipatif, individualistis, sosial) yang tepat.

4. Bahasa

Banyak organisasi dan unit dalam suatu organisasi menggunakan bahasa

sebagai sarana untuk mengidentifikasi anggota dari sebuah kultur atau

subkultur. Dengan mempelajari bahasa ini, para anggota menegaskan

penerimaan mereka terhadap kultur dan, dengan demikian, membantu

melestarikannya. Dari waktu ke waktu, organisasi terus mengembangkan

istilah-istilah khas untuk menggambarkan perlengkapan, kantor, personalia

kunci, pemasok, pelanggan, atau produk yang terkait dengan bisnisnya.

Karyawan baru sering kerepotan dengan berbagai akronim dan jargon yang

setelah enam bulan bekerja sepenuhnya menjadi bagian dari bahasa mereka.

Begitulah terasimilasi, istilah-istilah ini menjadi denominator umum/bersama

yang menyatukan para anggota sebuah kultur atau subkultur tertentu.

2.1.2. Pengertian Komitmen

Menurut Griffin (2004:15) komitmen organisasi adalah sikap yang

mencerminkan sejauh mana seorang individu mengenal dan terikat pada organisasinya.

Karyawan-karyawan yang merasa lebih berkomitmen pada organisasi memiliki

kebiasaan-kebiasaan yang bisa diandalkan, berencana untuk tinggal lebih lama di dalam

organisasi, dan mencurahkan lebih banyak upaya dalam bekerja. Menurut Robbins

(2008:99) komitmen karyawan terhadap organisasi-organisasi yaitu sampai tingkat mana

seorang pegawai memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta

(32)

menentukan berhasil tidaknya tujuan yang hendak dicapai oleh suatu organisasi atau

perusahaan. Untuk mendapatkan hasil kinerja yang diinginkan suatu perusahaan atau

organisasi harus mengetahui motif dan tujuan serta keanekaragaman dari perilaku dan

komitmen karyawannya. Menurut Sunarto (2005:25), komitmen adalah kecintaan

dan kesetiaan, terdiri dari penyatuan dengan tujuan dan nilai-nilai perusahaan,

keinginan untuk tetap berada dalam organisasi, kesediaan untuk bekerja keras atas

nama organisasi.

Menurut Luthans (2006:249) komitmen paling sering didefenisikan yaitu

(1) keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu; (2) keinginan

untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi; (3) keyakinan tertentu, dan

penerimaan nilai dan tujuan organisasi. Dengan kata lain, ini merupakan sikap

yang merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi dan proses berkelanjutan

dimana anggota organisasi mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi dan

keberhasilan serta kemajuan yang berkelanjutan.

2.1.2.1. Jenis Komitmen Karyawan

Jenis - jenis komitmen menurut Robbins (2008:101) adalah:

1. Komitmen afektif yaitu perasaan emosional untuk organisasi dan keyakinan

dalam nilai-nilainya.

2. Komitmen berkelanjutan yaitu nilai ekonomi yang dirasa dari bertahan dengan

sebuah organisasi bila dibandingkan dengan meninggalkan organisasi tersebut.

3. Komitmen normatif yaitu komitmen untuk bertahan dengan organisasi untuk

(33)

2.1.2.2. Motif yang Mendasari Komitmen Karyawan

Menurut Munandar (2004:79) ada dua motif yang mendasari seseorang

untuk berkomitmen pada organisasi atau unit kerjanya antara lain:

1. Side-best orientation

Hal ini memfokuskan pada akumulasi dari kerugian yang dialami atas segala

sesuatu yang telah diberikan oleh individu kepada organisasi apabila

meninggalkan organisasi tersebut. Dasar pemikiran ini adalah bahwa

meninggalkan organisasi akan merugikan karena takut kehilangan hasil kerja

kerasnya yang tidak bisa diperoleh dari tempat lain.

2. Goal-congruance orientation

Hal ini memfokuskan pada tingkat kesesuaian antara tujuan personal individu

dan organisasi sebagai hal yang menentukan komitmen pada organisasi.

Pendekatan ini menyatakan bahwa komitmen karyawan pada organisasi

dengan goal-congruance orientation akan menghasilkan karyawan yang

memiliki penerimaan atas tujuan dan nilai-nilai organisasi, keinginan untuk

membantu organisasi, keinginan untuk membantu organisasi dalam mencapai

tujuan, serta hasrat untuk tetap menjadi anggota organisasi.

2.1.3. Pengertian Kinerja Karyawan

Menurut Sutrisno (2011:67) kinerja karyawan adalah hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan

tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Mathis

(2002:78) juga berpendapat bahwa kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi

(34)

kuantitas output, kualitas output, jangka waktu output, kehadiran ditempat kerja,

dan sikap kooperatif.

2.1.3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan

Menurut Mangkunegara (2011:67) faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja adalah:

1. Faktor Kemampuan

Secara psikologis, kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan

potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya, pegawai

yang memiliki IQ diatas rata-rata (IQ 110 – 120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan

sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh

karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan

keahlianya (the right man in the right place, the right man on the right job)

2. Faktor motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap (attiude) seorang pegawai dalam menghadapi

situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri

pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja).

Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri pegawai untuk

berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal. Sikap mental seorang

pegawai harus sikap mental yang siap secara psikofisik (siap secara mental,

fisik, tujuan, dan situasi).

Artinya, seorang pegawai harus siap mental, mampu secara fisik,

memahami tujuan utama dan target kerja yang akan dicapai, mampu

(35)

Menurut Mathis (2002:78) kinerja pegawai mempengaruhi seberapa

banyak mereka memberikan kontribusi kepada organisasi yang antara lain

termasuk:

1. Kuantitas kerja : Volume kerja yang dihasilkan di atas kondisi normal.

2. Kualitas kerja : kerapian, ketelitian, dan keterkaitan hasil dengan

tidak mengabaikan volume pekerjaan

3. Pemanfaatan waktu : Penggunaan masa kerja yang disesuaikan dengan

kebijaksanaan perusahaan

4. Kerjasama : kemampuan mengenai hubungan dalam pekerjaan

2.1.3.2 Kriteria kinerja Karyawan

Menurut Mondy (2008:260) kriteria penilaian yang paling umum dalam

kinerja adalah sebagai berikut:

1. Sifat

Sifat-sifat karyawan tertentu seperti sikap, penampilan, dan inisiatif adalah

dasar untuk beberapa evaluasi. Namun, banyak dari kualitas yang umum

digunakan tersebut bersifat subjektif dan bisa jadi tidak terhubungan dengan

pekerjaan atau sulit untuk didefinisikan.

2. Perilaku

Ketika hasil tugas seseorang sulit ditentukan, organisasi bisa mengevaluasi

perilaku atau kompetensi orang tersebut yang berhubungan dengan tugas.

Perilaku-perilaku yang diinginkan bisa cocok sebagai kriteria evaluasi karena

jika perilaku-perilaku tersebut diberi pengakuan dalam imbalan, para

(36)

mewujudkan hasil yang diinginkan, ada manfaatnya menggunakan

perilaku-perilaku tersebut dalam evaluasi.

3. Kompetensi

Kompetensi meliputi sekumpulan luas pengetahuan, keterampilan, sifat, dan

perilaku yang bisa bersifat teknis, berkaitan dengan keterampilan antar

pribadi, atau berorientasi bisnis.

4. Pencapaian tujuan

Jika organisasi-organisai menganggap hasil akhir lebih penting daripada cara,

hasil-hasil pencapaian tujuan menjadi faktor yang tepat untuk dievaluasi.

Hasil-hasil yang dicapai harus berada dalam kendali individu atau tim dan

haruslah hasil-hasil yang mengarah kepada kesuksesan perusahaan. Pada

level-level atas, tujuan bisa berkenaan dengan aspek finansial perusahaan

seperti profit atau arus kas, serta pertimbangan-pertimbangan pasar seperti

pangsa pasar atau posisi dalam pasar. Pada level keorganisasian yang lebih

rendah, hasil-hasil bisa berupa pemenuhan persyaratan kualitas pelanggan dan

penyampaian yang sesuai dengan jadwal yang dijanjikan. Untuk menunjang

proses tersebut, manajer perlu memberikan contoh-contoh spesifik mengenai

cara karyawan dapat meningkatkan perkembangan dan mencapai tujuan.

5. Potensi Perbaikan

Ketika organisasi-organisasi mengevaluasi kinerja para karyawan, banyak

kriteria yang digunakan berfokus pada masa lalu. Perusahaan-perusahaan

harus berfokus pada masa depan, memasukkan perilaku-perilaku dan

hasil-hasil yang diperlukan untuk mengembangkan karyawan, dan dalam proses

(37)

proses evaluasi membantu memastikan perencanaan dan pengembangan karir

yang lebih efektif.

2.2. Penelitian Terdahulu

Nursyahfitri (2010) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh

Budaya Kerja Karyawan dan Komitmen Karyawan Terhadap Kinerja Karyawan

Pada Karyawan Divisi Produksi PT. Marumitsu Indonesia”. Pengujian data

dilakukan dengan kuesioner yang dianalisis dengan menggunakan analisis statistik

seperti: uji validitas dan reliabilitas, uji asumsi klasik dan analisis regresi linear

berganda dengan bantuan SPSS versi 16,0 for windows. Hasil dari penelitian

tersebut adalah bahwa budaya kerja (X1) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja karyawan (Y), begitu juga komitmen karyawan (X2) berpengaruh

positif dan signifikan terhadap (Y) pada divisi produksi PT. Marumitsu Indonesia.

Nilai R square menjelasakan bahwa sebesar 0,275 yang berarti sebanyak 27,5%

variasi atau perubahan dalam kinerja karyawan bisa dijelaskan oleh perubahan

atau variasi dari budaya kerja karyawan, sedangkan sebanyak 72.5% dijelaskan

oleh faktor lain.

Penelitian Amalia (2012) berjudul “Pengaruh Budaya Kerja karyawan dan Komitmen Karyawan terhadap Kinerja karyawan Pada PT. Bank Sumut

Cabang Utama Medan”. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh

kesimpulan bahwa variabel budaya kerja dan komitmen karyawan berpengaruh

positif terhadap kinerja karyawan. Pengujian data dilakukan dengan kuesioner

yang dianalisis dengan menggunakan analisis statistik seperti: uji validitas dan

(38)

15.0 for windows. Nilai R square diperoleh sebesar 0.389, yang memilki arti

bahwa variabel kinerja karyawan dipengaruhi variabel budaya kerja dan

komitmen karyawan sebesar 38.9% dan sisanya 61.1% dipengaruhi oleh variabel

lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

2.3. Kerangka Konseptual

Menurut Sugiono (2006:49) kerangka konseptual dan kerangka berpikir

merupakan gambaran tentang hubungan antara variabel yang diteliti, yang

tersusun dari teori yang telah dideskripsikan.

Menurut Robbins (2008:256) budaya kerja merupakan sebuah sistem

makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan suatu organisasi

dari organisasi-organisasi lainya. Dimensi budaya kerja dalam penelitian ini

adalah inovasi, ketekunan, keagresifan, dan orientasi tim.

Menurut Robbins (2008:99) komitmen karyawan terhadap organisasi

yaitu sampai tingkat mana seorang pegawai memihak pada suatu organisasi

tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam

organisasi tertentu. Dimensi dari komitmen karyawan adalah komitmen afektif, komitmen berkelanjutan, komitmen normatif.

Menurut Mathis (2002:78) kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi

seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi yang antara lain;

kuantitas output, kualitas output, jangka waktu output, kehadiran ditempat kerja,

dan sikap kooperatif. Budaya perusahaan tidak bisa dipisahkan dengan kinerja

(performance) Sumber Daya Manusia (SDM); makin kuat budaya perusahaan,

(39)

keseluruhan nilai-nilai organisasi akan menjadikan nilai-nilai tersebut sebagai

suatu kepribadianorganisasi.

Budaya kerja dan komitmen karyawan sangat penting bagi suatu

perusahaan sehingga perlu diatur dan diperhatikan keberadaannya sehingga dapat

didayagunakan dengan optimal dan pada akhirnya karyawan akan memiliki

komitmen yang tinggi terhadap perusahaan. Komitmen dipandang penting dalam

suatu organisasi, karena dengan komitmen yang tinggi seorang karyawan akan

bersikap profesional dan menjunjung tinggi nilai-nilai yang telah disepakati

bersama dalam organisasi, fokusnya adalah nilai-nilai dan sikap (attitude) yang

dimiliki oleh karyawan. Pemahaman nilai-nilai budaya kerja yang baik serta

memiliki komitmen yang tinggi dari karyawan akan meningkatkan kinerja

karyawan tersebut sehingga memberikan keuntungan bagi perusahaan.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diperoleh gambaran mengenai

keterkaitan budaya kerja, komitmen karyawan dengan kinerja karyawan.

Sumber :Robbins (2003:10), Robbins (2008:99), Mathis (2002:78)

Gambar 2.2 Kerangka konseptual

Berdasarkan gambar 2.2 terlihat bahwa budaya kerja berpengaruh kepada

kinerja karyawan dan komitmen karyawan juga berpengaruh kepada kinerja

karyawan.

Budaya Kerja (X1)

Kinerja karyawan (Y)

(40)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan maka hipotesis

penelitian ini adalah : “Budaya Kerja dan Komitmen Karyawan Berpengaruh

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian menurut tingkat eksplanasi, dimana

penelitian ini dapat dikaji menurut tingkatannya yang didasarkan pada tujuan

objek-objeknya. Pada tingkat eksplanasi, penelitian termasuk ke dalam penelitian

asosiatif yaitu penelitian yang menghubungkan dua variabel atau lebih untuk

melihat pengaruh antar variabel yang terumus pada hipotesis penelitian, yaitu

variabel budaya kerja dan komitmen karyawan berpengaruh terhadap variabel

kinerja karyawan.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat dalam penelitian ini dilakukan pada PT. PLN (PERSERO)

Sektor Pembangkitan Medan Belawan, Sumatera Utara, sedangkan waktu

penelitian dilakukan dari bulan Maret 2013 sampai dengan April 2013.

3.3. Batasan Operasional

Batasan operasional bertujuan untuk menghindari kesimpangsiuran

dalam penelitian. Penelitian yang dilakukan peneliti hanya membahas mengenai

budaya kerja dan komitmen karyawan dan pengaruhnya terhadap kinerja

karyawan pada PT. PLN (PERSERO) Sektor Pembangkitan Medan Belawan.

3.4. Definisi Operasional Variabel

(42)

1. Variabel X

a. Budaya kerja (X1)

Merupakan sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para

anggota yang membedakan suatu organisasi dari

organisasi-organisasi lainya. komponen dari budaya kerja adalah sebagai

berikut :

1) Inovasi

Sejauh mana karyawan didorong untuk bersikap inovatif

sehingga melahirkan ide-ide baru kreatif dalam bidang

pekerjaanya.

2) Ketekunan

Sikap teliti, rajin dan tepat waktu dalam mengerjakan tugas

sehari-hari secara konsisten sesuai dengan komitmen yang

telah disepakati.

3) Keagresifan

Sejuah mana karyawan bersikap agresif dan kompetitif

ketimbang santai.

4) Orientasi tim

Sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja diorganisasi pada tim

ketimbang pada individu-individu.

b. Komitmen karyawan (X2)

Sampai tingkat mana seorang pegawai memihak pada suatu

organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara

(43)

Komponen dari komitmen dapat berupa : 1) Komitmen Afektif

Perasaan emosional untuk organisasi dan keyakinan dalam

nilai-nilainya.

2) Komitmen Berkelanjutan

Nilai ekonomi yang dirasa dari bertahan dengan sebuah

organisasi bila dibandingkan dengan meninggalkan

organisasi tersebut.

3) Komitmen Normatif

Komitmen untuk bertahan dengan organisasi untuk

alasan-alasan moral atau etis.

2. Variabel Y

a. Kinerja Karyawan (Y)

Merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai

oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai

dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kontribusi

kinerja karyawan dapat berupa kuantitas kerja, Kualitas kerja, dan

pemanfaatan waktu.

Secara keseluruhan operasionalisasi variabel yang akan diteliti dalam

(44)

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Defenisi variabel Dimensi Indikator Skala

(45)

Kinerja

Sumber : Robbins (2008:256), Robbins (2008:99), Mathis (2002:78)

3.5. Skala Pengukuran Variabel

Pengukuran masing-masing variabel dalam penelitian adalah dengan

menggunakan Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok tentang fenomena sosial.

Penelitian ini menggunakan lima tingkatan Skala Likert, yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.2

Instrumen Skala Likert

No. Alternatif Jawaban Skor

(46)

3.6. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Menurut Noor (2011:147) populasi digunakan untuk menyebutkan

seluruh elemen/anggota dari suatu wilayah yang menjadi sasaran

penelitian atau merupakan keseluruhan dari objek penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan tetap pada bagian

operasi PT. PLN (PERSERO) Sektor Pembangkitan Medan Belawan

yang berjumlah 151 orang, yang dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 3.3 Karyawan pada bagian operasi PT. PLN (PERSERO) Sektor

pembangkitan Medan Belawan, Sumatera Utara

No. Bidang Jumlah

1 Seksi PLTU 66 orang

2 Seksi PLTGU 68 orang

3 Seksi Pengusahaan Pembangkit 17 orang

Jumlah 151 orang

Sumber : Bagian Kepegawaian PT. PLN Sektor pembangkitan Medan Belawan, Sumatera Utara tahun 2013

Tabel 3.3 menunjukkan jumlah populasi karyawan pada bagian

operasi sebanyak 151 orang dari tiga bidang pekerjaan. Karyawan

pada seksi PLTU sebanyak 66 orang, seksi PLTGU sebanyak 68

orang, dan seksi pengusahaan pembangkit sebanyak 17 orang.

Mayoritas jumlah populasi dalam penelitian ini berada pada seksi

(47)

b. Sampel

Menurut Noor (2011:148) sampel adalah proses memilih sejumlah

elemen secukupnya dari populasi, sehingga penelitian terhadap

sampel dan pemahaman tentang sifat atau karakteristiknya akan

membuat kita dapat menggeneralisasikan sifat atau karakteristik

tersebut pada elemen populasi.Oleh karena populasi sudah diketahui

jumlahnya, maka untuk menentukan jumlah sampel yang akan

diteliti rumus Slovin dalam Noor (2011:158), yaitu:

Dimana: n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

E = Taraf Kesalahan = 10%

Maka jumlah sampel yang diperoleh adalah:

Melalui perhitungan rumus Slovin maka dapat didapatkan jumlah

sebesar 60,15. Dengan demikian, angka tersebut dibulatkan sehingga

diperoleh jumlah sampel sebanyak 61 orang karyawan.

Peneliti menggunakan metode Proportionate Random Sampling

dalam menentukan sampel. Menurut Noor (2001:152) penentuan sampel

pada teknik ini memerhatikan kelompok yang ada dalam populasi. Teknik

ini umumnya digunakan pada populasi heterogen (tidak sejenis) yang

(48)

untuk memperoleh besaran sampel pada masing-masing kelompok. Rumus

yang dipakai adalah sebagai berikut :

=

Contoh: Sampel bagian Seksi PLTU :

= 27

Berikut data distribusi sampel karyawan pada bagian operasi PT. PLN

(PERSERO) Sektor Pembangkitan Medan Belawan, Sumatera Utara 2012.

Tabel 3.4

Distribusi Sampel Karyawan Pada Bagian Operasi PT. PLN (PERSERO) Sektor Pembangkitan Medan Belawan, Sumatera Utara

Bagian Jumlah Belawan, Sumatera Utara tahun 2013, diolah

Tabel 3.4 menunjukkan hasil distribusi sampel yang diambil dari metode

Proportionate Random Sampling. Jumlah sampel pada seksi PLTU sebanyak 27

orang, seksi PLTGU sebanyak 27 orang dan seksi pengusahaan pembangkit

(49)

3.7. Jenis Data

a. Data Primer

Adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara

langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data

asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk

mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara

langsung. Data primer dapat diperoleh dengan melakukan observasi,

wawancara, dan penyebaran kuesioner.

b. Data Sekunder

Adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai

sumber yang telah ada. Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai

sumber seperti Biro pusat Statistik (BPS), buku laporan, jurnal dan

lain-lain.

3.8. Metode Pengumpulan Data

a. Daftar Pertanyaan

Peneliti menyediakan daftar pertanyaan yang akan diisi oleh

responden dan menjadi sampel penelitian.

b. Studi Dokumentasi

Dilakukan dengan memperoleh data melalui buku-buku, dokumen,

internet dan literatur yang berhubungan dengan masalah yang

diteliti.

c. Peneliti melakukan wawancara dengan beberapa responden dan

pihak-pihak yang terkait. Pihak-pihak yang terkait adalah beberapa

(50)

3.9. Uji Validitas dan Reliabilitas

Untuk mengukur variabel pertanyaan yang diteliti, harus

melakukan uji validitas dan reabilitas. Bila instrumen/alat ukur tersebut

tidak valid maupun reliabel, maka tidak akan diperoleh hasil penelitian

yang baik. Kuesioner dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian

validitas dan reliabilitasnya, karena syarat instrument penelitian yang baik

digunakan untuk mengukur variabel harus memenuhi unsur–unsur akurasi.

3.9.1. Uji Validitas

Menurut Noor (2012:132) validitas adalah suatu indeks yang

menunjukkan alat ukur tersebut benar-benar mengukur apa yang diukur.

Agar diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran normal, maka sebaiknya

jumlah responden untuk uji coba kuesioner paling sedikit 30 orang diluar

dari sampel pada bagian operasi dalam peneltian ini. Pengujian validitas

dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 17.0 dengan kriteria

sebagai berikut:

a. Jika r hitung > r tabel, maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid.

b. Jika r hitung < r tabel, maka pertanyaan tersebut tidak valid.

Uji validitas dilaksanakan pada 30 orang diluar sampel di bagian operasi

PT. PLN Sektor Pembangkitan Medan Belawan. Nilai tabel r dengan

ketentuan df = jumlah kasus = 30 dan tingkat signifikan sebesar 5 %,

angka yang diperoleh = 0,361. Hasil uji validitas dapat dilihat pada Tabel

(51)

Tabel 3.5

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 17.0 (2013), Diolah

Tabel 3.5 menunjukkan bahwa semua instrumen pernyataan valid dengan

jumlah 10 butir pernyataan, artinya dapat melanjutkan pengujian yaitu uji

reliabilitas.

3.9.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat

(52)

yang sudah dinyatakan valid ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria

sebagai berikut:

a. Jika r alpha positif > r tabel, maka pernyataan reliabel

b. Jika r alpha negatif < r tabel, maka pernyataan tidak reliabel.

Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut:

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 17.0 (2013) Diolah

Tabel 3.6 menunjukkan bahwa 23 butir pernyataan dengan tingkat

signifikansi 5% memiliki koefisien alpha (Cronbach’s Alpha) sebesar

0,907. Ini berarti 0,907 > 0,60 dan 0,907 > 0,80 sehingga dapat

dinyatakan bahwa kuesioner tersebut telah reliabel dan dapat disebarkan

kepada responden untuk dilakukan penelitian selanjutnya.

3.10. Teknik Analisis

3.10.1. Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif merupakan metode analisis data dimana

peneliti mengumpulkan, mengklasifikasikan, dan menyajikan data

sehingga dapat memberikan gambaran umum mengenai masalah yang

diteliti.

3.10.2. Uji Asumsi Klasik

Syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda

sebelum data tersebut dianalisis adalah :

Tabel 3.6 Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

(53)

a. Uji Normalitas

Menurut Sunyoto (2011:84) uji normalitas akan menguji data

variabel bebas (X) dan data variabel terikat (Y) pada persamaan

regresi yang dihasilkan, apakah berdistribusi normal atau

berdistribusi tidak normal. Pengujian normalitas data digunakan

untuk melihat normal tidaknya sebaran data yang akan dianalisis.

Model regresi yang baik adalah berdistribusi normal atau mendekati

normal. Untuk melihat normalitas data ini digunakan pendekatan

grafik yaitu normality Probability Plot. Deteksi normalita dengan

melihat penyebaran data pada sumbu diagonal grafik. Menurut

Situmorang (2010:62) data yang baik adalah data yang mempunyai

pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak

melenceng ke kiri atau ke kanan.

b. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah sebuah grup

mempunyai varians yang sama di antara anggota grup tersebut.

Artinya, jika varians variabel independen adalah konstan (sama).

Untuk setiap nilai tertentu variabel independen disebut

homokedastisitas. Sedangkan, heterokedastisitas diuji dengan

menggunakan uji glejser, pengambilan keputusan jika variabel

independen, maka ada indikasi terjadi heterokedastisitas. Jika

probabilitas signifikan di atas tingkat kepercayaan 5% (0,05) dapat

disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya

(54)

c. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas berarti adanya hubungan linear sempurna atau pasti

diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model

regresi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dapat

dilakukan dengan melihat toleransi variabel dan variante Inflaction

Factor (VIF) dengan membandingkan sebagai berikut:

1) VIF < 5 maka tidak terdapat multikolinearitas

2) Tolerance > 0,1 maka tidak terdapat multikolinearitas

3.10.3. Metode Analisis Statistik

a. Metode Analisis Regresi Berganda

Peneliti menggunakan analisis regresi linear berganda untuk

mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Peneliti menggunakan bantuan program software SPSS versi 17.0

agar hasil yang diperoleh lebih terarah.

Persamaan regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + e

Keterangan :

Y = Kinerja karyawan

a = Konstanta

X1 = Budaya kerja

X2 = Komitmen karyawan

b1,2 = Koofisien regresi berganda

(55)

b. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Uji secara simultan/serempak (Uji F)

Uji F digunakan untuk menguji apakah setiap variabel bebas

(X1) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

terikat (Y) secara bersama-sama. Bentuk pengujiannya adalah

sebagai berikut:

a. H0 : b1=b2=0, artinya secara serempak tidak terdapat

pengaruh yang signifikan dari variabel bebas terhadap

variabel terikat.

b. Ha : b1=b2 ≠ 0, artinya secara seempak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas terhadap variabel

terikat.

Kriteria pengambilan keputusan:

a. H0 diterima jika Fhitung < F tabel pada α = 5%

b. Ha diterima jika F hitung > F tabel pada α = 5%

2) Uji secara parsial (Uji t)

Test uji parsial menguji setiap variabel (X) apakah mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Y) secara

parsial. Bentuk pengujiannya adalah sebagai berikut:

a. H0 : bi = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh

yang signifikan dari variabel bebas terhadap variabel

(56)

b. Ha : bi ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

Kriteria pengambilan keputusan:

a. H0 diterima jika t hitung < t tabel pada α = 5%

b. Ha diterima jika t hitung > t tabel pada α = 5%

3) Koefisien Determinan (R2)

Koefisien determinan digunakan untuk mengukur kontribusi

variabel-variabel dependen dalam menerangkan variabel

independen. Koefisien Determinan (R2) ini berkisar antara nol

sampai dengan satu (0 ≤ R2 ≤ 1). Semakin mendekati nol atau

sama dengan nol berarti kontribusi variabel independen lemah

dan bahkan dapat diabaikan, sebaliknya semakin mendekati satu

Gambar

Tabel 1.1 Rekapitulasi Absensi Karyawan Pada Bagian Operasi PT. PLN
Tabel 1.2
Gambar 2.2 Kerangka konseptual
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Joinery (Pembuatan Pintu) 22. Farmasi Industri *) Lingkari nomor bidang yang diikuti. Nama

KEY WORDS: Change detection, Urban maps, Remote sensing, Building extraction, High Resolution Satellite Imagery, Planning / Decision support

[r]

[r]

[r]

Untuk kepentingan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat, maka dalam Peraturan Pemerintah ini diatur mengenai

[r]

Biaya Langsung Personil (Remuneration / Billing Rate) dan Biaya Langsung Non Personil (Direct Cost) ini, merupakan “Pedoman Standar Minimal”,