• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN PERLINDUNGAN HUKUM PIDANA TERHADAP PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN FISIK DAN PSIKIS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAHULUAN PERLINDUNGAN HUKUM PIDANA TERHADAP PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN FISIK DAN PSIKIS."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara yang memegang teguh perlindungan

hak asasi manusia dan berkomitmen untuk melindungi warga negaranya dan

memperjuangkan perlindungan hak asasi manusianya. Perlindungan tersebut

diwujudkan dengan meratifikasi konvensi dan perjanjian internasional yang

diikuti Indonesia terutama dalam hal perlindungan para perempuan dan anak. Ada

beberapa konvensi internasional berkaitan dengan perlindungan hak asasi manusia

terhadap perempuan dan anak misalnya Konvensi pemberantasan perdagangan

manusia dan eksploitasi prostitusi pada tahun 1949, konvensi 100 ILO tentang

persamaan pendapatan pada tahun 1951, Konvensi tentang hak politik perempuan

pada tahun 1952, Konvensi tentang hak kewarganegaraan perempuan yang

menikah pada tahun 1957, Deklarasi perlindungan perempuan dan anak dalam

situasi darurat konflik bersenjata pada tahun 1974, Beijing Platform untuk melihat isu perkembangan perempuan dan anak dalam berbagai bidang pada tahun 1995,

dan Konvensi internasional tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi

terhadap perempuan (Convention on The Elimination of All Forms of

Discrimination Against Women/CEDAW) yang telah diratifikasi menjadi

(2)

Kasus kekerasan fisik dan psikis sering terjadi berulang di angkutan umum

marak dibicarakan media surat kabar dan internet selama dua bulan ini dari bulan

Agustus 2011 lalu. Kasus kekerasan itu terjadi kembali di angkutan umum dari

daerah lain masih sekitar Jakarta dan belum ada jaminan rasa aman terhadap

perempuan. Penegakan hukum sebagai upaya penanganan kasus kekerasan

merupakan petunjuk penting bagi keseriusan para aparat penegak hukum maupun

pejabat publik dalam menjalankan mandat berdasarkan konstitusi untuk

memberikan perlindungan dan rasa aman terhadap warga negaranya terutama

perempuan.

Keterbatasan kapasitas para penegak hukum dalam menjalankan tugasnya

dan payung hukum untuk melindungi para perempuan belum memadai menjadi faktor muara persoalan kekerasan yang dialami para perempuan. Selain itu faktor

budaya juga ikut membuat persoalan tersebut menjadi rumit karena ada stigma

penyangkalan korban bahwa korban kekerasan itu merupakan orang yang lemah

terutama pada korban kekerasan seksual yang dianggap tidak suci lagi karena

harga dirinya sudah hancur luluh lantak akibat peristiwa pemerkosaan yang

dialami.

Dalam kasus yang terjadi pada Livia Pavita Soelistio seorang mahasiswi

Universitas Bina Nusantara Jakarta yang diperkosa, dirampok, dan dibunuh di

dalam Mikrolet M-24, peneliti beranggapan bahwa layanan angkutan umum

sekarang berbeda dengan dulu. Artinya bahwa sekarang layanan angkutan umum

(3)

rawan menjadi korban kekerasan pemerkosaan meskipun tidak menutup

kemungkinan siang hari terjadi hal yang sama.

Peneliti memiliki anggapan layanan angkutan umum sekarang tidak

bersahabat dengan perempuan karena merupakan sikap pembiaran pemerintah

atau masyarakat yang menjadi penyebab kekerasan tersebut berulang kali terjadi

di angkutan umum. Kasus ini berawal dari kejadian mahasiswi Universitas di

Jakarta yang terjadi pada tanggal 16 Agustus 2011 lalu dan belum lama sekitar

dua bulan lalu menjadi bahan pembicaraan media surat kabar dan dunia internet.

Berbicara tentang dunia mahasiswa, peneliti menganggap bahwa mahasiswa

dan mahasiswi universitas merupakan generasi muda dipersiapkan untuk terjun ke

dunia kerja. Dunia persaingan selalu mewarnai kehidupan para mahasiswa dan mahasiswi universitas. Setelah mereka lulus dari almamater mereka, mereka

merasakan kebahagiaan karena kelulusan mereka yang mereka raih. Sayangnya

sebagian kecil nasib mereka hancur karena kasus kekerasan yang mereka alami

sampai nyawa mereka melayang karena perbuatan pidana yang dilakukan oleh

orang yang berniat jahat.

Kasus kekerasan sampai menimbulkan korban meninggal dunia ini berawal

dari penculikan Livia Pavita Soelistio pada tanggal 16 Agustus 2011. Livia Pavita

menjadi korban dari pelaku yang ikut menaiki Mikrolet M-24 dan seorang sopir

mikrolet itu juga ikut menjadi pelaku yang menggilir Livia Pavita Soelistio.1

Kasus ini merupakan kasus yang membuat gempar seluruh rakyat Indonesia       

1

http://gosiphot.me/kronologi-pembunuhan-livia-pavita-mahasiswa-bina-nusantara.html

(4)

sampai ada yang membuat gerakan Facebookers yang mendorong pembunuh

Livia Pavita Soelistio ditangkap.

Kasus ini terjadi pada mahasiswi Universitas Bina Nusantara yang terletak

di Jakarta. Mahasiswi yang bernama Livia Pavita Soelistio (20 tahun ) meninggal

dunia dengan cara tragis. Pihak universitas seakan cuci tangan dengan berita

kematian mahasiswi yang kuliah Sastra Mandarin di Universitas Bina Nusantara,

Jakarta. Peneliti mengatakan bahwa pihak universitas cuci tangan karena

sebenarnya ini di luar wilayah kewenangan pihak kampus karena kejadiannya di

luar kampus.

Livia Pavita Soelistio merupakan mahasiswi angkatan 2007 kuliah di

Fakultas Sastra Mandarin di Universitas Bina Nusantara memiliki ciri-ciri mempunyai darah tionghoa dengan perawakan proposional serta sepasang mata

sipit dan memiliki kulit putih bersih dikabarkan hilang selama 6 hari sejak tanggal

16 Agustus 2011 pukul 13.00 WIB siang hari setelah selesai ujian skripsi dan

dinyatakan lulus menjadi sarjana Sastra Mandarin. Salah satu pelaku pembunuhan

Livia dicurigai mantan pacar Livia Pavita dan ada 4 pelaku yang memperkosa

Livia Pavita Soelistio. Dugaan tersebut tidak terbukti karena semua motif pelaku

secara kebetulan mencari penumpang wanita untuk dirampok di angkutan umum.

Kejadian termasuk dalam unsur-unsur kekerasan meliputi fisik dan psikis yang

mengakibatkan kematian Livia. Kronologis kematian Livia dijelaskan bahwa

Livia menghilang selama 6 hari ketika Livia dibawa kabur oleh sopir Mikrolet

M-24. Putusan pengadilan yang sudah in kracht bahwa pelaku di jatuhi pidana 20

(5)

menyebabkan hilangnya nyawa Livia Pavita Soelistio. Dengan penegakan hukum

pidana dalam kasus ini diharapkan bisa membuat para pelaku kekerasan terhadap

perempuan jera dan mampu memperbaiki hidup menjadi lebih baik. Hanya saja

bagi seorang residivis yang masih normal dan sehat jiwanya mungkin dapat

dijatuhi pidana berat bahkan pidana mati karena sudah menghilangkan nyawa

korban perempuan jika diketahui melakukan tindak pidana berulang kali.

Alasan peneliti mengambil kasus Livia Pavita Soelistio yang menjadi

korban kejahatan sebagai bahan acuan peneliti dalam studi kasus ini adalah

peneliti ingin meneliti bagaimana kasus kekerasan fisik dan psikis terjadi pada

para perempuan bahwa pada kenyataannya perempuan cenderung diposisikan

sebagai kambing hitam oleh kaum awam dan terkadang kedudukan perempuan

kurang diuntungkan dalam peradilan pidana.

Mengenai efektif atau tidaknya peranan Hukum Pidana dalam

menanggulangi kekerasan fisik dan psikis beserta peraturan lain sebagai sarana

untuk penyelesaian kasus tersebut, ada 4 peraturan lain yang dapat dipergunakan

untuk melindungi para korban kekerasan. Peraturan lain yang mendukung

penulisan hukum tersebut adalah:

1. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Peraturan Hukum Pidana.

3. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1981 tentang

(6)

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 tentang

Pengadilan Hak Asasi Manusia.

Beberapa peraturan lain yang dapat dijadikan dasar pertimbangan hukum

dalam penulisan hukum peneliti adalah:

1) Undang Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

(HAM).

2) Peraturan Pemerintah RI No. 3 Tahun 2002 Tentang Kompensasi,

Restitusi, Dan Rehabilitasi Terhadap Korban Pelanggaran Hak Asasi

Manusia Yang Berat jo Ketentuan Pelaksana UU 26 Tahun 2000 tentang

Pengadilan HAM.

3) Peraturan Presiden RI No. 65 Tahun 2005 Tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan.

4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006 Tentang

Perlindungan Saksi dan Korban.

Untuk penyelesaian kasus kekerasan, dimungkinkan apabila dari pihak yang

mengalami kekerasan melaporkan ke pihak yang berwajib baik fisik dan psikis

atau pemaksaan berupa kekerasan seksual. Mengingat peranan Hukum Pidana

dalam menanggulangi kekerasan yang masih banyak kekurangan, penulis

mencoba menggali, menjabarkan lebih rinci dalam Hukum Pidana terhadap

(7)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, adapun yang menjadi rumusan

masalah dari penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana perlindungan hukum pidana terhadap perempuan korban

kekerasan fisik dan psikis dalam kasus Livia Pavita Soelistio

tersebut?

2. Apa kendala dalam memberikan perlindungan hukum terhadap

perempuan korban kekerasan fisik dan psikis dalam kasus tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah untuk mendapatkan data tentang:

1. Perlindungan Hukum Pidana terhadap perempuan korban kekerasan

fisik dan psikis dalam kasus Livia Pavita Soelistio tersebut.

2. Kendala dalam memberikan perlindungan hukum terhadap korban

kekerasan fisik dan psikis dalam kasus tersebut.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian hukum ini dapat dibagi atas dua bagian, antara lain:

a. Manfaat teoritis adalah untuk mengembangkan khususnya

bidang Hukum Pidana, yaitu Hukum Pidana dan Hukum Acara

Pidana serta Viktimologi. Dapat dilihat dari hasil penelitian ini

nantinya bagi pelaksanaan prinsip-prinsip Hukum Pidana dalam

(8)

kekerasan fisik dan psikis khususnya mengenai bagaimana

perlindungan hukum pidana.

b. Manfaat praktisnya, antara lain:

1. Bagi pihak aparat penegak hukum, diharapkan bisa

mengatasi kasus kekerasan dengan cepat dan

memberikan perlindungan hukum terhadap para

mahasiswa maupun mahasiswi Universitas Binus,

Jakarta dan para perempuan di seluruh Indonesia.

2. Bagi peneliti, untuk mengetahui sejauh mana

perlindungan yang sudah diberikan oleh aparat

penegak hukum terutama polisi sebagai pengayom masyarakat dalam melaksanakan prinsip

perlindungan Hukum Pidana dalam kasus yang

peneliti teliti ini.

3. Bagi masyarakat, agar dapat mengerti dalam

perkembangan kasus kekerasan korban sampai

nyawa korban melayang dan dapat mencegah kasus

tersebut terjadi di kemudian hari di samping

memberikan fasilitas berupa informasi tentang kasus

(9)

E. Batasan Konsep 1. Perlindungan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan pengertian

perlindungan berarti tempat berlindung atau hal (perbuatan);

memperlindungi.

2. Hukum Pidana

Hukum dalam arti Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah peraturan atau

adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa

atau pemerintah bersifat tertulis maupun lisan, bersifat materil dan formil

berupa putusan yang ditetapkan hakim untuk mengatur pergaulan

masyarakat.

Pidana berarti hukum yang menentukan peristiwa (perbuatan criminal) yang

diancam pidana.

Hukum Pidana Formal berarti hukum yang mengatur tata cara penyelesaian

perkara pidana melalui peradilan.

Hukum Pidana materil berarti hukum yang mengatur ihwal yang dilarang

atau yang diharuskan orang yang dapat dipidana dan pidana dapat

dijatuhkan.

Hukum Pidana menurut Kamus Hukum adalah peraturan hukum mengenai

pidana, hukum yang mencangkup keharusan dan larangan serta bagi

pelanggarnya akan dikenakan sanksi hukuman (pidana) terhadapnya.2

3. Korban

       2

Marwan, M dan P, Jimmy. 2009. Kamus Hukum; Dictionary of Law Complete Edition. Reality

(10)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian korban adalah orang

yang menderita akibat suatu kejadian atau perbuatan pidana mengakibatkan

kerugian materil maupun immaterial.

Menurut Kamus Hukum pengertian korban adalah orang atau kelompok

yang mengalami penderitaan secara fisik, mental, maupun emosional serta

mengalami kerugian ekonomi atau mengalami pengabaian, pengurangan dan

perampasan hak-hak dasarnya sebagai akibat langsung dari pelanggaran hak

asasi manusia yang berat.3

4. Kekerasan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kekerasan berarti perbuatan

seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera seseorang atau

kelompok orang yang menyebabkan kerusakan fisik orang lain. 5. Fisik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian fisik berarti jasmani

seseorang

6. Psikis

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian psikis berarti kejiwaan

korban.

Dengan demikian yang dimaksud dengan Perlindungan Hukum Pidana

Terhadap Perempuan Korban Kekerasan Fisik dan Psikis adalah perbuatan atau

usaha untuk melindungi seseorang yang menderita fisik dan kejiwaan terutama

perempuan dengan adanya peraturan yang dibuat penguasa secara tertulis atau

       3

(11)

lisan menangani perkara pidana yang dialami berupa perbuatan yang merusak

jasmani dan kejiwaan yang diteliti oleh peneliti ketika timbul gejala sosial

peneliti menganalisis kasus secara mendalam dan utuh mengenai kasus Livia

Pavita Soelistio yang merupakan mahasiswi telah menjadi Sarjana Sastra

Mandarin Universitas Bina Nusantara yang menjadi korban kekerasan dari

beberapa pelaku salah satunya seorang residivis. Bentuk perlindungan hukum

pidana terhadap korban dari keluarga korban, kepolisian, kejaksaan, pengadilan,

advokat, lembaga sosial atau pihak lain yang ditetapkan berdasarkan putusan

pengadilan.

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian normatif yaitu penelitian

hukum yang dilakukan abstraksi melalui proses deduksi norma hukum positif

yang berupa sistematisasi hukum dan sinkronisasi hukum secara vertical dan

horizontal, dilakukan deskripsi, sistematisasi, analisis, intepretasi, dan menilai

hukum positif terhadap permasalahan yang menyangkut perlindungan hukum

pidana terhadap korban kekerasan fisik dan psikis studi kasus Livia Pavita

Soelistio.

2. Bahan Hukum

Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian normatif karena data

yang digunakan peneliti memerlukan data sekunder sebagai bahan hukum utama

(12)

a) Bahan hukum primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang diperoleh dari

hukum positif Indonesia yang berupa peraturan perundang-undangan

yang berlaku yaitu:

1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981

Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1984

Tentang 28 Pengesahan Konvensi mengenai penghapusan

segala bentuk diskriminasi terhadap wanita (Convention on

he Elimination of All Forms of Discrimination Against

Women), Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 29.

4) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 39

Tahun 1999 Tentang Pengadilan HAM.

5) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999

Tentang Hak Asasi Manusia Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1999 Nomor 165.

6) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun

2002 Tentang Kompensasi, Restitusi, Rehabilitasi terhadap

korban pelanggaran HAM jo Ketentuan Pelaksana Pelaksana

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2000

(13)

7) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004

Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

95.

8) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 65 Tahun

2005 Tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap

Perempuan.

9) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006

Tentang Perlindungan Saksi dan Korban.

b) Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan hukum yang diperoleh dari segala sumber seperti pendapat hukum, buku-buku pendapat

hukum, karya ilmiah, artikel, website, hasil penelitian ataupun

makalah seminar, hasil wawancara dengan narasumber.

3. Metode Pengumpulan Data

Sebagaimana yang telah peneliti sebutkan sebelumnya, bahwa jenis

penelitian yang akan diteliti adalah penelitian normatif berupa studi kasus, maka

metode pengumpulan data yang akan digunakan oleh peneliti adalah:

a) Studi kepustakaan

b) Wawancara dengan narasumber

Cara pengumpulan data yang dilakukan adalah:

(14)

Studi kepustakaan adalah dengan memperoleh data sekunder yang

berasal dari buku-buku, jurnal ilmiah, hasil penelitian yang berkaitan

dengan permasalahan yang diteliti.

2) Wawancara

Wawancara dilakukan dengan wawancara bebas kepada narasumber

untuk memperoleh jawaban mengenai permasalahan yang diteliti dan

dimungkinkan ada variasi pertanyaan yang disesuaikan dengan

situasi pada saat wawancara mengenai kasus yang serupa dengan

Livia.

4. Narasumber

Narasumber adalah subyek yang memberikan jawaban atas pertanyaan

peneliti dalam wawancara pertanyaan yang berkaitan dengan permasalahan

hukum yang diteliti. Narasumber yang diwawancarai peneliti dalam penulisan

hukum / skripsi di beberapa tempat penelitian adalah:

a) Ibu Rinna Immawati, S.H, Konselor Hukum Pusat Pelayanan Terpadu

Perempuan dan Anak Provinsi DIY “Rekso Dyah Utami”

b) Bapak Ahmad Ridwan, S.H, selaku Kepala Bagian Data Informasi

Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat

c) Ibu Sri Hartati, S.K.M.Kes, tim konselor Badan Pemberdayaan

Perempuan dan Masyarakat

d) Ibu Risty Indrijani, S.H. selaku Hakim Pengadilan Negeri Yogyakarta e) Ibu Wiwik Dwi Purwati, S.H. M.Sos., Kepala Bagian Perlindungan

(15)

G. Metode Analisis

Bahan hukum primer didiskripsikan meliputi isi maupun struktur hukum

positif. Secara vertical antara Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dengan

Undang-Undang Nomor 73 Tahun 1958 yang menentukan Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana untuk seluruh wilayah Republik Indonesia, Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Pidana, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 Tentang

Pengadilan Hak Asasi Manusia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13

Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban, Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Pengadilan HAM,

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 Tentang

Kompensasi, Restitusi, Rehabilitasi terhadap korban pelanggaran HAM jo

Ketentuan Pelaksana Pelaksana Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26

Tahun 2000 Tentang Pengadilan HAM, Peraturan Presiden Republik Indonesia

Nomor 65 Tahun 2005 Tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap

Perempuan , Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1984 Tentang

28 Pengesahan Konvensi mengenai penghapusan segala bentuk diskriminasi

terhadap wanita (Convention on he Elimination of All Forms of Discrimination

Against Women), Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 29, Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165 tidak terjadi antinomy

(16)

Dalam hal ini dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 G (1) intinya

menentukan setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,

kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak

atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak

berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi manusia.

Peneliti menggunakan satu macam intepretasi yaitu intepretasi gramatikal

adalah mengartikan suatu terminology hukum atau satu bagian kalimat menurut

bahasa sehari-hari. Dalam penelitian ini dilakukan juga penilaian antara peraturan

perundang-undangan berupa hukum positif yang berkaitan dengan kekerasan

dalam rumah tangga atau kekerasan lainnya di luar rumah tangga yang

mengandung beberapa penilaian yang mana hal tersebut menyangkut nilai

keadilan dan kesetaraan.

Bahan hukum sekunder yang berupa bahan-bahan hukum yang memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti artikel-artikel, karya ilmiah,

buku-buku, pendapat hukum, dan website yang berhubungan dengan penelitian ini

diperoleh pengertian, pemahaman, persamaan pendapat ataupun perbedaan

pendapat, sehingga diperoleh suatu abstraksi tentang upaya yang dilakukan oleh

aparat penegak hukum dan Lembaga Swadaya Masyarakat dalam memberikan

perlindungan hukum pidana terhadap perempuan korban kekerasan fisik dan

psikis dalam kasus Livia Pavita Soelistio.

Langkah selanjutnya adalah membandingkan dengan bahan hukum primer,

bahan hukum sekunder, membandingkan peraturan perundang-undangan yang

(17)

pemahaman atau pengertian yang jelas tentang perlindungan hukum pidana

terhadap perempuan korban kekerasan fisik dan psikis dalam kasus Livia Pavita

Soelistio .

Langkah terakhir yang cukup menarik kesimpulan secara deduktif yaitu

metode penyimpulan yang bertolak dari proposisi umum yang kebenaran telah

diketahui atau diyakini dan berakhir pada suatu kesimpulan yang bersifat khusus.

Metode penyimpulan yang bertolak dari proposisi yang umum berupa peraturan

perundang-undangan yang berlaku ke hal-hal yang khusus berupa hasil penelitian

tentang perlindungan hukum pidana terhadap perempuan korban kekerasan fisik

(18)

H. Sistematika Isi Penulisan Hukum / Skripsi

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini memuat berbagai hal menyangkut latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penulisan,

batasan konsep, metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum / skripsi ini.

BAB II: PERLINDUNGAN HUKUM PIDANA TERHADAP PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN FISIK DAN PSIKIS BESERTA KENDALANYA

Dalam bab ini terbagi dari beberapa bagian:

Bagian pertama mengenai tinjauan umum perlindungan hukum

pidana dan kendalanya serta proses penanganan terhadap perempuan

korban kekerasan fisik dan psikis yang serupa dengan kasus Livia

Pavita Soelistio

Bagian kedua mengenai badan hukum serta undang-undang yang

melindungi korban kekerasan perempuan.

Bagian ketiga mengenai aplikasi dan penerapan KUHAP dan Undang-Undang di luar KUHAP yang mengatur pasal-pasal mengenai

perlindungan hukum pidana terhadap perempuan korban kekerasan

fisik dan psikis yang serupa dalam kasus Livia Pavita Soelistio.

BAB III: PENUTUP

Bab ini mengemukakan mengenai:

(19)

Kesimpulan ini memuat efektif atau tidak perlindungan hukum

pidana terhadap perempuan korban kekerasan fisik dan psikis yang

serupa dengan kasus Livia Pavita Soelistio dan penanggulangan

kendalanya.

B. Saran

Saran memuat penanggulangan kendala perlindungan hukum

pidana terhadap perempuan korban kekerasan fisik dan psikis agar

Referensi

Dokumen terkait

Jika ada politisi mengatakan , “a a tidak korupsi itu juga fakta erita da e pu ai nilai berita, entah yang dikatakan politisi itu benar atau salah. Yang jelas ada

Secara umum, teori agensi dan teori sinyal yang digunakan dalam penelitian ini berhasil membuktikan bahwa konflik keagenan akan berkurang jika corporate governance

penyusunan laporan skripsi dengan judul “ Perbandingan Volume Prostat antara Pasien Benign Prostate Hyperplasia dengan Diabetes Mellitus dan tanpa Diabetes Mellitus

terhadap liberalisasi hukum Islam yang terdapat dalam Counter Legal Draft Kompilasi. Hukum Islam

Aspek terpenting untuk mengetahui dampak suatu komunikasi pemasaran adalah pemahaman terhadap proses respon ( response process ) dari penerima yang mungkin mengarah pada

Berdasarkan Ketentuan Perpres Nomor : 54 tahun 2010 dan Perpres Nomor : 70 tahun 2012 beserta perubahannya, Dokumen Pemilihan Nomor :

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan kesehatan gigi dan mulut terhadap kebersihan gigi dan mulut

Sehingga kemampuan berpikir kreatif siswa masih perlu ditingkatkan.Item-item soal yang digunakan sebagai dasar penentu kemampuan berpikir kreatif siswa adalah item