• Tidak ada hasil yang ditemukan

. Pengaruh Gambar Peringatan Merokok Pada Desain Kemasan Rokok Terhadap Sikap Konsumen (Kasus Mahasiswa Kampus X)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan ". Pengaruh Gambar Peringatan Merokok Pada Desain Kemasan Rokok Terhadap Sikap Konsumen (Kasus Mahasiswa Kampus X)"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH GAMBAR PERINGATAN MEROKOK PADA

DESAIN KEMASAN ROKOK TERHADAP SIKAP KONSUMEN

(Kasus Mahasiswa Kampus X)

MUHAMMAD FAISAL

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Gambar Peringatan Merokok pada Kemasan Rokok terhadap Sikap Konsumen (Kasus Mahasiswa Kampus X)” adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis ini kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2015

(3)

Kemasan Rokok terhadap Sikap Konsumen (Kasus Mahasiswa Kampus X). Dibimbing oleh AIDA VITAYALA S HUBEIS

Permasalahan konsumsi rokok oleh mayoritas masyarakat di Indonesia menjadi fenomena tersendiri yang sulit dihentikan. Upaya pemerintah dalam meningkatkan penyadaran bagi perokok dengan mengharuskan pencantuman adanya gambar peringatan merokok pada kemasan rokok. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penggunaan gambar peringatan merokok pada desain kemasan rokok, menganalisis pengaruh karakteristik konsumen dengan sikap konsumen dan menganalisis pengaruh gambar peringatan merokok pada desain rokok terhadap sikap konsumen. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling dan accidental sampling. Analis data menggunakan uji regresi untuk melihat pengaruh gambar peringatan merokok terhadap sikap konsumen. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik konsumen tidak memiliki pengaruh terhadap sikap konsumen. Gambar peringatan merokok pada desain kemasan memiliki pengaruh terhadap sikap konsumen rokok.

Kata kunci: gambar peringatan merokok, desain kemasan rokok, sikap konsumen ABSTRACT

Muhammad Faisal. Influence of Smoking Warning Picture in Cigarette

Package Design on Consumer Attitude (Case Study Undergraduate Student of X Campus). Supervised by AIDA VITAYALA S HUBEIS

Cigarette consumption problems by the majority of people in Indonesia has become a phenomenon that is difficult to stop. Government efforts to increase awareness for smokers to require the inclusion of any picture warnings on packs of cigarettes smoked. This study aimed to identify the use of images of smoking warnings on cigarette packaging design, analyze the influence of the characteristics of smokers with consumer attitudes and analyze the effect of smoking warning pictures on cigarette design to consumer attitudes. This study uses a quantitative approach that is supported by qualitative approach. The sampling method used in this study was purposive sampling technique and accidental sampling. Analysts data using regression test to see the effects of smoking warning pictures on consumer attitude. The result of this research shows that smoker characteristics do not influence their attitude. Smoking warning on cigarette packaging design influences smoker attitude.

(4)

MUHAMMAD FAISAL

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)
(6)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Pengaruh Gambar Peringatan Merokok Pada Desain Kemasan Rokok Terhadap Sikap Konsumen” (Kasus Mahasiswa Kampus X)” ini dengan baik. Penulis meyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik karena adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak.

Penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Aida Vitayala Sjafri Hubeis sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan serta bimbingan untuk penulis selama penulisan skripsi ini. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih pada ayah Fakih Usman, Ibunda Sri Pujiati Jubaidah, Kakak Muhammad Irfan, Adik tercinta Salsabila Rahma dan Adik tercinta Fatima Azzahra yang selalu memberikan kasih sayang dan semangatnya, sekaligus menjadi sumber motivasi pagi penulis, serta Feby Lutfiannisa yang telah bersama-sama melewati suka dan duka dalam penulisan skripsi, memberikan dukungan dan semangat untuk penulis. Tak lupa penulis sampaikan terima kasih pada sahabat tercinta Mabs Ulfa Lestari, Fitri Oktaviani, Ethaliani Karlinda, Vani Kusumawardani, Hernaldi, Maulana Ridwan, Amaris Orwin, Handhoyo Bima, Shofwan Hilmi, Habib Muhammad, Ikhsan Maulana atas semangat dan canda tawa yang berarti untuk penulis. Terima kasih juga penulis sampaikan pada 40 responden dan informan Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor yang sudah bersedia menyediakan waktu dan memberikan informasi yang bermanfaat demi kelancaran penulisan skripsi.

Penulis menyadari bahwa dalam karya tulis ini terdapat kesalahan. Penulis berharap karya tulis ini bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juli 2015

(7)

DAFTAR ISI

Gambar Peringatan Bahaya Merokok pada Kemasan Rokok ... 8

Sikap Konsumen ... 9

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Sikap ... 9

Karakteristik Sikap ... 10

Teknik Pengumpulan Data ... 15

Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 16

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 17

Gambaran Umum Industri Rokok ... 17

Kondisi Rokok ... 17

Gambar Peringatan Bahaya Merokok pada Kemasan Rokok di Indonesia ... 18

KARAKTERISTIK KONSUMEN ROKOK ... 21

Usia ... 21

Jenis Kelamin ... 22

Tingkat pendapatan ... 22

DESAIN KEMASAN PADA KEMASAN ROKOK ... 23

Gambar ... 23

Pesan ... 24

Warna ... 25

(8)

SIKAP KONSUMEN TERHADAP GAMBAR PERINGATAN ROKOK PADA

KEMASAN ROKOK ... 27

Kognitif ... 27

Afektif ... 28

Konatif ... 29

PENGARUH KARAKTERISTIK KONSUMEN DENGAN SIKAP KONSUMEN ... 31

Hubungan Usia dengan Sikap Konsumen ... 31

Hubungan Jenis Kelamin dengan Sikap Konsumen ... 32

Hubungan Tingkat pendapatan dengan Sikap Konsumen ... 32

PENGARUH DESAIN KEMASAN PADA KEMASAN ROKOK TERHADAP SIKAP KONSUMEN ... 35

SIMPULAN DAN SARAN... 39

Simpulan ... 39

Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 41

LAMPIRAN ... 45

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Perkembangan jumlah, produksi dan cukai industri rokok

(2007-2012) 18

2 Jumlah dan persentase konsumen rokok mahasiswa kampus

x berdasarkan usia, Tahun 2015 21

3 Jumlah dan persentase konsumen rokok mahasiswa kampus

x berdasarkan tingkat pendapatan, Tahun 2015 22 4 Jumlah dan persentase konsumen rokok mahasiswa kampus

x berdasarkan desain kemasan, Tahun 2015 23 5 Jumlah dan persentase konsumen rokok mahasiswa kampus

x berdasarkan gambar, Tahun 2015 23

6 Jumlah dan persentase konsumen rokok mahasiswa kampus

x berdasarkan pesan, Tahun 2015 24

7 Jumlah dan persentase konsumen rokok mahasiswa kampus

x berdasarkan warna, Tahun 2015 25

8 Jumlah dan persentase konsumen rokok mahasiswa kampus

x berdasarkan ukuran, Tahun 2015 26

9 Jumlah dan persentase konsumen rokok mahasiswa kampus

x berdasarkan sikap, Tahun 2015 27

10 Jumlah dan persentase konsumen rokok mahasiswa kampus

x berdasarkan kognitif, Tahun 2015 28

11 Jumlah dan persentase konsumen rokok mahasiswa kampus

x berdasarkan afektif, Tahun 2015 29

12 Jumlah dan persentase konsumen rokok mahasiswa kampus

x berdasarkan konatif, Tahun 2015 29

13 Jumlah dan persentase konsumen menurut usia dan sikap

konsumen rokok mahasiswa kampus x, Tahun 2015 32 14 Jumlah dan persentase konsumen menurut jenis kelamin dan

sikap konsumen rokok mahasiswa kampus x, Tahun 2015 32 15 Jumlah dan persentase konsumen menurut tingkat

pendapatan dan sikap konsumen rokok mahasiswa kampus

x, Tahun 2015 33

16 Jumlah dan persentase konsumen menurut desain kemasan dan sikap konsumen rokok mahasiswa kampus x, Tahun

(10)

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Kerangka pemikiran 11

2 Peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok

(tampak depan) 19

Nomor Halaman

1 Jadwal penelitian 46

2 Gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok 47

3 Kuisioner penelitian 50

4 Panduan wawancara mendalam 53

(11)

Latar Belakang

Rokok menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau kering yang telah dicacah dan dilinting menggunakan kertas. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya. Sejarah rokok di Indonesia berawal pada tahun 1880, rokok pertama kali diramu dengan tujuan utama sebagai obat penyakit asma, namun pada akhirnya rokok menjadi terkenal dan disalahgunakan tujuan utamanya.

Sebagian besar opini publik jika ditanya mengenai rokok mengarah pada sisi negatif, tetapi dibalik sisi negatif rokok tersebut, industri rokok di Indonesia telah menjadi pegangan hidup dari ribuan petani tembakau dan pekerja pabrik rokok di Indonesia. Selain itu, negara juga telah menetapkan bea cukai rokok yang besar, tujuannya untuk membatasi peredaran rokok dengan menaikkan harga. Namun sepertinya strategi tersebut tidak begitu relevan dalam usaha membatasi peredaran rokok, melainkan pada tingginya pendapatan negara.

Industri rokok masih memiliki daya tarik yang sangat besar mengingat jumlah perokok di Indonesia terus bertambah setiap harinya. Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Indonesia dikutip dalam Salim (2013) menyatakan, jumlah perokok aktif di Indonesia pada Februari 2012 mencapai dua kali lipat melebihi total jumlah penduduk Malaysia saat ini. Salim (2013) juga menyatakan bahwa perokok berusia 15 tahun ke atas mengalami kenaikan 7.7 persen sejak tahun 1995, sekarang jumlahnya naik sekitar 34.7 persen, penerimaan negara dari cukai rokok pada tahun 2011 mencapai Rp77 Triliun, melebihi target sebesar Rp60.7 Triliun. Hal itu karena pertumbuhan industri rokok di Indonesia yang sangat tinggi.

Rokok masih dianggap sebagai penyumbang pendapatan negara terbesar, padahal nyatanya rokok justru menyumbang kerugian terbesar negara. Menurut Mahmudin (2014), total biaya konsumsi atau pengeluaran untuk tembakau sebesar Rp127.4 triliun. Biaya itu juga termasuk biaya kesehatan, pengobatan dan kematian yang disebabkan oleh rokok. Sementara itu menurut Bea Cukai tahun 2011, total penerimaan negara dari bea cukai rokok sebesar Rp77 triliun, artinya biaya pengeluaran untuk menangani masalah kesehatan akibat rokok lebih besar 7 kali lipat daripada penerimaan cukai rokok itu sendiri.

Rokok sangat berbahaya bagi kesehatan perokok maupun orang disekitarnya. Menurut hasil penelitian oleh King’s College London yang dikutip oleh Mahmudin (2014), merokok bisa “membusukkan” otak dengan merusak memori, kemampuan belajar dan daya nalar. Subyek penelitian dilakukan terhadap 8.800 orang dengan rentang usia berkisar 50 tahun ke atas yang mengalami tekanan darah tingi dan kelebihan berat badan. Penelitian tersebut juga menyatakan bahwa rokok juga mempengaruhi otak, meskipun dalam tingkat yang lebih rendah.

(12)

Upaya lain pemerintah dalam meningkatkan penyadaran bagi perokok, melalui Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang engandung zat aditif berupa produk tembakau bagi kesehatan, khususnya ketentuan mengenai pencantuman peringatan kesehatan pada kemasan produk tembakau yang telah ditetapkan peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2013, semua produk rokok di Indonesia wajib mencantumkan peringatan bahaya merokok bagi kesehatan dengan gambar yang menyeramkan pada bungkus kemasan rokok, baik rokok luar negeri maupun rokok dalam negeri.

Masalah rokok di Indonesia telah menjadi perbincangan banyak orang. Hal utama yang dibahas sudah tentu mengenai masalah yang disebabkan oleh rokok, baik bagi kesehatan ataupun kualitas hidup pecandunya. Perkembangan konsumsi rokok di Indonesia sudah bukan lagi pada kalangan orang dewasa saja, tetapi sudah merambah kepada anak-anak remaja dan bahkan anak kecil. Permasalahan tersebut juga didiukung oleh hasil penelitian Mahmudin (2014) menyatakan bahwa konsumsi rokok oleh mayoritas masyarakat menjadi fenomena tersendiri yang sulit dihentikan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengidentifikasi sejauh mana pengaruh gambar peringatan merokok pada desain kemasan rokok terhadap sikap konsumen.

Masalah Penelitian

Masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh karakteristik konsumen terhadap gambar peringatan merokok.

2. Bagaimana penilaian responden terhadap gambar peringatan merokok. 3. Bagaimana pengaruh gambar peringatan merokok pada desain kemasan

rokok terhadap sikap responden.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Menganalisis pengaruh karakteristik konsumen terhadap gambar peringatan merokok.

4. Menganalisis penilaian responden terhadap gambar peringatan merokok. 2. Menganalisis pengaruh gambar peringatan merokok pada desain kemasan

rokok terhadap sikap konsumen.

Kegunaan Penelitian

(13)
(14)
(15)

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Karakteristik Konsumen

Menurut Sumarwan (2011), memahami usia konsumen adalah penting, karena konsumen yang berbeda usia akan mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda. Perbedaan usia juga akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap merek. Dari sisi pemasaran, semua penduduk, berapa pun usianya adalah konsumen. Para pemasar harus memahami apa kebutuhan dari konsumen dengan berbagai usia tersebut, kemudian membuat beragam produk yang bisa memenuhi kebutuhan tersebut

Pendidikan dan pekerjaan adalah dua karakteristik konsumen yang saling berhubungan. Profesi dan pekerjaan seseorang akan mempengaruhi pendapatan yang diterimanya. Pendapatan dan pendidikan tersebut kemudian memengaruhi proses keputusan dan pola konsumsi seseorang. Tingkat pendidikan seseorang juga akan mempengaruhi nilai-nilai yang dianutnya, cara berpikir, cara pandang, bahkan persepsinya terhadap suatu masalah. Konsumen yang memiliki pendidikan yang lebih baik akan sangat responsif terhadap informasi, pendidikan juga mempengaruhi konsumen dalam pilihan produk maupun mereka.

Pendapatan merupakan imbalan yang diterima oleh seorang konsumen dari pekerjaan yang dilakukannya untuk mencari nafkah. Pendapatan adalah sumber daya material yang sangat penting bagi konsumen, karena dengan pendapatan itulah konsumen bisa membiayai kegiatan konsumsinya. Jumlah pendapatan akan menggambarkan besarnya daya beli dari konsumsinya. Daya beli akan menggambarkan banyaknya produk dan jasa yang bia dibeli dan dikonsumsi oleh seorang konsumen dan seluruh anggota keluarganya.

Pemasaran

Menurut Kotler (2002), pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Pemasaran pada dasarnya mencangkup segala kegiatan yang lebih luas lagi, mulai dari promosi dan publikasi.

Tiga hal yang menjadi syarat agar suatu pertukaran dapat terjadi, yaitu pertama, haruslah terdapat dua atau lebih pihak yang memiliki suatu yang berniai untuk dapat saling dipertukarkan. Kedua, adanya keinginan dan kemampuan untuk memberikan sesuatu itu kepada pihak lain. Ketiga, adanya suatu cara untuk saling berkomunikasi. Dalam hal ini, periklanan dan promosi memainkan peran paling penting dalam proses pertukaran tersebut, yaitu dengan menginformasikan konsumen mengenai barang atau jasa serta meyakinkan mereka mengenai kemampuan barang dan jasa itu dalam memuaskan kebutuhan atau keinginan konsumen (Morissan 2010).

(16)

distribusi dan promosi yang lebih dikenal dengan istilah marketing mix (Swastha 1996). Sedangkan menurut Sunarto (2003), bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran taktis dan terkontrol yang dipadukan perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkan oleh pasar sasar dan juga bauran pemasaran terdiri atas segala sesuatu yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya yang dapat dikelompokkan menjadi empat hal, yaitu: product, price, place dan promotion.

Promosi

Untuk memengaruhi tindakan konsumen, perusahaan, pemerintah atau lembaga yang terkait dapat menggunakan strategi promosi. Perusahaan mempromosikan produk agar konsumen dapat mengenali produk dan juga untuk konsumen dapat melakukan sesuai yang diinginkan. Kotler (2002) menyatakan bahwa promosi terdiri dari lima unsur yaitu:

1. Periklanan

Ikalan adalah bentuk komunikasi tidak langsung, yang didasari pada informasi mengenai keunggulan dan keuntungan suatu produk, yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan merubah pikiran seseorang untuk melakukan tindakan. Iklan dapat dimanfaatkan secara efektif untuk membangun citra jangka panjang untuk produk maupun perusahaan, memicu pembelian segera dan menjangkau konsumen yang lokasinya tersebar secara geografis.

2. Promosi penjualan

Promosi penjualan adalah berbagai macam insentif jangka pendek yang dimaksudkan untuk mendorong percobaan atau pembelian produk dan jasa. Contohnya adalah kontes, games, undian, produk simpel, demostrasi dan kupon. 3. Public relations

Public relations merupakan program yang dirancang untuk mempromosikan atau melindungi citra perusahaan dan produk individualnya.

4. Persona selling

Personal selling adalah interaksi tatap muka dengan satu atau lebih calon pembeli untuk melakukan presentasi, menjawab pertanyaan dan mendapatkan pesanan. 5. Direct marketing

Direct marketing adalah sistem pemasaran melalui penggunaan telepon, surat, fax, e-mail atau internet untuk berkomunikasi secara langsung atau untuk mendapatkan respon langsung dari pelanggan dan calon pelanggan yang spesifik.

Kemasan

Kemasan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki makna yaitu pembungkus atau pelindung, dari kata kemas yang kurang lebih rapih atau bersih. Kemasan. Menurut Kotler (1995) mengatakan bahwa kemasan tidak hanya merupakan pelayanan tetapi juga sebagai salesman dan pembawa kepercayaan, dimana suatu kemasan merupakan penglihatan akhir dari konsumen yang dapat dipercaya.

(17)

tersebut. Bahkan pada saat ini, konsumen sangat sensitif terhadap tampilan kemasan produk. Kemasan merupakan poin refense, titik awal yang menarik yang dipandang konsumen. Pada saat pertama kali permunculan produk, atau pada saat introduksi, pada saat repositioning produk, peranan kemasan sangat penting, sebab ini merupakan perkenalan pertama bagi konsumennya. Ciri-ciri dari kemasan tersebut akan sangat berpengaruh pada konsumen, sebab konsumen akan mencari kesesuaian antara bentuk, materi pembungkus, warna, desain pembungkus, dan tampilan pembungkus, dengan seleranya. Konsumen akan memperoleh manfaat fungsional dan manfaat emosional dari kemasan tersebut.

Arti pembungkus bagi konsumen adalah sebagai berikut : 1. dengan adanya pembungkus barang-barang tetap bersih dan praktis,

2. dengan pembungkus menunjukkan kualitas barang dan menerangkan isi di dalam kemasan,

3. kemasan memberikan informasi akan memberikan dorongan pada pembeli untuk membaca dan melihat sambil berfikir akan membelinya, dan

4. pembungkus sebagai media informasi dari produk tersebut kepada konsumen. Desain Kemasan

Menurut Klimchuk et al. (2007) desain kemasan adalah bisnis kreatif yang meningkaitkan bentuk, struktur, material, warna, citra, tipografi, dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat dipasarkan. Menurut Majalah Concept (2007), packaging is the science, art, and technology of enclosing or protecting products for distributive, storage, sale, and use. Artinya desain kemasan adalah ilmu, seni, dan teknologi yang bertujuan untuk meindungi sebuah produk saat akan didistribusikan, disimpan, dijual dan dipakai.

Klimchuk et al. (2007) mengatakan bahwa unsur dari desain kemasan yang terpenting adalah: (1) gambar, (2) pesan/informasi, (3) warna, (4) ukuran. Desain kemasan memiliki elemen-elemen yang membentuk desain kemasan suatu produk. Menurut Wiria (2007), suatu desain kemasan yang menarik dibangun dari elemen visual dan elemen struktural yang didesain sedemikian rupa untuk menimbulkan suatu respon positif pada konsumennya. Elemen visual adalah bagian kemasan yang menarik perhatian konsumen pada saat melihat seperti warna kemasan, bentuk kemasan, dan desain grafis seperti ukuran, gambar dan slogan pada label kemasan. Sedangkan elemen struktural adalah bahan atau material yang digunakan pada kemasan.

Rokok

Konsumsi rokok di Indonesia sudah menjadi budaya di kalangan masyarakat di Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2003 menjelaskan rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.

(18)

produsen rokok. Rokok kretek dengan filter berisi semacam gabus yang berfungsi menyaring nikotin dari pembakaran tembakau dan cengkeh.

Aditama (1997) menyatakan bahwa berbagai peneltian yang telah dilakukan para ahli meberikan bukti nyata adanya bahaya merokok bagi kesehatan konsumen rokok dan juga orang disekitarnya. Aditama (1997) juga menyatakan bahwa laporan WHO juga menyebutkan bebrapa penyakit dengan kebisaan merokok, yaitu kanker paru-paru, bronkitis kronik, kanker mulur atau kanker tenggrokan atau kerongkongan, penyakit pembuluh dara otak dan gangguan janin dalam kandungan. Gambar Peringatan Bahaya Merokok pada Kemasan Rokok

Menurut Aditama (1997) mencantumkan bahaya merokok pada setiap bungkus rokok dianggap perlu untuk memberi kesempatan pada calon pembeli agar menimbang-nimbang, apakah akan membeli barang yang berbahaya. Tulisan dan gambar peringatan merokok bervariasi dari yang paling sederhana, yang hanya menuliskan “merokok berbahaya bagi kesehatan” sampai ke tulisan yang lebih spesifik, contohnya “merokok dapat menyebabkan kanker paru-paru, bronkitis kronik dan emfisema, penyakit jantung koroner dan gangguan pada janin dalam kandungan.

PP Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan menyebutkan, label rokok adalah setiap keterangan mengenai rokok yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada rokok, dimasukkan ke dalam, ditempatkan pada, atau merupakan bagian kemasan rokok.

Mahmudin (2014) mengutip Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Pengamanan Rokok yang menjelaskan tentang keterangan pada label yang harus dipenuhi oleh produsen rokok. Hal ini diterangkan pada pasal 6 yang menyebutkan bahwa: 1) setiap orang yang memproduksi rokok wajib mencantukan informasi tentang kadar nikotin dan tar setiap batang rokok, pada label dengan penempatan yang jelas dan mudah dibaca; dan 2) pencantuman informasi tentang kadar nikotin dan tar sebagaimana dimaksud ayat 1 ditempatkan pada salah satu sisi kecil setiap kemasan rokok, dibuat kotak dengan garis pinggir 1 (satu) mm, warna kontras antara warna dasar dan tulisan, ukuran tulisan sekurang-kurangnya 3 (tiga) mm, sehingga dapat jelas dibaca. Pasal 8 juga menjelaskan bahwa: 1) peringatan kesehatan pada setiap label harus berbentuk tulisan; dan 2) tulisan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 berupa “merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin”.

(19)

Sikap Konsumen

Sikap merupakan ekspresi yang mencerminkan perasaan, apakah seseorang senang atau tidak senang, suka atau tidak suka dan setuju atau tidak setuju terhadap suatu objek. Objek yang dimaksud bisa berupa merek, layanan, pengecer, perilaku tertentu, dan lain-lain (Schifman dan Kanuk 1995). London dan Bitta (1998) berpendapat bahwa sikap sebagai kecendrungan yang dipelajari (learned predisposition) untuk merespon suatu objek atau kelas objek dalam suasana menyenangkan atau tidak menyenangkan secara konsisten.

Azwar (1995) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. Sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan dan sebelum berperilaku terhadap suatu objek.

Komponen-komponen sikap yang terdiri dari kognitif, afektif dan konatif berkembang menjadi lebih spesifik. Mar’at (1984) mengatakan bahwa komponen sikap terdiri dari tiga komponen sebagai berikut:

1. komponen kognisi yang berhubungan dengan kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep seseorang.

2. komponen afeksi yang berhubungan dengan emosional seseorang. 3. komponen konasi yang merupakan kecenderungan bertingkah laku.

Mann yang dikutip dalam Azwar (1995) menjelaskan bahwa komponen kognitif berisikan persepsi, kepercayaan, dan stereotip yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Sering kali konsumen ini dapat disamakan dengan pandangan, terutama menyangkut masalah isu. Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang dapat mengubah sikap seseorang. Komponen perilaku berisi kecenderungan untuk bertindak atau untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.

Azwar (1995) mengatakan bahwa interaksi antar komponen sikap bersifat selaras dan konsisten. Hal ini disebabkan karena ketika dihadapkan dengan suatu objek sikap yang sama, maka ketiga komponen tersebut akan membentuk pola arah yang seragam. Apabila salah satu komponen sikap tidak konsisten satu sama lain, maka akan terjadi ketidakselarasan yang menyebabkan terjadinya mekanisme perubahan sikap sedemikian rupa sehingga konsistensi akan tercapai kembali.

Sikap selalu dikaitkan dengan perilaku yang berada di dalam batas kewajaran dan kenormalan yang merupakan respons atau reaksi terhadap suatu stimulus (Azwar 1995), meski sikap pada hakikatnya hanya merupakan predisposisi atau tendensi untuk bertingkah laku, sehingga belum dapat dikatakan merupakan tindakan atau aktivitas (Mar’at 1984). Uraian aspek sikap di atas dapat menyimpulkan bahwa sikap terdiri dari tiga komponen penting yaitu komponen kognitif, afektif dan konatif.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Sikap

Azwar (1995) menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, media massa, institusi atau lembaga Pemerintah.

(20)

Azwar (1995) menyatakan bahwa tidak adanya pengalaman yang dimiliki oleh seseorang dengan suatu obyek psikologis, cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap obyek tersebut. Sikap akan lebih mudah terbentuk jika yang dialami seseorang terjadi dalam suatu situasi yang melibatkan faktor emosional. Situasi yang melibatkan emosi akan menghasilkan pengalaman yang lebih mendalam dan lebih lama membekas.

2. Pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) sangat ditekankan dalam membentuk pribadi seseorang. Kepribadian merupakan pola perilaku yang konsisten dalam menggambarkan sejarah penguat (reinforcement) yang dialami. Kebudayaan membrikan corak pengalaman bagi individu dalam usatu masyarakat. Kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap individu terhadap berbagai masalah.

3. Berbagai bentuk media massa memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan individu. Media massa memberikan pesan-pesan yang sugestif yang mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut, jika cukup kuat maka pesan sugestif akan memberikan dasar afektif dalam menilai suatu hal,

4. Lembaga atau Institusi Pemerintah

Lembaga atau institusi Pemerintah sebagai suatu sistem memiliki pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya dapat meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri masyarakat. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang dilarang dan dianjurkan diperoleh dari lembaga dan institusi pemerintah.

Karakteristik Sikap

Azwar (1995) menyatakan ada empat ciri atau karakteristik dasar dari sikap, yaitu:

1. Sikap disimpulkan dari cara-cara individu bertingkah laku.

2. Sikap ditunjukkan mengarah kepada obyek psikologis atau kategori, dalam hal ini skema yang dimiliki individu menentukan bagaimana individu mengkategorisasi obyek target dimana sikap diarahkan.

3. Sikap dipelajari.

4. Sikap memengaruhi perilaku. Memegang teguh suatu sikap mengarah pada suatu obyek memberikan satu alasan untuk berperilaku mengarah pada obyek itu dengan suatu cara tertentu.

Empat karakteristik dasar dari sikap selalu mengarah kepada perilaku dan cara bertingkah laku, padahal sikap dan perilaku itu berbeda tetapi berhubungan. Azwar (1995) menyatakan 3 postulat untuk mendefiniskan tiga pandangan mengenai hubungan sikap dan perilaku, yaitu postulat of consistency, postulat of independent variation, and postulate of contigent consistency. Berikut adalah penjelasan mengenai ketiga postulat tersebut:

a. Postulat Konsistensi

Postulat konsistensi mengatakan bahwa sikap verbal memberi petunjuk yang cukup akurat untuk memprediksikan apa yang akan dilakukan seseorang jika dihadapkan pada suatu obyek sikap. Postulat Konsistensi mengasumsikan adanya hubungan antara sikap dan perilaku.

(21)

Postulat menyatakan bahwa mengetahui sikap tidak berarti dapat memprediksi perilaku karena sikap dan perilaku merupakan dua dimensi dalam diri individu yang berdiri sendiri, terpisah dan berbeda.

c. Postulat Konsistensi Kontingensi

Postulat konsistensi kontingensi menyatakan bahwa hubungan sikap dan perilaku sangat ditentukan oleh faktor-faktor situasional tertentu. Norma-norma, peranan.

Kerangka Pemikiran

Produk menjadi elemen pokok di dalam suatu proses pemasaran dari perusahaan kepada konsumen. Di dalam proses pemasaran dari perusahaan kepada konsumen terdapat faktor-faktor eksternal yang memengaruhi sikap konsumen terhadap produk, dan dalam hal ini gambar peringatan pada desain produk merupakan faktor inti yang memengaruhi sikap konsumen terhadap produk. Selain itu, ada juga faktor karakteristik personal dari konsumen. Sikap konsumen dapat diukur dengan beberapa aspek, diantaranya adalah aspek kognitif, afektif, dan konatif.

Gambar 1 Kerangka pemikiran Keterangan:

: mempengaruhi dan akan diuji secara kuantitatif

Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut: 1. Karakteristik responden memengaruhi sikap konsumen.

2. Desain gambar peringatan kemasan produk memengaruhi sikap konsumen. Karakteristik responden:

1. Jenis kelamin 2. Usia

(22)

Definisi Operasional

1. Karakteristik responden adalah hal-hal yang berhubungan dengan individu responden. Karakteristik responden terdiri dari usia, jenis kelamin, dan tingkat pendapatan.

a. Usia adalah jarak antara tahun responden dilahirkan hingga tahun pada saat penelitian dilakukan. Usia responden pada saat penelitian dihitung dalam satuan tahun dan dibulatkan sesuai ulang tahun terdekat usia dibedakan sesuai data responden yang didapat di lapangan. Pengukuran menggunakan skala rasio dengan dibedakan atas: 1) rendah (skor 1) apabila responden berusia 19-20 tahun; 2) sedang (skor 2) apabila responden berusia 21 tahun; dan 3) tinggi (skor 3) apabila responden berusia 22-23 tahun.

b. Jenis kelamin adalah identitas responden berdasarkan ciri biologis. Pengukuran dengan menggunakan skala nominal dan dibedakan atas: 1) laki-laki; dan 2) perempuan.

c. Tingkat pendapatan adalah uang yang diperoleh responden setiap bulan, mulai dari kiriman orang tua sampai kiriman beasiswa. Diukur dengan menggunakan skala ordinal dan dibedakan atas : 1) rendah (skor 1) apabila responden memperoleh pemasukan kurang dari Rp963.000; 2) sedang (skor 2) apabila responden memiliki pemasukan Rp963.000 – Rp1.664.000; dan 3) tinggi (skor 3) apabila responden memiliki pemasukan lebih dari Rp1.664.000.

Karakteristik responden dibedakan atas: 1) rendah (skor 1) apabila nilai akumulasi dari semua pernyataan 2-3; 2) sedang (skor 2) apabila nilai akumulasi dari semua pernyataan 4-5; dan 3) tinggi (skor 3) apabila nilai akumulasi dari semua pernyataan 6.

2. Desain kemasan menurut Klimchuk et al. (2002) desain kemasan adalah bisnis kreatif yang meningkaitkan bentuk, struktur, material, warna, citra, tipografi, dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat dipasarkan. Desain kemasan produk adalah ilmu, seni, dan teknologi yang bertujuan untuk meindungi sebuah produk saat akan didistribusikan, disimpan, dijual dan dipakai sesuai dengan persepsi responden. Pengukuran dihitung dengan menggunakan skala ordinal pada semua komponen. Pada penelitian ini, desain kemasan memiliki empat komponen yang diteliti yaitu gambar, pesan, warna, dan ukuran.

(23)

b. Pesan adalah sebuah informasi tertulis yang memiliki tujuan tertentu. Pesan diukur dengan pernyataan terkait persepsi responden mengenai pesan tertulis sebagai peringatan merokok pada kemasan rokok. Pernyataan diberi skor 4 jika responden menyatakan sangat setuju pada pernyataan tersebut, diberi skor 3 jika responden menyatakan setuju pada pernyataan tersebut, diberi skor 2 jika responden menyatakan tidak setuju pada pernyataan tersebut, dan diberi skor 1 jika responden menyatakan sempurna. Warna diukur dengan pernyataan terkait persepsi responden mengenai warna pada gambar peringatan merokok pada kemasan rokok. Pernyataan diberi skor 4 jika responden menyatakan sangat setuju pada pernyataan tersebut, diberi skor 3 jika responden menyatakan setuju pada pernyataan tersebut, diberi skor 2 jika responden menyatakan tidak setuju pada pernyataan tersebut, dan diberi skor 1 jika responden menyatakan sangat tidak setuju. Produk dibedakan atas: 1) rendah (skor 1) apablia akumulasi dari semua pernyataan 3-6; 2) sedang (skor 2) apabila akumulasi dari semua pernyataan 7-9; dan 3) tinggi (skor 3) apabila akumulasi dari semua pernyataan 10-12.

d. Ukuran adalah besaran, dimensi atau kapasitas yang biasanya terhadap suatu standar atau satuan ukur. Ukuran diukur dengan pernyataan terkait persepsi responden mengenai ukuran gambar peringatan merokok pada kemasan rokok. Pernyataan diberi skor 4 jika responden menyatakan sangat setuju pada pernyataan tersebut, diberi skor 3 jika responden menyatakan setuju pada pernyataan tersebut, diberi skor 2 jika responden menyatakan tidak setuju pada pernyataan tersebut, dan diberi skor 1 jika responden menyatakan sangat tidak setuju. Produk dibedakan atas: 1) rendah (skor 1) apablia akumulasi dari semua pernyataan 3-6; 2) sedang (skor 2) apabila akumulasi dari semua pernyataan 7-9; dan 3) tinggi (skor 3) apabila akumulasi dari semua pernyataan 10-12.

Desain kemasan dibedakan atas: 1) rendah (skor 1) apabila nilai akumulasi dari semua pernyataan 12-30; 2) sedang (skor 2) apabila nilai akumulasi dari semua pernyataan 31-37; dan 3) tinggi (skor 3) apabila nilai akumulasi dari semua pernyataan 38-48.

3. Komponen sikap adalah suatu aspek psikologis dalam individu yang memengaruhi penentuan perilaku konsumen terhadap keputusan pembelian. Pengukuran komponen sikap menggunakan sekala ordinal menurut Azwar (1995) komponen sikap terdiri dari tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan konatif.

(24)

tidak setuju pada pernyataan tersebut, dan diberi skor 1 jika responden menyatakan sangat tidak setuju. Produk dibedakan atas: 1) rendah (skor 1) apablia akumulasi dari semua pernyataan 4-9; 2) sedang (skor 2) apabila akumulasi dari semua pernyataan 10-12; dan 3) tinggi (skor 3) apabila akumulasi dari semua pernyataan 13-14.

b. Afektif adalah aspek sikap yang meliputi perasaan tidak suka, penerimaan obyek dalam proses keputusan pembelian suatu produk. Afektif diukur dengan pernyataan terkait pengetahuan responden mengenai gambar peringatan merokok pada kemasan rokok. Pernyataan diberi skor 4 jika responden menyatakan sangat setuju pada pernyataan tersebut, diberi skor 3 jika responden menyatakan setuju pada pernyataan tersebut, diberi skor 2 jika responden menyatakan tidak setuju pada pernyataan tersebut, dan diberi skor 1 jika responden menyatakan sangat tidak setuju. Produk dibedakan atas: 1) rendah (skor 1) apablia akumulasi dari semua pernyataan 3-6; 2) sedang (skor 2) apabila akumulasi dari semua pernyataan 7-9; dan 3) tinggi (skor 3) apabila akumulasi dari semua pernyataan 10-12.

c. Konatif adalah aspek perilaku berkehendak dalam proses keputusan pembelian suatu produk seperti keinginan untuk membeli atau suatu niatan untuk membeli produk. Konatif diukur dengan pernyataan terkait kehendak responden dalam pembelian produk rokok. Pernyataan diberi skor 4 jika responden menyatakan sangat setuju pada pernyataan tersebut, diberi skor 3 jika responden menyatakan setuju pada pernyataan tersebut, diberi skor 2 jika responden menyatakan tidak setuju pada pernyataan tersebut, dan diberi skor 1 jika responden menyatakan sangat tidak setuju. Produk dibedakan atas: 1) rendah (skor 1) apablia akumulasi dari semua pernyataan 3-5; 2) sedang (skor 2) apabila akumulasi dari semua pernyataan 6-8; dan 3) tinggi (skor 3) apabila akumulasi dari semua pernyataan 9-12.

(25)

PENDEKATAN LAPANGAN

Lokasi dan Waktu

Mahasiswa menjadi reponden dalam penelitian ini dengan alasan karena: 1. Banyak perokok di usia muda dan ingin melihat seberapa besar

pengaruh gambar peringatan merokok kepada usia muda.

2. Ingin melihat adanya pengaruh pada orang yang memiliki pengetahuan tinggi dan memiliki tingkat pendidikan tinggi terhadap gambar peringatan merokok.

3. Mahasiswa adalah tingkatan tertinggi pada tingkatan pendidikan di Indonesia..

Penelitian dilaksanakan dalam waktu lima bulan, dari bulan Januari hingga Juni 2015. Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, pengambilan data lapangan, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian.

Teknik Pengumpulan Data

Penelitian tentang pengaruh gambar peringatan merokok pada kemasan rokok terhadap sikap konsumen adalah penelitian kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Metode kuantitatif adalah penelitian survai dengan menggunakan kuisioner sebagai alat untuk mengumpulkan data dari responden. Sedangkan data-data kualitatif dilakukan dengan wawancara kepada pihak Humas Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor dan responden.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari sumber pertama yakni responden dan pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor. Pengumpulan data primer didukung dengan alat pengumpul data seperti kuisioner sebagai panduan daftar pertanyaan untuk responden. Sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur.

Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu yang dibagi menjadi dua, yaitu responden dan informan. Responden adalah individu yang pernah membeli produk rokok untuk dikonsumsi pribadi, sedangkan informan adalah pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor. Jumlah responden yang diambil berjumlah 40 orang, berdasarkan Singarimbun dan Effendi (1989) jumlah minimum pengambilan responden dalam penelitian sosial yaitu sebanyak 30 orang.

(26)

Penyebaran kuisioner dilakukan dengan cara pemberian kuisioner dengan memilih responden yaitu mahasiswa IPB S1 yang masih menjadi perokok aktif atau orang yang mengonsumsi rokok secara kebetulan dan diberikan pernyataan kuisioner secara kuantitatif.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh langsung di lapangan dengan observasi, kuisioner, dan wawancara mendalam kepada responden serta informan. Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini, yaitu buku, laporan hasil penelitian, artikel, dan sebagainya.

(27)

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambaran Umum Industri Rokok

Industri produksi tembakau di Indonesia memiliki peran yang besar dalam menggerakkan ekonomi nasional. Efek dari industri rokok di Indonesia menyebabkan efek ganda yang sangat luas, seperti penyedia lapangan kerja bagi masyarakat dan penyerapan tenaga kerja terutama di daerah penghasil tembakau, cengkeh dan daerah utama produksi rokok. Hal ini membuat produksi rokok di Indonesia menjadi sangat perlu diperhatikan mulai dari aspek ekonomi, sosial dan juga aspek kesehatan.

Pemerintah mengeluarkan Kebijakan Nasional melalui Perpres Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional dan Permenperin Nomor 117/M-IND/PER/10/2009 bahwa roadmap pengembangan klaster industri hasil tembakau termasuk salah satu industri prioritas untuk dikembangkan. Maka dari itu telah disusun Roadmap Industri Hasil Tembakau (IHT) 2007-2020 dengan tahapan prioritas sebagai berikut:

1. 2007-2010: Prioritas pada aspek keseimbangan Tenaga Kerja, Penerimaan dan Kesehatan;

2. 2010-2014: Prioritas pada aspek Penerimaan, Kesehatan dan Tenaga Kerja; dan

3. 2015-2020: Prioritas pada aspek Kesehatan melebihi aspek Tenaga Kerja dan Penerimaan.

Kondisi Rokok

Indsutri rokok masih memiliki daya tarik yang sangat besar bagi masyarakat Indonesia mengingat jumlah perokok di Indonesia terus bertambah setiap harinya. Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia mengungkapkan bahwa jumlah perokok aktif pada Februari 2012 mencapai dua kali lipat melebihi total jumlah penduduk Malaysia saat ini (Tobacco Control Support Center 2012). Abdillah dikutip dalam Salim (2013) juga menyatakan bahwa perokok berusia 15 tahun ke atas mengalami kenaikan hingga 7.7 persen sejak Tahun 1995. Tahun 1995 jumlah perokok meningkat 27 persen dan saat ini jumlahnya mencapai 34.7 persen.

(28)

Tabel 1 Perkembangan jumlah, produksi dan cukai industri rokok (2007-2012) Tahun Jumlah Perusahaan

(unit)

Sumber : Ditjen. Bea Cukai Tahun 2012

Gambar Peringatan Bahaya Merokok pada Kemasan Rokok di Indonesia

Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk mengedukasi masyarakat tentang bahaya merokok bagi kesehatan, namun sumber daya pemerintah untuk menjangkau seluruh masyarakat Indonesia dalam memberikan edukasi bahaya merokok, khususnya bagi masyarakat buta huruf dan remaja yang belum mendapatkan pengetahuan mengenai bahaya merokok, masih dinilai terbatas. Hal ini mendorong pemerintah menyempurnakan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan menjadi Peraturan Pemerintah melalui Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2013. Peraturan tersebut mengatur bahwa terdapat lima jenis gambar yang wajib dicantumkan dalam kemasan produk rokok yaitu, kanker mulut, kanker tenggorokan, paru-paru yang menghitam akibat kanker paru-paru, orang merokok dengan anak di dekatnya dan orang merokok dengan gambar tengkorak di dekatnya. Perusahaan rokok yang tidak menaati dan melanggar Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2013 akan dikenakan sanksi lima tahun penjara atau denda Rp500.000.000,00. Hal ini juga sesuai dengan Pasal 199 ayat (1) Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009.

Gambar ilustrasi yang dipilih sebagai gambar peringatan bahaya merokok adalah sebanyak lima gambar. Ilustrasi harus mudah dilihat, relevan, mudah diingat dan harus menggambarkan aspek yang perlu diketahui oleh perokok dan calon perokok. Gambar peringatan bahaya merokok harus dicetak menggunakan warna yang mendukung untuk terlihat jelas dan disertai dengan pesan tunggal di bawah gambar tersebut. Gambar peringatan bahaya merokok harus ditempatkan pada bagian depan permukaan kemasan rokok dan tidak tertutup selubung atau terhalang apapun.

Mahmudin (2014) mengutip bahwa pada tanggal 19 April 2012, Menko Kesra mengundang Menko Perekonomian untuk mengadakan rapat harmonisasi di Kemenkumham. Rapat tersebut menghasilkan beberapa kesepakatan sebagai berikut:

1. Peringatan Kesehatan bentuk gambar dan tulisan masing-masing sisi kemasan (depan-belakang) sebesar 40 persen;

2. Ukuran iklan di media luar sebesar 72�2;

(29)

4. Pemberlakuan Peringatan Kesehatan perlu dibahas lebih lanjut masa transisinya; dan

5. Perlu sosialisasi draft Rancangan Peraturan Pemerintah sebelum ditandatangani oleh Presiden.

(30)
(31)

KARAKTERISTIK KONSUMEN ROKOK

Karakteristik konsumen adalah hal-hal yang berhubungan dengan individu konsumen rokok Karakteristik konsumen terdiri dari usia, jenis kelamin, dan tingkat pendapatan.

Usia

Usia adalah selisih antara tahun konsumen dilahirkan hingga tahun pada saat penelitian dilaksanakan. Usia konsumen pada saat penelitian dihitung dalam satuan tahun dan dibulatkan ke ulang tahun terdekat. Usia konsumen rokok diklasifikan berdasar data yang didapat di lapang.

Tabel 2 Jumlah dan persentase konsumen rokok mahasiswa kampus x berdasarkan usia, Tahun 2015

No Kategori usia Jumlah Persentase

1. 19-20 tahun 9 22.5

2. 21 tahun 11 27.5

3. 22-23 tahun 20 50.0

Total 40 100

Hasil penelitian terhadap 40 konsumen yang menjadi responden dalam penelitian ini menunjukkan, sebanyak 22.5 persen konsumen rokok ada di rentang usia 19 sampai 20 tahun. Sebanyak 27.5 persen konsumen rokok berusia 21 tahun, dan 50 persen konsumen rokok berada di usia 22 sampai 23 tahun. Rentang usia ini menggambarkan rokok merupakan produk untuk segmentasi semua umur di kalangan mahasiswa. Hal ini disebabkan karena konsumsi rokok tidak memandang umur bagi masyarakat di Indonesia. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari dinas kesehatan kabupaten Bogor.

“Sampai bulan April 2015 perokok di bawah umur 17 tahun sudah

meningkat 25 persen dari Tahun 2014.” DDE, Humas Dinas

Kesehatan Kabupaten Bogor, 38 tahun.

Fakta tersebut tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Zat Adiktif Berupa Tembakau bagi Kesehatan Pasal 21 bahwa selain pencantuman informasi tentang kadar nikotin dan tar, pada sisi samping lainnya dari kemasan tembakau wajib dicantumkan:

a. Pernyataan, “dilarang menjual atau memberi kepada anak berusia di bawah 18 tahun dan perempuan hamil; dan

(32)

Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah identitas konsumen berdasarkan faktor biologis yang tercatat dalam tanda pengenal. Hasil penelitian dari 40 konsumen yang menjadi responden dalam penelitian ini menunjukkan bahwa jenis kelamin konsumen rokok yang masih menjadi konsumen rokok cenderung homogen.

Sebanyak 77.5 persen konsumen rokok yang masih menjadi perokok aktif adalah laki-laki dan sebanyak 22.5 konsumen rokok yang masih menjadi perokok aktif adalah perempuan. Hal ini disebabkan karena masih banyak masyarakat di Indonesia beranggapan bahwa rokok adalah produk untuk laki-laki, dan perempuan yang merokok masih dianggap hal yang tidak biasa. Hal ini juga didukung oleh salah satu pernyataan konsumen yang menjadi responden dalam penelitian ini.

“Jarang saya melihat dan mempunyai teman perempuan yang merokok, apalagi mahasiswa di IPB.” HBB, 20 tahun.

Tingkat pendapatan

Tingkat pendapatan adalah penerimaan yang diperoleh konsumen setiap satu bulan, uang kiriman orang tua, maupun pemasukan dari yang lainnya. Tingkat pendapatan konsumen rokok diklasifikan berdasar data yang di dapat di lapang. Tingkat pendapatan perbulan dibedakan atas: 1) rendah apabila penerimaan kurang dari Rp964.000,00 2) sedang apabila penerimaan di antara Rp964.000,00 sampai Rp1.664.000,00; dan 3) tinggi apabila penerimaan lebih dari Rp1.664.000,00. Tabel 3 Jumlah dan persentase konsumen rokok mahasiswa kampus x

berdasarkan tingkat pendapatan, Tahun 2015

No Kategori tingkat pendapatan Jumlah Persentase

1. < Rp964.000 12 30

2. Rp964.000 – Rp1.664.000 18 45

3. > Rp1.664.000 10 25

Total 40 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 30 persen konsumen memiliki tingkat pendapatan kurang dari Rp964.000,00, 45 persen konsumen memiliki tingkat pendapatan di antara Rp964.000,00 sampai Rp1.664.000,00, dan sebanyak 25 persen konsumen memiliki pemasukan lebih dari Rp1.664.000,00. Hal ini disebabkan karena adanya anggapan bahwa mahasiswa perokok tidak mementingkan harga rokok yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini didukung dengan pernyataan konsumen yang menjadi responden dalam penelitian ini.

“Mulai dari satu bungkus rokok yang harganya Rp8.000, sampai sekarang yang harganya Rp16.000, konsumsi rokok saya tidak

(33)

DESAIN KEMASAN PADA KEMASAN ROKOK

Desain kemasan adalah bisnis kreatif yang mengkaitkan bentuk, struktur, material, warna, citra, tipografi, dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat dipasarkan. Empat komponen desain kemasan yang diteliti adalah gambar, pesan, warna, dan ukuran. Penelitian di lapang menghasilkan data terkait penilaian konsumen terhadap gambar peringatan bahaya merokok pada desain kemasan rokok sebagai berikut.

Tabel 4 Jumlah dan persentase konsumen rokok mahasiswa kampus x berdasarkan desain kemasan, Tahun 2015

No Kategori desain kemasan Jumlah Persentase

1. Rendah 11 28

2. Sedang 17 42

3. Tinggi 12 30

Total 40 100

Sebanyak 28 persen konsumen menilai desain kemasan pada kemasan rokok rendah. Sebanyak 42 persen konsumen desain kemasan rokok sedang, dan sebanyak 30 persen konsumen menilai gambar peringatan pada desain kemasan rokok tinggi. Hal ini disebabkan karena gambar pada peringatan merokok terihat jelas, memiliki ilustrasi yang menarik perhatian dan juga berada pada posisi yang sangat strategis untuk dilihat dengan jelas.

Gambar

Gambar adalah sebuah representasi spasial dari fenomena obyek, adegan, atau lainnya. Gambar diukur dengan pernyataan terkait persepsi konsumen mengenai gambar seram sebagai peringatan merokok pada kemasan rokok. Penelitian di lapang menghasilkan data terkait penilaian konsumen terhadap gambar peringatan bahaya merokok pada desain kemasan rokok sebagai berikut. Tabel 5 Jumlah dan persentase konsumen rokok mahasiswa kampus x

berdasarkan gambar, Tahun 2015

No Kategori gambar Jumlah Persentase

1. Rendah 9 22.5

2. Sedang 21 52.5

3. Tinggi 10 25

Total 40 100

Sebanyak 22.5 persen konsumen menilai gambar peringatan pada desain kemasan rokok rendah. Sebanyak 52.5 persen konsumen menilai gambar peringatan pada desain kemasan rokok sedang, dan sebanyak 25 persen konsumen menilai gambar peringatan pada desain kemasan rokok tinggi.

(34)

merokok dinilai terlihat sangat jelas bagi konsumen. Hal ini sesuai dengan pernyataan salah satu konsumen rokok.

“Iya, gambar seram pada rokok terlihat jelas semua, contohnya

gambar yang paru-paru saja terlihat jelas paru-parunya kotor dan

rusak.” INT, 23 tahun.

Pemilihan gambar pada gambar peringatan rokok dipilih secara khusus oleh pemerintah, sehingga gambar tersebut dapat mempresentasikan suatu peringatan kepada konsumen. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor.

“Iya memang, semua gambar yang menjadi label peringatan

merokok sudah dipilih telebih dahulu, tidak asal ambil gambar.”

DDE, Humas Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, 38 tahun.

Pernyataan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor sesuai dengan gambar peringatan merokok pada kemasan rokok menggunakan ilustrasi yang dapat menarik perhatian, baik dari yang perokok aktif maupun perokok pasif. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari salah satu konsumen rokok.

“Gambar seram di kemasan rokok sangat menarik perhatian, karena

gambar atau ilustrasi yang dipasang sangat ekstrim, pas banget buat

ancaman kesehatan.” AGH, 23 tahun.

Pesan

Pesan adalah sebuah informasi tertulis yang memiliki tujuan tertentu. Pesan diukur dengan pernyataan terkait persepsi responden mengenai pesan tertulis sebagai peringatan merokok pada kemasan rokok. Penelitian di lapang menghasilkan data terkait penilaian konsumen terhadap pesan peringatan bahaya merokok pada desain kemasan rokok sebagai berikut.

Tabel 6 Jumlah dan persentase konsumen rokok mahasiswa kampus x berdasarkan pesan, Tahun 2015

No Kategori pesan Jumlah Persentase

1. Rendah 13 32.5

2. Sedang 18 45

3. Tinggi 9 22.5

Total 40 100

Sebanyak 32.5 persen konsumen menilai pesan peringatan pada desain kemasan rokok rendah. Sebanyak 45 persen konsumen menilai pesan gambar peringatan pada desain kemasan rokok sedang dan sebanyak 22.5 persen konsumen menilai pesan gambar peringatan pada desain kemasan rokok tinggi.

(35)

“Tidak sih, saya lebih menangkap pesan dari bahaya merokok itu dari gambarnya yang seram-seram, bukan dari tulisan peringatannya, karena dari gambar saya bisa melihat dampak

langsung dari rokok itu sendiri.” IHM, 22 tahun.

Selain itu, tulisan peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok juga tidak sebanding dengan gambar peringatan dari segi ukuran. Hal ini terlihat dari tulisan peringatan merokok yang terletak di bawah gambar peringatan merokok dan terlihat sangat kecil. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari salah satu konsumen rokok.

“Tidak terlihat jelas, tulisan peringatan merokoknya sangat lebih

kecil dibandingkan dengan gambar peringatannya.” INT, 23 tahun.

Warna

Warna adalah spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya sempurna. Warna diukur dengan pernyataan terkait persepsi responden mengenai warna pada gambar peringatan merokok pada kemasan rokok. Penelitian di lapang menghasilkan data terkait penilaian konsumen terhadap warna pada desain kemasan rokok terhadap sebagai berikut.

Tabel 7 Jumlah dan persentase konsumen rokok mahasiswa kampus x berdasarkan warna, Tahun 2015

No Kategori warna Jumlah Persentase

1. Rendah 9 22.5

2. Sedang 25 62.5

3. Tinggi 6 15

Total 40 100

Sebanyak 22.5 persen konsumen menilai warna peringatan pada desain kemasan rokok rendah. Sebanyak 62.5 persen konsumen menilai warna peringatan pada desain kemasan rokok sedang, dan sebanyak 15 persen konsumen menilai warna peringatan pada desain kemasan rokok tinggi.

Penilaian konsumen terhadap warna dari desain gambar peringatan merokok pada kemasan rokok cenderung sedang ke rendah. Hal ini dikarenakan warna gambar peringatan merokok pada desain kemasan rokok tidak memiliki kualitas yang baik dan warnanya tidak terlalu menarik perhatian. Hal ini sesuai dengan pernyataan salah satu konsumen berikut ini.

“Saya melihat warna gambar peringatan merokok tidak terlalu bagus, biasa aja warnanya” INT, 23 tahun.

Ukuran

(36)

Tabel 8 Jumlah dan persentase konsumen rokok mahasiswa kampus x berdasarkan ukuran, Tahun 2015

No Kategori ukuran Jumlah Persentase

1. Rendah 7 17.5

2. Sedang 21 52.5

3. Tinggi 12 30

Total 40 100

Sebanyak 17.5 persen konsumen menilai ukuran peringatan pada desain kemasan rokok rendah. Sebanyak 52.5 persen konsumen menilai ukuran peringatan pada desain kemasan rokok sedang, dan sebanyak 30 persen konsumen menilai ukuran peringatan pada desain kemasan rokok tinggi.

Penilaian konsumen terhadap ukuran gambar peringatan merokok pada kemasan rokok cenderung sedang ke tinggi. Hal ini disebabkan karena gambar peringatan merokok pada kemasan rokok memiliki proporsi yang cukup besar pada kemasan rokok dan gambar peringatan bahaya merokok memadai untuk dilihat, sehingga gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rook dapat terlihat secara jelas. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari salah satu konsumen sebagai berikut.

“Gambar peringatan merokok memiliki ukuran yang besar sih, saya

melihat dari jarak dua meter sampai tiga meter-pun masih kelihatan

gambarnya.” AGH, 23 tahun.

Pernyataan lain mengenai gambar peringatan merokok pada kemasan rokok memadai untuk dilihat secara jelas didukung pernyataan dari salah satu konsumen sebagai berikut.

“Gambar peringatan merokok pada kemasan rokok yang dibikin

ukurannya memadai untuk terlihat jelas.” HBB, 20 Tahun.

Penempatan gambar peringatan merokok pada kemasan rokok dinilai strategis untuk dapat terlihat jelas karena peraturan pemerintah yang mengharuskan gambar peringatan ditempatkan pada bagian depan kemasan rokok dan ditempatkan pada posisi yang strategis yang sesuai dengan pernyataan. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari salah satu konsumen sebagai berikut.

“Gambar peringatan merokok ada didepan kemasan rokok, jadinya sangat jelas dilihat.” SFN, 23 tahun.

Penilaian konsumen di atas juga didukung oleh pernyataan Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor sebagai berikut.

“Di Undang Undang sudah ada bahwa gambar peringatan

merokok memang harus ditempatka pada posisi yang strategis supaya terlihat jelas dan menarik perhatian bagi yang melihat dan

(37)

SIKAP KONSUMEN TERHADAP GAMBAR PERINGATAN

ROKOK PADA KEMASAN ROKOK

Sikap merupakan ekspresi yang mencerminkan perasaan, apakah seseorang senang atau tidak senang, suka atau tidak suka dan setuju atau tidak setuju terhadap suatu objek. Objek yang dimaksud bisa berupa merek, layanan, pengecer, perilaku tertentu, dan lain-lain (Schifman dan Kanuk 1997). London dan Bitta (1998) berpendapat bahwa sikap sebagai kecendrungan yang dipelajari (learned predisposition) untuk merespon suatu objek atau kelas objek dalam suasana menyenangkan atau tidak menyenangkan secara konsisten.

Secord dan Backman yang dikutip dalam Azwar (1995) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. Sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan dan sebelum berperilaku terhadap suatu objek. Sikap memiliki tiga komponen yang diteliti yaitu kognitif, afektif dan konatif. Penelitian di lapang menghasilkan data terkait sikap konsumen sebagai berikut.

Tabel 9 Jumlah dan persentase konsumen rokok mahasiswa kampus x berdasarkan sikap, Tahun 2015

No Kategori sikap Jumlah Persentase

1. Rendah 12 30

2. Sedang 16 40

3. Tinggi 12 30

Total 40 100

Sebanyak 30 persen konsumen menilai gambar peringatan pada desain kemasan rokok rendah. Sebanyak 40 persen konsumen menilai gambar peringatan pada desain kemasan rokok sedang, dan sebanyak 30 persen konsumen menilai gambar peringatan pada desain kemasan rokok tinggi.

Penilaian sikap konsumen terhadap gambar pada desain gambar peringatan merokok cenderung sedang. Hal ini dikarenakan konsumen tidak terlalu memikirkan dan menaruh perasaan secara penuh terhadap gambar peringatan merokok pada desain kemasan rokok setelah mengetahui pengetahuan bahaya merokok dari peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok.

Kognitif

(38)

Tabel 10 Jumlah dan persentase konsumen rokok mahasiswa kampus x berdasarkan kognitif, Tahun 2015

No Kategori kognitif Jumlah Persentase

1. Rendah 7 17.5

2. Sedang 22 55

3. Tinggi 11 27.5

Total 40 100

Hasil penelitian terhadap 40 konsumen yang menjadi responden penelitian menunjukkan, sebanyak 17.5 persen konsumen memiliki tingkat pengetahuan yang rendah setelah melihat gambar peringatan pada kemasan rokok. Sebanyak 55 persen konsumen memiliki tingkat pengetahuan yang sedang setelah melihat gambar peringatan merokok pada kemasan rokok. Sebanyak 27.5 persen konsumen memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi setelah melihat gambar peringatan merokok pada kemasan rokok.

Penilaian tingkat kognitif konsumen terhadap bahaya merokok setelah melihat gambar peringatan merokok pada kemasan rokok cenderung sedang ke tinggi. Hal ini disebabkan karena sebagian besar konsumen telah mengetahui bahaya merokok dari berbagai sumber, seperti iklan di televisi, poster, banner, kemasan rokok dan artikel kesehatan mengenai bahaya merokok. Informasi mengenai bahaya merokok yang didapatkan dari berbagai sumber tersebut membuat konsumen memiliki pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu konsumen yang menjadi responden dalam penelitian ini.

“Saya mengetahui bahaya merokok lebih sering dari iklan di televisi

dan banner di pinggir jalan” GNH, 21 tahun.

Pemerintah memiliki peraturan pada setiap iklan rokok seperti iklan komersial di televisi, banner, poster dan billboard yang mengharuskan menyertai bahaya dan peringatan merokok. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor terkait peraturan iklan rokok yang dikeluarkan pemerintah.

“Memang sudah ada di Undang-Undang setiap iklan rokok

diharuskan mencantumkan bahaya dari rokok dan kandungan dari

rokok” DDE, Humas Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, 38 tahun.

Afektif

(39)

Tabel 11 Jumlah dan persentase konsumen rokok mahasiswa kampus x berdasarkan afektif, Tahun 2015

No Kategori afektif Jumlah Persentase

1. Rendah 12 30

2. Sedang 19 47.5

3. Tinggi 9 22.5

Total 40 100

Hasil penelitian terhadap 40 konsumen yang menjadi responden penelitian menunjukkan sebanyak 30 persen konsumen memiliki tingkat afektif yang rendah setelah melihat gambar peringatan pada kemasan rokok. Sebanyak 47.5 persen konsumen memiliki tingkat afektif yang sedang setelah melihat gambar peringatan merokok pada kemasan rokok. Sebanyak 22.5 persen konsumen memiliki tingkat afektif yang tinggi setelah melihat gambar peringatan merokok pada kemasan rokok.

Penilaian tingkat afektif konsumen terhadap bahaya merokok pada kemasan rokok cenderung sedang ke rendah. Hal ini disebabkan karena sebagian besar konsumen tidak merasa takut terhadap bahaya dari rokok dan belum merasakan dampak dari rokok, sesuai dengan pernyataan dari salah satu konsumen berikut ini.

“Selama tiga tahun merokok saya belum pernah merasakan

penyakit dari rokok.” SFH, 21 tahun.

Konatif

Konatif adalah aspek perilaku berkehendak dalam proses keputusan pembelian suatu produk seperti keinginan untuk membeli atau suatu niatan untuk membeli produk. Konatif diukur dengan pernyataan terkait kehendak konsumen dalam pembelian produk rokok.

Tabel 12 Jumlah dan persentase konsumen rokok mahasiswa kampus x berdasarkan konatif, Tahun 2015

No Kategori konatif Jumlah Persentase

1. Rendah 12 30

2. Sedang 18 45

3. Tinggi 10 25

Total 40 100

Hasil penelitian terhadap 40 konsumen yang menjadi responden penelitian menunjukkan, sebanyak 30 persen konsumen memiliki tingkat konatif yang rendah setelah melihat gambar peringatan pada kemasan rokok. Sebanyak 45 persen konsumen memiliki tingkat konatif yang sedang setelah melihat gambar peringatan merokok pada kemasan rokok. Sebanyak 25 persen konsumen memiliki tingkat konatif yang tinggi setelah melihat gambar peringatan merokok pada kemasan rokok.

(40)

sebagai peringatan merokok dan mengurangi konsumsi rokok setelah melihat gambar peringatan merokok pada kemasan rokok. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu konsumen yang menjadi responden dalam penelitian ini.

“Buat saya ga ngaruh ada gambar seram di bungkus rokok, saya

(41)

PENGARUH KARAKTERISTIK KONSUMEN DENGAN

SIKAP KONSUMEN

Karakteristik konsumen adalah hal-hal yang berhubungan dengan individu konsumen yang menjadi responden dalam peneitian ini. Karakteristik konsumen yang dilihat dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu usia konsumen, jenis kelamin dan tingkat pendapatan perbulan.

Masing-masing variabel dari karakteristik individu dari variabel usia dan tingkat pendapatan perbulan menggunakan tabulasi silang dan didukung dengan menggunakan uji korelasi Spearman. Sedangkan karakteistik individu dari variabel jenis kelamin menggunakan uji tabulasi silang dan didukung menggunakan uji Chi Square. Uji Chi Square dan uji Spearman digunakan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antar variabel yang diuji dan juga mengetahui seberapa kuat hubungan antara variabel independen dan dependen Selanjutnya, kekuatan signifikansi dapat dilihat dari nilai Correlation Coefficient dengan kriteria menurut Walpole (1997) sebagai berikut:

a. 0.00 – 0.30: korelasi yang lemah b. 0.31 – 0.50: korelasi yang sedang c. 0.51 – 1.00: korelasi yang kuat

Variabel yang diuji hubungannya pada sikap konsumen menggunakan uji Chi Square adalah jenis kelamin, sedangkan variabel usia dan variabel tingkat pendapatan perbulan akan diuji menggunakan korelasi Spearman. Hasil uji ketiga variabel tersebut dapat dilihat sebagai berikut.

Berdasarkan nilai signifikan dari hasil uji statistik Chi Square dan Spearman dapat diketahui nilai signifikan hubungan variabel independen (usia, jenis kelamin, dan tingkat pendapatan) dengan variabel dependen (sikap konsumen).

Hubungan Usia dengan Sikap Konsumen

Usia individu responden pada penelitian ini yang berarti adalah perokok dibagi menjadi tiga kategori, yaitu 19-20 tahun digolongkan rendah, 21 tahun digolongkan sedang dan 22-23 tahun digolongkan tinggi. Setelah itu usia responden akan dihubungkan dengan sikap konsumen dengan menggunakan uji korelasi Spearman.

(42)

Tabel 13 Jumlah dan persentase konsumen menurut usia dan sikap konsumen rokok mahasiswa kampus x, Tahun 2015

Usia Sikap

Tabel 13 menunjukkan bahwa persentase konsumen yang berusia rendah dan memiliki nilai sikap konsumen rendah adalah sebesar 25.0 persen, diikuti dengan konsumen berusia sedang dan memiliki nilai sikap sedang sebesar 31.0 persen dan konsumen berusia tinggi dan memiliki nilai sikap tinggi sebesar 50.0 persen. Hal ini menunjukkan terdapat kecenderungan hubungan antara usia konsumen dengan sikap konsumen jika dilihat dari hasil tabulasi silang.

Hubungan Jenis Kelamin dengan Sikap Konsumen

Jenis kelamin individu responden pada penelitian ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu aki-laki dan perempuan. Setelah itu, jenis kelamin dihubungkan dengan sikap konsumen menggunakan uji Chi square.

Berdasarkan hasil uji Chi Square, jenis kelamin konsumen dalam penelitian ini memilki nilai signifkansi p = 0.557 yang menunjukkan bahwa tidak adanya hubunngan antara jenis kelamin konsumen dengan sikap konsumen. Setelah itu, jenis kelamin dan sikap konsumen dihubungkan dengan menggunakan tabuasi silang pada Tabel 14.

Tabel 14 Jumlah dan persentase konsumen menurut jenis kelamin dan sikap konsumen rokok mahasiswa kampus x, Tahun 2015

Jenis kelamin Sikap

Tabel 14 menunjukkan bahwa mayoritas konsumen sebanyak 10 orang atau sebesar 84 persen berjenis kelamin laki-laki dan berada pada nilai keputusan pembelian konsumen yang rendah. Selain itu, tabel di atas menunjukkan bahwa tidak adanya kecendrungan hubungan antara jenis kelamin dengan sikap konsumen.

Hubungan Tingkat pendapatan dengan Sikap Konsumen

Gambar

Gambar Peringatan Bahaya Merokok pada Kemasan Rokok ..................... 8
Gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok
Gambar 1 Kerangka pemikiran
Gambar 5 peringatan merokok berbahaya dengan baik
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kutipan paragraf di atas, adalah salah satu bagian dari catatan Giza Arifkha Putri, siswi kelas 6 SD Negeri Bintoro 5 Demak, yang menjadi pemenang pertama Lomba Menulis Cerita

Pompa sentrifugal isapan tunggal untuk mengalirkan air dari bak penampung awal ke bak penampung akhir, sedangkan pompa booster untuk mengalirkan air dari lantai 14 sampai lantai

Pada masa pembangunan bangsa indonesia yang bergerak pada kemajuan teknologi yang meningkat dan pesat, serta adanya keinginan untuk mengurangi ketergantungan terhadap pihak asing,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini merekomendasikan Ujian Proposal / Tugas Akhir mahasiswa Program Studi S1 Teknik Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro :1. Nama

Hasil kajian menunjukkan bahawa keempat-empat pusat pendidikan awal kanak-kanak tersebut melaksanakan pendidikan awal kanak-kanak yang bersesuaian dengan asas-asas pendidikan

Dengan adanya pengunjung remaja ke objek wisata kebun teh cipasung membawa pengaruh yang sangant baik, karena kebanyakan pengunjung dari luar daerah itu

Grafik Peringkat Provinsi Bali menurut Angka Melek Huruf dalam skala Nasional Tahun 2013. Sumber : Paparan BPS

Data dalam penelitian ini bersifat statistik berupa skor hasil kuesioner dan bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan, yaitu terpaan tayangan Jejak Petualang