• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas Antikanker Ekstrak Metanol Berbagai Bagian Pohon Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aktivitas Antikanker Ekstrak Metanol Berbagai Bagian Pohon Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.)"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

AKTIVITAS ANTIKANKER EKSTRAK METANOL

BERBAGAI BAGIAN POHON JABON

(Anthocephalus cadamba Miq.)

DEVI ARMILASARI

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas Antikanker Ekstrak Metanol Berbagai Bagian Pohon Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Hibah Unggulan Perguruan Tinggi 2013 atas nama Dr Ir Rita Kartika Sari, MSi. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2013

Devi Armilasarii

(4)

ABSTRAK

DEVI ARMILASARI. Aktivitas Antikanker Ekstrak Metanol Berbagai Bagian Pohon Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.). Dibimbing oleh RITA KARTIKA SARI.

Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan kadar ekstrak metanol daun, kulit, dan kayu dari pohon jabon putih, menguji aktivitas antikanker ekstrak tersebut secara in vitro (uji pendahuluan dengan metode BSLT dan antiproliferasi sel kanker payudara MCF-7, sel kanker serviks HeLa, dan sel normal Vero), serta menganalisis kandungan kimia ekstrak yang memiliki aktivitas antikanker tertinggi secara kualitatif melalui uji fitokimia kualitatif dan secara kuantitatif dengan Pyrolisis GC-MS. Uji antiproliferasi dilakukan dengan metode MTT. Hasil penelitian menunjukkan daun jabon putih menghasilkan kadar ekstrak tertinggi yaitu 13.22%. Ekstrak kulit dan kayu sangat toksik terhadap larva udang

A. salina dengan nilai LC50 197 μg/mL dan LC50 122 μg/mL. Aktivitas antikanker

ekstrak kulit terhadap sel kanker MCF-7 (IC50 91 μg/mL) lebih tinggi

dibandingkan dengan bagian kayunya (IC50 312 μg/mL), akan tetapi ekstrak kulit

lebih tinggi terhadap sel kanker HeLa (IC50 3 μg/mL) dibandingkan dengan sel

kanker MCF-7 (IC50 91 μg/mL). Ekstrak kulit sangat potensial dikembangkan

sebagai agen antikanker serviks dan payudara serta aman terhadap sel normal (IC50 288 μg/mL). Hasil analisis kualitatif dalam ekstrak kulit positif mengandung

fenolik, flavanoid, alkaloid, saponoin, triterpenoid, dan glikosida. Hasil analisis

Pyrolisis GC-MS menunjukkan bahwa dalam ekstrak kulit terdeteksi adanya turunan asam lemak dan fenolik.

Kata kunci: jabon putih, sel HeLa, sel MCF-7, sel Vero, toksisitas

ABSTRACT

DEVI ARMILASARI. Anticancer Activity of Methanol Extract from Several Parts of Jabon Tree (Anthocephalus cadamba Miq.). Supervised by RITA KARTIKA SARI.

The objectives of this research were to determine the percentage of the methanol extract leaves, bark, and wood of the white jabon tree, and to examine the activity of such anticancer extract by in vitro (pretreatment with BSLT method, and antiproliferation of the MCF-7 breast cancer cell, HeLa cervix cancer cell, and Vero normal cell), as well as to analyze the content of chemical extract having the highest anticancer activity qualitatively through qualitative phytochemistry and quantitatively by using GC-MS pyrolisis. Antiproliferation test was conducted by MTT method. The result of this research revealed that the leaves of the white jabon obtained the highest extract at 13.22%. The extrac of bark and wood were very toxic to the larvae of lobster A. salina at the value LC50

197 μg/mL and LC50 122 μg/mL. Anticancer activity of bark extract towards

MCF-7 cancer cell (IC50 91 μg/mL) was higher than the part its wood (IC50 312

μg/mL). However, bark extract was higher towards HeLa cancer cell (IC50 3

(5)

to be developed as anticancer agent to cervix and breast, and kept in save in normal cell (IC50 288 μg/mL). The result of qualitative analysis in bark extract

positively consisted of phenol, flavanoid, alkaloid, saponin, triterpenoid, and glycoside. Pyrolisis analysis of GC-MS showed that in bark extract was detected the derived of fatty acid and phenol.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Hasil Hutan

AKTIVITAS ANTIKANKER EKSTRAK METANOL

BERBAGAI BAGIAN POHON JABON

(Anthocephalus cadamba Miq.)

DEVI ARMILASARI

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Aktivitas Antikanker Ekstrak Metanol Berbagai Bagian Pohon Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.)

Nama : Devi Armilasari NIM : E24090017

Disetujui oleh

Dr Ir Rita Kartika Sari, MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir I Wayan Darmawan, MSc Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun karya ilmiah dengan judul Aktivitas Antikanker Ekstrak Metanol Berbagai Bsagian Pohon Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Rita Kartika Sari, MSi atas bimbingan, kritik, saran, serta dukungannya yang sangat membantu dalam penyelesaian dan penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pimpinan dan teknisi Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, Laboratorium Mikrobiologi Pusat Studi Satwa Primata IPB, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) Bogor, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor, dan Herbarium Bogoriense bidang Botani Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor atas izin dan bantuannya selama melaksanakan penelitian. Terima kasih penulis ucapkan kepada IPB yang telah memberikan beasiswa PPA kepada penulis selama menjalani masa studi dan bantuan dana penelitian dari hibah unggulan Perguruan Tinggi 2013.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada ayah, ibu, kakak atas dukungan, doa, dan motivasi yang selalu diberikan. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Rahmah Utami, Lisa Adina Pratiwi, Jamilyadhatus Solikhah, dan teman-teman lainnya atas bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini serta Hendriyadi yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasinya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2013

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 3

METODE 3

Bahan 3

Alat 3

Penyiapan Bahan Baku 3

Ektraksi 3

Pengujian Aktivitas Antikanker 4

Uji Toksisitas dengan Metode BSLT 4

Uji Aktivitas Antiproliferasi Sel Lestari 5

Analisis Komponen Kimia 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Identifikasi Jenis Pohon 6

Kadar Ekstrak 7

Toksisitas 8

Aktivitas Antiproliferasi 9

Kandungan Fitokimia 12

SIMPULAN DAN SARAN 14

Simpulan 14

Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 14

(12)

DAFTAR TABEL

1 Aktivitas antiproliferasi sel lestrai kanker payudara MCF-7 10 2 Hasil analisis fitokimia secara kualitatif ekstrak metanol kulit jabon

putih 12

3 Senyawa dominan dalam ekstrak metanol kulit jabon putih dan

bioaktivitasnya 13

DAFTAR GAMBAR

1 Karakteristik berbagai bagian pohon jabon putih (A. cadamba) 7 2 Kadar ekstrak metanol berbagai bagian pohon jabon putih 7 3 Grafik hubungan antara mortalitas larva udang A. salina dengan

konsentrasi ekstrak metanol berbagai bagian pohon jabon putih 8 4 Nilai LC50 ekstrak metanol berbagai bagian pohon jabon putih hasil ui

BSLT 9

5 Nilai IC50 ekstrak metanol kulit jabon putih hasil uji antiproliferasi

terhadap sel kanker payudara MCF-7, sel kanker serviks HeLa, dan sel

normal Vero 11

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil identifikasi spesies pohon 18

2 Hasil pengujian fitokimia secara kualitatif ekstrak metanol kulit jabon

putih 19

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Saat ini kebutuhan akan pasokan kayu sulit dipenuhi jika hanya mengandalkan tegakan-tegakan dari hutan alam. Meningkatnya laju kerusakan hutan alam menyebabkan pasokan kayu dari hutan alam menurun drastis sehingga mendorong industri-industri perkayuan berpaling kepada kayu-kayu yang berasal dari hutan tanaman rakyat (HTR) maupun hutan tanaman industri (HTI). Permasalahan lain yang timbul adalah tingkat efisiensi pemanfaatan hasil hutan masih tergolong rendah, sekitar 50% berupa limbah penebangan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya hutan, dapat dilakukan melalui penerapan konsep the whole tree utilization dengan memanfaatkan seluruh bagian dari pohon termasuk semua komponen kimia kayu (Syafii 2008). Salah satu cara yang dapat dikembangkan dalam rangka peningkatan efisiensi dan nilai tambah hasil hutan yaitu dengan memanfaatkan limbah tebangan berupa zat ekstraktif pada berbagai bagian pohon sebagai obat. Sebagai contoh pemanfaatan zat ekstraktif sebagai obat adalah pemanfaatan senyawa xanthon dalam kulit buah manggis dan senyawa asetogenins pada daun sirsak sebagai obat antikanker (Suherman 2013).

Di sisi lain, salah satu penyakit yang saat ini menjadi masalah besar bagi kesehatan masyarakat baik di dunia maupun di Indonesia adalah kanker. Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit tahun 2007, kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh rumah sakit di Indonesia (16.85%) dan disusul dengan kanker leher rahim atau serviks (11.78%) (Soemardini 2012). Kanker payudara terjadi pada jaringan payudara. Kanker ini terjadi pada kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dari mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Sel kanker payudara MCF-7 diambil dari jaringan payudara seorang wanita Kaukasian berumur 69 tahun dengan golongan darah O dan Rh positif, berupa sel yang melekat yang dapat ditumbuhkan dalam media penumbuh. Sel ini memiliki sifat yang resisten terhadap agen kemoterapi (Apantaksu 2002). Kanker serviks terjadi pada leher rahim yang disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV). Sel Kanker serviks HeLa diturunkan dari sel epitel kanker leher rahim seorang wanita penderita kanker serviks bernama Henrietta Lacks yang berusia 31 tahun (Sari 2012).

(14)

2

lain seperti kanker uterus, ginjal, dan kandung kemih, sedangkan pengobatan dengan kemoterapi bertujuan untuk menghancurkan sel kanker sehingga ukuran kanker mengecil. Kemoterapi menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel kanker dan biasanya dikombinasikan dengan terapi radiasi. Kemoterapi mampu membunuh pertumbuhan sel-sel kanker tetapi juga dapat membahayakan sel-sel normal di sekitarnya dan dapat meningkatkan risiko timbulnya kanker lain, yaitu leukemia (NCI 2012). Mahalnya pengobatan tersebut dan adanya efek samping yang ditimbulkan mendorong banyak peneliti untuk mengkaji dan menemukan obat baru melalui pemanfaatan senyawa aktif tumbuhan (zat ekstraktif), karena terbukti pemberian zat ekstraktif mampu mengghambat pertumbuhan sel kanker dengan efek samping yang lebih rendah. Menurut Suherman 2013, ekstrak kulit manggis dan daun sirsak memiliki aktivitas antiproliferasi yang kuat dalam menghambat pertumbuhan sel kanker tanpa menimbulkan rasa mual, berat badan turun, rambut rontok seperti yang terjadi pada terapi kemo.

Penelitian mengenai potensi zat ekstraktif sebagai obat kanker dari pohon jabon putih (Anthocephalus cadamba Miq.) belum dilakukan. Studi pustaka menyebutkan bahwa ekstrak metanol dan kloroform akar jabon putih yang ada di India memiliki aktivitas antimikroba (Acharrya et al. 2011). Penelitian lain juga menyebutkan bahwa ekstrak kloroform dan aseton daun jabon putih memiliki aktivitas antimikroba (Chandrashekar dan Prasanna 2009). Selain itu, ekstrak etanol daun dan buah jabon putih juga memiliki aktivitas antioksidan (Alekhya et al. 2013). Daun dan kulit jabon putih yang ada di India mengandung senyawa flavanoid, alkaloid, glikosida, dan fenolik (Gurjar et al. 2010; Guptar et al. 2013). Middleton (2000) menyebutkan bahwa senyawa flavanoid merupakan senyawa yang dapat menghambat mekanisme pembelahan dan memicu apoptosis sel kanker. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak tertutup kemungkinan ditemukannya senyawa antikanker pada berbagai bagian pohon jabon putih yang tumbuh di Indonesia.

Pertimbangan lain pemilihan jabon putih dalam penelitian ini karena jabon putih sebagai salah satu jenis tumbuhan pilihan di hutan rakyat yang cepat tumbuh, kemampuan beradaptasinya pada berbagai tempat tumbuh, perlakuan silvikulturnya yang relatif mudah, serta relatif bebas dari serangan hama dan penyakit yang serius. Saat ini jabon putih juga merupakan salah satu jenis pohon yang memiliki prospek tinggi untuk hutan tanaman industri di Indonesia. Kayunya digunakan sebagai bahan baku kayu lapis, pulp dan kertas, konstruksi ringan, perkakas rumah, papan partikel, dan lainnya (Krisnawati et al. 2011).

Tujuan Penelitian

(15)

3 secara kuantitatif dengan Pyrolisis Gas Chromatography Mass Spectrometry (Pyr-GC-MS).

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai potensi pohon jabon putih sebagai obat antikanker alami sehingga pohon jabon putih dapat dimanfaatkan secara optimal.

METODE

Bahan

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun, kulit, dan kayu dari pohon jabon putih berdiameter 25 cm yang berasal dari daerah sekitar kampus IPB Dramaga Bogor. Bahan lain yang digunakan adalah aluminium foil, larva udang Artemia salina Leach, air laut, metanol, etanol, bubuk dulbecco’s modified eagle’s (DMEM), fetal bovine serum (FBS), penisilin, streptomisin, garam tetrazolium, sel lestari kanker serviks HeLa, sel lestari kanker payudara MCF-7, dan sel lestari normal Vero.

Alat

Peralatan yang digunakan yaitu willey mill, saringan, timbangan, kertas saring, benang atau tali, oven, desikator, soxlet extractor, gelas ukur, erlenmeyer, corong, rotary vacuum evaporator, botol kaca, cawan, pipet, toples kaca,

microplate, pipetgene, mixer mix, sonivikator, dan eliza reader.

Penyiapan Bahan Baku

Contoh uji berupa daun, kulit, dan kayu dari pohon jabon putih dipotong kecil-kecil, kemudian dikeringudarakan. Setelah itu, contoh uji digiling menggunakan willey mill dan disaring sampai berbentuk serbuk berukuran 40-60 mesh. Untuk memastikan kebenaran jenis pohon yang digunakan, bagian daunnya diidentifikasi di Herbarium Bogoriense bidang Botani Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor.

Ekstraksi

(16)

4

diperoleh kemudian dipekatkan menggunakan rotary vacuum evaporator pada suhu 40 oC hingga mencapai 50 mL. Sebanyak ± 5 mL dari larutan ekstrak yang telah pekat tersebut dikeringkan dalam oven pada suhu 103±2 oC selama 24 jam dan ditimbang untuk memperoleh konsentrasi larutan ekstrak. Informasi konsentrasi larutan ekstrak tersebut digunakan untuk menentukan bobot kering oven ekstrak dalam 50 mL larutan ekstrak pekat (dalam contoh uji). Sisa larutan ekstrak sebanyak 45 mL dikeringkan dalam oven bersuhu 40 oC untuk pengujian aktivitas antikanker dan analisis kimianya. Kadar ekstrak dari setiap ekstrak uji dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

Kadar Ekstrak=Wa

Wbx100% Keterangan:

Wa= Bobot kering oven ekstrak (g) Wb= Bobot kering oven serbuk (g)

Pengujian Aktivitas Antikanker

Uji toksisitas dengan metode BSLT

Pengujian BSLT merupakan uji pendahuluan dalam pengujian aktivitas antikanker secara in vitro untuk mendeteksi potensi ekstrak mengandung senyawa antikanker karena ada korelasi positif antara hasil uji BSLT dengan efek antiproliferasi sel kanker (Hidayat 2002).

Pengujian BSLT ini mengacu pada metode yang digunakan Meyer et al.

(1982). Pengujian diawali dengan penetasan larva udang A. Salina. Larva udang ditempatkan dalam wadah (toples kaca) yang berisi air laut, dilengkapi aerator dan lampu penerangan selama ± 24 jam. Pembuatan larutan ekstrak dilakukan dengan melarutkan 2 mg ekstrak dalam 0.1 mL etanol, kemudian ditambahkan air laut sampai 5 mL sehingga didapatkan konsentrasi 400 μg/mL yang merupakan larutan induk. Dari konsentrasi 400 μg/mL, dibuat konsentrasi larutan ekstrak uji dengan konsentrasi 200 μg/mL, 100 μg/mL, 50 μg/mL, 25 μg/mL.

Sebanyak 500 μL air laut yang mengandung larva udang sebanyak ± 20 ekor dimasukkan ke dalam botol uji, kemudian ditambahkan 500 μL larutan ekstrak uji dari setiap konsentrasi. Untuk setiap konsentrasi dilakukan 3 kali pengulangan. Larutan kontrol dibuat dengan konsentrasi yang sama seperti larutan ekstrak uji (dengan penambahan etanol yang sama dengan larutan ekstrak uji) tetapi tanpa penambahan ekstrak. Larutan dibiarkan selama 24 jam, kemudian dihitung jumlah larva yang mati dan yang masih hidup pada setiap botol uji dengan menggunakan rumus:

% Mortalitas=N1

N2x100%

(17)

5 % Mortalitas=N1-N3

N2 x100 Keterangan:

N1= Jumlah larva udang yang mati dalam larutan ekstrak uji N2= Jumlah larva udang total awal

N3= Jumlah larva udang yang mati dalam larutan kontrol

Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan persamaan regresi linear yang diperoleh dari hubungan antara konsentrasi ekstrak uji dengan persentase mortalitas untuk menentukan konsentrasi ekstrak yang dapat membunuh 50% larva dari larva udang total awal (lethality concentration) pada tingkat 50% (LC50). Rieser (1998) dalam Pissutthanan et al. (2004) menyatakan

bahwa suatu ekstrak dikatakan aktif atau toksik jika memiliki nilai LC50 < 250

μg/mL. Oleh karena itu, ekstrak dengan nilai LC50 < 250 μg/mL diuji lanjut

dengan uji aktivitas antiproliferasi sel kanker payudara MCF-7 secara in vitro.

Uji aktivitas antiproliferasi sel lestari

Pengujian antiproliferasi merupakan pengujian lanjut dari pengujian BSLT terhadap ekstrak yang memiliki LC50 < 250 μg/mL. Pengujian antiproliferasi sel

dalam penelitian ini dilakukan secara in vitro dengan metode uji mikrokultur tetrazolium (MTT). Pengujian ini mengacu metode yang dilakukan oleh Meiyanto

et al. (2008) dalam Sari (2012). Sel lestari MCF-7, sel lestari HeLa, dan sel lestari Vero ditumbuhkan secara terpisah dalam media penumbuh yang terdiri dari campuran bubuk dulbecco’s modified eagle’s medium (DMEM) yang ditambahkan 10% fetal bovine serum (FBS), penisilin 100 U/mL, dan streptomisin 100 μg/mL yang berfungsi sebagai antiseptik. Setelah sel tumbuh, jumlah sel tersebut dihitung hingga masing-masing sumur microplate terisi 5000 unit sel dari 100 μL kultur sel. Kultur sel kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 oC dengan kelembaban 100% dalam inkubator CO2 5%.

Setelah kultur sel diinkubasi selama 24 jam, ekstrak dengan berbagai konsentrasi dimasukkan ke dalam media tumbuh sel dalam sumur microplate dan diinkubasi selama 48 jam. Konsentrasi ekstrak untuk pengujian sel HeLa dan sel MCF-7 adalah 12.5 μg/mL, 25 µg/mL, 50 μg/mL, dan 100 μg/mL, sedangkan konsentrasi ekstrak yang digunakan untuk pengujian sel Vero adalah 12.5 μg/mL, 50 μg/mL, 200 μg/mL, dan 800 μg/mL. Uji MTT dilakukan setelah 48 jam inkubasi dengan memasukkan garam tetrazolium sebanyak 10 μL ke dalam setiap sumur microplate dan diinkubasi selama 4 jam dalam inkubator CO2 5%. Kristal

formazan yang terbentuk setelah inkubasi, dilarutkan dalam 0.1 N HCl dalam isopropanol. Intensitas warna ungu yang dihasilkan diukur dengan menggunakan

eliza reader pada panjang gelombang 595 nm. Persen penghambatan (inhibisi) dihitung dengan persamaan berikut:

% Inhibisi = A-B

(18)

6

Keterangan:

A= serapan kontrol negatif (tanpa ekstrak) B= serapan ekstrak uji

Data inhibisi yang diperoleh kemudian diolah menggunakan persamaan regresi yang diperoleh dari hubungan antara konsentrasi ekstrak uji dengan persen penghambatan untuk menentukan persen penghambatan (inhibition concentration) pada tingkat 50% (IC50). Weerapreeyakul et al. (2012) mengklasifikasikan

aktivitas antiproliferasi ekstrak terhadap sel kanker menjadi tiga golongan, yaitu kategori sangat aktif jika nilai IC50 < 10 μg/mL, aktif jika nilai IC50 10-100

μg/mL, dan kategori cukup aktif jika nilai IC50 100-500 μg/mL. Oleh karena itu,

ekstrak dengan IC50 < 100 µg/mL dari hasil pengujian antiproliferasi terhadap sel

kanker payudara MCF7 kemudian diuji lanjut dengan pengujian antiproliferasi terhadap sel kanker serviks HeLa dan sel normal Vero.

Analisis komponen kimia

Analisis fitokimia dilakukan secara kualitatif pada ekstrak yang memiliki aktivitas antikanker tertinggi untuk mengetahui keberadaan flavanoid, alkaloid, terpenoid dan steroid, saponin, dan tanin. Metode analisis fitokimia kualitatif mengacu pada metode yang dikerjakan oleh Harborne (1987). Karakterisasi kimia secara kuantitatif menggunakan kromatogram dari alat kromatografi gas spektrometer massa pirolisis (Shimadzu Pyr-GCMS QP2010) dengan kolom kapiler kuarsa yang dilapisi resin poliamida. Alat ini bekerja pada suhu pirolisis 400 °C selama 1 jam, suhu injeksi 280 °C, suhu detektor relatif, dan suhu awal kolom 50 °C dengan peningkatan 15 °C per menit sampai 280 °C. Data kromatogram yang berisi waktu retensi, spektrum masa beserta fragmentasi ion suatu senyawa dalam ekstrak dicocokkan dengan data yang ada dalam pangkalan data WILEY 7th library untuk menentukan jenis senyawa kimianya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Jenis Pohon

Bagian daun dari pohon yang digunakan dalam penelitian ini telah diidentifikasi jenis pohonnya oleh Herbarium Bogoriense bidang Botani Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong Bogor. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa pohon yang digunakan dalam penelitian ini telah dipastikan kebenarannya, yaitu pohon jabon putih (A. cadamba Miq.).

(19)

7

A B C

Gambar 1 Karakteristik berbagai bagian pohon jabon putih (A. cadamba)

Keterangan: A) kulit batang pohon jabon, B) daun jabon, C) buah jabon

(foto: bersumber dari Krisnawati et al. 2011)

Kadar Ekstrak

Hasil ekstraksi berbagai bagian pohon jabon putih dalam metanol menghasilkan kadar ekstrak yang beragam. Gambar 2 menunjukkan bahwa bagian daun menghasilkan kadar ekstrak tertinggi, diikuti bagian kulit, dan kayu.

Gambar 2 Kadar ekstrak metanol berbagai bagian pohon jabon putih Daun memiliki kadar ekstrak tertinggi karena adanya senyawa klorofil atau zat hijau daun yang terdistribusi dalam daun dan dapat larut dalam pelarut organik. Harborne (1987) menyatakan bahwa sebagian besar klorofil terdistribusi dalam daun dan dapat larut dalam pelarut organik seperti etanol, aseton, metanol, eter, dan kloroform. Menurut Sari et al. (2011), kadar ekstrak etanol daun surian lebih tinggi dibandingkan dengan bagian kulit, kayu teras, dan kayu gubalnya.

Kadar ekstrak kulit menempati urutan kedua tertinggi. Menurut Sjostrom (1998), kandungan ekstraktif pada kulit lebih tinggi dibandingkan dengan bagian kayu. Pada kulit, terdapat bagian hidrofil seperti senyawa-senyawa fenol dan suberin yang dapat larut dalam air dan juga dapat larut dalam pelarut-pelarut polar seperti etanol, aseton, dan metanol. Hasil penelitian Meilani (2006) menunjukkan bahwa rendeman ekstrak etanol dari kulit Suren (Toona sureni) lebih tinggi dibandingkan dengan kadar ekstrak pada kayu teras yang disebabkan oleh

(20)

8

tingginya kandungan konstituen-konstituen lipofil dan hidrofil dalam kulit. Perbedaan kadar ekstrak pada setiap bagian pohon menunjukkan perbedaan kandungan zat ekstraktif pada setiap bagian pohon meskipun diekstraksi dengan pelarut yang sama.

Toksisitas

Pengujian toksisitas dengan metode BSLT dengan menggunakan larva udang A. salina sebagai hewan uji merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk praskrining terhadap senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak tumbuhan karena sederhana, cepat, mudah, relatif murah, dapat dipercaya, dan hasilnya representatif (Meyer et al. 1982). Hasil uji toksisitas dengan metode BSLT (Gambar 3) menunjukkan bahwa hanya ekstrak kulit dan kayu jabon putih yang berpotensi mengandung senyawa aktif antikanker karena semakin tinggi konsentrasi ekstrak, semakin tinggi persentasi mortalitas larva udangnya. Sementara itu, ekstrak daun memberikan respon sebaliknya yaitu peningkatan konsentrasi ekstrak tidak diikuti dengan peningkatan mortalitas secara signifikan.

(21)

9 Penentuan toksisitas ekstrak mengacu pada Rieser (1998) dalam

Pissutthanan et al. (2004) yang menyatakan bahwa suatu ekstrak dikatakan aktif atau toksik jika memiliki nilai LC50 < 250 μg/mL. Oleh karena itu, ekstrak

metanol kulit (LC50 197 μg/mL) dan kayu (LC50 122 μg/mL) jabon putih

digolongkan bersifat toksik (Gambar 4). Hal ini mengindikasikan bahwa hanya ekstrak metanol kulit dan kayu jabon putih yang berpotensi mengandung senyawa aktif antikanker. Oleh karena itu uji lanjut aktivitas antiproliferasi sel kanker payudara MCF-7 dilakukan terhadap ekstrak metanol kulit dan kayu jabon putih.

Gambar 4 Nilai LC50 ekstrak metanol berbagai bagian pohon jabon putih hasil uji

BSLT

Aktivitas Antiproliferasi

Berdasarkan hasil uji BSLT (Gambar 5), ekstrak metanol kulit dan kayu jabon putih tergolong toksik sehingga kedua jenis ekstrak diuji aktivitas antiproliferasi sel kanker payudara MCF-7. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kedua jenis ekstrak yang diujikan menunjukkan aktivitas antiproliferasi sel kanker payudara yang berbeda. Ekstrak kulit jabon mampu menghambat proliferasi (pertumbuhan) sel kanker payudara yang lebih kuat dibandingkan dengan ekstrak kayunya (Tabel 1). Hasil ini berbanding terbalik dengan hasil pengujian toksisitas dengan BSLT sebelumnya. Hal ini dapat saja terjadi karena sensitivitas larva udang yang berbeda dengan sel kanker, meskipun uji BSLT sering digunakan sebagai skrining awal dalam pengujian aktivitas antikanker suatu ekstrak. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa ekstrak etanol kayu teras surian memiliki hasil yang berbanding terbalik dengan hasil pengujian toksisitas dengan metode BSLT. Hasil pengujian toksisitas menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat dan metanol kayu teras surian memiliki efek yang toksik terhadap larva udang tetapi tidak memiliki efek sitotoksik terhadap sel kanker serviks HeLa (Sari 2012).

(22)

10

Tabel 1 Aktivitas antiproliferasi sel lestari kanker payudara MCF-7 Jenis ekstrak berpotensi sebagai agen antikanker payudara MCF-7 (IC50 91 μg/mL), sedangkan

ekstrak kayu jabon putih tergolong cukup aktif menghambat proliferasi sel kanker payudara MCF-7 (IC50 312 μg/mL). Menurut Sinaga et al. (2003), hasil ekstrak

metanol ketiga jenis rimpang famili Zingeberaceae, yaitu bangle hantu, lempuyang gajah, dan kecombrang yang diuji sitotoksitasnya terhadap sel MCF-7 juga menunjukkan hasil bahwa tidak semua ekstrak memiliki efek toksik terhadap sel MCF-7, hanya ekstrak bangle hantu dan lempuyang gajah yang memiliki efek toksik.

Uji lanjutan dilakukan terhadap ekstrak metanol kulit jabon putih karena memiliki nilai IC50 < 100 μg/mL dan untuk menjawab apakah ekstrak metanol

kulit jabon putih ini memiliki aktivitas antiproliferasi terhadap jenis sel kanker lainnya serta aman terhadap sel normal. Oleh karena itu, ekstrak kulit jabon putih diuji lebih lanjut aktivitas antiproliferasinya terhadap sel kanker serviks HeLa dan sel normal Vero.

(23)

11 Tingginya persen inhibisi yang menunjukkan semakin rendahnya nilai IC50,

diduga terdapat senyawa flavonoid dalam ekstrak yang dapat menghambat pertumbuhan sel kanker. Menurut Middleton (2000), senyawa flavanoid merupakan senyawa yang dapat menghambat mekanisme pembelahan dan memicu apoptosis sel kanker. Mekanisme penghambatan proliferasi sel kanker oleh flavanoid dapat terjadi dengan menghambat sintesis DNA dan memicu fragmentasi DNA. Perlakuan dengan senyawa fenol, dapat mengaktifkan caspase 3 dan menginduksi apoptosis setelah 4 jam, menurunkan ekspresi Bcl-2 setelah 6 jam, dan menaikkan regulasi Bax setelah 16 jam dalam sel leukemia. Studi pustaka lain juga menyebutkan bahwa flavanoid dapat menginduksi apoptosis pada sel kanker dengan menghambat DNA topoisomerese II dan penurunan regulasi p53 (Galati 2004).

Gambar 5 Nilai IC50 ekstrak metanol kulit jabon putih hasil uji antiproliferasi

terhadap sel kanker payudara MCF-7, sel kanker serviks HeLa, dan sel normal Vero

Berdasarkan hasil pengujian secara in vitro menunjukkan bahwa ekstrak kulit jabon putih sangat potensial dikembangkan sebagai agen antikanker, khususnya antikanker serviks. Hal ini ditunjukkan dari aplikasi ekstrak metanol pada konsentrasi 3 μg/mL saja mampu menghambat proliferasi sel kanker serviks HeLa sebanyak 50%, tetapi pada konsentrasi itu dianggap aman terhadap sel normal. Konsentrasi ekstrak kulit jabon putih yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan 50% sel normal dan membuat morfologi sel menjadi abnormal hampir seratus kali lebih banyak dibandingkan konsentrasi yang dibutuhkan terhadap sel kanker serviks atau tiga kali lebih terhadap sel kanker payudara MCF-7.

Fenomena aktivitas antiproliferasi ekstrak kulit jabon putih terhadap sel kanker payudara MCF-7 dan sel kanker serviks HeLa yang lebih tinggi dibandingkan dengan aktivitas terhadap sel normal mengindikasikan bahwa aktivitas penghambatan bukan disebabkan oleh sifat toksik ekstrak yang bersifat racun atau membunuh semua jenis sel secara spontan. Menurut Aggarwal dan Shishodia (2006), selektivitas antiproliferasi senyawa kimia dalam ekstrak

(24)

12

terhadap sel kanker melalui mekanisme penghambatan enzim-enzim penyebab kanker yang hanya ditemukan di dalam sel kanker dan tidak terdapat dalam sel normal, seperti enzim COX-2 penyebab metastasis (pembelahan sel secara tidak terkendali), IGF penyebab ketidaknormalan pertumbuhan sel, dan Bcl-2 penyebab antiapoptosis (sel mati secara tidak terprogram).

Kandungan Fitokimia

Uji fitokimia dilakukan pada ekstrak yang memiliki efek antiproliferasi paling tinggi terhadap sel kanker, dalam hal ini adalah ekstrak metanol kulit jabon putih. Tabel 2 menunjukkan golongan senyawa kimia yang terdeteksi dalam ekstrak metanol kulit jabon putih.

Tabel 2 Hasil analisis fitokimia secara kualitatif ekstrak metanol kulit jabon putih

(-) : tidak terdeteksi, (+) : terdeteksi

Kematian larva udang A. salina dengan metode BSLT pada pengujian sebelumnya dimungkinkan karena keberadaan senyawa-senyawa dalam ekstrak metanol kulit jabon putih tersebut yang bersifat toksik. Studi pustaka menunjukkan beberapa senyawa yang terdapat dalam ekstrak etanol kayu teras surian, seperti kelompok senyawa alkaloid, fenolik (flavanoid), terpenoid (triterpenoid, saponin) bersifat toksik terhadap larva udang A. salina (Sari 2012). Indriyani et al. (2006) juga melaporkan bahwa ekstrak daun pecut kuda bersifat toksik terhadap larva A. salina dan senyawa yang terkandung di dalamnya adalah senyawa terpenoid. Menurut Lisdawati (2002), senyawa terpenoid dikenal pula sebagai salah satu golongan senyawa kimia dalam tanaman yang memiliki aktivitas antikanker dan antioksidan.

Hasil uji antiproliferasi terhadap sel kanker yang telah dilakukan juga menunjukkan bahwa ekstrak metanol kulit jabon putih memiliki efek antiproliferasi terhadap sel kanker payudara MCF-7 dan sel kanker serviks HeLa. Menurut Ren et al. (2003), senyawa-senyawa dari kelompok flavanoid terbukti memiliki aktivitas antiproliferasi terhadap beberapa jenis sel kanker, namun aman terhadap sel normal karena bekerja selektif hanya terhadap sel kanker saja.

(25)

GC-13 MS menegaskan hasil uji analisis fitokimia kualitatif (Tabel 2) bahwa ekstrak metanol kulit jabon putih mengandung senyawa-senyawa turunan asam lemak dan fenolik.

Tabel 3 Senyawa dominan dalam ekstrak metanol kulit jabon putih dan bioaktivitasnya

Antikanker (Marliyana et al. 2012) Antioksidan dan antidiabetes (Sediarso 2008)

Hexadecanoic acid (CAS) Palmitic acid

3.72

Antikanker (Marliyana et al. 2012) Antioksidan (Miryanti et al. 2011) Antibakteri (Putra 2010)

Penelusuran pustaka menunjukkan bahwa senyawa turunan asam lemak dan fenolik yang teridentifikasi dalam ekstrak kulit jabon ini memiliki aktivitas antikanker, antioksidan, antibakteri, antivirus (Tabel 3). Menurut Putra et al.

(26)

14

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kadar ekstrak metanol daun, kulit, dan kayu jabon putih berturut-turut adalah 13.02%; 2.22%; dan 1.53%. Skrining pendahuluan aktivitas antikanker dengan metode BSLT menunjukkan bahwa hanya ekstrak metanol kulit (LC50 197 μg/mL) dan kayu (LC50 122 μg/mL) jabon

putih yang bersifat toksik terhadap larva udang A. salina dan diuji lebih lanjut, sedangkan daun jabon putih (LC50 1080 μg/mL) bersifat tidak toksik.

Berdasarkan uji antiproliferasi sel kanker secara in vitro, aktivitas antikanker ekstrak metanol kulit jabon putih terhadap sel kanker payudara MCF-7 (IC5091 μg/mL) lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak metanol kayunya (IC50

312 μg/mL). Akan tetapi, aktivitas antikanker ekstrak metanol kulit jabon putih terhadap sel kanker serviks HeLa (IC50 3 μg/mL) lebih tinggi dibandingkan

dengan aktivitas sel kanker payudara MCF-7. Ekstrak kulit jabon putih sangat potensial dikembangkan sebagai agen antikanker serviks dan payudara serta aman terhadap sel normal (IC50 288 μg/mL).

Hasil analisis fitokimia kualitatif mendeteksi ekstrak metanol kulit jabon putih positif mengandung kelompok senyawa fenolik, flavanoid, alkaloid, saponoin, triterpenoid, dan glikosida. Hasil analisis pirolisis GC-MS menunjukkan bahwa terkandungnya senyawa fenolik (guaiakol) dan senyawa-senyawa turunan asam lemak (asam heksadekanoat dan asam oktadekanoat) dalam ekstrak metanol kulit jabon putih yang berperan terhadap tingginya aktivitas antikanker ekstrak.

Saran

Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan terhadap ekstrak kulit jabon putih, seperti pengujian aktivitas antiproliferasi terhadap sel kanker lainnya, isolasi, dan identifikasi senyawa antikanker, serta pengujian antikanker secara in vivo.

DAFTAR PUSTAKA

Acharyya S, Rathore DS, Kumar HK Sundep, Panda N. 2011. Screening of

Anthocephalus cadamba (Roxb) Miq. Root for antimicrobial and anthelmintic activities. International JRPBS. 2 (1):2229-3701.

Aggarwal BB, Shisodia S. 2006. Molecular targets of dietary agents for prevention and therapy of cancer. Chem Pharma. 7(1):1397-1421.

Alekhya V, Deepan T, Sahoo S, Dhanaraju MD. 2013. Preliminary phytochemical sceening and evaluation of in vitro antioxidant activity of Anthocephalus cadamba by using solvent extract. Europ J Bio Sci. 5(1):34-37.

(27)

15 Chandrashekar KS, Prasanna KS. 2009. Antimicrobial activity of Anthocephalus

cadamba Linn. JCPR. 1(1):268-270.

Galati G, O’Brian JP. 2004. Potential toxicity of flavanoids and other dietary phenolics: significance for their chemopreventive and anticancer properties.

Free radical Biology and Medicine. 37(3):287-303.

Guptar A, Anand M, Yadav S, Gautam J. 2013. Phytochemical studies and antioxidant activity different leaves extract of A. cadamba. JFSET. 1(1).

Gurjar H, Jain SK, Nandanwar R, Sahu VK. 2010. Phytochemical screening on the stem bark of Anthocephalus cadamba (Rox B.) Miq. JPSR. 1(7).

Harborne. 1987. Metode Fitokimia: Penemuan Cara Modern Menganalisa Tumbuhan. Padmawinata K, penerjemah; Niksolihin S, editor. Bandung (ID): Penerbit ITB. Terjemahan dari: Phytochemical Methods.

Hart H. 1987. Kimia Organik: Suatu Kuliah Singkat. Achmadi S, penerjemah. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Organic Chemical.

Hidayat MA. 2002. Uji aktivitas antikanker ekstrak heksana daun Eupatorium triplinerve Vahl. terhadap kultur sel meiloma. Jurnal Ilmu Dasar. 3: 92-97. Indrayani, Lany. Soetjipto H, Lydia S. 2006. Skrining fitokimia dan uji toksisitas

ekstrak daun pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis L. Vahl) terhadap larva udang Artemia salina Leach. Berk Penel Hayati. 12:57-61.

Jayanto P, Sumantoro P. 2009. Respon cuka kayu terhadap pertumbuhan dan

pengendalian penyakit bercak daun bibit tusam. Buletin Hasil Hutan. 15

(2):101-116.

Krisnawati H, Kallio M, Kanninen M. 2011. Anthocephelus cadamba Miq. Ekologi, Silvikultur. Dan Produktivitas [Internet]. Bogor (ID): CIFOR. [diunduh 2013 Agustus 10]. Tersedia pada: http://www.cifor.org/pdf_files. Lisdawati, Vivi. 2007, Buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa): toksisitas, efek

antioksidan dan efek antikanker berdasarkan uji penapisan farmakologi. [diunduh 2013 Sep 4]. Tersedia pada: http://mahkotadewa.com/VFC/vivi.htm.. Marliyana SD, Rakhman F, H Nestri, Rakhmawati R. 2012. Uji toksisitas secara

brine shrimp lethality test ekstrak buah merah (Pandanus conoideus Lamk.).

Jurnal Penelitian Kimia 8(1):24-33.

Meilani SW. 2006. Uji bioaktivitas zat ekstraktif kayu suren (Toona sureni Merr.) dan ki bonteng (Platea latifolia BL.) menggunakan brine shrimp lethality test (BSLT) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogot.

Meiyanto E, Sismindari, Candra L, Moordiani. 2003. Efek antiproliferatif ekstrak etanol daun dan kulit batang tanaman cangkring (Erythrina fusca Lour.) terhadap sel HeLa. Majalah Farmasi Indonesia. 14(3):124-131.

Meyer BN, Feerigni NR, Putnan JE, Jacobson LB, Nicholas DE, McLaughlin JL. 1982. Brine shrimp: A convenient general bioassay for active plant constituents.

Plant Medica. 45:31-34.

Middleton E, Kandaswati C, Theoharides TC. 2000. The effect of plant flavanoids on mammalian cells: implications for inflammation, heart disease, and cancer.

Pharmacol Rev. 52(4):673-751.

(28)

16

[NCI] National Cancer Institute. 2012. Cancer treatment. [diunduh 2013 Agustus 15]. Tersedia pada: http://www.cancer.gov/cancertopics/wyntk/cervix/page8. Orhan I, Ozcelik B, Sener B. 2011. Evaluation of antibacterial, antifungal,

antiviral, and antioxidant potentials of some edible oils and their fatty acid profiles. Turk J Biol. 35: 251-258.

Pissutthanan S, Plianbangchang P, Pissutthanan N, Ruanruay S, Muanrit O. 2004. Brine shrimp lethality activity of thai medicinal plantsin the family Meliaceae.

J Naresuan Univ. 12(2):13-18.

Putra KN. 2010. Aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah manggis (Garcinia Mangostana L.) serta kandungan senyawa aktifnya. J Teknol. dan Industri Pangan. 21(1).

Putra A, Tjahjono, Winarto. 2012. Efektivitas ekstrak umbi Typhonium flagelliforme fraksi diklorometanolik dalam menghambat sel MCF-7 kanker payudara. J Indon Med Assoc. 62(1).

Ren W, Qiao Z, Wang H, Zhu L, Zhang L. 2003. Flavanoids: promising anticancer agents. Med res Rev. 23(4):519-534.

Ropiqa M. 2012. Uji ketoksikan (LC50) ekstrak etanol daun ekor kucing

(Acalypha hispida Burm.) terhadap Larva Artemia salina Leach dengan metode brine shrimp lethality test (BSLT). Pontianak (ID): Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tanjungpura.

Sari RK, Syafii W, Achmadi SS, Hanafi M. 2011. Aktivitas antioksidan dan Toksisitas Ekstrak Etanol Surian (Toona sinensis). JITHH. 4(2):46-52.

Sari RK. 2012. Bioaktivitas zat ekstraktif kayu ters suren (Toona sureni Merr.) pada posisi kayu yang berbeda dalam batang pohon [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sediarso, Sunaryo H, Amalia N. 2008. Efek antidiabetes dan identifikasi senyawa dominan dalam fraksi kloroform herba ciplukan (Physalis angulata L.). J Farm Indones. 4(2):63-69.

Sinaga E, Suprihatin, Wiryanti I. 2003. Perbandingan daya sitotoksik ekstrak rimpang 3 jenis tumbuhan zingeberaceae terhadap sel kanker MCF-7. J Farm Indones. 5(3):125-133.

Sjostrom E. 1998. Kimia Kayu, Dasar-dasar dan Penggunaan . Sastrohamidjojo H, penerjemah; Prawirohatmodjo S, editor. Yogyakarta (ID): UGM Pr. Terjemahan dari: Wood Chemistry, Fundamentals and Applications.

Soemardini, Widjajanto E, Kusuma AD. 2012. Ekstrak daun suket gajahan (Artemisia vulgaris) sebagai antiproliferatif pada sel kanker MCF-7. [diuduh 2013 Sep 4]. Tersedia pada: http://www.unb.org/pdf_files.

Sunarsih. 2001. Identifikasi kayu teras dan kayu gubal beberapa jenis kayu melalui uji pewarnaan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Suherman A. 2013. Obat Kanker Alami. [diunduh 2013 Agustus 15]. Tersedia pada: http://www.file:///E:/manggis%20dan%20sirsak.htm.

Syafii W. 2008. Peningkatan efisiensi pemanfaatan hasil hutan melalui penerapan “the whole tree utilization”. Di dalam: Pemikiran Guru Besar Institut Pertanian Bogor, Perspektif Ilmu-ilmu Pertanian dalam Pembangunan Nasional. Bogor (ID): Penebar Swadaya dan IPB Pr.

(29)

17 Weerapreeyakul N, Nonpunya A, Barustux S, Thitimetharoch T, Sripanidkulchai B. 2012. Evaluation of the anticancer potential of six herbs against a hepatoma cell line. Chinese Medicine 7(15):1-7.

Widyaningsih S, Purwati, Riyadi. 2007. Pemodelan senyawa turunan asam karbamat sebagai senyawa antikanker menggunakan metode semi empiris AMI.

(30)

18

(31)

19 Lampiran 1 Hasil pengujian fitokimia secara kualitatif ekstrak metanol kulit

(32)

20

(33)
(34)

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Rembang pada tanggal 7 Januari 1991 dari ayah Sodikun dan ibu Sri Arbayah. Penulis adalah putra kedua dari dua bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Rembang dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan. Tahun 2012 penulis memilih Kimia Hasil Hutan sebagai bidang keahlian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan (HIMASILTAN) sebagai staf divisi internal pada periode 2010-2011 dan sebagai sekretaris umum pada periode 2011-2012, serta aktif dalam berbagai kepanitiaan lainnya. Tahun 2011 penulis melaksanakan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Gunung Papandayan dan Sancang Timur Jawa Barat, melaksanakan Praktik Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi pada tahun 2012, serta praktik kerja lapang (PKL) di Taman Sringanis Bogor pada tahun 2013. Penulis juga pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang didanai DIKTI pada tahun 2012 dan 2013.

Gambar

Gambar 1  Karakteristik berbagai bagian pohon jabon putih (A. cadamba)
Tabel 3  Senyawa dominan dalam ekstrak metanol kulit jabon putih dan  bioaktivitasnya

Referensi

Dokumen terkait

Apakah (patut) dia menyuruhmu berbuat kekefiran di waktu kamu sudah Islam&#34;.. Ibnu Ishaq dll. meriwayatkan dari Ibnu Abbas, katanya, Abu Rafiq Al-Quradli ketika para pendeta

Dari hasil simulasi menggunakan Evolutionary Programming didapatkan hasil penempatan Node B HSDPA dengan nilai fitness sebesar 55329, ini berarti sistem dapat meng-cover 85.66%

[r]

Dalam penelitian ini memberikan tujuan untuk mengetahui karakteristik mengelompokkan data nilai IQ siswa dalam pengolahan data yang besar sehingga mendapatkan informasi yang

l)engan menerapkan Statistical Proces Conlrol maka perusahaan dapat menekan jumlah produk cacat hingga tidak melebihi Upper Control Lirnit dan menghemat biaya kualitas scbesar Rp

Kegiatan visualisasi Peta Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) di wilayah Kelurahan Lowokwaru berbasiskan mobile SIG dilakukan menggunakan data spasial berupa

Berdasarkan masalah tersebut penulis tertarik untuk merancang bangun sistem informasi berbasis web guna memudahkan dalam hal mengakses informasi yang berhubungan

Dengan demikian, cara transmisi putaran atau daya yang lain dapat diterapkan, dimana sebuah sabuk luwes atau rantai dibelitkan sekeliling puli atau sproket pada poros.. Transmisi