• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penambahan Daun Sembung (Blumea Balsamifera) Dan Jawer Kotok (Coleus Scutellaroides [L.] Benth.) Sebagai Aditif Alami Terhadap Profil Fermentasi Rumen Dan Produksi Gas Secara In Vitro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penambahan Daun Sembung (Blumea Balsamifera) Dan Jawer Kotok (Coleus Scutellaroides [L.] Benth.) Sebagai Aditif Alami Terhadap Profil Fermentasi Rumen Dan Produksi Gas Secara In Vitro"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PENAMBAHAN DAUN SEMBUNG (Blumea balsamifera) DAN

JAWER KOTOK (Coleus scutellaroides [L.] Benth.) SEBAGAI

ADITIF ALAMI TERHADAP PROFIL FERMENTASI

RUMEN DAN PRODUKSI GAS SECARA IN VITRO

RIFKI PUTRA ADIMULIA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa

skripsi berjudul Pemberian Daun Sembung (Blumea balsamifera) dan Jawer Kotok (Coleus scutellaroides [L.] Benth.) sebagai Aditif Alami terhadap Profil Fermentasi dan Produksi Gas secara

In Vitro adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

Rifki Putra Adimulia

(4)

ABSTRAK

RIFKI PUTRA ADIMULIA. Penambahan Daun Sembung (Blumea balsamifera) dan Jawer Kotok (Coleus scutellaroides [L.] Benth.) sebagai Aditif Alami terhadap Profil Fermentasi Rumen dan Produksi Gas secara In Vitro. Dibimbing oleh

ANURAGA JAYANEGARA dan HERI AHMAD SUKRIA.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penambahan daun sembung (Blumea balsamifera) dan jawer kotok(Coleus scutellaroides [L.] Benth.) terhadap produksi gas dan profil fermentasi rumen secara in vitro. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan penelitian yaitu R1 (60% hijauan : 40% konsentrat), R2 (R1 + 2.5% daun sembung (Blumea balsamifera), R3 (R1 + 5% daun sembung (Blumea balsamifera), R4 (R1 + 2.5% jawer kotok (Coleus scutellaroides [L.] Benth.), R5 (R1 + 5% jawer kotok (Coleus scutellaroides [L.] Benth.). Peubah yang diamati yaitu komposisi kimia pakan, kandungan fitokimia bahan, total produksi dan kinetika produksi gas, kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik, dan konsentrasi amonia. Data diuji menggunakan analysis of variance (ANOVA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan daun sembung dan daun jawer kotok sebagai bahan aditif pada pakan ternak ruminansia dengan taraf 2.5% dan 5% tidak memberikan pengaruh nyata (P>0.05) terhadap total produksi gas, kinetika produksi gas, kecernaan pakan, dan konsentrasi ammonia.

Kata kunci : aditif, Blumea balsamifera, Coleus scutellaroides [L.] Benth., fermentasi rumen, produksi gas

ABSTRACT

RIFKI PUTRA ADIMULIA. Addition of Sembung (Blumea balsamifera) and Jawer Kotok Leaves (Coleus atropurpureus Benth.) as Herbal Adittive Material on

In Vitro Rumen Fermentation Profile and Gas Production. Supervised by ANURAGA JAYANEGARA and HERI AHMAD SUKRIA.

This study was aimed to determine the effect of addition sembung and jawer kotok leaves as materials to gas production and rumen fermentation profile, performed in in vitro. This study used randomized block design with 5 treatments and 4 replications. Five treatments that used in this study were, R1 (60% forage + 40% concentrate), R2 (R1 + 2.5% sembung leaves), R3 (R1 + 5% sembung leaves), R4 (R1 + 2.5% jawer kotok leaves), R5 (R1 + 5% jawer kotok). Parameters measured in this study were the feed chemical composition, materials phytochemical contents, total of gas production and kinetics, dry matter digestibility, organic matter digestibility,and ammonia concentration. Data were tested using analysis of variance (ANOVA).The results showed that the addition of sembung leaves and and jawer kotok leaves as an additives material in ruminant feeds at level 2.5% and 5% did not affect significantly (P>0.05) total gas production, gas production kinetics, feed digestion, and concentration of ammonia.

(5)

PENAMBAHAN DAUN SEMBUNG (Blumea balsamifera) DAN

JAWER KOTOK (Coleus scutellaroides [L.] Benth.) SEBAGAI

ADITIF ALAMI TERHADAP PROFIL FERMENTASI

RUMEN DAN PRODUKSI GAS SECARA IN VITRO

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

RIFKI PUTRA ADIMULIA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan limpahan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pemberian Daun Sembung (Blumea balsamifera) dan Jawer Kotok (Coleus scutellaroides [L.] Benth.) sebagai Aditif Alami terhadap Profil Fermentasi dan Produksi Gas secara In Vitro”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk kelulusan dan memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Daun sembung (Blumea balsamifera) merupakan salah satu bahan alami yang banyak digunakan sebagai tanaman herbal untuk pengobatan yang populer di negara Thailand dan Cina. Jawer Kotok (Coleus scutellaroides [L.] Benth.) merupakan tanaman obat herbal yang berasal dari Asia Tenggara yang ditemukan tumbuh liar pada tempat-tempat yang lembab dan terbuka pada ketinggian 1-1.300 m diatas permukaan laut. Bagian daunnya mengandung minyak atsiri, saponin, flavonoid, dan polivenol sehingga dapat digunakan sebagai obat antibakteri.

Penulis menyadari penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Kritik, saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca secara umumnya.

Bogor, September 2015

Rifki Putra Adimulia

(10)
(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 1

METODE 2

Materi 2

Alat 2

Bahan 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Prosedur 2

Analisis Pakan Basal 2

Persiapan Tepung Daun Sembung dan Jawer Kotok 3

Analisis Fitokimia Kualitiatif Daun Sembung dan Jawer Kotok 3

Pembuatan Larutan Buffer 3

Pelaksanaan Uji In Vitro 4

Total Produksi dan Kinetka Produksi Gas 4

Kecernan Bahan Kering (KBK) dan Bahan Organik (KBO) 4

Konsentrasi Amonia (NH3) 5

Rancangan dan Analisis Data 5

Perlakuan 5

Rancangan Percobaan 5

Analisis Data 6

Peubah yang Diamati 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Komposisi Kimia Pakan 6

Total Produksi dan Kinetika Produksi Gas 8

Kecernaan Bahan Kering (KBK) dan Kecernaan Bahan Organik (KBO) 10

Konsentrasi Amonia (NH3) 10

SIMPULAN DAN SARAN 11

Simpulan 11

Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 12

LAMPIRAN 14

RIWAYAT HIDUP 15

(12)

DAFTAR TABEL

1 Komposisi bahan pakan konsentrat 2

2 Komposisi nutrien pakan dalam %BK (Bahan Kering) 6

3 Kandungan fitokimia kualitatif daun sembung dan daun jawer kotok 7

4 Rataan total produksi gas (ml g-1) inkubasi 24 jam 8

5 Kinetika Produksi gas (ml g-1) inkubasi 72 jam 9

6 Rataan nilai KBK (%) dan KBO (%) 10

7 Rataan konsentrasi ammonia (NH3) 11

DAFTAR LAMPIRAN

(13)

1

PENDAHULUAN

Ruminansia merupakan ternak yang mampu memanfaatkan pakan dengan kandungan serat tinggi sebagai sumber pakan. Hal tersebut dikarenakan ternak ruminansia memiliki sistem pencernaan yang dapat melakukan fermentasi dengan bantuan mikroorganisme. Namun, pakan yang diberikan untuk ternak ruminansia juga harus memenuhi kebutuhan nutrisinya sehingga mampu menghasilkan produk peternakan seperti daging dan susu yang berkualitas baik dengan cara pemberian pakan berkualitas baik pula. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menentukan kualitas bahan pakan, antara lain secara fisik, kimia, dan biologis. Evaluasi pakan secara biologis pada ternak ruminansia dapat dilakukan dengan metode in vivo, in sacco, dan in vitro. Metode in vitro merupakan metode yang paling mudah dilakukan untuk mengevaluasi kualitas pakan dibandingkan metode

in vivo dan in sacco karena tidak membutuhkan ternak hidup dalam pengujiannya. Namun metode in vitro memiliki beberapa kelemahan, salah satunya adalah tidak terdapatnya proses pencernaan pasca rumen karena hanya merepresentasikan proses fermentasi pada rumen saja.

Peningkatan kualitas pakan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satunya adalah pemberian bahan pakan aditif. Bahan aditif merupakan bahan tambahan pakan yang tidak mempengaruhi nilai nutrisi pada ransum. Penggunaan bahan pakan aditif alami dewasa ini semakin populer sebagai pengganti bahan pakan yang bersifat kimiawi seperti antibiotik. Beberapa bahan aditif pakan yang dapat digunakan sebagai aditif alami adalah daun sembung (Blumea balsamifera) dan jawer kotok (Coleus scutellaroides [L.] Benth.).

Daun sembung (Blumea balsamifera) merupakan salah satu bahan alami yang banyak digunakan sebagai tanaman herbal untuk pengobatan yang populer di negara Thailand dan Cina. Beberapa penelitan menyatakan bahwa tanaman ini memiliki efek antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba-mikroba yang bersifat patogen (Uthai et al. 2011). Daun sembung memiliki kandungan zat aktif yaitu minyak atsiri 0.5% (sineol, borneol, landerol, dan kamper), flavanol, tanin, saponin, damar dan xantoxilin (Mursito 2002). Kadar tanin dalam daun sembung sebesar 0.1%-0.5% (Susiarti 2000). Tanin secara umum merupakan senyawa polifenol yang alami, bersifat dapat berikatan dengan protein atau polimer lainnya seperti selulosa, hemiselulosa dan pektin untuk membentuk suatu senyawa komplek yang stabil (Tangendjaja et al. 1992). Tanin dalam konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan yang kuat yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah. Widowati

et al. (2007) menyatakan saponin adalah senyawa surfaktan serta bersifat imunostimulator dan antikarsinogenik.

(14)

2

karvakrol, eugenol, dan etil salisilat. Tanaman ini bermanfaat sebagai obat antibakteri atau antiradang, diare, obat bisul, obat wasir, maupun sebagai penambah nafsu makan (Syamsuhidayat 1991). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penambahan daun sembung (Blumea balsamifera) dan jawer kotok (Coleus scutellaroides [L.] Benth.) terhadap produksi gas dan profil fermentasi rumen secara in vitro.

METODE

Materi

Alat

Peralatan yang digunakan pada penelitian antara lain timbangan digital, blender, botol vial injection, syringe 60 ml, dan waterbath.

Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian antara lain substrat yang berupa rumput gajah (Pennisetum purpureum), konsentrat basal sapi perah, daun sembung (Blumea balsamifera), jawer kotok(Coleus scutellaroides [L.] Benth.), dan cairan rumen.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2015 sampai dengan Juni 2015. Penelitian ini di laksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Uji Biofarmaka - Pusat Studi Biofarmaka.

Prosedur

Analisis Pakan Basal

Substrat pakan yang digunakan terdiri dari hijauan dan konsentrat dengan proporsi 60 : 40. Hijauan yang digunakan adalah rumput gajah (Pennisetum purpureum) yang diperoleh dari farm hijauan pakan Fakultas Peternakan IPB, sedangkan konsentrat yang digunakan adalah konsentrat yg diformulasi sesuai dengan kebutuhan basal sapi perah. Pakan basal yang digunakan dianalisis proksimat di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Institut Pertanian Bogor.

Tabel 1 Komposisi bahan pakan konsentrat

Bahan Pakan Penggunaan (%)

Jagung Dedak Halus

Pollard Bungkil Kedelai

(15)

3

Persiapan Tepung Daun Sembung dan Jawer Kotok

Daun sembung (Blumea balsamifera) dan jawer kotok (Coleus scutellaroides [L.] Benth.) yang digunakan diambil dari perkebunan yang berada di Kecamatan Ciampea, Bogor. Tanaman sembung dan jawer kotok yang telah diambil, dipisahkan antara daun dan tangkainya. Daun yang telah dipisahkan kemudian dikeringkan dengan oven 60o C dan dihaluskan menggunakan blender. Sampel yang telah dihaluskan disaring kembali menggunakan saringan berukuran 2 milimeter.

Analisis Fitokimia Kualitatif Daun Sembungdan Jawer Kotok

Daun sembung (Blumea balsamifera) dan jawer kotok (Coleus scutellaroides [L.] Benth.) yang sudah dikeringkan dan digiling hingga berbentuk serbuk dilakukan analisis fitokimia kualitatif. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan zat-zat alkaloid, flavonoid, steroid, phenol hydro, triterpenoid, tanin, dan saponin secara kualitatif. Analisis dilakukan di . Analisis fitokimia dilakukan berdasarkan Harborne (1987). Uji alkaloid dilakukan dengan penambahan 1.5 ml kloroform dan 3 tetes ammonia untuk kemudian dipisahkan dan diasamkan dengan 5 tetes H2SO4 2M. Larutan dipisahkan menjadi 3 tabung lalu masing-masing ditambahkan pereaksi Dragendorf, Meyer, dan Wagner. Terdapatnya alkaloid ditandai dengan terbentuknya endapan merah pada pereaksi Dragendorf, endapan putih pada pereaksi Mayer, dan endapan coklat pada pereaksi Wagner. Uji flavonoid dilakukan dengan penambahan methanol pada masing-masing sampel lalu dipanaskan. Filtrat tersebut kemudian ditambahkan 5 tetes H2SO4. Senyawa flavonoid ditandai denag terbentuknya warna merah karena penambahan H2SO4. Uji saponin dilakukan dengan penambahan sampel dengan air kemudian dipanaskan. Filtrat lalu didiginkan dan dilakukan pengocokan selama 10 menit. Timbulnya busa menandakan adanya kandungan saponin di bahan. Uji tanin dilakukan dengan penambahan air pada sampel untuk kemudian dididihkan. Filtrate lalu disaring dan ditambahkan 3 tetes FeCl3. Keberadaan tanin ditandai dengan warna biru tua. Uji triterpenoid dan steroid dilakukan dengan penambahan etanol pada sampel untuk kemudian dipanaskan dan disaring. Filtrat lalu diuapkan dan ditambahkan eter. Lapisan eter ditambahkan dengan pereaksi Liebermen Burchard (3 tetes asetat anhidrat dan 1 tetes H2SO4 pekat). Warna merah atau ungu yang terbentuk menunjukkan adanya triterpenoid dan warna hijau menunjukkan adanya steroid.

Pembuatan Larutan Buffer

(16)

4

Pelaksanaan Uji In Vitro

Teknik fermentasi in vitro dilakukan berdasarkan metode Theoudorou dan Brooks (1990). Sebanyak 75 mg substrat perlakuan dimasukan kedalam botol vial

injection berukuran 100 ml, kemudian botol tersebut di masukan 75 ml cairan buffer rumen sebagai media inkubasi yang telah dijenuhkan menggunkan gas CO2 dengan komposisi (dalam 1000 ml) sebagai berikut: larutan buffer bicarbonat: 241 ml, larutan makromineral: 121 ml, larutan mikromineral: 0.061 ml, resazurin: 0.61 ml, air terdestilasi: 362 ml, larutan pereduksi: 23 ml dan cairan rumen: 253 ml. Cairan rumen yang digunakan diambil dari sapi peranakan Frisian Holstein (PFH) berfistula di kandang Balai Penelitian Ternak (Balitnak), Ciawi, Bogor pada pagi hari sebelum sapi diberi pakan. Cairan rumen kemudian disaring menggunakan kain penyaring dan dimasukan kedalam termos untuk dibawa ke laboratorium.

Campuran antara substrat perlakuan dan cairan buffer rumen dalam botol kemudian ditutup penutup karet dan ditekan dengan penutup alumunium menggunakan alat penekan, yang selanjutnya di inkubasikan dalam water bath pada suhu 39-41ºC. Waktu inkubasi dibedakan menjadi 2 yaitu inkubasi 24 jam untuk pengukuran parameter total produksi gas, kecernaan, konsentrasi VFA parsial, dan konsentrasi ammonia (NH3) serta inkubasi 72 jam untuk pengukuran parameter kinetika produksi gas. Selama masa inkubasi, dilakukan pengocokan botol secara manual setiap satu jam sekali pada 4 jam pertama, dan setiap waktu pengukuran gas pada jam berikutnya.

Total Produksi dan Kinetika Produksi Gas

Total produksi gas diukur pada jam ke 2, 4, 8, 12, dan 24 setelah inkubasi. Sedangkan kinetika produksi gas diukur pada jam ke 2, 4, 8, 12, 24, 36, 48, 60, dan 72 setelah inkubasi. Total dan kinetika gas diukur menggunakan syringe plastik dengan volume 60 ml (Terumo). Bagian ujung dari syringe ditusukan melalui penutup karet dalam botol menuju ke bagian ruang dari botol tersebut tanpa mengenai cairan di dalamnya, secara otomatis gas total yang dihasilkan di dalam mendorong bagian dalam syringe keatas. Setelah gas total sudah mendorong bagian dalam syringe secara sempurna, bagian ujung dari syringe dicabut dari botol. Total volume gas (ml) dapat diketahui melalui pembacaan manual pada skala yang terdapat pada syringe.

Kecernaan Bahan Kering (KBK) dan Bahan Organik (KBO)

Setelah 24 jam inkubasi, isi sampel setiap perlakuan dalam botol disaring menggunakan kertas saring (Whatman no. 41) yang diletakan diatas cawan penyaring pada bagian ujung erlenmeyer. Erlenmeyer tersebut terhubung dengan saluran alat vakum. Setelah tersaring maka didapatkan dua fraksi yaitu padatan (residu) dan cairan (supernatan). Supernatan yang didapat kemudian akan digunakan untuk pengukuran parameter ammonia (NH3). Residu dalam kertas saring di keringkan pada oven bersuhu 105oC selama 24 jam hingga diperoleh bahan kering (BK). Sampel kemudian dimasukkan kedalam eksikator selama 15 menit dan ditimbang. Selisih yang didapat antara BK sampel awal sebelum inkubasi dan BK sampel residu digunakan untuk penetapan KBK.

(17)

5

dimasukkan kedalam eksikator selama kurang lebih 15 menit dan ditimbang. Selisih antara BK residu dengan abu residu adalah bahan organik (BO) residu. Kecernaan bahan organik (KBO) diperoleh dari selisih antara bahan organik sampel sebelum inkubasi dengan bahan organik residu, proporsional dengan bahan organik sampel awal sebelum inkubasi. Pengukuran KBK dan KBO diukur dengan rumus :

KBK = BK awal – (BK akhir – BK Blanko) x 100 % BK awal

KBO = BO awal – (BO akhir – BO Blanko) x 100 % BO awal

Konsentrasi Amonia (NH3)

Konsentrasi amonia (NH3) diukur menggunakan teknik mikro difusi Conway. Cawan conway yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian atas dan bagian bawah. Bagian bawah yang digunakan sebagai tempat larutan dibagi menjadi bagian tengah dan bagian tepi, pada bagian tepi dibatasi oleh satu sekat. Sebanyak 1 ml asam borat diteteskan pada bagian tengah cawan, sebanyak 1 ml larutan Na2CO3 jenuh diteteskan pada bagian tepi tepatnya disebelah kiri sekat, dan disebelah kanan sekat diteteskan sebanyak 1 ml supernatan, kemudian cawan ditutup dengan rapat. Cawan digoyangkan secara perlahan untuk mencampurkan larutan Na2CO3 jenuh dan sampel supernatan hingga homogen. Kemudian diinkubasikan selama 24 jam hingga warna pada bagian tengah cawan berubah dari merah jambu menjadi biru. Setelah 24 jam inkubasi tutup cawan dibuka, dan dilakukan titrasi dengan HCl dengan normalitas 0.02 N hingga warna berubah menjadi merah muda menggunakan magnetic stirrer. Rumus perhitungan konsentrasi ammonia adalah :

N NH3 (mM)= Be a a pe x % B a pe H S 4 X H S 4 x

Rancangan dan Analisis Data

Perlakuan

Penelitian ini terdiri dari 5 perlakuan dengan 3 ulangan, berupa : R1 : 60% Hijauan : 40% Konsentrat (Kontrol)

R2 : Kontrol + 2.5% Daun Sembung (Blumea balsamifera) R3 : Kontrol + 5% Daun Sembung (Blumea balsamifera)

R4 : Kontrol + 2.5% Jawer Kotok (Coleus scutellaroides [L.] Benth.) R5 : Kontrol + 5% Jawer Kotok (Coleus scutellaroides [L.] Benth.)

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) (1x5). Model matematika dari rancangan ini adalah:

(18)

6

Єij : Galat Kelompok ke-i dan Perlakuan ke-j

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam (ANOVA), bila terdapat perbedaan nyata dilanjutkan dengan Uji Kontras Ortogonal.

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati pada penelitian ini, yaitu : 1. Komposisi kimia Pakan (%)

Ransum yang digunakan pada penelitian ini adalah campuran antara rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan konsentrat dengan rasio 60 : 40. Hasil analisis komposisi nutrien (proksimat) ransum disajikan pada Tabel 1.

Tabel 2 Komposisi nutrien pakan dalam %BK (Bahan Kering)

Nutrien

(19)

7

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat kandungan protein konsentrat yang digunakan didapat sebesar 14.22% BK. Pembuatan konsentrat ini sesuai dengan pernyataan Blakely dan Bade (1994) yang menyatakan campuran dari konsetrat sapi perah terdiri dari bahan yang mengandung protein dan energi dengan kandungan protein kasar 14% – 16% berdasarakan BK. Hasil analisis proksimat rumput gajah diperoleh kandungan protein sebesar 10.63% BK. Argadyasto et al.

(2015) melaporkan bahwa kandungan protein rumput gajah sebesar 7.95% BK. Perbedaan nilai protein yang diperoleh dapat disebabkan karena perbedaan umur panen rumput gajah. Hal tersebut dikarenakan rumput gajah muda memiliki kandungan protein yang lebih tinggi. Selain itu faktor lain yang dapat menyebabkan perbedaan nutrien rumput gajah dapat disebabkan oleh lokasi pemanenan dan kondisi lingkungan tempat tumbuh yang berbeda.

Tumbuhan pada umumnya memiliki kandungan senyawa aktif dalam bentuk metabolit sekunder seperti alkaloid, steroid, tanin, saponin, dan lain-lain. Harbone (1987) menyatakan untuk mendapatkan informasi kandungan senyawa metabolit sekunder suatu bahan dapat diidentifikasi dengan analisis fitokima. Hasil analisis fitokimia secara kualitatif pada daun sembung dan daun jawer kotok disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Kandungan fitokimia kualitatif daun sembung dan daun jawer kotok

Hasil analisa Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka, LPPM – Institut Pertanian Bogor (2014)

Hasil analisis fitokimia pada Tabel 3 menunjukkan bahwa daun sembung positif memiliki kandungan steroid, flavonoid, dan tanin. Sedangkan analisis fitokimia pada daun jawer kotok didapatkan kandungan steroid, flavonoid, tanin, dan saponin di dalamnya. Beberapa penelitian lain melaporkan perbedaan hasil uji fitokimia daun sembung oleh Mursito (2002) yang menyatakan daun sembung positif terdapat saponin. Penelitian lain oleh Yuningsih (2007) juga menyatakan daun jawer kotok positif mengandung senyawa alkaloid. Hal tersebut dapat terjadi karena kemampuan deteksi analisis fitokimia yang dilakukan tidak mampu mendeteksi kandungan saponin dan alkaloid dalam sampel yang berjumlah sedikit. Perbedaan juga dapat terjadi karena kondisi lingkungan tempat tumbuh yang dapat mempengaruhi jumlah metabolit sekunder pada tumbuhan di satu daerah tertentu dengan daerah lainnya (Artini et al. 2013).

Kandungan senyawa aktif di dalam tanaman memiliki fungsi fisiologis masing-masing. Senyawa golongan steroid memiliki sifat bioaktivitas, pembentukan struktur membran, pembentukan hormon kelamin dan hormon pertumbuhan, pembentukan vitamin D, dan sebagai antimikroba (Robinson 1995). Senyawa alkaloid diduga merupakan senyawa antibakteri pada ekstrak aseton daun jawer kotok sehingga mampu menggantikan berfungsi sebagai antibiotik alami.

Parameter Daun Sembung Daun Jawer Kotok

(20)

8

Kandungan tanin dalam pakan dapat memberikan dampak positif dapat melindungi protein yang berkualitas baik oleh degradasi mikroorganisme sehingga memeliki ketersediaan yang lebih tinggi pada organ pasca rumen (Jayanegara dan Sofyan 2008). Sementara itu saponin berfungsi sebagai agen defaunasi untuk menurunkan populasi protozoa pada ternak ruminansia.

Total Produksi dan Kinetika Produksi Gas

Total produksi gas dari hasil inkubasi masing-masing perlakuan selama 24 jam disajikan pada Tabel 4, sedangkan tabel dan grafik kinetika produksi gas dari hasil inkubasi selama 72 jam pada masing-masing perlakuan diperlihatkan pada Tabel 5, dan Gambar 1. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa penambahan daun sembung dan jawer kotok sebagai bahan aditif pada inkubasi 24 jam tidak mempengaruhi produksi gas secara nyata (P>0.05). Produksi gas yang dihasilkan menggambarkan terjadinya proses fermentasi pakan oleh mikroba rumen. Getachew et al. (1998) menyatakan bahwa sebagian gas yang diproduksi pada saat fermentasi oleh mikroba rumen merupakan hasil metabolisme mikroba pada substrat pakan yang diberikan, sedangkan sebagian lainnya berasal dari proses

buffering larutan Buffer HFT terhadap VFA yang dihasilkan.

Tabel 4 Rataan total produksi gas (ml g-1) inkubasi 24 jam

Perlakuan Total Produksi Gas ml g-1 BK

Total produksi gas pada perlakuan penambahan daun sembung (R2 dan R3) dan jawer kotok (R4 dan R5) yang disajikan pada Tabel 4 menunjukan tidak terjadinya perbedaan yang nyata pada produksi gas total walaupun terlihat sedikit penurunan. Hal ini tidak sesuai menurut penelitian Jayanegara et al. (2009) yang menyatakan bahwa perlakuan penambahan tanin akan menurunkan produksi gas total. Pernyataan tersebut didukung oleh Susriati (2000) yang melaporkan kandungan tanin yang terdapat di dalam daun sembung sebesar 0.1%-0.5%. Sugoro

(21)

9

perlakuan R2 dan R4 (2,5%) serta R3 dan R5 (5%) belum mampu memberikan pengaruh nyata.

Tabel 5 Kinetika produksi gas (ml g-1) inkubasi 72 jam

Jam R1 R2 R3 R4 R5

Tabel 5 dan Gambar 1 menunjukkan laju produksi gas dibandingkan dengan koefisien waktu. Evaluasi kinetika produksi gas dilakukan dengan inkubasi selama 72 jam untuk melihat laju produksi gas secara akurat (Tiemann et al. 2008). Hasil yang didapatkan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1, laju produksi gas pada semua perlakuan berkorelasi negatif dengan semakin bertambahnya waktu inkubasi. Hal ini terjadi karena semakin lama waktu inkubasi, maka substrat yang difermentasi akan semaikin bekurang jumlahnya (Jayanegara et al. 2009).

Gambar 1. Kinetika produksi gas inkubasi 72 jam

0

Kinetika Produksi Gas (ml jam-1)

(22)

10

Kecernaan Bahan Kering (KBK) dan Kecernaan Bahan Organik (KBO)

Kecernaan bahan kering dan bahan organik merupakan indikator nilai tercernanya nutrien di dalam ransum pada ruminansia. McDonald et al. (2010) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi nilai KBK dalam ransum antara lain proporsi bahan pakan, komposisi kimia, bentuk fisik ransum, tingkat pemberian pakan, dan kondisi internal ternak. Kecernaan bahan organik menunjukkan tingkat ketersediaan nutrien pada ransum yang dapat dimanfaatkan oleh ternak ruminansia. Nilai kecernaan nutrien pada suatu bahan pakan merupakan salah satu indikator dalam menentukan kualitas bahan pakan tersebut (Tillman et al. 1998). Nilai (%) KBK dan KBO masing-masing perlakuan disajikan pada Tabel 6.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pemberian daun sembung dan jawer kotok sebagai bahan aditif pada ransum dengan taraf sesuai perlakuan pada Tabel 6 tidak memberikan pengaruh peningkatan KBK dan KBO secara nyata (P>0.05). Hasil yang didapat berkorelasi postif dengan hasil dari total produksi gas yang tidak memberikan pengaruh nyata. Hal ini sesuai menurut pendapat Ella et al.

(1997) yang menyatakan semakin tinggi produksi gas total menunjukkan semakin tinggi aktivitas mikroorganisme di dalam rumen, sehingga menggambarkan tingginya proses fermentasi yang terjadi dan bahan organik yang tercerna. Pada beberapa penelitian perlakuan penambahan bahan-bahan mengandung tanin dan saponin memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kontrol. Namun menurut Wahyuni (2014) perlakuan penambahan suplementasi saponin 1.2%, kombinasi tanin 0.5% dengan saponin 0.9%, dan tanin 2% tidak memberikan perbedaan nyata terhadap perlakuan kontrol. Pendapat lain dinyatakan oleh Jayanegara et al. (2009) bahwa penambahan tanin murni dari berbagai sumber tanaman pada uji in vitro

dengan dosis 0.5 mg ml-1 cairan rumen berpengaruh nyata pada penurunan keernaan bahan organik. Dengan demikian penggunaan daun sembung dan daun jawer kotok pada dosis sesuai perlakuan masih pada taraf aman sehingga tidak menurunkan koefisien cerna.

Konsentrasi Amonia (NH3)

(23)

11

Konsentrasi ammonia pada masing-masing perlakuan disajikan pada Tabel 7. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan daun sembung dan jawer kotok sebagai bahan aditif ransum dengan taraf sesuai perlakuan tidak memberikan perbedaan secara nyata (P>0.05) menurunkan konsentrasi amonia.

Tabel 7 Rataan konsentrasi ammonia (NH3)

Perlakuan N-NH3

R1 12.57 ± 1.72

R2 13.63 ± 1.31

R3 14.05 ± 0.55

R4 14.73 ± 0.40

R5 12.67 ± 0.58

R1 = kontrol; R2 = kontrol + 2.5% daun sembung; R3 = kontrol + 5% daun sembung; R4 = kontrol + 2.5% jawer kotok; R5 = kontrol + 5% jawer kotok

Yogianto (2014) melaporkan pada penelitiannya bahwa penambahan ekstrak tanin pada pakan tinggi konsentrat dan pakan tinggi hijauan dapat menurunkan nilai konsentrasi ammonia secara nyata (P<0.01). Hal ini dapat terjadi karena kandungan tanin di dalam daun sembung dan daun jawer kotok tidak cukup banyak untuk menurunkan konsentrasi ammonia. Mekanisme penurunan konsentrasi ammonia oleh tanin disebabkan karena tanin mampu melindungi protein pakan sehingga by pass menuju organ pasca rumen (Jayanegara 2008). McDonald et al. (2002) melaporkan bahwa konsentrasi ammonia yang dapat menunjang kerja mikroorganisme secara optimal untuk sintesis protein mikroba berkisar antara 6-21 mM. Konsentrasi amonia yang dihasilkan pada perlakuan penambahan daun sembung dan jawer kotok berkisar 12.57 hingga 14.73 mM sehingga masih dalam taraf optimal untuk pertumbuhan mikroorganisme rumen.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penambahan daun sembung dan daun jawer kotok sebagai bahan aditif pada pakan ternak ruminansia dengan taraf 2.5% dan 5% belum mampu memberikan pengaruh nyata terhadap total produksi gas, kinetika produksi gas, kecernaan pakan, dan konsentrasi ammonia.

Saran

(24)

12

DAFTAR PUSTAKA

Argadyasto D, Retnani Y, Diapari D. 2015. Pengolahan daun lamtoro secara fisik dengan bentuk mash, pellet dan wafer terhadap performa domba (Physics processing of leucaena leaves by mash, pellet and wafer on the performance of sheep). Buletin Ilmu Makanan Ternak. 102(1) : 19-26.

Artini PEUD, Astuti KW, Warditiani NK. 2013. Uji fitokimia ekstrak etil asetat rimpang bangle (Zingiber purpureum Roxb.). Jurnal Farmasi Udayana, 2 : 4-9.

Blakely J, Bade DH. 1998. Ilmu Peternakan Edisi 4. Yogyakarta (ID) UGM Pr. Dalimartha S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Bogor (ID) : Trobus

Agriwidya.

Ella AS, Hardjosoewignya TR, Wiradarya, Winugroho M. 1997. Pengukuran Produksi Gas dari Hasil Proses Fermentasi Beberapa Jenis Leguminosa Pakan. Prosiding Seminar Nasional II-INMT. Bogor (ID).

Getachew G, Blümmel M, Makkar HPS, Becker K. 1998. In vitro gas measuring techniques for assessment of nutritional quality of feeds : a review. Anim Feed Sci Technol. 72 : 261-281.

Getachew G, Pittroff W, Putnam DH, Dandekar A, Goyal S, De Peters EJ. 2008. The influence of addition of gallic acid, tannic acid, or quebracho tanins to alfalfa hay on in vitro rumen fermentation and microbial protein synthesis.

Anim Feed Sci Technol. 140: 444-461.

Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia Edisi ke-2. Bandung (ID) : ITB Pr.

Jayanegara A, Sofyan A. 2008. Penentuan aktivitas biologis tanin secara in vitro menggunakan Hohenheim gas test dengan polietilen glikol sebagai determinan. Med Pet. 31 (1) : 44-52.

Jayanegara A, Sofyan A, Makkar HPS, Becker K. 2009. Kinetika produksi gas, kecernaan bahan organik dan produksi gas metana in vitro pada hay dan jerami yang disuplementasi hijauan mengandung tanin. Med Pet. 32 (2) : 120-129.

McDonald P, Edwards RA, Greenhalgh JFD. 2002. Animal Nutrition. 6th Edition. London (UK) : Longman.

McDonald P, Edwards RA, Greenhalgh JFD, Morgan CA, Sinclair LA, Wilkinson RG. 2010. Animal Nutrition. 7th Edition. New Jersey (US) : Prentice Hall. Mursito B. 2002. Ramuan Tradisional Untuk Penyakit Malaria. Jakarta (ID) :

Penebar Swadaya.

Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Ed ke-4. Padmawinata K, penerjemah. Bandung (ID) : ITB Pr.

Sugoro I, Gobel I, Lelananingtyas N, Sasongko WT. 2004. Pengaruh Variasi Konsentrasi Tanin terhadap Produksi Gas secara In Vitro. Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan X.

Susiarti S. 2000. Potensi dan Cara Pemanfaatan Bahan Tanaman Obat. Bogor (ID) : Prosea Indonesia.

Syamsuhidayat. 1991. Inventarisasi Tanaman Obat Indonesia. Ed ke-2. Jakarta (ID) : Departemen Kesehatan RI.

(25)

13

Theodorou MK, Brooks AE. 1990. Evaluation of A New Laboratory Procedure for Estimating the Fermentation Kinetics of Tropical Feeds. Annual Report.

Meidenhead (GB): AFRC Inst.

Tiemann TT, Avila P, Ramírez G, Lascano CE, Kreuzer M, Hess HD. 2008. Invitro

ruminal fermentation of taniniferous tropical plants: plant-specific tanin effects and counteracting efficiency of PEG. Anim Feed Sci Technol. 146: 222-241.

Tillman AD, Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Prawirokusumo S, Lebdosukojo S. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-4. Yogyakarta (ID) : Gadjah Mada University Pr.

Uthai S, Maneerat S, Cushnie TPT dan De-eknamkul W. 2011. Antimicrobial activity of Blumea balsamifera (Lin.) DC. extracts and essential oil. Natural Product Research. 25 (19) : 1849–1856.

Wahyuni IMD, Anis M, Marry C. 2014. Kecernaan bahan kering dan bahan organik dan degradabilitas serat pada pakan yang disuplementasi tanin dan saponin.

Agripet. 2 (2) : 115-124.

Widowati S, Astawan M, Muchtadi D, Wresdiyati T. 2007. Pemanfaatan Ekstrak Teh Hijau (Camellia sinensis O. Kuntze) dalam Pengembangan Beras Pratanak Fungsional. Prosiding Seminar Nasional PATPI 2007. Hal 975-987. Bandung 17-18 Juli 2007.

Yogianto. 2014. Kajian in vitro reduksi emisi gas metana melalui penambahan ekstrak tanin dan saponin dalam pakan dengan proporsi hijauan berbeda. [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

(26)

14

Lampiran 1 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kecernaan bahan kering

SK JK db KT F P

Perlakuan 4.517 4 1.129 .315 .860

Kelompok 58.458 2 29.229 8.146 .012

Galat 28.705 8 3.588

Total 91.676 14

JK : jumlah kuadrat; db : derajat bebas; KT : kuadrat tengah

Lampiran 2 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kecernaan bahan organik

SK JK Db KT F P

Perlakuan 12.335 4 3.084 .883 .515

Kelompok 49.523 2 24.762 7.091 .017

Galat 27.936 8 3.492

Total 89.794 14

Lampiran 3 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap total produksi gas

SK JK db KT F P

Perlakuan 2 673.764 4 668.441 1.017 .454

Kelompok 377.737 2 188.868 .287 .758

Galat 5 258.067 8 657.258

Total 8 309.567 14

Lampiran 4 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap konsentasi amonia

SK JK Db KT F P

Perlakuan 10.207 4 2.552 2.070 .177

Kelompok 1.069 2 .534 .434 .633

Galat 9.863 8 1.233

(27)

15

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta, pada tanggal 5 Mei 1994. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Mujahid dan Ibu Melia Fauziah. Tahun 2011 penulis menyelesaikan pendidikan SMA dari SMAN 1 Cileungsi dan pada tahun yang sama diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Instititut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Undangan. Selama menjalani masa perkuliahan, penulis aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa dan Makanan Ternak (HIMASITER) pada tahun 2012/2013 sebagai anggota dan tahun 2013/2014 sebagai

Kepala Biro Keilmuan dan Keprofesian. Penulis juga aktif sebagai Badan Pengawas HIMASITER periode 2014/2015. Organisasi lain yang diikuti oleh penulis adalah Klub Sekolah Peternakan Rakyat (K-SPR) periode 2013/2014. Selain itu penulis juga aktif pada berbagai kegiatan kepanitiaan dan kegiatan mahasiswa di Fakultas Peternakan. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Integrasi Proses Nurtisi pada semester 8 tahun ajaran 2014/2015.

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana dari Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Shalawat dan salam senantiasa penulis curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Berkenaan dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dan masukan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak (Mujahid) dan Mama (Melia Fauziah) dan Ade (Zahara Larasaty) serta keluarga besar yang telah memberikan segala hal yang penulis butuhkan hingga saat ini.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Anuraga Jayanegara, S.Pt, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi utama dan Dr. Ir. Heri Ahmad Sukria, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi anggota sekaligus sebagai dosen pembimbing akademik atas segala bantuan, bimbingan, ilmu, motivasi, dukangan, maupun materi yang telah diberikan. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Ir. Dwi Margi Suci, MS selaku pembahas seminar dan Dr. Ir. Widya Hermana, M.Si selaku panitia seminar pada tanggal 23 Desember 2014 serta Dr. Ir. Sri Suharti, M.Si dan Ir. Sigid Prabowo, M.Sc selaku dosen penguji sidang pada tanggal 14 September 2015.

(28)

16

Gambar

Tabel 1 Komposisi bahan pakan konsentrat
Tabel 2 Komposisi nutrien pakan dalam  %BK (Bahan Kering)
Tabel 3  Kandungan fitokimia kualitatif daun sembung dan daun jawer kotok
Gambar 1. Kinetika produksi gas inkubasi 72 jam
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan berbagai aditif dalam silase rumput Gajah ( Pennisetum purpureum) CV terhadap kecernaan bahan kering

Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan inokulum bakteri Lactobacillus sp 0,5 % sebagai aditif pada silase pucuk tebu, mampu menghasilkan konsentrasi NH 3

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan jenis aditif berpengaruh terhadap kandungan asam laktat dan pH.. Penggunaan molases 5% sebagai

Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah komposisi proksimat substrat pakan (BK, Abu, PK, LK, SK, dan BETN), kandungan senyawa aktif jamu, total produksi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan bahan organik dalam media kultur jaringan krisan memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah akar, dan

Fermentasi dalam system rumen in vitro dari bahan pakan berupa campuran jerami padi dan tepung daun murbei dengan imbangan 70:30 dan ditambahkan UMML dengan jumlah yang