• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Komunitas Plankton di Kolam Pendederan Ikan Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dinamika Komunitas Plankton di Kolam Pendederan Ikan Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii)"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

DINAMIKA KOMUNITAS PLANKTON DI KOLAM

PENDEDERAN IKAN TENGADAK

(

Barbonymus schwanenfeldii

)

ANGGIA IMANI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dinamika Komunitas Plankton di Kolam Pendederan Ikan Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari2014

Anggia Imani

(4)

iv

ABSTRAK

ANGGIA IMANI. Dinamika Komunitas Plankton di Kolam Pendederan Ikan Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii). Dibimbing oleh NIKEN TUNJUNG MURTI PRATIWI dan ANI WIDIYATI.

Plankton baik fitoplankton maupun zooplankton merupakan salah satu faktor penting untuk keberhasilan budidaya ikan. Pemberian pakan buatan pada ikan yang dipelihara dapat mempengaruhi kondisi plankton yang ada. Plankton tersebut dapat memberikan dampak positif maupun negatif bagi kelangsungan hidup ikan yang dipelihara yaitu ikan Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii). Pengamatan terhadap plankton yang ada diharapkan dapat memberikan informasi mengenai dinamika plankton yang terjadi selama pemeliharaan ikan tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fitoplankton yang mendominasi adalah kelas Chlorophyceae, sedangkan zooplankton adalah Rotifera. Nilai indeks keanekaragaman yang didapatkan tergolong sedang, nilai indeks keseragaman yang tinggi serta nilai indeks dominansi yang cenderung rendah baik pada fitoplankton maupun zooplankton. Hasil uji statistik dengan menggunakan program SPSS menunjukkan pengaruh perlakuan pemberian pakan tidak mempengaruhi komposisi kelas plankton maupun kelimpahannya. Pada penelitian ini tidak ditemukan jenis plankton yang berbahaya sehingga tidak mempengaruhi kelangsungan hidup ikan tengadak (B. schwanenfeldii) yang dipelihara.

Kata kunci: Ikan Tengadak (Barbonymus scwanenfeldii), Pakan Buatan, Plankton

ABSTACT

ANGGIA IMANI. Dynamics of Plankton Communities in Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii) Ponds. Supervised by NIKEN TUNJUNG MURTI PRATIWI dan ANI WIDIYATI.

Plankton both phytoplankton and zooplankton is one of essential factor to establishing the success of aquaculture. Artificial feeding in aquaculture may affects the condition of plankton. The plankton can give positive or negative impact to the survival of fish like Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii). Plankton observations are expected to provide information about the dynamics of plankton during the fish maintenance. The results of this study indicate that the phytoplankton was dominated by class of Chlorophyceae and the zooplankton was dominated by Rotifera. The value of diversity index tend to moderate, with the value of eveness index tend to high and value of dominance index tend to low for both phytoplankton and zooplankton. Statistical test results by SPSS program showed that the effect of feeding treatment did not affect the composition and abundance of plankton class. In this study, harmful plankton was not found, and was not affected the survival of Tengadak (B. schwanenfeldii).

(5)

DINAMIKA KOMUNITAS PLANKTON DI KOLAM

PENDEDERAN IKAN TENGADAK

(

Barbonymus schwanenfeldii

)

ANGGIA IMANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan

pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

SKRIPSI

Judul Skripsi : Dinamika Komunitas Plankton di Kolam Pendederan Ikan Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii)

Nama Mahasiswa : Anggia Imani

NIM : C24090077

Program Studi : Manajemen Sumber Daya Perairan

Disetujui oleh:

Dr Ir Niken T. M. Pratiwi, MSi Dr Ir Ani Widiyati, MSi

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh:

Dr Ir M. Mukhlis Kamal, MSc Ketua Departemen

(8)

iv

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala

atas segala karunia dan hidayah-Nya, karena skripsi berjudul Dinamika Komunitas Plankton di Kolam Pendederan Ikan Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii) ini dapat diselesaikan dengan baik.

Selesainya skripsi ini tidak lepas dari peran berbagai pihak yang telah mendukung dan membantu dalam pelaksanaan penelitian hingga proses penyusunan skripsi ini. Karenanya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada,

1. Dr Ir Niken T. M. Pratiwi, MSi dan Dr Ir Ani Widiyati, MSi selaku pembimbing yang telah memberikan banyak sekali masukan dan bimbingan untuk penyusunan skripsi ini,

2. Dr Ir M. Mukhlis Kamal, MSc dan Ir. Agustinus M. Samosir, M. Phil, selaku Ketua Departemen dan Ketua Program Studi MSP, 3. Ir Retna Utami, MSc, selaku Kepala Balai Penelitian dan

Pengembangan Air Tawar Bogor, atas kesempatannya untuk melakukan penelitian ini,

4. Ibu Siti Nursiyamah, selaku Laboran Laboratorium Biomikro, atas arahan dan bimbingannya,

5. Orang tua penulis, Ir Eman Machmur, dan Dra Ohan Rohayati, serta Dr Ir Tri Heru Prihadi, MSc, dan Tati Mulyati, adik-adik penulis Asyifa Nurani, Avia Maulidina, Ali Muhammad Firdaus, atas semangat, doa serta dukungan yang tidak pernah berhenti pada penulis,

6. Muhammad Aziz Baharsyah, atas bantuan, semangat dan dukungannya,

7. Dwi, Nanda, Eka, Dewi, Ara, Janty, Ika, Novi, Fau, Gilang, Nisa, Viska, Arni, Zia, atas dukungan dan semangatnya,

8. Mas Genta, Mba Aay, Kak Dede, Kak Alim, Kak Zulmi atas bantuannya,

9. Teman penelitian (Arinta dan Hari), teman-teman MSP 46, Teman-teman asrama (Eca, Hastuti, Via), teman Wisma Asri, 10. serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menjadi pedoman penulis dalam penelitian dan penyusunan skripsi. Saran dan kritik sangat penulis harapkan demi sempurnanya skripsi ini.

Bogor, Februari 2014

(9)

DAFTAR ISI

Indeks Keseragaman / Eveness (E) 5

Indeks Dominansi (D) 6

Tingkat Kelangsungan Hidup 6

Analisis Data 6

Indeks Nygaard (IN) 6

Grafik Suksesi Frontier 7

Rancangan Acak Lengkap dalam waktu 8

Uji Wilayah Berganda (Duncan) 9

Analisis cluster 9

Analisis Regresi Berganda 9

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Hasil 10

Komposisi Kelas Plankton 10

Perkembangan Kelimpahan Plankton 10

Indeks Biologi 14

Grafik Suksesi Frontier 15

Indeks Nygaard 17

Parameter Fisika Kimia Air 18

Analisis cluster 19

Analisis Regresi 19

Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) Ikan Tengadak 20

Pembahasan 20

KESIMPULAN 23

DAFTAR PUSTAKA 23

LAMPIRAN 25

(10)
(11)

DAFTAR TABEL

1 Parameter kualitas air yang diamati (APHA 2012) 4

2 Sidik ragam RAL dalam waktu 8

3 Hasil regresi kualitas air terhadap kelimpahan fitoplankton 20 4 Hasil regresi kualitas air terhadap kelimpahan zooplankton 20 5 Matriks Hasil pengamatan terhadap perlakuan yang diujikan 23

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pendekatan masalah dinamika plankton sebagai respon

dari pemberian pakan buatan 2

2 Grafik suksesi frontier 7

3 Komposisi kelas fitoplankton 11

4 Komposisi kelas zooplankton 11

5 Perkembangan kelimpahan fitoplankton 12

6 Perkembangan kelimpahan zooplankton 13

7 Indeks keanekaragaman (H’), keseragaman (E) dan dominansi (C)

fitoplankton 14

8 Indeks keanekaragaman (H’), keseragaman (E) dan dominansi (C

zooplankton 15

9 Grafik suksesi fitoplankton 16

10 Grafik suksesi zooplankton 17

11 Hasil perhitungan Indeks Nygaard 18

12 Hasil pengukuran kualitas air 18

13 Dendrogram fitoplankton 19

14 Dendrogram zooplankton 19

15 Tingkat kelangsungan hidup ikan tengadak 20

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kegiatan penelitian 26

2 Kolam penelitian 26

3 Plankton yang ditemukan 27

4 Jumlah Jenis Fitoplankton 28

5 Jumlah Jenis Zooplankton 28

6 Jumlah Kelimpahan Fitoplankton 29

7 Jumlah Kelimpahan Zooplankton 29

8 Indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominansi setiap kolam 30

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan tengadak (Barbonymus schwanenfeldii) merupakan ikan air tawar yang berasal dari provinsi Kalimantan Barat yang potensial untuk dibudidayakan karena dapat mencapai ukuran yang besar (Kusmini et al. 2010) dan disukai oleh masyarakat. Pada habitat aslinya di Kalimantan Barat, ikan tengadak (B. schwanenfeldii) banyak ditemukan di sungai-sungai di Kalimantan, namun seiring berjalannya waktu, kerusakan lahan, penangkapan berlebih serta pencemaran membuat ikan tengadak menjadi sulit untuk ditemukan, sehingga diperlukan upaya untuk melestarikannya melalui kegiatan budidaya.

Salah satu faktor yang dapat menentukan keberhasilan budidaya adalah kondisi plankton yang ada pada media budidaya. Plankton merupakan organisme mikroskopis yang terbagi menjadi dua, yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton merupakan organisme produsen di perairan karena memiliki kemampuan untuk melakukan fotosintesis dan menghasilkan makanannya sendiri dengan memanfaatkan sinar matahari serta unsur hara sebagai sumber energi, sedangkan zooplankton adalah plankton yang memiliki kemampuan bergerak secara terbatas, tidak dapat menghasilkan makanan sendiri, tetapi mendapatkan energi dengan cara mengkonsumsi fitoplankton. Fitoplankton maupun zooplankton memiliki peranan penting bagi berjalannya rantai makanan pada ekosistem perairan. Pada kegiatan budidaya, plankton tersebut dapat memberikan dampak positif seperti dapat menjadi pakan alami bagi ikan yang dipelihara, namun plankton pun dapat menimbulkan dampak negatif seperti dapat menimbulkan racun yang dapat mematikan bagi ikan.

Ketersediaan plankton di perairan dipengaruhi oleh kandungan nutrien, dan kondisi fisika-kimia perairan. Semakin tinggi kandungan nutrien di suatu perairan, maka kelimpahan fitoplankton di perairan tersebut pun akan semakin tinggi. Pada proses budidaya, kandungan nutrien banyak didapatkan dari hasil dekomposisi sisa pakan, serta pemupukan (Boyd 1992). Plankton yang memanfaatkan bahan anorganik dalam pertumbuhannya dapat memiliki komposisi jenis yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi perairan. Kondisi perubahan komposisi plankton tersebut disebut suksesi.

Perumusan Masalah

(14)

2

mengkonsumsi habis persediaan oksigen terlarut dalam air kolam serta tingginya konsentrasi senyawa-senyawa nitrit, ammonia, dan asam sulfida (Seymour 1980 dalam Chrismadha dan Ali 2007).

Perkembangan komunitas fitoplankton dalam air kolam pada umumnya dipicu oleh peningkatan kesuburan air akibat proses pemupukan dan pemberian pakan buatan (Boyd 1992). Semakin banyak pakan buatan yang diberikan, maka kandungan nutrien di perairan akan semakin tinggi dan jumlah planktonnya akan semakin banyak. Apabila jumlah pakan buatan yang diberikan berlebihan, maka akan menyebabkan eutrofikasi dan dapat menyebabkan ledakan populasi plankton, sehingga perlu diketahui jenis, kelimpahan, serta suksesi plankton sebagai salah satu upaya awal dalam mengendalikan jumlah plankton dalam kolam pendederan benih ikan tengadak (B. schwanenfeldii).

Gambar 1.Kerangka pendekatan masalah dinamika plankton sebagai respon dari pemberian pakan buatan

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dinamika plankton di kolam pendederan ikan tengadak (Barbonymus schwanenfeldii) yang diberi perlakuan pemberian pakan yang berbeda.

Manfaat Penelitian

Informasi dari hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar dalam pengendalian komunitas plankton pada masa pendederan ikan tengadak (B. schwanenfeldii).

-Pakan buatan - Feses -Air media

-Dekomposisi bahan organik -Ketersediaan

nutrien

Jenis dan kelimpahan

plankton Keberadaan

plankton

-

(15)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan meliputi empat tahapan, yaitu kegiatan persiapan kolam, persiapan biota uji, perancangan penelitian dan pengumpulan data. Kegiatan persiapan dilakukan sepuluh hari sebelum penelitian lapangan, dan penelitian lapangan dilakukan selama 30 hari mulai April 2013 hingga Juni 2013. Penelitian lapang dilakukan di kolam penelitian Instalasi Lingkungan Perikanan Budidaya dan Toksikologi, Cibalagung Bogor,analisis contoh dilakukan di Laboratorium Biologi Mikro Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam kegiatan persiapan adalah kolam berukuran 200x200x80 cm beserta perangkat kolam lainnya. Pada proses pengambilan contoh, alat yang digunakan adalahperangkat pengambilan contoh plankton dan kualitas air menurut APHA (2012) dan pada proses analisis contoh, alat yang dilakukan adalah perangkat analisis plankton dan air berdasarkan APHA (2012) dan buku identifikasi menurut Davis (1995) dan Prescott (1970). Bahan yang digunakan dalam proses persiapan adalah biota uji berupa benih ikan tengadak (B. schwanenfeldii) ukuran 1-3 cm sebanyak 1-30 ekor/m2, beserta bahan-bahan penunjang persiapan kolam, bahan yang digunakan dalam proses pemeliharaan adalah pakan buatan, pada proses pengambilan contoh adalah bahan preservasi contoh plankton dan analisis kualitas air (APHA 2012).

Perancangan percobaan

Pada proses pemeliharaan, benih ikan tengadak (B. schwanenfeldii) dipelihara pada kolam dengan perlakuan berupa perbedaan pemberian jumlah pakan yang diberikan pada benih yaitu sebesar 3% dari biomassa benih untuk perlakuan A, 6% dari biomassa benih untuk perlakuan B, dan 9% dari biomassa benih untuk perlakuan C. Rancangan percobaan yang digunakan untuk mengetahui pengaruh perlakuan pakanterhadap komposisi kelas dan kelimpahan plankton adalah rancangan acak lengkapdalam waktu (RAL dalam waktu). Rancangan ini adalah percobaan yang melibatkan waktu pengamatan terhadap satu objek. Disamping perlakuan, penggunaan rancangan acak lengkap dalam waktu diharapkan juga mampu melihat perkembangan respon selama waktu penelitian berlangsung, sehingga pengaruh waktu akan sangat bermanfaat untuk dikaji disamping perlakuan yang diberikan.

Prosedur Kerja

Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari empat tahap yaitu: 1. Persiapan kolam

(16)

4

dibuang dari kolam dan diisi kembali dari sumber yang sama yaitu sungai Ciapus dengan tinggi ± 40 cm. Selanjutnya benih ditebar di kolam yang telah disiapkan dengan padat tebar sebanyak 30 ekor/m2.

2. Persiapan biota uji

Persiapan biota uji berupa benih ikan tengadak (B. schwanenfeldii) yang berasal dari pembudidaya di Cijeruk meliputi pengukuran panjang dan bobot dari benih ikan tengadak (B. schwanenfeldii) yang akan dimasukkan ke kolam. Pengukuran panjang dan bobot tersebut dilakukan secara acak pada 10% dari jumlah benih yang akan dimasukkan ke setiap kolam. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut didapatkan biomassa dari benih yang akan dimasukkan ke kolam yang menjadi acuan untuk pakan yang diberikan pertama kali. Selanjutnya benih ditebar di kolam yang telah disiapkan dengan padat tebar sebanyak 30 ekor/m2 (lampiran 1).

3. Pemeliharaan biota uji

Biota uji berupa ikan tengadak (Barbonymus schwanenfeldii) yang dipelihara pada 9 kolam dengan perlakuan pakan yang berbeda diberi pakan secara berkala sebanyak tiga kali setiap harinya (lampiran 2). Selain itu, dilakukan pengambilan contoh pada biota uji secara berkala setiap 9 hari dengan melakukan pengukuran panjang dan bobot untuk menentukan biomassa ikan dan jumlah pakan yang diberikan.

4. Pengumpulan data

Parameter yang diamati meliputi parameter kualitas fisika, kimia, serta biologi air. Parameter kualitas fisika air yang diukur antara lain suhu, kecerahan, dan warna, sedangkan parameter kualitas kimia air meliputi pH, DO, alkalinitas, nitrit (NO2), nitrat (NO3), amonia (NH3), dan ortofosfat. Adapun parameter biologi yang diamati adalah jenis dan kelimpahan plankton baik fitoplankton maupun zooplankton serta ikan tengadak (B. Schwanenfeldii) untuk melihat tingkat kelangsungan hidupnya (SR). Parameter kualitas air yang akan diukur selama penelitian disajikan pada Tabel 1.

Pengamatan parameter biologi berupa plankton dilakukan setiap pukul 10.00 WIB setiap 3 hari selama masa pendederan. Contoh plankton diambil dengan cara menyaring air sebanyak 100 liter dengan menggunakan plankton net, dan dipadatkan menjadi 100 ml. Selanjutnya plankton yang telah tersaring kemudian disimpan dalam botol sampel dan diawetkan dengan menggunakan larutan Lugol 1% untuk selanjutnya diidentifikasi dan dilakukan analisis. Contoh jenis plankton yang ada dapat dilihat pada lampiran 3.

Pengukuran kualitas air dilakukan sebanyak 3 kali yaitu sebelum penebaran benih (hari ke-0), pada hari ke-9 dan pada hari ke-27 setiap pukul Tabel 1. Parameter kualitas air yang diamati (APHA 2012)

No Parameter Satuan Alat/Metode Analisis

(17)

06.30 dengan cara mengambil contoh air dan kemudian dipreservasi untuk kemudian dianalisis.

Perhitungan Data

Kelimpahan Plankton

Kelimpahan plankton dapat dianalisis dengan menggunakan rumus berikut (APHA 2012)

Keterangan :

N : Kelimpahan Plankton (ind/L) Acg : Luas gelas penutup (mm2) Alp : Luas satu lapang pandang (mm2)

Vt : Volume botol contoh hasil saringan (ml) Vcg : Volume cover glass (ml)

Vd : Volume air yang disaring (L) n : Jumlah plankton yang tercacah

Indeks keanekaragaman (H’)

Keanekaragaman mengambarkan keheterogenan spesies dalam suatu komunitas. Metode yang digunakan untuk perhitungan keanekaragaman adalah metode Shannon dan Wiener (Odum 1993).

Keterangan :

H’ : Indeks keanekaragaman Shannon pi : Komposisi organisme jenis ke-i ni : Jenis organisme

N : Jumlah total organisme

Berikut ini merupakan pengelompokan kategori keanekaragaman berdasarkan nilai yang didapatkan:

H' <1 : keanekaragaman rendah dengan tekanan ekologi besar 1 <H' <3 : keanekaragaman sedang dengan tekanan ekologi sedang H'> 3 : keanekaragaman tinggi dan komunitas stabil

Indeks Keseragaman / Eveness (E)

Keseragaman menggambarkan seberapa besar kesamaan penyebaran jumlah individu pada tingkat komunitas. Berikut merupakan persamaan dalam menentukan indeks keseragaman (Odum 1993).

Keterangan :

E : Indeks keseragaman

(18)

6

Kisaran nilai indeks keseragaman plankton bernilai antara 0-1 (Odum 1993). Semakin kecil nilai E, semakin kecil pula keseragaman populasi dalam komunitas. Hal tersebut menunjukkan bahwa penyebaran individu tiap jenis tidak merata atau terdapat kecenderungan satu spesies yang mendominasi. Sebaliknya apabila nilai E mendekati 1 maka penyebaran individu tiap jenis cenderung rnerata.

Indeks Dominansi (D)

lndeks dominansi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya spesies yang mendominasi dalam suatu komunitas (Odum 1993).

Keterangan :

D : Indeks Dominansi Simpson pi : Komposisi organisme jenis ke-i S : Jumlah spesies / genus

Kisaran nilai indeks dominansi plankton bernilai antara 0-1 (Odum 1993). Semakin kecil nilai D, semakin kecil pula dominansi populasi dalam komunitas.

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup (survival rate, SR) dihitung menggunakan rumus Goddard (1996) dalam Harir (2010) yaitu

Keterangan :

SR : Tingkat kelangsungan hidup (SR)

Nt : Jumlah ikan hidup pada akhir pemeliharaan (ekor) N0 : Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)

Analisis Data

Indeks Nygaard (IN)

(19)

Nilai indeks gabungan kurang dari 1(In<1), menunjukkan bahwa perairan tergolong oligotrof. Bila nilai indeks tersebut berkisar antara 1-2,5, perairan tergolong mesotrof atau eutrof ringan. Bila didapat indeks lebih dari 2,5 (In>2,5) perairan tersebut merupakan perairan eutrofik.

Grafik Suksesi Frontier

Suatu ekosistem akan mengalami perubahan dari waktu ke waktu dan perubahan tersebut disebut suksesi ekologi. Perubahan lingkungan tersebut tentu saja berpengaruh terhadap struktur komunitas biota, misalkan fitoplankton yang hidup di dalam ekosistem bersangkutan, termasuk perubahan komposisi spesies dan laju pertumbuhan spesies (Basmi 1995). Frontier melihat dan menarik kesimpulan, bahwa kondisi struktur komunitas pada waktu tertentu adalah merupakan cerminan suksesi komunitas terakhir, yang dapat dimanfaatkan untuk menentukan kondisi suksesi yang sedang terjadi terhadap komunitas biota yang sedang diteliti, atau dalam stadium apa suksesi komunitas biota yang sedang terjadi. Data yang dibutuhkan adalah:

1. Jenis spesies penyusun komunitas

2. Kelimpahan individu masing-masing spesies

3. Persentase kelimpahan individu masing-masing spesies terhadap jumlah total individu penyusun komunitas, dan

4. Ranking kelimpahan masing-masing spesies dengan urutan yang paling melimpah di tempatkan sebagai rangking pertama, dan seterusnya, sampai kepada spesies dengan kelimpahan paling sedikit sebagai ranking terakhir. Berdasarkan informasi keempat variabel di atas, frontier menuangkannya kedalam bentuk grafik yang disebut grafik suksesi frontier. Sumbu y adalah presentase kelimpahan masing spesies, dan sumbu x adalah rangking masing-masing spesies kedua sumbu tersebut masing-masing-masing-masing dalam bentuk log sehingga didapatkan titik-titik hubungan antara presentase kelimpahan individu dan ranking masing-masing spesies, dan apabila titik tersebut dihubungkan, maka didapatkan satu grafik dengan bentuk tertentu. Untuk mengerti makna grafik tersebut, kita harus membandingkannya dengan model grafik suksesi frontier, sebagaimana terlihat pada gambar 3 berikut (Frontier 1985):

Gambar 2. Grafik Suksesi Frontier

(20)

8

Stadium I : menunjukkan bahwa produktivitas biologi rendah, kondisi struktur komunitas labil, kompetisi antar spesies tinggi, dan nilai laju kelangsungan hidup rendah.

Stadium II : menunjukkan bahwa produktivitas biologi tinggi, kondisi struktur komunitas stabil, kompetisi antar spesies rendah, dan laju kelangsungan hidup tinggi.

Stadium III : menunjukkan bahwa produksi biologis sedang mengalami penurunan, kondisi struktur komunitas cenderung labil, laju kelangsungan hidup moderat, dan kompetisi antar spesies sedang.

Rancangan Acak Lengkap dalam waktu

Model rancangan acak lengkap dalam waktu adalah sebagai berikut (Mattjik dan Sumertajaya 2002)

Yijk = μ + αi + ij+ ωk + jk+ αωik + ik

Keterangan :

Yijk : nilai parameter berupa kelimpahan plankton

μ : nilai rata-rata kelimpahan plankton

αi : pengaruh perlakuan pakan ke-i, i=A, B, C

ij : komponen acak perlakuan

ωk : pengaruh waktu pengamatan ke-k, k= 0,1,β,γ,…,10

jk : komponen acak waktu pengamatan

αωik : pengaruh interaksi perlakuan pakan ke-i waktu ke-k ik : komponen acak interaksi waktu dan perlakuan

Dengan hipotesis :

a. H0: tidak pengaruh faktor waktu terhadap nilai kelimpahan plankton H1: ada pengaruh faktor waktu terhadap nilai kelimpahan plankton

b. H0: tidak ada pengaruh perlakuan pakan terhadap nilai kelimpahan plankton H1: ada pengaruh perlakuan pakan terhadap nilai kelimpahan plankton

c. H0: tidak pengaruh interaksi faktor perlakuan pakan dan waktu terhadap nilai kelimpahan plankton

d. H1: ada pengaruh interaksi faktor perlakuan pakan dan waktu terhadap nilai kelimpahan plankton

Analisis data menggunakan Rancangan Acak Lengkap dalam waktu biasanya disajikan dalam bentuk tabel sidik ragam (Tabel 2) sebagai berikut

Tabel 2. Tabel Sidik Ragam RAL dalam waktu

Sumber Keragaman Derajat

(21)

Keterangan: i : total perlakuan

r : total ulangan untuk semua perlakuan

Penarikan kesimpulan dapat dilihat dari tabel sidik ragam, yaitu sebagai berikut: Jika nilaiFhitung >Ftabel maka tolak H0, berarti minimal ada satu perlakuan yang memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap kelimpahan

plankton (τ1 ≠ τ2 ≠ τ3).

Jika nilai Fhitung <Ftabel maka gagal tolak H0, berarti tidak ada perlakuan yang memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kelimpahan

plankton (τ1= τ2= τ3)

Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan analisis ragam oneway ANOVA. Apabila hasil analisis ragam memberikan pengaruh yang berbeda nyata (tolak H0), maka dilanjutkan dengan uji Duncan.

Uji Wilayah Berganda (Duncan)

Uji Duncan dilakukan apabila minimal ada satu perlakuan yang berpengaruh nyata. Uji Duncan dilakukan pada selang kepercayaan 95% dengan menggunakan perangkat lunak SPSS. Kolom yang sama menunjukkan pengelompokan kesamaan karakteristik yang disebabkan oleh faktor-faktor yang berpengaruh.

Analisis cluster

Analisis klaster (cluster)merupakan bentuk clustering variabel yang dapat membantu pengelompokan variabel-variabel menjadi grup berdasarkan indeks similaritas. Tahap pertama, dua variabel yang memiliki kesamaan bergabung menjadi satu. Tahap berikutnya, variabel ketiga bergabung dengan dua variabel pertama yang telah bergabung sebelumnya membentuk klaster berbeda. Setiap tahap menghasilkan klaster yang berkurang dari tahap sebelumnya dan pada akhirnya, semua variabel terkombinasi menjadi satu klaster. Ketika dua variabel bergabung menjadi satu klaster, keduanya bisa bergabung dengan variabel lainnya, tetapi keduanya tetap dalam satu grup bersama (Wahyudi 2007).

Analisis Regresi Berganda

Regresi berganda merupakan salah satu metode uji regresi yang dapat dipakai untuk menentukan pengaruh beberapa variabel bebas terhadap suatuvariabel tak bebas. Kekuatan hubungan antara dua peubah, yaitu x dan y dilambangkan melalui sebuah bilangan yang disebut koefisien korelasi (r) antara beberapa variabel bebas (X1,X2,…,Xn) dan variabel terikat (Y). Bila nilai r mendekati +1 atau -1, hubungan antara kedua peubah itu kuat dan dapat dikatakan terdapat korelasi yang tinggi antara keduanya. Akan tetapi bila nilai r mendekati 0, hubungan linear x dan y sangat lemah atau mungkin tidak ada sama sekali. Berikut ini adalah model persamaan regresi (Mattjik dan Sumertajaya 2002):

Yi = 0+ 1X1i + 2X2i+ .… + nXni+ i

Keterangan:

Yi : Nilai peubah yang dipengaruhi berupa kelimpahan plankton Xi : Nilai peubah yang mempengaruhi berupa parameter kualitas air

(22)

10

Berdasarkan hasil pengamatan fitoplankton dan zooplankton, didapatkan lima kelas fitoplankton yaitu Bacillariophyceae yang terdiri dari 16 genera, Chlorophyceae 24 genera, Cyanophyceae 5 genera, Euglenophyceae 3 genera serta Xanthophyceae 1 genera dan pada zooplankton didapatkan empat kelompok yaitu Rotifera yang terdiri dari 17 genera, Protozoa 3 genera, Crustacea 4 genera serta Nematoda 1 genera.

Pada semua kolam dari waktu ke waktu, fitoplankton yang ada didominasi oleh kelas Chlorophyceae dan untuk zooplankton didominasi oleh kelompok Rotifera. Secara umum, Chlorophyceae memiliki persentase sebesar 40% dari keseluruhan kelas fitoplankton yang ditemukan, sedangkan Rotifera memiliki persentase sebesar

60% dari keseluruhan kelompok zooplankton yang ditemukan.

Ditinjau dari waktu ke waktu, komposisi kelas fitoplankton cenderung stabil dari awal hingga akhir pengamatan (lampiran 4), berbeda dengan komposisi kelas zooplankton yang lebih berfluktuasi. Pada kelompok perlakuan A, setiap kelompok zooplankton cenderung stabil pada hari ke-0 hingga ke-9, namun mengalami fluktuasi pada hari ke-12 hingga hari ke-30. Hal ini ditandai dengan munculnya kelas Nematoda pada hari ke-12, ke-18, dan ke-21, serta hilangnya kelas Protozoa pada hari ke-15, ke-27, dan ke-30 (lampiran 5). Pada kelompok perlakuan B dan C, pola komposisi kelompok zooplankton cenderung lebih fluktuatif dari awal hingga akhir pengambilan contoh, hal ini terlihat dengan naik dan turunnya persentase kelpompok penyusun komposisi zooplankton selama masa pengamatan, selain itu munculnya Nematoda dan Protozoa pada waktu tertentu juga membuat pola yang berbeda pada komposisi zooplankton. Persentase komposisi kelas fitoplankton dan zooplankton dapat dilihat pada gambar 3 dan 4.

Uji statistik dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan pemberian pakan terhadap jenis plankton yang ada, dan hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pakan tersebut tidak berpengaruh terhadap kelimpahan baik fitoplankton maupun zooplankton (p>0.05).

Perkembangan Kelimpahan Plankton

(23)

Gambar 3. Komposisi kelas fitoplankton (%)

(24)

12

Pada kelas Chlorophyceae di semua perlakuan, perkembangannya mengalami peningkatan yang signifikan hingga mencapai puncak pada pengambilan contoh ke-21 (lampiran 6). Setelah mencapai kelimpahan tertinggi, pola kembali mengalami penurunan dan diikuti peningkatan kembali pada pengambilan contoh ke-30. Kelas fitoplankton yang lain cenderung stabil pada semua perlakuan. Puncak kelimpahan tertinggi baik Chlorophyceae maupun Cyanophyceae terjadi pada hari ke-21. Uji statistik dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan pemberian pakan terhadap komposisi kelas plankton. Hasil uji statistik tersebut menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pakan tidak berpengaruh terhadap komposisi kelas baik fitoplankton maupun zooplankton (p>0.05). Perkembangan kelimpahan fitoplankton diperlihatkan oleh Gambar 5 dan perkembangan kelimpahan zooplankton ditunjukkan oleh Gambar 6.

(25)

Pola perkembangan kelimpahan zooplankton mengalami hal yang hampir sama dengan fitoplankton, yaitu perkembangan kelimpahan yang memiliki perbedaan tiap kelompok zooplankton. Kelompok Rotifera memiliki pola perkembangan kelimpahan yang berbeda dari kelas zooplankton lainnya seperti yang terlihat pada Gambar 6. Pola perkembangannya juga mengalami fluktuasi dan mencapai kelimpahan tertinggi pada hari ke-6. Pada kelas Crustacea, kelimpahan tertinggi terjadi pada hari ke-21 dan ke-30, sedangkan kelas lainnya cukup stabil dari awal hingga akhir pengamatan (lampiran 7). Gambar 6 menunjukkan bahwa pada pengambilan contoh ke-21 pada semua perlakuan, seluruh kelompok zooplankton dapat ditemukan, dan kelimpahan tertinggi terdapat pada kelompok Rotifera.

A

(26)

14

Uji statistik dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan pemberian pakan terhadap kelimpahan plankton yang ada, dan hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pakan tersebut tidak berpengaruh terhadap kelimpahan baik fitoplankton maupun zooplankton (p>0.05).

Indeks Biologi

Indeks biologi berfungsi untuk mengetahui kondisi ekologi yang terjadi pada suatu ekosistem. Hasil penghitungan indeks biologi (lampiran 8) untuk masing-masing perlakuan ditampilkan dalam Gambar 7 dan 8.

(27)

Secara umum, nilai indeks biologi fitoplakton dan zooplankton memiliki kesamaan. Nilai keanekaragaman yang cenderung sedang, nilai keseragaman cenderung tinggi dengan nilai dominansi cenderung rendah pada keduanya.

Gambar 8. Indeks keanekaragaman (H’), keseragaman (E) dan dominansi (C) zooplankton

Grafik Suksesi Frontier

Grafik suksesi frontier dapat menunjukkan kondisi ekologis suatu ekosistem. Perubahan lingkungan akan berpengaruh terhadap struktur komunitas biota, seperti fitoplankton dan zooplankton yang hidup dalam ekosistem perairan, termasuk perubahan komposisi spesies dan laju pertumbuhan spesiesnya. Perubahan tersebut dapat terjadi dari waktu ke waktu, yang disebut dengan suksesi. Berdasarkan analisis Frontier, bentuk grafik yang dihasilkan untuk semua perlakuan cenderung masuk ke

(28)

16

dalam stadium 2. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas biologi tinggi, kondisi struktur komunitas stabil, kompetisi antar spesies rendah, dan nilai laju kelangsungan hidup tinggi. Gambar 9 dan 10 memperlihatkan grafik Suksesi Frontier.

(29)

Gambar 10. Grafik suksesi zooplankton

Indeks Nygaard

Fitoplankton dapat dijadikan sebagai salah satu indikator kesuburan perairan, salah satunya dengan menggunakan Indeks Nygaard. Perhitungan tersebut didasarkan pada komposisi jumlah jenis fitoplankton. Fitoplankton akan merespon terhadap perubahan kondisi lingkungan perairan, sehingga komposisi jenis dari fitoplankton dapat menjadi suatu indikator status kesuburan suatu perairan.

Status kesuburan setiap kolam, baik dengan perlakuan A, B, maupun C dapat digolongkan ke dalam mesotrofik hingga eutrofik (lampiran 9). Kolam dengan perlakuan B cenderung mengalami mesotrofik, sedangkan kolam dengan perlakuan A dan B lebih banyak mengalami kondisi eutrofik. Hal ini diduga disebabkan karena adanya pakan yang diberikan secara terus-menerus tanpa adanya sistem sirkulasi air.

(30)

18

Semakin banyak pakan yang diberikan, kandungan nutrien di suatu perairan akan semakin tinggi kelimpahan fitoplankton di perairan tersebut pun akan semakin tinggi. Hasil perhitungan indeks Nygaard pada kolam dengan perlakuan A, B, dan C dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 11. Hasil Perhitungan Indeks Nygaard

Parameter Fisika Kimia Air

Kualitas air sangat mempengaruhi keberadaan dan perkembangan fitoplankton maupun zooplankton. Selama masa pengamatan, suhu serta pH dari waktu ke waktu cenderung mengalami peningkatan, nitrat mengalami penurunan dan parameter lainnya berupa oksigen terlarut, ortofosfat, nitrit, amonia serta amonium cenderung berfluktuasi. Pola perkembangan konsentrasi kualitas air dari waktu ke waktu yang ada dapat dilihat pada Gambar 12.

(31)

Analisis cluster

Analisis klaster (cluster) merupakan bentuk clustering variabel yang dapat membantu pengelompokan variabel-variabel menjadi grup berdasarkan indeks similaritas. Hasil analisis cluster fitoplankton ditunjukkan oleh dendrogram pada Gambar 13, sedangkan untuk zooplankton ditunjukkan oleh Gambar 14.

Gambar 13. Dendrogram fitoplankton

Gambar 14. Dendrogram Zooplankton

Pada fitoplankton dengan taraf kesamaan 72,77% yang didapatkan berdasarkan kesamaan kriteria kelimpahan didapatkan 4 kelompok hari, yaitu kelompok pertama yang terdiri dari hari ke-0, ke-3 dan ke-27, kelompok kedua yang merupakan hari ke-9, kelompok ketiga yang terdiri dari hari ke-6, ke-18, ke-23 serta hari ke-30 dan kelompok keempat yang terdiri dari hari ke-15, hari ke-21 serta hari ke-24. Sedangkan untuk zooplankton dengan taraf kesamaan 72,84%.

Analisis Regresi

(32)

20

yang berpengaruh adalah oksigen terlarut (DO) serta amonia. Hasil analisis regresi antara parameter fisika kimia perairan dan kelimpahan fitoplankton disajikan pada Tabel 3 dan hasil analisis regresi antara parameter fisika kimia perairan dan kelimpahan zooplankton ditampilkan dalam Tabel 4.

Tabel 3. Hasil Regresi Kualitas Air Terhadap Kelimpahan Fitoplankton

Hari ke- Persamaan R² R

3 y=14.1387+0.4104 (nitrit)+0.4343 (amonium) 1 1 9 y=18.5485+0.5537(nitrit)+1.18477(ortofosfat) 1 1

Tabel 4. Hasil Regresi Kualitas Air Terhadap Kelimpahan Zooplankton

Hari ke- Persamaan R² R

3 y=16.622-4.987 (DO)+0.4003 (amonia)

1 1 9 y=12.921-0.532 (DO)+1.171 (amonia)

1 1

Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) Ikan Tengadak

Kelimpahan plankton, komposisi plankton serta kualitas air yang ada pada kolam akan mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup (SR) dari benih ikan tengadak (Barbonymus schwanenfeldii). Tingkat kelangsungan hidup benih ikan tengadak disajikan pada Gambar 9.

Gambar 15 . Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Tengadak

Tingkat kelangsungan hidup pada ikan tengadak dapat dikatakan cukup tinggi karena masih diatas 90% baik pada perlakuan A, B, maupun C. Tingkat kelangsungan hidup tertinggi terjadi pada perlakuan A yaitu sebesar 96% dan kelangsungan hidup terendah adalah sebesar 94% yang terjadi pada perlakuan C.

Pembahasan

(33)

Chlorophyceae banyak ditemukan di perairan dengan kandungan nitrat yang tinggi (APHA 1961 dalam Basmi 1995), sesuai dengan kondisi kualitas air di kolam pemeliharaan, kandungan nitrat memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan nutrien yang lain dan rotifera adalah zooplankton multiseluler yang hidup di perairan tawar maupun laut,beberapa jenis zooplankton, telah dibudidayakan untuk menjadi pakan bagi benih ikan (Shouthern Regional Aquaculture Center 2000 dalam Hutagalung 2009).

Pada fitoplankton, kelas yang mendominasi adalah Chlorophyceae.Pada hari ke-21, Chlorophyceae mengalami puncak kelimpahan di semua kelompok perlakuan. Ditinjau berdasarkan parameter kualitas air pada pengambilan contoh terdekat yaitu pada hari ke-27, didapatkan nilai nitrat, nitrit, ammonia, dan ortofosfat yang rendah jika dibandingkan dengan nilai-nilai parameter tersebut pada pengambilan contoh yang sebelumnya. Hal ini diduga karena pada hari ke-21, nutrien-nutrien tersebut telah digunakan oleh fitoplankton untuk berkembang dan melakukan fotosintesis sehingga nilainya menjadi rendah. Dilihat berdasarkan kesuburan perairannya, pada hari ke-21 terjadi penurunan tingkat kesuburan perairan. Penggunaan indeks Nygaard ditentukan dengan mencari rasio jumlah jenis fitoplankton (Rawson 1956 dalam Amalia 2010). Kesuburan adalah kemampuan air dalam menyediakan unsur hara yang sesuai untuk kehidupan fitoplankton yang menghasilkan produksi yang optimum. Pada saat kelimpahan fitoplankton tersebut tinggi, kesuburan perairannya cenderung rendah, karena unsur hara yang ada di perairan telah dimanfaatkan oleh fitoplankton. Sehingga didapatkan hubungan bahwa pada saat kelimpahan fitoplankton di perairan tinggi, maka kandungan nutrien di perairan tersebut rendah dan tingkat kesuburannya menurun.

Menurut Garno (2008) pertumbuhan setiap jenis fitoplankton mempunyai respon yang berbeda terhadap perbandingan nutrien yang terlarut dalam badan air, oleh karena itu perbandingan nutrien, khususnya nitrogen dan fosfor terlarut sangat menentukan dominasi suatu jenis fitoplankton di perairan. Pada proses budidaya, pemberian pakan dilakukan untuk mencapai hasil panen yang optimal. Pakan yang dimakan oleh ikan maupun yang terbuang ke perairan akan meningkatkan kandungan nutrien di perairan. Pakan yang dimakan oleh ikan, kemudian akan dicerna, dan sisanya akan diekskresikan keluar dari tubuh. Hasil ekskresi yang kaya akan kandungan N dan P akan meningkatkan kandungan nutrien di perairan, sedangkan pakan yang tidak termakan akan terdekomposisi di perairan. Menurut Boyd 1992 kandungan nutrien banyak didapatkan dari hasil dekomposisi sisa pakan, serta pemupukan.

Odum (1993) menyatakan bahwa semakin kecil nilai keanekaragaman berarti komunitas plankton yang ada cenderung belum stabil dan mendapat tekanan ekologis yang besar. Nilai keanekaragaman yang masuk dalam kategori sedang tersebut dapat menunjukkan bahwa kondisi komunitas plankton baik fitoplankton maupun zooplankton yang ada cenderung mulai stabil. Nilai keseragaman yang didapatkan cukup tinggi yang menunjukkan bahwa penyebaran jumlah individu di tiap spesies cenderung merata. Indeks dominansi yang cenderung rendah pun menunjukkan bahwa tidak terjadi dominansi salah satu plankton yang ada. Pengecualian terjadi pada fitoplankton di hari ke-21 yang memiliki dominansi tinggi, dengan nilai keanekaragaman dan keseragaman yang rendah. Hal ini disebabkan oleh ditemukannya kelas Chlorophyceae dalam jumlah yang melimpah dari kelas lainnya.

(34)

22

dapat terjadi dari waktu ke waktu, yang disebut dengan suksesi. Berdasarkan analisis Frontier, bentuk grafik yang dihasilkan untuk semua perlakuan cenderung tergolong dalam stadium 2. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas biologi tinggi, kondisi struktur komunitas stabil, kompetisi antar spesies rendah, dan nilai laju kelangsungan hidup tinggi. Hasil analisis Frontier tersebut sejalan dengan hasil yang didapatkan dengan menggunakan pendekatan indeks biologi.

Pada fitoplankton, kualitas air yang berpengaruh terhadap kelimpahan fitoplankton adalah nitrit, amonium serta ortofosfat. Nitrit dapat berperan sebagai sumber nitrogen bagi fitoplankton saat kondisi oksigen terlarutnya rendah (Effendi 2003). Goldman dan Horne (1983) dalam Pratiwi (2011) menyatakan bahwa amonium merupakan salah satu bentuk nitrogen yang relatif lebih mudah untuk dimanfaatkan fitoplankton selain itu fitoplankton hanya dapat menggunakan fosfat dalam bentuk ortofosfat untuk pertumbuhannya karena dapat dimanfaatkan secara langsung (Effendi 2003). Pada zooplankton kualitas air yang berpengaruh adalah oksigen terlarut (DO) serta amonia. Oksigen terlarut (DO) dibutuhkan oleh zooplankton untuk pernafasan dan juga sebagai pengatur kecepatan proses metabolisme, sedangkan amonia dapat bersifat toksik bagi organisme akuatik. Persentase amonia bebas meningkat dengan meningkatnya pH dan suhu perairan. Toksisitas amonia terhadap organisme akuatik meningkat dengan penurunan kadar oksigen terlarut, pH dan suhu (Effendi, 2003). Hal tersebut menunjukkan bahwa kadar amonia sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup zooplankton. Kelimpahan plankton, komposisi plankton serta kualitas air yang ada pada media berupa kolam akan mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup (SR) dari benih ikan Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii), tingkat kelangsungan hidup pada ikan tengadak dapat dikatakan cukup tinggi karena masih diatas 90% baik pada perlakuan A, B, maupun C. Kondisi kualitas air pada kolam pendederanpun menunjang pertumbuhan ikan Tengadak yaitu dengan suhu berkisar antara 22.8ºC hingga 26.2ºC serta pH berkisar antara 6.47 hingga 7.74. Hal ini sesuai dengan Luna 2012 yang menyatakan bahwa ikan tersebut biasanya hidup di sungai dengan suhu antara 22°C - 25°C dan dengan kisaran pH antara 6.5 hingga 7.

(35)

Tabel 5. Matriks hasil pengamatan terhadap perlakuan yang diujikan

Parameter

Perlakuan

A B C

Terendah Tertinggi Terendah Tertinggi Terendah Tertinggi Kualitas Air

fitoplankton (sel/L) 81191 2595828 19324 2857988 89061 1275351 Jumlah jenis

Keberadaan plankton paling berfluktuasi ditunjukkan oleh pemberian pakan 6%, sementara keberadaan plankton paling stabil ditunjukkan oleh pemberian pakan 9%. Selama masa pemeliharaan, kondisi air kolam berada pada tingkat kesuburan mesotrofik hingga eutrofik, dan tidak ditemukan jenis plankton yang membahayakan bagi kelangsungan hidup ikan tengadak (Barbonymus schwanenfeldi).

DAFTAR PUSTAKA

APHA (American Public Health Assosiation). 2012. Standard Methods for The Examination of Water and waste Water. APHA Inc. New York.

Amalia FJ. 2010. Pendugaan Status Kesuburan Perairan Danau Lido Bogor Jawa Barat Melalui Beberapa Pendekatan. [Skripsi]. Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Basmi J. 1995. Planktonologi: Produksi Primer. [tidak dipublikasikan].Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor.

(36)

24

Chismadha T dan Ali F. 2007. Dinamika Komunitas Fitoplankton Pada Kolam Sistem Aliran Tertutup Berarus Deras. Pusat Penelitian Limnologi-LIPI. [jurnal] Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33(3) 2007.

Davis CC. 1995. The Marine and Freshwater Plankton. Michigan. Michigan State University Press USA.

Effendi H. 2003.Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta (ID): Kanisius. 257 hal.

Frontier S. 1985. Diversity and Structure In aquatic Ecosystem. Oceanography and Marine Biology.Ann.Rev 23:253-312.

Garno YS. 2008. Kualitas Air dan Dinamika Fitoplankton di Perairan Pulau Harapan. [jurnal] Hidrosfir Indonesia. Vol. 3(2) 87-94.

Harir M. 2010. Produksi Pendederan Benih Gurami Osphronemus gouramy Lac. Ukuran 6 cm Pada Padat Penebaran 2, 3, 4, dan 5 Ekor/Liter. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Hutagalung RA, Sutomo, dan Yohandi. 2009. Pengaruh Jenis Mikroalga dan Tingkat Kesadahan Terhadap Pertumbuhan Rotifera Brachionus rotundiformis. Pusat Penelitian Limnologi LIPI. [jurnal]. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia (2009) 35(3): 311-321

Iswantari A. 2009. Penggunaan fungi Aspergillus sp. dan Penicillium sp. dalam bioremediasi kandungan bahan organik limbah cair tahu.[Skripsi]. Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Kusmini II, Gustiano R, dan Mulyasari.2010. Karakterisasi Truss Morfometrik Ikan Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii) Asal Kalimantan Barat Dengan Ikan Tengadak Albino Dan Ikan Tawes Asal Jawa Barat. Bogor. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. [Prosiding ] Forum Teknologi Akuakultur 2010 Hal 507-513. Luna SM, Bailly N. 2012. Barbonymus schwanenfeldii (Bleeker, 1854): Tinfoil Barb

[terhubung berkala].http://fishbase.org/summary/Barbonymusschwanenfeldii.html [diacu 5 Februari 2013].

Mattjik AA dan Sumertajaya IM. 2002. Perancangan percobaan dengan aplikasi SAS dan Minitab. IPB Press. Bogor. 282 hlm.

Odum EP. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga. Terjemahan : Samingan, T., Srigandono. Fundamentals Of Ecology. Third Edition. Gadjah Mada University Press.

Pratiwi NTM, Winarlin, Yuki HEF, Aliati I. 2011. Potensi Plankton Sebagai Pakan Alami Larva Ikan Nilem (Osteochilus hasselti C.V.). [jurnal] Akuakultur Indonesia Vol. 10 No. 1 Januari 2011

Prescott GW. 1970. The Freshwater Algae. Dubuque, Iowa. W M C Brown Company Publisher.

(37)
(38)

26

Lampiran 1. Kegiatan penelitian

Penebaran benih ikan Pengambilan sampel plankton Susunan kolam

Lampiran 2. Kolam yang digunakan

Kolam A1 Kolam A2 Kolam A3

Kolam B1 Kolam B2 Kolam B3

(39)

Lampiran 3. Plankton yang ditemukan

Pediastrum sp. Pediastrum sp. Tabellaria sp.

Gonatozygon sp Stephanodiscus sp. Navicula sp.

(40)

28

Lampiran 4. Jumlah Jenis Fitoplankton

Kolam Jenis Hari ke- Lampiran 5. Jumlah Jenis Zooplankton

(41)

Lampiran 6. Jumlah Kelimpahan Fitolankton

Kolam jenis Hari ke-

0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

A

Bacillariophyceae 4523 3291 6119 16954 12629 26328 12785 7775 16231 16155 27945 Chlorophyceae 70356 45877 79195 117622 288687 381150 899434 2561004 671367 190423 1174025 Cyanophyceae 26164 31997 26067 46400 63234 56244 53639 27049 80382 74097 88686

Euglenophyceae 10 26 334 175 217 443 381 0 324 591 420

B

Bacillariophyceae 2584 3811 7285 19893 13319 24841 13108 39678 15107 29117 83812 Chlorophyceae 11018 22541 44047 298637 140452 359870 81719 2756994 734129 143233 579943 Cyanophyceae 5684 11709 20267 49193 13684 166116 44001 61239 46381 42973 95316

Euglenophyceae 38 0 367 193 142 191 286 77 0 29 77

C

Bacillariophyceae 5313 6022 9868 19994 14353 11861 20527 8870 39669 76546 67468 Chlorophyceae 153893 69926 63778 299304 81369 153034 382023 1218184 303748 465605 488765 Cyanophyceae 19913 13092 22733 44367 46717 38668 111163 48039 55239 87582 103924

Euglenophyceae 25 21 233 75 142 267 0 258 267 96 686

Xanthophyceae 63 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Lampiran 7. Jumlah Kelimpahan Zooplankton

(42)

30

Lampiran 8. Indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominansi setiap kolam

Kolam

ringan Eutrofik eutrofik eutrofik eutrofik

eutrofik

ringan eutrofik eutrofik eutrofik

B 2.5 2 2 3 1.5 2 2 1.5 1.5 1.5 2

ringan Eutrofik Eutrofik

eutrofik

ringan eutrofik eutrofik eutrofik Eutrofik eutrofik eutrofik eutrofik

(43)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Anggia Imani, putri pertama dari empat bersaudara yang lahir di Bogor pada tanggal 14 Juli 1993 dari bapak Eman Machmur dan ibu Ohan Rohayati. Penulis memiliki tiga saudara bernama Asyifa Nurani, Avia Maulidina dan Ali Muhammad Firdaus. Penulis berhasil masuk Institut Pertanian Bogor di Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada tahun 2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Sebelumnya Penulis mengikuti pendidikan formal di TK Insan Taqwa dari tahun 1997-1999, SD Insan Kamil Bogor dari tahun 1999-2005, SMP Insan Kamil Bogor dari tahun 2005-2007, dan SMA Insan Kamil Bogor dari tahun 2007-2009.

Selama mengikuti perkulihan, penulis menjadi asisten praktikum Metode Penarikan Contoh pada tahun ajaran 2012/2013, asisten praktikum Avertebrata Air pada tahun ajaran 2013/2014, dan Iktiologi Fungsional ditahun yang sama. Penulis juga pernah aktif dalam Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia BEM FPIK IPB, sekretaris Divisi Human Resources and Development HIMASPER IPB dan beberapa kepanitian. Bulan Juli 2011 penulis melaksanakan kegiatan magang di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol, Bali.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program studi Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

Pertanian Bogor, penulis menyusun skripsi dengan judul “Dinamika Komunitas

Plankton di Kolam Pendederan Ikan Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii)”

Gambar

Gambar 1.Kerangka pendekatan masalah dinamika plankton sebagai respon
gambar 3 berikut (Frontier 1985):
Tabel 2. Tabel Sidik Ragam RAL dalam waktu
Gambar 4. Komposisi kelas zooplankton (%)
+7

Referensi

Dokumen terkait

200 Tahun 2004, berdasarkan penutupannya, kondisi ekosistem lamun di perairan Pulau Pramuka termasuk dalam criteria kurang baik (41,86%). merupakan jenis ikan yang umum ditemukan

Variabel utama, berupa: Tingkat kerusakan organ insang dan hati ikan komet, yang hidup di kolam pemeliharaan, serta kandungan limbah obyek wisata Tirto Argo yang

konsentrasi nitrat di stasiun 5. Kisaran ini merupakan nilai yang sangat baik untuk suatu perairan. Kandungan fosfat tertinggi selama pengamatan baik pada saat pasang maupun.

Korelasi nilai kepadatan dan indeks keanekaragaman plankton terhadap kandungan fosfat di Sungai Pasir menunjukkan bahwa semakin tinggi kandungan fosfat dalam

Universitas Sumatera Utara.. Pengelolaan sumberdaya ikan lemeduk di Sungai diperlukan untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan hidup biota serta menjaga kualitas perairan

Penelitian tentang kondisi perairan dan struktur komunitas plankton di Waduk Jatigede telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2017. Tujuan dari penelitian ini untuk

yang diamati; (B) Sebaran stasiun berdasarkan parameter lingkungan yang mempengaruhi Apabila dikaitkan dengan kelimpahan plankton (fitoplankton dan zooplankton) di perairan

200 Tahun 2004, berdasarkan penutupannya, kondisi ekosistem lamun di perairan Pulau Pramuka termasuk dalam criteria kurang baik (41,86%). merupakan jenis ikan yang umum ditemukan