• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIASAAN MAKAN IKAN LEMEDUK (Barbonymus schwanenfeldii) DI SUNGAI TASIK KECAMATAN TORGAMBA KABUPATEN LABUHAN BATU SELATAN PROVINSI SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEBIASAAN MAKAN IKAN LEMEDUK (Barbonymus schwanenfeldii) DI SUNGAI TASIK KECAMATAN TORGAMBA KABUPATEN LABUHAN BATU SELATAN PROVINSI SUMATERA UTARA"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN LABUHAN BATU SELATAN PROVINSI SUMATERA UTARA

OLEH:

FANNI KRISTANTI HASUGIAN 160302081

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021

Universitas Sumatera Utara

(2)

KABUPATEN LABUHAN BATU SELATAN PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH :

FANNI KRISTANTI HASUGIAN 160302081

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021

Universitas Sumatera Utara

(3)

KABUPATEN LABUHAN BATU SELATAN PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH :

FANNI KRISTANTI HASUGIAN 160302081

Skripsi Sebagai Salah Satu Diantara Beberapa Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021

Universitas Sumatera Utara

(4)

Universitas Sumatera Utara

(5)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Fanni Kristanti Hasugian NIM : 160302081

Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “KEBIASAAN MAKAN IKAN LEMEDUK (Barbonymus schwanenfeldii) DI SUNGAI TASIK

KECAMATAN TORGAMBA KABUPATEN LABUHAN BATU SELATAN PROVINSI SUMATERA UTARA” adalah benar merupakan karya sendiri dan

belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal dan dikutip dari karya yang diterbitka nmaupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.

Medan, Desember 2020

Fanni Kristanti Hasugian NIM. 160302081

Universitas Sumatera Utara

(6)

i

ABSTRAK

FANNI KRISTANTI HASUGIAN. Kebiasaan Makan Ikan Lemeduk (Barbonymus schwanenfeldii) Di Sungai Tasik Kecamatan Torgamba Kabupaten

Labuhanbatu Selatan Provinsi Sumatera Utara. Dibimbing oleh DESRITA.

Penelitian mengenai Kebiasaan Makan Ikan Lemeduk (Barbonymus schwanenfeldii) di Sungai Tasik Kecamatan Torgamba Kabupaten

Labuhanbatu Selatan Provinsi Sumatera Utara telah dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2020. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi jenis makanan ikan Lemeduk (B. schwanenfeldii) di Sungai Tasik, jenis pakan alami yang tersedia di Sungai Tasik dan jenis pakan alami yang mendominasi di Sungai Tasik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan penangkapan ikan menggunakan alat tangkap jaring dan jala dengan mesh size 1,25 inchi. Hasil analisis jenis makanan Ikan Lemeduk (B.schwanenfeldii) di Sungai Tasik kebiasaan makan terdiri dari fitoplankton (41-48%) sebagai makanan utama, sedangkan lumut (25-38%), potongan tumbuhan (13-17%), cacing (2-11%) sebagai makanan pelengkap dan potongan serangga (0-4%), zooplankton (0-1%) sebagai makanan pelengkap dan dikategorikan sebagai ominovora. Ketersediaan pakan alami ikan lemeduk di Sungai Tasik yaitu dari genus Bacillaria, Thalassiora, Bidulphia, Oscillatoria, Asteroinella, Gyrosigma, Gonatozygon dan cestum. Pakan alami yang tersedia di Sungai Tasik di dominasi oleh genus Bacillaria.

Kata Kunci: Ikan Lemeduk (B. Schwanenfeldii) Kebiasaan Makan Ikan, Pakan Alami Ikan

Universitas Sumatera Utara

(7)

ii

ABSTRACT

FANNI KRISTANTI HASUGIAN. Eating Habits of Tinfoil Barb Fish (Barbonymus schwanenfeldii) in the Tasik River, Torgamba District, South Labuhanbatu Regency, North Sumatra Province. Supervised by DESRITA.

Research on the eating habits of Lemeduk (Barbonymus schwanenfeldii) in the Tasik River, Torgamba District, South Labuhanbatu Regency, North Sumatra Province was carried out in July-August 2020. The purpose of this study was to determine the composition of the food types of Lemeduk (B.schwanenfeldiifish)in the Tasik River. , the types of natural food available in the Tasik River and the types of natural food that dominate the Tasik River. The method used in this research is the survey method by catching fish using fishing gear nets and nets with a mesh size of 1.25 inches. The results of the analysis of the food types of Lemeduk Fish (B.schwanenfeldii) in the Tasik River, the eating habits consist of phytoplankton (41-48%) as the main food, while moss (25-38%), plant pieces (13- 17%), worms (2 -11%) as complementary foods and insect cuts (0-4%), zooplankton (0-1%) as complementary foods and categorized as omnivores. The availability of natural food for Tinfoil Barb fish in the Tasik River, namely from the genus Bacillaria, Thalassiora, Bidulphia, Oscillatoria, Asteroinella, Gyrosigma, Gonatozygon, and cestum. The natural food available in the Lake is dominated by the genus Bacillaria.

Keywords: Tinfoil Barb Fish, Fish Eating Habits, Fish Natural Feed

Universitas Sumatera Utara

(8)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Tarutung pada tanggal 05 Maret 1998. Anak dari pasangan Bapak Estom Hasugian dan Lilis Suryani Malau dan merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.

Pendidikan formal pertama diawali di SD HKBP Pearaja Tarutung yang berakhir pada tahun 2010. Bersamaan dengan berakhirnya pendidikan dasar, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Santa Maria Tarutung dan selesai pada tahun 2013. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMA Negeri 1 Tarutung dan menyelesaikan pendidikannya pada tahun 2016. Pada tahun 2016 penulis melanjutkan pendidikan S-1 di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Ujian Masuk Bersama Perguruan Tinggi (UMB-PT).

Pada tahun 2019 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata di Desa Hutabolon, Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Balai Benih Ikan Sibabangun, Sibolga pada tahun 2020. Penulis aktif sebagai sekretaris bidang dalam Ikatan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (IMASPERA) periode 2019/2020 dan menjadi asisten praktikum Kualitas Air, Planktonologi dan Manajemen Sumberdaya Perikanan.

Universitas Sumatera Utara

(9)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kebiasaan Makan Ikan Lemeduk (Barbonymus schwanenfeldii) Di Sungai Tasik Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhan Batu Selatan Provinsi Sumatera Utara”. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi S1 pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:

1. Kedua Orang tua tercinta, Ayahanda Estom Hasugian dan Ibunda Lilis Suryani Malau yang telah membesarkan dan merawat dengan curahan kasih sayang, serta memberikan do’a terbaik yang tak henti kepada Penulis.

2. Talenta USU, Nomor: 63/UN5.2.3.1/PPM/SPP-TALENTA USU/2020 yang telah membiayai penelitian ini.

3. Ibu Desrita, S.Pi, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar memberikan arahan dan dukungan, serta ilmu yang sangat berharga bagi Penulis.

4. Ibu Dr. Eri Yusni, M. Sc dan Ibu Vindy Rilani Manurung, S.Pi, M.P selaku Dosen Penguji yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi.

5. Ibu Dr. Eri Yusni, M. Sc selaku Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.

6. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan dan Pegawai Tata Usaha, Bapak Fikriono.

Universitas Sumatera Utara

(10)

v

7. Kepala Desa Asam Jamu Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang telah memberikan kesempatan dan izin kepada Penulis untuk pengambilan sampel dan data dalam melakukan penelitian.

8. Ibu Ridahayati Rambey, S. Hut., M.Si dan semua pihak yang dengan suka rela meluangkan waktunya untuk memberikan ilmu serta pendapat dan gagasan kepada Penulis.

9. Sahabat yang Penulis sayangi khususnya Bram, yang sudah suka rela membantu dan memberikan dukungan untuk menyelesaikan penelitian dan skripsi ini, serta kepada saudara saya Irfan, Nove dan Nindy.

10. Teman-teman seperjuangan yang dengan tulus memberikan dukungan Maulida Pratiwi, Bella Rita S. Manik dan Rahma Yanti, serta Team Labusel dan seluruh teman-teman MSP USU 2016.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat sebagai sumber informasi dan perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dibidang pengelolaan sumberdaya perairan dan perikanan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Januari 2021

Penulis

Universitas Sumatera Utara

(11)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Rumusan Masalah ... 2

Tujuan Penelitian ... 4

Manfaat Penelitian ... ... 4

Kerangka Pemikiran ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lemeduk ... 7

Distribusi Habitat ... 9

Sungai Barumun ... 10

Kebiasaan makan ikan ... 12

Sistem pencernaan ikan ... 15

Faktor fisikia kimia perairan ... 17

Suhu ... 17

Kedalaman... 18

Arus ... 18

Kecerahan ... 19

PH ... 19

DO (Disolved oxygen) ... 20

METODE PENELITIAN Waktu dan tempat penelitian ... 21

Alat dan bahan ... 22

Prosedur penelitian ... 23

Kegiatan dilapangan ... 23

Pengambilan sampel... 23

Pengukuran faktor fisika kimia ... 24

Kegiatan di laboratorium ... 27

Pengukuran panjang bobot ... 27

Pembedahan ikan ... 27

Universitas Sumatera Utara

(12)

vii

Pengukuran panjang usus ... 28

Pengukuran volume isi lambung ... 28

Analisis isi lambung ... 29

Analisis data ... 29

Panjang usus relatif ... 29

Indeks kepenuhan lambung ... 29

Analisis komposisi makanan ... 30

Hubungan panjang bobot ... 31

Faktor kondisi ... 31

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil Tangkapan Ikan Lemeduk di Sungai Tasik ... 32

Letak mulut ikan lemeduk ……… 32

Distribusi Frekuensi Panjang Ikan Lemeduk ……….………… 33

Panjang Usus Relative (RGL) ………..….………... 33

Indeks Kepenuhan Lambung (ISC) ………...………….. 34

Indeks Bagian Terbesar (IBT) ………. 35

Volumetrik Jenis Makanan ……….. 37

Frekuensi Kejadian Makanan ……….….….... 38

Hubungan Panjang Bobot ………..…... 38

Faktor Kondisi ………... 39

Parameter Kualitas Air ………. 39

Pembahasan Letak mulut ikan Lemeduk ………..……… 40

Sebaran Frekuensi Panjang Ikan ………. 40

Panjang Usus Relatif Ikan ………....……… 41

Indeks Kepenuhan Lambung ………... 42

Indeks Bagian Terbesar Ikan ………..………... 43

Volumetrik Jenis makanan Ikan ……….………… 45

Frekuensi Kejadian Makanan Ikan ……….………… 45

Hubungan Panjang Bobot Ikan Lemeduk …………..………… 45

Faktor Kondisi Ikan Lemeduk ……….……… 47

Parameter Kualitas Air ……….……...……. 47

Rekomendasi Pengelolaan ………... 50

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ………... 51

Saran ………... 51 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

(13)

viii

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Kerangka Pemikiran... 6

2. Ikan Lemeduk (Barbonymus schwenenfeldii)... 7

3. Stasiun 1... 21

4. Stasiun 2... 22

5. Stasiun 3... 22

6. Peta Lokasi Penelitian... 23

7. Gambar organ pencernaan... 28

8. Gambar hasil tangkapan ikan lemeduk ... 32

9. Posisi mulut ikan lemeduk ... 32

10. Sebaran frekuensi panjang ikan lemeduk ... 33

11. Grafik indeks kepenuhan lambung ... 34

12. Diagram indeks bagian terbesar Stasiun I ... 35

13. Diagram indeks bagian terbesar Stasiun II ... 36

14. Diagram indeks bagian terbesar Stasiun III ... 36

15. Grafik Hubungan Panjang Bobot Ikan Lemeduk... 37

Universitas Sumatera Utara

(14)

ix

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Perbedaan struktur anatomis saluran pencernaa ikan... 6

2. Metode pengukuran kualitas air... 27

3. Panjang usus relative (RGL) ikan lemeduk ... 34

4. Indeks bagian terbesar pada stasiun I,II dan III ... 37

5. Volumetrik jenis makanan ikan lemduk ... 37

6. Frekuensi kejadian makanan ikan lemeduk ... 38

7. Ketersediaan pakan alami plankton di Sungai Tasik……… 38

8. Ketersediaan pakan alami di usus ikan lemeduk………….. 39

9. Faktor kondisi ikan lemeduk ... 40

10. Pengukuran kualitas air... 41

Universitas Sumatera Utara

(15)

x

DAFTAR LAMPIRAN

No.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

.

Teks

Alat dan Bahan...

Kegiatan di Laboratorium ...

Kegiatan di Lapangan...

Hasil identifikasi...

Sebaran frekuensi panjang ikan lemeduk...

Panjang usus relative ikan lemeduk...

Volume suatu jenis makanan...

Frekuensi kejadian makanan...

Indeks bagian terbesar...

Faktor Kondisi...

Halaman

58

62

63

65

71

78

79

80

81

81

Universitas Sumatera Utara

(16)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Secara geografis Kabupaten Labuhanbatu Selatan terletak diantara koordinat 10 26’ 00’’ sampai dengan 20 12’ 55’’ Lintang Utara dan 990 40’ 00’’

sampai dengan 1000 26’ 00’’ Bujur Timur. Kondisi geografis wilayah ini termasuk kedalam kawasan dataran rendah yang berada pada daerah transisi antara kawasan pesisir (pantai timur) dengan kawasan pegunungan (dataran tinggi bukit barisan).

Kabupaten ini berbatasan langsung dengan Provinsi Riau (Ditjen Cipta Karya).

Kabupaten ini dilewati oleh sungai besar yaitu Sungai Barumun yang melewati beberapa kecamatan, seperti Kecamatan Sungai Kanan, Kotapinang dan Kampung Rakyat. Sungai Barumun memiliki beberapa sungai-sungai kecil seperti sungai Kanan, Aek Raso, Aek Kebara, dan Sungai Tasik. Sungai Tasik sebagai salah satu anak sungai memiliki potensi sumberdaya alam perikanan yang besar. Salah satu potensi sumber daya alam tersebut adalah Ikan Lemeduk (Barbonumys schwanenfeldii). Sungai Tasik merupakan sumber penghasil ikan bagi masyarakat sekitarnya.

Ikan Lemeduk (B. schwanenfeldii) merupakan salah satu ikan sangat digemari oleh masyarakat dan bernilai ekonomis. Ikan ini sebagai target utama penangkapan untuk memenuhi permintaan pasar. Alat tangkap yang digunakan nelayan sekitar yaitu jala dan gillnet. Menurut Kusmini et.al (2015) Ikan Lemeduk (B. schwanenfeldii) termasuk ikan omnivora yang makanan utamanya adalah fitoplankton, selanjutnya diikuti zooplankton, invertebrata air, dan detritus.

Gunawan (2017) mengatakan bahwa analisis antara panjang usus berbanding panjang total tubuh Ikan lemeduk menunjukkan bahwa ikan lemeduk tergolong

Universitas Sumatera Utara

(17)

jenis omnivora. Makanan merupakan komponen utama dalam pertumbuhan dan perkembangan ikan. Effendie (2002) menjelaskan tentang kebiasaan makan ikan sebagai kuantitas dan kualitas makanan yang dimakan oleh ikan, sedangkan kebiasaan cara memakan diartikan sebagai waktu, tempat dan cara bagaimana makanan itu didapatkan oleh ikan di suatu perairan. Ikan dengan jenis yang sama, tetapi hidup di perairan yang berbeda, maka sifat kebiasaan makanannya akan berbeda (Gunawan et.al., 2017). Oleh karena itu, perlu dilakukannya studi mengenai kebiasaan makanan ikan lemeduk untuk menjaga kelestarian populasinya di Sungai Tasik Torgamba.

Rumusan masalah

Sungai Tasik banyak digunakan oleh masyarakat sekitar untuk berbagai aktivitas misalnya pembuangan limbah industri, limbah rumah tangga, tempat pelelangan ikan, pelabuhan dan penangkapan ikan. Aktivitas tersebut mengakibatkan sungai Barumun tercemar dengan warna airnya yang semakin keruh (Siagian et.al., 2017).

Salah satu sumber pencemaran di sekitar lokasi penelitian yaitu limbah pertanian yang berasal dari limbah kelapa sawit yg berada di pinggiran sungai Tasik. Aktivitas penangkapan dilakukan terhadap ikan lemeduk sebagai sumber mata pencaharian sehingga mengancam populasi ikan. Selain itu kondisi lingkungan yang tidak mendukung akan membuat kehidupan ikan terganggu.

Tekanan dari penangkapan juga dapat menurunkan penurunan populasi ikan yang juga dapat disebabkan karena ketersediaan pakan alami di sungai Barumun yang berkaitan dengan faktor fisika-kimia sungai tersebut.

Akibat dari aktivitas manusia ini akan mempengaruhi kehidupan

Universitas Sumatera Utara

(18)

organisme yang hidup di dalam perairan tersebut terutama Ikan Lemeduk (B. schwenenfeldii) dalam ekosistemnya di Sungai Tasik. Beberapa jenis ikan

yang biasanya ditemukan di Sungai Tasik saat ini sudah mulai sulit untuk ditemukan.

Terganggunya kehidupan organisme mengakibatkan terjadinya penurunan terhadap jumlah populasi ikan lemeduk sehingga dapat mempengaruhi populasi ikan dalam kaitannya dengan rantai makanan. Oleh karena itu, diperlukan suatu pengelolaan yang baik agar ikan lemeduk di Indonesia dapat dimanfaatkan secara optimum dan tetap lestari. Salah satu pengelolaan ikan lemeduk yaitu dengan menelaah kebiasaan makan ikan lemeduk. Apabila diketahui jenis-jenis dan komposisi makanan yang menjadi kebiasaan makanan ikan lemeduk yang berada di Sunga Tasik Kecamatan Torgamba, diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dasar pertimbangan dalam pengelolaannya.

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui komposisi jenis makanan ikan lemeduk (B. schwenenfeldii) di Sungai Tasik Kecamatan Torgamba

2. Mengetahui jenis pakan alami yang tersedia di Sungai Tasik Kecamatan Torgamba

3. Mengetahui jenis pakan alami yang mendominasi di Sungai Tasik Kecamatan Torgamba

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kebiasaan makan ikan lemeduk dan diharapkan dapat dijadikan acuan bagi pengelolaan sumberdaya perikanan khususnya ikan lemeduk.

Universitas Sumatera Utara

(19)

Kerangka Pemikiran

Sungai Tasik berperan penting bagi masyarakat sekitar, salah satunya dimanfaatkan sebagai sumber mata pecaharian nelayan di sekitar Sungai baik ikan segar maupun ikan olahan berupa ikan kering yang dilakukan masyarakat.

Ikan lemeduk memiliki potensi yang baik bagi bagi masyarakat sekita sungai barumun. Kondisi ini menyebabkan semakin tingginya tingkat penangkapan ikan ini. Adanya penangkapan pada ikan secara terus-menerus tanpa adanya pengelolaan yang baik dapat mengakibatkan terjadinya penurunan terhadap jumlah populasi ikan lsehingga dapat mempengaruhi populasi ikan lainnya dalam ekosistem.

Faktor fisika dan kimia yang mempengaruh kehidupan ikan dan organisme perairan lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Sungai sebagai habitat alami ikan lemeduk berkaitan dengan kualitas perairan yang mempengaruhi kehidupan ikan tersebut. Nullah et.al., (2015) mengatakan Kualitas air yang sangat mempengaruhi kehidupan biota perairan yaitu faktor fisika suhu, kedalaman, dan kecerahan dan faktor kimia yang terdiri atas pH dan DO (Dissolve Oxygen).

Ketersediaan pakan alami yang terdapat pada Sungai barumun akan mempengaruhi pola kebiasaan makan ikan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Pakan alami merupakan faktor penting dalam pertumbuhan ikan. Dengan mengetahui pakan alami yang tersedia dan kebiasaan makan ikan Lemeduk pada sungai Barumun maka dapat dirumuskan suatu bentuk pengelolaan dalam menjaga kelestariaan ikan Lemeduk di sungai Barumun sehingga perlu kiranya diadakan suatu penelitian yang berkenaan dengan kajian kebiasaan makanan

Universitas Sumatera Utara

(20)

ikan Lemeduk tersebut agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk kedepannya. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.

Sungai Tasik Pengelolaan

Parameter Fisika Parameter Biologi Parameter Kimia - Suhu - Ikan Lemeduk - PH

- Kedalaman - Usus Ikan - DO - Kecerahan - Lambung Ikan

Makanan Alami Ikan

Kebiasaan Makan Ikan

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lemeduk (B. Schwenenfeldii)

Klasifikasi ikan Lemeduk menurut Nelson (1994) adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

(21)

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Subkelas : Neopterygii Ordo : Cypriniformes Famili : Cyprinidae Genus : Barbonymus

Spesies : Barbonymus schwanenfeldii

Gambar 2. Ikan Lemeduk (B. schwanenfeldii)

B. schwanenfeldii merupakan ikan air tawar yang termasuk kedalam genus barbodes. Sedangkan untuk nama lokalnya sendiri ikan ini sering disebut ikan kapiek, lempam, lempem, lampam, tenadak, tengadak dan ikan labosang. Ikan ini merupakan komoditas lokal yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan sangat prosfektif untuk dikembangkan. Jenis ikan ini di alam dapat mencapai ukuran besar (panjang 34cm dan berat lebih dari 500 g/ekor, bahkan pernah ditemukan ikan yang berukuran panjang baku 45cm) (Farida et.al., 2016).

Ikan ini mempunyai ciri-ciri seperti bentuk tubuh pipih melebar dengan

Universitas Sumatera Utara

(22)

badan berwarna perak dan kuning keemasan, sirip punggung berwarna merah dengan bercak hitam pada ujungnya, sirip dada, sirip perut dan sirip dubur berwarna merah, sirip ekor berwarna oranye atau merah dengan pinggiran garis hitam dan putih sepanjang cuping sirip ekor. Garis rusuk dengan sisik garis rusuk 35-36, terdapat 13 sisik sebelum awal sirip punggun dan 8 sisik antara sirip punggung dan gurat sisi (Aishyah et.al., 2017).

Sebelum dilakukan revisi terhadap validitas nama, ikan Lemeduk dimasukkan dalam kelompok Barbus, Barbodes, Puntius, dan Systomus. Total sinonim ikan Lemeduk mencapai 12 nama. Dalam bahasa Inggris ikan tengadak disebut tinfoil barb (Kusmini et.al., 2018). Ikan ini memiliki sirip dorsal 1 jari-jari sirip keras, 9 jari-jari sirip lemah, pada sirip anal terdapat 2 jari-jari sirip keras, 7 jari-jari sirip lemah, pada sirip pectoral terdapat 17 jari-jari sirip lemah, pada sirip ventral terdapat 10 jari-jari sirip lemah. Sisik sepanjang linea lateralis terdapat 34 sisik, sisik diatas linea lateralis terdapat 9 ½ sisik, sedangkan sisik dibawah linea lateralis terdapat 8 ½ sisik, sisik sebelum sirip dorsal terdapat 15 sisik, sisik sekeliling batang caudal 16 sisik (Mutiara, 2014). Ukuran rata-rata ikan ini antara 10-25 cm dan berat sekitar 200-600 g. Ikan ini dapat mencapai ukuran maksimal 30 cm dan berat lebih dari 1 kg (Christensen, 2007 dalam Isa et.al., 2012).

Distribusi Habitat

Sungai merupakan suatu bentuk ekositem perairan yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah disekitarnya, sehingga kondisi suatu sungai sangat

Universitas Sumatera Utara

(23)

dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki oleh lingkungan disekitarnya.

Sebagai suatu ekosistem, perairan sungai mempunyai berbagai komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi membentuk suatu jalinan fungsional yang saling mempengaruhi (Suwondo, et.al., 2004). Sungai sebagai perairan yang terbuka, memiliki arus, terdapat perbedaan gradien lingkungan, serta masih dipengaruhi oleh daratan (Desrita et.al., 2018). DAS Barumun-kualuh merupakan DAS terluas di Sumatera Utara. Sama seperti DAS lainnya seperti DAS Batangtoru (Desrita, et al 2019).

Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Kualuh dan hulu DAS Sungai Bilah, yang terdiri dari Sungai Kualuh dan beberapa anak sungai Bilah, termasuk pada Satuan Wilayah Sungai (SWS) Barumun/Kualuh. Sungai ini mengalir dari Selatan ke Utara dan bermuara ke Selat Malaka. Kondisi sungai relatif masih baik, airnya cukup jernih. Fluktuasi debit airnya dipengaruhi musim, pada musim kemarau

debit sungai mengecil dan pada musim hujan debit sungai meningkat (Dinas Komunikasi dan Informatif Labura, 2020).

Secara administratif Kabupaten Labuhanbatu Selatan berbatasan dengan beberapa daerah, yaitu :

• Sebelah Utara : Kabupaten Labuhanbatu;

• Sebelah Selatan : Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau dan Kabupaten Padang Lawas Utara;

• Sebelah Barat : Kabupaten Padang Lawas Utara;

• Sebelah Timur : Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau;

Sungai Barumun mengalir di Kabupaten Labuhan Batu Selatan yang melintasi 4 desa yaitu Desa Simatahari, Desa Pasir Tuntung, Desa Kota Pinang

Universitas Sumatera Utara

(24)

dan Desa Sisumut. Sungai Barumun berhulu dari Gunung Sibual-buali Kabupaten Tapanuli Selatan dan bermuara di Pantai Timur Sumatera atau Selat Malaka.

Secara umum kondisi iklim di wilayah ini dikategorikan pada iklim tropis basah yang dicirikan adanya dua pertukaran angin. Hal ini dikarenakan adanya angin Moonson Barat yang bertiup dari arah Utara (Asia Tenggara) dan setelah lewat Selat Malaka angin tersebut akan menjadi basah oleh kandungan air yang menyebabkan musim hujan di wilayah studi sekitar bulan April – September.

Sedangkan angin Monsoon Timur yang bertiup dari Australia pada sekitar bulan Oktober hingga April merupakan angin kering yang menyebabkan kecilnya curah hujan (Dinas Komunikasi dan Informatif Labura, 2020).

Sungai ini mengalir di sepanjang wilayah Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhan Batu. Sungai Barumun merupakan sungai besar dengan lebar antara 750 m - 1050 m, dengan sungai kecil sebagai anak sungai/cabang. Muara dari sungai Barumun tersebut adalah Selat Malaka (Oseanografi, 1987 dalam Siagian et.al., 2017).

Perubahan lahan hutan menjadi tanaman perkebunan dan tanaman semusim menyebabkan vegetasi sekitar Sungai Barumun menjadi hilang, akibatnya adalah beberapa populasi ikan terganggu karena daerah pemijahan (spawning ground), asuh (nursery ground) dan tempat mencari makanan (feeding ground) mereka terdegradasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan sekitar sungai beberapa jenis ikan yang sering di temukan antara lain adalah ikan baung, ikan kulare, ikan lemeduk, ikan butut, ikan paitan, serta ikan ilais. Ada juga beberapa nelayan terkadang mendapatkan Udang Galah. Daerah sekitar sungai dahulunya merupakan hutan, namun akhir-akhir ini sepanjang Sungai

Universitas Sumatera Utara

(25)

Barumun telah di tanami kelapa sawit dan karet (Desrita, 2020).

Menurut (Mohsin dan Ambak, 1983; Rainboth, 1996; Kamarudin dan Esa 2009; Luna dan Bailly 2012) dalam Nurdawati (2007) Ikan lemeduk termasuk jenis ikan yang melakukan pemijahan di perairan hutan rawa. Ikan tersebut memiliki sebaran yang luas di Asia Tenggara, meliputi sungai-sungai besar di daratan Asia hingga Pulau Sumatera dan Kalimantan di Indonesia sedangkan menurut Kottelat et.al (1993) Distribusi penyebaran ikan lemeduk ini mulai dari Sumatera, Borneo, Malaya dan Indochina.

Ikan lemeduk merupakan ikan yang hidup di sungai dan danau. Pada musim banjir ikan ini masuk ke rawa-rawa dan tempat-tempat yang baru tergenang biasanya sering tertangkap di tempat-tempat yang digunakan untuk keperluan rumah tangga dan pada malam hari berada di daerah pinggir dan tempat yang bervegetasi (Setiawan, 2007).

Hidup air tawar yang terdapat di danau dan sungai pada kisaran pH antara 6,5 dan 7.0, di daerah tropis pada suhu 20,4-33,7º C. Ukuran rata-rata adalah antara 10 cm dan 25 cm dan berat sekitar 200-600 g. Ikan ini dapat mencapai ukuran maksimal dengan panjang 30 cm dan bobot lebih dari 1,0 kg dan merupakan ikan yang berkembang biak dengan cepat, dua kali dalam 15 bulan (Isa et.al., 2012).

Di daerah Riau, merupakan salah satu ikan hasil utama sungai Kampar dan pada perairan umum lain di sekitarnya. Ikan kapiek tertangkap dengan alat tangkap seperti rawai, jala, jaring insang dan pancing. Puncak penangkapannya adalah pada musim kemarau yaitu pada saat permukaan air sungai mencapai titik yang paling rendah. Pada waktu tersebut kadang-kadang penangkapan dilakukan

Universitas Sumatera Utara

(26)

beramai-ramai dengan menggunakan jaring atau alat penangkap yang terbuat dari daun kelapa. Dengan jaring atau alat tersebut terdahulu, gerombolan ikan digiring

ke bagian pinggir sungai yang berkerikil atau berpasir beramai-ramai (Siregar, 1989).

Kebiasaan Makan Ikan

Besarnya populasi ikan dalam suatu perairan ditentukan oleh makanan yang tersedia baik kualitas maupun kuantitasnya (Effendi, 2002). Salah satu cara mengetahui pakan alami ikan adalah melalui kebiasaan makannya di alam.

Kebiasaan makan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ukuran ikan dalam memanfaatkan makanan yang tersedia, habitat hidupnya, kesukaan terhadap jenis

makanan tertentu, ukuran dan umur ikan dan jenis competitor (Kartamihardja, 2002).

Makanan merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu organisme karena dapat menentukan luas penyebaran suatu spesies serta dapat mengontrol besarnya suatu populasi. Makanan yang terdapat pada lambung dikelompokkan sebagai makanan utama serta makanan tambahan.Dengan mengetahui makanan suatu jenis ikan maka dapat ditentukan kedudukan ikan itu apakah sebagai predator atau kompetitor (Effendie, 2002).

Kebiasaan makanan merupakan jenis-jenis makanan yang selalu di makan ikan ketika ikan itu makan, jenis-jenis makanan itu terdapat dalam jumlah banyak di dalam lambung dan usus ikan dan hampir semua makanan ikan di dalam populasi memakan jenis makanan tersebut. Secara alami semua individu ikan ketika mengawali hidupnya untuk mengambil makanannya sendiri dari alam

Universitas Sumatera Utara

(27)

adalah memanfaatkan fitoplankton bersel tunggal yaitu diatome atau jasad renik yang paling kecil ukurannya yang ada di perairan (Pulungan et.al., 2007).

Effendie (2002) menjelaskan tentang kebiasaan makan ikan sebagai kuantitas dan kualitas makanan yang dimakan oleh ikan, sedangkan kebiasaan cara memakan diartikan sebagai waktu, tempat dan cara bagaimana makanan itu didapatkan oleh ikan di suatu perairan. Informasi tentang kebiasaan makan mendeskripsikan secara kuantitatif makanan utama, pelengkap, tambahan dan pengganti dari ikan lemeduk (Setiawan, 2007).

Dalam pengelompokkan ikan berdasarkan kepada makanannya, ada ikan sebagai pemakan plankton, pemakan tanaman, pemakan dasar, pemakan detritus, ikan buas dan ikan pemakan campuran. Kemudian karena cara mengambil dan mendapatkan makanannya bervariasi maka jenis makanan yang dimakan oleh setiap spesies ikan juga bervariasi. Sehingga dapat digolongkan menjadi ikan karnivor yaitu pemakan daging, herbivor pemakan tumbuhan dan omnivor pemakan segalanya (Effendie, 1997).

Salah satu informasi penting dari studi kebiasaan makanan yaitu, antara lain kita dapat menentukan komposisi makanan dalam lambung ikan baik sebagai makanan utama, makanan pelengkap, dan makanan tambahan serta merupakan faktor yang menentukan suatu spesies ikan mau memakan organisme adalah

ukuran makanan, ketersediaan makanan, suhu air, dan kondisi fisiologis ikan (Asriansyah, 2008).

Jenis makanan alami yang dimakan ikan sangat beragam, tergantung pada jenis ikan, tingkat umur dan lingkungan habitat dimana individu spesies ikan itu berada. Fitoplankton dari jenis diatome adalah jenis makanan alami awal ketika

Universitas Sumatera Utara

(28)

individu mengawali hidupnya, akan tetapi setela individu ikan itu mencapai usia dewasa maka jenis makanan alami yang dimakan akan berubah sesuai dengan kebiasaan makanan yang dimakan oleh induknya. Faktor yang menentukan suatu jenis ikan akan memakan suatu organisme makanan adalah ukuran makanan,ketersediaan makanan, warna makanan, dan selera ikan terhadap makanan. Jumlah makanan yang dibutuhkan oleh suatu jenis ikan tergantung pada macam makanan, kebiasaan makanan, kelimpahan makanan, suhu air, dan kondisi umum dari ikan yang bersangkutan. Serta jenis-jenis makanan yang dimakan oleh suatu spesies ikan biasanya tergantung pada umur ikan, tempat, dan waktu (Pulungan et.al., 2007).

Kategori ikan berdasarkan makanannya: ikan pemakan plankton, pemakan detritus, pemakan tanaman, ikan pemakan campuran, dan ikan buas. Berdasarkan keanekaragaman jenis makanan tadi, ikan dapat dikelompokkan menjadi sebagai

berikut. 1) Uryphagic merupakan ikan pemakan bermacam-macam makanan.

2) Stenophagic adalah ikan pemakan makanan yang dengan jenis terbatas.

3) Monophagic merupakan ikan pemakan makanan yang hanya terdiri dari satu macam makanan (Koniyo, 2018).

Setiawan (2007) menyatakan bahwa ikan lemeduk memiliki kebiasaan makan terdiri dari detritus sebagai makanan utama, chlorophyceae, cacing, tanaman air, insect dan diatom sebagai makanan pelengkap, serta cyanophyceae, crustacean, protozoa, rotifer dan desmidiacean sebagai makanan tambahan.

Rumondang (2013) dalam Gunawan et.al., 2017 menyatakan bahwa ikan ini termasuk golongan ikan omnivora yang cenderung herbivora dengan makanan

Universitas Sumatera Utara

(29)

utamanya fitoplankton, selanjutnya diikuti oleh gastropoda, crustacean, ikan, insekta, tumbuhan air dan detritus.

Penelitian yg dilakukan Kamal et.al (2012) ditemukan bahwa di dalam perut ikan lemeduk komposisi serangga akuatik diperutnya tinggi namun persentase kemunculan serangga akuatik di sampel air relatif rendah. Makanan lain yang berlimpah yang ditemukan adalah tumbuhan air tanaman yang terdiri 16,9% dari total makanan yang dikonsumsi. Spesies ini digolongkan sebagai omnivora di mana ikan ini mengkonsumsi hewan dan tumbuhan dari makanan dikonsumsi dalam jumlah yang sama. Menurut Ini Ikan ini adalah spesies yang dapat tumbuh hingga panjang standar (LS) 340 mm. (Kottelat, 1993) Dengan kebiasaan makan omnivora dan detritivora memakan makrofit air dan tumbuhan ganggang berserabut, ikan kecil dan kadang-kadang serangga (Siaw-Yang, 1988;

Rainboth, 1996 dalam Gante et.al., 2008). Dari hasil penelitian Aryanto (1993) Ikan Lemeduk makanan utama nya berupa tumbuhan makro. Adanya perbedaan makanan di dua perairan berbeda diduga karena ketersediaan makanan di lingkungan berbeda. Di perairan tersebut banyak tersedia tumbuhan air.

Sistem Pencernaan Ikan

Secara anatomis struktur alat pencernaan ikan berkaitan dengan bentuk tubuh, kebiasaan makanan yaitu saluran pencernaan yang meliputi mulut yang berfungsi untuk masuknya makanan yang sesuai dengan bukaan mulutnya, rongga mulut yang berfungsi sebagai penyeleksi makanan yang dimakan oleh ikan, faring yang berfungsi sebagai penyaringa makanan, esophagus yang berfungsi dalam proses penelanan makanan dan lambung yang berfungsi untuk menampung dan mencerna makanan (Affandi, 2002).

Universitas Sumatera Utara

(30)

Sistem pencernaan berbagai jenis ikan memiliki perbedaan pada morfologi dan fungsinya (Raji dan Narouzi, 2010). Saluran pencernaan pada ikan karnivora lebih pendek daripada ikan herbivora. Ikan herbivora memiliki usus yang lebih panjang yaitu sampai 3 kali panjang tubuhnya karena bahan makanan nabati lebih sukar untuk dicerna (Mudjiman, 2001). Haloho (2008) menambahkan bahwa ikan herbivora memiliki panjang usus yang berkali-kali lebih panjang dari panjang total tubuhnya, sedangkan panjang usus ikan karnivora lebih pendek atau hampir sama dengan panjang total tubuhnya sedangkan panjang usus ikan omnivora hanya sedikit lebih panjang dari panjang total tubuhnya. Kebiasaaan makanan ikan dapat juga diprediksi dari perbandingan panjang saluran pencernaannya dengan panjang total tubuhnya (Zuliani et.al., 2016).

Sistem pencernaan pada ikan melibatkan saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Secara umum, saluran pencernaan pada ikan terdiri dari mulut, rongga mulut, faring, esofagus, lambung, pilorus, usus, rektum dan anus.

Sedangkan kelenjar pencernaannya terdiri dari hati dan kantong empedu. Di samping itu, saluran pencernaannya (lambung dan usus) juga berfungsi sebagai kelenjar pencernaan (Mujiman, 1995). Namun, lambung pada umumnya digunakan untuk mempelajari studi kebiasaan makanan ikan karena lambung merupakan organ pencernaan yang ukurannya lebih besar dibandingkan dengan organ pencernaan lainnya. Lambung berfungsi sebagai penampung makanan dan mencerna makanan secara kimiawi (Affandi dan Tang, 2002).

Panjang usus ikan sangat bervariasi serta berhubungan erat dengan kebiasaan makanannya. Usus adalah bagian dari saluran pencernaan yang

Universitas Sumatera Utara

(31)

meliputi pylorus sampai kloaka atau anus dimana usus terikat (difixer) pada mesentrum; semacam alat penggantung, yaitu derivat dari pembungkus rongga perut (peritonium). Bentuk usus sangat beragam, biasanya berbentuk menyerupai pipa panjang berkelok kelok dan sama besar, berakhir dan kemudian bermuara keluar, sebagai lubang anus (Koniyo, 2018).

Untuk menentukan kategori ikan berdasarkan jenis makanannya dapat ditentukan dengan melihat perbedaan struktur anatomis organ saluran pencernaan pada ikan.Perbedaan struktur anatomis saluran pencernaan pada ikan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perbedaan struktur anatomis saluran pencernaan pada ikan-ikan hebivora, karnivora, dan omnivora

Organ Kategori Ikan

Herbivora Karnivora Omnivora Tapis Insang Banyak, Panjang,

Rapat

Sedikit, pendek, kaku Tidak terlalu banyak Tidak terlalu panjang Tidak terlalu rapat Rongga

mulut

Sering, tidak bergerigi Umumnya bergerigi tajam dan kuat

Bergerigi kecil

Lambung Tidak berlambung atau berlambung palsu

Usus Ukuran sangat

panjang, beberapa kali dari panjang tubuhnya Sumber: Effendie (2002).

Berlambung dengan bentuk bervariasi Pendek, kadang-kadang lebih pendek dari panjang tubuhnya

Berlambung dengan bentuk kantung

Sedang, 2 –3 kali dari panjang tubuhnya

Universitas Sumatera Utara

(32)

Pengelompokan ikan berdasarkan makanannya menurut Effendie (2002) terbagi menjadi enam kelompok yaitu kelompok ikan pemakan plankton, pemakan tanaman, pemakan dasar, pemakan detritus, ikan buas dan ikan pemakan campuran. Berdasarkan kepada jumlah variasi dari macam-macam makanan tadi, ikan dapat dibagi menjadi euryphagic yaitu ikan pemakan bermacam-macam makanan, stenophagic ikan pemakan makan yang macamnya sedikit atau sempit dan monophagic ikan yang makanannya terdiri dari satu macam makanan saja.

Faktor Fisika Kimia Perairan

Faktor abiotik yang merupakan faktor pembatas dapat hidupnya suatu organisme di suatu habitat adalah faktor fisika dan kimia antara lain adalah suhu, cahaya, pH, oksigen, nutrien didalamnya dan kecepatan arus. Bila ada satu faktor saja yang tidak cocok bagi kehidupan organisme disuatu habitat, maka organisme itu tidak akan dapat hidup di habitat itu (Suin, 2003).

Pada lingkungan perairan, faktor fisik, kimia dan biologis berperan dalam pengaturan hemoestatis yang diperlukan bagi pertumbuhan dan reproduksi ikan.

Perubahan-perubahan faktor tersebut hingga batas tertentu dapat menyebabkan stres dan timbulnya penyakit (Irianto, 2005). Beberapa faktor fisika dan kimia yang mempengaruhi keberadaan organisme di sungai Barumun diuraikan sebagai berikut.

Suhu

Perubahan suhu juga berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan biologi badan air. Suhu sangat berperan mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu yang disukai bagi pertumbuhannya (Effendi, 2003). Ikan merupakan hewan ektotermik yang berarti

Universitas Sumatera Utara

(33)

tidak menghasilkan panas tubuh, sehingga suhu tubuhnya tergantung atau menyesuaikan pada suhu di lingkungan sekelilingnya. Kisaran toleransi suhu antara spesies ikan dengan lainnya berbeda (Irianto, 2005).

Peningkatan suhu sebesar 10°C akan meningkatkan laju fotosintesis maksimum lebih kurang dua kali lipat (Asriyana dan Yuliana, 2012). Peningkatan suhu pada perairan mengakibatkan peningkatan metabolisme ikan dan sebaliknya dengan penurunan suhu, menyebabkan terjadinya penurunan kecepatan metabolisme.Kecepatan metabolisme berpengaruh terhadap konsumsi oksigen.S uhu optimal untuk ikan berkisar antara 20-28°C (Nugroho, 2006).

Kedalaman

Kedalaman merupakan salah satu parameter fisika, semakin dalam perairan maka intensitas cahaya yang masuk semakin berkurang. Kedalaman merupakan wadah penyebaran atau faktor fisik yang berhubungan dengan banyak air yang masuk ke dalam suatu sistem perairan (Gonawi, 2009). Pengukuran kedalaman menggunakan tongkat berskala yang digunakan dengan menancapkan hilang ke dasar perairan dan dicatat nilai ambang batas air pada skala.

Arus

Menurut Mason (1981) dalam Gonawi (2009), kecepatan arus merupakan faktor penting di perairan. Kelompok sungai berdasarkan kecepatan arus yaitu:

arus yang sangat cepat (> 1 m/detik), arus yang cepat (0,5 –1 m/detik), arus yang sedang (0,25 –0,5 m/detik), arus yang lambat (0,1 –0,25 m/detik) dan arus yang sangat lambat (< 0,1 m/detik). Arus dalam perairan mengalir merupakan faktor pembatas karena plankton-plankton yang merupakan makanan bagi nekton tidak

Universitas Sumatera Utara

(34)

dapat bertahan dan cenderung untuk terbawa arus.Hal ini merupakan faktor pembatas bagi jenis nekton untuk memperoleh makanan.

Kecerahan

Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan merupakan ukuran transparansi yang ditentukan secara visual dengan menggunakan Secchi disk, dimana nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter.

Nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan dan padatan tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran (Effendi, 2003).

Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut. Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi, misalnya pernafasan dan daya lihat organisme akuatik, serta dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air (Effendi, 2003).

Derajat Keasaman (PH)

Derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion hydrogen dalam perairan.Secara umum nilai pH menggambarkan seberapa besar tingkat keasaman atau kebasaan suatu perairan. Perairan dengan nilai pH = 7 adalah netral, pH < 7 dikatakan kondisi perairan bersifat asam, sedangkan pH > 7 dikatakan kondisi perairan bersifat basa (Effendi, 2003).

Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu parameter yang dapat menentukan produktivitas suatu perairan.pH sangat mempengaruhi kehidupan

Universitas Sumatera Utara

(35)

makhluk hidup, termasuk didalamnya fitoplankton. pH yang ideal untuk kehidupan fitoplankton di perairan adalah 6,5 8,0. Pada perairan yang berkondisi asam dengan pH kurang dari 6, organisme yang menjadi pakan ikan (fitoplankton) tidak akan hidup dengan baik (Asriyana dan Yuliana, 2012). Batas toleransi ikan terhadap pH berkisar antara 4,0 (acid death point) – 11,0 (basic death point). Ikan tumbuh dengan baik pada pH 5 9, sedangkan pH di bawah 4 dan di atas 10 dapat menghambat bahkan menyebabkan kematian ikan (Nugroho, 2006).

Dissolve Oxygen (DO)

Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut. Keperluan organisme terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung pada jenis, stadium dan aktifitasnya. Kebutuhan oksigen untuk ikan dalam keadaan diam relatif lebih sedikit apabila dibandingkan dengan ikan pada saat bergerak atau memijah. Jenis-jenis ikan tertentu yang dapat menggunakan oksigen dari udara bebas, memiliki daya tahan yang lebih terhadap perairan yang kekurangan oksigen terlarut. Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan normal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik) (Salmin, 2005).

Kadar oksigen yang terlarut di perairan alami bervariasi tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil. Di perairan tawar, kadar oksigen terlarut berkisar antara 15 mg/liter pada suhu 0º C dan 8 mg/liter pada suhu 25º C. Kadar oksigen terlarut di perairan alami biasanya kurang dari 10 mg/liter (Effendi, 2003).

Universitas Sumatera Utara

(36)

METODE PENELITIAN

Waktu dan tempat penelitian

Penelitian akan dilakukan mulai bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2020. Penelitian ini dilaksanakan di Sungai Tasik Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhan Batu Selatan Provinsi Sumatera Utara. Identifikasi sampel dilakukan di Laboratorium Terpadu Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian USU.

Penelitian ini bersifat survey lapangan dan analisis laboratorium. Zona pengambilan sampel ditetapkan 3 (tiga) stasiun berdasarkan daerah penangkapan nelayan. Pengambilan sampe ikan dilakukan secara secara purposive random sampling. Sampel Ikan didapatkan dari hasil tangkapan berbagai alat tangkap nelayan sekitar.

Pembagian lokasi berdasarkan daerah penangkapan nelayan sungai dan informasi tentang habitat ikan Lemeduk, yaitu:

Gambar 3. Stasiun I

Universitas Sumatera Utara

(37)

Stasiun I : Stasiun berada di bagian hilir Sungai Tasik dengan kedalaman 7- 8,9 cm dan memiliki arus yang deras yang terletak pada koordinat 01º51’55.0’’LU 100º06’49.3’’BT (Gambar 3).

Gambar 4. Stasiun II

Stasiun II : Stasiun dengan kedalaman 2,76-50,3 cm dengan substrat lumpur berpasir. Stasiun ini dekat dengan aktivitas pertanian berupa perkebunan kelapa sawit yang terletak pada koordinat 01º51’03.6’’LU 100º06’42.0’’BT (Gambar 4).

Gambar 5. Stasiun III

Universitas Sumatera Utara

(38)

Stasiun III : Stasiun dengan kedalaman 5,63-11,6 cm dengan substrat berlumpur. Stasiun ini dekat dengan aktivitas pertanian berupa perkebunan kelapa sawit yang terletak pada koordinat 01º50’58.5’’LU 100º06’44.2’’BT (Gambar 5). Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jaring/jala (mesh size 1,25 inch), GPS, pH meter, thermometer, Bola dugar, DO meter, Meteran timbangan digital, kamera digital, gelas ukur, cawan petri, objek glass, botol sampel, gunting bedah, mikroskop, penggaris, kertas millimeter, buku identifikasi dan alat tulis.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel ikan Lemeduk, aquadest, lugol, dan formalin 10%.

Universitas Sumatera Utara

(39)

Prosedur Penelitian

1. Kegiatan Di Lapangan Pengambilan Sampel Ikan

Pengambilan sampel ikan dilakukan pada bulan Juli hingga Agustus 2020 di tiga stasiun yang telah ditentukan dan dicatat koordinatnya. Alat tangkap yang digunakan yaitu Jaring/jala (mesh size 1,25 inch). Pelaksanaan sampling dilakukan secara bergantian dimulai dari Stasiun 1 dan berakhir di Stasiun 3.

Pengambilan sampel dilakukan 3 (tiga) kali dalam 2 bulan. ikan yang tertangkap dibedah dan diambil sampel saluran pencernaan kemudian dimasukkan ke dalam botol sampel dan diberi formalin 10%. Setiap botol sampel diberi label keterangan.

Pengambilan sampel air

Pengambilan sampel air dimaksudkan untuk mengetahui jenis organisme yang hidup pada perairan tersebut. Pengambilan sampel dilakukan pada setiap stasiun dengan 1 (satu) kali ulangan dengan menggunakan plankton net. Sampel plankton diambil dengan memasang plankton net ± 5 menit di badan sungai. Air yang tersaring dalam bucket dimasukkan ke dalam botol sampel kemudian diberi lugol 3 – 5 tetes dan diberi label stasiun sampel.

Pengukuran Faktor Fisika Kimia Perairan

Pengukuran parameter fisika dan kimia dilakukan pada setiap stasiun penelitian.Metode pengukuran masing-masing parameter disajikan pada Tabel 2

Universitas Sumatera Utara

(40)

Tabel 2. Metode Pengukuran Kualitas Perairan Parameter Unit Metode

Parameter Unit Metode Keterangan

Fisika

Suhu 0C Termometer Insitu

Kedalaman M Depth meter Insitu

Kecerahan M Secci disk Insitu

Arus m/s Current meter Insitu

Kimia

DO Mg/l DO Meter Insitu

PH - PH meter Insitu

2. Kegiatan Di Laboratorium Pengukuran Panjang Bobot

Panjang total diukur mulai dari ujung mulut hingga ujung ekor menggunakan penggaris atau millimeter blok. Bobot ikan ditimbang dengan timbangan digital.

Pembedahan Ikan

Alat yang digunakan dalam pembedahan ikan adalah satu set alat bedah, tubuh ikan dibedah dengan gunting mulai dari bagian anus hingga belakang operculum, kemudian diambil organ alat pencernaan.

Lambung ikan diambil dengan jalan membelah mulai dari bagian dorsa hingga bagian ventral secara hati-hati agar tidak rusak. Lambung ikan yang didapatkan dimasukkan kedalam kantong plastic kecil/botol sampel yang berisi larutan formalin 10% yang sebelumnya telah diberi label (Apha 1980 dalam Rayhanu et.al., 2004).

Pengukuran panjang usus

Ikan dibedah dari bagian ujung depan hingga lambung dan usus. Usus dan lambung diambil secara perlahan, terutama usus agar tidak putus. Panjang usus kemudian diukur menggunakan milimeterblok atau penggaris.

Universitas Sumatera Utara

(41)

Pengukuran volume isi lambung

Di laboratorium lambung ikan yang sudah diberi formalin dicuci dengn air untuk menghilangkan bau formalin tersebut. Lambung ikan diletakkan diatas tissue agar airnya terseram keluar dan dikeringan dengan udara selama 5 menit.

Lalu makanan yg terdapat dalam lambung ikan tersebut diambil dengan jalan membuka lambungnya secara hati-hati dengan peralatan. Organisme yang terdapat dalam makanan ikan tadi di pisahkan berdasarkan golongan nya masing-masing dan diukur volumenya dalam keadaan kering setelah itu dimasukkan ke dalam botol film ang sudah diberi label (Effendie 1979 dalam Rayhanu et.al., 2004)

Alat pencernaan yang masih berisi ditimbang bobot dan diukur volume serta panjang saluran pencernaan. Kemudian isinya dikeluarkan, dipisahkan ke cawan petri untuk selanjutnya alat pencernaan yang kosong dihitung volumenya kembali. Kemudian dilakukan pengurangan antara lambung berisi dengan lambung kosong untuk mengetahui volume isi lambung.

Analisis isi lambung

Gambar 3. Struktur saluran pencernaan ikan Lemeduk. LP) Lambung Palsu, UB) usus Besar, UH) usus halus dan AN) anus

UB UH

LP

AN

Universitas Sumatera Utara

(42)

Analisis isi saluran pencernaan dilakukan di Laboratorium Terpadu Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian USU dengan menggunakan metode volumetric terhadap setiap sampel ikan. Volume makanan diukur dengan teknik pemindahan air yaitu dengan memasukkan makanan ke dalam gelas ukur yg berisi 5 ml aquadest. Kenaikan volume pada gelas ukur adalah volume makanannya (Rayhanu et.al., 2004). Lalu dilakukan perhitungan tiap organisme yang terdapat pada lambung ikan. Untuk organisme yang dapat dilihat dengan mata dapat di identifikasi dan diukur secara langsung menggunakan gelas ukur tetapi untuk organisme yang tidak dapat dilihat dengan mata diidentifikasi dibawah mikroskop. Isi lambung yang sudah didapatkan kemudian di diencerkan dalam 5 ml akuades agar mudah mengidentifikasi jenis makanannya, sampel yang sudah diencerkan diambil dengan pipet tetes, tiap tetes sampel diamati dengan mikroskop dan dianalisis menggunakan mikroskop kemudian dilakukan identifikasi menggunkan buku identifikasi Mizuno (1979). Untuk analisis isi lambung ini diambil 3 tetes untuk satu sampel ikan. Analisis isi saluran pencernaan dilakukan untuk mengetahui komposisi makanan ikan.

Analisis Data

Distribusi frekuensi panjang

Penentuan kelompok ukuran panjang ditentukan dengan menghitung selang kelas ukuran ikan berdasarkan ukuran panjang total yang mengacu pada perhitungan Walpole (1995) dalam Gunawan (2017) dengan rumus :

N = 1 + 3,32 Log n W = Lmax – Lmin LK = W / N Lmax = Panjang total ikan terbesar,

Lmin = Panjang total ikan terkecil, LK = Lebar kelas,

Universitas Sumatera Utara

(43)

W = Selisih antara panjang maksimum dengan minimum, N = Jumlah kelas dan

n = Jumlah ikan

Panjang usus relative

Panjang usus relatif Panjang usus relatif (Relative length of the gut/ RLG), dihitung dengan menggunakan rumus (Nurfadillah et.al., 2019) :

RGL (%) =

Panjang usus relatif untuk ikan karnivora adalah 1, untuk ikan omnivora

yaitu antara 1- 3, sedangkan untuk ikan herbivora adalah > 3 (Syahputra et.al., 2014).

Indeks kepenuhan lambung (ISC)

Indeks kepenuhan atau isi lambung Indeks of Stomach Content (ISC) untuk analisi tingkat kepenuhan pakan alami dalam saluran pencernaan ikan.

Indeks isi lambung dianalisa dengan membandingkan berat total ikan dengan berat isi lambung. Nilai yang diperoleh dinyatakan dalam persen. Indeks isi lambung ikan contoh dapat diketahui dengan menggunakan rumus perhitungan menurut Spantura dan Gophen (1982) dalam Sulistiono (1998) sebagai berikut :

ISC (%) =

Keterangan:

SCW = Berat isi lambung (gram) BW = Berat tubuh (gram)

Universitas Sumatera Utara

(44)

Indeks of Preponderance

Analisis indeks of preponderance bertujuan untuk mengetahui penentuan komponen makanan utama ikan. Analisis kebiasaan makan yang digunakan yaitu Index of Prepoderance yang merupakan gabungan dari metode frekuensi kejadian dan metode volumetrik (Effendie, 1979), dengan rumus sebagai berikut :

IP =

Keterangan :

IP = Indeks of Preponderance

Vi = Persentase volume satu macam makanan

Oi= Persentase frekuensi kejadian satu macam makanan

Metode volumetrik bertujuan untuk mengetahui volume suatu jenis makanan yang terdapat pada saluran pencernaan ikan. Adapun untuk menentukan persentase volume suatu jenis makanan mengacu pada Effendie (1997), dengan rumus :

Vi = x 100

Vi = persentase satu jenis makanan (%) vi = volume satu jenis makanan (ml)

vt = volume total semua jenis makanan (ml).

Frekuensi kejadian ditentukan dengan mencatat keberadaan masing- masing organisme yang terdapat dalam alat pencernaan berisi bahan makannya dan dinyatakan dalam persen. Metode frekuensi kejadian mengacu pada Effendie (1997), dengan rumus sebagai berikut :

Vi =

x 100

Universitas Sumatera Utara

(45)

Vi = frekuensi kejadian

Ni = jumlah total satu jenis makanan I = total lambung yang berisi makanan.

Organisme yang ditemukan dalam saluran pencernaan diidentifikasikan berdasarkan kriteria persentase makanan (Rahyanu et.al., 2004) sebagai berikut:

IP > 40% = Makanan Utama IP < 4 % = Makanan Tambahan IP 4- 40 % = Makanan Pelengkap

Hubungan Panjang-Bobot

Analisis panjang dan bobot bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan Ikan. Rumus yang digunakan untuk melihat hubungan panjang total dengan bobot menurut Effendie (1997) :

Keterangan:

W = Bobot tubuh Ikan (gram) L = Panjang Ikan (mm) a, b = Konstanta

Pola pertumbuhan allometrik positif jika b>3 (pertumbuhan bobot lebih dominan dibandingkan dengan pertumbuhan panjang) dan allometrik negatif (b<3), pertumbuhan panjang lebih dominan dibandingkan dengan pertumbuhan bobot.

W= aLb

Universitas Sumatera Utara

(46)

Faktor Kondisi Ikan Lemeduk

Faktor kondisi ikan Mujair bertujuan untuk mengetahui tingkat kemontokan ikan tersebut yang merupakan korelasi terhadap kesesuaian dengan lingkungannya. Jika pertambahan bobot seimbang dengan pertambahan panjang maka pertumbuhan ikan bersifat isometrik sehingga persamaan untuk menghitung faktor kondisi dengan rumus (Effendie, 2002):

Apabila pertumbuhan jika pertambahan panjang dan pertambahan bobot tidak seimbang bersifat allometrik maka persamaannya menjadi (Effendie, 2002) :

Keterangan:

K = Faktor kondisi W = Bobot ikan (gram) L = Panjang total ikan (cm).

Universitas Sumatera Utara

(47)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil tangkapan ikan lemeduk di Sungai Tasik

Hasil penelitian diperoleh ikan Lemeduk (B. schwanenfedii) sebanyak 138 ekor dengan distribusi tangkapan 53 ekor pada pengambilan I, 33 ekor pada pengambilan II dan 52 ekor pada pengambilan III. Setiap pengambilan terbagi atas 3 stasiun penangkapan yang terdiri dari 52 ekor pada stasiun I, 46 ekor pada stasiun 2 dan 40 ekor pada stasiun III.

Gambar 8. Hasil Tangkapan Ikan Lemeduk di Sungai Tasik

Identifikasi Morfologi Ikan Lemeduk (B. Schwanenfeldii)

Berdasarkan hasil identifikasi morfologi ikan lemeduk di Sungai Tasik dapat diketahui bahwa letak mulut ikan lemeduk memiliki tipe mulut Terminal.

Tipe mulut ikan lemeduk dapat dilihat pada Gambar 9.

0 10 20 30 40 50 60

Stasiun I Stasiun II Stasiun III

Jumlah ikan (Ekor)

Universitas Sumatera Utara

(48)

Gambar 9. Posisi mulut ikan lemeduk Distribusi frekuensi panjang ikan lemeduk di Sungai Tasik

Sebaran frekuensi panjang ikan lemeduk di Sungai Tasik didominasi pada ukuran 88-97 mm dengan frekuensi sebesar 42 ekor sementara frekuensi terkecil terdapat pada ukuran 118-127 mm yaitu 1 ekor. Diagram sebaran frekuensi panjang ikan lemeduk di Sungai Tasik dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Sebaran frekuensi panjang ikan lemeduk di Sungai Tasik

Panjang usus relatif (RGL%)

Pada Stasiun I 52 ekor ikan sampel dengan kisaran panjang 69-134 mm, panjang total rata-rata 93,69 mm, dan panjang usus berkisar 110-320 mm dengan panjang usus rata-rata 189,38 mm. Sampel ikan pada Stasiun II 46 ekor ikan

17

37

42

24

12

1 3 2

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

68-77 78-87 88-97 98-107 108-117 118-127 128-137 138-147

Frekuensi (Ekor)

Selang Kelas (mm)

Universitas Sumatera Utara

(49)

dengan panjang total berkisar antara 81-137 mm dengan panjang total rata-rata 94,39 mm, dan panjang usus berkisar 130-270 mm dengan panjang usus rata-rata 187,93 mm. Sedangkan sampel ikan pada Stasiun III 40 ekor ikan dengan panjang total berkisar antara 68-143 mm dengan panjang total rata-rata 88,35 mm, dan panjang usus berkisar 100-360 mm dengan panjang usus rata-rata 176,5 mm, dengan demikian diperoleh panjang usus relative (RLG) ikan lemeduk dengan rata-rata 2,003 dari panjang totalnya. Panjang usus relative ikan lemeduk pada ketiga Stasiun dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Panjang usus relative (RGL) ikan lemeduk (B. schwanenfeldii) di Sungai Tasik pada Stasiun I. II dan III.

Stasiun P. Total Ikan (mm)

P. Usus (mm) x P. Ikan x P. Usus RGL (%)

I 69-134 110-320 93.69 189.38 2.07

II 81-137 130-270 94.39 187.93 1.9

III 68-143 100-360 88.35 176.5 1.9

Indeks kepenuhan lambung (ISC%)

Hasil pengamatan indeks kepenuhan isi lambung (ISC%) pada ikan lemeduk dengan pengambilan sebanyak 3 kali yaitu pada saat Pagi hari. Diperoleh nilai ISC pada pengambilan 1 yaitu 1,83%, pada pengambilan 2 sebesar 1,75 % dan pada pengambilan 3 yaitu 2,03%, diperoleh nilai tertinggi pada pengambilan ke 3. Indeks kepenuhan lambung ikan lemeduk dapat dilihat pada gambar 11.

Universitas Sumatera Utara

(50)

Gambar 11. Grafik Indeks kepenuhan lambung (ISC%) ikan lemeduk

Indeks bagian terbesar (Indeks of preponderance)

Pada Stasiun I hasil penelitian menunjukkan nilai indeks of preponderance tertinggi yaitu fitoplankton sebesar 41 %, sedangkan lumut sebesar 38%, potongan tumbuhan sebesar 13%, cacing 7%, potongan tubuh serangga 1% dan zooplankton sebesar 0,3 %. Kebiasaan makan ikan lemeduk pada stasiun I dapat dilihat pada gambar 12.

Gambar 12. Diagram Indeks bagian terbesar ikan lemeduk pada stasiun I

1.6 1.65 1.7 1.75 1.8 1.85 1.9 1.95 2 2.05 2.1

1 2 3

Isi lambung (%)

Pengambilan

ISC (%)

41%

0%

38%

13%

1%

7%

Fitoplankton Zooplankton Lumut

Potongan tumbuhan Potongan serangga cacing

Universitas Sumatera Utara

Referensi

Dokumen terkait

diagnosa ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi akibat Tuberkulosis. Intervensi yang digunakan NOC: keefektifan pola nafas, tidak adanya

Beberapa temuan baru yang ada pada penciptaan karya batik ini sangat beragam seperti rancangan motif baru dari konsep pertunjukan wayang topeng Jatiduwur,

Berdasarkan hasil analisis data mengenai studi kepuasan konsumen yang terdiri dari kepuasan produk, kepuasan harga, kepuasan pelayanan terhadap keputusan pembelian

Panitia Pengadaan Barang/Jasa Sekretariat Presiden. Bidang Pers Media

Berdasarkan penelitian dan hasil analisis yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa melalui strategi pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran pendidikan

mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang diturunkan Allah kepadamu…&#34; (Al-Maidah: 49).. Sistem

Website Pemesanan obat yang penulis buat ini, diharapkan website ini dapat membantu dan mempermudah pelanggan untuk mencari informasi tentang obat, serta mempermudah dalam

Cara penggalangan sumber dana untuk dana operasional pendidikan, riset, pengabdian masyarakat, dan dana invesitasi untuk menunjang penyelenggaraan Program Studi