• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Hukum Internasional Mengenai Regulasi Hukum Nasional Indonesia Sebagai Negara Anggota Asean Dalam Rangka Menghadapi Asean Economic Community 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tinjauan Hukum Internasional Mengenai Regulasi Hukum Nasional Indonesia Sebagai Negara Anggota Asean Dalam Rangka Menghadapi Asean Economic Community 2015"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL MENGENAI REGULASI HUKUM NASIONAL INDONESIA SEBAGAI NEGARA ANGGOTA

ASEAN DALAM RANGKA MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat

Mencapai Gelar Sarjana Hukum

Disusun oleh:

Maharanni

100200007

Departemen Hukum Internasional

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL MENGENAI REGULASI HUKUM NASIONAL INDONESIA SEBAGAI NEGARA ANGGOTA

ASEAN DALAM RANGKA MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat

Mencapai Gelar Sarjana Hukum

Disusun oleh:

Maharanni

100200007

Departemen Hukum Internasional

Disetujui oleh,

KETUA DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL

FAKULTAS HUKUM USU

Dr. Chairul Bariah, SH., M.hum NIP. 195612101986012001

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(3)

TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL MENGENAI REGULASI HUKUM NASIONAL INDONESIA SEBAGAI NEGARA ANGGOTA

ASEAN DALAM RANGKA MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015

*) Maharanni

**) Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum ***) Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum

ABSTRAK

ASEAN Economic Community (AEC) 2015 menjadi sebuah keharusan untuk dilaksanakan di kawasan regional ASEAN untuk menciptakan pasar tunggal yang mejadi wadah sebesar-besarnya bagi negara anggota ASEAN dalam mengembangkan perekonomian dan perdagangan ke arah yang lebih baik. Kesepakatan pelaksanaan ASEAN Economic Community pertama kali termuat dalam Bali Concord II yang dihasilkan melalui KTT ke-9 ASEAN di Bali tahun 2003, dan Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 (ASEAN Economic Community Blueprint 2015) yang merupakan grand design AEC yang berisi jadwal strategis, yakni tahapan pencapaian dari masing-masing pilar AEC. Skripsi ini membahas regulasi hukum nasional Indonesia sebagai negara anggota ASEAN dalam rangka menghadapi ASEAN Economic Community 2015.

Permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana kedudukan ASEAN sebagai Organisasi Internasional menurut hukum internasional yang berlaku, bagaimana hak dan kewajiban negara anggota ASEAN dalam bidang ekonomi terkait dengan ASEAN Economic Community 2015, dan bagaimana regulasi hukum nasional Indonesia sebagai negara anggota ASEAN dalam rangka menghadapi ASEAN Economic Community 2015.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian yuridis normatif dengan menggunakan data-data sekunder yang diperoleh dengan cara penelitian pustaka.

(4)

Kata Kunci : ASEAN Economic Community, Indonesia, Regulasi

*) Mahasiswa Fakultas Hukum USU **) Dosen Pembimbing I

(5)

A REVIEW OF INTERNATIONAL LAW REGARDING THE REGULATION OF THE NATIONAL LAWS OF INDONESIA AS ASEAN MEMBER

COUNTRIES IN ORDER TO FACE THE ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015

*) Maharanni

**) Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum ***) Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum

ABSTRACT

ASEAN Economic Community (AEC) by 2015 is becoming a necessity for ASEAN in the region is carried out to create a single market that became as big as possible for the ASEAN member countries in developing the economy and commerce towards a better. Implementation of the ASEAN Economic Community agreement was first included in the Bali Concord II which is generated through the 9th ASEAN SUMMIT in Bali in 2003, and the blueprint of the ASEAN Economic Community 2015 (the ASEAN Economic Community Blueprint 2015) which is a grand design which contains the AEC schedule strategically, the milestone of the respective pillars of the AEC. This thesis discusses the regulation national law Indonesia as ASEAN member countries in order to face the ASEAN Economic Community 2015.

Problems in this thesis is how ASEAN positions as international organizations according to the applicable international law, how the rights and obligations of ASEAN member countries in the field of the economics associated with the ASEAN Economic Community 2015, and how regulation national law Indonesia as ASEAN member countries in order to face the ASEAN Economic Community 2015.

The research method used is the juridical normative research methods by using secondary data obtained by means of a research library.

(6)

Keywords : ASEAN Economic Community, Indonesia, Regulation

*) Student of Law Faculty of USU **) Counselor I

(7)

DAFTAR SINGKATAN

ACIA : ASEAN Comprehensive Investment Agreement

AEC : ASEAN Economic Community

AEM : The ASEAN Economics Ministers

AFAS : ASEAN Framework Agreement on Services

AFMM : ASEAN Finance Ministers Meeting

AFTA : ASEAN Free Trade Area

AIA : ASEAN Investement Area

AMAF : ASEAN Ministerial Meeting on Agriculture and Forestry

AMBDC : ASEAN Mekong Basin Development Cooperation

AMEM : ASEAN Ministers on Energy Meeting

AMM : The Annual Ministerial Meetings

AMMin : ASEAN Ministerial Meeting on Minerals

AMMST : ASEAN Ministers Meeting on Science and Technology

ASA : Association of Southeast Asia

ASC : ASEAN Standing Committee

ASEAN : Association of South East Asian Nation

ATA : ASEAN Tourism Agreement

ATIGA : ASEAN Trade in Goods Agreement

(8)

CEPT : Common Effective Preferential Tarif

COSD : Committee on Social Development

HLTF : High Level Task Force

HPA : Hanoi Plan of Action

IGO : Inter-Governmental Organisation

KTT : Konferensi Tingkat Tinggi

LCGC : Low Cost and Green Car

M-ATM : Meeting of ASEAN Tourism Ministers

MFN : Most Favoured Nation

MRAs : Mutual Recognation Arrengements

NGO : Non Government Organisation

PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa

PTA : Preferential Tarif Arrangement

RIA : Roadmap for Integration of ASEAN

SEANWFZ : South-East Asia Nuclear Weapon Free Zone

SEATO : Southeast Asia Treaty Organisation

SEOM : Senior Economic Official Meeting

TAC : The Treaty of Amity and Cooperation in South-East Asia

TELMIN : ASEAN Telecominicatrion and IT Ministers Meeting

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada ALLAH SWT atas segala

berkah dan karunia-Nya yang selalu menyertai Penulis sampai penulisan skripsi

ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulisan skripsi yang berjudul: TINJAUAN HUKUM

INTERNASIONAL MENGENAI REGULASI HUKUM NASIONAL

INDONESIA SEBAGAI NEGARA ANGGOTA ASEAN DALAM RANGKA

MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 adalah guna

memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Hukum (SH) di Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

Penulis sadar akan ketidaksempurnaan penulisan skripsi ini sehingga

berharap agar semua pihak dapat memberikan kritik dan saran yang membangun

agar di kemudian hari Penulis dapat menghasilkan sebuah karya yang lebih baik,

baik dari segi substansi maupun dari segi cara penulisannya.

Penulis menyadari sepenuhnya, tanpa bantuan dan partisipasi dari

berbagai pihak, maka penulisan skripsi ini tidak dapat berjalan dengan baik. Oleh

karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Chairul Bariah, S.H., M.H., selaku Ketua Departemen Hukum

Internasional dan Dosen Hukum Internasional. Terima kasih atas arahan

(10)

2. Bapak Mahmul Siregar, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing 1 dan

Dosen Hukum Internasional. Terima kasih atas bantuan dan bimbingan

beliau yang bermanfaat.

3. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., selaku Dosen Pembimbing II dan Dosen

Hukum Internasional. Terima kasih atas segala bantuan, kritikan, saran,

kesabaran dalam membimbing Penulis, dan telah menjadi tempat bertanya

dan berkeluh kesah Penulis sampai skripsi ini dapat terselesaikan dengan

baik.

4. Bapak Prof. Syamsul Arifin, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing

Akademik. Terima kasih atas arahan sejak menjadi mahasiswa baru

sampai sekarang.

5. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara atas segala

ilmu yang telah diberikan.

6. Ibunda dan Ayahanda tercinta, Marsiati dan Ripsodianto. Adik-adik

Penulis, Tridasa Putri Lestari dan Richa Mahardhina. Beserta seluruh

keluarga besar yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Terimakasih atas

segala doa, semangat, dan dukungan yang tak pernah berhenti diberikan.

Semoga kelak Penulis dapat membanggakan kalian semua.

7. Mama Koestrini dan Papa Hardi Selamat Hood. Terima kasih untuk segala

dukungan, doa dan motivasi yang diberikan hingga saat ini. Semoga

(11)

8. Kekasih Tersayang, Tengku Mahmood Al-Rasjid. Terima kasih telah

menjadi teman berbagi yang teristimewa dalam suka dan duka, untuk

segala doa dan dukungan yang tak pernah berhenti.

9. Keluarga besar Bapak H.T.M. Ichsan Al-Rasjid, keluarga besar Ibu Rahmi

Meiliani Sari, keluarga Kak Ivana Muswar, keluarga Bapak Pahlawi.

Terima kasih atas segala kemurahan hati, dukungan, dan motivasi yang

diberikan, serta telah menjadi pengganti keluarga bagi Penulis di

perantauan. Semoga kelak Penulis dapat membalas kebaikan kalian semua.

10.Sahabat-sahabat kecil Penulis, Rosiana, Yuyu Tresna Ayu, dan Septi

Pramuliawati. Terima kasih atas semangat dan dukungan yang diberikan.

Semoga persahabatan ini tidak akan berakhir.

11.Ratih Damara Barus, sahabat terbaik yang selalu menjadi tempat berkeluh

kesah Penulis sejak menjadi mahasiswa baru hingga sekarang, serta

Febrina Permatasari, Anissa Nurachmi, Dessy Saida, Defina Anggriani,

Antony Jahdin, Sofyan Siregar, Frisdar Rio, Theodorus Arie, Andhika

sebagai sahabat-sahabat yang telah mewarnai hari-hari Penulis selama

menjalankan perkuliahan. Semoga kelak kita semua akan berhasil.

12.Teman-teman seperjuangan International Law Student Association

(ILSA), terutama Sakafa Guraba dan Reisky Ananias Nadeak sebagai

partner terbaik dalam kepengurusan ILSA 2010, Ekpi Yossara Simbolon,

Paul Brena Tarigan, Rahma Sari, Mutiara Parwita, Reza Endara Arham,

(12)

satu-persatu. Terima kasih atas segala waktu yang telah dihabiskan bersama

Penulis selama masa perkuliahan hingga sekarang.

13.Berbagai narasumber dan pihak-pihak lain yang telah membantu

penyelesaian penulisan skripsi ini.

Akhir kata, Penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan

membalas segala kebaikan semua pihak yang membantu. Semoga skripsi ini

bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.

Medan, September 2014

(13)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

DAFTAR SINGKATAN ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Keaslian Penelitian ... 8

F. Kerangka Teori dan Konsep ... 8

G. Metode Penelitian ... 15

BAB II ASPEK HISTORIS DAN YURIDIS DARI KEBERADAAN ASEAN SEBAGAI ORGANISASI INTERNASIONAL A. Latar Belakang Pembentukan ASEAN ... 21

B. Tujuan Pembentukan ASEAN ... 28

C. Struktur Kelembagaan ASEAN ... 31

D. Kedudukan ASEAN sebagai Organisasi Internasional Menurut Hukum Internasional yang Berlaku ... 35

BAB III ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) SEBAGAI BENTUK INTEGRASI EKONOMI ASEAN A. Kesepakatan ASEAN dalam Bidang Ekonomi ... 46

B. Tahap Pembentukan ASEAN Economic Community (AEC)... 52

C. Struktur Kelembagaan ASEAN Economic Community (AEC) ... 59

D. Hak dan Kewajiban Negara Anggota ASEAN dalam Bidang Ekonomi Terkait dengan ASEAN Economic Community 2015 ... 66

BAB IV PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL DAN HUKUM NASIONAL INDONESIA DALAM RANGKA MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) 2015 A. ASEAN Economic Community Blueprint sebagai Pedoman Pelaksanaan ASEAN Economic Community (AEC) 2015 ... 73

(14)

C. Pengaturan Arus Barang dan Arus Bebas Jasa dalam ASEAN Economic

Community (AEC) 2015 ... 80 D. Regulasi Hukum Nasional Indonesia sebagai Negara Anggota ASEAN

dalam

Rangka Menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015 ... 86

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 106 B. Saran ... 108

(15)

TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL MENGENAI REGULASI HUKUM NASIONAL INDONESIA SEBAGAI NEGARA ANGGOTA

ASEAN DALAM RANGKA MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015

*) Maharanni

**) Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum ***) Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum

ABSTRAK

ASEAN Economic Community (AEC) 2015 menjadi sebuah keharusan untuk dilaksanakan di kawasan regional ASEAN untuk menciptakan pasar tunggal yang mejadi wadah sebesar-besarnya bagi negara anggota ASEAN dalam mengembangkan perekonomian dan perdagangan ke arah yang lebih baik. Kesepakatan pelaksanaan ASEAN Economic Community pertama kali termuat dalam Bali Concord II yang dihasilkan melalui KTT ke-9 ASEAN di Bali tahun 2003, dan Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 (ASEAN Economic Community Blueprint 2015) yang merupakan grand design AEC yang berisi jadwal strategis, yakni tahapan pencapaian dari masing-masing pilar AEC. Skripsi ini membahas regulasi hukum nasional Indonesia sebagai negara anggota ASEAN dalam rangka menghadapi ASEAN Economic Community 2015.

Permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana kedudukan ASEAN sebagai Organisasi Internasional menurut hukum internasional yang berlaku, bagaimana hak dan kewajiban negara anggota ASEAN dalam bidang ekonomi terkait dengan ASEAN Economic Community 2015, dan bagaimana regulasi hukum nasional Indonesia sebagai negara anggota ASEAN dalam rangka menghadapi ASEAN Economic Community 2015.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian yuridis normatif dengan menggunakan data-data sekunder yang diperoleh dengan cara penelitian pustaka.

(16)

Kata Kunci : ASEAN Economic Community, Indonesia, Regulasi

*) Mahasiswa Fakultas Hukum USU **) Dosen Pembimbing I

(17)

A REVIEW OF INTERNATIONAL LAW REGARDING THE REGULATION OF THE NATIONAL LAWS OF INDONESIA AS ASEAN MEMBER

COUNTRIES IN ORDER TO FACE THE ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015

*) Maharanni

**) Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum ***) Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum

ABSTRACT

ASEAN Economic Community (AEC) by 2015 is becoming a necessity for ASEAN in the region is carried out to create a single market that became as big as possible for the ASEAN member countries in developing the economy and commerce towards a better. Implementation of the ASEAN Economic Community agreement was first included in the Bali Concord II which is generated through the 9th ASEAN SUMMIT in Bali in 2003, and the blueprint of the ASEAN Economic Community 2015 (the ASEAN Economic Community Blueprint 2015) which is a grand design which contains the AEC schedule strategically, the milestone of the respective pillars of the AEC. This thesis discusses the regulation national law Indonesia as ASEAN member countries in order to face the ASEAN Economic Community 2015.

Problems in this thesis is how ASEAN positions as international organizations according to the applicable international law, how the rights and obligations of ASEAN member countries in the field of the economics associated with the ASEAN Economic Community 2015, and how regulation national law Indonesia as ASEAN member countries in order to face the ASEAN Economic Community 2015.

The research method used is the juridical normative research methods by using secondary data obtained by means of a research library.

(18)

Keywords : ASEAN Economic Community, Indonesia, Regulation

*) Student of Law Faculty of USU **) Counselor I

(19)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hukum internasional yang ada pada saat ini memiliki peranan yang sangat

efektif dalam mengatur kehidupan serta pergaulan masyarakat internasional.

Berkembangnya hukum tersebut tidak terlepas dari subjek-subjek atau para

pelakunya. Sejak awal lahirnya hukum internasional, negara merupakan subjek

hukum utama dan satu-satunya yang ada, namun seiring perkembangan zaman

melalui munculnya teori-teori baru ataupun konflik yang lahir, maka lahirlah

beberapa subjek hukum internasional.

Salah satu subjek hukum internasional ialah organisasi internasional.

Selayaknya kehidupan bermasyarakat, maka negara pun tidak dapat berdiri

sendiri, sehingga negara perlu untuk bergaul dengan negara lain. Kebutuhan untuk

memperluas pergaulan sebuah negara dengan negara lain diiringi dengan adanya

kemajuan dalam bidang teknologi pengangkutan, komunikasi dan informasi.

Berkumpulnya negara-negara dalam satu pergaulan dengan kepentingan

untuk memenuhi kebutuhan tertentu dibalut dalam satu kelompok yang biasa

disebut organisasi internasional. Disamping dibentuknya organisasi internasional

ini, pada waktu yang sama juga berkembang organisasi-organisasi pemerintah

(NGO's)1

1

Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, Dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global, 2008, P.T. Alumni, Bandung, hal: 459

, sebagai contoh ialah organisasi non-pemerintah yang sangat terkenal

(20)

Organisasi internasional yang paling mendunia yang sangat diakui

keberadaannya secara internasional ialah Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). PBB

adalah organisasi yang dibentuk akibat dari kegagalan Liga Bangsa-Bangsa

(LBB) dalam usahanya untuk mengakhiri peperangan dan mendamaikan dunia.

Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) didirikan di San Fransisco pada 24

Oktober 1945. Lembaga ini dibentuk untuk memfasilitasi dalam hukum

internasional, keamanan internasional, pengembangan ekonomi, perlindungan

sosial, hak asasi dan pencapaian perdamaian dunia2

Organisasi terbesar yang dimasuki Indonesia adalah Persatuan

Bangsa-Bangsa (PBB) dimana organisasi tersebut beranggotakan hampir seluruh negara

merdeka di dunia. Indonesia resmi menjadi negara anggota PBB ke-60 pada

tanggal 28 September 1950, yang ditetapkan dengan revolusi Majelis Umum PBB

Nomor A/RES/491 (V) tentang "Penerimaan Republik Indonesia dalam

keanggotaan di Perserikatan Bangsa-Bangsa", kurang dari satu tahun setelah

pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda dalam Konferensi Meja Bundar di

Den Haag

.

Indonesia sebagai sebuah negara yang juga merupakan salah satu subjek

hukum internasional, dapat melakukan hubungan dengan negara lain. Selain itu,

dengan status Indonesia sebagai negara berkembang, maka dianggap penting bagi

Indonesia untuk melakukan perjanjian atau kesepakatan dengan negara lain,

bahkan untuk menjadi negara anggota dari sebuah organisasi internasional.

3

2

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Perserikatan_Bangsa-Bangsa, diakses pada tanggal 18 Februari 2014

3

http://id.m.wikipedia.org/wiki/indonesia_dan_Perserikatan_Bangsa-Bangsa, diakses pada tanggal 18 Februari 2014

(21)

Keanggotaan sebuah negara dalam suatu organisasi internasional harus

didasari oleh cita-cita dan tujuan bersama serta memiliki konsep pemikiran atau

adanya kepentingan yang membuat sebuah negara memasuki organisasi tersebut.

Hal ini dibuktikan oleh Indonesia, pada saat PBB meresmikan keberadaan

Malaysia sebagai negara anggota Dewan Keamanan PBB pada tahun 1964,

Indonesia merasa hal tersebut tidak menguntungkan negaranya, sehingga pada

saat itu Presiden Soekarno menyatakan Indonesia keluar dari keanggotaan PBB

dan oleh Soeharto, Indonesia masuk kembali pada 28 September 1966 menjadi

anggota PBB untuk melanjutkan kerjasama penuh dengan PBB, dan untuk

melanjutkan partisipasinya dalam sesi ke-21 sidang Majelis Umum PBB4

ASEAN secara intensif menyepakati berbagai kesepakatan dalam bidang

ekonomi, diawali dengan kesepakatan Preferential Tariff Arrangement (PTA)

pada tahun 1977

.

Organisasi dengan ruang lingkup terdekat yang melibatkan Indonesia

sebagai negara anggotanya ialah ASEAN (Association of South East Asian

Nations) yang merupakan organisasi bagi negara-negara di Asia Tenggara.

ASEAN terbentuk melalui Deklarasi Bangkok pada 8 Agustus 1967, yang

melahirkan berbagai kesepakatan serta kerja sama antar negara anggotanya.

5

4

http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20130304061948AAfiNuf, diakses pada tanggal 18 Februari 2014

5

Departemen Perdagangan RI, Menuju ASEAN Economic Community 2015, Departemen Perdagangan, Jakarta, hal. 3

. Perjanjian tersebut mengarah kepada keterbukaan dalam bidang

perdagangan di daerah Asia Tenggara. Perdagangan yang dimaksud adalah

perdagangan yang bebas tarif (pajak) untuk memberikan keuntungan bagi para

(22)

memberikan banyak manfaat untuk mengembangkan perdagangan di antara

negara anggota ASEAN6

Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) IX ASEAN di Kuala Lumpur,

Desember 2005, kepala negara/pemerintah ASEAN bersepakat untuk menyusun

rancangan sebuah piagam agar ASEAN jadi suatu organisasi berdasar hukum dan

peraturan hukum (legally based) yang memiliki legal personality .

Tidak berhenti pada PTA saja, ASEAN terus membuat kesepakatan dalam

bidang ekonomi demi memajukan perekonomian regional, salah satu yang paling

menonjol ialah ASEAN-China FTA (Free Trade Area) pada tahun 2004 yang

merupakan kerja sama pertama negara di luar ASEAN dalam bidang ekonomi.

7

ASEAN Charter menjadi dasar hukum untuk integrasi sub-kawasan

sebagai kesatuan yang dilandaskan dengan 3 (tiga) pilarnya, yaitu: (1) komunitas

politik; (2) komunitas ekonomi; (3) komunitas sosial budaya

. Rancangan

tersebut akhirnya menghasilkan ASEAN Charter (Piagam ASEAN) pada

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) 19-22 November 2007 di Singapura.

8

Menguatnya eksistensi ASEAN sebagai suatu organisasi yang sangat

berperan dalam perkembangan perekonomian Asia Tenggara dan berdasarkan

ASEAN Charter yang telah dibentuk, membuat ASEAN perlu untuk melakukan

tindakan yang lebih nyata sebagai aksi berkelanjutan dari AFTA (Asian Free . Ketiga pilar

tersebut menjadi pendorong terbentuknya komunitas ASEAN.

6

Huala Adolf, Hukum Ekonomi Internasional, 2005, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal 134

7

http://www.infoanda.com/followlink.php?lh=C1MEAAVSBgAL, diakses pada tanggal 18 Februari 2014

8

(23)

Trade Area) untuk mencapai perdagangan yang bebas dibuktikan dengan adanya

kesepakatan untuk membentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN atau ASEAN

Economic Community (AEC) 2015 sebagai bentuk integrasi ekonomi ASEAN.

Suatu landasan produksi yang terintegrasi akan memberikan kesempatan yang

lebih besar bagi pembagian kegiatan industri di ASEAN dan dengan demikian

menciptakan kesempatan bagi efisiensi industri yang lebih besar dan cost

competitiveness dalam rangkaian pilihan produk dan jasa yang lebih besar pula9. ASEAN Economic Community (AEC) 2015 merupakan wadah terbesar dan

membuka sebesar-besarnya peluang bagi seluruh negara anggota ASEAN,

khususnya Indonesia untuk mengembangkan perekonomian dan perdagangan

menuju arah yang lebih baik. Namun, dengan adanya keterbukaan pasar yang

terjadi di anatara negara, tidak tertutup kemungkinan terjadinya persaingan yang

menimbulkan konflik di masa yang akan datang. Hal inilah yang membuat

ASEAN perlu untuk membuat pedoman pelaksanaan ASEAN Economic

Community (AEC) 2015 serta penerapannya terhadap regulasi hukum nasional

Indonesia.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penting untuk dibahas mengenai

pelaksanaan ASEAN Economic Community (AEC) 2015 dan pengaturannya dalam

hukum nasional Indonesia.

9

(24)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, berapa rumusan masalah dalam penelitian

skripsi ini adalah :

1. Bagaimana kedudukan ASEAN sebagai organisasi internasional menurut

hukum internasional yang berlaku?

2. Bagaimanakah hak dan kewajiban negara anggota ASEAN dalam bidang

ekonomi terkait dengan ASEAN Economic Community 2015?

3. Bagaimanakah regulasi hukum nasional Indonesia sebagai negara anggota

ASEAN dalam rangka menghadapi ASEAN Economic Community (AEC)

2015?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian skripsi ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui mengenai kedudukan ASEAN dalam pergaulan masyarakat

internasional sebagai salah satu organisasi internasional

2. Untuk memberikan informasi mengenai aspek historis dan yuridis keberadaan

ASEAN sebagai organisasi internasional

3. Untuk mengetahui kesiapan regulasi nasional Indonesia sebagai negara anggota

(25)

D. Manfaat Penulisan

Penelitian skripsi ini diharapkan dapat memperoleh manfaat sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan menambah bahan literatur bagi Hukum

Internasional pada umumnya dan hukum Organisasi Internasional pada

khususnya. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi dasar bagi penelitian

selanjutnya pada bidang yang sama

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan sumbangan pemikiran pada pemerintah terkait untuk

mempersiapkan regulasi yang memadai dalam menghadapi ASEAN

Economic Community 2015

b. Memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai pelaksanaan

ASEAN Economic Community 2015 agar masyarakat dapat membekali

diri dengan kemampuan yang dapat bersaing dengan masyarakat

internasional

c. Memberikan informasi kepada para pelaku usaha mengenai peluang dan

tantangan yang akan dihadapi dalam pelaksaan ASEAN Economic

Community 2015

E. Keaslian Penulisan

(26)

NEGARA ANGGOTA ASEAN DALAM RANGKA MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015” telah diperiksa melalui penelusuran kepustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan sepengetahuan

penulis belum pernah ditulis oleh siapapun di Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara. Data yang digunakan guna melengkapi penulisan skripsi ini

memanfaatkan informasi yang diperoleh dari literatur yang ada dan berbagai

media, baik itu media cetak atau pun pengumpulan informasi melalui media

elektronik.

F. Kerangka Teori dan Konsep

Untuk menghindari kesalahpahaman istilah, maka diberikan batasan

pengertian sebagai berikut :

1. Subjek Hukum dan Subjek Hukum Internasional

Definisi mengenai subjek hukum, yaitu :

Subjek hukum ialah pemegang hak dan kewajiban menurut hukum.

Dalam kehidupan sehari-hari, yang menjadi subjek hukum dalam

sistem hukum Indonesia, yang barang tentu bertitik tolak dari

sistem hukum Belanda, ialah individu (orang) dan badan hukum

(perusahaan, organisasi, institusi)10

10

.

Beberapa definisi mengenai subjek hukum internasional menurut para

ahli, yaitu :

(27)

a. Mochtar Kusumaatmadja, subjek hukum internasional merupakan

pemegang segala hak dan kewajiban menurut hukum internasional.

Hampir serupa dengan subjek hukum perdata, dalam hukum

internasional, subjek hukum harus memenuhi persyaratan untuk

dapat menjadi subjek hukum internasional, diantaranya adalah

memiliki personalitas sebagai subjek hukum internasional dan

memiliki kecakapan tertentu11

b. Boer Mauna, subjek hukum internasional adalah semua pihak atau

entitas yang dapat dibebani oleh hak dan kewajiban yang diatur

oleh hak dan kewajiban yang diatur oleh hukum internasional. Hak

dan kewajiban tersebut berasal dari semua ketentuan baik yang

bersifat formal ataupun non-formal dari perjanjian internasional

ataupun dari kebiasaan internasional .

12

Subjek hukum internasional terdiri dari : .

1) Negara

2) Tahta Suci Vatikan

3) Palang Merah Internasional

4) Organisasi Internasional

5) Individu

6) Belligerent

2. Organisasi dan Organisasi Internasional

Februari 2014

(28)

Beberapa pengertian organisasi menurut para ahli, yaitu13

a. Stoner mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola

hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah

pengarahan atasan mengejar tujuan bersama :

b. James D. Mooney mengemukakan bahwa organisasi adlaah

bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan

bersama

c. Chester I. Bernard berpendapat bahwa organisasi adalah

merupakan suatu sistem aktivitas kerjasama yang dilakukan

oleh dua orang atau lebih

d. Stephen P. Robbins menyatakan bahwa organisasi adalah

kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar,

dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang

bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai

suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan

Berikut ini beberapa pengertian organisasi internasional menurut para

ahli14

a. Bowwet D.W. : “...tidak ada suatu batasan mengenai organisasi

publik internasional yang dapat diterima secara umum. Pada

umumnya organisasi ini merupakan organisasi permanen

(sebagai contoh, jawatan pos atau KA) yang didirikan

berdasarkan perjanjian internasional yang kebanyakan :

13

(29)

merupakan perjanjian multilateral daripada perjanjian bilateral

yang disertai beberapa kriteria tertentu mengenai tujuannya”

b. Starke hanya membandingkan fungsi, hak dan kewajiban serta

wewenang dari lembaga internasional dengan negara yang

modern. Starke berpendapat : “Pada awalnya seperti fungsi

suatu negara modern mempunyai hak, kewajiban dan

kekuasaan yang dimiliki beserta alat perlengkapannya, semua

itu diatur oleh hukum nasional yang dinamakan hukum tata

negara sehingga dengan demikian organisasi internasional

sama halnya dengan alat perlengkapan negara modern yang

diatur oleh hukum konstitusi nasional”

c. Sumaryo Suryokusumo berpendapat bahwa organisasi

internasional adalah suatu proses; organisasi internasional juga

menyangkut aspek-aspek perwakilandari tingkat proses

tersebut yang telah dicapai pada waktu tertentu. Organisasi

internasional juga diperlukan dalam rangka kerja sama

menyesuaikan dan mencari kompromi untuk menentukan

kesejahteraan serta memecahkan persoalan bersama serta

mengurangi pertikaian yang timbul

d. T. Sugeng Susanto menjelaskan yang dimaksud dengan

organisasi internasional dalam pengertian luas adalah bentuk

kerjasama antar pihak-pihak yang bersifat internasional untuk

(30)

internasional itu dapat berupa orang-perorangan, badan-badan

bukan negara yang berada di berbagai negara atau pemerintah

negara. Adapun yang dimaksud dengan tujuan internasional

ialah tujuan bersama yang menyangkut kepentingan berbagai

negara

e. Boer Mauna menyebutkan bahwa pengertian organisasi

internasional menurut Pasal 2 ayat (1) Konvensi Wina 1969

tentang Perjanjian Internasional, yang mana dalam pasal itu

disebutkan bahwa organisasi internasonal adalah organisasi

antar pemerintah. Menurut Boer Mauna, pengertian yang

diberikan konvensi ini sangat sempit karena hanya membatasi

diri pada hubungan antar pemerintah. Menurutnya, definisi ini

mendapat tantangan dari para penganut definisi yang luas

termasuk NGO’s15

f. T. May Rudy berpendapat secara sederhana, organisasi

internasional dapat didefinisikan sebagai pengaturan bentuk

kerja sama internasional yang melembaga antar negara-negara

umumnya berlandaskan suatu persetujuan dasar, untuk

melaksanakan fungsi-fungsi yang memberi manfaat timbal

balik yang diejawantahkan melalui pertemuan-pertemuan serta

kegiatan-kegiatan staf secara berkala. Organisasi internasional

akan lebih lengkap dan menyuluruh jika didefinisikan sebagai .

15

(31)

pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara, dnegan

didasari struktur organisasi jelas dan lengkap serta diharapkan

atau diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan

fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna

mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta

disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah

maupun antar sesama kelompok non-pemerintah pada negara

yang berbeda16

Bila dilihat dari ciri-ciri organisasi internasional, seperti yang

dikemukakan oleh Leroy Bennet, organisasi internasional mempunyai ciri sebagai

berikut17

a) A permanent organization to carry on a continuing set of

functions :

b) Voluntary membership of eligible parties

c) Basic instrument stating goals, structure and methods of

operation

d) A broadly representative consultative conference organ

e) Permanent secretariat to carry on countinous

administrative, research and information functions

Organisasi internasional dapat diklasifikasikan menurut beberapa cara

sesuai dengan kebutuhan atau menurut cara peninjauan organisasi tersebut,

sebagai berikut18

16

T. May Rudy, Hukum Internasional 2, PT. Refika Aditama, Bandung, hal. 93-94 17

Sri Setyaningsih Suardi, Pengantar Hukum Organisasi Internasional, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, hal. 5-6

(32)

a) Klasifikasi yang didasarkan antara organisasi internasional

yang permanen dan tidak permanen, yakni bila klasifikasi

didasarkan pada waktu

b) Klasifikasi didasarkan pada Organisasi Internasional Publik

(Public International Organization) dan Organisasi

Internasional Privat (Private International Organization)

atau Non Governmental Organization (NGO)

c) Klasifikasi yang didasarkan pada keanggotaannya,

organisasi universal, dan organisasi tertutup

d) Klasifikasi yang didasarkan pada fungsinya

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian

yang menganalisis norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan

perundang-undangan dan putusan-putusan hakim. Lebih lanjut lagi,

menurut Jhonny Ibrahim, metode penelitian hukum normatif adalah suatu

prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan

logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya19

18

Ibid, hal. 21. 19

Jhonny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia Publishing, malang, 2005, hal. 47

. Melalui metode penelitian

hukum normatif, penelitian ini menganalisis norma-norma hukum nasional

dan hukum internasional yang terdapat dalam deklarasi, konvensi dan

(33)

2. Sumber Data

Penelitian hukum pada umumnya membedakan sumber data ke

dalam dua bagian, yaitu data primer yang diperoleh secara langsung dari

masyarakat dan data sekunder yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka.

Sumber data dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yang terdiri

dari20

a) Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang berupa peraturan

perundang-undangan, dalam hal ini berupa: :

− Perjanjian internasional

− Deklarasi

− Konvensi-konvensi

b) Bahan hukum sekunder adalah bahan acuan yang bersumber dari

buku-buku, surat kabar, media internet serta media massa lainnya

yang berhubungan dengan masalah yang dibahas, seperti;

− Karya Ilmiah sarjana

− Jurnal-jurnal hukum

− Hasil penelitian

c) Bahan hukum tersier, yakni bahan-bahan yang memberi petunjuk

maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder,

seperti;

− Kamus-kamus

− Ensiklopedia

20

(34)

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Studi

Dokumen atau bahan pustaka merupakan suatu alat pengumpulan data

yang dilakukan melalui data tertulis dengan mempergunakan content

analysis21

Menurut Berndl Berson, “Content analysis is a research technique

for the obyective, systematic and quantitative description of the manifest

content of communication.”

. Pengertian lain, menyatakan bahwa Studi Kepustakaan

(Library Research), yaitu studi dokumen dengan mengumpulkan dan

mempelajari buku-buku hukum, literatur, tulisan-tulisan ilmiah, peraturan

perundang-undangan dan bacaan lainnya yang berkaitan dengan penulisan

skripsi ini.

4. Analisis Data

22

a. Teknik analisis data kuantitatif yaitu menganalisis dengan

pengukuran data statistik secara objektif melalui perhitungan

ilmiah berasal dari sampel yang menghubungkan antara

pengamatan empiris dan ekspresi matematis

(kajian isi adalah teknik penelitian untuk

keperluan mendeskripsikan secara obyektif, sistematik dan kuantitatif dari

suatu bentuk komunikasi). Teknik analisis data dapat digolongkan sebagai

berikut :

23

21

Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, 1984, Universitas Indonesia, Jakarta, hal. 21

22

Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Hukum Kualitatif, Remaja Karya, Bandung, 1989, hal. 179

.

23

(35)

b. Teknik analisis data kualitatif, yaitu dengan mengumpulkan data,

mengkualifikasikan berupa huruf, kemudian menghubungkan teori

yang berhubungan dengan masalah dan akhirnya menarik

kesimpulan untuk menentukan hasil yang mempergunakan

pendekatan yuridis dan sosiologis.

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis

kualitatif, karena lebih cenderung menggunakan pendekatan teoritis yang

lebih mengutamakan dalamnya data daripada jumlahnya. Penelitian ini

juga merumuskan masalah dan menyimpulkannya dengan pendekatan

yuridis dan sosiologis.

5. Sistematika Penulisan

Penelitian skripsi harus disusun secara sistematis agar

mempermudah dalam pemahaman mulai dari awal permasalahan hingga

pembahasan. Sistematika skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab pertama dimulai dari memaparkan latar belakang lahirnya

permasalahan hingga mampu dirumuskan ke dalam 3 (tiga) inti masalah,

serta menguraikan tujuan, manfaat, keaslian penelitian dan menjabarkan

kerangka teori dan konsep serta metode penelitian.

Bab kedua mulai membahas permasalahan yang pertama, yaitu

aspek yuridis dan historis dari keberadaan ASEAN sebagai organisasi

internasional. Bab ini terdiri dari latar belakang dan tujuan pembentukan

ASEAN, struktur organisasi ASEAN, serta peranan ASEAN dalam hukum

(36)

Bab ketiga berisi tentang ASEAN Economic Community (AEC)

sebagai bentuk integrasi ekonomi di Asia Tenggara. Bab ini menjelaskan

tentang kesepakatan yang lahir di dalam organisasi ASEAN dan

tahap-tahap pembentukan konsep ASEAN Economic Community, serta pedoman

pelaksanaannya.

Bab keempat membahas permasalahan akhir, yaitu kesiapan

perangkat hukum nasional indonesia dalam menghadapi ASEAN

Economic Community 2015. Bab ini akan memaparkan lebih jelas

mengenai keberadaan hukum nasional serta kesiapan hukum nasional

Indonesia sebagai negara anggota ASEAN dalam pelaksanaan ASEAN

Economic Community.

Bab kelima merupakan bab penutup dari skripsi ini. Bab ini berisi

kesimpulan

dari jawaban permasalahan yang menjadi objek penelitian dan saran yang

(37)

BAB II

ASPEK HISTORIS DAN YURIDIS DARI KEBERADAAN ASEAN SEBAGAI ORGANISASI INTERNASIONAL

A. Latar Belakang Pembentukan ASEAN

Negara-negara di Asia Tenggara mengenal organisasi regional pada

terbentuknya SEATO (Southeast Asia Treaty Organization). Organisasi ini

sebenarnya merupakan upaya Amerika untuk membendung pengaruh komunis di

kawasan Asia sehingga lebih merupakan prakarsa dari luar kawasan Asia

Tenggara. Sedangkan organisasi yang dibentuk sepenuhnya oleh negara-negara

Asia Tenggara untuk pertama kalinya adalah The Association of Southeast Asia

(ASA) pada 1961 yang beranggotakan Malaysia, Philipina dan Thailand. Tujuan

ASA adalah memajukan pertumbuhan ekonomi dan budaya melalui saling kerja

sama dan bantu membantu di antara negara-negara anggotanya.24 Namun organisasi ini tidak bertahan lama karena pecahnya konflik antara Philipina dan

Malaysia atas status daerah sabah yang diklaim sebagai bagian dari Philipina.25 Selain itu dikarenakan tidak cukup banyaknya negara yang tergabung dan

terwakili dalam organisasi regional tersebut.26

Kawasan Asia Tenggara yang saling berdekatan hingga menjadi jalur lalu

lintas internasional, membuat kawasan ini menjadi strategis. Demi terjaganya

24

ASA tidak berkembang karena masih adanya pertikaian internal pada sesama negara-negara Asia Tenggara, terutama mengenai status Sabah, dan tidak masuknya Indonesia pada organisasi ini. (Huala Adolf, op.cit. hal 125)

25

Bambang Cipto, Hubungan Internasional di Asia Tenggara : Teropong Terhadap Dinamika, Realitas, dan Masa Depan, 2007, Pustaka Belajar, Yogyakarta, hal. 12

26

(38)

stabilitas pada masing-masing negara di kawasan ini maka dianggap perlu untuk

mengadakan jalinan kerja sama yang baik dan terus-menerus.

Terdapat kekhawatiran negara-negara di Asia Tenggara terhadap ancaman

eksternal dan internal di kawasan ini pada tahun 1960-an.27

Selain itu juga persamaan kedudukan di dalam keanggotaan merupakan

salah satu prinsip dalam kerja sama ini, tanpa mengurangi kedaulatan

masing-masing anggota. Hal ini dikarenakan, mulai abad ke-16 bangsa-bangsa barat mulai

berdatangan dan berebut pengaruh dikawasan ini, satu demi satu negara-negara

yang berada di kawasan Asia Tenggara menjadi daerah jajahan mereka, kecuali

Muangthai (sekarang disebut Thailand).

Ancaman internal

tersebut diantaranya ialah menyebarnya paham komunis di Asia dan konflik yang

terjadi antar sesama negara Asia Tenggara. Segi eksternal, dikarenakan kawasan

yang strategis, Asia Tenggara rawan menjadi ajang persaingan

kepentingan-kepentingan yang datang dari luar.

28

Deklarasi Bangkok merupakan instrumen terpenting bagi ASEAN, karena

dalam Preamble Deklarasi menegaskan keinginan negara-negara anggota untuk

mendirikan suatu federasi yang kokoh untuk tindakan bersama guna memajukan Melalui Deklarasi Bangkok 1967 yang ditandatangani pada tanggal 8

Agustus 1967, ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) didirikan oleh

lima negara di Asia Tenggara, yaitu Indonesia (Adam Malik), Malaysia (Tun

Abdul Razak), Thailand (Thanat Khoman), Filipina (Narsisco Ramos), dan

Singapura (Rajaratman).

27

Bambang Cipto, op.cit, hal. 123

(39)

kerja sama regional, memperkuat stabilitas ekonomi dan sosial dan untuk

memelihara keamanan dari campur tangan pihak luar.29

Tahun-tahun pertama ASEAN didirikan belum ada suatu kegiatan aktif

yang dilakukan, namun hal itu sebenarnya merupakan suatu periode pemantapan

saling pengertian dan menghilangkan saling curiga antar anggotanya guna

memantapkan kerja sama yang sedang ditumbuhkan.30 Pada tahap-tahap permulaan itu, ASEAN berhasil menjadikan dirinya sebagai suatu forum tempat

negara anggota dapat belajar memahami satu sama lain, berbicara bersama-sama

dan menentukan masalah bersama secara sendiri-sendiri dan secara

berkelompok.31

Hingga pada Februari 1976 diadakan pertemuan tingkat tinggi para

penguasa ASEAN yang berlangsung di Bali yang menghasilkan 3 (tiga)

kesepakatan penting, yakni32

1. The Treaty of Amity and Cooperation in South-East Asia :

The Treaty Of Amity and Cooperation in South-East Asia (TAC)

(perjanjian persahabatan dan kerjasama) ditandatangani di Bali pada 24

Februari 1976. Perjanjian ini menegaskan kembali aspirasi dan tujuan

pendirian ASEAN, yakni perdamaian, persahabatan dan kerjasama.

Ketentuan penting yang dihasilkan dalam TAC adalah kesepakatan dari

the high contracting parties (negara-negara anggota ASEAN) mengenai

29

Huala Adolf, op.cit, hal. 124 30

Sekretariat Nasional ASEAN, ASEAN Selayang Pandang, Departemen Luar Negeri RI, 1991, Jakarta, hal. 2

31

M. Sabir, ASEAN: Harapan dan Kenyataan, 1992, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, hal. 59

32

(40)

pengakuan terhadap prinsip fundamental kerjasama antar negara anggota

ASEAN. Prinsip fundamental tersebut adalah:

a. Saling menghormati kemerdekaan, kedaulatan, prinsip persamaan,

integritas wilayah dan identitas nasional semua negara (anggota

ASEAN);

b. Hak setiap negara untuk mengurus bangsanya tanpa campur

tangan, subversi atau tekanan;

c. Prinsip non-interfensi di dalam urusan dalam negeri negara

anggota lain;

d. Penolakan atas setiap penggunaan atau ancaman kekerasan;

e. Prinsip kerja sama efektif di antara negara anggota;

f. Penyelesaian sengketa secara damai.

2. Declaration of ASEAN Concord

The Declaration of ASEAN Concord (Deklarasi Kesepakatan

ASEAN) yang ditandatangani di Bali pada tanggal 24 Februari 1976

(Deklarasi 1976) memuat ketentuan yang lebih detil mengenai

tujuan-tujuan dalam Deklarasi ASEAN 1967. Deklarasi 1976 ini juga

mengesahkan suatu program aksi sebagai kerangka kerjasama ASEAN.

Perkembangan terakhir, Declaration of ASEAN Concord kembali

(41)

II33 pada 7 Oktober 2003 dan ASEAN Concord atau Bali Concord III34

Contoh hasil kerja sama di bidang politik dan keamanan yang

sudah terjadi di Asia Tenggara antara lain, penyelenggaraan kerja sama

untuk menjaga stabilitas keamanan kawasan wilayah Asia Tenggara,

pelepasan tuntutan kepemilikan atas wilayah Sabah oleh Filipina kepada

Malaysia, dan penandatanganan kesepakatan tentang Asia Tenggara

sebagai kawasan bebas nuklir.

pada KTT ASEAN ke-19 di Bali, 17 November 2011.

Tujuan yang hendak dicapai antara lain mengharmonisasikan

pandangan para negara anggota. Apabila memungkinkan, Deklarasi juga

mengupayakan suatu tindakan aksi bersama dalam menghadapi

masalah-masalah di bidang politik.

35

Dalam kerja sama ekonomi, Deklarasi membuka kemungkinan

kerja sama di bidang komoditi, khususnya di bidang makanan dan energi

serta kerja sama di bidang proyek-proyek industri ASEAN, dan Deklarasi mensyaratkan dilakukannya suatu kajian guna membuka

kemungkinan kerja sama di bidang hukum, termasuk kemungkinan

ditandatanganinya kerja sama ekstradisi ASEAN.

33

Bali Concord II mengacu pada penerapan kesempatan dalam bidang membangun dan mengembangkan integrasi regional yang saling menguntungkan satu sama lain (antar negara anggota) dan bertekad untuk menjamin terciptanya stabilitas dan keamanan Asia Tenggara itu sendiri dari segala macam pengaruh dan campur tangan asing. (Lebih lanjut dapat dilihat di Februari 2014)

34

Bali Concord III lebih mempertegas dan memperluas bagaimana ASEAN yang merupakan salah satu organisasi internasional yang sukses menerapkan partisipasi dan kontribusi yang dimiliki terhadap dunia global. (Ibid)

35

(42)

menekankan pentingnya upaya bersama guna mencapai pengaturan

preferensi perdagangan dan upaya untuk meningkatkan akses ke pasar di

luar ASEAN. Deklarasi juga menegaskan perlunya suatu pendekatan

bersama untuk menghadapi masalah komoditi internasional dan masalah

ekonomi dunia lainnya.

Mengenai proyek industri bersama, telah dilaksanakan beberapa

proyek, antara lain pendirian pabrik pupuk urea di Indonesia (Provinsi

NAD) dan di Malaysia, pendirian pabrik tembaga di Filipina, proyek abu

soda di Thailand dan proyek vaksin di Singapura.36

Kerja sama ASEAN di bidang sosial juga diiringi dengan

perkembangan kebudayaan. Committee On Social Development (COSD)

adalah badan yang menaungi kerja sama ASEAN di bidang sosial dan

budaya. Beberapa programnya, antara lain program peningkatan

kesehatan, pertukaran budaya dan seni termasuk festival film ASEAN,

penandatanganan kesepakatan bersama di bidang pariwisata ASEAN Bidang sosial, Deklarasi mengharapkan suatu tindakan bersama

untuk mengakselerasi pembangunan kelompok-kelompok masyarakat

yang berpendapatan rendah dan penduduk kurang maju. Bidang sosial ini

juga mensyaratkan kerja sama lebih intensif dalam menangani masalah

penyalahgunaan narkotika dan lalu lintas di bidang obat-obatan terlarang.

36

(43)

Tourism Agreement (ATA) dan penyelenggaraan pesta olahraga

SEA-Games.37

3. Agreement of Establishment of the Permanent Secretariat

Bidang keamanan regional, Deklarasi menyetujui kelanjutan

kerjasama bukan atas dasar kerja sama ASEAN antara negara anggota

ASEAN sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan bersama. Deklarasi

tidak dengan tegas menyatakan digunakannya ketentuan “kerja sama

bukan atas dasar kerja sama ASEAN (cooperation on a non-ASEAN

basis). Alasan yang dapat diterima adalah karena memang sejak awal

ASEAN bukan organisasi regional yang bergerak di bidang kerja sama

keamanan atau militer.

The Agreement of Establishment of The Permanent Secretariat

(Perjanjian Pembentukan Sekretariat Tetap ASEAN) ditandatangani pada

tanggal 24 Februari 1976 di Bali. Perjanjian ini mendirikan suatu

Sekretaris Jenderal (Secretary General) ASEAN yang tugasnya

mengkoordinasikan fungsi-fungsi sekretaris-jenderal nasional ASEAN

(yang didirikan oleh Deklarasi ASEAN 1967).

Perjanjian ini juga menetapkan tiga biro di bawah sekretariat tetap,

yakni di bidang ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sosial dan

budaya. Menindaklanjuti perjanjian ini, seseorang Secretary General

37

(44)

ditunjuk pada bulan Juni 1976 dan Sekretariat ASEAN didirikan oleh

perjanjian yang ditandatangani pada tanggal 17 Desember 1969.

Suatu dana untuk ASEAN ditetapkan oleh suatu perjanjian yang

ditandatangani pada tanggal 17 Desember 1969. Dana ini terdiri dari satu

jumlah yang disepakati oleh setiap negara anggota. Dana ini digunakan

untuk membiayai, antara lain, proyek-proyek ASEAN yang disetujui.

B. Tujuan Pembentukan ASEAN

Deklarasi Bangkok, 8 Agustus 1967 menyatakan bahwa38

1. To accelerate the economic growth, social progress and cultural

development in the region through joint endeavours in the spirit of

equality and partnership in order to strengthen the foundation for a

prosperous and peaceful community of South-East Asian Nations; :

...the aims and purpose of the Association shall be:

2. To promote regional peace and stability through abiding respect of the

region and adherence to the principle of the United Nations Charter;

3. To promote active collaboration and mutual assistance on matters of

common interest in the economic, social, cultural, technical, scientific and

administrative fields;

4. To provide assistance to each other in the form of training and research

facilities in the educational, professional, technical and administrative

spheres;

diakses

(45)

5. To collaborate more effectively for the greater utilization of their

agriculture and industries, the expension of their trade, including the study

of the problems of international and communications facilities and the

rising of the living standards of their peoples;

6. To promote South-East Asian studies;

7. To maintain close and beneficial cooperation with existing international

and regional organizations with similiar aims and purpose, and explore

all avenues for even closer cooperation among themselves.

Maksud dan tujuan pembentukan ASEAN sesuai yang dicantumkan dalam

Deklarasi Bangkok, adalah39

1. Untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial serta

pengembangan kebudayaan di kawasan ini melalui usaha bersama dalam

semangat kesamaan dan persahabatan untuk memperkokoh landasan

sebuah masyarakat bangsa-bangsa Asia Tenggara yang sejahtera dan

damai;

:

2. Untuk meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional dengan jalan

menghormati keadilan tertib hukum di dalam hubungan antara

negara-negara di kawasan ini serta mematuhi prinsip-prinsip Piagam Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB);

3. Untuk meningkatkan kerja sama yang aktif dan saling membantu dalam

masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama di bidang-bidang

ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan dan administrasi;

39

(46)

4. Untuk saling memberikan bantuan dalam bentuk sarana-sarana pelatihan

dan penelitian dalam bidang-bidang pendidikan, profesi, teknik, dan

administrasi;

5. Untuk bekerja sama dengan lebih efektif guna peningkatan pemanfaatan

pertanian dan industri mereka, perluasan perdagangan dan pengkajian

masalah-masalah komoditi internasional, perbaikan sarana-sarana

pengangkutan dan komunikasi serta peningkatan taraf hidup rakyat-rakyat

mereka;

6. Untuk memajukan pengakajian mengenai Asia Tenggara;

7. Untuk memelihara kerja sama yang erat dan berguna dengan

organisasi-organisasi internasional dan regional dengan tujuan serupa yang ada dan

untuk menjajaki segala kemungkinan untuk saling bekerja sama secara

erat di antara mereka sendiri.

Piagam ASEAN (ASEAN Charter) yang terbentuk pada tahun 2007

kembali merumuskan tujuan ASEAN secara detil yang sejalan dengan konsep

tujuan masyarakat ekonomi ASEAN, yaitu: (i) menciptakan ASEAN sebagai

pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, dan (ii)mengurangi kemiskinan dan

kesenjangan pembangunan di antara negara anggota melalui bantuan dan kerja

sama yang saling menguntungkan.40

40

(47)

C. Struktur Kelembagaan ASEAN

ASEAN adalah suatu organisasi regional yang khas. Instrumen hukum

yang mendasari berdirinya ASEAN yakni Deklarasi Bangkok tidak memuat

struktur organisasi ASEAN secara seksama.41 Karena itu, bentuk organisasi ASEAN akan terus dikembangkan sesuai dengan tuntutan perkembangan dunia.

Otoritas/kekuasaan tertinggi di dalam ASEAN adalah pertemuan Kepala

Pemerintahan, yang bersidang bilamana diperlukan untuk memberikan

pengarahan pada ASEAN.42

1. Summit Meeting, badan pembuat keputusan tertinggi adalah Pertemuan

Para Kepala Negara dan Pemerintahan negara anggota ASEAN (The

Meeting of the ASEAN Heads of State and Government atau biasa disebut

ASEAN SUMMITS).

Berdasarkan perkembangannya, struktur kelembagaan ASEAN terdiri dari:

43

Summit Meeting atau Konferensi Tingkat Tinggi

(KTT) Bali pada tahun 1976 merupakan titik puncak sejarah ASEAN,

karena untuk pertama kalinya para kepala negara ASEAN bersedia ikut

hadir dalam konferensi ASEAN, sedang sebelumnya KTT paling tinggi

hanya dihadiri oleh para Menteri Luar Negeri, selain itu dalam KTT Bali

diambil keputusan-keputusan pokok yang berjangkauan jauh yang tidak

hanya membawa perubahan mendasar dalam kelembagaan ASEAN, tetapi

juga memberi arah yang lebih terpadu dalam operasinya44

41

Huala Adolf, op.cit, hal. 131 42

Sekretariat Nasional ASEAN, op.cit, hal.3 43

Huala Adolf, loc.cit

44

M. Sabir, op.cit, hal. 65

(48)

2. Ministeral Meeting, sidang para Menteri Luar Negeri sebagai badan utama

pengambil keputusan yang bersidang sekali setahun dan bergiliran antar

anggota, diadakan atas permintaan salah satu anggota. Pertemuan ini

terdiri dari 3 macam, yaitu45

a) Pertama, the Annual Ministerial Meetings (AMM). Pertemuan ini

adalah tempat para menteri luar negeri mengkoordinasikan

berbagai kebijakan unit-unit kerja ASEAN. AMM bertugas

memformulasikan kebijakan meninjau semua keputusan dan

menyetujui kebijakan dan rencana program berbagai committees

atau badan-badan ASEAN; ;

b) Kedua, the ASEAN Economic Ministers (AEM), yakni suatu badan

kelengkapan kerja sama ekonomi. Badan ini dibentuk pada tahun

1976. Badan ini biasanya bersidang setiap 6 bulan atau setiap saat

yang dipandang perlu. Badan yang kemudian menangani semua

aspek kerja sama ASEAN adalah the Senior Economic Officials

Meeting (SEOM);

c) Ketiga, the ASEAN Ministerial Meetings lainnya. Badan ini

bertugas membuat rencana kerja sama di bidang para menteri yang

bersangkutan. Berbagai committees dibentuk untuk membantu di

dalam persiapan, memberikan fasilitas untuk berbagai pertemuan

dan melaksanakan kebijakannya.

45

(49)

3. ASEAN Standing Committee (ASC), yaitu Panitia Tetap yang bertugas

mengadakan koordinasi dan meninjau kegiatan-kegiatan ASEAN. Badan

ini berkedudukan secara bergiliran, dengan dibantu oleh para duta besar

ASEAN yang ditunjuk untuk negeri itu;

4. The Scretary General ASEAN, yang ditunjuk berdasarkan keahliannya.

Sekjen ASEAN bertugas selama 5 tahun, ia bertugas melaksanakan,

menasehati, mengkoordinasikan, dan melaksanakan inisiatif ASEAN. Para

anggota staf Sekretariat ASEAN ditunjuk berdasarkan prinsip rekruitmen

terbuka dan atas dasar persaingan di wilayah (region) ASEAN46

5. The ASEAN Secretariat (Sekretariat ASEAN). Badan ini dibentuk pada

waktu pertemuan tinggi tingkat Bali berlangsung pada tahun 1976. Badan

ini bertindak sebagai organ administratif pusat ASEAN, dan

mengkoordinasikan organ-organ ASEAN guna lebih mengefektifkan

pelaksanaan proyek-proyek ASEAN

;

47

6. The ASEAN National Secretariats (sekretariat nasional ASEAN). Badan

ini terdapat di setiap negara anggota ASEAN. Badan-badan ini bertugas

mengkoordinasikan berbagai hal di negara masing-masing. Ia juga

bertugas menegosiasikan dan mempersiapkan agenda untuk Standing

Committee dan the Ministerial Meeting. Badan ini terdapat di dalam

Kementerian Luar Negeri masing-masing negara anggota ;

48

7. Berbagai ASEAN Committees di berbagai negara ketiga yang terdiri dari

para kepala pimpinan missi diplomatik di berbagai ibukota negara. ;

46

Huala Adolf, loc.cit

47

Huala Adof, loc.cit

48

(50)

Committees dibentuk guna memfasilitasi hubungan lebih erat dan

meningkatkan dialog dengan negara tuan rumah. Tugas ini sebenarnya

untuk meningkatkan hubungan eksternal ASEAN dengan negara ketiga.

Committees seperti ini dibentuk misalnya di Brussels (the

ASEAN-Brussels Committee), Jenewa (khusus untuk menangani perundingan tarif

dan perdagangan, yakni the ASEAN-Geneva Committee), London (the

ASEAN-London Committee), Paris, Washington DC, Tokyo, Canberra,

Ottawa, Wellington, Seoul, New Delhi, New York, Beijing dan

Islamabad.49

Setelah terbentuknya Piagam ASEAN, maka susunan struktur

kelembagaan ASEAN menjadi50

1. Badan pengambilan keputusan tertinggi di ASEAN adalah ASEAN

Summit Meeting (Konferensi Tingkat Tinggi/KTT), yakni forum yang

terdiri dari Kepala Negara/Pemerintahan negara anggota. KTT ASEAN

diselenggarakan satu tahun sekali di negara yang menjadi Ketua ASEAN.

Masa jabatan Ketua ASEAN berlaku satu tahun dan dirotasi berdasarkan

urutan alfabet

:

2. KTT ASEAN dibantu oleh ASEAN Coordinating Council yang terdiri

dari Menteri Luar Negeri ASEAN, yang melakukan pertemuan paling

sedikit 2 tahun sekali. Badan ini akan mengkoordinasikan kebijakan,

efisiensi, dan kerja sama dalam mencapai Masyarakat ASEAN

49

Huala Adolf, loc.cit

50

(51)

3. Dewan Komunitas ASEAN (ASEAN Community Councils) yang terdiri

dari tiga pilar komunitas ASEAN, yaitu (i) Dewan Komunitas

Politik-Keamanan ASEAN (ASEAN Political-Security Community Council), (ii)

Dewan Komunitas Ekonomi (ASEAN Economic Community Council),

(iii) Dewan Komunitas Sosial-Budaya (ASEAN Socio-Cultural

Community Council)

4. ASEAN Sectoral Ministerial Bodies merupakan badan di bawah

koordinasi ASEAN Community Councils sesesuai dengan masing-masing

pilar dalam Masyarakat ASEAN. Badan ini akan melakukan kerja sama di

masing-masing sektor dan mengimplementasikan keputusan-keputusan

KTT ASEAN

5. Committee of Permanent Representatives to ASEAN, merupakan komite

wakil tetap ASEAN yang terdiri dari wakil tetap negara ASEAN pada

tingkat duta besar dan berkedudukan di Jakarta

6. Sekretariat Jenderal ASEAN yang dibantu oleh 4 (empat) orang wakil

Sekretaris Jenderal dan Sekretariat ASEAN

7. ASEAN National Secretariats, yang dipimpin oleh pejabat senior untuk

melakukan koordinasi internal di masing-masing negara ASEAN

D. Kedudukan ASEAN Sebagai Organisasi Internasional Menurut Hukum Internasional Yang Berlaku

Suatu organisasi internasional yang telah mampu menunjukkan

(52)

internasional (internasional legal personality).51 Seorang sarjana hukum internasional, Ian Brownlie, mengemukakan pandangannya tentang kualifikasi

dari suatu organisasi internasional yang sudah memiliki international legal

personality, yaitu52

a) A permanent association of states, with lawful objects, equipped with

organs; organisasi internasional itu merupakan suatu persekutuan antara

negara-negara yang bersifat permanen dengan tujuan yang sesuai atau

tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku, serta dilengkapi dengan

organ-organnya; :

b) A distinction, in terms of legal powers and purposes, between the

organisation and its member states; adanya suatu pemisahan atau

pembedaan dalam kewenangan hukum maupun maksud dan tujuan dari

organisasi internasional itu sendiri pada satu pihak dengan negara-negara

anggotanya;

c) The existance of legal power exercisable on the international plane and

not solely within the system of one or more states; adanya suatu kekuasaan

hukum yang dapat dilaksanakan oleh organisasi internasional itu sendiri,

tidak saja dalam hubungannya dengan sistem hukum nasional dari satu

atau lebih negara-negara, tetapi juga pada tingkat internasional.

Berdasarkan kualifikasi di atas, ASEAN sebagai suatu organisasi

internasional sudah dapat dikategorikan memiliki kepribadian/kedudukan hukum.

Hal tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

51

I Wayan Parthiana, Pengantar Hukum Internasional, 2003, Mandar Maju, Bandung, hal. 105

52

(53)

Pertama, Jika dilihat dari kualifikasi organisasi internasional adalah

kumpulan dari negara-negara permanen yang sesuai dengan hukum internasional

yang berlaku dan memiliki organ, maka ASEAN merupakan organisasi

internasional antar-negara atau antar-pemerintah (inter-governmental

organisation/IGO) yang didirikan oleh para anggotanya, yang terdiri dari 5 negara

yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. ASEAN juga

memiliki anggota yang tetap, keanggotaan ASEAN terbuka bagi negara-negara

Asia Tenggara lainnya dengan syarat bahwa negara calon anggota dapat

menyetujui dasar-dasar dan tujuan organisasi ASEAN seperti yang tercantum

dalam Deklarasi ASEAN.53

ASEAN didirikan untuk mencapai tujuan yang dapat dibenarkan

berdasarkan hukum yang berlaku, baik hukum internasional maupun hukum

nasional negara-negara anggotanya.

Sesuai dengan ketentuan tersebut, maka keanggotaan ASEAN yang

semula hanya terdiri dari lima negara yang merupakan negara pendiri mengalami

penambahan, pada tahun 1987 Brunei Darussalam meresmikan dirinya sebagai

negara keenam anggota ASEAN setelah kemerdekaan negara tersebut, negara

anggota ketujuh ditempati oleh Vietnam pada tanggal 28 Juli 1995. Laos dan

Myanmar menjadi negara anggota ASEAN kedepalan dan kesembilan pada

tanggal 23 Juli 1997, diikuti oleh Kamboja pada 16 Desember 1998.

54

53

Sekretariat Nasional ASEAN, op.cit, hal. 7 54

I Wayan Parthiana, op.cit, hal. 107

Untuk mencapai tujuannya, ASEAN telah

merumuskan hal-hal sebagai pedoman pelaksanaannya pada Deklarasi Bangkok

(54)

organ-organ (struktur kelembagaan) yang menjalankan mekanisme organ-organisasi demi

tercapainya tujuan tersebut.

Kedua, berkaitan dengan kualifikasi yang memerlukan adanya pemisahan

atau pembedaan kewenangan hukum, demi menghindari adanya tumpang tindih

dalam pelaksanaannya serta demi membedakan dan memisahkan hak dan

kewajiban maupun tanggung jawab dalam hubungannya dengan pihak ketiga,

maka perlu adanya pemisahan atau pembedaan antara kekuasaan atau kewenangan

hukum (legal power atau legal authority).

Ketiga, sejalan dengan kulifikasi yang kedua maka organisasi dapat

berjalan secara mandiri melakukan hubungannya dengan organisasi lain hingga

skala internasional, maka adanya struktur kelembagaan ASEAN serta dasar

pelaksanaan organisasi tersendiri yang tercantuk dalam perjanjian-perjanjian atau

deklarasi-deklarasi antar negara ASEAN, membuktikan bahwa ASEAN mampu

memisahkan seluruh kepentingan organisasi dengan kepentingan negara secara

pribadi. Hal tersebut membuat ASEAN dapat bertindak secara mandiri dalam

hubungan-hubungan internasional tanpa intervensi negara-negara anggotanya.

Kepribadian hukum internasional dari suatu organisasi internasional tidak

begitu mudah untuk diukur berdasarkan kriteria yang dikemukakan oleh Ian

Brownlie di atas, hal ini dikarenakan tingkat integrasi antara negara-negara

anggotanya sendiri yang berbeda-beda dalam setiap organisasi internasional,

terutama organisasi regional.55

55

(55)

Kenyataannya, ASEAN merupakan organisasi yang tampak masih longgar

atau kurang solid. Namun, setelah 40 tahun berdirinya ASEAN, bentuk kerja sama

regional semakin diperkuat dan bertransformasi dengan ditandatanganinya

Piagam ASEAN oleh para pemimpin ASEAN pada KTT ASEAN ke-13, 20

November 2007. Transformasi mendasar yang dilakukan oleh Piagam ASEAN

adalah memberikan legal personality kepada ASEAN. Adanya identitas tersendiri

bagi ASEAN yang terpisah dari status negara anggotanya membuat ASEAN

beraktivitas dan membuat perjanjian atas namanya dan dapat pula menuntut dan

dituntut secara hukum.56

Piagam ASEAN merupakan konstitusional yang memuat tentang

norma-norma, penegasan tentang kedaulatan, hak-hak dan kewajiban-kewajiban dan

sejumlah kekuasaan-kekuasaan dalam proses legislatif, eksekutif dan yudisial.

Piagam ASEAN menegaskan bahwa negara-negara anggota mampu mengadopsi

nilai-nilai demokrasi dan penghormatan akan HAM termasuk hak-hak sipil dan

politik. Piagam ASEAN mempunyai standar yang cukup ideal untuk perlindungan

HAM berdasarkan perjanjian internasional. Piagam ASEAN sebagai dokumen

konstitusional memuat beberapa elemen yang sangat penting antara lain57

1. Pernyataan secara tegas bahwa ASEAN adalah organisasi internasional

yang memiliki kepribadian hukum internasional, dengan demikian

ASEAN mampu melaksanakan hak dan kewajiban di tingkat

internasional;

:

56

Bank Indonesia, op.cit, hal. 14

(56)

2. Pernyataan secara tegas bahwa ASEAN memiliki tujuan-tujuan,

fungsi-f

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan ASEAN Economic Community (AEC) 2015 yang memiliki pilar kebijakan free flow of services akan sangat berpengaruh pada mobilitas tenaga kerja terampil antar

Ketiga, implementasi ASEAN Economic Community (AEC) 2015 didasarkan pada ASEAN Charter dan AEC Blueprint sehingga kebijakan free flow of goods dalam ASEAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : pertama, Kerjasama ASEAN dalam bidang Investasi telah dimulai sejak ASEAN Investment Gua ra ntee Agreement

Masyarakat Ekonomi ASEAN atau ASEAN Economic Community (AEC) merupakan kesepakatan antar Negara- Negara ASEAN dengan membentuk pasar bebas di kawasan Asia Tenggara pada

Sebagai Organisasi yang berkonsen dibidang ekonomi, tentu ASEAN telah membuat cukup banyak program untuk menyamarataan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan

Hukum online, Pengujian UU Ratifikasi Piagam ASEAN Kandas, diambil dari website m.hukumonline.com/berita/baca/lt512cb1408c03e/pengujian-uu-ratifikasi-piagam-asean-

hukum bagi konsumen di Indonesia dalam rangka ASEAN Economic Comunnity (AEC) 2015, bagaimana pengaturan perlindungan konsumen yang diatur ASEAN Economic Community

STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI THAILAND YANG BERLANDASKAN SUFFICIENCY ECONOMY DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)