TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL MENGENAI REGULASI HUKUM NASIONAL INDONESIA SEBAGAI NEGARA ANGGOTA
ASEAN DALAM RANGKA MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Hukum
Disusun oleh:
Maharanni
100200007
Departemen Hukum Internasional
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL MENGENAI REGULASI HUKUM NASIONAL INDONESIA SEBAGAI NEGARA ANGGOTA
ASEAN DALAM RANGKA MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Hukum
Disusun oleh:
Maharanni
100200007
Departemen Hukum Internasional
Disetujui oleh,
KETUA DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL
FAKULTAS HUKUM USU
Dr. Chairul Bariah, SH., M.hum NIP. 195612101986012001
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL MENGENAI REGULASI HUKUM NASIONAL INDONESIA SEBAGAI NEGARA ANGGOTA
ASEAN DALAM RANGKA MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015
*) Maharanni
**) Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum ***) Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum
ABSTRAK
ASEAN Economic Community (AEC) 2015 menjadi sebuah keharusan untuk dilaksanakan di kawasan regional ASEAN untuk menciptakan pasar tunggal yang mejadi wadah sebesar-besarnya bagi negara anggota ASEAN dalam mengembangkan perekonomian dan perdagangan ke arah yang lebih baik. Kesepakatan pelaksanaan ASEAN Economic Community pertama kali termuat dalam Bali Concord II yang dihasilkan melalui KTT ke-9 ASEAN di Bali tahun 2003, dan Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 (ASEAN Economic Community Blueprint 2015) yang merupakan grand design AEC yang berisi jadwal strategis, yakni tahapan pencapaian dari masing-masing pilar AEC. Skripsi ini membahas regulasi hukum nasional Indonesia sebagai negara anggota ASEAN dalam rangka menghadapi ASEAN Economic Community 2015.
Permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana kedudukan ASEAN sebagai Organisasi Internasional menurut hukum internasional yang berlaku, bagaimana hak dan kewajiban negara anggota ASEAN dalam bidang ekonomi terkait dengan ASEAN Economic Community 2015, dan bagaimana regulasi hukum nasional Indonesia sebagai negara anggota ASEAN dalam rangka menghadapi ASEAN Economic Community 2015.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian yuridis normatif dengan menggunakan data-data sekunder yang diperoleh dengan cara penelitian pustaka.
Kata Kunci : ASEAN Economic Community, Indonesia, Regulasi
*) Mahasiswa Fakultas Hukum USU **) Dosen Pembimbing I
A REVIEW OF INTERNATIONAL LAW REGARDING THE REGULATION OF THE NATIONAL LAWS OF INDONESIA AS ASEAN MEMBER
COUNTRIES IN ORDER TO FACE THE ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015
*) Maharanni
**) Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum ***) Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum
ABSTRACT
ASEAN Economic Community (AEC) by 2015 is becoming a necessity for ASEAN in the region is carried out to create a single market that became as big as possible for the ASEAN member countries in developing the economy and commerce towards a better. Implementation of the ASEAN Economic Community agreement was first included in the Bali Concord II which is generated through the 9th ASEAN SUMMIT in Bali in 2003, and the blueprint of the ASEAN Economic Community 2015 (the ASEAN Economic Community Blueprint 2015) which is a grand design which contains the AEC schedule strategically, the milestone of the respective pillars of the AEC. This thesis discusses the regulation national law Indonesia as ASEAN member countries in order to face the ASEAN Economic Community 2015.
Problems in this thesis is how ASEAN positions as international organizations according to the applicable international law, how the rights and obligations of ASEAN member countries in the field of the economics associated with the ASEAN Economic Community 2015, and how regulation national law Indonesia as ASEAN member countries in order to face the ASEAN Economic Community 2015.
The research method used is the juridical normative research methods by using secondary data obtained by means of a research library.
Keywords : ASEAN Economic Community, Indonesia, Regulation
*) Student of Law Faculty of USU **) Counselor I
DAFTAR SINGKATAN
ACIA : ASEAN Comprehensive Investment Agreement
AEC : ASEAN Economic Community
AEM : The ASEAN Economics Ministers
AFAS : ASEAN Framework Agreement on Services
AFMM : ASEAN Finance Ministers Meeting
AFTA : ASEAN Free Trade Area
AIA : ASEAN Investement Area
AMAF : ASEAN Ministerial Meeting on Agriculture and Forestry
AMBDC : ASEAN Mekong Basin Development Cooperation
AMEM : ASEAN Ministers on Energy Meeting
AMM : The Annual Ministerial Meetings
AMMin : ASEAN Ministerial Meeting on Minerals
AMMST : ASEAN Ministers Meeting on Science and Technology
ASA : Association of Southeast Asia
ASC : ASEAN Standing Committee
ASEAN : Association of South East Asian Nation
ATA : ASEAN Tourism Agreement
ATIGA : ASEAN Trade in Goods Agreement
CEPT : Common Effective Preferential Tarif
COSD : Committee on Social Development
HLTF : High Level Task Force
HPA : Hanoi Plan of Action
IGO : Inter-Governmental Organisation
KTT : Konferensi Tingkat Tinggi
LCGC : Low Cost and Green Car
M-ATM : Meeting of ASEAN Tourism Ministers
MFN : Most Favoured Nation
MRAs : Mutual Recognation Arrengements
NGO : Non Government Organisation
PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa
PTA : Preferential Tarif Arrangement
RIA : Roadmap for Integration of ASEAN
SEANWFZ : South-East Asia Nuclear Weapon Free Zone
SEATO : Southeast Asia Treaty Organisation
SEOM : Senior Economic Official Meeting
TAC : The Treaty of Amity and Cooperation in South-East Asia
TELMIN : ASEAN Telecominicatrion and IT Ministers Meeting
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada ALLAH SWT atas segala
berkah dan karunia-Nya yang selalu menyertai Penulis sampai penulisan skripsi
ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulisan skripsi yang berjudul: TINJAUAN HUKUM
INTERNASIONAL MENGENAI REGULASI HUKUM NASIONAL
INDONESIA SEBAGAI NEGARA ANGGOTA ASEAN DALAM RANGKA
MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 adalah guna
memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Hukum (SH) di Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
Penulis sadar akan ketidaksempurnaan penulisan skripsi ini sehingga
berharap agar semua pihak dapat memberikan kritik dan saran yang membangun
agar di kemudian hari Penulis dapat menghasilkan sebuah karya yang lebih baik,
baik dari segi substansi maupun dari segi cara penulisannya.
Penulis menyadari sepenuhnya, tanpa bantuan dan partisipasi dari
berbagai pihak, maka penulisan skripsi ini tidak dapat berjalan dengan baik. Oleh
karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Chairul Bariah, S.H., M.H., selaku Ketua Departemen Hukum
Internasional dan Dosen Hukum Internasional. Terima kasih atas arahan
2. Bapak Mahmul Siregar, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing 1 dan
Dosen Hukum Internasional. Terima kasih atas bantuan dan bimbingan
beliau yang bermanfaat.
3. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., selaku Dosen Pembimbing II dan Dosen
Hukum Internasional. Terima kasih atas segala bantuan, kritikan, saran,
kesabaran dalam membimbing Penulis, dan telah menjadi tempat bertanya
dan berkeluh kesah Penulis sampai skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik.
4. Bapak Prof. Syamsul Arifin, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing
Akademik. Terima kasih atas arahan sejak menjadi mahasiswa baru
sampai sekarang.
5. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara atas segala
ilmu yang telah diberikan.
6. Ibunda dan Ayahanda tercinta, Marsiati dan Ripsodianto. Adik-adik
Penulis, Tridasa Putri Lestari dan Richa Mahardhina. Beserta seluruh
keluarga besar yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Terimakasih atas
segala doa, semangat, dan dukungan yang tak pernah berhenti diberikan.
Semoga kelak Penulis dapat membanggakan kalian semua.
7. Mama Koestrini dan Papa Hardi Selamat Hood. Terima kasih untuk segala
dukungan, doa dan motivasi yang diberikan hingga saat ini. Semoga
8. Kekasih Tersayang, Tengku Mahmood Al-Rasjid. Terima kasih telah
menjadi teman berbagi yang teristimewa dalam suka dan duka, untuk
segala doa dan dukungan yang tak pernah berhenti.
9. Keluarga besar Bapak H.T.M. Ichsan Al-Rasjid, keluarga besar Ibu Rahmi
Meiliani Sari, keluarga Kak Ivana Muswar, keluarga Bapak Pahlawi.
Terima kasih atas segala kemurahan hati, dukungan, dan motivasi yang
diberikan, serta telah menjadi pengganti keluarga bagi Penulis di
perantauan. Semoga kelak Penulis dapat membalas kebaikan kalian semua.
10.Sahabat-sahabat kecil Penulis, Rosiana, Yuyu Tresna Ayu, dan Septi
Pramuliawati. Terima kasih atas semangat dan dukungan yang diberikan.
Semoga persahabatan ini tidak akan berakhir.
11.Ratih Damara Barus, sahabat terbaik yang selalu menjadi tempat berkeluh
kesah Penulis sejak menjadi mahasiswa baru hingga sekarang, serta
Febrina Permatasari, Anissa Nurachmi, Dessy Saida, Defina Anggriani,
Antony Jahdin, Sofyan Siregar, Frisdar Rio, Theodorus Arie, Andhika
sebagai sahabat-sahabat yang telah mewarnai hari-hari Penulis selama
menjalankan perkuliahan. Semoga kelak kita semua akan berhasil.
12.Teman-teman seperjuangan International Law Student Association
(ILSA), terutama Sakafa Guraba dan Reisky Ananias Nadeak sebagai
partner terbaik dalam kepengurusan ILSA 2010, Ekpi Yossara Simbolon,
Paul Brena Tarigan, Rahma Sari, Mutiara Parwita, Reza Endara Arham,
satu-persatu. Terima kasih atas segala waktu yang telah dihabiskan bersama
Penulis selama masa perkuliahan hingga sekarang.
13.Berbagai narasumber dan pihak-pihak lain yang telah membantu
penyelesaian penulisan skripsi ini.
Akhir kata, Penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan
membalas segala kebaikan semua pihak yang membantu. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.
Medan, September 2014
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
DAFTAR SINGKATAN ... iii
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Keaslian Penelitian ... 8
F. Kerangka Teori dan Konsep ... 8
G. Metode Penelitian ... 15
BAB II ASPEK HISTORIS DAN YURIDIS DARI KEBERADAAN ASEAN SEBAGAI ORGANISASI INTERNASIONAL A. Latar Belakang Pembentukan ASEAN ... 21
B. Tujuan Pembentukan ASEAN ... 28
C. Struktur Kelembagaan ASEAN ... 31
D. Kedudukan ASEAN sebagai Organisasi Internasional Menurut Hukum Internasional yang Berlaku ... 35
BAB III ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) SEBAGAI BENTUK INTEGRASI EKONOMI ASEAN A. Kesepakatan ASEAN dalam Bidang Ekonomi ... 46
B. Tahap Pembentukan ASEAN Economic Community (AEC)... 52
C. Struktur Kelembagaan ASEAN Economic Community (AEC) ... 59
D. Hak dan Kewajiban Negara Anggota ASEAN dalam Bidang Ekonomi Terkait dengan ASEAN Economic Community 2015 ... 66
BAB IV PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL DAN HUKUM NASIONAL INDONESIA DALAM RANGKA MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) 2015 A. ASEAN Economic Community Blueprint sebagai Pedoman Pelaksanaan ASEAN Economic Community (AEC) 2015 ... 73
C. Pengaturan Arus Barang dan Arus Bebas Jasa dalam ASEAN Economic
Community (AEC) 2015 ... 80 D. Regulasi Hukum Nasional Indonesia sebagai Negara Anggota ASEAN
dalam
Rangka Menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015 ... 86
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 106 B. Saran ... 108
TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL MENGENAI REGULASI HUKUM NASIONAL INDONESIA SEBAGAI NEGARA ANGGOTA
ASEAN DALAM RANGKA MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015
*) Maharanni
**) Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum ***) Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum
ABSTRAK
ASEAN Economic Community (AEC) 2015 menjadi sebuah keharusan untuk dilaksanakan di kawasan regional ASEAN untuk menciptakan pasar tunggal yang mejadi wadah sebesar-besarnya bagi negara anggota ASEAN dalam mengembangkan perekonomian dan perdagangan ke arah yang lebih baik. Kesepakatan pelaksanaan ASEAN Economic Community pertama kali termuat dalam Bali Concord II yang dihasilkan melalui KTT ke-9 ASEAN di Bali tahun 2003, dan Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 (ASEAN Economic Community Blueprint 2015) yang merupakan grand design AEC yang berisi jadwal strategis, yakni tahapan pencapaian dari masing-masing pilar AEC. Skripsi ini membahas regulasi hukum nasional Indonesia sebagai negara anggota ASEAN dalam rangka menghadapi ASEAN Economic Community 2015.
Permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana kedudukan ASEAN sebagai Organisasi Internasional menurut hukum internasional yang berlaku, bagaimana hak dan kewajiban negara anggota ASEAN dalam bidang ekonomi terkait dengan ASEAN Economic Community 2015, dan bagaimana regulasi hukum nasional Indonesia sebagai negara anggota ASEAN dalam rangka menghadapi ASEAN Economic Community 2015.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian yuridis normatif dengan menggunakan data-data sekunder yang diperoleh dengan cara penelitian pustaka.
Kata Kunci : ASEAN Economic Community, Indonesia, Regulasi
*) Mahasiswa Fakultas Hukum USU **) Dosen Pembimbing I
A REVIEW OF INTERNATIONAL LAW REGARDING THE REGULATION OF THE NATIONAL LAWS OF INDONESIA AS ASEAN MEMBER
COUNTRIES IN ORDER TO FACE THE ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015
*) Maharanni
**) Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum ***) Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum
ABSTRACT
ASEAN Economic Community (AEC) by 2015 is becoming a necessity for ASEAN in the region is carried out to create a single market that became as big as possible for the ASEAN member countries in developing the economy and commerce towards a better. Implementation of the ASEAN Economic Community agreement was first included in the Bali Concord II which is generated through the 9th ASEAN SUMMIT in Bali in 2003, and the blueprint of the ASEAN Economic Community 2015 (the ASEAN Economic Community Blueprint 2015) which is a grand design which contains the AEC schedule strategically, the milestone of the respective pillars of the AEC. This thesis discusses the regulation national law Indonesia as ASEAN member countries in order to face the ASEAN Economic Community 2015.
Problems in this thesis is how ASEAN positions as international organizations according to the applicable international law, how the rights and obligations of ASEAN member countries in the field of the economics associated with the ASEAN Economic Community 2015, and how regulation national law Indonesia as ASEAN member countries in order to face the ASEAN Economic Community 2015.
The research method used is the juridical normative research methods by using secondary data obtained by means of a research library.
Keywords : ASEAN Economic Community, Indonesia, Regulation
*) Student of Law Faculty of USU **) Counselor I
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Hukum internasional yang ada pada saat ini memiliki peranan yang sangat
efektif dalam mengatur kehidupan serta pergaulan masyarakat internasional.
Berkembangnya hukum tersebut tidak terlepas dari subjek-subjek atau para
pelakunya. Sejak awal lahirnya hukum internasional, negara merupakan subjek
hukum utama dan satu-satunya yang ada, namun seiring perkembangan zaman
melalui munculnya teori-teori baru ataupun konflik yang lahir, maka lahirlah
beberapa subjek hukum internasional.
Salah satu subjek hukum internasional ialah organisasi internasional.
Selayaknya kehidupan bermasyarakat, maka negara pun tidak dapat berdiri
sendiri, sehingga negara perlu untuk bergaul dengan negara lain. Kebutuhan untuk
memperluas pergaulan sebuah negara dengan negara lain diiringi dengan adanya
kemajuan dalam bidang teknologi pengangkutan, komunikasi dan informasi.
Berkumpulnya negara-negara dalam satu pergaulan dengan kepentingan
untuk memenuhi kebutuhan tertentu dibalut dalam satu kelompok yang biasa
disebut organisasi internasional. Disamping dibentuknya organisasi internasional
ini, pada waktu yang sama juga berkembang organisasi-organisasi pemerintah
(NGO's)1
1
Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, Dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global, 2008, P.T. Alumni, Bandung, hal: 459
, sebagai contoh ialah organisasi non-pemerintah yang sangat terkenal
Organisasi internasional yang paling mendunia yang sangat diakui
keberadaannya secara internasional ialah Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). PBB
adalah organisasi yang dibentuk akibat dari kegagalan Liga Bangsa-Bangsa
(LBB) dalam usahanya untuk mengakhiri peperangan dan mendamaikan dunia.
Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) didirikan di San Fransisco pada 24
Oktober 1945. Lembaga ini dibentuk untuk memfasilitasi dalam hukum
internasional, keamanan internasional, pengembangan ekonomi, perlindungan
sosial, hak asasi dan pencapaian perdamaian dunia2
Organisasi terbesar yang dimasuki Indonesia adalah Persatuan
Bangsa-Bangsa (PBB) dimana organisasi tersebut beranggotakan hampir seluruh negara
merdeka di dunia. Indonesia resmi menjadi negara anggota PBB ke-60 pada
tanggal 28 September 1950, yang ditetapkan dengan revolusi Majelis Umum PBB
Nomor A/RES/491 (V) tentang "Penerimaan Republik Indonesia dalam
keanggotaan di Perserikatan Bangsa-Bangsa", kurang dari satu tahun setelah
pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda dalam Konferensi Meja Bundar di
Den Haag
.
Indonesia sebagai sebuah negara yang juga merupakan salah satu subjek
hukum internasional, dapat melakukan hubungan dengan negara lain. Selain itu,
dengan status Indonesia sebagai negara berkembang, maka dianggap penting bagi
Indonesia untuk melakukan perjanjian atau kesepakatan dengan negara lain,
bahkan untuk menjadi negara anggota dari sebuah organisasi internasional.
3
2
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Perserikatan_Bangsa-Bangsa, diakses pada tanggal 18 Februari 2014
3
http://id.m.wikipedia.org/wiki/indonesia_dan_Perserikatan_Bangsa-Bangsa, diakses pada tanggal 18 Februari 2014
Keanggotaan sebuah negara dalam suatu organisasi internasional harus
didasari oleh cita-cita dan tujuan bersama serta memiliki konsep pemikiran atau
adanya kepentingan yang membuat sebuah negara memasuki organisasi tersebut.
Hal ini dibuktikan oleh Indonesia, pada saat PBB meresmikan keberadaan
Malaysia sebagai negara anggota Dewan Keamanan PBB pada tahun 1964,
Indonesia merasa hal tersebut tidak menguntungkan negaranya, sehingga pada
saat itu Presiden Soekarno menyatakan Indonesia keluar dari keanggotaan PBB
dan oleh Soeharto, Indonesia masuk kembali pada 28 September 1966 menjadi
anggota PBB untuk melanjutkan kerjasama penuh dengan PBB, dan untuk
melanjutkan partisipasinya dalam sesi ke-21 sidang Majelis Umum PBB4
ASEAN secara intensif menyepakati berbagai kesepakatan dalam bidang
ekonomi, diawali dengan kesepakatan Preferential Tariff Arrangement (PTA)
pada tahun 1977
.
Organisasi dengan ruang lingkup terdekat yang melibatkan Indonesia
sebagai negara anggotanya ialah ASEAN (Association of South East Asian
Nations) yang merupakan organisasi bagi negara-negara di Asia Tenggara.
ASEAN terbentuk melalui Deklarasi Bangkok pada 8 Agustus 1967, yang
melahirkan berbagai kesepakatan serta kerja sama antar negara anggotanya.
5
4
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20130304061948AAfiNuf, diakses pada tanggal 18 Februari 2014
5
Departemen Perdagangan RI, Menuju ASEAN Economic Community 2015, Departemen Perdagangan, Jakarta, hal. 3
. Perjanjian tersebut mengarah kepada keterbukaan dalam bidang
perdagangan di daerah Asia Tenggara. Perdagangan yang dimaksud adalah
perdagangan yang bebas tarif (pajak) untuk memberikan keuntungan bagi para
memberikan banyak manfaat untuk mengembangkan perdagangan di antara
negara anggota ASEAN6
Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) IX ASEAN di Kuala Lumpur,
Desember 2005, kepala negara/pemerintah ASEAN bersepakat untuk menyusun
rancangan sebuah piagam agar ASEAN jadi suatu organisasi berdasar hukum dan
peraturan hukum (legally based) yang memiliki legal personality .
Tidak berhenti pada PTA saja, ASEAN terus membuat kesepakatan dalam
bidang ekonomi demi memajukan perekonomian regional, salah satu yang paling
menonjol ialah ASEAN-China FTA (Free Trade Area) pada tahun 2004 yang
merupakan kerja sama pertama negara di luar ASEAN dalam bidang ekonomi.
7
ASEAN Charter menjadi dasar hukum untuk integrasi sub-kawasan
sebagai kesatuan yang dilandaskan dengan 3 (tiga) pilarnya, yaitu: (1) komunitas
politik; (2) komunitas ekonomi; (3) komunitas sosial budaya
. Rancangan
tersebut akhirnya menghasilkan ASEAN Charter (Piagam ASEAN) pada
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) 19-22 November 2007 di Singapura.
8
Menguatnya eksistensi ASEAN sebagai suatu organisasi yang sangat
berperan dalam perkembangan perekonomian Asia Tenggara dan berdasarkan
ASEAN Charter yang telah dibentuk, membuat ASEAN perlu untuk melakukan
tindakan yang lebih nyata sebagai aksi berkelanjutan dari AFTA (Asian Free . Ketiga pilar
tersebut menjadi pendorong terbentuknya komunitas ASEAN.
6
Huala Adolf, Hukum Ekonomi Internasional, 2005, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal 134
7
http://www.infoanda.com/followlink.php?lh=C1MEAAVSBgAL, diakses pada tanggal 18 Februari 2014
8
Trade Area) untuk mencapai perdagangan yang bebas dibuktikan dengan adanya
kesepakatan untuk membentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN atau ASEAN
Economic Community (AEC) 2015 sebagai bentuk integrasi ekonomi ASEAN.
Suatu landasan produksi yang terintegrasi akan memberikan kesempatan yang
lebih besar bagi pembagian kegiatan industri di ASEAN dan dengan demikian
menciptakan kesempatan bagi efisiensi industri yang lebih besar dan cost
competitiveness dalam rangkaian pilihan produk dan jasa yang lebih besar pula9. ASEAN Economic Community (AEC) 2015 merupakan wadah terbesar dan
membuka sebesar-besarnya peluang bagi seluruh negara anggota ASEAN,
khususnya Indonesia untuk mengembangkan perekonomian dan perdagangan
menuju arah yang lebih baik. Namun, dengan adanya keterbukaan pasar yang
terjadi di anatara negara, tidak tertutup kemungkinan terjadinya persaingan yang
menimbulkan konflik di masa yang akan datang. Hal inilah yang membuat
ASEAN perlu untuk membuat pedoman pelaksanaan ASEAN Economic
Community (AEC) 2015 serta penerapannya terhadap regulasi hukum nasional
Indonesia.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penting untuk dibahas mengenai
pelaksanaan ASEAN Economic Community (AEC) 2015 dan pengaturannya dalam
hukum nasional Indonesia.
9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, berapa rumusan masalah dalam penelitian
skripsi ini adalah :
1. Bagaimana kedudukan ASEAN sebagai organisasi internasional menurut
hukum internasional yang berlaku?
2. Bagaimanakah hak dan kewajiban negara anggota ASEAN dalam bidang
ekonomi terkait dengan ASEAN Economic Community 2015?
3. Bagaimanakah regulasi hukum nasional Indonesia sebagai negara anggota
ASEAN dalam rangka menghadapi ASEAN Economic Community (AEC)
2015?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian skripsi ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui mengenai kedudukan ASEAN dalam pergaulan masyarakat
internasional sebagai salah satu organisasi internasional
2. Untuk memberikan informasi mengenai aspek historis dan yuridis keberadaan
ASEAN sebagai organisasi internasional
3. Untuk mengetahui kesiapan regulasi nasional Indonesia sebagai negara anggota
D. Manfaat Penulisan
Penelitian skripsi ini diharapkan dapat memperoleh manfaat sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan menambah bahan literatur bagi Hukum
Internasional pada umumnya dan hukum Organisasi Internasional pada
khususnya. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi dasar bagi penelitian
selanjutnya pada bidang yang sama
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan sumbangan pemikiran pada pemerintah terkait untuk
mempersiapkan regulasi yang memadai dalam menghadapi ASEAN
Economic Community 2015
b. Memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai pelaksanaan
ASEAN Economic Community 2015 agar masyarakat dapat membekali
diri dengan kemampuan yang dapat bersaing dengan masyarakat
internasional
c. Memberikan informasi kepada para pelaku usaha mengenai peluang dan
tantangan yang akan dihadapi dalam pelaksaan ASEAN Economic
Community 2015
E. Keaslian Penulisan
NEGARA ANGGOTA ASEAN DALAM RANGKA MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015” telah diperiksa melalui penelusuran kepustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan sepengetahuan
penulis belum pernah ditulis oleh siapapun di Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara. Data yang digunakan guna melengkapi penulisan skripsi ini
memanfaatkan informasi yang diperoleh dari literatur yang ada dan berbagai
media, baik itu media cetak atau pun pengumpulan informasi melalui media
elektronik.
F. Kerangka Teori dan Konsep
Untuk menghindari kesalahpahaman istilah, maka diberikan batasan
pengertian sebagai berikut :
1. Subjek Hukum dan Subjek Hukum Internasional
Definisi mengenai subjek hukum, yaitu :
Subjek hukum ialah pemegang hak dan kewajiban menurut hukum.
Dalam kehidupan sehari-hari, yang menjadi subjek hukum dalam
sistem hukum Indonesia, yang barang tentu bertitik tolak dari
sistem hukum Belanda, ialah individu (orang) dan badan hukum
(perusahaan, organisasi, institusi)10
10
.
Beberapa definisi mengenai subjek hukum internasional menurut para
ahli, yaitu :
a. Mochtar Kusumaatmadja, subjek hukum internasional merupakan
pemegang segala hak dan kewajiban menurut hukum internasional.
Hampir serupa dengan subjek hukum perdata, dalam hukum
internasional, subjek hukum harus memenuhi persyaratan untuk
dapat menjadi subjek hukum internasional, diantaranya adalah
memiliki personalitas sebagai subjek hukum internasional dan
memiliki kecakapan tertentu11
b. Boer Mauna, subjek hukum internasional adalah semua pihak atau
entitas yang dapat dibebani oleh hak dan kewajiban yang diatur
oleh hak dan kewajiban yang diatur oleh hukum internasional. Hak
dan kewajiban tersebut berasal dari semua ketentuan baik yang
bersifat formal ataupun non-formal dari perjanjian internasional
ataupun dari kebiasaan internasional .
12
Subjek hukum internasional terdiri dari : .
1) Negara
2) Tahta Suci Vatikan
3) Palang Merah Internasional
4) Organisasi Internasional
5) Individu
6) Belligerent
2. Organisasi dan Organisasi Internasional
Februari 2014
Beberapa pengertian organisasi menurut para ahli, yaitu13
a. Stoner mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola
hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah
pengarahan atasan mengejar tujuan bersama :
b. James D. Mooney mengemukakan bahwa organisasi adlaah
bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan
bersama
c. Chester I. Bernard berpendapat bahwa organisasi adalah
merupakan suatu sistem aktivitas kerjasama yang dilakukan
oleh dua orang atau lebih
d. Stephen P. Robbins menyatakan bahwa organisasi adalah
kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar,
dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang
bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai
suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan
Berikut ini beberapa pengertian organisasi internasional menurut para
ahli14
a. Bowwet D.W. : “...tidak ada suatu batasan mengenai organisasi
publik internasional yang dapat diterima secara umum. Pada
umumnya organisasi ini merupakan organisasi permanen
(sebagai contoh, jawatan pos atau KA) yang didirikan
berdasarkan perjanjian internasional yang kebanyakan :
13
merupakan perjanjian multilateral daripada perjanjian bilateral
yang disertai beberapa kriteria tertentu mengenai tujuannya”
b. Starke hanya membandingkan fungsi, hak dan kewajiban serta
wewenang dari lembaga internasional dengan negara yang
modern. Starke berpendapat : “Pada awalnya seperti fungsi
suatu negara modern mempunyai hak, kewajiban dan
kekuasaan yang dimiliki beserta alat perlengkapannya, semua
itu diatur oleh hukum nasional yang dinamakan hukum tata
negara sehingga dengan demikian organisasi internasional
sama halnya dengan alat perlengkapan negara modern yang
diatur oleh hukum konstitusi nasional”
c. Sumaryo Suryokusumo berpendapat bahwa organisasi
internasional adalah suatu proses; organisasi internasional juga
menyangkut aspek-aspek perwakilandari tingkat proses
tersebut yang telah dicapai pada waktu tertentu. Organisasi
internasional juga diperlukan dalam rangka kerja sama
menyesuaikan dan mencari kompromi untuk menentukan
kesejahteraan serta memecahkan persoalan bersama serta
mengurangi pertikaian yang timbul
d. T. Sugeng Susanto menjelaskan yang dimaksud dengan
organisasi internasional dalam pengertian luas adalah bentuk
kerjasama antar pihak-pihak yang bersifat internasional untuk
internasional itu dapat berupa orang-perorangan, badan-badan
bukan negara yang berada di berbagai negara atau pemerintah
negara. Adapun yang dimaksud dengan tujuan internasional
ialah tujuan bersama yang menyangkut kepentingan berbagai
negara
e. Boer Mauna menyebutkan bahwa pengertian organisasi
internasional menurut Pasal 2 ayat (1) Konvensi Wina 1969
tentang Perjanjian Internasional, yang mana dalam pasal itu
disebutkan bahwa organisasi internasonal adalah organisasi
antar pemerintah. Menurut Boer Mauna, pengertian yang
diberikan konvensi ini sangat sempit karena hanya membatasi
diri pada hubungan antar pemerintah. Menurutnya, definisi ini
mendapat tantangan dari para penganut definisi yang luas
termasuk NGO’s15
f. T. May Rudy berpendapat secara sederhana, organisasi
internasional dapat didefinisikan sebagai pengaturan bentuk
kerja sama internasional yang melembaga antar negara-negara
umumnya berlandaskan suatu persetujuan dasar, untuk
melaksanakan fungsi-fungsi yang memberi manfaat timbal
balik yang diejawantahkan melalui pertemuan-pertemuan serta
kegiatan-kegiatan staf secara berkala. Organisasi internasional
akan lebih lengkap dan menyuluruh jika didefinisikan sebagai .
15
pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara, dnegan
didasari struktur organisasi jelas dan lengkap serta diharapkan
atau diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan
fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna
mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta
disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah
maupun antar sesama kelompok non-pemerintah pada negara
yang berbeda16
Bila dilihat dari ciri-ciri organisasi internasional, seperti yang
dikemukakan oleh Leroy Bennet, organisasi internasional mempunyai ciri sebagai
berikut17
a) A permanent organization to carry on a continuing set of
functions :
b) Voluntary membership of eligible parties
c) Basic instrument stating goals, structure and methods of
operation
d) A broadly representative consultative conference organ
e) Permanent secretariat to carry on countinous
administrative, research and information functions
Organisasi internasional dapat diklasifikasikan menurut beberapa cara
sesuai dengan kebutuhan atau menurut cara peninjauan organisasi tersebut,
sebagai berikut18
16
T. May Rudy, Hukum Internasional 2, PT. Refika Aditama, Bandung, hal. 93-94 17
Sri Setyaningsih Suardi, Pengantar Hukum Organisasi Internasional, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, hal. 5-6
a) Klasifikasi yang didasarkan antara organisasi internasional
yang permanen dan tidak permanen, yakni bila klasifikasi
didasarkan pada waktu
b) Klasifikasi didasarkan pada Organisasi Internasional Publik
(Public International Organization) dan Organisasi
Internasional Privat (Private International Organization)
atau Non Governmental Organization (NGO)
c) Klasifikasi yang didasarkan pada keanggotaannya,
organisasi universal, dan organisasi tertutup
d) Klasifikasi yang didasarkan pada fungsinya
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian
yang menganalisis norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan
perundang-undangan dan putusan-putusan hakim. Lebih lanjut lagi,
menurut Jhonny Ibrahim, metode penelitian hukum normatif adalah suatu
prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan
logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya19
18
Ibid, hal. 21. 19
Jhonny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia Publishing, malang, 2005, hal. 47
. Melalui metode penelitian
hukum normatif, penelitian ini menganalisis norma-norma hukum nasional
dan hukum internasional yang terdapat dalam deklarasi, konvensi dan
2. Sumber Data
Penelitian hukum pada umumnya membedakan sumber data ke
dalam dua bagian, yaitu data primer yang diperoleh secara langsung dari
masyarakat dan data sekunder yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka.
Sumber data dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yang terdiri
dari20
a) Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang berupa peraturan
perundang-undangan, dalam hal ini berupa: :
− Perjanjian internasional
− Deklarasi
− Konvensi-konvensi
b) Bahan hukum sekunder adalah bahan acuan yang bersumber dari
buku-buku, surat kabar, media internet serta media massa lainnya
yang berhubungan dengan masalah yang dibahas, seperti;
− Karya Ilmiah sarjana
− Jurnal-jurnal hukum
− Hasil penelitian
c) Bahan hukum tersier, yakni bahan-bahan yang memberi petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder,
seperti;
− Kamus-kamus
− Ensiklopedia
20
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Studi
Dokumen atau bahan pustaka merupakan suatu alat pengumpulan data
yang dilakukan melalui data tertulis dengan mempergunakan content
analysis21
Menurut Berndl Berson, “Content analysis is a research technique
for the obyective, systematic and quantitative description of the manifest
content of communication.”
. Pengertian lain, menyatakan bahwa Studi Kepustakaan
(Library Research), yaitu studi dokumen dengan mengumpulkan dan
mempelajari buku-buku hukum, literatur, tulisan-tulisan ilmiah, peraturan
perundang-undangan dan bacaan lainnya yang berkaitan dengan penulisan
skripsi ini.
4. Analisis Data
22
a. Teknik analisis data kuantitatif yaitu menganalisis dengan
pengukuran data statistik secara objektif melalui perhitungan
ilmiah berasal dari sampel yang menghubungkan antara
pengamatan empiris dan ekspresi matematis
(kajian isi adalah teknik penelitian untuk
keperluan mendeskripsikan secara obyektif, sistematik dan kuantitatif dari
suatu bentuk komunikasi). Teknik analisis data dapat digolongkan sebagai
berikut :
23
21
Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, 1984, Universitas Indonesia, Jakarta, hal. 21
22
Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Hukum Kualitatif, Remaja Karya, Bandung, 1989, hal. 179
.
23
b. Teknik analisis data kualitatif, yaitu dengan mengumpulkan data,
mengkualifikasikan berupa huruf, kemudian menghubungkan teori
yang berhubungan dengan masalah dan akhirnya menarik
kesimpulan untuk menentukan hasil yang mempergunakan
pendekatan yuridis dan sosiologis.
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis
kualitatif, karena lebih cenderung menggunakan pendekatan teoritis yang
lebih mengutamakan dalamnya data daripada jumlahnya. Penelitian ini
juga merumuskan masalah dan menyimpulkannya dengan pendekatan
yuridis dan sosiologis.
5. Sistematika Penulisan
Penelitian skripsi harus disusun secara sistematis agar
mempermudah dalam pemahaman mulai dari awal permasalahan hingga
pembahasan. Sistematika skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab pertama dimulai dari memaparkan latar belakang lahirnya
permasalahan hingga mampu dirumuskan ke dalam 3 (tiga) inti masalah,
serta menguraikan tujuan, manfaat, keaslian penelitian dan menjabarkan
kerangka teori dan konsep serta metode penelitian.
Bab kedua mulai membahas permasalahan yang pertama, yaitu
aspek yuridis dan historis dari keberadaan ASEAN sebagai organisasi
internasional. Bab ini terdiri dari latar belakang dan tujuan pembentukan
ASEAN, struktur organisasi ASEAN, serta peranan ASEAN dalam hukum
Bab ketiga berisi tentang ASEAN Economic Community (AEC)
sebagai bentuk integrasi ekonomi di Asia Tenggara. Bab ini menjelaskan
tentang kesepakatan yang lahir di dalam organisasi ASEAN dan
tahap-tahap pembentukan konsep ASEAN Economic Community, serta pedoman
pelaksanaannya.
Bab keempat membahas permasalahan akhir, yaitu kesiapan
perangkat hukum nasional indonesia dalam menghadapi ASEAN
Economic Community 2015. Bab ini akan memaparkan lebih jelas
mengenai keberadaan hukum nasional serta kesiapan hukum nasional
Indonesia sebagai negara anggota ASEAN dalam pelaksanaan ASEAN
Economic Community.
Bab kelima merupakan bab penutup dari skripsi ini. Bab ini berisi
kesimpulan
dari jawaban permasalahan yang menjadi objek penelitian dan saran yang
BAB II
ASPEK HISTORIS DAN YURIDIS DARI KEBERADAAN ASEAN SEBAGAI ORGANISASI INTERNASIONAL
A. Latar Belakang Pembentukan ASEAN
Negara-negara di Asia Tenggara mengenal organisasi regional pada
terbentuknya SEATO (Southeast Asia Treaty Organization). Organisasi ini
sebenarnya merupakan upaya Amerika untuk membendung pengaruh komunis di
kawasan Asia sehingga lebih merupakan prakarsa dari luar kawasan Asia
Tenggara. Sedangkan organisasi yang dibentuk sepenuhnya oleh negara-negara
Asia Tenggara untuk pertama kalinya adalah The Association of Southeast Asia
(ASA) pada 1961 yang beranggotakan Malaysia, Philipina dan Thailand. Tujuan
ASA adalah memajukan pertumbuhan ekonomi dan budaya melalui saling kerja
sama dan bantu membantu di antara negara-negara anggotanya.24 Namun organisasi ini tidak bertahan lama karena pecahnya konflik antara Philipina dan
Malaysia atas status daerah sabah yang diklaim sebagai bagian dari Philipina.25 Selain itu dikarenakan tidak cukup banyaknya negara yang tergabung dan
terwakili dalam organisasi regional tersebut.26
Kawasan Asia Tenggara yang saling berdekatan hingga menjadi jalur lalu
lintas internasional, membuat kawasan ini menjadi strategis. Demi terjaganya
24
ASA tidak berkembang karena masih adanya pertikaian internal pada sesama negara-negara Asia Tenggara, terutama mengenai status Sabah, dan tidak masuknya Indonesia pada organisasi ini. (Huala Adolf, op.cit. hal 125)
25
Bambang Cipto, Hubungan Internasional di Asia Tenggara : Teropong Terhadap Dinamika, Realitas, dan Masa Depan, 2007, Pustaka Belajar, Yogyakarta, hal. 12
26
stabilitas pada masing-masing negara di kawasan ini maka dianggap perlu untuk
mengadakan jalinan kerja sama yang baik dan terus-menerus.
Terdapat kekhawatiran negara-negara di Asia Tenggara terhadap ancaman
eksternal dan internal di kawasan ini pada tahun 1960-an.27
Selain itu juga persamaan kedudukan di dalam keanggotaan merupakan
salah satu prinsip dalam kerja sama ini, tanpa mengurangi kedaulatan
masing-masing anggota. Hal ini dikarenakan, mulai abad ke-16 bangsa-bangsa barat mulai
berdatangan dan berebut pengaruh dikawasan ini, satu demi satu negara-negara
yang berada di kawasan Asia Tenggara menjadi daerah jajahan mereka, kecuali
Muangthai (sekarang disebut Thailand).
Ancaman internal
tersebut diantaranya ialah menyebarnya paham komunis di Asia dan konflik yang
terjadi antar sesama negara Asia Tenggara. Segi eksternal, dikarenakan kawasan
yang strategis, Asia Tenggara rawan menjadi ajang persaingan
kepentingan-kepentingan yang datang dari luar.
28
Deklarasi Bangkok merupakan instrumen terpenting bagi ASEAN, karena
dalam Preamble Deklarasi menegaskan keinginan negara-negara anggota untuk
mendirikan suatu federasi yang kokoh untuk tindakan bersama guna memajukan Melalui Deklarasi Bangkok 1967 yang ditandatangani pada tanggal 8
Agustus 1967, ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) didirikan oleh
lima negara di Asia Tenggara, yaitu Indonesia (Adam Malik), Malaysia (Tun
Abdul Razak), Thailand (Thanat Khoman), Filipina (Narsisco Ramos), dan
Singapura (Rajaratman).
27
Bambang Cipto, op.cit, hal. 123
kerja sama regional, memperkuat stabilitas ekonomi dan sosial dan untuk
memelihara keamanan dari campur tangan pihak luar.29
Tahun-tahun pertama ASEAN didirikan belum ada suatu kegiatan aktif
yang dilakukan, namun hal itu sebenarnya merupakan suatu periode pemantapan
saling pengertian dan menghilangkan saling curiga antar anggotanya guna
memantapkan kerja sama yang sedang ditumbuhkan.30 Pada tahap-tahap permulaan itu, ASEAN berhasil menjadikan dirinya sebagai suatu forum tempat
negara anggota dapat belajar memahami satu sama lain, berbicara bersama-sama
dan menentukan masalah bersama secara sendiri-sendiri dan secara
berkelompok.31
Hingga pada Februari 1976 diadakan pertemuan tingkat tinggi para
penguasa ASEAN yang berlangsung di Bali yang menghasilkan 3 (tiga)
kesepakatan penting, yakni32
1. The Treaty of Amity and Cooperation in South-East Asia :
The Treaty Of Amity and Cooperation in South-East Asia (TAC)
(perjanjian persahabatan dan kerjasama) ditandatangani di Bali pada 24
Februari 1976. Perjanjian ini menegaskan kembali aspirasi dan tujuan
pendirian ASEAN, yakni perdamaian, persahabatan dan kerjasama.
Ketentuan penting yang dihasilkan dalam TAC adalah kesepakatan dari
the high contracting parties (negara-negara anggota ASEAN) mengenai
29
Huala Adolf, op.cit, hal. 124 30
Sekretariat Nasional ASEAN, ASEAN Selayang Pandang, Departemen Luar Negeri RI, 1991, Jakarta, hal. 2
31
M. Sabir, ASEAN: Harapan dan Kenyataan, 1992, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, hal. 59
32
pengakuan terhadap prinsip fundamental kerjasama antar negara anggota
ASEAN. Prinsip fundamental tersebut adalah:
a. Saling menghormati kemerdekaan, kedaulatan, prinsip persamaan,
integritas wilayah dan identitas nasional semua negara (anggota
ASEAN);
b. Hak setiap negara untuk mengurus bangsanya tanpa campur
tangan, subversi atau tekanan;
c. Prinsip non-interfensi di dalam urusan dalam negeri negara
anggota lain;
d. Penolakan atas setiap penggunaan atau ancaman kekerasan;
e. Prinsip kerja sama efektif di antara negara anggota;
f. Penyelesaian sengketa secara damai.
2. Declaration of ASEAN Concord
The Declaration of ASEAN Concord (Deklarasi Kesepakatan
ASEAN) yang ditandatangani di Bali pada tanggal 24 Februari 1976
(Deklarasi 1976) memuat ketentuan yang lebih detil mengenai
tujuan-tujuan dalam Deklarasi ASEAN 1967. Deklarasi 1976 ini juga
mengesahkan suatu program aksi sebagai kerangka kerjasama ASEAN.
Perkembangan terakhir, Declaration of ASEAN Concord kembali
II33 pada 7 Oktober 2003 dan ASEAN Concord atau Bali Concord III34
Contoh hasil kerja sama di bidang politik dan keamanan yang
sudah terjadi di Asia Tenggara antara lain, penyelenggaraan kerja sama
untuk menjaga stabilitas keamanan kawasan wilayah Asia Tenggara,
pelepasan tuntutan kepemilikan atas wilayah Sabah oleh Filipina kepada
Malaysia, dan penandatanganan kesepakatan tentang Asia Tenggara
sebagai kawasan bebas nuklir.
pada KTT ASEAN ke-19 di Bali, 17 November 2011.
Tujuan yang hendak dicapai antara lain mengharmonisasikan
pandangan para negara anggota. Apabila memungkinkan, Deklarasi juga
mengupayakan suatu tindakan aksi bersama dalam menghadapi
masalah-masalah di bidang politik.
35
Dalam kerja sama ekonomi, Deklarasi membuka kemungkinan
kerja sama di bidang komoditi, khususnya di bidang makanan dan energi
serta kerja sama di bidang proyek-proyek industri ASEAN, dan Deklarasi mensyaratkan dilakukannya suatu kajian guna membuka
kemungkinan kerja sama di bidang hukum, termasuk kemungkinan
ditandatanganinya kerja sama ekstradisi ASEAN.
33
Bali Concord II mengacu pada penerapan kesempatan dalam bidang membangun dan mengembangkan integrasi regional yang saling menguntungkan satu sama lain (antar negara anggota) dan bertekad untuk menjamin terciptanya stabilitas dan keamanan Asia Tenggara itu sendiri dari segala macam pengaruh dan campur tangan asing. (Lebih lanjut dapat dilihat di Februari 2014)
34
Bali Concord III lebih mempertegas dan memperluas bagaimana ASEAN yang merupakan salah satu organisasi internasional yang sukses menerapkan partisipasi dan kontribusi yang dimiliki terhadap dunia global. (Ibid)
35
menekankan pentingnya upaya bersama guna mencapai pengaturan
preferensi perdagangan dan upaya untuk meningkatkan akses ke pasar di
luar ASEAN. Deklarasi juga menegaskan perlunya suatu pendekatan
bersama untuk menghadapi masalah komoditi internasional dan masalah
ekonomi dunia lainnya.
Mengenai proyek industri bersama, telah dilaksanakan beberapa
proyek, antara lain pendirian pabrik pupuk urea di Indonesia (Provinsi
NAD) dan di Malaysia, pendirian pabrik tembaga di Filipina, proyek abu
soda di Thailand dan proyek vaksin di Singapura.36
Kerja sama ASEAN di bidang sosial juga diiringi dengan
perkembangan kebudayaan. Committee On Social Development (COSD)
adalah badan yang menaungi kerja sama ASEAN di bidang sosial dan
budaya. Beberapa programnya, antara lain program peningkatan
kesehatan, pertukaran budaya dan seni termasuk festival film ASEAN,
penandatanganan kesepakatan bersama di bidang pariwisata ASEAN Bidang sosial, Deklarasi mengharapkan suatu tindakan bersama
untuk mengakselerasi pembangunan kelompok-kelompok masyarakat
yang berpendapatan rendah dan penduduk kurang maju. Bidang sosial ini
juga mensyaratkan kerja sama lebih intensif dalam menangani masalah
penyalahgunaan narkotika dan lalu lintas di bidang obat-obatan terlarang.
36
Tourism Agreement (ATA) dan penyelenggaraan pesta olahraga
SEA-Games.37
3. Agreement of Establishment of the Permanent Secretariat
Bidang keamanan regional, Deklarasi menyetujui kelanjutan
kerjasama bukan atas dasar kerja sama ASEAN antara negara anggota
ASEAN sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan bersama. Deklarasi
tidak dengan tegas menyatakan digunakannya ketentuan “kerja sama
bukan atas dasar kerja sama ASEAN (cooperation on a non-ASEAN
basis). Alasan yang dapat diterima adalah karena memang sejak awal
ASEAN bukan organisasi regional yang bergerak di bidang kerja sama
keamanan atau militer.
The Agreement of Establishment of The Permanent Secretariat
(Perjanjian Pembentukan Sekretariat Tetap ASEAN) ditandatangani pada
tanggal 24 Februari 1976 di Bali. Perjanjian ini mendirikan suatu
Sekretaris Jenderal (Secretary General) ASEAN yang tugasnya
mengkoordinasikan fungsi-fungsi sekretaris-jenderal nasional ASEAN
(yang didirikan oleh Deklarasi ASEAN 1967).
Perjanjian ini juga menetapkan tiga biro di bawah sekretariat tetap,
yakni di bidang ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sosial dan
budaya. Menindaklanjuti perjanjian ini, seseorang Secretary General
37
ditunjuk pada bulan Juni 1976 dan Sekretariat ASEAN didirikan oleh
perjanjian yang ditandatangani pada tanggal 17 Desember 1969.
Suatu dana untuk ASEAN ditetapkan oleh suatu perjanjian yang
ditandatangani pada tanggal 17 Desember 1969. Dana ini terdiri dari satu
jumlah yang disepakati oleh setiap negara anggota. Dana ini digunakan
untuk membiayai, antara lain, proyek-proyek ASEAN yang disetujui.
B. Tujuan Pembentukan ASEAN
Deklarasi Bangkok, 8 Agustus 1967 menyatakan bahwa38
1. To accelerate the economic growth, social progress and cultural
development in the region through joint endeavours in the spirit of
equality and partnership in order to strengthen the foundation for a
prosperous and peaceful community of South-East Asian Nations; :
...the aims and purpose of the Association shall be:
2. To promote regional peace and stability through abiding respect of the
region and adherence to the principle of the United Nations Charter;
3. To promote active collaboration and mutual assistance on matters of
common interest in the economic, social, cultural, technical, scientific and
administrative fields;
4. To provide assistance to each other in the form of training and research
facilities in the educational, professional, technical and administrative
spheres;
diakses
5. To collaborate more effectively for the greater utilization of their
agriculture and industries, the expension of their trade, including the study
of the problems of international and communications facilities and the
rising of the living standards of their peoples;
6. To promote South-East Asian studies;
7. To maintain close and beneficial cooperation with existing international
and regional organizations with similiar aims and purpose, and explore
all avenues for even closer cooperation among themselves.
Maksud dan tujuan pembentukan ASEAN sesuai yang dicantumkan dalam
Deklarasi Bangkok, adalah39
1. Untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial serta
pengembangan kebudayaan di kawasan ini melalui usaha bersama dalam
semangat kesamaan dan persahabatan untuk memperkokoh landasan
sebuah masyarakat bangsa-bangsa Asia Tenggara yang sejahtera dan
damai;
:
2. Untuk meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional dengan jalan
menghormati keadilan tertib hukum di dalam hubungan antara
negara-negara di kawasan ini serta mematuhi prinsip-prinsip Piagam Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB);
3. Untuk meningkatkan kerja sama yang aktif dan saling membantu dalam
masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama di bidang-bidang
ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan dan administrasi;
39
4. Untuk saling memberikan bantuan dalam bentuk sarana-sarana pelatihan
dan penelitian dalam bidang-bidang pendidikan, profesi, teknik, dan
administrasi;
5. Untuk bekerja sama dengan lebih efektif guna peningkatan pemanfaatan
pertanian dan industri mereka, perluasan perdagangan dan pengkajian
masalah-masalah komoditi internasional, perbaikan sarana-sarana
pengangkutan dan komunikasi serta peningkatan taraf hidup rakyat-rakyat
mereka;
6. Untuk memajukan pengakajian mengenai Asia Tenggara;
7. Untuk memelihara kerja sama yang erat dan berguna dengan
organisasi-organisasi internasional dan regional dengan tujuan serupa yang ada dan
untuk menjajaki segala kemungkinan untuk saling bekerja sama secara
erat di antara mereka sendiri.
Piagam ASEAN (ASEAN Charter) yang terbentuk pada tahun 2007
kembali merumuskan tujuan ASEAN secara detil yang sejalan dengan konsep
tujuan masyarakat ekonomi ASEAN, yaitu: (i) menciptakan ASEAN sebagai
pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, dan (ii)mengurangi kemiskinan dan
kesenjangan pembangunan di antara negara anggota melalui bantuan dan kerja
sama yang saling menguntungkan.40
40
C. Struktur Kelembagaan ASEAN
ASEAN adalah suatu organisasi regional yang khas. Instrumen hukum
yang mendasari berdirinya ASEAN yakni Deklarasi Bangkok tidak memuat
struktur organisasi ASEAN secara seksama.41 Karena itu, bentuk organisasi ASEAN akan terus dikembangkan sesuai dengan tuntutan perkembangan dunia.
Otoritas/kekuasaan tertinggi di dalam ASEAN adalah pertemuan Kepala
Pemerintahan, yang bersidang bilamana diperlukan untuk memberikan
pengarahan pada ASEAN.42
1. Summit Meeting, badan pembuat keputusan tertinggi adalah Pertemuan
Para Kepala Negara dan Pemerintahan negara anggota ASEAN (The
Meeting of the ASEAN Heads of State and Government atau biasa disebut
ASEAN SUMMITS).
Berdasarkan perkembangannya, struktur kelembagaan ASEAN terdiri dari:
43
Summit Meeting atau Konferensi Tingkat Tinggi
(KTT) Bali pada tahun 1976 merupakan titik puncak sejarah ASEAN,
karena untuk pertama kalinya para kepala negara ASEAN bersedia ikut
hadir dalam konferensi ASEAN, sedang sebelumnya KTT paling tinggi
hanya dihadiri oleh para Menteri Luar Negeri, selain itu dalam KTT Bali
diambil keputusan-keputusan pokok yang berjangkauan jauh yang tidak
hanya membawa perubahan mendasar dalam kelembagaan ASEAN, tetapi
juga memberi arah yang lebih terpadu dalam operasinya44
41
Huala Adolf, op.cit, hal. 131 42
Sekretariat Nasional ASEAN, op.cit, hal.3 43
Huala Adolf, loc.cit
44
M. Sabir, op.cit, hal. 65
2. Ministeral Meeting, sidang para Menteri Luar Negeri sebagai badan utama
pengambil keputusan yang bersidang sekali setahun dan bergiliran antar
anggota, diadakan atas permintaan salah satu anggota. Pertemuan ini
terdiri dari 3 macam, yaitu45
a) Pertama, the Annual Ministerial Meetings (AMM). Pertemuan ini
adalah tempat para menteri luar negeri mengkoordinasikan
berbagai kebijakan unit-unit kerja ASEAN. AMM bertugas
memformulasikan kebijakan meninjau semua keputusan dan
menyetujui kebijakan dan rencana program berbagai committees
atau badan-badan ASEAN; ;
b) Kedua, the ASEAN Economic Ministers (AEM), yakni suatu badan
kelengkapan kerja sama ekonomi. Badan ini dibentuk pada tahun
1976. Badan ini biasanya bersidang setiap 6 bulan atau setiap saat
yang dipandang perlu. Badan yang kemudian menangani semua
aspek kerja sama ASEAN adalah the Senior Economic Officials
Meeting (SEOM);
c) Ketiga, the ASEAN Ministerial Meetings lainnya. Badan ini
bertugas membuat rencana kerja sama di bidang para menteri yang
bersangkutan. Berbagai committees dibentuk untuk membantu di
dalam persiapan, memberikan fasilitas untuk berbagai pertemuan
dan melaksanakan kebijakannya.
45
3. ASEAN Standing Committee (ASC), yaitu Panitia Tetap yang bertugas
mengadakan koordinasi dan meninjau kegiatan-kegiatan ASEAN. Badan
ini berkedudukan secara bergiliran, dengan dibantu oleh para duta besar
ASEAN yang ditunjuk untuk negeri itu;
4. The Scretary General ASEAN, yang ditunjuk berdasarkan keahliannya.
Sekjen ASEAN bertugas selama 5 tahun, ia bertugas melaksanakan,
menasehati, mengkoordinasikan, dan melaksanakan inisiatif ASEAN. Para
anggota staf Sekretariat ASEAN ditunjuk berdasarkan prinsip rekruitmen
terbuka dan atas dasar persaingan di wilayah (region) ASEAN46
5. The ASEAN Secretariat (Sekretariat ASEAN). Badan ini dibentuk pada
waktu pertemuan tinggi tingkat Bali berlangsung pada tahun 1976. Badan
ini bertindak sebagai organ administratif pusat ASEAN, dan
mengkoordinasikan organ-organ ASEAN guna lebih mengefektifkan
pelaksanaan proyek-proyek ASEAN
;
47
6. The ASEAN National Secretariats (sekretariat nasional ASEAN). Badan
ini terdapat di setiap negara anggota ASEAN. Badan-badan ini bertugas
mengkoordinasikan berbagai hal di negara masing-masing. Ia juga
bertugas menegosiasikan dan mempersiapkan agenda untuk Standing
Committee dan the Ministerial Meeting. Badan ini terdapat di dalam
Kementerian Luar Negeri masing-masing negara anggota ;
48
7. Berbagai ASEAN Committees di berbagai negara ketiga yang terdiri dari
para kepala pimpinan missi diplomatik di berbagai ibukota negara. ;
46
Huala Adolf, loc.cit
47
Huala Adof, loc.cit
48
Committees dibentuk guna memfasilitasi hubungan lebih erat dan
meningkatkan dialog dengan negara tuan rumah. Tugas ini sebenarnya
untuk meningkatkan hubungan eksternal ASEAN dengan negara ketiga.
Committees seperti ini dibentuk misalnya di Brussels (the
ASEAN-Brussels Committee), Jenewa (khusus untuk menangani perundingan tarif
dan perdagangan, yakni the ASEAN-Geneva Committee), London (the
ASEAN-London Committee), Paris, Washington DC, Tokyo, Canberra,
Ottawa, Wellington, Seoul, New Delhi, New York, Beijing dan
Islamabad.49
Setelah terbentuknya Piagam ASEAN, maka susunan struktur
kelembagaan ASEAN menjadi50
1. Badan pengambilan keputusan tertinggi di ASEAN adalah ASEAN
Summit Meeting (Konferensi Tingkat Tinggi/KTT), yakni forum yang
terdiri dari Kepala Negara/Pemerintahan negara anggota. KTT ASEAN
diselenggarakan satu tahun sekali di negara yang menjadi Ketua ASEAN.
Masa jabatan Ketua ASEAN berlaku satu tahun dan dirotasi berdasarkan
urutan alfabet
:
2. KTT ASEAN dibantu oleh ASEAN Coordinating Council yang terdiri
dari Menteri Luar Negeri ASEAN, yang melakukan pertemuan paling
sedikit 2 tahun sekali. Badan ini akan mengkoordinasikan kebijakan,
efisiensi, dan kerja sama dalam mencapai Masyarakat ASEAN
49
Huala Adolf, loc.cit
50
3. Dewan Komunitas ASEAN (ASEAN Community Councils) yang terdiri
dari tiga pilar komunitas ASEAN, yaitu (i) Dewan Komunitas
Politik-Keamanan ASEAN (ASEAN Political-Security Community Council), (ii)
Dewan Komunitas Ekonomi (ASEAN Economic Community Council),
(iii) Dewan Komunitas Sosial-Budaya (ASEAN Socio-Cultural
Community Council)
4. ASEAN Sectoral Ministerial Bodies merupakan badan di bawah
koordinasi ASEAN Community Councils sesesuai dengan masing-masing
pilar dalam Masyarakat ASEAN. Badan ini akan melakukan kerja sama di
masing-masing sektor dan mengimplementasikan keputusan-keputusan
KTT ASEAN
5. Committee of Permanent Representatives to ASEAN, merupakan komite
wakil tetap ASEAN yang terdiri dari wakil tetap negara ASEAN pada
tingkat duta besar dan berkedudukan di Jakarta
6. Sekretariat Jenderal ASEAN yang dibantu oleh 4 (empat) orang wakil
Sekretaris Jenderal dan Sekretariat ASEAN
7. ASEAN National Secretariats, yang dipimpin oleh pejabat senior untuk
melakukan koordinasi internal di masing-masing negara ASEAN
D. Kedudukan ASEAN Sebagai Organisasi Internasional Menurut Hukum Internasional Yang Berlaku
Suatu organisasi internasional yang telah mampu menunjukkan
internasional (internasional legal personality).51 Seorang sarjana hukum internasional, Ian Brownlie, mengemukakan pandangannya tentang kualifikasi
dari suatu organisasi internasional yang sudah memiliki international legal
personality, yaitu52
a) A permanent association of states, with lawful objects, equipped with
organs; organisasi internasional itu merupakan suatu persekutuan antara
negara-negara yang bersifat permanen dengan tujuan yang sesuai atau
tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku, serta dilengkapi dengan
organ-organnya; :
b) A distinction, in terms of legal powers and purposes, between the
organisation and its member states; adanya suatu pemisahan atau
pembedaan dalam kewenangan hukum maupun maksud dan tujuan dari
organisasi internasional itu sendiri pada satu pihak dengan negara-negara
anggotanya;
c) The existance of legal power exercisable on the international plane and
not solely within the system of one or more states; adanya suatu kekuasaan
hukum yang dapat dilaksanakan oleh organisasi internasional itu sendiri,
tidak saja dalam hubungannya dengan sistem hukum nasional dari satu
atau lebih negara-negara, tetapi juga pada tingkat internasional.
Berdasarkan kualifikasi di atas, ASEAN sebagai suatu organisasi
internasional sudah dapat dikategorikan memiliki kepribadian/kedudukan hukum.
Hal tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
51
I Wayan Parthiana, Pengantar Hukum Internasional, 2003, Mandar Maju, Bandung, hal. 105
52
Pertama, Jika dilihat dari kualifikasi organisasi internasional adalah
kumpulan dari negara-negara permanen yang sesuai dengan hukum internasional
yang berlaku dan memiliki organ, maka ASEAN merupakan organisasi
internasional antar-negara atau antar-pemerintah (inter-governmental
organisation/IGO) yang didirikan oleh para anggotanya, yang terdiri dari 5 negara
yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. ASEAN juga
memiliki anggota yang tetap, keanggotaan ASEAN terbuka bagi negara-negara
Asia Tenggara lainnya dengan syarat bahwa negara calon anggota dapat
menyetujui dasar-dasar dan tujuan organisasi ASEAN seperti yang tercantum
dalam Deklarasi ASEAN.53
ASEAN didirikan untuk mencapai tujuan yang dapat dibenarkan
berdasarkan hukum yang berlaku, baik hukum internasional maupun hukum
nasional negara-negara anggotanya.
Sesuai dengan ketentuan tersebut, maka keanggotaan ASEAN yang
semula hanya terdiri dari lima negara yang merupakan negara pendiri mengalami
penambahan, pada tahun 1987 Brunei Darussalam meresmikan dirinya sebagai
negara keenam anggota ASEAN setelah kemerdekaan negara tersebut, negara
anggota ketujuh ditempati oleh Vietnam pada tanggal 28 Juli 1995. Laos dan
Myanmar menjadi negara anggota ASEAN kedepalan dan kesembilan pada
tanggal 23 Juli 1997, diikuti oleh Kamboja pada 16 Desember 1998.
54
53
Sekretariat Nasional ASEAN, op.cit, hal. 7 54
I Wayan Parthiana, op.cit, hal. 107
Untuk mencapai tujuannya, ASEAN telah
merumuskan hal-hal sebagai pedoman pelaksanaannya pada Deklarasi Bangkok
organ-organ (struktur kelembagaan) yang menjalankan mekanisme organ-organisasi demi
tercapainya tujuan tersebut.
Kedua, berkaitan dengan kualifikasi yang memerlukan adanya pemisahan
atau pembedaan kewenangan hukum, demi menghindari adanya tumpang tindih
dalam pelaksanaannya serta demi membedakan dan memisahkan hak dan
kewajiban maupun tanggung jawab dalam hubungannya dengan pihak ketiga,
maka perlu adanya pemisahan atau pembedaan antara kekuasaan atau kewenangan
hukum (legal power atau legal authority).
Ketiga, sejalan dengan kulifikasi yang kedua maka organisasi dapat
berjalan secara mandiri melakukan hubungannya dengan organisasi lain hingga
skala internasional, maka adanya struktur kelembagaan ASEAN serta dasar
pelaksanaan organisasi tersendiri yang tercantuk dalam perjanjian-perjanjian atau
deklarasi-deklarasi antar negara ASEAN, membuktikan bahwa ASEAN mampu
memisahkan seluruh kepentingan organisasi dengan kepentingan negara secara
pribadi. Hal tersebut membuat ASEAN dapat bertindak secara mandiri dalam
hubungan-hubungan internasional tanpa intervensi negara-negara anggotanya.
Kepribadian hukum internasional dari suatu organisasi internasional tidak
begitu mudah untuk diukur berdasarkan kriteria yang dikemukakan oleh Ian
Brownlie di atas, hal ini dikarenakan tingkat integrasi antara negara-negara
anggotanya sendiri yang berbeda-beda dalam setiap organisasi internasional,
terutama organisasi regional.55
55
Kenyataannya, ASEAN merupakan organisasi yang tampak masih longgar
atau kurang solid. Namun, setelah 40 tahun berdirinya ASEAN, bentuk kerja sama
regional semakin diperkuat dan bertransformasi dengan ditandatanganinya
Piagam ASEAN oleh para pemimpin ASEAN pada KTT ASEAN ke-13, 20
November 2007. Transformasi mendasar yang dilakukan oleh Piagam ASEAN
adalah memberikan legal personality kepada ASEAN. Adanya identitas tersendiri
bagi ASEAN yang terpisah dari status negara anggotanya membuat ASEAN
beraktivitas dan membuat perjanjian atas namanya dan dapat pula menuntut dan
dituntut secara hukum.56
Piagam ASEAN merupakan konstitusional yang memuat tentang
norma-norma, penegasan tentang kedaulatan, hak-hak dan kewajiban-kewajiban dan
sejumlah kekuasaan-kekuasaan dalam proses legislatif, eksekutif dan yudisial.
Piagam ASEAN menegaskan bahwa negara-negara anggota mampu mengadopsi
nilai-nilai demokrasi dan penghormatan akan HAM termasuk hak-hak sipil dan
politik. Piagam ASEAN mempunyai standar yang cukup ideal untuk perlindungan
HAM berdasarkan perjanjian internasional. Piagam ASEAN sebagai dokumen
konstitusional memuat beberapa elemen yang sangat penting antara lain57
1. Pernyataan secara tegas bahwa ASEAN adalah organisasi internasional
yang memiliki kepribadian hukum internasional, dengan demikian
ASEAN mampu melaksanakan hak dan kewajiban di tingkat
internasional;
:
56
Bank Indonesia, op.cit, hal. 14
2. Pernyataan secara tegas bahwa ASEAN memiliki tujuan-tujuan,
fungsi-f