IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN
KONSEP FISIKA DAN MENGEMBANGKAN NILAI
KARAKTER SISWA SMP
skripsi
disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Prodi Pendidikan Fisika
oleh
Siti Masuti Suryanah 4201411027
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
v untuk dirinya sendiri (Q.S Al- Ankabut: 6)
Sesungguhnya hati merupakan ladang, maka tanamilah dia dengan perkataan yang baik, sebab bila tidak tumbuh semuanya, maka niscaya akan tumbuh sebagian (Al Haditz)
Rahmat sering datang kepada kita dalam bentuk kesakitan, kehilangan dan kekecewaan; tetapi kalau kita sabar, kita akan segera melihat bentuk aslinya (Joseph Addison)
PERSEMBAHAN:
Karya ini saya persembahkan untuk :
Kedua orang tuaku: Ibu Suaeni dan Bapak Rachmat
Kakak – kakakku: Khotimah, Abdurrahman Soleh, Wahyu Rokhimah Wati, Ahmad Tosim, Abdul Wahid Hasyim, Khaeriyah Hartati, Tuti Kurniasih
Sahabat – sahabat seperjuanganku Tika, Uliya, Eni, Nia, Ranny, Nurul, Muyas, Putri, Cuci, Catur
Teman – teman Pendidikan Fisika Angkatan 2011
Teman – teman PPL SMP Negeri 25 Semarang
Teman – teman KKN “CERIA” desa Karangmanggis
vi
senantiasa tercurah sehingga tersusunlah skripsi berjudul “Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Fisika dan Mengembangkan Nilai Karakter Siswa”. Penyusunan skripsi ini ditujukan
sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana pendidikan pada program studi Pendidikan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si., Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Negeri Semarang.
3. Dr. Khumaedi, M.Si., Ketua Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
4. Dr. Budi Astuti, M.Sc., Dosen wali yang telah memberikan semangat, dukungan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
5. Prof. Dr. Sarwi, M.Si., Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
6. Dra. Siti Khanafiyah, M.Si., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
vii memberikan izin penelitian.
9. Widayanti, S.Pd., Guru IPA SMP Negeri 25 Semarang yang membimbing
dan memberikan arahan selama penelitian.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat dan doa dari awal sampai akhir penulisan skripsi ini.
Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Tidak menutup kemungkinan bahwa ada saran dan kritik yang
diberikan kepada penulis untuk menyempurnakan skrisi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi pembaca yang budiman.
Semarang, Agustus 2015
viii
Terbimbing untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Fisika dan Mengembangkan Nilai Karakter Siswa SMP. Skripsi, Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Prof. Dr. Sarwi, M.Si., pembimbing II: Dra. Siti Khanafiyah, M.Si.
Kata Kunci : Inkuiri Terbimbing, Penguasaan Konsep, Getaran dan Gelombang, Nilai Karakter.
Banyak siswa yang belum mencapai KKM pada mata pelajaran IPA karena belum menguasai konsep Fisika. Selain itu, nilai karakter siswa juga kurang berkembang. Tujuan penelitian ini adalah menentukan peningkatan penguasaan konsep dan mendeskripsikan pengembangan nilai karakter siswa SMP setelah dilakukan implementasi model pembelajaran Inkuri terbimbing. Model pembelajaran Inkuiri Terbimbing adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan guru dan siswa. Guru memberikan rumusan penyelidikan kemudian peserta didik merancang prosedur penyelidikan dan melakukan penyelidikan sehingga akan dihasilkan penjelasan dari masalah yang diberikan. Dalam hal ini guru berperan membimbing siswa pada saat melakuan penyelidikan. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester 2 SMP Negeri 25 Semarang tahun pelajaran 2014/2015. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling dengan menganggap semua kelas adalah homogen dan kelas yang menjadi sampel penelitian penelitian adalah kelas VIII F. Pengumpulan data menggunakan teknik tes, observasi dan angket. Analisis data penguasaan konsep dilakukan dengan perhitungan ketuntasan belajar klasikal, uji gain dan uji hipotesis sedangkan analisis data nilai karakter dilakukan dengan uji gain. Hasil analisis data penguasaan konsep diperoleh nilai ketuntasan belajar klasikal dengan kriteria tinggi, uji gain dengan kriteria sedang dan uji hipotesis menunjukan bahwa hasil tes penguasaan konsep sudah mencapai KKM. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa implementasi model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dapat meningkatkan penguasaan konsep Fisika. Hasil analisis data nilai karakter dengan menggunakan uji gain menunjukan kriteria sedang. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa implementasi model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dapat mengembangkan nilai karakter siswa.
ix
Junior High School Students. Final Project, Physics Department, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, State University of Semarang. First advisor: Prof. Dr. Sarwi, M.Si., second advisor: Dra. Siti Khanafiyah, M.Si.
Keyword : Guided Inquiry, Mastery of Concept, Vibration and Waves, Character Value.
x
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
PRAKATA ... vi
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR TABEL ... xviii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
1.5 Penegasan Istilah... 5
1.6 Sistematika Penulisan Skripsi ... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1 Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 9
2.2 Penguasaan Konsep Fisika... 12
xi
BAB 3 METODE PENELITIAN ... 29
3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian ... 29
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 29
3.3 Desain Penelitian ... 30
3.4 Prosedur Penelitian ... 30
3.4.1 Persiapan Penelitian ... 30
3.4.2 Pelaksanaan Penelitian ... 31
3.4.3 Evaluasi ... 31
3.5 Teknik Pengumpulan Data... 31
3.5.1 Teknik Tes ... 31
3.5.2 Teknik Observasi ... 32
3.5.3 Teknik Angket ... 32
3.6 Teknik Analisis Uji Coba Instrumen ... 33
3.6.1 Validitas ... 33
3.6.1.1 Validitas Konstruk dan Isi ... 33
3.6.1.2 Validitas Butir Soal ... 34
3.6.1.3 Validitas Observasi dan Angket ... 35
3.6.2 Reliabilitas ... 35
3.6.2.1 Reliabiltas Tes... 36
3.6.2.2 Reliabilitas Observasi dan Angket ... 36
3.6.3 Taraf Kesukaran ... 37
3.6.4 Daya Pembeda ... 38
xii
3.7.1.3 Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal ... 41
3.7.1.4 Uji Hipotesis Penguasaan Konsep Fisika ... 42
3.7.1.5 Uji Peningkatan Rata – rata Penguasaan Konsep Fisika ... 42
3.7.2 Analisis Pengembangan Nilai Karakter Siswa ... 43
3.7.2.1 Persentase Nilai Karakter Siswa ... 43
3.7.2.2 Uji Pengembangan Rata – rata Nilai Karakter Siswa ... 44
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45
4.1 Deskripsi Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 45
4.2 Peningkatan Penguasaan Konsep Fisika ... 47
4.3 Pengembangan Nilai Karakter ... 48
4.4 Keterbatasan Penelitian... 51
BAB 5 PENUTUP ... 52
5.1 Simpulan ... 52
5.2 Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA ... 54
xiii
Gelombang ... 58
Lampiran 2 Soal Tes Uji Coba Penguasaan Konsep Getaran dan Gelombang ... 59
Lampiran 3 Kunci Jawaban Soal Tes Uji Coba Penguasaan Konsep Getaran dan Gelombang ... 67
Lampiran 4 Analisis Butir Soal Tes Uji Coba Penguasaan Konsep Getaran dan Gelombang ... 68
Lampiran 5 Perhitungan Validitas Soal Tes Uji Coba Penguasaan Konsep Getaran dan Gelombang ... 70
Lampiran 6 Rekap Validitas Soal Tes Uji Coba Penguasaan Konsep Getaran dan Gelombang ... 71
Lampiran 7 Perhitungan Reliabilitas Soal Tes Uji Coba Penguasaan Konsep Getaran dan Gelombang ... 72
Lampiran 8 Perhitungan Taraf Kesukaran Soal Tes Uji Coba Penguasaan Konsep Getaran dan Gelombang ... 73
Lampiran 9 Rekap Taraf Kesukaran Soal Tes Uji Coba Penguasaan Konsep Getaran dan Gelombang ... 74
Lampiran 10 Perhitungan Daya Pembeda Soal Tes Uji Coba Penguasaan Konsep Getaran dan Gelombang ... 75
Lampiran 11 Rekap Daya Pembeda Soal Tes Uji Coba Penguasaan Konsep Getaran dan Gelombang ... 76
xiv
Lampiran 16 Perhitungan Validitas Angket Uji Coba Nilai Karakter Siswa ... 85
Lampiran 17 Rekap Validitas Angket Uji Coba Nilai Karakter Siswa ... 87
Lampiran 18 Perhitungan Reliabilitas Angket Uji Coba Nilai Karakter Siswa .... 88
Lampiran 19 Silabus ... 90
Lampiran 20 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 ... 92
Lampiran 21 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 ... 98
Lampiran 22 Lembar Kegiatan Siswa 1 ... 103
Lampiran 23 Lembar Kegiatan Siswa 2 ... 109
Lampiran 24 Kisi – kisi Soal Pretes – Postes Penguasaan Konsep Getaran dan Gelombang ... 112
Lampiran 25 Soal Pretes – Postes Penguasaan Konsep Getaran dan Gelombang 113 Lampiran 26 Kunci Jawaban Pretes – Postes Penguasaan Konsep Getaran dan Gelombang ... 118
Lampiran 27 Kisi – kisi Lembar Observasi Nilai Karakter Siswa ... 119
Lampiran 28 Rubrik Observasi Nilai Karakter Siswa ... 120
Lampiran 29 Lembar Penilaian Observasi Nilai Karakter Siswa ... 123
Lampiran 30 Kisi – kisi Angket Awal – Akhir Nilai Karakter Siswa ... 124
Lampiran 31 Angket Awal – Akhir Nilai Karakter Siswa ... 125
xv
Gelombang ... 131
Lampiran 36 Analisis Hasil Postes Penguasaan Konsep Getaran dan Gelombang ... 132
Lampiran 37 Uji Normalitas Pretes Penguasaan Konsep Getaran dan Gelombang ... 133
Lampiran 38 Uji Normalitas Postes Penguasaan Konsep Getaran dan Gelombang ... 134
Lampiran 39 Uji Ketuntasan Klasikal Peguasaan Konsep Fisika ... 135
Lampiran 40 Uji Peningkatan Rata –rata Penguasaan Konsep Fisika ... 137
Lampiran 41 Aalisis Butir Item Observasi Nilai Karakter Siswa ... 139
Lampiran 42 Perhitungan Validitas Observasi Nilai Karakter Siswa ... 140
Lampiran 43 Rekap Validitas Observasi Nilai Karakter Siswa ... 142
Lampiran 44 Perhitungan Reliabilitas Observasi Nilai Karakter Siswa ... 143
Lampiran 45 Hasil Observasi Nilai Karakter Rasa Ingin Tahu ... 144
Lampiran 46 Hasil Observasi Nilai Karakter Disiplin ... 145
Lampiran 47 Hasil Observasi Nilai Karakter Tanggung Jawab ... 146
Lampiran 48 Rekap Hasil Observasi Nilai Karakter Siswa ... 147
Lampiran 49 Hasil Angket Awal Nilai Karakter Siswa ... 148
xvi
Lampiran 54 Uji Pengembangan Rata – rata Karakter Tanggung Jawab ... 155
Lampiran 55 Uji Pengembangan Rata – rata Nilai Karakter Siswa ... 157
Lampiran 56 Dokumentasi Penelitian ... 159
Lampiran 57 Surat Keterangan Keputusan Dosen ... 160
Lampiran 58 Surat Izin Penelitian ... 161
Lampiran 59 Surat Keterangan Penelitian ... 162
xvii
Gambar 2.2 Gelombang Transversal pada Tali ... 22
Gambar 2.3 Gelombang Longitudinal pada Slinky ... 24
xviii
Tabel 3.1 Klasifikasi Indeks Kesulitan Soal ... 38
Tabel 3.2 Klasifikasi Daya Pembeda Soal ... 39
Tabel 3.3 Penggolongan Rentang Ketuntasan Belajar ... 41
Tabel 3.4 Kategori Faktor Gain ... 43
Tabel 4.1 Nilai Penguasaan Konsep Getaran dan Gelombang ... 47
1
1.1.
Latar Belakang
Menurut Kamus Pusat Bahasa (2008) Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang mempelajari tentang zat dan energi. Fisika
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari IPA sehingga mempunyai karakteristik yang sama dengan IPA pada umumunya. Menurut Yulianti &
Wiyanto (2009: 1) IPA terdiri atas tiga unsur yaitu sikap, proses dan hasil yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan. IPA sebagai sikap, berupa rasa ingin tahu akan lingkungan, kepercayaan, nilai dan opini sehingga akan memunculkan suatu
permasalahan. IPA sebagai proses, membantu siswa untuk memperoleh keterampilan tentang bagaimana cara kerja ilmuan dalam melakukan percobaan.
IPA sebagai hasil, berupa hasil dari proses yang telah dilakukan meliputi fakta, prinsip teori dan lainnya. Jadi sikap, proses dan hasil merupakan unsur yang saling terkait dalam proses pembelajaran IPA.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang guru mata pelajaran IPA SMP Negeri 25 Semarang tahun ajaran 2014 -2015 beliau menyatakan bahwa
banyak siswa yang masih kesulitan dalam menguasai konsep Fisika. Sekitar 60 % dari jumlah siswa kelas 8 belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Guru lebih banyak memberikan materi Fisika melalui metode ceramah meskipun
mengakibatkan siswa kurang menguasai konsep yang ada karena siswa hanya mendengar saja dan tidak membuktikan secara langsung.
Permasalahan lain yang timbul pada siswa SMP N 25 Semarang adalah nilai karakter yang kurang berkembang. Siswa tidak memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi, hal ini terlihat pada saat guru memberikan suatu permasalahan siswa tidak berusaha untuk mencari tahu jawaban dari permasaalahan tersebut, keaktifan siswa untuk bertanya kepada guru berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari
juga masih kurang. Selain itu, kedisiplinan siswa juga kurang, hal ini terlihat dari siswa kurang tertib pada saat melakukan diskusi kelompok dan tidak mengerjakan
tugas sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Tanggung jawab siswa juga masih rendah, hal ini terlihat dari kondisi siswa yang ramai pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung dan tidak mengumpulkan tugas tepat waktu.
Menurut Banchi & Bell, sebagaimana dikutip oleh Kemendikbud (2014: 61) Inkuiri Terbimbing adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan guru
dan siswa. Guru memberikan rumusan masalah kemudian peserta didik merancang prosedur penyelidikan dan melakukan penyelidikan sehingga akan dihasilkan penjelasan dari masalah yang diberikan. Dalam hal ini guru berperan
membimbing siswa pada saat melakuan penyelidikan. Pada mata pelajaran Fisika, penyelidikan suatu masalah dapat dilakukan melalui suatu percobaan. Menurut
Suparno (2013: 13) dengan melakukan percobaan, siswa akan belajar berfikir rasional, kritis dan mengambil keputusan berdasarkan data yang valid.
Suchman mengungkapkan bahwa dalam proses Inkuiri Terbimbing siswa
(Wena, 2009: 76). Langkah – langkah metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran dan
penarikan kesimpulan (Yulianti & Wiyanto, 2009: 4). Dengan adanya metode ilmiah siswa diajari berfikir rasional, berfikir dengan data dan bukti, serta analisis
berdasarkan kaidah-kaidah tertentu sehingga mereka akan menggunakan penalaran ketika mengambil suatu keputusan (Suparno, 2013: 10). Langkah – langkah metode ilmiah yang dilakukan oleh siswa diharapkan akan
memunculkan karakter rasa ingin tahu, disiplin dan tanggung jawab siswa.
Guru harus menggunakan model pembelajaran yang tepat agar proses
belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik. Model pembelajaran yang akan digunakan diharapkan mampu meningkatkan penguasaan konsep Fisika dan mengembangkan nilai karakter siswa terutama rasa ingin tahu, disiplin dan
tanggung jawab. Hasil penelitian Suparno pada tahun 2005 tentang gagasan, sikap dan praktek guru IPA dan Matematika yayasan Santa Ursula terhadap
pendidikan nilai menemukan bahwa siswa mampu menanamkan nilai kejujuran, disiplin, dan tanggung jawab lewat percobaan IPA dengan cara tidak memanipulasi data, mengerjakan PR tepat waktu dan menyelesaikan tugas dengan
tanggung jawab. Oleh karena itu, proses belajar mengajar pada mata pelajaran IPA dapat dilakukan melalui percobaan dengan menerapkan model pembelajaran
Inkuiri Terbimbing.
TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA DAN MENGEMBANGKAN NILAI KARAKTER SISWA SMP”.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang peneliti kemukakan maka permasalahan
yang akan diteliti adalah :
1) Apakah implementasi model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dapat
meningkatkan penguasaan konsep Fisika siswa SMP?
2) Apakah implementasi model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dapat mengembangan nilai karakter siswa SMP?
1.3.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Menentukan peningkatan pengusaan konsep Fisika siswa SMP setelah dilakukan implementasi model pembelajaran Inkuri terbimbing
2) Mendeskripsikan pengembangan nilai karakter siswa SMP setelah dilakukan implementasi model pembelajaran inkuri terbimbing
1.4.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Bagi Peneliti
Implementasi model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dapat menambah
2) Bagi Guru
Implementasi model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dapat dijadikan
sebagai referensi dalam menerapkan sistem pembelajaran di kelas. 3) Bagi Sekolah
Implementasi model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dapat dijadikan referensi sekolah dalam usaha perbaikan pembelajaran sehingga mutu pendidikan dapat meningkat.
1.5.
Penegasan Istilah
Penegasan istilah dimaksudkan untuk menghindari terjadinya salah
penafsiran dalam penelitian ini. Istilah-istilah yang perlu diberi penegasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Inkuiri Terbimbing
Menurut Banchi & Bell, sebagaimana dikutip oleh Kemendikbud (2014: 61). Inkuiri Terbimbing adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan guru
dan siswa. Guru memberikan rumusan masalah kemudian siswa merancang prosedur penyelidikan dan melakukan penyelidikan sehingga akan dihasilkan
penjelasan dari masalah yang diberikan. Guru tidak melepas begitu saja kegiatan yang dilakukan siswa, tetapi berperan membimbing siswa pada saat melakuan
penyelidikan.
2) Meningkatkan Penguasaan Konsep Fisika
Menurut Kamus Pusat Bahasa (2008) meningkatkan adalah menaikan;
bagian dari ilmu pengetahuan tentang alam yang mempelajari tentang zat dan energi. Penguasaan Konsep Fisika adalah kemampuan siswa dalam memahami
makna dan ide – ide pembelajaran yang berkaitan dengan ilmu tentang alam dan sekitarnya.
Maksud dari meningkatkan penguasaan konsep Fisika dalam penelitian ini adalah mempertinggi kemampuan siswa dalam memahami makna dan ide – ide pembelajaran Fisika terutama aspek kogintif pada materi getaran dan gelombang.
Penguasaan konsep dikatakan meningkat apabila hasil uji gain meningkat secara signifikan.
3) Mengembangkan Nilai Karakter
Menurut Kamus Pusat Bahasa (2008) mengembangkan adalah menjadikan besar; menjadikan maju. Nilai adalah sifat – sifat (hal –hal) yang penting atau
berguna bagi kemanusiaan. Karakter adalah akhlak atau budi pekerti yang membedakan sesorang dengan orang lain . Nilai karakter siswa merupakan macam – macam akhlak atau budi pekerti yang penting dan baik serta membedakan siswa
yang satu dengan siswa yang lain.
Maksud dari mengembangkan nilai karakter pada penelitian ini adalah
memperbesar sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang penting dan baik pada setiap siswa. Dalam penelitian ini nilai karakter yang dikaji adalah rasa ingin
1.6.
Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika penulisan skripsi terdiri dari tiga bagian yaitu : 1) Bagian Awal
Bagian ini terdiri dari halaman judul, lembar pengesahan, lembar
pernyataan, lembar motto dan persembahan, kata pegantar, lembar abstrak, lembar abstract, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.
2) Bagian Isi
Bagian isi terdiri dari 5 bab yaitu : a. Bab 1 Pendahuluan
Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan skripsi.
b. Bab 2 Tinjauan Pustaka
Berisi model pembelajaran Inkuiri Terbimbing, penguasaan konsep Fisika, nilai karakter, tinjauan materi, kerangka berpikir dan hipotesis.
c. Bab 3 Metode Penelitian
Berisi lokasi dan subjek penelitian, populasi dan sampel penelitian, desain
penelitian, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis uji coba instrumen, dan teknik analisis data.
d. Bab 4 Hasil dan Pembahasan
Berisi deskripsi implementasi model pembelajaran Inkuiri Terbimbing, peningkatan penguasaan konsep Fisika, pengembangan nilai karakter,
e. Bab 5 Penutup
Berisi simpulan dan saran.
3) Bagian Akhir
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Menurut Kamus Pusat Bahasa (2008) model adalah pola (contoh, acuan,
ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Sedangkan Pembelajaran adalah perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Model Pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan
suatu kegiatan dikelas sehingga siswa belajar dan mampu menangkap materi pelajaran.
Kata inkuiri berasal dari bahasa Inggris yaitu “to inquire” yang artinya bertanya atau menyelidiki. Menurut Sa’ud ( 200λμ 16λ ) Inkuiri merupakan proses
pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses
berfikir secara sistematis. Wenning (2010: 12) menjelaskan bahwa terdapat tiga jenis Inkuiri berdasarkan pengalaman dan tingkat kontrolnya, yaitu Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry), Inkuiri Terbatas (Bounded Inquiry) dan Inkuiri
Bebas (Free Inquiry).
Inkuiri Terbimbing merupakan salah satu jenis Inkuiri. Menurut Banchi &
Bell, sebagaimana dikutip oleh Kemendikbud (2014: 61) Inkuiri Terbimbing adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan guru dan siswa. Guru memberikan rumusan masalah kemudian peserta didik merancang prosedur
penyelidikan dan melakukan penyelidikan sehingga akan dihasilkan penjelasan
dari masalah yang diberikan. Inkuiri Terbimbing merupakan model pembelajaran yang mengajak siswa untuk melakukan penyelidikan terhadap suatu masalah
sehingga ditemukan penjelasan dari apa yang diselidiki. Guru tidak melepas begitu saja kegiatan yang dilakukan siswa tetapi berperan mengarahkan peserta
yang memerlukan bimbingan.
Dalam model pembelajaran Inkuiri Terbimbing guru menyediakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) sebagai pedoman siswa dalam melakukan penyelidikan.
Penggunaan LKS membantu siswa dalam melakukan penyeldikan karena langkah – langkah penyelidikan tersusun dengan rapi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Asmawati (2014) menunjukan bahwa pengembangan LKS menggunakan model Inkuiri Terbimbing sangat membantu dalam peningkatan penguasaan konsep. Oleh karena itu penggunaan LKS dalam model pembelajaran Inkuiri Terbimbing
sangat diperlukan agar siswa menguasai konsep yang dipelajari.
Menurut Wilson & Murdoch sebagaimana dikutip oleh Kemendikbud
(2014: 60) karakteristik umum pembelajaran berbasis inkuiri adalah (1) berpusat pada peserta didik; (2) melibatkan peserta didik untuk mengajukan pertanyaan; (3) berbasis konseptual; (4) pengalaman langsung.
Setiap model pembelajaran tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan begitu pula model pembelajaran Inkuiri. Adapun kelebihan-kelebihan
pembelajaran berbasis Inkuiri Terbimbing menurut Yulianti & Wiyanto (2009: 16) adalah (1) hasil belajar tahan lama diingat; (2) memperkaya pengalaman siswa; (3) mengembangkan sikap berfikir ilmiah; (4) siswa terhindar dari
Kekurangan model pembelajaran berbasis Inkuiri Terbimbing adalah (1) memerlukan sarana dan prasarana yang memadai; (2) tidak semua materi dapat
dieksperimenkan; (3) setiap eksperimen tak membuahkan hasil yang diharapkan. Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
No Tahap Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Peserta Didik 1. Identifikasi
dan penetapan ruang lingkup masalah
Mengajukan masalah untuk dipecahkan atau pertanyaan untuk diselidiki
Mendefinisikan sifat dan parameter masalah
2. Merencanakan dan
memprediksi hasil
Mendorong peserta didik untuk merancang prosedur atau sarana untuk memecahkan masalah atau jawaban pertanyaan yang diajukan
Mendorong peserta didik untuk memilih dengan tepat alat dan bahan yang diperlukan
Brainstorm (curah pendapat) tentang alternatif prosedur dan solusi pemecahan masalah
Memilih atau merancang strategi pemecahan masalah
Memilih ala dan bahan yang dibutuhkan dengan tepat
3. Penyelidikan untuk
pengumpulan data
Membimbing peserta didik dalam melakukan investigasi dan mendorong tanggung jawab individu para anggota kelompok
Mengarahkan peserta didik memanfaatkan sumber daya informasi lainnya untuk pemecahan masalah
Mengimplementasi
rencana untuk
memecahkan masalah
Menggunakan
keterampilan proses
sains untuk
mengumpulkan dan menganalisis informasi
Melakukan observasi, mengumpulkan data, berkomunikasi dan bekerja sama dengan anggota kelompok lainnya
4. Interpretasi data dan menggembang kan
Membimbing peserta didik mengorganisasi data
Membimbing peserta
didik untuk
Membuat catatan pengamatan
No Tahap Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Peserta Didik kesimpulan mengkomunikasikan
[image:30.595.108.514.112.375.2]temuan dan penjelasannya
grafik dan tabel
Membuat pola – pola dan hubungan dalam data
Menarik kesimpulan dan merumuskan penjelasan
Mengkomunikasikan hasil penyelidikan 5. Melakukan
refleksi
Mendorong peserta didik untuk berfikir atau melakukan refleksi pada pengetahuan yang baru mereka temukan
Melakukan evaluasi terhadap proses inkuiri yang telah dilakukan
Mengajukan pertanyaan baru berdasarkan data yang terkumpul
(Kemendikbud, 2014: 71)
2.2.
Penguasaan Konsep Fisika
Menurut Kamus Pusat Bahasa (2008) penguasaan adalah proses, cara,
perbuatan menguasai atau menguasakan pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan pengetahuan, kepandaian. Konsep adalah rancangan, ide. Fisika merupakan ilmu tentang zat dan energi. Jadi penguasaan konsep Fisika adalah
kemampuan siswa dalam memahami makna dan ide – ide pembelajaran yang berkaitan dengan ilmu tentang alam dan sekitarnya.
Tujuan proses pembelajaran yang ideal adalah konsep yang dipelajari siswa dapat dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Menurut Nasution (2009: 38) faktor – faktor yang mempengaruhi penguasaan penuh diantaranya (1) bakat untuk
Dalam penelitian ini penguasaan konsep Fisika yang dimaksud berkaitan dengan aspek kognitif pada materi getaran dan gelombang. Menurut Bloom,
sebagai mana yang dikutip oleh Arikunto (2009: 117) ranah kognitif terdiri atas (1) mengungkap/meningat kembali (recall) yaitu siswa diminta untuk mengingat
kembali satu atau lebih fakta – fakta yang sederhana; (2) pemahaman (comprehension), yaitu siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta – fakta atau konsep; (3) penerapan atau
aplikasi (aplication), yaitu siswa dituntut memiliki kemampuan untuk menyeleksi atau memilih suatu abstraksi tertentu (konsep, hukum, dalil, aturan, gagasan, cara)
secara tepat untuk diterapkan dalam suatu situasi baru dan menerapkannya secara benar; (4) analisis (analysis), yaitu siswa diminta untuk menganalisis suatu hubungan atau situasi yang kompleks atas konsep – konsep dasar; (5) sintesis
(syntesis), yaitu siswa diminta untuk melakukan generalisasi; (6) evaluasi (evaluation), yaitu siswa diminta untuk menilai suatu kasus yang diajukan
penyusun soal.
2.3.
Nilai Karater
Menurut Kamus Pusat Bahasa (2008) nilai adalah sifat – sifat (hal –hal)
yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Karakter merupakan Akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Nilai karakter merupakan macam – macam akhlak atau budi pekerti yang penting dan baik serta
membedakan seseorang dengan yang lain. Nilai karakter siswa merupakan macam – macam akhlak atau budi pekerti yang penting dan baik serta membedakan siswa
Dalam dunia pendidikan keberadaan pendidikan karakter sangatlah penting. Menurut Pusat Kurikulum (2010: 4) pendidikan karakter adalah
pendidikan yang mengembangkan nilai – nilai karakter pada peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, masyarakat
dan warganegara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif. Oleh karena itu pendidikan karakter sangat penting untuk pembentukan karakter yang baik dari siswa.
Fungsi pendidikan karakter menurut Kemendiknas (2010: 5) diantaranya: 1) Pembentukan dan pengembangan potensi; pendidikan karakter berfungsi
membentuk dan mengembangkan potensi manusia agar berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup pancasila.
2) Perbaikan dan penguatan; pendidikan karakter berfungsi memperbaiki karakter
manusia yang bersifat negatif dan memperkuat peran manusia untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi manusia
menuju bangsa yang berkarakter, maju, mandiri dan sejahtera.
3) Penyaring; pendidikan karakater berfungsi memilah nilai – nilai budaya bangsa sendiri dan menyaring nilai – nilai budaya bangsa lain yang positif untuk
menjadi karakter manusia agar menjadi bangsa yang bermartabat.
Prinsip Pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa menurut
Pusat Kurikulum (2010: 11) :
1) Berkelanjutan; proses pengembangan nilai – nilai budaya dan karakter bangsa merupakan proses yang panjang, dimulai dari awal peserta didik masuk sampai
2) Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri dan budaya sekolah; proses pengembangan nilai – nilai budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui
semua mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan kurikuler maupun ekstra kurikuler.
3) Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan; materi nilai budaya dan karakter bangsa tidak dijadikan pokok bahasan, tetapi materi pelajaran yang ada digunakan untuk mengembangkan nilai – nilai budaya dan karakter bangsa.
4) Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan; proses pendidikan nilai budaya dan karakter bangsa dilakukan oleh siswa
[image:33.595.117.517.430.755.2]bukan guru dalam suasana yang menyenangkan.
Tabel 2.2 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
No Nilai Deskripsi
1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain. 2. Jujur Perilaku perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin Tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan perarturan.
5. Kerja keras Perilaku yang menunjukan upaya sungguh – sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas dan menyelesaikan tugas dengan sebaik – baiknya.
6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu yang menhasilkan cara atau hasil baru berdasarkan sesuatu yang telah dimiliki.
No Nilai Deskripsi
8 Demokratis Cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9 Rasa ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar.
10 Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan Negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya.
11 Cinta tanah air Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bangsa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa.
12 Menghargai prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.
13 Bersahabat/ komunikasi
Tindakan yang menunjukan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14 Cinta damai Sikap, perkataan, tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15 Gemar membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16 Peduli sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. 17 Peduli
lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan lingkungan alam dan sekitarnya dan mengembangkan upaya – upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi
18 Tanggung jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), Negara dan Tuhan yang Maha Esa.
Dalam penelitian ini karakter yang akan dikembangkan adalah rasa ingin tahu, disiplin dan tanggung jawab.
2.3.1 Rasa Ingin Tahu
Menurut Pusat Kurikulum (2010: 9) rasa ingin tahu adalah sikap dan
tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat dan didengar. Pengembangan nilai karakter rasa ingin tahu sangatlah penting dalam dunia pendidikan. Menurut Azzet (2014: 92)
lembaga pendidikan sebagai tempat mempelajari ilmu pengetahuan akan mengalami kegagalan besar apabila tidak berhasil membangun karakter rasa ingin
tahu pada diri anak didiknya. Oleh karena itu guru perlu mengadakan pembelajaran yang memunculkan rasa ingin tahu dari siswa.
Munculnya rasa ingin tahu disebabkan karena adanya motivasi. Menurut
Hamalik (2009: 158) motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbunya perasaan dan reaksi untuk mencapai
tujuan. Motivasi mempunyai dua komponen yaitu komponen dalam (inner component) dan komponen luar (outer component). Komponen dalam ialah perubahan pada diri seseorang, keadaan merasa tidak puas dan ketegangan
psikologis. Komponen luar adalah apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakuannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa komponen dalam
adalah kebutuhan – kebutuhan yang ingin dipuaskan, sedangkan komponen luar adalah tujuan yang hendak di capai.
Indikator siswa yang menunjukan karakter rasa ingin tahu untuk siswa
kepada guru dan teman tentang materi pelajaran; (2) bertanya kepada sesuatu tentang gejala alam yang baru terjadi; (3) bertanya kepada guru tentang sesuatu
yang didengar dari ibu, bapak, teman, radio, atau televisi. Peneliti menyimpulkan Indikator rasa ingin tahu siswa di antaranya: (1) keinginan yang kuat untuk
menguasai materi; (2) keberanian siswa untuk bertanya; (3) mencari solusi dari masalah yang diberikan guru.
2.3.2 Disiplin
Menurut Pusat Kurikulum (2010: 9) disiplin adalah sebuah tindakan yang menunjukan kepatuhan seseorang pada perarturan tertentu. Dalam lembaga
pendidikan, guru harus menumbuhkan rasa aman kepada diri siswa agar mereka memiliki karakter disiplin. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Semiawan (2009: 93) bahwa disiplin terjadi bila pengaruh diberikan oleh
seseorang yang memberikan rasa aman dan tumbuh dari pribadi yang berwibawa serta orang yang dicintai bukan dari orang yang ditakuti dan berkuasa.
Indikator siswa yang menujukan karakter disiplin untuk siswa kelas 7 – 9
menurut Daryanto & Darmiatun (2013 : 152) diantaranya (1) tertib dalam berbahasa lisan dan tulis; (2) menaati aturan berbicara yang ditentukan dalam
sebuah diskusi kelas; (3) tertib dalam menerapkan aturan penulisan untuk karya tulis.
2.3.3 Tanggung Jawab
Menurut Pusat Kurikulum (2010: 9) tanggung jawab adalah sikap dan perilaku sesorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya
budaya), negara dan tuhan yang maha esa. Tanggung jawab adalah suatu sikap seseorang dalam melakukan apa yang sudah menjadi tugas dan kewajibannya.
Menurut Suparno et al. (2006: 82) tolok ukur tanggung jawab seseorang terhadap tugas adalah menjalankan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan
dilaksanakan dengan baik. Jadi tanggung jawab yang diberikan kepada siswa adalah mengerjakan tugas yang diberikan guru dan manjalankan apa yang menjadi kewajiban selama berada di sekolah.
Menurut Samani & Hariyanto (2012: 51) indikator siswa yang memiliki karakter tanggung jawab diantaranya (1) melakukan tugas sepenuh hati; (2)
bekerja dengan etos kerja yang tinggi; (3) berusaha keras untuk mencapai prestasi terbaik (giving the best).
2.4.
Tinjauan Materi
[image:37.595.251.373.492.611.2]2.4.1. Getaran
Gambar 2.1 Getaran pada ayunan sederhana
Gambar 2.1 menunjukan bandul yang ditarik ke A dan dilepaskan, bandul akan berayun seperti pada gambar . Bandul akan berayun melewati lintasan A – B – C – B – A. Dalam hal ini, bandul dikatakan bergetar. Bandul akan terus berayun
bergerak ke menuju B, dilanjutkan ke titik C. Ketika di titik B dan dilanjutkan ke titik A, begitu seterusnya. Semakin lama, simpangan AB atau BC akan semakin
kecil sehingga akhirnya berhenti. Dari kegiatan tersebut, getaran dapat didefinisikan sebagai gerak bolak-balik di sekitar titik kesetimbangan. Dalam hal
ini, titik kesetimbangannya adalah B. Titik kesetimbangan adalah titik di mana benda tidak mengalami gaya luar atau dalam keadaan diam. Lintasan A – B – C – B – A adalah lintasan yang ditempuh oleh satu getaran. Jika menetapkan titik B sebagai titik awal lintasan, maka B – C – B – A – B disebut satu getaran.
Simpangan adalah jarak yang ditempuh benda bergetar dan diukur dari
titik kesetimbangan. Kedudukan benda setiap saat berubah-ubah. Dengan demikian simpangannya pun berubah pula. Pada saat benda berada di titik A atau C, simpangannya merupakan simpangan maksimum, sedangkan pada saat bandul
berada di titik kesetimbangan yaitu titik B, simpangannya minimum yaitu sama dengan nol. Amplitudo didefinisikan sebagai simpangan getaran paling besar.
Pada kegiatan ini amplitudo getaran yaitu sudut yang mengapit BA atau BC. Berdasarkan gambar yang terlihat pada Gambar 2.1. satu getaran adalah gerak bandul dari titik A, ke titik B, ke titik C, ke titik B, dan kembali ke titik A.
Apabila kita melepaskan bandul di titik A, kamu mengukur waktu membuat satu getaran yaitu dari A – B – C – B – A adalah 2 detik. Waktu ini dapat dikatakan
waktu yang dibutuhkan oleh bandul untuk membuat satu getaran atau disebut periode.
Periode getaran dilambangkan dengan T. Untuk mengukur periode getaran
(2.1)
Keterangan :
T = periode getaran (sekon)
t = waktu yang diperlukan (sekon)
n = jumlah getaran
Jika periode sebuah getaran 5 detik, berarti untuk membuat satu getaran diperlukan waktu 5 detik. Jika dalam satu detik terjadi lima getaran berarti
periodenya yaitu 1/5 detik Artinya dalam 1/5 detik detik terjadi satu getaran. Dengan kata lain, dalam satu detik terjadi lima getaran. Jumlah getaran setiap satu detik disebut sebagai frekuensi. Frekuensi getaran dilambangkan dengan f,
dirumuskan:
(2.2)
Keterangan :
f = frekuensi getaran (Hertz)
n = jumlah getaran t = waktu (sekon)
Satuan frekuensi dinyatakan dalam hertz (Hz). Satu Hz = 1 getaran/ sekon. Berikut ini adalah konversi satuan Hertz.
1 KHz = 103 Hz
2.4.2. Gelombang
Gelombang adalah gejala rambatan dari suatu getaran. Gelombang akan
terus teradi apabila sumber getaran bergetar terus – menerus. Dalam perambatannya, gelombang membawa energi dari satu tempat ke tempat lain.
1) Gelombang Berdasarkan Medium Perantaraya a. Gelombang Mekanik
Gelombang mekanik adalah gelombang yang memerlukan medium untuk
merambat. Contoh gelombang mekanik antara lain gelombang pada tali, gelombang air laut, dan gelombang bunyi.
b. Gelombang Elektromagnetik
Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang merambat melalui ruang hampa. Contoh gelombang elektromagnetik adalah gelombang cahaya,
gelombang radio, dan sinar-X.
[image:40.595.220.438.528.647.2]2) Gelombang Berdasarkan Arah Getarnya a. Gelombang Transversal
Gambar 2.2 Gelombang Transversal pada Tali
digerakkan ke atas dan ke bawah. Pada tali akan terlihat arah getarannya adalah naik-turun sedangkan arah rambatnya menuju ke depan atau tegak lurus arah
getar.
Berdasarkan gambar yang terlihat pada Gambar 2.2 Titik B dan F
merupakan puncak gelombang, yaitu titik-titik tertinggi gelombang. Titik D dan H merupakan dasar gelombang, yaitu titik-titik terendah pada gelombang. Lengkungan ABC dan EFG disebut sebagai bukit gelombang. Sedangkan
cekungan CDE dan GHI disebut lembah gelombang. Jarak BB’, DD’, FF’, dan HH’ merupakan amplitudo gelombang, yaitu simpangan terbesar dari gelombang
tersebut.
Dalam konsep gelombang dikenal istilah panjang gelombang. Panjang gelombang ( ) suatu gelombang transversal didefinisikan sebagaiμ
1. Panjang satu lembah gelombang dan satu bukit gelombang (ABCDE atau CDEFG) atau
2. Jarak antara dua puncak yang berdekatan (BCDEF) atau 3. Jarak antara dua lembah yang berdekatan (DEFGH) .
Contoh gelombang transversal antara lain gelombang permukaan air,
gelombang radio, dan gelombang pada tali. b. Gelombang Longitudial
Gambar 2.3 Gelombang Longitudinal pada Slinky
Jika ujung slinky dirapatkan, kemudian dilepaskan akan terlihat pola
gelombang yang berbeda dengan gelombang transversal. Pada gelombang longitudinal, slinky akan terlihat merapat kemudian merenggang, demikian
seterusnya. Bagian yang merapat dinamakan rapatan, sedangkan bagian yang renggang dinamakan renggangan. Rapatan dan renggangan pada slinky akan merambat sepanjang slinky, sedangkan arah getaran berimpit dengan arah
memanjang slinky.
Pola gelombang yang arah getarannya berimpit arah rambatnya inilah yang
dinamakan gelombang longitudinal. Pada gelombang longitudinal terdapat rapatan dan renggangan. Panjang gelombang ( ) suatu gelombang longitudinal didefinisikan sebagai:
1. Jarak satu rapatan dan satu renggangan atau 2. Jarak antara dua rapatan yang berdekatan atau
3. Jarak antara dua renggangan yang berdekatan
Periode gelombang adalah selang waktu yang dibutuhkan untuk
menempuh suatu gelombang. Sedangkan frekuensi gelombang adalah banyaknya gelombang yang terjadi tiap sekon.Hubungan periode dan frekuensi gelombang
(2.3)
(2.4)
Keterangan :
periode (sekon)
frekuensi (Hz)
Cepat rambat gelombang adalah jarak yang ditempuh gelombang setiap satuan waktu. Hubungan antara cepat rambat gelombang (v) , frekuensi (f) dan panjang gelombang ( ) dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut μ
(2.5)
Keterangan :
cepat rambat gelombang (m/s)
panjang gelombang (m)
frekuensi (Hz)
2.5.
Kerangka Berfikir
Inkuiri Terbimbing adalah suatu model pembelajaran yang mengajak siswa untuk melakukan penyelidikan terhadap suatu masalah dan guru berperan
membimbing siswa pada saat berlangsungnya penyelidikan. Pada mata pelajaran Fisika, penyelidikan suatu masalah bisa dilakukan melalui suatu percobaan.
pada hanya mendengarkan penjelasan dari guru, sehingga akan meningkatkan penguasaan konsep Fisika pada materi getaran dan gelombang yang dipelajari.
Dalam pelaksanaan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing, tahap pertama adalah siswa diberi masalah berkaitan dengan materi getaran dan
gelombang. Pemberian masalah berkaitan dengan materi getaran dan gelombang diharapkan akan memunculkan karakter rasa ingin tahu siswa untuk mencari solusi dari masalah yang diberikan oleh guru.
Tahap kedua dalam model pembelajaran Inkuiri Terbimbing yaitu merencanakan dan memprediksikan hasil. Pada tahap ini, guru mengenalkan alat –
alat yang akan digunakan untuk melakukan percobaan getaran dan gelombang, sedangkan siswa memperhatikan penjelasan yang disampaikan guru. Dengan memperhatikan penjelasan dari guru, diharapkan akan muncul karakter rasa ingin
tahu dari siswa berupa keinginan yang kuat untuk mengusai materi. Selain pengenalan alat, dilakukan pula tanya jawab antara guru dan siswa berkaitan
dengan materi pengantar percobaan getaran dan gelombang, diharapkan akan memunculkan karakter rasa ingin tahu dari siswa untuk berani bertanya tentang materi yang belum dipahami.
Tahap ketiga dalam model pembelajaran Inkuiri Terbimbing adalah penyelidikan untuk pengumpulan data. Pada tahap ini, siswa melakukan
percobaan getaran dan gelombang. Dengan memberi tugas kepada siswa untuk melakukan percobaan, diharapkan akan memunculkan karakter tanggung jawab dari siswa untuk melakukan percobaan. Siswa melakukan percobaan sesuai
memunculkan karakter disiplin siswa untuk melakukan percobaan sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Selain melakukan percobaan, siswa juga diminta
menjawab pertanyaan yang ada di LKS, diharapkan akan muncul karakter disiplin siswa untuk tertib dalam berbahasa tulis.
Tahap keempat dalam model pembelajaran Inkuiri Terbimbing adalah Interpretasi data dan mengembangkan kesimpulan. Pada tahap ini siswa mempresentasikan hasil percobaan getaran dan gelombang yang dilakukan. Dalam
tahap ini diharapkan muncul karakter tanggung jawab yaitu siswa melakukan tugas yang diberikan guru untuk mempresentasikan hasil percobaan getaran dan
gelombang. Selain karakter tanggung jawab, pada saat melakukan presentasi diharapkan akan muncul karakter disiplin dari siswa yaitu tertib dalam berbahasa lisan dan menaati aturan berbicara yang telah ditentukan.
Tahap kelima dalam model pembelajaran Inkuiri Terbimbing adalah melakukan refleksi. Pada tahap ini, guru membimbing siswa untuk membuat
kesimpulan tentang percobaan getaran dan gelombang. Pada tahap ini diharapkan akan muncul karakter tanggung jawab dari siswa yaitu tanggung jawab untuk menemukan jawaban dari permasalahan yang telah diselidiki melalui percobaan
getaran dan gelombang.
Setelah melakukan percobaan, guru memberikan tugas kepada siswa untuk
diharapkan juga muncul karakter disiplin dari siswa yaitu tertib dalam menerapkan aturan penulisan laporan.
Tahap – tahap dalam model pembelajaran Inkuiri Terbimbing memunculkan adanya karakter rasa ingin tahu, disiplin dan tanggung jawab.
Dapat disimpulkan bahwa dengan adanya implementasi model pembelajaran Inkuiri Terbimbing tidak hanya meningkatkan penguasaan konsep Fisika, tetapi juga akan mengembangkan nilai karakter siswa terutama karakter rasa ingin tahu,
disiplin dan tanggung jawab.
Pelaksanaan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dikendalikan dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berbasis Inkuiri Terbimbing. Peningkatan penguasaan konsep Fisika dapat diketahui dengan uji gain dan uji t dari hasil pretes dan postes, sedangkan pengembangan nilai karakter dapat
diketahui dengan uji gain dari hasil observasi dan angket nilai karakter siswa.
2.6.
Hipotesis
1) Model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dapat meningkatkan penguasaan konsep Fisika siswa kelas VIII SMP Negeri 25 Semarang.
2) Model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dapat mengembangkan nilai
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1
Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi penelitian yang dilakukan peneliti adalah SMP Negeri 25 Semarang yang teletak di Jl. Kuala mas tanah mas Semarang. Subjek penelitian
ini adalah siswa SMP Negeri 25 Semarang.
3.2
Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2010: 61) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek / subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi
dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 25 Semarang Tahun ajaran 2014/2015.
Menurut Sugiyono (2010: 62) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik Simple Random Sampling. Pemilihan kelas untuk
penelitian dilakukan secara acak dengan menggaggap semua kelas adalah homogen. Kelas yang menjadi sampel penelitian adalah kelas VIII F SMP Negeri
25 Semarang.
3.3
Desain Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Penelitian
eksperimen yang digunakan adalah Quasi Eksperimen. Quasi eksperimen adalah eksperimen semu yang tidak menggunakan kelompok kontrol. Desain penelitian menggunakan One Group Pre-test and Post-test Design. Di dalam desain ini
pengamatan dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan. Desain penelitian One Group Pre-test and Post-test Design dapat
dilihat pada Gambar 3.1
Gambar 3.1 Desain Penelitian One Group Pre-test and Post-test Design
(Sugiyono, 2009: 75)
01 = observasi yang dilakukan sebelum eksperimen (pre-test) 02 = observasi yang dilakukan sesudah eksperimen (post-test) X = treatment yang diberikan
3.4
Prosedur Penelitian
3.4.1 Persiapan Penelitian
Langkah – langkah yang ditempuh dalam persiapan penelitian :
1) Menentukan populasi dan sampel penelitian. Sampel penelitian dipilih menggunakan teknik Simple Random Sampling
2) Menyusun instrumen penelitian
3) Menyusun kisi – kisi tes uji coba dan angket uji coba
4) Menyusun instrumen uji coba berdasarkan kisi – kisi uji coba yang telah dibuat
5) Melakukan uji coba pada kelas yang telah ditentukan sebagai kelas uji coba
3.4.2 Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan sebagai berikut :
1) Pemberian soal pretes penguasan konsep dan angket awal nilai karakter
sebelum penerapan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing
2) Penerapan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam kegiatan belajar
mengajar
3) Melakukan observasi untuk mengetahui pengembangan nilai karakter rasa ingin tahu, disiplin dan tanggung jawab siswa
4) Pemberian soal postes pengusaan konsep dan angket akhir nilai karakter setelah penerapan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing
3.4.3 Evaluasi
Hal yang dilakukan pada tahap evaluasi adalah menganalis data hasil penelitian yang berupa data pretes, postes, observasi, angket awal dan angket
akhir.
3.5
Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Teknik Tes
Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam susasana dengan cara dan aturan – aturan yang sudah
mengukur seberapa besar peningkatan penguasaan konsep Fisika pada materi getaran dan gelombang. Bentuk tes dari penelitian ini adalah soal pilihan ganda.
Skor untuk jawaban benar adalah 1, sedangkan untuk jawaban salah adalah 0.
3.5.2 Teknik Observasi
Observasi adalah alat pengumpul data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala – gejala yang diselidiki (Narbuko & Achmadi, 2013: 70). Teknik observasi ini dilakukan untuk
mengobservasi karakter siswa yang bisa diamati secara langsung pada saat implementasi model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dilakukan. Dalam
penelitian ini karakter yang diobservasi adalah rasa ingin tahu, disiplin dan tanggung jawab. Alat pengumpulan data berupa lembar observasi yang diisi oleh observer. Bobot skor untuk tiap aspek yang diobservasi adalah skor bertingkat
mulai dari 1 – 3 (1,2,3).
3.5.3 Teknik Angket
Angket adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti (Narbuko & Achmadi, 2013: 76). Tujuan penggunaan angket pada proses pembelajaran adalah untuk memperoleh
data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka (Sudijono, 2006: 85).
Dalam penelitian ini teknik angket digunakan untuk mengukur seberapa besar pengembangan nilai karakter siswa yang tidak bisa diamati secara langsung melainkan hanya bisa diketahui oleh siswa itu sendiri. Sikap siswa yang tidak bisa
konatif. Menurut Azwar (2013: 24) komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi bagi objek sikap.
Komponen afektif yaitu perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. Komponen konatif menunjukan bagaimana perilaku atau kecenderungan
berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang diamatinya.
Alat pengumpulan data berupa lembar angket yang diisi oleh siswa
sendiri. Bobot skor untuk item yang berbentuk pernyataan positif (favorable) yaitu SS= 4, S= 3, RR= 2, TS= 1, STS= 0 sedangkan bobot skor untuk item yang
berbentuk pernyataan negatif (unfavorable) yaitu SS= 0, S= 1, RR= 2, TS= 3, STS=4. Keterangan: SS= Sangat Setuju; S= Setuju; RR= Ragu – ragu; TS= Tidak Setuju; STS= Sangat Tidak Setuju (Azwar, 2013: 147).
3.6
Teknik Analisis Uji Coba Instrumen
3.6.1 Validitas
Validitas adalah kualitas yang menunjukan hubungan antara suatu pengukuran (diagnosis) dengan arti atau tujuan kriteria belajar atau tingkah laku (Purwanto, 2008: 137).
3.6.1.1 Validitas Konstruk dan Isi
Validitas konstruk adalah validitas dengan menggunakan pendapat para
ahli setelah instrumen dikontruksi tentang aspek –aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu (Sugiyono, 2010: 352). Validitas konstruk dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian instrumen yang disusun
dilakukan pula validitas isi. Validitas isi adalah validitas yang mengukur apakah tujuan khusus tertentu sejajar materi atau isi pelajaran yang diberikan (Arikunto,
2009: 67). Validitas isi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kesejajaran antara tujuan untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep
Fisika dan pengembangan nilai karakter dengan materi getaran dan gelombang yang akan diberikan. Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai validator konstruk dan isi adalah dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II.
3.6.1.2 Validitas Butir soal
Validitas butir soal adalah demikian sebuah item dikatakan valid apabila
mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total (Purwanto, 2008: 138). Rumus yang digunakan untuk mengetahui validitas butir soal tes yaitu :
√
(Arikunto, 2009: 72) Harga rxy yang diperoleh dikonsultasikan dengan rTabel product momen
dengan taraf signifikasi 5%. jika harga rxy> rtabel maka item soal yang bersifat valid.
Hasil analisis validitas soal tes uji coba diperoleh jumlah soal yang valid
ada 14 soal. Jumlah soal yang valid belum memenuhi semua konsep yang akan diukur. Oleh karena itu dilakukan validitas konstruk dan isi oleh dosen
14,15,17,19,20,22,23,28,29,32,33. Perhitungan validitas butir soal dapat dilihat pada Lampiran 5.
3.6.1.3 Validitas Observasi dan Angket
Rumus yang digunakan untuk validitas observasi dan angket yaitu:
√ ( )
(Azwar, 2013: 153) Keterangan :
responden pada pernyataan tertentu
skor responden pada skala sikap
banyak responden keseluruhan
Harga rix yang diperoleh dikonsultasikan dengan rtabel product momen
dengan taraf signifikasi 5%. jika harga rix> rtabel maka item soal yang bersifat valid. Hasil analisis validitas observasi yang diperoleh menujukan bahwa semua
item valid. Hasil analisis validitas angket uji coba diperoleh item yang valid sebanyak 22 item yaitu nomor 2,3,4,5,6,7,8,12,13,14,15,16,18,19, 20,21,22,23,
24,25,26,29. Item yang tidak valid ada 8 item yaitu nomor 1,9,10,11,17,27,28,30. Perhitungan validitas observasi dan angket dapat dilihat pada Lampiran 16 dan Lampiran 41.
3.6.2 Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketetapan atau ketelitian suatu alat evaluasi. Suatu tes
Jadi yang dipentingkan disini adalah ketelitiannya , sejauh mana tes atau alat ukur tersebut dapat dipercaya kebenarannya (Purwanto, 2008: 139).
3.6.2.1Reliablitas Tes
Reliabilitas instrumen tes digunakan rumus K-R 20 dari Kuder dan
Richardson :
22 11 1 S pq S n n r
(Arikunto, 2009 : 100) Keterangan:
11
r
= reliabilitas tes secara keselurhanp = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1 - p) ∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = banyaknya item
S = standar deviasi dari tes
Harga
r
11 yang diperoleh dikonsultasikan dengan rtabel product momentdengan taraf signifikan 5%. Jika harga r11rtabel product moment maka instumen
yang diuji bersifat reliabel. Berdasarkan hasil analisis soal tes uji coba diperoleh r11= 0,871 dan rtabel = 0,367 , karena r11 > rtabel maka uji coba tes bersifat reliabel.
Perhitungan reliabilitas tes butir soal dapat dilihat pada Lampiran 7. 3.6.2.2Reliablitas Observasi dan Angket
(Azwar, 2013: 184) koefisien reliabilitas Alpha
banyaknya belahan
varins skor belahan
varians skor total
Harga
r
11 yang diperoleh dikonsultasikan dengan product momentdengan taraf signifikan 5%. Jika harga product moment maka
instumen yang diuji bersifat reliabel. Berdasarkan hasil analisis observasi diperoleh r11= 0,747 dan rtabel = 0,367 , karena r11 > rtabel maka observasi bersifat
reliabel dan untuk angket diperoleh r11= 0,778 dan rtabel = 0,367 , karena r11 > rtabel maka uji coba angket bersifat reliabel. Perhitungan reliabilitas observasi dan
angket dapat dilihat pada Lampiran 18 dan Lampiran 44.
3.6.3 Taraf Kesukaran
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut
indeks kesukaran. Rumus yang digunakan untuk mengukur sukar dan mudahnya soal tes penguasaan konsep getaran dan gelombang adalah sebagai berikut:
Keterangan :
P = Indeks kesukaran
[image:56.595.217.409.245.330.2]B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = jumlah seluruh siswa yang menjawab soal itu dengan betul
Tabel 3.1 Klasifikasi Indeks Kesulitan Soal
(Arikunto, 2009: 210) Hasil analisis tingkat kesukaran soal tes uji coba diperoleh soal dengan
kriteria sukar ada 10 soal, kriteria sedang ada 20 soal dan soal dengan kriteria mudah ada 5 soal. Perhitungan taraf kesukaran dapat dilihat pada Lampiran 8.
3.6.4 Daya Pembeda Soal
Daya pembeda atau indeks diskriminasi digunakan untuk membedakan antara siswa pandai (berkemampuan tinggi) dan siswa tidak pandai
(berkemampuan rendah) (Arikunto, 2009: 211). Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda soal tes penguasaan konsep getaran dan gelombang
adalah:
(Arikunto, 2009: 213) Keterangan :
J = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas
Nilai P Kriteria 1,00 < P ≤ 0,30 Sukar
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab salah PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
[image:57.595.199.404.271.378.2]PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab salah Tabel 3.2 Klasifikasi Daya Pembeda Soal
Nilai D Kriteria 0,00 ≤ D ≤ 0,20 Jelek
0,2 > D ≤ 0,40 Cukup 0,4 > D ≤ 0,70 Baik 0,7 > D ≤ 1,00 Baik sekali
(Arikunto, 2009: 218)
Hasil analisis daya pembeda soal tes uji coba diperoleh soal dengan kriteria jelek ada 19 soal, kriteria cukup ada 10 soal, kriteria baik ada 5 soal dan
kriteria baik sekali ada 1 soal. Perhitungan daya pembeda soal dapat dilihat pada Lampiran 10.
3.7
Teknik Analisis Data
3.7.1 Analisis Peningkatan Penguasaan Konsep Fisika 3.7.1.1Uji Normalitas Pretes dan Postes
Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Langkah tersebut digunakan untuk mengetahui
H0 = data berdistribusi normal Ha = data tidak berdistribusi normal
Rumus yang digunakan adalah rumus Chi Kuadrat adalah sebagai berikut :
∑
(Sugiyono, 2010: 81)
Keterangan :
frekuensi atau jumlah data hasil observasi
jumlah atau frekuensi yang diharapkan (persentase luas tiap bidang dikalikan
dengan n)
selisih antara dan
Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :
1. Ho diterima jika dengan derajat kebebasan dk= k-1 dan
taraf signifikasi 5% maka data berdistribusi normal sehingga uji selanjutnya memakai statistik paramterik
2. Ha diterima jika dengan derajat kebebasan dk= k-1 dan
taraf signifikasi 5% maka data tidak berdistribusi normal sehingga uji selanjutnya memakai statistik nonparamterik
Berdasarkan analisis data hasil pretes yang dilakukan, diperoleh χ2
hitung = 8,479. Pada Tabel distribusi Chi kuadrat dengan dk = 6-1 = 5 dan taraf signifikasi 5% harga χ2
terdistribusi normal sehingga statistik yang digunakan adalah statistik parametris. Perhitungan uji normalitas pretes dapat dilihat pada Lampiran 37.
Berdasarkan analisis data hasil postes diperoleh χ2
hitung = 9,743. Pada Tabel distribusi Chi kuadrat dengan dk = 6-1 = 5 dan taraf signifikasi 5% harga χ2
Tabel= 11,070. Karena χ2hitung < χ2Tabel , maka Ho diterima dan data terdistribusi normal sehingga statistik yang digunakan adalah statistik parametris. Perhitungan uji normalitas postes dapat dilihat pada Lampiran 38.
3.7.1.2Persentase Nilai Penguasaan Konsep Fisika
Persentase nilai penguasaan konsep dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
(Sudijono, 2009: 43)
Keterangan :
angka presentase
frekuensi yang sedang dicari persentasenya
Number of cases (jumlah frekuensi / banyaknya individu )
3.7.1.3 Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal
[image:59.595.184.413.654.741.2]
Tabel 3.3 Penggolongan Rentang Ketuntasan Belajar Nilai Angka Kriteria
80 % < N ≤ 100 % Tinggi 65 % < N ≤ 79 % Sedang
N< 65 % Rendah
3.7.1.4Uji Hipotesis Penguasaan Konsep Fisika
Uji hipotesis menggunakan uji satu pihak yaitu uji pihak kiri. Uji pihak
kiri ini berfungsi untuk mengetahui peningkatkan penguasaan konsep pada pretes dan posttes. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :
Ho = Hasil tes penguasaan konsep Fisika dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing lebih dari atau sama dengan 70
Ha = Hasil tes penguasaan konsep Fisika dengan menggunakan model
pembelajaran Inkuiri Terbimbing kurang dari 70
√
(Sugiyono, 2010: 96) Keterangan :
t= nilai t yang dihitung, selanjutnya disebut t hitung x = rata –rata xi
0= nilai yang dihipotesiskan s= simpangan baku
n= jumlah anggota sampel
Harga t yang diperoleh dibandingkan dengan taraf signifikasi 5 %. Jika thitung≥ ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak.
3.7.1.5Uji Peningkatan Rata –rata Penguasaan Fisika
Uji peningkatan rata –rata penguasaan konsep menggunakana uji Gain
setelah mendapat perlakuan. Peningkatan penguasaan konsep siswa dapat dihitung menggunakan rumus normal gain sebagai berikut :
(Hake R. R., 1998)
Keterangan :
skor rata-rata awal (pretes) (%)
[image:61.595.195.429.381.467.2]skor rata-rata akhir (postes) (%)
Tabel 3.4 Kategori Faktor Gain
3.7.2 Analisis Pengembangan Nilai Karakter Siswa 3.7.2.1Persentase Nilai Karakter Siswa
Persentase nilai karakter dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
(Sudijono, 2009: 43) Keterangan :
angka presentase
frekuensi yang sedang dicari persentasenya
Number of cases (jumlah frekuensi / banyaknya individu ) Faktor Gain g Kriteria
3.7.2.2Uji Pengembangan Rata –rata Nilai Karakter Siswa
Uji pengembang