• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA PADA SISWA SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA PADA SISWA SMA."

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh

Maya Mustika 0905880

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF DALAM

MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN

PEMECAHAN MASALAH FISIKA PADA SISWA SMA

Oleh :

Maya Mustika

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam

© Maya Mustika. 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2014

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.

(3)

disetujui dan disahkan olehpembimbing:

Pembimbing I

Kardiawarman, M.Sc, Ph.D. NIP. 195905271985031004

Pembimbing II

Dr. AndhySetiawan, M.Si. NIP. 197310131998021001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Fisika

(4)

Maya Mustika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Generatif Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN

PEMECAHAN MASALAH FISIKA PADA SISWA SMA

Maya Mustika, NIM. 0905880, Pembimbing I: Kardiawarman, M.Sc, Ph.D., Pembimbing II: Dr. Andhy Setiawan, M.Si., Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA

UPI Bandung Tahun 2014

ABSTRAK

Telah dilakukan studi penerapan model pembelajaran generatif yang bertujuan untuk meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan masalah fisika pada pokok bahasan Gelombang. Penelitian menggunakan metode deskriptif dengan desain penelitian one group pretest-posttest design. Subjek penelitian terdiri dari 41 siswa kelas XII IPA pada salah satu SMA Negeri di Kabupaten Bandung Barat. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu tes penguasaan konsep berupa soal pilihan ganda sebanyak 20 soal dan tes kemampuan pemecahan masalah berupa soal uraian sebanyak 4 soal yang diujikan melalui pretest dan posttest. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan penguasaan konsep siswa pada pokok bahasan Gelombang dengan kategori tinggi ( ). Penguasaan konsep terendah diperoleh pada sub pokok bahasan Laju Gelombang dan peningkatan penguasaan konsep tertinggi diperoleh pada sub pokok bahasan Gelombang Stasioner. Selain itu, peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah fisika menggunakan konsep gelombang berada dalam kategori sedang ( ). Dengan demikian secara umum penerapan model pembelajaran generatif dapat meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan masalah fisika.

(5)

Maya Mustika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Generatif Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

THE IMPLEMENTATION OF GENERATIVE LEARNING MODEL ENHANCES CONCEPT MASTERY AND PHYSICS PROBLEM

SOLVING SKILL TO SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS

ABSTRACT

The study of generative learning model implementation was conducted with the purpose to increase concept mastery and physics problem solving skill on Wave matter. This research was using the descriptive method with one group pretest and posttest design. This research was held at one of high schools in West Bandung Regency with research subjects are 41 science students of 12th grade. The research instruments were 20 multiple choice of the mastery concept test and 4 essays of the problem solving skills test, which were tested through pretest and posttest. The results showed an increase in students' mastery of concepts on the matter Wave which is on the high category (<g> = 0.70). Lowest concept mastery was obtained at Wave Speed topic and the highest one was at Transverse Wave topic. In addition , an increase in the ability of students’ physics problem solving skills through the Wave concept is on the average category (<g> = 0.48). Thus in general the implementation of generative learning model can improve concepts mastery and problem solving skills of physics.

(6)

Maya Mustika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Generatif Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian ... 8

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Penguasaan Konsep ... 9

B. Kemampuan Pemecahan Masalah ... 12

C. Model Pembelajaran Generatif ... 16

1. Pembelajaran dan Model Pembelajaran ... 16

2. Pembelajaran Generatif ... 17

(7)

Maya Mustika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Generatif Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 27

B. Desain Penelitian ... 27

C. Metode Penelitian ... 28

D. Definisi Operasional ... 28

E. Instrumen Penelitian ... 30

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 31

G. Teknik Pengumpulan Data ... 37

H. Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Peningkatan Penguasaan Konsep pada Materi Gelombang ... 42

1. Peningkatan Penguasaan Konsep Tiap Sub Pokok Bahasan ... 43

2. Peningkatan Penguasaan Konsep Tiap Aspek Kognitif ... 52

B. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Menggunakan Konsep Gelombang ... 56

1. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Tiap Sub Pokok Bahasan ... 56

2. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Tiap Aspek Pemecahan Masalah ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 63

(8)

Maya Mustika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Generatif Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LAMPIRAN A ... 68

LAMPIRAN B ... 71

LAMPIRAN C ... 130

LAMPIRAN D ... 177

(9)

Maya Mustika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Generatif Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Secara yuridis, pemenuhan Standar Nasional Pendidikan di Indonesia

mengacu pada Undang-Undang, Permendiknas, serta Peraturan Pemerintah.

Fisika sebagai salah satu mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi

bertujuan agar peserta didik memperoleh kompetensi lanjut akan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta membudayakan proses berpikir kritis, kreatif

dan mandiri sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 19

Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pada Standar Proses Pasal

19 disebutkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan

diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang

yang cukup bagi prakarsa kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat,

minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Sementara guru

atau pendidik berperan sebagai fasilitator, motivator, pemacu dan pemberi

inspirasi belajar bagi peserta didik. Dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun

2006 tentang Standar Isi disebutkan bahwa salah satu tujuan mata pelajaran

fisika di SMA adalah agar peserta didik dapat mengembangkan kemampuan

bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan

konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan

menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Selain itu,

peserta didik dapat menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai

keterampilan mengembangkan pengetahuan dan sikap percaya diri sebagai

bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta

(10)

2

Maya Mustika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Generatif Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan telaah beberapa peraturan perundang-undangan di atas

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran fisika di SMA mengharapkan siswa

memiliki kemampuan mengkonstruksi sendiri pikirannya dan merasa nyaman

dengan pengalaman yang diperolehnya, antusias, termotivasi untuk selalu

berpikir dan mengembangkan setiap kemampuan yang ada pada diri mereka.

Namun implementasi di lapangan nyatanya tidaklah mudah. Beberapa faktor

yang dianggap sebagai penyebab utama diantaranya kurikulum yang dianggap

sarat materi, mutu pendidik yang dianggap kurang memadai dan metode

pembelajaran yang konvensional (Sutrisno: 1995 dalam Haratua, 1999).

Observasi awal dengan melihat langsung proses pembelajaran fisika pada

salah satu sekolah di kota Bandung terlihat bahwa siswa tidak terlibat aktif

dalam pembelajaran, perolehan informasi hanya dari satu arah, guru

memberikan pengetahuan dan siswa menerima pengetahuan tanpa

mengolahnya kembali. Hal ini menimbulkan suatu masalah dalam belajar,

sehingga potensi yang ada dalam diri siswa tidak tergali, keterampilan lain

tidak berkembang, yang menyebabkan prestasi siswa di bidang fisika tidak

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan tergolong rendah diantara

mata pelajaran IPA lainnya.

Dua hal yang penting dari pembelajaran fisika adalah membantu siswa

memperoleh pemahaman yang mendalam dari materi ajar yang disampaikan

serta membantu mereka membangun kemampuan memecahkan masalah

(Mastre et al dalam Selcuk et al, 2008: 152). Keterampilan memecahkan

masalah merupakan bagian dari keterampilan berpikir. Menurut Makhasin

(2011), keterampilan berpikir adalah keterampilan dalam memikirkan sesuatu

yang diperlukan seseorang untuk memahami suatu informasi (gagasan,

konsep, prinsip, teori), memecahkan masalah dan sebagainya. Keterampilan

berpikir dapat dikelompokkan menjadi keterampilan berpikir dasar dan

(11)

Maya Mustika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Generatif Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dari proses berpikir rasional yang mengandung sekumpulan proses mental dari

yang sederhana menuju kompleks (Novak: 1985 dalam Makhasin, 2011).

Berpikir kompleks merupakan saat dimana seseorang dapat melihat suatu

persoalan secara utuh, menyeluruh, tidak hanya berfokus pada unsur sebab

akibat saja. Untuk itu, berpikir kompleks perlu dibangun pada setiap individu

karena terkait dengan kualitas hidup seseorang, dimana seseorang akan

memiliki kemampuan untuk melihat hidup sebagai pendidikan yang berproses

dan seseorang akan terus menerus belajar untuk merangkai suatu informasi.

Dengan demikian pengalaman atau pembelajaran yang memberikan

kesempatan kepada siswa untuk memperoleh keterampilan-keterampilan

dalam pemecahan masalah akan mewujudkan pengembangan kemampuan

berpikir.

Salah seorang pakar pendidikan di Indonesia, Prof. Dr. Iwan Pranoto dalam diskusi “Kepedulian Pengembangan Sains Dasar” yang diselenggarakan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) di Jakarta

menyatakan bahwa pendidikan yang diterapkan di Indonesia rendah daya

nalar dan tidak menguntungkan anak-anak yang kritis (Tasrief: 2012).

Penyebab rendahnya daya nalar pendidikan di Indonesia adalah kurikulum

yang kurang baik, kurangnya guru terlatih, dan kurangnya penekanan

penalaran pada pemecahan masalah. Menurutnya, pendidikan yang ada terlalu

memuliakan perilaku kepatuhan, bukan mengembangkan daya pikir dari anak

didik. Padahal kecakapan yang diperlukan peserta didik bukan menghapal

melainkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan berkomunikasi. Hal

ini sesuai dengan pernyataan (Heuvelen: 2001 dalam Sutopo, 2011) bahwa

dengan strategi dan metode pembelajaran yang sesuai, melalui pembelajaran

fisika siswa dapat mengembangkan sejumlah kemampuan yang selalu

(12)

4

Maya Mustika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Generatif Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diperlukan dalam dunia kerja, yaitu kemampuan problem solving,

interpersonal, dan berkomunikasi.

Studi pendahuluan dilakukan pada salah satu SMA Negeri di

Kabupaten Bandung Barat, dengan mewawancarai salah seorang guru mata

pelajaran fisika dan beberapa orang siswa kelas XII IPA, serta menyebarkan

angket kepada 36 responden yang berasal dari kelas XII IPA 1. Hasil studi

pendahuluan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Hasil wawancara dengan guru dan beberapa orang siswa diperoleh:

a. Kendala yang selama ini dialami guru dalam mengajarkan konsep

fisika adalah kurangnya fasilitas belajar mengajar seperti alat

praktikum, laboratorium serta sumber belajar yang memadai. Selain

itu, penggunaan alat dan sumber belajar yang disediakan oleh

pemerintah butuh sosialisasi dan pelatihan untuk memaksimalkan

penggunaannya.

b. Pemberian tugas rumah oleh guru berupa soal penguasaan konsep pada

tiap akhir bab yang bertujuan agar siswa mampu menyelesaikan

masalah fisika secara mandiri dirasakan masih kurang efektif oleh

siswa. Dalam kenyataannya, banyak siswa yang masih belum mandiri

dan percaya diri untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru

dengan kemampuannya sendiri.

c. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami soal serta menyelesaikan

bentuk soal yang terkait dengan perhitungan matematis. Hal ini

mengindikasikan siswa masih memiliki kemampuan yang rendah

dalam menganalisis soal fisika.

d. Pola belajar siswa dalam memahami konsep fisika beragam. Sebagian

besar siswa belajar dengan menghapalkan rumus ketika materi fisika

(13)

Maya Mustika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Generatif Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Pola pikir dan tanggapan siswa terhadap mata pelajaran fisika

menyatakan bahwa fisika merupakan mata pelajaran yang paling sulit

dipahami karena banyak menggunakan perumusan matematis dalam

penyelesaian soalnya terutama ketika konsepnya abstrak.

f. Menurut guru, kemampuan pemecahan masalah penting dimiliki oleh

siswa karena dengan demikian mereka dilatih untuk berpikir dan tidak

perlu menghapal.

2. Dari hasil angket diperoleh bahwa:

a. Siswa yang menyukai pelajaran fisika sebanyak 67%.

b. Siswa yang merasa kesulitan untuk memahami konsep fisika sebanyak

60%.

c. Sebanyak 63% siswa dengan mudah melupakan konsep-konsep yang

diajarkan guru.

d. Sebanyak 85% siswa juga setuju bahwa fisika penting untuk dipelajari

karena banyak manfaat yang dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.

e. Siswa suka memecahkan masalah yang diberikan guru di sekolah dan

merasa sangat senang jika mampu menyelesaikan persoalan fisika

yang sulit, namun hanya 56% siswa yang merasa mampu

menyelesaikan setiap permasalahan yang diberikan guru.

f. Siswa lebih senang berdiskusi untuk memecahkan masalah dari pada

belajar secara individu.

Dari hasil angket dan wawancara mengindikasikan bahwa motivasi

internal siswa terhadap pembelajaran fisika cukup besar, namun siswa

masih kesulitan dalam memahami konsep yang diajarkan. Jika dikaitkan

dengan pola belajar siswa dalam memahami fisika, siswa lebih terfokus

pada rumus yang digunakan untuk memecahkan permasalahan fisika tanpa

memaknai konsep yang mendasarinya. Ketika konsep fisika diterapkan

(14)

6

Maya Mustika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Generatif Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

permasalahan tersebut. Selain itu, ketika konsep fisika selesai dipelajari,

kemudian ditanyakan pada waktu yang berbeda, siswa tidak mampu

mengingat kembali apa yang sudah dipelajari karena pengetahuan yang

selama ini dimiliki siswa hanya bersifat hapalan.

Kondisi minimnya keterampilan berpikir siswa untuk memecahkan

masalah fisika dan sulitnya siswa untuk mengingat pelajaran yang telah

lalu memerlukan adanya upaya perbaikan. Dengan meningkatkan

kemampuan siswa memecahkan masalah fisika diharapkan dapat menjadi

solusi untuk meningkatkan penguasaan konsep dan prestasi siswa dalam

pembelajaran fisika. Hal ini dapat dilakukan dengan menciptakan suatu

pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif membangun

pengetahuan mereka sehingga tergali keterampilan-keterampilan lain dari

siswa.

Pembelajaran yang dapat meningkatkan penguasaan konsep dan

kemampuan pemecahan masalah siswa adalah pembelajaran yang

melibatkan secara aktif siswa dalam membangun pengetahuannya melalui

pengalamannya sehari-hari serta pengetahuan yang diperoleh sebelumnya

maupun pembelajaran saat ini. Kemampuan pemecahan masalah dapat

tergali melalui latihan memecahkan masalah yang kompleks dengan

melatih siswa untuk selalu berpikir bukan menghapal. Salah satu model

pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah adalah model pembelajaran generatif yang merupakan

modifikasi dari model pembelajaran konstruktivisme (Katu: 1995 dalam

Wahyuni, 2011). Dalam pembelajaran generatif, siswa dituntut

menyelesaikan persoalan yang kompleks, jika siswa tersebut mampu

menyelesaikannya maka pengetahuan siswa tersebut berarti telah dimiliki

secara utuh dan akan tersimpan dalam memori jangka panjangnya.

(15)

Maya Mustika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Generatif Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan pada

pengintegrasian secara aktif pengetahuan baru dengan menggunakan

pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya. Pengetahuan baru itu

akan diuji dengan cara menggunakannya dalam menjawab persoalan atau

gejala yang terkait. Jika pengetahuan itu berhasil menjawab permasalahan

yang dihadapi, maka pengetahuan baru itu akan disimpan dalam memori

jangka panjang.

Sejumlah penelitian menunjukkan pengaruh positif pembelajaran

generatif terhadap variabel-variabel hasil belajar, diantaranya adalah

penelitian Ogunleye dan Babajide (2011) yang menghasilkan bahwa

strategi pembelajaran generatif lebih efektif dalam meningkatkan prestasi

fisika siswa dibandingkan strategi pembelajaran konvensional. Penelitian

Hidayati (2008) menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran

generatif secara signifikan dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep

siswa dibanding penerapan model pembelajaran konvensional pada materi

momentum dan impuls. Penelitian Febrina (2011) menunjukkan bahwa

penggunaan model pembelajaran generatif secara signifikan dapat lebih

meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains siswa

SMA dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional pada materi

listrik dinamis.

Maka berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan

masalah yang diperoleh siswa setelah diterapkan model pembelajaran

generatif, dengan judul: “Penerapan Model Pembelajaran Generatif

dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan

Masalah Fisika pada Siswa SMA”.

(16)

8

Maya Mustika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Generatif Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah yang

diteliti secara umum adalah: “Bagaimana peningkatan penguasaan konsep

dan kemampuan pemecahan masalah fisika siswa SMA pada pokok bahasan

Gelombang setelah diterapkan model pembelajaran generatif?”

Rumusan masalah tersebut dijabarkan menjadi pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimana peningkatan penguasaan konsep fisika siswa SMA pada materi

Gelombang setelah diterapkan model pembelajaran generatif?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah fisika siswa

SMA menggunakan konsep Gelombang setelah diterapkan model

pembelajaran generatif?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus.

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peningkatan

penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan masalah siswa setelah

diterapkan model pembelajaran generatif. Sedangkan tujuan khusus dari

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui penguasaan konsep fisika pada siswa SMA melalui

penerapan model pembelajaran generatif.

2. Untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah fisika pada siswa

SMA melalui penerapan model pembelajaran generatif.

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak, baik guru,

maupun peneliti lain sebagai bukti empirik mengenai aspek penguasaan

(17)

Maya Mustika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Generatif Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melalui model pembelajaran generatif. Dengan demikian dapat dijadikan

masukan, pembanding, inspirasi serta rujukan bagi peneliti lain.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Penyusunan penelitian skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab I

pendahuluan terdiri dari lima sub bab yaitu latar belakang penelitian,

identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian/signifikansi penelitian serta struktur organisasi skripsi. Bab II berisi

kajian pustaka meliputi studi mengenai teori yang dikaji yaitu model

pembelajaran generatif, penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan

masalah fisika. Selain itu dibahas hubungan antar teori yang dikaji bersumber

dari penelitian terdahulu yang relevan. Bab III berisi metode penelitian dengan

delapan sub bab meliputi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian,

metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses

pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data serta analisis data. Bab

IV berisi hasil penelitian dan pembahasan dengan dua sub bab, yaitu

peningkatan penguasaan konsep dan peningkatan kemampuan pemecahan

masalah. Bab V berisi penutup dengan dua sub bab, yaitu kesimpulan dan

(18)

Maya Mustika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Generatif Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini dijelaskan mengenai metode penelitian yang meliputi

pemilihan lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian,

definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen,

teknik pengumpulan data serta analisis data.

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada salah satu SMA Negeri di Kabupaten

Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Pada sekolah tempat dilakukan

penelitian ini terdapat empat kelas XII IPA. Seluruh siswa kelas XII IPA 1

dipilih menjadi subjek dalam penelitian ini. Penentuan subjek penelitian

dilakukan secara purposive, yaitu dengan pertimbangan dan tujuan tertentu.

Karena pemilihan subjek penelitian dilakukan tidak secara random, maka hasil

penelitian hanya berlaku untuk populasi yang dipilih yaitu siswa kelas XII

IPA 1 tanpa bermaksud menggeneralisasikan hasil penelitian kepada seluruh

siswa kelas XII IPA di SMA tersebut.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

one-group pretest-posttest design untuk empat pertemuan. Pemilihan desain ini karena lebih sederhana dan mudah dilakukan. Peneliti bisa melihat langsung

perkembangan variabel terikat (variabel yang ingin diketahui

perkembangannya) yaitu penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan

masalah siswa. Pola desain penelitian one-group pretest-posttest design dapat

digambarkan sebagai berikut.

Pretest Treatment Posttest

(19)

Maya Mustika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Generatif Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.1. Pola One-Group Pretest-Posttest Design

Keterangan:

= Pretest (Tes Awal)

= Treatment (Perlakuan)

= Observasi

= Posttest (Test Akhir)

Pretest yang diberikan berupa soal penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan masalah serta diujikan keseluruhan sebelum

treatment diberikan. Treatment yang diberikan berupa penerapan model pembelajaran generatif dan hanya dilakukan pada satu kelas. Treatment

diberikan dalam empat kali pembelajaran atau empat pertemuan dengan

diamati oleh beberapa observer. Pada masing-masing pertemuan diadakan

posttest untuk mengukur hasil pembelajaran. Keseluruhan soal posttest yang diujikan sama dengan soal pretest dengan tujuan agar dapat dilihat sejauh

mana peningkatan hasil belajar siswa akibat dari treatment.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2012:3). Sesuai dengan rumusan

masalah dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu memperoleh

gambaran bagaimana peningkatan penguasaan konsep dan kemampuan

pemecahan masalah siswa melalui penerapan model pembelajaran generatif,

maka digunakan metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif merupakan

metode penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki objek tertentu untuk

mendapatkan gambaran atau deskripsi tentang karaktersitik atau keadaan lain

(20)

29

Maya Mustika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Generatif Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

telah dilakukan peneliti dapat dilihat pada lampiran A.1. Sedangkan untuk

jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada lampiran A.2.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut.

1. Model Pembelajaran Generatif

Model pembelajaran generatif merupakan rangkaian tahap demi

tahap (fase) kegiatan pembelajaran yang disusun sedemikian rupa

sehingga siswa dapat secara aktif mengolah informasi yang diterima

sebelumnya, yang diharapkan ketika siswa dihadapkan pada suatu masalah

yang kompleks, dengan keterampilan dasar yang dimiliki serta bimbingan

dari guru siswa dapat menyelesaikan masalah tersebut. Model

pembelajaran generatif terdiri dari 5 tahap (phase) yang meliputi:

pendahuluan (introductory), pemfokusan (focusing), kegiatan (activity),

diskusi (discussion) dan penerapan (application). Instrumen yang

digunakan untuk mengukur keterlaksanaan proses pembelajaran adalah

lembar observasi aktivitas guru dan siswa yang disusun berdasarkan

indikator-indikator yang terdapat pada setiap tahapan dari model

pembelajaran generatif.

2. Penguasaan Konsep

Penguasaan konsep didefinisikan sebagai tingkatan dimana

seseorang tidak sekedar mengetahui konsep-konsep, melainkan

benar-benar memahaminya dengan baik, yang ditunjukkan oleh kemampuannya

dalam menyelesaikan berbagai persoalan, baik yang terkait dengan konsep

maupun penerapannya dalam situasi baru. Penguasaan konsep yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah konsep Gelombang. Indikator

penguasaan konsep pada penelitian ini didasarkan pada domain kognitif

(21)

Maya Mustika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Generatif Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengaplikasikan (C3) dan menganalisis (C4). Peningkatan penguasaan

konsep diukur melalui hasil pretest dan posttest tes penguasaan konsep

(TPK) dalam bentuk soal pilihan ganda dengan menghitung nilai rerata

gain ternormalisasi pada setiap sub pokok bahasan gelombang dan setiap

aspek kemampuan kognitif.

3. Kemampuan Pemecahan Masalah

Kemampuan pemecahan masalah merupakan pengembangan dari

kemampuan berpikir. Berpikir adalah proses menggunakan pikiran untuk

mencari makna dan pemahaman terhadap sesuatu. Kemampuan

pemecahan masalah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kemampuan siswa dalam menggunakan pengetahuan-pengetahuan dan

konsep-konsep fisika pada materi ‘Gelombang’ untuk memecahkan

berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari. Indikator kemampuan

pemecahan masalah pada penelitian ini mengacu pada instrumen yang

dikembangkan oleh Docktor dan Heller yang meliputi aspek Deskripsi

Masalah (Useful Description), Pendekatan Fisika (Physics Approach),

Penerapan Khusus Konsep Fisika (Specific Application of Physics),

Prosedur Matematis (Math Procedures), serta Kesimpulan Logis (Logical

Progression). Peningkatan kemampuan pemecahan masalah dalam

penelitian ini diukur melalui hasil pretest dan posttest tes kemampuan

pemecahan masalah (TKPM) dalam bentuk soal uraian dengan

menghitung rerata gain ternormalisasi pada tiap sub pokok bahasan

gelombang dan aspek kemampuan pemecahan masalah.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tes dan

non-tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

(22)

31

Maya Mustika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Generatif Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok (Riduwan, 2004:

76). Jenis tes yang digunakan adalah tes prestasi berupa soal tes penguasaan

konsep (TPK) dan soal tes kemampuan pemecahan masalah (TKPM). Tes

penguasaan konsep dalam bentuk pilihan ganda secara keseluruhan terdiri dari

20 butir soal dan tes kemampuan memecahkan masalah dalam bentuk uraian

secara keseluruhan terdiri dari 4 butir soal. Kisi-kisi instrumen tes penguasaan

konsep dan tes kemampuan pemecahan masalah dapat dilihat pada lampiran

C.1. Instrumen non-tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar

observasi keterlaksanaan model pembelajaran generatif pada aktivitas guru

dan siswa yang dapat dilihat pada lampiran C.7.

F. Proses Pengembangan Instrumen

Instrumen tes yang telah disusun sesuai dengan aspek-aspek yang

diukur berdasarkan teori tertentu selanjutnya dikembangkan dengan

judgement oleh ahli yang terdiri dari dua dosen dari jurusan pendidikan fisika

dan satu guru bidang studi fisika tempat dilakukannya penelitian. Judgement

oleh ahli meliputi kesesuaian konsep, kesesuaian soal dengan indikator

pembelajaran, aspek kognitif, serta tata bahasa. Lembar Judgement instrumen

tes penguasaan konsep dan tes kemampuan pemecahan masalah dapat dilihat

pada lampiran C.2. Setelah instrumen dinyatakan layak oleh para ahli,

selanjutnya dilakukan uji coba pada salah satu kelas yang memiliki

karakteristik yang sama dengan sampel yang diambil. Setelah data diperoleh,

dilakukan analisis instrumen melalui proses pengujian validitas, reliabilitas,

daya pembeda dan tingkat kesukaran.

(23)

Maya Mustika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Generatif Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada awalnya tes ini terdiri dari 23 soal pilihan ganda yang

terdistribusi pada empat pertemuan. Sebelum analisis dilakukan, dihitung

terlebih dahulu perolehan skor masing-masing peserta uji coba. Untuk tes

pilihan ganda ini, jawaban benar diberi skor satu dan jawaban salah diberi

skor nol.

a. Reliabilitas TPK

Analisis reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen

yang digunakan sebagai alat pengumpul data sudah baik atau belum.

Untuk memperoleh indeks reliabilitas soal digunakan rumus korelasi

Spearman-Brown, yaitu:

(Arikunto, 2011:93)

dengan:

= reliabilitas instrumen

= indeks korelasi antara dua belahan instrumen

Interpretasi reliabilitas tes dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1. Interpretasi Reliabilitas Tes

Nilai r Interpretasi

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah

b. Validitas TPK

Analisis validitas dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen

(24)

33

Maya Mustika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Generatif Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

satu cara untuk mengukur validitas tes adalah dengan korelasi product

moment dengan angka kasar, rumusannya adalah sebagai berikut:

(Arikunto, 2011: 72)

dengan :

= indeks korelasi antara dua variael = skor tiap butir soal

= skor total tiap butir soal = jumlah siswa

Interpretasi validitas instrumen tes bisa dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2. Interpretasi Validitas Tes

Interpretasi

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah

(Arikunto, 2011: 75)

c. Daya Pembeda TPK

Untuk menghitung indeks daya pembeda setiap butir soal, seluruh

peserta tes dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok atas dan

kelompok bawah. Kemudian daya pembeda butir soal dihitung dengan

menggunakan rumus:

(Arikunto, 2011: 213)

dengan :

= Daya Pembeda

(25)

Maya Mustika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Generatif Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu = Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar = Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar

Kualifikasi daya pembeda tiap butir soal bisa dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3. Kriteria Indeks Daya Pembeda

Kualifikasi

0,00 – 0,20 Jelek

0,20 – 0,40 Cukup

0,40 – 0,70 Baik

0,70 – 1,00 Baik Sekali

Negatif Tidak baik, harus dibuang

(Arikunto, 2011:218)

Jika daya pembeda yang interpretasinya kurang dari 0,20 maka

soal harus dibuang atau diubah. Jika interpetasinya diantara 0,20 – 0,30

maka soal harus direvisi selebihnya jika interpretasi lebih dari 0,30 maka

soal baik dan bisa diterima.

Taraf Kesukaran Butir Soal dapat dihitung menggunakan

persamaan sebagai berikut:

(Arikunto, 2011: 208) dengan :

= Taraf kesukaran butir soal

= banyaknya siswa yang menjawab benar = Jumlah siswa yang mengikuti tes

Interpretasi taraf kesukaran bisa dilihat pada tabel 3.4.

Tabel 3.4. Interpretasi Taraf Kesukaran

Nilai P Tingkat Soal

0,00 – 0,30 Sukar

(26)

35

Maya Mustika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Generatif Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

0,70 – 1,00 Mudah

(Arikunto, 2011: 210)

Uji coba instrumen penelitian dilakukan di salah satu SMA di kota

Bandung. Uji coba dilakukan di kelas XII pada sekolah yang telah

mendapat materi Gelombang. Jumlah siswa yang mengikuti tes sebanyak

30 orang. Soal penguasaan konsep yang diuji cobakan sebanyak 23 soal

dengan rincian 2 soal aspek C1 (9%), 12 soal C2 (52%), 5 soal C3 (22%),

dan 4 soal C4 (17%). Soal uji coba tes penguasaan konsep dapat dilihat

pada lampiran C.3. Hasil pengolahan data dan analisis uji coba instrumen

tes penguasaan konsep berupa reliabilitas, validitas, taraf kesukaran, dan

daya pembeda dapat dilihat pada lampiran C.4. Setelah dianalisis

diperoleh reliabilitas tes sebesar 0,79 dengan kategori tinggi. Untuk nilai

validitas butir soal, taraf kesukaran dan daya pembeda dirangkum pada

tabel 3.5.

Tabel 3.5. Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Tes Penguasaan Konsep

No Soal

Validitas Tingkat

Kesukaran Daya Pembeda

Keterangan Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori

1 0,40 Cukup 0,50 Sedang 0,33 Cukup Dipakai

2 0,51 Cukup 0,50 Sedang 0,47 Baik Dipakai

3 0,52 Cukup 0,80 Mudah 0,27 Cukup Dipakai

4 0,51 Cukup 0,53 Sedang 0,40 Baik Dipakai

5 0,26 Rendah 0,70 Sedang 0,33 Cukup Dibuang

6 0,51 Cukup 0,17 Sukar 0,60 Baik Dipakai

7 0,60 Tinggi 0,70 Sedang 0,20 Cukup Dipakai

8 0,29 Rendah 0,23 Sukar 0,27 Cukup Dibuang

9 0,45 Cukup 0,80 Mudah 0,53 Baik Dipakai

10 0,54 Cukup 0,33 Sedang 0,40 Baik Dipakai

11 0,51 Cukup 0,80 Mudah 0,40 Baik Dipakai

12 0,60 Tinggi 0,63 Sedang 0,33 Cukup Dipakai

13 0,47 Cukup 0,40 Sedang 0,40 Baik Dipakai

(27)

Maya Mustika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Generatif Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No Soal

Validitas Tingkat

Kesukaran Daya Pembeda

Keterangan Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori

15 0,42 Cukup 0,87 Mudah 0,27 Cukup Dipakai

16 0,51 Cukup 0,53 Sedang 0,27 Cukup Dipakai

17 0,44 Cukup 0,70 Sedang 0,33 Cukup Dipakai

18 0,35 Rendah 0,80 Mudah 0,27 Cukup Dibuang

19 0,38 Rendah 0,37 Sedang 0,20 Cukup Dipakai

20 0,49 Cukup 0,67 Sedang 0,40 Baik Dipakai

21 0,38 Rendah 0,70 Sedang 0,47 Baik Dipakai

22 0,70 Tinggi 0,27 Sukar 0,53 Baik Dipakai

23 0,50 Cukup 0,63 Sedang 0,47 Baik Dipakai

Berdasarkan tabel 3.6, analisis uji coba validitas butir soal

diperoleh 3 soal (13,04%) dengan kategori tinggi, 15 soal (65,22%)

dengan kategori cukup dan 5 soal (21,74%) dengan kategori rendah. Untuk

tingkat kesukaran diperoleh 3 soal (13,04%) dengan kategori sukar, 15

soal (65,22%) dengan kategori sedang dan 5 soal (21,74%) dengan

kategori mudah. Sedangkan untuk daya pembeda diperoleh 12 soal

(52,18%) dengan kategori baik dan 11 soal (47,82%) dengan kategori

cukup.

Dalam Arikunto (2011: 75), untuk menafsirkan harga validitas

butir soal atau koefisien korelasi product moment (r) dapat juga mengacu

ke tabel harga kritik r product moment. Jika harga r lebih kecil dari harga

kritik dalam tabel, maka butir soal tersebut dikatakan tidak valid. Dari

tabel harga kritik r product moment untuk jumlah peserta sebanyak 30

yang mengikuti uji coba dengan taraf kepercayaan 95% diperoleh harga r

sebesar 0,361. Oleh karena itu, soal yang tidak valid memiliki nilai

validitas yang kurang dari 0,361 yaitu soal nomor 5, 8 dan 13. Dari data

tersebut, sebanyak 3 soal dibuang dan 20 soal digunakan dalam penelitian.

(28)

37

Maya Mustika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Generatif Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

didistribusikan kedalam empat pertemuan pembelajaran dengan rincian 6

soal digunakan pada pembelajaran pertemuan pertama dengan topik laju

gelombang, 4 soal pada pertemuan kedua dengan topik gelombang

berjalan, 3 soal pada pertemuan ketiga dengan topik gelombang stasioner

dan 7 soal untuk pertemuan keempat dengan topik gejala gelombang.

Pembagian soal ini didasarkan pada indikator yang mewakili pembelajaran

tiap pertemuannya. Dari 20 soal yang digunakan dalam penelitian terdapat

2 soal (10%) dengan tingkat kemampuan kognitif mengingat, 10 soal

memahami (50%), 4 soal mengaplikasikan (20%) dan 4 soal menganalisis

(20%).

2. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM)

Analisis uji coba instrumen tes kemampuan pemecahan masalah

menggunakan software Anates Uraian Version 4.0.5. Tes ini terdiri dari

empat buah soal uraian yang terdistribusi pada empat pertemuan

pembelajaran. Penilaian tes kemampuan pemecahan masalah didasarkan

pada rubrik penilaian yang digunakan. Sebelum analisis dilakukan,

terlebih dahulu dihitung perolehan skor peserta uji coba. Aspek yang

dinilai dalam tes kemampuan memecahkan masalah terdiri dari: (1) Useful

Description, (2) Physics Approach, (3) Specific Application of Physics, (4) Math Procedures, (5) Logical Progression. Setiap aspek memiliki skor maksimum 4 dan skor minimum 0 dalam skala ordinal. Soal TKPM pada

topik laju gelombang, gelombang berjalan dan gelombang stasioner

mengandung kelima indikator pemecahan masalah, sehingga memiliki

skor maksimum keseluruhan sebesar 20. Sedangkan untuk soal TKPM

pada topik gejala gelombang tidak mengandung penilaian jawaban untuk

aspek keempat, yaitu math procedures, sehingga skor maksimum

keseluruhan adalah 16. Analisis uji coba instrumen tes kemampuan

(29)

Maya Mustika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Generatif Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tingkat kesukaran serta daya pembeda dapat dilihat pada lampiran C.5.

Hasil realibilitas yang diperoleh sebesar 0,73 dengan kategori tinggi. Hasil

analisis validitas, tingkat kesukaran, serta daya pembeda butir soal TKPM

dirangkum pada tabel 3.6.

Tabel 3.6. Hasil Analisis Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

No Soal

Validitas Tingkat

Kesukaran

Daya Pembeda

Keterangan Nilai Signifikansi

Korelasi Nilai Tafsiran Nilai

1 0,71 Signifikan 0,69 Sedang 0,16 Dipakai

2 0,68 Signifikan 0,68 Sedang 0,28 Dipakai

3 0,82 Sangat Signifikan 0,56 Sedang 0,64 Dipakai

4 0,65 Signifikan 0,41 Sedang 0,38 Dipakai

Berdasarkan tabel 3.6 terlihat bahwa validitas seluruh soal TKPM

memiliki korelasi yang signifikan. Untuk tingkat kesukaran keempat soal

termasuk dalam kategori sedang. Dari data tersebut, disimpulkan bahwa

keempat soal TKPM yang telah diuji cobakan dapat digunakan dalam

penelitian. Soal tersebut didistribusikan ke dalam empat pertemuan

pembelajaran, sehingga setiap pertemuannya memiliki satu soal

pemecahan masalah.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah memperoleh data.

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber,

dan berbagai cara (Sugiyono, 2012:224). Dalam penelitian ini, teknik

pengumpulan data dilakukan dengan observasi (pengamatan) dan

dokumentasi. Data yang diperlukan oleh peneliti berupa data kualitatif dan

(30)

39

Maya Mustika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Generatif Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa SMA

[image:30.595.129.517.117.256.2]

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.7. Data, Teknik Pengumpulan Data dan Alat Ukur Penelitian

No. Data Teknik

Pengumpulan Data Alat Ukur 1 Kualitatif

 Keterlaksanaan model pembelajaran

 Observasi  Lembar

observasi 2 Kuantitatif

 Penguasaan konsep  Kemampuan

pemecahan masalah

 Tes  Tes

 Soal tes pilihan ganda

 Soal tes uraian

Berdasarkan tabel 3.7 dapat diketahui bahwa keterlaksanaan model

pembelajaran generatif dapat diukur dengan menggunakan lembar observasi.

Lembar observasi ini untuk mengetahui apakah aktivitas guru dan aktivitas

siswa terlaksana sesuai dengan sintaks pembelajaran generatif atau tidak.

Pengisian lembar observasi ini dengan menggunakan cecklist terlaksana atau

tidaknya langkah pembelajaran yang ada pada lembar observasi dengan yang

dilakukan peneliti.

Penguasaan konsep siswa diukur dengan menggunakan tes berupa tes

tertulis dalam bentuk tes objektif (soal pilihan ganda) yang hanya mencakup

empat aspek ranah kognitif yang ada pada taksonomi Anderson yaitu C1

(mengingat), C2 (memahami), C3 (mengaplikasikan), dan C4 (menganalisis).

Kemamapuan pemecahan masalah siswa diukur dengan menggunakan

tes berupa tes tertulis dalam bentuk soal uraian. Aspek yang diukur dalam tes

kemampuan pemecahan masalah adalah Useful Description, Physics

Approach, Specific Application, Math Procedures, dan Logical Progression.

H. Analisis Data

Dalam penelitian ini data diperoleh melalui lembar observasi

keterlaksanaan model pembelajaran generatif, tes penguasaan konsep (TPK),

dan tes kemampuan pemecahan masalah (TKPM). Teknik pengolahan data

(31)

Maya Mustika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Generatif Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Generatif

Langkah pembelajaran generatif dikatakan telah terlaksana apabila

peneliti telah melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan langkah

pembelajaran yang tercantum dalam lembar observasi. Besar persentase

keterlaksanaan model pembelajaran dapat dinyatakan dengan rumusan:

Keterlaksanaan model pembelajaran dikatakan baik apabila langkah

pembelajaran pada model itu telah terlaksana sedikitnya 60% dari seluruh

langkah pembelajaran yang seharusnya dilakukan. Untuk lebih jelasnya

mengenai nilai interpretasi keterlaksanaan model pembelajaran bisa dilihat

[image:31.595.171.508.372.480.2]

pada tabel 3.8.

Tabel 3.8. Interpretasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kategori Keterlaksanaan Interpretasi

80% atau lebih Sangat baik

60% - 79% Baik

40% - 59% Sedang

21% - 39% Kurang

0% - 20% Kurang Sekali

Sugiyono (2001)

2. Tes Penguasaan Konsep dan Tes Kemampuam Pemecahan Masalah

Data penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan masalah

diperoleh melalui tes. Jumlah soal yang diberikan sebanyak 20 soal pilihan

ganda dan 4 soal uraian. Langkah-langkah pengolahan data tes tersebut

adalah sebagai berikut.

a. Pemberian Skor

Skor untuk tes penguasaan konsep (TPK) diberikan untuk jawaban

benar adalah 1 dan untuk jawaban salah adalah 0. Skor total dihitung

dari banyaknya jawaban yang cocok dengan kunci jawaban.

(32)

41

Maya Mustika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Generatif Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

skor yang diberikan untuk tiap item soal dengan skor maksimum 4 dan

skor minimum 0 pada tiap aspeknya.

b. Menentukan Nilai

Untuk menentukan nilai tes kemampuan pemecahan masalah dan

penguasaan konsep siswa dilakukan dengan menghitung persentase

skor sebagai berikut:

c. Menghitung rerata skor pretest dan posttest

Nilai rata-rata (mean) skor pretest dan posttest dihitung dengan

menggunakan rumus berikut:

̅ ∑

dengan: ̅

d. Menghitung Nilai Rata-rata Gain Ternormalisasi ( )

Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung

dengan gain yang dinormalisasi. Rata-rata gain yang ternormalisasi

( ) dinyatakan oleh persamaan sebagai berikut (Hake, 1998):

dengan:

< g > = Rerata gain yang ternormalisasi < > = Rerata nilai posttest

< > = Rerata nilai pretest

Nilai ini kemudian diinterpretasikan ke dalam tabel 3.9 sebagai

berikut.

(33)

Maya Mustika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Generatif Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Nilai < g > Interpretasi

Tinggi

Sedang Rendah

Nilai rerata gain ternormalisasi yang dicari adalah rerata gain

ternormalisasi pada tiap pertemuan pembelajaran untuk tes penguasaan

konsep dan tes kemampuan pemecahan masalah. Selain itu juga

ditentukan rerata gain ternormalisasi masing-masing tingkatan

kemampuan kognitif mengingat, memahami, mengaplikasikan dan

menganalisis serta rerata gain ternormalisasi masing-masing aspek

(34)

Maya Mustika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Generatif Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi pemaparan data hasil penelitian beserta pembahasannya

meliputi peningkatan penguasaan konsep siswa SMA pada materi Gelombang dan

peningkatan kemampuan siswa SMA dalam memecahkan masalah fisika

menggunakan konsep Gelombang. Variabel yang diukur dalam penelitian ini

adalah penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan masalah siswa sebelum

dan setelah diberikan treatment berupa model pembelajaran generatif. Data yang

diolah berupa hasil pretest dan posttest soal penguasaan konsep dalam bentuk

pilihan ganda serta hasil pretest dan posttest soal kemampuan pemecahan masalah

dalam bentuk uraian.

Sebelum disajikan pemaparan data hasil penelitian, diberikan terlebih

dahulu gambaran keterlaksanaan penerapan model pembelajaran generatif. Dalam

implementasi model pembelajaran generatif, peneliti sebagai guru dibantu oleh

beberapa orang observer untuk mengamati proses pembelajaran yang

berlangsung. Observer mendata aktivitas guru dan aktivitas siswa untuk melihat

apakah pelaksanaan pembelajaran di kelas sudah sesuai dengan tahap-tahap model

pembelajaran generatif yang telah dirancang. Rekapitulasi data hasil observasi

keterlaksanaan penerapan model pembelajaran generatif oleh observer dapat

dilihat pada lampiran D.1.

Secara umum deskripsi proses pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan

skenario model pembelajaran generatif sebagai berikut. Pembelajaran diawali

dengan tahap pengenalan (introduction), guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, berdo’a serta memeriksa kehadiran siswa. Guru mengkondisikan kelas dengan membagi siswa kedalam delapan kelompok yang

heterogen, lalu menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan aturan

(35)

Maya Mustika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Generatif Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

gelombang yang telah dipelajari sebelumnya. Tahap berikutnya yaitu pemfokusan

(focusing), dalam kegiatan ini guru menggali konsepsi awal siswa terkait

pengalaman siswa terhadap konsep yang diajarkan serta memberikan motivasi.

Selanjutnya guru menyajikan masalah yang diharapkan setiap anggota kelompok

dapat mengemukakan ide dan berdiskusi mengenai masalah yang diberikan.

Namun guru tidak memberikan pembenaran atas ide yang disebutkan siswa.

Pembelajaran dilanjutkan pada kegiatan inti yaitu tahap aktivitas atau

penyelidikan (activity). Dalam hal ini siswa melakukan proses pengumpulan data

sesuai dengan panduan yang diberikan guru dalam lembar kegiatan siswa (LKS).

Guru sebagai fasilitator bagi siswa agar dapat melakukan penyelidikan dengan

baik. Tahapan selanjutnya yaitu diskusi (discussion), dimana siswa berdiskusi

secara aktif dalam kelompok menjawab permasalahan yang ada dalam LKS

hingga diperoleh suatu kesimpulan. Kemudian salah satu kelompok

mempresentasikan hasil temuannya di depan kelas dan kelompok lainnya diberi

kesempatan untuk menanggapi. Guru mengarahkan diskusi sambil memberikan

koreksi dan penguatan serta meluruskan miskonsepsi yang terjadi. Tahapan

terakhir yaitu penerapan (application), dimana masing-masing siswa membuat

ringkasan hasil diskusi atas konsep yang telah mereka peroleh dalam

pembelajaran saat itu sebagai pengetahuan baru. Selanjutnya siswa menerapkan

pengetahuan baru yang diperoleh dengan mengerjakan soal evaluasi berupa soal

penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan masalah. Sebelumnya guru

menjelaskan prosedur penyelesaian soal pemecahan masalah serta proses

penilaiannya. Pembelajaran diakhiri dengan pemberian penghargaan kepada siswa

atau kelompok yang aktif.

Dampak penerapan model pembelajaran generatif terhadap variabel hasil

belajar yang diukur dalam penelitian ini yaitu penguasaan konsep dan kemampuan

pemecahan masalah sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian

(36)

43

Maya Mustika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Generatif Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A. Peningkatan Penguasaan Konsep Siswa SMA pada Materi Gelombang

Peningkatan penguasaan konsep fisika pada siswa SMA setelah

diterapkan model pembelajaran generatif dapat ditentukan melalui rerata gain

ternormalisasi ( ) yang diperoleh dari pengolahan data hasil pretest dan

posttest tes penguasaan konsep (TPK). Analisis data tes penguasaan konsep

siswa pada materi gelombang dilakukan tiap sub pokok bahasan gelombang

dan tiap tingkatan kemampuan kognitif siswa.

Konsep gelombang yang dipelajari menggunakan model pembelajaran

generatif terdiri dari empat sub pokok bahasan yaitu karakteristik dan laju

gelombang, gelombang berjalan, gelombang stasioner, dan gejala gelombang.

Soal tes penguasaan konsep yang diujikan terdiri dari 20 butir soal dalam

bentuk pilihan ganda yang terdistribusi dalam empat pertemuan dengan sub

pokok bahasan gelombang yang berbeda-beda. Tes penguasaan konsep terdiri

dari soal dengan aspek kemampuan kognitif yang beragam dalam Taksonomi

Anderson, mulai dari aspek mengingat, memahami, mengaplikasikan dan

menganalisis. Adapun distribusi soal tes penguasaan konsep dapat dilihat pada

[image:36.595.123.514.467.606.2]

tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Soal Tes Penguasaan Konsep pada Materi Gelombang

Konsep Mengingat Memahami Mengaplikasikan Menganalisis Total (%) Laju

Gelombang

Gelombang

Berjalan

Gelombang

Stasioner

Gejala

Gelombang

Total (%)

1. Peningkatan Penguasaan Konsep Tiap Sub Pokok Bahasan

Sebelum diterapkan model pembelajaran generatif pada pokok

bahasan gelombang, dilakukan pretest terlebih dahulu untuk mengetahui

(37)

Maya Mustika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Generatif Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

gelombang. Keempat sub pokok bahasan gelombang tersebut dipelajari

dalam empat pertemuan dan posttest dilakukan pada tiap pertemuan di

akhir pembelajaran dengan pertimbangan bahwa hasil tes penguasaan

konsep yang diperoleh siswa merupakan efek dari treatment. Rekapitulasi

skor pretest dan posttest penguasaan konsep dapat dilihat pada lampiran

D.2. Hasil pengolahan data rerata gain ternormalisasi tes penguasaan

konsep siswa tiap sub pokok bahasan gelombang dapat dilihat pada

lampiran D.4.a. Deskripsi statistik hasil tes penguasaan konsep pada

[image:37.595.135.539.328.483.2]

keempat sub pokok bahasan gelombang disajikan pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Rerata Gain Ternormalisasi Tes Penguasaan Konsep Tiap Sub Pokok Bahasan Gelombang

TPK Laju Gelombang Gelombang Berjalan Gelombang Stasioner Gejala Gelombang Pretest Posttest Pretest Posttest Pretest Posttest Pretest Posttest

Skor Ideal Skor Maksimum Skor Minimum Skor Rerata Rerata N-Gain (Sedang) (Tinggi) (Tinggi) (Sedang)

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa terdapat peningkatan

penguasaan konsep siswa pada keempat sub pokok bahasan gelombang

setelah diterapkan model pembelajaran generatif. Peningkatan dapat

dilihat dari rerata nilai pretest dan posttest serta gain ternormalisasi.

Peningkatan penguasaan konsep siswa memiliki nilai yang bervariasi pada

tiap topiknya.

Pada pembelajaran dengan topik laju gelombang (treatment

pertama), perolehan skor rerata penguasaan konsep meningkat dari

menjadi dan rerata gain ternormalisasi diperoleh sebesar

(38)

45

Maya Mustika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Generatif Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penguasaan konsep pada materi laju gelombang setelah diterapkan model

pembelajaran generatif sebesar dari peningkatan penguasaan konsep

yang diharapkan. Perolehan gain ternormalisasi pada topik laju gelombang

menunjukkan hasil yang paling rendah diantara ketiga topik lainnya.

Sementara itu pada pembelajaran dengan topik gelombang berjalan

(treatment kedua), perolehan skor rerata penguasaan konsep siswa

meningkat dari menjadi dan rerata gain ternormalisasi diperoleh

sebesar dengan kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi

peningkatan penguasaan konsep pada materi gelombang berjalan setelah

diterapkan model pembelajaran generatif sebesar dari peningkatan

penguasaan konsep yang diharapkan. Hasil penerapan pembelajaran

generatif pada topik gelombang berjalan menunjukkan perolehan rerata

gain ternormalisasi tertinggi diantara ketiga pembelajaran lainnya.

Selanjutnya pada pembelajaran dengan topik gelombang stasioner

(treatment ketiga), skor rerata penguasaan konsep meningkat dari

menjadi dan rerata gain ternormalisasi diperoleh sebesar

dengan kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan

penguasaan konsep pada materi gelombang stasioner setelah diterapkan

model pembelajaran generatif sebesar dari peningkatan penguasaan

konsep yang diharapkan.

Pada treatment keempat pembelajaran dengan topik gejala

gelombang, skor rerata penguasaan konsep meningkat dari menjadi

. Rerata gain ternormalisasi penguasaan konsep pada materi gejala gelombang diperoleh sebesar dengan kategori sedang. Hal ini

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan penguasaan konsep pada materi

gejala gelombang setelah diterapkan model pembelajaran generatif sebesar

(39)

Maya Mustika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Generatif Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Diagram batang pada gambar 4.1 menunjukkan perbandingan

persentase skor rerata pretest, posttest dan gain ternormalisasi untuk

penguasaan konsep tiap sub pokok bahasan gelombang. Berdasarkan

gambar 4.1 terlihat bahwa rerata gain ternormalisasi penguasaan konsep

mengalami peningkatan pada topik gelombang berjalan kemudian

mengalami penurunan pada topik gelombang stasioner dan gejala

gelombang.

Gambar 4.1. Perbandingan Persentase Skor Rerata Pretest, Posttest dan N-Gain Penguasaan Konsep Siswa tiap Sub Pokok Bahasan Gelombang

Hasil ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor ditinjau dari

keterlaksanaan treatment serta konten materi yang pelajari. Analisisnya

sebagai berikut:

a. Sub Pokok Bahasan Laju Gelombang

Laju Gelombang

Gelombang Berjalan

Gelombang Stasioner

Gejala Gelombang

Pretest 32% 25% 17% 20%

Posttest 72% 90% 78% 75%

N-Gain 59% 87% 74% 68%

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

[image:39.595.147.514.129.547.2]
(40)

47

Maya Mustika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Generatif Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Waktu penerapan model pembelajaran generatif pada topik laju

gelombang (treatment pertama) bertepatan dengan bulan Ramadhan,

sehingga alokasi waktu pembelajaran dikurangi 10 menit tiap satu jam

pelajaran yang seharusnya 45 menit menjadi 35 menit sesuai dengan

kebijakan sekolah. Hal ini sangat menyulitkan peneliti dalam

menyesuaikan waktu yang tersedia dengan pelaksanaan pembelajaran

sesuai dengan skenario yang telah dirancang sebelumnya.

Pertemuan pertama berlangsung pada hari Senin tanggal 29 Juli

2013 dan jadwal pembelajaran fisika pada kelas yang menjadi subjek

penelitian ada tiga jam pelajaran yaitu pada jam ke enam, tujuh dan

delapan. Satu jam pelajaran dialokasikan untuk pelaksanaan pretest

yang dimulai pada pukul WIB. Sementara itu peneliti sebagai

guru yang secara langsung menerapkan model pembelajaran generatif

melakukan perkenalan dengan siswa karena sebelumnya peneliti tidak

mengetahui bagaimana karakteristik siswa di kelas tersebut. Sambutan

awal siswa cukup baik, ketika diberikan soal pretest ada beberapa

diantara mereka yang sedikit mengeluh, namun sebagian besar siswa

masih berusaha mengerjakan dengan sungguh-sungguh. Setelah

mengerjakan soal pretest terdapat jeda waktu istirahat sebelum

melanjutkan pembelajaran pada jam berikutnya. Pada jam ketujuh dan

delapan dilaksanakan treatment pertama yaitu pembelajaran generatif

dengan materi ajar karakteristik dan laju gelombang. Pembelajaran

berlangsung pada pukul dan diamati oleh tiga orang observer.

Berdasarkan pengamatan observer, pada tahapan introduction

guru menghabiskan waktu cukup lama pada kegiatan apersepsi

sehingga ada beberapa tahapan pembelajaran berikutnya yang

terlewatkan. Pada tahap ini, guru menyampaikan tujuan pembelajaran

(41)

Maya Mustika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Generatif Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

gelombang, dapat membedakan jenis-jenis gelombang, menentukan

persamaan dasar gelombang serta faktor-faktor yang mempengaruhi

laju gelombang. Pada kegiatan apersepsi, guru menggali pengetahuan

awal siswa terhadap konsep gelombang yang akan dibangun menge

Gambar

Tabel 3.1. Interpretasi Reliabilitas Tes
Tabel 3.2. Interpretasi Validitas Tes
Tabel 3.3. Kriteria Indeks Daya Pembeda   Kualifikasi
Tabel 3.5. Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Tes Penguasaan Konsep
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan Model Pembelajaran Novick Dipadukan Dengan Strategi Cooperative Problem Solving (Cps) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Sma

Hasil penelitian ini adalah: (1) Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran generatif

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan peningkatan penguasaan konsep dan minat belajar fisika siswa yang mendapatkan Pembelajaran Pemecahan Masalah

Hal ini berarti terdapat pengaruh penguasaan konsep fisika siswa antara kelas eksperimen yang diberikan perlakuan berupa penerapan model pembelajaran generatif

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHALLENGE BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA SISWA SMA PADA MATERI FLUIDA STATIS..

Simpulan yang diperoleh adalah (1) model pembelajaran generatif efektif ter- hadap kemampuan pemecahan masalah siswa kelas X pada materi pokok jarak pa- da bangun ruang,

Pada penelitian pengembangan model pembelajaran student oriented dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah fisika peserta didik ini bertujuan mengembangkan

Hal ini berarti terdapat pengaruh penguasaan konsep fisika siswa antara kelas eksperimen yang diberikan perlakuan berupa penerapan model pembelajaran generatif