PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS
SISWA SMP
SKRIPSI
diajukan untuk memunuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan departemen pendidikan matematika
Disusun oleh: Uswatun Khasanah
1009071
DEPARTEMEN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS
SISWA SMP
oleh
Uswatun Khasanah
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Uswatun Khasanah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
USWATUN KHASANAH
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS
SISWA SMP
disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing I
Dr. H. Karso, M. M. Pd. NIP. 195509091980021001
Pembimbing II
Dr. Jarnawi Afgani Dahlan, M. Kes. NIP. 196805111991011001
Mengetahui,
Ketua Departemen Pendidikan Matematika
Uswatun Khasanah, 2014
Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Uswatun Khasanah (1009071). Penerapan Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP. Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran generatif; (2) mengetahui kualitas kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP yang memperoleh model pembelajaran generatif. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kuasi-eksperimen, dengan desain nonekuivalent control group. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di salah satu sekolah menengah pertama di kota Bandung tahun ajaran 2014/2015 dan sampel pada penelitian ini adalah siswa dari dua kelas pada sekolah tersebut, yang mana satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lainnya sebagai kelas kontrol. Satu kelas sebagai kelas eksperimen memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran generatif dan satu kelas sebagai kelas kontrol memperoleh pembelajaran dengan pembelajaran saintifik. Data penelitian ini diperoleh melalui tes kemampuan komunikasi matematis siswa, dan lembar observasi. Hasil penelitian ini adalah: (1) Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran generatif lebih baik daripada kemampuan pemecahan masalah siswa yang memeperoleh pembelajaran saintifik; (2) Kualitas peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP yang memperoleh model pembelajaran generatif dan pembelajaran saintifik berada pada kategori sedang.
Uswatun Khasanah, 2014
Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
Uswatun Khasanah. (1009071). Implementation of Generative Teaching Model to Improve Junior High School Students’ Mathematical Problem Solving Ability.
The background of this study was the fact that students’ mathematical problem solving ability which was still low. The objectives of this study were: (1) determining whether the problem solving abilities of students under generative; teaching model were better than students under scientific teaching model or not; (2) determining quality of problem solving abilities of students under generative teaching model. A quasi-experimental with nonequivalent control group design was used as the research method. The participants of this study were 62 eighth graders of a junior high school in Bandung. The samples were two classes of students of the school; one class as the experimental group which was given generative teaching model, and the other as the control group which was given scientific teaching model. The data were obtained from mathematical problem solving test and observation. The results showed that: (1) the improvement of students’ mathematical problem solving under generative teaching model was better than students under scientific approach teaching.; (2) ) the quality of students’ problem solving abilities under generative teaching model and scientific teaching approach is middle.
Uswatun Khasanah, 2014
Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
ABSTRAK ……… ... v
DAFTAR ISI ……… ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah...7
C. Tujuan Penelitian ...7
D. Manfaat Penelitian ...8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...9
A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 9
B. Model Pembelajaran Generatif ... 13
C. Pembelajaran Saintifik ... 20
D. Teori Belajar Pendukung ...24
E. Hasil Penelitian yang Relevan...27
F. Hipotesis...28
BAB III METODE PENELITIAN ...29
A. Metode dan Desain Penelitian ...29
B. Populasi dan Sampel Penelitian ...30
C. Definisi Operasional ...31
D. Instrumen Penelitian ...31
Uswatun Khasanah, 2014
Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Instrumen Penelitian ...32
E. Prosedur Penelitian ... 41
F. Analisis Data ... 42
1. Analisis Data Data Pretest, Posttest, dan Gain ...42
2. Analisis Inferensial (Uji Hipotesis) ...42
BAB IV HASIL PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN ...46
A. Hasil Pengolahan Data ...46
1. Analisis Data Kuantitatif ...46
2. Analisis Data Kualitatif ...61
B. Pembahasan ... 63
1. Proses Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Generatif Sikap ... 64
2. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 68
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 74
A. Simpulan ... 74
B. Implikasi dan Rekomendasi... 74
DAFTAR REFERENSI ... 76
Uswatun Khasanah, 2014
Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis 34
Tabel 3.2 Interpretasi Indeks Validitas Soal... 35
Tabel 3.3 Validitas Butir Soal... 35
Tabel 3.4 Hasil Uji Keberartian Validitas... 36
Tabel 3.5 Interpretasi Indeks Reliabelitas Soal... 37
Tabel 3.6 Interpretasi Indeks Tingkat Kesukatan Soal... 38
Tabel 3.7 Indeks Kesukaran Soal... 38
Tabel 3.8 Interpretasi Indeks Daya Pembeda Soal...39
Tabel 3.9 Daya Pembeda Soal... 39
Tabel 3.10 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes... . 40
Tabel 3.11 Interpretasi Indeks Gain... ... 44
Tabel 4.1 Deskriptif Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...47
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Pretes... 48
Tabel 4.3 Hasil Uji Mann-Whitney Data Pretes... 51
Tabel 4.4 Deskriftif Hasil Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...52
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Postes...53
Tabel 4.6 Hasil Uji Mann-Whitney Data Postes... 55
Tabel 4.7 Deskriptif Hasil Indeks Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...56
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Indeks Gain...57
Tabel 4.9 Hasil Uji Mann-Whitney Data Indeks Gain...59
Tabel 4.10 Deskriptfi Data Indeks Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis siswa...60
Uswatun Khasanah, 2014
Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Alur Analisis Data ...45
Gambar 4.1 Q-Q Plot Hasil Uji Normalitas Pretes Kontrol ... 49
Gambar 4.2 Q-Q Plot Hasil Uji Normalitas Pretes Eksperimen ... 49
Gambar 4.3 Q-Q Plot Hasil Uji Normalitas Postes Eksperimen ... 54
Uswatun Khasanah, 2014
Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ...81
Lampiran A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ...103
Lampiran A.3 Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Modul Soal ... ...121
Lampiran B.1 Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Kunci Jawaban ... ... .... .139
Lampiran B.2 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis... .... 144
Lampiran B.3 Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis... 145
Lampiran B.4 Pedoman Observasi ... 147
Lampiran C.1 Skor Hasil Uji Instrumen ... 149
Lampiran C.2 Realibilitas, Validitas, Daya Pembeda dan Indeks Kesukaran ... 150
Lampiran C.3 Uji Keberartian Validitas...153
Lampiran D.1 Pra Pengolahan Data ... 155
Lampiran D.2 Pengolahan Data dengan SPSS Versi 20 For Windows...158
Lampiran D.3 Hasil Observasi ... ...168
Lampiran E.1 Contoh Jawaban Uji Instrumen ... 178
Lampiran E.2 Contoh Jawaban Pretes ... 183
Lampiran E.3 Contoh Jawaban Postes ... 187
Lampiran E.4 Contoh Jawaban LKS ... 192
Lampiran F.1 Surat Izin Penelitian ... 203
Lampiran F.2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 204
Lampiran F.3 Dokumentasi Kegiatan Penelitian ... 205
Lampiran F.4 Surat Tugas Dosen ... 207
Uswatun Khasanah, 2014
Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Uswatun Khasanah, 2014
Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu peran pendidikan dalam pembelajaran adalah mengembangkan
potensi siswa. Sebagaimana yang tercantum dalam UU nomor 20 tahun 2003 yang
menyatakan bahwa “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” (DPR RI
dan Presiden RI, 2003).
Pendidikan merupakan salah satu wadah untuk mengembangkan
kemampuan yang dimiliki seseorang, oleh karena itu dalam pendidikan,
khususnya pendidikan formal, terdapat berbagai macam bidang studi yang
memiliki fungsi untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan siswa. Salah
satu diantaranya ialah bidang studi matematika. Matematika merupakan salah satu
bidang studi yang diwajibkan dalam menempuh pendidikan formal (sekolah).
Pada proses pembelajaran matematika juga terdapat aspek-aspek
kemampuan matematis siswa yang dapat dikembangkan. Pengembangan
kemampuan-kemampuan tersebut diharapkan berfungsi untuk meningkatkan
kualitas siswa, agar siwa mampu bersaing dalam menghadapi permasalahan
global. Menurut Suherman (2008) kompetensi atau kemampuan kognitif yang
dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika adalah “kemampuan
pemahaman, kemampuan penalaran, kemapuan aplikasi, kemampuan analisis,
kemampuan observasi, kemampuan identifikasi, kemampuan investigasi,
kemampuan eksplorasi, kemampuan koneksi, kemampuan komunikasi,
kemampuan inkuiri, kemampuan hipotesis, kemampuan konjektur, kemampuan
2
Uswatun Khasanah, 2014
Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Suherman (2008) juga menjelaskan tentang matematika sekolah yang
berfungsi untuk “mengembangkan kemampuan menghitung dan
mengkomunikasikan ide, dengan tujuan adalah melatih cara berpikir-bernalar
untuk menyimpulkan, aktivitas kreatif, kemampuan pemecahan masalah,
menyampaikan informasi, dan memiliki sikap objektif rasional”. Selain itu
terdapat pula tujuan pembelajaran pada jenjang Sekolah Menengah Pertama
(SMP) yang telah dirumuskan oleh pemerintah. Tujuan pembelajaran matematika
pada kurikulum 2013 sesuai dengan kurikulum tahun 2004 dan KTSP 2006. Hal
ini sesuai dengan latar belakang pengembangan kurikulum 2013 yang menyatakan
bahwa “pengembangan kurikulum 2013 merupakan lanjutan pengembangan
kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP
2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara
terpadu” (Kemendikbud, 2014, hlm. 5). Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa tujuan pendidikan pada jenjang SMP adalah sebagai berikut
(Permendiknas No. 22 tahun 2006):
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Dengan pembelajaran matematika, banyak manfaat yang dapat diperoleh.
3
Uswatun Khasanah, 2014
Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pendidikan dan kehidupan bermasyarakat. Berikut adalah beberapa manfaat yang
diperoleh dalam pembelajaran matematika:
1. Membantu berbagai hal dalam kehidupan. Sebagaimana Niss mengatakan
bahwa ‘salah satu alasan utama diberikan matematika kepada siswa-siswa di
sekolah adalah untuk memberikan kepada indivisu pengetahuan yang dapat
membantu mereka mengatasi berbagai hal dalam kehidupan, seperti
pendidikan atau pekerjaan, kehidupan pribadi, kehidupan sosial dan
kehidupan sebagai warga negara (Risna, 2011, hlm. 1).
2. Mampu menyesuaikan diri terhadap segala perubahan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Shadiq (t.t, hlm. 1) bahwa pembelajaran matematika dilakukan
agar “para siswa belajar mencerna ide-ide baru, mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan, mampu menangani ketidakpastian,mampu menemukan
keteraturan, dan mampu memecahkan masalah yang tidak lazim”.
3. Sebagai syarat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Shadiq (t.t, hlm. 2) bahwa “matematika
telah menjadi syarat utama memasuki fakultas-fakultas favorit seperti
kedokteran dan teknik; sehingga sejak lama matematika dikenal sebagai
saringan bagi para siswa”.
4. Membuka banyak kesempatan untuk berkarir. Hal ini didukung oeleh
pernyataan (National Research Council) bahwa ‘bagi seorang siswa
keberhasilan mempelajari matematika akan membuka pintu karir yang
cemerlang, bagi para warganegara matematika akan menunjang pengambilan
keputusan yang tepat, bagi suatu negara matematika akan menyiapkan warga
negara untuk bersaing dan berkompetensi di bidang ekonomi dan teknologi’
(Sahdiq, t.t, hlm. 2).
Akan tetapi pada faktanya banyak siswa merasa sulit untuk mempelajari
matematika, banyak faktor yang mempengaruhinya baik faktor eksternal mapun
internal. Berikut adalah beberapa faktor yang menyebabkan matematika dianggap
salah satu bidang studi yang sulit:
1. Pada umumnya, masyarakat banyak yang mengatakan bahwa matematika
4
Uswatun Khasanah, 2014
Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bahwa matematika sulit. Hal ini didukung oleh pernyataan Muchlis (Suhendar
dalam Minarti, 2009, hlm. 4) yang menyatakan ‘jika persepsi awalnya sudah
sulit, maka mereka akan segan belajar, dan cenderung mempersulit yang
mudah’.
2. Adanya kesulitan dalam menyimpulkan suatu peristiwa yang terjadi. Hal ini
bisa terjadi karena siswa sulit mengkomunikasikan pemahaman dan ide-ide
yang dimilikinya serta siswa tidak terbiasa dengan kegiatan mengkontruksi
suatu pemahamannya terhadap suatu permasalahn yang dihadapi. Hal ini
sejalan dengan pendapat Suhendar (Minarti, 2009, hlm. 4) yang menyatakan
bahwa “soal-soal yang berhubungan dengan bilangan tidak begitu
menyulitkan siswa, akan tetapi soal-soal yang menggunakan kalimat sangat
menyulitkan siswa”.
Faktor-faktor di atas merupakan penyebab siswa kesulitan dalam
mengembangkan kemampuan matematis yang harus dimilikinya. Bagaimana
mungkin kemampuan siswa dapat dikembangkan dengan optimal jika
pembelajaran yang digunakan tidak mendorong dan melatih siswa dalam
mengembangkan kemampuan matematisnya. Melalui pembelajaran matematika
yang baik dapat mengembangkan banyak kemampuan matematis siswa. Salah
satu diantaranya adalah kemampuan pemecahan masalah matematis. Pemecahan
masalah matematis adalah salah satu kemampuan matematis yang harus dimiliki
oleh siswa, sebagaimana tercantum dalam fungsi dan tujuan pembelajaran yang
dikemukakan Suherman. Namun pada kenyataannya banyak sekali
peristiwa-peristiwa yang menunjukan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa SMP
masih belum sesuai dengan standar kriteria yang telah ditetapkan dan disepakati
bersama oleh para ahli.
Sebagaimana studi pendahuluan melalui tes kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa yang telah penulis lakukan terhadap beberapa siswa
SMP Negeri 1 Bandung kelas IX tahun ajaran 2014/2015. Tes yang diberikan
berupa soal dengan materi pythagoras dengan indikator menyelesaikan masalah
matematis terbuka dengan konteks di dalam matematika. Dari tes tersebut dapat
5
Uswatun Khasanah, 2014
Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
masalah tersebut dengan menggunakan strategi yang tepat. Hasil studi
pendahuluan melalui tes yang diberikan tersebut, menunjukkan bahwa
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa tergolong rendah. Hal ini
ditunjukkan oleh hasil tes yang diberikan kepada 34 siswa, hanya 3 siswa yang
menjawab soal tersebut dengan benar walaupun alasannya kurang tepat, 8 siswa
tidak menjawab, dan 23 siswa menuliskan jawaban yang salah.
Selain itu, terdapat beberapa hasil penelitian dan survey yang
menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
masih rendah. Berikut adalah beberapa hasil penelitian dan survey tentang
kemampuan pemecahan masalah matematis yang dimiliki oleh siswa SMP:
1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurhadiyati tahun 2006 terhadap siswa
sekolah menengah pertama (SMP) di kota Bandung bahwa “secara umum
hasil kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP belum
memuaskan, sekitar 30-50% dari skor idel’’ (Anriani, 2011).
2. Badan penelitian dan pengembangan (Balitbang) tahun 2011 melaporkan
hasil survei Trends International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2007 menunjukkan bahwa “prestasi belajar siswa kelas VIII
indonesia berada di peringkat 36 dari 39 negara, dengan skor 397, skor ini
masih jauh dari skor rata-rata internasional yaitu 500” (Nurdin, 2012).
3. Hasil penelitian yang dilakukan Kherunnisa tahun 2010 terhadap siswa kelas
VIII sebanyak dua belas siswa dengan karakteristik siswa yang memiliki
kemampuan baik dalam pelajaran matematika mewakili kelas masing-masing
yang dilakukan di MTsN 1 Kota Serang dan MTsN 1 Cikeusal, menunjukkan
bahwa “kemampuan pemecahan masalah matematis siswa masih rendah.
Ketika siswa mengerjakan soal matematika yang berkaitan dengan
kemampuan pemecahan masalah, sebagian besar siswa lemah dalam
memanfaatkan kemampuan pemecahan masalah yang dimilikinya“
(Khaerunnisa, 2013).
Berdasarkan pemaparan dan bukti di atas, kemampuan pemecahan
6
Uswatun Khasanah, 2014
Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
perlu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa. Beberapa upaya tersebut ialah:
1. Menerapkan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Syaiful bahwa “rendahnya kemampuan pemecahan
masalah matematis yang merupakan hasil dari proses pembelajaran yang
berpusat pada guru (2012, hlm. 36).
2. Membiasakan siswa belajar denga cara tidak hannya menghafal. Sebagaimana
Syaiful (2012, hlm. 37) mengatakan bahwa “siswa hannya terbiasa belajar
dengan cara menghafal, cara ini tidak melatih kemampuan pemecahan
masalah matematis, ...”.
3. Menggunakan bahan ajar yang fleksibel dan tidak hannya berdasarkan buku
teks. Hal ini sejalan dengan pernyataan Prabawanto bahwa “praktik
pembelajaran yang kurang memperhatikan masalah-masalah sekitar siswa ini
tampaknya tidak akan efektif membekali siswa kemampuan pemecahan
masalah ...” (2009, hlm. 2).
4. Melatih dan membiasakan siswa dalam memecahkan masalah yang non rutin.
Hal ini dukung oleh pernyataaan yang kemukakan oleh Bahri dan Bukhori
bahwa “kemampuan pemecahan masalah dalam matematika perlu dilatih dan dibiasakan sedini mungkin kepada siswa” (2013, hlm.- ).
Dalam penelitian ini upaya yang digunakan untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah adalah dengan menggunakan model
pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran
generatif. Pemilihan model pembelajaran generatif dikarenakan adanya pemusatan
pada siswa dalam proses pembelajarannya. Selain itu dalam proses pembelajaran
generatif, terdapat tahapan yang membiasakan siswa belajar denga cara tidak
hannya menghafal dan melatih dan membiasakan siswa dalam memecahkan
masalah yang non rutin. Hal tersebut tepatnya terdapat dalam tahapan challenge.
Osborne dan Wittrock (Kholil, 2008) mendefinisikan model pembelajaran
generatif adalah “model pembelajaran yang didasarkan pada teori belajar generatif
dimana pembelajaran generatif merupakan suatu model pembelajaran yang
7
Uswatun Khasanah, 2014
Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya”. Dilain pihak
Wati (2012) mendefinisikan model pembelajaran generatif adalah “model
pembelajaran yang menekankan kegiatannya pada kemampuan masing-masing
siswa, sehingga siswa dapat menggali potensi dirinya dan mengembangkan
pengetahuan yang sudah dimiliki siswa dengan pengetahuan baru”. Berdasarkan
definisi tersebut terlihat bahwa dalam model pembelajaran ini proses
pembelajarannya sangat banyak melibatkan peran aktif siswa.
Model pembelajaran generatif terdiri dari empat tahapan pembelajaran,
yakni; preliminary (persiapan atau pengingatan), focus (fokus), challenge
(tantangan), dan application (aplikasi). Berdasarakn tahapan-tahapan tersebut, diduga model pembelajaran generatif dapat meningkatkan kemampuan matematis
siswa. Salah satunnya adalah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
hal ini dapat dilihat dari tahap tantangan dan aplikasi yang diinterpretasikan ke
dalam bentuk soal-soal yang mampu meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa.
Berdasarakan uraian di atas, penulis terdorong untuk melakukan penelitian
agar dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada
jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis akan melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran
Generatif untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa SMP”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
generatif lebih baik daripada kemampuan pemecahan masalah siswa yang
memperoleh pembelajaran saintifik?
2. Bagaimana kualitas peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis
8
Uswatun Khasanah, 2014
Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dan pengkajian materi ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
SMP yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran generatif
2. Mengetahui kualitas kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
yang memperoleh model pembelajaran generatif.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini secara umum adalah peneliti mendapatkan
pengetahuan mengenai kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP.
Manfaat lain dari penulisan makalah ini adalah:
1. Bagi penulis, memberikan gambaran dan pengetahuan tentang peningkatan
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP setelah memperoleh
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran generatif.
2. Bagi guru bidang studi, memberikan informasi dan masukan un tuk
memperbaiki proses pembelajaran yang selama ini berlangsung.
3. Bagi penulis selanjutnya, dijadikan acuan dalam melakukan penelitian lebih
lanjut dan mendalam.
4. Bagi pembaca dan pihak yang membutuhkan, diharapakan dapat bermanfaat
Uswatun Khasanah, 2014
Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kuasi eksperimen. Hal
ini dikarenakan tidak memungkinkan untuk membuat kelompok baru dalam
penelitian ini. Menurut Cook & Campbell (Nopiyani, 2013) kuasi eksperimen
adalah ‘eksperimen yang menggunakan perlakuan (treatments), pengukuran-pengukuran dampak (outcome measures), dan unit-unit eksperimen (experimental units) namun tidak menggunakan penempatan secara acak (random assignment) dalam menciptakan perbandingan untuk menyimpulkan adanya perubahan akibat
perlakuan’.
Menurut Sugiyono (2006, hlm. 114) Quasi Eksperimental Design atau desain kuasi eksperimen memiliki dua bentuk desain yaitu time series design dan
nonequivalent control group design. Pada penelitian ini menggunakan
nonekuivalent control group, sehingga sample yang digunakan sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dipilih secara random/acak melainkan
menggunakan kelompok yang sudah terbentuk. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Taniredja dan Mustafidah bahwa nonekuivalent control group adalah “ekperimen yang menggunakan kelas-kelas yang sudah ada sebagai kelompoknya, dengan
memilih kelas-kelas yang diperkirakan sama keadaanya” (2011, hlm. 56). Desain
penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah:
O X O kelas eksperimen
O O kelas kontrol
Keterangan:
O = pretes dan postes berupa tes kemampuan pemecahan masalah matematis
X = pembelajaran matematika dengan model pembelajaran generatif
Penelitian dilakukan dengan menggunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen
30
Uswatun Khasanah, 2014
Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dipengaruhi oleh variabel-variabel tertentu, sedangkan kelas kontrol adalah
kelompok yang tidak dipengaruhi oleh variabel-variabel tersebut” (Nasution,
2009, hlm. 29-30). Variabel-variabel tersebut dalam hal ini adalah pembelajaran
generatif sebagai variabel bebas dan kemampuan pemecahan masalah sebagai
variabel terikat.
Pada kedua kelas dilakukan tes kemapuan awal berupa pretes pada awal
pertemuan dan posttes pada saat semua materi yang merupakan bahan penelitian telah selesai diberikan. Pretes bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal
masing-masing siswa di kelas eksperimen dan di kelas kontrol, sedangkan postes
bertujuan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa pada kelas ekperimen dan
kelas kontrol.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Dengan demikian populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di
SMP Negeri 1 Bandung tahun ajaran 2014/2015.
Penentuan sample dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive sampling, karena berdasarkan definisi teknik purposive sampling adalah “teknik
penentuan sample dengan pertimbangan tertentu” (Sugiyono, 2006, hlm. 124). Kelas eksperimen dan kelas kontrol dipilih dengan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan tersebut berdasarkan tingkat keaktifan siswa dan kondisi siswa
dalam proses pembelajaran. Berdasarkan pertimbangan tersebut dan hasil diskusi
dengan guru yang bersangkutan, maka dipilih dua kelas dari yang sudah ada.
Setelah dilakukan purposive sampling tersebut terpilihlah kelas VIII-1 sebagai kelas kontrol yang mendapatkan pembelajaran dengan pembelajaran saintifik dan
VIII-2 sebagai kelas eksperimen yang mendapatkan pembelajaran matematika
dengan model pembelajaran generatif.
Sample dalam penelitian ini terdiri dari 62 siswa yang terdiri dari 31 siswa
tergabung dalam kelompok kesperimen dan 31 siswa tergabung dalam kelompok
31
Uswatun Khasanah, 2014
Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ini dikerenakan ketidakmungkinan peneliti untuk membuat kelas yang baru atau
merombak kelompok kelas yang ada. Penentuan kelas eksperimen dan kelas
kontrol didasarakan pada rekomendasi guru yang bersangkutan.
C. Definisi Operasional
Agar diperoleh kesamaan persepsi istilah-istilah yang digunakan dalam
penelitian ini, maka istilah-istilah tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan siswa dalam
menyelesaikan masalah matematis non rutin, yaitu suatu masalah matematis
yang harus diselesaikan siswa akan tetapi siswa belum tahu bagaimana cara
menyelesaikannya atau belum terbiasa menyelesaikan masalah matematis
tersebut. Adapun indikator kemampuan pemecahan masalah matematis di
dalam penelitian ini adalah:
a. Kemampuan menyelesaikan masalah matematis tertutup dengan konteks
di dalam matematika.
b. Kemampuan menyelesaikan masalah matematis tertutup dengan konteks
di luar matematika.
c. Kemampuan menyelesaikan masalah matematis tebuka dengan konteks
di dalam matematika
d. Kemampuan menyelesaikan masalah matematis terbuka dengan konteks
di luar matematika
2. Model pembelajaran generatif Model pembelajaran generatif adalah model
pembelajaran yang membangun pengetahuan baru dengan pengetahuan yang
sudah dimiliki sebelumnya, dengan tahapan pembelajaran sebagai berikut:
preliminary, focus, challenge, dan application.
3. Pembelajaran saintifik adalah pembelajaran hasil interaksi yang
diintegrasikan dengan berbagai hal, dalam hal ini bisa dalam konteks
kemampuan siswa, materi ajar, lingkungan atau mata pelajaran lain, dengan
tahap pembelajaran mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
32
Uswatun Khasanah, 2014
Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D. Instrumen Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
generatif terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
SMP. Untuk mendapatkan data tersebut diperlukan instrumen penelitian. Dalam
penelitian ini instrumen yang akan dikembangkan berupa instrumen pembelajaran
yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja
Siswa (LKS) yang terdiri dari instrumen tes dan non-tes.
1. Instrumen Pembelajaran
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah “paduan kegiatan guru
dalam kegiatan pembelajaran sekaligus uraian kegiatan siswa yang
berhubungan dengan kegiatan guru yang dimaksudkan” (Amel, 2014).
Penyusunan RPP dalam penelitian ini di sesuaikan berdasarkan kelas, untuk
kelas kontrol disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran saintifik.
Sedangkan untuk kelas eksperimen disesuaikan dengan langkah-langkah
pembelajaran model pembelajaran generatif.
b. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar kerja siswa (student work sheet) atau sering disingkat dengan LKS merupakan salah satu bentuk intrumen yang digunakan dalam penelitian
ini. Sundayana mengatakan bahwa lembar kerja siswa (student work sheet) adalah “lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa”
(Hasanah, 2012). Dalam penelitian ini, LKS untuk kelas eksperimen dikembangkan berdasarkan langkah-langkah pembelajaran pada model
pembelajaran generatif, sedangkan kelas kontrol tidak menggunakan LKS
tetapi hannya menggunakan buku sumber pegangan siswa yang diperoleh dari
pemerintah yang telah disesuaikan dengan kurikulum 2013.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen peneliatian adalah suatu alat pengumpul data untuk
mengevaluasi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas instrumen tes dan instrumen
33
Uswatun Khasanah, 2014
Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
instrumen non-tes berupa lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi
aktivitas siswa.
a. Instrumen Tes
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
kemampuan pemecahan masalah matematis. Dalam penelitian ini dilakukan
dua kali tes, pertama pretes yang bertujuan untuk melihat kemampuan awal
siswa dalam memahami konsep suatu materi matematika sebelum diberikan
perlakukan yang telah direncanakan dan postest untuk mengetahui sejauh mana variabel bebas berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa setelah memperoleh perlakuan yang
telah direncanakan. Soal pretes dan postes dalam penelitian ini adalah soal
yang sama, hal ini dilakukan agar dapat melihat ada atau tidaknya
peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa setelah
dilakukannya penelitian.
Jenis tes kemampuan pemecahan masalah yang digunakan dalam
penelitian ini berbentuk uraian, dengan tujuan dapat melihat proses
pengerjaan yang dilakukan siswa, sehingga dapat diketahui sejauh mana
siswa mampu memecahkan permasalahan yang disajikan. Menurut Suherman
(2003, hlm. 77), penyajian soal dalam bentuk uraian mempunyai beberapa
kelebihan yaitu:
1) Pembuatan soal uraian relatif lebih mudah dan bisa dibuat dalam kurun
waktu yang tidak terlalu lama. Hal ini disebabkan karena soal tersebut
jumlah soalnya tidak terlalu banyak. Biasanya untuk saol matematika
tidak lebih dari lima soal.
2) Menjawab soal bentuk uraian siswa dituntut untuk menjawab secara
rinci, maka proses berpikir, ketelitian, sistematika, penyusunan dapat
dievaluasi. Terjadinya bias evaluasi dapat dihindari karena tidak ada
sistem tebakan atau untung-untungan. Hasil evaluasi lebih dapat
mencerminkan kemampuan siswa sebenarnya.
3) Proses pengerjaan tes akan menimbulkan kreativitas dan aktivitas positif
34
Uswatun Khasanah, 2014
Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menyampaikan pendapat dan argumentasi, mengaitkan fakta-fakta yang
relevan.
Pemberian skor tes kemampuan pemecahan masalah matematis pada
penelitian ini berdasarkan pada panduan penskoran pada tabel 3.1 tentang
pedoman penskoran kemampuan pemcahan masalah matematis siswa.
Pendoman penskoran ini merujuk pada contoh penskoran yang disusun dalam
modul materi pelatihan implementasi kurikulum 2013. Pedoman penskoran
pada Tabel 3.1 merupakan pedoman penskoran yang telah dimodifikasi dan
hasil persetujuan dengan dosen pembimbing. Berikut adalah tabel pedoman
penskoran tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa:
Tabel 3.1
Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
No Aspek yang dinilai Rubrik Penilaian Skor
1 Pemilihan strategi pemcahan masalah
Tepat 5
Tidak tepat 2
Tidak ada strategi 0
2 Proses pemecahan masalah Seluruhnya benar 15
Sebagian besar benar 12
Setengahnya benar 9
Sebagian kecil benar 3
Tidak Ada yang benar 1
Tidak ada proses 0
3 Jawaban akhir Benar 5
Salah 2
Tidak ada jawaban 0
Jumlah Skor minimal 0
Jumlah Skor maksimal 25
Penngembangan instrumen tes dilakukan dengan beberapa tahap,
pertama diawali dengan penyusunan kisi-kisi yang mencakup kompetensi
inti, kompetensi dasar, dan indikator aspek yang diukur dan dilanjutkan
dengan pengembangan soal. Sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen
tes tersebut diuji cobakan terlebih dahulu kepada siswa diluar sampel
penelitian, dengan syarat siswa pernah mempelajari materi yang akan
diujikan. Ujicoba instrumen tersebut dilakukan agar dapat mengetahui
35
Uswatun Khasanah, 2014
Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
soal. Kemudian data hasil ujicoba diolah dengan menggunakan bantuan
Software Anates Ver 4.0.7 tipe uraian.
1) Validitas Butir Soal
Sebuah alat evaluasi (tes) dikatakan valid apabila tes tersebut secara
tepat dapat untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Cara menentukan
tingkat validitas tes ini adalah dengan menghitung koefesien korelasi antara
alat evaluasi (tes) dengan skor rata-rata ulangan harian siswa. dalam hal ini
menggunakan rumus korelasi product-moment memakai angka kasar atau raw score (Suherman, 200, hlm. 119-120), yaitu:
rXY =
Keterangan:
rXY = Koefesien korelasi antara variabel X dan variabel Y
n = Banyaknya sampel
X = Skor tes
Y = Skor ulangan harian
Koefesien korelasi yang diperoleh diinterpretasikan berdasarkan
klasifiksi koefesien korelasi validitas butir soal, sebagaimana yang disajikan
dalam tabel berikut:
Berdasarkan pengolahan data hasil uji coba instrumen diperolehlah
koefesien korelasi untuk setiap butir soal dan hasil interpretasinya seperti
yang disajikan dalam tabel berikut ini:
36
Uswatun Khasanah, 2014
Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Nomor
Soal
Koefesien Korelasi Interpretasi
1 0,745 Validitas Tinggi
2 0,781 Validitas Tinggi
3 0,798 Validitas Tinggi
4 0,836 Validitas Tinggi
Hasil validitas pada tabel 3.3 di atas, kemudian diuji
keberartiannya untuk setiap butir soal dengan perumusan hipotesisnya
sebagai berikut:
H0 : Validitas tiap butir soal tidak berarti
H1 : Validitas tiap butir soal berarti
Statistik uji :
Keterangan :
t : Keberartian
r : Validitas setiap butir soal
N : Banyaknya subjek Kriteria pengujiannya:
Dengan mengambil taraf nyata (α = 0,05), maka H0 diterima jika:
(Sumber: Diba, 2014: 41)
Berdasarkan pengolahan data hasil uji keberartian validitas
diperolehlah t hitung untuk setiap butir soal dan hasil interpretasinya seperti
yang disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 3.4
Hasil Uji Keberartian Validitas
37
Uswatun Khasanah, 2014
Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu No Soal t Hitung t Tabel Interpretasi
digunakan sebagai soal tes instrumen kemampuan pemecahan masalah
matematis pada penelitian ini.
2) Reliabilitas Soal
Reliabilitas tes adalah tingkat konsistensi suatu tes, yaitu sejauh mana
suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang tidak berubah-ubah
jika digunakan untuk subjek yang sama. Rumus yang digunakan untuk
mencari koefesien reliabilitas bentuk uraian dikenal dengan rumus alpha
(Suherman, 2003, hlm. 153-154) yaitu:
r
11= (
)(
)
Keterangan
r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan
n = Banyak butir soal
si2 = Varians skor tiap item
st2 = Varians skor total
Untuk mengisterpretasikan koefesien reliabilitas yang menyatakan
derajat keterandalan alat evaluasi dapat digunakan tolak ukur yang dibuat
oleh J.P. Guilford (Suherman, 2003, hlm. 139), seperti pada tabel berikut:
Tabel 3.5
Interpretasi Indeks Reliabelitas Soal
Koefesien Reliabilitas Interpretasi
38
Uswatun Khasanah, 2014
Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
0,70r11<0.90 Tinggi 0,40r11<0,70 Sedang 0,20r11<0,40 Rendah
r11<0,20 Sangat Rendah
Berdasarkan pengolahan data hasil uji coba instrumen diperolehlah
koefesien reliabilitas tes sebesar 0,74 yang berarti bahwa intrumen tes
tersebut secara keseluruhan memiliki drajat reliabilitas yang tinggi.
3) Tingkat Kesukaran Soal (Indeks Kesukaran)
Tingkat kesukaran soal adalah sebarapa sulit soal tersebut, sehingga
siswa merasa tidak mampu dengan sempurna menyelesaikannya. Drajat
kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut indeks
kesukaran. Bilangan tersebut adalah bilangan real pada interval 0,00 sampai
dengan 1,00. “Soal dengan indeks kesukaran mendekati 0,00 berarti soal
tersebut terlalu sukar, sebaliknya soal dengan mendekati indeks kesukaran
1,00 berarti soal tersebut terlalu mudah. Tingkat kesukaran masing butir soal
dihitung dengan menggunakan rumus” (Suherman, 2003, hlm. 170):
SM I X IK
(Sumber: Suherman & Sukjaya dalam Diba, 2014, hlm. 44)
Keterangan:
IK = Tingkat/indeks kesukaran
X = Rata-rata skor setiap butir soal
SMI = Skor maksimum ideal
Hasil perhitungan tingkat kesukaran diinterpretasikan dengan
menggunakan kriteria tingkat kesukaran butir soal seperti pada tabel berikut
ini (Suherman, 2003: 170):
Tabel 3.6
Interpretasi Indeks Tingkat Kesukaran Soal
Tingkat Kesukaran Kriteria
IK=0,00 Sangat Sukar
0,00<IK0,30 Sukar
39
Uswatun Khasanah, 2014
Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
0,70<IK<1,00 Mudah
Tk=1,00 Terlalu Mudah
Berdasarkan pengolahan data hasil uji coba instrumen diperolehlah
indeks kesukaran untuk setiap butir soal dan kriterianya seperti yang disajikan
dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.7 Indeks Kesukaran Soal
Nomor Soal Indeks Kesukaran Kriteria
1 0,616 Sedang
2 0,790 Mudah
3 0,466 Sedang
4 0,636 Sedang
4) Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda dari sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal itu
untuk membedakan antara siswa berkemampuan tinggi dengan siswa yang
berkemampuan rendah (Suherman, 2003, hlm. 159-160). Untuk menentukan
daya pembeda digunakan rumus:
X = Rata-rata skor kelompok atas
B
X = Rata-rata skor kelompok bawah
SMI = Skor maksimum ideal
Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasikan dengan klasifikasi
yang dikemukakan oleh Suherman (2003, hlm. 161) seperti pada tabel
berikut:
Tabel 3.8
Interpretasi Indeks Daya Pembeda Soal
Daya Pembeda Interpretasi
40
Uswatun Khasanah, 2014
Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
0,40<DP0,70 Baik
0,20<DP0,40 Cukup
0,00<DP0,20 Kurang
DP0,00 Sangat Kurang
Berdasarkan pengolahan data hasil uji coba instrumen diperolehlah
daya pembeda untuk setiap butir soal dan hasil interpretasinya seperti yang
disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.9 Daya Pembeda Soal
Nomor Soal Daya Pembeda Interpretasi
1 0,336 Cukup
2 0,308 Cukup
3 0,692 Baik
4 0,592 Baik
5) Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen
Berikut rekapitulasi hasil ujicoba intrumen dari setiap butir soal dan
hasil klasifikasinya:
Tabel 3.10
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes
Reliabilitas Tes : 0,74 (Tinggi)
No Soal
Validitas Indeks Kesukaran Daya Pembeda Hasil Klasifikas Hasil Klasifikasi Hasil Klasifikasi
1 0,745 Tinggi 0,616 Sedang 0,336 Cukup
2 0,781 Tinggi 0,790 Sedang 0,308 Cukup
3 0,798 Tinggi 0,466 Sedang 0,692 Baik
4 0,836 Tinggi 0,636 Sedang 0,592 Baik
Berdasarkan validitas, riliabilitas tes, indeks kesukaran dan daya
pembeeda dari setiap butir soal yang diujicobakan serta dengan pertimbangan
indikator yang terkandung dalam setiap butir soal, maka semua butir soal
tersebut digunakan sebagai instrumen tes dalam penelitian ini. Akan tetapi
41
Uswatun Khasanah, 2014
Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sehingga mengharuskan untuk melakukan perbaikan soal. Berdasarkan hasil
diskusi dengan dosen pembimbing, soal yang memungkinkan untuk
diperbaiki adalah soal nomor 3. Dari hasil diskusi perbaikan yang dilakukan
pada soal nomor 3 adalah dengan merubah pertanyaannya, dengan merubah
pertanyaan pada soal nomor 3, diharapkan soal memiliki tingkat kesukaran
yang tinggi. Dengan semikian kriteria soal mudah, sedang dan sukar terwakili
dalam instrumen tes. Soal yang telah direvisi tersebutlah yang digunakan
dalam penelitian.
b. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui apakah penerapan
model pembelajaran generatif yang dilaksanakan oleh peneliti sesuai dengan
langkah-langkah pembelajaran yang seharusnya dan apakah pelaksanaan
pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah dirancang. Selain itu lembar
observasi digunakan juga untuk mengumpulkan semua data tentang sikap
siswa dan guru dalam pembelajaran, interaksi antara siswa dan guru, serta
interaksi antar siswa dalam model pembelajaran generatif.
Observasi dalam penelitian ini menggunakan observasi dimana
pengamat tidak termasuk dalam kelompok yang diamati. Observer dalam
penelitian ini adalah guru yang mengajar mata pelajaran matematika di
sekolah tersebut atau teman seprofesi yang sebelumnya diberi pengarahan
terlebih dahulu dan kelompok yang diamati adalah peneliti dan siswa.
Lembar observasi terdiri dari dua bagian yaitu lembar observasi aktivitas guru
dan lembar observasi aktivitas siswa yang termuat dalam satu lembar
observasi.
E. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dikelompokkan dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan,
tahap pelaksanaan dan tahap pelaporan, penjelasan lebih rincinya adalah sebagai
berikut:
42
Uswatun Khasanah, 2014
Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Meengidentifikasi dan merumuskan masalah, serta melakukan studi
literatur.
b. Menyusun isntrumen penelitian dan bahan ajar.
c. Memvalidasi isi dan muka instrumen oleh para ahli.
d. Menguji coba instrumen.
e. Menganalisis hasil uji coba instrumen.
f. Mengkonsultasikan hasil uji isntrumen bersama para ahli.
g. Menentukan sample penelitian, kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
h. Melakukan perizinanan untuk melakukan penelitian.
2. Tahap pelaksanaan
a. Menentukan kemampuan pemecahan masalah awal siswa dengan cara
melaksanakan pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b. Melaksanakan pembelajaran model generatif pada kelas eksperimen dan
pembelajaran saintifik pada kelompok kontrol berdasarkan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang telah dipersiapkan.
c. Melaksanakan postes pada kelas ekperimen dan kelas kontrol untuk
mengetahui kemampuan pemecahan masalah siswa setelah pelaksanaan
pembelajaran generatif dan pembelajaran saintifik selesai.
3. Tahap pelaporan
a. Mengolah dan menganalisis data.
b. Menganalisis hasil pengolahan data dan analisis data.
c. Menyusun laporan penelitian.
d. Menyimpulkan hasil penelitian.
F. Analisis Data
1. Analisis Deskriptif Data Pretes, Postes dan Gain
Sebelum model pembelajaran generatif diterapkan dikelas eksperimen
dilakukan pretes terlebih dahulu, pretes dilakukan bertujuan untuk mengetahui
43
Uswatun Khasanah, 2014
Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
eksperimen dan di kelas kontrol. Kemudian, setelah model pembelajaran generatif
selesai diterapkan dilakukan postes yang bertujuan untuk mengetahui
kemampuan pemecahan masalah matematis akhir siswa pada kelas ekperimen dan
kelas kontrol.
Setelah diperoleh hasil pretes dan postes, dilakukan perhitungan gain
(peningkatan). Perhitungan gain untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
2. Analisis Inferensial (Uji Hipotesis)
Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data
kuantitatif yang akan dianalisis adalah data pretes dan posttes dari kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji statistik yang digunakan yaitu:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data pada kelas
ekdperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal atau tidak. Hipotesis uji
normalitas dirumuskan sebagai berikut:
H0: Data berdistribusi normal.
H1: Data tidak berdistribusi normal.
Dalam pengujian ini, uji statistik yang digunakan untuk menguji
normalitas adalah uji Saphiro Wilk dengan taraf signifikansi () 5%. Kriteria pengujian, data berdistribusi normal, jika value (sig) dan data tidak
berdistribusi normal, jika value (sig) .
Jika data berasal dari populasi berdistribusi normal, maka analisis data
dilanjutkan dengan uji homogenitas varians untuk menentukan uji parametrik
yang sesuai. Namun jika data berasal dari populasi tidak berdistribusi normal
maka uji perbedaan dua rataan digunakan uji non parametrik, yaitu menggunakan
Uji Mann-Whitney.
44
Uswatun Khasanah, 2014
Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sample yang diambil
mempunyai varians yang homogen atau tidak. Hipotesis uji homogeneitas
dirumuskan sebagai berikut:
H0: varians skor kelompok siswa yang memperoleh model pembelajaran
generatif dan siswa yang memperoleh pembelajaran saintifik homogen.
H1: varians skor kelompok siswa yang memperoleh model pembelajaran
generatif dan siswa yang memperoleh pembelajaran saintifik tidak homogen.
Dalam pengujian ini, uji statistik yang digunakan untuk menguji
Homogenitas varians adalah uji Homogeninity of Variance dengan taraf signifikansi 5%. Kriteria pengujian, varians skor kelompok siswa tidak homogen,
jika Sig. < 0,05 dan varians skor kelompok siswa homogen, jika Sig. 0,05.
Jika data memiliki varians yang homogen, maka analisis data dilanjutkan
dengan uji kesamaan dua rata-rata menggunakan uji t. Namun jika data tidak
memiliki varians yang homogen, maka analisis data dilanjutkan dengan uji
kesamaan dua rata-rata menggunakan uji t’.
c. Indeks Gain
Analisis data Indeks Gain ternormalisasi bertujuan untuk mengetahui efektifitas dan kualitas pembelajaran matematika dengan model pembelajaran
generatif dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
Perhitungan indeks gain dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
Gain ternormalisasi (g) =
Kemudian hasil perhitungan Indeks Gain diinterpretasikan dengan klasifikasi sebagai berikut:
Tabel 3.11
Interpretasi Indeks Gain Ternormalisai
Besaran Gain (g) Interpretasi
0,7 < g 1 Tinggi
0,3 < g 0,7 Sedang
45
Uswatun Khasanah, 2014
Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Semakin tinggi indeks gain ternormalisasi, maka semakin tinggi dan baik
pula kualitas peninggkatan yang terjadi akibat penerapan model pembelajaran
generatif pada kelas kelas eksperimen.
Langkah-langkah yang diperlukan untuk analisis data disajikan dalam
gambar 3.1 yang diadaptasi dari Prabawanto (2013, hlm. 99).
Gambar 3.1
Alur Analisis Data Keterangan:
: : Dan
Ya
Ya
Ya
Tidak
Data Sampel 1 Data Sampel 2
Apakah data berdistribusi
normal?
Apakah data berdistribusi
normal?
Apakah variansinya homogen?
Uji t
Statistik non-parametrik Mann-Whitney
Uji t’
46
Uswatun Khasanah, 2014
Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Uswatun Khasanah, 2014
Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dan pembahasan yang telah
diuraikan pada BAB sebelumnya, maka hal yang dapat disimpulkan adalah
sebagai berikut:
1. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP yang
memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
generatif lebih baik daripada kemampuan pemecahan masalah siswa yang
memeperoleh pembelajaran saintifik.
2. Kualitas peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
yang memperoleh model pembelajaran generatif dan pembelajaran saintifik
berada pada kategori sedang.
B. Implikasi dan Rekomendasi
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa implikasi
dan rekomendasi yang diharapkan dapat bermanfaat untuk guru, peneliti
selanjutnya, dan pengguna hasil penelitian. Implkikasi dan rekomendasi yang
dapat diberikan adalah:
1. Model pembelajaran generatif dapat dijadikan salah satu pilihan guru dalam
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
2. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran generatif dalam penelitian ini masih dikategorikan
sedang. Oleh karena itu perlu dilakukan modifikasi pada model pembelajaran
generatif agar peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
75
Uswatun Khasanah, 2014
Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Perlu diperhatikan tahapan-tahapan pada pembelajaran generatif, terutama
pada tahapan challenge, untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Hal ini dikarenakan tahap challenge merupakan tahap utama atau tahapan paling penting dalam model pembelajaran generatif
untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
4. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik masih belum terbiasa dilaksanakan
di dalam kelas, sama halnya dengan model pembelajaran generatif. Oleh
karena itu untuk penelitian selanjutkan alangkah lebih baiknya kelas yang
memperoleh pembelajaran dengan pendekatan saintifik dijadikan sebagai
kelas eksperimen. Dengan tujuan penelitian mengetahui peningkatan
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan model pembelajaran generatif dan pendekatan saintifik
serta melihat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa antara kelas eksperimen yang memperoleh pembelajaran
76
Uswatun Khasanah, 2014
Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR REFERENSI
Agustina, M. (2009). Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa sma melalui penerapan pembelajaran generatif: suatu eksperimen pada siswa kelas xi SMA negeri 20 Bandung. (Skripsi). Pendidikan Matematika UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.
Amel, M. (2014). Penerapan model pembelajaran treffinger untuk meningkatkan kemampuan berpikir kratif matematis siswa SMP. (Skripsi). Pendidikan Matematika UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.
Anggraeni, A. (2011). Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa SMP: studi eksperimen terhadap siswa kelas vii smp negeri 44 Bandung. (Skripsi) Pendidikan Matematika UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.
Anriani, N. (2011). Pembelajaran dengan pendekatan resource based learning untuk meningkatkan kemampuan penalaran dan pemecahan masalah matematis siswa SMP kelas viii. Tesis Pendidikan Matematika UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.
Bahri, B., dan Bukhori. (2013). Peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematika siswa dengan pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning) di SMA swasta Al-Azhar Medan. Di akses dari
http://www.umnaw.ac.id/wp-content/uploads/2013/01/LAPORAN-SAIFUL.pdf. [27 November 2014].
Chang, R. Y., dan Kelly, P. K. (1998). Langkah-langkah pemecahan masalah. Jakarta Pusat: PT Pustaka Binaman Pressindo.
77
Uswatun Khasanah, 2014
Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Presiden Repulik Indonesia. (2003). Undang-undang tentang sistem pendidikan nasional. Jakarta: DPR RI.
Dheah. (2012). Tujuan pembelajaran matematika SMP dan MTS. Diakses dari http://dyahratnaupy.blogspot.com/. [8 Oktober 2012].
Hamdani, D., Kurniati, E., dan Sakti, I. (2012). Pengaruh model pembelajaran genmeratif dengan menggunakan alat peraga terhadap pemahaman konsep cahaya kelas viii di SMP negeri 7 kota Bengkulu, 10 (1), hlm 79-88.
Hanafiah, N., dan Suhana, C. (2012). Konsep strategi pembelajaran. Cetakan ke-3 Bandung: PT Refika Aditama.
Hardjito, D. (1994). Perencanaan dengan pendekatan pip (performance improvement planning) dan pemecahan masalah. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Jacobseb, D. A., Eggen, P., dan Kauchak, D. (2009). Methods for teaching: metode-metode pengajaran meningkatkan belajar siswa TK – SMA. Edisi 8 Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jensen, E. (2008). Brain-based learning: pembelajaran berbasis kemampuan otak (cara baru dalam pengajaran dan pelatihan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kartinah. (t.t). Penggunaan model pembelajaran generatif (MPG) untuk meningkatkan pemahaman konsep pada mahasiswa jurusan pendidikan matematika.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Materi pelatihan implmentasi kurikulum 2013: mata pelajaran matematika SMP/MTS (Modul).