• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

SISWA SMP

SKRIPSI

diajukan untuk memunuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan departemen pendidikan matematika

Disusun oleh: Uswatun Khasanah

1009071

DEPARTEMEN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

SISWA SMP

oleh

Uswatun Khasanah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Uswatun Khasanah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

USWATUN KHASANAH

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

SISWA SMP

disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I

Dr. H. Karso, M. M. Pd. NIP. 195509091980021001

Pembimbing II

Dr. Jarnawi Afgani Dahlan, M. Kes. NIP. 196805111991011001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Matematika

(4)

Uswatun Khasanah, 2014

Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Uswatun Khasanah (1009071). Penerapan Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP. Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran generatif; (2) mengetahui kualitas kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP yang memperoleh model pembelajaran generatif. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kuasi-eksperimen, dengan desain nonekuivalent control group. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di salah satu sekolah menengah pertama di kota Bandung tahun ajaran 2014/2015 dan sampel pada penelitian ini adalah siswa dari dua kelas pada sekolah tersebut, yang mana satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lainnya sebagai kelas kontrol. Satu kelas sebagai kelas eksperimen memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran generatif dan satu kelas sebagai kelas kontrol memperoleh pembelajaran dengan pembelajaran saintifik. Data penelitian ini diperoleh melalui tes kemampuan komunikasi matematis siswa, dan lembar observasi. Hasil penelitian ini adalah: (1) Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran generatif lebih baik daripada kemampuan pemecahan masalah siswa yang memeperoleh pembelajaran saintifik; (2) Kualitas peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP yang memperoleh model pembelajaran generatif dan pembelajaran saintifik berada pada kategori sedang.

(5)

Uswatun Khasanah, 2014

Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Uswatun Khasanah. (1009071). Implementation of Generative Teaching Model to Improve Junior High School Students’ Mathematical Problem Solving Ability.

The background of this study was the fact that students’ mathematical problem solving ability which was still low. The objectives of this study were: (1) determining whether the problem solving abilities of students under generative; teaching model were better than students under scientific teaching model or not; (2) determining quality of problem solving abilities of students under generative teaching model. A quasi-experimental with nonequivalent control group design was used as the research method. The participants of this study were 62 eighth graders of a junior high school in Bandung. The samples were two classes of students of the school; one class as the experimental group which was given generative teaching model, and the other as the control group which was given scientific teaching model. The data were obtained from mathematical problem solving test and observation. The results showed that: (1) the improvement of students’ mathematical problem solving under generative teaching model was better than students under scientific approach teaching.; (2) ) the quality of students’ problem solving abilities under generative teaching model and scientific teaching approach is middle.

(6)

Uswatun Khasanah, 2014

Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ……… ... v

DAFTAR ISI ……… ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah...7

C. Tujuan Penelitian ...7

D. Manfaat Penelitian ...8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...9

A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 9

B. Model Pembelajaran Generatif ... 13

C. Pembelajaran Saintifik ... 20

D. Teori Belajar Pendukung ...24

E. Hasil Penelitian yang Relevan...27

F. Hipotesis...28

BAB III METODE PENELITIAN ...29

A. Metode dan Desain Penelitian ...29

B. Populasi dan Sampel Penelitian ...30

C. Definisi Operasional ...31

D. Instrumen Penelitian ...31

(7)

Uswatun Khasanah, 2014

Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Instrumen Penelitian ...32

E. Prosedur Penelitian ... 41

F. Analisis Data ... 42

1. Analisis Data Data Pretest, Posttest, dan Gain ...42

2. Analisis Inferensial (Uji Hipotesis) ...42

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN ...46

A. Hasil Pengolahan Data ...46

1. Analisis Data Kuantitatif ...46

2. Analisis Data Kualitatif ...61

B. Pembahasan ... 63

1. Proses Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Generatif Sikap ... 64

2. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 68

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 74

A. Simpulan ... 74

B. Implikasi dan Rekomendasi... 74

DAFTAR REFERENSI ... 76

(8)

Uswatun Khasanah, 2014

Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis 34

Tabel 3.2 Interpretasi Indeks Validitas Soal... 35

Tabel 3.3 Validitas Butir Soal... 35

Tabel 3.4 Hasil Uji Keberartian Validitas... 36

Tabel 3.5 Interpretasi Indeks Reliabelitas Soal... 37

Tabel 3.6 Interpretasi Indeks Tingkat Kesukatan Soal... 38

Tabel 3.7 Indeks Kesukaran Soal... 38

Tabel 3.8 Interpretasi Indeks Daya Pembeda Soal...39

Tabel 3.9 Daya Pembeda Soal... 39

Tabel 3.10 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes... . 40

Tabel 3.11 Interpretasi Indeks Gain... ... 44

Tabel 4.1 Deskriptif Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...47

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Pretes... 48

Tabel 4.3 Hasil Uji Mann-Whitney Data Pretes... 51

Tabel 4.4 Deskriftif Hasil Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...52

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Postes...53

Tabel 4.6 Hasil Uji Mann-Whitney Data Postes... 55

Tabel 4.7 Deskriptif Hasil Indeks Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...56

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Indeks Gain...57

Tabel 4.9 Hasil Uji Mann-Whitney Data Indeks Gain...59

Tabel 4.10 Deskriptfi Data Indeks Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis siswa...60

(9)

Uswatun Khasanah, 2014

Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Alur Analisis Data ...45

Gambar 4.1 Q-Q Plot Hasil Uji Normalitas Pretes Kontrol ... 49

Gambar 4.2 Q-Q Plot Hasil Uji Normalitas Pretes Eksperimen ... 49

Gambar 4.3 Q-Q Plot Hasil Uji Normalitas Postes Eksperimen ... 54

(10)

Uswatun Khasanah, 2014

Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ...81

Lampiran A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ...103

Lampiran A.3 Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Modul Soal ... ...121

Lampiran B.1 Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Kunci Jawaban ... ... .... .139

Lampiran B.2 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis... .... 144

Lampiran B.3 Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis... 145

Lampiran B.4 Pedoman Observasi ... 147

Lampiran C.1 Skor Hasil Uji Instrumen ... 149

Lampiran C.2 Realibilitas, Validitas, Daya Pembeda dan Indeks Kesukaran ... 150

Lampiran C.3 Uji Keberartian Validitas...153

Lampiran D.1 Pra Pengolahan Data ... 155

Lampiran D.2 Pengolahan Data dengan SPSS Versi 20 For Windows...158

Lampiran D.3 Hasil Observasi ... ...168

Lampiran E.1 Contoh Jawaban Uji Instrumen ... 178

Lampiran E.2 Contoh Jawaban Pretes ... 183

Lampiran E.3 Contoh Jawaban Postes ... 187

Lampiran E.4 Contoh Jawaban LKS ... 192

Lampiran F.1 Surat Izin Penelitian ... 203

Lampiran F.2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 204

Lampiran F.3 Dokumentasi Kegiatan Penelitian ... 205

Lampiran F.4 Surat Tugas Dosen ... 207

(11)

Uswatun Khasanah, 2014

Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(12)

Uswatun Khasanah, 2014

Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu peran pendidikan dalam pembelajaran adalah mengembangkan

potensi siswa. Sebagaimana yang tercantum dalam UU nomor 20 tahun 2003 yang

menyatakan bahwa “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” (DPR RI

dan Presiden RI, 2003).

Pendidikan merupakan salah satu wadah untuk mengembangkan

kemampuan yang dimiliki seseorang, oleh karena itu dalam pendidikan,

khususnya pendidikan formal, terdapat berbagai macam bidang studi yang

memiliki fungsi untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan siswa. Salah

satu diantaranya ialah bidang studi matematika. Matematika merupakan salah satu

bidang studi yang diwajibkan dalam menempuh pendidikan formal (sekolah).

Pada proses pembelajaran matematika juga terdapat aspek-aspek

kemampuan matematis siswa yang dapat dikembangkan. Pengembangan

kemampuan-kemampuan tersebut diharapkan berfungsi untuk meningkatkan

kualitas siswa, agar siwa mampu bersaing dalam menghadapi permasalahan

global. Menurut Suherman (2008) kompetensi atau kemampuan kognitif yang

dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika adalah “kemampuan

pemahaman, kemampuan penalaran, kemapuan aplikasi, kemampuan analisis,

kemampuan observasi, kemampuan identifikasi, kemampuan investigasi,

kemampuan eksplorasi, kemampuan koneksi, kemampuan komunikasi,

kemampuan inkuiri, kemampuan hipotesis, kemampuan konjektur, kemampuan

(13)

2

Uswatun Khasanah, 2014

Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suherman (2008) juga menjelaskan tentang matematika sekolah yang

berfungsi untuk “mengembangkan kemampuan menghitung dan

mengkomunikasikan ide, dengan tujuan adalah melatih cara berpikir-bernalar

untuk menyimpulkan, aktivitas kreatif, kemampuan pemecahan masalah,

menyampaikan informasi, dan memiliki sikap objektif rasional”. Selain itu

terdapat pula tujuan pembelajaran pada jenjang Sekolah Menengah Pertama

(SMP) yang telah dirumuskan oleh pemerintah. Tujuan pembelajaran matematika

pada kurikulum 2013 sesuai dengan kurikulum tahun 2004 dan KTSP 2006. Hal

ini sesuai dengan latar belakang pengembangan kurikulum 2013 yang menyatakan

bahwa “pengembangan kurikulum 2013 merupakan lanjutan pengembangan

kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP

2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara

terpadu” (Kemendikbud, 2014, hlm. 5). Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa tujuan pendidikan pada jenjang SMP adalah sebagai berikut

(Permendiknas No. 22 tahun 2006):

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan

tepat, dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi

yang diperoleh.

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain

untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari

matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Dengan pembelajaran matematika, banyak manfaat yang dapat diperoleh.

(14)

3

Uswatun Khasanah, 2014

Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pendidikan dan kehidupan bermasyarakat. Berikut adalah beberapa manfaat yang

diperoleh dalam pembelajaran matematika:

1. Membantu berbagai hal dalam kehidupan. Sebagaimana Niss mengatakan

bahwa ‘salah satu alasan utama diberikan matematika kepada siswa-siswa di

sekolah adalah untuk memberikan kepada indivisu pengetahuan yang dapat

membantu mereka mengatasi berbagai hal dalam kehidupan, seperti

pendidikan atau pekerjaan, kehidupan pribadi, kehidupan sosial dan

kehidupan sebagai warga negara (Risna, 2011, hlm. 1).

2. Mampu menyesuaikan diri terhadap segala perubahan. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Shadiq (t.t, hlm. 1) bahwa pembelajaran matematika dilakukan

agar “para siswa belajar mencerna ide-ide baru, mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan, mampu menangani ketidakpastian,mampu menemukan

keteraturan, dan mampu memecahkan masalah yang tidak lazim”.

3. Sebagai syarat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Shadiq (t.t, hlm. 2) bahwa “matematika

telah menjadi syarat utama memasuki fakultas-fakultas favorit seperti

kedokteran dan teknik; sehingga sejak lama matematika dikenal sebagai

saringan bagi para siswa”.

4. Membuka banyak kesempatan untuk berkarir. Hal ini didukung oeleh

pernyataan (National Research Council) bahwa ‘bagi seorang siswa

keberhasilan mempelajari matematika akan membuka pintu karir yang

cemerlang, bagi para warganegara matematika akan menunjang pengambilan

keputusan yang tepat, bagi suatu negara matematika akan menyiapkan warga

negara untuk bersaing dan berkompetensi di bidang ekonomi dan teknologi’

(Sahdiq, t.t, hlm. 2).

Akan tetapi pada faktanya banyak siswa merasa sulit untuk mempelajari

matematika, banyak faktor yang mempengaruhinya baik faktor eksternal mapun

internal. Berikut adalah beberapa faktor yang menyebabkan matematika dianggap

salah satu bidang studi yang sulit:

1. Pada umumnya, masyarakat banyak yang mengatakan bahwa matematika

(15)

4

Uswatun Khasanah, 2014

Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bahwa matematika sulit. Hal ini didukung oleh pernyataan Muchlis (Suhendar

dalam Minarti, 2009, hlm. 4) yang menyatakan ‘jika persepsi awalnya sudah

sulit, maka mereka akan segan belajar, dan cenderung mempersulit yang

mudah’.

2. Adanya kesulitan dalam menyimpulkan suatu peristiwa yang terjadi. Hal ini

bisa terjadi karena siswa sulit mengkomunikasikan pemahaman dan ide-ide

yang dimilikinya serta siswa tidak terbiasa dengan kegiatan mengkontruksi

suatu pemahamannya terhadap suatu permasalahn yang dihadapi. Hal ini

sejalan dengan pendapat Suhendar (Minarti, 2009, hlm. 4) yang menyatakan

bahwa “soal-soal yang berhubungan dengan bilangan tidak begitu

menyulitkan siswa, akan tetapi soal-soal yang menggunakan kalimat sangat

menyulitkan siswa”.

Faktor-faktor di atas merupakan penyebab siswa kesulitan dalam

mengembangkan kemampuan matematis yang harus dimilikinya. Bagaimana

mungkin kemampuan siswa dapat dikembangkan dengan optimal jika

pembelajaran yang digunakan tidak mendorong dan melatih siswa dalam

mengembangkan kemampuan matematisnya. Melalui pembelajaran matematika

yang baik dapat mengembangkan banyak kemampuan matematis siswa. Salah

satu diantaranya adalah kemampuan pemecahan masalah matematis. Pemecahan

masalah matematis adalah salah satu kemampuan matematis yang harus dimiliki

oleh siswa, sebagaimana tercantum dalam fungsi dan tujuan pembelajaran yang

dikemukakan Suherman. Namun pada kenyataannya banyak sekali

peristiwa-peristiwa yang menunjukan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa SMP

masih belum sesuai dengan standar kriteria yang telah ditetapkan dan disepakati

bersama oleh para ahli.

Sebagaimana studi pendahuluan melalui tes kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa yang telah penulis lakukan terhadap beberapa siswa

SMP Negeri 1 Bandung kelas IX tahun ajaran 2014/2015. Tes yang diberikan

berupa soal dengan materi pythagoras dengan indikator menyelesaikan masalah

matematis terbuka dengan konteks di dalam matematika. Dari tes tersebut dapat

(16)

5

Uswatun Khasanah, 2014

Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masalah tersebut dengan menggunakan strategi yang tepat. Hasil studi

pendahuluan melalui tes yang diberikan tersebut, menunjukkan bahwa

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa tergolong rendah. Hal ini

ditunjukkan oleh hasil tes yang diberikan kepada 34 siswa, hanya 3 siswa yang

menjawab soal tersebut dengan benar walaupun alasannya kurang tepat, 8 siswa

tidak menjawab, dan 23 siswa menuliskan jawaban yang salah.

Selain itu, terdapat beberapa hasil penelitian dan survey yang

menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

masih rendah. Berikut adalah beberapa hasil penelitian dan survey tentang

kemampuan pemecahan masalah matematis yang dimiliki oleh siswa SMP:

1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurhadiyati tahun 2006 terhadap siswa

sekolah menengah pertama (SMP) di kota Bandung bahwa “secara umum

hasil kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP belum

memuaskan, sekitar 30-50% dari skor idel’’ (Anriani, 2011).

2. Badan penelitian dan pengembangan (Balitbang) tahun 2011 melaporkan

hasil survei Trends International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2007 menunjukkan bahwa “prestasi belajar siswa kelas VIII

indonesia berada di peringkat 36 dari 39 negara, dengan skor 397, skor ini

masih jauh dari skor rata-rata internasional yaitu 500” (Nurdin, 2012).

3. Hasil penelitian yang dilakukan Kherunnisa tahun 2010 terhadap siswa kelas

VIII sebanyak dua belas siswa dengan karakteristik siswa yang memiliki

kemampuan baik dalam pelajaran matematika mewakili kelas masing-masing

yang dilakukan di MTsN 1 Kota Serang dan MTsN 1 Cikeusal, menunjukkan

bahwa “kemampuan pemecahan masalah matematis siswa masih rendah.

Ketika siswa mengerjakan soal matematika yang berkaitan dengan

kemampuan pemecahan masalah, sebagian besar siswa lemah dalam

memanfaatkan kemampuan pemecahan masalah yang dimilikinya“

(Khaerunnisa, 2013).

Berdasarkan pemaparan dan bukti di atas, kemampuan pemecahan

(17)

6

Uswatun Khasanah, 2014

Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perlu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa. Beberapa upaya tersebut ialah:

1. Menerapkan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Syaiful bahwa “rendahnya kemampuan pemecahan

masalah matematis yang merupakan hasil dari proses pembelajaran yang

berpusat pada guru (2012, hlm. 36).

2. Membiasakan siswa belajar denga cara tidak hannya menghafal. Sebagaimana

Syaiful (2012, hlm. 37) mengatakan bahwa “siswa hannya terbiasa belajar

dengan cara menghafal, cara ini tidak melatih kemampuan pemecahan

masalah matematis, ...”.

3. Menggunakan bahan ajar yang fleksibel dan tidak hannya berdasarkan buku

teks. Hal ini sejalan dengan pernyataan Prabawanto bahwa “praktik

pembelajaran yang kurang memperhatikan masalah-masalah sekitar siswa ini

tampaknya tidak akan efektif membekali siswa kemampuan pemecahan

masalah ...” (2009, hlm. 2).

4. Melatih dan membiasakan siswa dalam memecahkan masalah yang non rutin.

Hal ini dukung oleh pernyataaan yang kemukakan oleh Bahri dan Bukhori

bahwa “kemampuan pemecahan masalah dalam matematika perlu dilatih dan dibiasakan sedini mungkin kepada siswa” (2013, hlm.- ).

Dalam penelitian ini upaya yang digunakan untuk meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah adalah dengan menggunakan model

pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran

generatif. Pemilihan model pembelajaran generatif dikarenakan adanya pemusatan

pada siswa dalam proses pembelajarannya. Selain itu dalam proses pembelajaran

generatif, terdapat tahapan yang membiasakan siswa belajar denga cara tidak

hannya menghafal dan melatih dan membiasakan siswa dalam memecahkan

masalah yang non rutin. Hal tersebut tepatnya terdapat dalam tahapan challenge.

Osborne dan Wittrock (Kholil, 2008) mendefinisikan model pembelajaran

generatif adalah “model pembelajaran yang didasarkan pada teori belajar generatif

dimana pembelajaran generatif merupakan suatu model pembelajaran yang

(18)

7

Uswatun Khasanah, 2014

Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya”. Dilain pihak

Wati (2012) mendefinisikan model pembelajaran generatif adalah “model

pembelajaran yang menekankan kegiatannya pada kemampuan masing-masing

siswa, sehingga siswa dapat menggali potensi dirinya dan mengembangkan

pengetahuan yang sudah dimiliki siswa dengan pengetahuan baru”. Berdasarkan

definisi tersebut terlihat bahwa dalam model pembelajaran ini proses

pembelajarannya sangat banyak melibatkan peran aktif siswa.

Model pembelajaran generatif terdiri dari empat tahapan pembelajaran,

yakni; preliminary (persiapan atau pengingatan), focus (fokus), challenge

(tantangan), dan application (aplikasi). Berdasarakn tahapan-tahapan tersebut, diduga model pembelajaran generatif dapat meningkatkan kemampuan matematis

siswa. Salah satunnya adalah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

hal ini dapat dilihat dari tahap tantangan dan aplikasi yang diinterpretasikan ke

dalam bentuk soal-soal yang mampu meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa.

Berdasarakan uraian di atas, penulis terdorong untuk melakukan penelitian

agar dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada

jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis akan melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran

Generatif untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Siswa SMP”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

generatif lebih baik daripada kemampuan pemecahan masalah siswa yang

memperoleh pembelajaran saintifik?

2. Bagaimana kualitas peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis

(19)

8

Uswatun Khasanah, 2014

Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dan pengkajian materi ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

SMP yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran generatif

2. Mengetahui kualitas kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

yang memperoleh model pembelajaran generatif.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini secara umum adalah peneliti mendapatkan

pengetahuan mengenai kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP.

Manfaat lain dari penulisan makalah ini adalah:

1. Bagi penulis, memberikan gambaran dan pengetahuan tentang peningkatan

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP setelah memperoleh

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran generatif.

2. Bagi guru bidang studi, memberikan informasi dan masukan un tuk

memperbaiki proses pembelajaran yang selama ini berlangsung.

3. Bagi penulis selanjutnya, dijadikan acuan dalam melakukan penelitian lebih

lanjut dan mendalam.

4. Bagi pembaca dan pihak yang membutuhkan, diharapakan dapat bermanfaat

(20)

Uswatun Khasanah, 2014

Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kuasi eksperimen. Hal

ini dikarenakan tidak memungkinkan untuk membuat kelompok baru dalam

penelitian ini. Menurut Cook & Campbell (Nopiyani, 2013) kuasi eksperimen

adalah ‘eksperimen yang menggunakan perlakuan (treatments), pengukuran-pengukuran dampak (outcome measures), dan unit-unit eksperimen (experimental units) namun tidak menggunakan penempatan secara acak (random assignment) dalam menciptakan perbandingan untuk menyimpulkan adanya perubahan akibat

perlakuan’.

Menurut Sugiyono (2006, hlm. 114) Quasi Eksperimental Design atau desain kuasi eksperimen memiliki dua bentuk desain yaitu time series design dan

nonequivalent control group design. Pada penelitian ini menggunakan

nonekuivalent control group, sehingga sample yang digunakan sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dipilih secara random/acak melainkan

menggunakan kelompok yang sudah terbentuk. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Taniredja dan Mustafidah bahwa nonekuivalent control group adalah “ekperimen yang menggunakan kelas-kelas yang sudah ada sebagai kelompoknya, dengan

memilih kelas-kelas yang diperkirakan sama keadaanya” (2011, hlm. 56). Desain

penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah:

O X O kelas eksperimen

O O kelas kontrol

Keterangan:

O = pretes dan postes berupa tes kemampuan pemecahan masalah matematis

X = pembelajaran matematika dengan model pembelajaran generatif

Penelitian dilakukan dengan menggunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen

(21)

30

Uswatun Khasanah, 2014

Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dipengaruhi oleh variabel-variabel tertentu, sedangkan kelas kontrol adalah

kelompok yang tidak dipengaruhi oleh variabel-variabel tersebut” (Nasution,

2009, hlm. 29-30). Variabel-variabel tersebut dalam hal ini adalah pembelajaran

generatif sebagai variabel bebas dan kemampuan pemecahan masalah sebagai

variabel terikat.

Pada kedua kelas dilakukan tes kemapuan awal berupa pretes pada awal

pertemuan dan posttes pada saat semua materi yang merupakan bahan penelitian telah selesai diberikan. Pretes bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal

masing-masing siswa di kelas eksperimen dan di kelas kontrol, sedangkan postes

bertujuan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa pada kelas ekperimen dan

kelas kontrol.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Dengan demikian populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di

SMP Negeri 1 Bandung tahun ajaran 2014/2015.

Penentuan sample dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive sampling, karena berdasarkan definisi teknik purposive sampling adalah “teknik

penentuan sample dengan pertimbangan tertentu” (Sugiyono, 2006, hlm. 124). Kelas eksperimen dan kelas kontrol dipilih dengan pertimbangan tertentu.

Pertimbangan tersebut berdasarkan tingkat keaktifan siswa dan kondisi siswa

dalam proses pembelajaran. Berdasarkan pertimbangan tersebut dan hasil diskusi

dengan guru yang bersangkutan, maka dipilih dua kelas dari yang sudah ada.

Setelah dilakukan purposive sampling tersebut terpilihlah kelas VIII-1 sebagai kelas kontrol yang mendapatkan pembelajaran dengan pembelajaran saintifik dan

VIII-2 sebagai kelas eksperimen yang mendapatkan pembelajaran matematika

dengan model pembelajaran generatif.

Sample dalam penelitian ini terdiri dari 62 siswa yang terdiri dari 31 siswa

tergabung dalam kelompok kesperimen dan 31 siswa tergabung dalam kelompok

(22)

31

Uswatun Khasanah, 2014

Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ini dikerenakan ketidakmungkinan peneliti untuk membuat kelas yang baru atau

merombak kelompok kelas yang ada. Penentuan kelas eksperimen dan kelas

kontrol didasarakan pada rekomendasi guru yang bersangkutan.

C. Definisi Operasional

Agar diperoleh kesamaan persepsi istilah-istilah yang digunakan dalam

penelitian ini, maka istilah-istilah tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan siswa dalam

menyelesaikan masalah matematis non rutin, yaitu suatu masalah matematis

yang harus diselesaikan siswa akan tetapi siswa belum tahu bagaimana cara

menyelesaikannya atau belum terbiasa menyelesaikan masalah matematis

tersebut. Adapun indikator kemampuan pemecahan masalah matematis di

dalam penelitian ini adalah:

a. Kemampuan menyelesaikan masalah matematis tertutup dengan konteks

di dalam matematika.

b. Kemampuan menyelesaikan masalah matematis tertutup dengan konteks

di luar matematika.

c. Kemampuan menyelesaikan masalah matematis tebuka dengan konteks

di dalam matematika

d. Kemampuan menyelesaikan masalah matematis terbuka dengan konteks

di luar matematika

2. Model pembelajaran generatif Model pembelajaran generatif adalah model

pembelajaran yang membangun pengetahuan baru dengan pengetahuan yang

sudah dimiliki sebelumnya, dengan tahapan pembelajaran sebagai berikut:

preliminary, focus, challenge, dan application.

3. Pembelajaran saintifik adalah pembelajaran hasil interaksi yang

diintegrasikan dengan berbagai hal, dalam hal ini bisa dalam konteks

kemampuan siswa, materi ajar, lingkungan atau mata pelajaran lain, dengan

tahap pembelajaran mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,

(23)

32

Uswatun Khasanah, 2014

Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D. Instrumen Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran

generatif terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

SMP. Untuk mendapatkan data tersebut diperlukan instrumen penelitian. Dalam

penelitian ini instrumen yang akan dikembangkan berupa instrumen pembelajaran

yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja

Siswa (LKS) yang terdiri dari instrumen tes dan non-tes.

1. Instrumen Pembelajaran

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah “paduan kegiatan guru

dalam kegiatan pembelajaran sekaligus uraian kegiatan siswa yang

berhubungan dengan kegiatan guru yang dimaksudkan” (Amel, 2014).

Penyusunan RPP dalam penelitian ini di sesuaikan berdasarkan kelas, untuk

kelas kontrol disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran saintifik.

Sedangkan untuk kelas eksperimen disesuaikan dengan langkah-langkah

pembelajaran model pembelajaran generatif.

b. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar kerja siswa (student work sheet) atau sering disingkat dengan LKS merupakan salah satu bentuk intrumen yang digunakan dalam penelitian

ini. Sundayana mengatakan bahwa lembar kerja siswa (student work sheet) adalah “lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa”

(Hasanah, 2012). Dalam penelitian ini, LKS untuk kelas eksperimen dikembangkan berdasarkan langkah-langkah pembelajaran pada model

pembelajaran generatif, sedangkan kelas kontrol tidak menggunakan LKS

tetapi hannya menggunakan buku sumber pegangan siswa yang diperoleh dari

pemerintah yang telah disesuaikan dengan kurikulum 2013.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen peneliatian adalah suatu alat pengumpul data untuk

mengevaluasi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Instrumen

yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas instrumen tes dan instrumen

(24)

33

Uswatun Khasanah, 2014

Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

instrumen non-tes berupa lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi

aktivitas siswa.

a. Instrumen Tes

Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes

kemampuan pemecahan masalah matematis. Dalam penelitian ini dilakukan

dua kali tes, pertama pretes yang bertujuan untuk melihat kemampuan awal

siswa dalam memahami konsep suatu materi matematika sebelum diberikan

perlakukan yang telah direncanakan dan postest untuk mengetahui sejauh mana variabel bebas berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa setelah memperoleh perlakuan yang

telah direncanakan. Soal pretes dan postes dalam penelitian ini adalah soal

yang sama, hal ini dilakukan agar dapat melihat ada atau tidaknya

peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa setelah

dilakukannya penelitian.

Jenis tes kemampuan pemecahan masalah yang digunakan dalam

penelitian ini berbentuk uraian, dengan tujuan dapat melihat proses

pengerjaan yang dilakukan siswa, sehingga dapat diketahui sejauh mana

siswa mampu memecahkan permasalahan yang disajikan. Menurut Suherman

(2003, hlm. 77), penyajian soal dalam bentuk uraian mempunyai beberapa

kelebihan yaitu:

1) Pembuatan soal uraian relatif lebih mudah dan bisa dibuat dalam kurun

waktu yang tidak terlalu lama. Hal ini disebabkan karena soal tersebut

jumlah soalnya tidak terlalu banyak. Biasanya untuk saol matematika

tidak lebih dari lima soal.

2) Menjawab soal bentuk uraian siswa dituntut untuk menjawab secara

rinci, maka proses berpikir, ketelitian, sistematika, penyusunan dapat

dievaluasi. Terjadinya bias evaluasi dapat dihindari karena tidak ada

sistem tebakan atau untung-untungan. Hasil evaluasi lebih dapat

mencerminkan kemampuan siswa sebenarnya.

3) Proses pengerjaan tes akan menimbulkan kreativitas dan aktivitas positif

(25)

34

Uswatun Khasanah, 2014

Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menyampaikan pendapat dan argumentasi, mengaitkan fakta-fakta yang

relevan.

Pemberian skor tes kemampuan pemecahan masalah matematis pada

penelitian ini berdasarkan pada panduan penskoran pada tabel 3.1 tentang

pedoman penskoran kemampuan pemcahan masalah matematis siswa.

Pendoman penskoran ini merujuk pada contoh penskoran yang disusun dalam

modul materi pelatihan implementasi kurikulum 2013. Pedoman penskoran

pada Tabel 3.1 merupakan pedoman penskoran yang telah dimodifikasi dan

hasil persetujuan dengan dosen pembimbing. Berikut adalah tabel pedoman

penskoran tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa:

Tabel 3.1

Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

No Aspek yang dinilai Rubrik Penilaian Skor

1 Pemilihan strategi pemcahan masalah

Tepat 5

Tidak tepat 2

Tidak ada strategi 0

2 Proses pemecahan masalah Seluruhnya benar 15

Sebagian besar benar 12

Setengahnya benar 9

Sebagian kecil benar 3

Tidak Ada yang benar 1

Tidak ada proses 0

3 Jawaban akhir Benar 5

Salah 2

Tidak ada jawaban 0

Jumlah Skor minimal 0

Jumlah Skor maksimal 25

Penngembangan instrumen tes dilakukan dengan beberapa tahap,

pertama diawali dengan penyusunan kisi-kisi yang mencakup kompetensi

inti, kompetensi dasar, dan indikator aspek yang diukur dan dilanjutkan

dengan pengembangan soal. Sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen

tes tersebut diuji cobakan terlebih dahulu kepada siswa diluar sampel

penelitian, dengan syarat siswa pernah mempelajari materi yang akan

diujikan. Ujicoba instrumen tersebut dilakukan agar dapat mengetahui

(26)

35

Uswatun Khasanah, 2014

Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

soal. Kemudian data hasil ujicoba diolah dengan menggunakan bantuan

Software Anates Ver 4.0.7 tipe uraian.

1) Validitas Butir Soal

Sebuah alat evaluasi (tes) dikatakan valid apabila tes tersebut secara

tepat dapat untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Cara menentukan

tingkat validitas tes ini adalah dengan menghitung koefesien korelasi antara

alat evaluasi (tes) dengan skor rata-rata ulangan harian siswa. dalam hal ini

menggunakan rumus korelasi product-moment memakai angka kasar atau raw score (Suherman, 200, hlm. 119-120), yaitu:

rXY =

Keterangan:

rXY = Koefesien korelasi antara variabel X dan variabel Y

n = Banyaknya sampel

X = Skor tes

Y = Skor ulangan harian

Koefesien korelasi yang diperoleh diinterpretasikan berdasarkan

klasifiksi koefesien korelasi validitas butir soal, sebagaimana yang disajikan

dalam tabel berikut:

Berdasarkan pengolahan data hasil uji coba instrumen diperolehlah

koefesien korelasi untuk setiap butir soal dan hasil interpretasinya seperti

yang disajikan dalam tabel berikut ini:

(27)

36

Uswatun Khasanah, 2014

Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Nomor

Soal

Koefesien Korelasi Interpretasi

1 0,745 Validitas Tinggi

2 0,781 Validitas Tinggi

3 0,798 Validitas Tinggi

4 0,836 Validitas Tinggi

Hasil validitas pada tabel 3.3 di atas, kemudian diuji

keberartiannya untuk setiap butir soal dengan perumusan hipotesisnya

sebagai berikut:

H0 : Validitas tiap butir soal tidak berarti

H1 : Validitas tiap butir soal berarti

Statistik uji :

Keterangan :

t : Keberartian

r : Validitas setiap butir soal

N : Banyaknya subjek Kriteria pengujiannya:

Dengan mengambil taraf nyata (α = 0,05), maka H0 diterima jika:

(Sumber: Diba, 2014: 41)

Berdasarkan pengolahan data hasil uji keberartian validitas

diperolehlah t hitung untuk setiap butir soal dan hasil interpretasinya seperti

yang disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.4

Hasil Uji Keberartian Validitas

(28)

37

Uswatun Khasanah, 2014

Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu No Soal t Hitung t Tabel Interpretasi

digunakan sebagai soal tes instrumen kemampuan pemecahan masalah

matematis pada penelitian ini.

2) Reliabilitas Soal

Reliabilitas tes adalah tingkat konsistensi suatu tes, yaitu sejauh mana

suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang tidak berubah-ubah

jika digunakan untuk subjek yang sama. Rumus yang digunakan untuk

mencari koefesien reliabilitas bentuk uraian dikenal dengan rumus alpha

(Suherman, 2003, hlm. 153-154) yaitu:

r

11

= (

)(

)

Keterangan

r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan

n = Banyak butir soal

si2 = Varians skor tiap item

st2 = Varians skor total

Untuk mengisterpretasikan koefesien reliabilitas yang menyatakan

derajat keterandalan alat evaluasi dapat digunakan tolak ukur yang dibuat

oleh J.P. Guilford (Suherman, 2003, hlm. 139), seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.5

Interpretasi Indeks Reliabelitas Soal

Koefesien Reliabilitas Interpretasi

(29)

38

Uswatun Khasanah, 2014

Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

0,70r11<0.90 Tinggi 0,40r11<0,70 Sedang 0,20r11<0,40 Rendah

r11<0,20 Sangat Rendah

Berdasarkan pengolahan data hasil uji coba instrumen diperolehlah

koefesien reliabilitas tes sebesar 0,74 yang berarti bahwa intrumen tes

tersebut secara keseluruhan memiliki drajat reliabilitas yang tinggi.

3) Tingkat Kesukaran Soal (Indeks Kesukaran)

Tingkat kesukaran soal adalah sebarapa sulit soal tersebut, sehingga

siswa merasa tidak mampu dengan sempurna menyelesaikannya. Drajat

kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut indeks

kesukaran. Bilangan tersebut adalah bilangan real pada interval 0,00 sampai

dengan 1,00. “Soal dengan indeks kesukaran mendekati 0,00 berarti soal

tersebut terlalu sukar, sebaliknya soal dengan mendekati indeks kesukaran

1,00 berarti soal tersebut terlalu mudah. Tingkat kesukaran masing butir soal

dihitung dengan menggunakan rumus” (Suherman, 2003, hlm. 170):

SM I X IK

(Sumber: Suherman & Sukjaya dalam Diba, 2014, hlm. 44)

Keterangan:

IK = Tingkat/indeks kesukaran

X = Rata-rata skor setiap butir soal

SMI = Skor maksimum ideal

Hasil perhitungan tingkat kesukaran diinterpretasikan dengan

menggunakan kriteria tingkat kesukaran butir soal seperti pada tabel berikut

ini (Suherman, 2003: 170):

Tabel 3.6

Interpretasi Indeks Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat Kesukaran Kriteria

IK=0,00 Sangat Sukar

0,00<IK0,30 Sukar

(30)

39

Uswatun Khasanah, 2014

Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

0,70<IK<1,00 Mudah

Tk=1,00 Terlalu Mudah

Berdasarkan pengolahan data hasil uji coba instrumen diperolehlah

indeks kesukaran untuk setiap butir soal dan kriterianya seperti yang disajikan

dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.7 Indeks Kesukaran Soal

Nomor Soal Indeks Kesukaran Kriteria

1 0,616 Sedang

2 0,790 Mudah

3 0,466 Sedang

4 0,636 Sedang

4) Analisis Daya Pembeda

Daya pembeda dari sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal itu

untuk membedakan antara siswa berkemampuan tinggi dengan siswa yang

berkemampuan rendah (Suherman, 2003, hlm. 159-160). Untuk menentukan

daya pembeda digunakan rumus:

X = Rata-rata skor kelompok atas

B

X = Rata-rata skor kelompok bawah

SMI = Skor maksimum ideal

Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasikan dengan klasifikasi

yang dikemukakan oleh Suherman (2003, hlm. 161) seperti pada tabel

berikut:

Tabel 3.8

Interpretasi Indeks Daya Pembeda Soal

Daya Pembeda Interpretasi

(31)

40

Uswatun Khasanah, 2014

Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

0,40<DP0,70 Baik

0,20<DP0,40 Cukup

0,00<DP0,20 Kurang

DP0,00 Sangat Kurang

Berdasarkan pengolahan data hasil uji coba instrumen diperolehlah

daya pembeda untuk setiap butir soal dan hasil interpretasinya seperti yang

disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.9 Daya Pembeda Soal

Nomor Soal Daya Pembeda Interpretasi

1 0,336 Cukup

2 0,308 Cukup

3 0,692 Baik

4 0,592 Baik

5) Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen

Berikut rekapitulasi hasil ujicoba intrumen dari setiap butir soal dan

hasil klasifikasinya:

Tabel 3.10

Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes

Reliabilitas Tes : 0,74 (Tinggi)

No Soal

Validitas Indeks Kesukaran Daya Pembeda Hasil Klasifikas Hasil Klasifikasi Hasil Klasifikasi

1 0,745 Tinggi 0,616 Sedang 0,336 Cukup

2 0,781 Tinggi 0,790 Sedang 0,308 Cukup

3 0,798 Tinggi 0,466 Sedang 0,692 Baik

4 0,836 Tinggi 0,636 Sedang 0,592 Baik

Berdasarkan validitas, riliabilitas tes, indeks kesukaran dan daya

pembeeda dari setiap butir soal yang diujicobakan serta dengan pertimbangan

indikator yang terkandung dalam setiap butir soal, maka semua butir soal

tersebut digunakan sebagai instrumen tes dalam penelitian ini. Akan tetapi

(32)

41

Uswatun Khasanah, 2014

Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sehingga mengharuskan untuk melakukan perbaikan soal. Berdasarkan hasil

diskusi dengan dosen pembimbing, soal yang memungkinkan untuk

diperbaiki adalah soal nomor 3. Dari hasil diskusi perbaikan yang dilakukan

pada soal nomor 3 adalah dengan merubah pertanyaannya, dengan merubah

pertanyaan pada soal nomor 3, diharapkan soal memiliki tingkat kesukaran

yang tinggi. Dengan semikian kriteria soal mudah, sedang dan sukar terwakili

dalam instrumen tes. Soal yang telah direvisi tersebutlah yang digunakan

dalam penelitian.

b. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengetahui apakah penerapan

model pembelajaran generatif yang dilaksanakan oleh peneliti sesuai dengan

langkah-langkah pembelajaran yang seharusnya dan apakah pelaksanaan

pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah dirancang. Selain itu lembar

observasi digunakan juga untuk mengumpulkan semua data tentang sikap

siswa dan guru dalam pembelajaran, interaksi antara siswa dan guru, serta

interaksi antar siswa dalam model pembelajaran generatif.

Observasi dalam penelitian ini menggunakan observasi dimana

pengamat tidak termasuk dalam kelompok yang diamati. Observer dalam

penelitian ini adalah guru yang mengajar mata pelajaran matematika di

sekolah tersebut atau teman seprofesi yang sebelumnya diberi pengarahan

terlebih dahulu dan kelompok yang diamati adalah peneliti dan siswa.

Lembar observasi terdiri dari dua bagian yaitu lembar observasi aktivitas guru

dan lembar observasi aktivitas siswa yang termuat dalam satu lembar

observasi.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dikelompokkan dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan,

tahap pelaksanaan dan tahap pelaporan, penjelasan lebih rincinya adalah sebagai

berikut:

(33)

42

Uswatun Khasanah, 2014

Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Meengidentifikasi dan merumuskan masalah, serta melakukan studi

literatur.

b. Menyusun isntrumen penelitian dan bahan ajar.

c. Memvalidasi isi dan muka instrumen oleh para ahli.

d. Menguji coba instrumen.

e. Menganalisis hasil uji coba instrumen.

f. Mengkonsultasikan hasil uji isntrumen bersama para ahli.

g. Menentukan sample penelitian, kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol.

h. Melakukan perizinanan untuk melakukan penelitian.

2. Tahap pelaksanaan

a. Menentukan kemampuan pemecahan masalah awal siswa dengan cara

melaksanakan pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b. Melaksanakan pembelajaran model generatif pada kelas eksperimen dan

pembelajaran saintifik pada kelompok kontrol berdasarkan rencana

pelaksanaan pembelajaran yang telah dipersiapkan.

c. Melaksanakan postes pada kelas ekperimen dan kelas kontrol untuk

mengetahui kemampuan pemecahan masalah siswa setelah pelaksanaan

pembelajaran generatif dan pembelajaran saintifik selesai.

3. Tahap pelaporan

a. Mengolah dan menganalisis data.

b. Menganalisis hasil pengolahan data dan analisis data.

c. Menyusun laporan penelitian.

d. Menyimpulkan hasil penelitian.

F. Analisis Data

1. Analisis Deskriptif Data Pretes, Postes dan Gain

Sebelum model pembelajaran generatif diterapkan dikelas eksperimen

dilakukan pretes terlebih dahulu, pretes dilakukan bertujuan untuk mengetahui

(34)

43

Uswatun Khasanah, 2014

Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

eksperimen dan di kelas kontrol. Kemudian, setelah model pembelajaran generatif

selesai diterapkan dilakukan postes yang bertujuan untuk mengetahui

kemampuan pemecahan masalah matematis akhir siswa pada kelas ekperimen dan

kelas kontrol.

Setelah diperoleh hasil pretes dan postes, dilakukan perhitungan gain

(peningkatan). Perhitungan gain untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol.

2. Analisis Inferensial (Uji Hipotesis)

Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data

kuantitatif yang akan dianalisis adalah data pretes dan posttes dari kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji statistik yang digunakan yaitu:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data pada kelas

ekdperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal atau tidak. Hipotesis uji

normalitas dirumuskan sebagai berikut:

H0: Data berdistribusi normal.

H1: Data tidak berdistribusi normal.

Dalam pengujian ini, uji statistik yang digunakan untuk menguji

normalitas adalah uji Saphiro Wilk dengan taraf signifikansi () 5%. Kriteria pengujian, data berdistribusi normal, jika value (sig)   dan data tidak

berdistribusi normal, jika value (sig) .

Jika data berasal dari populasi berdistribusi normal, maka analisis data

dilanjutkan dengan uji homogenitas varians untuk menentukan uji parametrik

yang sesuai. Namun jika data berasal dari populasi tidak berdistribusi normal

maka uji perbedaan dua rataan digunakan uji non parametrik, yaitu menggunakan

Uji Mann-Whitney.

(35)

44

Uswatun Khasanah, 2014

Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sample yang diambil

mempunyai varians yang homogen atau tidak. Hipotesis uji homogeneitas

dirumuskan sebagai berikut:

H0: varians skor kelompok siswa yang memperoleh model pembelajaran

generatif dan siswa yang memperoleh pembelajaran saintifik homogen.

H1: varians skor kelompok siswa yang memperoleh model pembelajaran

generatif dan siswa yang memperoleh pembelajaran saintifik tidak homogen.

Dalam pengujian ini, uji statistik yang digunakan untuk menguji

Homogenitas varians adalah uji Homogeninity of Variance dengan taraf signifikansi 5%. Kriteria pengujian, varians skor kelompok siswa tidak homogen,

jika Sig. < 0,05 dan varians skor kelompok siswa homogen, jika Sig. 0,05.

Jika data memiliki varians yang homogen, maka analisis data dilanjutkan

dengan uji kesamaan dua rata-rata menggunakan uji t. Namun jika data tidak

memiliki varians yang homogen, maka analisis data dilanjutkan dengan uji

kesamaan dua rata-rata menggunakan uji t’.

c. Indeks Gain

Analisis data Indeks Gain ternormalisasi bertujuan untuk mengetahui efektifitas dan kualitas pembelajaran matematika dengan model pembelajaran

generatif dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

Perhitungan indeks gain dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

Gain ternormalisasi (g) =

Kemudian hasil perhitungan Indeks Gain diinterpretasikan dengan klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 3.11

Interpretasi Indeks Gain Ternormalisai

Besaran Gain (g) Interpretasi

0,7 < g 1 Tinggi

0,3 < g 0,7 Sedang

(36)

45

Uswatun Khasanah, 2014

Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Semakin tinggi indeks gain ternormalisasi, maka semakin tinggi dan baik

pula kualitas peninggkatan yang terjadi akibat penerapan model pembelajaran

generatif pada kelas kelas eksperimen.

Langkah-langkah yang diperlukan untuk analisis data disajikan dalam

gambar 3.1 yang diadaptasi dari Prabawanto (2013, hlm. 99).

Gambar 3.1

Alur Analisis Data Keterangan:

: : Dan

Ya

Ya

Ya

Tidak

Data Sampel 1 Data Sampel 2

Apakah data berdistribusi

normal?

Apakah data berdistribusi

normal?

Apakah variansinya homogen?

Uji t

Statistik non-parametrik Mann-Whitney

Uji t’

(37)

46

Uswatun Khasanah, 2014

Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(38)

Uswatun Khasanah, 2014

Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dan pembahasan yang telah

diuraikan pada BAB sebelumnya, maka hal yang dapat disimpulkan adalah

sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP yang

memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

generatif lebih baik daripada kemampuan pemecahan masalah siswa yang

memeperoleh pembelajaran saintifik.

2. Kualitas peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

yang memperoleh model pembelajaran generatif dan pembelajaran saintifik

berada pada kategori sedang.

B. Implikasi dan Rekomendasi

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa implikasi

dan rekomendasi yang diharapkan dapat bermanfaat untuk guru, peneliti

selanjutnya, dan pengguna hasil penelitian. Implkikasi dan rekomendasi yang

dapat diberikan adalah:

1. Model pembelajaran generatif dapat dijadikan salah satu pilihan guru dalam

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

2. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang

memperoleh pembelajaran generatif dalam penelitian ini masih dikategorikan

sedang. Oleh karena itu perlu dilakukan modifikasi pada model pembelajaran

generatif agar peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

(39)

75

Uswatun Khasanah, 2014

Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Perlu diperhatikan tahapan-tahapan pada pembelajaran generatif, terutama

pada tahapan challenge, untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Hal ini dikarenakan tahap challenge merupakan tahap utama atau tahapan paling penting dalam model pembelajaran generatif

untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

4. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik masih belum terbiasa dilaksanakan

di dalam kelas, sama halnya dengan model pembelajaran generatif. Oleh

karena itu untuk penelitian selanjutkan alangkah lebih baiknya kelas yang

memperoleh pembelajaran dengan pendekatan saintifik dijadikan sebagai

kelas eksperimen. Dengan tujuan penelitian mengetahui peningkatan

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh

pembelajaran dengan model pembelajaran generatif dan pendekatan saintifik

serta melihat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa antara kelas eksperimen yang memperoleh pembelajaran

(40)

76

Uswatun Khasanah, 2014

Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR REFERENSI

Agustina, M. (2009). Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa sma melalui penerapan pembelajaran generatif: suatu eksperimen pada siswa kelas xi SMA negeri 20 Bandung. (Skripsi). Pendidikan Matematika UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.

Amel, M. (2014). Penerapan model pembelajaran treffinger untuk meningkatkan kemampuan berpikir kratif matematis siswa SMP. (Skripsi). Pendidikan Matematika UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.

Anggraeni, A. (2011). Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa SMP: studi eksperimen terhadap siswa kelas vii smp negeri 44 Bandung. (Skripsi) Pendidikan Matematika UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.

Anriani, N. (2011). Pembelajaran dengan pendekatan resource based learning untuk meningkatkan kemampuan penalaran dan pemecahan masalah matematis siswa SMP kelas viii. Tesis Pendidikan Matematika UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.

Bahri, B., dan Bukhori. (2013). Peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematika siswa dengan pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning) di SMA swasta Al-Azhar Medan. Di akses dari

http://www.umnaw.ac.id/wp-content/uploads/2013/01/LAPORAN-SAIFUL.pdf. [27 November 2014].

Chang, R. Y., dan Kelly, P. K. (1998). Langkah-langkah pemecahan masalah. Jakarta Pusat: PT Pustaka Binaman Pressindo.

(41)

77

Uswatun Khasanah, 2014

Penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Presiden Repulik Indonesia. (2003). Undang-undang tentang sistem pendidikan nasional. Jakarta: DPR RI.

Dheah. (2012). Tujuan pembelajaran matematika SMP dan MTS. Diakses dari http://dyahratnaupy.blogspot.com/. [8 Oktober 2012].

Hamdani, D., Kurniati, E., dan Sakti, I. (2012). Pengaruh model pembelajaran genmeratif dengan menggunakan alat peraga terhadap pemahaman konsep cahaya kelas viii di SMP negeri 7 kota Bengkulu, 10 (1), hlm 79-88.

Hanafiah, N., dan Suhana, C. (2012). Konsep strategi pembelajaran. Cetakan ke-3 Bandung: PT Refika Aditama.

Hardjito, D. (1994). Perencanaan dengan pendekatan pip (performance improvement planning) dan pemecahan masalah. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Jacobseb, D. A., Eggen, P., dan Kauchak, D. (2009). Methods for teaching: metode-metode pengajaran meningkatkan belajar siswa TK – SMA. Edisi 8 Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jensen, E. (2008). Brain-based learning: pembelajaran berbasis kemampuan otak (cara baru dalam pengajaran dan pelatihan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kartinah. (t.t). Penggunaan model pembelajaran generatif (MPG) untuk meningkatkan pemahaman konsep pada mahasiswa jurusan pendidikan matematika.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Materi pelatihan implmentasi kurikulum 2013: mata pelajaran matematika SMP/MTS (Modul).

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.4 Hasil Uji Keberartian Validitas
Tabel 3.4 menunjukkan bahwa nilai t hitung setiap butir soal yang
+6

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kinerja keuangan (ROA) terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL),

Pengukuran indikator kinerja sasaran persentase dokumen perencanaan yang tepat waktu dilakukan dengan membandingkan antara jumlah dokumen perencanaan Pemerintah Kabupaten

Scanned by CamScanner... Scanned

Konsep solidaritas merupakan kepedulian secara bersama kelompok bersama yang menunjuk pada suatu hubungan antara individu dan/atau kelompok yang didasarkan pada persamaan

Judul Penelitian : Pengaruh Pemberian EM-4 (Effective Microorganism-4) Pada Pakan Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Lele Sangkuriang

Mohon untuk diberikan perpanjangan masa studi selama 1 (satu) semester, yaitu semester Gasal (I) Tahun Akademik 2017/2018.. Adapun perkembangan studi saya, saat ini pada

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION) BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEMINIMALISIR MISKONSEPSI HUKUM NEWTON..