BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 LATAR BELAKANG
Manusia memiliki dua sisi dalam kehidupannya, yaitu sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki kebutuhan dan
kemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia yang lain, selanjutnya kehidupan makluk sosial ini disebut dengan zoon
politicon. Dalam hal ini mengandung makna bahwa manusia memiliki
kemampuan untuk hidup berkelompok dengan manusia yang lain dalam suatu organisasi yang teratur, sistematis dan memiliki tujuan yang jelas. Aktualisasi
manusia sebagai makluk sosial, tercermin dalam kehidupan berkelompok (Deliarnov 2011: 4). Berkelompok dalam kehidupan manusia adalah suatu kebutuhan, bahkan memiliki tujuan yang berbeda bagi setiap individu di
dalamnya. Tujuan manusia berkelompok adalah untuk meningkatkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidupnya. Apapun bentuk kelompoknya, disadari atau tidak
dengan tujuan meningkatkan kebahagiaan hidupnya. Melalui kelompok manusia bisa memenuhi berbagai macam kebutuhan hidupnya, bahkan bisa dikatakan kebahagiaan dan keberdayaan hidup manusia hanya bisa dipenuhi dengan cara
berkelompok. Tanpa berkelompok tujuan hidup manusia yaitu mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan tidak akan bisa tercapai.
Lembaga sosial merupakan sebuah sistem yang mencakup norma dan peraturan yang dibuat untuk pemenuhan kebutuhan manusia dan untuk melaksanakan
aktivitas manusia. Baik sebagai makluk individu maupun makluk sosial.Secara umum fungsi lembaga sosial adalah digunakan untuk mengatur pergaulan hidup dengan tujaun untuk mencapai suatu tata tertib. Tujuan utama diciptakannya
adalah untuk mengatur agar kebutuhan hidup manusia dapat terpenuhi secara memadai, juga sekaligus mengatur agar kehidupan sosial warga masyarakat
berjalan dengan lancar dan tertib sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku. Menurut Soejono Soekanto (Murdiyatmoko, 2007: 39-40) lembaga sosial memiliki fungsi antara lain:
a. Memberikan pedoman pada anggota-anggota masyarakat bagimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat yang bersangkutan.
b. Menjaga keutuhan dari masyarakat yang bersangkutan dari perpecahan atau disintegrasi masyarakat.
c. Memberikan pegangan kepada masyakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial artinya sistem pengawasan dari masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya.
Ada banyak bentuk lembaga sosial yang kita temukan di masyarakat diantaranya lembaga keluarga, lembaga politik, lembaga ekonomi, lembaga
berkaitan dengan hal-hal yang sifatnya lebih dari perilaku moral. Agama menawarkan suatu pandangan dunia dan jawaban atas berbagai persoalan yang
membingungkan manusia. Lembaga agama berupaya untuk menemukan pengaruh sosial dari berbagai macam keyakinan dan menemukan tendensi dari berbagai jenis keyakinan dan kebiasaan agama tertentu yang berkembang dalam kondisi
sosial tertentu. Pokok persoalan khusus dalam mempelajari lembaga agama adalah agama itu sendiri dan interaksi yang terjadi dalam agama tersebut.
Agama merupakan institusi penting yang mengatur kehidupan manusia. Menurut Horton dan Hunt (Murdiyatmoko 2007:46) agama adalah sebuah sistem keyakinan dan sarana bagi sekelompok orang untuk menanggapi hal yang mereka
rasakan sebagai supranatural dan suci.
Secara garis besar ruang lingkup agama mencakup :
a. Hubungan manusia dengan Tuhan
Hubungan dengan Tuhan disebut ibadah. Ibadah bertujuan untuk mendekatkan diri manusia kepada Tuhannya.
b. Hubungan manusia dengan manusia
Agama memiliki konsep-konsep dasar mengenai kekeluargaan dan kemasyarakatan. Konsep dasar tersebut memberikan gambaran tentang
ajaran-ajaran agama mengenai hubungan manusia dengan manusia atau disebut pula sebagai ajaran kemasyarakatan. Sebagai contoh setiap ajaran
agama mengajarkan tolong-menolong terhadap sesama manusia. c. Hubungan manusia dengan makhluk lainnya atau lingkungannya.
Di setiap ajaran agama diajarkan bahwa manusia selalu menjaga
manusia dapat melanjutkan kehidupannya.
Sebagai sebuah lembaga sosial, agama berarti sistem keyakinan dan praktik keagamaan yang penting dari masyarakat, yang telah dibakukan dan
dirumuskan serta dianut secara luas dan dipandang sebagai sesuatu yang diperlukan dan benar. Asosiasi agama merupakan kelompok orang yang terorganisasi, yang secara bersama-sama menganut keyakinan dan menjalankan
praktik suatu agama. Sebagaimana lembaga-lembaga lainnya, agama juga memiliki fungsi atau peran. Peran lembaga agama di bidang sosial adalah sebagai penentu, agama menciptakan suatu ikatan bersama, baik di antara
anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka. Peran agama sebagai sosialisasi individu akan
tampak secara nyata pada saat individu tumbuh menjadi dewasa. Pada saat itu, individu memerlukan suatu sistem nilai sebagai tuntunan umum untuk mengarahkan aktivitasnya dalam masyarakat dan berfungsi sebagai tujuan akhir
pengembangan kepribadiannya (Murdiyatmoko, 2007:46-47). Pendidikan agama merupakan tanggung jawab dari orangtua untuk mengenalkan, memberikan
Secara sosiologis bagian yang tidak dapat dipisahkan dari lembaga agama adalah sarana yang digunakan dalam keberlangsungan kehidupan masyarakat
adalah bangunan yang digunakan tempat berkumpul masyarakat yang menganut agama tersebut. Salah satu diantaranya adalah gereja. Gereja menjadi komponen penting dari lembaga agama khususnya agama Nasrani. Gereja merupakan salah
satu media sosial di bidang agama. Kegiatan yang dilaksanakan dalam gereja dibagi dalam tiga tugas penting yaitu : bersaksi disebut dengan marturia,
melayani yang disebut diakonia, persekutuan disebut dengan koinonia. Ketiga hal tersebut dilakukan oleh seluruh komponen gereja secara berkesinambungan. Adapun tujuan dari ketiga tugas tersebut adalah terciptanya kehidupan gereja
yang seimbang di masyarakat. Persekutuan (koinonia) adalah gabungan atau kerjasama dari dua individu atau lebih untuk memiliki atau menjalankan suatu kegiatan secara bersama untuk mencapai satu tujuan. Persekutuan (koinonia) yang tercipta di lembaga agama dijalankan oleh seluruh komponen lembaga
dalam hal melihat ke gereja. Komponen yang terlibat dalam persekutuan gereja ada anak anak, pemuda dan orang tua. Komponen yang paling produktif dan
memberikan kontribusi bagi keberlangsungan gereja adalah pemuda gereja. Pemuda dalam konsep sosiologis merupakan produk dan agen perubahan sosial (agent of change). Naafs dan White (2012:3-4) mengidentifikasikan tiga
gagasan utama dalam pemuda yaitu : Pemuda sebagai generasi yaitu pemuda yang berperan sebagai penerus dari keberlanjutan sebuah kelompok masyarakat,
produsen budaya karena dari pemuda kebudayaan mengalami perubahan dari hari ke hari.
Pemuda adalah suatu generasi yang dipundaknya terbebani berbagai macam – macam harapan, terutama dari generasi lainnya. Hal ini dapat dimengerti karena pemuda diharapkan sebagai generasi penerus, generasi yang
akan melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya, generasi yang mengisi dan melanjutkan estafet pembangunan. Di dalam masyarakat, pemuda merupakan
satu identitas yang potensial. Kedudukannya yang strategis sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan bangsanya.
Pemuda gereja merupakan sekelompok anak muda yang mengikuti atau
terlibat dalam kegiatan yang berlangsung dalam gereja. Dalam gereja GKPS pemuda di kenal dengan sebutan (naposo = yang muda). Pemuda memiliki peranan penting dalam perkembangan suatu gereja hal ini dikarenakan pemuda
gereja merupakan salah satu komponen yang paling produktif sehingga pemuda dinamakan generasi penerus gereja. Selain sebagai komponen yang paling
produktif pemuda juga komponen yang paling rentan terhadap godaan. Hal ini dikarenakan pemuda yang masih dalam masa proses pencarian jati diri dan belum memiliki pendirian yang tetap. Elemen-elemen yang ada dalam solidaritas sosial
merupakan satu kesatuan yang menunjukkan tingkat solidaritas di dalam suatu masyarakat atau kelompok sosial.Salah satu elemen yang ada dalam solidaritas
komunitas pemuda gereja adalah kepercayaan yang di anut.
Di gereja GKPS Huta Rih pemuda ikut berperan dalam mengambil bagian dalam pelaksanaan kegiatan yang diadakan oleh gereja. Pemuda yang dimaksud
Kegiatan yang mereka lakukan tidak sebatas hanya kepada kegiatan minggu umum, tetapi ada juga kebaktian khusus untuk pemuda. Kegiatan mereka tidak
hanya sebatas kegiatan rohani tetapi ada juga di bidang sosial seperti mengunjungi anggota yang bersuka cita maupun berduka cita. Para pemuda gereja ini juga aktif dalamkegiatan gotong royong dalam membersihkan
bangunan dan lingkungan sekitar gereja.
Konsep solidaritas merupakan kepedulian secara bersama kelompok bersama yang menunjuk pada suatu hubungan antara individu dan/atau kelompok yang didasarkan pada persamaan moral, kolektif yang sama dan kepercayaan yang dianut serta diperkuat oleh pengalaman emosional (Nasution 2009:9).
Solidaritas dalam ilmu sosial yaitu menunjuk pada satu keadaan hubungan
antara individu atau kelompok yang berdasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Ikatan solidaritas sosial lebih mendasar daripada hubungan kontraktual
yang dibuat atas persetujuan rasional, karena hubungan-hubungan serupa itu mengandaikan sekurang-kurangnya satu derajat konsensus terhadap
prinsip-prinsip moral yang menjadi dasar kontrak itu. Solidaritas sosial ini terbagi kepada dua bagian : solidaritas mekanik dan solidaritas organik.
Menurut Durkheim solidaritas mekanik didasarkan pada suatu kesadaran kolektif bersama yang menunjuk kepada totalitas kepercayaan-kepercayaan dan sentimen-sentimen bersama dan rata-rata ada pada masyarakat yang sama dan solidaritas itu didasarkan pada suatu tingkat homogenitas yang tinggi dalam kepercayaan, sentiment dan sebagainya. Solidaritas organik menurut Durkheim muncul karena pembagian kerja yang bertambah besar. Solidaritas ini didasarkan pada tingkat ketergantungan yang tinggi. Saling ketergantungan itu bertambah sebagai hasil dari bertambahnya spesialisasi pembagian pekerjaa, memungkinkan semakin bertabahnya perbedaan dikalangan individu (Nasution 2009:12)
Solidaritas mekanik pada suatu “kesadaran kolektif” bersama, yang
bersama yang tergantung pada individu-individu yang memiliki sifat-sifat yang sama dan menganut kepercayaan dan pola normatif yang sama pula. Karena itu,
individualitas tidak berkembang; individualitas itu terus-menerus dilumpuhkan oleh tekanan yang besar sekali untuk konformitas. Ciri khas yang penting dari solidartas mekanik adalah bahwa solidaritas itu didasarkan pada suatu tingkat
homogenitas yang tinggi dalam kepercayaan, sentimen dan sebagainya. Homogenitas serupa itu hanya mungkin kalau pembagian kerja sangat minim.
Sebaliknya solidaritas organik muncul karena pembagian kerja bertambah besar. Solidaritas itu berdasarkan pada tingkat saling ketergantungan yang tinggi. Saling ketergantungan itu bertambah sebagai hasil dari bertambahnya spesialisasi
dalam pembagian pekerjaan, yang memungkinkan dan juga menggairahkan bertambahnya perbedaan di kalangan individu. Munculnya perbedaan-perbedaan di tingkat individu ini merombak kesadaran kolektif itu, yang pada gilirannya
menjadi kurang penting lagi dasar untuk keteraturan sosial dibandingkan dengan saling ketergantungan fungsional yang bertambah antara individu-individu yang
memiliki spesialisasi dan secara relatif lebih otonom sifatnya.
Secara sosiologis kuatnya persekutuan dalam salah satu gereja dapat dilihat kuatnya komponen gereja dalam hal ini pemuda dalam pelaksanaan
kegiatan yang berhubungan dengan gereja yang disebut dengan solidaritas. Berbicara mengenai solidaritas berarti berbicara mengenai sebuah kebersamaan
komponen pemuda di dalam gereja dan sisi solidaritas komponen pemuda gereja tersebut.
Solidaritas sosial sangat penting dimiliki oleh pemuda dengan pemuda lainnya atau komponen gereja tertentu dengan komponen gereja yang lain karena, dengan adanya solidaritas dapat mewujudkan suatu tujuan yang
diharapkan. Solidaritas sosial yang tercipta dalam kelompok pemuda gereja didasari oleh sistem kepercayaan yang dianut. Anggota pemuda memiliki ikatan
yang kuat melalui interaksi yang terjadidalam anggota pemuda sehingga memiliki rasa kesetiakawanan dan saling ketergantungan untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui
bagaimana agama berfungsi sebagai pengikat solidaritas pemuda di GKPS Huta Rih dan bagaimana implementasi solidaritas pemuda dalam keberlangsungan aktivitas gereja.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan diatas maka yang menjadi perumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana agama berfungsi sebagai pengikat solidaritas pemuda gereja di
GKPS Huta Rih?
2. Bagaimana implementasi solidaritas pemuda dalam keberlangsungan
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang diharapkan dari
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana agama berfungsi sebagai pengikat solidaritas pemuda gereja di GKPS Huta Rih.
2. Untuk mengetahui bagaimana implementasi solidaritas pemuda dalam
keberlangsungan aktivitas gereja.
1.4 Manfaat penelitian
Setiap penelitin diharapkan mampu memberikan manfaat baik untuk diri
sendiri maupun untukorang lain dalam kehidupan masyarakat. Untuk itu yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah:
1.4.1 Manfaat Teoritis
Andapaun yang menjadi manfaat teoritis dari penelitian ini adalah menambah wawasan kajian ilmiah bagi mahasiswa serta dapat memberikan
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penulis dalam membuat karya tulis ilmiah. Selain itu diharapkan penelitian ini menambah
pengetahuan bagi penulis terkait masalah yang diteliti. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menambah referensi dan dijadikan rujukan bagi peneliti
berikutnya.
1.5. Defenisi Konsep
Pada penelitian karya ilmiah, konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dan menfokuskan penelitian agar tidak terlalu melebar dan lari
dari dari sasaran utama. Konsep adalah istilah menggambarkan suatu gejala atau menyatakan suatu ide (Iqbal Hasan 2001:17). Defenisi konsep yang diambil
dalam penelitian ini adalah:
1. Solidaritas sosial.
Pengertian solidaritas dalam ilmu sosial yaitu menunjuk pada satu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang berdasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman
emosional bersama. Ikatan solidaritas sosial lebih mendasar daripada hubungan kontraktual yang dibuat atas persetujuan rasional, karena hubungan-hubungan
hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman
emosional bersama”. 2. Agama.
Agama merupakan salah satu prinsip yang harus dimiliki oleh setiap manusia untuk mempercayai Tuhan dalam kehidupan mereka. Tidak hanya itu, secara individu agama bisa digunakan untuk menuntun kehidupan manusia dalam
menjalani kehidupannya sehari-hari. Agama berasal dari bahas sansekerta yang terdiri dari dua kata yaitu ‘a’yang artinya tidak dan ‘gama’ yang artinya kacau
balau. Agama adalah tidak kacau balau. Di Indonesia, istilah agama digunakan untuk menyebut enam agama yang diakui resmi oleh negara, seperti
keyakinan yang tidak atau belum diakui secara resmi disebut religi. Agama sebagai seperangkat aturan dan peraturan yang mengatur hubungan manusia
dengan dunia gaib, khususnya dengan Tuhannya, mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya, dan mengatur hubungan manusia dengan lingkungannya. Secara khusus, agama didefinisikan sebagai suatu sistem keyakinan yang dianut
dan tindakan-tindakan yang diwujudkan oleh suatu kelompok atau masyarakat dalam menginterpretasi dan memberi tanggapan terhadap apa yang dirasakan dan
diyakini sebagai yang gaib dan suci. Bagi para penganutnya, agama berisikan ajaran-ajaran mengenai kebenaran tertinggi dan mutlak tentang eksistensi manusia dan petunjuk-petunjuk untuk hidup selamat di dunia dan di akhirat. Karena itu
pengontrol bagi tindakan-tindakan para anggota masyarakat tersebut untuk tetap berjalan sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan ajaran-ajaran agamanya.
3. Pemuda.
Pemuda adalah golongan manusia-manusia muda yang masih memerlukan
pembinaan dan pengembangan ke arah yang lebih baik, agar dapat melanjutkan dan mengisi pengembangan yang kini telah berlangsung. Secara hukum pemuda adalah manusia yang berumur 15-30 tahun yang di tandai dengan adanya
perubahan fisik. Pemuda juga sering disebut dengan sebagai generasi penerus karena identik sebagai sosok individu yang berusia produktif dan mempunyai
karakter khas yang spesifik yaitu revolusioner, optimis, berpikiran maju, memiliki moralitas.
4. Pemuda gereja.
Pemuda gereja merupakan sekelompok anak muda yang memiliki atau
terlibat dari kegiatan yang berlangsung dalam gereja. Pemuda gereja dari penelitian ini adalah anak muda yang sudah menerima sidi dan belum menikah yang aktif ambil bagian dalam kegiatan yang dilaksanakan gereja. Kegiatan yang
biasa dilakukan pemuda gereja seperti kebaktian pemuda, gotong royong menbersihkan lingkungan gereja, menngadakan kunjungan kasih baik sukacita