• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh pertanian di Kabupaten Mandailing Natal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh pertanian di Kabupaten Mandailing Natal"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA

PENYULUH PERTANIAN

DI KABUPATEN MANDAILING NATAL

TESIS

Oleh

RAFIQAH AMANDA LUBIS

117039001/MAG

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA

PENYULUH PERTANIAN

DI KABUPATEN MANDAILING NATAL

TESIS

Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Magister Pertanian pada Program Studi Magister Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Oleh

RAFIQAH AMANDA LUBIS

117039001/MAG

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh pertanian di Kabupaten Mandailing Natal

Nama : Rafiqah Amanda Lubis

NIM : 117039001

Program Studi : Magister Agribisnis

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Dr. Ir. Satia Negara Lubis, Mec) (

Ketua Anggota

Ir. Iskandarini, MM, Ph.D)

Ketua Program Studi, Dekan,

(4)

Telah diuji dan dinyatakan LULUS di depan Tim Penguji Pada Jum’at, 20 Desember 2013

Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. Satia Negara Lubis, Mec

Anggota : 1. Ir. Iskandarini, MM, Ph.D

2.Dr. Ir. Tavi Supriana, MS

(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul :

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PENYULUH PERTANIAN DI KABUPATEN MANDAILING NATAL

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun

sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan

secara benar dan jelas

Medan, Januari 2014 Yang membuat pernyataan,

(6)

ABSTRAK

RAFIQAH AMANDA LUBIS. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh Pertanian Di Kabupaten Mandailing Natal (dibawah bimbingan Dr.Ir. SATIA NEGARA LUBIS, MEc sebagai ketua dan Ir. ISKANDARINI, MM, Ph.D sebagai anggota).

Kinerja adalah hasil kerja atau prestasi kerja. Namun, sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya hasil kerja tetapi termasuk berlangsungnya proses pekerjaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara faktor-faktor karakteristik penyuluh dengan kinerja penyuluh pertanian dan untuk menganalisis pengaruh antara faktor-faktor karakteristik penyuluh terhadap kinerja penyuluh pertanian. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan sekunder yang dianalisis dengan menggunakan analisis univariat, analisis bivariat dengan menggunakan uji chi square dan analisis multivariat dengan menggukan uji regresi linier berganda

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor karakteristik penyuluh yang berhubungan secara signifikan dengan keberhasilan kinerja penyuluh yaitu tingkat pendidikan (tahun) dan gaji (Rp) sedangkan faktor-faktor karakteristik penyuluh yang berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan kinerja penyuluh yaitu tingkat pendidikan (tahun)

(7)

ABSTRACT

RAFIQAH AMANDA LUBIS, The Factors which Influence the Performance of Agricultural extention worker in Mandailing Natal District (under supervision of Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEc as the Chairperson, and Ir. Iskandarini, MM, Ph.D as the member).

Performance is a work result or work performance. However, in reality, performance has broad meaning; it is not only a work result but also the process of the work itself. The objective of the research was to analyze the correlation of the factors of extention worker characteristics with agricultural extention worker performance and to analyze the influence of the factors of extention worker characteristics on agricultural extention worker performance. The data consisted of primary and secondary data which were analyzed by using univatriate with multiple linear regression tests and bivatriate analysis with chi square test.

The result of the research showed that the factors of extention worker characteristics had significant correlation with their performance in education (years) and salary (rupiahs), while the factors of extention worker characteristics had significant influence on their performance in education (years).

(8)

RIWAYAT HIDUP

Rafiqah Amanda Lubis, lahir di Pangkalan Brandan, pada 22 Februari

1984 dari Bapak Muhammad Aris Lubis, MPd dan Ibu Hazmiati. Penulis

merupakan anak ke satu dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1990 masuk Sekolah Dasar Muhammadiyah 29 Padangsidimpuan,

tamat tahun 1996.

2. Tahun 1996 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1

Padangsidimpuan, tamat tahun 1999.

3. Tahun 1999 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri 1

Padangsidimpuan, tamat tahun 2002.

4. Tahun 2002 diterima di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Islam

Sumatera Utara tamat tahun 2006.

5. Tahun 2011 melanjutkan pendidikan S2 di Program Studi Magister Agribisnis

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan

baik.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, Mec selaku ketua Komisi Pembimbing dan Ibu

Ir. Iskandarini, MM, Ph.D selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah

membantu penulis dalam penyusunan tesis ini.

Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua,

suami, anak dan seluruh keluarga serta teman-teman yang telah mendorong dan

memotivasi penulis untuk menyelesaikan tesis ini. Ucapan terima kasih yang

sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada seluruh penyuluh pertanian

khususnya THL-TBPP dan Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Mandailing

Natal yang telah memberikan segala informasi yang dibutuhkan dalam penelitian

ini.

Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu penyelesaian tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita

semua.

Medan, Januari 2014

(10)

DAFTAR ISI

2.3.2. Karakteristik Penyuluh Pertanian ... 15

2.4. Kerangka Pemikiran ... 16

2.5. Hipotesis Penelitian ... 18

III. METODE PENELITIAN ... 19

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 19

(11)

4.1.2. Distribusi Penduduk menurut Jenis Kelamin ... 30

4.1.3. Distribusi Penduduk menurut Umur ... 31

4.1.4. Distribusi Penduduk menurut Agama ... 32

4.1.5. Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan ... 32

4.1.6. Prasarana Tempat Peribadatan ... 33

4.1.7. Prasarana Pendidikan ... 34

4.1.8. Prasarana Kesehatan ... 34

4.3.1.1. Karakteristik Responden ... 38

4.3.1.2. Indikator Keberhasilan Kinerja ... 40

4.3.2. Analisis Bivariat ... 43

4.3.3. Uji Asumsi Klasik ... 45

4.3.3.1. Uji Normalitas ... 45

4.3.3.2. Uji Autokorelasi ... 45

4.3.3.3. Uji Multikolinearitas ... 46

4.3.4. Analisis Multivariat ... 46

4.4. Hubungan antara Indikator Keberhasilan Kinerja dengan Karakteristik Penyuluh ... 48

4.5. Pengaruh Karakteristik Penyuluh terhadap Indikator Keberhasilan Kinerja ... 50

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

5.1. Kesimpulan ... 53

5.2. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 55

(12)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

1. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Sawah di

Kabupaten Mandailing Natal ... 19

2. Pemberian Pembobotan pada Masing-Masing Jawaban Responden ... 21

3. Model Tabel dalam Pemberian Tingkat dalam Karakteristik Individu dan Keberhasilan Kinerja Penyuluh ... 22

4. Distribusi Penduduk menurut Jenis Kelamin ... 31

5. Distribusi Penduduk menurut Umur ... 31

6. Distribusi Penduduk menurut Agama ... 32

7. Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan ... 32

8. Distribusi Prasarana dan Peribadatan ... 33

9. Distribusi Prasarana Pendidikan ... 34

10. Distribusi Prasarana Kesehatan ... 34

11. Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur ... 35

12. Tingkat Pendidikan ... 36

13. Masa Kerja………. ... 36

14. Jumlah Petani Binaan ... 37

15. Gaji Penyuluh ... 37

16. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Penyuluh ... 38

17. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indikator Keberhasilan Kinerja ... 40

(13)

19. Uji Regresi Linier Berganda Pengaruh Karakteristik Penyuluh

terhadap Indikator Keberhasilan Kinerja ... 46

20. Uji Regresi Linier Berganda Pengaruh Karakteristik Penyuluh

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Hal

1. Data Karakteristik Penyuluh………. 58

2. Hasil Data Skoring……… 59

3. Total Pembobotan………. 62

4. Hasil Analisis SPSS Distribusi Frekuensi……… 64

5. Analisis Frekuensi pada Indikator Keberhasilan Kinerja………. 65

6. Hasil Analisis Crosstab………. 67

7. Hasil Analisis Regresi Backward………. 71

(15)

ABSTRAK

RAFIQAH AMANDA LUBIS. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh Pertanian Di Kabupaten Mandailing Natal (dibawah bimbingan Dr.Ir. SATIA NEGARA LUBIS, MEc sebagai ketua dan Ir. ISKANDARINI, MM, Ph.D sebagai anggota).

Kinerja adalah hasil kerja atau prestasi kerja. Namun, sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya hasil kerja tetapi termasuk berlangsungnya proses pekerjaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara faktor-faktor karakteristik penyuluh dengan kinerja penyuluh pertanian dan untuk menganalisis pengaruh antara faktor-faktor karakteristik penyuluh terhadap kinerja penyuluh pertanian. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan sekunder yang dianalisis dengan menggunakan analisis univariat, analisis bivariat dengan menggunakan uji chi square dan analisis multivariat dengan menggukan uji regresi linier berganda

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor karakteristik penyuluh yang berhubungan secara signifikan dengan keberhasilan kinerja penyuluh yaitu tingkat pendidikan (tahun) dan gaji (Rp) sedangkan faktor-faktor karakteristik penyuluh yang berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan kinerja penyuluh yaitu tingkat pendidikan (tahun)

(16)

ABSTRACT

RAFIQAH AMANDA LUBIS, The Factors which Influence the Performance of Agricultural extention worker in Mandailing Natal District (under supervision of Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEc as the Chairperson, and Ir. Iskandarini, MM, Ph.D as the member).

Performance is a work result or work performance. However, in reality, performance has broad meaning; it is not only a work result but also the process of the work itself. The objective of the research was to analyze the correlation of the factors of extention worker characteristics with agricultural extention worker performance and to analyze the influence of the factors of extention worker characteristics on agricultural extention worker performance. The data consisted of primary and secondary data which were analyzed by using univatriate with multiple linear regression tests and bivatriate analysis with chi square test.

The result of the research showed that the factors of extention worker characteristics had significant correlation with their performance in education (years) and salary (rupiahs), while the factors of extention worker characteristics had significant influence on their performance in education (years).

(17)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan sumber daya manusia pertanian, termasuk pembangunan

kelembagaan penyuluhan dan peningkatan kegiatan penyuluhan pertanian, adalah

faktor yang memberikan kontribusi besar terhadap keberhasilan pembangunan

pertanian di Indonesia.

Dalam rangka meningkatkan kontribusi sektor pertanian terhadap

pembangunan nasional, Kementrian Pertanian telah menetapkan 4 (empat) sukses

pembangunan pertanian, yaitu: (1) pencapaian swasembada dan swasembada

berkelanjutan, (2) peningkatan diversifikasi pangan, (3) peningkatan nilai tambah,

daya saing dan ekspor, dan (4) peningkatan kesejahteraan petani.

Untuk mewujudkan 4 (empat) sukses pembangunan pertanian tersebut,

diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas, handal serta berkemampuan

manajerial, kewirausahaan dan organisasi bisnis sehingga pelaku pembangunan

pertanian mampu membangun usaha dari hulu sampai dengan hilir yang berdaya

saing tinggi dan mampu menerapkan prinsip pembangunan pertanian

berkelanjutan.(Permentan, 2013).

Sejak berlakunya otonomi daerah/desentralisasi, penyelenggaraan

penyuluhan pertanian yang menyangkut aspek-aspek perencanaan, kelembagaan,

ketenagaan, program, manajemen dan pembiayaan menjadi wewenang wajib dan

tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota. Sedangkan pemerintah pusat baik

secara langsung maupun melalui pemerintah propinsi mempunyai wewenang

(18)

penyuluhan pertanian secara produktif, efektif dan efisien sesuai kebutuhan.

Dalam kondisi tersebut hampir semua pemerintah daerah kabupaten/kota kurang

memberi prioritas dan dukungan pada aspek penyuluhan pertanian, akibatnya

penyelenggaraan penyuluhan tidak terprogram dan terlaksana dengan baik

(mengalami stagnasi), sistem penyuluhan kurang terpadu dan tenaga penyuluh

lapangan kurang berfungsi dan petani kehilangan partner kerja dalam proses alih

teknologi, sehingga menimbulkan berbagai permasalahan tentang

penyelenggaraan penyuluhan dan kelembagaan penyuluhan di propinsi dan

kabupaten/kota dan di kecamatan menjadi beragam. (Buletin, 2012).

Kinerja penyuluh pertanian cenderung semakin memburuk dikarenakan

kendala yang dihadapi oleh penyuluhan pertanian dalam era otonomi daerah

antara lain meliputi dan merupakan akibat dari :

a. Adanya perbedaan pandangan antara pemerintah daerah dan para anggota

DPRD dalam memahami penyuluhan pertanian dan peranannya dalam

pembangunan pertanian.

b. Kecilnya alokasi anggaran pemerintah daerah untuk kegiatan penyuluhan

pertanian.

c. Ketersediaan dan dukungan informasi pertanian (teknologi, harga pasar,

kesempatan berusaha tani, dan lain-lain), yang ada di BPP (Balai Penyuluhan

Pertanian) sangat terbatas.

d. Semakin merosotnya kemampuan manajerial penyuluh. Akibatnya, frekuensi

penyelenggaraan penyuluhan menjadi rendah. (Sulton, 2004).

Perubahan kondisi petani yang semakin maju, menuntut lembaga

(19)

penyelenggaraan penyuluhan, pengembangan sistem informasi inovasi teknologi,

peningkatan profesionalisme penyuluh lapangan untuk dapat merespon semua

perubahan yang terjadi secara cepat dan proporsional.

Hal ini menuntut para penyuluh untuk meningkatkan pengetahuan,

pengalaman dan kompetensi mereka agar mampu memahami kondisi petani

(potensi dan permasalahan) dan memperluas sasaran penyuluhan, tidak hanya bagi

lembaga produksi (kelompok tani) namun semua lembaga yang bergerak dalam

kegiatan agribisnis di pedesaan sebagai satu kesatuan dalam melakukan

pemberdayaan.

Selama ini petani mengelola usaha taninya dengan pengetahuan dan

pengalaman yang mereka miliki sehingga tidak jarang kalau petani mengalami

kerugian atau gagal panen mengingat pengetahuan yang dimiliki oleh petani

masih rendah sehingga dengan adanya penyuluhan ini maka diharapkan

pengetahuan petani akan bertambah dan kerugian atau gagal panen tersebut dapat

dihindari.

Hal ini juga terjadi di Kabupaten Mandailing Natal dimana sebahagian

petani melakukan usaha tani berdasarkan pengalaman yang mereka dapatkan

secara turun-temurun, sehingga disaat penyuluh menyampaikan informasi dan

teknologi pertanian petani malah menganggap penyuluh hanya merusak pola

usaha tani mereka. Sehingga kurang adanya kerja sama antara petani dan

penyuluh dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani.

Aktifitas kegiatan penyuluhan pertanian di Kabupaten Mandailing Natal

kurang berjalan dengan baik, seperti jadwal penyuluhan yang tidak berjalan

(20)

wilayah kerja kurang memadai di mana seorang penyuluh membawahi beberapa

desa.

Minat petani terhadap program penyuluhan masih sangat rendah, petani

kurang merespon terhadap informasi yang diberikan oleh penyuluh. Namun,

disaat pemerintah memberikan bantuan, petani memberikan respon yang positif

sehingga petani cenderung mengharapkan bantuan pemerintah.

Terlepas dari berbagai permasalahan tersebut, penyuluh pertanian masih

sangat diperlukan oleh petani. Dimana kondisi pertanian rakyat masih lemah

sementara tantangan semakin berat, jadi petani justru masih memerlukan kegiatan

penyuluhan yang intensif, dan terarah. Sehingga permasalahan yang dihadapi

daerah ini berkaitan dengan peningkatan kualitas tenaga penyuluh yang tercermin

dalam kinerja penyuluh pertanian di kabupaten Mandailing Natal. Penelitian ini

dimaksudkan untuk menganalisis hubungan faktor-faktor manakah yang

berpengaruh terhadap tingkat kinerja penyuluh pertanian di kabupaten Mandailing

Natal. Diharapkan dari hasil penelitian ini mampu memberikan sumbangan

pemikiran bagi peningkatan kualitas kinerja penyuluh pertanian yang mampu

meningkatkan kapasitas dan kemandirian petani. Berdasarkan uraian di atas, maka

dipandang perlu untuk meneliti bagaimana kinerja penyuluh pertanian dan

faktor-faktor yang mempengaruhinya .

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam

(21)

1. Bagaimana hubungan antara faktor-faktor karakteristik penyuluh dengan

kinerja penyuluh pertanian di Kabupaten Mandailing Natal.

2. Bagaimana pengaruh antara faktor-faktor karakteristik penyuluh terhadap

kinerja penyuluh pertanian di Kabupaten Mandailing Natal.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan dalam penelitian ini

adalah :

1. Untuk menganalisis hubungan antara faktor-faktor karakteristik penyuluh

dengan kinerja penyuluh pertanian di Kabupaten Mandailing Natal.

2. Untuk menganalisis pengaruh antara faktor-faktor karakteristik penyuluh

terhadap kinerja penyuluh pertanian di Kabupaten Mandailing Natal.

1.4. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka kegunaan dalam penelitian ini

adalah :

1. Sebagai bahan masukan bagi petani dalam upaya meningkatkan produksi usaha

taninya.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah setempat dalam hal membantu

petani dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya.

3. Sebagai bahan pertimbangan bagi penyuluh pertanian dalam menentukan

kegiatan kelompok tani.

4. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan penelitian

(22)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

Kinerja berasal dari pengertian performance. Performance adalah hasil

kerja atau prestasi kerja. Namun, sebenarnya kinerja mempunyai makna yang

lebih luas, bukan hanya hasil kerja tetapi termasuk berlangsungnya proses

pekerjaan. (Armstrong dan Baron, 1998).

Bagi seorang penyuluh pertanian, kinerja merupakan perwujudan diri atas

sejauh mana tugas pokoknya dapat dilaksanakan sesuai dengan patokan yang

telah ditetapkan. Berdasarkan keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang

Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 19

Tahun 1999, terdapat empat tugas pokok penyuluh pertanian, yaitu : menyiapkan,

melaksanakan, mengevaluasi, dan melaporkan, serta mengembangkan kegiatan

penyuluhan, yang mana setiap tugas pokok masing-masing terdapat

dibidang-bidang kegiatan. (SK Menegkowasbangpan, 1999).

Penyuluhan harus senantiasa berpijak pada kepentingan pengembangan

individu dalam perjalanan kehidupannya bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Oleh karena itu penyuluhan pertanian sebagai “upaya membantu masyarakat agar

mereka dapat membantu dirinya sendiri dan meningkatkan harkatnya sebagai

manusia”. (Kelsey dan Hearne, 1995).

Peranan lembaga penyuluhan pertanian dimaksudkan untuk

mempengaruhi perilaku petani atau meningkatkan kemampuan petani untuk

mengambil keputusan sendiri mengenai cara-cara mencapai tujuan mereka. Petani

(23)

Penyuluhan pertanian bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian yang

merupakan tujuan utama dari pembangunan pertanian yang dicapai melalui cara

merangsang petani untuk memanfaatkan teknologi produksi modern dan ilmiah

yang dikembangkan melalui penelitian (Van Den Ban, 1999).

Kegiatan penyuluhan pertanian juga bertujuan untuk mendidik masyarakat

dalam meningkatkan standar kehidupannya melalui kemampuan sendiri, dengan

menggunakan sumber daya baik tenaga maupun materi sendiri dan hanya

mendapat bantuan dana dari pemerintah sekecil mungkin. Penyuluhan pertanian

sebagai suatu sistem yang membantu masyarakat melalui proses pendidikan dalam

pelaksanaan teknik dan metode berusaha tani untuk meningkatkan produksi agar

lebih berhasil guna dalam upaya meningkatkan pendapatan (Sumardi, 1998).

Rendahnya nilai pengembangan profesionalisme penyuluh terjadi karena

kurangnya kemampuan penyuluh dalam menulis dan mempublikasikan tulisan

mereka, dibandingkan dengan kemampuan mereka dalam mengakses informasi

yang berhubungan dengan pekerjaan penyuluhan. Di samping itu

pelatihan-pelatihan bagi penyuluh yang sesuai dengan perkembangan tuntutan masyarakat

tani yang semakin maju jarang dilakukan. (Mardikanto, 1993).

Dalam kaitannya dengan program penyuluhan pertanian ini terutama

sebagai salah satu usaha untuk mendidik petani di pedesaan, yaitu dengan

mengetahui siapa-siapa yang terlibat dalam program ini. Yang jelas orang pertama

yang terlibat dalam kegiatan ini adalah para PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan)

dan petani itu sendiri. Sedangkan yang terlibat secara tidak langsung adalah

(24)

Penyuluhan pertanian menyangkut bidang tugas yang amat luas dan

berhubungan dengan administrasi pemerintahan untuk membantu petani

melaksanakan manajemen usaha tani sebaik-baiknya menuju usaha tani yang

efisien dan produktif. Tugas penyuluhan pertanian terutama membantu petani agar

senantiasa meningkatkan efisiensi usaha tani. Sedangkan bagi petani, penyuluhan

itu adalah suatu kesempatan memperoleh pendidikan diluar sekolah, di mana

mereka dapat belajar sambil berbuat. Di Indonesia, pada umumnya penyuluhan

pertanian belum dapat dikatakan berhasil. Hal ini disebutkan antara lain karena

jumlah penyuluh yang masih sedikit, yaitu hanya pada tingkat desa. (Daniel, M.

2002).

Kegiatan penyuluhan dalam pembangunan pertanian berperan sebagai

jembatan yang menghubungkan sumber informasi dengan petani. Agar jembatan

ini dapat berperan dengan baik, maka jembatan ini harus kokoh. Kegiatan

penyuluhan adalah untuk memperbaiki teknis budidaya maupun

penganekaragaman komoditi yang dibudidayakan. Dari perbaikan usaha tani dan

perbaikan tata niaga komoditi yang dibudidayakan akan dapat diperoleh

peningkatan pendapatan yang akan memperbaiki tingkat kehidupan petani. Pada

akhirnya efektifitas kegiatan penyuluhan pertanian tidak hanya diukur dengan

meningkatnya produksi pertanian dan meningkatnya pendapatan petani,

melainkan dengan tumbuhnya kekuatan ekonomi para petani dan peran aktif dari

para petani dalam perekonomian dan masyarakat (Suhardiyono, 1992).

Sembilan indikator keberhasilan penyuluhan pertanian yaitu :

1. Penyusunan program penyuluhan pertanian

(25)

3. Data peta wilayah

4. Diseminasi teknologi

5. Kebudayaan dan kemandirian petani

6. Kemitraan usaha

7. Kelembagaan petani

8. Informasi sarana produksi dan pemasaran

9. Produktivitas dan pendapatan petani. (Buku kerja THL TBPP 2009).

Program penyuluhan pertanian merupakan rencana yang disusun secara

sistematis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali

pencapaian tujuan penyuluhan. Program penyuluhan pertanian yang disusun setiap

tahun membuat rencana penyuluhan tahun berikutnya dengan memperhatikan

siklus anggaran pada masing-masing tingkatan dengan cakupan pengorganisasian,

pengelolaan sumberdaya sebagai pelaksanaan penyuluhan. (YST, 2001).

Berbagai permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan program

penyuluhan pertanian antara lain sebagai berikut:

1) Belum tertibnya penyusunan program penyuluhan pertanian disemua

tingkatan.

2) Naskah program penyuluhan pertanian belum sepenuhnya dijadikan sebagai

acuan dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian.

3) Keberadaan penyuluh pertanian tersebar pada beberapa dinas/instansi, baik

dipropinsi maupun kabupaten/kota.

4) Program penyuluhan pertanian kurang mendapat dukungan dari dinas/instansi

(26)

5) Penyusunan program penyuluhan pertanian masih didominasi oleh petugas

(kurang partisipatif). (YST, 2001).

2 .2. Penelitian Terdahulu

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja penyuluh pertanian.

ditunjukkan oleh penelitian Suhanda (2008) mendapatkan hubungan yang erat

(r=0,01) antara karakteristik penyuluh (usia, masa kerja, jenis kelamin, jabatan,

pendidikan formal, pelatihan) dan faktor motivator (motivasi berprestasi,

kesempatan, pengembangan diri dan promosi, tingkat kewenangan dan tanggung

jawab, makna pekerjaan). Sedangkan Muliady (2009) memperoleh hubungan

yang kuat (r= 0,05) antara karakteristik penyuluh ( umur dan pengalaman kerja)

kompetensi penyuluh (kemampuan membangun relasi interpersonal, kemampuan

menerapkan falsafah, prinsip, dan etika penyuluhan, dan kemampuan di bidang

keahlian) dan motivasi penyuluh (pengembangan potensi diri, pengakuan dari

petani binaan dan penghasilan) terhadap kinerja penyuluh pertanian.

Penelitian Sapar (2011) dengan judul Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Kinerja Penyuluh Pertanian Dan Dampaknya Pada Kompetensi Petani Kakao di

Empat Wilayah Sulawesi Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

faktor-faktor individu penyuluh pertanian berpengaruh nyata pada kinerja mereka baik

secara terpisah maupun secara bersama-sama.. Pengaruh secara bersama-sama

keempat peubah tersebut adalah (R²) 67 persen yang nyata pada α = 0,05.

Penelitian Ibrahim Hamzah (2011) dengan judul Faktor Penentu Kinerja

Penyuluh Pertanian di Kota Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara. Hasil

(27)

faktor karakteristik internal, eksternal, dan kompetensi penyuluh terhadap kinerja

penyuluh pertanian adalah 0,547 atau 54,7 persen.

2.3. Landasan Teori

2.3.1. Teori Kinerja

Menurut Mangkunegara dan Prabu (2000), “kinerja (prestasi kerja) ialah

hasil kerja setelah kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya.” Menurut Sulistiani (2003), “Kinerja seseorang merupakan kombinasi

dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang dinilai dari hasil kerjanya.”

Hasibuan (2001) menyatakan bahwa kinerja (prestasi kerja) adalah hasil

kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan

kepadanya yang didasarkan kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta

waktu.

Menurut Slamet dan Margono (2003), program penyuluhan pembangunan

yang efektif dan efisien dapat dikembangkan oleh tenaga-tenaga profesional di

bidang penyuluhan pembangunan. Hal ini hanya memungkinkan apabila program

penyuluhan diwadahi oleh sistem kelembagaan penyuluhan yang jelas dan

pelaksanaannya didukung oleh tenaga-tenaga yang kompeten di bidang

penyuluhan. Peningkatan kompetensi penyuluh dalam pembangunan pertanian,

bisa dikondisikan melalui berbagai upaya seperti:

(1) meningkatkan efektivitas pelatihan bagi penyuluh,

(2) meningkatkan pengembangan diri penyuluh melalui peningkatan kemandirian

(28)

(3) meningkatkan dukungan terhadap penyelenggaraan penyuluhan seperti

dukungan kebijakan pemerintah daerah terhadap pendanaan penyuluhan,

dukungan peran kelembagaan, dukungan teknologi dan sarana penyuluhan,

pola kepemimpinan yang berpihak pada petani dan

(4) memotivasi pribadi penyuluh untuk selalu meningkatkan prestasi kerja (kinerja

penyuluh) dan mengikuti perubahan lingkungan strategis yang ada.

Untuk itu diperlukan suatu usaha baik itu dari pemerintah ataupun dari

instansi lain yang membantu petani dalam mengusahakan usaha taninya agar

dapat menjadi lebih baik dan maju. Melalui Departemen pertanian, kegiatan

penyuluhan pertanian sangat diharapkan yaitu sebagai suatu usaha yang

membantu petani dalam berusaha tani, agar pertanian mereka dapat maju dan

berkembang.

Departemen Pertanian menyatakan ada sembilan indikator kinerja

(patokan kerja) penyuluhan pertanian dalam memotivasi dan membangun

profesionalisme penyuluh pertanian. Kesembilan indikator kinerja (patokan kerja)

penyuluhan pertanian tersebut, yaitu:

1. tersusunnya programa penyuluhan pertanian di tingkat BPP (Balai Penyuluhan

Pertanian)/Kecamatan sesuai dengan kebutuhan petani.

2. tersusunnya kinerja penyuluh pertanian di wilayah kerja masing-masing.

3. tersusunnya peta wilayah komoditas unggulan spesifik lokasi.

4. terdiseminasinya informasi dan teknologi pertanian secara merata dan sesuai

dengan kebutuhan petani.

5. tumbuh kembangnya keberdayaan dan kemandirian petani, kelompok tani,

(29)

6. terwujudnya kemitraan usaha antara petani dengan pengusaha yang saling

menguntungkan.

7. terwujudnya akses petani kelembaga keuangan, informasi, sarana produksi

pertanian dan pemasaran.

8. meningkatnya produktivitas agribisnis komoditi unggulan di masing-masing

wilayah kerja.

9. meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani di masing-masing wilayah

kerja. (Buku kerja THL TBPP 2009).

Menurut Yusri (1999), ada dua faktor yang mempengaruhi kinerja

penyuluh pertanian dalam bekerja secara professional, yaitu :

a. Faktor Internal Penyuluh Pertanian.

Kinerja penyuluh dipengaruhi oleh faktor-faktor dari penyuluh itu

sendiri. inilah yang disebut faktor internal yang terdiri dari :

1. Pendidikan formal penyuluh pertanian.

Telah ditetapkan basis pendidikan formal pertanian minimal Diploma III

atau memperoleh sertifikat pendidikan dan latihan fungsional dibidang

penyuluhan pertanian. Tingkat pengetahuan mempengaruhi keterampilan dan

keahlian yang dimiliki untuk melaksaanakan tugasnya mengimbangi dinamika

masyarakat petani.

2. Umur Penyuluh Pertanian

Semakin bertambah umur dan golongan penyuluh, persepsi penyuluh

pertanian tentang jabatan fungsional dalam pengembangan karier dan profesi

(30)

3. Masa Kerja Penyuluh Pertanian

Semakin lama masa kerja, penyuluh akan semakin menguasai bidang

pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya sehingga akan semakin matang dan

pekerja lebih produktif dan bersaamaan dengan kemampuan kerja menentukan

kinerja kerja.

b. Faktor Eksternal.

Beberapa faktor eksternal penyuluh yang dipertimbangkan berhubungan

dengan kinerja penyuluh pertanian adalah :

1. Ketersediaan sarana dan prasarana.

Dengan adanya sarana dan prasarana seperti teknologi pertanian, pelatihan,

transportasi, komputer, OHP dan lain-lain sangat diperlukan penyuluh dalam

pelaksanaan tugasnya.

2. Sistem penghargaan

Hal ini biasanya terkait dengan perbaikan sistem penggajian, tunjangan

fungsional dan dana operasional serta jabatan atau kepangkatan.

3. Komoditas dominan di wilayah binaan

Kebiasaan pola tanam yang dilakukan oleh petani secara turun temurun

telah memberikan pengetahuan teknologi usahatani dan pengalaman berharga

kepada petani untuk dapat dikembangkan kearah yang lebih maju dan rasional

dalam interaksinya bersama-sama penyuluh.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan tugas dan fungsi

penyuluh pertanian, antara lain melalui pendidikan dan pelatihan, monitoring dan

penelitian. Walupun demikian, salah satu permasalahan penyuluhan pertanian

(31)

dimiliki penyuluh dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Permasalahan

tersebut berhubungan dengan kegiatan persiapan penyuluhan pertanian,

pelaksanaan penyuluhan pertanian, evaluasi dan pelaporan, pengembangan

penyuluhan pertanian, dan pengembangan profesi.

2.3.2. Karakteristik penyuluh pertanian

1. Umur

Umur seseorang berkaitan erat dengan tingkat perkembangannya. Secara

kronologi, umur memberi petunjuk tentang tingkat perkembangan individu.

(Salkind 1985). Menurut Padmowihardjo (1994), umur bukan merupakan faktor

psikologis, tetapi apa yang diakibatkan oleh umur adalah faktor psikologis.

2. Tingkat Pendidikan

Menurut Slamet dan Margono (2003), pendidikan didefenisikan sebagai

usaha untuk menghasilkan perubahan-perubahan pada perilaku manusia,

pendidikan adalah suatu proses terencana untuk mengubah perilaku seseorang

yang dilandasi adanya perubahan pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya.

Soeitoe (1982) mengartikan pendidikan sebagai proses yang diorganisasi untuk

mencapai sesuatu hasil yang nampak sebagai perubahan tingkah laku.

3. Masa Kerja

Menurut Balai Pustaka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1991)

menyatakan bahwa, Masa kerja (lama bekerja) merupakan pengalaman individu

yang akan menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan dan jabatan. Pengalaman

kerja didefenisikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang pernah dialami oleh

(32)

(2008) menyatakan bahwa, masa kerja menunjukkan berapa lama seseorang

bekerja pada masing-masing pekerjaan atau jabatan.

4. Jumlah Petani Binaan

Mardikanto (1993) mengatakan bahwa sejak pelaksanaan Repelita I

(1969-1974) di Indonesia mulai dikembangkan pembentukan kelompok tani, diawali

dengan kelompok-kelompok kegiatan (kelompok pemberantasan hama, kelompok

pendengar siaran pedesaan) dan sejak 1976 dikembangkan kelompok tani

berdasarkan hamparan lahan pertanian sejalan dilaksanakannya Proyek

Penyuluhan Tanaman Pangan (NationalFood Extension Project).

5. Gaji

Gaji adalah imbalan jasa atau uang yang dibayarkan atau yang ditentukan

untuk dibayarkan kepada seseorang pada jarak-jarak waktu teratur untuk jasa-jasa

yang diberikan atau gaji merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan

menentukan dalam manajemen tenaga kerja yaitu merupakan unsur dari

kompensasi terhadap prestasi yang telah diberikan oleh tenaga kerja dalam rangka

pencapaian sasaran perusahaan. Sedangkan menurut Dewan Penelitian Nasional

(Kartasapoetra : 1987), mengungkapkan bahwa gaji pada umumnya merupakan

pembayaran atau jasa yang dilakukan oleh karyawan pelaksana yang dibayarkan

secara tetap ke pekerja perbulannya.

2.4. Kerangka Pemikiran

Penyuluhan sebagai proses pembelajaran (pendidikan nonformal) yang

ditujukan untuk petani dan keluarganya memiliki peran penting dalam

(33)

berperan sebagai guru, pembimbing, penasehat, penyampai informasi dan mitra

petani.

Karena itu, peningkatan kinerja PPL sangat penting dalam

mempertahankan kelangsungan program penyuluhan ditingkat lapangan. Dalam

mewujudkan kinerjanya, penyuluh dihadapkan pada berbagai masalah internal

maupun eksternal. Masalah internal dalam hal ini terkait dengan karakteristik

penyuluh, sedangkan masalah eksternal diantaranya adalah masalah perbedaan

lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi perilaku kerja yang tercermin pada

kinerja atau job performance mereka.

Faktor-faktor karakteristik yang mempengaruhi kinerja penyuluh pertanian

meliputi : umur, tingkat pendidikan, masa kerja, jumlah petani binaan, dan gaji.

Umur adalah usia penyuluh pertanian yang diukur dalam satuan tahun.

Tingkat Pendidikan adalah lamanya pendidikan yang diperoleh penyuluh

pertanian yang diukur dalam satuan tahun. Masa kerja adalah lamanya penyuluh

menjalankan pekerjaannya sebagai penyuluh, diukur dalam satuan tahun. Jumlah

petani binaan adalah banyaknya petani yang dibina penyuluh, diukur dengan skala

rasio. Gaji adalah penilaian terhadap pentingnya gaji sebagai imbalan sesuai

dengan jabatan dan kepangkatannya dalam satuan rupiah.

Sedangkan tingkat keberhasilan kinerja diukur dari 9 indikator kinerja

yang terdiri dari : Penyusunan program penyuluhan pertanian, rencana kerja

penyuluh pertanian, Data peta wilayah, diseminasi teknologi, Kebudayaan dan

kemandirian petani, Kemitraan usaha, Kelembagaan petani, Informasi sarana

(34)

= Dipengaruhi = Terdiri dari

=` Mempengaruhi

Gambar 1 : Skema Kerangka Pemikiran

2.5. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan landasan teori maka hipotesis pada

penelitian ini adalah :

1. Ada hubungan antara faktor-faktor karakteristik penyuluh dengan kinerja

penyuluh pertanian di Kabupaten Mandailing Natal.

2. Ada pengaruh antara faktor-faktor karakteristik penyuluh terhadap kinerja

penyuluh pertanian di Kabupaten Mandailing Natal. Penyuluh Pertanian

Faktor-faktor karakteristik

Kinerja penyuluh pertanian

(35)

III.

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Mandailing Natal. Lokasi penelitian

ditentukan secara purposive atau secara sengaja dengan alasan karena penduduk

dilokasi penelitian mayoritas petani yang mengusahakan tanaman padi sawah

sebagai mata pencaharian utama selain itu juga terdapat pelaksanaan program

penyuluhan pertanian yang dilakukan oleh penyuluh, baik itu penyuluh PNS

maupun penyuluh kontrak (THL-TBPP) sehingga Kabupaten Mandailing Natal

layak dijadikan sebagai daerah penelitian.

Tabel 1. Luas Panen, Produksi, dan Rata-rata Produksi Padi Sawah di Kabupaten Mandailing Natal

Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Rata-rata Produksi (Kw/ha) 35.878,77 170.010,17 47,38

Sumber : BPS Mandailing Natal Thn 2011

3.2. Metode Penentuan Sampel

Pada penelitian ini, sampel adalah seseorang yang tercatat sebagai Tenaga

Harian Lepas-Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP) yang memiliki

daerah binaan. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik

purposive sampling (sengaja) dengan jumlah sampel 30 orang penyuluh dari

jumlah total sebanyak 94 orang dengan menggunakan metode pengambilan

contoh secara acak (random sampling method). Penentuan jumlah sampel

(36)

sangat bergantung pada jenis penelitian dimana penelitian korelasional dan kausal

jumlah responden sebanyak 30.

Penentuan jumlah sampel tersebut juga untuk menghemat biaya, waktu

dan tenaga yang dibutuhkan pada saat penelitian, hal ini didukung oleh

pernyataan Daniel (2002) yang menyatakan sebuah penelitian harus

mempertimbangkan biaya, waktu dan tenaga untuk menghindari adanya data

populasi yang tidak ada, pengumpulan data serta biaya dan tenaga yang cukup.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan

data sekunder. Data primer adalah data yang langsung dari responden dengan cara

wawancara langsung dengan penyuluh berdasarkan daftar kuisioner yang telah

dipersiapkan terlebih dahulu. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari

publikasi resmi seperti kantor kepala desa dan didukung bahan referensi atau

literatur serta badan-badan dan instansi yang terkait dalam penelitian ini.

Kuisioner yang digunakan meliputi beberapa pertanyaan mengenai

karakteristik individu penyuluh dan tingkat keberhasilan penyuluh. Karakteristik

individu di dalam penelitian ini diukur berdasarkan pada (1) umur (tahun), (2)

tingkat pendidikan (tahun), (3) masa kerja (tahun) (4) jumlah petani binaan

(orang), dan gaji (rupiah) sedangkan indikator keberhasilan kinerja penyuluh

diukur berdasarkan buku kerja THL TBPP (2009).

Penyusunan kuisioner yang digunakan disesuaikan dengan pengembangan

yang dilakukan oleh Gerson (2001) dalam Syaiin (2008), dengan beberapa

(37)

keberhasilan dalam penyuluhan tergantung dari jumlah skor yang dihasilkan

berdasarkan lima pilihan jawaban yaitu sangat setuju, setuju, cukup setuju, tidak

setuju dan sangat tidak setuju dengan masing-masing skor 5, 4, 3, 2, dan 1

kemudian masing-masing jawaban diberi pembobotan yaitu dapat dilihat pada

tabel sebagai berikut :

Tabel 2. Pemberian Pembobotan pada Masing-Masing Jawaban Responden

Tingkat Keberhasilan Kinerja Pilihan Jawaban

Terhadap Pertanyaan Skor Bobot Skor

A 5 20

B 4 16

C 3 12

D 2 8

E 1 4

Sumber : data primer diolah

Setelah dilakukan pembobotan pada masing-masing variabel penelitian

maka dilakukan pengelompokan berdasarkan kriteria tinggi, sedang dan rendah.

Penentuan kriteria tinggi, sedang dan rendah berdasarkan pada rumus dalam buku

Sudjana (2005) yang menuliskan bahwa untuk membuat distribusi frekuensi

dengan kelas yang sama dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Menentukan rentang (nilai maksimum-nilai minimum)

2. Menentukan banyak interval kelas

3. Menentukan panjang interval kelas dengan rumus :

�= �������

�����������

(38)

Tabel 3. Model Tabel dalam Pemberian Tingkat dalam Karakteristik Individu dan Keberhasilan Kinerja Penyuluh

Tingkat

Sumber : data primer diolah

3.4. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan di dalam penelitian ini adalah :

1. Analisis univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan data tentang distribusi

frekuensi responden dari masing-masing variabel, kemudian data tersebut

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dilakukan pengelompokan

pada masing-masing variabel penelitian yang terdiri atas data karakteristik

individu penyuluh dan keberhasilan kinerja penyuluh.

2. Analisis bivariat

Analisis bivariat adalah analisis statistik yang dapat digunakan dalam

mencari faktor-faktor yang berhubungan antara keberhasilan kinerja penyuluh

terhadap karakteristik individu penyuluh yang menggunakan Uji Chi-square pada

tingkat kepercayaan 95% (α=5%). Adapun rumus yang digunakan untuk

menghitung chi-square (X2

�2 =(�0−��)

�� X

) mengikuti rumus dalam Pramesti (2009) yaitu rumus

yang digunakan untuk mencari frekuensi teoritis adalah sebagai berikut :

2

(39)

Fe : frekuensi yang diharapkan

Rumus yang digunakan untuk mencari frekuensi teoritis (Fe) adalah

sebagai berikut :

��= (∑ ��) � (∑ ��)

∑ � Fe : frekuensi yang diharapkan ∑ �� : jumlah frekuensi pada kolom

∑ �� : jumlah frekuensi pada baris

∑ � : jumlah keseluruhan baris atau kolom

Penyusunan hipotesis adalah sebagai berikut ini :

Ha

H

: Terdapat hubungan yang signifikan antara keberhasilan kinerja dengan

karakteristik penyuluh di Kabupaten Mandailing Natal.

0

Kaidah pengambilan keputusan :

: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keberhasilan kinerja dengan

karakteristik penyuluh di Kabupaten Mandailing Natal.

- Jika α = 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai Asymp.sig, maka H0 diterima

dan Ha

- Jika α = 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai Asymp.sig, maka H ditolak.

a diterima dan H0

3. Analisis multivariat ditolak.

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui variabel independen yang paling

dominan terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji regresi liniear

berganda dengan menggunakan metode backward. Bentuk umum dari persamaan

regresi pada penelitian ini dapat ditulis sebagai berikut :

= β0+ β1 + β2 + β3 + β4+ β

dimana :

5 + µ

(40)

β0 ,…, β5

Y = nilai kinerja secara keseluruhan = nilai masing-masing variabel

X1

X

= tingkat pendidikan (tahun)

2

= jumlah petani binaan (orang)

Pendugaan model regresi terbaik digunakan dengan menggunakan model

regresi langkah mundur (backward), di dalam penelitian ini pendugaan dilakukan

dengan menggunakan SPSS. Eliminasi langkah mundur (backward) dimulai

dengan regresi terbesar dengan menggunakan semua variabel Xi, dan secara

bertahap mengurangi banyaknya variabel dalam persamaan samapai suatu

keputusan dicapai untuk menggunakan persamaan yang diperoleh dengan jumlah

variabel tertentu. Metode ini merupakan metode regresi yang baik karena metode

ini dijelaskan variabel respon dengan sebaik-baiknya dengan memilih variabel

penjelas (Desrina, dkk, 2013).

3.5 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji

normalitas, autokorelasi dan uji multikolinearitas. Uji ini dilakukan untuk

mendapatkan model regresi yang BLUE (Best Linear Unbiased Predicted)

sehingga persamaan regresi yang dihasilkan dapat dipertanggung jawabkan

(41)

1. Uji Normalitas

Uji normalitas atau kenormalan digunakan untuk mendeteksi apakah

distribusi variabel-variabel bebas dan terikat adalah normal. Menurut Yusuf

(2003) normalitas dapat dideteksi dengan melihat sebaran data (titik) pada sumbu

diagonal dari grafik Normal P-Plot of Regression Standarized Residual. Suatu

model dikatakan memenuhi asumsi normalitas apabila data menyebar disekitar

garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.

Bertujuan untuk menguji model regresi, variabel pengganggu atau residual

yang memiliki distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistic

menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Dasar pengambil keputusan :

• Jika grafik histogram memberikan pola distribusi yang menceng (skewness) ke

kiri atau ke kanan, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas

• Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal

atau grafik histrogramnya menunjukkan pola distribusi normal model regresi

memiliki normalitas

• Jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti pola distribusi

normal, maka model regresi tidak memenuhi normalitas

• Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal

atau grafik histrogramnya menunjukkan pola distribusi normal model regresi

memiliki asumsi normalitas.

2. Uji multikolinieritas

Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas antar variabel bebas

(42)

masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Yang baik adalah tidak terjadi

korelasi yang biasa disebut non multikolinearitas. Menurut Sarwono (2006)

pedoman untuk mendeteksi multikolinearitas adalah :

a. Besar VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance

- Mempunyai Nilai VIF ± 1

- Mempunyai angka Tolerance ± 1

- Atau Tolerance = 1/VIF dan VIF = 1/Tolerance

- Dan apabila Nilai VIF > 10 dipastikan terjadi Multikolinearitas

(Untuk menilai VIF dan Tolerance dilihat pada tabel Coefficients).

3. Uji autokorelasi

Uji Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model

regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t

dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Asumsi dalam autokorelasi

adalah:

E(r ui uj) = o atau Con (uiuj

Untuk menguji Autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin Waston (DW), yaitu

jika nilai DW terletak antara du dan (4 – dU) atau du ≤ DW ≤ (4 – dU) berarti

bebas dari Autokorelasi, sebaliknya jika nilai DW < dL atau DW > (4 – dL)

berarti terdapat Autokorelasi. Nilai dL dan dU dapat dilihat pada tabel Durbin

Watson, yaitu nilai dL ; dU ; α ; n ; (k – 1) dimana n adalah jumlah sampel, k

(43)

3.6. Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini dibuat beberapa

definisi dan batasan operasional yaitu :

3.6.1. Defenisi

a. Penyuluhan pertanian merupakan suatu pendidikan non formal yang ditujukan

untuk petani dan keluarganya dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan

dan kesejahteraan hidupnya.

b. Kinerja berasal dari pengertian performance. Performance adalah hasil kerja

atau prestasi kerja. Namun, sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih

luas, bukan hanya hasil kerja tetapi termasuk berlangsungnya proses

pekerjaan.

c. Kinerja penyuluhan adalah kinerja yang mengacu kepada konsep-konsep

pemberdayaan yaitu yang mampu meningkatkan kapasitas (keberdayaan) dan

kemandirian petani.

d. Penyuluhan merupakan suatu kegiatan yang mutlak harus ada jika kita

benar-benar menghendaki adanya peningkatan produksi dari para petani.

e. Tenaga Harian Lepas (THL) Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian adalah tenaga

bantu penyuluh pertanian yang direkrut oleh Departemen Pertanian selama

kurun waktu tertentu dan melaksanakan tugas dan fungsinya serta tidak

menuntut untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil.

f. Penyuluh pertanian lapangan (PPL) orang yang bertugas memberikan

penyuluhan kepada para petani secara langsung di lapangan dan bertanggung

(44)

3.6.2. Batasan Operasional

a. Tempat penelitian adalah Kabupaten Mandailing Natal.

b. Penyuluh yang menjadi sampel penelitian adalah Tenaga Harian Lepas Tenaga

Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP).

c. Umur adalah usia penyuluh pertanian yang diukur dalam satuan tahun

d. Tingkat Pendidikan adalah pendidikan terakhir yang diperoleh penyuluh

pertanian yang diukur dalam satuan tahun

e. Masa kerja adalah lamanya penyuluh menjalankan pekerjaannya sebagai

penyuluh, diukur dalam satuan tahun.

f. Jumlah petani binaan adalah banyaknya petani yang dibina penyuluh, diukur

dengan skala rasio.

g. Gaji adalah penilaian terhadap pentingnya gaji sebagai imbalan sesuai dengan

jabatan dan kepangkatannya diukur dalam satuan rupiah.

h. Program penyuluhan pertanian di tingkat BPP/Kecamatan sesuai dengan

kebutuhan petani.

i. Rencana kerja penyuluh pertanian di wilayah kerja masing-masing.

j. Peta wilayah komoditas unggulan spesifik lokasi.

k. Terdiseminasinya informasi dan teknologi pertanian secara merata dan sesuai

dengan kebutuhan petani.

l. Tumbuh kembangnya keberdayaan dan kemandirian petani, kelompok tani,

usaha/asosiasi petani dan usaha formal (koperasi dan kelembagaan lainnya).

m. Terwujudnya kemitraan usaha antara petani dengan pengusaha yang saling

(45)

n. Terwujudnya akses petani kelembaga keuangan, informasi, sarana produksi

pertanian dan pemasaran.

o. Meningkatnya produktivitas agribisnis komoditi unggulan di masing-masing

wilayah kerja.

p. Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani di masing-masing wilayah

(46)

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Kabupaten Mandailing Natal secara geografis terletak antara 00.10’ –

10º50’ Lintang Utara dan 98º50’ – 100º10’ Bujur Timur. Wilayah administrasi

Mandailing Natal dibagi atas 23 kecamatan dan 407 desa/kelurahan.

Daerah Kabupaten Mandailing Natal secara geografis terletak paling

selatan dari provinsi Sumatera Utara dengan batas-batas sebagai berikut:

1. Sebelah Utara dengan Kabupaten Padang Lawas;

2. Sebelah Selatan dengan Propinsi Sumatera Barat;

3. Sebelah Timur dengan Propinsi Sumatera Barat;

4. Sebelah Barat dengan Samudera Indonesia.

Kabupaten Mandailing Natal mempunyai luas wilayah 662.070 Ha atau

9,24 persen dari wilayah provinsi Sumatera Utara.

4.1.2. Distribusi Penduduk menurut Jenis Kelamin

Jumlah penduduk di Kabupaten Mandailing Natal adalah berjumlah

408.731 jiwa yang terdiri dari laki-laki berjumlah 200.925 orang dan perempuan

berjumlah 207.806 orang. Secara terperinci keterangan mengenai penduduk di

(47)

Tabel 4. Distribusi Penduduk menurut Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Laki-laki 200.925 49,16

2 Perempuan 207.806 50,84

Total 408.731 100,00

Sumber : Data BPS Kabupaten Mandailing Natal Thn 2011

Tabel 4 menunjukkan bahwa di Kabupaten Mandailing Natal jumlah

penduduk yang terbesar adalah perempuan, yaitu sebesar 207.806 orang atau

50,84%.

4.1.3. Distribusi Penduduk menurut Umur

Distribusi penduduk di Kabupaten Mandailing Natal menurut golongan

umur dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Penduduk menurut Umur

No Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

(48)

Tabel 5 menunjukkan bahwa di Kabupaten Mandailing Natal golongan

umur yang jumlahnya terbesar adalah pada umur 5-9 Tahun yaitu sebesar 49.923

atau 12,21%, sedangkan jumlah yang terkecil adalah pada umur 60 – 64 yaitu

sebesar atau 2,09%.

4.1.4. Distribusi Penduduk menurut Agama

Penduduk Kabupaten Mandailing Natal pada umumnya menganut agama

Islam, dan hanya sebagian kecil yang menganut agama Kristen, untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Distribusi Penduduk menurut Agama

No Agama Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Islam 403.613 98,75

2 Kristen 5.118 1,25

Total 408.731 100,00

Sumber : BPS Mandailing Natal Thn 2011

4.1.5. Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan di Kabupaten Mandailing Natal dapat dilihat pada

Tabel 7.

Tabel 7. Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase

1 Tidak tamat SD 97.115 23,76

2 SD 152.030 37,19

3 SLTP 87.210 21,34

(49)

Tabel 7. Lanjutan

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase

5 Diploma 3.985 0,97

6 Sarjana 10.161 2,48

Total 408.731 100,00

Sumber : BPS Mandailing Natal Thn 2011

Tabel 7 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Kabupaten

Mandailing Natal yang terbesar adalah SD, yaitu 152.030 orang atau 37,19%,

sedangkan tingkat pendidikan yang terkecil adalah Diploma/Sarjana sebesar 3.985

orang atau 0,97%.

4.1.6. Prasarana Tempat Peribadatan

Untuk mengetahui prasarana tempat peribadatan Kabupaten Mandailing

Natal dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Distribusi Prasarana Dan Peribadatan

No Tempat Peribadatan Jumlah (Unit) Persentase (%)

1 Mesjid 506 32,65

Sumber : Data BPS Mandailing Natal Thn 2012

Tabel 8 menunjukkan bahwa tempat peribadatan paling banyak adalah

Langgar yaitu sebesar 776 unit dan tempat peribadatan yang paling sedikit yaitu

(50)

4.1.7. Prasarana Pendidikan

Prasarana pendidikan yang ada di Kabupaten Mandailing Natal dapat

dilihat pada Tabel 9 :

Tabel 9. Distribusi Prasarana Pendidikan

No Prasarana Pendidikan Jumlah (Unit) Persentase (%)

1 SD 396 77,65

Sumber : Data BPS Mandailing Natal Thn 2012

Tabel 9 menunjukkan bahwa prasarana pendidikan paling banyak adalah

SD yaitu sebesar 396 unit dan prasarana pendidikan yang paling sedikit yaitu

SLTA sebesar 39 unit.

4.1.8. Prasarana Kesehatan

Prasarana Kesehatan di Kabupaten Mandailing Natal dapat dilihat pada

Tabel 10.

Tabel 10. Distribusi Prasarana Kesehatan

No Prasarana Kesehatan Jumlah (Unit) Persentase (%)

1 Rumah Sakit Umum 4 0,71

(51)

Tabel 10 menunjukkan bahwa prasarana kesehatan paling banyak adalah

posyandu yaitu sebesar 474 unit dan prasarana kesehatan yang paling sedikit yaitu

rumah Sakit Umum sebesar 4 unit.

4.2. Karakteristik Sampel

4.2.1. Umur

Karakteristik sampel menurut golongan umur dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur

No Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

Sumber : Lampiran (diolah oleh Penulis)

Tabel 11 menunjukkan bahwa umur penyuluh sampel lebih banyak berada

pada kelompok umur 24-32 tahun, yaitu sebanyak 15 orang atau 50 %, sedangkan

yang paling sedikit adalah pada kelompok umur 41-49 tahun, yaitu sebanyak 5

orang atau 16,7%.

4.2.2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan yang dimaksud adalah lamanya pendidikan formal yang

pernah dilalui penyuluh yang diukur dalam satuan tahun. Untuk lebih jelasnya

(52)

Tabel 12. Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 12-14 18 60

Sumber : Lampiran (diolah oleh Penulis)

Tabel 12. menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penyuluh sampel lebih

banyak berada pada kelompok 12-14 tahun, yaitu sebanyak 18 orang atau 60 %,

sedangkan yang paling sedikit adalah pada kelompok 18-20 tahun, yaitu sebanyak

1 orang atau 3.3%.

4.2.3. Masa Kerja

Masa kerja adalah lamanya penyuluh menjalankan pekerjaannya sebagai

penyuluh, diukur dalam satuan tahun. Masa kerja sampel dapat dilihat pada

Tabel 13.

Tabel 13. Masa Kerja

No Masa Kerja (Tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 4 4 13.3

Sumber : Lampiran (diolah oleh Penulis)

Tabel 13 menunjukkan bahwa masa kerja penyuluh sampel lebih banyak

(53)

yang paling sedikit adalah pada kelompok 4 tahun, yaitu sebanyak 4 orang atau

13.3%.

4.2.4. Jumlah Petani Binaan

Jumlah sampel berdasarkan banyaknya petani binaan dapat dilihat pada

Tabel 14.

Tabel 14. Jumlah Petani Binaan

No Jlh Petani Binaan (Orang) Jumlah Persentase (%)

Sumber : Lampiran (diolah oleh Penulis)

Tabel 14 menunjukkan bahwa jumlah petani binaan penyuluh sampel

lebih banyak berada pada kelompok 100-517 orang, yaitu sebanyak 17 orang atau

56.7%.

4.2.5. Gaji

Jumlah sampel berdasarkan tingkatan gaji dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Gaji Penyuluh

No Gaji (Rp) Jumlah Persentase (%)

(54)

Tabel 15 menunjukkan bahwa penyuluh sampel lebih banyak berada pada

kelompok gaji 1.100.000, yaitu sebanyak 18 orang atau 60 %.

4.3. Hasil dan Pembahasan

4.3.1. Analisis Univariat

4.3.1.1. Karakteristik Responden

Karakterisitik responden meliputi umur, tingkat pendidikan, masa kerja,

jumlah petani binaan dan gaji. Adapun distribusi responden berdasarkan

karakteristik penyuluh dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Penyuluh

No. Karakteristik Penyuluh Jumlah (n) Persentase (%) 1. Umur (Tahun)

24-32 15 50.0

33-41 10 33.3

41-49 5 16.7

Total 30 100

2. Tingkat Pendidikan (Tahun)

12-14 18 60

4. Jumlah Petani Binaan

(Orang)

100-517 17 56.7

(55)

Tabel 16. Lanjutan

936-1353 1 3.3

Total 30 100

5. Gaji (Rp)

1.100.000 18 60.0

1.500.000 5 16.7

2.000.000 7 23.3

Total 30 100

Sumber : Lampiran (diolah oleh Penulis)

Tabel 16 menunjukkan bahwa karakteristik penyuluh dibedakan

berdasarkan umur (tahun), tingkat pendidikan (tahun), masa kerja (tahun), jumlah

petani binaan (orang), dan gaji (Rp). Karakteristik umur terbanyak adalah pada

umur 24-32 tahun yaitu sebanyak 15 orang dengan persentase mencapai 50 % dari

total responden. Tingkat pendidikan tertinggi berkisar antara 12-14 tahun

sebanyak 18 orang dengan persentase sebesar 80 %. Masa kerja penyuluh

digolongkan kedalam 3 masa kerja yaitu 4,5,dan 6 tahun. Masa kerja terlama

adalah 5 tahun dengan jumlah individu 14 orang atau sekitar 46,7 % dari total

individu. Jumlah petani binaan antara satu penyuluh dengan penyuluh yang lain

juga berbeda, berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa 56,7 % jumlah

petani binaan pada masing-masing penyuluh adalah digolongkan kedalam 100

sampai 517 petani binaan. Variabel karakteristik yang menjadi pengamatan

selanjutnya adalah gaji dengan gaji tertinggi berada pada Rp.2.000.000 yaitu

sebanyak 23,3 % sedangkan berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa 60 %

(56)

4.3.1.2. Indikator Keberhasilan Kinerja

Pada penelitian ini masing-masing indikator keberhasilan kinerja

penyuluh dibedakan kedalam tiga golongan yaitu tinggi, sedang dan rendah.

Adapun distribusi responden berdasarkan karakteristik penyuluh dapat dilihat

pada Tabel 17.

Tabel 17. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indikator Keberhasilan Kinerja

No. Indikator Keberhasilan Kinerja Jumlah (n) Persentase (%) 1. Penyusunan program penyuluhan pertanian

Tinggi 16 53.3

Sedang 11 36.7

Rendah 3 10.0

Total 30 100

2. Rencana kerja penyuluh pertanian

Tinggi 18 60.0

4. Diseminasi teknologi

Tinggi 6 20.0

Sedang 18 60.0

Rendah 6 20.0

Total 30 100

5. Kebudayaan dan kemandirian petani

Tinggi 9 30.0

Sedang 18 60.0

Rendah 3 10.0

Total 30 100

(57)

Tabel 17. Lanjutan

Tinggi 5 16.7

Sedang 12 40.0

Rendah 13 43.3

Total 30 100

7. Kelembagaan Petani

Tinggi 21 70.0

Sedang 6 20.0

Rendah 3 10.0

Total 30 100

8. Informasi Sarana Produksi dan Pemasaran

Tinggi 20 66.7

Sedang 5 16.7

Rendah 5 16.7

Total 30 100

9. Produktivitas dan Pendapatan Petani

Tinggi 16 53.3

Sedang 13 43.3

Rendah 1 3.3

Total 30 100

Sumber : Lampiran (diolah oleh Penulis)

Tabel 17 menunjukkan bahwa indikator penyusunan program penyuluhan

yang menunjukkan kriteria tinggi adalah sebanyak 16 orang dengan persentase

sebesar 53.3 % sedangkan yang menunjukkan kriteria rendah adalah sebanyak 3

orang dengan persentase sebesar 10 %. Indikator selanjutnya adalah rencana kerja

penyuluh pertanian yang menunjukkan kriteria kerja yang tinggi sebanyak 18

orang dengan persentase sebesar 60 % sedangkan yang menunjukkan kriteria

rendah adalah sebanyak 2 orang orang dengan persentase sebesar 6.7 %. Indikator

keberhasilan data peta wilayah yang menunjukkan kriteria kinerja yang tinggi

adalah sebanyak 16 orang dengan persentase sebesar 53.3 % sedangkan yang

(58)

Indikator selanjutnya yang dilihat dalam penelitian ini adalah variabel

diseminasi teknologi yang menunjukkan kriteria kinerja yang tinggi mencapai 6

orang dengan persentase sebesar 30 % sedangkan kinerja yang rendah

menunjukkan jumlah dan persentase yang sama. indikator selanjutnya adalah

kebudayaan dan kemandirian petani yang menunjukkan kinerja yang tinggi adalah

sebanyak 9 orang dengan persentase sebesar 30 % sedangkan yang menunjukkan

kriteria kinerja yang rendah sebanyak 3 orang dengan persentase sebesar 10 %.

Indikator kemitraan usaha yang menunjukkan kriteria kinerja yang tinggi adalah

sebanyak 5 orang dengan persentase 16,7% sedangkan yang menunjukkan kriteria

kinerja yang rendah adalah sebanyak 13 orang dengan persentase sebesar 43.3 %.

Indikator kelembagaan petani menunjukkan kriteria kinerja yang tinggi

yaitu sebanyak 21 orang dengan persentase sebesar 70 %. Indikator sarana

produksi dan pemasaran yang menunjukkan kriteria kinerja yang tinggi yaitu

sebanyak 20 orang dengan persentase sebesar 66.7 % sedangkan yang

menunjukkan kinerja yang rendah yaitu sebanyak 5 orang dengan persentase

sebesar 16,7 %. Indikator terakhir adalah produktivitas dan pendapatan petani

yang menunjukkan kinerja yang tinggi sebanyak 16 orang dengan persentase

sebesar 5.3 % sedangkan yang menunjukkan kriteria kinerja yang rendah hanya 1

orang dengan persentase sebesar 3.3 %.

Dapat disimpulkan bahwa indikator keberhasilan kinerja penyuluh

pertanian tertinggi ditunjukkan oleh indikator informasi sarana produksi dan

pemasaran dengan persentase sebesar 66.7 % sedangkan indikator keberhasilan

kinerja yang paling rendah adalah indikator produktivitas dan pendapatan petani

(59)

4.3.2. Analisis Bivariat

Tabulasi silang indikator keberhasilan kinerja dengan karakteristik

penyuluh dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Tabulasi Silang Indikator Keberhasilan Kinerja dengan Karakteristik Penyuluh

No.

Variabel Keberhasilan Kinerja Total

Hasil Uji Chi-Square Tinggi Sedang Rendah

Karakteristik 2. Tingkat Pendidikan (Tahun)

12-14 3 10.0 11 36.7 4 13.3 18 60.0 4. Jumlah Petani Binaan (Orang)

100-517 10 33.3 6 20.0 1 3.3 17 56.7

Sumber : Lampiran (diolah oleh Penulis)

Tabel 18 menunjukkan bahwa umur yang menunjukkan keberhasilan

kinerja yang tinggi terbanyak adalah pada umur 24 - 32 tahun dengan persentase

sebesar 23.3 % sedangkan yang menunjukkan keberhasilan kinerja yang rendah

juga pada usia 24 - 32 tahun dengan persentase sebesar 6.7 %. Hasil uji statistik

menunjukkan pada nilai X2 = 0.76 dengan nilai P=0.94, artinya tidak terdapat

Gambar

Gambar 1 : Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 2. Pemberian Pembobotan pada Masing-Masing Jawaban Responden
Tabel 3. Model Tabel dalam Pemberian Tingkat dalam Karakteristik Individu dan Keberhasilan Kinerja Penyuluh
Tabel 4. Distribusi Penduduk menurut Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi kerja Penyuluh Pertanian di Kabupaten Karo adalah faktor kematangan pribadi, faktor keinginan,

Hasil penelitian menunjukkan (1) Tingkat kinerja penyuluh pertanian di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan secara umum berada pada klasifikasi sedang, (2) Tingkat

Faktor-faktor yang berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat kinerja penyuluh yaitu: Faktor individu berupa pengalaman penyuluh, faktor psikologi terdiri dari

Kinerja penyuluh pertanian (performance) merupakan respon atau prilaku individu terhadap keberhasilan kerja yang dicapai oleh individu secara aktual dalam suatu organisasi

Secara parsial menunjukkan bahwa faktor karakteristik sosial ekonomi tingkat pendidikan dan umur berpengaruh nyata terhadap tingkat motivasi kerja PPL di daerah

terhadap kinerja penyuluh, serta strategi apa saja yang dapat digunakan untuk. meningkatkan kinerja penyuluh, maka penelitian tentang

Tabel 7 menunjukkan bahwa masa kerja penyuluh pertanian responden berada pada kirasan 3 – 10 tahun yang merupakan faktor penentu bagi kinerja mereka dalam

Model Sum of Squares df Mean Square F