• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penggunaan Teknologi Modern Terhadap Peningkatan Kesejahtraan Sosial Ekonomi Masyarakat Petani(Studi masyarakat Petani Desa Boangmanalu Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Penggunaan Teknologi Modern Terhadap Peningkatan Kesejahtraan Sosial Ekonomi Masyarakat Petani(Studi masyarakat Petani Desa Boangmanalu Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat)"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

PENGARUH PENGGUNAAN TEKNOLOGI MODERN TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTRAAN SOSIAL EKONOMI

MASYARAKAT PETANI

(Studi masyarakat Petani Desa Boangmanalu Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat)

SKRIPSI Diajukan Oleh :

TEGUH M BOANGMANALU 060901058

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAAR SERJANA

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN SOSIOLOGI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini di setujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Teguh Manahan Boangmanalu

NIM : 060901058

Departemen : Sosiologi

Judul : PENGARUH PENGGUNAAN TEKNOLOGI MODERN

TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTRAAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PETANI

(Studi Masyarakat Petani Desa Boangmanalu Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat)

Dosen Pembimbing Ketua Departemen Sosiologi FISIP USU

(Drs. Henry Sitorus, M.Si) (Dra. Lina Sudarwati, M.Si) NIP. 196602281990031001 NIP.196603181989032001

DEKAN FISIP

(3)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan melihat sejauh mana Pengaruh Penggunaan Teknologi Modern terhadap Peningkatan Kesejahtraan Sosial Ekonomi Masyarakat Petani di Desa Boangmanalu. Penelitian menggunakan teori-teori yang dianggap relevan seperti teori modernisasi, perubahan sosial. Penelitian ini menggunakan metode uji uji t-test, yaitu untuk pengaruh penggunaan teknologi pertanian terhadap peningkatan kesejahtraan sosial ekonomi masyarakat petani di Desa Boangmanalu Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat.

Sampel dalam penelitian ini sebanyak 80 petani, Teknik penarikan sampel menggunakan secara random sampling secara undian. Pengumpulan datanya dilakukan dengan teknik penelitian lapangan yakni penyebaran kuesioner kepada responden dan wawancara dimana peneliti mendampingi responden pada saat pengisisn kuesioner dan penelitian ke perpustakaan yakni menghimpun data dari buku-buku sebagai bahan rujukan yang sesuai dengan penelitian ini. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan tabel tunggal, tabel silang, dan analisis uji ttest.

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Tri Tunggal maha kudus, karena penyertaan-Nya dan begitu besar rahmat, kasih dan karunia Nya sehingga penulis dapat mengikuti dan menyelesaikan perkuliahan juga menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penulisan skripsi ini merupakan karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar serjana (S-1) bagi mahasiswa/i Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara dengan judul Pengaruh Penggunaan Teknologi Modern terhadap Peningkatan Kesejahtraan Sosial Ekonomi Masyarakat Petani (Studi Masyarakat Petani Desa Boangmanalu Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat).

Skripsi ini Penulis persembahkan kepada Kedua orang tua penulis, Bapak Elkana Boangmanalu dan Ibu Resmilen Padang. Atas kasih sayang yang begitu besar, pengorbanan yang begitu tulus, dukungan yang tak henti-hentinya, semangat dan doa yang begitu suci dan tulus. Skripsi ini juga dipersembahkan kepada abang saya Hekdiianto Boangmanalu dan Appen Boangmanalu. Turang saya Senteria Boangmanalu, Resliana Boangmanalu dan adik saya Santo Boangmanalu. Skripsi ini juga dipersembahkan untuk keluarga besar K.Boangmanalu dan keluarga besar R. Padang dan juga mpung saya.

(5)

Selanjutnya, penulis juga mengucapkan terima kasih :

1. Bapak Prof. DR. Badaruddin, Msi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M,Si, selaku Ketua Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Drs. Henry Sitorus. Msi selaku dosen pembimbing yang selalu menyediakan waktu dan memberikan bimbingan, saran serta sumbangan pemikiran dan ide-ide dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak, Ibu Dosen yang ada di FISIP USU, khususnya dosen saya yang mengajarkan mata kuliah Sosiologi atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

5. Kak Feni dan kak Betty selaku staf administrasi dan pendidikan untuk Departemen Sosiologi Fisip USU.

6. Kepada Bapak Kepala Desa dan seluruh pegawai Kepala Desa yang Memberikan izin bagi penulis dalam meneliti di Desa Boangmanalu.

7. Kepada Seluruh Informan yang telah memberikan waktu dengan baik menerima penulis dalam meneliti di Desa Boangmanalu.

8. Kepada ayahanda dan ibunda tercinta Elkana Boangmanalu dan Resmilen Padang yang selalu dan tak pernah putus memberi dorongan, dari yang bersifat material, mental, dan juga spiritual, juga selalu mendoakan kebaikan bagi saya dan memberikan dukungan dalam bentuk apapun demi kelancaran studi saya. 9. Kepada sahabat terdekat dan terbaik dalam hidup penulis Marini Silaen, special

(6)

10. Buat Puhun, Nantua, Namberu, Mamberu J. Berutu, abang Sepupu saya Pak Dama Boangmanalu, Pak Dewi Boangmanalu, Pak Anderson Boangmanalu, Trima kasih atas dorongannya yang setiap kesempatan selalu menanyakan kapan penulis wisuda. Trimakasih juga sedikit banyak membantu penulis dalam betntuk apapun itu.

11. Kepada kawan-kawan Departemen Sosiologi yang tak terlupakan kenangannya selama penulis masih tahap perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini yaitu (06), Irma ZuLfadli (06), Ryandiko (06), Prabu Tamba (06), Esha (06), Nalon Ginting(06) yang sangat membantu penulis saat ke lapangan, bang Fridolin (05) , Jefri (07), Andre (07) Evi (07) dan yang lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Trimakasih atas pertemanan kalian semua.

12. Kepada kawan-kawan Terbaikku di kost, Roy Simamora, vit zen Simamora, Berman Berutu, Jamalum Berutu, Suriyadi Tumangger, Hanafi Angkat, Bambang Boangmanalu Trimakasih atas dukungan dan motivasinya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih penuh dengan kekurangan dan jauh dari kesempurnaan yang disebabkan oleh keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh penulis. Dengan kerendahan hati penulis selalu mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun.

Medan, Maret 2010 Penulis

(7)

DAFTAR ISI

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Perumusan Masalah... 8

2.2 Modernisasi dan Pembangunan... 19

2.2.2 Modernisasi Pertanian dan Perubahan Sosial Masyarakat... 18

2.2.2 Teori Modernisasi... 21

2.3 Teknologi... 24

2.3.1 Definisi Teknologi... 24

2.3.2 Faktor-faktor dalam Memilih Teknologi... 25

BAB III METODE PENELITIAN... 26

3.1 Jenis Penelitian... 26

3.2 Lokasi Penelitian ... 26

3.3 Populasi dan Sampel ... 26

3.3.1 Populasi ... 26

3.3.2 Sampel ... 27

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.5 Teknik Analisa Data... 28

3.6 Jadwal Kegiatan ... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 31

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 31

4.2 Keadaan Penduduk... 32

4.2.1 Karakteristik penduduk berdasarkan suku bangsa. 32 4.2.2 Karakteristik Penduduk Berdasarkan Umur ... 33

(8)

4.2.5 Karakteristik Penduduk Berdasarkan Mata

Pencaharian... 36

4.2.6 Karakteristik Penduduk Berdasarkan Sarana Ibadah 38 4.2.7 Karakteristik Penduduk Berdasarkan Sarana Pendidikan ... 38

4.2.8 Karakteristik Penduduk Berdasarkan Sarana Kesehatan... 39

4.3 Karakteristik Responden ... 40

4.4 Teknik Analisa Data... 43

4.4.1 Analisa Tabel Tunggal... 41

4.4.2 Tabulasi Silang Pendidikan Responden terhadap Penghasilan... 64

4.5 Uji Hipotesis... 65

BAB IV PENUTUP... 68

5.1 Kesimpulan... 68

5.2 Saran... 70

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa ... 33

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasrkan Umur... 34

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Berdasrkan Agama ... 35

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 36

Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ... 37

Tabel 4.6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Sarana Ibadah ... 38

Tabel 4.7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Sarana Pendidikan ... 39

Tabel 4.8 Jumlah Penduduk Berdasarkan Sarana Kesehatan ... 40

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 41

Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 41

Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota ... 42

Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Agama ... 42

Tabel 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa ... 43

Tabel 4.14 Pengetahuan responden terhadap penggunaan teknologi modern 44 Tabel 4.15 Responden melakukan pengolahan lahan pertanian setiap tahun . 45 Tabel 4.16 Responden menggunakan irigasi dalam bertani ... 45

Tabel 4.17 Pengetahuan responden tentang manfaat benih unggul ... 46

Tabel 4.18 Sumber bibit unggul bersertifikat dari Kelompok Tani ... 47

Tabel 4.19 Pengetahuan responden tentang penggunaan pestisida berlebihan 47 Tabel 4.20 Tindakan responden menggunakan pestisida dengan memakai alat pelindung diri ... 48

Tabel 4.21 Pengetahuan responden tentang manfaat penggunaan pupuk... 49

Tabel 4.22 Pengetahuan responden tentang waktu pemupukan ... 49

Tabel 4.23 Sumber memperoleh pupuk dari Kelompok Tani ... 50

Tabel 4.24 Responden menggunakan jenis pupuk ... 51

Tabel 4.25 Responden menggunakanJetordalam pengolahan lahan ... 52

Tabel 4.26 Sistem penggunaanjetor... 52

Tabel 4.27 Responden memperolehjetordari Kelompok Tani ... 53

Tabel 4.28 Pengetahuan responden dalam menggunakanJetor ... 54

Tabel 4.29 Responden menggunakanJetorpada seluruh areal sawah ... 54

Tabel 4.30 Responden memperoleh penyuluhan dari Dinas Pertanian ... 55

Tabel 4.31 Responden memperoleh manfaat dari penyuluhan ... 56

Tabel 4.32 Dampak penggunaan teknologi pertanian bagi responden ... 46

Tabel 4.33 Responden memiliki luas lahan sawah ... 57

Tabel 4.34 Kepemilikan Lahan Pertanian ... 58

Tabel 4.35 Frekuensi panen dalam satu tahun ... 58

Tabel 4.36 Penghasilan responden sebelum menggunakan teknologi pertanian 59 Tabel 4.37 Penghasilan responden setelah menggunakan teknologi pertanian 60 Tabel 4.38 Responden memiliki pekerjaan selain bertani ... 61

(10)

Tabel 4.40 Tempat pelayanan kesehatan responden ... 62

Tabel 4.41 Kepemilikan rumah yang layak huni ... 63

Tabel 4.42 Kebutuhan biaya pendidikan anak ... 63

Tabel 4.43 Ketersediaan barang mewah ... 64

Tabel 4.44 Proporsi penghasilan setelah menggunakan teknologi pertanian .. 64

Tabel 4.45 Bentuk simpanan yang dimiliki responden ... 65

Tabel 4.46 Tabulasi silang pendidikan dengan penghasilan responden ... 66

(11)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan melihat sejauh mana Pengaruh Penggunaan Teknologi Modern terhadap Peningkatan Kesejahtraan Sosial Ekonomi Masyarakat Petani di Desa Boangmanalu. Penelitian menggunakan teori-teori yang dianggap relevan seperti teori modernisasi, perubahan sosial. Penelitian ini menggunakan metode uji uji t-test, yaitu untuk pengaruh penggunaan teknologi pertanian terhadap peningkatan kesejahtraan sosial ekonomi masyarakat petani di Desa Boangmanalu Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat.

Sampel dalam penelitian ini sebanyak 80 petani, Teknik penarikan sampel menggunakan secara random sampling secara undian. Pengumpulan datanya dilakukan dengan teknik penelitian lapangan yakni penyebaran kuesioner kepada responden dan wawancara dimana peneliti mendampingi responden pada saat pengisisn kuesioner dan penelitian ke perpustakaan yakni menghimpun data dari buku-buku sebagai bahan rujukan yang sesuai dengan penelitian ini. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan tabel tunggal, tabel silang, dan analisis uji ttest.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah Negara agraris yang memeiliki potensi alam melimpah ruah yang mendukung statusnya sebagai Negara agraris. Dengan sebagaian besar masyarakat bermukim di pedesaan dan bermata pencaharian di sektor pertanian. maka sumberdaya fisik utama yang paling penting dalam kehidupan masyarakat pedesaan tersebut adalah tanah atau lahan pertanian salah satu fungsi utama sosial ekonomi masyarakat pedesaan di Indonesia adalah melakukan berbagai macam kegiatan produksi terutama di sektor pertanian dengan orientasi hasil produksinya untuk memenuhi kebutuhan pasar, baik di tingkat desa itu sendiri maupun di tingkat lain yang lebih luas. Dengan demikian mudahlah di mengerti apabila sebagian besar warga masyarakat pedesaan melakukan kegiatan utamanya dalam kegiatan pengolahan dan pemanfaatan lahan pertanian (Tulus;2003).

(13)

Untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila atau untuk mencapai masyarakat yang memiliki industri yang kuat harus di dasari dan didukung oleh sektor pertanian yang tangguh sehingga perekonomian nasional akan menjadi tangguh, dengan memperkuat sektor pertanian ini menunjukkan bahwa perekoniomian nasional berupaya untuk meningkatkan kesejahtraan rakyat banyak dan ini watak ekonomi kerakyatan yang harus tercermin dalam keseluruhan kegiatan dan pelaksanaan ekonomi (Soekartawi,1999).

Kebijaksanaan pembangunan pertanian, berorientasi pada peningkatan produksi melalui penggunaan teknologi padat modal. Tujuan akhir yang diharapkan pemerintah adalah meningkatnya pangan dalam negeri melalui pencapaian swasembada pangan dan mengurangi ketergantungan pangan terhadap negara luar. Untuk mencapai tujuan di atas, pelaksanaan pembangunan melalui progam-progamnya dilaksanakan dengan penerapan kebijaksanaan menyeluruh yang direncanakan dan disusun secaratop down.

Dalam hal ini pemerintah harus menyelesaikan kebijaksanaan pusat dengan kondisi wilayah setempat. Selain itu, untuk mempercepat pertumbuhan pertanian dilakukan pembangunan sub sektor dengan pendekatan yang berbeda tetapi sasaran sama. Tidak jarang unsur politis dan birokrasi turut bermain mewarnai pelaksanaan kebijakan pembangunan pertanian guna menyukseskan progam-progam nasional yang dilaksanakan di daerah. Konsepsi mengenai keberhasilan pencapaian kesejahteraan masyarakat diukur dari pertumbuhan ekonomi nasional.

(14)

kesejahteran sosial belum tentu tercapai. Selain itu, kesejahteraan sosial tidak dapat disamakan dengan kesejahteran ekonomi. komponen kesejahteraan sosial hanya dapat dicapai dengan perubahan struktur, keorganisasian, pertanian, dan budaya masyarakat pertanian setempat yang melatarbelakanginya. (http://repository.usu.ac.id/bitstream modernisasi dan perubahan sosial/ diakses 27 september 2010).

Di samping itu, penyehatan aspek sosio-budaya harus dipandang sebagai faktor penggerak utamanya. Kebijakan pembangunan pertanian dengan pola top down dengan orientasi produksi melalui penggunaan teknologi modern yang sangat teknis mekanistis, telah menimbulkan masalah-masalah dan perubahan-perubahan, baik pemerintah daerah yang mengimplementasikan kebijaksanaan pusat maupun masyarakat petani sebagai obyek dari pembangunan. Masalah masalah umum yang timbul sebagai akibat dari pelaksanaan pembangunan pertanian antara lain:

1. Menumbuhkan ketergantungan pemerintah daerah dalam perencanaan pembangunan, sehingga sering tidak sesuai dengan kondisi wilayah dan sosial budaya masyarakat.

2. Menimbulkan ego sub sektoral dalam pelaksanaan progam-program pembangunan pertanian, karena lemahnya kordinasi dan integrasi antara sub sektor.

3. Merosotnya nilai-nilai tradisional dan norma-norma kekeluargaan yang saling membutuhkan dan ketergantungan yang hidup di pedesaan.

(15)

Selain faktor-faktor eksternal, modernisasi pembangunan pertanian yang telah diuraikan di atas mengakibatkan perubahan sosial dalam masyarakat (dalam arti negatif). Tidak sedikit pula faktor-faktor internal yang ikut mempengaruhi proses pembangunan dan modernisasi pertanian. menguraikan beberapa karakteristik mental manusia Indonesia yang merupakan penghambat pembangunan dan proses modernisasi, antara lain:

1. Pandangan terhadap sesama lebih didasarkan pada prinsip gotong royong lebih baik, tetapi apabila keberhasilan seseorang dianggap sombong atau meremehkan mutu, selain itu munculnya sikap konformisme.

2. Pandangan hidup yang berorentasi pada waktu masa lalu.

3. Mentalitas yang suka menerbas, atau mentalitas mencari jalan pintas. Mentalitas muncul menerbas akibat dari mentalitas meremehkan mutu.

4. Tidak percaya pada diri sendiri, dan

5. Orientasi nilai budaya yang terlampau mementingkan konsep ketergantungan pada atasan atau kepada sesama manusia dalam melakukan segala sesuatu (Koentjaraningrat 1985:37-49).

(16)

Kabupaten Pakpak Bharat merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatra Utara. Kabupaten Pakpak Bharat memiliki luas 1.218.30 km terdiri dari 8 kecamatan, yakni Kecamatan Salak, Kecamatan Sitelu Tali Urang Jehe, Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu, Kecamatan Pagindar, Kecamatan Pergeteng-geteng Sengkut, Kecamatan Siempat Rube, dan Kecamatan Tinada. Berdasarkan keadaan alam dan tepografi Kabupaten Pakpak Bharat, sektor pertanian merupakan potensi yang terbesar mendukung perekonomian masyarakat. Hasil pendapatan rumah tangga Sensus pertama 2008, terdapat 8.292 rumah tangga pertanian di Kabupaten Pakpak Bharat. Mencakup kegiatan bertani dan berkebun. Dari sejumlah rumah tangga pertanian di Kabupaten Pakpak Bharat 80% adalah merupakan petani pengguna lahan dengan produksi jenis tanaman padi dan palawija, tanaman perkebunan rakyat dan horikultura (BPS. Kab. Pakpak Bharat Dalam Angka, 2008).

Survei pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan Agustus 2010 di Desa Boangmanalu Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat terdiri dari 5 dusun yaitu dusun Lae Tarondi, Sosor, Kuta Payung, Kuta Tengah dan Amborgang. Selanjunya data penduduk 2889 jiwa dengan jumlah 467 kepala keluarga. Mata pencarian masyarakat terbanyak sebagai petani 382 KK, pegawai/ABRI 33 jiwa, wiraswasta 41 orang dan peternak 11 orang. Untuk memenuhi kebutuhan para petani, Desa Moangmanalu memiliki 4 kelompok tani yaitu Sabahta, Mbrasmo Page, Tani Maju dan Sada Kata.

(17)

mencangkul, membersihkan rumput ataupun menuai padi. Secara umum tingkat pendapatan penduduk desa ini memang hanya cukup sekedar untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari saja. Mereka belum mampu untuk hidup seperti layaknya orang-orang di perkotaan. Dengan kehidupan yang sekarang dijalani saja sudah merasa bersyukur, sekalipun hati mereka sebenarnya ada keinginan untuk hidup layak sebagaimana kehidupan orang di kota. Kehidupan yang demikian ini sangat erat kaitannya dengan teknologi pertanian yang diterapkan dalam pengolahan pertanian. mereka mempunyai keinginan untuk menggunakan teknologi pertanian yang modern yang diberikan oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan kesejahtraan ekonomi masyarakat petani. Kebiasaan dan cara-cara lama seperti disebutkan diatas menyebapkan ada hambatan didalam penerapan teknologi pertanian.

Penggunaan jetor dalam mengolah tanah, maupun penanaman bibit unggul serta penggunaan pupuk sekarang ini sudah bukan merupakan hal yang baru bagi penduduk Desa Boangmanalu perubahan ini berjalan mulai tahun 2007. Sebelumnya penduduk Desa Boangmanalu dalam mengerjakan sawahnya masih menggunakan cara-cara lama yang tradisional baik dalam hal peralatan maupun penggunaan tenaga kerjanya.

(18)

Pekerjaan mengolah tanah dapat dilaksanakan apabila disepakati oleh masyarakat. Mengenai banyaknya jumlah tenaga kerja yang akan dipergunakan, tergantung kepada sempit luasnya tanah yang akan digarap. Kalau seorang penduduk memiliki tanah yang luas, maka penggunaan tenaga kerja juga akan besar. Sebaliknya bagi mereka yang tanahnya sempit tentunya jumlah tenaga kerjanya juga sedikit. Untuk mengolah sawah mereka masih menggunakan peralatan tradisional, yaitu cangkul dan sabit. Peralatan tersebut pada umumnya dimiliki setiap kepala keluarga petani. Dengan peralatan itu mereka bekerja di sawah atau di kebun.

Masa panen merupakan suatu kebahagian bagi setiap petani karena pada kesempatan ini para petani tangah menantikan hasil panen yang melimpah. Jika hasil panen yang berlimpah, rasa leleh pada waktu mengolah, menanam sampai panen sirna. Kebahagiaan yang demikian dirasakan oleh petani di Desa Boangmanalu. Masa panen biasanya dilakukan apabila umur padi telah mencapai enam bulan. Musim panen di Desa Boangmanalu ini Setahun dua kali. Pemotongan padi di sawah secara umum masyarakat Desa Boangmanalu menggunakan sabit. Sebelum Desa Boangmanalu menggunakan mesin penggiling padi dalam memproses padi menjadi beras, para petani menggunakan cara tradisional yang pada dasarnya dikenal oleh seluruh masyrakat.

(19)

lesung dengan alat penumbuknya disebut alu. Lesung adalah sebatang kayu bulat panjang yang di lubangi ditengahnya sebagai tempat menumbuk padi sedangkan alu adalah kayu berbentuk bulat panjang dengan ukuran kurang lebih dua setengah meter. Pada saat sekarang cara-cara tradisional tersebut tidak seluruhnya dikerjakan oleh masyarakat, karena ketersediaan teknologi baru yaitu mesin penggiling padi.

Sebagaimana hasil penelitian Santoso, dkk (2005) menjelaskan analisis usaha tani sawah dengan benih sertifikasi dan non sertifikasi di Desa Karang Sari Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon bahwa rata-rata pendapatan per ha usaha tani padi yang menggunakan benih sertifikasi dan non sertifikasi berbeda nyata. Usaha tani padi yang menggunakan benih sertifikasi Rp. 1.186.558 dan tidak menggunakan benih sertifikasi Rp. 940.545 dengan selisih Rp. 246.013.

Mengacu hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa untuk meningkatkan produksi padi dengan menggunakan alat pertanian yang modern (benih sertifikasi) yang merupakan salah satu upaya meningkatkan pendapatan atau kesejaheraan petani.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana Pengaruh Penggunaan Teknologi Modern terhadap Peningkatan Kesejahtraan Sosial Ekonomi Masyarakat Petani?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

(20)

2. Untuk mengetahui kondisi kesejahtraan sosial ekonomi petani Desa Boangmanalu sebelum menggunakan teknologi

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan teknologi pertanian terhadap peningkatan kesejahtraan sosial ekonomi masyarakat petani di Desa Boangmanalu Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun yang menjadi kegunaan penelitian ini adalah

1. Sebagai data yang mendeskripsikan berbagai pengaruh penggunaan teknologi pertanian di Desa Boangmanalu Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dan pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat serta untuk strategi pembangunan masyarakat pertanian yang aplikatif. 2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang melakukan studi dan kegiatan

yang berkaitan dengan penelitian yang berfokus terhadap perubahan kesejahteraan masyarakat pertanian.

1.5. Kerangka Teori

(21)

masyarakat modern. Teori pembangunan yang diutarakan oleh Rostow pun dianggap merupakan bagian dari perubahan sosial yang bersifat evolisioner (Ibrahim, 2003: 123).

Pendapat lain dinyatakan oleh Wilbert Moore yang mendefinisikan perubahan sosial sebagai perubahan penting dari struktur sosial, dan yang dimaksud dengan struktur sosial adalah pola-pola perilaku dan interaksi sosial. Selanjutnya Selosemarjan menambahkan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat termasuk didalamnya nilai, nilai sikap dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok didalam masyarakat.

Dari pendapat beberapa ahli tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa perubahan-perubahan dalam masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku, susunan lembaga kemasyarakatan, status dan peran, lapisan, lapisan masyarakat, kekuasaan dan wewenang serta interaksi sosial dan lain sebagainya. Pada dewasa ini proses-proses perubahan-perubahan sosial dapat diketahui dari adanya ciri-ciri tertentu antara lain :

1. Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya, karena masyarakat mengalami perubahan yang terjdi secara lambat atau secara cepat

2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyrakatan tertentu akan diikuti dengan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya.

3. Perubahan-perubahan sosial yang cepat biasanya menyebabkan disorganisasi yang bersifat sementara karena berada didalam proses penyusaian diri

(22)

Pada dasarnya perubahan sosial dalam suatu masyarakat dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal (dari dalam masyarakat) dan faktor eksternal (dari luar masyarakat). Faktor internal mencakup faktor manifest (disengaja), faktor internal laten (tidak disengaja dan merupakan potensi yang selalu ada dalam setiap masyarakat), dan faktor perubahan kependudukan. Faktor internal manifes juga masih terbagi menjadi dua yaitu tingkat kolektif (dilakukan bersama oleh aggota-anggota masyarakat) dan tingkat individu (hanya dilakukan oleh individu-individu tertentu). Beberapa faktor internal yang dapat menyebabkan perubahan sosial antara lain: penemuan baru bisa berupa inovasi. Inovasi merupakan penemuan baru yang diciptakan berdasarkan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya yang sudah ada, Gerakan sosial, suatu usaha kolektif yang terus menerus untuk meningkatkan suatu perbaikan dalam suatu masyarakat atau kelompok dimana mereka berada (Ibrahim, 2003; 129).

1.6. Hipotesis Penelitian

Hopotesis adalah dugaan logis sebagai kemungkinan pemecahan masalah yang dapat diterima sebagai kebenaran bilamana diuji ternyata fakta-fakta atau kenyataan sesuai dengan dugaan tersebut. Dalam penelitian ini hipotesis adalah : Ho : Tidak ada pengaruh penggunaan teknologi modern terhadap peningkatan

kesejahtraan sosial ekonomi petani di Desa Boangmannalu Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat.

(23)

1.7. Definisi Konsep

Definisi konsep adalah abstrak mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas generalisasi dari sejumlah karakter, kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu. Adapun batasan konsep dalam penelitian ini adalah :

1. Pengaruh adalah suatu akibat yang ditimbulkan oleh suatu keadaan atau kondisi. Dalam hal ini akibat yang ditimbulkan oleh modernisasi teknologi agraris terhadap kesejahteraan sosial ekonomi petani

2. Pertanian adalah suatu kegiatan manusia yang termasuk di dalamnya yaitu bercocok tanam, peternakan, perikanan dan juga kehutanan.

3. Modernisasi pertanian adalah suatu perubahan pengelolaan usaha tani dari tradisional ke pertanian yang lebih maju dengan penggunaan teknologi-teknologi baru.

4. Kesejahtraan sosial adalah sebagai sistem yang terorganisasi dari pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga sosial, yang dirancang untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok agar mencapai tingkat hidup dan kesehatan yang memuaskan.

5. Teknologi adalah suatu peroses perubahan, pembentukan, pengadaan, perbaikan dan penyempurnaan yang terarah dari sistim tradisional menuju pemakaian mesin-mesin atas dasar penemuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang baru.

1.8. Definisi Operasional

(24)

bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah suatu nilai tertentu yang dapat mengubah nilai-nilai lainnya atau variabel yang memberikan pengaruh kepada variabel terikat. Sedangkan variabel terikat adalah variabel terpengaruh yang hanya muncul sebagai akibat adanya variabel bebas (Singarimbun, 1989;46).

1. Variabel bebas (X) penggunaan teknologi pertanian, yang diukur dengan indikator berupa

a. Pengetahuan

b. Metode produksi dan pemeliharaan saat ini

 Mekanisasi alat pertanian

 Pemeliharaan bahan-bahan pendukung : pupuk dan pestisida c. Waktu produksi

2. Variabel terikat (Y) yaitu kesejahtraan sosial ekonomi petani Desa Boangmananalu Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat, yang diukur dengan indikator :

a. Tingkat produksi b. Tingkatan pendapatan

c. Tingkat pemenuhan kebutuhan rumah tangga : pangan, sandang, perumahan, kesehatan.

d. Investasi

 Pendidikan

 Tabungan

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Revolusi Hijau

Penduduk dunia terus bertambah, terutama di negara-negara berkembang. Keadaan tersebut harus diiringi/didukung oleh peningkatan kebutuhan akan pangan. menurut apa yang dinyatakan Thomas Robert Malthus, bahwa perkembangan manusia akan selalu lebih cepat dibandingkan dengen kecepatan produksi bahan makanan. Oleh karena itu, kata Maltus, pada suatu waktu akan tiba saatnya, manusia kekurangan bahan makanan, jika tidak diimbangi oleh kemampuan mengatasinya. Kemampuan sumber daya alam sebagai penghasil pangan adalah sangat terbatas. Untuk itu perlu diupayakan pengembangan sumber daya alam yang pada akhirnya ditujukan bagi pengembangan produksi pangan.

Secara harafiah Revolusi Hijau (Green Revolution) adalah perubahan secara cepat dalam memproduksi bahan makanan. Asumsinya berangkat dari hipotesa produksi bahan makanan tidak akan mencukupi yang dibutuhkan manusia jika hanya mengandalkan cara berproduksi tradisional.

Revolusi hijau merupakan usaha pengembangan teknologi pertanian untuk meningkatkan produksi pangan. Peningkatan tersebut dengan cara mengubah dari pertanian tradisional menjadi pertanian modern, yakni pertanian dengan memanfaatkan atau menggunakan teknologi lebih maju dari waktu sebelumnya. Jadi revolusi hijau terletak pada pemanfaatan hasil penemuan teknologi up to date.

(26)

cuaca dan alam karena meningkatnya peran ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Jenis bahan makanan yang mendapat prioritas adalah jenis bahan pokok bagi sebagian besar penduduk dunia, seperti gandum, jagung dan padi.

Terdapat dua metode untuk meningkatkan produksi bahan makanan, yakni metode ekstensifikasi dan intensifikasi. Metode Ekstensifikasi dilakukan dengan cara memperluas lahan pertanian dalam meningkatkan produksi bahan makanan. Denga metode ini maka akan dibuka lahan-lahan baru untuk ditanami, seperti dengan membuka hutan, mengubah lahan tandus menjadi lahan produktif. Sedangkan metode Intensifikasi adalah dengan cara meng-intensif-kan lahan pertanian yang ada, supaya produktivitas lahan terus meningkat. Metode yang kedua ini dengan cara menggunakan :

1. Bibit unggul

2. Memakai pupuk kimia / buatan 3. Saluran irigasi yang baik.

4. Pengobatan atau pemakaian pestisida, insektisida dan fungisida. 5. Kegiatan penyuluhan pertanian.

6. Lancarnya transportasi dan komunikasi. 7. Kegiatan pemasaran yang baik.

Ciri-ciri Revolusi Hijau :

(27)

2. Penggunaan bibit yang unggul yang tahan terhadap penyalkit tertentu dan juga hanya cocok ditanam dilahan tertentu. Kemajuan teknologi dengan teknik kultur jaringan, memungkinkan memperoleh varietas tertentu sesuai dengan yang diharapkan. Dan dengan penelitian terus menerus, maka semakin hari umur tanaman makin pendek.

3. Pemanfaatan teknologi maju, misalnya bajak oleh binatang yang digantikan oleh mesin jetor. Dampaknya adalah semakin hemat tenaga kerja, tetapi akan memerlukan modal yang besar.

Revolusi hijau di Indonesia dilakukan dengan ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian. Ekstensifikasi dengan perluasan areal, seperti membuka hutan untuk lahan pertanian baru. Terbatasnya areal menyebabkan pengembangan lebih banyak pada intensifikasi. Intensifikasi dilakukan melalui Panca Usaha Tani, yaitu:

1. Teknik pengolahan lahan pertanian 2. Pengaturan irigasi

3. Pemupukan

4. Pemberantasan hama 5. Penggunaan bibit unggul

Pada tahun 70-an dikenal dengan Revolusi Hijau Indonesia, yaitu Bimas. Penguasa pun mati-matian berusaha mensukseskan program. Ada program subsidi terhadap pupuk, kredit pertanian, penetapan harga dasar gabah, diberdirikannya Bulog, pembangunan irigasi dari pinjaman luar negeri, penanaman bibit yang seragam, hingga penyuluhan.

(28)

penanggulangan hama dan penyakit tanaman dalam Inmas, sebenarnya Inmas ini tidak jauh berbeda dengan Bimas.

Jika dilihat dari paradigma yang dipakai = pertumbuhan ekonomi, maka pelaksanaan Bimas maupun Inmas bisa dikatakan berhasil. Di tahun 80-an produktivitas pertanian padi meningkat mencapai dua kali lipat dibanding tahun 60-an. Bahkan pada tahun 1985, Indonesia bisa mewujudkan swasembada beras selama empat tahun. Setelah itu negeri ini kembali menjadi pengimpor beras terbesar hingga saat ini.

Namun keberhasilan tersebut bukan tanpa resiko. Pengorbanan untuk sebuah "swasembada" sangat mahal. Keinginan untuk mengejar pertumbuhan ekonomi telah membuat penguasa bertindak sangat kejam terhadap masyarakat lemah. Di satu sisi harus diakui bahwa Bimas dan Inmas sebagai bentuk Revolusi Hijau di Indonesia telah melepaskan petani dari pertanian tradisional. Namun itu tidak berarti telah mensejahterakan petani.

(29)

Keragaman bibit lokal yang dimiliki petani secara turun temurun selama ini, kini telah beralih tangan. Hal ini menjadi dilema, sebab keragaman bibit lokal yang dimiliki petani secara turun temurun, kini telah beralih tangan. Saat ini bibit padi lokal yang masih tersisa di Indonesia sekitar 25 jenis. Sebelum Revolusi Hijau, kita memiliki hampir 10.000 macam jenis bibit padi lokal. Semuanya tersimpan dalam IRRI (International Rice Research Institute) di Filipina dan menjadi milik AS.

Kearifan petanipun telah beralih fungsi menjadi penyeragaman. Kemandirian digantikan dengan ketergantungan. Keseimbangan lingkungan dan sosial terganggu akibat penggunaan bahan-bahan kimia non organik tinggi seperti pupuk buatan, insektisida, pestisida, fungisida dan herbisida. Demi mengejar pertumbuhan tadi, pemakaian bahan-bahan kimia tadi dilevel petani dipergunakan secara serampangan. Berpuluh-puluh tahun petani hanya mengikuti apa saja yang diperintahkan oleh penguasa melalui penyuluh pertanian lapangan (PPL) dan penyuluh pertanian spesial (PPS). Petani hanya menjadi pelaksana program ditanahnya sendiri.

(30)

Tidak hanya itu, paket Revolusi Hijau yg menggunakan teknologi dan sarana produksi dari negara barat pada dasarnya mengabaikan keberadaan perempuan disektor pertanian. Diperkenalkannya bibit baru telah meniadakan peran perempuan sebagai penyeleksi benih di usaha tani keluarganya. Begitu pula saat panen. Tidak lagi dilakukan dengan ani-ani tetapi dengan sabit. Peran perempuan dengan sendirinya telah digantikan. Juga dalam proses-proses pasca panen selanjutnya.

2.2. Modernisasi dan Pembangunan

Modernisasi maupun pembangunan merupakan perubahan sosial yang direncanakan namun sesungguhnya keduanya mempunyai pengertian yang berbeda. Modernisasi diartikan perubahan dari kehidupan bersama yang tradisional dalam arti teknologi (material dan organisasi sosial) kearah kehidupan bersama yang modern. Modernisasi adalah proses perombakan pola pikir dan tata kerja yang tidak akhliyah menggantinya dengan pola pikir dan tata kerja baru yang akhliyah rasional.

Pengertian modernisasi ditangkap beraneka ragam pola pikir masyarakat. Ada yang menganggap modernisasi sama dengan westernisasi. Penganut ini beranggapan bahwa teknologi dan nilai-nilai barat diterima tanpa mempersoalkan kondisi masyarakat setempat (modernisasi merupakan ekspensi budaya). Kelompok yang kedua menganggap modernisasi sama dengan pembangunan. Modernisasi dan pembangunan disini berorientasi pada penerapan teknologi yang diadopsi akan tersalur ke lapisan masyarakat bawah (Ibrahim 2003:138).

2.2.1. Modernisasi Pertanian dan Perubahan Sosial Masyarakat

(31)

baru. Modernisasi dapat diartikan sebagai transformasi yaitu perubahan. Dalam arti yang lebih luas transformasi tidak hanya mencakup perubahan yang terjadi pada bentuk luar, namun pada hakekatnya meliputi bentuk dasar, fungsi, struktur, atau karakteristik suatu kegiatan usaha ekonomi masyarakat. Modernisasi dapat diartikan sebagai bentuk, ciri, struktur dan kemampuan system kegiatan agribisnis dalam menggairahkan, menumbuhkan, mengembangkan, dan menyehatkan perekonomian masyarakat pelakunya (Pranadji, 2000: 38).

Modernisasi suatu masyarakat adalah suatu proses transformasi, yaitu suatu perubahan masyarakat dalam segala aspek aspeknya. Perubahan sosial adalah terjadinya perbedaan dalam aspek kehidupan masyarakat dari waktu ke waktu. Aspek-aspek kehidupan masyarakat itu telah disistematiskan pada stuktur proses sosial. Dimana perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi pada struktur (kebudayan dan kelembagaan) pada pola proses sosial.

Menurut Parson dalam Rusidi (2000), dinamika masyarakat berhubungan dengan perubahan masyarakat. Kemudian terdapat beberapa unsur yang berinteraksi satu sama lain. Unsur-unsur tersebut adalah:

1. Orientasi manusia terhadap situasi yang melibatkan orang lain. 2. Pelaku yang mengadakan kegiatan dalam masyarakat.

3. Kegiatan sebagai hasil orientasi dan pengolahan pemikiran pelaku tentang bagaimana mencapai cita-cita.

(32)

2.2.2. Teori Modernisasi

Teori pembagian kerja secara internasional, yang didasarkan pada teori keuntungan komparatif yang dimiliki oleh setiap negara, mengakibatkan terjadinya spesialisasi produksi pada tiap-tiap negara sesuai dengan keuntungan komparatif yang mereka miliki. Oleh karena itu, secara umum di dunia ini terdapat dua kelompok negara: pertama, negara yang memproduksi hasil pertanian dan yang kedua adalah negara yang memproduksi barang industri. Antara kedua ke lompok negara ini terjadi hubungan dagang, dan keduanya, saling diuntungkan. Tetapi setelah beberapa puluh tahun kemudian, terlihat bahwa negara-negara pertanian semakin tertinggal. Neraca perdagangan antara kedua jenis negara ini selalu menguntungkan negara-negara yang mengkhususkan diri pada produksi barang industri (Budiman, 2000;17-18).

Rostow adalah seorang ahli ekonomi, tetapi perhatiannya tidak terbatas pada masalah ekonomi dalam arti sempit. Perhatiannya meluas sampai pada masalah sosiologi dalam proses pembangunan, meskipun titik berat analisisnya masih tetap pada masalah ekonomi. Bagi Rostow pembangunan merupakan peroses yang bergerak dalam sebuah garis lurus, yakni dari masyarakat yang terbelakang kemasyarakat yang maju. Proses ini dengan berbagai variasinya, pada dasarnya berlangsung sama, dimanapun dan kapanpun juga. Variasi yang ada bukanlah merupakan perubahan yang mendasar, melainkan hanya berlangsung dipermukaan saja. Rostow membagi proses pembangunan ini menjadi lima tahap yaitu:

1. Masyarakat tradisional

(33)

tunduk kepada alam, belum bisa menguasai alam. Akibatnya, produksi masih sangat terbatas, masyarakat ini cenderung bersifat statis, dalam arti kemajuan berjalan dengan sangat lambat. Produksi dipakai untuk konsumsi.

2. Prakondisi untuk lepas landas

Masyarakat tradisional, meskipun sangat lambat, terus bergerak. Pada suatu titik, dia mencapai posisi prakondisi untuk lepas landas. Biasanya, keadaan ini terjadi karena adanya campur tangan dari luar, dari masyarakat yang sudah maju. Perubahan ini tidak datang karena faktor-faktor internal masyarakat tersebut, karena pada dasarny masyarakat tradisional tidak mampu untuk mengubah dirinya sendiri. Campur tangan dari luar ini menggoncangkan masyarakat tradisional, dimana di dalamnya mulai berkembang ide pembaharuan.

3. Lepas landas

(34)

4. Bergerak kedewasaan

Setelah lepas landas akan terjadi proses kemajuan yang terus bergerak ke depan, meskipun kadang-kadang terjadi pasang surut. Antara 10% sampai 20% dari pendapatan nasional selalu diinvestasikan kembali, supaya bisa mengatasi persoalan pertambahan penduduk.

5. Zaman konsumsi massal yang tinggi

(35)

2.3. Teknologi

2.3.1. Definisi Teknologi

Teknologi adalah merupakan aplikasi ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah manusia atau merupakan sekumpulan proses, peralatan, metode, prosedur dan perkakas yang digunakan untuk memproduksi barang atau jasa.

Ada 3 (tiga) tingkatan teknologi ditinjau dari atas dasar keterlibatan manusia di dalam menjalankan suatu teknologi yaitu :

a. Pekerjaan tangan (hand made) dimana manusia merupakan sumber tenaga dan pengendali bagi alat-alat yang digunakan, di tandai dengan karyawan bekerja secara manual namun memiliki dampak lingkungan minimal.

b. Bekerja mesin (machine made), dimana mesin menyediakan tenaga, tetapi manusia masih menggerakkan dan mengendalikannya dengan tingkat keterlibatan yang tinggi.

c. Proses otomatisasi, mesin merupakan sumber tenaga sepenuhnya manusia sebagai pengawas dan pengendali.

2.3.2. Faktor-faktor dalam Memilih Teknologi

Dalam menentukan jenis teknologi yang baik dalam dunia usaha hendaknya teknologi yang akan dipakai memperhatikan kriteria sebagai berikut :

a. Ketepatan jenis teknologi yang dipilih dengan bahan baku yang digunakan. b. Keberhasilan pengguna jenis teknologi tersebut ditempat lain yang memiliki

(36)

Penerapan teknologi hendaknya menyadari perlunya sifat responsive dan dinamik dari usaha yang di tempuh. Responsive dan dinamis disini adalah bahwa bentuk usaha yang ditempuh haruslah mempunyai pengetahuan tentang:

a. Derajat sifat tanggap masyarakat terhadap perubahan-perubahan dalam kehidupannya.

b. Kendala teknis teknologi yang akan digunakan di dalam lingkungan kehidupan masyarakat yang akan mengguanakannya.

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Setiap penyusunan karya ilmiah selalu memerlukan metode penelitian, dimana metode merupakan suatu cara tahapan ataupun aturan yang digunakan sebagai suatu pedoman dalam penulisan suatu karangan atau karya ilmiah lainnya. Adapun jenis penelitiaan yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan studi Eksplanasi. Studi Eksplanasi adalah penelitian yang menjelaskan hubungan/pengaruh antara variabel-variabel penelitian melalui pengujian hipotesa (Sugiyono, 2009: 19).

3.2. Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian ini adalah Desa Boangmanalu Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah karena Desa Boangmanalu merupakan salah satu desa yang menggantungkan kehidupan sosial di sektor pertanian yang menggunakan teknologi pertanian bantuan pemerintah daerah Kabupaten Pakpak Bharat.

3.3. Populasi dan sampel 3.3.1. Populasi

(38)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani yang ada di Desa Boangmanalu kecamatan salak Kabupaten Pakpak Bharat yang menggunakan teknologi modern sebanyak 382 kepala keluarga.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi. Untuk menentukan jumlah sampel dari populasi tersebut diatas, maka digunakan rumus Taroyamane dengan presisi 10% dan dengan tingkat kepercayaan 90 % (Nawawi. 1995;144):

Keterangan : n = Sampel

N = jumlah populasi d = presisi 10% atau 0,1

Berdasarkan data yang ada maka penelitian ini memerlukan sampel sebanyak:

1

n = 79, 25 (dibulatkan 80 kepala keluarga)

(39)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang di gunakan adalah 1. Data primer

a. Observasi yaitu mengumpulkan data tentang gejala tertentu yang dilakukan dengan mengamati, mendengar, mencatat kejadian yang berkaitan dengan penelitian.

b. Kuesioner

Teknik pengumpulan dengan metode kuesioner di gunakan untuk menjawab perumusan masalah bagaimana pengaruh modernisasi teknologi pertanian terhadap kesejahtraan sosial ekonomi petani.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi dari buku-buku atau refrensi, dokumen, foto, majalah, jurnal, artikel dan internet yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.

3.5. Teknik Analisa Data

Untuk melihat bagaimana deskripsi pervariabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat maka digunakan distribusi frekuensi dengan rumus:

(40)

Keterangan :

N : Jumlah kejadiaan fx : Frekuensi individu

Analisa data dalam penelitian menggunakan uji t-test. Teknik ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh sebelum dan sesudah penggunaan teknologi modern terhadap peningkatan kesejahteraan petani. Sebelum dilakukan uji t-test terlebih dahulu dihitung koefisien korelasinya dengan rumus :

r

xy

=

r : Koefisien korelasi x : Variabel bebas Y : Variabel terikat n : Jumlah populasi

Kemudian koefisien korelasi disubstitusi ke dalam uji t-test dengan rumus (Sugiyono, 2009:122)

t =

Keterangan:

= Rata-rata sampel 1

= Rata-rata sampel 2

(41)

= Simpangan baku sampel 2

= varians sampel 1

= Varinans sampel 2

r = korelasi antara dua sampel

3.6. Jadwal Kegiatan

No. Kegitan Bulan ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra observasi 2 ACC observasi

3 Penyusunan Proposal 4 Seminar Proposal Penelitan 5 Revisi Proposal Penelitan 6 Penelitian ke Lapangan

7 Pengumpulan Dan AnalisisData

8 Bimbingan

9 Penulisan Laporan Akhir

(42)

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Salak adalah desa Boangmanalu dengan luas berkisar 375 Ha dan terdiri dari 5 dusun yaitu Lae Tarondi, Sosor, Kuta Payung, Kuta Tengah, dan Amborgang. Jumlah penduduknya sekitar 2889 orang dengan mayoritas penduduknya bertani. Adapun batasan-batasan wilayah Desa Boangmanalu adalah :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan desa Siempat Rube/Teraju. b. Sebelah Selatan berbtasan dengan Desa Binangaboang. c. Sebelah Timur berbatasan Dengan Jambu.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Salak I.

Berdasarkan topografi kemiringan tanah Desa Boangmanalu berada pada dataran tinggi sehingga menyebabkan masyarakat desanya cenderung menjadi petani.

Luas wilayah Desa Boangmanalu menurut penggunaannya dapat dibagi atas: a. Luas pemukiman 100 Ha.

b. Luas sawah 100 Ha. c. Luas Ladang 75 Ha. d. Luas hutan rakyat 50 Ha.

(43)

4.2. Keadaan Penduduk

Masalah kependudukan merupakan isu umum yang terdapat dalam suatu daerah atau wilayah. Walaupun penduduk merupakan salah satu modal dasar pembangunan, namun jika tidak diimbangi dengan kemampuan dan keterampilan yang memadai akan menimbulkan kendala dalam proses pembangunan itu sendiri. Desa Boangmanalu memiliki ciri tersendiri tentang gambaraan keadaan kependudukannya.

4.2.1. Karakteristik penduduk berdasarkan suku bangsa

Secara umum Desa Boangmanalu terdiri dari suku Pakpak dan sebagian kecil suku Batak toba, suku Kar, suku Nias dan Jawa yang hidup rukun dan damai diikat oleh rasa kekeluargaan dan persaudaraan yang kokoh. Tidak pernah terjadi gesekan antar etnis dari dulu hingga sekarang. Pada umumnya masyarakat desa Boangmanalu menganut agama Kristen Protestan, Katolik dan Islam.

(44)

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

No Suku Jumlah (Orang) Persentase

1. Pakpak 2612 90,4

2 Batak Toba 240 8,3

3 Batak Karo 20 0,7

4 Jawa 7 0,2

5 Nias 10 0,3

Total 2889 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Boangmanalu 2011

Dari tabel di atas 4.1. diperoleh bahwa suku bangsa yang terdapat di Desa Boangmanalu paling banyak penduduknya adalah suku Pakpak sebanyak 2612 orang (90,4%). Dan kemudian diikuti dengan suku Batak Toba sebanyak 240 orang (8,3%), Batak Karo dengan jumlah 20 orang (0,7%), suku Nias 10 orang (0,3%) dan Jawa 7 orang (0,2%).

4.2.2. Karakteristik Penduduk Berdasarkan Umur

(45)

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Berdasrkan Umur

No Umur Jumlah (Orang) Persentase

1. Balita 334 11,6

2. Anak 561 19,4

3. Remaja 708 24,5

3 Dewasa 1178 40,8

4 Lansia 108 3,7

Total 2889 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Boangmanalu 2011

Dari tabel di atas 4.2. diperoleh gambaran bahwa umur yang terdapat di Desa Boangmanalu paling banyak berusia dewasa (20-59 tahun) sebanyak 1178 orang (40,8%). Dan kemudian diikuti dengan usia remaja sebanyak 708 orang (24,5%), anak-naka 561 orang (19,4%), balita 334 orang (11,6%) dan paling sedikit penduduknya lanjut usia (lansia) (di atas 60 tahun) sebanyak 108 orang (3,7%).

4.2.3 Karakteristik Penduduk Berdasarkan Agama

(46)

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk Berdasrkan Agama

No Agama Jumlah (Orang) Persentase

1. Islam 448 15,5

2 Kristen Protestan 1563 54,1

3 Kristen Khatolik 878 30,4

Total 2889 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Boangmanalu 2011

Dari tabel di atas 4.3. diperoleh gambaran bahwa penduduk Desa Boangmanalu berdasarkan agama didominasi oleh agama Kristen, dengan rincian Kristen Protestan 1563 orang (54,1%) dan Kristen Khatolik 878 orang (30,4%) yang merupakan mayoritas suku Pakpak. Sedangkan responden yang memeluk agama Islam 448 orang (15,5%). Di Desa Boangmanalu terdapat empat sarana ibadah, diantaranya 1 (satu) mesjid dan 4 (empat) gereja. Mesjid terletak di Dusun Sosor, gereja Katolik dan Gereja Methodis Indonesia (GMI) terletak di Dusun Lae Tarondi, Gereja Kristen Protestan Pakpak Dairi (GKPPD) dan Gereja Kristen Krismatik Indonesia (GKKI) terletak di Dusun Kuta Payung.

4.2.4 Karakteristik Penduduk Berdasarkan Pendidikan

(47)

Tabel 4.4

Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase

1. Tidak/ belum sekolah 398 13,8

2 Tidak tamat SD 49 1,7

3 SD 559 19,3

4 SLTP 1049 36,3

5 SMA 790 27,3

6 Perguruan tinggi 11 0,4

7 Lain-lain 33 1,1

Total 2889 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Boangmanalu 2011

(48)

4.2.5. Karakteristik Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Penduduk Desa Boangmanalu menggantungkan kehidupannya di sektor pertanian. Selain dari pada bertani sebagian masyarakat juga ada yang hidupnya di sektor jasa seperti pegawai dan pedagang. Walaupun ada banyak mata pencaharian yang ada di desa Boangmanalu ini tapi yang menjadi penghasilan utama adalah di sektor pertanian. Ini terbukti dari adanya masyarakat yang bekerja sebagai pegawai tapi juga sekaligus bertani. Selain bertani, masyarakat Boangmanalu juga ada yang beternak. Kebanyakan masyarakat Boangmanalu adalah beternak babi, ayam, bebek, kambing dan kerbau. Biasanya masyarakat boangmanalu menjual peternakannya ke agen-agen. Cara beternak unggus seperti ayam, bebek, kambing dan kerbau biasanya dilakukan dengan sistem semi kandang yaitu pada siang hari hewan peliharaan di lepas untuk mencari makanannya dan sore harinya dimasukkan ke dalam kandang, kecuali hewan peliharaan babi dengan sistem kandang.

Untuk lebih mengetahui mata pencaharian penduduk desa Boangmanalu dapat di lihat dari tabel di bawah ini :

Tabel 4.5

Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

No Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Persentase

1. Petani 265 80,8

2 PNS 9 2,7

3 Peternak 33 10,1

4 TNI 4 1,2

5 Polri 5 1,5

6 Usaha Dagang 12 3,7

Total 382 100

(49)

Dari tabel di atas 4.5. diperoleh gambaran bahwa mata pencaharian masyarakat di Desa Boangmanalu paling banyak bertani sebanyak 265 orang (80,8%). Dan kemudian beternak sebanyak 33 orang (10,1%), usaha dagang 12 orang (3,7%), PNS sebanyk 9 orang (2,7%), Polri sebanyak 5 orang (1,5%), dan paling sedikit TNI sebanyak 4 orang (1,2%).

4.2.6. Infrastruktur Berdasarkan Sarana Ibadah

Dilihat dari hubungan antara manusia dengan penciptanya, maka setiap daerah tentunya punya sarana ibadah seperti gereja dan mesjid. Adapun sarana ibadah yang ada di desa Boangmanalu adalah sebagai berikut :

Tabel 4.6

Jumlah Penduduk Berdasarkan Sarana Ibadah

No Sarana Ibadah Jumlah (Unit) Persentase

1. Mesjid 1 25

2 Mushola -

-3 Gereja Protestan 3 50

4 Gereja Khatolik 1 25

Total 5 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Boangmanalu 2011

(50)

4.2.7. Infrastruktur Berdasarkan Sarana Pendidikan

Sebagai sebuah desa, Desa Boangmanalu mempunyai sarana pendidikan yang bisa dibilang cukup, seperti Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) Negeri No. 030426 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Salak. Sedangkan Sekolah Menangah Pertama (SMP) Negeri I Salak berada di kecamatan. Infrastruktur sarana pendidikan memiliki kondisi bangunan yang baik, karena setiap tiga tahun sekali dilakukan perbaikan yang bersumber dari bantuan luar (BOS) dan pemerintah daerah. Untuk sarana pedidikan SMP dan SMA memiliki ruang perpustakaan dan ruang bahasa dan didukung oleh lapangan olahraga seperti badminton, bola volly, tenis meja dan lapangan bola. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 4.7

Jumlah Penduduk Berdasarkan Sarana Pendidikan No Sarana Pendidikan Jumlah (Unit) Persentase

1. TK 1 33,3

2 SD 1 33,3

3 SMA 1 33,4

Total 3 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Boangmanalu 2011

(51)

sebagian kecil petani membekali anak dengan ilmu pengetahuan dengan bersekolah di kecamatan.

4.2.8 Infrastruktur Sarana Kesehatan

Jika dilihat dari tingkat kesehatannya, maka masyarakat Desa Boangmanalu dapat dikatakan sebagai masyarakat yang peduli akan kesehatan. Ketersediaan rumah sakit di Desa Boangmanalu menunjukkan pelayanan kesehatan sudah baik. Rumah Sakit Umum Salak berada di Dusun Kuta Tengah, Posyandu terletak di Dusun Sosor dan Kuta Payung. Sedangkan Klinik Bersalin terletak di Dusun Kuta Payung. Untuk lebih jelasnya mengenai sarana dan prasarana kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.8

Jumlah Penduduk Berdasarkan Sarana Kesehatan No Sarana Kesehatan Jumlah (Unit) Persentase

1. Rumah Sakit 1 25,0

2 Posyandu 2 50,0

3 Klinik bersalin 2 25,0

Total 3 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Boangmanalu 2011

(52)

4.3. Karakteristik Responden

Untuk mengenali responden, peneliti menggunakan kuesioner yang berisi daftar pertanyaan data-data responden. Berdasarkan hasil pengumpulan data, maka dperoleh karakteristik responden sebagai berikut :

Tabel 4.9

Distribusi Responden Berdasarkan Umur

No Kelompok Umur F %

1. 20 - 30 tahun 8 10.0

2 31 - 40 tahun 21 26.2

3. 41 - 50 tahun 48 60.0

4. 51 - 60 tahun 3 3.8

Total 80 100

Sumber : Data Penelitian lapangan 2011

Dari tabel 4.9 di atas dapat diketahui bahwa hampir seluruh kelompok umur responden termasuk usia produktif, Respnden terbanyak pada kelompok umur 41-50 tahun sebanyak 48 orang (60%), diikuti kelompok umur 31-40 tahun 21 orang (26,3%), dan kelompok umur termuda (20-30 tahun) 8 orang (10%). Sedangkan kelompok umur 51-60 tahun 3 orang (3,8%).

Tabel 4.10

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

No Tingkat Pendidikan F %

1. SD 18 22.5

2 SMP 33 41.3

3. SMA 25 31.2

4. Perguruan tinggi 4 5.0

Total 80 100

(53)

Dari tabel 4.10 di atas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan responden paling banyak tingkat pendidikan SMP 33 orang (41,3%), dilanjukan tingkat pendidikan SMA 25 orang (31,3%), berpendidikan SD 18 orang (22,5%) dan 4 orang (5%) berpendidikan perguruan tinggi.

Tabel 4.11

Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota

No Anggota Keluarga F %

1. < 5 orang 6 7,5

2 5 7 orang 39 48,8

3. > 7 orang 35 43,8

Total 80 100

Sumber : Data Penelitian lapangan 2011

Dari tabel 4.11 di atas dapat diketahui bahwa keluarga responden jarang menjadi keluarga berencana yang terdiri dari bapak, ibu dan dua orang anak. Paling banyak keluarga memiliki jumlah anggota keluarga 5-7 orang (48,8%), selanjutnya 35 orang (43,8%) memiliki anggota keluarga >7 orang. selebihnya jumlah anggota keluarga <5 orang sebanyak 6 orang (7,5%) diantaranya 2 keluarga mengikuti memiliki jumlah anak hanya 2 orang saja.

Tabel 4.12

Distribusi Responden Berdasarkan Agama

No Agama F %

1. Kristen Protestan 50 66.7

2 Kristen Khatolik 18 24.0

3. Islam 7 9.3

Total 80 100

(54)

Dari tabel 4.12 di atas dapat diketahui bahwa agama yang dianut responden adalah Kristen Protestan, Khatolik dan Islam. Agama yang dianut responden paling banyak Kristen Protestan 50 orang (66,7%), kemudian Kristen Khatolik 18 orang (24%) dan paling sedikit beragama Islam 7 orang (9,3%). Jika ditinjau dari masuknya agama di desa Boangmanalu, pertam kali agama yang dianut adalah Agama Kristen Protestan, kemudian Khatolik dan diikuti agama Islam.

Tabel 4.13

Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa

No Suku Bangsa F %

1. Batak Pakpak 64 80.0

2. Batak Toba 10 12.5

2 Karo 3 3.8

3. Jawa 1 1.3

4. Nias 2 2.5

Total 80 100

Sumber : Data Penelitian lapangan 2011

(55)

4.4. Teknik Analisa Data 4.4.1 Analisa Tabel Tunggal

Distribusi jawaban responden yang terdiri dari 36 pertanyaan tentang penggunaan terknologi modern terhadap peningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi petani di Desa Boangmanalu Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak, akan penulis uraikan di bawah.

Tabel 4.14

Pengetahuan responden terhadap penggunaan teknologi modern

No Pengetahuan F %

1. Mengetahui 74 92.5

2 Tidak tahu 6 7.5

Total 80 100

Sumber : Data Penelitian lapangan 2011

(56)

Tabel 4.15

Responden melakukan pengolahan lahan pertanian setiap tahun

No Pengolahan lahan F %

2 2 kali 79 98,8

3. 1 kali 1 1,3

Total 80 100

Sumber : Data Penelitian lapangan 2011

Dari tabel 4.15 di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 79 orang (98,8%) responden mengolah lahan pertanian 2 kali dalam setahun. Hanya 1 orang (1,3%) responden yang menjawab 1 kali dalam setahun. Dari tiap-tiap responden yang dijumpai mayoritas mengolah lahan pertanian 2 kali setiap tahun, disamping itu, responden memiliki pekerjaan lainnya seperti beternak dan berkebun tanaman lainnya seperti kopi robusta, kopi arabika dan kopi coklat. Kebanyakan jenis kopi tersebut diminati oleh masyarakat dan memiliki pangsa pasar yang baik.

Tabel 4.16

Responden menggunakan irigasi dalam bertani

No Irigasi F %

1. Ya 80 0

2 Tidak 0 0

Total 80 100

Sumber : Data Penelitian lapangan 2011

(57)

irigasi sekunder yang menggunakan parit-parit kecil untuk mengairi air dari sawah ke sawah lainnya.

Tabel 4.17

Pengetahuan responden tentang manfaat benih unggul

No Manfaat benih unggul F %

1. Ya 41 51,2

2 Tidak 39 48.8

Total 80 100

Sumber : Data Penelitian lapangan 2011

(58)

Tabel 4.18

Sumber bibit unggul bersertifikat dari Kelompok Tani

No Manfaat benih unggul F %

1. Ya 63 78.8

2 Tidak 17 21.3

Total 80 100

Sumber : Data Penelitian lapangan 2011

Dari tabel 4.18 di atas dapat diketahui bahwa jawaban responden memperoleh bibit unggul bersertifikat dari kelompok tani yang berdominisi di Desa Boangmanalu sebanyak 63 orang (78,8%), namun sebagian responden tidak memperoleh dari kelompok tani sebanyak 17 orang (21,2%). Untuk meningkatkan produksi padi, telah tersedia kelompok-kelompok tani sebagai wadah menyedia kebutuhan para petani. Berbagai bibit unggul padi dapat diperoleh dari kelompok tani tersebut, walaupun sebagian responden menggunakan benih sendiri dari hasil panen yang lalu.

Tabel 4.19

Pengetahuan responden tentang penggunaan pestisida berlebihan

No Penggunaan pestisida F %

1. Ya 24 30.0

2 Tidak 56 70.0

Total 80 100

Sumber : Data Penelitian lapangan 2011

(59)

menjawab tidak tahu 56 orang (70%), dan 24 orang (30%) yang mengetahui dampak penggunaan pestisida dapat mencemari lingkungan. Jenis pestisida yang sering digunakan petani adalah jenis Brusman, Kiltop dan Basa bertujuan untuk memberantas hama pada tanaman padi, jagung, kopi dan lain-lain.

Tabel 4.20

Tindakan responden menggunakan pestisida dengan memakai alat pelindung diri

No Penggunaan pelindung diri F %

1. Ya 19 23.8

3. Kadang-kadang 34 42.5

2 Tidak 27 33.7

Total 80 100

Sumber : Data Penelitian lapangan 2011

(60)

Tabel 4.21

Pengetahuan responden tentang manfaat penggunaan pupuk

No Penggunaan pupuk F %

1. Tahu 33 62.3

3. Ragu-ragu 17 32.1

2 Tidak tahu 3 5.7

Total 80 100

Sumber : Data Penelitian lapangan 2011

Dari tabel 4.21 di atas dapat diketahui bahwa responden telah mengetahui manfaat menggunakan pupuk dalam bercocok tanaman 33 orang (62,3%), 17 orang (32,1%) ragu-ragu dalam menjawab dan responden yang tidak tahu hanya 3 orang (5,7%). Walaupun sebagian besar responden telah mengetahui manfaat pupuk bagi tanaman, namun masih ada yang menjawab ragu-ragu dan tidak tahu. Hal ini disebabkan karena faktor pendidikan yang rendah menyebabkan responden tidak sesuai menggunakan pupuk yang dianjurkan.

Tabel 4.22

Pengetahuan responden tentang waktu pemupukan

No Waktu pemupukan F %

1. 3 kali 1 1.3

3. 2 kali 77 96.3

2 1 kali 2 2.5

Total 80 100

(61)

Dari tabel 4.22 di atas dapat diketahui bahwa jawaban responden tentang waktu pemupukan (2 kali) dalam bercocok tanaman 77 orang (96,3%), 2 orang (2,5%) menjawab 1 kali dan hanya 1 orang (1,3%) yang menjawab 3 kali. Frekuensi pemupukan idealnya dalam satu periode panen adalah 2 kali, tetapi penilaian responden melaksanakan pemupukan dengan 1 kali ditambah dengan pupuk kandang (kotoran ayam dan babi). Hal ini disebabkan karena tingginya harga pupuk sehingga sebagian kecil responden melaksanakan pemupukan hanya 1 kali per tahun. Harga pupuk NPK Rp.8.000/Kg, Urea Rp. 3000/Kg dan pupuk Za seharga Rp. 2.500/ kg. Untuk meningkatkan hasil produksi pertanian masyarakat Desa Boangmanalu menggunakan pupuk dengan volume 15-20 kg/ rante dengan perbandingan pupuk NPK 4 Kg, pupuk Urea 7-8 kg, dan pupuk ZA 3 kg.

Tabel 4.23

Sumber memperoleh pupuk dari Kelompok Tani

No Sumber Pupuk F %

1. Ya 78 97.5

3. Tidak 2 2.5

Total 80 100

Sumber : Data Penelitian lapangan 2011

(62)

Masyarakat boangmanalu membeli pupuk dari subsidi pemerintah dengan harga Pupuk NPK Rp.7000/ kg, Urea Rp.1.800/Kg dan pupuk ZA seharga Rp.1.500/Kg. dari keempat kelompok tani di Desa Moangmanalu, kelompok tani Tani Maju merupakan tempat terbanyak responden memperoleh pupuk.

Tabel 4.24

Responden menggunakan jenis pupuk

No Jenis Pupuk F %

1. NPK 15 18,8

3. Urea/Za 0 0,0

4. a dan b 65 81,2

Total 80 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan 2011

(63)

Tabel 4.25

Responden menggunakanJetordalam pengolahan lahan

No PenggunaanJetor F %

1. Ya 73 91,2

2. Kadang-kadang 7 8,8

3. Tidak 0 0,0

Total 80 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan 2011

Berdasarkan tabel 4.25 di atas diperoleh bahwa sebanyak 73 orang (91,2%) menggunakan jetor sebagai alat modern dalam mengolah lahan sawah, dan yang kadang-kadang menggunakan jetor 7 orang (8,8%). Dengan menggunakan jetor pengelolaan lahan sawah akan lebih cepat dan efektif dibandingkan dengan alat-alat tradisional seperti bajak atau cangkul. Namun sebagian responden kadang-kadang menggunakan jetor disebabkan selain menghemat biaya juga karena areal lahan sawah sulit dicapai atau dijangkaujetor.

Tabel 4.26

Sistem penggunaanjetor

No Sistem Sewa F %

1. Ya 80 100,0

2. Tidak 0 0,0

Total 80 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan 2011

(64)

menggunakan jetor dan tidak memerlukan tenaga yang besar. Besarnya biaya untuk menyewa sebuah jetorberdasarkan luas lahan yang diolah atau dihitung per rante Rp. 60.000,- (1 rante = 20x20 m). Jumlah yang harus dikeluarkan para petani tergantung berapa luas petani mengolah lahan sawahnya. Biaya sewa tersebut bertujuan untuk memperbaiki jetor-jetor yang rusak dan bila dananya mencukupi, jetor akan dibeli untuk mengganti jetor lama atas persetujuan bersama para petani. Apabila jetor mengalami kerusakan, ketua kelompok tani bertanggung jawab memperbaiki dengan menyewa teknisi. Dana yang dikeluarkan berasal dari anggaran anggota kelompok tani.

Tabel 4.27

Responden memperolehjetordari Kelompok Tani

No SumberJetor F %

1. Ya 80 100,0

2. Tidak 0 0,0

Total 80 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan 2011

(65)

Tabel 4.28

Pengetahuan responden dalam menggunakanJetor

No Pengetahuan F %

1. Tahu 2 2,5

2. Tidak tahun 78 97,5

Total 80 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan 2011

Berdasarkan tabel 4.28 di atas diperoleh bahwa 78 orang (97,5%) responden menjawab tidak dapat mengoperasionalkanjetordalam pengolahan sawah, sedangkan 2 orang (2,5%) menjawab dapat menggunakan jetor. Jetor sebagai alat modern pertanian memerlukan keterampilan dalam mengoperasionalkannya. Kebanyakan responden belum mengetahui tentang cara menggunakan jetor. Ketidaktahuan ini juga didukung faktor penggunaan jetor yang biasanya dioperasionalkan oleh seseorang yang dipercayakan oleh pengurus kelompok tani, dan biasanya salah satu anggota keluarga tani.

Tabel 4.29

Responden menggunakanJetorpada seluruh areal sawah

No PenggunaanJetor F %

1. Ya 73 91,2

2. Kadang-kadang 7 8,8

3. Tidak 0 0,0

Total 80 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan 2011

(66)

menggunakan jetor. Adapun alasan yang dikemukakan responden karena untuk mengurangi biaya operasional dan lokasi areal sawah sulit untuk dijangkau sehingga masih menggunakan alat tradisional seperti bajak dan cangkul.

Tabel 4.30

Responden memperoleh penyuluhan dari Dinas Pertanian

No Penyuluhan F %

1. Pernah 36 45,0

2. Tidak pernah 44 55,0

Total 80 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan 2011

Gambar

Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja pegawai merupakan sikap atau tingkah laku yang menunjukkan kesetiaan dan ketaatan

Semua proses yang terjadi dalam perpustakaan SMP Negeri 12 Kotabumi merupakan proses yang sangat sederhana, seperti peminjaman buku, pengembalian buku, pendataan

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi penggunaan bubuk daun ketapang ( Terminalia catappa ) kering (BDKK) dengan dosis dan suhu inkubasi berbeda

(1) Sub Bagian teknis administrasi pembangunan mempunyai tugas mengumpulkan bahan program tahunan pembangunan, mengkoordinasikan penyusunan pedoman dan petunjuk

bahwa berdasarkan pertimangan sebagaimana dimaksud huruf a dan b, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten

Uji Adaptasi Klon Karet IRR Seri 100 Pada Agroklimat Kering di Kebun Sungei Baleh Kabupaten Asahan Sumatera Utara ( Adaptation Test of IRR 100 Series Rubber Clones at

Memberikan penguatan atas apa yang dikemukakan oleh peserta didik dan mengaitkannya dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai4. Sebelum masuk pada inti