Tinjauan Pustaka
Suplemen yMajalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006 266
Epidemiologi dan Etiologi Kanker
Em ir Ta ris Pa sa rib u
Divisi O nko lo g i De p a rte me n Ilmu Be da h
Fa kulta s Ke d o kte ra n Unive rsita s Suma te ra Uta ra /Ruma h Sa kit H. Ad a m Ma lik
Abstrak: Telah dikumpulkan beberapa sumber bacaan mengenai pola - pola epidemiologi kanker dan kemungkinan etiologinya. Pengetahuan tentang epidemiologi dan etiologi kanker dipandang sangat perlu sebagai dasar untuk memahami berbagai jenis kanker pada berbagai disiplin ilmu kedokteran . Pengetahuan ini juga sangat bermanfaat didalam mencari dan menegakkan diagnosa. Dengan memahami sifat – sifat kanker tertentu maka akan diperoleh pengartian mengenai perjalanan klinisnya.
Kata kunci: epidemiologi, etiologi, karsinogen, karsinogenik, virus
Abstract: A large number of references had been studied concerning patterns of epidemiology and etiology of cancer. It is considered very important to appreciate the facts on epidemiology and etiology of cancer as a basic knowledge in order to gain better understanding of type cancers, its clinical manifestations that leading to diagnosis anf therapy.
Keywords: epidemiology, etiology, carcinogen, carcinogenic, virus
PENDAHULUAN1
Epidemiologi adalah pengetahuan tentang distribusi dan menentukan penyakit dalam populasi manusia. Subjeknya mengetahui mengapa populasi atau grup yang berbeda mempunyai risiko berbeda dengan penyakit yang berbeda, dimana pada gilirannya dapat mendukung kesimpulan pada tingkat individu seperti mengapa perkembangan penyakit pada waktu yang tertentu.
Neoplasma merupakan sekumpulan sel yang mengalami perubahan secara berlebihan
dengan proliferasi yang tidak berguna dan
tidak mempunyai respon terhadap mekanisme kontrol yang normal serta memberi pengaruh yang buruk terhadap jaringan sekitarnya.
Untuk mempelajari penyebab yang merugikan penderita , metoda penelitian khusus telah berkembang secara ilmiah, sesuai etika, dan biaya yang efektif. Epidemiologi memperbesar penelitian dasar dan klinis melalui gambaran distribusi kanker dan identifikasi suatu penderita dengan risiko berbeda dari perkembangan kanker.
Ada dua jenis kanker yaitu kanker ganas (maligna) dengan proliferasi sel-sel kanker yang tidak terkontrol yang merugikan fungsi organ tertentu dan dapat invasi kejaringan sekitarnya serta dapat metastase ketempat yang jauh. Kanker jinak (benigna) terdiri dari sel-sel yang normal yang tidak mengadakan invasi atau metastase ke tempat lain.
Di Amerika Serikat merupakan penyebab kematian kedua setelah penyakit jantung. Setiap tahun dijumpai 1.000.000 kasus baru kanker ganas dengan mortalitas sebesar 22%.
Dengan kemajuan Imunologi kanker, Viral Oncologi, dan Molekular Biologi angka
morbiditas dan mortalitas dapat diperkecil.2
EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi biomolekular mempunyai dua jalan yang berbeda. Pertama, penaksiran pada
penggunaan studi prospective atau studi
retrospective. Kedua, melibatkan penggunaan
end-point selain dalam studi kanker dari
penyebab kanker; end-point saat ini adalah sah.
Emir Taris Pasaribu Epidemiologi dan Etiologi Kanker
Suplemen yMajalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006 267
lingkungan dalam berbagai absorbsi dengan individu yang berbeda.
Pengukuran DNA adduct yang spesifik
jelas menguntungkan dibanding metoda monitoring lain, dimana dapat mengukur kerusakan target molekul dari karsinogenesis.
Protein adduct dapat juga sebagai marker
terhadap karsinogen lingkungan seperti pengganti DNA. Dengan metoda ini diperlukan
sampel yang kecil dan beberapa protein adduct
tetap berada dalam tubuh dengan waktu yang lama.3
Peran Laboratorium
Rintangan identifikasi khusus faktor-faktor penyebab dan asal kanker manusia termasuk:
1. periode laten yang panjang antara bahan
penyebab dan timbulnya penyakit
2. proses karsinogenesis dengan berbagai
tingkatan
3. kemungkinan kanker manusia terutama
akibat interaksi yang komplek antara berbagai lingkungan dan faktor-faktor
endogenous seperti genetik atau host lain.
Walaupun kemajuan yang nyata telah dibuat, berbagai pertanyaan penting secara umum masih belum komplit dihasilkan , termasuk kanker pada manusia karena penyebab spesifik seperti kimia, hormon dan fisik serta virus, kontribusi relatif dari karsinigen yang bekerja pada berbagai tingkatan dari proses karsinogenesis, peranan faktor nutrisi dan interaksi endogen dan faktor-faktor lingkungan.
Studi laboratorium untuk prediksi atau deteksi bahan-bahan yang berpotensi mempunyai aktivitas karsinogenik telah dilakukan untuk mencegah kanker pada manusia.
Hasil studi laboratorium juga sering memperpanjang pemeriksaan epidemiologi dalam membuat kemungkinan untuk isolasi dan identifikasi individu dan komponen karsinogenik.1,3
Distribusi Kanker Berdasarkan Umur 4
Perlu diketahui tentang adanya perbedaan
insidensi kanker pada kelompok umur
tertentu, karena kejadiannya berbeda pada
anak-anak dan dewasa.
Usia dibawah 15 tahun (laki-laki atau perempuan) sering dijumpai leukemia, kanker otak, limfoma, kanker ginjal, kanker tulang.
Usia diatas 65 tahun, pria dijumpai kanker
prostat, paru-paru, bronkhus, trakhea, kolon,
rektum dan wanita dijumpai kanker payudara, kolon, rektum, dan uterus.
Distribusi Kanker Berdasarkan Jenis Kelamin 4
Di Amerika, pria kemungkinan menderita kanker kulit, paru-paru, prostat dan usus. Sedangkan wanita kemungkinan menderita kanker payudara, leher rahim, kulit dan usus.
Distribusi Kanker Menurut Ras 4
Insidensi kanker paru-paru pada pria kulit hitam lebih tinggi daripada kulit putih, demikian juga untuk kanker prostat. Kanker payudara lebih sering terjadi pada wanita kulit putih daripada kulit hitam.
Kanker kandung kencing lebih banyak pada orang kulit putih daripada orang kulit hitam. Kanker rektum lebih banyak pada orang kulit putih, sedangkan kanker kolon didapat angka
yang hampir sama. Kanker serviks lebih
banyak pada wanita kulit hitam, dan kanker lambung dan pankreas juga lebih banyak pada orang kulit hitam serta kanker ginjal lebih banyak pada orang kulit putih.Seringkali sulit menentukan apakah kanker tertentu pada kelompok ras tertentu dan daerah tertentu berhubungan dengan faktor herediter atau lingkungan.
Shimkin 1985 2 mencatat beberapa hal
sebagai berikut:
Insidensi tertinggi kanker lambung dijumpai di Skandinavia, Eslandia dan Jepang, sedangkan kanker primer hati dijumpai di Afrika selatan dan Afrika barat. Kanker nasofaring dijumpai di Cina dan Asia tenggara ; kanker kandung kencing dijumpai di Mesir.
Insidensi terendah kanker kolon, rektum dijumpai di Afrika hitam ; kanker payu dara dan prostat terdapat di Jepang ; kanker serviks uterus dijumpai di Israel ; kanker kulit dijumpai pada orang kulit hitam.
Kanker serviks pada orang Melayu dan
yang disunat menunjukkan angka lebih
rendah daripada keturunan India atau Cina,
mungkin karena adanya smegma yang bersifat
karsinogenik. Kanker serviks uteri pada wanita Yahudi dinegaranya lebih banyak daripada
yang merantau ke luar negeri. Hal ini
menunjukkan adanya pengaruh lain terhadap terjadinya kanker.
ETIOLOGI4,5,6
Tinjauan Pustaka
Suplemen yMajalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006 268
Tahun 1775 Persival Pott, seorang ahli bedah dari Inggris menemukan bahwa kanker
scrotum banyak dijumpai pada orang yang
bekerja di pabrik yang memakai cerobong asap. Setelah dipelajari, ternyata hidrocarbon
yang berhasil diisolasi dari batubara
merupakan Carcinogenic agent.
Sejak itu zat kimia yang menyebabkan
kanker pada hewan percobaan disebut
karsinogen.
Berbagai faktor penyebabnya antara lain : 1. Zat-zat karsinogenik
2. Virus-virus onkogenik 3. Faktor herediter 4. Faktor lingkungan 5. Faktor sosio ekonomi
1. Zat-Zat Karsinogenik
a. Karsinogenik Kimia
Aromatik amine dikenal sebagai penyebab kanker traktus urinarius. Benzene dianggap berhubungan dengan terjadinya leukemia akut. Jelaga batubara, anthracene, creosota dihubungkan dengan kanker kulit, larynx dan bronkhus. Asbestos sering menyebabkan mesothelioma pada pekerja tambang dan pekerja kapal.
b. Karsinogenik Fisik
Karsinogenik fisik yang utama adalah radiasi ion. Pada pekerja yang melakukan pengecatan radium pada lempeng arloji dijumpai adanya perkembangan ke arah
kanker tulang. Kanker tiroid banyak
dihubungkan dengan adanya irradiasi leher
pada masa anak-anak. Selain itu, bagi
korban yang berhasil hidup akibat meledaknya bom atom memberi gejala ke arah leukemia. Sinar ultraviolet dianggap sebagai penyebab meningginya insidensi kanker kulit pada pelaut atau petani, yang biasanya berhubungan dengan sinar matahari secara berlebihan. Pekerja di bagian radiologi yang sering terkena X-ray mempunyai kecenderungan untuk mendapat kanker kulit. Contoh lain dari karsinogen fisik adalah iritasi mekanik, misalnya iritasi
kronis yang dihubungkan dengan
perkembangan kanker seperti degenerasi
ganas dari scar luka bakar yang lama yang
disebut Marjolin`s ulcer. c. Drug- Induced Cancer 6,7
Penggunaan alkilator seperti melphalan
dan cyclophosphamide diketahui
menyebabkan leukemia dan kanker
kandung kemih. Estrogen dianggap sebagai penyebab adenokarsinoma vagina, kanker
endometrium. Imunosupresive seperti
azathioprine dihubungkan dengan
limfoma, kanker kulit dan kanker ganas jaringan lunak.
2. Virus-Virus Onkogenik 5
Dikenal dua jenis virus yang dapat menyebabkan keganasan yaitu: RNA virus dan DNA virus.
a. RNA virus menyebabkan leukemia, sarkoma dan urinari papiloma serta kanker payudara.
b. DNA virus dianggap sebagai penyebab
kanker: Eipstein Barr virus, papilloma
virus, Hepatitis B virus. Eipstein Barr virus
(EBV) dianggap sebagai penyebab dari kanker nasofaring. Hepatitis B virus berhubungan dengan hepatocelluler carcinoma primer.
Imunodefisiensi kongenital dan terapi
imunosupresif pada keganasan dianggap
sebagai induksi keganasan, khususnya limfoma dan leukemia.
Teori bagaimana terjadi perubahan dan differensiasi karena pengaruh virus onkogenik, diterangkan sebagai berikut : Sel-sel onkogen adalah gen normal yang mengatur pertumbuhan dan diferensial, perubahan pada sel onkogenik itu sendiri atau perubahan terhadap pengaturan, menghasilkan pertumbuhan yang normal. Diduga transformasi virus disekitar sel onkogen menyebabkan perubahan molekul hingga terjadi perubahan pertumbuhan.
Misalnya, P21 protein, protein ini terlibat pada pengaturan proliferasi sel.
Beberapa karsinogen dapat merubah P21 protein ini hingga terjadi perubahan proliferasi sel tersebut.
3. Faktor Herediter 5
Pada penelitian hewan percobaan, faktor
genetik juga dianggap penting sebagai
penyebab keganasan setelah faktor kimia dan faktor fisik. Misalnya, perkembangan kanker pada manusia ditunjukkan ketika tipe kanker yang sama terdapat pada kembar identik, juga ketika kanker colon berkembang pada anggota
keluarga dengan riwayat poliposis pada
keluarga tersebut.
Kanker payudara ditemukan tiga kali lebih
banyak pada seorang anak perempuan dari
Emir Taris Pasaribu Epidemiologi dan Etiologi Kanker
Suplemen yMajalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006 269
Beberapa kanker diturunkan secara
autosomal dominant seperti neuroblastoma
rectum, multiple polyposis colon, kanker tiroid
dan adayang diturunkan secara autosomal
recessive seperti xeroderma pigmentosa.
Namun sulit ditentukan apakah kanker
terjadi karena faktor herediter sendiri atau
karena kombinasi faktor-faktor lain seperti
lingkungan, kebiasaan hidup dan makanan.
4. Lingkungan dan Karsinogen Industri 7
Beberapa jenis hasil industri serta sisa pembakaran dapat bersifat karsinogenik.
Selain itu kebiasaan tertentu dapat mengakibatkan suatu keganasan, misalnya, pemakai tembakau cenderung mendapat kanker paru sedangkan pemakai alkohol cenderung mendapat kanker traktus digestivus.
Pekerja industri perminyakan yang banyak berhubungan dengan polisiklik hidrokarbon dijumpai banyak menderita kanker kulit.
Dengan meningkatnya perhatian terhadap
faktor lingkungan seperti polusi udara,
kontaminasi air, proses makanan termasuk pemakaian nitrat, nitrosamine untuk pengawetan daging serta sacharine, diduga mempunyai sifat karsinogen yang potensial.
Selain hal tersebut diatas, faktor migrasi penduduk sering menyebabkan pergeseran atau perubahan pola kanker di suatu daerah. Sebagai contoh di Jepang insidensi kanker gaster tinggi, sedangkan insidensi kanker paru rendah. Namun karena ada migrasi dari generasi kedua ke Amerika, maka terjadi penurunan kasus kanker lambung dan peninggian kanker paru.
5. Faktor Sosio Ekonomi
Walaupun belum diketahui dengan pasti,
faktor sosial ekonomi ternyata tampak
mempengaruhi insidensi kanker.
Kanker gaster dan cervix dijumpai lebih tinggi pada golongan sosio ekonomi rendah, sekitar tiga sampai empat kali lebih banyak daripada golongan sosio ekonomi menengah dan tinggi.Pada literatur ada juga yang disebut dengan keadaan Pre kanker.
Beberapa keadaan klinis seperti
leukoplakia, keratosisactin, polyp colon, polyp
rectum, neurofibroma, dysplasia cervix,
dysplasia mucosa bronchus dan colitis
ulcerativa kronis dianggap sebagai keadaan pre kanker, karena pada keadaan tersebut biasanya
diikuti dengan timbulnya kanker sehingga
menjadi perhatian bagi para dokter untuk
mengawasi keadaan ini dengan melakukan
pemantauan terhadap penderita tersebut. 6
Etiologi Multifaktor 5,6,7
Kelihatannya terjadinya kanker merupakan hasil dari interaksi virus onkogenik dengan karsinogen kimia atau karsinogen fisik dan dapat juga akibat sifat sinergistik dari dua jenis karsinogen kimia atau kombinasi karsinogen kimia dengan faktor herediter.
Terjadinya satu kanker dengan etiologi multifaktor kemungkinan misalnya pada
kanker paru. Merokok menyebabkan iritasi
dengan latar belakang faktor genetik yang
spesifik (karena tidak semua perokok menjadi penderita kanker paru) dan faktor hormonal (laki-laki lebih banyak dari wanita) disertai virus dan masa laten antara mulai merokok dengan insiden yang tinggi pada usia 35 tahun.
Dalam hal ini perlu pemikiran yang
integratif terhadap faktor-faktor terjadinya suatu kanker ganas.
DAFTAR PUSTAKA
1. Morton DL, Economou J, Haskel CM,
Parker RG. Oncology. In: Prnciples of
Surgery. 5th ed. New York: Schartz Shures
Spencer;1989.p. 331- 81.
2. Shimkin M.B. Research on the causes and nature of cancer. In: Regato JA, Spjut HJ, Ackerman editors.del Regato`s Cancer.
Diagnosis Treatment and Prognosis, 6th ed.
St.Louis: The C.V. Mosby Co;1985.p. 13 - 28.
3. Morton DL. Oncology. In : Scwartz S.I. et
al. editors. Principal of Surgery, 5th ed.
Singapore: McGraw Hill Co; 1989 .p.331 – 6.
4. Rubin PMD. Clinical Oncology. A multidisciplinary approach. American
Cancer Society. 6th ed.1983.p. 2 - 5.
5. Bishop JM: Retroviruses and Cancer genes. Science 1987; 52: 6 ; 235-305.
6. Enterline PE, Marsh GM. Cancer among workers exposed to arsenic and other substances in a copper smelter. Am.J.Epidemiol 1982;116 : 895-911.