• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Penurunan Kadar Fe Dan Mn Sumur Gali Dengan Menggunakan Saringan Pasir Sistim Up Flow Berdasarkan Jenis Dan Ketebalan Media Saringan Di Dusun I Kikik Kecamatan Hamparan Perak Tahun 2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektivitas Penurunan Kadar Fe Dan Mn Sumur Gali Dengan Menggunakan Saringan Pasir Sistim Up Flow Berdasarkan Jenis Dan Ketebalan Media Saringan Di Dusun I Kikik Kecamatan Hamparan Perak Tahun 2007"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

MEDIA SARINGAN DI DUSUN I KIKIK KECAMATAN HAMPARAN PERAK

TAHUN 2007

OLEH

NIM : 051000567 PANITIAN NAINGGOLAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Air merupakan bagian dari lingkungan fisik yang essensial. Salah satu sumber air yang digunakan adalah air tanah dengan menggunakan sumur gali. Berdasarkan hasil observasi pada sumur gali masyarakat di Dusun I Kikik Desa Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang, dari segi fisik dapat dilihat bahwa air sumur gali berwarna coklat dan bila dicium air tersebut berbau logam dan berkarat. Selain itu ada endapan dan ada lapisan seperti minyak pada permukaan air.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penurunan kadar Fe dan Mn pada air sumur gali di Kota Datar Dusun I Kikik Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.

Hasil penelitian dapat diketahui kemampuan pasir dalam menurunkan kadar Fe dan Mn sumur yaitu adanya perbedaan penurunan kadar Fe dan Mn sebelum dan sesudah melewati media saringan pasir berdasarkan jenis dan ketebalan pasir. Perbedaan penurunan kadar Fe melewati media saringan pasir laut pada ketebalan 30 cm adalah 1,504% dan pada ketebalan 60 cm adalah 17,293%. Pada media saringan pasir sungai untuk dengan ketebalan 30 cm adalah 4,135% dan pada ketebalan 60 cm adalah 87,827%. Sedangkan perbedaan penurunan kadar Mn melewati media saringan pasir laut pada ketebalan 30 cm adalah 94,443% dan pada ketebalan 60 cm adalah 96,545%. Pada media saringan pasir sungai dengan ketebalan 30 cm adalah 98,136% dan pada ketebalan 60 cm adalah 99,330%.

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan one

group pre test dan post test. Dalam penelitian ini digunakan saringan pasir lambat

sistem up flow dengan media pasir laut dan pasir sungai dengan ketebalan pasir yaitu 30 dan 60 cm. Sampel berupa air sumur gali dari rumah penduduk. Lama penelitian ini sekitar empat minggu yang dilakukan empat kali pengulangan pengambilan sampel.

Disimpulkan bahwa jenis pasir sungai menunjukkan angka penurunan kadar Fe dan Mn yang lebih baik dibandingkan dengan pasir laut. Hasil penurunan kadar Fe dan Mn pada media saring yang efektif menurunkan kadar Fe dan Mn adalah pada jenis pasir sungai dengan ketebalan 60 cm.

Disarankan kepada masyarakat setempat agar sebelum menggunakan air sebaiknya melakukan pengolahan air telebih dahulu dengan menggunakan penyaringan.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

DAFTAR ISI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Pengertian dan Sumber Air ... 6

2.2. Hubungan Air dengan Kesehatan ... 9

2.3. Syarat-syarat Air Minum yang Sehat ... 11

2.4. Pengolahan Air ... 13

2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Saringan ... 17

2.6. Jenis-jenis Saringan Pasir Lambat ... 18

2.7. Pengaruh dan Sifat Penting Fe ... 20

2.8. Kerangka Konsep ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 22

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

3.3. Objek Penelitian ... 23

3.4. Definisi Operasional ... 23

3.5. Metode Pengumpulan Data ... 23

3.6. Metode Pelaksanaan ... 24

3.7. Tehnik Pengolahan Data ... 28

3.8. Tehnik Penyajian dan Analisa Data ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 30

4.1. Pemeriksaan Kadar Fe ... 30

4.2. Hasil Uji Anova Kadar Fe ... 33

4.3. Pemeriksaan Kadar Mn ... 33

4.4. Hasil Uji Anova Kadar Mn ... 41

BAB V PEMBAHASAN ... 42

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

6.1. Kesimpulan ... 48

6.2. Saran ... 49 DAFTAR PUSTAKA

(4)

Air merupakan bagian dari lingkungan fisik yang essensial. Salah satu sumber air yang digunakan adalah air tanah dengan menggunakan sumur gali. Berdasarkan hasil observasi pada sumur gali masyarakat di Dusun I Kikik Desa Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang, dari segi fisik dapat dilihat bahwa air sumur gali berwarna coklat dan bila dicium air tersebut berbau logam dan berkarat. Selain itu ada endapan dan ada lapisan seperti minyak pada permukaan air.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penurunan kadar Fe dan Mn pada air sumur gali di Kota Datar Dusun I Kikik Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.

Hasil penelitian dapat diketahui kemampuan pasir dalam menurunkan kadar Fe dan Mn sumur yaitu adanya perbedaan penurunan kadar Fe dan Mn sebelum dan sesudah melewati media saringan pasir berdasarkan jenis dan ketebalan pasir. Perbedaan penurunan kadar Fe melewati media saringan pasir laut pada ketebalan 30 cm adalah 1,504% dan pada ketebalan 60 cm adalah 17,293%. Pada media saringan pasir sungai untuk dengan ketebalan 30 cm adalah 4,135% dan pada ketebalan 60 cm adalah 87,827%. Sedangkan perbedaan penurunan kadar Mn melewati media saringan pasir laut pada ketebalan 30 cm adalah 94,443% dan pada ketebalan 60 cm adalah 96,545%. Pada media saringan pasir sungai dengan ketebalan 30 cm adalah 98,136% dan pada ketebalan 60 cm adalah 99,330%.

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan one

group pre test dan post test. Dalam penelitian ini digunakan saringan pasir lambat

sistem up flow dengan media pasir laut dan pasir sungai dengan ketebalan pasir yaitu 30 dan 60 cm. Sampel berupa air sumur gali dari rumah penduduk. Lama penelitian ini sekitar empat minggu yang dilakukan empat kali pengulangan pengambilan sampel.

Disimpulkan bahwa jenis pasir sungai menunjukkan angka penurunan kadar Fe dan Mn yang lebih baik dibandingkan dengan pasir laut. Hasil penurunan kadar Fe dan Mn pada media saring yang efektif menurunkan kadar Fe dan Mn adalah pada jenis pasir sungai dengan ketebalan 60 cm.

Disarankan kepada masyarakat setempat agar sebelum menggunakan air sebaiknya melakukan pengolahan air telebih dahulu dengan menggunakan penyaringan.

(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia di bumi ini. Sesuai dengan kegunaannya, air dipakai sebagai air minum, mandi, mencuci, sanitasi, transportasi baik di sungai maupun di laut. Air juga dipergunakan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia (Arya W., 2001).

Air yang secara terus menerus mengalami proses daur ulang telah memberi peluang bagi manusia untuk dapat dimanfaatkan. Tiga jenis sumber air di bumi ini yaitu air hujan, air tanah, dan air permukaan. Dari tiga jenis sumber tersebut air tanah dan air permukaan paling banyak dipergunkan untuk kehidupan sehari-hari di desa maupun di kota. Hal ini dapat dipahami karena air tanah dan air permukaan keberadaannya mudah didapat dekat pemukiman penduduk (Azwar, 1990).

(6)

digunakan baik sebagai air minum, air pencucian dan keperluan rumah tangga lainnya (Efendi, 2003).

Dari persyaratan kualitas air harus memenuhi persyaratan fisik, kimia, mikrobiologi dan radioaktif. Persyaratan fisik antara lain tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Persyaratan kimia yaitu air tidak mengandung senyawa kimia yang beracun dan setiap zat yang terlarut dalam air mempunyai batas tertentu yang diperkenankan. Salah satu persyaratan kimia pada air minum adalah kadar besi (Fe) dan mangan (Mn) (Permenkes No.416/Menkes/Per/IX/1990).

Zat besi (Fe) merupakan kandungan mineral dalam air yang dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk pertumbuhannya. Zat ini dalam jumlah kecil diperlukan untuk pembentukan sel darah merah. Kadar besi maksimum yang diperbolehkan ada di dalam air minum menurut Permenkes No.416/Menkes/Per/IX/1990 sebesar 0,03 mg/liter. Sedangkan zat mangan (Mn) juga merupakan nutrien penting yang diperlukan oleh tubuh. Kadar yang diperbolehkan di dalam air minum menurut Permenkes No.416/Menkes/Per/IX/1990 0,1 mg/liter.

Kadar Fe yang tinggi di dalam tubuh dapat menimbulkan masalah kesehatan dengan gejala klinis berupa kelainan pigmen kulit dan hepatomegali (Nasution, 1993). Demikian pula bila kadar Mn tinggi dapat bersifat toksis pada alat pernafasan (Soemirat, 2003).

(7)

kehitaman. Sehingga air yang mengandung kadar besi dan mangan yang tinggi menimbulkan keengganan untuk dikonsumsi karena kurang estetis (Hernadi, 1983). Dari segi fisik dapat dilihat, bahwa air sumur gali di Dusun I Kikik Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang berwarna coklat dan bila dicium air tersebut berbau logam dan karat. Selain itu air tersebut juga menimbulkan endapan pada bak penampungan aiar dan terdapat lapisan seperti minyak pada permukaan air.

Dari survei pemeriksaan awal oleh peneliti terhadap kandungan Fe dan Mn pada air tersebut, didapat hasil pemeriksaan untuk kadar Fe sebesar 3,30 mg/L dan untuk kadar Mn sebesar 2,2 mg/L. Dari hasil pemeriksaan tersebut menunjukkan bahwa kandungan Fe dan Mn pada air sumur gali tersebut belum memenuhi syarat karena telah melewati baku mutu sesuai dengan yang disyaratkan dalam Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990 tentang persyaratan kualitas air minum yaitu batas maksimal kadar Fe sebesar 0,03 mg/L dan batas maksimal kadar Mn sebesar 0,1 mg/L.

(8)

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan hasil observasi pada sumur gali masyarakat di Dusun I Kikik Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang, dari segi fisik dapat dilihat bahwa air sumur gali berwarna coklat dan bila dicium air tersebut berbau logam dan karat. Selain itu air tersebut juga menimbulkan endapan pada bak penampungan air dan terdapat lapisan seperti minyak pada permukaan air dan belum pernah dilakukan penelitian terhadap penurunan pada Fe dan Mn dengan menggunakan saringan pasir laut.

Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan suatu penelitian kadar Fe dan Mn pada air sumur gali dan cara untuk menurunkan kadar Fe dan Mn pada air sumur gali dengan menggunakan saringan pasir laut dengan ketebalan media saring 30 cm dan 60 cm.

1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui efektifitas penurunan kadar Fe dan Mn pada air sumur gali berdasarkan ketebalan saringan pasir laut sesuai dengan Permenkes No.416/Menkes/Per/IX/1990.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui kadar Fe dan Mn pada air sebelum dan sesudah melewati media saring pada jenis pasir laut dengan ketebalan 30 cm dan 60 cm.

(9)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi masyarakat dapat menjadi bahan pertimbangan dalam membuat sarana penyediaan air baku untuk keperluan sehari-hari, sehingga masyarakat dapat memperoleh air baku yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.

2. Bagi instansi kesehatan khususnya bagi Dinas Kesehatan dan jajarannya sebagai bahan acuan dalam pengembangan ilmu tentang penggunaan dan pengolahan air baku, khususnya yang berasal dari sumur gali.

(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Siklus Hidrologi

Siklus hidrologi adalah gerakan air laut ke udara, kemudian jatuh dan akhirnya ke laut kembali. Air laut menguap karena radiasi matahari menjadi awan, kemudian awan yang terjadi oleh penguapan air bergerak ke atas karena tertiup angin. Setelah jatuh ke permukaan tanah akan menimbulkan limpasan yang mengalir kembali ke laut. Dalam usahanya untuk mengalir kembali ke laut beberapa di antaranya masuk ke dalam tanah (infiltrasi) dan bergerak terus ke bawah (perkolasi) ke dalam daerah jenuh yang terdapat di bawah permukaan air tanah.

Permukaan sungai dan danau juga mengalami penguapan (evaporasi) sehingga masih ada lagi air yang ditinggalkan menjadi uap. Akhirnya air tidak menguap ataupun mengalami infiltrasi tiba kembali ke laut lewat palung-palung sungai. Air tanah yang bergerak jauh lebih lambat mencapai laut dengan jalan keluar melewati palung-palung air sungai atau langsung merembes ke pantai-pantai. Dengan demikian seluruh daur telah dilalui kemudian akan berulang kembali (Sutrisno, 2006).

2.2. Pengertian dan Sumber Air

2.2.1. Pengertian Air

Berdasarkan Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990 air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.

2.2.2. Sumber Air

(11)

2.2.2.1. Air Laut

Mempunyai sifat asin karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut 3 %. Dengan keadaan ini maka air laut tak memenuhi syarat untuk air bersih (Sutrisno , 2006).

2.2.2.2. Air Hujan

Dalam keadaan murni sangat bersih, karena adanya pengotoran dari udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri/debu dan lain sebagainya, maka untuk menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun karena banyak mengandung kotoran (Sutrisno T, 2006)

2.2.2.3. Air Permukaan

Air permukaan adalah air yang terdapat di permukaan tanah seperti sungai, danau, rawa dan sebagainya. Dibandingkan dengan sumber-sumber air lainnya air permukaan mudah sekali mengalami pencemaran. Disamping pencemran disebabkan olh kegiatan manusia juga oleh flora dan fauna.

1. Air Sungai

Dalam penggunaanya sebagai air bersih haruslah diolah mengingat air ini pada umumnya derajat pengotorannya tinggi, debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan pada umumnya dapat mencukupi (Sutrisno T, 2006).

2. Air Rawa/Danau

(12)

tinggi maka umumnya kadar Fe dan Mn akan tinggi pula. Dan dalam keadaan kelarutan O2 kurang sekali (anaerob), maka unsur-unsur Fe dan Mn akan larut (Sutrisno T, 2006).

2.2.2.4. Air Tanah

1. Kedudukan Air Tanah

Sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi akan menyerap ke dalam tanah dan akan menjadi air tanah. Air tanah terbagi menjadi tiga yaitu :

a. Air tanah dangkal

Terjadi karena proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur akan tertahan demikian pula dengan sebagian bakteri sehingga air tanah akan jernih. Air tanah dangkal akan terdapat pada kedalaman 15 meter. Air tanah ini bisa dimanfaatkan sebagai sumber air bersih melalui sumur-sumur dangkal. Dari segi kualitas agak baik sedangkan kuantitasnya kurang cukup dan tergantung pada musim. b. Air tanah dalam

Terdapat pada lapisan rapat air pertama dengan kedalaman 100 – 300 meter. Ditinjau dari segi kualitas pada umumnya lebih baik dari air tanah dangkal. Sedangkan kuantitasnya mencukupi tergantung pada keadaan tanah dan sedikit dipengaruhi oleh perubahan musim.

c. Mata air

(13)

2. Kualitas Fisik Air Tanah

Dalam proses terjadinya, air tanah telah mengalami penyaringan yang dapat mengurangi kekeruhan dan warna. Proses penyaringan di sini tidak sama dengan penyaringan yang terjadi pada saringan pasir tetapi penyaringan terjadi secara alamiah. Akibat dari proses penyaringan ini, kualitas fisik air tanah lebih baik daripada kualitas air permukaan.

Kualitas fisik air tanah akibat penyaringan secara alamiah akan tergantung pada:

a. Porositas tanah, yaitu semakin besar porositas tanah semakin besar kemampuan lapisan tanah untuk menyimpan air dan semakin besar pori-pori tanah semakin mudah dilalui air tanah.

b. Permeabilitas tanah, semakin besar permeabilitas tanah semakin mudah lapisan tanah itu dilalui air tanah, sehingga bahan-bahan kimia yang terlarut ataupun tersusupensi dalam air tanah lolos melalui pori-pori tanah.

c. Jenis batuan dalam tanah, karena batuan tersebut dapat mengandung berbagai bahan kimia, diantaranya ada yang mudah larut dalam air. Larutan zat kimia tersebut dalam air tanah dapat mempengaruhi kualitas air tanah. Misalnya lapisan tanah yang mengandung zat besi yang berlebihan sehingga air tanah dapat berbau, berwarna dan berasa (Sutrisno T, 2006).

3. Kualitas Kinia Air Tanah

(14)

batuan granit maka air itu lunak dan agresif karena mengandung gas CO2 dan Mn(HCO)3. Pada semua air tanah mengandung kadar Fe yang bervariasi tergantung pada jenis lapisan tanah.

2.3. Hubungan Air dengan Kesehatan

Air erat sekali hubungannya dengan kehidupan dan kesehatan manusia yang berarti besar sekali peranannya dalam kesehatan manusia. Air merupakan suatu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan manusia, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan penyakit. Dalam penularan penyakit air berperan dalam empat cara yaitu cara water borne, water washed, water bushed, water related vector disease (Kusnoputranto, 1993).

2.3.1. Pengaruh Tingginya Kadar Fe terhadap Penyediaan Air Bersih

Tingginya kadar Fe pada air merupakan suatu hal yang harus diperhatikan dalam penyediaan air bersih bagi masyarakat. Mengingat bahwa tingginya kadar Fe akan mengurangi segi estetika dan akan mengurangi efektifitas usaha desinfeksi karena mikroba terlindung oleh zat tersuspensi tersebut. Tingginya kadar besi pada air menyebabkan air berwarna merah kecoklatan dan berbau logam sehingga menimbulkan keengganan untuk mengkonsumsinya. Menurut Permenkes No.416/Menkes/Per/IX/1990 kadar maksimum zat besi yang diperbolehkan pada air minum adalah 0,03 mg/liter sedangkan pada air minum 0,1 mg/liter.

2.3.2. Pengaruh Tingginya Kadar Mn terhadap Penyediaan Air Bersih

(15)

penghilangan dari kebanyakan air yang dapat dicapai. Kemungkinan unsur ini merupakan nutrien yang penting dengan kebutuhan perhari 10 mg yang dapat diperolah dari makanan (Sutrisno, 2006).

2.3.3. Hubungan Zat Besi dengan Kesehatan

Zat besi sangat dibutuhkan oleh manusia untuk pembentukan sel darah merah. Kebutuhan zat besi ini relatif sangat kecil yaitu 0,8 mg per berat badan dalam satu hari, namun bila terjadi kekurangan zat besi akan mengakibatkan seseorang akan menderita penyakit anemia yang dapat menimbulkan gejala klinis berupa kekurangan darah. Disamping masalah kekurangan zat besi adapula masalah kelebihan absorbsi zat besi, ke dalam tubuh yang juga dapat menimbulkan masalah kesehatan, dengan gejala klinis berupa kelainan pigmen kulit dan hepatomegali yang disebut hemopromatisidiopetik, dimana kelainan ini berupa kelainan genetik yang berkaitan dengan absorbsi Fe yang tinggi oleh tubuh.

Tingginya kadar Fe melebihi batas maksimal yang ditetapkan dikhawatirkan dapat menyebabkan menumpuknya Fe dalam tubuh yang dapat mengakibatkan efek toksis dalam tubuh manusia. (Nasution, 1993).

2.3.4. Hubungan Mangan (Mn) dengan Kesehatan

(16)

halnya Fe, Mn juga menimbulkan masalah warna (Soemirat, 2003). Konsentrasi Mn yang lebih besar dari 0,5 mg/liter dapat menyebabkan rasa yang aneh pada minuman dan meninggalkan warna coklat pada pakaian cucian dan dapat juga menyebabkan kerusakan pada hati (Sutrisno, 2006).

2.4. Syarat-Syarat Air Minum yang Sehat

Air yang memenuhi syarat kesehatan adalah air yang bebas dari mikroorgnisme, zat atau bahan kimia, bau, rasa, dan kekeruhan. Adalah indra dari masing-maing pemeriksa, namun batasannya baik menurut WHO maupun Permenkes adalah air minum tidak boleh terdapat bau dan rasa yang tidak diinginkan.

2.4.1. Syarat Fisik

1. Air tidak boleh berasa dan berbau

Bau dan rasa biasanya terjadi bersama-sama dan biasanya disebabkan oleh adanya bahan-bahan organik yang membusuk, tipe-tipe tertentu organisme mikroskopik, serta persenyawaan kimia. Bahan-bahan yang menyebabkan bau dari rasa ini berasal dari berbagai sumber. Karena pengukuran rasa dan bau itu tergantung pada reaksi individual, maka hasil yang dilaporkan juga tidak mutlak. Intensitas bau dilaporkan sebagai berbanding terbalik dengan rasio pencemaran bau sampai keadaan yang nyata tidak berbau (Sutrisno, 2006).

2. Air tidak boleh berwarna

(17)

semakin tinggi. Warna yang disebabkan bahan tersuspensi disebut apparet colour, sedangkan yang disebabkan karena kekentalan organisme atau tumbuh-tumbuhan yang merupakan koloidal disebut true colour. Untuk mengukur tingkat warna digunakan satuan PICO. Berdasarkan Permenkes No.416/Menkes/Per/IX/1990, tingkat warna air yang diperbolehkan untuk air bersih adalah 50 TCU dan untuk air minum 15 TCU.

3. Air tidak keruh

Air yang digunakan untuk minum hendaknya air yang jernih. Air keruh disebabkan oleh butiran-butiran koloid dari tanah liat. Untuk mengukur kekeruhan air digunakan Turbidimeter dengan satuan mg/l. Standar yang ditetapkan oleh U.S. Public Health Service mengenai ini adalah batas maksimal 10 ppm dengan skala

silikat (Sutrisno, 2006). 4. Suhu

Temperatur air akan mempengaruhi kesukaan konsumen dalam mengkonsumsi air. Untuk memberikan rasa segar maka suhu air yang diharapkan adalah 10 - 15ºC.

5. Jumlah zat yang terlarut

(18)

2.4.2. Syarat Kimia

Air yang berkualitas baik harus memenuhi syarat kimia sebagai berikut : (Sutrisno, 2006)

a. Derajat keasaman atau pH

Derajat keasaman merupkan faktor yang penting, karena pH mempengaruhi pertumbuhan makro di dalam air. Pada air minum dan air bersih, bila pH lebih kecil dari 6,5 atau lebih dari 9,2 akan menyebabkan korositas dan dapat menyebabkan keracunan. Adapun besar pH yang disyaratkan oleh Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990 untuk air minum adalah 6,5 – 8,5 sedangkan untuk air bersih 6,5 – 9,0.

b. Tidak terdapat zat penyebab gangguan fisiologis

Di dalam air tidak boleh terdapat zat-zat yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis seperti :

1. Clorida (Cl) untuk air minum 250 mg/l dan untuk air bersih 600 mg/l. 2. Sulfat (SO4) 400 mg/l untuk air minum dan air bersih.

c. Tidak terdapat zat penyebab gangguan teknis

Di dalam air tidak boleh terdapat zat yang menyebabkan gangguan teknis seperti :

1. Besi (Fe), yang syarat maksimumnya 0,03 mg/l untuk air minum dan 1,0 untuk air bersih.

(19)

2.4.3. Syarat Bakteriologis

Menurut Permenkes No.416/Menkes/Per/IX/1990, persyaratan bakteriologis di dalam air adalah sebagai berikut :

a. Coliform tinja total coliform pada 100 ml air minum adalah 0.

b. Jumlah total coliform per 100 ml air bersih pada jaringan perpipaan adalah 10, sedangkan untuk non perpipaan adalah 50.

c. Tidak mengandung bakteri pathogen misalnya Vibro cholera, Salmonella thypi dan lain-lain.

d. Tidak mengandung bakteri non pathogen seperti Acytomicetes, Phytoplankton, Coliform, dan lain-lain.

2.5. Pengolahan Air

Pengolahan air merupakan suatu upaya untuk mendapatkan air bersih dan sehat dengan standar mutu air yang memenuhi syarat kesehatan. Proses pengolahan air merupakan proses perubahan fisik, kimia, dan biologi air baku. Adapun tujuan pengolahan air adalah :

a. Memperbaiki derajat keasaman. b. Mengurangi bau.

c. Menurunkan dan mematikan mikroorganisme.

d. Mengurangi kadar bahan-bahan terlarut (Kusnaedi, 1995).

2.5.1. Pengolahan Air Secara Fisika

(20)

2.5.1.1. Penyaringan atau Filtrasi

Penyaringan merupakan pemisahan antara padatan atau koloid dengan cairan. Proses penyaringan air melalui pengaliran air pada media butiran. Secara alami penyarinagn air terjadi pada permukaan yang mengalami peresapan pada lapisan tanah. Bakteri dapat dihilangkan secara efektif melalui proses penyaringan demikian pula dengan warna, keruhan, dan besi.

Pada proses penyaringan, partikel-partikel yang cukup besar akan tersaring pada media pasir, sedangkan bakteri dan bahan koloid yang berukuran lebih kecil tidak tersaring seluruhnya. Ruang antara butiran berfungsi sebagai sedimentasi dimana butiran terlarut mengendap. Bahan-bahan koloid yang terlarut kemungkinan akan ditangkap karena adanya gaya elektrokinetik. Banyak bahan-bahan yang terlarut tidak dapat membentuk flok dan pengendapan gumpalan-gumpalan masuk ke dalam filter dan tersaring.

Jenis saringan pasir yang sering digunakan : 1. Saringan Pasir Lambat

(21)

antara 0,2 -0,3 mm, dapat menyaring telur cacing, kista amoeba, larva cacing, dan bakteri (Sanropie, 1984).

2. Saringan Pasir Cepat

Saringan pasir cepat juga bekerja atas dasar gaya gravitasi melalui pasir berdiameter 0,2 – 2,0 mm, dan kerikil berdiameter 25 – 50 mm, kecepatan filtrasi 100- 125 m/hari. Tebal pasir efektif sekitar 80 – 120 cm. Saringan pasir cepat ini dapat menyaring telur cacing, kista amoeba, larva cacing. Pasir cepat ini juga bisa digunakan untuk mengurangi Fe dan Mn (Sanropie, 1984).

2.5.1.2. Sedimentasi atau Pengendapan

Sedimentasi adalah proses pengendapan partikel padat yang tersusupensi dalam cairan atau zat cair dengan menggunakan pengaruh gravitasi atau gaya berat secara alami. Kegunaan sedimentasi untuk mereduksi bahan-bahan yang tersuspensi pada air dan kandungan organisme tertentu di dalam air.

Ada dua jenis pengendapan yaitu Discrete Settling dan Flocelent Settling. Discrete Settling terjadi apabila proses pengendapan suatu partikel tidak terpenuhi

oleh proses pengelompokkan partikel sehingga kecepatan endapannya akan konstan. Flocelent Settling dipengaruhi oleh pengelompokkan partikel sehingga kecepatan

pengendapan yang dimiliki berubah semakin besar.

Proses sedimentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu (Sanropie, 1984):

(22)

d. Kekeruhan cairan. e. Kecepatan aliran.

2.5.2. Pengolahan Air secara Kimia

1. Koagulasi atau Flokulasi

Koagulasi atau flokulasi adalah proses pengumpulan partikel-partikel yang tidak dapat diendapkan dengan jalan menambahkan koagulasi. Contoh bahan koagulasi antara lain tawas dan kapur (Sanropie, 1984).

Cara koagulasi atau flokilasi dalam pengolahan air dengan bahan kimia berguna untuk air yang mengandung bahan kimia, dan warna tetapi tidak terlalu pekat. Pada prinsipnya apabila air sudah susah diendapkan maka berarti perlu ditambahkan bahan kimia.

2. Aerasi

Aerasi dalah proses pengolahan air dengan mengotakkan air dengan uadara yang bertujuan untuk menambah oksigen, menurunkan karbondioksida, dan mangan supaya bisa diendapkan. Proses ini juga menghilangkan bau pada air (Sanropie, 1984).

2.5.3. Pengolahan Air secara Mikrobiologi

(23)

2.6. Kandungan Fe dalam Bumi

Kandungan besi di alam ini berkisar 4,5 % dari sejumlah material yang ada di lapisan bumi. Unsur besi terletak dalam bentuk batu karang dan mineral bumi. Besi terdapat dalam bentuk mineral silika dan batu karang berapi. Unsur besi terdapat hampir pada semua air tanah (Hernadi, 1983).

Air tanah biasanya mempunyai konsentrasi karbondioksida yang tinggi dan mempunyai konsentrasi oksigen terlarut yang rendah. Kondisi ini menyebabkan besi yang tidak terlarut menjadi konsentrasi besi yang terlarut dalam bentuk unsur atau ion yang bervalensi dua.

Besi pada air permukaan terdapat dalam beberapa bentuk, antara lain dalam bentuk suspensi dalam lumpur, tanah liat, partikel halus dan hidrat besi (III) oksida, dalam bentuk koloid dan organik kompleks.

Unsur besi apabila terdapat dalam sistem air bersih dapat menurunkan kualitas air dimana air tersebut berwarna coklat dan dapat menimbulkan bercak-bercak pada pakaian. Adanya kandungan besi dalam air dapat menumbuhkan bakteri besi dalam kelompok besar dapat menyumbat perpipaan, meninggikan gaya gesek yang berakibat meningkatnya kebutuhan energi. Selain itu apabila bakteri tersebut mengalami degradasi akan menyebabkan bau dan rasa tidak enak.

(24)

yang terjadi pada pengolahan secara aerasi dan menggunakan oksidator adalah sebagai berikut (Sujono, 1983) :

a. Aerasi

4 Fe²+ + O2 + 10H20 4Fe(OH)3 + 8H+

Pembentukan besi (III) dipengaruhi oleh pH. Pada pH 6,9 – 7,2 pembentukan besi (III) dapat terjadi dengan cepat.

b. Kalium Permanganat (KMnO4)

3Fe²+ + MnO4− + 7H20 Fe(OH)3 + 5H+

Reaksi oksidasi pada besi (III) lebih cepat dibandingkan pada besi (III).

2.7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Saringan

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi saringan menurut Kusnoputranto (1994) antara lain :

1. Jenis Pasir

Pasir yang baik adalah pasir yang banyak mengandung SiO2 dan sebelum pemakaian, pasir harus dicuci terlebih dahulu untuk menghindari adanya kotoran yang dapat menurunkan kualitas air dalam pasir.

2. Diameter Pasir

(25)

Jika diameter pasir terlalu kecil, maka cenderung akan capat sumbat. Jika diameter pasir terlalu tebal, maka padatan-padatan serta bakteri tetap dapat melewati celah-celah antara butiran pasir tersebut.

3. Ketebalan Pasir

Ketebalan pasir harus cukup untuk menghilangkan bakteri dan untuk menjamin kecepatan rata-rata penyaringan.

Semakin tebal lapisan pasir, maka luas permukaan partikel-partikel semakin besar dan jarak yang harus ditempuh oleh permukaan air semakin panjang sehingga air yang dihasilkan akan semakin baik kualitasnya. Untuk ketebalan pasir untuk media penyaringan sangat bervariasi. Menurut Hernadi (1983), bahwa ketebalan pasir untuk penyaringan adalah 60 – 90 cm.

4. Lama Penahanan Media

Bila proses penyaringan sudah tidak lancar atau buntu maka pasir harus dicuci kembali.

5. Penambahan Oksidator KMnO4 (Pengaktifan Pasir)

Adanya bahan-bahan terlarut dalam air, erat hubungannya dengan terjadinya perubahan fisik air, terutama dengan timbulnya warna, bau dan rasa, dan kekeruhan yang tidak diinginkan. KMnO4 digunakan sebagai oksidator untuk mengoksidasi

zat-zat terlarut tersebut yang diantaranya adalah Fe dalam bentuk Fe2+ ataupun Fe3+.

2.8. Jenis-Jenis Sistem Saringan Pasir Lambat

(26)

a. Sistem penyaringan dari atas ke bawah (Down Flow)

Teknologi saringan pasir lambat ini arah aliran air adalah dari atas ke bawah, sehingga jika kekeruhan air baku naik, terutama pada waktu hujan, sering terjadi penyumbatan pada saringan pasir.

Keuntungan sistem penyaringan down flow antara lain: 1. Tidak memerlukan tekanan untuk menaikkan air. 2. Air turun sendiri karena gaya grafitasi.

Kelemahan sistem penyaringan down flow adalah memerlukan perawatan yang lebih rumit karena pencucian medianya secara manual.

b. Sistem penyaringan dari bawah ke atas (Up Flow)

Teknologi saringan pasir lambat ini arah aliran air adalah dari bawah ke atas dan bila kekeruhan air baku naik akibat hujan tidak menimbulkan penyumbatan pada saringan pasir.

Keuntungan sistem penyaringan up flow antara lain:

1. Aliran air tenang sehingga proses penyaringan lebih baik.

2. Unsur-unsur yang akan disaring akan dipengaruhi gaya gravitasi sehingga tetap berada di bawah.

3. Apabila saringan kotor pencucian terjadi dengan sendirinya dengan cara membuka kran pembuangan.

(27)

2.9. Pengaruh dan Sifat Penting Fe

Besi dalam jumlah kecil diperuntukkan untuk membentuk sel-sel darah merah. Besi adalah suatu elemen kimia yang terdapat hampir di setiap tempat di bumi, pada semua bahan air.

Walaupun logam ini termasuk dalam kelompok logam esensial, tetapi kasus keracunan Fe sering dilaporkan terutama pada anak-anak. Keracunan Fe pada anak terjadi secara tidak sengaja saat anak memakan makanan atau benda yang mengandung Fe, sedangkan pada orang dewasa hal ini jarang terjadi. Walaupun toksisitas Fe jarang menyebabkan kematian, tetapi dapat menyebabkan gangguan mental serius (Darmono, 2001).

Besi dalam persenyawaan Fe(OH)3 dapat menimbulkan kerusakan pada peralatan dan fasilitas yang dipergunakan oleh masyarakat, yaitu :

a. Mengotori wastafel

b. Mengotori peralatan yang terbuat dari seng. c. Menimbulkan warna coklat pada pakaian. d. Mengotori kloset.

e. Menyumbat saluran air minum sehingga menyebabkan pembuntuan.

f. Fe2+

dapat menimbulkan korositas.

(28)

kehadiran CO2 terlarut semakin besar. Air yang mengandung besi membentuk endapan merah kecoklatan dari Ferri Oksida (Fe2O3).

2.10. Kerangka Konsep

Permenkes RI

No.416/Menkes/Per/IX/1990

2.11. Hipotesis Penelitian

1. Ho : tidak ada perbedaan penurunan kadar Fe dan Mn pada sumur gali sebelum dan sesudah melewati media saringan berdasarkan ketebalan pasir

2. Ha : ada perbedaan penurunan kadar Fe dan Mn pada sumur gali sebelum dan sesudah melewati media saringan berdasarkan ketebalan pasir

Air sumur gali yang mengandung Fe dan Mn

Media saringan: - Jenis pasir - Ketebalan pasir

Kadar Fe dan Mn dalam air sumur gali

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimen murni yaitu kegiatan percobaan yang bertujuan untuk melihat pengaruh yang ditimbulkan sebagai akibat adanya perlakuan dengan mengendalikan beberapa faktor pengganggu.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah One Group Pretest-Postest. Penelitian ini dapat menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen atau perlakuan (Notoatmodjo, 1993).

Adapun rancangan penelitiannya adalah : Pretest Perlakuan Postest

01 X1 01’

02 X2 02’

Keterangan :

01, 02 : Kadar Fe dan Mn awal air sumur gali sebelum diberikan perlakuan (sebelum disaring).

X1 : Perlakuan air sumur gali melewati media saringan dengan jenis pasir laut dengan ketebalan 30 cm.

(30)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Dusun I Kikik Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama bulan Desember 2007 sampai Januari 2008.

3.3. Objek Penelitian

Yang menjadi objek penelitian ini adalah media saringan pasir dalam menurunkan kadar Fe dan Mn pada air sumur gali.

3.4. Definisi Operasional

1. Air sumur gali adalah air sumur yang diambil dari sumur penduduk di Dusun I Kikik Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.

2. Media saringan adalah satu perangkat unit saringan pasir dengan ketebalan pasir yang berbeda yang terdiri dari 2 pipa PVC dengan diameter 4 inci.

3. Jenis pasir adalah pasir yang diambil dari sumber tertentu yaitu dari pasir laut. 4. Ketebalan pasir adalah ketinggian pasir dari dasar pipa penyaring sampai pada ukuran tertentu yaitu 30 dan 60 cm.

5. Kadar Fe dan Mn dalam air adalah kadar Fe dan Mn dalam satuan mg/liter yang diperoleh dari pemeriksaan laboratorium.

3.5. Alat dan Bahan Penelitian

(31)

A. Bahan yang digunakan

[image:31.612.121.510.195.479.2]

Bahan yang digunakan dalam pembuatan media saring terdiri dari bahan-bahan material perpipaan, dengan rinciannya dapat dilihat pada tabel.

Tabel 3.1. Bahan-Bahan yang Diperlukan dalam Pembuatan Media Saringan

No Nama Bahan Ukuran/Diameter Jumlah

1. Tong plastik 50 liter 1

2. Pipa PVC 4 inch 1,5 meter

3. Pipa PVC 0,5 inch 2 meter

4. Kran Air 0,5 inch 1

5. Stop Kran 0,5 inch 1

6. Sambungan siku 90º 0,5 inch 5

7. Tee 0,5 inch 1

8. Dop Pipa 4 inch 2

9. Lem pipa 500 mg 1

B. Cara Merakit Alat Media Saring

Adapun cara-cara merakit alat media saring adalah sebagai berikut:

1. Tong plastik dilobangi pada bagian sampingnya pada ketinggian lebih kurang 5 – 10 cm untuk memasang pipa ukuran ½ inci. Kemudian pada pipa dipasang kran air dan stop kran.

(32)

3. Pada pipa diameter 4 inci dipasang dop kemudian pada salah satu sisinya dilobangi pada ketinggian 5 – 10 cm untuk memasang pipa outlet.

4. Ember diletakkan di bawah masing-masing pipa outlet.

5. Pasir laut dimasukkan ke dalam masing-masing pipa ukuran 4 inci dengan ketebalan pasir 30 cm dan 60 cm dimana sebelumnya telah dimasukkan kerikil berdiameter 2 – 5 mm dengan ketebalan 10 cm sebagai media penyaring paling dasar. 6. Saringan pasir siap digunakan

C. Pencucian Pasir sebagai Media Saring

Untuk mendapatkan pasir yang bersih, pasir harus dicuci terlebih dahulu sebelum dipergunakan. Adapun cara pencuciannya adalah sebagai berikut :

a. Pasir dimasukkan terlebih dahulu ke dalam ember pencuci sambil diaduk agar partikel kotoran pasir tersebut cepat terbuang.

b. Air pencuci diganti sampai air bekas cuciannya kelihatan jernih. c. Pasir ditiriskan sampai kering.

3.5.2. Cara Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Air

3.5.2.1. Cara Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini digunakan air sumur gali sebagai sampel yang berasal dari 1 sumur gali yang terdapat di Dusun I Kikik Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. Pengambilan sampel dilakukan sebelum air melewati media saringan dan sesudah melewati media saringan.

3.5.2.2. Pemeriksaan Sampel Air

(33)

kadar Fe dan Mn menggunakan alat Spektofotometer yang dilakukan di Laboratorium AKL Kabanjahe.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah : 1 Peralatan yang digunakan

- Spektrofotometer dengan panjang gelombang 510 nm - Gelas ukur

- Erlenmeyer - Pipet

- Pemanas listrik - Labu ukur - Penjepit

- Karet penghisap

2. Bahan yang digunakan : - Sampel air sumur gali - HCl pekat

- Larutan Hidroksilamin - Buffer Amonium asetat - Fenantrolin

- Natrium asetat 3. Prosedur kerja

- Ukur Volume sample 50 ml, masukkan ke dalam Erlenmeyer. - Tambahkan HCl pekat 2 ml.

(34)

- Panaskan sampai mendidih sehingga larutan menjadi lebih kurang 15-20 ml - Pindahkan ke dalam labu ukur 50 ml secara kuantitatif.

- Tambahkan 10 ml Buffer Amonium asetat. - Tambahkan 2 ml Fenantrolin, campur.

- Tambahkan aquades sampai tanda 50 ml, campur. - Diamkan 15-20 menit.

- Kemudian periksa hasilnya di Spektrofotometer dengan panjang gelombang 510 nm - Kadar sample dapat dibaca pada kurva kalibrasi yang dibuat dalam ppm

- Lakukan pengerjaan blanko dengan aquades dimana cara kerja dan waktu yang sama seperti pada sample.

3.6. Analisa Data

Data yang telah diperoleh diolah secara manual kemudian dianalisa menggunakan metode statistik Uji T-Test satu sampel dengan taraf signifikan 5 % (α = 0,05) digunakan mengetahui ada atau tidak perbedaan ketebalan saringan pasir

(35)

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Hasil Penelitian

[image:35.612.115.522.243.605.2]

Adapun data yang didapat dari hasil percobaan pemeriksaan kadar Fe air sumur dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini :

Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Kadar Fe Sampel Air Sebelum dan Sesudah Melewati Media Saring Pasir

No. Kadar Fe sebelum melewati

media saringan

Kadar Fe setelah melewati media saringan pasir

Jenis Pasir Laut

T = 30 cm T = 60 cm

I 3,3 3,3 2,7

Ulangan Kadar Fe sebelum melewati

media saringan

Kadar Fe setelah melewati media saringan pasir

Jenis Pasir Laut

T = 30 cm T = 60 cm

I 3,3 3,2 2,4

II 3,3 3,2 2,7

III 3,3 3,3 3,1

Jumlah 9,9 9,7 8,2

Rata-rata 3,3 3,23 2,73

(36)
[image:36.612.113.521.118.503.2]

Tabel 4.2. Hasil Pemeriksaan Kadar Mn Sampel Air Sebelum dan Sesudah

Melewati Media Saring Pasir

No. Kadar Mn sebelum

melewati media saringan

Kadar Mn setelah melewati media saringan pasir

Jenis Pasir Laut

T = 30 cm T = 60 cm

I 2,2 0,019 0,014

Ulangan Kadar Mn sebelum melewati

media saringan

Kadar Mn setelah melewati media saringan pasir

Jenis Pasir Laut

T = 30 cm T = 60 cm

I 2,2 0,03 0,02

II 2,2 0,14 0,08

III 2,2 0,3 0,19

Jumlah 6,6 0,47 0,29

Rata-rata 2,2 0,156 0,096

(37)
[image:37.612.110.530.138.480.2]

Tabel 4.3. Persentase Penurunan Kadar Fe Sebelum dan Sesudah Melewati

Saringan Pasir Laut dengan Ketebalan 30 cm

No. Kadar Fe (Mg/L) Perbedaan kadar Fe

(Mg/L)

Perbedaan Kadar

Fe (%) Sebelum

Penyaringan

Sesudah Penyaringan

I 3,3 3,3 0 0

Ulangan Kadar Fe (Mg/L) Perbedaan kadar

Fe (Mg/L)

Perbedaan Kadar

Fe (%) Sebelum

Penyaringan

Sesudah Penyaringan

I 3,3 3,2 0,1 3,03

II 3,3 3,2 0,1 3,03

III 3,3 3,3 0 0

Jumlah 9,9 9,7 0,2 6,06

Rata-rata 3,3 3,23 0,06 2,02

(38)
[image:38.612.112.530.137.496.2]

Tabel 4.4. Persentase Penurunan Kadar Fe Sebelum dan Sesudah Melewati

Saringan Pasir Laut dengan ketebalan 60 cm

No. Kadar Fe (Mg/L) Perbedaan

kadar Fe (Mg/L)

Perbedaan Kadar Fe (%) Sebelum

Penyaringan

Sesudah Penyaringan

I 3,3 2,7 0,6 18,18

Ulangan Kadar Fe (Mg/L) Perbedaan kadar

Fe (Mg/L)

Perbedaan Kadar

Fe (%) Sebelum

Penyaringan

Sesudah Penyaringan

I 3,3 2,4 0,9 27,27

II 3,3 2,7 0,6 17,64

III 3,3 3,1 0,2 6,06

Jumlah 9,9 8,2 1,7 50,97

Rata-rata 3,3 2,73 0,56 16,99

(39)
[image:39.612.110.532.137.496.2]

Tabel 4.5. Persentase Penurunan Kadar Mn Sebelum dan Sesudah Melewati

Saringan Pasir Laut dengan ketebalan 30 cm

No. Kadar Mn (Mg/L) Perbedaan

kadar Mn (Mg/L)

Perbedaan Kadar Mn (%) Sebelum

Penyaringan

Sesudah Penyaringan

I 2,2 0,019 2,181 99,13

Ulangan Kadar Mn (Mg/L) Perbedaan kadar

Mn (Mg/L)

Perbedaan Kadar

Mn (%) Sebelum

Penyaringan

Sesudah Penyaringan

I 2,2 0,03 2,17 98,63

II 2,2 0,14 2,06 93,63

III 2,2 0,05 1,9 93,36

Jumlah 6,6 0,22 6,13 285,62

Rata-rata 2,2 0,073 2,04 95,3

(40)
[image:40.612.111.532.133.484.2]

Tabel 4.6. Persentase Penurunan Kadar Mn Sebelum dan Sesudah Melewati

Saringan Pasir Laut dengan ketebalan 60 cm

No. Kadar Mn (Mg/L) Perbedaan kadar

Mn (Mg/L)

Perbedaan Kadar

Mn (%) Sebelum

Penyaringan

Sesudah Penyaringan

I 2,2 0,014 2,18 99,36

Ulangan Kadar Mn (Mg/L) Perbedaan kadar

Mn (Mg/L)

Perbedaan Kadar

Mn (%) Sebelum

Penyaringan

Sesudah Penyaringan

I 2,2 0,02 2,18 99,09

II 2,2 0,08 2,12 96,36

III 2,2 0,19 2,01 91,36

Jumlah 6,6 0,29 6,31 286,81

Rata-rata 2,2 0,096 2,12 95,6

4.2. Hasil Analisa Data

Teknik yang dipergunakan untuk menganalisa data yang didapat dari hasil penelitian adalah teknik uji perbedaan rata-rata dua sample berpasangan (uji T-Test) untuk mengetahui apakah ada perbedaan bermakna dari masing-masing jenis dan ketebalan pasir dalam menurunkan kadar Fe dan Mn pada air sumur gali.

(41)
[image:41.612.113.519.110.281.2]

Tabel 4.7. Tabel Penolong Hasil Uji T-Test Kadar Fe

Jenis Pasir Kadar Fe

Sebelum

Penyaringan

Kadar Fe

Sesudah

Penyaringan

T Df P

Pasir Laut ketebalan 30

cm

3,3 3,23 1,732 3 0,182

Pasir Laut ketebalan 60

cm

3,3 2,73 4,004 3 0,028

Perhitungan dengan menggunakan tabel kepercayaan 95 % (α = 0,05) a. Penurunan kadar Fe pada jenis pasir laut ketebalan 30 cm, yaitu :

Dari hasil perhitungan T-Test dengan Confidence 95 % dapat diketahui t = 1,732, df = 3, dan nilai Probabilitas = 0,182 (P >α) artinya Ho diterima, yang

berarti tidak ada perbedaan penurunan kadar Fe setelah melewati media saring jenis pasir laut dengan ketebalan 30 cm.

b. Penurunan kadar Fe pada pasir laut ketebalan 60 cm, yaitu :

Dari hasil perhitungan T-Test dengan Confidence 95 % dapat diketahui t = 4,004, df = 3, dan nilai Probabilitas = 0,028 (P < 0,05) artinya Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti ada perbedaan penurunan kadar Fe setelah melewati media saringan.

(42)
[image:42.612.113.521.108.283.2]

Tabel 4.8. Tabel Penolong Hasil uji T-Test Kadar Mn

Jenis Pasir Kadar Mn

Sebelum

Penyaringan

Kadar Mn

Sesudah

Penyaringan

T Df P

Pasir Laut ketebalan 30

cm

2,2 0,073 31,846 3 0,000

Pasir Laut ketebalan 60

cm

2,2 0,096 52,038 3 0,001

Perhitungan dengan menggunakan tabel kepercayaan 95 % (α = 0,05) a. Penurunan kadar Mn pada pasir laut ketebalan 30 cm, yaitu :

Dari hasil perhitungan T-Test dengan Confidence 95 % dapat diketahui t = 31,846, df = 3, dan nilai P = 0,000 (P <0,05) artinya Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti ada perbedaan penurunan kadar Mn setelah melewati media saringan. b. Penurunan kadar Mn pada pasir laut ketebalan 60 cm, yaitu :

(43)

BAB V PEMBAHASAN

Hasil penelitian terhadap kadar Fe dan Mn pada air sumur gali sebelum dan sesudah melewati saringan pasir dengan jenis dan ketebalan yang berbeda sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.1 dan 4.2, yakni sebelum disaring rata-rata kadar Fe dan Mn air sumur gali tersebut melebihi kadar maksimal yang diperbolehkan dalam Permenkes No.416/Menkes/Per/IX/1990, yaitu untuk air minum kadar maksimal Fe 0,03 mg/L dan Mn 0,1 mg/L.

Dari tabel 4.1 dan 4.2 dapat dilihat bahwa rata-rata kadar besi air sumur gali sebesar 3,3 mg/L dan rata-rata kadar mangan 2,2 mg/L. Angka tersebut masih sangat tinggi jika dibandingkan dengan syarat maksimal yang diperbolehkan dalam Permenkes No.416/Menkes/Per/IX/1990.

Kadar besi yang tinggi umumnya dikarenakan air tanah mempunyai konsentrasi Karbondioksida yang tinggi dan mempunyai konsentrasi besi yang tidak larut dalam bentuk unsur/ion yang bervalensi dua (Hernadi, 1983).

(44)

lainnya yang dapat ditimbulkan akibat penimbunan zat besi dalam tubuh (Sutrisno, 2002).

Adanya kandungan besi dalam air juga dapat menyebabkan tumbuhnya bakteri besi dan dalam kelompok besar bakteri ini dapat menimbulkan sumbatan pada pipa serta dapat menyebabkan bau dan rasa yang tiak enak apabila air tersebut dikonsumsi (Sujono, 1983).

Demikian juga halnya dengan Mangan, kandungan Mn yang berlebihan dalam air minum akan menimbulkan endapan yang akan memberikan noda-noda pada bahan/benda-benda yang berwarna putih. Adanya unsur ini dapat menimbulkan bau dan rasa pada minuman, dan meninggalkan warna kecoklatan pada pakaian cucian. Unsur Mn juga dikhawatirkan dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti kerusakan pada organ hati (Sutrisno, 2002).

(45)

Sedangkan hasil pemeriksaan penurunan kadar Mn air sumur gali pada pasir laut menunjukkan angka penurunanyang bagus dan telah memnuhi syarat kesehatan yaitu maksimal 0,1 mg/L.

Dari perhitungan T-Test (SPSS) satu sampel dari penurunan kadar Fe dan Mn diperoleh hasil statistik yang berbeda, dimana hasil perhitungan T-Test dari penurunan kadar Fe air sumur gal;I tidak seluruhnya menunjukkan perbedaan yang berarti, hanya pada jenis pasir sungai ketebalan 60 cm yang menunjukkan penurunan yang berarti. Berbeda dengan hasil T-Test penurunan kadar Mn air sumur gali, seluruh hasil perhitungan menunjukka n adanya perbedaan penurunan yang berarti.

Uraian tersebut di atas dapat dilihat dari tingkat signifikan yang diperoleh dari hasil perhitungan T-Test dengan hasil yang berbeda, dimana hasil perhitungan pada penurunan kadar Fe hasil signifikannya lebih kecil dibandingkan dengan tingkat signifikan kadar Mn, terutama pada perhitungan jenis pasir laut.

Hal ini mungkin terjadi mungkin disebabkan oleh beberapa faktor seperti kecepatan aliran yang belum sesuai sehingga menyebabkan waktu kontak air sumur dengan media pasir (terutama pasir laut) tidak mencukupi untuk dapat menurunkan kadar Fe.

(46)

Dari hasil penelitian dan pembahasan tersebut dapat diketahui bahwa pemakaian media saring sistem Up Flow berdasarkan jenis dan ketebalan saringan pasir ternyata mampumenurunkan kadar Fe dan Mn dalam air sumur gali. Peningkatan kualitas hasil penyaringan akan sejalan dengan tingginya ketebalan pasir yang digunakan. Hal ini disebabkan oleh lamanya kontak air sumur dengan pasir sehingga kandungan Fe dan Mn dapat dihambat dan tersaring.

Dengan penelitian saringan pasir lambat sistem Up Flow ini juga dapat memberikan pilihan baru bagi masyarakat yang selaman ini menggunakan saringan pasir lambat konvensional, dimana pada jenis saringan konvensional ini jika kekeruhan air naik, terutama pada waktu hujan sering terjadi penyumbatan pada saringan pasir, sehingga perlu dilakukan pencucian secara manual dengan cara mengeruk media pasirnya dan dicuci, setelah bersih dipasang lagi seperti semula, sehingga memerlukan tenaga yang cukup banyak (Idaman Sari, 1999).

Dari hasil pemeriksaan dan juga dari tabel penurunan kadar Fe dan Mn air sumur dapat dilihat bahwa saringan pasir lambat sistem Up Flow ini efektif digunakan selama tiga minggu dalam menurunkan kadar Fe dan Mn sesuai dengan syarat kesehatan, kemudian dilakukan pencucian media saringan pada minggu keempat dengan menggunkan air yang naik ke atas sebagai media pencuci dan membuka kran/tutup yang tersaring, sehingga kualitas kimia khususnya Fe dan Mn air sumur gali tetap memnuhi syarat kesehatan.

(47)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan :

a. Media saringan pasir laut ketebalan 30 cm penurunan kadar Fe dari 3,3 mg/L menjadi 3,23 mg/L pada ketebalan 60 cm kadar Fe turun menjadi 2,73 mg/L (17,29 %). Sedangkan kadar Mn setelah melewati saringan pasir laut ketebalan 30 cm turun dari 2,2 mg/L menjadi 0,073 mg/L (94, 43 %), pada ketebalan 60 cm kadar Mn turun menjadi 0,096 mg/L (96,54 %).

b. Hasil penelitian menunjukka n adanya perbedaan penurunan kadar Fe dan Mn air sumur gali sebelum dan sesudah melewati media saringan berdasarkan jenis dan ketebalan saringan pasir sesuai dengan hipotesis penelitian.

6.2. Saran

a.Untuk daerah-daerah yang kualitas airnya kurang memenuhi syarat kesehatan ditinjau dari kualitas kimianya yakni kadar Fe dan Mn bisa mempergunakan saringan pasir sistem Up Flow dengan jenis pasir laut dengan ketebalan 60 cm. b. Bagi Instansi pemerintah khususnya Dinas Kesehatan dan jajarannya yang selama

(48)
(49)

DAFTAR PUSTAKA

Arya W 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan.CV Andi Offset, Jakarta.

Azwar, Azrul, 1990. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Mutiara Sumber Widya, Jakarta.

Darmono, 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran, Hubungannya dengan Toksikologi dan senyawa Logam. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Depkes RI, 1985. Pengawasan Kualitas Air Untuk Penyediaan Air Bersih

Pedesaan dan Kota Kecil, Jakarta

---, 1990. Permenkes No.416/Menkes/Per/IX/1990, tentang Syarat-Syarat

dan Pengawasan Kualitas Air.

---, 1997. Pedoman Pengawasan Kualitas Air. Ditjen P2M dan PLP, Jakarta

---, 1999. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, Jakarta.

Effendi, 2003. Telaah Kualitas Air. Jakarta

Hernadi, Sujono, 1983. Menghilangkan Besi dalam Air Tanah. SPPH,Depkes RI, Purwokerto.

Idaman Said, Nusa, 1999. Direktorat Tehnologi Lingkungan. BPPT, Jakarta. Kusnoputranto, 1993. Kesehatan Lingkungan FKM UI, Jakarta.

Nasution, Andi H, 1993. Pengetahuan Gizi Masa Kini, Mineral. PT Gramedia, Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo, 1993. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta. Sutrisno, Totok, 2006. Penyediaan Air Bersih. Rineka Cipta, Jakarta.

Sanropie, Djasio, et al, 1984. Pedoman Bidang Studi Penyehatan Air Bersih. APK, Pusdiknakes,Jakarta

(50)

Paired Samples Statistic

Mean N Std.Deviation Std. Error Mean Pair Kadar Fe Sebelum 3.3250 4 .05000 .02500

1 Kadar Fe Setelah 3.2750 4 .05000 0.2500

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair Kadar Fe Sebelum 1 Kadar Fe Setelah

4

4 .333 .667

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig.(2-tailed)

Mean Std.Deviation Std.Error

Mean

95 % Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair Kadar Fe Sebelum

1 Kadar Fe Setelah

(51)

Mean N Std.Deviation Std. Error Mean Pair Kadar Fe Sebelum 3.3250 4 .05000 .02500

1 Kadar Fe Setelah 2.7500 4 .28868 .14434

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair Kadar Fe Sebelum 1 Kadar Fe Setelah

4

4 .115 .885

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig.(2-tailed)

Mean Std.Deviation Std.Error

Mean

95 % Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair Kadar Fe Sebelum

1 Kadar Fe Setelah

(52)

Mean N Std.Deviation Std. Error Mean Pair Kadar Mn Sebelum 2.200 4 .00000 .00000

1 Kadar Mn Setelah .1223 4 .13049 .06524

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair Kadar Mn Sebelum

1 Kadar Mn Setelah 4 . .

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig.(2-tailed)

Mean Std.Deviation Std.Error

Mean

95 % Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair Kadar Mn Sebelum

1 Kadar Mn Setelah

(53)

Mean N Std.Deviation Std. Error Mean Pair Kadar Mn Sebelum 2.200 4 .00000 .00000

1 Kadar Mn Setelah .07600 4 .081633 .040817

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair Kadar Mn Sebelum

1 Kadar Mn Setelah 4 . .

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig.(2-tailed)

Mean Std.Deviation Std.Error

Mean

95 % Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair Kadar Mn Sebelum

1 Kadar Mn Setelah

(54)

Lampiran 1:

HASIL PENGOLAHAN DATA STATISTIK

Oneway

Descriptives

Nilai Fe

4 3.27500 5.0000E-02 2.50E-02 3.19544 3.35456 3.200 3.300

4 2.75000 .28868 .14434 2.29065 3.20935 2.400 3.100

4 3.18750 .10308 5.15E-02 3.02348 3.35152 3.100 3.300

4 .40475 .42321 .21160 -.26867 1.07817 .100 .998

16 2.40431 1.23244 .30811 1.74759 3.06103 .100 3.300

L30 L60 S30 S60 Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

Nilai Fe

2.622 3 12 .099

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

ANOV A

Nilai Fe

21.957 3 7.319 106.240 .000

.827 12 6.889E -02

22.784 15

Between Groups W ithin Groups Total

Sum of

Squares df Mean S quare F Sig.

(55)

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Nilai Fe

.52500 .18559 .064 -2.60181E-02 1.07602

8.7500E-02 .18559 .964 -.46352 .63852

2.87025* .18559 .000 2.31923 3.42127

-.52500 .18559 .064 -1.07602 2.6018E-02

-.43750 .18559 .139 -.98852 .11352

2.34525* .18559 .000 1.79423 2.89627

-8.750E-02 .18559 .964 -.63852 .46352

.43750 .18559 .139 -.11352 .98852

2.78275* .18559 .000 2.23173 3.33377

-2.87025* .18559 .000 -3.42127 -2.31923 -2.34525* .18559 .000 -2.89627 -1.79423 -2.78275* .18559 .000 -3.33377 -2.23173 .52500 .18559 .091 -6.01211E-02 1.11012

8.7500E-02 .18559 1.000 -.49762 .67262

2.87025* .18559 .000 2.28513 3.45537

-.52500 .18559 .091 -1.11012 6.0121E-02

-.43750 .18559 .217 -1.02262 .14762

2.34525* .18559 .000 1.76013 2.93037

-8.750E-02 .18559 1.000 -.67262 .49762

.43750 .18559 .217 -.14762 1.02262

2.78275* .18559 .000 2.19763 3.36787

-2.87025* .18559 .000 -3.45537 -2.28513 -2.34525* .18559 .000 -2.93037 -1.76013 -2.78275* .18559 .000 -3.36787 -2.19763 (J) Ketebalan pasir

L60 S30 S60 L30 S30 S60 L30 L60 S60 L30 L60 S30 L60 S30 S60 L30 S30 S60 L30 L60 S60 L30 L60 S30 (I) Ketebalan pasir L30 L60 S30 S60 L30 L60 S30 S60 Tukey HSD Bonferroni Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval

The mean difference is s ignificant at the .05 level. *. Homogeneous Subsets Nilai Fe 4 .40475 4 2.75000 4 3.18750 4 3.27500 1.000 .064 Ketebalan pasir S60 L60 S30 L30 Sig. Tukey HSDa

N 1 2

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous s ubs ets are displayed.

Us es Harmonic Mean Sample Size = 4.000. a.

(56)

Descriptives

Nilai Mn

4 .12225 .13049 6.52E-02 -8.53843E-02 .32988 .019 .300

4 7.60E-02 8.1633E-02 4.08E-02 -5.38968E-02 .20590 .014 .190

4 4.10E-02 4.4257E-02 2.21E-02 -2.94225E-02 .11142 .006 .100

4 1.48E-02 2.0320E-02 1.02E-02 -1.75842E-02 4.7084E-02 .002 .045

16 6.35E-02 8.3327E-02 2.08E-02 1.9098E-02 .10790 .002 .300

L30 L60 S30 S60 Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

Nilai Mn

2.985 3 12 .074

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

ANOV A

Nilai Mn

2.596E -02 3 8.654E -03 1.328 .311

7.819E -02 12 6.516E -03

.104 15

Between Groups W ithin Groups Total

Sum of

Squares df Mean S quare F Sig.

(57)

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Nilai Mn

4.6250E-02 5.71E-02 .848 -.12321 .21571

8.1250E-02 5.71E-02 .509 -8.82085E-02 .25071 .10750 5.71E-02 .285 -6.19585E-02 .27696

-4.625E-02 5.71E-02 .848 -.21571 .12321

3.5000E-02 5.71E-02 .926 -.13446 .20446

6.1250E-02 5.71E-02 .712 -.10821 .23071

-8.125E-02 5.71E-02 .509 -.25071 8.8208E-02

-3.500E-02 5.71E-02 .926 -.20446 .13446

2.6250E-02 5.71E-02 .966 -.14321 .19571

-.10750 5.71E-02 .285 -.27696 6.1958E-02

-6.125E-02 5.71E-02 .712 -.23071 .10821

-2.625E-02 5.71E-02 .966 -.19571 .14321

4.6250E-02 5.71E-02 1.000 -.13370 .22620

8.1250E-02 5.71E-02 1.000 -9.86964E-02 .26120 .10750 5.71E-02 .505 -7.24464E-02 .28745

-4.625E-02 5.71E-02 1.000 -.22620 .13370

3.5000E-02 5.71E-02 1.000 -.14495 .21495

6.1250E-02 5.71E-02 1.000 -.11870 .24120

-8.125E-02 5.71E-02 1.000 -.26120 9.8696E-02

-3.500E-02 5.71E-02 1.000 -.21495 .14495

2.6250E-02 5.71E-02 1.000 -.15370 .20620

-.10750 5.71E-02 .505 -.28745 7.2446E-02

-6.125E-02 5.71E-02 1.000 -.24120 .11870

-2.625E-02 5.71E-02 1.000 -.20620 .15370

(J) Ketebalan pasir L60 S30 S60 L30 S30 S60 L30 L60 S60 L30 L60 S30 L60 S30 S60 L30 S30 S60 L30 L60 S60 L30 L60 S30 (I) Ketebalan pasir L30 L60 S30 S60 L30 L60 S30 S60 Tukey HSD Bonferroni Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval

Homogeneous Subsets Nilai Mn 4 1.48E-02 4 4.10E-02 4 7.60E-02 4 .12225 .285 Ketebalan pasir S60 S30 L60 L30 Sig. Tukey HSDa

N 1

Subset for alpha

= .05

Means for groups in homogeneous s ubsets are displayed.

Gambar

Tabel 3.1. Bahan-Bahan yang Diperlukan dalam Pembuatan Media Saringan
Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Kadar Fe Sampel Air Sebelum dan Sesudah   Melewati Media Saring Pasir
Tabel 4.2. Hasil Pemeriksaan Kadar Mn Sampel Air Sebelum dan Sesudah
Tabel 4.3.  Persentase Penurunan Kadar Fe Sebelum dan Sesudah Melewati
+6

Referensi

Dokumen terkait

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul “Sistem Informasi Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di SMP Negeri 5 Jember”, adalah

Hal tersebut diperjelas oleh penelitian yang dilakukan oleh Miranti (2012) yang mengungkapkan bahwa remaja yang memiliki peer attachment yang baik, akan mampu

Tujuan yang hendak dicapai melalui penulisan ini adalah bagaimana berlangsungnya proses bending rotan dapat disampaikan dengan pemaparan yang mudah dipahami

Variabel brand image , harga, iklan, dan pengembangan produk berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku konsumen dengan perolehan hasil nilai F hitung sebesar

To this end, the book brings together discussions of sociological perspectives covering Bourdieu’s original conceptualization of social capital as a vehicle for class and

Yang dimaksud dengan “pedoman” di sini adalah Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) yang merupakan salah satu kebijakan nasional yang mengatur pedoman

Sediaan krim ekstrak ikan kutuk memberikan efek yang sama dengan efek yang diberikan oleh Bioplacenton, hal ini ditunjukkan dengan pada hari ke-7, rerata jumlah makrofag

misalnya: karet nitril (0,4 mm), karet kloroprene (0,5 mm), polivinilklorida (0,7 mm) dan lain-lain Catatan tambahan : Spesifikasi produk tergantung pada pengujian, dari data