• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambara Tingkat Sindrom Depresi Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara Semestar Ganji Tahun Akademik 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambara Tingkat Sindrom Depresi Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara Semestar Ganji Tahun Akademik 2012/2013"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN TINGKAT SINDROM DEPRESI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2012/2013

Oleh :

Adina Miltania Tasmil 090100217

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

GAMBARAN TINGKAT SINDROM DEPRESI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2012/2013

Karya Tulis Ilmiah ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh :

Adina Miltania Tasmil 090100217

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Gambaran Tingkat Sindrom Depresi Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Semester Ganjil Tahun Akademik 2012/2013

Nama : Adina Miltania Tasmil NIM : 090100217

Pembimbing Penguji I

( dr. M. Surya Husada Sp.KJ ) (dr. Kristo Nababan, Sp.KK ) (NIP : 198002032008011011) (NIP : 196302081989031004)

Penguji II

( dr. M. Syahputra, M.Kes )

(NIP : 197010071989021001)

Medan, 10 Januari 2013 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Depresi merupakan salah satu kelainan psikiatri yang paling sering terjadi. Depresi merupakan suatu gangguan mood yang secara signifikan ditandai oleh perasaan sedih dan cemas. Setiap tahun dilaporkan 30% mahasiswa dalam masa perkuliahan mengalami sindrom depresi yang dimana mempengaruhi aktivitas dan effektivitas mereka dalam performa akademik. Jenis kelamin dan umur merupakan bagian dari faktor resiko yang dapat mempengaruhi terjadinya sindrom depresi ini.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran tingkat sindrom depresi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Semester Ganjil Tahun Akademik 2012/2013. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik stratified random sampling.

Dengan jumlah sampel sebanyak 100 orang, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sindrom depresi lebih banyak dialami oleh responden perempuan dibandingkan dengan responden laki-laki dengan perbandingan 20 responden perempuan (20%) dan 14 responden laki-laki (14%). Dari hasil penelitian juga diperoleh mahasiswa pada semester 18-19 tahun dan semester 19-20 tahun lebih banyak mengalami sindrom depresi dibandingkan semester 17-18 tahun dan semester 20-21 tahun dengan perbandingan 36% pada mahasiswa dengan umur 18-19 tahun dan semester 19-20 tahun dan 32% pada mahasiswa semester 17-18 tahun dan semester 20-21 tahun.

Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa perempuan lebih banyak mengalami sindrom depresi dibandingkan dengan laki-laki dan mahasiswa dengan umur 18-19 tahun dan 19-20 tahun lebih banyak mengalami sindrom depresi. Hal ini bisa dicegah dengan memberlakukan konseling secara berkala agar mengetahui mahasiswa dengan faktor resiko tinggi untuk mengalami sindrom depresi dan yang sudah berada dalam tahap sindrom depresi sehingga intervensi dini dapat dilakukan.

(5)

ABSTRACT

Depression has the highest lifetime prevalence of any psychiatric disorder. Depression is mood disorders that significantly marked by sad and worry feeling. Every year, 30% of college students have depression that influenced their activity and effectivity in academic performance. Sex and age are the risk factors that affect depression.

The aim of this research wants to know depression in students at Faculty of Medicine University of North Sumatera . This is a descriptive research method with a Cross Sectional Approach and the sample withdrawal is done by using a stratified random sampling technique.

With the total sample of 100 people, the result that depression based on sex show that woman respondents are much greater than men which is 20% in women and 14% in men. The result that depression based on age show students aged 18-19 years old and 19-20 years old much greater than students aged 17-18 years old and 20-21 years old which is 36% in students aged 18-19 years old and 19-20 years old and 32% in students aged 17-18 years old and 20-21 years old.

The result from this research shows that depression in woman respondents are much greater than men and students at age 18-19 and 19-20 are the peak age. Depression can be prevented by routine conselling to get information about students with high risk factor and students with depression so early intervention can be done.

Key words: Sex and Age, Faculty of Medicine Student, Depression.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah

dengan judul “Gambaran Tingkat Sindrom Depresi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Semester Ganjil Tahun Akademik

2012/2013.”

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. dr. Gontar Siregar, Sp.PD (KGEH) selaku dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak dr. M. Surya Husada, Sp.KJ selaku dosen pembimbing saya

yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan.

3. Bapak dr. Kristo Nababan, Sp.KK selaku tim penguji I.

4. Bapak dr. M. Syahputra, M,Kes selaku tim penguji II.

5. Bapak atau Ibu dosen yang telah memberikan didikan sampai selama

ini.

6. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah

memberikan izin untuk dilakukannya penelitian saya ini.

Dan secara khusus saya juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua saya bapak Mohammad Tasmil dan ibu Intan yang

telah memberikan banyak doa, perhatian, kesabaran dan dukungan

selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

2. Kedua adik saya Mohammad Antassa Tasmil dan Levita Judini Tasmil

yang telah memberikan banyak dukungan selama menyelesaikan karya

tulis ilmiah ini.

3. Kepada Muhammad Desfrianda Pane yang telah memberikan banyak

bantuan dan dukungan selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

4. Kepada Vilaseeni A/P V. Pathmanathan sebagai teman satu bimbingan

saya yang juga telah memberikan dukungan dan bantuan selama

(7)

5. Kepada teman-teman saya Felanda Ahsanu Nadia, Putri Dwi Safira

Idrus, Raden Ajeng Khalida P, dan Riefka Ananda Zulfa yang telah

memberikan banyak bantuan dan dukungan selama menyelesaikan

karya tulis ilmiah ini.

Medan, 07 Desember 2012

Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN...i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT...iii

KATA PENGANTAR...iv

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR GAMBAR...ix

DAFTAR TABEL...x

DAFTAR SINGKATAN...xii

DAFTAR LAMPIRAN...xiii

BAB 1 PENDAHULUAN...1

1.1.Latar Belakang...……….... 1

1.2.Rumusan Masalah………... 3

1.3.Tujuan Penelitian………...4

1.4.Manfaat Penelitian……….... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...5

2.1. Depresi...………...5

2.1.1. Definisi Depresi...………...5

2.1.2. Epidemiologi Depresi...………...5

2.1.3. Etiologi dan Klasifikasi Depresi………...6

2.1.4. Faktor Risiko Depresi...………...9

2.1.5. Patofisiologi Depresi..………..…...10

2.1.6. Gejala Klinis Depresi...11

2.1.7 Diagnosis Depresi...12

2.1.8. Pengobatan Depresi...…...12

2.1.9. Pencegahan Depresi...15

(9)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL...18

3.1. Kerangka Konsep Penelitian………...18

3.2. Definisi Operasional……….………...18

3.3. Variabel dan Alat Ukur...19

BAB 4 METODE PENELITIAN...20

4.1. Rancangan Penelitian………....…...20

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian………... .20

4.2.1. Lokasi Penelitian………... 20

4.2.2. Waktu Penelitian………... 20

4.3. Populasi dan Sampel penelitian………... 20

4.3.1. Populasi Penelitian………... 20

4.3.2. Sampel Penelitian………...20

4.3.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi...21

4.4. Metode Pengumpulan Data………... 22

4.4.1. Teknik Pengumpulan Data....………...22

4.4.2. Tahap Pelaksanaan.………...22

4.5. Metode Analisis Data...23

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...24

5.1. Hasil Penelitian...24

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian...24

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden...24

5.1.3. Hasil Analisa Data...26

5.2. Pembahasan...38

5.2.1. Jenis Kelamin...39

5.2.2. Umur...40

(10)

6.1. Kesimpulan...42

6.2. Saran...42

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 3.3 Variabel, Cara Ukur, Alat Ukur,

Hasil Ukur dan Skala Ukur...19

Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan

Jenis Kelamin...25

Tabel 5.2. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan

Umur...25

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi

Responden...26

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin Responden... 27

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Responden

Berdasarkan Umur...28

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi

Umur 17-18 Tahun...30

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi

Umur 17-18 Tahun Berdasarkan Jenis Kelamin...31

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi

Umur18-19 Tahun...32

Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Semester Umur 18-19

(13)

Tabel 5.10. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi

Umur 19-20 Tahun...34

Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Umur 19-20

Tahun Berdasarkan Jenis Kelamin...35

Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi

Umur 20-21 Tahun...36

Tabel 5.13. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Umur 20-21

(14)

DAFTAR SINGKATAN

ACHA American College Health Association APA American Pyschological Association BDI Beck Depression Inventory

CT Computerized Tomography ECT Electroconvulsant

FK Fakultas Kedokteran GMR Gangguan Mood Ringan

MAO Monoamine Oxidase Inhibitors MRI Magnetic Resonance Imaging NCHA National College Health Assesment PET Positron Emission Tomography SAM Sympathetic Adrenomedullary

SSRI Selective Serotonin Reuptake Inhibitor TCA Tricyclic Anti Depressants

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Riwayat Hidup

Lampiran 2 Surat Ethical Clearence

Lampiran 3 Lembar Penjelasan Pengisian Kuesioner

Lampiran 4 Lembar Persetujuan Pengisian Kuesioner

Lampiran 5 Lembar Kuesioner

(16)

ABSTRAK

Depresi merupakan salah satu kelainan psikiatri yang paling sering terjadi. Depresi merupakan suatu gangguan mood yang secara signifikan ditandai oleh perasaan sedih dan cemas. Setiap tahun dilaporkan 30% mahasiswa dalam masa perkuliahan mengalami sindrom depresi yang dimana mempengaruhi aktivitas dan effektivitas mereka dalam performa akademik. Jenis kelamin dan umur merupakan bagian dari faktor resiko yang dapat mempengaruhi terjadinya sindrom depresi ini.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran tingkat sindrom depresi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Semester Ganjil Tahun Akademik 2012/2013. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik stratified random sampling.

Dengan jumlah sampel sebanyak 100 orang, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sindrom depresi lebih banyak dialami oleh responden perempuan dibandingkan dengan responden laki-laki dengan perbandingan 20 responden perempuan (20%) dan 14 responden laki-laki (14%). Dari hasil penelitian juga diperoleh mahasiswa pada semester 18-19 tahun dan semester 19-20 tahun lebih banyak mengalami sindrom depresi dibandingkan semester 17-18 tahun dan semester 20-21 tahun dengan perbandingan 36% pada mahasiswa dengan umur 18-19 tahun dan semester 19-20 tahun dan 32% pada mahasiswa semester 17-18 tahun dan semester 20-21 tahun.

Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa perempuan lebih banyak mengalami sindrom depresi dibandingkan dengan laki-laki dan mahasiswa dengan umur 18-19 tahun dan 19-20 tahun lebih banyak mengalami sindrom depresi. Hal ini bisa dicegah dengan memberlakukan konseling secara berkala agar mengetahui mahasiswa dengan faktor resiko tinggi untuk mengalami sindrom depresi dan yang sudah berada dalam tahap sindrom depresi sehingga intervensi dini dapat dilakukan.

(17)

ABSTRACT

Depression has the highest lifetime prevalence of any psychiatric disorder. Depression is mood disorders that significantly marked by sad and worry feeling. Every year, 30% of college students have depression that influenced their activity and effectivity in academic performance. Sex and age are the risk factors that affect depression.

The aim of this research wants to know depression in students at Faculty of Medicine University of North Sumatera . This is a descriptive research method with a Cross Sectional Approach and the sample withdrawal is done by using a stratified random sampling technique.

With the total sample of 100 people, the result that depression based on sex show that woman respondents are much greater than men which is 20% in women and 14% in men. The result that depression based on age show students aged 18-19 years old and 19-20 years old much greater than students aged 17-18 years old and 20-21 years old which is 36% in students aged 18-19 years old and 19-20 years old and 32% in students aged 17-18 years old and 20-21 years old.

The result from this research shows that depression in woman respondents are much greater than men and students at age 18-19 and 19-20 are the peak age. Depression can be prevented by routine conselling to get information about students with high risk factor and students with depression so early intervention can be done.

Key words: Sex and Age, Faculty of Medicine Student, Depression.

(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Depresi merupakan salah satu kelainan psikiatri yang paling sering

Terjadi. Depresi merupakan suatu gangguan mood yang secara signifikan

ditandai oleh perasaan sedih dan cemas. Banyak individu yang mengalami

gejala-gejala depresi dari berbagai jenis umur, tidak terkecuali pada

mahasiswa.i di bangku perkuliahan. Banyak mahasiswa/i yang mengalami

gejala deprei ketika duduk di bangkuj perkuliahan. Pada mahasiswa/i

gejala depresi ini dapat mempengaruhi performa akademik mereka

(National Institute of Mental Health, 2010).

Pada tahun 2009, College Health Association-National College

Health Assesment (ACHA-NCHA) yang merupakan suatu penelitian bagi

mahasiswa/i pada bangku perkuliahan melaporkan bahwa 30% dari

seluruh mahasiswa/i mengalami gangguan depresi dan susah untuk

melakukan aktivitas sehari-hari. Depresi juga merupakan salah satu faktor

resiko yang menyebabkan bunuh diri. Pada penelitian Fall 2009

ACHA-NCHA dilaporkan bahwa sekitar 6% dari mahasiswa/i dilaporkan sudah

sering melakukan percobaan bunuh diri pada tahun-tahun sebelumnya

(National Institute of Mental Health, 2010).

Depresi tidak disebabkan oleh satu hal saja, tetapi beberapa hal

dapat menyebabkan depresi. Meski stres sering berimplikasi pada depresi,

tidak semua orang yang mengalami stres menjadi depresi. Faktor-faktor

seperti kelainan coping, bawaan genetis, dan ketersediaan dukungan sosial

memberikan kontribusi pada kecenderungan depresi saat menghadapi

kejadian yang penuh tekanan (USDHHS, (1999) dalam Nevid et al

(2005)). Pada mahasiswa/i tahun pertama gejala depresi lebih sering

terjadi diakibatkan oleh beberapa hal, seperti: tinggal jauh dari keluarga

untuk pertama kali (biasanya pada mahasiswa/i yang merantau),

(19)

menghadapi kehidupan baru sebagai mahasiswa/i atau beradaptasi

terhadap lingkungan baru (National Institute of Mental Health, 2010).

Depresi disebabkan oleh beberapa etiologi, seperti faktor biologis

yang dimana banyak penelitian yang melaporkan abnormalitas pada faktor

biologis dapat menyebabkan gejala-gejala depresi.

Neurotransmitter-neurotransmitter neuroamine, seperti: norephinefrin, dopamin, serotonin,

dan histamin merupakan titik fokus utama dalam penyebab gejala-gejala

depresi. Dari faktor genetik dilaporkan bahwa keluarga atau orang tua

yang mengalami gejala-gejala depresi sebelumnya dapat diturunkan pada

anggota keluarga lainnya terutama anak mereka sendiri. Diperoleh dari

data keluarga yang dimana salah satu orang tuanya memiliki gejala-gejala

depresi, anak akan memiliki resiko sekitar 10%-25% untuk mengalami

gangguan mood, salah satunya adalah gangguan depresi (Kaplan &

Saddock, 2010)

Sistem endokrin juga merupakan salah satu etiologi pencetus

gejala-gejala depresi, sistem endokrin banyak membantu dalam

menjalankan fungsi otak, dan hormon dari sistem endokrin dan

neurotransmitter pada otak memiliki fungsi yang sama, yaitu mengangkut

pesan antar sel tubuh. Kelenjar endokrin terdiri dari tujuh macam, yaitu:

kelenjar pituitari, tiroid, paratiroid, adrenal, gonad, timus, dan pankreas.

Hormon-hormon yang dihasilkan ini berfungsi untuk menstabilkan mood

seseorang, jika terjadi ketidakseimbangan antara hormon-hormon yang

bisa menyebabkan gangguan mental, seperti gejala gejala depresi

(Notosoedirjo, 2005).

Jika ditinjau dari segi teknologi sendiri, Magnetic Resonance

Imaging telah menunjukkan bahwa otak individu yang megalami

gangguan depresi terlihat berbeda dibandingkan dengan individu normal

lainnya. Pada individu dengan gangguan depresi Magnetic Resonance

Imaging dapat menunjukkan kelainan pada bagian otak yang mengatur

dari mood, cara berpikir, tidur, nafsu makan, dan perilaku. Tetapi MRI

(20)

terjadi sehingga MRI tidak dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis

depresi (National Institute of Mental Health, 2010).

Individu dengan gejala-gejala deprsi khususnya mahasiswa/i tidak

mendapatkan penanganan atau pengobatan sesuai dengan yang mereka

inginkan. Mereka juga tidak mengerti kemana merwka harus meminta

pertolongan atau mereka percaya terhadap suatu pengobatan yang salah

atau dapat memperparah keadaan mereka. Tidak sedikit juga dari mereka

yang merasa tidak memerlukan penanganan atau pengobatanyang tepat

karena mereka merasa gejala-gejala yang muncul pada diri mereka hanya

merupakan suatu stres yang biasa atau normal terjadi ketika mereka duduk

di bangku perkuliahan (National Institute of Mental Health, 2010).

Jika tidak mendapatkan pengobatan yang sesuai dan penanganan

yang tepat gejala-gejala depresi dapat mencetuskan ide bunuh diri.

Perilaku bunuh diri merupakan ciri atau simtom dari gangguan psikologis

yang mendasarinya, biasanya gangguan mood. Suatu penelitian

memperkirakan sekitar 60% orang yang melakukan bunuh diri telah

menderita gangguan mood (National Strategy for Suicide Prevention,

(2001), dalam Nevid et al 2005)).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka saya tertarik untuk

melakukan penelitian ini dan ingin memberikan informasi bagaimana

gamnbaran tingkat sindrom depresi pada mahasiswa/i di bangku

perkuliahan, terutama mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara semester ganjil tahun akademik 2012/2013.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperlukan penelitian untuk

mengetahui:

1. Bagaimana gambaran tingkat sindrom depresi berdasarkan jenis

kelamin pada mahasisa FK USU semester ganjil tahun akademik

(21)

2. Bagaimana gambaran tingkat sindrom depresi berdasarkan umur pada

mahasiswa FK USU semester ganjil tahun akademik 2012/2013.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui bagaimana gambaran tingkat sindrom depresi

mahasiswa/i FK USU semester ganjil tahun akademik 2012/2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

a) Mengetahui bagaimana gambaran tingkat sindrom depresi

berdasarkan jenis kelamin.

b) Mengetahui bagaimana gambaran tingkat sindrom depresi

berdasarkan umur.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

a) Bagi institusi, sebagai bahan masukan dalam upaya untuk

mengevaluasi sistem pembelajaran.

b) Bagi peneliti, untuk memperluas wawasan dan menambah

pengetahuan, sekaligus sebagai wadah latihan penerapan hasil

pembelajaran yang diperoleh selama masa perkuliahan.

c) Bagi mahasiswa, meningkatkan pemahaman mengenai sindrom

(22)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah :

Hal-hal yang mempengaruhi

- Umur

- Jenis Kelamin

- Gangguan mood ringan

- Borderline - Depresi sedang - Depresi berat - Depresi ekstrim

Beck Depression Inventory

3.2. Definisi Operasional

Sesuai dengan masalah, dan model penelitian, maka yang menjadi variabel

dalam penelitian beserta dengan definisi operasionlnya masing-masing, yaitu:

3.2.1. Umur

Umur responden pada saat mengisi kuesioner yang tertera pada lembar

kuesioner.

3.2.2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin responden yang tertera pada lembar kuesioner.

3.2.3. Sindrom Depresi

Gejala-gejala depresi yang dikeluhkan responden yang tertera pada lembar

kuesioner.

(23)

Mahasiswa yang berkuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara.

3.3. Variabel dan Alat Ukur

(24)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional

dengan pendekatan desain cross sectional yang dimana penelituan ini

dilakukan hanya alam satu kali dengan menggunakan alat penilaian Beck

Depression Inventory (BDI).

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi : Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara.

b. Waktu : Peneltian dilakukan pada bulan Oktober – November.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

a. Populasi target : seluruh mahasiswa/i Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara semester ganjil (semester I, III, V,

dan VII) tahun akademik 2012/2013.

b. Populasi terjangkau : seluruh mahasiswa/i Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara semester ganjil (semestre I, III, V,

dan VII) tahun akademik 2012/2013 yang aktif selama masa

perkuliahan.

4.3.2. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah

stratified random sampling yatu teknik penarikan sampel denga

membagi populasi sasaran di dalam strata (golongan) menurut

karakteristik tertentu yang dianggap oleh peneliti.

Dalam penelitian ini, sampel dibagi dalam 4 bagian berdasarkan

(25)

Untuk menentukan besar sampel pada penelitian ini, penulis menggunakan

rumus deskriptif kategorikal, yaitu:

n = Z² 1-α/2 p. (1-p) / d²

Keterangan:

n = besar sampel minimum

Z1-α/2= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu p = harga proporsi di populasi

d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir

n = (1,96)². 0,5 (1-0,5) / (0,1)² / (0,1)²

= 96,04

Dengan demikian besar sampel minimal yang diperlukan adalah 96,04

orang atau 96 orang. Pada penelitian ini diperlukan sampel sebesar 100 orang.

4.3.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria Inklusi:

Semua mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara semester ganjil tahun akademik 2012/2013 yang aktif selama masa

perkuliahan dan bersedia mengisi lembar kuesioner.

Kriteria Eksklusi

Semua mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara semester ganjil tahun akademik 2012/2013 yang tidak aktif selama

(26)

4.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh dari data primer yang berupa lembar

kuesioner berdasarkan Beck Depression Inventory yang terdiri dari 21

pertanyaan yang akan diisi oleh responden yaitu mahasiswa/i Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara semester ganjil tahun akademik

2012/2013.

4.4.1 Teknik Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dalam 2 tahap, yaitu tahap

persiapan dan tahap pelaksanaan.

Tahap Persiapan

a) Mendapatkan jumlah mahasiswa/i berdasarkan angkatan 2009, 2010,

2011, dan 2012.

b) Menyediakan dan menyiapkan kuesioner.

c) Mengumpulkan subjek penelitian.

Tahap Pelaksanaan

a) Menerangkan tujuan penelitian dan menjelaskan kuesioner.

b) Mengumpulkan subjek penelitian yang setuju untuk mengikuti

penelitian.

c) Membagikan kuesioner kepada subjek yang setuju untuk mengikuti

penelitian.

d) Meminta subjek untuk mengisi keusioner (kuesioner boleh dibawa

pulang dalam 1 hari).

e) Mengumpulkan kembali kuesioner pada hari selanjutnya.

f) Mengumpulkan data yang diperoleh.

(27)

4.5. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dideskripsikan menggunakan program SPSS

(Statistical Product and Service Solution) dan kemudian didistribusikan

secara deskriptif dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi dan

dilakukan pembahasan sesuai pustaka yang ada.

(28)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan dengan

menggunakan instrumen kuesioner yang telah diisi oleh responden di tempat

tanpa dibawa pulang ke rumah atau dibawa pulang ke rumah. Hasil kuesioner

yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa, sehingga dapat disimpulkan hasil

penelitian dalam paparan di bawah ini.

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara yang beralamat di Jalan dr. Mansur No.5. Pengambilan data dilakukan di

ruangan lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera dan di kelas

semester I/II, III/IV, V/VI, dan semester VII.

5.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah

mahasiswa-mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan jumlah

responden masing- masing 25 orang untuk semester I/II, 25 orang untuk semester

III/IV, 25 orang untuk semester V/VI, dan semester 25 orang untuk semester VII.

Total responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang.

Dari keseluruhan responden yang ada, diperoleh gambaran tingkat sindrom

depresi berdasarkan jenis kelamin dan umur. Data lengkap mengenai karakteristik

responden tersebut dapat dilihat pada tabel-tabel yang ada di bawah ini.

Pada penelitian ini, jumlah jenis kelamin, laki-laki dan perempuan dibagi

menjadi 43 kuesioner untuk responden laki-laki dan 57 kuesioner untuk responden

(29)

Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin F (frekuensi) %

Laki-laki 43 43

Perempuan 57 57

Tingkat Usia F (frekuensi) %

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden terbagi menjadi dua yaitu

responden dengan jenis kelamin laki-laki (43%) dan responden perempuan adalah

sebesar (57%)

Tabel 5.2. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur f(frekuensi) %

17-18 tahun 25 25%

18-19 tahun 25 25%

19-20 tahun 25 25%

20-21 tahun 25 25%

Jumlah 100 100

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden dibagi menjadi 4

tingkatan umur yaitu umur 17-18 tahun, 18-19 tahun, 19-20 tahun dan 20-21

tahun.

5.3. Hasil Analisa Data 5.3.1. Hasil Analisa Data

Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana tingkat sindrom

depresi pada mahasiswa FK USU semester ganjil tahun akademik 2012/2013

berdasarkan umur dan jenis kelamin. Jumlah responden berjumlah 100 orang

(30)

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Responden

Variabel Kategori Frekuensi %

Tingkat Depresi Normal 66 66

Gangguan Mood Ringan 23 23

Batas Depresi Borderline 3 3

Depresi Sedang 6 6

Depresi Berat 2 2

Depresi Ekstrim 0 0

Total 100 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 100 responden yang

merupakan mahasiswa FK USU semester ganjil tahun akademik 2012/2013 66

responden normal atau tidak mengalami gangguan depresi yaitu 66%, 23

responden mengalami gangguan mood ringan yaitu 23%, 3 responden dalam batas

depresi borderline yaitu 3%, 6 responden mengalami gangguan depresi sedang

yaitu 6%, 2 responden mengalami gangguan depresi berat 2%, dan tidak ada

responden yang mengalami gangguan depresi ekstrim.

Berdasarkan tujuan dari penelitian ini, peneliti juga ingin mengetahui

bagaimana gambaran tingkat sindrom depresi berdasarkan umur dan jenis

(31)

Tabel 5.4. Distribusi Tingkat Depresi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden

merupakan mahasiswa FK USU semester ganjil tahun akademik 2012/2013 29

responden dengan jenis kelamin laki-laki normal atau tidak mengalami gangguan

depresi yaitu 29% sedangkan 37 responden dengan jenis kelamin perempuan

normal atau tidak mengalami gangguan depresi yaitu 37%, 9 responden dengan

jenis kelamin laki-laki mengalami gangguan mood ringan yaitu 9%, sedangkan 14

responden dengan jenis kelamin perempuan mengalami gangguan mood ringan

yaitu 14%, 1 responden dengan jenis kelamin laki-laki dalam batas depresi

borderline yaitu 1%, sedangkan 2 responden dengan jenis kelamin perempuan

dalam batas depresi borderline yaitu 2%.

Untuk depresi sedang, 3 responden dengan jenis kelamin laki-laki

mengalami depresi sedang yaitu 3%, sedangkan 3 responden dengan jenis kelamin

perempuan mengalami depresi sedang yaitu 3%, 1 responden dengan jenis

kelamin laki-laki mengalami depresi berat yaitu 1%, sedangkan 1 responden

(32)

responden dengan jenis kelamin laki-laki maupun perempuan yang mengalami

depresi ekstrim.

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Berdasarkan Umur Responden

merupakan mahasiswa FK USU semester ganjil tahun akademik 2012/2013 17

responden dengan umur 17-18 tahun normal atau tidak mengalami gangguan

depresi yaitu 17%, 16 responden dengan umur 18-19 tahun normal atau tidak

mengalami gangguan depresi yaitu 16%, 16 responden dengan umur 19-20 tahun

(33)

Untuk gangguan mood ringan, 4 responden dengan umur 17-18 tahun

mengalami gangguan mood ringan yaitu 4%, 8 responden dengan umur 18-19

tahun mengalami gangguan mood ringan yaitu 8%, 6 responden dengan umur

19-20 tahun yaitu 6%,dan 5 responden dengan umur 19-20-21 tahun mengalami

gangguan mood ringan yaitu 5%. Untuk batas depresi borderline, tidak ada

responden dengan umur 17-18 tahun dalam tahap batas depresi borderline, 1

responden dengan umur 18-19 tahun dalam tahap batas depresi borderline yaitu

1%, 1 responden dengan umur 19-20 tahun dalam tahap batas depresi borderline

yaitu 1%, dan 1 responden dengan umur 20-21tahun dalam tahap batas depresi

borderline yaitu 1%.

Untuk depresi sedang, 3 responden dengan umur 17-18 tahun mengalami

depresi sedang yaitu 3%, tidak ada responden dengan umur 18-19 tahun

mengalami depresi sedang , 1 responden dengan umur 19-20 tahun mengalami

depresi sedang yaitu 1%, dan 2 responden dengan umur 20-21tahun mengalami

depresi sedang yaitu 2%. Untuk depresi berat, 1 responden dengan umur 17-18

tahun mengalami depresi berat yaitu 1%, tidak ada responden dengan umur 18-19

tahun mengalami depresi berat, 1 responden dengan umur 19-20 tahun mengalami

depresi berat yaitu 1%, dan tidak ada responden dengan umur 20-21tahun

mengalami depresi berat.

Untuk depresi ekstrim tidak ditemukan responden dengan umur 17-18

tahun, 18-19 tahun, 19-20 tahun, dan 20-21 tahun yang mengalami depresi

ekstrim. Dapat disimpulkan bahwa mahasiswa FK USU semester ganjil tahun

akademik 2012/2013 tidak ada yang mengalami depresi ekstrim. Dalam penelitian

ini, peneliti juga ingin mengetahui bagaimana gambaran tingkat sindrom depresi

pada mahasiswa FK USU semester ganjil tahun akademik 2012/2013 berdasarkan

(34)

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Umur 17-18 tahun

Dari tabel di atas diketahui bahwa dari 25 responden yang berumur 17-18

tahun 17 responden normal atau tidak mengalami gangguan depresi yaitu 68%, 5

responden mengalami gangguan mood ringan yaitu 20%, 1 responden dalam batas

borderline yaitu 4%, 2 responden mengalami depresi sedang yaitu 8%, tidak ada

responden yang mengalami depresi berat, dan tidak ada responden yang

mengalami depresi ekstrim.

(35)

gangguan depresi yaitu 9%, 8 responden dengan jenis kelamin perempuan normal

atau tidak mengalami gangguan depresi yaitu 8%.

Untuk gangguan mood ringan 1 responden dengan jenis kelamin laki-laki

mengalami gangguan mood ringan yaitu 1%, 3 responden dengan jenis kelamin

perempuan mengalami gangguan mood ringan yaitu 3%. Untuk batas depresi

borderline tidak ada responden dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan

yang berada dalam tahap batas depresi borderline. Untuk depresi sedang 2

responden dengan jenis kelamin laki-laki mengalami depresi sedang yaitu 2%, 1

responden dengan jenis kelamin perempuan mengalami depresi sedang yaitu 1%.

Untuk depresi berat 1 responden dengan jenis kelamin laki-laki mengalami

depresi berat yaitu 1%, dan tidak ada responden dengan jenis kelamin perempuan

yang mengalami depresi berat, Untuk depresi ekstrim tidak ada responden dengan

jenis kelamin laki-laki dan tidak ada responden dengan jenis kelamin perempuan

mengalami depresi ekstrim.

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Umur 18-19 tahun

(36)

Dari tabel di atas diketahui bahwa dari 25 responden dengan umur 18-19

tahun. 16 responden normal atau tidak mengalami gangguan depresi yaitu 64%, 8

responden mengalami gangguan mood ringan yaitu 32%, 1 responden yang berada

dalam batas depresi borderline yaitu 4%, tidak ada responden yang mengalami

depresi sedang, tidak ada responden yang mengalami depresi berat, dan tidak ada

responden mengalami depresi ekstrim.

Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Semester dengan Umur 18-19 Tahun Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis

(37)

ringan 3 responden dengan jenis kelamin laki-laki mengalami gangguan mood

ringan yaitu 3%, 5 responden dengan jenis kelamin perempuan mengalami

gangguan mood ringan yaitu 5%.

Untuk batas depresi borderline tidak ada responden dengan jenis kelamin

laki-laki dan 1 responden dengan jenis kelamin perempuan yang berada dalam

tahap batas depresi borderline yaitu 1%. Untuk depresi sedang tidak ada

responden dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang mengalami depresi

sedang. Untuk depresi berat tidak ada responden dengan jenis kelamin laki-laki

dan perempuan yang mengalami depresi berat. Untuk depresi ekstrim tidak ada

responden dengan jenis kelamin laki-laki dan tidak ada responden dengan jenis

kelamin perempuan mengalami depresi ekstrim.

Tabel 5.10. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Depresi Umur 19-20 tahun

Dari tabel di atas diketahui bahwa dari 25 responden yang merupakan

mahasiswa semester 19-20 tahun 16 responden normal atau tidak mengalami

gangguan depresi yaitu 64%, 6 responden mengalami gangguan mood ringan yaitu

24%, 1 responden dalam batas depresi borderline yaitu 4%, 1 responden yang

mengalami depresi sedang yaitu 4%, 1 responden yang mengalami depresi berat

yaitu 4%, dan tidak ada responden mengalami depresi ekstrim.

(38)

Tabel 5.11. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Umur 19-20 Tahun Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis

gangguan depresi yaitu 7%, 9 responden dengan jenis kelamin perempuan normal

atau tidak mengalami gangguan depresi yaitu 9%.

Untuk gangguan mood ringan 4 responden dengan jenis kelamin laki-laki

mengalami gangguan mood ringan yaitu 4%, 2 responden dengan jenis kelamin

perempuan mengalami gangguan mood ringan yaitu 2%.

Untuk batas depresi borderline tidak ada responden dengan jenis kelamin

laki-laki dan 1 responden dengan jenis kelamin perempuan yang berada dalam

(39)

responden dengan jenis kelamin laki-laki dan 1 responden dengan jenis kelamin

perempuan yang mengalami depresi sedang yaitu 1%,

Untuk depresi berat tidak ada responden dengan jenis kelamin laki-laki yang

mengalami depresi berat dan 1 responden dengan jenis kelamin perempuan yang

mengalami depresi berat yaitu 1%. Untuk depresi ekstrim tidak ada responden

dengan jenis kelamin laki-laki dan tidak ada responden dengan jenis kelamin

perempuan mengalami depresi ekstrim.

Tabel 5.12. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Umur 20-21 tahun

Dari tabel di atas diketahui bahwa dari 25 responden dengan umur 20-21

(40)

Tabel 5.13. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Umur 20-21 Tahun

normal atau tidak mengalami gangguan depresi yaitu 10%.

Untuk gangguan mood ringan 1 responden dengan jenis kelamin laki-laki

mengalami gangguan mood ringan yaitu 1%, 4 responden dengan jenis kelamin

perempuan mengalami gangguan mood ringan yaitu 4%.

Untuk batas depresi borderline 1 responden dengan jenis kelamin laki-laki

dalam batas depresi borderline yaitu 1% dan tidak ada responden dengan jenis

(41)

depresi sedang tidak ada responden dengan jenis kelamin laki-laki dan 1

responden dengan jenis kelamin perempuan yang mengalami depresi sedang yaitu

1%,

Untuk depresi berat tidak ada responden dengan jenis kelamin laki-laki dan

tidak ada responden dengan jenis kelamin perempuan yang mengalami depresi

berat. Untuk depresi ekstrim tidak ada responden dengan jenis kelamin laki-laki

dan tidak ada responden dengan jenis kelamin perempuan yang mengalami

depresi ekstrim.

5.2. Pembahasan

Depresi merupakan gangguan mental yang ditandai dengan munculnya

gejala penurunan mood, kehilangan minat terhadap sesuatu, perasaan bersalah,

gangguan tidur atau nafsu makan, kehilangan energi, dan penurunan konsentrasi.

(World Health Organization, 2010). Depresi merupakan salah satu kelainan

psikiatri yang paling sering terjadi yaitu sekitar 7,8% dari setiap populasi

mengalami gangguan mood yang berkaitan dengan sindrom depresi. (Weissman et

al, (1991) dalam Barlow (1995))

Pada tahun 2009, American College Health Association-National College

Health Asssesment (ACHA-NCHA) melakukan penelitian terhadap mahasiswa/i

dan mendapatkan ± 30% mahasiswa/i mengalami gangguan depresi. (National

Institute of Mental Health, 2010). Pada penelitian ini didapati 34 dari 100

responden berada dalam tingkat sindrom depresi yaitu dengan persentase 34%

dari 100%. Hasil ini sedikit lebih tinggi dari hasil penelitian yang dilakukan oleh

ACHA-NCHA.

Selain penelitian di atas, penelitian lain yang melibatkan 1,455

mahasiswa/i juga melaporkan bahwa gejala-gejala depresi muncul ketika

memasuki awal masa perkuliahan, yang dimana 4 penyebab utama dari gejala

depresi ini merupakan masalah akademik, ekonomi, kesendirian, dan kesulitan

(42)

satu universitas di Boston, dilaporkan bahwa 14% dari 701 mahasiswa/i

menunjukkan gejala-gejala signifikan dari sindrom depresi. (USA today,2001).

5.2.1. Jenis Kelamin

Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran tingkat

sindrom depresi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

semester ganjil tahun akademik 2012/2013. Terdapat 2 karakteristik responden

yang akan dikaitkan dengan gambaran tingkat sindrom depresi yaitu jenis kelamin

dan umur. Seperti yang telah dibahas pada pembahasan terdahulu bahwa jenis

kelamin merupakan salah satu faktor resiko yang berperan dalam terjadinya

sindrom depresi, dikatakan bahwa perempuan lebih rentan mengalami sindrom

depresi. Secara umum dikatakan bahwa depresi lebih sering terjadi pada

perempuan dibandingkan pada lelaki. Pendapat-pendapat yang berkembang

mengatakan bahwa perbedaan dari kadar hormonal dan perbedaan faktor

psikososial pada perempuan berperan penting dalam sindrom depresi. (Kaplan, et

al, 2010)

Sindrom depresi sering terjadi pada mahasiswa di bangku perkuliahan.

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan terjadinya sindrom depresi ini. Yang

pertama adalah teori kognitif, teori ini dikemukakan oleh Aaron Beck. Dalam

teori ini dikemukakan sindrom depresi terjadi berdasarkan pandangan terhadap

diri sendiri atau persepsi negatif terhadap diri sendiri, lingkungan yang

mempengaruhi perilaku , dan ketakutan akan penderitaan dan kegagalan akan

masa depan.

Dari 100 responden yang merupakan mahasiswa FK USU semester ganjil

tahun akademik 2012/2013 responden terbanyak yang mengalami gangguan

depresi berdasarkan jenis kelamin adalah adalah perempuan, yaitu sebanyak 20

orang (20%), sedangkan responden laki-laki berjumlah 14 orang (14%), seperti

yang dikatakan bahwa salah satu faktor resiko gangguan depresi yaitu jenis

(43)

berdasarkan tingkat semester perempuan juga lebih banyak mengalami sindrom

depresi dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini juga bisa dikarenakan pada saat

pengambilan data, responden yang ada lebih banyak merupakan mahasiswa

perempuan.

Berdasarkan hasil didapatkan pada semester I/II antara responden

perempuan dan laki-laki didapatkan hasil yang sama yaitu 4 (4%) responden

perempuan dan 4 (4%) responden laki-laki termasuk dalam sindrom depresi. Pada

semester III/IV didapatkan hasil perempuan lebih banyak mengalami sindrom

depresi yaitu 6 (6%) responden perempuan dan 3 (3%) responden laki-laki. Pada

semester V/VI didapatkan hasil perempuan lebih banyak mengalami sindrom

depresi yaitu 5 (5%) responden perempuan dan 4 (4%) responden laki-laki. Pada

semester VII didapatkan hasil perempuan lebih banyak mengalami sindrom

depresi yaitu 5 (5%) responden perempuan dan 3 (3%) responden laki-laki. Dari

hasil ini juga dapat disimpulkan bahwa perempuan lebih banyak mengalami

sindrom depresi dibandingkan dengan laki-laki.

5.2.2. Umur

Jika ditinjau berdasarkan umur, dari 100 responden yang merupakan

mahasiswa FK USU semester ganjil tahun akademik 2012/2013 responden

terbanyak yang mengalami gangguan depresi merupakan umur 18-19 tahun yaitu

mahasiswa yang berada di semester III/IV yaitu 9 dari 25 responden dan umur

19-20 tahun yaitu mahasiswa yang berada di semester V/VI yaitu 9 dari 25 responden

dibandingkan dengan hasil responden dengan umur 17-18 tahun pada semester I/II

dan 20-21 tahun pada semester VII yaitu 8 dari 25 responden. Hasil ini tidak

searah dengan referensi yang mengatakan bahwa pada mahasiswa tahun pertama

gangguan depresi lebih sering terajdi yang diakibatkan beberapa hal, seperti:

tinggal jauh dari keluarga untuk pertama kali (biasanya pada mahasiswa yang

merantau), beradaptasi dengan kebiasaan dan lingkungan baru, dll.

(44)

Penelitian sebelumnya mengatakan bahwa depresi dapat terjadi dari

berbagai kalangan umur dan biasanya sindrom depresi berkembang pada usia

dewasa muda, dengan usia adalah pertengahan 20. (APA,(2000) dalam Nevid et

al, (2005)). Pada penelitian ini didapatkan hasil usia 18-19 dan 19-20 tahun lebih

sering mengalami sindrom depresi. Hasil ini sama dengan penelitian yang

dilakukan oleh APA bahwa sindrom depresi berkembang pada usia pertengahan

(45)

BAB 6

KESIMPULAN dan SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan, maka dalam penelitian ini dapat

disimpulkan, yaitu:

a) Terdapat sindrom depresi pada mahasiswa FK USU semester ganjil tahun

akademik 2012/2013 Dari 100 responden, 34 responden berada dalam

tingkat sindrom depresi.

b) Gambaran tingkat sindrom depresi lebih banyak terjadi pada perempuan

dibandingkan dengan laki-laki dengan persentase 20% pada perempuan

dan 14% pada laki-laki.

c) Gambaran tingkat depresi lebih banyak terjadi pada mahasiswa usia 18-19

tahun dan 19-20 tahun dibandingkan mahasiswa usia 17-18 tahun dan

20-21 tahun dengan persentase 36% pada usia 18-19 tahun dan 19-20 tahun

sedangkan 32% pada usia 17-18 tahun dan 20-21 tahun.

d) Tingkat sindrom depresi berupa gangguan mood ringan paling banyak

terjadi yaitu dengan persentase 23% diikuti dengan depresi sedang yaitu

dengan persentase 6%, batas depresi borderline yaitu dengan persentase

3%. Depresi berat yaitu dengan persentase 2% dan tidak ada didapati

responden dengan depresi ekstrim.

6.2. Saran

Dari hasil penelitian yang didapat, maka beberapa saran dari peneliti, yaitu:

Masukan kepada institusi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

agar memperbaiki sistem perkuliahan terutama jadwal perkuliahan dan

jadwal ujian; yang dimaksud jadwal perkuliahan adalah jadwal kelas,

tutorial, lab yang terlalu padat dan jadwal ujian yang terlalu sering dan

diiringi jadwal kuliah yang padat sehingga mahasiswa belum menyiapkan

(46)

membebani sehingga mudah muncul stres dan jatuh ke dalam sindrom

depresi.

Masukan kepada mahasiswa FK USU jika memiliki suatu masalah pribadi

yang menganggu dan tidak dapat diselesaikan segera melakukan

konsultasi dan konseling.

Masukan kepada peneliti supaya melakukan penelitian lebih lanjut mengenai

(47)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Depresi

2.1.1. Definisi Depresi

Depresi merupakan gangguan mental yang serius yang ditandai

dengan perasaan sedih dan cemas. Gangguan ini biasanya akan

menghilang dalam beberapa hari tetapi dapat juga berkelanjutan yang

dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari (National Institute of Mental

Health, 2010).

Menurut WHO, depresi merupakan gangguan mental yang ditandai

dengan munculnya gejala penurunan mood, kehilangan minat terhadap

sesuatu, perasaan bersalah, gangguan tidur atau nafsu makan, kehilangan

energi, dan penurunan konsentrasi (World Health Organization, 2010).

2.1.2. Epidemiologi Depresi

Pada tahun 2009, American College Health Association-National

College Health Assesment (ACHA-NCHA) melakukan penelitian terhadap

mahasiswa/i dan mendapatkan ± 30% mahasiswa/i mengalami gangguan

depresi (National Institute of Mental Health, 2010). Selain penelitian

diatas, penelitian lain yang melibatkan 1,455 mahasiswa/i juga melaporkan

bahwa gejala-gejala depresi muncul ketika memasuki awal tahun

perkuliahan, 4 penyebab utama tersebut adalah masalah akademik,

ekonomi, kesendirian, dan kesulitan dalam bersosialisasi (Furr, et al,

2001).

Pada penelitian pada mahasiswa/i pada suatu universitas di Boston,

dilaporkan bahwa 14% dari 701 mahasiswa/i menunjukkan gejala-gejala

signifikan dari depresi, dan sebagian dari mereka berpotensi untuk

(48)

Mahasiswa/i pada tahun pertama perkuliahan cenderung mengalami gangguan

depresi mayor dilaporkan dari suatu penelitian di salah satu universitas Kanada.

Pada penelitian tersebut dilaporkan 7% mahasiswa dan 14% mahasiswi memiliki

kriteria-kriteria yang sesuai dengan gangguan depresi mayor (Price et al, 2006).

2.1.3. Etiologi dan Klasifikasi Depresi 2.13.1. Etiologi

1. Faktor biologis

Banyak penelitian menjelaskan adanya abnormalitas biologis pada

pasien-pasien dengan gangguan mood. Pada penelitian akhir-akhir ini,

monoamine neurotransmitter seperti norephinefrin, dopamin, serotonin,

dan histamin merupakan teori utama yang menyebabkan gangguan mood

(Kaplan, et al, 2010).

2. Biogenic amines

Norephinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmitter yang

paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood.

2.1. Norephinefrin

Hubungan norephinefrin dengan gangguan depresi berdasarkan

penelitian dikatakan bahwa penurunan regulasi atau penurunan sensitivitas

dari reseptor α2 adrenergik dan penurunan respon terhadap antidepressan berperan dalam terjadinya gangguan depresi (Kaplan, et al, 2010).

2.2. Serotonin

Penurunan jumlah dari serotonin dapat mencetuskan terjadinya

gangguan depres, dan beberapa pasien dengan percobaan bunuh diri atau

megakhiri hidupnya mempunyai kadar cairan cerebrospinal yang

mengandung kadar serotonin yang rendah dan konsentrasi rendah dari

uptake serotonin pada platelet (Kaplan, et al, 2010).

Penggunaan obat-obatan yang bersifat serotonergik pada

pengobatan depresi dan efektifitas dari obat-obatan tersebut menunjukkan

bahwa adanya suatu teori yang berkaitan antara gangguan depresi dengan

(49)

3. Gangguan neurotransmitter lainnya

Ach ditemukan pada neuron-neuron yang terdistribusi secara

menyebar pada korteks cerebrum. Pada neuron-neuron yang bersifat

kolinergik terdapat hubungan yang interaktif terhadap semua sistem yang

mengatur monoamine neurotransmitter. Kadar choline yang abnormal

yang dimana merupakan prekursor untuk pembentukan Ach ditemukan

abnormal pada pasien-pasien yang menderita gangguan depresi (Kaplan, et

al, 2010).

4. Faktor neuroendokrin

Hormon telah lama diperkirakan mempunyai peranan penting

dalam gangguan mood, terutama gangguan depresi. Sistem neuroendokrin

meregulasi hormon-hormon penting yang berperan dalam gangguan mood,

yang akan mempengaruhi fungsi dasar, seperti : gangguan tidur, makan,

seksual, dan ketidakmampuan dalam mengungkapkan perasaan senang. 3

komponen penting dalam sistem neuroendokrin yaitu : hipotalamus,

kelenjar pituitari, dan korteks adrenal yang bekerja sama dalam feedback

biologis yang secara penuh berkoneksi dengan sistem limbik dan korteks

serebral (Kaplan, et al, 2010).

5. Abnormalitas otak

Studi neuroimaging, menggunakan computerized tomography (CT)

scan, positron-emission tomography (PET), dan magnetic resonance

imaging (MRI) telah menemukan abnormalitas pada 4 area otak pada

individu dengan gangguan mood. Area-area tersebut adalah korteks

prefrontal, hippocampus, korteks cingulate anterior, dan amygdala.

Adanya reduksi dari aktivitas metabolik dan reduksi volume dari gray

matter pada korteks prefrontal, secara partikular pada bagian kiri,

ditemukan pada individu dengan depresi berat atau gangguan bipolar

(50)

2.1.3.2. Klasifikasi Depresi

Gangguan depresi terdiri dari berbagai jenis, yaitu:

1. Gangguan depresi mayor

Gejala-gejala dari gangguan depresi mayor berupa perubahan dari

nafsu makan dan berat badan, perubahan pola tidur dan aktivitas,

kekurangan energi, perasaan bersalah, dan pikiran untuk bunuh diri yang

berlangsung setidaknya ± 2 minggu (Kaplan, et al, 2010).

2. Gangguan dysthmic

Dysthmia bersifat ringan tetapi kronis (berlangsung lama). Gejala-

gejala dysthmia berlangsung lama dari gangguan depresi mayor yaitu

selama 2 tahun atau lebih. Dysthmia bersifat lebih berat dibandingkan

dengan gangguan depresi mayor, tetapi individu dengan gangguan ini masi

dapat berinteraksi dengan aktivitas sehari-harinya (National Institute of

Mental Health, 2010).

3. Gangguan depresi minor

Gejala-gejala dari depresi minor mirip dengan gangguan depresi

mayor dan dysthmia, tetapi gangguan ini bersifat lebih ringan dan atau

berlangsung lebih singkat (National Institute of Mental Health, 2010).

Tipe-tipe lain dari gangguan depresi adalah:

4. Gangguan depresi psikotik

Gangguan depresi berat yang ditandai dengan gejala-gejala,

seperti: halusinasi dan delusi (National Institute of Mental Health, 2010).

5. Gangguan depresi musiman

Gangguan depresi yang muncul pada saat musim dingin dan

menghilang pada musi semi dan musim panas (National Institute of

(51)

2.1.4.Faktor Resiko Depresi

1. Jenis Kelamin

Secara umum dikatakan bahwa gangguan depresi lebih sering terjadi pada

wanita dibandingkan pada pria. Pendapat-pendapat yang berkembang mengatakan

bahwa perbedaan dari kadar hormonal wanita dan pria, perbedaan faktor

psikososial berperan penting dalam gangguan depresi mayor ini (Kaplan, et al,

2010).

Sebuah diskusi panel yang diselenggarakan oleh American Psychological

Association (APA) menyatakan bahwa perbedaan gender sebagian besar

disebabkan oleh lebih banyaknya jumlah stres yang dihadapi wanita dalam

kehidupan kontemporer (Goleman et al, (1990) dalam Nevid et al (2005)).

2. Umur

hingga usia 14 tahun resikonya sangat rendah (Lewinsohn, et al, (1986), Nevid et

al, (2005)).

3. Faktor Sosial-Ekonomi dan Budaya

Tidak ada suatu hubungan antara faktor sosial-ekonomi dan gangguan

depresi mayor, tetapi insiden dari gangguan Bipolar I lebih tinggi ditemukan pada

kelompok sosial-ekonomi yang rendah (Kaplan, et al, 2010). Dari faktor budaya

tidak ada seorang pun mengetahui mengapa depresi telah mengalami peningkatan

di banyak budaya, namun spekulasinya berfokus pada perubahan sosial dan

lingkungan, seperti meningkatnya disintegrasi keluarga karena relokasi,

(52)

kriminal yang disertai kekerasan, seiring dengan kemungkinan pemaparan

terhadap racun atau virus di lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan

mental maupun fisik (Cross National Colaborative Group, (1992) dalam Nevid et

al, (2003)).

2.1.5. Patofisiologi Depresi

Depresi dan gangguan mood melibatkan berbagai faktor yang saling

mempengaruhi. Konsisten dengan model diatesis-stres, depresi dapat

merefleksikan antara faktor-faktor biologis (seperti faktor genetis,

ketidakteraturan neurotransmitter, atau abnormalitas otak), faktor psikologis

(seperti distorsi kognitif atau ketidakberdayaan yang dipelajari), serta stressor

sosial dan lingkungan (sepreti perceraian atau kehilangan pekerjaan).

Faktor Potensial Pelindung

Sumber – sumber daya Coping

Dukungan sosial

Diatesis (+) Faktor Resiko

Kerentanan psikologis

Kerentanan biologis

Gambar 2.1.5. Model diatesis-stres dari depresi (Nevid et al, 2005). Pengangguran

Perceraian

(53)

2.1.6. Gejala Klinis Depresi

Gejala-gejala dari gangguan depresi sangat bervariasi, gejala-gejala

tersebut adalah:

1. Merasa sedih&bersalah 4. Merasa tidak berguna dan gelisah

2. Merasa cemas&kosong 5. Merasa mudah tersinggung

3.Merasa tidak ada harapan 6. Merasa tidak ada yang perduli

Selain gejala-gejala diatas, gejala-gejala lain yang dikeluhkan adalah:

1.Hilangnya ketertarikan terhadap sesuatu atau aktivitas yang dijalani

2. Kekurangan energi dan adanya pikiran untuk bunuh diri

3. Gangguan berkonsentrasi, mengingat informasi,dan membuat keputusan

4. Gangguan tidur, tidak dapat tidur atau tidur terlalu sering

5. Kehilangan nafsu makan atau makan terlalu banyak

7. Nyeri kepala, sakit kepala, keram perut, dan gangguan pencernaan

(National Institute of Mental Health, 2010)

Tingkat depresi dibagi menjadi 5 tingkat, yang akan dijelaskan di bawah ini:

1. Gangguan mood ringan dan depresi sedang ditandai dengan gejala

depresi berkepanjangan setidaknya 2 tahun tanpa episode depresi utama.

Untuk dapat diagnosis depresi ringan-sedang seseorang harus

harus menunjukkan perasaan depresi ditambah setidaknya dua lainnya

suasana hati yang berhubungan dengan gejala.

2. Batas depresi borderline ditandai dengan gejala perasaan depresi yang

berkepanjangan disertai perasaan depresi lebih dari dua suasana hati

yang berhubungan dengan gejala.

3. Depresi berat ditandai dengan gejala depresi utama selama 2 minggu

atau lebih. Untuk dapat didiagnosis depresi berat harus mengalami 1

atau 2 dari total 5 gejala depresi utama.

4. Depresi ekstrim ditandai dengan gejala depresi utama yang

berkepanjangan. Untuk dapat diagnosis depresi ekstrim mengalami

(54)

2.1.7. Diagnosis Depresi

Beck Depression Inventory dibuat oleh dr.Aaron T. Beck, BDI

merupakan salah satu instrumen yang paling sering digunakan untuk

mengukur derajat keparahan depresi.

Para responden akan mengisi 21 pertanyaan, setiap pertanyaan

memiliki skor 1 s/d 3, setelah responden menjawab semua pertanyaan kita

dapat menjumlahkan skor tersebut, Skor tertinggi adalah 63 jika responden

mengisi 3 poin keseluruhan pertanyaan. Skor terendah adalah 0 jika

responden mengisi poin 0 pada keseluruhan pertanyaan. Total dari

keseluruhan akan menjelaskan derajat keparahan yang akan dijelaskan di

bawah ini.

1-10 = normal

11-16 = gangguan mood ringan

17-20 = batas depresi borderline

21-30 = depresi sedang

Obat ini membantu mengurangi gejala-gejala depresi

dengan mekanisme mencegah reuptake dari norephinefrin dan

serotonin di sinaps atau dengan cara megubah reseptor-reseptor

dari neurotransmitter norephinefrin dan seroonin. Obat ini sangat

efektif, terutama dalam mengobati gejala-gejala akut dari depresi

sekitar 60% pada individu yang mengalami depresi. Tricyclic

antidepressants yang sering digunakan adalah imipramine,

amitryiptilene, dan desipramine (Reus V.I., 2004).

(55)

Obat lini kedua dalam mengobati gangguan depresi mayor

adalah Monoamine Oxidase Inhibitors. MAO Inhibitors

menigkatkan ketersediaan neurotransmitter dengan cara

menghambat aksi dari Monoamine Oxidase, suatu enzim yang

normalnya akan melemahkan atau mengurangi neurotransmitter

dalam sambungan sinaptik (Greene, 2005).

MAOIs sama efektifnya dengan Tricyclic Antidepressants

tetapi lebih jarang digunakan karena secara potensial lebih

berbahaya (Reus V.I., 2004).

3. Selective Serotonine Reuptake Inhibitors and Related Drugs

Obat ini mempunyai struktur yang hampir sama dengan

Tricyclic Antidepressants, tetapi SSRI mempunyai efek yang lebih

langsung dalam mempengaruhi kadar serotonin. Pertama SSRI

lebih cepat mengobati gangguan depresi mayor dibandingkan

dengan obat lainnya. Pasien-pasien yang menggunakan obat ini

akan mendapatkan efek yang signifikan dalam penyembuhan

dengan obat ini.

Kedua, SSRI juga mempunyai efek samping yang lebih

sedikit dibandingkan dengan obat-obatan lainnya. Ketiga, obat ini

tidak bersifat fatal apabila overdosis dan lebih aman digunakan

dibandingkan dengan obat-obatan lainnya. Dan yang keempat

SSRI juga efektif dalam pengobatan gangguan depresi mayor yang

disertai dengan gangguan lainnya seperti: gangguan panik, binge

eating, gejala-gejala pramenstrual (Reus, V.I., 2004).

4. Terapi Elektrokonvulsan

Terapi ini merupakan terapi yang paling kontroversial dari

pengobatan biologis. ECT bekerja dengan aktivitas listrik yang

akan dialirkan pada otak. Elektroda-elektroda metal akan

ditempelkan pada bagian kepala, dan diberikan tegangan sekitar 70

sampai 130 volt dan dialirkan pada otak sekitarsatu setengah menit.

(56)

depresi yang tidak dapat sembuh dengan obat-obatan, dan ECT ini

mengobati gangguan depresi sekitar 50%-60% individu yang

mengalami gangguan depresi (Reus, V.I., 2004).

- Pengobatan secara psikologikal 1. Terapi Kognitif

Terapi kognitif merupakan terapi aktif, langsung, dan time

limited yang berfokus pada penanganan struktur mental seorang

pasien. Struktur mental tersebut terdiri ; cognitive triad, cognitive

schemas, dan cognitive errors (C. Daley, 2001).

2. Terapi Perilaku

Terapi perilaku adalah terapi yang digunakan pada pasien

dengan gangguan depresi dengan cara membantu pasien untuk

mengubah cara pikir dalam berinteraksi denga lingkungan sekitar

dan orang-orang sekitar. Terapi perilaku dilakukan dalam jangka

waktu yang singkat, sekitar 12 minggu (Reus, V.I., 2004).

3. Terapi Interpersonal

Terapi ini didasari oleh hal-hal yang mempengaruhi

hubungan interpersonal seorang individu, yang dapat memicu

terjadinya gangguan mood (Barnett & Gotlib, 1998: Coyne, 1976).

Terapi ini berfungsi untuk mengetahui stressor pada pasien

yang mengalami gangguan, dan para terapis dan pasien saling

bekerja sama untuk menangani masalah interpersonal tersebut

(57)

2.1.9. Pencegahan Depresi

Akibat banyaknya dampak buruk yang disebabkan oleh gangguan

depresi maka dibuat suatu pencegahan dalam menangani gangguan depresi

pada individu-individu sebelu mereka mengalami gangguan depresi

tersebut. Beberapa penelitian menerapkan terapi kognitif perilaku dan

terapi interpersonal yang dimana dapat mencegah onset awal dari

terjadinya gangguan depresi pada individu-individu yang mempunyai

faktor resiko tinggi untuk mengalami gangguan depresi; sebagai contoh:

terapi kognitif-perilaku dapat digunakan untuk mencegah gangguan

depresi pada individu-individu dengan pendapatan yang rendah, yang

terpapar dengan stressor-stressor yang ada.

Penelitian yang menjelaskan gangguan depresi terjadi pertama kali

pada masa remaja telah meyakinkan para peneliti untukk melakukan

pencegahan awal pada anak remaja yang mempunyai faktor resiko tinggi

untuk mengalami gangguan depresi. Sebagai contohnya anak remaja yang

sudah menunjukkan gejala-gejala depresi ringan – sedang secara acak mendapatkan terapi kognotof-perilaku dan control group. Para remaja

mendapatkan terapi kognitif-perilaku sebanyak 15 sesi dalam suatu

kelompok-kelompok kecil setelah kam sekolah atau perkuliahan selesai.

Terapi ini berfungsi untuk membantu mereka menangani cara berpikir

mereka yang negatif dan untuk mempelajari cara belajar yang efektif

Gambar

Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Responden
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Berdasarkan Umur
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Umur 17-18 tahun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan OJT di Industri sedapat mungkin disesuaikan dengan program studi yang Pelaksanaan OJT di Industri sedapat mungkin disesuaikan dengan program studi

Partai politik era modern dimaknai sebagai suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuannya

Penelitian ini sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Pebriani, SH (2018) pada anak usia 1-6 tahun yang dilakukan tindakan invasif berupa pemasangan infus dengan

Pada pasien yang kami laporkan dengan TB milier disertai TB tonsil dan nasofaring dengan limfadenopati servikal, yang awalnya dicurigai suatu keganasan setelah dilakukan

- Fotocopy STTB/STK dan Daftar Nilai yang telah disyahkan oleh pejabat yang berwenang masing-masing sebanyak 2 (dua) lembar (Untuk peserta yang belum mendapatkan

Setelah tongkang (barge) sampai di tempat lokasi dimana Kapal Mother Vessel menunggu (biasanya lepas pantai) atau lebih baik dari sisi biaya jika kapal tongkang

Membuat Program Menghitung Relatif Error dan Absolut Error pada Eksponen.

IV.2.3 Matriks Penerimaan Informan Mengenai Bullying dalam Film Langit Biru....