• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Wacana Pesan Moral Dalam Film Naga Bonar Karya Asrul Sani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Wacana Pesan Moral Dalam Film Naga Bonar Karya Asrul Sani"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS WACANA PESAN MORAL

DALAM FILM NAGA BONAR KARYA ASRUL SANI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Sukasih Nur

10405001806

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

ANALISIS WACANA PESAN MORAL

DALAM FILM NAGA BONAR KARYA ASRUL SANI

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos. I)

Oleh Sukasih Nur

NIM : 104051001806

Pembimbing

Dr. Arief Subhan, MA

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul ANALISIS WACANA PESAN MORAL DALAM

FILM NAGA BONAR KARYA ASRUL SANI, telah diajukan dalam sidang

munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 31 Juli 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Program Studi Strata 1.

Jakarta, 31 Juli 2008

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Dr. Murodi, M.A. Umi

Musyarofah, M.A.

NIP: 150254102 NIP:

150281980

Anggota

Penguji I Penguji

II

Drs. Study Rizal, LK, M.Ag. Drs.Wahidin Saputra,M.A.

NIP: 150262876 NIP:

150276299

Pembimbing

(4)

ABSTRAK Sukasih Nur

Analisis Wacana Pesan Moral

Dalam Film “Naga Bonar” Karya Asrul Sani

Film merupakan media komunikasi massa yang dinilai cukup efektif dalam penyampaian pesan dari pada media massa lainnya. Proses penyampaian pesan dilakukannya cenderung mengkontruksi realitas yang ada di lingkungan sekitar kehidupan manusia dan menyarankan berbagai kemungkinan moral, sosial dan psikologis termasuk di dalamnya adalah praktik perjuangan hidup, pengabdian dan pengorbanan, seperti halnya tertera dalam film Naga Bonar karya Asrul Sani.

Film Naga Bonar adalah contoh yang menunjukkan wujud penghormatan terhadap pejuang dan bukti kecintaan terhadap negara. Penyajian kisah perjuangan dalam bentuk komedi selain menghibur, namun di dalamnya banyak termuat pesan kebaikan yang dapat diambil, membuat film ini sangat diminati dan mendapat respon baik dari kalangan masyarakat maupun pemerintah.

Analisis wacana adalah studi tentang pengkajian fungsi pramatik yang dilakukan secara sistematis terhadap suatu kalimat, teks dan konteks sehingga makna yang terkandung dalam kalimat dapat ditafsirkan. Dalam melakukan analisis wacana film ini mengunakan analisis wacana model Teun A. Van Djik, untuk menganalisa pemakaian bahasa dan ungkapan makna yang terdapat dalam film tersebut. Dari sini maka diperlukan skema/kerangka wacana agar mempermudah dalam menganalisa baik teks, kognisi sosial dan konteks sosial.

Penelitian ini ingin mengetahui pesan moral seperti apa yang disajikan film “Naga Bonar” dilihat dari teks dan mengetahui pesan moral seperti apa yang termuat dalam film tersebut dilihat dari kognisi sosial, konteks sosial. Dalam penelitian ini data diperoleh dengan teknik Research Document yaitu melalui observasi dan penelitian terhadap film dalam bentuk VCD dan skenario film, kemudian ditafsirkan, maka dapat diketahui hasil temuannya. Temuan terfokus pada tema-tema yang mengandung moral dan unsur kebaikan yang dibungkus dengan alur cerita, pemakaian gaya bahasa, bentuk kalimat, proposisi dan ungkapan/ metafora yang baik dan mengetahui bagaimana latar belakang dibuatnya cerita tersebut.

Film NB sarat dengan pesan moral. Hal ini bisa ditinjau dari struktur makro film ini yang termuat dalam tema utama yaitu tema perjuangan serta didukung dengan subtopik seperti keberanian, kepemimpinan, pesahabatan, kecintaan, kesetiaan dan kepasrahan. Sedangakan dalam skematik film NB sangat menarik karena dalam menyajikan isi cerita, penulis cerita film lebih memberikan motivasi dan memberikan pengalaman bagi penonton melalui berbagai gambaran visual yang jelas tentang pertempuran dan perjuangan hidup.

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, segala pemilik sumber segala ilmu yang hidayahNya selalu terpancar kepada mahlukNya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Wacana Pesan Moral Dalam Film Naga Bonar Karya Asrul Sani“ yang tak lain adalah sebagai persyaratan untuk menyelesaikan program S1 pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sayarif Hidayatullah Jakarta.

Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah kepada Rasullulah saw berserta keluarganya dan para sahabat, karena beliaulah yang menjadi suritauladan bagi kami agar kami menjadi insan kamil yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membatu dalam penyelesaian skripsi ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis ucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Kamaruddin Hidayat, M.A. selaku Rektor yang dapat amanat ilmiah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Murodi, M.A, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi 3. Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam dan Ibu Umi Musyarofah, selaku Seketaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

(6)

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberi arahan pengembangan intelektual penulis selama belajar di kelas yang satu persatu tidak dapat penulis sebutkan.

6. Pimpinan perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan seluruh staf dan karyawan yang telah melayani dan menyiapkan fasilitas literatur selama penulis belajar sampai bisa menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Pimpinan Perpustakaan Sinematek (Pusat Perfilman Indonesia), atas pemberian skenario film Naga Bonar sebagai data skripsi ini.

8. Terkhusus kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta, S. Nursahid dan Mursini, yang telah mendidik, mengasuh dan membesarkan serta memberikan segenap cinta dan kasih sayang, doa, dukungan, baik moril maupun materil sehingga penulis dapat mengeyam pendidikan formal di perguruan tinggi hingga selesai.

9. Abangda tercinta Al-Marhum Mukholid yang telah memberikan kasih sayang dan ketulusan mengasuh penulis hingga akhir hayat. Semoga semua amalnya mendapat balasan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Dan tak lupa pula terimakasih kepada kakak ku Mufidah dan abang ku Mawardi serta kakak Ipar ku Wida Ningsih dan Sikun, yang ikut andil dalam memberikan motivasi pada penulis. Keponakan ku Ami, Ica, Ayu, dan Rahman kalian adalah harapan ku.

(7)

tak lupa pula sahabat-sahabat ku dan teman-teman seperjuangan ku Happy Ladies (Nita, Luluk, Ibed, Lilik, Trisna dan Ratna) dan teman seangkatan 2004 (Karyono, Sabar, Samsul dan Roni) terimakasih atas dukungan kalian.

11. Keluarga besar IKAPDH, terimakasih atas bimbingan kakak-kakak ku (Kak Sukron, kak Ilham, kak Hafiz, kak Adi, kak Dodoy, kak Supri, kak Herry, dan kak Nia, ) dan adik-adik ku IKAPDH (Ida, Umi, Titin, Ely, Mineh, Iil, Nurul, Salmi, Halsa, Bayu, ) dan semuanya yang tak sempat disebutkan satu persatu. Terimakasih atas cerita, dukungan dan kekompakan kalian semua.

12.Teman-teman ku di SEMARI (Serumpun Mahasiswa Riau) terus berjuanglah demi Riau kita.

13.Teman-teman ku di kajian SAUNG (Anas, Rama, Widi, Wiwit, Afnan, Firda, Sinar, dan Tifa) terimakasih atas ilmu dan sharing diskusinya.

14.Teman-teman seperjuangan ku di KPI B tahun 2004. Aal terimakasih motivasi dan dukungan, Mimin dan Imut, ida, ani, terimakasih atas dukungan dan cerita kalian. Dan teman-teman lainnya Restifa, Yayu, Ika Mika, Tya, Anis, Iik, Eza, Sarah, Eva, Ulul, Zee, Fajar, Munih, Maulana, Ozi, Samsuri, dan lainnya yang tak sempat satu persatu disebutkan.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah penulis serahkan. Semoga seluruh bantuan dan amal baik yang telah diberikan kan dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang berlipat ganda. penulis berharap tulisan ini bisa memberikan manfaat bagi banyak pihak.

Kampung Utan, 2008

(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

D. Tinjauan Pustaka ... 8

E. Metodologi Penelitian ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II. KERANGKA TEORI A. Pengertian Moral ... 15

B. Sekilas Tentang Film ... 16

1. Pengertian Film ... 16

2. Unsur dan Jenis-Jenis Film ... 18

3. Perkembangan Film di Indonesia ... 21

B. Film Sebagai Media Transmisi Nilai ... 25

(9)

BAB III. GAMBARAN UMUM : ASRUL SANI DAN FILM NAGA

BONAR

A. Profil Asrul Sani ... 40

1. Riwayat Hidup ... 40

2. Karir Asrul Sani ... 43

3. Karya-Karya Asrul Sani ... 44

B. Profil Film ”Naga Bonar” ... 46

1. Crew Film ”Naga Bonar” ... 46

2. Visi dan Misi Film ... 48

3. Sinopsis Film ”Naga Bonar” ... 49

BAB IV. TEMUAN DAN ANALISIS A. Wacana Pesan Moral Dari Perspektif Analisis Teks ... 51

B. Wacana Pesan Moral Dari Perspektif Kognisi Sosial ... 79

C. Wacana Pesan Moral Dari Perspektif Konteks Sosial ... 81

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan. ... 85

B. Saran. ... 87

DAFTAR PUSTAKA

(10)

LEMBAR PENYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti karya saya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 17 Juli 2008

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan teknologi media komunikasi membawa pengaruh yang tidak kecil bagi masyarakat dunia. Apalagi dengan timbul istilah budaya pop yang mengajak manusia dalam kehidupan serba instant dan mewah. Hal ini tentunya sangat berpengaruh terhadap pergeseran tata nilai moral dan ekspresi budaya ketimuran.

Kehadiran keanekaragaman media komunikasi adalah salah satu yang dapat dimanfaatkan oleh umat Islam sebaik-baiknya sebagai sarana peningkatan iman dan takwa, media komunikasi juga dapat digunakan untuk penyampaian pesan moral baik yang terkandung dalam Islam maupun yang hanya disepakati oleh masyarakat. Oleh karena itu praktisi dakwah dituntut untuk bisa berinovasi melalui media alternatif dalam menyampaikan nilai moral kepada masyarakat dan kebenaran Islam. Pesan moral hendaknya dikemas secara komprehensif seperti halnya film. Film merupakan salah satu hasil teknologi yang saat ini sangat berperan dalam kegiatan komunikasi. Kata film digunakan untuk segala sesuatu yang berhubungan dengan media massa. Film merupakan teknologi hiburan massa untuk menyebarluaskan informasi dan berbagai pesan sekala luas, selain pers, radio, televisi.1

Di antara hadirnya media tersebut, yang banyak diminati masyarakat adalah film, karena film bisa memadukan dua unsur yaitu suara dan gambar.

1

(12)

Selain itu juga film merupakan salah satu bentuk hasil dari kebudayaan yang kehadirannya saat ini akrab dengan keseharian manusia.2 Film memberikan ruang terhadap masyarakat dan berhasil menampilkan gambar-gambar yang semakin mendekati kenyataan sehingga seolah-olah benar-benar terjadi dihadapannya.3 Oleh karena itu film adalah medium komunikasi yang ampuh, bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk penerangan pendidikan (edukatif) secara penuh (media yang komplit).4 Karena dalam penyampaian pesan-pesan kepada masyarakat disajikan secara halus dan menyentuh relung hati tanpa merasa digurui. Namun fakta dalam film ditampilkan secara abstrak di mana tema cerita bertolak dengan fenomena yang terjadi di masyarakat, bahkan lebih dari itu dalam film cerita dibuat secara imajinatif.5

Film memberikan pengaruh yang besar terhadap jiwa manusia. Hal ini berhubungan dengan ilmu jiwa sosial tentang gejala “Identifikasi psikologi” yaitu orang merasa terlibat dengan tokoh yang ditampilkan sehingga ia ikut merasa apa yang dirasakan tokoh tersebut. 6

Film sebagai media komunikasi yang di dalamnya terdapat proses komunikasi banyak mengandung pesan baik pesan sosial, pesan moral, maupun pesan keagamaan. Film memang perlu mengandung pesan moral maupun agama, karena film tidak hanya hadir dengan tujuan sebagai hiburan saja melainkan untuk

2

Mustofa Mansur, Jalan Dakwah, (Jakarta : Pustaka Ilmiah, 1994)h. 26.

3

Onong uchjana Effendi, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung : Cipta Aditya Bakti, 2003), h. 207.

4

Ibid, Hal. 209.

5

Mafni Amir, Etika Komunikasi Massa dan Pandangan Islam (Jakarta : Logos, 1999) h. 27.

6

(13)

pengajaran moral dan pendidikan, yang mengkritik tentang kepincangan moral bangsa.

Film yang mengandung nilai-nilai moral adalah film yang ceritanya menyangkut aspek-aspek kehidupan sosial, mengandung ajaran tentang tingkah laku yang baik, itu akan mudah diterima oleh masyarakat penonton karena film memberi ruang pikir bagi masyarakat untuk menerima atau menolak pesan yang disampaikan.

Salah satu kelebihan yang dimiliki film, baik yang ditayangkan lewat tabung televisi maupun layar perak, film mampu menampilkan realitas kedua (the Second reality) dari kehidupan manuisa. Kisah-kisah yang ditayangkan bisa lebih bagus dari kondisi nyata sehari-hari atau sebaliknya bisa lebih buruk.7

Semakin banyak munculnya film-film layar lebar ditayangkan di bioskop, televisi, bahkan berbentuk VCD dan itu sangat digandrungi dan kebanyakan menceritakan dunia glamour saja serta minim akan nilai-nilai moral. Film hiburan baru ini cenderung menciptakan mimpi-mimpi dan memanjakan imajinasi penonton. Kebanyakan film-film sekarang diproduksi hanya untuk bisnis belaka yang bersumber pada matrealisme yang lebih mengutamakan keuntungan dari pada pendidikan terhadap masyarakat. Hal ini adalah pembodohan secara tidak langsung kepada generasi penerus bangsa. Hal demikian berbeda dengan keadaan film Indonesia masa dahulu masih mengangkat tema-tema perjuangan dan

7

Asep S, Muhtadi, Dakwah Kontemporer – Pola Alternatif Dakwah Melalui Televise,

(14)

pendidikan yang memiliki basic culture yang kuat dengan setting ruang sosial masyarakat Indonesia.8

Lewat film “Naga Bonar” (selanjutnya disebut NB) Asrul Sani berusaha memberikan warna perfilman Indonesia. Ia banyak mengungkap tema-tema perjuangan dan sosial, karena ia memang tidak terpisah dari zamannya. Asrul adalah generasi terakhir Indonesia yang mendapatkan pendidikan Belanda. Jadi tidaklah heran jika ia, selalu mengungkap tema-tema perjuangan baik dalam film maupun dalam puisi dan karya lainnya. Sekitar tahun 80-an, saat itu Asrul bersemangat membuat film-film bertema perjuangan, menurutnya tema-tema ini sangat jauh berbeda dengan film-film sebelum perang yang fantastik alias tidak realistis. Seperti estetika film praperang yang hanya membahas estetika hiburan, senang-senang dengan gambar indah, casting cakep, cerita sudah diketahui umum (karena dari legenda/dongeng sandiwara), maka tak perlu lagi tema-tema berat dengan karakter yang spesifik. Dengan demikian terlihat yang dijual hanya efek, gambar indah, dan sensasionalisme. Dari sini Asrul berinisiatif membuat sebuah film layar lebar bertema humanistik dan kaya nilai-nilai moral, budaya dan perjuangan. Film NB ini sarat dengan nilai perjuangan bangsa meski film dikemas dalam bentuk komedi. NB merupakan salah satu film yang memiliki basic culture dengan setting perjuangan kemerdekaan Indonesia. NB cukup lama hadir dalam dunia film di Indonesia, diproduksi sekitar tahun 1987, dengan mengambil latar kehidupan masyarakat Batak (Sumatra utara) masa perjuangan melawan Belanda. Film NB mengisahkan seorang pemuda (Naga Bonar), sebagai pencopet yang

8

(15)

akhirnya menjadi Jendral dalam perjuangan. Awalnya semua dilakukan hanya sekedar untuk mendapatkan kemewahan hidup, akan tetapi pada akhirnya dia menjadi tentara yang sesungguhnya, dan memimpin kemenangan Indonesia dalam peperangan.

Walaupun film ini termasuk film klasik, namun film NB mencoba memberi alternatif tontonan bermoral dan menjunjung tinggi nilai moral, nasionalisme, primodialisme dan idealisme, yakni keyakinan, perjuangan, kepasrahan, kesetiaan serta harapan. Film NB yang walau terlihat usang, namun sekarang telah di daur ulang kembali tanpa merubah cerita aslinya. Restorasi film ini ternyata masih diminati dan diberi apresiasi yang baik oleh masyarakat. Hal ini adalah wujud keprihatinan terhadap kondisi perfilman nasional yang kurang memberikan nilai pendidikan dan nilai moral bagi kalangan masyarakat sehingga mendorong upaya merestorasi ulang film NB di tahun 2008.

(16)

Tidaklah lupa melihat sosok Asrul Sani (wafat 11 Januari 2004) sebagai penulis skenario (penulis cerita) film NB. Asrulbanyak meraih penghargaan pada festival-festival nasional maupun internasional. Bukan saja seorang sutradara namun ia juga seorang sastrawan angkatan 45. NB merupakan Film yang berhasil menyabet Piala Citra FFI 1987 untuk kategori film terbaik. Asrul lebih dikenal sebagai seorang seniman lewat sajak, cerpen, dan penulisan skenario dan penyutradaran film. Dalam dunia perfilman Asrul lebih kurang enam piala citra berhasil direbut olehnya. Dengan demikian Asrul pantas dinobatkan sebagai tokoh perfilman. Asrul adalah pelaku terpenting sejarah kebudayaan modern Indonesia Ia bukan saja sutradara, namun juga seseorang yang menghargai sejarah.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih dalam mengenai film “Naga Bonar” karya Asrul Sani yang mengemas pesan moral dengan kehidupan duniawi sehingga mudah dipahami dan diambil hikmahnya melalui kajian wacana yang ditampilkan dalam film tersebut. Dengan demikian untuk membahas permasalahan di atas maka penulis tuangkan dalam judul “ Analisis Wacana Pesan Moral Dalam Film Naga Bonar Karya Asrul Sani ”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

(17)

buku The Advensed’s Dictionary of Current English bahwa moral adalah suatu ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik, sedangkan untuk mengukur tingkah laku manusia mengunakan tolak ukur norma-norma yang tumbuh di masyarakat seperti adat-istiadat dan kebiasaan.9 Dengan demikian pesan moral yang ditekankan dalam penelitian ini berdasarkan pengertian di atas adalah pesan-pesan yang mengandung ajaran dan gambaran tingkah laku yang baik, termasuk di dalamnya pelajaran hidup, penerapan terhadap sikap, yang sesuai dengan nilai-nilai kemasyarakatan.

2. Perumusan Masalah

Dengan demikian berdasarkan pokok masalah tersebut, penulis merumuskan beberapa rincian permasalahan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini.

Adapun perumusannya masalah sebagai berikut :

1. Pesan moral seperti apa yang disajikan film “Naga Bonar” dilihat dari teks (struktur makro, suprastuktur, struktur mikro)?

2. Pesan moral seperti apa yang termuat dalam film “Naga Bonar ” dilihat dari Kognisi Sosial, Konteks Sosial?

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pesan-pesan moral yang disajikan film NB dilihat dari teks (stuktur makro dan suprastruktur dan struktur mikro).

2. Untuk mengetahui pesan-pesan moral yang terkandung dalam film ”Naga Bonar” dilihat dari kognisi sosial, konteks sosial.

9

(18)

D. Kegunaan penelitian

1. Segi Akademis

Penelitian tentang film dapat memperdalam studi tentang analisis teks media massa, khususnya tentang kajian analisis wacana pada sebuah film. Di samping itu penelitian analisis wacana film NB ini juga memberi pemahaman kepada mahasiswa tentang analisis wacana model Teun A. Van Dijk dan dapat diaplikasikan dalam analisis teks media lainya. Sementara itu kajian film sebagai penyampai pesan moral diharapkan akan memberikan kontribusi yang bagus dan positif pada khazanah keilmuan dalam bidang pendidikan dan moral melalui media film.

2. Segi Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi awal bagi penelitian serupa di masa mendatang, menambah ilmu dan wawasan para generasi muda tentang bagaimana kita tetap menerapkan ajaran-ajaran Islam dan menempatkan moral yang baik dalam kehidupan sehari-hari serta memberikan motivasi kepada para sutradara dan pengelolah film untuk terus berkreasi menciptakan film-film yang bermutu dan mendidik.

E. Tinjauan Pustaka

(19)

”Rindu Kami Padamu”) karya Garin Nugroho oleh saudari Amelia Istiana tahun 2006. Pada penelitian sebelumnya lebih menekankan penelitian dalam segi religius yaitu dengan mengangkat pesan dakwah yang hanya berkaitan dengan keagamaan, sedangkan penulis dalam penelitian ini mengungkap pesan-pesan yang lebih menyangkut aspek kehidupan sosial. Namun metode yang digunakan sama-sama mengunakan model Van Djik dalam analisis wacana dalam film.

Dalam menulis skripsi yang berjudul ”Analisis Wacana Pesan Moral dalam Film Naga Bonar karya Asrul Sani”, penulis berpedoman pada buku Eriyanto (2001) yang berjudul ”analisis wacana (pengantar analisis teks media)”. Dalam buku ini disajikan secara lengkap penjelasan wacana menurut teori Teun Van A. Dijk, mulai dari segi teks (tema, skema, bentuk kalimat sampai pada konteks sosial (faktor eksternal yang berkembang), sehingga mempermudah penulis dalam melakukan penelitian. Penelitian yang penulis lakukan diharapkan memberi tambahan/pelengkap dari penelitian yang dilakukan sebelumnya.

E. Metodologi Penelitian

Penelitian ini dengan mengunakan metode analisis wacana (Discourse analisys) yaitu studi tentang struktur pesan atau telaah mengenai aneka fungsi bahasa (pragmatik).10 Metode analisis wacana berbeda dengan metode kuantitatif yang menekankan pada pertanyaan ”Apa” (what), analisis wacana lebih melihat ”Bagaimana” (how) dari suatu pesan atau teks komunikasi, maka dengan metode ini tidak hanya diketahui pesan apa saja yang terdapat dalam film ini, tetapi juga bagaimana pesan itu dikemas dan diatur sedemikian rupa.

10

(20)

Melalui analisis wacana tidak hanya mengetahui isi teks, tetapi bagaimana juga pesan itu disampaikan lewat kata, frase, kalimat, metafora macam apa yang disampaikan. Analisis wacana lebih melihat kepada bagaimana isi pesan yang akan diteliti. 11

Model yang digunakan oleh peneliti adalah model Teun Van A. Djik. Menurutnya penelitian wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktek produksi yang harus juga diamati. 12 Inti analisis Van Djik adalah mengabungkan ketiga dimensi wacana ke dalam satu kesatuan analisis. Dimensi tersebut adalah dimensi teks, kognisi sosial, dam konteks sosial. 13

Untuk menjelaskan ketiga dimensi tersebut di atas, maka peneliti memberi gambaran struktur wacana yang tersusun dalam skema di bawah ini:

Skema Struktur Wacana

Struktur

Wacana

Hal Yang Diamati Elemen

Struktur Makro Tematik

Tema/topik yang dikedepankan dalam film Naga Bonar

Topik

Super Struktur Skematik

Bagaimana bagian dan urutan film diskemakan dalam teks/naskah film yang utuh

Skema

Struktur Mikro Semantik

Makna yang ingin ditekankan dalam film

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Media, (Yogyakarta : LKIS, 2006), h. 221.

13

(21)

Sintaksis

Bagaimana kalimat (bentuk, susunan) yang dipilih

Stilistik

Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam film Naga Bonar

Retoris

Bagaimana dan dengan cara apa penekanan dilakukan

Setelah mengetahui struktur wacana model Van Djik di atas, ada dua kategori yang penting dalam meneliti suatu teks media yaitu dilihat dari kognisi sosial dan konteks sosial. Menurut Van Dijk meneliti wacana tidak hanya didasarkan atas analisis teks semata, namun meneliti bagaimana suatu teks itu diproduksi. Kategori kognisi sosial dan konteks sosial di atas ini mempuyai dua arti, di satu sisi ia menunjukkan bagaimana proses film tersebut diproduksi, namun di sisi lain ia mengambarkan bagaimana nilai-nilai masyarakat menyebar dan diserap oleh penulis skenario dan akhirnya digunakan untuk membuat film tersebut.

1. Subjek dan Objek Penelitian serta Sumber Data

(22)

elektronik (Internet) juga dari buku-buku pustaka yang penulis jadikan sebagai sumber bacaan untuk penulisan skripsi ini.

2. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, penulis mengunakan dua cara yaitu :

a. Teknik Research Document (penelitian terhadap dokumen) sebagai metode ilmiah penelitian ini digunakan untuk memperoleh data dalam bentuk pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena yang diselidiki. Artinya penulis hanya meneliti naskah/skenario film “Naga Bonar” Karya Asrul Sani tanpa melakukan wawancara, setelah itu dilakukan pencatatan-pencatatan dari hasil temuan reseach tersebut.

b. Observasi

Observasi adalah berupa kegiatan yang berhubungan dengan pengawasan, peninjauan, penyelidikan dan riset. 14

Penelitian ini penulis melakukan observasi tidak langsung. Observasi tidak langsung adalah dengan mengamati film tersebut dari VCD dan melihat skenario film Naga Bonar. Sebagai metode observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki.

3. Teknik Analisa Data a. Proses Penafsiran

Penafsiran dilakukan dengan cara melakukan analisa selama pengumpulan data dengan mengunakan multi sumber bukti, membangun rangkaian bukti

14

(23)

dan mengklarifikasikan. Setelah itu kemudian mereduksi data di mana dilakukan berbagai proses pemilihan, pemutusan, perhatian, dan penyerdehanaan, pengabstrakan, dan transformasi data dasar. Selanjutnya dilakukan penyajian data yang merupakan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

b. Penyimpulan Hasil Penelitian

Dalam menganalisa data, penulis mengunakan pola pemikiran deduktif dan induktif. Deduktif yaitu menarik kesimpulan dari dalil-dalil yang sifatnya umum kemudian dijadikan kesimpulan khusus. Sedang induktif adalah menarik kesimpulan dari bersifat khusus untuk kemudian dijelaskan secara luas.

Kesimpulan yang akan diambil oleh peneliti dengan selalu mendasarkan diri atas semua data yang diperoleh dalam kegiatan penelitian. Kesimpulan merupakan jawaban berdasarkan data yang terkumpul, dan kesimpulan merupakan solusi yang akan diberikan kepada objek penelitian.15

F. Sistematika Penulisan

Adapun teknik penulisan yang digunakan yaitu berpedoman pada buku pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang disusun oleh tim UIN Syahid, UIN Press, 20076 cet ke-1.

Semetara untuk mempermudah susunan skripsi ini, maka dibuatlah sistematika penulisan yang membagi menjadi 5 (lima) bab yang terdiri dari beberapa sub bab, yaitu sebagai berikut :

15

(24)

BAB I Pendahuluan, membahas latar belakang masalah, pembahasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teoritis, menguraikan sekilas pesan moral, tentang film meliputi pengertian film, unsur dan jenis dalam film perkembangan film di Indonesia, dan penerapan Dicourse Analisys dalam film serta film sebagai transmisi nilai.

BAB III Gambaran Umum : Asrul Sani dan film Naga Bonar.Dalam bab ini penulis menguraikan profil sang sutradara Asrul Sani meliputi: riwayat hidup, perkembangan karir, karya-karya yang dihasilkan dan juga menguraikan profil film Naga Bonar yang meliputi : visi dan misi film, Crew dalam film, sinopsis film Naga Bonar.

BAB IV Hasil Analisis, membahas tentang temuan wacana pesan moral dalam Film Naga Bonar dilihat dari Teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.

(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Moral

Moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap kelakuan dan perbuatan. Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, buruk. 16 Selanjutnya pengertian moral dijumpai pula dalam The Advanced Learner’s Dictionary of Current English. Dalam buku ini dikemukakan beberapa pengertian moral sebagai berikut:

a. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk. b. Kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah. c. Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik.

Berdasarkan kutipan di atas, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk.17 Jika dalam kehidupan sehari-hari dikatakan bahwa orang tersebut bermoral, maka yang dimaksudkan adalah bahwa orang tersebut tingkah lakunya baik.

Dalam perkembangan selanjutanya istilah moral sering dikatakan sebagai kesadaran, sehingga menjadi kesadaran moral. Ahmad Charris dalam bukunya Kuliah Etika mengatakan bahwa kesadaran moral merupakan faktor penting untuk

16

Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta : PT. Raja Grafindo, 1996), h. 92

17

(26)

memungkinkan tindakan manusia selalu bermoral, berprilaku susila, dan perbuatannya sesuai dengan norma yang berlaku. Kesadaran moral itu berlaku pada nilai-nilai yang benar-benar esensial, fundamental.

Kesadaran moral berkaitan erat dengan hati nurani. Dalam keadaan moral itu mencakup tiga hal. Pertama, perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan suatu tindakan bermoral. Kedua, kesadaran moral berwujud rasional dan objektif, yaitu suatu perbuatan yang secara umum dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal yang objketif dan dapat diberlakukan secara universal, artinya dapat disetujui, berlaku ada waktu dan tempat bagi setiap orang yang berada dalam situasi yang sejenis. Ketiga, kesadaran moral yang dapat muncul dalam bentuk kebebasan. 18

B. Sekilas Tentang Film

1. Pengertian Film

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop).19 Namun secara sederhana film hanyalah susunan gambar yang ada dalam selluloid, kemudian diputar dengan mengunakan teknologi proyektor yang sebetulnya telah menawarkan nafas demokrasi, bisa ditafsirkan dalam berbagai makna. Ia menawarkan berbagai pesan dan bisa dimanfaatkan untuk berbagai kegunaan.20 Menurut UU perfilman No 8 tahun 1992 karya cipta budaya yang merupakan media komunikasi massa dipandang, didengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita selluloid, pita video,

18

Ibid

19

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, (Jakarta : Balai Puataka, 2002), h. 316

20

(27)

piringan video dan bahan-bahan hasil temuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi elektronik atau proses lainnya.21

Banyak defenisi film yang dikemukakan oleh para ahli, menurut Alex Shobur (2003), bahwa film merupakan bayangan yang diangkat dari kenyataan hidup yang dialami dalam kehidupan sehari-hari yang menyebabkan selalu ada kecenderungan untuk mencari relevasi antara film dengan realitas kehidupan.22 Dan menurut Onong Uchana Effendy (2000), film merupakan media bukan saja sebagai hiburan tetapi juga sebagai penerangan dan pendidikan. Para ahli bahasa merumuskan film sebagai “gambaran hidup” (artinya, gambar yang dihidupi atau kehidupan yang dilayarkan dalam gambar-gambar/ citra-citra). Dalam gambaran hidup memuat 2 unsur penting, yaitu sisi visible (gambar) dan sisi invisible (yaitu, pesan dan nilai dibaliknya).23 Film adalah teknologi komunikasi massa yang menyebarluaskan informasi dan berbagai pesan secara luas selain radio, televisi, pers.24 Di samping itu film merupakan fenomena sosial, psikologi dan estetika yang komplek dan merupakan dekomentasi yang terdiri dari cerita dan gambar yang diiringi kata-kata dan musik. Film juga hasil produksi yang multidimensional dan sangat komplek.

Sementara, Jakob Sumardjo dari pusat pendidikan film dan televisi, menyatakan bahwa film berperan sebagai pengalaman dan nilai.25 Selain itu film juga dapat digunakan sebagai alat propaganda, karena film dianggap memiliki

21

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 32

22

Ibid, h. 95

23

Mudji Sutrisno, Oase Estetis – Estetika dalam Kata dan Sketza, (Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 2006), h. 78.

24

Sean Mac Bried, Komunikasi dan Masyarakat Sekarang dan Masa Depan, Aneka Suara Satu Dunia (Jakarta : PN Balai Pustaka Unesco, 1983), h. 120.

25

(28)

jangkauan, realisme dan popularitas yang hebat. Upaya pengembangan pesan dengan hiburan sudah lama diterapkan dalam kesustraaan dan drama. Namun, unsur film dalam mengembangkan pesan memiliki kelebihan karena dalam segi kemampuannya film dapat menjangkau sekian banyak orang dalam waktu yang cepat dan serentak dan kemampuan film mampu memanipulasi kenyataan yang tampak dengan pesan fotografis tanpa kehilangan kridebilitas.26 Karena film diangkat dari bayangan kenyataan hidup yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, itulah sebabnya selalu ada kecenderungan untuk mencari relevansi antara film dengan realitas kehidupan.27 Menurut Graenie Turner, film dibentuk dan menghadirkan kembali realitas berdasarkan kode-kode, konvensi dan idiologi dari kebudayaan masyarakat.28

2. Unsur-Unsur dan Jenis-Jenis Film

Beberapa unsur yang terdapat dalam sebuah film. Unsur-unsur tersebut adalah:

1. Title (judul)

2. Crident Title, meliputi : produser, karyawan, artis dll 3. Tema film

4. Intrik, yaitu usaha pemeranan film untuk mencapai tujuan 5. Klimaks, yaitu benturan antara kepentingan

6. Plot (alur cerita)

7. Suspend atau keterangan, masalah yang masih terkatung-katung

8. Million Setting, latar belakang terjadinya peristiwa, masa waktu, bagi kota, perlengkapan, aksesoris. Dan

9. Sinopsis, yaitu untuk memberi ringkasan atau gambaran dengan cepat kepada orang yang berkepentingan.

10.Trailer, yaitu bagian film yang menarik 11.Character, yaitu karakteristik pelaku-pelaku.

Adapun stuktur-struktur dalam film adalah sebagai berikut :

26

Dennis Mc. Quail, Teori Komunikasi Massa : Suatu Pengantar, Edisi ke-2 (Penerbit Erlangga, 1987), h. 15.

27

Kusnawan,Komunikasi dan Penyiaran Islam, h. 94.

28

(29)

1. Pembagian cerita (scene) 2. Pembagian adegan (squence) 3. Jenis pengambilan gambar (shoot) 4. Pemilihan adegan pembuka (opening) 5. Alur cerita dan continuity

6. Intrique, meliputi jealousy, penghianatan, rahasia bocor, tipu muslihat, dll. 7. Anti Klimaks, penyelesaian masalah.

8. Ending, pemilihan penutup.29

Jenis-jenis film dibedakan menurut sifatnya, yaitu sebagai berikut : a. Film Cerita (story film)

Film cerita adalah film yang menyajikan kepada publik sebuah cerita, sebagai cerita harus mengandung unsur-unsur yang dapat menyentuh rasa manusia. Cerita dalam film ini diambil dari kisah-kisah sejarah, cerita nyata dari kehidupan sehari-hari, atau khayalan yang diolah untuk menjadi film. 30 Film cerita diartikan sebagai pengutaraan cerita atau ide, dengan pertolongan gambar-gambar, gerak dan dikemas yang memugkinkan pembuat film melahirkan realitas rekaan yang merupakan suatu alternatif dari realitas nyata bagi penikmatnya. Ide atau pesan cerita mengunakan pendekatan yang bersifat membujuk. Oleh karena itu film cerita dapat dipandang sebagai wahana penyebaran nilai-nilai.

b. Film Berita (newsreel)

Film berita adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi. Kamera sekedar merekam peristiwa, karena sifatnya berita, film ini disajikan kepada publik harus bernilai berita (newsvalue), film berita menitik

29

Ibid , h. 1000-1001.

30

(30)

beratkan pada segi pemberitaan kejadian aktual, misalnya dokumentasi peristiwa perang, dan dokumentasi upacara kenegaraan.31

c. Film Dokumenter (Documentary film)

Istilah dokumentary awalnya digunakan oleh seorang (sutradara director) Inggris Jhon Grierson. Film dokumenter didefenisiskan oleh Grierson sebagai karya ciptaan mengenai kanyataan (creative treatment of actuality), Titik berat dalam film dokumenter adalah fakta atau peristiwa yang terjadi. Raymond Spottiswoode dalam bukunya A Grammar of the Film menyatakan “Film dokumenter dilihat dari segi subjek dan pendekatannya adalah penyajian hubungan manusia yang didramatis dengan kehidupan kelembagaannya, baik lembaga industri, sosial, maupun politik. Dan dilihat dari segi teknik merupakan bentuk yang kurang penting dibandingkan dengan isinya.32

Film dokumenter, selain mengandung fakta ia juga mengandung subjektivitas pembuat. Subjektivitas diartikan sebagai sikap atau opini terhadap peristiwa. Jadi, ketika faktor manusia berperanan, persepsi tentang kenyataan akan sangat bergantung pada manusia pembuat film dokumenter itu. Dengan kata lain, film dokumenter bukan cerminan pasif dari kenyataan, melainkan ada proses penafsiran atas kenyataan yang dilakukan oleh si pembuat film dokumenter.33

d. Film Kartun (cartoon film)

Film kartun adalah film yang berasal dari lukisan para seniman. Titik berat dalam pembuatan film karun adalah seni lukis. Film ini adalah hasil dari imajinatif para seniman lukis yang kemudian menghidupkan gambar-gambar

31

Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film, (Jakarta : PT Grasindo, 1996), h. 13.

32

Effendy, Ilmu Teori, h. 212-214.

33

(31)

seolah-olah hidup.34 Film kartun juga disebut sebagai film animasi film animasi memanfaatkan gambar (lukisan) maupun benda-benda mati yang lain, seperti; boneka, meja dan kursi yang bisa dihidupkan dengan teknik animasi seperti halnya Mickey Mouse, Donald Duck dan Sincan 35

Adapun jenis-jenis film yang telah beredar memiliki beberapa jenis, jenis tersebut dapat diklasifikasikan kepada :

1. Drama : adalah suatu kejadian atau peristiwa hidup yang hebat, mengandung konflik pergolakan, clash atau benturan antara dua orang atau lebih. Sifat drama : romance, tragedy dan komedi.

2. Realisme : adalah film yang mengandung relevansi dengan kehidupan keseharian.

3. Film sejarah : melukiskan kehidupan tersohor dan peristiwanya.

4. Film perang : mengambarkan peperangan atau situasi di dalamnya atau setelahnya.

5. Film futuristik : mengambarkan masa depan secara khayali. 6. Film anak : mengupas kehidupan anak-anak.

7. Cartoon : cerita bergambar yang mulanya lahir dari media cetak yang diolah sebagai cerita bergambar, bukan saja sebagai story board melainkan gambar yang sangup bergerak dengan teknik animation atau single stroke operation.

8. Adventure : film pertarungan, tergolong film klasik.

9. Crime story, pada umumnya mengandung sifat-sifat heroik. 10.Film seks : menampilkan erotisme.

11.Film misteri/horor : mengupas terjadinya fenomena supranatural yang menimbulkan rasa wonder, heran, takjub dan takut. 36

3. Perkembangan Film Di Indonesia

a. Awal Hadirnya Film di Indonesia

Sesungguhnya film di Indonesia mempunyai sejarah yang panjang, di Indonesia film dimulai sejak tahun 1926,37 oleh dua orang perintis orang-orang Eropa kebangsaan Belanda, yaitu F. Carli (1927), G. Kruger dan Haeuveldrop. Menurut sejarah perfilman Indonesia, film pertama di negeri ini

Kusnawan,, Komunikasi dan Penyiaran Islam, h. 101.

37

(32)

berjudul “Lely dan Java” diproduksi di Bandung oleh David.38 Dan untuk pertama kali tercatat dalam surat kabar De Locomotief edisi september 1926, yaitu Loetoeng Kasaroeng oleh Haeuveldrop, menurut catatan De Prearger film ini merupakan film cerita yang pertama yang dibuat di Indonesia dan diputar di kota tempat pembuatnya, yaitu bioskop Elita dan Oriental, berikutnya mereka membuat Eulis Atjih, lalu Bung Amat Tangkap Kodok (kruger), karina (Carli), Lari Arab (kruger). Eulis Atjih membuka munculnya film Nyi Dasima yang mengambarkan kehidupan Indonesia dan Belanda. Setelah pembuatan film yang dilakukan oleh orang-orang Eropa, namun selanjutkan oleh orang-orang pedagang Tionghoa diperluas dan film dijadikan barang komersial yang menguntungkan, tidak heran karena orang Tionghoa sudah terjun dalam perdagangan film impor. Tetapi menurut Armijn Pane dalam produksi film Tjerita Indonesia, perusahaan peranakan ini terjun menjadi produser ketika seorang peranakan ikut main dalam film Naik Djadi Dewa. 39

Perusahaan film pada waktu itu yang terkenal berasal dari Tionghoa keluarga The, membentuk Jacarta Film Co yang dikenal dengan Wong Bersaudara. Kemudian terus berkembang hingga banyak menghasilkan film-film seperti Pareh (Mannus Franken), Terang Bulan (1937), Fatimah (1938) dan lainnya. Di penghujung tahun 1941 Perang Asia Timur Raya pecah, dunia film pun berubah wajah perusahaan film, seperti Wong Brothers, South Pacific, dan Multi film diambil alih Jepang, ketika pemerintah Belanda sebagai penguasa di Indonesia menyerah kalah kapada balatentara Jepang.

38

Effendy, Ilmu Teori, h. 217.

39

(33)

Pada massa itu film dikuasai oleh Jepang ia ingin mempropaganda kehebatan bangsanya melalui kesenian khusunya film. Pemerintahan Jepang mendirikan pusat kebudayaan Keiin Bunka Shidoso dengan maksud untuk merangkul empat bidang kesenian yaitu, kesustraan, kesenian, ukiran dan lukisan. Dan akhirnya didirikan organisasi khusus mengatur film pada oktober 1942 Jawa Eiga Kosha (perusahaan film jawa), Nippon Eiga Sha.

b. Perkembangan Film di Indonesia setelah berdirinya NKRI 1. Priode 1950-1962

(34)

PERSARI berhasil mambuat cerita pertamanya sedap malam. Namun perusahaan ini lebih memperhitungkan segi komersial saja dibandingkan dengan perusahaan film lainnya. Dunia perfilman akhirnya disemarakkan dengan adanya festival film Indonesia (FFI) yang pertama berlangsung dari tanggal 30 Maret - 5 april 1955 dari sini maka timbulnya berbagai organisasi-organisasi perfilman lainnya.

2. Periode 1962-1965

Zaman keemasan perfilman secara kuantitatif bermula pada tahun 1960 dengan 38 judul, dan secara kualitatif bermula pada film Usmar Ismail. Namun sebenarnya masa keemasan hanya sekejap saja, sebab tahun 1962 tercatat kemunduran dratis. Kemunduran film ini tidak lepas dari ketegangan politik di tanah air, sehingga banyak orang-orang politik masuk dalam dunia perfilman. Maka jelas mereka lebih banyak keinginan politik dibandingkan membagun industri film.

3. Priode 1965-1970

(35)

4. Priode 1970-Sekarang

Pada periode ini teknologi canggih media visual mulai merambah ke Indonesia seperti Vidio Tape dan pada tahun 1980 menjadi persaingan dengan dunia film nasional maupun bioskop nasional. Persaingan ini merambah dengan adanya pembajakan film dalam bentuk kaset, sehingga masyarakat juga memiliki video dan hal ini menjadi penurunan terhadap pembioskopan. Dan mengatasi persaingan ini, para pengusaha film bergabung dalam persatuan perusahaan film Indonesia (PPFI). Persaingan ini semakin ketat dengan hadirnya teknologi HDTV (High devinition television). Terus berkembang dengan mulai hadirnya Televisi swasta seperti ; RCTI, SCTV, TPI, ANTV, dan TV yang berkembang sampai saat ini. 40

C. Film Sebagai Media Transmisi Nilai

Kemajuan sains dan teknologi pada saat ini diakui begitu cepat, salah satu kemajuan yang pesat adalah sebagai implikasi dari modernisasi yang ditompang oleh perangkat utamanya ilmu pengetahuan dan teknologi. Film merupakan hasil dari teknologi yang berkembang saat ini.

Film merupakan media komunikasi massa yang dihasilkan sebagai karya teknik manusia. Film dipakai sebagai alat komunikasi massa, populernya sebagai alat untuk bercerita. Apa yang diceritakan itu suatu khayalan atau kisah, pada intinya film sebagai media bercerita, yaitu suatu media baru sebagai hasil karya elektro-teknik dan karya optik.

40

(36)

Film sebagai media transmisi nilai. Menurut Kamus Ilmiah Populer transmisi artinya ; Pemindahan atau Pengiriman pesan. 41 Jadi film sebagai media pengiriman pesan lewat cerita bergambar. Film bisa dimanfaatkan secara positif guna memenuhi kebutuhan ril manusia. Salah satu pemanfaatnya adalah film sebagai media informasi yang di dalamnya terdapat pesan nilai-nilai yang dapat diambil oleh masyarakat dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Film secara teoritis merupakan alat komunikasi yang paling dinamis, apa yang terpandang oleh mata dan terdengar oleh telinga, masih lebih cepat dan mudah masuk akal dari pada apa yang hanya dibaca. Film sebagai media massa, dapat dimainkan peran dirinya sebagai saluran menarik untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu dari dan untuk manusia, termasuk pesan-pesan keagamaan atau pesan moral.42 Menurut Jakob Sumardjo (2003), film sebagai sebuah nilai dan dapat memenuhi kebutuhan bersifat spiritual, yaitu keindahan dan trasendental. Selanjutnya film juga sebagai media komunikasi yang berfungsi sebagai media tablig, yaitu media yang untuk mengajak kebenaran. Tentunya sebagai media tablig, film mempunyai kelebihan dengan media lainnya dan menjadi media yang efektif, dimana pesan-pesannya dapat disampaikan kepada penonton dengan halus dan menyentuh relung hati tanpa digurui.43 Film disebut media yang ampuh sekali jika di tangan orang yang mempergunakan secara efektif untuk suatu maksud, terutama sekali terhadap khalayak yang memang lebih banyak berbicara dengan hati dari pada akal.44

41

Pius A Partanto dan M dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya : Arloka, 1994), h. 756.

42

Kusnawan,, Komunikasi dan Penyiaran Islam, h. 95.

43

Ibid, h. 94.

44

(37)

Dengan demikian film bisa menjadikan alternatif sebagai media yang dapat menyampaikan nilai-nilai sesuai dengan kehidupan masyarakat, selain sebagai media hiburan, film juga untuk penerangan dan pendidikan. Dalam ceramah-ceramah penerangan dan pendidikan kini banyak digunakan film sebagai alat pembatu untuk memberikan penjelasan.45 Dengan film, kita dapat memperoleh informasi dan gambaran tentang realitas tertentu, realitas yang sudah terseleksi. Dan pada giliranya akan membentuk sikap dan prilaku khalayak yang menyaksikan.

Menurut Burhan Bungin dalam bukunya Sosiologi Komunikasi, menyatakan bahwa fungsi utama komunikasi massa adalah salah satunya sebagai Sosial Learning adalah media massa bertugas memberikan pendidikan sosial atau pencerahan-pencerahan kepada seluruh masyarakat, fungsi komunikasi ini dilakukan untuk menutupi kelemahan fungsi paedagogi yang dilakukan secara tatap muka.46 Hal ini selaras juga dengan teori belajar sosial (sosial learning) yang dikeluarkan oleh Badura menurutnya “kita belajar bukan saja dari pengalaman langsung, tetapi dari peniruan dan peneladanaan (modeling)”.

Dalam teori ini ada empat tahap proses belajar sosial : proses perhatian, proses pengingatan, proses reproduksi motories, dan proses motivational.47 Misalnya ketika menonton film, orang akan melihat tindakkan tokoh atau adegan pemain, melalui pengamatan penonton film diberi rangsangan. Dan tahap berikutnya hasil pengamatan disimpan dalam pikiran penonton dan akan kembali lagi ketika seseorang melakukan tindakan sama seperti apa yang pernah mereka

45

Effendy, Ilmu Teori, h. 211.

46

Burhan Bungin, Sosisologi Komunikasi – Teori Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi Masyarakat (Jakarta : Prenada Media Group, 2006), cet 1, h. 80.

47

(38)

amati. Setelah itu sampailah pada, proses reproduksi motoris, yakni menghadirkan kembali prilaku dan tindakan dalam kehidupan sesuai dengan apa yang pernah diamatinya, namun proses motivasi juga mempengaruhi kondisi personal manusia.48 Dengan mengunakan metode belajar sosial ini, penyampaian pesan moral atau dakwah yang dilakukan oleh film akan lebih efektif. Karena film mempunyai kelebihan bermain pada sisi emosional, ia mempunyai pengaruh yang lebih tajam untuk memainkan emosi pemirsa. Berbeda dengan buku yang memerlukan daya pikir aktif dan penonton bersifat pasif. Hal ini tentuya dikarenakan sajian film adalah sajian yang siap dinikmati. Dan efek yang terbesar film menurut Soelarko (1978) adalah peniruan.

Namun film sebagai alat komunikasi massa dewasa ini telah dipakai untuk berbagai tujuan. Bagi mereka yang melihat film sebagai media ansich (sebagai media tok) dan menerapkan “seni untuk seni” film adalah sebagai media untuk menyatakan suatu pikiran, perasaan, isi hati, kadang-kadang nafsu mereka pribadi dengan tidak memperdulikan norma, nilai-nilai selain dari pada ukuran-ukuran mereka sendiri sebagai seniman. Kebanyakan film yang dibuat tidak lain pada hakikatnya bersumber materialisme.49 Dipergolakan film sebagai media dagangan sebenarnya pemerintah telah menentukan aturan-aturan dalam film hal ini sesuai dengan ketetapan MPRS No. II/MPRS/ 1960, Lampiran angkat 1 : Bidang Mental/ Keagamaan/ Kerohanian/ Penelitian sub.16 menyatakan : film bukan semata-mata barang dagangan, melainkan alat pendidikan dan penerangan. 50

48

Asep S. Muhtadi, dkk, Dakwah Kontemporer, h. 97.

49

Umar Islmail, Umar Ismail Mengupas Film, Dikumpulkan J.E. Siahaan (Jakarta : Sinar Harapan, 1983) Cet Ke-1 h. 98-99.

50

(39)

Jika kita bertekad untuk menjadikan film sebagai media dakwah atau media penyampai nilai-nilai atau juga media perjuangan, maka yang menjadi perhatian utama harus mencari dan menyelidiki secara sadar rahasia selera penonton umumnya dan bagaimana cara memberikan kepuasan kepada khalayak, maka kita tidak boleh pasif dan sinis saja, karena dengan demikian film itu tidak akan menjadi senjata ampuh di tangan kita. Bagi sisnes-sineas muslim Indonesia, yang seharusnya diutamakan adalah patriot bangsa, menjadi kewajiban untuk menjadikan film media perjuangan dan media dakwah islamiyah.

D. Penerapan Discourse Analysis Terhadap Film

Analisis wacana (discourse analysis) merupakan analisis yang digunakan untuk mengalisis suatu teks media. Analisis wacana adalah studi tentang struktur pesan dalam komunikasi. Lebih tepatnya lagi, analisis wacana adalah telaah mengenai aneka fungsi (pragmatik) bahasa.51 Dalam tulisan Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki yang berjudul Farming Analysis : an Approach to News Discourse dikatakan bahwa wacana media merupakan proses kesadaran sosial yang melibatkan tiga pemain, yaitu sumber-sumber berita (Source), para wartawan (Journalists) dan khalayak (Audience).52 Banyak model yang dikembangkan oleh para ahli bahasa dalam pembahasan wacana. Eriyanto dalam buku Analisis wacana sempat menyebutkan beberapa model analisis wacana yang dikembangkan oleh Roger Fowler dkk, Theo Van Leeuwen, Sara Mills, Norman Fairclough dan model Van Djik model ini yang sering digunakan untuk menganalisis suatu media, karena Van Djik mengelaborasi elemen-elemen wacana

51

Sobur, Analisis Teks Media, h. 48.

52

(40)

sehingga bisa diaplikasikan secara praktis.53 Sementara model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Teun Van Djik dalam menganalisis teks/ naskah film.

Model yang dipakai oleh Van Djik ini sering disebut sebagai “Kognisi Sosial”. Menurut Van Djik penelitian atas wacana tidak hanya didasarkan atas analisis teks semata, karena teks merupakan hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Di sini harus dilihat bagaimana suatu teks diproduksi sehingga kita memperoleh suatu pengetahuan kenapa teks bisa semacam itu. 54 Van Djik melihat suatu wacana terdiri dari atas berbagai struktur dan tingkatan ia membagi dalam tiga tingkatan, tetapi itu merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan mendukung satu sama lainnya.

1. Struktur Makro

Tingkatan pertama, struktur makro dan hal yang diamati adalah tematik, yaitu mengamati apa yang dikatakan oleh film Naga Bonar. Stuktur makro merupakan makna global/ umum dari suatu teks, yang dapat diamati dengan melihat topik dari suatu teks. Van Djik mendefenisikan topik sebagai struktur makro dari suatu wacana. Dari topik kita dapat mengentahui tindakan yang diambil dari komunikator dalam mengatasi suatu masalah. Tema wacana ini bukan hanya isi, tetapi juga sisi tertentu dari suatu peristiwa.55 Tema dalam sebuah film dapat dilihat melalui judul dan premis. Premis menurut kamus

53

Alex Sobur, Analisis Teks Media – Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 73.

54

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Media, (Yogyakarta : LKIS, 2006), h. 221.

55

(41)

adalah gagasan yang disampaikan atau ditayangkan untuk membawa kepada kesimpulan,56 Seperti film Naga Bonar, tema dilihat melalui premis.

a. Tematik

Secara harfiah tema berarti “sesuatu yang telah diuraikan” atau “sesuatu yang telah ditempatkan”. Berasal dari bahasa Yunani tithenia yang berati “menempatkan” atau meletakan”. Tema adalah suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui tulisannya. Kata tema sering dibandingkan dengan apa yang disebut topik. Kata topik berasal dari bahasa yunani, topoi yang berati tempat. Topik secara teoritis digambarkan sebagai dalil (proposisi), sebagai bagian dari informasi penting sebagai pembentuk kesadaran sosial. Elemen tematik menunjukan pada gambaran umum dari suatu teks/ naskah film atau sebagai gagasan inti, ringkasan atau yang utama dari suatu teks/ naskah. Topik mengambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh penulis skenario dalam sebuah film. Topik menunjukan informasi yang paling penting atau inti pesan yang akan disampaikan oleh komunikator topik juga menunjukan konsep dominan, sentral dan yang paling penting dari isi suatu film. 57

Tema menurut kamus perfilman berarti “pesan” penulis. Lahir dari pandangan atas kenyataan yang ada dan bagaimana pandangan moralitasnya, bagaimana dunia ini sebenarnya. Tema berurusan dengan hal yang bersifat universal seperti, cinta, keberanian, kemerdekaan, kematian, hilangnya rasa kemanusiaan dalam masyarakat modern, dan lainnya.58

56

Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, Kamus Kecil Istilah Film, ( Jakarta : Bandan Pengembangan SDM Citra, 1997), Edisi ke- 2, h. 136.

57

Eriyanto, Analisis Wacana, h. 229

58

(42)

Tema selalu mengandung konotasi ide pokok, namun pengertian seperti ini terlalu sempit. Ia kita artikan sebagai suatu persoalan pokok atau suatu fokus di sekilas mana sebuah film dibangun. Dalam film wilayah pokok dibagi menjadi empat bagian yaitu; plot, emosi, karakter dan ide. Tema berfungsi sebagai pemersatu dalam sebuah film. Menurut Teun Van Djik topik mengambarkan tema umum dari suatu teks/ naskah film, topik ini akan didukung subtopik satu dan sub topik lainnya yang saling mendukung terbentuklah topik umum. Subtopik ini juga didukung oleh serangkaian fakta yang ditampilkan yang menunjukan dan mengambarkan subtopik, sehingga dengan subbagian yang mendukung antara satu bagian dengan bagian yang lain, teks secara keseluruhan membentuk teks yang koheren dan utuh.59

2. Supra Struktur (Skematik)

Tingkatan yang kedua adalah suprastuktur. Hal yang diamati yaitu, skematik, adalah kerangka suatu teks bagaimana stuktur dan elemen wacana itu disusun dalam teks secara utuh. Dalam sebuah film atau teks umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti.60 Berkaitan dengan skenario, sebelum dicatat hingga menjadi naskah yang siap diproduksi. Penataan dilakukan untuk membuat struktur cerita dengan format-format standar. Dalam struktur terdapat berbagai hal seperti inti cerita, plot dan struktur drama yang dibagi dalam beberapa babak. Inti cerita premis akan menjadi dasar dalam membentuk plot cerita (plotline). Plot adalah jalan cerita atau alur cerita dari

59

Eriyanto, Analisis Wacana, h. 230

60

(43)

awal, tengah, dan akhir. Jika sebuah film akan dibuat, maka struktur yang penting untuk dicermati, yaitu pembagian cerita (scene), pembagian adegan (sequence), jenis pengambilan cerita (shoot), pemilihan adegan pembuka (opening), alur cerita dan continuity, intik, anti kilmaks (penyelesaian masalah), dan ending (penutup). Skematik dalam istilah perfilman disebut sruktur tiga babak, yang merupakan fondasi yang membentuk skenario solid.

61

Film umumnya secara hipotetik mempunyai dua kategori skema besar. Pertama, Summary yang umumnya ditandai dengan dua elemen yakni judul dan lead. Elemen ini adalah elemen yang dianggap pentig. Judul dan lead umumnya menunjukan tema yang ingin ditampilkan oleh penulis skenario dalam film. Lead ini umumnya sebagai pengantar ringkasan apa yang ingin dikatakan sebelum masuk dalam isi sebuah cerita film secara lengkap. Kedua, story yakni isi cerita (body) secara keseluruhan. Menurut Van Djik, arti penting dari skematik adalah strategi wartawan, penulis skenario untuk mendukung topik tertentu yang ingin disampaikan dengan menyusun bagian-bagian dari urutan tertentu.

3. Stuktur Mikro

Tingkatan yang ketiga adalah struktur mikro, struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati melalui empat hal, yaitu semantik, sintaksis, stilistik, retoris. Semantik yaitu makna yang ingin ditekankan. Sintaksis, bagaimana pendapat disampaikan melalui film. Stilistik, pilihan kata

61

(44)

apa yang digunakan dalan film tersebut dan terakhir retoris, yaitu bagaimana dan dengan cara apa penekanan pesan moral dilakukan. 62

a. Semantik

Pengertian umum semantik adalah disiplin ilmu bahasa yang menelaah makna suatu lingual, baik makna leksikal maupun makna gramatikal. Semantik (arti) dalam skema Van Djik dikategorikan sebagai makna lokal (local meaning), yakni makna yang muncul dari hubungan antar kalimat, hubungan antar proposisi yang membagun makna tertentu dalam suatu bagunan teks. Semantik tidak hanya mendefenisikan bagian mana yang terpenting dari struktur wacana, tetapi juga yang mengiringi ke arah sisi tertentu dari suatu peristiwa.

Strategi semantik selalu dimaksudkan untuk mengambarkan diri sendiri atau kelompok sendiri secara positif sebaliknya mengambarkan kelompok lain secara buruk, sehingga menghasilkan makna yang berlawanan. Beberapa strategi semantik yaitu pertama; Latar merupakan bagian berita atau cerita yang menpengaruhi semantik (arti) yang ditampilkan. Latar yang dipilih menetukan kemana arah pandangan khalayak hendak dibawa. Bentuk dari strategi semantik kedua, adalah detail suatu wacana. Elemen wacana detail berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang (komunikator). Komunikator menampilkan informasi yang menguntungkan dirinya dan citra baik secara berlebihan dan digambarkan secara detail. Ketiga, elemen maksud ini hampir sama dengan detail. Elemen maksud melihat informasi yang menguntungkan komunikator dan akan diuraikan secara

62

(45)

eksplisit dan jelas. Sebaliknya informasi yang merugikan akan disampaikan secara tersamar, implisit dan tersembunyi.63 Ketika membahas film Naga Bonar informasi disampaikan secara eksplisit dan jelas. Tujuan akhir adalah kepada publik hanya informasi yang menguntungkan komunikator.

Pengandaian (Presuposition) adalah strategi lain yang dapat memberi citra tertentu ketika diterima khalayak. Pengandaian hadir dengan memberikan kenyataan yang dipandang terpercaya dan karenanya tidak perlu dipertanyakan. Pengandaian dalam film ini dapat dilihat melalui dialog pada scene. Strategi dalam sebuah film dapat dilihat melalui tematiknya, berapa kali atau seberapa penting pesan itu disampaikan oleh penulis.

b. Sintaksis

Secara terminologi, kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani (sun = dengan + tattei = menempatkan), berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata-kata atau kalimat. Menurut Ramlan, mengatakan sitaksis adalah bagian atau cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, kalusa, dan frase.

Dalam elemen sintaksis ada beberapa strategi elemen yang mendukung, pertama, Salah satu elemen sintaksis adalah koheren. Koherensi adalah pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta, ide yang menjadi suatu untaian yang logis sehingga mudah memahami pesan yang dikandungnya elemen koherensi dalam analisis wacana adalah pertalian dan jalinan antar kata, proposisi atau kalimat.64 Dua buah kalimat atau proposisi yang mengambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan dengan memakai

63

Ibid, h. 78

64

(46)

koheren. Sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika komunikator menghubungkannya. Koherensi dapat ditampilkan melalui hubungan sebab akibat, bisa juga sebagai penjelas dan mudah untuk diamati. Di antaranya kata hubung yang dipakai (dan, akibat, tetapi, lalu, karena, meskipun) menyebabkan makna berlainan ketika hendak menghubungkan proposisi.

Kedua, bentuk kalimat adalah bentuk sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis, yaitu prinsip kausalitas, logika kausalitas, akan diterjemahkan dalam bahasa menjadi susunan subjek (yang menerangkan) dan predikat (yang diterangkan). Bentuk kalimat bukan hanya persoalan teknis kebenaran tata bahasa, tetapi menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat. Dalam kalimat yang berstruktur aktif, seseorang yang menjadi subjek dari pernyataannya, sedangkan dari struktur pasif seseorang menjadi objek dari pernyataannya. Penempatan itu dapat mempengaruhi makna timbul karena akan menunjukkan bagian mana yang lebih ditonjolkan kepada khalayak.65

Ketiga, adalah kata ganti, kata ganti merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti timbul untuk menghidari pengulangan kata tadi (yang disebutkan etensenden) dalam kalimat-kalimat berikutnya dan menghindari segi-segi yang negatif. Dalam analisis wacana, kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan dimana posisi seseorang dalam wacana. Dalam mengungkapkan sikapnya, seseorang dapat menguraikan kata ganti

65

(47)

“saya” atau “kami” yang mengambarkan bahwa sikap tersebut adalah sikap resmi komunikator semata-mata. Tetapi ketika memakai kata ganti “kita” menjadi sikap tersebut sebagai representasi dari sikap bersama dari suatu komunitas tertentu.

Sintaksis tersebut dapat kita telusuri melalui dialog atau adengan dalam film Naga Bonar. Dialog adalah kata-kata yang diucapkan oleh para tokoh, dialog terbagi dalam dua macam, yaitu dialog lahir (yang terucapkan) dan dialog batin (yang tidak terucap).

c. Stilistik

(48)

Pemilihan leksikal pada dasarnya menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata-frase yang tersedia. Seperti kata “meninggal” mempunyai arti mati, tewas, gugur, terbunuh dan sebagainnya. Pilihan kata-kata atau frase menunjukan sikap dan ideologi tertentu.66 Penulis naskah film Naga Bonar memilih kata yang mudah dipahami dan tidak terlalu baku. 5. Retoris

Strategi dalam level retoris di sini adalah gaya yang diugkapkan ketika seseorang berbicara atau menulis. Misalnya dengan mengunakan kata yang berlebihan (hiperbolik) atau bertele-tele. Retoris mempunyai fungsi sebagai persuasif dan berhubungan erat dengan bagaimana pesan itu ingin disampaikan kepada khalayak. Pemakaiannya di antaranya dengan mengunakan gaya repetisi (pengulangan), aliterasi (pemakaian kata-kata yang permulaanya sama bunyinya seperti sajak), sebagai suatu strategi untuk menarik perhatian, atau menekankan isi tertentu agar menjadi perhatian. Bentuk gaya retoris lain adalah ejekan (ironi), tujuannya untuk melebihkan suatu yang posistif mengenai diri sendiri dan melebihkan keburukan lawan. Interaksi yakni, bagaimana pembicara menempatkan/ memosisikan dirinya di antara khalayak.

Ekspresi, dimaksudkan untuk membantu menonjolkan atau menghilangkan, bagian tertentu dari teks yang disampaikan. Elemen ini merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. Contohnya: ekspresi wajah marah, tersenyum sinis, tersenyum karena terpaksa dan lainnya. Di dalam

66

(49)

suatu wacana komunikator tidak hanya menyampaikan pesan pokok, tetapi juga kiasan, ungkapan, metapora, yang dimaksud sebagai ornament atau bumbu dari suatu teks. Metafora tentu dipakai oleh komunikator secara strategis sebagai landasan pikiran, alasan pembenar atas pendapat atau gagasan tertentu kepada publik. Wacana yang terkhir yang menjadi strategi level retoris ini adalah dengan menampilkan apa yang disebut Visual Image. Dalam elemen ini ditampilkan dengan menggambarkan detail berbagai hal yang ingin ditonjolkan. 67 untuk melihat retoris atau gaya, dapat dilihat melalui pengulangan dialog pada film Naga Bonar.

67

(50)

BAB III

GAMBARAN UMUM :

ASRUL SANI DAN FILM NAGA BONAR

Pada bab terdahulu telah diuraikan beberapa kerangka teori digunakan sebagai patokan atau landasan dalam pengkajian penelitian ini. Hingga akhirnya pada bab ini penulis memberikan gambaran umum tentang Asrul Sani dan film Naga Bonar yang hal itu akan dibahas secara khusus dalam bab tersendiri. Dalam bab ini akan dijelaskan bagaimana riwayat hidup sang pengarang cerita dan film Naga Bonar.

Sementara itu, bab ini dapat membatu penulis dalam mengidentifikasi beberapa hasil temuan. Sesuai dengan teori wacana model Teun A.Van Djik yang digunakan dalam penelitian ini, menurutnya Van Djik meneliti bukan hanya dari segi teks belaka, namun harus dilihat dari segi kognisi dan konteks sosial para pengarang, sehingga dapat tercipta film tersebut. Dengan demikian maka pentinglah kiranya penulis membahas bab ini secara terpisah, sehingga memudahkan dalam menelusuri apakah ada kaitanya dengan kognisi sosial pengarang dan apakah ada kaitanya juga dengan konteks sosial masyarakat.

A. Profil Asrul Sani

1. Riwayat Hidup

(51)

bersekolah, ia sudah mendengar karya-karya terkenal dari Schubert. Selain gemar dengan karya sastra Asrul memelihara bebek, namun setiap hari ia menjual hasil telor bebeknya pada ibunya sendiri. Dari situlah jatuh pilihannya untuk untuk kuliah di kedokteran hewan Universitas Indonesia. namun demikian kegemaran menikmati karya sastra masih terbawa.

Setelah tamat dari sekolah Rakyat di Rao, Asrul Sani menuju Jakarta belajar di Sekolah Teknik, kemudian setelah menyelesaikan study nya di sekolah teknik, lalu ia melanjutkan ke Universitas dan masuk ke Fakultas Kehewanan Universitas Indonesia tahun 1955 (yang sekarang dikenal sebagai Institut Pertanian Bogor). Asrul juga Sempat pindah ke Fakultas Sastra Universitas Indonesia, namun kemudian balik lagi hingga tamat memperoleh titel Dokter hewan. Asrul tertarik dengan dunia mengarang dan mulai mengeluti dunia sinematografi karena persahabatannya dengan Usmar Ismail.68

Seusai Asrul Sani menyelesaikan studi di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Indonesia. ia pernah mengikuti seminar Internasional mengenai kebudayaan di Universitas Harvard (1954), kemudian ia pun memperdalam pengetahuan tentang dramaturgi dan sinematografi di Universitas California Selatan, Los Angeles, Amerika Serikat (1956), dan kemudian Asrul membantu Sticusa di Amsterdam (1957-1958).

Panjang perjalanan yang ditempuh Asrul Sani dalam kehidupannya. Setelah itu ia memutuskan untuk menjalin rumah tangga dengan sorang wanita yang ia cintai bernama Siti Nuraini pada 29 Maret 1951 di Bogor. Siti adalah teman Asrul semasa menjadi wartawan dan satu profesi dengannya. Namun

68

(52)

malang bagi Asrul Sani ia tidak bisa mempertahankan keutuhan keluargannya, dan pada akhirnya ia mengakhiri pernikahannya dengan Siti Nuraini dan menceraikan Siti pada tahun 1961. Asrul setelah bercerai dengan Siti ia pun tidak putus asa, ia masih ingin menjalin rumah tangga yang baru. Akhirnya ia bertemu dengan Mutiara Sarumpaet seorang aktris film layar lebar dan sinetron, 22 tahun lebih muda dan menikahinya pada tanggal 29 desember 1972.

Asrul memiliki 6 keturunan dari pernikahannya pertama dam kedua. Bersama Siti Nuraini, Asrul dikaruniai tiga anak perempuan dari pernikahan pertama sedangkan dari pernikahan yang kedua bersama Mutiara Sarumpaet Asrul dikaruniai tiga anak laki-laki. Selama hidupnya Asrul Sani hanya mendedikasikan dirinya pada seni dan sastra.

Perjalanan yang panjang telah dilalui Asrul Sani pada akhirnya Asrul Sani menghembuskan nafas terakhir tenang tepat di pelukan Mutiara Sani (56 tahun) pada pada hari Minggu, 11 Januari 2004 tepat pukul 22.15 WIB. Malam sekitar pukul 22.15 di kediamannya di Jln. Attahiriah, Kompleks Warga Indah No. 4E, Pejaten Jakarta. Seniman ini wafat setelah kesehatannya terus menurun sejak menjalani operasi tulang pinggul sekitar satu setengah tahun sebelumnya.

Gambar

gambaran struktur wacana yang tersusun dalam skema di bawah ini:
Gambaran Umum : Asrul Sani dan film Naga Bonar. Dalam bab ini
gambar-gambar, gerak dan dikemas yang memugkinkan pembuat film
gambar yang sangup bergerak dengan teknik animation atau single stroke

Referensi

Dokumen terkait

kekerasan. Kategori kekerasan psikologis muncul sebanyak 19 scene atau sebesar 63,33%. Dari 

Sama seperti dalam teks sebelumnya. Teks agama ialah cinta juga menggunakan gaya penulisan retoris dengan memberikan tanda baca pada kalimat atau kata yang ingin ditekankan,

1) Musik fungsional, yaitu musik yang sumber suaranya tidak tampak pada gambar tetapi mempunyai hubungan fungsional dengan gambar. 2) Musik realistik, musik yang

manusia dengan manusia, baik secara langsung maupun dalam bentuk kelembagaan seperti yang 

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat sertakuasanya-Nya hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat

Berdasarkan data visual dan verbal pesan moral yang ditunjukkan dalam scene ini adalah anak yang berbakti kepada orang tua. Scene 10: Joko Mengantar Nenek

Data primer merupakan data utama yang diperoleh langsung dari sumber data asli (tidak melalui media perantara), dalam penelitian ini, data primer yang akan diteliti

Melalui kalimat Estelle pada dialog 178 juga akhirnya ditemukan data mengenai masa lalu Estelle yaitu : Estelle memiliki seorang adik laki-laki, Estelle telah yatim piatu