SISWA KELAS 3 SMA PRAMITA TANGERANG
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Disusun oleh:
EKA LIANAWATI
NIM: 103070029042
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF lilDAYATULLAli
JAKARTA
SISWA KELAS 3 SMA PRAMITA TANGERANG
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk mernenuhi syarat-syarat dalam rnernperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Ors. loliluddin AS M.A
oleh:
EKA LIANAWATI NIM: 103070029042
Di bawah bimbingan
Pembimbing II
セセNNZN@
Ors. Rachmat Mulyono. M.si. Psi NIP. 150 :293 240
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Skripsi yang berjudul "Hubungan Antara Religiusitas Oengan Kecemasan
Menghadapi Ujian Nasional (UN) Siswa Kelas 3 SMA Pramita Tangerang" telah
diujikan dalam sidang munaqosah Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta pada tanggal
22
Januari2008.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana PsikologiJakarta, Januari
2008
Sidang Munaqosah
Oekan
Ora. Nett artati M. Si NIP.
150 · 1 5938
Penguji I
M. Si.
3
---Ors. Choliluddin AS, M.A
Ang go ta
Pudekl
pセァオェhiセ@
セMMMMᄋMMᄋI@
oイウセゥャオ、、ゥョ@
::> AS, M.APembimbin9 II
Kotika Anda mongubah pikiran maka koyakinan Anda akan
borubah.
Kotika Anda mongubah koyakinan maka harapan Anda akan
borubah.
Kotika Anda mongubah harapan maka !!ikap Anda akan borubah.
Kotika Anda mongubah !!ikap maka porilaku Anda akan borubah.
Kotika Anda mongubah porilaku maka kinotla Anda akan borubah.
Kl:!tika Ahda mongubah kinoda Anda maka hidup Anda akan
borubah.
(Dr. Jhon C. Maxwoll)
"Gunakan 80% pikiranmu untuk memikirkan solusi dan gunakan
セョーr@
c:lno t)!}nmn 7erSR!JR09,
c2\dik dtHP
セ・ャオョイYョ@
(C) Eka Lianawati
(B) Januari 2008
(D) Hubungan antara religiusitas dengan kecemasan memghadapi ujian nasional (UN) siswa SMA PRAMITA Tangerang
(E) 88 Halaman + Lampiran
(F) Pada keseharian ada berbagai peran yang di jalani individu sebagai remaja, salah satunya adalah perannya sebagai seorang pelajar. Ada banyak sekali pekerjaan, tantangan, dan tututan yang harus dikerjakan dan dihadapi oleh seorang pelajar. Pekerjaan, tantangan dan tuntutan Htu antara lain
pembuatan tugas, pembuatan karya tulis, maupun uj'ian yang merupakan suatu bentuk evaluasi yang secara rutin dilakukan pada seorang pelajar, dan juga tugas-tugas akademis lainnya. Para pelajar dengan motivasi yang kuat dapat menunjukan perilaku yang berarah kepada pmstasi, jika saja siswa dalam menghadapi ujian dapat mengendalikan kecemasan dalam
menghadapi ujian serta tetap tenang maka tidak akan ada faktor yang akan menghambatnya. Namun sebaliknya ketika seorang siswa memiliki
perasaan takut atau cemas akan kegagalan maka siswa tersebut akan mengalami kesulitan untuk mencapai prestasi yang maksimal.
Sebagaimana yang di katakan Atkinson (1999) bahwa kecemasan adalah sebagai keadaan mental yang tidak enak berkenaan dengan rasa takut yang mengancam, yang ditandai dengan perasaan khawatir, ketidakenakan, dan perasaan tidak menyenangkan yang tidak mampu untuk dihindari
seseorang. Seringkali seorang pelajar mengalami kecemasan clalam menghadapi ujian yang akan di hadapi. Sementara itu, pada diri remaja sudah terdapat benih-benih jiwa keagamaan namun benih-benih tersebut terbentur pada karakteristik remaja yang mengalami masa keragu-raguan terhadap kaidah agama. Kebimbangan atau kecemasan remaja dalam menghadapi ujian terpantul pada tingkah lakunya, sehingga kecemasan-kecemasan dalam menghadapi ujian akan menjadikan seorang remaja lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT (Daradjat, 2003).
Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui hubun1Jan antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi ujian akhir siswa
Dari hasil analisa statistik diketahui bahwa nilai r hitung adalah sebesar 0, 133. Sementara nilai r tabel dengan N 44 pada taraf signifikansi 5% adalah sebesar 0.297. Hal ini menunjukkan bahwa nilai r hitung lebih kecil daripada nilai r table 5%. Karena nilai r hitung yang dihasilkan (0, 133) < r tabel pada taraf signifikansi 5% (0.297). Maka penelitian ini meniolak hipotesis alternatif (H1) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi ujian akhir siswa.
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan taufik, hidayah dan inayahnya kepada penuUs, sehingga memiliki kekuatan untuk menyelesaikan tugas akhir yang berjudul Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kecemasan Menghadapi Ujian Al<hir Siswa Kelas 3 SMA Pramita Tangerang.
Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada teladan sepanjang masa Nabi Muhammad SAW, yang selalu menjadi spirit bagi penulis untuk selalu
bersemangat.
Oalam proses penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa semua tidak terlepas dari dukungan serta bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. lbu Ora.Hj. Netty Hartati, M.Si sebagai Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2. lbu Ora. Zahrotun Nihayah M.Si sebagai Pembantu Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Bpk. Ors. Choliluddin AS, M.A dan Bpk. Ors. r。」ィュQセエ@ Mulyono, M.si, Psi selaku dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II, penulis ucapkan terima kasih atas saran-saran yang tentunya sangat membantu bagi
penyelesaian skripsi yang penulis kerjakan, Allah pa:sti membalas kebaikan semuanya, itulah do'a yang penulis panjatkan.
3. Bpk. Ors. Jaisy Prasodjo sebagai dosen penasehat Akademik
4. Seluruh Dasen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis dari awal perkuliahan hingga
Pramita Tangerang yang telah mengizinkan dan mernudahkan penulis untuk melakukan penelitian. Juga kepada seluruh siswa yang telah menjadi
responden terima kasih atas kerjasamanya, data yang kalian berikan sangat bermanfaat untuk penulisan skripsi ini.
6. Pimpinan dan staf perpustakan Fakultas Psikologi Ul!N, UI dan YAI, yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan kepada penulis untuk
menggunakan koleksi yang ada.
7. Ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada yang tercinta dan tersayang Bpk. H. Alan Suherlan dan Mama. Hj. lntang Tarwiyah yang dengan kasih sayang dan kesabarannya telah membesarkan, membimbing serta mendidik penulis hingga kini. Hanya untaian da>'a yang dapat ananda haturkan untuk semua pengorbanan dan perjuangan Bapak dan Mama.
8. Adikku tercinta Yulia Paramitha Sari terima kasih atas do'a, support, canda dan tawa yang membuat penulis tetap semangat. "Pmjuanganmu masih panjang, wujudkan cita-cita yang ingin dicapai''.
9. Sahabat ku Efa, lndah , N'cha, Anis dan lis terima kasih atas bantuan dan dukungan kalian selama ini, bersama kalian penulis rnerasakan indahnya persahabatan dan persaudaraan semoga menjadi kenangan untuk kita selamanya ... Seluruh teman-teman angkatan '03 khususnya kelas B yang telah ikut mewarnai kehidupan penulis.
10. Teman-temanku Rolan, lean, Reza, Fauzan, Fiky, Mba' Sari, Mba' Ria, Sandi, khususnya Asep Triano terima kasih atas do'a, dukungan serta semangat yang diberikan selama ini kepada penulis.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis kembali berharap semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan masyarakat pada umumnya.
Jakarta, Januari 2008
Halaman Judul ... .
Halaman Persetujuan... .. .. . .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. . . .. ii
Halaman Pengesahan ... iii
Motto ... iv
Dedikasi ... v
Abstrak ... vi
Kata Pengantar ... viii
Daftar lsi ...
x
D ft L a ar ampiran ... . x111 . ..
BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... ... ... ... 1
1.2 Pembatasan Masalah ... 6
1.3 Perumusan Masalah ... 7
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
1.5 Sistematika Penulisan. ... ... ... ... ... 8
BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Religiusitas ... 10
2.2 Kecemasan Menghadapi Ujian Akhir ... 19
2.2.1 Kecemasan ... 19
2.2.1.1 Definisi Kecemasan ... 19
2.2.1.2 ProsesTerjadinya Kecemasan ... 24
2.2.2 Komponen Kecemasan ... 25
2.2.3 Macam-macam Kecemasan ... 27
2.3 Kerangka Berpikir ... 28
2.4 Hipotesis ... 29
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 30
3.1.1 Pendekatan Penelitian ... 30
3.1.2 Definisi Variabel dan Operasional Variabel ... 30
3.2 Populasi Sampel. ... 32
3.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 33
3.4 Pengumpulan Data ... 34
3.5 lnstrumen Penelitian ... 34
4.1.1 Gambaran Jenis Kelamin ... .43
4.2 Presentasi Data ... 44
4.2.1 Uji lnstrumen Penelitian ... 44
4.2.2 Uji Persyaratan ... 50
4.2.3 Deskripsi Hasil Penelitian ... 54
4.3 Uji Hipotesis ... 57
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI dan SARAN 5.1 Kesimpulan ... 59
5.2 Diskusi. ... 59
5.3 Saran ... 62
Lampiran I Format Skala Penelitian
Lampiran II Hasil Skoring Try Out Penelitian Skala Religiusitas
Lampiran Ill Hasil Skoring Try Out Penelitian Skala Kecemasan Menghadapi Ujian Akhir
Lampiran IV Hasil Skoring Penelitian Skala Religiusitas
Lampiran V Hasil Skoring Penelitian Skala Kecemasan Menghadapi Ujian Akhir
Lampiran VI Hasil Try Out Validitas Skala Religiusitas Lampiran VII Hasil Try Out Reliabilitas Skala Religiusitas
Lampiran VIII Hasil Try Out Validitas Skala Kecemasan Menghadapi Ujian Akhir
Lampiran IX Hasil Try Out Reliabilitas Skala Kecemasan Menghadapi Ujian Akhir
Larnpiran X Surat lzin Melaksanakan Penelitian
PENDAHULUAN
1.1
latar
Belakang Masalah
Kecemasan menurut kamus psikologi (Chaplin, 2001) merupakan suatu
keadaan dimana seseorang sedang dalam perasaan bere:ampuran yang
berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-ma:sa mendatang
tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut. Hal ini dapat menyebabkan
seseorang menjadi takut, khawatir, dan gelisah dalam menghadapinya.
Pada keseharian ada berbagai peran yang dijalani individ1.1 sebagai remaja,
salah satunya adalah perannya sebagai seorang pelajar. Ada banyak sekali
pekerjaan, tantangan, dan tututan yang harus dikerjakan dan dihadapi oleh
seorang pelajar. Pekerjaan, tantangan dan tuntutan itu antara lain pembuatan
tugas, pembuatan karya tulis, maupun ujian yang merupakan suatu bentuk
evaluasi yang secara rutin dilakukan pada seorang pelajar, dan juga
tugas-tugas akademis lainnya. Banyak hal dan juga situasi yang: dapat
mempengaruhi keberhasilan para pelajar atau justru akan menghambat
Para pelajar dengan motivasi yang kuat dapat menunjukan perilaku yang
berarah kepada prestasi, jika saja siswa dalam menghada1pi ujian dapat
mengendalikan kecemasan dalam menghadapi ujian serta tetap tenang maka
tidak akan ada faktor yang akan menghambatnya. Namun sebaliknya ketika
seorang siswa memiliki perasaan takut atau cemas akan kegagalan maka
siswa tersebut akan mengalami kesulitan untuk mencapai prestasi yang
maksimal.
Sebagaimana yang di katakan Atkinson (1999) bahwa kec:emasan adalah
sebagai keadaan mental yang tidak enak berkenaan dengan rasa takut yang
mengancam, yang ditandai dengan perasaan khawatir, ketidakenakan, dan
perasaan tidak menyenangkan yang tidak mampu untuk dihindari seseorang.
Seringkali seorang pelajar mengalami kecemasan dalam menghadapi ujian
yang akan di hadapi.
Ada contoh yang menarik tentang masalah kecemasan deingan prestasi
belajar sebagaimana di tuliskan dalam harian Kompas, Nanda siswa kelas Ill
SMA Negeri 5 Bandung mengaku cemas atas kegagalan yang menimpa
kakak-kakak kelasnya. "Yang saya takutkan adalah dijadif;annya hasil ujian
tiga mata pelajaran itu sebagai penentu kelulusan. Bagaimana kalau pada
jeblok," katanya. Kecemasan Nanda dipertajam Geotama Putra (SMA Negeri
1 Pamulang, Tangerang, Banten) dan Rita Hairati (SMA Negeri 70 Jakarta).
Mereka membayangkan bagaimana sanksi dan risiko sosial yang bakal
ditanggung jika gagal melewati nilai minimal 4,26 (target tahun 2006) pada
tiap mata pelajaran. "Kali ini tidak ada ujian ulangan bagi yang nilainya jeblok.
Jadi, begitu gagal pada hari H, tunggu kesempatan ujian tahun berikutnya.
Bayangkan bagaimana malunya pada adik kelas kalau itu sampai terjadi,"
tutur Geotama (www.google.com dan www.kompas.com).
Gambaran hasil dari banyaknya siswa yang tidak lulus Ujian Nasional (UN)
tahun lalu (tahun pelajaran 2005/2006) sangatlah memprihatinkan dan
menyisakan kesedihan bagi kita semua, siapapun akan sedih jika
mengetahui sejumlah sekolah yang tidak dapat meluluskan sebagian besar
siswanya, bahkan ada sekolah yang sama sekali tidak mampu meluluskan
satu pun siswanya. Kondisi demikian tentunya pada tahun ini dapat
menimbulkan perasan Cemas bagi mereka yang mengikuti UN, termasuk
yang berkepentingan terhadap pelaksanaan UN, baik kepala sekolah, guru,
orang tua siswa, bahkan instansi terkait (dinas pendidikan), dan para
pemangku kepentingan bidang pendidikan (www.kompas.com)
Disamping itu standar kelulusan UN yang dipersyaratkan pada tahun ini
menjadi persoalan lain meskipun kita tahu hampir semua sekolah telah
berusaha melatih siswanya dengan soal-soal tes prediksi UN, yang tidak
jarang akhirnya semua konsentrasi tertuju dan berorientasi pada UN.
Terlepas dari rasa optimis/pesimis, banyak kalangan yanu tetap saja
mecemaskan tentang pelaksanaan UN tahun ini. Kecemasan tersebut bukan
saja menyangkut masalah berapa banyak jumlah siswa yang tidak lulus,
namun juga menyangkut orientasi proses belajar. Orientasi siswa hanya
tertuju pada UN, bukan untuk mencari ilmu pengetahuan lagi, bahkan tujuan
guru-pun disinyalir hanya akan secara intensif mengajarkan dan melatih
siswa untuk belajar memprediksikan soal-soal yang akan keluar pada UN,
bukan mengajarkan siswa sesuai dengan kurikulum yang diharapkan
(www.kompas.com).
Saat ini terdapat dua versi standar kelulusan ujian nasional yakni nilai
rata-rata minimal 5,0 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan dengan tidak ada
nilai di bawah 4,25. Namun masih ada kebijakan lain yakni dari tiga mata
pelajaran yang diujikan boleh saja ada satu nilai 4 asal dua lainnya minimal 6.
Namun, tetap saja hal itu membuat para siswa cemas, tak. terkecuali yang
menimba ilmu di sekolah-sekolah unggulan (www.liputan 13.com).
Tingkat ketidak lulusan siswa secara nasional dalam UN kali ini meningkat
tersebut sedikit banyak dipengaruhi naiknya nilai ujian minimal siswa dari
sebesar tiga menjadi empat untuk mata pelajaran matematika, bahasa
Indonesia, dan bahasa lnggris. Menurut praktisi pendidikan Arief Rahman
Hakim (2004), naiknya angka ketidaklulusan itu juga dipengaruhi fasilitas
sekolah yang berbeda dan keputusan Departemen Pendidikan Nasional yang
dinilai terburu-buru & sekolah harus dipersiapkan untuk hal seperti itu," Arief
menambahkan.
Lebih jauh, Arief menilai keputusan yang mendadak tersebut menimbulkan
kecemasan di kalangan pendidik. Tidak sedikit praktisi pendidikan yang
menjalankan upaya yang tidak mendidik seperti penambahan jam pelajaran
atau hanya melatih siswa untuk menjawab soal ujian layaknya tempat kursus
atau bimbingan belajar. Namun, kecemasan itu juga memberikan imbas yang
positif. "Meningkatnya keseriusan untuk menghadapi hal tersebut," ujarnya
(www.liputan 6.com).
Untuk menghadapi ujian disekolah yang akan tiba beberapa hari sebelumnya
siswa sudah menguras pikiran untuk belajar dengan harapan agar dapat
lebih siap menghadapi ujian disekolah nanti bahkan sampai-sampai
mengurung diri dikamar dengan ditemani buku-buku pelajaran yang di baca.
Namun ada pula sebelum menghadapi ujian selain mengurung diri di kamar
kepada Allah, misalnya dengan cara bangun malam melaksanakan sholat
tahajud, selain itu melakukan ibadah puasa, dan lain sebagainya. Dalam hal
ini, dapat kita lihat fenomena yang ada di sekolah, dan dapat kita bandingkan
antara siswa yang ikut kegiatan rohis dan siswa yang tidak ikut kegiatan rohis
(www.google.com)
Sementara itu, pada diri remaja sudah terdapat benih-benih jiwa keagamaan.
Namun benih-benih itu terbentur pada karakteristik remaja yang mengalami
masa keragu-raguan terhadap kaidah agama. kebimbangan atau kecemasan
remaja dalam menghadapi ujian terpantul pada tingkah lakunya, sehingga
kecemasan-kecemasan dalam menghadapi ujian akan ュセュェ。、ゥォ。ョ@ seorang remaja lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT (Damdjat, 2003).
Oleh karena itu, peneliti mencoba menggali lebih dalam untuk mengetahui
hubungan antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi ujian akhir
pada siswa SMU kelas 3.
1.2 Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini religiusitas di batasi dengan menggunakan rumusan dari
Glock dan Stark (1966). Menurutnya religiusitas terdiri dal'i lima dimensi,
yaitu: dimensi idiologi (keyakinan), dimensi ritualitas (ibadah), dimensi
demikian aspek religiusitas dapat diukur dan di lihat dari dimensi
keberagamaan tersebut.
Kecemasan merupakan reaksi psikologis individu terhadap perkiraan adanya
bahaya yang di khawatirkan akan dialami oleh individu (chaplin, 1999).
Perasaan cemas itu seperti proses emosional. Rasa cemas adakalanya
tampak pada gejala-gejala yang ditandai dengan perasaan khawatir,
ketidakenakan, takut, ngeri, lemas dan perasaan tidak menyenangkan yang
tidak mampu untuk dihindari seseorang (Atkinson, 1999).
Menurut Hurlock (2003), masa remaja di bagi menjadi awal dan akhir masa
remaja, berusia dari 13 tahun sampai dengan usia 21 tahun. Pada penelitian
ini peneliti memfokuskan pada masa remaja yang berusia 16-18 tahun.
Subjek penelitiannya adalah remaja SMU kelas 3.
1.3
Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di alas, peneliti merumuskan
permasalahan penelitian sebagai berikut :
Apakah ada hubungan antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:
1. Untuk mengetahui gambaran siswa dalam menghadapi ujian.
2. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat kecemasan siswa dalam
menghadapi ujian.
3. Untuk mengetahui peranan agama dalam memberikan rasa optimisme
dan ketenangan pada siswa dalam menghadapi ujian.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Pengembangan wacana dan kajian tentang masalah agama dan psikologi
untuk mengungkap kecemasan dan religiusitas terutama yang berkaitan
dengan siswa.
2. Memberikan masukan kepada para siswa untuk lebih rnendekatkan diri
kepada Allah SWT saat rnenghadapi ujian maupun dirnana saja ia berada.
1.5 Sistematika Penulisan
BABI:
BAB2:
BAB3:
BAB4
BAB5
Pendahuluan
Meliputi latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan serta manfaat F'enelitian, dan sistematika penulisan.
Kajian Teori
Meliputi religiusitas, dimensi-dimensi religiusitas, faktor yang mempengaruhi religiusitas, kecemasan dalam menghadapi ujian akhir, kecemasan, definisi kecemasan, proses terjadinya kecemasan, komponen kecemasan, macam-macam
kecemasan, kerangka berpikir, pengajuan hipotesis.
Metodologi Penelitian
Meliputi jenis penelitian, pendekatan penelitian, definisi variabel dan operasional variabel, populasi sampel, teknik penganibilan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisa data.
Presentasi dan Analisa Data
Meliputi gambaran umum responden, presentasi data, uji instrumen peneiiitian, uji persyaratan, deskripsi hasil penelitian, dan uji hipotesis.
Penutup
Meliputi kesimpulan, diskusi dan saran DAFTAR PUSTAKA
2.1 Religiusitas
Nashori dan Diana (2002) menjelaskan tentang definisi religiusitas bahwa
Seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa
pelaksanaan ibadah dan kaidah, dan seberapa dalam penghayatan atas
agama yang dianutnya, kemudian menurut Ancok (1995) mendefinisikan
religiusitas sebagai Manifestasi seberapa jauh individu mEmganut agama
meyakini, menghayati, memahami dan mengamalkan agama yang dianutnya
dalam kehidupan sehari-hari dari semua aspek kehidupan.
Jalaludin (2001) menjelaskan bahwa religiusitas merupakan bentuk
pengamalan baik berupa sikap maupun tindakan dari kebieragamaan
seseorang dimana individu merasakan dan mengakui adanya kekuatan
tertinggi yang menaungi kehidupan manusia dan hanya kepada-Nya manusia
Thouless (1970) mendefinisikan religius adalah sikap atau cara penyesuaian
diri terhadap dunia yang mencakup acuan yang menunjukan lingkungan yang
lebih luas dari pada lingkungan dunia fisik yang terikat ruang dan waktu.
Daradjat (2003) mengungkapkan bahwa pembinaan kehidupan beragama
tidak dapat dilepaskan dari pembinaan kepribadian secara keseluruhan,
karena kehidupan beragama itu adalah bagian dari kehidupan itu sendiri.
Religiusitas di wujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia yang tidak
hanya pada kasat mata, tetapi mencakup aspek perasaan, motivasi, dan
aspek batiniah manusia.
Dari beberapa keterangan diatas maka peneliti memberikan kesimpulan
bahwa yang di maksud dengan religiusitas adalah suatu kesatuan
unsur-unsur yang komprehensif, yang menjadikan seseorang disebut sebagai orang
beragama (being religious ), dan bukan sekadar mengaku mempunyai agama
( having religion ). Dimana religiusitas meliputi pengetahuan agama,
keyakinan agama, pengamalan ritual agama, pengalarnan agama, perilaku
Sebagaimana firman Allah dalam surat Ar-Ra' du ayat 28-29:
J ,.,,.. J '!> ,,.. ,.-: , I '!> .... r: .\!. ,.-: , J .,. JJ JIJ !. '!> ,,- G • ..:....,
セ@
y_,li)I
セ@
セi@
.f=+i
\ti
セi@
f+i
セ⦅LN|ェ@
セェ@
Q[セQセ@
(r..;JI
,..._., J J J.-' ,.. J -" /. "" セ@ ,J. ,.- G J,.; ..-- •-;;:;' ....
セGZイGャNゥN@
セェセ@
オLLォセャ@
ijセj@
ly...I; --.:...X.;JI
/
"Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram disebabkan
karena dzikru/lah. Sungguh, hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi
tentram. Orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, bagi mereka
kebahagiaan dan tempat kembali yang baik." (QS.Ar-Ra'clu:28-29)
Orang-orang yang mendapat petunjuk Allah dan kembali menerima
tuntunan-Nya sebagaimana disebutkan pada ayat diatas adalah orang-orang yang
beriman dan hati mereka menjadi tentram setelah sebelumnya bimbang dan
ragu. Ketentraman itu yang bersemi di dada mereka disebabkan karena
dzikrulfah, yakni megingat Allah atau karena ayat-ayat Allah.
Kata (fij) dzikirlzikirpada mulanya berarti mengucapkan clengan lidah.
Kemudian makna ini berkembang menjadi "mengingat". Namun demikian,
mengingat sesuatu sering kali mengantar lidah untuk menyebutnya. Demikian
juga menyebut dengan lidah dapat mengantar hati untuk mengingat apa yang
yang disebut itu adalah nama-Nya. Karena itu ayat di atas dipahami dalam
arti menyebut nama Allah.
Kata ('ii) a/a digunakan untuk meminta perhatian mitra bicara menyangkut apa yang diucapkan. Dalam konteks ayat ini adalah tentang dzikrullah yang
melahirkan ketentraman hati.
Thabathaba'i menggaris bawahi kata Hセ@ tathma'innu/ menjadi tentram
adalah penjelasan ayat sebelumnya yakni beriman. Iman tentu saja bukan
sekadar pengetahuan tentang objek iman, karena pengetahuan tentang
sesuatu, belum mengantar kepada keyakinan dan ketentraman hati. llmu
tidak menciptakan iman, bahkan bisa saja pengetahuan itu melahirkan
kecemasan atau bahkan pengingkaran dari yang bersangkutan.
Ada jenis pengetahuan yang dapat melahirkan iman, yaitu pengetahuan yang
disertai dengan kesadaran akan kebesaran Allah, serta kE!lemahan dan
kebutuhan mahluk kepada-Nya. Ketika pengetahuan dan kesadaran itu
bergabung dalam jiwa seseorang, maka ketika itu lahir ketenangan dan
ketentraman. Ketika seseorang menyadari bahwa Allah adalah penguasa
tunggal dan Pengatur alam raya dan yang dalam genggarnan-Nya segala
serta sifat-sifat-Nya yang agung pasti akan melahirkan ketenangan dan
ketentraman dalam jiwanya.
Kata (cr._,lo) thuba berasal dari kata (yl.b) thaba, dalam arti yang baik,
menyenangkan, dan menggembirakan. Kata ini merupakan sifat dari suatu
kata yang tidak disebut misalnya kehidupan. Kehidupan betapapun
mewahnya tidak akan baik jika tidak disertai ketentraman hati, sedang
ketentraman hati baru dapat dirasakan bila hari yakin dan percaya bahwa
ada sumber yang tidak terkalahkan yang selalu mendampingi dan memenuhi
harapan. (Shihab:2007)
2.1.2 Dimensi Religiusitas
Glock dan Stark (dalam Ancok dan Nashori 2001) menyatakan bahwa ada
lima dimensi keberagamaan, yaitu keyakinan (ideologis), penghayatan atau
pengalaman, peribadatan atau praktik beragama (ritualistik), pengetahuan
agama (intelektual), dan pengamalan (konsekuensi).
a. Dimensi Keyakinan
Dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan dimana orang religius
berpegang teguh pada pandangan teologis te11entu dan mengakui
b. Dimensi Praktik Beragama
Dimensi ini mencakup prilaku pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang
dilakukan orang-orang untuk menunjukan komitmen teirhadap agama
yang di anutnya. Praktek-praktek keagamaan ini terdiri dari ritual dan
ketaatan.
c. Dimensi Pengalaman
Dimensi ini berkaitan dan memperhatikan fakta bahwa1 semua agama
mengandung pengharapan-pengharapan tertentu. Dimensi ini berkaitan
dengan pengalaman keagamaan, perasaan-perasaan, persepsi dan
sensasi-sensasi yang dialami seseorang atau didefinisikan oleh suatu
kelompok keagamaan.
d. Dimensi Pengetahuan Agama
Dimensi pengetahuan agama mengacu kepada harapan bahwa
C)rang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah pengetahuan
mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab sucii dan tradisi-tradisi.
e. Dimensi Konsekuensi atau Pengamalan
Dimensi ini mengacu kepada identifikasi akibat-akibat keyakinan
keagamaan, praktik, pengalaman dan pengetahuan seseorang dari hari
ke hari.
Ancok dan Nashori (2001) mencoba menyesuaikan dimensi religiusitas versi
sama, dimensi keyakinan dapat disejajarkan dengan akidah, dimensi praktik
agama disejajarkan dengan syariah dan dimensi pengamalan disejajarkan
dengan akhlak".
Rumusan Glock dan stark (dalam Ancok dan Nashori: 2001) tersebut
membagi keagamaan menjadi lima dimensi dalam tingkat tertentu yang
mempunyai kesesuaian dengan islam diantaranya:
• Dimensi keyakinan atau akidah Islam menunjuk pada seberapa tingkat
keyakinan muslim terhadap kebenaran ajaran-ajaran agamanya, terutama
terhadap ajaran-ajaran yang bersifat fundamental atau dogmatic.
Misalnya keyakinan tentang Allah, para malaikat, Nabi dan Rasul,
kitab-kitab Allah, surga dan neraka, serta pada qadha dan qadar.
• Dimensi peribadatan (praktek agama) atau syariah menunjuk kepada
seberapa tingkat kepatuhan Muslim dalam mengerjakan
kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana dianjurkan oleh agamanya. Misalnya
menyangkut pelaksanaan sholat, puasa, zakat, haji, membaca al-Qur'an,
do'a, dzikir, l'tikaf di masjid pada bulan ramadhan, dan lain sebagainya.
• Dimensi pengamalan atau akhlak menunjuk pada sebHrapa tingkatan
muslim berprilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya, yaitu
lain. Misalnya meliputi tingkah laku menolong, bekerjasama, menegakkan
keadilan dan kebenaran, berlaku jujur, dan lain sebagainya.
• Dimensi pengetahuan atau ilmu menunjuk pada seberapa tingkat
pengetahuan dan pemahaman Muslim terhadap ajaran agamanya
terutama mengenai ajaran pokok dari agamanya sebagaimana termuat
dalam kitab sucinya. Misalnya pengetahuan tentang Al-Qur'an, rukun
islam dan rukun iman, hukum islam, sejarah islam, dan lain sebagainya.
" Dimensi pengalaman atau penghayatan menunjuk pacla seberapa jauh
tingkat Muslim dalam merasakan dan mengalami perasaan-perasaan dan
pengalaman-pengalaman religius.
2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Religiusitas
Yusuf (2003) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi religiusitas
seseorang yaitu:
a. Faktor Internal (fitrah)
Menurut pandangan agama Islam, manusia beragama karena ia
mempunyai kecenderungan beragama semenjak lahir (fitrah). Seperti
pendapat syamsu yusuf (2003) bahwa salah satu kelebihan manusia
sebagai mahluk adalah ia telah dianugrahi fitrah, atau potensi untuk
mengimani Allah SWT dan mengamalkan ajaran-Nya, karena fitrah inilah
b. Faktor Eksternal (lingkungan)
1. Lingkungan Keluarga
Menurut Hurlock (dalam Yusuf,2003) berpendapat bahwa keluarga
merupakan "Training Center' bagi pemahaman nilai-nilai (termasuk
niali-nilai agama). Peranan keluarga ini terkait den!ian penanaman
nilai-nilai agama pada anak semenjak dalam kandungan.
2. Lingkungan Sekolah
Menurut Hurlock (dalam Yusuf,2003) "sekolah mempunyai pengaruh
yang sangat besar terhadap kepribadian anak, kamna sekolah
merupakan subsitusi dari keluarga, dan guru merupakan subsitusi dari
orang tua.
Dalam pengembangan fitrah keberagamaan siswa sekolah memiliki
peranan sangat penting, yaitu berupaya untuk mengembangkan ajaran
agama, atau ahlak yang mulia.
3. Lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat disini di maksudkan situasi atau kondisi
interaksi sosial dan sosiokultural yang secara potensial berpengaruh
2.2 Kecemasan Menghadapi Ujian Akhir
2.2.1 Kecemasan
Bila seseorang dihadapkan pada sesuatu, dan hal itu dapat mengancam
dirinya, atau setidaknya dapat menimbulkan hak yang tidak menyenangkan
dalam dirinya, maka dapat dikatakan ia mengalami kecernasan. Sensasi
kecemasan sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut
ditandai oleh rasa ketakutan yang difus (menyebar), tidak menyenangkan,
dan samar-samar, dan seringkali disertai oleh gejala otonomik, seperti: nyeri
kepala, berkeringat, palpitasi (debaran), kekakuan pada dada, dan gangguan
lambung ringan. Seseorang yang cemas mungkin juga merasa gelisah,
seperti yang dinyatakan oleh ketidakmampuan untuk duduk atau berdiri lama
(Kaplan, 1997).
2.2.1.1 Pengertian Kecemasan
Sudah sejak lama para ahli psikologi berupaya untuk menjelaskan mengenai
kecemasan. Secara etimologi kecemasan atau anxiety berasal dari kata-kata
angustus, yang berarti sempit atau terbatas (constricted) clan ango atau anci,
yang berarti mencekik, menahan, atau mengikat (Stem, 1!l64). Sedangkan
secara terminologis menurut Davidoff (1991), kecemasan sebagai emosi
ketegangan dan stress yang menghadang dan oleh banglkitnya syaraf
simpatetik.
Kecemasan (Anxiety); perasaan campuran berisikan ketakutan dan
keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk
ketakutan tersebut; rasa takut atau kekhawatiran kronis pada tingkat yang
ringan; kekhawatiran atau ketakutan yang kuat dan meluap-luap; satu
dorongan sekunder mencangkup suatu reaksi penghindaran yang dipelajari
(Chaplin, 1999).
Kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan
istilah-istilah seperti kekhawatiran, keprihatinan, dan rasa takut, yang
kadang-kadang kita alami dalam tingkat yang berbeda-beda (Atkinson, 1999).
Hurlock (1996), mendefinisikan kecemasan sebagai keadaan mental yang
tidak enak berkenan dengan rasa takut yang mengancam, yang ditandai
dengan perasaan khawatir, ketidakenakan, dan perasaan tidak
menyenangkan yang tidak mampu untuk dihindari seseorang.
Daradjat (1990) mendefinisikan bahwa kecemasan adalah manifestasi dari
berbagai emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika :seseorang sedang
kecemasan itu sendiri timbul dari konflik didalam diri individu terhadap
sesuatu yang tidak jelas objeknya.
Prasetyono (2005) mendefinisikan bahwa Kecemasan meirupakan
penjelmaan dari berbagai proses emosi yang bercampur loaur, yang terjadi
manakala seseorang sedang mengalami berbagai tekanan-tekanan atau
ketegangan (stress) seperti perasaan (frustasi) dan pertentangan batin
(konflik batin)
Kecemasan adalah emosi tidak menyenangkan yang ditandai dengan
istilah-istilah seperti kekhawatiran, keprihatinan, dan rasa takut yang
kadang-kadang kita alami dalam tingkah laku berbeda-beda. Segala bentuk situasi
yang mengancam kesejahteraan organisme seperti ancarnan fisik, ancaman
terhadap harga diri dan tekanan untuk melakukan sesuatu diluar kemampuan
dapat menimbulkan kecemasan (Atkinson, 1996).
lstilah neurosis sendiri diperkenalkan oleh Cullen (1769) clalam terbitannya
yang berjudul System of Nosology, untuk menjelaskan bahwa munculnya
perilaku neurotic (dengan karakteristik kecemasan yang tidak realistis dan
beberapa masalah lain) adalah karena adanya gangguan pada system syaraf
atau Malfungsi Neurologist (Coleman, Butcher, & Carson, 1980). Sedangkan
menurut Freud {dalam Fausiah:2005), pada gangguan cemas konflik
kemudian segala gangguan non-psikotik yang terjadi karema dasar konflik
psikologis dianggap sebagai neurotic.
Gangguan cemas berbeda dengan kecemasan normal dalam hal intensitas,
durasi, serta dampaknya bagi individu (Davidson & Neale, 2001). Menurut
Barlon dan Durand (1995), kecemasan akan dianggap sebagai suatu hal
yang patologis apabila tidak lagi bisa dihentikan atau dikontrol oleh individu
tersebut. Kecemasan yang sudah terlalu berlebihan disebut gangguan
neurosis. Adapun pengertian neurosis menurut DSM Ill (Dalam Kaplan,
Sadock, & Grebb, 1994) adalah gangguan mental dimana1 bentuk gangguan
utamanya muncul dalam simtom atau sekumpulan simtom yang mengganggu
individu dan dianggapnya sebagai sesuatu yang asing dan tidak dapat
diterima.
Freud menganggap kecemasan itu sebagai salah satu bentuk emosi yang
sangat penting dalam teori psikoanalisanya. Kecemasan timbul karena
adanya pertentangan antara id yang mempunyai prinsip kesenangan
(pleasure principle) dan ego (reality principle). (Effendi, 1 セQYSI@
Sumber kecemasan menurut freud (dalam Davidoff:1988) adalah bahaya
yang berasal dari dunia nyata seperti situasi yang mengarah kepada rasa
sakit tubuh, dan kesadaran akan adanya hukuman yang berkaitan dengan
yang di larang oleh norma budaya. Para psikolog kognitif memusatkan
perhatiannya pada konflik batin antara beberapa harapan, keyakinan, sikap,
persepsi, informasi, konsep-konsep yang mengarah kepada disonasi kognitif.
Sedangkan psikolog humanistik menekankan pada konflik mental khususnya
pada saat orang harus memilih gaya hidup yang memuaskan dan bermakna.
Sedangkan psikolog behavioristik menegaskan bahwa sebagian besar
kecemasan adalah akibat pengkondisian (kondisioning), ketika sebuah objek
dari jenis tertentu di kaitkan maknanya dengan pengalaman yang
menimbulkan kecemasan. Oleh sebab itu baik konflik kognisi maupun situasi
yang jelas mengancam dapat menimbulkan kecemasan.
Ada sebagian orang yang mengalami kecemasan pada setiap situasi dan
mempunyai jangka waktu yang cukup lama dimana ia hidup tiap hari dalam
ketegangan yang tinggi. la secara samar-samar merasa takut atau cemas
pada hampir sebagian besar waktunya dan cenderung bereaksi secara
berlebihan terhadap stress yang ringan sekalipun, tapi ada juga sebagian
orang yang mengalami kecemasan pada saat tertentu saja.
Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan
adalah emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai ras;a kekhawatiran,
2.2.1.2. Proses Terjadinya Kecemasan
Kecemasan pada individu dapat terjadi melalui suatu proses atau rangkaian
yang dimulai dengan adanya suatu rangsangan eksternal maupun internal,
sampai suatu keadaan yang dianggap sebagai ancaman atau
membahayakan. Spielberger (dalam Effendi
1993)
menyebutkan ada Hrna proses terjadinya kecemasan pada individu, yaitu:1.
Evaluated Situation; yakni adanya situasi yang mengncam secara kognitif sehingga ancaman ini dapat menimbulkan kecemasan.2. Perception of Situation; situasi yang mengancam diberi penilaian oleh
individu, dan biasanya penilaian ini dipen£1aruhi oleh sikap,
kemampuan, dan pengalaman individu.
3. Anxiety State of Reaction; individu menganggap bahwa ada situasi
berbahaya, maka reaksi kecemasannya akan timbul. Kompleksitas
respon dikenal sebagai reaksi kecemasan sesaat yang melibatkan
respon fisiologis seperti denyut jantung dan tekanan darah.
4. Cognitive Reappraisal Follows; individu kemudian menilai kembali
situasi yang mengancam tersebut, untuk itu individu menggunakan
pertahanan diri (defense mechanism) atau dengan cara meningkatkan
aktivitas kognisi atau motoriknya.
5. Coping; individu menggunakan jalan keluar dengan menggunakan
defense mechanism (pertahanan diri) seperti proyeksi atau
2.2.2 Komponen Kecemasan
Kecemasan yang terjadi pada individu dapat terjadi melalui suatu proses
yang dimulai dengan adanya suatu rangsangan eksternal maupun internal,
sampai menjadi suatu keadaan yang dianggap sebagai ancaman atau hal
yang membahayakan. Seringkali individu mengalami kecemasan namun
tidak mau mengakui bahwa dirinya cemas, tetapi dari observasi yang
dilakukan dapat disimpulkan bahwa individu tersebut mengalami kecemasan.
Menurut Sue (dalam Anita, 2006) kecemasan dapat di manifestasikan ke
dalam empat komponen yaitu :
1. Secara Kognitif
Dapat berfariasi, dari rasa khawatir yang ringan sarnpai panik. lndividu
terus mengkhawatirkan segala macam masalah yang mungkin terjadi dan
sulit sekali untuk berkonsentrasi atau mengambil keputusan, dan apabila
ia mengambil keputusan akan menimbulkan kekhawatiran lebih lanjut,
dan akan mengalami kesulitan tidur.
2. Secara Afektif (perasaan)
lndividu tidak dapat tenang dan mudah tEirsinggung, sehingga
memudahkannya terkena depresi.
3. Secara Motorik
Seperti gemetar sampai dengan goncangan tubuh yang berat. lndividu
4. Secara somatik
Dapat berupa gangguan pernafasan atau gangguan pada anggota tubuh
seperti jantung berdebar, berkeringat, gangguan pencernaan serta
kelelahan badan seperti pingsan.
Ada sebagian orang yang mengalami kecemasan pada seセエゥ。ー@ situasi dan
mempunyai jangka waktu yang cukup lama, tetapi ada jUfJa yang mengalami
kesemasan pada saat tertentu saja. Oleh karena itu, Spielberger (dalam De
Clerq 1994) membagi kecemasan menjadi dua hal yakni:
1. State anxiety yaitu reaksi emosi sementara yang timbul pada situasi
tertentu, yang di rasakan sebagai suatu ancaman. l<eadaan ini ditentukan
oleh perasaan ketegangan yang subjektif. Waktunya bersifat sementara
dan hanya pada situasi tertentu saja dan saat itu saja seperti saat ujian,
wawancara pekerjaan, menghadapi polisi,dan lain sebagainya.
2. Trait anxiety, menunjukan pada ciri atau sifat seseorang yang cukup stabil
dan dapat dirasakan pada berbagai macam keadaan yang
membahayakan atau berupa ancaman. Waktunya bersifat menetap serta
2.2.3 Macam-macam kecemasan
Menurut Kartono (2002) macam-macam kecemasan dibagi menjadi:
1 . Kecemasan Neurotis
Erat berkaitan dengan mekanisme-mekanisme pelarian diri dan
pembelaan diri yang negatif banyak disebabkan oleh perasaan-perasaan
bersalah dan berdosa, serta konflik-konflik emosional yang serius dan
kronis berkesinambungan, frustrasi-frustrasi, dan keitegangan-ketegangan
batin. Untuk mengatasi kecemasan neurotis ini biasanya orang seringkali
menggunakan obat penenang.
2. Kecemasan Psikotis
Kecemasan karena merasa terancam hidupnya, dan kacau balau,
ditambah kebingungan yang hebat disebabkan oleh depersonalisasi dan
disorganisasi psikis. Apabila sifatnya serius, kronis dan
berkesinambungan terus menerus, kecemasan itu bisa menjadi keadaan
panik dan kecemasan-kecemasan hebat bisa menyebabkan kerusakan
pada fungsi-fungsi fisik misalnya berubah menjadi penyakit lambung,
tekanan darah tinggi, asma, juga kerusakan-kerusakan pada fungsi psikis
2.3
Kerangka Berfikir
Rendah セ@ Kecemasan Tinggi
bag1 s1swa kelas 3 Fenomena UN ....,.
Religiusitas
<
Tinggi セ@ Ke1cemasan Rendah
t
セセセセセセANセセセセセセᄋ@_J
Hubungan antara religiusitas dengan
kecemasan menghadapi ujian akhir siswa kelas 3
Menurut Glock dan Stark (dalam Ancok dan Nashori: 2001) religiusitas terdiri
dari lima dimensi, yaitu: dimensi idiologi (keyakinan), dimensi ritualitas
(ibadah), dimensi penghayatan, dimensi pengetahuan dan dimensi
pengalaman. Dengan demikian aspek religiusitas dapat diukur dan di lihat
dari dimensi keberagamaan tersebut. Dalam Islam, religiusitas pada garis
besarnya tercermin dalam pengamalan akidah, syariah, dan akhlak, atau
dengan ungkapan lain: iman, Islam, dan ihsan. Bila semua unsur itu telah
dimiliki oleh seseorang , maka dia itulah insan beragama yang
sesungguhnya.
Religiusitas di wujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia yang tidak
hanya pada kasat mata, tetapi mencakup aspek perasaan, motivasi, dan
aspek batiniah manusia (Darajat,2003).
Sensasi kecemasan sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan
tersebut ditandai oleh rasa ketakutan yang difus (menyebar), tidak
otonomik, seperti: nyeri kepala, berkeringat, palpitasi (debaran), kekakuan
pada dada, dan gangguan lambung ringan. Seseorang ya1ng cemas mungkin
juga merasa gelisah, seperti yang dinyatakan oleh ketidakmampuan untuk
duduk atau berdiri lama (Kaplan, 1997)
Dalam menghadapi ujian akhir seorang siswa akan merasa cemas clan
khawatir akan kemampuannya, hal tersebut akan ュ・ョェ。、セォ。ョ@ seseorang
putus asa. Kecemasan tersebut akan berdampak negatif jika seorang siswa
tidak puas dengan hasil yang akan didapatnya kelak. Seorang siswa bisa
melakukan tindakan yang tidak wajar entah ia malu terhadap adik kelasnya
jika ia tidak lulus dan mengakibatkan ia stress atau bahkan bisa
menyebabkan siswa tersebut bunuh diri.
Peranan agama sangat berpengaruh sekali terhadap ォ・ceセュ。ウ。ョ@ yang
sedang dialami oleh siswa yang akan melakukan ujian tersebut. Nilai agama
mungkin dapat membuat seorang tidak mudah putus asa karena kegagalan
yang kelak akan dialaminya. la akan lebih mendekatkan diri kepada Allah
SWT sehingga membuatnya tidak mudah untuk berputus asa.
2.4 Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas maka penulis berasumsi bahwa :
Hi : Tidak ada korelasi positif yang signifikan antara religiusitas dengan
kecemasan menghadapi ujian akhir pada siswa kelas 3 SMA
Ha Ada korelasi positif yang signifikan antara re/igiusitas dengan
3.1 Jenis Penelitian
3.1.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Pada pendekatan penelitian kuntitatif, data pEmelitian dapat
diinterpretasikan dengan lebih objektif apabila diperoleh IEiwat suatu
pengukuran yang valid, reliabel, dan objektif (Azwar, 2002). Dan metode
penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif korelasi yaitu
dengan cara mengumpulkan dua atau lebih perangkat nilai dari sebuah
sampel peserta, lalu menghitung hubungan antara peran£1kat-perangkat
tersebut kemudian dianalisa dengan menggunakan analisis data statistik
kemudian dilakukan interpretasi untuk dibuat kesimpulan.
3.1.2 Definisi Variabel Dan Operasional Variabel Variabel penelitian ini terdiri dari 2 variabel, yaitu:
a. Variable bebas (IV): Religiusitas yaitu keyakinan individu untuk
menghayati, memahami dan mengamalkan agama yang di anutnya dalam
kehidupan sehari-hari.
• Dimensi keyakinan atau akidah Islam yaitu Keyakinan atau
kepercayaan yang bersifat fundamental atau dogma (keyakinan
tentang Allah, para malaikat, Nabi dan Rasul, kitab-kitab Allah, surga
dan neraka).
• Dimensi peribadatan (praktek agama) atau syariah Melaksanakan
lbadah (sholat, puasa, zakat, haji, membaca Al-Quran, do'a, zikir) dan
Ketaatan dalam melaksanakan ibadah (sholat, pua1sa).
• Dimensi pengamalan atau akhlak; pengamalan seseorang dalam
beragama yaitu bagaimana individu berelasi dengan dunianya
terutama dengan manusia lain (tingkah laku menolong, bekerjasama,
menegakkan keadilan dan kebenaran, berlaku jujur).
• Dimensi pengetahuan atau ilmu; tingkat pengetahuan atau
pemahaman seorang muslim terhadap ajaran agarnanya
(Pengetahuan tentang Al-qur'an, rukun Islam dan rukun iman, hukum
Islam, sejarah Islam).
• Dimensi pengalaman atau penghayatan; tingkat seorang muslim
dalam merasakan dan mengalami perasaan dan p13ngalaman religi
(Glock dan stark dalam Ancok dan Nashori
2001).
b. Variable terikat (DV): Kecemasan menghadapi ujian pada siswa yaitu
rasa khawatir, keprihatinan, dan rasa takut yang di alami dalam tingkat
yang berbeda.
lndikatornya adalah:
• Secara kognitif yaitu Kemampuan berkonsentrasi clan mampu untuk
mengambil keputusan
• Secara afektif (perasaan) yaitu individu merasa cemas dan sensitive
seperti tidak tenang dan mudah tersinggung.
• Secara motorik yaitu individu mengalami ketegangan seperti gugup,
sukar dalam bicara dan gemetar.
• Secara somatik yaitu individu dapat mengalarni gangguan pada
anggota tubuh seperti jatung berdebar cepat, berkeringat
(Sue 1986, dalam Anita,2006).
3.2
Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Di dalam Encyclopedia of
Educational Evaluation tertulis: A population is a set (or collection) of all
elements possesing one or more attributes of interest. (Arikunto, 2002)
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang bersekolah di SMA
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti. Dinamakan
penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil
penelitian sampel. (Arikunto, 2002)
Adapun sampel yang akan diteliti adalah remaja yang ducluk di bangku kelas
3 dengan karakteristik sebagai berikut:
J>- Perempuan dan laki-laki
J>- Berusia sekitar 16-18 tahun
J>- Siswa yang akan menghadapi ujian akhir
3.3
Teknik Pehgambilan
Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Simple Random Sampling yaitu suatu teknik di mana dalam sebuah populasi
setiap subjek dianggap sama clan memiliki hak untuk dijadikan sampel
penelitian. (Arikunto, 2002)
Adapun jumlah sampel yang.akan dijadikan penelitian adalah sejumlah
subjek yang diperoleh peneliti kemudian dirandom/diacak. Hal ini dilakukan
3.4 Teknik Pengumpulan Data
• Penelitian diawali dengan studi literatur yang bertujuan untuk mencari
teori yang didapat dijadikan landasan teori yang mendukung penelitian ini,
data yang telah diperoleh kemudian dianalisa dengan menggunakan
analisis data statistik kemudian dilakukan interpretasi untuk dibuat
kesimpulan.
• Observasi adalah langkah kedua yang peneliti lakukan untuk memperoleh
data. Observasi dilakukan untuk memperoleh responden yang telah
ditentukan kriterianya dan mengambil data dengan memberikan skala
(dalam bentuk pernyataan-pernyataan}
• Skala adalah alat yang digunakan peneliti untuk memperoleh data dari
responden. Skala di buat dalam bentuk angket yang b13risi
pernyataan-pernyataan dengan pilihan alternatif jawaban.
3.5 lnstruml:m flenetitian
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala
dalam bentuk pernyataan. Bentuk skala yang digunakan o1alam membuat
pernyataan di penelitian ini adalah Skala Likert untuk mengukur religiusitas
dan セ・」・ュ。ウ。ョN@
At:lapmdnstument yang digunakan untuk mengukur data penelitian ini adalah
a. Skala Religiusitas
• Untuk mengukur religiusitas, penulis menggunakan skala yang telah
disusun berdasarkan pada teori yang terkait dEmgan tujuan
penelitian. Dalam penyusunan, penulis bersandar pada teorinya
Glock dan stark sebagaimana tercantum dalam label berikut: I ,1
tabel
3.2-Blue print variabel
Religiusitas-Item Variabel Faktor lndikator
Favorable Unfavorable
Religiusi- Dimensi Keyakinan atau kepercayaan yaing 1, 3, 4, 59, 64, 74, 75
tas
Keyakinan bersifat fundamental atau dogmii 73*
atau akidah seperti keyakinan tentang Allah,
Islam para malaikat, Nabi dan Rasul,
kitab-kitab Allah, surga neraka
Dimensi a. Melaksanakan lbadah seperti 19*, 48*, 16, 32*, Sil*,
Peribadatan sholat, puasa, zakat,haji, 49*, 60, 6 61
membaca Al-Quran, do'a, zikir
b. Ketaatan dalam melaksanakan 10, 17 11*, 33*, 34*,
[image:48.595.26.504.169.630.2]Dimensi Pengamalan seseorang dalam 66*, 47*, 68*, 71*, 21,
Experience beragama yaitu bagaimana 50*, 63 35*, 55*, 65,
(Pengama- individu berelasi dengan dunianya 5, 8*, 12 7*, 9, 51*
Ian) terutama dengan manusia lain
seperti tingkah laku menolong,
bekerja sama, menegakkan
keadilan, berlaku jujur
Dimensi Tingkat pengetahuan atau 25, 42, 43, 2, 39, 41, 40,
Knowledge pemahaman seorang muslim 44, 45, 46, 72, 67
(Pengeta- terhadap ajaran agamanya sepe·rti 58, 13*, 15*,
huan) Pengetahuan tentang Al-qur'an, 20, 27, 31,
rukun Islam dan rukun iman, 38, 14*, 37,
hukum Islam, sejarah Islam 69, 70
Dimensi Tingkat seorang muslim dalam 22, 29, 30, 9, 18*, 23, 24,
Pengalaman merasakan dan mengalami 56 26*, 28, 54,
perasaan ( senang, 57,62
tentram/tenang) dan pengalaman
religi seperti mendapatkan cobaan
b. Skala kecemasan menghadapi ujian akhir
• Untuk mengukur kecemasan menghadapi ujian akhir digunakan skala
Variabel
tujuan penelitian. Dalam penyusunan, penulis bersandar pada
teorinya Sue (dalam Anita, 2006) sebagaimana tercantum dalam label
berikut:
Tabet 3.3
Blue Print Skala Kecemasan menghadapi ujian akhir
Item
Faktor lndikator
Favorable Unfavorable Kecemasan Kognitif a. Kemampuan untuk 1, 2, 11, 16, 3, 7*, 15, 17*,
berkonsentrasi 18, 19, 23, 27*, 40*, 58*
b. Mampu untuk 38*, 43*, 51*,
mengambil 53,59
keputusan
Afektif lndividu merasa cemas 4, 5, 10, 13*, 6*, 8, 20*, 29,
dan sensitif seperti 14, 22, 26, 28, 36*, 37*, 39,
tidak tenang dan 32*, 34, 45, 48*, 50, 52,
mudah tersinggung 46, 47*, 49, 62 54*
Motorik Mengalami 63*, 65* 9*, 12*, 21*,
ketegangan seperti 25*, 35*, 41*,
gemetar, gugup, sukar 42*, 55*, 60*,
I
Somatik lndividu dapat 30, 64* 24*, 31*, 33*,
mengalami gangguan 44*. 56, 57*
pada anggota tubuh
seperti jantung
berdebar cepat,
berkeringat
Alat untuk mengukur instrumen di atas adalah menggunal<an Skala Model
Likert dengan pilihan 4 alternatif jawaban di mana ウオ「ェゥセォ@ menganggap setiap
butir pernyataan dengan menggunakan taraf kesetujuan (favorable) atau
ketidaksetujuan (unfavorable) terhadapnya. Dengan alternatif jawaban yang
diberikan adalah SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS
(Sangat Tidak Setuju). Responden diminta untuk memilih salah satu jawaban
yang dianggap menggambarkan dirihya dengan cara mernberi tanda
checklist ('1). Untuk pemberian skor dari skala ini, jawaban antara
permyataan yang bersifat favorable & unfavorable berbeda. Hal ini dapat
dilihat dari tabel, kepada subjek disediakan respon atau kHterangan sebagai
Tabel 3.4
Skor Untuk Pernyataan Favorable dan Unfavorable
KATEGORI FAVOURABLE UNFAVOURABLE
Sangat Setuju (SS)
4
1
Setuju (S)
3
2
Tidak setuju (TS)
2
3
Sangat tidak setuju (STS)
1
4
3.5 Teknik Analisa Data
Setelah data yang penulis perlukan terkumpul, selanjutnya ialah menganalisa
data. Penelitian yang menggunakan skala sebagai alat pengumpul data
harus memenuhi syarat valid dan reliabel, supaya terjamin akurasi datanya
oleh karena perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
1. Uji validitas
Pengolahan data dalam penelitian merupakan suatu langkah penting dan
mutlak agar data yang diperoleh memilil<i arti, sehingga penelitian yang
dilakukan dalam memberikan kesimpulan yang benar. Analisa data-data
yang digunakan adalah analisa statistika sebagai cara untuk mengetahui
hubungan antara variabel independent (variabel bebas atau variabel X)
yaitu Religiusitas dengan variabel dependent (variabel terikat atau
[image:52.595.29.444.160.507.2]Untuk melihat hubungan antara Religiusitas dengan K19cemasan dalam
menghadapi ujian akhir, rumus yang digunakan adalah korelasi Product
Moment dari Person, yaitu sebagai berikut:
Rumus:
2:XY-(2:X)(2:Y)/n
r
]ML]セセセセセ]]セセセセ@xy
セ{RZx
R@-(2::X)
2 ln[2:Y)2 In]rxy : koefisien korelasi variabel x dengan variabel y
2:XY : jumlah hasil perkalian skor x dan skor yang
2:X : jumlah nilai dari tiap butir
2:Y : jumlah nilai konstan yang di peroleh individu
n : jumlah subjek penelitian
2. Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas bertujuan untuk melihat seberapa jauh alat ukur
yang digunakan dalam penelitian memberikan hasil pengukuran yang
konsisten bisa dilakukan pengukuran kembali terhadap hal yang sama.
Untuk mengestimasi reliabilitas dari skala yang telah di buat oleh penulis
adalah menggunakan teknik alpha cronbach. Adapun dalam
Adapun rumusannya adalah:
R.
=
_n_ SD/
-(SD;)
'' n-1
SD
2I
Keterangan:
R;1
=
Koefisien reabilitas test N=
Jumlah soal testSDt
=
Standar deviasi total SD1 = Standar deviasi item3. Homogenitas
Homogenitas berkaitan dengan isi dari suatu tes. tQセウ@ yang bermaksud mengukur suatu aspek seharusnya terdiri dari suatu item-item yang juga mengukur hal yang sama. Semakin homogen if:em-itemnya, maka koefisien reliabilitas tes tersebut akan semakin tinggi pula. Sebaliknya semakin heterogen item-item tes, maka reliabilitasnya juga akan berkurang karena hal tersebut berarti tes tersebut mengukur beberapa hal sekaligus yang tidak berkaitan.
4. Analisis Korelasi
Analisis korelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada
(Kecemasan dalam menghadapi ujian akhir}, dan mengetahui apakah
hubungan antara kedua variabel penelitian termasuk hubungan yang
tinggi atau rendah.
Koefisien korelasi yang digunakan adalah koefisien korelasi bivariat yaitu
statistik yang dapat digunakan oleh peneliti untuk menerangkan keeratan
hubungan antar dua variabel (Religiusitas dan Kecemasan dalam
PRESENTASI DAN ANALISA DATA
Bab berikut ini akan rnernbahas rnengenai presentasi clan analisa data
rneliputi garnbaran urnurn responden, presentasi data yang terdiri dari uji
instrurnen penelitian, uji persyaratan, deskripsi hasil penelitian kernudian
pengujian hipotesa.
4.1 Gambaran Umum Responden
4.1.1 Gambaran Jenis Kelamin
Penelitian ini dilakukan di Yayasan Prarnita Tangerang tingkat SMA. Jurnlah
populasi responden secara keseluruhan 44 siswa berusia 16-18 tahun yang
terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 23 siswa perernpuan.
Tabel 4.1 Berdasarkan jenis kelamin
No Kategori Usia Jurnlah Presentase
1 Laki-laki 16 3 6,82%
17 15 34,09 %
18 3 6,82 %
2 Perernpuan 16 5 11,36 %
17 18 40,91 %
18
-
[image:56.595.66.407.513.660.2]4.2 Presentasi Data
4.2.1
Uji lnstrumen Penelitian a. Uji validitas1. Hasil pengujian instrumen religiusitas
Variabel
Religiusi tas
Data skala religiusitas diperoleh dari 48 siswa, tercliri dari siswa
laki-laki dan perempuan yang berusia 16-18 tahun tingkat SMA di Yayasan
Pramita Tangerang. Skala ini terdiri dari 75 item, untuk perhitungan
validitas menggunakan Product Moment Pearson dengan bantuan
SPSS 11,5 dan menggunakan taraf signifikansi 5% dengan r tabel:
0,284. Setelah diuji validitasnya diperoleh hasil bahwa 26 item valid
dan 49 item gugur.
Tabel
4.2
Blue print hasil try out skala reli!JiusitasFaktor lndikator セᄋ@ Item
I
Fav Unfav
Dimensi Keyakinan atau 1, 3, 4, 64, 74, 8 Keyakinan atau kepercayaan yang 59, '73* 75
akidah Islam bersifat fundamental atau dogma seperti keyakinan tentang Allah, para malaikat, Nabi dan Rasul, kitab-kitab Allah, surga neraka
Dimensi a. Melaksanakan lbadah 48*, 16, :12*, 8 Peribadatan seperti sholat, puasa, 49*, 60, 52*,61
zakat,haji, membaca 6 Al-Quran, do'a, zikir
b. Ketaatan dalam 10, '17, 11*,33*, 8 melaksanakan ibadah 19* 34*,
[image:57.595.23.470.220.665.2]Dimensi Pengamalan seseorang 66*. 68*, 13 Experience dalam beragama yaitu 47*, 63 71*, 21,
(Pengamalan) bagaimana individu 5,
s·•.
55*, 65, berelasi dengan 12 7*, 51* dunianya terutamadengan manusia lain seperti tingkah laku meholong, bekelja sama, menegakkan keadilan, berlaku jujur
Dimensi Tingkat pengetahuan 25, '42, 2 35* 24 Kttbwledge
1 , I
atau pemahaman 43,
·i4,
39,41,
(Pengetahuan) seorang muslim 45, ·46, 40, 7'2,terhadap ajaran 58 •13* ' ' 67 agamanya seperti 15*, 20, Pengetahuan tentang Al- 50*, 27, qur'an, rukun Islam dan 31,
aa,
rukun iman, hukum 37, ()9, Islam, sejarah Islam 70Dirnensi Tingkat seorang muslim 14*, 22, 9, 18*, 14 Pengalaman dalam merasakan dan 29, :30, 23, 24,
mengalami perasaan 56 26*, 28,
(senang, 54, 57,
tentram/tehang) dan 62
pengalarnan religi seperti mendapatkan cobaan
L
40 35 75Ket : *valid
Dalam penelitian ini, item untuk skala religiusitas yang dipakai adalah item
Tabel
4.3
Blue print penelitian skala religiusitas, Variabel Faktor lndikator
Fav Item
L
UnfavReligiusi Dimensi Keyakinan atau 26
-
1tas Keyakinan atau kepercayaan yang akidah Islam bersifat fundamental
atau dogma seperti keyakincin !entang Allah, para malaikat, Nabi dan Rasul, kitab-kitab Allah, surga neraka
Dimensi a. Melaksanakan 16,21 10,20 4
Peribadatan lbadaH seperti sholat, puasa, zakat,haji, membacaAI-Quran, do'a, zikir b. Ketaatan dalam
melaksanakan 8 3, 6, 6
ibadah seperti 11, 14,
sholat, puasa 17
Dirtiensi Pengamalan 2, 15, 18, 1, 19, 9
Experience seseorang dalam 23 22, 24,
(Pengamalan) beragama yaitu 25
[image:59.595.12.464.123.627.2]Dimensi Tingkat pengetahuan 4, 1:2
13
Knowledge atau pemahaman (Pengetahuan) seorang muslim
terhadap ajaran agamanya seperti Pengetahuan tentang Al-qur'an, rukun Islam dan rukun iman, hukum Islam, sejarah Islam
Dimensi Tingkat seorang 5 7, 9
Pengalaman niuslim dalam merasakan dan mengalami perasaan (senang,
tentram/tenang) dan pengalaman religi seperti mendapatkan cobaan
L:
·11 152. Hasil pengujian instrumen kecemasan menghadapi uji13n
Data skala kecemasan menghadaj:li ujian yang diperoleh dari 48 siswa,
terdiri dari siswa lakl•laki dan perempuan ysng bl:irusia 16-18 tahun
3
3
26
tingkat SMA di YayEtsan Pramita Tatlgerang. SkalEt ini terdiri dari 65 item,
untuk perhitungan validitas menggunakan Product Moment Pearson
dengan bantuan SPSS 11,5 dan menggunakan taraf signifikansi 5%
dengan r tabel:0,284. Setelah diuji validitasnya diperol•eh hasil bahwa 34
Tabel 4.4 Blue Print Hasil Try Out Skala Ke1:emasan
Menghadapi Ujian Akhir
Variabel Faktor lndikator Item
I
Fav Unfav
Kecema Kognitif
a.
Kemampuan 1, 2, 11, 3, 7*, 15, 15san untuk 16, 18, 19, 40* 58*
' berkonsentrasi セSN@ 38*,
43* 51* '
b.
Mampu untuk 53,59 17* 27* 4 'mengambil keputusan
Afektif lndividu merasa 4, 5, 10, 6*, 8, 20*, 26 cemas dan sensltif 13*, 14, 29, 36*,
seperti tidak tenang 22, 26, 28, 37*, 39, dan mudah 32*, 34, 48*, 50, tersinggung 45, 46, 52, 54*
47*, 49, El2
Motorik Mengalami 63*, 21* 9* 12*
' ' 12
ketegangan seperti 65*, 25*,
gemetar, gugup, 35*, 41*,
sukar dalam bicara 42*, 55*, 60*,61
Somatik lndividu dapat 30, 64* 24*, 31*, 8
mengalami 33*, 44*,
gangguan p!lda 56, 57*
anggota tubUh seperti jantuhg berdebar cepat, berkeringat
L:
31 34 65Dari hasil try out skala kecemasan menghadapi ujian akhir item yang valid
sebanyak 34 dan item yang tidak valid sebanyak 31, dan dalam penelitian ini
[image:62.595.5.472.201.583.2]item yang dipakai sebanyak 34
Tabel 4.5 Blue print penelitian skala kecemasan mennhadapi ujian akhir
Variabel Faktor lndikator
Fav
Item
Unfav
L
Kecema Kognitif a. Kemampuan untuk 18,22,26 2, 19,30 7
san berkonsentrasi
b.
Mampu untuk-
6, 11 2mengambil keputusan
Afektif lndividu merasa cemas 5, 13,24 1, 7, 16, 9
dan sensitif seperti 17,25,27
tidak tenang dan mudah tersinggung
Motorik Mengalami 8,32 3, 4, 10, 11
ketegangan seperti 15,20,21,
gemetar, gugup, sukar 28, 3·1, 34 dalam bicara
Somatik lndividu dapat 33 9, 12, 14, 6
mengalami gangguan 23,29
pada anggota tubuh seperti jantung berdebar cepat, berkeringat
L
9 25 34b. Uji reliabilitas
Setelah di lakukan uji validitas, maka dilakukan uji reliabilitas dengan
program SPSS for windows version 11,5. Hasil yang d iperoleh untuk skala
religiusitas sebanyak 26 item dengan koefisien reliabilitasnya adalah
0.8707. Begitu pula uji reliabilitas untuk skala kecemasan menghadapi
ujian akhir menggunakan alpha cronbach dan diperole!h hasil untuk
kecemasan menghadapi ujian akhir sebanyak 34 item dengan koefisien
reliabilitasnya adalah 0.9034. Berdasarkan data tersebut berarti dapat
dikatakan bahwa skala religiusitas dan skala kecemasan rnenghadapi
ujian akhir yang di gunakan sebagai alat ukur dalam penelitian ini memiliki
kehandalan reliabilitas yang baik.
4.2.2 Uji persyaratan 4.2.2.1 Uji Norrnalitas
Kuncoro (2003), menjelaskan untuk melakukan uji normalitas dengan jumlah
responden kurang dari 100 orang, sebaiknya digunakan tumus yang
diformulasikan oleh Shapiro-Wilk. Apal:lila taraf signifikarWi dari Shapiro-Wilk
lebih besar dari taraf signifikansi yang ditetapkan sebesar 0,05 maka
distribusi data normal dan apabila kurang dari 0,05 maka distribusi data tidak
normal. Berdasarkan hasil perhitungan yang penulis ャ。ォオセZ。ョ@ dengan
label 4.6 Test of Normality One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Skala Skala
Religiusitas Kecemasan
N 44 44
Normal Mean
80.4091 82.2500 Parameters(a,b)
Std. Deviation 6.99275 10.45060
Most Extreme Absolute .083
.095 Differences
Positive .083 .071
Negative -.070 -.095
Kolmogorov-Smirnov Z .549 .632
Asymp. Sig. (2-tailed) .924 .819
a Test d1stnbut1on 1s Normal.
b Calculated from data.
Untuk variabel religiusitas, angka sig adalah 0,924 diatas 0,05 maka distribusi
data untuk religiusitas adalah normal, dan untuk variabel kecemasan dalam
menghadapi ujian angka sig adalah 0,819 juga diatas O,O!i maka distribusi
data untuk kecemasan dalam menghadapi ujian akhir juga normal. Hal ini
Uji Normalitas Kurva Normal Q Q-Ph>t Normal Q Q-Plot of Religiusitas
90
80
70
'/'"
' /
, /
GᄚャMMセセセセセセセセセセセセセMMQ@
60 70 80 00 100
lhdefined error #62210" Cannot open text file "C:\Program Files\SPS
Normal Q Q-Plot of Kecemasan Menghadapi Ujian Akhir
110
' /
/
100 ' /
y
90
//'
/o
,,{oo
80 セL@,-{oo
セᄋ@
/o'
70
/;'
60
//
50
50 60 70 60 90 100 110
Terlihat sebaran data dari variabel religiusitas dan kecernasan dalam
menghadapi ujian akhir saling berdekatan dan rnenernpel disekitar garis uji,
dan terlihat hanya beberapa data yang terletak jauh dari sebaran data,
dengan dernikian data tersebut dikatakan normal.
4.2.2.2
Uji HomodenitasUji hornogenitas bertujuan untuk rnenguji 2 data lebih kelornpok data sarnpel
yahg berasal dari populasi yang Hierniliki varians ya