• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi Ujian Nasional (UN) siswa kelas 3 SMA Pramita Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi Ujian Nasional (UN) siswa kelas 3 SMA Pramita Tangerang"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

SISWA KELAS 3 SMA PRAMITA TANGERANG

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Disusun oleh:

EKA LIANAWATI

NIM: 103070029042

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF lilDAYATULLAli

JAKARTA

(2)

SISWA KELAS 3 SMA PRAMITA TANGERANG

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk mernenuhi syarat-syarat dalam rnernperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Ors. loliluddin AS M.A

oleh:

EKA LIANAWATI NIM: 103070029042

Di bawah bimbingan

Pembimbing II

セセNNZN@

Ors. Rachmat Mulyono. M.si. Psi NIP. 150 :293 240

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

Skripsi yang berjudul "Hubungan Antara Religiusitas Oengan Kecemasan

Menghadapi Ujian Nasional (UN) Siswa Kelas 3 SMA Pramita Tangerang" telah

diujikan dalam sidang munaqosah Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta pada tanggal

22

Januari

2008.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi

Jakarta, Januari

2008

Sidang Munaqosah

Oekan

Ora. Nett artati M. Si NIP.

150 · 1 5938

Penguji I

M. Si.

3

---Ors. Choliluddin AS, M.A

Ang go ta

Pudekl

pセァオェhiセ@

セMMMMᄋMMᄋI@

oイウセゥャオ、、ゥョ@

::> AS, M.A

Pembimbin9 II

(4)

Kotika Anda mongubah pikiran maka koyakinan Anda akan

borubah.

Kotika Anda mongubah koyakinan maka harapan Anda akan

borubah.

Kotika Anda mongubah harapan maka !!ikap Anda akan borubah.

Kotika Anda mongubah !!ikap maka porilaku Anda akan borubah.

Kotika Anda mongubah porilaku maka kinotla Anda akan borubah.

Kl:!tika Ahda mongubah kinoda Anda maka hidup Anda akan

borubah.

(Dr. Jhon C. Maxwoll)

"Gunakan 80% pikiranmu untuk memikirkan solusi dan gunakan

(5)

セョーr@

c:lno t)!}nmn 7erSR!JR09,

c2\dik dtHP

セ・ャオョイYョ@

(6)

(C) Eka Lianawati

(B) Januari 2008

(D) Hubungan antara religiusitas dengan kecemasan memghadapi ujian nasional (UN) siswa SMA PRAMITA Tangerang

(E) 88 Halaman + Lampiran

(F) Pada keseharian ada berbagai peran yang di jalani individu sebagai remaja, salah satunya adalah perannya sebagai seorang pelajar. Ada banyak sekali pekerjaan, tantangan, dan tututan yang harus dikerjakan dan dihadapi oleh seorang pelajar. Pekerjaan, tantangan dan tuntutan Htu antara lain

pembuatan tugas, pembuatan karya tulis, maupun uj'ian yang merupakan suatu bentuk evaluasi yang secara rutin dilakukan pada seorang pelajar, dan juga tugas-tugas akademis lainnya. Para pelajar dengan motivasi yang kuat dapat menunjukan perilaku yang berarah kepada pmstasi, jika saja siswa dalam menghadapi ujian dapat mengendalikan kecemasan dalam

menghadapi ujian serta tetap tenang maka tidak akan ada faktor yang akan menghambatnya. Namun sebaliknya ketika seorang siswa memiliki

perasaan takut atau cemas akan kegagalan maka siswa tersebut akan mengalami kesulitan untuk mencapai prestasi yang maksimal.

Sebagaimana yang di katakan Atkinson (1999) bahwa kecemasan adalah sebagai keadaan mental yang tidak enak berkenaan dengan rasa takut yang mengancam, yang ditandai dengan perasaan khawatir, ketidakenakan, dan perasaan tidak menyenangkan yang tidak mampu untuk dihindari

seseorang. Seringkali seorang pelajar mengalami kecemasan clalam menghadapi ujian yang akan di hadapi. Sementara itu, pada diri remaja sudah terdapat benih-benih jiwa keagamaan namun benih-benih tersebut terbentur pada karakteristik remaja yang mengalami masa keragu-raguan terhadap kaidah agama. Kebimbangan atau kecemasan remaja dalam menghadapi ujian terpantul pada tingkah lakunya, sehingga kecemasan-kecemasan dalam menghadapi ujian akan menjadikan seorang remaja lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT (Daradjat, 2003).

Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui hubun1Jan antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi ujian akhir siswa

(7)

Dari hasil analisa statistik diketahui bahwa nilai r hitung adalah sebesar 0, 133. Sementara nilai r tabel dengan N 44 pada taraf signifikansi 5% adalah sebesar 0.297. Hal ini menunjukkan bahwa nilai r hitung lebih kecil daripada nilai r table 5%. Karena nilai r hitung yang dihasilkan (0, 133) < r tabel pada taraf signifikansi 5% (0.297). Maka penelitian ini meniolak hipotesis alternatif (H1) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi ujian akhir siswa.

(8)

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah

memberikan taufik, hidayah dan inayahnya kepada penuUs, sehingga memiliki kekuatan untuk menyelesaikan tugas akhir yang berjudul Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kecemasan Menghadapi Ujian Al<hir Siswa Kelas 3 SMA Pramita Tangerang.

Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada teladan sepanjang masa Nabi Muhammad SAW, yang selalu menjadi spirit bagi penulis untuk selalu

bersemangat.

Oalam proses penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa semua tidak terlepas dari dukungan serta bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. lbu Ora.Hj. Netty Hartati, M.Si sebagai Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. lbu Ora. Zahrotun Nihayah M.Si sebagai Pembantu Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Bpk. Ors. Choliluddin AS, M.A dan Bpk. Ors. r。」ィュQセエ@ Mulyono, M.si, Psi selaku dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II, penulis ucapkan terima kasih atas saran-saran yang tentunya sangat membantu bagi

penyelesaian skripsi yang penulis kerjakan, Allah pa:sti membalas kebaikan semuanya, itulah do'a yang penulis panjatkan.

3. Bpk. Ors. Jaisy Prasodjo sebagai dosen penasehat Akademik

4. Seluruh Dasen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis dari awal perkuliahan hingga

(9)

Pramita Tangerang yang telah mengizinkan dan mernudahkan penulis untuk melakukan penelitian. Juga kepada seluruh siswa yang telah menjadi

responden terima kasih atas kerjasamanya, data yang kalian berikan sangat bermanfaat untuk penulisan skripsi ini.

6. Pimpinan dan staf perpustakan Fakultas Psikologi Ul!N, UI dan YAI, yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan kepada penulis untuk

menggunakan koleksi yang ada.

7. Ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada yang tercinta dan tersayang Bpk. H. Alan Suherlan dan Mama. Hj. lntang Tarwiyah yang dengan kasih sayang dan kesabarannya telah membesarkan, membimbing serta mendidik penulis hingga kini. Hanya untaian da>'a yang dapat ananda haturkan untuk semua pengorbanan dan perjuangan Bapak dan Mama.

8. Adikku tercinta Yulia Paramitha Sari terima kasih atas do'a, support, canda dan tawa yang membuat penulis tetap semangat. "Pmjuanganmu masih panjang, wujudkan cita-cita yang ingin dicapai''.

9. Sahabat ku Efa, lndah , N'cha, Anis dan lis terima kasih atas bantuan dan dukungan kalian selama ini, bersama kalian penulis rnerasakan indahnya persahabatan dan persaudaraan semoga menjadi kenangan untuk kita selamanya ... Seluruh teman-teman angkatan '03 khususnya kelas B yang telah ikut mewarnai kehidupan penulis.

10. Teman-temanku Rolan, lean, Reza, Fauzan, Fiky, Mba' Sari, Mba' Ria, Sandi, khususnya Asep Triano terima kasih atas do'a, dukungan serta semangat yang diberikan selama ini kepada penulis.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis kembali berharap semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan masyarakat pada umumnya.

Jakarta, Januari 2008

(10)

Halaman Judul ... .

Halaman Persetujuan... .. .. . .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. . . .. ii

Halaman Pengesahan ... iii

Motto ... iv

Dedikasi ... v

Abstrak ... vi

Kata Pengantar ... viii

Daftar lsi ...

x

D ft L a ar ampiran ... . x111 . ..

BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... ... ... ... 1

1.2 Pembatasan Masalah ... 6

1.3 Perumusan Masalah ... 7

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Sistematika Penulisan. ... ... ... ... ... 8

BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Religiusitas ... 10

(11)

2.2 Kecemasan Menghadapi Ujian Akhir ... 19

2.2.1 Kecemasan ... 19

2.2.1.1 Definisi Kecemasan ... 19

2.2.1.2 ProsesTerjadinya Kecemasan ... 24

2.2.2 Komponen Kecemasan ... 25

2.2.3 Macam-macam Kecemasan ... 27

2.3 Kerangka Berpikir ... 28

2.4 Hipotesis ... 29

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 30

3.1.1 Pendekatan Penelitian ... 30

3.1.2 Definisi Variabel dan Operasional Variabel ... 30

3.2 Populasi Sampel. ... 32

3.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 33

3.4 Pengumpulan Data ... 34

3.5 lnstrumen Penelitian ... 34

(12)

4.1.1 Gambaran Jenis Kelamin ... .43

4.2 Presentasi Data ... 44

4.2.1 Uji lnstrumen Penelitian ... 44

4.2.2 Uji Persyaratan ... 50

4.2.3 Deskripsi Hasil Penelitian ... 54

4.3 Uji Hipotesis ... 57

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI dan SARAN 5.1 Kesimpulan ... 59

5.2 Diskusi. ... 59

5.3 Saran ... 62

(13)

Lampiran I Format Skala Penelitian

Lampiran II Hasil Skoring Try Out Penelitian Skala Religiusitas

Lampiran Ill Hasil Skoring Try Out Penelitian Skala Kecemasan Menghadapi Ujian Akhir

Lampiran IV Hasil Skoring Penelitian Skala Religiusitas

Lampiran V Hasil Skoring Penelitian Skala Kecemasan Menghadapi Ujian Akhir

Lampiran VI Hasil Try Out Validitas Skala Religiusitas Lampiran VII Hasil Try Out Reliabilitas Skala Religiusitas

Lampiran VIII Hasil Try Out Validitas Skala Kecemasan Menghadapi Ujian Akhir

Lampiran IX Hasil Try Out Reliabilitas Skala Kecemasan Menghadapi Ujian Akhir

Larnpiran X Surat lzin Melaksanakan Penelitian

(14)

PENDAHULUAN

1.1

latar

Belakang Masalah

Kecemasan menurut kamus psikologi (Chaplin, 2001) merupakan suatu

keadaan dimana seseorang sedang dalam perasaan bere:ampuran yang

berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-ma:sa mendatang

tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut. Hal ini dapat menyebabkan

seseorang menjadi takut, khawatir, dan gelisah dalam menghadapinya.

Pada keseharian ada berbagai peran yang dijalani individ1.1 sebagai remaja,

salah satunya adalah perannya sebagai seorang pelajar. Ada banyak sekali

pekerjaan, tantangan, dan tututan yang harus dikerjakan dan dihadapi oleh

seorang pelajar. Pekerjaan, tantangan dan tuntutan itu antara lain pembuatan

tugas, pembuatan karya tulis, maupun ujian yang merupakan suatu bentuk

evaluasi yang secara rutin dilakukan pada seorang pelajar, dan juga

tugas-tugas akademis lainnya. Banyak hal dan juga situasi yang: dapat

mempengaruhi keberhasilan para pelajar atau justru akan menghambat

(15)

Para pelajar dengan motivasi yang kuat dapat menunjukan perilaku yang

berarah kepada prestasi, jika saja siswa dalam menghada1pi ujian dapat

mengendalikan kecemasan dalam menghadapi ujian serta tetap tenang maka

tidak akan ada faktor yang akan menghambatnya. Namun sebaliknya ketika

seorang siswa memiliki perasaan takut atau cemas akan kegagalan maka

siswa tersebut akan mengalami kesulitan untuk mencapai prestasi yang

maksimal.

Sebagaimana yang di katakan Atkinson (1999) bahwa kec:emasan adalah

sebagai keadaan mental yang tidak enak berkenaan dengan rasa takut yang

mengancam, yang ditandai dengan perasaan khawatir, ketidakenakan, dan

perasaan tidak menyenangkan yang tidak mampu untuk dihindari seseorang.

Seringkali seorang pelajar mengalami kecemasan dalam menghadapi ujian

yang akan di hadapi.

Ada contoh yang menarik tentang masalah kecemasan deingan prestasi

belajar sebagaimana di tuliskan dalam harian Kompas, Nanda siswa kelas Ill

SMA Negeri 5 Bandung mengaku cemas atas kegagalan yang menimpa

kakak-kakak kelasnya. "Yang saya takutkan adalah dijadif;annya hasil ujian

tiga mata pelajaran itu sebagai penentu kelulusan. Bagaimana kalau pada

(16)

jeblok," katanya. Kecemasan Nanda dipertajam Geotama Putra (SMA Negeri

1 Pamulang, Tangerang, Banten) dan Rita Hairati (SMA Negeri 70 Jakarta).

Mereka membayangkan bagaimana sanksi dan risiko sosial yang bakal

ditanggung jika gagal melewati nilai minimal 4,26 (target tahun 2006) pada

tiap mata pelajaran. "Kali ini tidak ada ujian ulangan bagi yang nilainya jeblok.

Jadi, begitu gagal pada hari H, tunggu kesempatan ujian tahun berikutnya.

Bayangkan bagaimana malunya pada adik kelas kalau itu sampai terjadi,"

tutur Geotama (www.google.com dan www.kompas.com).

Gambaran hasil dari banyaknya siswa yang tidak lulus Ujian Nasional (UN)

tahun lalu (tahun pelajaran 2005/2006) sangatlah memprihatinkan dan

menyisakan kesedihan bagi kita semua, siapapun akan sedih jika

mengetahui sejumlah sekolah yang tidak dapat meluluskan sebagian besar

siswanya, bahkan ada sekolah yang sama sekali tidak mampu meluluskan

satu pun siswanya. Kondisi demikian tentunya pada tahun ini dapat

menimbulkan perasan Cemas bagi mereka yang mengikuti UN, termasuk

yang berkepentingan terhadap pelaksanaan UN, baik kepala sekolah, guru,

orang tua siswa, bahkan instansi terkait (dinas pendidikan), dan para

pemangku kepentingan bidang pendidikan (www.kompas.com)

Disamping itu standar kelulusan UN yang dipersyaratkan pada tahun ini

(17)

menjadi persoalan lain meskipun kita tahu hampir semua sekolah telah

berusaha melatih siswanya dengan soal-soal tes prediksi UN, yang tidak

jarang akhirnya semua konsentrasi tertuju dan berorientasi pada UN.

Terlepas dari rasa optimis/pesimis, banyak kalangan yanu tetap saja

mecemaskan tentang pelaksanaan UN tahun ini. Kecemasan tersebut bukan

saja menyangkut masalah berapa banyak jumlah siswa yang tidak lulus,

namun juga menyangkut orientasi proses belajar. Orientasi siswa hanya

tertuju pada UN, bukan untuk mencari ilmu pengetahuan lagi, bahkan tujuan

guru-pun disinyalir hanya akan secara intensif mengajarkan dan melatih

siswa untuk belajar memprediksikan soal-soal yang akan keluar pada UN,

bukan mengajarkan siswa sesuai dengan kurikulum yang diharapkan

(www.kompas.com).

Saat ini terdapat dua versi standar kelulusan ujian nasional yakni nilai

rata-rata minimal 5,0 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan dengan tidak ada

nilai di bawah 4,25. Namun masih ada kebijakan lain yakni dari tiga mata

pelajaran yang diujikan boleh saja ada satu nilai 4 asal dua lainnya minimal 6.

Namun, tetap saja hal itu membuat para siswa cemas, tak. terkecuali yang

menimba ilmu di sekolah-sekolah unggulan (www.liputan 13.com).

Tingkat ketidak lulusan siswa secara nasional dalam UN kali ini meningkat

(18)

tersebut sedikit banyak dipengaruhi naiknya nilai ujian minimal siswa dari

sebesar tiga menjadi empat untuk mata pelajaran matematika, bahasa

Indonesia, dan bahasa lnggris. Menurut praktisi pendidikan Arief Rahman

Hakim (2004), naiknya angka ketidaklulusan itu juga dipengaruhi fasilitas

sekolah yang berbeda dan keputusan Departemen Pendidikan Nasional yang

dinilai terburu-buru & sekolah harus dipersiapkan untuk hal seperti itu," Arief

menambahkan.

Lebih jauh, Arief menilai keputusan yang mendadak tersebut menimbulkan

kecemasan di kalangan pendidik. Tidak sedikit praktisi pendidikan yang

menjalankan upaya yang tidak mendidik seperti penambahan jam pelajaran

atau hanya melatih siswa untuk menjawab soal ujian layaknya tempat kursus

atau bimbingan belajar. Namun, kecemasan itu juga memberikan imbas yang

positif. "Meningkatnya keseriusan untuk menghadapi hal tersebut," ujarnya

(www.liputan 6.com).

Untuk menghadapi ujian disekolah yang akan tiba beberapa hari sebelumnya

siswa sudah menguras pikiran untuk belajar dengan harapan agar dapat

lebih siap menghadapi ujian disekolah nanti bahkan sampai-sampai

mengurung diri dikamar dengan ditemani buku-buku pelajaran yang di baca.

Namun ada pula sebelum menghadapi ujian selain mengurung diri di kamar

(19)

kepada Allah, misalnya dengan cara bangun malam melaksanakan sholat

tahajud, selain itu melakukan ibadah puasa, dan lain sebagainya. Dalam hal

ini, dapat kita lihat fenomena yang ada di sekolah, dan dapat kita bandingkan

antara siswa yang ikut kegiatan rohis dan siswa yang tidak ikut kegiatan rohis

(www.google.com)

Sementara itu, pada diri remaja sudah terdapat benih-benih jiwa keagamaan.

Namun benih-benih itu terbentur pada karakteristik remaja yang mengalami

masa keragu-raguan terhadap kaidah agama. kebimbangan atau kecemasan

remaja dalam menghadapi ujian terpantul pada tingkah lakunya, sehingga

kecemasan-kecemasan dalam menghadapi ujian akan ュセュェ。、ゥォ。ョ@ seorang remaja lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT (Damdjat, 2003).

Oleh karena itu, peneliti mencoba menggali lebih dalam untuk mengetahui

hubungan antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi ujian akhir

pada siswa SMU kelas 3.

1.2 Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini religiusitas di batasi dengan menggunakan rumusan dari

Glock dan Stark (1966). Menurutnya religiusitas terdiri dal'i lima dimensi,

yaitu: dimensi idiologi (keyakinan), dimensi ritualitas (ibadah), dimensi

(20)

demikian aspek religiusitas dapat diukur dan di lihat dari dimensi

keberagamaan tersebut.

Kecemasan merupakan reaksi psikologis individu terhadap perkiraan adanya

bahaya yang di khawatirkan akan dialami oleh individu (chaplin, 1999).

Perasaan cemas itu seperti proses emosional. Rasa cemas adakalanya

tampak pada gejala-gejala yang ditandai dengan perasaan khawatir,

ketidakenakan, takut, ngeri, lemas dan perasaan tidak menyenangkan yang

tidak mampu untuk dihindari seseorang (Atkinson, 1999).

Menurut Hurlock (2003), masa remaja di bagi menjadi awal dan akhir masa

remaja, berusia dari 13 tahun sampai dengan usia 21 tahun. Pada penelitian

ini peneliti memfokuskan pada masa remaja yang berusia 16-18 tahun.

Subjek penelitiannya adalah remaja SMU kelas 3.

1.3

Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di alas, peneliti merumuskan

permasalahan penelitian sebagai berikut :

Apakah ada hubungan antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi

(21)

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:

1. Untuk mengetahui gambaran siswa dalam menghadapi ujian.

2. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat kecemasan siswa dalam

menghadapi ujian.

3. Untuk mengetahui peranan agama dalam memberikan rasa optimisme

dan ketenangan pada siswa dalam menghadapi ujian.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

1. Pengembangan wacana dan kajian tentang masalah agama dan psikologi

untuk mengungkap kecemasan dan religiusitas terutama yang berkaitan

dengan siswa.

2. Memberikan masukan kepada para siswa untuk lebih rnendekatkan diri

kepada Allah SWT saat rnenghadapi ujian maupun dirnana saja ia berada.

1.5 Sistematika Penulisan

(22)

BABI:

BAB2:

BAB3:

BAB4

BAB5

Pendahuluan

Meliputi latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan serta manfaat F'enelitian, dan sistematika penulisan.

Kajian Teori

Meliputi religiusitas, dimensi-dimensi religiusitas, faktor yang mempengaruhi religiusitas, kecemasan dalam menghadapi ujian akhir, kecemasan, definisi kecemasan, proses terjadinya kecemasan, komponen kecemasan, macam-macam

kecemasan, kerangka berpikir, pengajuan hipotesis.

Metodologi Penelitian

Meliputi jenis penelitian, pendekatan penelitian, definisi variabel dan operasional variabel, populasi sampel, teknik penganibilan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisa data.

Presentasi dan Analisa Data

Meliputi gambaran umum responden, presentasi data, uji instrumen peneiiitian, uji persyaratan, deskripsi hasil penelitian, dan uji hipotesis.

Penutup

Meliputi kesimpulan, diskusi dan saran DAFTAR PUSTAKA

(23)

2.1 Religiusitas

Nashori dan Diana (2002) menjelaskan tentang definisi religiusitas bahwa

Seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa

pelaksanaan ibadah dan kaidah, dan seberapa dalam penghayatan atas

agama yang dianutnya, kemudian menurut Ancok (1995) mendefinisikan

religiusitas sebagai Manifestasi seberapa jauh individu mEmganut agama

meyakini, menghayati, memahami dan mengamalkan agama yang dianutnya

dalam kehidupan sehari-hari dari semua aspek kehidupan.

Jalaludin (2001) menjelaskan bahwa religiusitas merupakan bentuk

pengamalan baik berupa sikap maupun tindakan dari kebieragamaan

seseorang dimana individu merasakan dan mengakui adanya kekuatan

tertinggi yang menaungi kehidupan manusia dan hanya kepada-Nya manusia

(24)

Thouless (1970) mendefinisikan religius adalah sikap atau cara penyesuaian

diri terhadap dunia yang mencakup acuan yang menunjukan lingkungan yang

lebih luas dari pada lingkungan dunia fisik yang terikat ruang dan waktu.

Daradjat (2003) mengungkapkan bahwa pembinaan kehidupan beragama

tidak dapat dilepaskan dari pembinaan kepribadian secara keseluruhan,

karena kehidupan beragama itu adalah bagian dari kehidupan itu sendiri.

Religiusitas di wujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia yang tidak

hanya pada kasat mata, tetapi mencakup aspek perasaan, motivasi, dan

aspek batiniah manusia.

Dari beberapa keterangan diatas maka peneliti memberikan kesimpulan

bahwa yang di maksud dengan religiusitas adalah suatu kesatuan

unsur-unsur yang komprehensif, yang menjadikan seseorang disebut sebagai orang

beragama (being religious ), dan bukan sekadar mengaku mempunyai agama

( having religion ). Dimana religiusitas meliputi pengetahuan agama,

keyakinan agama, pengamalan ritual agama, pengalarnan agama, perilaku

(25)

Sebagaimana firman Allah dalam surat Ar-Ra' du ayat 28-29:

J ,.,,.. J '!> ,,.. ,.-: , I '!> .... r: .\!. ,.-: , J .,. JJ JIJ !. '!> ,,- G ..:....,

セ@

y_,li)I

セ@

セi@

.f=+i

\ti

セi@

f+i

セ⦅LN|ェ@

セェ@

Q[セQセ@

(r..;JI

,..._., J J J.-' ,.. J -" /. "" セ@ ,J. ,.- G J,.; ..-- •-;;:;' ....

セGZイGャNゥN@

セェセ@

オLLォセャ@

ijセj@

ly...I; --.:...X.;JI

/

"Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram disebabkan

karena dzikru/lah. Sungguh, hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi

tentram. Orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, bagi mereka

kebahagiaan dan tempat kembali yang baik." (QS.Ar-Ra'clu:28-29)

Orang-orang yang mendapat petunjuk Allah dan kembali menerima

tuntunan-Nya sebagaimana disebutkan pada ayat diatas adalah orang-orang yang

beriman dan hati mereka menjadi tentram setelah sebelumnya bimbang dan

ragu. Ketentraman itu yang bersemi di dada mereka disebabkan karena

dzikrulfah, yakni megingat Allah atau karena ayat-ayat Allah.

Kata (fij) dzikirlzikirpada mulanya berarti mengucapkan clengan lidah.

Kemudian makna ini berkembang menjadi "mengingat". Namun demikian,

mengingat sesuatu sering kali mengantar lidah untuk menyebutnya. Demikian

juga menyebut dengan lidah dapat mengantar hati untuk mengingat apa yang

(26)

yang disebut itu adalah nama-Nya. Karena itu ayat di atas dipahami dalam

arti menyebut nama Allah.

Kata ('ii) a/a digunakan untuk meminta perhatian mitra bicara menyangkut apa yang diucapkan. Dalam konteks ayat ini adalah tentang dzikrullah yang

melahirkan ketentraman hati.

Thabathaba'i menggaris bawahi kata Hセ@ tathma'innu/ menjadi tentram

adalah penjelasan ayat sebelumnya yakni beriman. Iman tentu saja bukan

sekadar pengetahuan tentang objek iman, karena pengetahuan tentang

sesuatu, belum mengantar kepada keyakinan dan ketentraman hati. llmu

tidak menciptakan iman, bahkan bisa saja pengetahuan itu melahirkan

kecemasan atau bahkan pengingkaran dari yang bersangkutan.

Ada jenis pengetahuan yang dapat melahirkan iman, yaitu pengetahuan yang

disertai dengan kesadaran akan kebesaran Allah, serta kE!lemahan dan

kebutuhan mahluk kepada-Nya. Ketika pengetahuan dan kesadaran itu

bergabung dalam jiwa seseorang, maka ketika itu lahir ketenangan dan

ketentraman. Ketika seseorang menyadari bahwa Allah adalah penguasa

tunggal dan Pengatur alam raya dan yang dalam genggarnan-Nya segala

(27)

serta sifat-sifat-Nya yang agung pasti akan melahirkan ketenangan dan

ketentraman dalam jiwanya.

Kata (cr._,lo) thuba berasal dari kata (yl.b) thaba, dalam arti yang baik,

menyenangkan, dan menggembirakan. Kata ini merupakan sifat dari suatu

kata yang tidak disebut misalnya kehidupan. Kehidupan betapapun

mewahnya tidak akan baik jika tidak disertai ketentraman hati, sedang

ketentraman hati baru dapat dirasakan bila hari yakin dan percaya bahwa

ada sumber yang tidak terkalahkan yang selalu mendampingi dan memenuhi

harapan. (Shihab:2007)

2.1.2 Dimensi Religiusitas

Glock dan Stark (dalam Ancok dan Nashori 2001) menyatakan bahwa ada

lima dimensi keberagamaan, yaitu keyakinan (ideologis), penghayatan atau

pengalaman, peribadatan atau praktik beragama (ritualistik), pengetahuan

agama (intelektual), dan pengamalan (konsekuensi).

a. Dimensi Keyakinan

Dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan dimana orang religius

berpegang teguh pada pandangan teologis te11entu dan mengakui

(28)

b. Dimensi Praktik Beragama

Dimensi ini mencakup prilaku pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang

dilakukan orang-orang untuk menunjukan komitmen teirhadap agama

yang di anutnya. Praktek-praktek keagamaan ini terdiri dari ritual dan

ketaatan.

c. Dimensi Pengalaman

Dimensi ini berkaitan dan memperhatikan fakta bahwa1 semua agama

mengandung pengharapan-pengharapan tertentu. Dimensi ini berkaitan

dengan pengalaman keagamaan, perasaan-perasaan, persepsi dan

sensasi-sensasi yang dialami seseorang atau didefinisikan oleh suatu

kelompok keagamaan.

d. Dimensi Pengetahuan Agama

Dimensi pengetahuan agama mengacu kepada harapan bahwa

C)rang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah pengetahuan

mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab sucii dan tradisi-tradisi.

e. Dimensi Konsekuensi atau Pengamalan

Dimensi ini mengacu kepada identifikasi akibat-akibat keyakinan

keagamaan, praktik, pengalaman dan pengetahuan seseorang dari hari

ke hari.

Ancok dan Nashori (2001) mencoba menyesuaikan dimensi religiusitas versi

(29)

sama, dimensi keyakinan dapat disejajarkan dengan akidah, dimensi praktik

agama disejajarkan dengan syariah dan dimensi pengamalan disejajarkan

dengan akhlak".

Rumusan Glock dan stark (dalam Ancok dan Nashori: 2001) tersebut

membagi keagamaan menjadi lima dimensi dalam tingkat tertentu yang

mempunyai kesesuaian dengan islam diantaranya:

• Dimensi keyakinan atau akidah Islam menunjuk pada seberapa tingkat

keyakinan muslim terhadap kebenaran ajaran-ajaran agamanya, terutama

terhadap ajaran-ajaran yang bersifat fundamental atau dogmatic.

Misalnya keyakinan tentang Allah, para malaikat, Nabi dan Rasul,

kitab-kitab Allah, surga dan neraka, serta pada qadha dan qadar.

• Dimensi peribadatan (praktek agama) atau syariah menunjuk kepada

seberapa tingkat kepatuhan Muslim dalam mengerjakan

kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana dianjurkan oleh agamanya. Misalnya

menyangkut pelaksanaan sholat, puasa, zakat, haji, membaca al-Qur'an,

do'a, dzikir, l'tikaf di masjid pada bulan ramadhan, dan lain sebagainya.

• Dimensi pengamalan atau akhlak menunjuk pada sebHrapa tingkatan

muslim berprilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya, yaitu

(30)

lain. Misalnya meliputi tingkah laku menolong, bekerjasama, menegakkan

keadilan dan kebenaran, berlaku jujur, dan lain sebagainya.

• Dimensi pengetahuan atau ilmu menunjuk pada seberapa tingkat

pengetahuan dan pemahaman Muslim terhadap ajaran agamanya

terutama mengenai ajaran pokok dari agamanya sebagaimana termuat

dalam kitab sucinya. Misalnya pengetahuan tentang Al-Qur'an, rukun

islam dan rukun iman, hukum islam, sejarah islam, dan lain sebagainya.

" Dimensi pengalaman atau penghayatan menunjuk pacla seberapa jauh

tingkat Muslim dalam merasakan dan mengalami perasaan-perasaan dan

pengalaman-pengalaman religius.

2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Religiusitas

Yusuf (2003) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi religiusitas

seseorang yaitu:

a. Faktor Internal (fitrah)

Menurut pandangan agama Islam, manusia beragama karena ia

mempunyai kecenderungan beragama semenjak lahir (fitrah). Seperti

pendapat syamsu yusuf (2003) bahwa salah satu kelebihan manusia

sebagai mahluk adalah ia telah dianugrahi fitrah, atau potensi untuk

mengimani Allah SWT dan mengamalkan ajaran-Nya, karena fitrah inilah

(31)

b. Faktor Eksternal (lingkungan)

1. Lingkungan Keluarga

Menurut Hurlock (dalam Yusuf,2003) berpendapat bahwa keluarga

merupakan "Training Center' bagi pemahaman nilai-nilai (termasuk

niali-nilai agama). Peranan keluarga ini terkait den!ian penanaman

nilai-nilai agama pada anak semenjak dalam kandungan.

2. Lingkungan Sekolah

Menurut Hurlock (dalam Yusuf,2003) "sekolah mempunyai pengaruh

yang sangat besar terhadap kepribadian anak, kamna sekolah

merupakan subsitusi dari keluarga, dan guru merupakan subsitusi dari

orang tua.

Dalam pengembangan fitrah keberagamaan siswa sekolah memiliki

peranan sangat penting, yaitu berupaya untuk mengembangkan ajaran

agama, atau ahlak yang mulia.

3. Lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat disini di maksudkan situasi atau kondisi

interaksi sosial dan sosiokultural yang secara potensial berpengaruh

(32)

2.2 Kecemasan Menghadapi Ujian Akhir

2.2.1 Kecemasan

Bila seseorang dihadapkan pada sesuatu, dan hal itu dapat mengancam

dirinya, atau setidaknya dapat menimbulkan hak yang tidak menyenangkan

dalam dirinya, maka dapat dikatakan ia mengalami kecernasan. Sensasi

kecemasan sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut

ditandai oleh rasa ketakutan yang difus (menyebar), tidak menyenangkan,

dan samar-samar, dan seringkali disertai oleh gejala otonomik, seperti: nyeri

kepala, berkeringat, palpitasi (debaran), kekakuan pada dada, dan gangguan

lambung ringan. Seseorang yang cemas mungkin juga merasa gelisah,

seperti yang dinyatakan oleh ketidakmampuan untuk duduk atau berdiri lama

(Kaplan, 1997).

2.2.1.1 Pengertian Kecemasan

Sudah sejak lama para ahli psikologi berupaya untuk menjelaskan mengenai

kecemasan. Secara etimologi kecemasan atau anxiety berasal dari kata-kata

angustus, yang berarti sempit atau terbatas (constricted) clan ango atau anci,

yang berarti mencekik, menahan, atau mengikat (Stem, 1!l64). Sedangkan

secara terminologis menurut Davidoff (1991), kecemasan sebagai emosi

(33)

ketegangan dan stress yang menghadang dan oleh banglkitnya syaraf

simpatetik.

Kecemasan (Anxiety); perasaan campuran berisikan ketakutan dan

keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk

ketakutan tersebut; rasa takut atau kekhawatiran kronis pada tingkat yang

ringan; kekhawatiran atau ketakutan yang kuat dan meluap-luap; satu

dorongan sekunder mencangkup suatu reaksi penghindaran yang dipelajari

(Chaplin, 1999).

Kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan

istilah-istilah seperti kekhawatiran, keprihatinan, dan rasa takut, yang

kadang-kadang kita alami dalam tingkat yang berbeda-beda (Atkinson, 1999).

Hurlock (1996), mendefinisikan kecemasan sebagai keadaan mental yang

tidak enak berkenan dengan rasa takut yang mengancam, yang ditandai

dengan perasaan khawatir, ketidakenakan, dan perasaan tidak

menyenangkan yang tidak mampu untuk dihindari seseorang.

Daradjat (1990) mendefinisikan bahwa kecemasan adalah manifestasi dari

berbagai emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika :seseorang sedang

(34)

kecemasan itu sendiri timbul dari konflik didalam diri individu terhadap

sesuatu yang tidak jelas objeknya.

Prasetyono (2005) mendefinisikan bahwa Kecemasan meirupakan

penjelmaan dari berbagai proses emosi yang bercampur loaur, yang terjadi

manakala seseorang sedang mengalami berbagai tekanan-tekanan atau

ketegangan (stress) seperti perasaan (frustasi) dan pertentangan batin

(konflik batin)

Kecemasan adalah emosi tidak menyenangkan yang ditandai dengan

istilah-istilah seperti kekhawatiran, keprihatinan, dan rasa takut yang

kadang-kadang kita alami dalam tingkah laku berbeda-beda. Segala bentuk situasi

yang mengancam kesejahteraan organisme seperti ancarnan fisik, ancaman

terhadap harga diri dan tekanan untuk melakukan sesuatu diluar kemampuan

dapat menimbulkan kecemasan (Atkinson, 1996).

lstilah neurosis sendiri diperkenalkan oleh Cullen (1769) clalam terbitannya

yang berjudul System of Nosology, untuk menjelaskan bahwa munculnya

perilaku neurotic (dengan karakteristik kecemasan yang tidak realistis dan

beberapa masalah lain) adalah karena adanya gangguan pada system syaraf

atau Malfungsi Neurologist (Coleman, Butcher, & Carson, 1980). Sedangkan

menurut Freud {dalam Fausiah:2005), pada gangguan cemas konflik

(35)

kemudian segala gangguan non-psikotik yang terjadi karema dasar konflik

psikologis dianggap sebagai neurotic.

Gangguan cemas berbeda dengan kecemasan normal dalam hal intensitas,

durasi, serta dampaknya bagi individu (Davidson & Neale, 2001). Menurut

Barlon dan Durand (1995), kecemasan akan dianggap sebagai suatu hal

yang patologis apabila tidak lagi bisa dihentikan atau dikontrol oleh individu

tersebut. Kecemasan yang sudah terlalu berlebihan disebut gangguan

neurosis. Adapun pengertian neurosis menurut DSM Ill (Dalam Kaplan,

Sadock, & Grebb, 1994) adalah gangguan mental dimana1 bentuk gangguan

utamanya muncul dalam simtom atau sekumpulan simtom yang mengganggu

individu dan dianggapnya sebagai sesuatu yang asing dan tidak dapat

diterima.

Freud menganggap kecemasan itu sebagai salah satu bentuk emosi yang

sangat penting dalam teori psikoanalisanya. Kecemasan timbul karena

adanya pertentangan antara id yang mempunyai prinsip kesenangan

(pleasure principle) dan ego (reality principle). (Effendi, 1 セQYSI@

Sumber kecemasan menurut freud (dalam Davidoff:1988) adalah bahaya

yang berasal dari dunia nyata seperti situasi yang mengarah kepada rasa

sakit tubuh, dan kesadaran akan adanya hukuman yang berkaitan dengan

(36)

yang di larang oleh norma budaya. Para psikolog kognitif memusatkan

perhatiannya pada konflik batin antara beberapa harapan, keyakinan, sikap,

persepsi, informasi, konsep-konsep yang mengarah kepada disonasi kognitif.

Sedangkan psikolog humanistik menekankan pada konflik mental khususnya

pada saat orang harus memilih gaya hidup yang memuaskan dan bermakna.

Sedangkan psikolog behavioristik menegaskan bahwa sebagian besar

kecemasan adalah akibat pengkondisian (kondisioning), ketika sebuah objek

dari jenis tertentu di kaitkan maknanya dengan pengalaman yang

menimbulkan kecemasan. Oleh sebab itu baik konflik kognisi maupun situasi

yang jelas mengancam dapat menimbulkan kecemasan.

Ada sebagian orang yang mengalami kecemasan pada setiap situasi dan

mempunyai jangka waktu yang cukup lama dimana ia hidup tiap hari dalam

ketegangan yang tinggi. la secara samar-samar merasa takut atau cemas

pada hampir sebagian besar waktunya dan cenderung bereaksi secara

berlebihan terhadap stress yang ringan sekalipun, tapi ada juga sebagian

orang yang mengalami kecemasan pada saat tertentu saja.

Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan

adalah emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai ras;a kekhawatiran,

(37)

2.2.1.2. Proses Terjadinya Kecemasan

Kecemasan pada individu dapat terjadi melalui suatu proses atau rangkaian

yang dimulai dengan adanya suatu rangsangan eksternal maupun internal,

sampai suatu keadaan yang dianggap sebagai ancaman atau

membahayakan. Spielberger (dalam Effendi

1993)

menyebutkan ada Hrna proses terjadinya kecemasan pada individu, yaitu:

1.

Evaluated Situation; yakni adanya situasi yang mengncam secara kognitif sehingga ancaman ini dapat menimbulkan kecemasan.

2. Perception of Situation; situasi yang mengancam diberi penilaian oleh

individu, dan biasanya penilaian ini dipen£1aruhi oleh sikap,

kemampuan, dan pengalaman individu.

3. Anxiety State of Reaction; individu menganggap bahwa ada situasi

berbahaya, maka reaksi kecemasannya akan timbul. Kompleksitas

respon dikenal sebagai reaksi kecemasan sesaat yang melibatkan

respon fisiologis seperti denyut jantung dan tekanan darah.

4. Cognitive Reappraisal Follows; individu kemudian menilai kembali

situasi yang mengancam tersebut, untuk itu individu menggunakan

pertahanan diri (defense mechanism) atau dengan cara meningkatkan

aktivitas kognisi atau motoriknya.

5. Coping; individu menggunakan jalan keluar dengan menggunakan

defense mechanism (pertahanan diri) seperti proyeksi atau

(38)

2.2.2 Komponen Kecemasan

Kecemasan yang terjadi pada individu dapat terjadi melalui suatu proses

yang dimulai dengan adanya suatu rangsangan eksternal maupun internal,

sampai menjadi suatu keadaan yang dianggap sebagai ancaman atau hal

yang membahayakan. Seringkali individu mengalami kecemasan namun

tidak mau mengakui bahwa dirinya cemas, tetapi dari observasi yang

dilakukan dapat disimpulkan bahwa individu tersebut mengalami kecemasan.

Menurut Sue (dalam Anita, 2006) kecemasan dapat di manifestasikan ke

dalam empat komponen yaitu :

1. Secara Kognitif

Dapat berfariasi, dari rasa khawatir yang ringan sarnpai panik. lndividu

terus mengkhawatirkan segala macam masalah yang mungkin terjadi dan

sulit sekali untuk berkonsentrasi atau mengambil keputusan, dan apabila

ia mengambil keputusan akan menimbulkan kekhawatiran lebih lanjut,

dan akan mengalami kesulitan tidur.

2. Secara Afektif (perasaan)

lndividu tidak dapat tenang dan mudah tEirsinggung, sehingga

memudahkannya terkena depresi.

3. Secara Motorik

Seperti gemetar sampai dengan goncangan tubuh yang berat. lndividu

(39)

4. Secara somatik

Dapat berupa gangguan pernafasan atau gangguan pada anggota tubuh

seperti jantung berdebar, berkeringat, gangguan pencernaan serta

kelelahan badan seperti pingsan.

Ada sebagian orang yang mengalami kecemasan pada seセエゥ。ー@ situasi dan

mempunyai jangka waktu yang cukup lama, tetapi ada jUfJa yang mengalami

kesemasan pada saat tertentu saja. Oleh karena itu, Spielberger (dalam De

Clerq 1994) membagi kecemasan menjadi dua hal yakni:

1. State anxiety yaitu reaksi emosi sementara yang timbul pada situasi

tertentu, yang di rasakan sebagai suatu ancaman. l<eadaan ini ditentukan

oleh perasaan ketegangan yang subjektif. Waktunya bersifat sementara

dan hanya pada situasi tertentu saja dan saat itu saja seperti saat ujian,

wawancara pekerjaan, menghadapi polisi,dan lain sebagainya.

2. Trait anxiety, menunjukan pada ciri atau sifat seseorang yang cukup stabil

dan dapat dirasakan pada berbagai macam keadaan yang

membahayakan atau berupa ancaman. Waktunya bersifat menetap serta

(40)

2.2.3 Macam-macam kecemasan

Menurut Kartono (2002) macam-macam kecemasan dibagi menjadi:

1 . Kecemasan Neurotis

Erat berkaitan dengan mekanisme-mekanisme pelarian diri dan

pembelaan diri yang negatif banyak disebabkan oleh perasaan-perasaan

bersalah dan berdosa, serta konflik-konflik emosional yang serius dan

kronis berkesinambungan, frustrasi-frustrasi, dan keitegangan-ketegangan

batin. Untuk mengatasi kecemasan neurotis ini biasanya orang seringkali

menggunakan obat penenang.

2. Kecemasan Psikotis

Kecemasan karena merasa terancam hidupnya, dan kacau balau,

ditambah kebingungan yang hebat disebabkan oleh depersonalisasi dan

disorganisasi psikis. Apabila sifatnya serius, kronis dan

berkesinambungan terus menerus, kecemasan itu bisa menjadi keadaan

panik dan kecemasan-kecemasan hebat bisa menyebabkan kerusakan

pada fungsi-fungsi fisik misalnya berubah menjadi penyakit lambung,

tekanan darah tinggi, asma, juga kerusakan-kerusakan pada fungsi psikis

(41)

2.3

Kerangka Berfikir

Rendah セ@ Kecemasan Tinggi

bag1 s1swa kelas 3 Fenomena UN ....,.

Religiusitas

<

Tinggi セ@ Ke1cemasan Rendah

t

セセセセセセANセセセセセセᄋ@

_J

Hubungan antara religiusitas dengan

kecemasan menghadapi ujian akhir siswa kelas 3

Menurut Glock dan Stark (dalam Ancok dan Nashori: 2001) religiusitas terdiri

dari lima dimensi, yaitu: dimensi idiologi (keyakinan), dimensi ritualitas

(ibadah), dimensi penghayatan, dimensi pengetahuan dan dimensi

pengalaman. Dengan demikian aspek religiusitas dapat diukur dan di lihat

dari dimensi keberagamaan tersebut. Dalam Islam, religiusitas pada garis

besarnya tercermin dalam pengamalan akidah, syariah, dan akhlak, atau

dengan ungkapan lain: iman, Islam, dan ihsan. Bila semua unsur itu telah

dimiliki oleh seseorang , maka dia itulah insan beragama yang

sesungguhnya.

Religiusitas di wujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia yang tidak

hanya pada kasat mata, tetapi mencakup aspek perasaan, motivasi, dan

aspek batiniah manusia (Darajat,2003).

Sensasi kecemasan sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan

tersebut ditandai oleh rasa ketakutan yang difus (menyebar), tidak

(42)

otonomik, seperti: nyeri kepala, berkeringat, palpitasi (debaran), kekakuan

pada dada, dan gangguan lambung ringan. Seseorang ya1ng cemas mungkin

juga merasa gelisah, seperti yang dinyatakan oleh ketidakmampuan untuk

duduk atau berdiri lama (Kaplan, 1997)

Dalam menghadapi ujian akhir seorang siswa akan merasa cemas clan

khawatir akan kemampuannya, hal tersebut akan ュ・ョェ。、セォ。ョ@ seseorang

putus asa. Kecemasan tersebut akan berdampak negatif jika seorang siswa

tidak puas dengan hasil yang akan didapatnya kelak. Seorang siswa bisa

melakukan tindakan yang tidak wajar entah ia malu terhadap adik kelasnya

jika ia tidak lulus dan mengakibatkan ia stress atau bahkan bisa

menyebabkan siswa tersebut bunuh diri.

Peranan agama sangat berpengaruh sekali terhadap ォ・ceセュ。ウ。ョ@ yang

sedang dialami oleh siswa yang akan melakukan ujian tersebut. Nilai agama

mungkin dapat membuat seorang tidak mudah putus asa karena kegagalan

yang kelak akan dialaminya. la akan lebih mendekatkan diri kepada Allah

SWT sehingga membuatnya tidak mudah untuk berputus asa.

2.4 Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas maka penulis berasumsi bahwa :

Hi : Tidak ada korelasi positif yang signifikan antara religiusitas dengan

kecemasan menghadapi ujian akhir pada siswa kelas 3 SMA

Ha Ada korelasi positif yang signifikan antara re/igiusitas dengan

(43)

3.1 Jenis Penelitian

3.1.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif. Pada pendekatan penelitian kuntitatif, data pEmelitian dapat

diinterpretasikan dengan lebih objektif apabila diperoleh IEiwat suatu

pengukuran yang valid, reliabel, dan objektif (Azwar, 2002). Dan metode

penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif korelasi yaitu

dengan cara mengumpulkan dua atau lebih perangkat nilai dari sebuah

sampel peserta, lalu menghitung hubungan antara peran£1kat-perangkat

tersebut kemudian dianalisa dengan menggunakan analisis data statistik

kemudian dilakukan interpretasi untuk dibuat kesimpulan.

3.1.2 Definisi Variabel Dan Operasional Variabel Variabel penelitian ini terdiri dari 2 variabel, yaitu:

a. Variable bebas (IV): Religiusitas yaitu keyakinan individu untuk

menghayati, memahami dan mengamalkan agama yang di anutnya dalam

kehidupan sehari-hari.

(44)

• Dimensi keyakinan atau akidah Islam yaitu Keyakinan atau

kepercayaan yang bersifat fundamental atau dogma (keyakinan

tentang Allah, para malaikat, Nabi dan Rasul, kitab-kitab Allah, surga

dan neraka).

• Dimensi peribadatan (praktek agama) atau syariah Melaksanakan

lbadah (sholat, puasa, zakat, haji, membaca Al-Quran, do'a, zikir) dan

Ketaatan dalam melaksanakan ibadah (sholat, pua1sa).

• Dimensi pengamalan atau akhlak; pengamalan seseorang dalam

beragama yaitu bagaimana individu berelasi dengan dunianya

terutama dengan manusia lain (tingkah laku menolong, bekerjasama,

menegakkan keadilan dan kebenaran, berlaku jujur).

• Dimensi pengetahuan atau ilmu; tingkat pengetahuan atau

pemahaman seorang muslim terhadap ajaran agarnanya

(Pengetahuan tentang Al-qur'an, rukun Islam dan rukun iman, hukum

Islam, sejarah Islam).

• Dimensi pengalaman atau penghayatan; tingkat seorang muslim

dalam merasakan dan mengalami perasaan dan p13ngalaman religi

(Glock dan stark dalam Ancok dan Nashori

2001).

b. Variable terikat (DV): Kecemasan menghadapi ujian pada siswa yaitu

(45)

rasa khawatir, keprihatinan, dan rasa takut yang di alami dalam tingkat

yang berbeda.

lndikatornya adalah:

• Secara kognitif yaitu Kemampuan berkonsentrasi clan mampu untuk

mengambil keputusan

• Secara afektif (perasaan) yaitu individu merasa cemas dan sensitive

seperti tidak tenang dan mudah tersinggung.

• Secara motorik yaitu individu mengalami ketegangan seperti gugup,

sukar dalam bicara dan gemetar.

• Secara somatik yaitu individu dapat mengalarni gangguan pada

anggota tubuh seperti jatung berdebar cepat, berkeringat

(Sue 1986, dalam Anita,2006).

3.2

Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Di dalam Encyclopedia of

Educational Evaluation tertulis: A population is a set (or collection) of all

elements possesing one or more attributes of interest. (Arikunto, 2002)

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang bersekolah di SMA

(46)

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti. Dinamakan

penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil

penelitian sampel. (Arikunto, 2002)

Adapun sampel yang akan diteliti adalah remaja yang ducluk di bangku kelas

3 dengan karakteristik sebagai berikut:

J>- Perempuan dan laki-laki

J>- Berusia sekitar 16-18 tahun

J>- Siswa yang akan menghadapi ujian akhir

3.3

Teknik Pehgambilan

Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Simple Random Sampling yaitu suatu teknik di mana dalam sebuah populasi

setiap subjek dianggap sama clan memiliki hak untuk dijadikan sampel

penelitian. (Arikunto, 2002)

Adapun jumlah sampel yang.akan dijadikan penelitian adalah sejumlah

subjek yang diperoleh peneliti kemudian dirandom/diacak. Hal ini dilakukan

(47)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

• Penelitian diawali dengan studi literatur yang bertujuan untuk mencari

teori yang didapat dijadikan landasan teori yang mendukung penelitian ini,

data yang telah diperoleh kemudian dianalisa dengan menggunakan

analisis data statistik kemudian dilakukan interpretasi untuk dibuat

kesimpulan.

• Observasi adalah langkah kedua yang peneliti lakukan untuk memperoleh

data. Observasi dilakukan untuk memperoleh responden yang telah

ditentukan kriterianya dan mengambil data dengan memberikan skala

(dalam bentuk pernyataan-pernyataan}

• Skala adalah alat yang digunakan peneliti untuk memperoleh data dari

responden. Skala di buat dalam bentuk angket yang b13risi

pernyataan-pernyataan dengan pilihan alternatif jawaban.

3.5 lnstruml:m flenetitian

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala

dalam bentuk pernyataan. Bentuk skala yang digunakan o1alam membuat

pernyataan di penelitian ini adalah Skala Likert untuk mengukur religiusitas

dan セ・」・ュ。ウ。ョN@

At:lapmdnstument yang digunakan untuk mengukur data penelitian ini adalah

(48)

a. Skala Religiusitas

• Untuk mengukur religiusitas, penulis menggunakan skala yang telah

disusun berdasarkan pada teori yang terkait dEmgan tujuan

penelitian. Dalam penyusunan, penulis bersandar pada teorinya

Glock dan stark sebagaimana tercantum dalam label berikut: I ,1

tabel

3.2

-Blue print variabel

Religiusitas-Item Variabel Faktor lndikator

Favorable Unfavorable

Religiusi- Dimensi Keyakinan atau kepercayaan yaing 1, 3, 4, 59, 64, 74, 75

tas

Keyakinan bersifat fundamental atau dogmii 73*

atau akidah seperti keyakinan tentang Allah,

Islam para malaikat, Nabi dan Rasul,

kitab-kitab Allah, surga neraka

Dimensi a. Melaksanakan lbadah seperti 19*, 48*, 16, 32*, Sil*,

Peribadatan sholat, puasa, zakat,haji, 49*, 60, 6 61

membaca Al-Quran, do'a, zikir

b. Ketaatan dalam melaksanakan 10, 17 11*, 33*, 34*,

[image:48.595.26.504.169.630.2]
(49)

Dimensi Pengamalan seseorang dalam 66*, 47*, 68*, 71*, 21,

Experience beragama yaitu bagaimana 50*, 63 35*, 55*, 65,

(Pengama- individu berelasi dengan dunianya 5, 8*, 12 7*, 9, 51*

Ian) terutama dengan manusia lain

seperti tingkah laku menolong,

bekerja sama, menegakkan

keadilan, berlaku jujur

Dimensi Tingkat pengetahuan atau 25, 42, 43, 2, 39, 41, 40,

Knowledge pemahaman seorang muslim 44, 45, 46, 72, 67

(Pengeta- terhadap ajaran agamanya sepe·rti 58, 13*, 15*,

huan) Pengetahuan tentang Al-qur'an, 20, 27, 31,

rukun Islam dan rukun iman, 38, 14*, 37,

hukum Islam, sejarah Islam 69, 70

Dimensi Tingkat seorang muslim dalam 22, 29, 30, 9, 18*, 23, 24,

Pengalaman merasakan dan mengalami 56 26*, 28, 54,

perasaan ( senang, 57,62

tentram/tenang) dan pengalaman

religi seperti mendapatkan cobaan

b. Skala kecemasan menghadapi ujian akhir

• Untuk mengukur kecemasan menghadapi ujian akhir digunakan skala

(50)

Variabel

tujuan penelitian. Dalam penyusunan, penulis bersandar pada

teorinya Sue (dalam Anita, 2006) sebagaimana tercantum dalam label

berikut:

Tabet 3.3

Blue Print Skala Kecemasan menghadapi ujian akhir

Item

Faktor lndikator

Favorable Unfavorable Kecemasan Kognitif a. Kemampuan untuk 1, 2, 11, 16, 3, 7*, 15, 17*,

berkonsentrasi 18, 19, 23, 27*, 40*, 58*

b. Mampu untuk 38*, 43*, 51*,

mengambil 53,59

keputusan

Afektif lndividu merasa cemas 4, 5, 10, 13*, 6*, 8, 20*, 29,

dan sensitif seperti 14, 22, 26, 28, 36*, 37*, 39,

tidak tenang dan 32*, 34, 45, 48*, 50, 52,

mudah tersinggung 46, 47*, 49, 62 54*

Motorik Mengalami 63*, 65* 9*, 12*, 21*,

ketegangan seperti 25*, 35*, 41*,

gemetar, gugup, sukar 42*, 55*, 60*,

(51)

I

Somatik lndividu dapat 30, 64* 24*, 31*, 33*,

mengalami gangguan 44*. 56, 57*

pada anggota tubuh

seperti jantung

berdebar cepat,

berkeringat

Alat untuk mengukur instrumen di atas adalah menggunal<an Skala Model

Likert dengan pilihan 4 alternatif jawaban di mana ウオ「ェゥセォ@ menganggap setiap

butir pernyataan dengan menggunakan taraf kesetujuan (favorable) atau

ketidaksetujuan (unfavorable) terhadapnya. Dengan alternatif jawaban yang

diberikan adalah SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS

(Sangat Tidak Setuju). Responden diminta untuk memilih salah satu jawaban

yang dianggap menggambarkan dirihya dengan cara mernberi tanda

checklist ('1). Untuk pemberian skor dari skala ini, jawaban antara

permyataan yang bersifat favorable & unfavorable berbeda. Hal ini dapat

dilihat dari tabel, kepada subjek disediakan respon atau kHterangan sebagai

(52)

Tabel 3.4

Skor Untuk Pernyataan Favorable dan Unfavorable

KATEGORI FAVOURABLE UNFAVOURABLE

Sangat Setuju (SS)

4

1

Setuju (S)

3

2

Tidak setuju (TS)

2

3

Sangat tidak setuju (STS)

1

4

3.5 Teknik Analisa Data

Setelah data yang penulis perlukan terkumpul, selanjutnya ialah menganalisa

data. Penelitian yang menggunakan skala sebagai alat pengumpul data

harus memenuhi syarat valid dan reliabel, supaya terjamin akurasi datanya

oleh karena perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

1. Uji validitas

Pengolahan data dalam penelitian merupakan suatu langkah penting dan

mutlak agar data yang diperoleh memilil<i arti, sehingga penelitian yang

dilakukan dalam memberikan kesimpulan yang benar. Analisa data-data

yang digunakan adalah analisa statistika sebagai cara untuk mengetahui

hubungan antara variabel independent (variabel bebas atau variabel X)

yaitu Religiusitas dengan variabel dependent (variabel terikat atau

[image:52.595.29.444.160.507.2]
(53)

Untuk melihat hubungan antara Religiusitas dengan K19cemasan dalam

menghadapi ujian akhir, rumus yang digunakan adalah korelasi Product

Moment dari Person, yaitu sebagai berikut:

Rumus:

2:XY-(2:X)(2:Y)/n

r

]ML]セセセセセ]]セセセセ@

xy

セ{RZx

R@

-(2::X)

2 ln[2:Y)2 In]

rxy : koefisien korelasi variabel x dengan variabel y

2:XY : jumlah hasil perkalian skor x dan skor yang

2:X : jumlah nilai dari tiap butir

2:Y : jumlah nilai konstan yang di peroleh individu

n : jumlah subjek penelitian

2. Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas bertujuan untuk melihat seberapa jauh alat ukur

yang digunakan dalam penelitian memberikan hasil pengukuran yang

konsisten bisa dilakukan pengukuran kembali terhadap hal yang sama.

Untuk mengestimasi reliabilitas dari skala yang telah di buat oleh penulis

adalah menggunakan teknik alpha cronbach. Adapun dalam

(54)

Adapun rumusannya adalah:

R.

=

_n_ SD/

-(SD;)

'' n-1

SD

2

I

Keterangan:

R;1

=

Koefisien reabilitas test N

=

Jumlah soal test

SDt

=

Standar deviasi total SD1 = Standar deviasi item

3. Homogenitas

Homogenitas berkaitan dengan isi dari suatu tes. tQセウ@ yang bermaksud mengukur suatu aspek seharusnya terdiri dari suatu item-item yang juga mengukur hal yang sama. Semakin homogen if:em-itemnya, maka koefisien reliabilitas tes tersebut akan semakin tinggi pula. Sebaliknya semakin heterogen item-item tes, maka reliabilitasnya juga akan berkurang karena hal tersebut berarti tes tersebut mengukur beberapa hal sekaligus yang tidak berkaitan.

4. Analisis Korelasi

Analisis korelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada

(55)

(Kecemasan dalam menghadapi ujian akhir}, dan mengetahui apakah

hubungan antara kedua variabel penelitian termasuk hubungan yang

tinggi atau rendah.

Koefisien korelasi yang digunakan adalah koefisien korelasi bivariat yaitu

statistik yang dapat digunakan oleh peneliti untuk menerangkan keeratan

hubungan antar dua variabel (Religiusitas dan Kecemasan dalam

(56)

PRESENTASI DAN ANALISA DATA

Bab berikut ini akan rnernbahas rnengenai presentasi clan analisa data

rneliputi garnbaran urnurn responden, presentasi data yang terdiri dari uji

instrurnen penelitian, uji persyaratan, deskripsi hasil penelitian kernudian

pengujian hipotesa.

4.1 Gambaran Umum Responden

4.1.1 Gambaran Jenis Kelamin

Penelitian ini dilakukan di Yayasan Prarnita Tangerang tingkat SMA. Jurnlah

populasi responden secara keseluruhan 44 siswa berusia 16-18 tahun yang

terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 23 siswa perernpuan.

Tabel 4.1 Berdasarkan jenis kelamin

No Kategori Usia Jurnlah Presentase

1 Laki-laki 16 3 6,82%

17 15 34,09 %

18 3 6,82 %

2 Perernpuan 16 5 11,36 %

17 18 40,91 %

18

-

[image:56.595.66.407.513.660.2]
(57)

4.2 Presentasi Data

4.2.1

Uji lnstrumen Penelitian a. Uji validitas

1. Hasil pengujian instrumen religiusitas

Variabel

Religiusi tas

Data skala religiusitas diperoleh dari 48 siswa, tercliri dari siswa

laki-laki dan perempuan yang berusia 16-18 tahun tingkat SMA di Yayasan

Pramita Tangerang. Skala ini terdiri dari 75 item, untuk perhitungan

validitas menggunakan Product Moment Pearson dengan bantuan

SPSS 11,5 dan menggunakan taraf signifikansi 5% dengan r tabel:

0,284. Setelah diuji validitasnya diperoleh hasil bahwa 26 item valid

dan 49 item gugur.

Tabel

4.2

Blue print hasil try out skala reli!Jiusitas

Faktor lndikator セᄋ@ Item

I

Fav Unfav

Dimensi Keyakinan atau 1, 3, 4, 64, 74, 8 Keyakinan atau kepercayaan yang 59, '73* 75

akidah Islam bersifat fundamental atau dogma seperti keyakinan tentang Allah, para malaikat, Nabi dan Rasul, kitab-kitab Allah, surga neraka

Dimensi a. Melaksanakan lbadah 48*, 16, :12*, 8 Peribadatan seperti sholat, puasa, 49*, 60, 52*,61

zakat,haji, membaca 6 Al-Quran, do'a, zikir

b. Ketaatan dalam 10, '17, 11*,33*, 8 melaksanakan ibadah 19* 34*,

[image:57.595.23.470.220.665.2]
(58)

Dimensi Pengamalan seseorang 66*. 68*, 13 Experience dalam beragama yaitu 47*, 63 71*, 21,

(Pengamalan) bagaimana individu 5,

s·•.

55*, 65, berelasi dengan 12 7*, 51* dunianya terutama

dengan manusia lain seperti tingkah laku meholong, bekelja sama, menegakkan keadilan, berlaku jujur

Dimensi Tingkat pengetahuan 25, '42, 2 35* 24 Kttbwledge

1 , I

atau pemahaman 43,

·i4,

39,

41,

(Pengetahuan) seorang muslim 45, ·46, 40, 7'2,

terhadap ajaran 58 •13* ' ' 67 agamanya seperti 15*, 20, Pengetahuan tentang Al- 50*, 27, qur'an, rukun Islam dan 31,

aa,

rukun iman, hukum 37, ()9, Islam, sejarah Islam 70

Dirnensi Tingkat seorang muslim 14*, 22, 9, 18*, 14 Pengalaman dalam merasakan dan 29, :30, 23, 24,

mengalami perasaan 56 26*, 28,

(senang, 54, 57,

tentram/tehang) dan 62

pengalarnan religi seperti mendapatkan cobaan

L

40 35 75

Ket : *valid

Dalam penelitian ini, item untuk skala religiusitas yang dipakai adalah item

(59)

Tabel

4.3

Blue print penelitian skala religiusitas

, Variabel Faktor lndikator

Fav Item

L

Unfav

Religiusi Dimensi Keyakinan atau 26

-

1

tas Keyakinan atau kepercayaan yang akidah Islam bersifat fundamental

atau dogma seperti keyakincin !entang Allah, para malaikat, Nabi dan Rasul, kitab-kitab Allah, surga neraka

Dimensi a. Melaksanakan 16,21 10,20 4

Peribadatan lbadaH seperti sholat, puasa, zakat,haji, membacaAI-Quran, do'a, zikir b. Ketaatan dalam

melaksanakan 8 3, 6, 6

ibadah seperti 11, 14,

sholat, puasa 17

Dirtiensi Pengamalan 2, 15, 18, 1, 19, 9

Experience seseorang dalam 23 22, 24,

(Pengamalan) beragama yaitu 25

[image:59.595.12.464.123.627.2]
(60)

Dimensi Tingkat pengetahuan 4, 1:2

13

Knowledge atau pemahaman (Pengetahuan) seorang muslim

terhadap ajaran agamanya seperti Pengetahuan tentang Al-qur'an, rukun Islam dan rukun iman, hukum Islam, sejarah Islam

Dimensi Tingkat seorang 5 7, 9

Pengalaman niuslim dalam merasakan dan mengalami perasaan (senang,

tentram/tenang) dan pengalaman religi seperti mendapatkan cobaan

L:

·11 15

2. Hasil pengujian instrumen kecemasan menghadapi uji13n

Data skala kecemasan menghadaj:li ujian yang diperoleh dari 48 siswa,

terdiri dari siswa lakl•laki dan perempuan ysng bl:irusia 16-18 tahun

3

3

26

tingkat SMA di YayEtsan Pramita Tatlgerang. SkalEt ini terdiri dari 65 item,

untuk perhitungan validitas menggunakan Product Moment Pearson

dengan bantuan SPSS 11,5 dan menggunakan taraf signifikansi 5%

dengan r tabel:0,284. Setelah diuji validitasnya diperol•eh hasil bahwa 34

(61)
[image:61.595.32.463.153.586.2]

Tabel 4.4 Blue Print Hasil Try Out Skala Ke1:emasan

Menghadapi Ujian Akhir

Variabel Faktor lndikator Item

I

Fav Unfav

Kecema Kognitif

a.

Kemampuan 1, 2, 11, 3, 7*, 15, 15

san untuk 16, 18, 19, 40* 58*

' berkonsentrasi セSN@ 38*,

43* 51* '

b.

Mampu untuk 53,59 17* 27* 4 '

mengambil keputusan

Afektif lndividu merasa 4, 5, 10, 6*, 8, 20*, 26 cemas dan sensltif 13*, 14, 29, 36*,

seperti tidak tenang 22, 26, 28, 37*, 39, dan mudah 32*, 34, 48*, 50, tersinggung 45, 46, 52, 54*

47*, 49, El2

Motorik Mengalami 63*, 21* 9* 12*

' ' 12

ketegangan seperti 65*, 25*,

gemetar, gugup, 35*, 41*,

sukar dalam bicara 42*, 55*, 60*,61

Somatik lndividu dapat 30, 64* 24*, 31*, 8

mengalami 33*, 44*,

gangguan p!lda 56, 57*

anggota tubUh seperti jantuhg berdebar cepat, berkeringat

L:

31 34 65
(62)

Dari hasil try out skala kecemasan menghadapi ujian akhir item yang valid

sebanyak 34 dan item yang tidak valid sebanyak 31, dan dalam penelitian ini

[image:62.595.5.472.201.583.2]

item yang dipakai sebanyak 34

Tabel 4.5 Blue print penelitian skala kecemasan mennhadapi ujian akhir

Variabel Faktor lndikator

Fav

Item

Unfav

L

Kecema Kognitif a. Kemampuan untuk 18,22,26 2, 19,30 7

san berkonsentrasi

b.

Mampu untuk

-

6, 11 2

mengambil keputusan

Afektif lndividu merasa cemas 5, 13,24 1, 7, 16, 9

dan sensitif seperti 17,25,27

tidak tenang dan mudah tersinggung

Motorik Mengalami 8,32 3, 4, 10, 11

ketegangan seperti 15,20,21,

gemetar, gugup, sukar 28, 3·1, 34 dalam bicara

Somatik lndividu dapat 33 9, 12, 14, 6

mengalami gangguan 23,29

pada anggota tubuh seperti jantung berdebar cepat, berkeringat

L

9 25 34

b. Uji reliabilitas

Setelah di lakukan uji validitas, maka dilakukan uji reliabilitas dengan

(63)

program SPSS for windows version 11,5. Hasil yang d iperoleh untuk skala

religiusitas sebanyak 26 item dengan koefisien reliabilitasnya adalah

0.8707. Begitu pula uji reliabilitas untuk skala kecemasan menghadapi

ujian akhir menggunakan alpha cronbach dan diperole!h hasil untuk

kecemasan menghadapi ujian akhir sebanyak 34 item dengan koefisien

reliabilitasnya adalah 0.9034. Berdasarkan data tersebut berarti dapat

dikatakan bahwa skala religiusitas dan skala kecemasan rnenghadapi

ujian akhir yang di gunakan sebagai alat ukur dalam penelitian ini memiliki

kehandalan reliabilitas yang baik.

4.2.2 Uji persyaratan 4.2.2.1 Uji Norrnalitas

Kuncoro (2003), menjelaskan untuk melakukan uji normalitas dengan jumlah

responden kurang dari 100 orang, sebaiknya digunakan tumus yang

diformulasikan oleh Shapiro-Wilk. Apal:lila taraf signifikarWi dari Shapiro-Wilk

lebih besar dari taraf signifikansi yang ditetapkan sebesar 0,05 maka

distribusi data normal dan apabila kurang dari 0,05 maka distribusi data tidak

normal. Berdasarkan hasil perhitungan yang penulis ャ。ォオセZ。ョ@ dengan

(64)

label 4.6 Test of Normality One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Skala Skala

Religiusitas Kecemasan

N 44 44

Normal Mean

80.4091 82.2500 Parameters(a,b)

Std. Deviation 6.99275 10.45060

Most Extreme Absolute .083

.095 Differences

Positive .083 .071

Negative -.070 -.095

Kolmogorov-Smirnov Z .549 .632

Asymp. Sig. (2-tailed) .924 .819

a Test d1stnbut1on 1s Normal.

b Calculated from data.

Untuk variabel religiusitas, angka sig adalah 0,924 diatas 0,05 maka distribusi

data untuk religiusitas adalah normal, dan untuk variabel kecemasan dalam

menghadapi ujian angka sig adalah 0,819 juga diatas O,O!i maka distribusi

data untuk kecemasan dalam menghadapi ujian akhir juga normal. Hal ini

(65)

Uji Normalitas Kurva Normal Q Q-Ph>t Normal Q Q-Plot of Religiusitas

90

80

70

'/'"

' /

, /

GᄚャMMセセセセセセセセセセセセセMMQ@

60 70 80 00 100

lhdefined error #62210" Cannot open text file "C:\Program Files\SPS

Normal Q Q-Plot of Kecemasan Menghadapi Ujian Akhir

110

' /

/

100 ' /

y

90

//'

/o

,,{oo

80 セL@,-{oo

セᄋ@

/o'

70

/;'

60

//

50

50 60 70 60 90 100 110

(66)

Terlihat sebaran data dari variabel religiusitas dan kecernasan dalam

menghadapi ujian akhir saling berdekatan dan rnenernpel disekitar garis uji,

dan terlihat hanya beberapa data yang terletak jauh dari sebaran data,

dengan dernikian data tersebut dikatakan normal.

4.2.2.2

Uji Homodenitas

Uji hornogenitas bertujuan untuk rnenguji 2 data lebih kelornpok data sarnpel

yahg berasal dari populasi yang Hierniliki varians ya

Gambar

tabel 3.2 - Blue print variabel Religiusitas-
Skor Tabel 3.4 Untuk Pernyataan Favorable dan Unfavorable
Tabel 4.1 Berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.2 Blue print hasil try out skala reli!Jiusitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Blok ini terdiri dari kombinasi prosedur, logika, dan model matematik yang akan memanipulasi data input dan data yang tersimpan di basis data dengan cara yang sudah

Hasil yang didapat dalam pengamatan ini adalah: (1) layanan mandiri sangat membantu pemustaka dalam melakukan transaksi di perpustakaan, pemustaka dapat melakukan

Masalah utama dalam agribisnis manggis saat ini adalah cemaran getah kuning, karena merupakan salah satu kriteria yang menurunkan kualitas buah. Studi tentang getah kuning pada

Jadi yang dimaksud Kurikulum Terpadu di dalam skripsi ini adalah terpadunya penggunaan kurikulum yang dilaksanakan oleh Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta yaitu

Sejauh ini ekstrak metanolik daun beluntas (EMB) dan fraksinya belum diketahui aktivitas antioksidannya serta kemampuannya mencegah warmed over flavor (WOF) pada daging

Hasil pengujian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dengan adanya sistem Informasi Penjadwalan Dokter Berbasis Web dengan menggunakan Framework Codeigniter

Jadi, dapat disimpulkan bahwa komisif yang dominan digunakan dalam terjemah bahasa inggris dari Quran surat An- Nisa’ adalah komisif ancaman dan minoritas komisif

Dari hasil penelitian yang diperoleh , maka sebaiknya model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat digunakan guru-guru lain, khususnya dalam lingkungan SMP