• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam buku dari hati ke hati karya hamka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam buku dari hati ke hati karya hamka"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh: ABDliL JA'FAR NIM 9911000087

.JURUSAN PENDIDIKAN AGAJVIA ISLAM

FAKl!LTAS fLMll TARBIYAH DAN KEGURllAN

l'NIVERSJTAS ISLA!VI NEGEJU SY.ARIF HJDA )'ATULLAH

.JAKARTA

(2)

Skripsi

Diajukan untuk memenuhisaJah satu syarat memperoJeh gelar sarjana S-I

Fakultas Jlmu Tarbiyah dan Keguruan U!N Syarif Hidayatullah Jal<arta

Oleh:

ABDUL ,TA'FA.R NJM: 9911000087

Di bawah Bimbingan :

Drs. A.F. Wibisono, M. Ag

NIP: 150 236 009

JUH.USAN :PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TAR.BIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF IIIDAYATULLAH

(3)

rnunaqasah Fakultas Ilnrn Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 21 Oktober 2005 dan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar saijana program Strata 1 (S- 1) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam.

Dekan/

Ketua Merangkap Anggota

Prof. Dr. NIP.

I Penguji I I

Sidang Munaqasah

Jakarta, 17 November 2005

Pembantu Dekan I/ Sekretaris Merangkap Anggota

セセ@

セヲN@

Dr. H. Azis Fakhrurrozi, MA NIP. 150 202 343

Anggota

NMᄋᄋMコZ[[セセセ@

·C-セᄋᄋOjセNMMMᄋᄋᄋᄋᄋᄋᄋセᄋ@

(4)

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala kanmia dan rahmat-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Shalawat dan salam selalu semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya.

Dalam penulisan skripsi ini, banyak kesan yang penulis dapatkan berupa hambatan dan tantangan yang membuat penulis sernakin tertantang untuk terus rnemperbaiki skripsi yang telah diajukan hingga pada titik maksirnal usaha.

Uc<ipan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada: 1. Dekan Fakultas Jlmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hldayatullah Jakarta.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah fakarta.

3. Drs. H. Abdul Fatah Wibisono, MA., Dosen Pembimbing yang telah sudi menyisihkan waktu dalam membantu penulis di tengah kesibukannya.

(5)

Hj. Nursanih yang telah banyak rnencurahkan kasih sayang dan rnernberikan dorongan moral maupun materil serta iringan do' a kepada penulis yang tak terbalaskan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di UIN Syarifl-lidayatullah

Jakarta.

7. Rekan-rekan mahasiswa khususnya sahabat terbaikku lyan, Nurlela, Milfah, dan Nia, teman-teman PAI angkatan '99 terima kasih untuk support dan persahabatannya. Dan untuk sernuanya yang menjadi sumber kreatifitas dan inspirasi yang sering membakar semangat penulis yang terkadang dingin. S)111kuran

atas segala canda, saran, kritik dan perhatiaanya selarna ini. Tanpa kalian sernua, barangkali bait-bait skripsi ini tak terarnu dengan baik.

8. Untuk sesorang yang tanpa disadari telah mendorong penulis untuk rnenyelesaikan skripsi ini.

Dengan mengharap ridha dari Allah SWT, semoga segala kebaikan-kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan Allah SWT. Amin ya robbal a'lamin.

Jakarta, Oktober 2005

(6)

KATA PENGANTAR.

DAFTARIS.I.

BABJ : PENDAHl!LllAN

A Latar Belakang Masalah

B. Pembatasan dan Pennnusan Masalah ...

C. Tujuan Penelitian ... D. Metodologi Penelitian .

E. Sistematika Penulisan .

. ... Ill

. ... IV

... 1 ... ... . ... ·'' ... 5

. ... 6 . .... 7 . ... 7

BABU : TEORI TENTANG PENDJDJKAN AKHLAK

A Pengertian Pendidikan Akhlak ... . . ... 9

B. Ruang Lingkup Pendiclikan Akhlak . . .... 17

C. Dasar Pendidikan Akhlak . . ... j 8

D. Tuj uan Pendidikan Akhlak . . ... 20

E. Nilai Pendidikan Akhlak

a. Pengertian Ni Iai . . .... 22

(7)

C Karya-karyanya ... . .. .... 41

BABHV : NILAl-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM HUKlJ DARI HATI KE HAT! KARYA UL , A HAMKA A Akhlak Terhadap Allah ... 46

1. Ajaran Mengabdi 1-!anya Kepada Allah ... 46

2. Bersyukur 1-!anya Kepada Allah ... 47

3. Ajaran lkhlas dan Ridha Menerirna Keputusan Allah ... 48

4. Ajaran Bertaubat Kepada Allah (Tau bat Nasuha) ... 49

13. Akhlak Terhadap Sesama Manusia . ' ... 58

I. Ajaran Menjahui Sikap Kultus Individu ... 58

2. Ajaran Persaudaraan dan Persatuan Um at Islam ... 59

3. Ajaran Menghonnati Martabat Manusia (HAM). . ... 62

HABY :PENUTUP A Kesimpulan ... .

...

... 66

' ci ' B.' <:>aran-saran ... .. . ... "' ... "' ... 67

(8)

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan agama adalah unsur terpenting dalam pembangunan mental dan pendidikan moral. Jika kita mempelajari pendidikan agama, maka moral sesuatu yang sangat penting. Bahkan yang terpenting dimana kejujuran, kebenaran dan keadilan merupakan sifat-sifat terpenting dalam agama.

Timbulnya pendidikan akhlak, bersamaan dengan timbulnya kehidupan

manusia dan berbagai persoalan mana yang baik dan buruk bagi tiap orang, walaupun dengan penilaian aka! yang sederhana sekalipun. Pada dasamya semua ini adalah untuk mengatur tata kchidupan manusia. 1

Dengan berpangkal dan berdasar pada ketinggian akhlak dan keutamaan budi peke11i Nabi Muhammad berhasil membawa perubahan besar, dan mengubah sel1a memutar seluruh sendi kchidupan bangsa manusia baik jasmani maupun rohani.

Dengan akhlak juga beliau memenuhi kewajiban dan menunaikan amanah, dan mengajak rnanusia kepada tauhid, memimpin umat dalarn perjuangan menggapai cita-cita se11a membangun negara yang berdaulat dan merdeka, yang segalanya itu menjadi cermin dan teladan bagi manusia sekarang.

1

(9)

Sebab akhlak merupakan barometer terhadap kebahagiaan, keamanan dan kete1iiban dalam kehidupan manusia dan dapat dikatakan bahwa akhlak merupakan tiang berdirinya suatu umat, sebagaimana shalat sebagai tiang agama Islam. Dengan kata lain apabila rusak akhlak suatu umat maka rusaklah bangsanya.

Lebih jauh dalam buku tuntunan akhlak, dikatakan oleh Syauqi Bey Jalam syairnya:

\ ".+. j . ,

o'\I .:.. \

i..:.u.;, j セ@ ·

L9

LL.iii

L.,

··"'G..

')\

セ|@

WI

J:-- セM • I (.) · ·· ·

lY

(""'

.J

Artinya: "Seszmgguhnya kejayaan suatu umat (bangsa) ter!etak pada akh/aknya se!agi mereka berakhlaklberbudi perangai utama, jika paa'a mereka telah hilang

akh/aknya, maka jatuh/ah zmzat (hang.WI) ilu. "2

Arus modernisasi ternyata mendobrak dinding tatan2.n moral tradisional berupa

adat istiadat dan kebiasaan luhur nenek moyang manusia. Wujud nilai-nilai moral berupa penghorrnatan sesama manusia, tanggung jaw.1b, keju_iuran, kerukunan, dan kesetia kawanan digeser oleh otonomi manusia yang mendewakan kebebasan sehingga pihah: lain tidak berhak untuk mengaturnya. Kebebasan ini tidak mengenal batas-batas hak dan wewenang dalam hidup sosial.

Dan sangat di sayangkan, ternyata generasi muda Islampun banyak yang kehidupan akhlaknya tidak lagi Islami. Hal ini di tegaskan oleh Ismail Yusanto dalarn bulrnnya " Islam Ideologi - Refleksi Cendikiawan Muda " sebagai berikut :

"Pemuda Islam sekarang hidup dalam lingkungan jahily. Disekitarnya berlangsung tatanan kehidupan yang tidak Islarni, disetai proses deislamisasi yang sedemikian deras melaui berbagai media. Menjadikan satu sisi mereka tet<cp muslim tapi sisi lain fikiran, perasaan, dan tingkah laku -· dalam cara

2 Kahar Masyhur,

(10)

berpakaian, bergaul, dan bermau 'malah - telah banyak dicemari oleh fikiran, perasaan, dan tingkah laku yang tidak lslami yang kebanyakan bersumber dari khasanah pemikiran non lslam. Di bidang budaya misalnya, berkembang werternisasi yang berinti amoralisme. Bagi mereka yang tidak ada tabu, termasuk seks bebas, pakaian yang seronoh, sepanjang tidak mengganggu kepentingan orang lain. Bila tidak waspada, pemuda Islam saat ini akan dengan rnudah terasingkan dari agamanya ". 3

Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Hamka " Kahu pokok akidah mulai kendur pada suatu bangsa, maka kepribadian bangsa ini pasti hilang. Sehingga nama lslarnnya hanya akan tinggal dalam kartu penduduk. Tegasnya, tidaklah ada arti nama lslam kalau tidak ada lagi kepercayaan kepada Allah Yang Maha Esa dan kepercayaan kepada risalah rasul-rasul yang ditutup dcngan Muhammad Saw dan kcpcrcayaan akan hilang scsudah mati. 4

Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maJu, canggih dan mutakhir. Disamping membawa dampak positif bagi kehidupan manusia namun juga ada berdampak negatif Penggunaan teknologi modem yang dikendalikan hawa nafsu akan membawa akibat buruk bagi manusia. Seperti pada teknologi mesin perang mutakhir yang dapat membunuh manusia secara massal dan menyengsarakan sejumlah besar orang. Karena itu kemajuan ilmu pengetahuan clan teknologi hanya akan betul-betul bermanfaat jika disertai dengan sikap mental, kekuatan bathin dan akidah yang baik.

3

Ismail Yusanto, hlam ldeologi Rejleksi Ce11dikiawa11 Muda, (Surabaya: Al- lzzah, 1990 ), h. 35

(11)

Praktek hidup yang menyimpang dan penyalahgunaan kesempatan tidak hanya teratasi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi hams dibarengi dengan pcnanganan dibidang mental spritual dan akhlak yang mulia.5 Dcngan satu catatan, mereka yang menerima penanganan dibidang memal dan akhlak itu hams menerimanya dengan kesadaran untuk mau mengamalkannya 、ᄋセョァ。ョ@ baik dan benar. Sebab ilmu pengetahuan modern sekarang ini telah menimbulkan dua kemungkinan.

Pe11ama, manusia tidak mau percaya kepada Allah sama sekali. Kedua, manusia percaya dan bel1ambah yakin akan adanya Tuhan yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa.

Hamka memandang bahwa ilmu mempunyai pengaruh bagi keimanan seseorang. Sernakain bertambah ilmu seseorang akan bertambah pula nnannya. Scmakin bcr1a111bah ilmu scscorang, maka seharusnya bcrtambah pula kctakwaa1111ya kcpada Allah SwL"

Suatu kemajuan, pembangunan, ketinggian dan martabat yang mulia di antara bangsa-bangsa, tidaklah dapat dicapai kalau tidak berdasar kepada alr.idah dan akhlak Jslami. Akidah Jslamlah yang rnenimbulkan akhlak Islam, hubungan diantara akidah dengan akhlak adalah antara kuku dengan daging. 7

Hal senada dikatakan oleh Dr. Abdullah Nasih Ulwan "Bahwa ketika manusia

dilahirkan dengan fitrah tauhid, aqidah, iman kepada Allah dan atas dasar kcsucian dan tidak ternoda, jika baginya dipersiapkan pendidikan rum ah, perg:aulan rnasyarakat yang ' Drs. H. Abuddin Nam, MA, Akh!ak Tassaw1!f. (Jakarta: Rajawali Pnoss, I セYVIL@ Pend<1huluan, XIV

"Ha'11ka, Taf,ir al-Az/1ar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), Juz. J 5, 11. I l 7

7

(12)

baik, lingkungan dan pcngajaran yang penuh iman, maka tidak di:agukan lagi anak

tersebut akan tumbuh dan berkembang atas dasar keimanan, akidah yang mantap,

akhlak yang mulia serta pendidikan yang benar. 8

Berdasarkan pcrsoalan diatas, maka pcnulis tcrtarik untuk mcngangkat scbuah

tulisan karya Hamka "Dari Hati Ke Hali" sebagai bahan kajian skripsi dengan judul

"NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAl\J BUKU DARI HATI KE

HATI KARY A BUYA HAMKA"

B. Pcmbatasan clan Pcrumusan Masalah

Sebagaimana telah disebutkan pada bagian sebelumnya, bahwa dewasa 1111

sebagian masyarakat mengalami dekadensi moral, yaitu banyak terjadi diantara mereka

yang tidak lagi melaksanakan nilai-nilai agama. Apabila ha! ini tidak ditanggulangi,

malrn akibatnya akan merusak kondisi mereka. Oleh karena itu, nilai-nilai agama

terut&ma pendidikan akhlak perlu ditanamkan pada diri mereka dengan penuh

kesadaran agar tidak merusak harkat dan martabat manusia.

Untuk lebih memperjelas dan memberi arah yang tepat dalam penulisan skripsi

mi, maka penulis merasa perlu untuk membatasi bahasan dalam skripsi ini. Maka

dalam ha! ini penulis hanya membatasi masalah pada nilai-nilai pendidikan akhlak

dalam buku Dari Hati ke Hati karya Buya J-Jamka yang memuat akhlak terhadap Allah

dan dan akhlak terhadap sesama manusia.

x 1\bdullah Nasih Uh.van, J>e11lfidika11 Anak lv!e1111rut f:·da111, (Bandung: Ren1aja Rosada 1<arya,

(13)

Berdasarkan permasalahan diatas, maka penuli:: rnerumuskan permasalahannya sebagai l;erikut ; "Apa sajakah nilai-niiai pendidikan akhlak yamg terkandung dalam buku Da•·i Hali Ke Hali karya Buya Hamka".

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan ini adalah

l. Memperkaya khazanah pemikiran tentang pentingnya pendidikan akhlak untuk mempersiapkan generasi akhlak Qur'ani.

2. Mengungkapkan kembali gagasan-gagasan para cendikiawan muslim terdahulu khusu,nya mengenai pendidikan akhlak, lebih-lebih dalam menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorang bahkan suatu bangsa.

3. Penulis ingin memberikan sumbangsih karya ilmiah yang bermanfaat untuk

dipersembahkan bagi para pembaca pada umumnya dan bagi penulis sendiri.

(14)

D. Metodologi Penelitian

Aciapun metode yang digunakan dalarn pembahasan skripsi ini adalah rnetode deskriptif analistis, yaitu prosedur pemecahan masalah dengan mendeskripsikan/menggarnbarkan masalah sebagaimana adanya, yang kemudian data itu disusun, dianalisa, sehingga memperoleh kesimpulan.

Untuk rnenghirnpun data yang representatif dalam penul.isan skripsi ini, penulis menggunakan penelitian kepustakaan (librWJ' reseach) clengan cara mencari, mengumpulkan, membaca clan menganalisa buku-buku, majalah, surat kabar, clan inforrnasi Jainnya yang ada hubungannya clengan masa!ab yang cliteliti, terutama buku

Dari Hali Ke Hali, kemuclian cliolah sesuai clengan kemampuan penulis.

Aclapun dari segi tehnik penulisan, penulis berpedoman pad:l buku "Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, clan Disertasi yang cliterbitkan oleh UJN Syarif Hidayatullah Jakarta 2002".

E. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terdiri dari Jima bab dan dalam tia.p bab terdapat sub-sub bahasan, bab-bab tersebut adalah :

Bab I Pendahuluan, meliputi Latar Belakang Masalah, Masalah dan Perumusan Masalah, Metoclologi Penelitian, Tttjuan Penelitian, dan Sistematika Penulisan. Bab !I Kerangka Teori rneliputi, Pengertian Pendidikan Akhlak, Ruang Lingkup

(15)

Bab llI Buya Harnka rneliputi, Riwayat Hidup Buya Hamka, Perjuangan dan Aktifitas, dan Karya-karyanya.

(16)

A. Pengertian Pendidikan Akhlak

Sebelum penulis mejelaskan tentang pendidikan akhlak terleuih dahul u per! u kiranya penulis menjelaskan pengertian dasar tentang pendidikan dan pendidikan akhlak sebelum 111e111bahasnya lebih jauh.

Kata pendidikan berasal dari kata "didik" yang diberi awalan

pe

dan akhiran

,m

yang artinya pcmcliharaan, asuhan, pimpinan, atau bimbingan. 1 Dalam bahasa Arab,

pendidikan disebut "Tarbiyah" (

セjゥ@

)

yang bernsal dari kata dasar "rabba"

(

i,s:.J

)

yang artinya mengasuh, rnemirnpin atau rnendidik.2

Adupun arti pendidikan rnenurut istilah yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan beraneka ragam. Diantaranya sebagai berikut :

Menurut Athiyah al-Abrasyi, "pendidikan adalah mempersiapkan manusia supaya hid up dengan sempuma dan bahagia, meneintai tanah airnya, tegap jasmaninya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, sempurna budi pekertinya, teratur

1

W. J. S. Purwadarminta, Kam/IS Bahasa l11do11esia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), eel. Ke -5,

h. 250

2

(17)

pikirannya, bertolong-tolongan dengan orang lain, manis tutur bahasanya, baik lisan

I. " J

maupun tu tsan .·

Menurut H. M. Arifin M. Ed, "pendidikan adaiah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadian serta kemampuan dasar anak didik baik dalam bentuk pcndidikan formal, infonnal dan non formal".4

Hakikat pendidikan menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah mencakup dua makna. Pertama, pendidikan yang berkaitan dengan ilmu seorang pendidik, yaitu sebuah pendidikan yang dilakukan oleh seorang pendidik terhadap ilmunya agar ilmu tersebut menjadi sempurna dan menyatu dalam dirinya disamping itu pula agar ilmu tersebut terus bertambah.

Kedua, pendidikan yang berkaitan dengan orang lain, yaitu ke1ja pendidikan yang dilakukan oleh seorang pendidik dalam mendidik agar mereka menguasai ilmu yang diberikan kepadanya secara bertahap.5

Menurut l.L. Pasaribu, "pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja, sistematis, untuk mendorong, membantu serta membimbing seseorang dalam

3

Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajarw1, (Jaka1ta: PT. Hidakarya Agung, 1978), cet. Kc-2, h. 13

4 M. Arifin,

H11b1111ga11 Tim bet! Balik Pendidikan Agama di Li11gk1111ga11 Sekolah dun Kelumga, (Jakar',a: Bulan Bintang, I 978), cet. Ke-4, h. I 4

5

(18)

mengembangkan potensinya serta mengubah diri sendiri pada kualitas yang Iebih

• • (J

tmgg 1.

Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk ュ・Qセ「ゥョ。@ kepribadiannya sesuai dengan nilai-mlai di dalam masyarakat dan kebudayaa11. Dengan demikian bagaimanapun sederhananya peradaban suatu

masyaraka:, di dalamnya te1jadi atau berlangsung suatu proses pcndidikan.

Karena itulah sering dinyatakan pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat man'.1s1a. Pcndidikan pada hakikatnya merupakan suatu usaha mclestarikan hidupnya. 7

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah memberikan bimbingan dan bantuan rohani kcpada scseorang dalam upaya mengembangkan segala potensi yar:g ada pada dirinya agar menjadi berkualitas. Pendidikan tidak tcrbatas pada masalah rohani saja, tetapi juga jasmani. Schab keberhasilan pendidikan rohani dapat tcrlihat dalam kegiatan-kegiatan jasmani.

Adapun pengertian akhlak itu -berasal dari bahasa Arab, jama' dari khu!uq

( J.l.:i. )

yang menurnt bahasa artinya budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat.8

Kalima! tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalkun yang

6

J.L. Pasaribu, et. al., Pendidikan Nasional, (Bandung: Tarsito, 1987), h. 16

7

Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Penganlar Dasar-Dasar Kependidika11, (Surnbaya: Usaha Nasional, 1988), h. 2

8

(19)

berarti kejadian serta erat hubungannya dengan khalik (

GMセ@

l:.. )

yang berarti

pencipta dan makhluk (

セ@

) yang berarti yang diciptakan.9 Dengan demikian

akhlak adalah kelakuan antara manusia dengan tuhan, manusia dengan manusia, rnanusia dengan clirinya sencliri clan antara manusia clengan makhluk lainnya. Kelakuan aclal&h gambaran clari bukti aclanya akhlak seperti bila kita melihat orang yang melakukan sesuatu dengan tetap secara berulang-ulang clalam keaclaan yang serupa,

apakah sesuatu yang clilakukannya itu baik atau buruk maka kita bisa melihat clari akhlaknya itu baik atau buruk.

Kesamaan akar kata di atas menurut Yunhar Ilyas tercakup pengertian "terciptanya keterpacluan antara kehendak Khalik clengan prilalw makhluk (manusia) atau clengan kata lain, prilaku seseorang terhaclap orang lain clan lingkungannya barn menganclung nilai-nilai akhlak yang hakiki manakala tinclakan atau prilaku tersebut cliclasarkan kepacla kehcnclak Khalik". 10

Hamka mensinonimkan akhlak dengan bucli pekerti yang berarti sikap hiclup atau perangai. Menurutnya akhlak atau bucli pekerti aclalah gabungan clari clua buah sikap, yaitt: sikap tubuh clan batin. Menurut Hamka, pembentubn bucli pekerti climulai dari iatihau-latihan clan penanaman kesaclaran, bahwa yang baik itu baik clan yang buruk itu buruk. Latihan berbuat baik yang clitanamkan kepacla rnak akan membentuk sikap untuk selalu mengerjakan yang baik clan menjahui yang buruk.

9

Hamzah Ja 'rub, Etika Islam, (Bandung: CV. Diponegoro, l 996), h. l l

(20)

Konsep Hamka tentang akhlak memberikan kesan bahwa akhlak senantiasa mengalarni perubahan, dan untuk mengubahnya manusia memiliki peran. Hal ini sejalan dengan konsep akhlak yang dikembangkan Ibnu Miskawih yang mengatakan "Adanya manusia bergantung kepada kehendak Allah. Namun usaha manusia untuk mempcrbaikinya diserahkan kepada manusia sendiri dan bergantung kepada kcmauannya scndiri".11

73

Definisi pendidikan &khlak menurut beberapa tokoh, yaitu :

1. MetJ.urut Drs. Barmawie Umary, ilmu akhlak adalah ilmu yang menentukan

batas antara yang baik dan yang buruk, terpuji dan tercela, tentang pcrkataan atau pcrbuatan manusia lahir batin. 12

2 Menurut Prof. Dr. Abuddin Nata, M.A., ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas tentang perbuatan-perbuatan manusia, kemudian menetapkannya apa:rnh perbuatan tersebut tergolong perbuatan yang baik atau perbuatan yang buruk dan berisi tentang pembahasan dalarn upaya mengenal tingkah laku manusia kemudian mernberikan nilai atau hukum kepada perbuatan rnanusia

エ」イウQセ「オエN@ 13

11 lbnu Miskawih, Tahzib al-Akhlak, (Beirut: Mansyurat dar al- Maktabat al- Haya!, 1938), h.

12 B11rmawie Umary, Materi Akhlak, (Solo: Ramadhani, 1993), cet. Kc-11, h. l

13

(21)

3. Menurut Imam Ghazali, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang

rnenirnbulkan macam-macam perbuatan yang mudah tanpa memerlukan

pemikiran dan pertimbangan Jagi. 14

4. Menurut Abu Bakar Aceh, akhlak adalah suatu sikap ya rig digerakan oleh jiwa

yang menimbulkan tindakan dan perbuatan r.ianusia baik terhadap Tuhan

maupun sesama manusia serta terhadap diri sendiri.15

5. Di dalam Ensiklopedi Pendidikan dikatakan, akhlak ialah budi pekerti, watak,

kesusilaan (kesadaran etika dan moral) yaitu kelakuan baik yang merupakan

akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan terhadap sesama

. i6

111anus1a.

Daiam buku Akhlak Tassawuf, Prof. Dr. Abuddin Nata, M.A., memberikan

lima macam ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu :

Pel'lama, akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam JIWa

seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.

Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan

tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa pada saat melakukan :suatau perbuatan, yang

bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila. Pada saat yang

bersangkutan melakukan suatu perbuatan ia tetap sehat akal pikirannya dan sadar. Oleh

karena itu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang dalam keadaan tidur, hilang

14 Asmaran AS, Pengamar Studi Akhlak, (Jaka11a: Raja Grafindo Persada, 2002), eel. Ke-3,

h. 2

" Abu Bakar Aceh, lvlutiara Akhlak, (Jakarta: Bulan Bintang, 1959), h. 95

(22)

ingatan, mabuk atau perbuatan refleks, seperti berkedip, tertawa atau sebagainya bukanlah perbuatan akhlak.

Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang t1mbul dalam diri orang

yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas kemauan, pilihan atau keputusan yang bersangkutan.

Keempat, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan sesungguhnya,

bukan main-main atau sandiwara. Jika kita menyaksikan orang berbuat kejam, sadis, jahat dan seternsnya, tapi perbuatan itu kita saksikan dalam pertunjukan film, maka perbuatan tersebut tidak dapat disebut perbuatan akhlak, karena perbuatan tersebut bukan perbuatan yang sebenarnya.

Kelima, perbuatan akhlak khususnya yang baik adalah perbuatan yang

dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena hal-hal lainnya. Seseorang yang melakukan suatu perbuatan bukan atas dasar karcna Allah, maka tidak dapat dikatakan pcrbuatan akhlak.17

Jadi pada hakikatnya khulk (akhlak) ialah suatu kondisi atau sifat yang telah tertanam dan mcresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai perbuatan dengan earn spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran.

Disamping istilah akhlak, juga dikenal istilah moral dan ctika. Ketiganya mempenya1 persamaan, yaitu sama-sama rnenentukan nilai baik dan buruk sikap dari

17

(23)

perbuatan manusia. Ketiganya menghendaki terciptanya keaclaan masyarakat yang baik, teratur dan aman yang pada akhirnya terciptanya kesejahteraan fahir dan batin

p・セ「・、。。ョ@ ketiga istilah tersebut terletak pada sumber yang dijadikan patokan atau uktl!'ail untuk menentukan baik dan buruk.

Kalau kita berbicara tentang moral atau etika scseorang atau kelompok orang, mak1.1 yang dimaksud adalah apa yang biasa dilakukan orang atau kelompok itu, melainkan juga mengenai apa yang menjadi pemikiran dan pendirian meraka mengenai apa yang l;aik dan apa yang tidak baik, mengenai yang patut dan apa yang tidak patut untuk dilakukan.18

Berbeda dengan yang kedua tadi, akhlak merupakan perbuatan suc.i yang terbit dari lubuk jiwa yang paling dalam karcna mcmpunyai kckuatan yang hebat. Suatu sikap mental dan perbuatan yang luhur, mempunyai hubungan dengan Zat Yang Maha Kuasa, Allah Swt. 19 Jika dalam etika penilaian baik atau buruk berdasarkan pendapat aka! dan pikiran sedangkan pada moral berdasarkan kebiasaan yang belaku dalam masyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik atau buruk adalah al-Qur'an dan al-Hadis.

Dengan demikian ilmu akhlak ialah suatu ilmu yang membahas persoalan baik atau buruk, lalu mengemukakan teori-teori yang dapat dijadikan tuntunan untuk melakukan perbuatan baik serta petunj.uk mengenai cara-cara rnenghindari perbuatan

18

A Gunawan Setiarjo, Dialektika H11k11111 dan Moral, (Yogyakarta: Kanisius, 1990), cet. Ke-1, h. 91

(24)

buruk. Karena dasar pokok akhlak bersurnber dari al-Qur'an dan al-Hadis, maka ilmu tersebut sering mengernukakan dalil al-Qur' an maupun al-Hadis untuk menuntun rnanusia kc jalan yang benar. 20

B. Rua11g Lingkup Peudidikan Akhlak

Pendidikan akhlak merupakan suatu ilrnu yang berdiri sendiri, ha! ini ditandai dengan banyaknya buku-buku yang rnernbahasnya serta para ahli yang mengkaji tentang ha! tersebut. misalnya kita dapat rnembaca buku Ihya' Uluml'din yangt ditulis oleh Imam al-Ghazali, kitab akhlak yang dikarang oleh Prof Dr. Ahmad Amin, Materi Akhlak ka<angan Drs. Baernawie Umary, Akhlak Tasawuf oleh Prof Dr.Abuddin Nata, M. A., Tahzib al-Akhlak karangan lbnu Maskawaih, Murthada Mutahhari dengrm bukunya Falsafah Akhlak dan Etika Islam oleh Dr. Harnzah Ya'kub dan lain-lain.

Obyek atau ruang lingkup pembahasan ilrnu akhlak adalah perbuatan rnanusia yang disengaja, kemudian rnenilai perbuatan itu, apakah termasuk baik atau buruk. Drs. Mansur Ali Rajab mengatakan, bahwa obyek pendidikan akhlak adalah seluruh perbuatan manusia yang disengaja atau al- Af'al al-Jnsaniyah a!-Jradah. Sementara Ahmad Amin berpendapat bahwa obyek pendidikan akhlak adalah rneliputi tentang perbuatan manusia yang dapat ditentukan baik dan buruknya.

20

(25)

Imam al-Ghazali mengemukakan obyek yang dijadikan bahasan dalam ilmu akhlak adalah seluruh aspek manusia, baik sebagai individu maupun masyarakat. Kalau dicermati lebih jauh lagi, maka obyek yang dibahas dalam ilmu akhlak menurut al-Ghazali tidak hanya tingkah laku individual namun juga tingkah laku yang bersifat sosial.

Prof Dr. Abuddin Nata M. A., menegaskan yang men.1adi obyek ilmu akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas kemauannya sendiri, dilakukan secara terns menerus sehingga telah menjadi tradisi dalam kehidupan sehari-ha•i Perbuatan yang tidak merr.iliki ciri-ciri tersebut tidak dapat disebut sebagai perbuatan yang dijadikan

garapan ilmu akhlak.21

Ancara definisi dan obyek sangat dekat, bahkan kita tidak dapat membedakan antara uraian definisi dengan obyek, maka ilmu Mantiq ュQセョァ。エ。ォ。ョL@ bahwa bila penarikan definisi tidak dapat dibedakan dengan obyek maka itulah yang disebut definisi isi (esensial) atau a/-Tc1 'rif al-Zatiyah. Jadi apabila definisi ilmu akhlak adalah

perbuatan manusia yang disengaja, maim obyeknya juga mengungkapkan perbuatan . . . 22

manusia scpcrt1 1tu.

C. Dasar Pendidikan Akhlak

Darnr adalah merupakan suatu fundamen untuk berdirinya suatu tujuan. Demikian pula halnya dengan pelaksanaan pendidikan hams memiliki dasa-dasar yang

21

Abuddin Nata, Akh/ak lilsm!f. Op. Cit .. h. I 0

(26)

kuat agar tercapai tujuan yang diinginkan. Begitupun dengan pendidikan akhlak yang mempunyai dasar atau sumber yakni al-Qur' an dan al-Hadis.

al-Qur'an dan al-Hadis merupakan sumber dari segala sumber hukum Islam. Apa yang dianggap baik menurut al-Qur' an dan hadis, maka baik pulalab perbuatan itu sebaliknya apa yang dianggap buruk menurut al-Qur'an dan hadis, maka buruk pulalah perbuatan i tu.

Hal tersebut sesuai dengan sabda Nabi Muhammr.d Saw :

Artinya ,. Aku tingga!kan 1111111k ka11111 seka!ian dua ha! (pcrkara} yang tidak akan vesal kamu seka!ian se!ama berf?,egang teguh kepada keduanya, yaitu

Kitahu!!ah dan sunnah Rasulnya ". •3

Sejarah Islam telah menunjukkan semenjak bangkit dan berkembangnya , bahwa Rasulallah diutus kepada seluruh manusia adalah untuk mengajar dan membimbing mereka dalam hal-hal yang berkaitan dengan agama dan dunia serta menunjuki mereka ke jalan yang lurus. al-Qur'an adalr.h kitabullah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw yang berisikan pedornan dan petunjuk bagi umat manusia untuk mencapai hidup di dunia·dan akhirat.

Sebagaimana telah disebutkan bahwa di samping al-Qur'an yang menjadi sumber pendidikan akhlak adalah hadis. Hadis adalah "segaia sesuatu yang

23 Abu Abdillah bin Anas (Imam Malik), al-Muwar/11ha, (Cairo: Darut Tahrir, 1387H/1967M),

(27)

disandarkHn kepada kepada Nabi Muhammad Saw baik berupa perkataan, perbuatan, pernyataan (!akrir) dan sebagainya". Hadis 111e111punyai nilai yang tinggi setelah al-Qur'an karena banyak ayat-ayat al-al-Qur'an yang mengemukakan tentang kedudukan

Nabi Muha111mad Saw sebagai Rasulullah, oleh karena itu 111engikuti jejak Rasulullah sangatlah besar pengaruhnya dalam pembentukan pribadi dan watak sebagai seorang muslim ya1Jg sejati.

D. Tujuan Pendidikan Akhlak

Tujuan pendidikan akhlak adalah untuk mengarahkan anak didik agar menjadi 111anusia yang berkepribadian Juhur,. hidup secara baik dan teratur, baik antara hubungan 111anusia dengan Tuhan, sesama manusia, maupun dengan li;igkungannya.

Drs. Barnawie Umary mengatakan, bahwa ll.ljuan pendidikan akhlak adalah

agar anak didik dapat terbiasa melakukan ha! yang baik. indah, mulia, serta mene;hindari ha! yang buruk, hina dan tercela.

Setelah mempelajari pendidikan akhlak, maka sikap dan prilaku manusia dapat terpengaruh dari tuntunan yang telah didapatkan. Jadi pendidilrnn akhlak bukan hanya sekedar hanya bisa diketahui dan difahami tetapi juga pendidikan akhlak harus disikapi

tuntunannya, lalu dipraktekkan dalam kehidupan sehari··hari.

(28)

I. Mcndapatkan irsyad atau petunjuk batin, yang sangat bcrguna untuk dapat

membedakan perbuatan yang baik dengan perbuatan yang buruk, sehingga

seblu tetap terpelihara martabat kernanusiaannya.

2. Mendapatkan taufik dan berguna untuk selalu dapar yang sesum dengan

petunjuk Allah dan Rasul-Nya.

3. Mcndapatkan hidayah dan berguna untuk selalu terdorong dan gemar

melakukan perbuatan terpuji dan menghindari perbuatan yang tercela.

4. Mcndapatkan ampunan dan rid ha Allah Swt, baik di dunia maupun di akhirat. 2'1

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan

pendidikan akhlak secara umum adalah untuk rnendidik anak agar rnenjadi manusia

yang berbudi luhur dan mulia.

Dengan akhlak yang luhur dan mulia, anak didik akan terbiasa rnelakukan

segala sesuatu yang terbaik, berbudi luhur, sopan santun, beradab, jujur, bijaksana,

rendah hati, suci dan murni hatinya.

Sebaliknya, anak didik akan rnenghindari segala perbuata.n yang buruk dan keji

yang mengarah kepada perbuatan-perbuatan seperti angkuh, sombong, jahat, serta

sifat-sifat yang betolak belakang dengan al-Qur'an dan al-Hadis.

(29)

E. Nilai l'endidikan Akhlak a. Pengerlian Nilai

Dalmn karnus besar bahasa Indonesia penge11ian nilai mempunyai banyak arti diantaranya :

1. Barga (dalam mti taksiran harga).

2. Barga uang (dibandingkan dengan harga uang yang lain). 3. Angka kepandaian; biji; ponten.

4. Banyak sedikitnya isi; kadar; mutu.

5. Sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kcmanusiaan.25

Jadi nilm adalah pelbagai macam kebutuhan manusia dan rasa menunut pemenuhan atau pemuasannya dalam berbagai hal, sehingga hal ini menjadi bernilai bagi manusia. Oleh karenanya tidak mengherankan bahwa kata nilai banyak digunakan terutama dalam ekonomi sebagai arti obyektif atau penghargaan subyektif terhadap barang, jasa, atau uang sehubungan dengan kemampuarmya untuk memenuhi kebuiuhan manusia.

Definisi nilai 1111 hanya mempunyai guna dan manfaat ba.gi manusia, apakah sifatnya baik atau buruk. Sedangkan dalam ensiklopedi Britanica sebagaimana dikutip oleh Noor Syam, bahwa nilai itu adalah suatu penetapan atau suatu kualitas sesuatu obyek yang rnenyangkut suatu jenis apresiasi atau minat.

25

(30)

Dal2111 falsafat pernbicaraan tentang nilai sering dihubungkan dengan masalah kebaikan. Pertanyaanya apakah nilai itu sesuatu yang bergantung kepada subyek yang merasakannya atau bergantung kepada keadaan obyek itu sendin ?

Ada dua pandangan tentang cara beradanya nilai yaitu :

I. Mcmandang nilai scbagai sesuatu yang ada pada obyek itu sendiri, merupakan suatu hal yang obyektif dan membentuk semacam "dunia lain", yang menjadi ukuran tertinggi dari perilaku manusia. Demikian menurut filsuf Max Scheler dan Nicolai

Hartmar..

2. Memandang bahwa nilai sebagai ha! yang melulu bergantung pada penangkapan dan

perasaan orang, jadi subyektif (menurut Nietzsche). Nilai disini maksudnya tingkat

atau dernjat diinginkannya oleh manusia. Nilai yang merupakan tujuan dari kehenda!< manusia yang benar, sering ditata menurut susunan tingkatannya. Ada yang menyusunnya dari bawah, mulai dengan nilai 1-Iedonis (kenikmatan), lalu nilai utilitaris (kegunaan), kemudian berturut-turut nilai dari biologis (kemuliaan), nilai dari estetis (keindahan dan kecantikan), nilai-nilai pribadi (susila, baik), dan paling alas dari pyramid nilai sering diletakan nilai religius (kesuciaan atau keagamaan).

(31)

b. Wujud Nilai

Wuj ud dapat diartikan sebagai rupa dan bentuk yang dapat diraba, adanya

sesuatu, a:au benda yang nyata. Makna lain dari pengertian wujud dapat berupa

maksud dan tujuan.26

Berangkat dari pengertian diatas, maka pendidikan akh1ak dapat dicapai kalau

dalam kehidupan manusia ada suatu nilai baik khairat) atau nilai tambah

(al-Fadhail), Y'mg oleh imam al- Ghazali dibagi menjadi tiga macam yaitu :

J. Nilai intelektual dan sikap moral yang meliputi ilmu pengetahuan, hikmah

kebajikan, kesucian dan sifat-sifat baik serta keberanian moral dan cinta anah air.

2. Nilai fisik dan energi yang meliputi kesehatan jasmani dan rohani, kemampuan

tenaga, kctampanan dan kecantikan serta umur panjang.

3. Nilai tambah yang bersifat spiritual berupa hidayah dari Sang Pencipta, melalui

pctunjuk-Nya, kebenaran-Nya serta perlindungan-Nya.27

Dari sini dapat dilihat, bahwa pendidikan akhlak bukan hanya menekankan

kehidupan akhirat, tetapi juga menyeimbangkan antara kepentingan kehidupan dunia

dengan kepentingan akhirat. Karena itu, nilai yang harus di dapatkan oleh seseorang

setelah menerima pendidikan akhlak adalah nilai spritual dan nilai kebendaan

sebagaimana yang telah dikemukakan oleh al-Ghazali.

Dalam pandangan mazhab eksistensialis, bahwa nilai-nilai kebajikan berawal

dari Tuhan , tetapi darimana asal nilai-nilai kejahatan ? menunrt eksistensialis agama,

26 Ibid, h. I 131

27

(32)

jawaban atas pertanyaan tersebut adalah akibat keterasingan manusia baik dari Tuhan

maupun dari dirinya sendiri.

Ajaran-ajaran pemikir filosof abad XX menunjukkan bahwa manusia adalah

sumber nilai kejahatan hal itu telah ditentukan beberapa abad yang Jalu oleh

filosof-filosof muslim dan bahkan jauh sebelumnya, yakni al- Qur'an. Al-Qur'an bahkan

memandnag bahwa keberadaan manusia yang pertama (Adam) adalah sumber dari

tindakan dosa ayang dilakukannya ketika Adam berkata bahwa mereka telah

melangkah disuatu jalan yang tidak sesuai dengan keperibadiannya. Jika rnanusia

bukan rnerupakan sumber kejahatan, kemudian dirnana rnsa penyesala!l dan perrnintaan

untuk dirna'afkannya itu digunakan. Sebagaimana Firman Allah dalarn al-Qur'an surat

an-Nisa ayat 14 yang artinya : "Apa saja nikmat yang karnu peroleh adalah dari Allah,

dan apa saja bencana yang menirnparnu, rnaka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami

rnengutusmu rnenjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah rnenjadi

saksi". 28

Dalarn perkernbangan sejarah peradaban manusia maupun kemajuan

penyelidikan ilmu pengetahuan mengenai masalah-masalah nilai tetaplah merupakan

problem, \Valau selama itu pula manusia tetap idak dapat mengingkari efektifitas

nilai-nilai didalam kehidupannya. Misalnya, pada kelompok penganut Shopisme dengan

tokohnya Pitagoras ( 481-411 SM) berpendapat bahwa nilai ber::ifat relatif tergantung

pada waktu. Sedangkan menurut pandangan Idealisme nilai itu bersifat nonnatif dan

" Prof Dr. Bayraktar Bayrakli, Eksistensi Mam1sia,_(Jakarta: Perenial Press. 2000), Cet. Ke-!

(33)

obyektif serta berlaku um urn maksudnya ialah sikap, tingkah laku dan ekpresi perasaan rncrnpunyai hubungan dengan kualitas baik dan buruk. 29

Berkenaan dengan itu, pendidikan secara praktis tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai itu sendiri, terutama yang meliputi kualitas kecerdasan, nilai moral, dan nilai agama yang kesemuanya terkesimpul didalam ttijuan pendidikan yaitu membina kepribadian yang ideal.

Dengan demikian, nilai pendidikan akhlak adalah merupakan segala usaha yang mempunyai guna atau manfaat bagi yang berkepentingan atau orang lain dalam rangka membimbing, mcnanamkan, dan merubah sikap, tabiat atau kepribadian seseorang menurut kemampuan pengetahuannya agar supaya menjadi ta' at (tunduk) sebagai rasa syukur kepada Allah yang telah memberikan karunia kepada hamba-Nya melalui pendekatan sejarah, ilmiah, dan filosofi yang normatif

Dan seyogyanya wujud dari nilai pendidikan akhlak mempunyai kaitan yang cukup erat dalam membina dan mengarahkan seseorang sebagai nilai itu sendiri menjadi kepribadian yang ideal, yakni yang bertaqwa dan berakhlak (berbudi pekerti

luhur).

29 Jalaluddin dan Abdullah !di, FiMqfat Pendidikan, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), cet.

(34)

A. Riwayat Hidup

Hamka adalah seorang tokoh tidak hanya dikenal melalui karya-karya tulisannya, tetapi sebagai pej uang yang aktif dalam berbagai kegiatan bangsa Indonesia di masa penjajahan Belanda sampai kepada masa Orde Baru.

Nama Hamka merupakan nama singkatan dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah, beliau dilahirkan pada tanggal 16 Februari 1908 atau 13 Muharram 1362 H di dcsa Tanah Si rah dalam Ncgcri Sungai Batang di tcpi Danau Maninjau. 1 Ayahnya bernama DR. I-laji Abdul Karim Amrullah yang dikenal dengan Haji Rasul dan ibunya Siti Safiyah, sedang kakeknya Gelanggang gelar dari Bagindo Nan Batuah.

Gar is keturunan Hamka adalah garis keturunan dari keluarga yang alim, sehingga waktu kclahirannya, ayah beliau sud2.h bercncana mengiri111nya ke Makkah untuk mendalami ilmu agama, demikian pengakuan ayahnya dalam satu tulisannya

"Sepuluh tahun dia akan dikirim belajar ke Makkah supaya kelak ia menjadi oramg alim pula scpcrti aku, scperti neneknya, dan scpcrti nenek-nencknya y:mg dahulu".2

Sewaktu kecil Hamka lebih banyak memperoleh perhatian dan kasih sayang dari nenek dan kakeknya. Sejak usia empat tahun ayah dan ibunya berangkat ke

1

Bamka, Ke11m1;;-Ke11a11gm1 Hidup, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979) Jilid J, h. 9

2

(35)

Padang da'.1 Hamka tinggal bersama nenek dan kakeknya. Hal in.i membuat Malik atau

Hamka Iebih dekat dengan kakek dan neneknya dari pada ayah dan ibunya. Beliau

sering diberi nasihat-nasihat oleh kakeknya dalam bu1tuk pantun dan nyanyian.

Diantara yang sangat berkesan bagi dirinya adalah :

Anak tiung atas rambuntan Bcrbunyi bcrtingkat rapuh Berhenti kapal di lautan Tiba an gin berlayar jatuh

Bukit tinngi boleh didaki Lurah dalam berkala-kala Penat kaki boleh berhenti Bernt badan siapa membawa

Kampung tengah kotanya Iandai' Pematang guntung ketinggian Jangan Iengah janji kan sampai Untung-untung berkejadian1

Dal am usia enam tahun (I 9 I 4) M, Hamka dimasukkan ke Madrasah Thawalib

School yang menggunakan sistem klasikal, kurikulum dan mate1i cara lama. Lalu

Hamka dimasukan kembali ke Sekolah Diniyyah (petang hari) rnilik Zainuddin Labai

El Yunusi di Pasar Usang Padang Panjang.4

Harnka mernpunyai bakat dalam bidang bahsa Arab yang membuat ia mampu

membaca secara I uas literatur Arab, tennasuk terjemahan tulisan-tul isan barat. Pada

pagi hari Hamka pergi ke sekolah desa, petang hari kesekolah Diniyyah dan pada

3

Ibid., h. 22

(36)

malam hari bcrada di surau bcrsama teman-tcman scbayanya. 5 Sebagai seorang anak dari tokoh pelopor gerakan Islam kaum muda di Minangkabau ia sudah sering

rnenyaksikan dan mendengar langsung pernbicaraan tentang pembaharuan dan

gerakannya rnelalui ayah dan rckan-rekan ayahnya. 6

Akhir tahun 1924 M (dalam usia 16 tahun), Hamka berangkat ke tanah Jawa tanpa dapat dihalangi oleh ayalmya dan langsung ke Y ogyakarta. Di sanalah ia

berkenalan dan belajar pergerakan Islam modern dengan 1-l.O.S. Tjokroaminoto,

Kibagus J-hdikusumo, R.M. Soerjopranoto dan Haji Fakhruddin, yang kesemuanya itu

mengadak:.rn kursus-kursus pergerakan di gedung Abdi Danno di Paku Alam

Y ogyakarta. Di sanalah ia dapat mengenal perbandingan antara pergerakan politik

Islam, yaitu Syarikat Islam Hindia Timur dan gcrakan sosial Muharnmadiyah. 7 Sc lama

kurang lebih satu tahun bcrada di Jawa, beliau pulang ke tanah kelahirannya pada

bu Ian Juli l 925 ke Padang Panjang dan memulai kegiatannya se1ta mengadakan tabligh Muhammadiyah sekaligus berkiprah dalam Organisasi Muhammadiyah.

Selang dua tahun kemudian tepatnya pada bulan Februari 1927, ia berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah Haji dan bermukim di sana kurang lebih selama

enam bulan. Selama di Makkah beliau bekerja pada sebuah percetakan, dan barn pada

bulan Juli kembali lee tanah air dengan tujuan Medan clan menjadi Guru Agama pacla

5

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, E11siklopedi Js/a111, (Jakmta: lchtiar Baru Van Boeve, 1993), h. 75

'' Kafrawi Ridwan, (ed), "Ha111kd', (Jakarta: lchtinr Baru Van J-locve, 1993), h. 75

7

(37)

sebuah perkebunan selama beberapa bulan. Pada akhir tahun 1927, 1a kembali ke kampung halamannya. 8

Pac.la tanggal 5 April 1929 Hamka menikah dengan r.eorang waita pilihan ayahnya yang diterimanya dengan penHh kerelaan yakni Siti Raharn, perkawinan ini membawa Hamka pada kehidupan barn yang bahagia. Sebagaimana ungkapannya : "Kian dia bergaul kian suburlah nikrnat hidupnya, meskipun ia pengarang roman belum sanggaup melukiskan dengan pena bagaimana indahnya nikmat berumah tangga

itu".

Setelah kawin dengan Siti Raham Hamka masih aktif sebagai pengurus Muhammadiyah ke 19 di Minangkabau karena ilmu dan kepemimpinan beliau mengikuti seminar menjadi utusan mubaligh tidak asing lagi baginya, seperti tahun 1930 diutu3 untuk mendirikan Muhammadiyah di Bengkalis, akhir 1931 dia diutus ke Makasar menjadi mubaligh Muhammadiyah ke- 21 clan mendirikan Al- Mahdi di sana. Tahun 1933 menghadiri kongres di Semarang, tahun 1934 kembaki ke Padang Panjang clan menjadi anggota Majlis Muhammadiyah Sumatera Tengah sampai tahun 1936.9

Imam besar clan ulama terkemuka (Hamka) terkenal juga sebagai khatib di Masjid al-Azhar di Kebayoran Ban1. Ia pernah mengunjungi negara-negara dalam kedudukannya sebagai ulama besar, penulis terkenal Indonesia antara lain, Saudi Arabia, Amerika, Australia, Belanda, Malaysia, Pakistan, Brunei, Turki, Inggris, clan lain-lain. Keberangkatannya keberbagai negara ini dalam usia senja melelahkan dirinya

8 Ka.'rawi Ridwan, (ed), "Hamka", Loe. Cit.

(38)

dan tidak lama setelah beliau melepaskan jabatannya sebagai ketua umum MUI (Majelis Ulama Indonesia) karena tidak sependapat dengan menteri agama Alamsyah Ratu Perwira Negara, tentang menghadiri perayaan Natal bersama, beliau masuk

rumah sak1t Pertarnina Pusat Jakarta dan dirawat sdama satu minggu.

Ulama besar Prof. Dr. Hamka, yang dipanggil Buya Hamka, tiba saat menghadap llahi Rabbi, tepatnya jam I 0.40 pagi (waktu Jakarta), hari Jum'at, tanggal 24 Juli I <;8 J dalam usia 73 tahun.10 Almarhum mcmpunyai 7 putra, 3 putri, 22 cucu(saat i!u), dari perkawinan anak-anak dcngan 9 orang rncnantu.11

Hilangnya Buya dari permukaan bumi namun tidak pernah hilang dihati ummat Islam, sebagai ulama yang berwatak pemimpin yang selalu berpegang pada prinsip juga scbagai prcdikat sebagai pengarang, sastrawan, dan orator yang bila berbicara mcnarik th•n 111cmilukan hati yang kcras dan yang paling bcrkesan dihali umat beliau seorang yang sungf,>uh-sungguh mengimani agamanya, berani dan selalu konsekwen.

B. Perjuangan dan Al<tifitas

Akhir tahun 1924, Hamka muda berangkat ke Yogyakarta dengan rnenumpang seorang saudagar yang akan pergi ke kota itu. Di yogyakarta Hamka rnenumpang hidup di rumah orang sekampung satu-satunya yang berada di kota itu, Marah Intan. Tepatnya di kampung Ngampilan, kira-kira satu kilo meter dari kampung Kauman ke

Buya Hamka, Pe1jala11a11 Terakhir, (Jakarta: Panjimas, l98l), h. 49

11

(39)

arah Barat, 12 sebuah kampung tempat kelahiran dan sekaligus wilayah awal tempat kiprahnya gcrakan Pcrsyarikatan Muhammadiyah.13

Tampaknya kota Yogyakarta memberikan angin segar bagi Hamka. Di kota ini ia bertemu dengan adik ayahnya Ja'far Amrullah yang kebetulan juga sedang belajar agama. Hamka merasa heran, mengapa pamannya hams "bekljar agama" lagi di Y ogyakarta, apalagi hanya dalam tempo dua bulan saja ? lebih heran lagi, pamannya itu bclajar agama pada pagi, pctang dan malam hari.14

Teka-teki diatas barn terjawab setelah sang paman mengajak Hamka untuk bertandang, bertemu dan berkenalan dengan beberapa guru yang kedudukannya sebagai tokoh pergerakan Islam modern, seperti berguru kepada Ki Bagus I-Iadikusumo dalam penafsiran kitab suci al-Qur'an, berguru kepada H.O.S. Cokroaminoto tentang

faham "Sosialisme dan Islam'', berguru kepada H. Fakhruddin tentang agama Islam dalam tafsiran modern dan bcrguru kcpada R.M. Suryopranoto tcntang "Sosio/ogi".15

Setelah beberapa bulan Hamka ikut "be/ajar agama" bersama-sama dengan pamannya, maka Hamka menjadi sadar bahwa dia dalam belajar agama Islam ini : (l) lebih banyak bersikap "membaca dan menghafa!" dari pada "mene!aah dan memahami" pelajaran agama, (3) leblh hanya sekedar "menambah khazanah i!mu

agama secara pasif" dari pada "menangkap hakikal dan semangat i!mu agama secara

12

Bamka, Ke11ang-kena11ga11 Hidup, Op. Ci!., h. 95

13

M. Margono Puspo Suwarno, Gerakan Islam Aiuhammadiyah, (Yogyakarta: Percetakan Persatuan, 1986 ), cet. Ke- 3, h. 14

(40)

dinamik", (3) lebih banyak "memusatkan perhatian pada masalah mikro agama" dari pada "mengembangkan masalah pesan makro agama ". 16

Disamping hal di alas, Hamka juga semakin sadar bahwa apa yang disebut

"Pe1.Juang:m Islam" itu adalah multi wajah, yaitu muJai dari keharusan pembenahan

masalah yang melemahkan umat Islam dari "dalam", sampai menyentuh gerakan sosial kemasyarakatan.

Setelah beberapa hari di Yogyakarta,Hamka kemudian berangkat rnenUJU Pekalongan, menetap di rumah suarni kakaknya yang juga aktifis gerakan Syarikat Islam yang dipelopori oleh H.O.S Tjokroarninoto. Dia adalah Sultan Mansur, ketua Muharnmadiyah cabang pekalongan. Beliaulah yang rnenanamkan bekal "jiwa

1x1juangan" pada diri Harnka, sekaligus seorang guru yang sangat berpengaruh dalam

pertumbuhan pribadi Hamka selanjutnya. Sejak itu Hamka mulai berpidato, memberi ceramah diberbagai tempat sebagai peaganjur dan penyiar Islam. Usianya waktu itu masih relatif muda , yaitu masih 16 tahun.

Pada pertcngahan tahun 1925, Hamka kembali pulang ke Maninjau kampung halamannya, dengan dada orang muda yang dipenuhi pandangan-pandangan barn, semangat '·revolusioner". Dengan bekal selama setahun di tanah Jawa, Hamka mulai berani berpidato dimana-mana. Kemampuan beretorika maupun menulis telah menjadikannya pada posisi istimewa dikalangan teman-temannya. Hamka kemudian

16

(41)

mcmbuka kursus pidato di Surau Jcmbatan Bcsi, 17, tcmpatnya dulu mcngaJJ.

Kesempatan untuk mengaktualisasikail dirinya sebagai orang pergerakan semakin

terbuka lebar dengan didirikannya organisasi Muhammadiyah di Maninjau dan tabligh

Muharnmadiyah di Padang Panjang, yang kedua organisasi itu clidirikan oleh ayalmya,

wadah ini dijadikan l-Iamka sebagai motovasi dalam melatih diri sebagai Mubaligh.

Dalam buku Kena11g-ke11a11ga11 70 ta/nm Buya Hamka, dijelaskan :

"Sebagai orang gerakan, ia memperluas cakrawala pemikirann dan kemampuan komunikasi intelektualnya. Ia mulai berlangganan surat-surat kabar dari Jawa, yang terpenting adalah 'Hindia Baru' dan 'Bendera Islam'. Untuk memperluas cakrawala tentang pengetahuan perkembangan dunia Islam berlangganan 'Seru

A::har · yang dipimpin oleh Mukhtar Lutfi da Ilyas Ya'kub di Mesir. Dari s1111

diperoleh infonnasi tentang perkembangan dan gerakan Jslam internasional".18

Pengalaman l-Iamka dalam mengelola pendidikan ayahnya, ia terapkan dengan

mengadakan kursus-kursus pidato bagi anak-anak muda lainnya. Kemudian dari hasil

kumpulan pidato itu disusun menjadi majalah yang bernama "Khatibu! Um mah".

Majalah in: yang pertama diasuhnya pada tahun 1925. Setelah itu Hamka menerbitkan

majalah ''Tab!igh Muhammadiyah" pada tahun yang sama dimana ia sendiri sebagai

. . 19

p1mpmannya.

l-Iar,1ka terns mengikuti perkembangan pergolakan politik Islam di tanah air

maupun luar negeri (internasional) dengan akiif, maka inspirasi untuk te1jun ke dalam

kawah pei:iuangan semakin meresap dalam dirinya. Awalnya masyarkat meragukan

17

Fakhri Ali, "Hamka dan Masyarakat· Islam Indonesia : Ca<atan Pendahuluan dan Riwayat Perjuangannya", Dalam Ke11a11g-ke11anga11 70 th Buya Hamka, (Jakarta: Panjimas, 1%3), h. 91

(42)

predikat ke-ulamaan Hamka yang melekat pada dirinya, seperti yang mereka katakan, bahwa Hamka sebenarnya tidak ada apa-apanya, ia sekedar pandai berpidato saja, ia bukan ahli agama, bahkan ia tidak memahami bahasa secara mendalam. Ia mernang pandai, telapi kepandaiannya, apa yang disebut ayahnya "Cuma pandai menghapal

.1ya 'ir, hercerita tentang sejarah, sehagai !JUrung heo".20 Banyak kritikan dan cemooh

yang ditujakan pada dirinya, baik secara halus maupun kasar, cela1<anya sang ayah turut juga mendukung kritikan tersebut. Agaknya situasi tersebut rnenyebabkan Harnka mengambii keputusan untuk pergi ke Makkah.

Maka pada Februari 1927, berangkatlah Harnka ke tanah suci. Dengan bekal seadanya aan bahasa yang ''pas-pasan ", ia bersarna teman-temannya sesama jemaah haji lainnya mendirikan Organisasi P0rsa!uan Hindia Timur. Tujuan utamanya mernberikan pelajaran rnanasik haji kepada calonjernaah haji Indonesia.

Sepulang Hamka dari tanah suci, dengan predikat haji di depan namanya, mernperjelas "legitirnasi" Harnka sebagai ulama di Minangkabau. Sedikit demi sedikit pengkukuhan sebagai ulama penganjur Islam mendapat tempa! di hati masyarakatnya. Julukan sernua si "tukang pidato" dahulu berubah sekarang menjadi orang alim, anak yang akan mengganti kcdudukan ayahnya scbagai ulama terpandang kctika itu.21

Setelah ayahnya melihat perubahan pada diri Hamka, barulah ayahnya rnenikahkannya dengan seorang gadis berusia 15 tahun yang bernaman Siti Raham. Ketika itu Hamka berusia 2 I tahun. Ternyata pernikahan bagi Hamka membawa

20

Hamka, Ke11aJJg-keJJaJJgaJJ Hidup, Op. Cit., h. l 07

21

(43)

kesuksesan karirnya sebagai orang pergerakan. Hamka diserahi ayahnya mengelola sekolah Tabligh School. Setelah iti ia mengaktifkan dirinya pada organisasi Muhammadiyah.

Menurut Fakhry Ali :

" beberapa saat setelah pernikahannya ia aktif sebagai pengurus Muhammadiyah cabang Padang Panjang, yang akan menghadapi kongres Muhmnmadiyah ke-19 di Minangkabau. Setahun kemudian (1930), ia mendirikan cabang Muhammadiyah di Bengkalis dan langsung menghadiri kongres Muhammadiyah yang ke-20 di Yogyakmia pada tahun itu juga. Setahun kenwdian ( 193 J ), ia diutus oleh pengurus besar Muhammadiyah Y ogyakarta ke Malrnsar menjadi mubaligh Muhammadiyah. Pada tahun 1933, ia menghadiri kon1,>Tes Muhammadiyah di Semarang dan pada tahun 1934 ia menjadi anggota tetap majelis kongres Muhammadiyah Sumatera Tengah."22

Berbagai jabatan yang telah disandangnya dalam organisasi, membuatnya sering kali diundang untuk tampil diberbagai forum resmi sebagai pembicara. Hamka kemudian dipercayakan oleh pimpinan pusat Muhammadiyah untuk ditugaskan ke Makasar sebagai mubaligh. Sepulangnya dari Makasar Hamka mendirikan perguruan

"Kulfiyatu! Muhal!ighin" Muhammadiyah di Padang Panjang.

Bakatnya yang menonjol sebagai mubaligh, dibawanya merantau ke Medan pada tahun 1936. Di kota ini Hamka clan M. Yunan Yusuf mendirikan majalah

Pedoman };fasyarakat. Majalah itu menurut M. Yunan Yusuf telah memberikan andil

yang tidak kecil bagi kepengarangan dan kepujanggaan Hamka di kemudian hari. Ketika pasukan Jepang mendarat di Sumatera Utarn (Medan), banyak masyaraka1 kecewa dan dirugikan. Sebaliknya Hamka "dianak emaskan" oleh pemerintahan Jepang. Hamka dibiarkan begitu saja bebas mengerjakan tugasnya

22

(44)

sebagai konsultan di Sumatera Utara. Kemudian diangkat sebagai anggota "Syu Sangi

Kai (DP!?)". 23 Akhirnya Jepang menyerah kalah ditangan sekutu, kritikan dan respon

negatif benmmculan terhadap dirinya, bahkan menjurus kepada penghinaan massal tertuju kepada dirinya, "... itu menyebabkan Harnka hams angkat kaki dari kota Medan, kota yang baginya pen uh kenangan''. 24 Dalarn ha! ini Rusydi putra Harnka mengem ukakan :

Bagi Buya Hamka, Medan adalah sebuah kota yang penuh kenang-kenangan. Dari kota ini ia rnulai rnelangkahkan kakinya menjadi seorang pengarang yang melahirkan sejumlah novel dan buku-buku agarna, filsafat, tasawuf, dan lain-lain.disini pula ia rnernperoleh sukses sebagai wartawan dengan majalah "Pedoman Masyarakat". Tapi, disini pula ia mengalami kejatuhan yang sangat menyakitkan, sehingga bekas-bekas Iuka yang mernbuat ia meninggalkan kota ini, menjadi salah satu pupuk yang menurnbuhkan pribadi di belakang hari. 25

s・エ\セャ。ィ@ Dari Medan Hamka pulang ke Sumatera Barat (Padang Panjang) pada

tahun 1945. kemudian ia kembali diserahi oleh ayahnya untuk memimpin Kulliyatul

Mubaf!ig/11n. la mulai lagi dari sini melanjutka rnisi perjuangannya, lewat ketajaman

penanya i3 mempelopori dan mernberikan dorongan kepada kawan-kawan

seperjuangannya untuk maju merebut kemerdekaan Indcnesia.

Pada tahun 1946, Harnka terpilih menjadi ketua Muhammadiyah cabang Padang Panjang, melalui konfrensi Muhammadiyah yang diadakan di kota itu. Posisi demikian membuat Hamka mempunyai banyak kesempatan untuk mengunjungi caballg-cabang Muhammadiyah di Sumatera Baral. Peluang itu dipergunakan untuk

23

Ibid., h. 475

24 Ibid

(45)

memotivasi kegiatan-kegiatan cabang dalam rangka menggalang kesatuan dan persatuan bangsa, sehingga 1-Iamka dipandang masyarakat tidak hanya sebagai ulama, akan tetapi ia j uga sebagai pej uang kemerdekaan.

Pacla tahun 1947, 1-Iamka dipercayakan oleh masyarakat dalam perJuangan bersenjata melawan penjajah Belanda, yang dikenal dengan nama Front Pertahanan Nasional (FPN). Pada situasi yang seperti itupun 1-Iamka masih sempat menerbitkan sebuah majalah di Padang Panjang dengan nama "Menara ". Setelah adanya gencatan senjata dengan pihak Belanda pada tahun 1949, pemerintah Republik Indonesia mulai menguasai wilayah Sumatera Tengah, 1-Iamka terlibat di dalam menyusun strategi tersebut. Harnka pun sadar bahwa dirinya bukan politikus, ia hanya seorang pujangga dan penulis disamping sebagai rnubaligh ditengah umatnya.

Demi lancarnya kegiatan sebagai penda'wah dan penulis Islam, Hamka rnernilih Jakarta sebagai ternpat untuk mengernbangkan karirnya dalam bidang ini. Harnka kemudian meninggalkan tanah kelahirnnnya menuju Jakarta pada tanggal 18 Desernber 1949. Setibanya di Jakarta ia diterima bekerja sebagai koresponden surat kabar "Merdekc:" dan majalah "Pedemangan ". Di ibu kota ini Hamka rnulai berkiprah dalarn partai Islam Masyurni. Sebagairnana ia mengatakan "jangan takut pada politik, jika tidak mau ditelannya".26 l-!amka telah mernbuktikan ucapannya, bahwa dengan kegiatan p(IJitik praktis ternyata tidak menganggu aktifitas utarnanya sebagai mubaligh.

26

(46)

Kemudian Hamka diangkat oleh pemerintah Indonesia untuk menjabat sebagai penasehat Departemen Agama (DEPAG). Menjadi pejabat tinggi negara ternyata mernbuatnya banyak mengikuti berbagai pertemuan dan konfrensi di dalam dan luar negeri. Pada tahun 1952, pemerintah Amerika Serikat mengundang Hamka untuk berkunjung selama empat bulan di negaranya. Banyak hikmah yang di dapatkannya sekembalinya dari negara tersebut, antara lain terbukanya pandangan terhadap negara non Islam, kemudian diterbitkanlah sebuah buku "Perjalanan Empat Bulan di AS°'

sebanyak dua jilid. Sesudah itu secara be1turut-turut Hamka rnenjadi anggota misi kebudayaan ke Muangthai pada tahun 1953, mewakili Depag menghadiri peringatan mangkatnya Bud ha yang ke 2500 di Burma ( 1945). Kenrndian Hamka menghadiri undangan dari Universitas al-Azhar di Kairo, dengan rnemberikan ceramah tentang pengaruh Muhammad Abduh di Indonesia. Di perguruan tingg; itulah Hamka dianugrahi gelar "Doktor Honoris Causa ". Pergulatan politik yang terjadi di Indonesia kian hari kian tak menentu " ... Soekarno mulai rnemamerkan kekuasaanya, sementara PK! bangkit sebagai kekuatan yang cukup signifikan. Hamka bersarna Natsir tennasuk yang mencntang ide Soekarna ... "27 yang dikenal dengan nama "Demokrasi

Terpimpin ''. Secara perlahan-;ahan de111okrasi terpimpin mulai diselcwengkan akibat

pengaruh PKI, sehingga Pancasila dan UUD 1945 hanya dijadikan semboyan belaka, sebagai gantinya oleh PKI diisi dengan "Nasional Agama dan Komunis" atau

NASAKOA1.

27

(47)

Setelah Soekarno membubarkan Masyumi pada tahun 1960, otomatis peta kekuatan umat Islam mulai melemah. Hamka tidak lagi berpolitik praktis, kemudian ia mengalihkan perhatiaanya kepada bidang da'wah Islamiyah yang berpusat di Masjid Agung kebayoran Baru. Dari sinilah terbitnya majalah "f'anji /l.fa,1:i1arakat" dan

"C' _retna , 'I s < 1111 ,,2x .

Pada tahun 1975, untuk pertama kalinya pemerintah Republik Indonesia membentuk organisasi ulama Indonesia, yang disebut lVIUL Pada waktu itu pemerintah mempcrcayakan 1-famka scbagai kctua umumnya. Dari herbagai macam kegiatan yang telah dilalui, usianya pun sudah mulai menua, membuat kesehatannya terganggu secara serius. Hamka masuk rumah sakit menjelang peringatan hari ulang tahunnya yang ke-70, jatuh pada tanggal 16 Februari 1978. setelah kesehatannya agak membaik Hamka pulang ke rumah, para sahabatnya menyerahkan buku dengan judul 'Kenang-kenangan 70 ta/nm Buya Hamka '. Sejak itu Hamka tidak lagi banyak melakukan kegiatan ke luar negeri, ia lebih banyak menunggu orang datang ke rumahnya untuk berkonsultasi tentang masalah keagamaan maupun persoalan kehidupan.

Harnka kemudian mengundurkan diri dari ketua umum MUI dengan alasan kesehatan. Setelah dua bulan mengundurkan diri, ia masuk rumah sakit lagi disebabkan serangan jantung yang cukup parah, penyakit itulah yang kemudian membuatnya pulang kernhmatullah.

Harnka meninggal dunia pada tanggal 24 Juli 1981 dalam usia '73 tahun, dengan dikelilingi oleh sanak keluarganya dan teman dekatnya. Hamka wafat dalam suatu

(48)

penyelesaian tugas yang telah ia selesaikan. la rneninggalkan dunia ini dengan senyum, nyaris suatu keajaiban. Dada orang yang ditinggalkannya menyesak dan bergelimbung oleh tangi>. Tetapi setelah tangis reda, masa berkabung telah lewat, yang mengental dalam dad> adalah semangat hidupnya. 29 dalam kapasitasnya sebagai mantan ketua umum MUI, Hamka memastikan eksistensinya sebagai ula.ma, dan rnenggenapi koredor hidupnya sendiri "sekali bakti sesudah itu mati".30

C. Karya-karyanya

Seorang Hamka yang sosoknya sangat terkenal banyak meninggalkan karya. Karya yant; sudah dibukukan tercatat 118 buah, dan itu belum termasuk

karangan-karangan yang panjang dan pendek yang temuat dalm media masa dan disampaikan dalan1 bebcrapa kesempatan kuliah ceramah ilmiah. Tulisan tersebut meliputi banyak bidang kajian yaitu, politik, sejarah, budaya, akhlak, teologi, tafair, dan ilmu-ilmu ke-lslaman.

Pada tahun 1928, ia mengarang buku romannya yang pertama dalam bahasa Binagkabau yang berjudul Si Sabariyah. Tahun 1929, bukunya yang lain seperti

Agama dan Perempuan, Pembela Islam, Ringkasan Tarikh Umat Islam, Kepentingan

Tabligh, den ayat-ayat Mi 'raj. Pada tahun 1938, beliau kembali mengarang Di bawah

Lindungan Ka 'bah. Dan pada tahun 1939, terbit kembali buku beliau yang berjudul

Tenggelamnya Kapa! Van der Wijch, dan buku Di Dalam l,enzbah Kehidupan, yang

29

Nasir Tamara, Hamka di Mata Hali Umat, (Jakart: Sinar

QZjNセイョュゥョLjYXTIL@ cet. Ke-3, h. D.J. ii

30

Ibid., h. 339 !

(49)

beliau karang pada tahun 1940. dari sekian karya-karyanya pada buku yang beliau karang kh11sus untuk mengenang ayahnya yang berjudul Ayahku. Selanjutnya pada tahun 1950, karyanya yang lain adalah Kenang-kenangan flidup. l'erkembangan

Tasawuf dari Abad ke Abad.31 Dan buku-buku lainnya seperti, Tasawu{ Modern,

Revo/usi Islam, Revofusi Agama, Ada! Minangkabau J\1enghadapi Revofusi, Negara

Islam, Dan Dari Lemhah Kehidupan, dan Menunggu Bedug Berbunyi.

Adapun diantara sekian banyak karya-karyanya adalah : 1. 1-lamka, Khatibul Ummah l

2. Hamka, Khatibul Immah II 3. Hamka, Khatibul Ummah III 4. Hamka, Si Sabariyah (1928)

5. l-lamka, Adat Minangkabau dan Agama Islam ( l 929) 6. l-lamka, Ringkasan Tarikh Umat Islam (1929)

7. l-lamka, Kepentingan Melakukan Tabligh (1929) 8. Hamka, Hikmah Isra' mi'raj

9. Hamka, Arkanul Islam (1932)

l 0. l-lamka, Mati Mengandung Malu (1934) 11. Hamka, Di Bawah Lindungan Ka'bah (1934)

12. Hamka, Tenggelamnya kapal Van Der Wijk (1937) 13. Hamka, LailaMajnun (1932)

14. Hamka, Pedoman Mubaligh Islam (1937) 15. Hamka, Di Bawah Lembah Kehidupan (1939) 16. Hamka, Tuan Direktur (1939)

17. Hamka, Dijemput Mamaknya (1939) 18. Hamka, TasawufModern (I 939) 19. 1-Iamka, Keadilan Ilahi (1939) 20. 1-Iamka, Falsafah Hidup (l 939)

21. Hamka, Agama dan Perempuan (1939) 22. 1-Iamka, Merantau ke Delli (1940) 23. Hamka, Terusir (1940)

24. I-Iamka, Margareta Gautheir (1940) 25. 1-Iamka, Lembaga Hidup (l 940) 26. 1-Iamka, Lembaga Budi (1940) 27. Hamka, Lembaga Islam (1946)

31

(50)

28. Hamka, Islam dan Dcmokrasi ( 1946) 29. Hamka, Revolusi Pemikiran (1946) 30. Hamka, Rcvolusi Agama (1946) 31. Hamka, Mcrdeka (1946)

32. Hamka, Dibandingkan Ombak Masyarakat (1946)

33. Hamka, Adat Minangkabau Menghadapi Revolusi (1946) 34. Hamka, Di Dalam Lembah Cita-eita (1946)

35. I-!amka, Muhammadiyah Melalui Tiga Zaman (1946) 36. I-!amka, Sesudah Naskah Renville (1947)

37. Hamka, Pidato Pembelaan Peristiwa 03 Maret (1947) 38. Hamka, Ccmburu (ghirah) (1949)

39. Hamka, Menunggu Beduk Berbunyi (1949) 40. Hamka, Ayahku ( 1950)

41. Hamka 1001 Soal-soal Hidup (1950) 42. Hamka, Pribadi (1950)

43. Hamka, Falsafah Ideologi Islam (1950) 44. Hamka, Keadilan Sosial dalam Islam (1950)

45. I-!amka, Perkembangan Tasawuf dari Abad ke Abad (1952) 46. I-!amka, Urat Tunggang Pancasila

47. I-!amka, Bohong di Dunia

48. Hamka, Empat Bulan di Amerika,jilid I dan II 49. Hamka, Lembaga Hikmat

50. Hamka, Kenang-kenangan Hidup, jilid I,

JI,

III, dan IV 51. Hamka, Sejarah Um at Islam, jilid I, II, III, dan IV 52. Hamka, Pelajaran Umat Islam

53. Hamka, Pengaruh Ajaran Muhammad Abduh di Indonesia 54. I-!amka, Mandi Cahaya di Tanah Suci

55. Hamka, Mengembara di Lembah Nyi 56. I-!amka, Di Tepi Sungai Dajlah 57. Hamka, Soal Jawab

58. Hamka, Pandangan Hidup Muslim 59. I-!amka, Dari Perbendaharaan Lama

60. Hamka, Ekspansi ldeologi (Al-Ghazwul Fikri) 61. Hamka, Syaid Jamaluddin Al-Afghani

62. I-!amka, Hak-hak Asasi Manusia dipandang dari Segi Islam 63. Hamka, Fakta dan Khayal Tuan Rao

64. Hamka, Cita-cita Kenegaraan dalam Ajaran Islam 65. Hamka, Islam dan Kebathinan

66. I-!amka, Kedudukan Perempuan dalam Islam 67. Ha mka, Study Islam

(51)

Semakin lama semakin jelas corak karangannya, bahwa bcliau adalah seorang pujangga, filosof Islam, maupun mufassir yang e

Referensi

Dokumen terkait

4.6 Distribusi Frekuensi Pengukuran Infeksi Bakteri pada Organ Reproduksi Sebelum Pemakaian Pembalut Wanita Herbal di Lokalisasi Kelurahan Sukosari Kecamatan Bawen Semarang

Pengalaman pernikahan pada usia remaja difokuskan pada pengalaman lahiriah dan batiniah yang berkaitan dengan peran remaja pria maupun remaja wanita dalam

Umumnya bakteri yang teridentifikasi dari hasil ulasan uterus anjing yang mengalami pyometra adalah bakteri yang normal ditemukan pada uterus anjing sehat.. Pada pyometra,

Commercial software atau yang bisa disebut (software berbayar) adalah perangkat lunak yang dapat disalurkan atau dapat dibuat untuk sebuah tujuan yang bersifat

Margond a Raya Konsultansi Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Jalan Proklamasi ke Jalan Bogor

Kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pengelolaan perwakafan di Kecamatan Pangkajene adalah kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan kegiatan

dari Kehamilan, Persalinan, Bayi Baru Lahir, Nifas dan Perencanaan Keluarga..

Selain itu penggunaan istilah LGBT sebenarnya lebih kepada sebuah strategi mempersatukan kelompok-kelompok perilaku menyimpang dalam satu wadah kekuatan yang sama, sehingga dari