GAMBARAN PERILAKU PETUGAS RAWAT INAP DALAM PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS) DI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT
TAHUN 2012
SKRIPSI
Oleh :
YUSRIDA FADMA LUBIS NIM : 081000195
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GAMBARAN PERILAKU PETUGAS RAWAT INAP DALAM PELAKSANAAN
PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TANJUNG PURA
KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2012
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
YUSRIDA FADMA LUBIS NIM : 081000195
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi Dengan Judul
GAMBARAN PERILAKU PETUGAS RAWAT INAP DALAM PELAKSANAAN
PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TANJUNG PURA
KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2012
Yang dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh :
YUSRIDA FADMA LUBIS NIM. 081000195
Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 6 Agustus 2012 dan Dinyatakan
Telah Memenuhi Syarat untuk Diterima
Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
Dra. Syarifah, MS Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM NIP. 19611219 198708 2 002 NIP. 19671219 199303 1 003
Penguji II Penguji III
Drs. Eddy Syahrial, MS Drs. Alam Bakti Keloko, M.kes NIP. 19590713 198703 1 001 NIP. 19620604 199203 1 001
Medan, September 2012 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan,
ABSTRAK
Efektivitas daripada suatu pengobatan, selain dipengaruhi oleh pola pelayanan kesehatan yang ada serta oleh sikap dan keterampilan para pelaksanaannya. Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) adalah upaya rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan pasien, klien, dan kelompok-kelompok masyarakat, agar pasien dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan dan mencegah masalah-masalah kesehatan, melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka, serta didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku petugas rawat inap dalam pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) di RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bersifat kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura yang melaksanakan program Promosi kesehatan masyarakat di rumah sakit, sebanyak 71 orang dan sampel dalam penelitian ini adalah petugas rawat inap di RS Tanjungpura yaitu sebanyak 71 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner yang telah disusun sebelumnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan responden tentang PKRS dikategorikan kurang sebanyak 27 orang (38%), sikap responden dikategorikan baik sebanyak 30 orang (42,3%), tindakan responden dikategorikan kurang sebanyak 53 orang (74,6%).
Berdasarkan hasil penelitian maka diperlukannya peningkatan perilaku dari petugas kesehatan melalui peningkatan pengetahuan melalui penataran, pelatihan tentang PKRS, maupun dengan memberikan bacaan-bacaan yang berhubungan dengan PKRS.
ABSTRACT
The effectiveness of a treatment is not only influenced by the existing pattern of health service but also by the attitude and skills in its implementation. Hospital Health Promotion is an attempt taken by a hospital to improve the ability of patients, clients, and community group that the patients can be independent in improving their health and preventing health problems through learning from, by, for and together in accordance wih their social culture supported by health-oriented public policy.
The purpose of this descriptive quantitative study was to find out the description of how thw health workers working in the in-patient wards behave in the implementation of Hospital Health Promotion at Tanjung Pura General Hospital, Langkat District. The population of this study was all of the 71 health workers who implemented the Community Health Promotion program at Tanjung Pura General Hospital and 71 of them working in the in-patient wards were selected to be the samples/respondents for this study. The data for this study were obtained through questionnaire-based interviews.
The result of thus study showed that 27 respondent (38%) had inadequate knowledge about the Hospital Health Promotion, (42,3%) had good attitude, and 53 respondents, 30 respondents (74,6%) had taken less action.
Therefore, the behavior and knowledge of the health workers needs to be improved through upgrading and training or providing the health workers with literatures related to Hospital Health Promotion.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI
Nama : Yusrida Fadma Lubis
Tempat/Tanggal Lahir : Padangsidimpuan, 24 Januari 1991
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Alamat : Jl. Merpati no. 1D Sopo Indah, Sigulang
Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. TK Al- Musyarrafah Padangsidimpuan : 1995 - 1996
2. SD Negeri 146921 Padangsidimpuan : 1996 - 2002
3. SMP Negeri 5 Padangsidimpuan : 2002 - 2005
4. SMA Negeri 1 Padangsidimpuan : 2005 – 2008
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT serta shalawat dan salam bagi Rasulullah SAW, keluarga dan para sahabatnya karena atas berkat dan rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada wakturahmat-nya. Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Gambaran Perilaku
Petugas Rawat Inap Dalam Pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) Di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura Kabupaten Langkat
Tahun 2012”.
Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini mungkin masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki, maka penulis mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang sifatnya membangun dalam memperkaya materi skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan kepada :
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Tukiman, MKM selaku Ketua Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
3. Ibu Dra. Syarifah, MS selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan petunjuk, saran dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
4. Bapak Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak menyumbangkan waktu dan pikiran untuk penulisan skripsi ini 5. Bapak Drs. Eddy Syahrial, MS dan bapak Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes
sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik serta motivasi kepada peneliti untuk perbaikan skripsi ini.
7. Seluruh staf pengajar FKM USU serta dosen Peminatan Bagian Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku khususnya yaitu Bapak Drs. Tukiman, MKM., Ibu Lita Sri Andayani, SKM, MKes., Ibu dr. Linda T. Maas, MPH., dan Ibu Dr. Namora Lumongga Lubis, MSc., serta seluruh pegawai FKM USU.
8. Direktur RSUD Tanjung Pura yang telah memberikan izin melakukan penelitian di ruang rawat inap beserta Seluruh staff Rumah Sakit yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian ini.
9. Ayahanda H. Ikhpan Lubis, S.Sos, MM dan Hj. Ibunda Zuraidah, S.Pdi yang dengan sabar dan penuh cinta, perhatian, kasih dan sayang memberikan dukungan moral, spritual dan material hingga penulis bisa menyelesaikan studi di FKM USU.
10.Saudara-sudaraku yang tercinta, kakanda Zulkhairi Lubis, S.kom. dan kakanda Afrizal Fahmi Lubis, ST yang selalu mendukung lewat setiap doa-doa dan motivasinya.
11.Terutama Andre Anda Nasution, SKM yang dengan sabar dan perhatian memberikan dukungan moral, spritual dan material hingga penulis bisa menyelesaikan skripsi.
12.Sahabat-sahabat seperjuanganku tami, dini, Dina, diana, Nana, ika, kak ida, dijah. Terima kasih buat persahabatan, perhatian dan motivasi yang diberikan buat penulis.
13.Abanganda Hamid Rizal Lubis, bang ozi, bang dika, bang budi, bang hengky, bang Andri Siregar, bang Afdal, Terima kasih untuk dukungan dan doa yang kalian berikan.
Semoga Allah SWT melimpahkan karunia dan berkah-Nya pada kita semua. Akhir kata penulis berharap skripsi ini bisa bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Agustus 2012
DAFTAR ISI
2.1.4Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan... ... 12
2.1.5 Pengetahuan... ... 13
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 36
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 36
3.2.2 Waktu Penelitian ... 36
3.3.1 Populasi ... 37
3.3.2 Sampel ... 37
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 37
3.5 Definisi Operasional... 37
3.6 Aspek Pengukuran ... 38
3.7 Metode Analisa Data ... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 39
4.1.1 Struktur Organisasi ... 39
4.1.2 Visi... 41
4.1.3 Misi ... 41
4.2 Karakteristik Responden ... 42
4.3 Pengetahuan Responden... 44
4.4 Sikap Responden ... 49
4.5 Tindakan Responden ... 51
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden ... 53
5.2 Pengetahuan Responden... 54
5.3 Sikap Responden ... 58
5.4 Tindakan Responden ... 60
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 64
6.2 Saran... ... 65
DAFTAR TABEL
TABEL HAL
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 42
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Umur ... 42
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jabatan... 43
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan... 43
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 44 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Pendapatan 44 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Definisi Promosi Kesehatan Rumah Sakit ... 44
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tujuan PKRS ... 45
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Pelaksanaan PKRS ... 45
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Waktu Yang Tepat Melakukan PKRS ... 45
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tempat Kegiatan PKRS ... 46
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Sasaran PKRS ... 46
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Metode Yang Digunakan Dalam PKRS ... 46
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Alat Bantu Yang Diperlukan Dalam PKRS... 47
Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dana Untuk PKRS 47 Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kegunaan Alat Bantu ... 48
Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan 48 Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Responden .. 48
Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Sikap Responden ... 49
Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tindakan ... 50
ABSTRAK
Efektivitas daripada suatu pengobatan, selain dipengaruhi oleh pola pelayanan kesehatan yang ada serta oleh sikap dan keterampilan para pelaksanaannya. Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) adalah upaya rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan pasien, klien, dan kelompok-kelompok masyarakat, agar pasien dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan dan mencegah masalah-masalah kesehatan, melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka, serta didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku petugas rawat inap dalam pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) di RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bersifat kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura yang melaksanakan program Promosi kesehatan masyarakat di rumah sakit, sebanyak 71 orang dan sampel dalam penelitian ini adalah petugas rawat inap di RS Tanjungpura yaitu sebanyak 71 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner yang telah disusun sebelumnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan responden tentang PKRS dikategorikan kurang sebanyak 27 orang (38%), sikap responden dikategorikan baik sebanyak 30 orang (42,3%), tindakan responden dikategorikan kurang sebanyak 53 orang (74,6%).
Berdasarkan hasil penelitian maka diperlukannya peningkatan perilaku dari petugas kesehatan melalui peningkatan pengetahuan melalui penataran, pelatihan tentang PKRS, maupun dengan memberikan bacaan-bacaan yang berhubungan dengan PKRS.
ABSTRACT
The effectiveness of a treatment is not only influenced by the existing pattern of health service but also by the attitude and skills in its implementation. Hospital Health Promotion is an attempt taken by a hospital to improve the ability of patients, clients, and community group that the patients can be independent in improving their health and preventing health problems through learning from, by, for and together in accordance wih their social culture supported by health-oriented public policy.
The purpose of this descriptive quantitative study was to find out the description of how thw health workers working in the in-patient wards behave in the implementation of Hospital Health Promotion at Tanjung Pura General Hospital, Langkat District. The population of this study was all of the 71 health workers who implemented the Community Health Promotion program at Tanjung Pura General Hospital and 71 of them working in the in-patient wards were selected to be the samples/respondents for this study. The data for this study were obtained through questionnaire-based interviews.
The result of thus study showed that 27 respondent (38%) had inadequate knowledge about the Hospital Health Promotion, (42,3%) had good attitude, and 53 respondents, 30 respondents (74,6%) had taken less action.
Therefore, the behavior and knowledge of the health workers needs to be improved through upgrading and training or providing the health workers with literatures related to Hospital Health Promotion.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan Nasional dengan arah dan strategi pelaksanaannya
dijabarkan dalam Sistem Kesehatan nasional yaitu bahwa tujuan Sistem Kesehatan
Nasional adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi
bangsa, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah secara sinergis, berhasil guna
dan berdaya guna, sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya Depkes, 2005).
Di masa lampau sistem kesehatan lebih banyak berorientasi pada penyakit,
yaitu hanya menunggu sampai ada yang sakit, barulah kemudian yang bersangkutan
diberi pengobatan. Dalam keadaan yang memerlukan sisakit yang di rawat di rumah
sakit. Sesudah sembuh dipulangkan kembali kepada keluarganya. Seringkali mereka
sakit kembali, ditimpa oleh penyakit yang sama, sehingga yang bersangkutan dirawat
kembali di rumah sakit. Demikianlah siklus ini berlangsung terus sampai kemudian
disadari, bahwa sebenarnya untuk memelihara kesehatan masyarakat diperlukan suatu
rangkaian usaha yang lebih luas, dimana perawatan dan pengobatan di rumah sakit
hanyalah salah satu bagian kecil saja daripada rangkaian tersebut (Kemenkes, 2011)
Efektivitas daripada suatu pengobatan, selain dipengaruhi oleh pola pelayanan
kesehatan yang ada serta oleh sikap dan keterampilan para pelaksanaannya, juga
sangat dipengaruhi oleh lingkungan, pola hidup dan sikap pasien dan keluarganya.
Selain itu tergantung juga pada kerja sama yang positif antara petugas kesehatan
penyembuhan daripada pasien yang bersangkutan dan membantu pula peningkatan
kualitas kesehatan masyarakat umumnya (Kemenkes, 2011).
Promosi kesehatan merupakan salah satu upaya yang penting dalam
penyelenggaraan Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Dalam SKN, baik yang disusun
tahun 2004 maupun yang disusun tahun 2009, disebutkan bahwa salah satu
subsistemnya adalah Subsistem Pemberdayaan Masyarakat. Subsistem Pemberdayaan Masyarakat adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya perorangan, kelompok,
dan masyarakat umum di bidang kesehatan secara terpadu dan saling mendukung
guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Tujuan dari Subsistem Pemberdayaan Masyarakat adalah terselenggaranya upaya
pelayanan, advokasi, dan pengawasan sosial oleh perorangan, kelompok, dan
masyarakat di bidang kesehatan secara berhasil guna dan berdayaguna, untuk
menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan (Departemen Kesehatan ; 2004,
2009).
Dalam uraian yang dipetik dari dokumen SKN tersebut, nyata bahwa promosi
kesehatan merupakan upaya yang tepat untuk menyelenggarakan Subsistem
Pemberdayaan Masyarakat. Piagam Ottawa yang dirumuskan dalam Konferensi
Internasional Promosi Kesehatan Pertama di Ottawa, Kanada, tahun 1986 menyatakan bahwa “promosi kesehatan adalah proses memberdayakan masyarakat
agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka” (Notoatmodjo, 2005).
Sedangkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114 / Menkes / SK / VII /
2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah menyatakan bahwa
melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat
menolong dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat, sesuai social budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan (Departemen Kesehatan, 2005).
Pengembangan rumah sakit menjadi suatu organisasi yang sehat melalui
pemberian penyuluhan kesehatan kepada pasien, karyawan rumah sakit, dan
masyarakat, telah menghasilkan reorientasi rumah sakit menjadi rumah sakit
promotor kesehatan (health promoting hospital). Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) berusaha mengembangkan pengertian pasien dan keluarganya tentang
penyakit yang diderita pasien, mencakup hal-hal yang perlu diketahui dan dikerjakan
oleh pasien dan keluarganya untuk membantu penyembuhan dan mencegah terserang
kembali oleh penyakit yang sama. Jadi Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
berusaha menggugah kesadaran dan minat pasien dan keluarganya untuk berperan
serta secara positif dalam usaha penyembuhan dan pencegahan penyakit. Karena itu
penyuluhan kesehatan haruslah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari program
pelayanan kesehatan di rumah sakit dan bukan merupakan bagian tambahan yang
terlepas (Fizran, 1998)
Mencermati rumusan tersebut di atas, dapat diartikan bahwa Promosi
Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) adalah sebagai berikut. Promosi kesehatan di rumah
sakit adalah upaya rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan pasien, klien, dan
kelompok-kelompok masyarakat, agar pasien dapat mandiri dalam meningkatkan
oleh, untuk, dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka, serta didukung
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Hartono, 2010).
Berbagai alasan mengapa rumah sakit dianggap perlu melaksanakan
penyuluhan atau promosi kesehatan, sebagai berikut :
1. Karyawan rumah sakit berada pada posisi yang paling tepat untuk memberikan
penyuluhan kesehatan.
2. Bila dimanfaatkan dengan tepat, maka sistem informasi di rumah sakit akan
dapat mendeteksi perubahan angka morbiditas yang berkaitan dengan perubahan
pola hidup dan perilaku masyarakat setempat.
3. Sebagai suatu organisasi yang memiliki relatif banyak karyawan dan sebagai
pusat sumber daya untuk wilayahnya.
4. Cocok untuk dijadikan panutan bagi masyarakat luas dalam segi perilaku hidup
sehat, keselamatan dan keamanan kerja, serta kesehatan lingkungan.
5. Sebagai suatu instansi yang relatif besar dan dihormati di lingkungan sekitarnya.
6. Sebagai pusat sumberdaya untuk jaringan rujukannya.
Beberapa hasil penelitian tentang PKRS menunjukkan bahwa pelayanan
PKRS belum teralisasikan Fizran (1998) dalam survey yang telah dilakukan di
Rumah Sakit Dr. Achmad Muchtar Bukit Tinggi, dari 94 orang responden yang
diketahui hanya 27 orang (28,72%) yang pernah mendapat pendidikan tambahan
tentang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit, sedangkan yang lainnya atau
sebanyak 71,28% menyatakan belum pernah mendapat pendidikan tambahan tentang
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Hartati (2004) tentang Gambaran
Pelaksanaan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit di Rumah Sakit Dr.
Sardjito Yogyakarta yaitu tahap masukan dan proses, kegiatan penyuluhan belum
optimal, karena komitmen belum terlaksana oleh seluruh jajaran rumah sakit, sarana
sesuai standar PKRS Depkes, tetapi bukan milik unit PKRS, ketiadaan tenaga terlatih,
proses pelaksanaan kegiatan PKRS tidak sesuai dengan perencanaan, serta adanya
media elektronik yang mengalami gangguan.
Begitu juga dalam penelitian yang dilakukan oleh Suryana (2010) di Rumah
Sakit Umum Daerah Liwa Kabupaten Lampung Barat yang menyatakan bahwa
kegiatan penyuluhan hanya berupa penyuluhan langsung berupa konseling antara
petugas dan pasien / keluarga pasien. Belum terbentuknya organisasi PKRS, sarana
yang ada belum sesuai standar Depkes, kegiatan yang dilaksanakan belum terprogram
dan terencana, belum ada tenaga terlatih, dan pembiayaan juga belum dianggarkan.
Di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura memang Promosi Kesehatan
Rumah Sakit (PKRS) telah dilaksanakan sejak lama, hanya saja petugas kesehatan
yang melaksanakan pelayanan kesehatan terutama tenaga para medis belum
sistematis dan belum terkoordinasi secara baik dan terarah, melainkan hanya
berdasarkan minat dan kesempatan yang dimiliki oleh beberapa petugas tertentu saja.
Tim koordinasi Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) yang dibentuk mempunyai
tujuan meningkatkan pelayanan kesehatan yang paripurna. Namun dalam
pelaksanaannya masih ditemukan masalah-masalah antara lain tugas penyuluhan
yang dirasakan oleh sebagian petugas kesehatan masih belum melekat pada tugas
Selain itu, pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura
terdapat tiga jenis rawat inap yaitu rawat inap umum, rawat inap ASKES, dan rawat
inap JAMKESMAS. Jumlah kunjungan pasien ini masing-masing adalah sebagai
berikut, pasien rawat inap umum sebanyak 1.103 orang, pasien rawat inap ASKES
sebanyak 352 orang, dan pasien rawat inap JAMKESMAS sebanyak 1.343 orang,
sehingga total keseluruhan kunjungan pasien rawat inap adalah 2.798 orang selama
tahun 2010. Begitu juga dengan penyakit terbanyak pasien rawat inap umum terdapat
penyakit demam thypoid sebanyak 487 orang, penyakit rawat inap ASKES terdapat
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sebanyak 37 orang, penyakit rawat inap JAMKESMAS terdapat penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sebanyak 134 orang selama tahun 2010, dari data tersebut dapat dikatakan bahwa dengan tingginya
jumlah pasien yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura, program
Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) masih kurang terlaksana.
Berkaitan dengan hal diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti pelaksanaan
dan pengorganisasian Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) di Rumah Sakit
Umum Daerah Tanjung Pura yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan di ruang
rawat inap.
1.2.Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Perilaku Petugas
Rawat InapTerhadap Pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) di RSUD
1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana Gambaran Perilaku petugas Rawat Inap Dalam
Pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) di RSUD Tanjung Pura
Kabupaten Langkat.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengetahuan petugas kesehatan dalam pelaksanaan
Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).
2. Untuk mengetahui sikap petugas kesehatan dalam pelaksanaan Promosi
Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).
3. Untuk mengetahui tindakan petugas kesehatan dalam pelaksanaan Promosi
Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).
1.4. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam merencanakan,
meningkatkan dan mengembangkan pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah
Sakit (PKRS) di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan
keterampilan petugas Rawat Inap dalam pelaksanaan Promosi Kesehatan
Rumah Sakit (PKRS) di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura.
3. Dapat menambah wawasan penulis dalam penulisan ilmiah tentang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Perilaku
Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta
interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,
sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang
individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon
ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan: berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif
(melakukan tindakan) (Sarwono, 1993).
Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu
sendiri, yang mempunyai bentangan yang sangat luas mencakup berjalan, berbicara,
bereaksi, berpikir, persepsi dan emosi. Perilaku juga dapat diartikan sebagai aktifitas
organisme, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung
(Notoatmodjo, 2007).
Perilaku dan gejala yang tampak pada kegiatan organisme tersebut
dipengaruhi oleh faktor genetik dan hidup terutama perilaku manusia. Faktor
keturunan merupakan konsep dasar atau modal untuk perkembangan perilaku
makhluk hidup itu selanjutnya, sedangkan lingkungan merupakan kondisi atau lahan
untuk perkembangan perilaku tersebut.
2.1.2.Bentuk-Bentuk Perilaku
Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat
luas. Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2007) seorang ahli psikologi pendidikan
(cognitive domain), ranah afektif (affective domain) dan ranah psikomotor (psychomotor domain), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan
tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku
tersebut yang terdiri dari:
1. Pengetahuan peserta terhadap materi pendidikan yang diberikan (knowledge). 2. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan
(attitude).
3. Praktik atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan
materi pendidikan yang diberikan (practice).
Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2007), seorang ahli psikologi
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus (rangsangan dari luar). Berdasarkan rumus teori Skinner tersebut maka
perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Perilaku tertutup (covert behavior)
Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat
diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam
bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus
yang bersangkutan.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus sudah berupa tindakan,
Dari penjelasan di atas dapat disebutkan bahwa perilaku itu terbentuk di dalam
diri seseorang dan dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu :
1. Faktor eksternal, yaitu stimulus yang merupakan faktor dari luar diri seseorang.
Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan, baik lingkungan fisik,
maupun non-fisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi maupun politik.
2. Faktor internal, yaitu respon yang merupakan faktor dari dalam diri seseorang.
Faktor internal yang menentukan seseorang merespon stimulus dari luar dapat
berupa perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti dan sebagainya.
Dari penelitian-penelitian yang ada faktor eksternal merupakan faktor yang
memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk perilaku manusia karena
dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya dimana seseorang itu berada (Notoatmodjo,
2007).
Dengan demikian kita juga dapat menyimpulkan bahwa banyak perilaku yang
melekat pada diri manusia baik secara sadar maupun tidak sadar.Salah satu perilaku
yang penting dan mendasar bagi manusia adalah perilaku kesehatan.Becker(1979),
membuat suatu konsep tentang perilaku dalam 3 kelompok yaitu:
2.1.3. Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan menurut Skinner dalam Notoatmodjo adalah suatu respon
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman dan
lingkungan.(Notoatmodjo, 2007).
Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2007), membuat klasifikasi tentang
1. Perilaku Hidup Sehat
Perilaku Hidup Sehat adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan
seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya yang
mencakup antara lain:
a. Makan dan menu seimbang (appropriate diet) b. Olahraga teratur
c. Tidak merokok
d. Tidak minum-minuman keras dan narkoba
e. Istirahat yang cukup
f. Mengendalikan stress
g. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya tidak
berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks.
2. Perilaku sakit (IIInes behaviour)
Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit,
persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang : gejala dan penyebab penyakit,
dan sebagainya.
3. Perilaku peran sakit (the sick role behaviour)
Orang sakit (pasien) mempunyai hak dan kewajiban sebagai orang sakit,yang
harus diketahui oleh orang sakit itu sendiri maupun orang lain (terutama
keluarganya). Perilaku ini disebut perilaku peran sakit (the sick role) yang meliputi:
b. Mengenal / mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan/penyembuhan penyakit
yang layak.
c. Mengetahui hak (misalnya : hak memperoleh perawatan, memperoleh
pelayanan kesehatan, dan sebagainya) dan kewajiban orang sakit
(memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama kepada
dokter/petugas kesehatan, tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain,
dan sebagainya).
Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu
pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan
contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para petugas
terutama petugas kesehatan dan diperlukan juga undang-undang kesehatan untuk
memperkuat perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2003).
2.1.4. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Perilaku Kesehatan.
Menurut Green dalam Notoatmodjo (2005), membedakannya dua determinan
masalah kesehatan yakni behavioral causes (faktor perilaku) dan non behavioral causes (faktor non perilaku) dan bahwa faktor perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama yaitu :
1. Faktor–faktor predisposisi (predisposing factors) yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain
pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi dan kemampuan,
hal ini menyangkut motivasi seseorang individu atau kelompok untuk bertindak
dalam domain psikologi, ini termasuk dalam domain kognitif dan efektif yaitu
atau rasa mujarab, dapat dikatakan bahwa faktor predisposisi sebagai motivasi,
hasrat atau pilihan pada individu atau kelompok yang dapat membawa kepada
tindakan yang spesifik.
2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factor) adalah faktor – faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan yang dimaksud
oleh faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya
perilaku kesehatan.
3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factor).
Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan
memperoleh dukungan atau tidak.Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku
tokoh masyarakat (toma) sikap dan perilaku para petugas termasuk para petugas
kesehatan.
Menurut Notoatmodjo (2003) termasuk juga disini adalah undang-undang,
peraturan-peraturan, baik pusat maupun daerah, yang terkait dengan kesehatan
untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu
pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja melainkan diperlukan
perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama dan para
petugas terutama petugas kesehatan dan diperlukan juga undang-undang
kesehatan untuk memperkuat perilaku tersebut.
2.1.5. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain
hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari
pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.
Jumlah dan jenis proses kognitif tetap sama seperti dalam taksonomi yang
lama, hanya kategori analisis dan evaluasi ditukar urutannya dan kategori sintesis kini
dinamai membuat (create).Seperti halnya taksonomi yang lama, taksonomi yang baru secara umum juga menunjukkan penjenjangan, dari proses kognitif yang sederhana ke
proses kognitif yang lebih kompleks. Namun demikian penjenjangan pada taksonomi
yang baru lebih fleksibel sifatnya. Artinya, untuk dapat melakukan proses kognitif
yang lebih tinggi tidak mutlak disyaratkan penguasaan proses kognitif yang lebih
rendah.
1. Menghafal (Remember): menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses kognitif yang paling rendah tingkatannya. Untuk mengkondisikan agar “mengingat” bisa menjadi
bagian belajar bermakna, tugas mengingat hendaknya selalu dikaitkan dengan
aspek pengetahuan yang lebih luas dan bukan sebagai suatu yang lepas dan
terisolasi. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif: mengenali
(recognizing) dan mengingat (recalling).
2. Memahami (Understand): mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, mengaitkan informasi yang baru dengan
pengetahuan yang telah dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru
ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa. Karena penyususn skema
adalah konsep, maka pengetahuan konseptual merupakan dasar pemahaman.
memberikan contoh (exemplifying), mengkelasifikasikan (classifying), meringkas (summarizing), menarik inferensi (inferring), membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining).
3. Mengaplikasikan (Applying): mencakup penggunaan suatu prosedur guna
menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Oleh karena itu mengaplikasikan
berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Namun tidak berarti bahwa kategori
ini hanya sesuai untuk pengetahuan prosedural saja. Kategori ini mencakup dua
macam proses kognitif: menjalankan (executing) dan mengimplementasikan
(implementing).
4. Menganalisis (Analyzing):menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke
unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur
tersebut dan struktur besarnya. Ada tiga macam proses kognitif yang tercakup
dalam menganalisis: membedakan (differentiating), mengorganisir (organizing), dan menemukan pesan tersirat (attributting). (Widodo, 2006)
Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain :
1. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain
agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi
pendidikan seseorang maka makin mudah pula bagi mereka untuk menerima
informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang mereka
miliki.
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan
pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
3. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan aspek fisik dan
psikologis (mental), dimana aspek psikologis ini taraf berpikir seseorang semakin
matang dan dewasa.
4. Minat
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap
sesuatu.Minat menjadikan sesorang untuk mencoba menekuni suatu hal dan pada
akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
5. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu baik dari
dalam dirinya ataupun dari lingkungannya.Pada dasarnya pengalaman mungkin
saja menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi individu yang melekat menjadi
pengetahuan pada individu secara sabjektif.
6. Informasi
Kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi dapat membantu
mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru. (Suryani, E.
2.1.6. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari
merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
Selain bersifat positif atau negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang
berbeda-beda (sangat benci, agak benci, dsb). Sikap itu tidaklah sama dengan
perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab sering kali terjadi
bahwa seseorang memperhatikan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap
dapat berubah dengan diperoleh tambahan informasi tentang objek tersebut melalui
persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono, 1993). Adapun ciri – ciri
sikap adalah sebagai berikut:
1. Sikap itu dipelajari(learnability)
Sikap merupakan hasil belajar. Ini perlu dibedakan dari motif – motif psikologi
lainnya, misalnya : lapar, haus, nyeri adalah motif psikologis yang tidak dipelajari,
sedangkan pilihan kepada makanan eropa adalah sikap. Beberapa sikap
dipelajaritidak disengaja atau tanpa kesadaran sebagai individu. Mungkin saja yang
terjadi adalah mempelajari sikap denga sengaja bila individu mengerti bahwa hal
tersebut akan membawa lebih baik untuk dirinya sendiri, membantu tujuan kelompok
2. Memiliki kestabilan (stability)
Sikap yang bermula dari dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat, tetap dan
stabil melalui pengalaman.Misalnya pengalaman terhadap suka atau tidak suka terhadap warna tertentu (spesifik) yang sifatnya berulang – ulang.
3. Personal Societal Significance
Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dengan orang lain dan juga antara
orang dan barang atau situasi. Jika seseorang merasa bahwa orang lain
menyenangkan, terbuka dan hangat, maka ini sangat berarti bagi dirinya dan dia akan
merasa bebas dan nyaman.
4. Berisi Kognitif dan Affecty
Komponen kognitif dari sikap adalah berisi informasi yang aktual, misalnya
objek itu dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan.
5. Approach – Avoidence Directionality
Bila seseorang memiliki sikap yang mudah beradaptasi terhadap sesuatu objek,
mereka akan mendekati dan membantunya, sebaliknya bila seseorang memiliki sikap
yang susah beradaptasi maka mereka akan menghindarinya. (Ahmadi, 1999). Selanjutnya ciri – ciri sikap menurut WHO adalah sebagai berikut :
1. Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling)
Hasil pemikiran dan perasaan seseorang, atau lebih tepat diartikan pertimbangan –
pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus, dan merupakan modal untuk
bertindak dengan pertimbangan untung – rugi, manfaat serta sumberdaya yang
2. Adanya orang lain yang menjadi acuan (personnal references) merupakan faktor penguat sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi tetap mengacu pada
pertimbangan – pertimbangan individu.
3. Sumber daya (resurces) yang tersedia merupakan pendukung untuk bersikap positif atau negatif terhadap objek atau stimulus tertentu dengan pertimbangan
kebutuhan dari pada individu tersebut.
Sosial budaya (culture) berperan besar dalam mempengaruhi pola pikir seseorang untuk bersikap terhadap objek / stimulus tertentu. (Notoatmojo,2005)
Sikap mempunyai tiga komponen pokok, seperti yang dikemukakan Allport
(1954) dalam Notoatmodjo (2007), yaitu :
1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan
sikap, yaitu:
1. Menerima (receiving) artinya bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek.
3. Menghargai (valuing) yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga
(kecenderungan untuk bertindak).
4. Bertanggung jawab (responsible) yaitu yang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang
paling tinggi.
Ciri-ciri sikap adalah :
1. Sikap seseorang tidak dibawa sejak lahir, tetapi harus dipelajari selama
perkembangan hidupnya.
2. Sikap itu tidak semata-mata berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan dengan
suatu objek, pada umumnya sikap tidak berkenaan dengan suatu objek saja,
melainkan juga dapat berkenaan dengan deretan-deretan objek yang serupa.
3. Sikap, pada umumnya mempunyai segi-segi motivasi dan emosi, sedangkan pada
kecakapan dan pengetahuan hal ini tidak ada.
Sedangkan fungsi sikap dibagi menjadi empat golongan, yaitu :
1. Sikap sebagai alat untuk menyesuaikan diri.
Sikap adalah sesuatu yang bersifat comunicable, artinya suatu yang mudah menjalar, sehingga menjadi mudah pula menjadi milik bersama. Sikap bisa
menjadi rantai penghubung antara orang dengan kelompoknya atau dengan
anggota kelompoknya.
2. Sikap sebagai alat pengatur tingkah laku.
Pertimbangan antara perangsang dan reaksi pada anak dewasa dan yang sudah
secara spontan, akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai
perangsang-perangsang itu.
3. Sikap sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman.
Manusia didalam menerima pengalaman-pengalaman dari luar sikapnya tidak
pasif, tetapi diterima secara aktif, artinya semua berasal dari dunia luar tidak
semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana-mana yang perlu
dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi, semua pengalaman diberi penilaian lalu
dipilih.
4. Sikap sebagai pernyataan kepribadian.
Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang, ini disebabkan karena sikap tidak
pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya oleh karena itu dengan melihat
sikap-sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi
orang tersebut. Sikap merupakan pernyataan pribadi (Notoatmodjo, 2007).
2.1.7. Tindakan (practice)
Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk terbentuknya suatu sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain
fasilitas. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain didalam tindakan atau praktik (Notoatmodjo, 2007).
Tingkatan-tingkatan praktik itu adalah :
1. Persepsi (perception) yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan
2. Respon terpimpin (guided response) adalah bila seseorang dapat melakukan
sesuatu sesuai urutan yang benar.
3. Mekanisme (mechanism) adalah apabila seseorang melakukan sesuatu dengan
benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.
4. Adaptasi (adaptation) adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang
dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran
tindakan tersebut.
2.2. Penyuluhan Kesehatan 2.2.1.Pengertian
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan dari berbagai kegiatan yang
berdasarkan prinsip belajar untuk mencapai keadaan dimana individu, keluarga atau
masyarakat ingin hidup sehat, menegtahui caranya, melaksanakan apa yang bisa
mereka kerjakan dan bila perlu mencari pertolongan. Jadi tujuan penyuluhan
kesehatan adalah perubahan perilaku.
2.2.2.Promosi KesehatanRumah Sakit
Promosi Kesehatan Rumah Sakit adalah upaya Rumah Sakit untuk
meningkatkan kemampuan pasien, klien, dan kelompok-kelompok masyarakat, agar
pasien dapat mandiri dalam mempercepat penyembuhan dan rehabilitasinya, klien
dan kelompok-kelompok masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan,
mencegah masalah-masalah kesehatan, dan mengembangkan upaya kesehatan
masyarakat sesuai sosial budaya mereka, dan didukung oleh kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan (Kemenkes, 2011).
Promosi kesehatan dikembangkan untuk membantu pasien dan keluarganya
untuk bisa menangani kesehatannya, hal ini merupakan tanggung jawab bersama
yang berkesinambungan antara dokter dan pasien atau petugas kesehatan dengan
pasien dan keluarganya. Selain itu efektivitas suatu pengobatan dipengaruhi juga oleh
pola pelayanan masyarakat yang ada, sikap dan keterampilan para pelaksananya serta
lingkungan, sikap dan pola hidup pasien serta keluarganya.
Promosi Kesehatan Rumah Sakit dimulai sejak pasien masuk Rumah Sakit
atau sejak ia berinteraksi dengan tenaga kesehatan, pengalaman pertama pasien
tersebut sangat mempengaruhi kesuksesan Program Promosi Kesehatan Rumah Sakit.
Promosi kesehatan di Rumah Sakit berusaha menggugah kesadaran dan minat pasien
serta keluarganya untuk berperan serta secara positif dalam usaha penyembuhan dan
pencegahan penyakit. Karena itu promosi kesehatan merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari program pelayanan Rumah Sakit. PKRS di beberapa Rumah Sakit
memang sudah dilaksanakan sejak lama, namun dalam pelaksanaannya tidak
sistematik dan tidak terorganisir secara terarah melainkan hanya berdasarkan minat
dan kesempatan yarg dimiliki oleh beberapa petugas tertentu saja (Hartono, 2010).
Rumah sakit sebagai suatu institusi pelayanan kesehatan juga melakukan
upaya kesehatan dengan melakukan pendekatan pemeliharaan, promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif. Oleh karena itu, tugas rumah sakit dalam memberikan
pelayanan medik dan penunjang medik tidak dapat dibatasi hanya terutama untuk
ditekankan pada aspek kuratif dan rehabilitatif, telah berdampak pada elitisme rumah
sakit sebagaimana berikut ini :
1. Rumah sakit menjadi organisasi pasif menunggu sampai datangnya pasien, tanpa
harus peduli masalah kesehatan yang terjadi diluar dindingnya. Keadaan
menunggu ini mengakibatkan rumah sakit sulit bereaksi terhadap perubahan.
2. Rumah sakit hanya memberikan pelayanan individual yang sesaat, tanpa
memperhatikan dampak dari pelayanan yang bersifat demikian pada masyarakat.
3. Rumah sakit tidak termasuk sebagai bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan setempat.
4. Rumah sakit tidak memiliki wilayah cakupan kerja definitif. Akibatnya
mempersulit penyusunan strategi dan rencana kerjanya, sehingga tidak
memungkinkan untuk membina fasilitas kesehatan yang ada dibawahnya secara
efektif dan terarah.
5. Rumah sakit menjadi rentan dan rapuh terhadap perubahan, karena tidak pernah
memikirkannya dan terlalu bergantung pada subsidi.
6. Rumah sakit akan ditinggalkan oleh masyarakat, karena tidak dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan yang mereka harapkan.
7. Merasa tidak ada saingan, maka rumah sakit akan sulit menghadapi era pasar
bebas ekonomi (Fizran, 1998).
Berbagai reaksi baik pro maupun kontra muncul terhadap promosi kesehatan
Rumah Sakit antara lain kegiatan pelayanan demikian padat sehingga tidak ada
dapat berkembang di Rumah Sakit apabila ada pengertian dan kemauan pengelola dan
penyelenggaranya.
Beberapa unsur penunjang yang diperlukan agar program Promosi Kesehatan
Rumah Sakit (PKRS) dapat dilaksanakan sebaik-baiknya adalah:
1. Kesepakatan konsep
2. Kebijaksanaan yang menunjang
3. Tenaga
4. Sumber daya
5. Teknologi
6. Pengelolaan
Untuk mengembangkan Promosi KesehatanRumah Sakit (PKRS) ditempuh
pendekatan 3 tahap.
1. Tahap Satu
Penyuluhan melalui contoh-contoh :
I. Rumah Sakit :
a. Gedung
b. Lingkungan
c. Informasi yang cukup
II. Petugas :
a. Penampilan bersih dan rapih
b. Sikap simpatik
2. Tahap dua
Penyuluhan melalui media :
a. Poster
b. Kaset audio / video
3. Tahap tiga
Penyuluhan melalui interaksi langsung antara petugas dan pasien.
2.2.3. Peluang Promosi Kesehatan Oleh Rumah Sakit
Menurut Buku Petunjuk Pelaksanaan Teknis PKRS oleh Depkes (2003)
secara umum begitu banyak kesempatan yang dapat digunakan dalam
mempromosikan kesehatan oleh Rumah Sakit, yaitu:
1. Di dalam gedung
Hal ini dapat dilaksanakan sejalan dengan pelayanan yang dilaksanakan oleh
rumah sakit, upaya promosi kesehatn yang dapat dilaksanakan di dalam gedung
diantaranya:
a. PKRS di ruang pendaftaran/administrasi, yaitu dimana di ruang pasien/klien
harus melapor atau mendaftar sebelum mendapat pelayanan.
b. PKRS dalam pelayanan Rawat Jalan bagi pasien, yaitu di
poliklinik-poliklinik, seperti di poliklinik anak, mata, bedah, penyakit dalam, obstetri
dan ginekologi, dan lain-lain.
c. PKRS dalam pelayanan Rawat Inap bagi pasien, yaitu di ruang-ruang rawat
d. PKRS dalam pelayanan Penunjang medik bagi pasien, yaitu di pelayanan
obat/apotik, pelayanan laboraorium, dan pelayanan rehabilitasi medik,
termasuk di kamar mayat.
e. PKRS dalam pelayanan bagi klien (orang sehat), yaitu pelayanan KB,
konseling gizi, bimbingan senam, pemeriksaan kesehatan (check up), konseling kesehatan jiwa, konseling kesehatan remaja, dan lain-lain.
2. Di luar gedung
Promosi kesehatan oleh Rumah Sakit dapat pula dilaksanakan dikawasan luar
gedung Rumah sakit, yaitu diantaranya:
a. PKRS di tempat parkir, yaitu pemanfaatan ruang yang ada di
lapangan/gedung parkir sejak dari bangunan gardu parkir sampai ke
sudut-sudut lapangan/gedung parkir.
b. PKRS di taman Rumah Sakit, yaitu baik taman-taman yang ada di depan,
samping/sekitar maupun di dalam/halaman Rumah Sakit.
c. PKRS di dinding luar Rumah Sakit.
d. PKRS di kantin/toko-toko/warung/kios-kios yang ada di depan Rumah Sakit.
e. PKRS di tempat ibadah yang tersedia di Rumah Sakit (misalnya mesjid atau
mushalla)
f. PKRS di pagar pembatas kawasan Rumah Sakit (Depkes, 2003).
2.2.4. Pendukung Dalam Pelaksanaan PKRS
Dalam terwujudnya sebuah promosi kesehatan oleh rumah sakit yang berhasil,
menurut buku panduan petunjuk teknis pelaksanaan PKRS dibutuhkan aspek
1. Metode dan Media
Pada prinsipnya metode yang digunakan adalah komunikasi.Diperlukan
pemilihan metode yang cermat dengan mempertimbangkan kemasan informasinya,
keadaan penerima informasi (termasuk kemampuan baca tulis dan social budayanya)
dan kondisi ruang serta waktu.Kesemua faktor harus mendapat pertimbangan yang
matang sebelum upaya promosi kesehatan dilaksanakan.
2. Sumber Daya yang memadai
Sumber daya yang paling utama dalam penyelenggaraan PKRS adalah tenaga
(Sumber Daya Manusia atau SDM), baru kemudian sarana dan prasarana termasuk
media komunikasi dan dana/ anggaran.
Sumber daya manusia utama yang dibutuhkan dalam PKRS ini meliputi
semua petugas rumah sakit yang melayani pasien/klien (dokter, perawat, bidan dan
lain-lain), dan tenaga khusus promosi kesehatan (pejabat fungsional Penyuluh
Kesehatan Masyarakat).
Sebelum melaksanakan PKRS sebaiknya semua sumber daya manusia yang
ada diberikan keterampilan dasar secara khusus seperti pengetahuan dan keterampilan
konseling. Standarnya berdasarkan Kepmenkes No. 11 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah disebutkan bahwa tenaga khusus
promosi kesehatan untuk Rumah Sakit adalah sebagai berikut :
1. S1 kesehatan/ Kesehatan Masyarakat sebanyak 1 oranguntuk membantu petugas
2. D3 kesehatan ditambah minat & bakat di bidang promosi kesehatan sebanyak 2
orang untuk membantu/ memfasilitasi pelaksanaan pemberdayaan, bina suasana
dan advokasi.
Sedangkan untuk standar sarana/ peralatan PKRS dibutuhkan :
1. Over Head Projector (OHP) 2. Amplifier & wireless microphone
3. Layar yang dapat digulung
4. Kamera foto
5. Cassette recorder / player
6. TV disetiap ruang tunggu & ruang promosi kesehatan
7. VCD / DVD playerdi tiap ruang tunggu & ruang promosi kesehatan
8. Computer & printer
9. Laptop & LCD projector untuk presentasi
10.Gadgets kelengkapan laptop untuk presentasi (Sangkot, 2008).
1.3. Strategi
Strategi yang dipakai saat ini adalah :
1. Memanfaatkan forum koordinasi baik lintas sektoral maupun lintas program.
2. Menetapkan wadah koordinasi PKRS dalam struktur Organisasi Rumah Sakit.
3. Menyelenggarakan kegiatan penyuluhan di satuan-satuan kerja Rumah Sakit.
4. Mengupayakan dana untuk pembangunan program.
5. Menyusun tugas, wewenang dan tanggung jawab pengelola Penyuluhan
6. Menyusun pedoman / petunjuk pelaksanaan Penyuluhan Kesehatan
Masyarakat Rumah Sakit (PKRS)
2.4. Standar Promosi Kesehatan Rumah Sakit
Menurut WHO, 1998 yang menjadi standar Rumah Sakit Promotor Kesehatan
(Health Promoting Hospital) adalah sebagai berikut :
1. Standar 1 Kebijakan Manajemen
Organisasi Rumah Sakit memiliki kebijakan tertulis mengenai promosi
kesehatan.Kebijakan ini diimplementasikan sebagai bagian dari keseluruhan sistem
perbaikan kualitas organisasi, yang bertujuan untuk memperbaiki dampak
kesehatan.Kebijakan ini ditujukan bagi pasien, masyarakat umum dan staf.
Tujuan :
Adanya dukungan kebijakan untuk pelaksanaan PKRS sebagai bagian dari
integral peningkatan kaulitas manajemen organisasi.
Elemen :
1. Rumah Sakit memiliki kebijakan tertulis tentang PKRS.
2. Rumah Sakit membentuk unit kerja PKRS.
3. Rumah Sakit memiliki tenaga pengelola PKRS.
4. Rumah Sakit memiliki alokasi anggaran untuk pelaksanaan PKRS.
5. Rumah Sakit memiliki perencanaan PKRS secara berkala.
6. Rumah Sakit memiliki sarana/peralatan untuk pelaksanaan PKRS.
7. Rumah Sakit mensosialisasikan PKRS di seluruh jajaran Rumah Sakit.
9. Rumah Sakit melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PKRS.
2. Standar 2 Kajian Kebutuhan Masyarakat Rumah Sakit
Rumah Sakit melakukan kajian tentang kebutuhan Promosi Kesehatan untuk
pasien, keluarga pasien, pengunjung rumah sakit dan masyarakat sekitarrumah sakit.
Tujuan :
Diperolehnya gambaran tentang informasi yang dibutuhkan pasien, keluarga
pasien, pengunjugn serta masyarakat sekita rumah sakit sebagai dasar pelaksanaan
Promosi Kesehatan.
Elemen :
1. Rumah sakit memiliki instrument kajian kebutuhan informasi dari pasien,
keluarga pasien, pengunjung rumah sakit, dan masyarakat sekitar rumah sakit,
serta media komuikasi yang sesuai untuk mereka.
2. Rumah sakit melakukan kajian kebutuhan informasi dari pasien, keluarga pasien,
pengunjung rumah sakit, dan masyarakat sekitar rumah sakit, serta media
komunikasi yang sesuai untuk mereka.
3. Rumah sakit memiliki rumusan informasi yang dibutuhkan pasien, keluarga
pasien, pengunjung rumah sakit, dan masyarakat sekitar rumah sakit, serta media
komunikasi yang sesuai untuk mereka.
3. Standar 3 Pemberdayaan Masyarakat Rumah Sakit
Rumah sakit menjamin adanya upaya pemberdayaan masyarakat yang
merupakan salah satu program melalui kegiatan Promosi Kesehatan di Rumah sakit.
Meningkatnya daya dan peran serta masyarakat rumah sakit dalam mencegah
dan atau mengatasi masalah kesehatan yang dihadapinya.
Elemen :
1. Rumah sakit mewajibkan para petugas rumah sakit melakukan pemberdayaan
masyarakat selama bertugas dalam aspek-aspek kuratif, rehabilitative, preventif,
dan promotif.
2. Rumah sakit menyediakan akses di setiap unit pelayanan untuk merespon
kebutuhan informasi pasien, keluarga pasien, pengunjung rumah sakit dan
masyarakat sekitar rumah sakit.
3. Rumah sakit berperan aktif dalam memberdayakan masyarakat di sekitar rumah
sakit melalui pengorganisasian masyarakat.
4. Standar 4 Rumah Sakit Melaksanakan Bina Suasana Untuk Mendukung Kegiatan Pemberdayaan
Rumah sakit menjamin tempat kerja yang aman, bersih dan sehat.Oleh karena
itu rumah sakit memastikan upaya-upaya yang menyangkut kebersihan dan
kelengkapan sarana dan prasarana yang ada untuk melaksanakan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS).
Tujuan :
Rumah sakit menciptakan suasana yang kondusif agar pasien, keluarga pasien,
pengunjung, dan masyarakat sekitar rumah sakit untuk mau dan mampu berperilaku
hidup bersih dan sehat.
1. Rumah sakit memanfaatkan ruangan dan halaman rumah sakit untuk
memasang/menayangkan berbagai media komunikasi.
2. Rumah sakit memanfaatkan individu/kelompok di luar rumah sakit untuk bina
suasana.
3. Rumah sakit memanfaatkn media massa untuk bina suasana.
5. Kemitraan
Rumah sakit menggalang kemitraan dengan sector lain, dunia usaha dan
swasta lainnya dalam upaya meningkatkan pelaksanaan PKRS baik di dalam maupun
di luar gedung.
Tujuan :
Terjalin kerjasama dengan mitra terkait untuk optimalisasi pelaksanaan
kegiatan PKRS.
Elemen :
1. Rumah sakit mengidentifikasi mitra potensial dalam rangka menggalang
kemitraan berkaitan dengan pelaksanaan promosi kesehatan.
2. Rumah sakit mempunyai jejaring kemitraan dengan sektor lain, dunia usaha dan
swasta lainnya.
3. Rumah sakit melaksanakan program kerjasama kemitraan dengan sektor lain,
6. Standar 6 Rumah Sakit Yang Mewujudkan Tempat Kerja Sehat
Rumah sakit mewujudkan lingkungan tempat kerja/pelayanan yang aman,
bersih dan sehat, serta menjamin kecukupan sarana dan prasarana untuk berperilaku
hidup bersih dan sehat.
Tujuan :
Terwujudnya tempat kerja yang aman, bersih dan sehat bagi masyarakat
rumah sakit.
Elemen :
1. Rumah sakit menjamin terjaganya keamanan, kebersihan, dan kesehatan
lingkungan rumah sakit.
2. Rumah sakit menyediakan sarana dan prasarana untuk menjaga kebersihan dan
kesehatan lingkugan secara memadai.
3. Rumah sakit dinyatakan sebagai kawasan tanpa rokok serta diterapkan
2.5. Kerangka Konsep
Berdasarkan teori bagan kerangka konsep dapat dilihat berikut ini :
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep diatas menggambarkan bahwa adanya karakteristik yang
trdiri daeri pengetahuan, sikap, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, serta gaji
yang akan mempengaruhi pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) di
Rumah sakit Umum Daerah Tanjung Pura kabupaten Langkat
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bersifat kuantitatif yang
bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku petugas kesehatan dalam pelaksanaan
Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) di Rumah sakit Umum Daerah Tanjung
Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura
Kabupaten Langkat.
Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah:
1. Adanya program Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit.
2. Belum pernah dilakukan penelitian sejenis dilokasi tersebut.
3. RSUD Tanjung Pura merupakan salah satu rumah sakit dengan jumlah pasien
3.2.2.Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2011 – Juli 2012.
3.3. Populasi Dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas rawat inap di Rumah
Sakit Umum Daerah Tanjung Pura yang melaksanakan program Promosi kesehatan
masyarakat di rumah sakit, sebanyak 71 orang.
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah petugas rawat inap di RS Tanjung pura
yaitu sebanyak 71 orang.
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data primer
Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara langsung dengan
responden dengan menggunakan alat bantu kuesioner tentang Gambaran perilaku
petugas rawat inap dalam pelaksanaan promosi kesehatan Rumah Sakit (PKRS) Di
Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura Kabupaten Langkat.
3.4.2. Data sekunder
Data sekunder diambil berdasarkan catatan atau dokumen di Rumah Sakit
3.5. Definisi Operasional
1. Umur adalah lama hidup responden berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dinyatakan dalam tahun.
2. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah diikuti oleh
responden dengan memperoleh ijazah yang sah.
3. Pengetahuan adalah hasil tahu responden tentang Promosi Kesehatan Rumah
Sakit (PKRS).
4. Sikap adalah respon yang diberikan oleh responden terhadap Promosi
Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).
5. Sarana dan prasarana adalah ketersedian fasilitas rumah sakit dalam
melaksanakan program Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).
6. Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan program
Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) agar tercapai sesuai dengan yang
dikehendaki.
7. Media adalah suatu alat yang digunakan untuk program Promosi Kesehatan
Rumah Sakit (PKRS) agar informasi itu lebih mudah di terima.
8. Dana adalah biaya yang disediakan untuk suatu keperluan PKRS.
9. Kebijakan adalah pernyataan secara umum, pelaksanaan yang digunakan
sebagai pedoman dan pertimbangan untuk membuat keputusan dalam Promosi
Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).
10.Tindakan petugas kesehatan dalam Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
3.6. Aspek Pengukuran
Metode pengukuran variable independen dan dependen dalam penelitian ini
dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1.Metode Pengukuran Variabel Independen dan Dependen
Variabel Jumlah
pertanyaan HasilUkur SkalaUkur
Umur 1.Median (< 25Tahun)
Ordinal
2. Median (≥ 25tahun)
Pendidikan 1. Tinggi (S1 dan D3)
Ordinal 2. Rendah (SPK)
Gaji 1. Tinggi (> Rp. 1.200.000) Ordinal 2. Rendah (< Rp. 1.200.000)
Pengetahuan 10
Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis univariat, yaitu analisis yang
menggambarkan secara tunggal variabel-variabel independen dan dependen dalam