• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Perilaku Petugas Rawat Inap Dalam Pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) Di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Perilaku Petugas Rawat Inap Dalam Pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) Di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PERILAKU PETUGAS RAWAT INAP DALAM PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS) DI RUMAH SAKIT

UMUM DAERAH TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT

TAHUN 2012

SKRIPSI

Oleh :

YUSRIDA FADMA LUBIS NIM : 081000195

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

GAMBARAN PERILAKU PETUGAS RAWAT INAP DALAM PELAKSANAAN

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TANJUNG PURA

KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

YUSRIDA FADMA LUBIS NIM : 081000195

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul

GAMBARAN PERILAKU PETUGAS RAWAT INAP DALAM PELAKSANAAN

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TANJUNG PURA

KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2012

Yang dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh :

YUSRIDA FADMA LUBIS NIM. 081000195

Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 6 Agustus 2012 dan Dinyatakan

Telah Memenuhi Syarat untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Dra. Syarifah, MS Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM NIP. 19611219 198708 2 002 NIP. 19671219 199303 1 003

Penguji II Penguji III

Drs. Eddy Syahrial, MS Drs. Alam Bakti Keloko, M.kes NIP. 19590713 198703 1 001 NIP. 19620604 199203 1 001

Medan, September 2012 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

ABSTRAK

Efektivitas daripada suatu pengobatan, selain dipengaruhi oleh pola pelayanan kesehatan yang ada serta oleh sikap dan keterampilan para pelaksanaannya. Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) adalah upaya rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan pasien, klien, dan kelompok-kelompok masyarakat, agar pasien dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan dan mencegah masalah-masalah kesehatan, melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka, serta didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku petugas rawat inap dalam pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) di RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bersifat kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura yang melaksanakan program Promosi kesehatan masyarakat di rumah sakit, sebanyak 71 orang dan sampel dalam penelitian ini adalah petugas rawat inap di RS Tanjungpura yaitu sebanyak 71 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner yang telah disusun sebelumnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan responden tentang PKRS dikategorikan kurang sebanyak 27 orang (38%), sikap responden dikategorikan baik sebanyak 30 orang (42,3%), tindakan responden dikategorikan kurang sebanyak 53 orang (74,6%).

Berdasarkan hasil penelitian maka diperlukannya peningkatan perilaku dari petugas kesehatan melalui peningkatan pengetahuan melalui penataran, pelatihan tentang PKRS, maupun dengan memberikan bacaan-bacaan yang berhubungan dengan PKRS.

(5)

ABSTRACT

The effectiveness of a treatment is not only influenced by the existing pattern of health service but also by the attitude and skills in its implementation. Hospital Health Promotion is an attempt taken by a hospital to improve the ability of patients, clients, and community group that the patients can be independent in improving their health and preventing health problems through learning from, by, for and together in accordance wih their social culture supported by health-oriented public policy.

The purpose of this descriptive quantitative study was to find out the description of how thw health workers working in the in-patient wards behave in the implementation of Hospital Health Promotion at Tanjung Pura General Hospital, Langkat District. The population of this study was all of the 71 health workers who implemented the Community Health Promotion program at Tanjung Pura General Hospital and 71 of them working in the in-patient wards were selected to be the samples/respondents for this study. The data for this study were obtained through questionnaire-based interviews.

The result of thus study showed that 27 respondent (38%) had inadequate knowledge about the Hospital Health Promotion, (42,3%) had good attitude, and 53 respondents, 30 respondents (74,6%) had taken less action.

Therefore, the behavior and knowledge of the health workers needs to be improved through upgrading and training or providing the health workers with literatures related to Hospital Health Promotion.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS DIRI

Nama : Yusrida Fadma Lubis

Tempat/Tanggal Lahir : Padangsidimpuan, 24 Januari 1991

Agama : Islam

Status : Belum menikah

Alamat : Jl. Merpati no. 1D Sopo Indah, Sigulang

Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. TK Al- Musyarrafah Padangsidimpuan : 1995 - 1996

2. SD Negeri 146921 Padangsidimpuan : 1996 - 2002

3. SMP Negeri 5 Padangsidimpuan : 2002 - 2005

4. SMA Negeri 1 Padangsidimpuan : 2005 – 2008

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT serta shalawat dan salam bagi Rasulullah SAW, keluarga dan para sahabatnya karena atas berkat dan rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada wakturahmat-nya. Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Gambaran Perilaku

Petugas Rawat Inap Dalam Pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) Di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura Kabupaten Langkat

Tahun 2012”.

Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini mungkin masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki, maka penulis mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang sifatnya membangun dalam memperkaya materi skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Tukiman, MKM selaku Ketua Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.

3. Ibu Dra. Syarifah, MS selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan petunjuk, saran dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Bapak Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak menyumbangkan waktu dan pikiran untuk penulisan skripsi ini 5. Bapak Drs. Eddy Syahrial, MS dan bapak Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes

sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik serta motivasi kepada peneliti untuk perbaikan skripsi ini.

(8)

7. Seluruh staf pengajar FKM USU serta dosen Peminatan Bagian Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku khususnya yaitu Bapak Drs. Tukiman, MKM., Ibu Lita Sri Andayani, SKM, MKes., Ibu dr. Linda T. Maas, MPH., dan Ibu Dr. Namora Lumongga Lubis, MSc., serta seluruh pegawai FKM USU.

8. Direktur RSUD Tanjung Pura yang telah memberikan izin melakukan penelitian di ruang rawat inap beserta Seluruh staff Rumah Sakit yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian ini.

9. Ayahanda H. Ikhpan Lubis, S.Sos, MM dan Hj. Ibunda Zuraidah, S.Pdi yang dengan sabar dan penuh cinta, perhatian, kasih dan sayang memberikan dukungan moral, spritual dan material hingga penulis bisa menyelesaikan studi di FKM USU.

10.Saudara-sudaraku yang tercinta, kakanda Zulkhairi Lubis, S.kom. dan kakanda Afrizal Fahmi Lubis, ST yang selalu mendukung lewat setiap doa-doa dan motivasinya.

11.Terutama Andre Anda Nasution, SKM yang dengan sabar dan perhatian memberikan dukungan moral, spritual dan material hingga penulis bisa menyelesaikan skripsi.

12.Sahabat-sahabat seperjuanganku tami, dini, Dina, diana, Nana, ika, kak ida, dijah. Terima kasih buat persahabatan, perhatian dan motivasi yang diberikan buat penulis.

13.Abanganda Hamid Rizal Lubis, bang ozi, bang dika, bang budi, bang hengky, bang Andri Siregar, bang Afdal, Terima kasih untuk dukungan dan doa yang kalian berikan.

Semoga Allah SWT melimpahkan karunia dan berkah-Nya pada kita semua. Akhir kata penulis berharap skripsi ini bisa bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Agustus 2012

(9)

DAFTAR ISI

2.1.4Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan... ... 12

2.1.5 Pengetahuan... ... 13

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 36

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 36

3.2.2 Waktu Penelitian ... 36

(10)

3.3.1 Populasi ... 37

3.3.2 Sampel ... 37

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 37

3.5 Definisi Operasional... 37

3.6 Aspek Pengukuran ... 38

3.7 Metode Analisa Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 39

4.1.1 Struktur Organisasi ... 39

4.1.2 Visi... 41

4.1.3 Misi ... 41

4.2 Karakteristik Responden ... 42

4.3 Pengetahuan Responden... 44

4.4 Sikap Responden ... 49

4.5 Tindakan Responden ... 51

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden ... 53

5.2 Pengetahuan Responden... 54

5.3 Sikap Responden ... 58

5.4 Tindakan Responden ... 60

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 64

6.2 Saran... ... 65

(11)

DAFTAR TABEL

TABEL HAL

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 42

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Umur ... 42

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jabatan... 43

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan... 43

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 44 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Pendapatan 44 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Definisi Promosi Kesehatan Rumah Sakit ... 44

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tujuan PKRS ... 45

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Pelaksanaan PKRS ... 45

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Waktu Yang Tepat Melakukan PKRS ... 45

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tempat Kegiatan PKRS ... 46

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Sasaran PKRS ... 46

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Metode Yang Digunakan Dalam PKRS ... 46

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Alat Bantu Yang Diperlukan Dalam PKRS... 47

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dana Untuk PKRS 47 Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kegunaan Alat Bantu ... 48

Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan 48 Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Responden .. 48

Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Sikap Responden ... 49

Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tindakan ... 50

(12)

ABSTRAK

Efektivitas daripada suatu pengobatan, selain dipengaruhi oleh pola pelayanan kesehatan yang ada serta oleh sikap dan keterampilan para pelaksanaannya. Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) adalah upaya rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan pasien, klien, dan kelompok-kelompok masyarakat, agar pasien dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan dan mencegah masalah-masalah kesehatan, melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka, serta didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku petugas rawat inap dalam pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) di RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bersifat kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura yang melaksanakan program Promosi kesehatan masyarakat di rumah sakit, sebanyak 71 orang dan sampel dalam penelitian ini adalah petugas rawat inap di RS Tanjungpura yaitu sebanyak 71 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner yang telah disusun sebelumnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan responden tentang PKRS dikategorikan kurang sebanyak 27 orang (38%), sikap responden dikategorikan baik sebanyak 30 orang (42,3%), tindakan responden dikategorikan kurang sebanyak 53 orang (74,6%).

Berdasarkan hasil penelitian maka diperlukannya peningkatan perilaku dari petugas kesehatan melalui peningkatan pengetahuan melalui penataran, pelatihan tentang PKRS, maupun dengan memberikan bacaan-bacaan yang berhubungan dengan PKRS.

(13)

ABSTRACT

The effectiveness of a treatment is not only influenced by the existing pattern of health service but also by the attitude and skills in its implementation. Hospital Health Promotion is an attempt taken by a hospital to improve the ability of patients, clients, and community group that the patients can be independent in improving their health and preventing health problems through learning from, by, for and together in accordance wih their social culture supported by health-oriented public policy.

The purpose of this descriptive quantitative study was to find out the description of how thw health workers working in the in-patient wards behave in the implementation of Hospital Health Promotion at Tanjung Pura General Hospital, Langkat District. The population of this study was all of the 71 health workers who implemented the Community Health Promotion program at Tanjung Pura General Hospital and 71 of them working in the in-patient wards were selected to be the samples/respondents for this study. The data for this study were obtained through questionnaire-based interviews.

The result of thus study showed that 27 respondent (38%) had inadequate knowledge about the Hospital Health Promotion, (42,3%) had good attitude, and 53 respondents, 30 respondents (74,6%) had taken less action.

Therefore, the behavior and knowledge of the health workers needs to be improved through upgrading and training or providing the health workers with literatures related to Hospital Health Promotion.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan Nasional dengan arah dan strategi pelaksanaannya

dijabarkan dalam Sistem Kesehatan nasional yaitu bahwa tujuan Sistem Kesehatan

Nasional adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi

bangsa, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah secara sinergis, berhasil guna

dan berdaya guna, sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya Depkes, 2005).

Di masa lampau sistem kesehatan lebih banyak berorientasi pada penyakit,

yaitu hanya menunggu sampai ada yang sakit, barulah kemudian yang bersangkutan

diberi pengobatan. Dalam keadaan yang memerlukan sisakit yang di rawat di rumah

sakit. Sesudah sembuh dipulangkan kembali kepada keluarganya. Seringkali mereka

sakit kembali, ditimpa oleh penyakit yang sama, sehingga yang bersangkutan dirawat

kembali di rumah sakit. Demikianlah siklus ini berlangsung terus sampai kemudian

disadari, bahwa sebenarnya untuk memelihara kesehatan masyarakat diperlukan suatu

rangkaian usaha yang lebih luas, dimana perawatan dan pengobatan di rumah sakit

hanyalah salah satu bagian kecil saja daripada rangkaian tersebut (Kemenkes, 2011)

Efektivitas daripada suatu pengobatan, selain dipengaruhi oleh pola pelayanan

kesehatan yang ada serta oleh sikap dan keterampilan para pelaksanaannya, juga

sangat dipengaruhi oleh lingkungan, pola hidup dan sikap pasien dan keluarganya.

Selain itu tergantung juga pada kerja sama yang positif antara petugas kesehatan

(15)

penyembuhan daripada pasien yang bersangkutan dan membantu pula peningkatan

kualitas kesehatan masyarakat umumnya (Kemenkes, 2011).

Promosi kesehatan merupakan salah satu upaya yang penting dalam

penyelenggaraan Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Dalam SKN, baik yang disusun

tahun 2004 maupun yang disusun tahun 2009, disebutkan bahwa salah satu

subsistemnya adalah Subsistem Pemberdayaan Masyarakat. Subsistem Pemberdayaan Masyarakat adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya perorangan, kelompok,

dan masyarakat umum di bidang kesehatan secara terpadu dan saling mendukung

guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Tujuan dari Subsistem Pemberdayaan Masyarakat adalah terselenggaranya upaya

pelayanan, advokasi, dan pengawasan sosial oleh perorangan, kelompok, dan

masyarakat di bidang kesehatan secara berhasil guna dan berdayaguna, untuk

menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan (Departemen Kesehatan ; 2004,

2009).

Dalam uraian yang dipetik dari dokumen SKN tersebut, nyata bahwa promosi

kesehatan merupakan upaya yang tepat untuk menyelenggarakan Subsistem

Pemberdayaan Masyarakat. Piagam Ottawa yang dirumuskan dalam Konferensi

Internasional Promosi Kesehatan Pertama di Ottawa, Kanada, tahun 1986 menyatakan bahwa “promosi kesehatan adalah proses memberdayakan masyarakat

agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka” (Notoatmodjo, 2005).

Sedangkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114 / Menkes / SK / VII /

2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah menyatakan bahwa

(16)

melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat

menolong dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya

masyarakat, sesuai social budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang

berwawasan kesehatan (Departemen Kesehatan, 2005).

Pengembangan rumah sakit menjadi suatu organisasi yang sehat melalui

pemberian penyuluhan kesehatan kepada pasien, karyawan rumah sakit, dan

masyarakat, telah menghasilkan reorientasi rumah sakit menjadi rumah sakit

promotor kesehatan (health promoting hospital). Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) berusaha mengembangkan pengertian pasien dan keluarganya tentang

penyakit yang diderita pasien, mencakup hal-hal yang perlu diketahui dan dikerjakan

oleh pasien dan keluarganya untuk membantu penyembuhan dan mencegah terserang

kembali oleh penyakit yang sama. Jadi Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)

berusaha menggugah kesadaran dan minat pasien dan keluarganya untuk berperan

serta secara positif dalam usaha penyembuhan dan pencegahan penyakit. Karena itu

penyuluhan kesehatan haruslah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari program

pelayanan kesehatan di rumah sakit dan bukan merupakan bagian tambahan yang

terlepas (Fizran, 1998)

Mencermati rumusan tersebut di atas, dapat diartikan bahwa Promosi

Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) adalah sebagai berikut. Promosi kesehatan di rumah

sakit adalah upaya rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan pasien, klien, dan

kelompok-kelompok masyarakat, agar pasien dapat mandiri dalam meningkatkan

(17)

oleh, untuk, dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka, serta didukung

kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Hartono, 2010).

Berbagai alasan mengapa rumah sakit dianggap perlu melaksanakan

penyuluhan atau promosi kesehatan, sebagai berikut :

1. Karyawan rumah sakit berada pada posisi yang paling tepat untuk memberikan

penyuluhan kesehatan.

2. Bila dimanfaatkan dengan tepat, maka sistem informasi di rumah sakit akan

dapat mendeteksi perubahan angka morbiditas yang berkaitan dengan perubahan

pola hidup dan perilaku masyarakat setempat.

3. Sebagai suatu organisasi yang memiliki relatif banyak karyawan dan sebagai

pusat sumber daya untuk wilayahnya.

4. Cocok untuk dijadikan panutan bagi masyarakat luas dalam segi perilaku hidup

sehat, keselamatan dan keamanan kerja, serta kesehatan lingkungan.

5. Sebagai suatu instansi yang relatif besar dan dihormati di lingkungan sekitarnya.

6. Sebagai pusat sumberdaya untuk jaringan rujukannya.

Beberapa hasil penelitian tentang PKRS menunjukkan bahwa pelayanan

PKRS belum teralisasikan Fizran (1998) dalam survey yang telah dilakukan di

Rumah Sakit Dr. Achmad Muchtar Bukit Tinggi, dari 94 orang responden yang

diketahui hanya 27 orang (28,72%) yang pernah mendapat pendidikan tambahan

tentang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit, sedangkan yang lainnya atau

sebanyak 71,28% menyatakan belum pernah mendapat pendidikan tambahan tentang

(18)

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Hartati (2004) tentang Gambaran

Pelaksanaan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit di Rumah Sakit Dr.

Sardjito Yogyakarta yaitu tahap masukan dan proses, kegiatan penyuluhan belum

optimal, karena komitmen belum terlaksana oleh seluruh jajaran rumah sakit, sarana

sesuai standar PKRS Depkes, tetapi bukan milik unit PKRS, ketiadaan tenaga terlatih,

proses pelaksanaan kegiatan PKRS tidak sesuai dengan perencanaan, serta adanya

media elektronik yang mengalami gangguan.

Begitu juga dalam penelitian yang dilakukan oleh Suryana (2010) di Rumah

Sakit Umum Daerah Liwa Kabupaten Lampung Barat yang menyatakan bahwa

kegiatan penyuluhan hanya berupa penyuluhan langsung berupa konseling antara

petugas dan pasien / keluarga pasien. Belum terbentuknya organisasi PKRS, sarana

yang ada belum sesuai standar Depkes, kegiatan yang dilaksanakan belum terprogram

dan terencana, belum ada tenaga terlatih, dan pembiayaan juga belum dianggarkan.

Di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura memang Promosi Kesehatan

Rumah Sakit (PKRS) telah dilaksanakan sejak lama, hanya saja petugas kesehatan

yang melaksanakan pelayanan kesehatan terutama tenaga para medis belum

sistematis dan belum terkoordinasi secara baik dan terarah, melainkan hanya

berdasarkan minat dan kesempatan yang dimiliki oleh beberapa petugas tertentu saja.

Tim koordinasi Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) yang dibentuk mempunyai

tujuan meningkatkan pelayanan kesehatan yang paripurna. Namun dalam

pelaksanaannya masih ditemukan masalah-masalah antara lain tugas penyuluhan

yang dirasakan oleh sebagian petugas kesehatan masih belum melekat pada tugas

(19)

Selain itu, pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura

terdapat tiga jenis rawat inap yaitu rawat inap umum, rawat inap ASKES, dan rawat

inap JAMKESMAS. Jumlah kunjungan pasien ini masing-masing adalah sebagai

berikut, pasien rawat inap umum sebanyak 1.103 orang, pasien rawat inap ASKES

sebanyak 352 orang, dan pasien rawat inap JAMKESMAS sebanyak 1.343 orang,

sehingga total keseluruhan kunjungan pasien rawat inap adalah 2.798 orang selama

tahun 2010. Begitu juga dengan penyakit terbanyak pasien rawat inap umum terdapat

penyakit demam thypoid sebanyak 487 orang, penyakit rawat inap ASKES terdapat

penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sebanyak 37 orang, penyakit rawat inap JAMKESMAS terdapat penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sebanyak 134 orang selama tahun 2010, dari data tersebut dapat dikatakan bahwa dengan tingginya

jumlah pasien yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura, program

Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) masih kurang terlaksana.

Berkaitan dengan hal diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti pelaksanaan

dan pengorganisasian Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) di Rumah Sakit

Umum Daerah Tanjung Pura yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan di ruang

rawat inap.

1.2.Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Perilaku Petugas

Rawat InapTerhadap Pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) di RSUD

(20)

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana Gambaran Perilaku petugas Rawat Inap Dalam

Pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) di RSUD Tanjung Pura

Kabupaten Langkat.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan petugas kesehatan dalam pelaksanaan

Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).

2. Untuk mengetahui sikap petugas kesehatan dalam pelaksanaan Promosi

Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).

3. Untuk mengetahui tindakan petugas kesehatan dalam pelaksanaan Promosi

Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).

1.4. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam merencanakan,

meningkatkan dan mengembangkan pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah

Sakit (PKRS) di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan

keterampilan petugas Rawat Inap dalam pelaksanaan Promosi Kesehatan

Rumah Sakit (PKRS) di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura.

3. Dapat menambah wawasan penulis dalam penulisan ilmiah tentang

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Perilaku

Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta

interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,

sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang

individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon

ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan: berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif

(melakukan tindakan) (Sarwono, 1993).

Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu

sendiri, yang mempunyai bentangan yang sangat luas mencakup berjalan, berbicara,

bereaksi, berpikir, persepsi dan emosi. Perilaku juga dapat diartikan sebagai aktifitas

organisme, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung

(Notoatmodjo, 2007).

Perilaku dan gejala yang tampak pada kegiatan organisme tersebut

dipengaruhi oleh faktor genetik dan hidup terutama perilaku manusia. Faktor

keturunan merupakan konsep dasar atau modal untuk perkembangan perilaku

makhluk hidup itu selanjutnya, sedangkan lingkungan merupakan kondisi atau lahan

untuk perkembangan perilaku tersebut.

2.1.2.Bentuk-Bentuk Perilaku

Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat

luas. Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2007) seorang ahli psikologi pendidikan

(22)

(cognitive domain), ranah afektif (affective domain) dan ranah psikomotor (psychomotor domain), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan

tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku

tersebut yang terdiri dari:

1. Pengetahuan peserta terhadap materi pendidikan yang diberikan (knowledge). 2. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan

(attitude).

3. Praktik atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan

materi pendidikan yang diberikan (practice).

Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2007), seorang ahli psikologi

merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap

stimulus (rangsangan dari luar). Berdasarkan rumus teori Skinner tersebut maka

perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat

diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam

bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus

yang bersangkutan.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus sudah berupa tindakan,

(23)

Dari penjelasan di atas dapat disebutkan bahwa perilaku itu terbentuk di dalam

diri seseorang dan dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu :

1. Faktor eksternal, yaitu stimulus yang merupakan faktor dari luar diri seseorang.

Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan, baik lingkungan fisik,

maupun non-fisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi maupun politik.

2. Faktor internal, yaitu respon yang merupakan faktor dari dalam diri seseorang.

Faktor internal yang menentukan seseorang merespon stimulus dari luar dapat

berupa perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti dan sebagainya.

Dari penelitian-penelitian yang ada faktor eksternal merupakan faktor yang

memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk perilaku manusia karena

dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya dimana seseorang itu berada (Notoatmodjo,

2007).

Dengan demikian kita juga dapat menyimpulkan bahwa banyak perilaku yang

melekat pada diri manusia baik secara sadar maupun tidak sadar.Salah satu perilaku

yang penting dan mendasar bagi manusia adalah perilaku kesehatan.Becker(1979),

membuat suatu konsep tentang perilaku dalam 3 kelompok yaitu:

2.1.3. Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan menurut Skinner dalam Notoatmodjo adalah suatu respon

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan

penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman dan

lingkungan.(Notoatmodjo, 2007).

Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2007), membuat klasifikasi tentang

(24)

1. Perilaku Hidup Sehat

Perilaku Hidup Sehat adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan

seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya yang

mencakup antara lain:

a. Makan dan menu seimbang (appropriate diet) b. Olahraga teratur

c. Tidak merokok

d. Tidak minum-minuman keras dan narkoba

e. Istirahat yang cukup

f. Mengendalikan stress

g. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya tidak

berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks.

2. Perilaku sakit (IIInes behaviour)

Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit,

persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang : gejala dan penyebab penyakit,

dan sebagainya.

3. Perilaku peran sakit (the sick role behaviour)

Orang sakit (pasien) mempunyai hak dan kewajiban sebagai orang sakit,yang

harus diketahui oleh orang sakit itu sendiri maupun orang lain (terutama

keluarganya). Perilaku ini disebut perilaku peran sakit (the sick role) yang meliputi:

(25)

b. Mengenal / mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan/penyembuhan penyakit

yang layak.

c. Mengetahui hak (misalnya : hak memperoleh perawatan, memperoleh

pelayanan kesehatan, dan sebagainya) dan kewajiban orang sakit

(memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama kepada

dokter/petugas kesehatan, tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain,

dan sebagainya).

Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu

pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan

contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para petugas

terutama petugas kesehatan dan diperlukan juga undang-undang kesehatan untuk

memperkuat perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2003).

2.1.4. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Perilaku Kesehatan.

Menurut Green dalam Notoatmodjo (2005), membedakannya dua determinan

masalah kesehatan yakni behavioral causes (faktor perilaku) dan non behavioral causes (faktor non perilaku) dan bahwa faktor perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama yaitu :

1. Faktor–faktor predisposisi (predisposing factors) yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain

pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi dan kemampuan,

hal ini menyangkut motivasi seseorang individu atau kelompok untuk bertindak

dalam domain psikologi, ini termasuk dalam domain kognitif dan efektif yaitu

(26)

atau rasa mujarab, dapat dikatakan bahwa faktor predisposisi sebagai motivasi,

hasrat atau pilihan pada individu atau kelompok yang dapat membawa kepada

tindakan yang spesifik.

2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factor) adalah faktor – faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan yang dimaksud

oleh faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya

perilaku kesehatan.

3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factor).

Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan

memperoleh dukungan atau tidak.Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku

tokoh masyarakat (toma) sikap dan perilaku para petugas termasuk para petugas

kesehatan.

Menurut Notoatmodjo (2003) termasuk juga disini adalah undang-undang,

peraturan-peraturan, baik pusat maupun daerah, yang terkait dengan kesehatan

untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu

pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja melainkan diperlukan

perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama dan para

petugas terutama petugas kesehatan dan diperlukan juga undang-undang

kesehatan untuk memperkuat perilaku tersebut.

2.1.5. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain

(27)

hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari

pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.

Jumlah dan jenis proses kognitif tetap sama seperti dalam taksonomi yang

lama, hanya kategori analisis dan evaluasi ditukar urutannya dan kategori sintesis kini

dinamai membuat (create).Seperti halnya taksonomi yang lama, taksonomi yang baru secara umum juga menunjukkan penjenjangan, dari proses kognitif yang sederhana ke

proses kognitif yang lebih kompleks. Namun demikian penjenjangan pada taksonomi

yang baru lebih fleksibel sifatnya. Artinya, untuk dapat melakukan proses kognitif

yang lebih tinggi tidak mutlak disyaratkan penguasaan proses kognitif yang lebih

rendah.

1. Menghafal (Remember): menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses kognitif yang paling rendah tingkatannya. Untuk mengkondisikan agar “mengingat” bisa menjadi

bagian belajar bermakna, tugas mengingat hendaknya selalu dikaitkan dengan

aspek pengetahuan yang lebih luas dan bukan sebagai suatu yang lepas dan

terisolasi. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif: mengenali

(recognizing) dan mengingat (recalling).

2. Memahami (Understand): mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, mengaitkan informasi yang baru dengan

pengetahuan yang telah dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru

ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa. Karena penyususn skema

adalah konsep, maka pengetahuan konseptual merupakan dasar pemahaman.

(28)

memberikan contoh (exemplifying), mengkelasifikasikan (classifying), meringkas (summarizing), menarik inferensi (inferring), membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining).

3. Mengaplikasikan (Applying): mencakup penggunaan suatu prosedur guna

menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Oleh karena itu mengaplikasikan

berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Namun tidak berarti bahwa kategori

ini hanya sesuai untuk pengetahuan prosedural saja. Kategori ini mencakup dua

macam proses kognitif: menjalankan (executing) dan mengimplementasikan

(implementing).

4. Menganalisis (Analyzing):menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke

unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur

tersebut dan struktur besarnya. Ada tiga macam proses kognitif yang tercakup

dalam menganalisis: membedakan (differentiating), mengorganisir (organizing), dan menemukan pesan tersirat (attributting). (Widodo, 2006)

Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain :

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain

agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi

pendidikan seseorang maka makin mudah pula bagi mereka untuk menerima

informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang mereka

miliki.

(29)

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan

pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

3. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan aspek fisik dan

psikologis (mental), dimana aspek psikologis ini taraf berpikir seseorang semakin

matang dan dewasa.

4. Minat

Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap

sesuatu.Minat menjadikan sesorang untuk mencoba menekuni suatu hal dan pada

akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

5. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu baik dari

dalam dirinya ataupun dari lingkungannya.Pada dasarnya pengalaman mungkin

saja menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi individu yang melekat menjadi

pengetahuan pada individu secara sabjektif.

6. Informasi

Kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi dapat membantu

mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru. (Suryani, E.

(30)

2.1.6. Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya

kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari

merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

Selain bersifat positif atau negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang

berbeda-beda (sangat benci, agak benci, dsb). Sikap itu tidaklah sama dengan

perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab sering kali terjadi

bahwa seseorang memperhatikan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap

dapat berubah dengan diperoleh tambahan informasi tentang objek tersebut melalui

persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono, 1993). Adapun ciri – ciri

sikap adalah sebagai berikut:

1. Sikap itu dipelajari(learnability)

Sikap merupakan hasil belajar. Ini perlu dibedakan dari motif – motif psikologi

lainnya, misalnya : lapar, haus, nyeri adalah motif psikologis yang tidak dipelajari,

sedangkan pilihan kepada makanan eropa adalah sikap. Beberapa sikap

dipelajaritidak disengaja atau tanpa kesadaran sebagai individu. Mungkin saja yang

terjadi adalah mempelajari sikap denga sengaja bila individu mengerti bahwa hal

tersebut akan membawa lebih baik untuk dirinya sendiri, membantu tujuan kelompok

(31)

2. Memiliki kestabilan (stability)

Sikap yang bermula dari dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat, tetap dan

stabil melalui pengalaman.Misalnya pengalaman terhadap suka atau tidak suka terhadap warna tertentu (spesifik) yang sifatnya berulang – ulang.

3. Personal Societal Significance

Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dengan orang lain dan juga antara

orang dan barang atau situasi. Jika seseorang merasa bahwa orang lain

menyenangkan, terbuka dan hangat, maka ini sangat berarti bagi dirinya dan dia akan

merasa bebas dan nyaman.

4. Berisi Kognitif dan Affecty

Komponen kognitif dari sikap adalah berisi informasi yang aktual, misalnya

objek itu dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan.

5. Approach – Avoidence Directionality

Bila seseorang memiliki sikap yang mudah beradaptasi terhadap sesuatu objek,

mereka akan mendekati dan membantunya, sebaliknya bila seseorang memiliki sikap

yang susah beradaptasi maka mereka akan menghindarinya. (Ahmadi, 1999). Selanjutnya ciri – ciri sikap menurut WHO adalah sebagai berikut :

1. Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling)

Hasil pemikiran dan perasaan seseorang, atau lebih tepat diartikan pertimbangan –

pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus, dan merupakan modal untuk

bertindak dengan pertimbangan untung – rugi, manfaat serta sumberdaya yang

(32)

2. Adanya orang lain yang menjadi acuan (personnal references) merupakan faktor penguat sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi tetap mengacu pada

pertimbangan – pertimbangan individu.

3. Sumber daya (resurces) yang tersedia merupakan pendukung untuk bersikap positif atau negatif terhadap objek atau stimulus tertentu dengan pertimbangan

kebutuhan dari pada individu tersebut.

Sosial budaya (culture) berperan besar dalam mempengaruhi pola pikir seseorang untuk bersikap terhadap objek / stimulus tertentu. (Notoatmojo,2005)

Sikap mempunyai tiga komponen pokok, seperti yang dikemukakan Allport

(1954) dalam Notoatmodjo (2007), yaitu :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan

sikap, yaitu:

1. Menerima (receiving) artinya bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek.

(33)

3. Menghargai (valuing) yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga

(kecenderungan untuk bertindak).

4. Bertanggung jawab (responsible) yaitu yang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang

paling tinggi.

Ciri-ciri sikap adalah :

1. Sikap seseorang tidak dibawa sejak lahir, tetapi harus dipelajari selama

perkembangan hidupnya.

2. Sikap itu tidak semata-mata berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan dengan

suatu objek, pada umumnya sikap tidak berkenaan dengan suatu objek saja,

melainkan juga dapat berkenaan dengan deretan-deretan objek yang serupa.

3. Sikap, pada umumnya mempunyai segi-segi motivasi dan emosi, sedangkan pada

kecakapan dan pengetahuan hal ini tidak ada.

Sedangkan fungsi sikap dibagi menjadi empat golongan, yaitu :

1. Sikap sebagai alat untuk menyesuaikan diri.

Sikap adalah sesuatu yang bersifat comunicable, artinya suatu yang mudah menjalar, sehingga menjadi mudah pula menjadi milik bersama. Sikap bisa

menjadi rantai penghubung antara orang dengan kelompoknya atau dengan

anggota kelompoknya.

2. Sikap sebagai alat pengatur tingkah laku.

Pertimbangan antara perangsang dan reaksi pada anak dewasa dan yang sudah

(34)

secara spontan, akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai

perangsang-perangsang itu.

3. Sikap sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman.

Manusia didalam menerima pengalaman-pengalaman dari luar sikapnya tidak

pasif, tetapi diterima secara aktif, artinya semua berasal dari dunia luar tidak

semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana-mana yang perlu

dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi, semua pengalaman diberi penilaian lalu

dipilih.

4. Sikap sebagai pernyataan kepribadian.

Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang, ini disebabkan karena sikap tidak

pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya oleh karena itu dengan melihat

sikap-sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi

orang tersebut. Sikap merupakan pernyataan pribadi (Notoatmodjo, 2007).

2.1.7. Tindakan (practice)

Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk terbentuknya suatu sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain

fasilitas. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain didalam tindakan atau praktik (Notoatmodjo, 2007).

Tingkatan-tingkatan praktik itu adalah :

1. Persepsi (perception) yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan

(35)

2. Respon terpimpin (guided response) adalah bila seseorang dapat melakukan

sesuatu sesuai urutan yang benar.

3. Mekanisme (mechanism) adalah apabila seseorang melakukan sesuatu dengan

benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.

4. Adaptasi (adaptation) adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang

dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran

tindakan tersebut.

2.2. Penyuluhan Kesehatan 2.2.1.Pengertian

Penyuluhan kesehatan adalah gabungan dari berbagai kegiatan yang

berdasarkan prinsip belajar untuk mencapai keadaan dimana individu, keluarga atau

masyarakat ingin hidup sehat, menegtahui caranya, melaksanakan apa yang bisa

mereka kerjakan dan bila perlu mencari pertolongan. Jadi tujuan penyuluhan

kesehatan adalah perubahan perilaku.

2.2.2.Promosi KesehatanRumah Sakit

Promosi Kesehatan Rumah Sakit adalah upaya Rumah Sakit untuk

meningkatkan kemampuan pasien, klien, dan kelompok-kelompok masyarakat, agar

pasien dapat mandiri dalam mempercepat penyembuhan dan rehabilitasinya, klien

dan kelompok-kelompok masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan,

mencegah masalah-masalah kesehatan, dan mengembangkan upaya kesehatan

(36)

masyarakat sesuai sosial budaya mereka, dan didukung oleh kebijakan publik yang

berwawasan kesehatan (Kemenkes, 2011).

Promosi kesehatan dikembangkan untuk membantu pasien dan keluarganya

untuk bisa menangani kesehatannya, hal ini merupakan tanggung jawab bersama

yang berkesinambungan antara dokter dan pasien atau petugas kesehatan dengan

pasien dan keluarganya. Selain itu efektivitas suatu pengobatan dipengaruhi juga oleh

pola pelayanan masyarakat yang ada, sikap dan keterampilan para pelaksananya serta

lingkungan, sikap dan pola hidup pasien serta keluarganya.

Promosi Kesehatan Rumah Sakit dimulai sejak pasien masuk Rumah Sakit

atau sejak ia berinteraksi dengan tenaga kesehatan, pengalaman pertama pasien

tersebut sangat mempengaruhi kesuksesan Program Promosi Kesehatan Rumah Sakit.

Promosi kesehatan di Rumah Sakit berusaha menggugah kesadaran dan minat pasien

serta keluarganya untuk berperan serta secara positif dalam usaha penyembuhan dan

pencegahan penyakit. Karena itu promosi kesehatan merupakan bagian yang tak

terpisahkan dari program pelayanan Rumah Sakit. PKRS di beberapa Rumah Sakit

memang sudah dilaksanakan sejak lama, namun dalam pelaksanaannya tidak

sistematik dan tidak terorganisir secara terarah melainkan hanya berdasarkan minat

dan kesempatan yarg dimiliki oleh beberapa petugas tertentu saja (Hartono, 2010).

Rumah sakit sebagai suatu institusi pelayanan kesehatan juga melakukan

upaya kesehatan dengan melakukan pendekatan pemeliharaan, promotif, preventif,

kuratif, dan rehabilitatif. Oleh karena itu, tugas rumah sakit dalam memberikan

pelayanan medik dan penunjang medik tidak dapat dibatasi hanya terutama untuk

(37)

ditekankan pada aspek kuratif dan rehabilitatif, telah berdampak pada elitisme rumah

sakit sebagaimana berikut ini :

1. Rumah sakit menjadi organisasi pasif menunggu sampai datangnya pasien, tanpa

harus peduli masalah kesehatan yang terjadi diluar dindingnya. Keadaan

menunggu ini mengakibatkan rumah sakit sulit bereaksi terhadap perubahan.

2. Rumah sakit hanya memberikan pelayanan individual yang sesaat, tanpa

memperhatikan dampak dari pelayanan yang bersifat demikian pada masyarakat.

3. Rumah sakit tidak termasuk sebagai bagian integral dari sistem pelayanan

kesehatan setempat.

4. Rumah sakit tidak memiliki wilayah cakupan kerja definitif. Akibatnya

mempersulit penyusunan strategi dan rencana kerjanya, sehingga tidak

memungkinkan untuk membina fasilitas kesehatan yang ada dibawahnya secara

efektif dan terarah.

5. Rumah sakit menjadi rentan dan rapuh terhadap perubahan, karena tidak pernah

memikirkannya dan terlalu bergantung pada subsidi.

6. Rumah sakit akan ditinggalkan oleh masyarakat, karena tidak dapat memenuhi

kebutuhan dan keinginan yang mereka harapkan.

7. Merasa tidak ada saingan, maka rumah sakit akan sulit menghadapi era pasar

bebas ekonomi (Fizran, 1998).

Berbagai reaksi baik pro maupun kontra muncul terhadap promosi kesehatan

Rumah Sakit antara lain kegiatan pelayanan demikian padat sehingga tidak ada

(38)

dapat berkembang di Rumah Sakit apabila ada pengertian dan kemauan pengelola dan

penyelenggaranya.

Beberapa unsur penunjang yang diperlukan agar program Promosi Kesehatan

Rumah Sakit (PKRS) dapat dilaksanakan sebaik-baiknya adalah:

1. Kesepakatan konsep

2. Kebijaksanaan yang menunjang

3. Tenaga

4. Sumber daya

5. Teknologi

6. Pengelolaan

Untuk mengembangkan Promosi KesehatanRumah Sakit (PKRS) ditempuh

pendekatan 3 tahap.

1. Tahap Satu

Penyuluhan melalui contoh-contoh :

I. Rumah Sakit :

a. Gedung

b. Lingkungan

c. Informasi yang cukup

II. Petugas :

a. Penampilan bersih dan rapih

b. Sikap simpatik

(39)

2. Tahap dua

Penyuluhan melalui media :

a. Poster

b. Kaset audio / video

3. Tahap tiga

Penyuluhan melalui interaksi langsung antara petugas dan pasien.

2.2.3. Peluang Promosi Kesehatan Oleh Rumah Sakit

Menurut Buku Petunjuk Pelaksanaan Teknis PKRS oleh Depkes (2003)

secara umum begitu banyak kesempatan yang dapat digunakan dalam

mempromosikan kesehatan oleh Rumah Sakit, yaitu:

1. Di dalam gedung

Hal ini dapat dilaksanakan sejalan dengan pelayanan yang dilaksanakan oleh

rumah sakit, upaya promosi kesehatn yang dapat dilaksanakan di dalam gedung

diantaranya:

a. PKRS di ruang pendaftaran/administrasi, yaitu dimana di ruang pasien/klien

harus melapor atau mendaftar sebelum mendapat pelayanan.

b. PKRS dalam pelayanan Rawat Jalan bagi pasien, yaitu di

poliklinik-poliklinik, seperti di poliklinik anak, mata, bedah, penyakit dalam, obstetri

dan ginekologi, dan lain-lain.

c. PKRS dalam pelayanan Rawat Inap bagi pasien, yaitu di ruang-ruang rawat

(40)

d. PKRS dalam pelayanan Penunjang medik bagi pasien, yaitu di pelayanan

obat/apotik, pelayanan laboraorium, dan pelayanan rehabilitasi medik,

termasuk di kamar mayat.

e. PKRS dalam pelayanan bagi klien (orang sehat), yaitu pelayanan KB,

konseling gizi, bimbingan senam, pemeriksaan kesehatan (check up), konseling kesehatan jiwa, konseling kesehatan remaja, dan lain-lain.

2. Di luar gedung

Promosi kesehatan oleh Rumah Sakit dapat pula dilaksanakan dikawasan luar

gedung Rumah sakit, yaitu diantaranya:

a. PKRS di tempat parkir, yaitu pemanfaatan ruang yang ada di

lapangan/gedung parkir sejak dari bangunan gardu parkir sampai ke

sudut-sudut lapangan/gedung parkir.

b. PKRS di taman Rumah Sakit, yaitu baik taman-taman yang ada di depan,

samping/sekitar maupun di dalam/halaman Rumah Sakit.

c. PKRS di dinding luar Rumah Sakit.

d. PKRS di kantin/toko-toko/warung/kios-kios yang ada di depan Rumah Sakit.

e. PKRS di tempat ibadah yang tersedia di Rumah Sakit (misalnya mesjid atau

mushalla)

f. PKRS di pagar pembatas kawasan Rumah Sakit (Depkes, 2003).

2.2.4. Pendukung Dalam Pelaksanaan PKRS

Dalam terwujudnya sebuah promosi kesehatan oleh rumah sakit yang berhasil,

menurut buku panduan petunjuk teknis pelaksanaan PKRS dibutuhkan aspek

(41)

1. Metode dan Media

Pada prinsipnya metode yang digunakan adalah komunikasi.Diperlukan

pemilihan metode yang cermat dengan mempertimbangkan kemasan informasinya,

keadaan penerima informasi (termasuk kemampuan baca tulis dan social budayanya)

dan kondisi ruang serta waktu.Kesemua faktor harus mendapat pertimbangan yang

matang sebelum upaya promosi kesehatan dilaksanakan.

2. Sumber Daya yang memadai

Sumber daya yang paling utama dalam penyelenggaraan PKRS adalah tenaga

(Sumber Daya Manusia atau SDM), baru kemudian sarana dan prasarana termasuk

media komunikasi dan dana/ anggaran.

Sumber daya manusia utama yang dibutuhkan dalam PKRS ini meliputi

semua petugas rumah sakit yang melayani pasien/klien (dokter, perawat, bidan dan

lain-lain), dan tenaga khusus promosi kesehatan (pejabat fungsional Penyuluh

Kesehatan Masyarakat).

Sebelum melaksanakan PKRS sebaiknya semua sumber daya manusia yang

ada diberikan keterampilan dasar secara khusus seperti pengetahuan dan keterampilan

konseling. Standarnya berdasarkan Kepmenkes No. 11 Tahun 2006 Tentang

Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah disebutkan bahwa tenaga khusus

promosi kesehatan untuk Rumah Sakit adalah sebagai berikut :

1. S1 kesehatan/ Kesehatan Masyarakat sebanyak 1 oranguntuk membantu petugas

(42)

2. D3 kesehatan ditambah minat & bakat di bidang promosi kesehatan sebanyak 2

orang untuk membantu/ memfasilitasi pelaksanaan pemberdayaan, bina suasana

dan advokasi.

Sedangkan untuk standar sarana/ peralatan PKRS dibutuhkan :

1. Over Head Projector (OHP) 2. Amplifier & wireless microphone

3. Layar yang dapat digulung

4. Kamera foto

5. Cassette recorder / player

6. TV disetiap ruang tunggu & ruang promosi kesehatan

7. VCD / DVD playerdi tiap ruang tunggu & ruang promosi kesehatan

8. Computer & printer

9. Laptop & LCD projector untuk presentasi

10.Gadgets kelengkapan laptop untuk presentasi (Sangkot, 2008).

1.3. Strategi

Strategi yang dipakai saat ini adalah :

1. Memanfaatkan forum koordinasi baik lintas sektoral maupun lintas program.

2. Menetapkan wadah koordinasi PKRS dalam struktur Organisasi Rumah Sakit.

3. Menyelenggarakan kegiatan penyuluhan di satuan-satuan kerja Rumah Sakit.

4. Mengupayakan dana untuk pembangunan program.

5. Menyusun tugas, wewenang dan tanggung jawab pengelola Penyuluhan

(43)

6. Menyusun pedoman / petunjuk pelaksanaan Penyuluhan Kesehatan

Masyarakat Rumah Sakit (PKRS)

2.4. Standar Promosi Kesehatan Rumah Sakit

Menurut WHO, 1998 yang menjadi standar Rumah Sakit Promotor Kesehatan

(Health Promoting Hospital) adalah sebagai berikut :

1. Standar 1 Kebijakan Manajemen

Organisasi Rumah Sakit memiliki kebijakan tertulis mengenai promosi

kesehatan.Kebijakan ini diimplementasikan sebagai bagian dari keseluruhan sistem

perbaikan kualitas organisasi, yang bertujuan untuk memperbaiki dampak

kesehatan.Kebijakan ini ditujukan bagi pasien, masyarakat umum dan staf.

Tujuan :

Adanya dukungan kebijakan untuk pelaksanaan PKRS sebagai bagian dari

integral peningkatan kaulitas manajemen organisasi.

Elemen :

1. Rumah Sakit memiliki kebijakan tertulis tentang PKRS.

2. Rumah Sakit membentuk unit kerja PKRS.

3. Rumah Sakit memiliki tenaga pengelola PKRS.

4. Rumah Sakit memiliki alokasi anggaran untuk pelaksanaan PKRS.

5. Rumah Sakit memiliki perencanaan PKRS secara berkala.

6. Rumah Sakit memiliki sarana/peralatan untuk pelaksanaan PKRS.

7. Rumah Sakit mensosialisasikan PKRS di seluruh jajaran Rumah Sakit.

(44)

9. Rumah Sakit melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PKRS.

2. Standar 2 Kajian Kebutuhan Masyarakat Rumah Sakit

Rumah Sakit melakukan kajian tentang kebutuhan Promosi Kesehatan untuk

pasien, keluarga pasien, pengunjung rumah sakit dan masyarakat sekitarrumah sakit.

Tujuan :

Diperolehnya gambaran tentang informasi yang dibutuhkan pasien, keluarga

pasien, pengunjugn serta masyarakat sekita rumah sakit sebagai dasar pelaksanaan

Promosi Kesehatan.

Elemen :

1. Rumah sakit memiliki instrument kajian kebutuhan informasi dari pasien,

keluarga pasien, pengunjung rumah sakit, dan masyarakat sekitar rumah sakit,

serta media komuikasi yang sesuai untuk mereka.

2. Rumah sakit melakukan kajian kebutuhan informasi dari pasien, keluarga pasien,

pengunjung rumah sakit, dan masyarakat sekitar rumah sakit, serta media

komunikasi yang sesuai untuk mereka.

3. Rumah sakit memiliki rumusan informasi yang dibutuhkan pasien, keluarga

pasien, pengunjung rumah sakit, dan masyarakat sekitar rumah sakit, serta media

komunikasi yang sesuai untuk mereka.

3. Standar 3 Pemberdayaan Masyarakat Rumah Sakit

Rumah sakit menjamin adanya upaya pemberdayaan masyarakat yang

merupakan salah satu program melalui kegiatan Promosi Kesehatan di Rumah sakit.

(45)

Meningkatnya daya dan peran serta masyarakat rumah sakit dalam mencegah

dan atau mengatasi masalah kesehatan yang dihadapinya.

Elemen :

1. Rumah sakit mewajibkan para petugas rumah sakit melakukan pemberdayaan

masyarakat selama bertugas dalam aspek-aspek kuratif, rehabilitative, preventif,

dan promotif.

2. Rumah sakit menyediakan akses di setiap unit pelayanan untuk merespon

kebutuhan informasi pasien, keluarga pasien, pengunjung rumah sakit dan

masyarakat sekitar rumah sakit.

3. Rumah sakit berperan aktif dalam memberdayakan masyarakat di sekitar rumah

sakit melalui pengorganisasian masyarakat.

4. Standar 4 Rumah Sakit Melaksanakan Bina Suasana Untuk Mendukung Kegiatan Pemberdayaan

Rumah sakit menjamin tempat kerja yang aman, bersih dan sehat.Oleh karena

itu rumah sakit memastikan upaya-upaya yang menyangkut kebersihan dan

kelengkapan sarana dan prasarana yang ada untuk melaksanakan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS).

Tujuan :

Rumah sakit menciptakan suasana yang kondusif agar pasien, keluarga pasien,

pengunjung, dan masyarakat sekitar rumah sakit untuk mau dan mampu berperilaku

hidup bersih dan sehat.

(46)

1. Rumah sakit memanfaatkan ruangan dan halaman rumah sakit untuk

memasang/menayangkan berbagai media komunikasi.

2. Rumah sakit memanfaatkan individu/kelompok di luar rumah sakit untuk bina

suasana.

3. Rumah sakit memanfaatkn media massa untuk bina suasana.

5. Kemitraan

Rumah sakit menggalang kemitraan dengan sector lain, dunia usaha dan

swasta lainnya dalam upaya meningkatkan pelaksanaan PKRS baik di dalam maupun

di luar gedung.

Tujuan :

Terjalin kerjasama dengan mitra terkait untuk optimalisasi pelaksanaan

kegiatan PKRS.

Elemen :

1. Rumah sakit mengidentifikasi mitra potensial dalam rangka menggalang

kemitraan berkaitan dengan pelaksanaan promosi kesehatan.

2. Rumah sakit mempunyai jejaring kemitraan dengan sektor lain, dunia usaha dan

swasta lainnya.

3. Rumah sakit melaksanakan program kerjasama kemitraan dengan sektor lain,

(47)

6. Standar 6 Rumah Sakit Yang Mewujudkan Tempat Kerja Sehat

Rumah sakit mewujudkan lingkungan tempat kerja/pelayanan yang aman,

bersih dan sehat, serta menjamin kecukupan sarana dan prasarana untuk berperilaku

hidup bersih dan sehat.

Tujuan :

Terwujudnya tempat kerja yang aman, bersih dan sehat bagi masyarakat

rumah sakit.

Elemen :

1. Rumah sakit menjamin terjaganya keamanan, kebersihan, dan kesehatan

lingkungan rumah sakit.

2. Rumah sakit menyediakan sarana dan prasarana untuk menjaga kebersihan dan

kesehatan lingkugan secara memadai.

3. Rumah sakit dinyatakan sebagai kawasan tanpa rokok serta diterapkan

(48)

2.5. Kerangka Konsep

Berdasarkan teori bagan kerangka konsep dapat dilihat berikut ini :

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep diatas menggambarkan bahwa adanya karakteristik yang

trdiri daeri pengetahuan, sikap, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, serta gaji

yang akan mempengaruhi pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) di

Rumah sakit Umum Daerah Tanjung Pura kabupaten Langkat

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bersifat kuantitatif yang

bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku petugas kesehatan dalam pelaksanaan

Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) di Rumah sakit Umum Daerah Tanjung

Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura

Kabupaten Langkat.

Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah:

1. Adanya program Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit.

2. Belum pernah dilakukan penelitian sejenis dilokasi tersebut.

3. RSUD Tanjung Pura merupakan salah satu rumah sakit dengan jumlah pasien

(50)

3.2.2.Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2011 – Juli 2012.

3.3. Populasi Dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas rawat inap di Rumah

Sakit Umum Daerah Tanjung Pura yang melaksanakan program Promosi kesehatan

masyarakat di rumah sakit, sebanyak 71 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah petugas rawat inap di RS Tanjung pura

yaitu sebanyak 71 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data primer

Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara langsung dengan

responden dengan menggunakan alat bantu kuesioner tentang Gambaran perilaku

petugas rawat inap dalam pelaksanaan promosi kesehatan Rumah Sakit (PKRS) Di

Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura Kabupaten Langkat.

3.4.2. Data sekunder

Data sekunder diambil berdasarkan catatan atau dokumen di Rumah Sakit

(51)

3.5. Definisi Operasional

1. Umur adalah lama hidup responden berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dinyatakan dalam tahun.

2. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah diikuti oleh

responden dengan memperoleh ijazah yang sah.

3. Pengetahuan adalah hasil tahu responden tentang Promosi Kesehatan Rumah

Sakit (PKRS).

4. Sikap adalah respon yang diberikan oleh responden terhadap Promosi

Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).

5. Sarana dan prasarana adalah ketersedian fasilitas rumah sakit dalam

melaksanakan program Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).

6. Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan program

Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) agar tercapai sesuai dengan yang

dikehendaki.

7. Media adalah suatu alat yang digunakan untuk program Promosi Kesehatan

Rumah Sakit (PKRS) agar informasi itu lebih mudah di terima.

8. Dana adalah biaya yang disediakan untuk suatu keperluan PKRS.

9. Kebijakan adalah pernyataan secara umum, pelaksanaan yang digunakan

sebagai pedoman dan pertimbangan untuk membuat keputusan dalam Promosi

Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).

10.Tindakan petugas kesehatan dalam Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)

(52)

3.6. Aspek Pengukuran

Metode pengukuran variable independen dan dependen dalam penelitian ini

dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1.Metode Pengukuran Variabel Independen dan Dependen

Variabel Jumlah

pertanyaan HasilUkur SkalaUkur

Umur 1.Median (< 25Tahun)

Ordinal

2. Median (≥ 25tahun)

Pendidikan 1. Tinggi (S1 dan D3)

Ordinal 2. Rendah (SPK)

Gaji 1. Tinggi (> Rp. 1.200.000) Ordinal 2. Rendah (< Rp. 1.200.000)

Pengetahuan 10

Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis univariat, yaitu analisis yang

menggambarkan secara tunggal variabel-variabel independen dan dependen dalam

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1.Metode Pengukuran Variabel Independen dan Dependen
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang pengetahuan baik sebanyak 2 orang (3,5%), pengetahuan cukup sebanyak 38 (66,7%) dan pengetahuan kurang sebanyak 17 orang

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan pengetahuan responden sebanyak 54,5% kategori baik, yaitu tentang pentingnya dokumentasi asuhan keperawatan, seperti (a) sebagai

Sebagian besar IRT sebanyak 38 orang (92,8%), tingkat pendidikan responden sebagian besar berpendidikan tinggi sebanyak 26 orang (63,4%), sebagian besar pengetahuan responden tentang

Pengetahuan sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang baik, yaitu sebanyak 44 responden (58,7%), dan sebagian kecil memilki pengetahuan baik sebanyak 31 responden

Untuk variabel independen sebagian besar pengetahuan responden masuk kategori baik yaitu sebanyak 38 responden (59,4%), sikap responden sebagian besar masuk

Sebagian besar IRT sebanyak 38 orang (92,8%), tingkat pendidikan responden sebagian besar berpendidikan tinggi sebanyak 26 orang (63,4%), sebagian besar pengetahuan responden tentang

Sebagian besar IRT sebanyak 38 orang (92,8%), tingkat pendidikan responden sebagian besar berpendidikan tinggi sebanyak 26 orang (63,4%), sebagian besar pengetahuan responden tentang

Berdasarkan tabel 2 petugas yang memiliki pengetahuan yang baik tentang ketentuan klaim biaya rawat inap pasien BPJS Kesehatn yang terbesar yaitu Dokter sebanyak 5