CONFLICT BETWEEN GRANDMOTHER AND GRANDCHILDREN AS REPRESENTATION OF OPPOSITION BETWEEN
THE CONSERVATIVE AND THE PROGRESSIVE GENERATIONS IN ELIZABETH EDMONDSON’S THE FROZEN LAKE
SKRIPSI
Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana Pada Jurusan Sastra Inggris Fakultas Sastra
Universitas Komputer Indonesia
SULISTIA MEGAWATI 63707004
JURUSAN SASTRA INGGRIS FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
CONFLICT BETWEEN GRANDMOTHER AND GRANDCHILDREN AS REPRESENTATION OF OPPOSITION BETWEEN
THE CONSERVATIVE AND THE PROGRESSIVE GENERATIONS IN ELIZABETH EDMONDSON’S THE FROZEN LAKE
SKRIPSI
Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana Pada Jurusan Sastra Inggris Fakultas Sastra
Universitas Komputer Indonesia
SULISTIA MEGAWATI 63707004
JURUSAN SASTRA INGGRIS FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
vi
dalam novel ini mampu beradaptasi dengan kebudayaan baru yang dibawa oleh imigran yang datang ke Inggria untuk bekerja, itu sebabnya generasi muda disebut sebagai progressive, sedangkan Sang Nenek adalah generasi tua yang berpegang teguh pada tradisi dan tidak bisa dipengaruhi oleh kebudayaan baru yang dibawa oleh imigran. Tujuan penulisan skripsi ini adalah merepresentasikan konflik antara nenek dan cucu-cucunya yang terdapat dalam novel tersebut The Frozen Lake. Metode yang digunakan untuk menganalisis konflik yang terjadi antara nenek dan cucunya dalam penelitian ini merupakan metode qualitative, yaitu sebuat metode penelitian yang bersifat mendeskripsikan suatu kondisi tertentu.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa konflik antara karakter nenek dan cucu-cucunya adalah perwujudan dari pertentangan antara generasi lama yang konservatif dan generasi baru yang progresif. Pada penelitian ini ditemukan bahwa konflik yang terjadi membuat hubungan antara nenek dan cucunya kurang harmonis.
Dalam penelitian ini juga ditemukan dampak dari konlflik yang terjadi dalam novel tersebut dan pengaruhnya terhadap hubungan antara nenek dan cucunya. Pada akhirnya penelitian ini dapat membuktikan bahwa dalam keluarga dapat terjadi pertentangan antara konservatif dan progresif yang kemudian dimenangkan oleh generasi progresif sebagai implikasi bahwa generasi konservatif tidak dapat menerima perubahan.
vii
young generation is represented by the grandchildren. The grandchildren are progressive person who are influenced by new culture taken by immigrants and they can adapt to that new culture. On the other hand, a conservative person cannot socialize with the new tradition; they keep old tradition and do not want to receive the new influences. The aim of this research is to identify the conflicts occurring between the grandmother and the grandchildren and the influence of the conflicts towards the relationship between them as a representation of the conservative and progressive conflict. The used method to analyze conflict between grandmother and grandchildren in this research is qualitative method in which the conflict is analyzed based on the fact that novel reflects social life.
The result of this research is that there is the effect of the conflict and find the representation of the conflict in this novel and the influence of the conflict towards grandmother and grandchildren relationship. The conflicts make the relationship between grandmother and grandchildren not harmonic.
This research explains the influence of the conflicts towards the relationship between grandmother and grandchildren. Finally, this research shows that in a family the conflict between conservative and the progressive generation occurs and the winner is progressive generation because the conservative cannot receive the new culture.
viii KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah swt. yang telah memberikan nikmat sehat dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Penelitian yang berjudul “Konflik Antara Nenek dan Cucu-cucunya pada Novel The Frozen Lake Karya Elizabeth Edmondson” skripsi ini mendeskripsikan konflik yang terjadi antara generasi konserfatif dan generasi progresif serta pengaruh konflik tersebut terhadap hubungan antara generasi konserfatif dan progresif yang direpresentasikan lewat karakter nenek dan cucu-cucunya. Selama proses penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan beberapa hambatan namun berkat bantuan dan dukungan dari beberapa pihak, skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan penelitian ini. Terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc. Rektor Universitas Komputer Indonesia, terima kasih atas semua fasilitas yang telah diberikan, semua itu sangat membantu dalam proses awal kuliah sampai akhir 2. Prof. Dr. Moh. Tadjuddin, M.A. Dekan Fakultas Sastra, terima kasih
banyak atas semua perhatian dan bantuan yang diberikan.
4. Asih Prihandini,S.S., M.Hum., Sekertaris Jurusan Sastra Inggris, Terima kasih untuk semua ilmu dan pendidikan yang telah diberikan, bantuan dan pengalaman berharga yang tidak dapat dilupakan.
5. Dr. Juanda terima kasih sudah menjadi pembimbing dan dosen wali yang selalu memperhatikan mahasiswanya.
6. Sandya Maulana,S.S., M.Hum., terima kasih banyak atas semua ilmu yang diberikan, waktu yang bapak luangkan untuk membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Ilmu yang bapak berikan akan menjadi bekal hidup dimasa datang, dan terima kasih atas kasih saying yang bapak berikan, semoga semua kebaikan bapak dibalas dengan kebaikan yang berlipat ganda.
7. Nungki Heriyati,S.S., M.A., terima kasih banyak atas semua ilmu yang telah diberikan, terutama dalam bidang sastra sehingga penilis tertarik untuk meneliti karya sastra.
8. Nenden Rikma, S.S., Terima kasih sudah mau meluangkan waktu untuk berdiskusi dan bertukar pikiran, semua itu mampu membuka celah kosong untuk ditambal dan terus diperbaiki, terima kasih banyak. 9. Dosen Sastra Inggris M. Rayhan Bustam, S.S., dan Tatan Tawami,S.S., terima kasih atas semua ilmu yang diberikan dan semua bantuan yang diberikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhirulkata semoga skripsi ini bermanfaat.
Bandung, Juli 2011
1 1.1. Latar Belakang
Karya sastra merupakan gambaran atau imitasi dari kehidupan sosial, hal ini
dikemukakan oleh Wellek dan Werren. Oleh karena itu, bisa diasumsikan bahwa
kehidupan nyata dapat digambarkan melalui karya sastra, karena karya sastra juga
bisa menjadi imitasi dari kehidupan nyata atau kehidupan sosial. Dalam kehidupan
nyata, manusia memiliki kecenderungan dalam melakukan apapun yang mereka
inginkan, seperti halnya dalam mengenakan pakaian dan mengonsumsi makanan.
Ketika mereka memiliki kebebasan untuk melakukan hal-hal yang mereka sukai
tersebut, mereka akan merasakan hidup lebih nyaman. Namun, ada pula orang-orang
yang tidak bisa memiliki kebebasannya sendiri. Seperti halnya anak-anak, mereka
tidak selalu mendapatkan apa yang mereka inginkan terutama ketika orangtuanya
melarangnya.
Hal ini tidak hanya terjadi di kehidupan nyata, namun kasus tersebut terjadi
dalam sebuah karya sastra seperti novel. Berdasarkan penjelasan di atas mengenai
novel sebagai imitasi dari kehidupan nyata, penulis mengetahui adanya kesamaan
dalam sebuah novel yang berjudul The Frozen Lake karya Elizabeth Edmondson.
Dalam novel ini terdapat isu-isu tentang sebuah keluarga. Dalam novel ini, karakter
untuk memiliki sesuatu yang mereka inginkan, sehingga mereka mematuhi keinginan
orangtuanya meskipun sebenarnya hal itu bertentangan dengan keinginannya. Hal ini
terjadi karena anak-anak dituntut patuh kepada kedua orangtua mereka.
Permasalahan di-atas menarik untuk dianalisis, terutama konflik yang terjadi
dalam novel tersebut. Novel yang berjudul The Frozen Lake karya Elizabeth
Edmondson dipilih karena banyak sekali konflik yang terjadi antara seorang nenek
dengan cucu-cucunya. Konflik tersebut terjadi karena nenek memiliki perbedaan
karakter, pola pikir, paradigma dan kebiasaan-kebiasaan yang tidak dapat diterima
oleh cucu-cucunya. Meskipun demikian, cucu-cucunya harus tetap mengikuti apa
yang nenek inginkan seperti dalan hal berpakaian, makanan, dan gaya hidup, tanpa
memperhitungkan hal itu.
Lady Richardson adalah karakter nenek yang digambarkan dalam novel ini
berperan sebagai orangtua dari cucu-cucunya. Dia juga memiliki
kewenangankekuasaan penuh terhadap kehidupan cucu-cucunya. Hal ini terjadi
karena dia merasa memiliki kekuasaan terhadap cucu-cucunya sehingga dia merasa
memiliki kewenangan atas mereka. Hal ini terjadi karena Lady Richardson adalah
orang yang selalu menjaga tradisi yang ia miliki, hal ini sangat berbeda dengan
cucunya yang dipengaruhi oleh kehidupan modern sehingga mereka memiliki pola
pikir yang jauh berbeda.
Sebagai generasi muda, Alix, salah seorang cucu Lady Richardson telah
mengubah penampilannya. Dia mulai menggunakan sepatu hak tinggi, stoking, dan
merasa bahwa ia berhak untuk melakukan hal yang disukainya, hal ini terjadi karena
ia memiliki kekuatan untuk mengatur kehidupannya sendiri. Selain Alix, cucu lainnya
Edwin dan Perdyta, juga mulai terpengaruh oleh budaya modern yang dibawa oleh
para imigran.
Perbedaan pemikiran yang memicu konflik dalam novel ini dapat disebut sebagai
konflik dua generasi. Oleh karena konflik itu, pendekatan sudut pandang progresif
dan konservatif digunakan untuk menganalisis konflik yang terjadi dalam novel ini.
Konservatif adalah sebuah konsep ketika seseorang selalu menjaga tradisi lama
atau tradisional dan menentang modernitas. Sebagaimana dikemukakan oleh
Charlotte Thomson (1999:1). Progresif adalah sebuah konsep ketika seseorang tidak
menentang moedrnisasi namun mereka dapat beradaptasi dan menerimanya, seperti
yang dikatakan oleh Auguste Comte dan Ferdinand Toenis. Dengan kata lain, dalam
novel ini karakter Lady Richardson digambarkan sebagai seorang konservatif dan
cucu-cucunya digambarkan sebagai progresif.
1.2. Rumusan Masalah
a. Apakah konflik-konflik yang terjadi antara karakter nenek dan cucu-cucunya
sebagau perwujudan konflik antara konservatif dan progresif yang digambarkan
dalam novel The Frozen Lake karya Elizabeth Edmondson?
b. Bagaimana konflik mempengaruhi hubungan antara sudut pandang konservatif
1.2.Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini untuk mendapat gambaran:
1. Konflik yang terjadi antara generasi konservatif dan progresif dalam novel
The Frozen Lake karya Elizabeth Edmondson.
2. Pengaruh konflik tersebut terhadap hubungan antara konservatif dan
progresif.
1.4. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru tentang unsur
intrinsik dalam novel, terutama konflik yang disebabkan oleh perbedaan pemikiran
antara progresif dan konservatif. Serta konflik apa saja yang dapat terjadi dalam karya
sastra, dan bagaimana sebuah konflik antara konservatif yang digambarkan oleh Lady
Richardson dan progresif yang digambarkan oleh cucu-cucunya.
1.5. Kerangka Pemikiran
Untuk menganalisis sebuah karya sastra, unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik
harus diketahui terlebih dahulu. Unsur intrinsik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah konflik dan plot. Seperti yang dikemukakan oleh Lawrence Perrine bahwa
“Conflict is the essence of fiction that creates plot” dan konflik yang dianalisis dalam
penelitian ini adalah man against man. Sedangkan plot adalah “a sequence of
incidents or events of which a story is composed” yaitu susunan peristiwa
Konflik yang terjadi dalam novel The Frozen Lake terjadi antara karakter nenek
dengan cucu-cucunya. Dalam novel ini karakter nenek digambarkan sebagai seorang
yang memiliki kekuasaan dalam mengambil keputusan terhadap hal-hal yang terjadi
di keluarganya tanpa mempedulikan perasaan cucu-cucunya.
Selain itu, unsur ekstrinsik yang digunakan adalah unsur sejarah pada zaman
Raja Edward, yang berhubungan dengan pertentangan antara pandangan konservatif,
yang merupakan suatu konsep di mana seseorang akan tetap menjaga tradisinya,
dengan pandangan progresif, yakni suatu konsep di mana seseorang tidak lagi akan
menjaga tradisi, namun ia akan beradaptasi atau menerima pengaruh-pengaruh yang
dibawa kebudayaan lain. Hal ini dikemukakan oleh Charlotte Thomson (1999:1),
Kerangka Pemikiran
Tokoh
The Frozen Lake
Elemen Intrinsik Elemen Ekstrinsik
Masyarakat Inggris tahun 1921 Alur Cerita
Konservatif vs. Progresif
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Unsur-unsur Intrinsik dalam Novel
Novel merupakan karya fiksi yang berisi cerita dan tindakan-tindakan yang
merepresentasikan kehidupan nyata, baik itu kejadian masa lalu atau kejadian masa
kini yang dibuat lebih kompleks di dalam sebuah alur cerita. Novel adalah karya
sastra yang banyak dibaca oleh pembacanya untuk mendapatkan hiburan setelah
mereka menghadapi kepenatan dalam kehidupan mereka. Karya sastra fiksi maupun
nonfiksi dapat menjadi hiburan tersendiri bagi pembaca novel.
Selain unsur ekstrinsik seperti yang telah dijelaskan di subbab sebelumnya,
dalam karya sastra juga terdapat unsur intrinsik yang sangat penting dalam sebuah
karya sastra. Unsur-unsur tersebut di antaranya alur cerita, karakter, konflik, dan
latar/setting. Akan tetapi dalam penelitian ini hanya akan difokuskan pada alur cerita,
konflik dan karakter.
2.1.1. Alur Cerita
Salah satu unsur intrinsik dalam karya sastra adalah alur cerita Seperti yang
dikemukakan oleh Perrine (1988: 41), alur cerita adalah alur cerita ketika
dapat menganalisis alur cerita. Hal ini karena dalam alur cerita terdapat rangkaian
cerita yang terdapat dalam sebuah novel.
Dalam alur cerita terdapat suspense yang merupakan “The quality in a story that
makes reader asks “What is going to happen next?” or “How will this turns
out?”(Perrine: 1988 : P.42)”. Pembaca akan merasa penasaran tentang
kejadian-kejadian yang akan dihadapi oleh karakter dalam cerita, hal ini akan membuat
pembaca tertarik untuk terus membaca sebuah cerita. Ada dua bagian dalam suspense
yaitu misteri (mystery) dan kejutan (surprise), hal ini dapat dilihat dari kutipan di
bawah ini:
Mystery is an unusual circumstance when readers need explanation about an event faced by character, or to place protagonist in a dilemma, is condition when protagonist must choose two course of action, and both are undesirable things (Perrine: 1988: 4).
Kutipan di atas menjelaskan bahwa misteri dapat menarik perhatian pembaca. Mereka
akan merasa ingin tahu tentang kejadian yang akan terjadi pada karakter dalam
sebuah cerita, atau ketika karakter-karakter tersebut dihadapkan pada sebuah masalah.
Pembaca akan penasaran terhadap keputusan yang akan diambil oleh karakter
tersebut. Itulah sebabnya misteri dapat menjadi daya tarik tersendiri dalam sebuat
cerita. Selain itu, dalam sebuah cerita juga terdapat kejutan (surprise) adalah
“Surprise is proportional to the unexpectedness of what happens; it becomes
pronounced when the story departs radically from our expectation (Perrine:
Kutipan diatas menjelaskan bahwa surprise juga dapat menarik perhatian
pembaca karena dengan adanya surprise pembaca akan lebih tertarik untuk terus
membaca hingga ahir cerita. Tanpa adanya surprise sebuah cerita tidak akan menarik,
ketika mereka merasa penasaran, mereka akan menebak-nebak apa yang akan terjadi
dalam cerita tersebut. Pembaca juga akan merasa penasaran dengan akhir atau ending
dari cerita yang mereka baca, ada dua buah ending yang biasanya terdapat dalam
sebuah cerita yaitu Happy Ending dan Unhappy Ending.
“Happy Ending is the protagonist must solve his problems, defeat the villain, win
the girl, “live happily ever after.”(Perrine: 1988: 45) kebanyakan pembaca lebih
menyukai akhir yang bahagia atau Happy Ending, namun tidak semua cerita berahir
bahagia. Hal ini terjadi karena ada cerita yang mengalami akhir tidak bahagia atau
disebut Unhappy Ending. Ketika tokoh protagonist tidak dapat mendapatkan apa
yang ia inginkan, atau ia tidak dapat hidup bahagia, ataupun ketika cerita berakhir
dengan kematian tokoh protagonisnya.
2.1.2. Karakter
Karakter merupakan bagian dari alur cerita, karakter dalam sebuah cerita
merupakan bagian penting karena karakter menjadi penanda bagi setiap kejadian
yang terjadi dalam cerita tersebut. Oleh karena itu tidaklah mungkin bila dalam
sebuah cerita tidak terdapat karakter atau tokoh karena karakter menjadi objek dari
haruslah dibangun dengan sempurna, seperti yang dikemukakan oleh Laurence
Perrine dalam bukunya:
“if the main character is male, he need not be perfect, but he must ordinarily be fundamentally descent –honest, good hearted and preferably good looking. If he is not virtuous, he must have strong compensatory qualities – he must be daring, dashing, or gallant. He may defy law and order only if he has a tender heart, great love, or a gentleman’s code (Perrine: 1988: 65)”
Berdasarkan kutipan di-atas, dapat disimpulkan bahwa dalam sebuah cerita terdapat
karakter yang menjadi salah satu factor penting dalam sebuah cerita. Dapat dikatakan
bahwa karakter merupakan jiwa dari sebuah cerita sehingga seorang penulis akan
menggambarkan seorang karakter dengan sempurna dan cara yang berbeda. Melalui
karya sastra kita dapat mengetahui dan mengerti tentang karakteristik seseorang yang
digambarkan dalam sebuah karya sastra, kita juga dapat mengetahui apa yang mereka
pikirkan dan rasakan. Hal ini dapat kita ketahui karena dalam cerita yang ada dalam
sebuah novel, karena karya sastra merupakan representasi dari dari kehidupan nyata,
sehingga kita dapat mengetahui karakter seseorang melalui karya sastra.
Dalam karya sastra terdapat terdapat karakter round dan flat. Seperti yang
dikatakan oleh Perrine dalam bukunya “Flat characters are characterized by one or
two traits; they can be sum up in a sentence (Perrine: 1988: 67)”. Dari kutipan
tersebut kita dapat mengetahui bahwa karakter flat memiliki karakteristik yang
cenderung sederhana, hanya terdapat beberapa karakteristik dan tidak mengalami
perubahan dalam perjalanan hidupnya disebuah cerita. Sedangkan Round character :
full analysis” (Perrine: 1988: 67). Dari kutipan di samping kita dapat mengetahui
bahwa dalam karakter round terdapat banyak karakteristik dari seorang tokoh, di sana
juga akan terjadi perubahan karakteristik dari seorang tokoh dalam cerita tersebut.
2.1.3. Konflik
Konflik merupakan salah satu unsur intrinsik dari sebuah karya sastra. Ketika
alur cerita merupakan kejadian yang terjadi dalam sebuah cerita, maka konflik
merupakan “conflict is the essence of fiction that creates alur cerita” (Perrine: 1988:
67). Perrine juga menyatakan bahwa “conflict is a clash of actions, ideas, desires, or
wills” (1988: 42). Konflik dapat terjadi dalam sebuah karya sastra atau nofel karena
adanya karakter dan alur cerita. Sebuah cerita akan menarik ketika kita mengetahui
alur cerita yang terdiri dari karakter yang menjadi pelaku dari kejadian-kejadian
dalam sebuah cerita. Ketika suatu kejadian tidak dapat diselesaikan, hal itu akan
menimbulkan konflik. Ada tiga buah konflik yang dikemukakan ole Perrine yaitu:
man against man, man against environment, man against himself. Namun dalam
penelitian ini hanya akan fokus pada konflik man against man yaitu “The main
character may be pitted against some other person or group of persons.” Seorang
karakter melawan seseorang atau sekelompok orang.
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa dalam penelitian ini akan dianalisis
konflik man against man. Konflik tersebut dapat direpresentasikan oleh karakter
Edmondson, yang melibatkan situasi di London pada tahun 1921 yang melatari
konflik antara konservatif dan progresif.
2.1.4. Konflik sebagai Sumber Data
Konflik yang muncul dalam sebuah karya sastra dapat digunakan sebagai sumber
untuk mendapatkan data yang dapat dianalisis. Ketika konflik ditemukan, itu berarti
bahwa masalah yang membutuhkan solusi, untuk menemukan solusi dari sebuah
konflik yang muncul dapat digunakan teori yang sesuai.
Konflik yang muncul dalam penelitian ini adalah tentang konflik antara seorang
nenek dan cucu-cucunya. Hal ini terjadi karena mereka memiliki perbedaan
pemikiran dan cara dalam menghadapi kehidupan mereka. Karakter nenek dalam
novel The Frozen Lake merupakan gambaran dari generasi tua yang berfikiran
konservatif atau kolot, hal ini terjadi karena karakter nenek ingin selalu tetap menjaga
tradisi. Sementara neneknya memiliki sifat kolot, namun cucu-cucunya memiliki sifat
yang berbeda. Mereka merupakan gambaran dari generasi muda yang memiliki
pemikiran progresif, pemikiran ini terjadi karena mereka tidak ingin menjaga tradisi
keluarga yang diturunkan dari generasi ke generasi. Mereka yang berfikiran progresif
merupakan orang-orang yang terbuka pada perubahan, mereka dapat beradaptasi
dengan perubahan yang terjadi di lingkungan mereka, mereka juga dapat menerima
perbedaan dalam cara berpakaia karena mereka berpendapat bahwa tidak ada aturan
sukai. Orang-orang yang berpikiran progresif dapat melakukan hal-hal yang mereka
sukai tanpa nemikirkan konsekwensi yang akan mereka tanggung.
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa konservatif dan progresif memiliki
pemikiran yang berbeda dalam menghadapi kehidupan mereka sehingga terjadi
konflik diantara mereka. Sebagai contoh karakter Edwin ,cucu dari Lady Richardson,
ingin menikahi Jane yang merupakan seorang imigran dan seorang Yahudi. Sebagai
seseorang yang berpikiran kolot, neneknya tidak ingin hal itu terjadi kerena mereka
tidak menyukai imigran Yahudi. Hal ini menjadi konflik dalam novel ini, namun
masih ada banyak lagi konflik yang terdapat dalam novel ini yang akan dijelaskan di
BAB VI.
2.2. Sejarah Karya Fiksi di Inggris 1900-1929
2.2.1. Inggris Pada Masa Edwardian
Masa Edwardian adalah masa ketika Raja Edward VII memimpin sejak
1901-1910 di Inggris. Kematian Ratu Victoria pada Januari 1901 dan pengambilalihan
kekuasaan oleh anaknya, Edward, menandai berahirnya masa kerajaan Ratu Victoria.
Raja Edward adalah seorang raja yang modern dan fashionable, hal ini terjadi karena
Raja Edward suka mengunjungi tempat-tempat di Benua Eropa yang memiliki selera
Pada masa Raja Edward, ada hal-hal yang sangat berbeda dengan Kerajaan Ratu
Victoria, seperti yang dijelaskan dalam kutipan yang diambil dari buku Literature
and Culture in Modern Britain:
“A period which begins with the end of Victorianism and ends with the beginning of the modern world including the rise of organized labor, world conflict, new technological innovation, the aggressive appearance of mass consumption, the giving of votes to mature women and to all over 21.” (Bloom: 1993: 4)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa masa Kerajaan Edward bisa disebut juga sebagai
masa-masa modern karena pada saat itu banyaknya pabrik yang didirikan. Banyak
inovasi-inovasi baru dalam teknologi yang bisa membantu dalam kehidupan manusia.
Orang-orang dewasa dapat memberikan suara dalam pemilu ketika mereka berusia
dua puluh satu tahun. Hal ini terjadi karena pada masa itu orang yang berusia dua
puluh satu tahun dianggap dewasa dan dapat memberikan suaranya.
Pada periode ini, orang-orang yang sudah menginjak usia dewasa dapat memilih
hal-hal yang mereka sukai, dan mereka juga dapat mengambil keputusan-keputusan
besar dalam hidup mereka. Hal ini terjadi karena mereka beranggapan bahwa mereka
memiliki hak asasi secara otoritas, sehingga mereka akan dapat bertanggung jawab
pada semua keputusan yang telah mereka ambil. Memilih pekerjaan pun menurut
mereka merupakan sebuah hak asasi yang mereka miliki. Hal ini dapat dilihat dari
kutipan dibawah ini:
car, nor in the rise in house building and the spread of the suburbs, but were ones of profound individual perception.” (DeGenova: 1990: 9)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa pada masa Kerajaan Edward manusia mulai
menghadapi masa modern mereka memiliki dua macam pilihan; yaitu menjaga dan
menjalankan kehidupan tradisionalnya atau menerima pengaruh-pengaruh modern
yang terjadi. Modernisasi ini pun dapat dilihat dari sisi lain seperti kegiatan ekonomi
yang pada saat itu banyak pabrik memproduksi sepeda motor, mobil, dan
produk-produk teknologi lainnya.
Selain itu, periode ini tidak hanya berfokus pada industri, tapi juga dalam hal
pemberian suara dalam pemilu dan hak lainnya yang tidak semua orang bisa
mendapatkannya. Sebagai contoh, pada periode ini wanita tidak memiliki
kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan ataupun memberikan suara. Untuk
mendapatkan semua itu mereka harus berjuang untuk mendapatkan keadilan dan
hak-hak tersebut. Setelah perjuangan yang cukup berat, pada ahirnya mereka
mendapatkan hak yang mereka inginkan. Mereka dapat memberikan hak suara,
mendapatkan tunjangan kesehatan, dan mendapatkan fasilitas asuransi keamanan
bekerja.
Selain itu, terjadi perubahan-perubahan lain pada masa ini, hal ini dikemukakan
oleh Bloom (1993:11) “the reason why anarchy and cohesiveness went together was
because the forces of change acted in ways that were not traditional”. Setelah
mereka. Hasilnya, mereka mulai meninggalkan kehidupan tradisional yang selama ini
mereka jalani dan mereka mulai beradaptasi dengan gaya hidup yang baru. Kondissi
tersebut banyak memberikan inspirasi kepada para penulis karya sastra untuk
mengekspresikan gagasannya berdasarkan fenomena tersebut.
2.2.2. Karya Fiksi di Inggris 1900-2929
Pada masa ini karya sastra sangat berbeda dari karya sastra pada masa
sebelumnya, hal ini diungkapkan oleh Clive Bloom:
“stuck to ‘traditional’ method of writing and avoided innovation in form in to concentrate on either the psychology of bourgeois domesticity or the political and economics inequalities of society”. (Clive Bloom: 1993: 17).
Kutipan di atas memberikan gambaran bahwa konsep konservatif tidak hanya terjadi
dalam karya sastra. Tetapi dapat juga terjadi dalam kehidupan nyata. Pada masa ini,
penulis yang konservatif masih menjaga tradisi mereka dalam menciptakan karya
sastra, sebagai contohnya mereka akan tetap menulis tentang kehidupan kaum
borjuis, politik, dan ketimpangan dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Topik-topik
tersebut lebih menarik bagi penulis yang masih memegang konsep Konservatif
seperti: H.G. Wells and George Bernard Shaw, Henry James and Arnold Bennett,
John Galsworthy and E.M. Forster. Mereka memiliki pemikiran yang sangat berbeda
dengan pemikiran modern, seperti yang dikemukakan dalam kutipan di-bawah ini:
Kutipan di atas menjelaskan bahwa penulis yang berpikiran modern lebih tertarik
pada pemikiran pribadi yang merupakan hal penting dalam kaya sastra seni modern.
Pada karya sastra modern terdapat sebuah koneksi antara pembaca dan karya
sastranya. mereka dapat merasakan perasaan unik yang direfleksikan oleh penulis
melalui karya yang dibuatnya. Penulis-penulis modern pada masa ini diantaranya
adalah Virginia Woolf, D.H. Lawrence, James Joyce dan Thomas Hardy.
2.3.Progresif dan Konservatif 2.3.1. Progresif
Setiap orang memiliki caranya sendiri dalam mengjalani kehidupan mereka, ada
beberapa yang ingin menuruti apa yang orangtua mereka katakan, namun ada juga
yang tidak ingin menuruti orangtianya karena mereka memiliki pemikirannya sendiri,
dan mereka menginginkan perubahan sehingga mereka dapat membuat hidup mereka
lebih nyaman. Hal tersebut dapat menimbulkan ketidak cocokan diantara keduanya.
Ada orang yang ingin menjaga tradisi seperti dikatakan oleh Auguste Comte and
Ferdinand Toennies yang menyatakan bahwa menunjukan bahwa seseorang akan
menghadapi perubahan dalam kehidupan sosialnya, mereka akan beradaptasi dalam
menerima kebudayaan baru yang dapat membuat mereka lebih nyamandalam
menjalani hiidupnya. Kahidupan sosial dapat bengubah ketika teknologi berkembang,
hal ini dapat merubah gaya hidup dan kehidupan manusia. Mereka beralih dari
kehidupan tradisional yang memiliki banyak aturan dan tradisi-tradisi yang harus
menerima gaya hidup baru, dan mereka merupakan orang-orang yang tidak ingin
menjaga tradisi. Mereka menyukai perubahan dan dapat beradaptasi dengan itu, maka
orang-orang seperti ini dapat disebut sebagai masyarakat progresif, seperti yang
dijelaskan dalam kutipan dibawah ini:
“Progress is seen as inevitable; humans cannot help but move gradually from a traditional society in which families tend their own fields and are in awe of religion, to a rational and capitalist world of cities and technology in which individuals are part of a larger production system”.(Auguste Comte and Ferdinand Toennies, 19…: )
Kutipan diatas memberikan pernyataan tegas bahwa manusia beralih secara bertahap
dari kehidupan tradisional yang mereka jaga sejak dahulu kala. Ketika sebuah
keluarga memiliki tradisinya sendiri, diharapkan hal tersebut dapat menjadi warisan
yang berharga bagi anak cucu mereka kelak. Akan tetapi tidak semua orang ingin
menjaga tradisinya, ada juga manusia yang mulai membuka dirinya terhadap
kebudayaan baru, dan orang-orang tersebut disebut progresif people.
2.3.2 Konservatif
Teori yang bertentangan dengan progresif adalah konservatif yang memiliki
definisi sangat berbeda. Seseorang bisa dikatakan sebagai seorang konservatif
apabila mereka hanya ingin menjaga tradisi yang telah diturunkan oleh orangtuanya
sebagai warisan yang sangat berharga. Mereka tidak memiliki keinginan untuk
akan merusak tradisi tradisional mereka, dan mereka juga ingin tetap menjaga tradisi
tersebut seumur hidup.
Mereka yang berpikiran konservatif memiliki pemikirannya sendiri dalam
menjalani kehidupan sehari-hari, misalnya dalam bidang pendidikan. Sebagai tokoh
filsuf seperti Jean-Jacques Rousseau, Wilhelm Wundt, and John Dewey menjelaskan
tntang pengertian pendidikan dalam konteks tradisional seperti dalam Century
Dictionary of the English Language (Appleton, Century, Crofts: New York, 1927):
“The drawing out of a person’s innate talents and abilities by imparting the knowledge of languages, scientific reasoning, history, literature, rhetoric, etc.—the channels through which those abilities would flourish and serve.”(Charlotte Thomson:1999:1)
Seseorang yang memiliki pola pikir konservatif akan memperhatikan dalam
hal peningkatan kualitas pendidikan terutama dalam bahasa, sains, sejarah, sastra, dan
retorika. Mereka menganggap bahwa cabang ilmu pengetahuan tersebut sangat
penting untuk dipelajari daripada bidang ilmu yang lain. Oleh karena itu, mereka
akan memerintahkan generasi muda untuk melakukan hal-hal yang mereka anggap
terbaik karena bagi mereka, pendidikan adalah salah satu hal yang penting dalam
kehidupan keluarga mereka. Hal ini sangat berbeda sekali dengan orang yang
berfokoran progressif, mereka akan memperbolehkan anak-anak mereka untuk
memilih hal-hal yang mereka sukai termasuk dalam memilih pendidikan yang mereka
inginkan. Bila orang-orang konservatif akan menyuruh anaknya untuk belajar sejarah,
sastra atau yang lainnya dan mereka tidak akan membiarkan anak-anaknya belajar
dimana mereka akan mengizinkan dan mendukung anak-anaknya dalam mempelajari
ilmu yang mereka sukai.
2.4. Keluarga
Keluarga merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia. Setiap orang
pasti memiliki keluarga, sebuah tempat dimana mereka dapat berbagi kebahagiaan,
kesedihan, dan perasaan lain. Berdasarkan buku yang ditulis oleh Mary Kay
DeGenova, Intimate Relationship, Marriage and Family, devinisi keluarga adalah
sebagai berikut:
“…any group of persons united by the ties of marriage, blood or adoption, or any sexually expressive relationship, in which ; (1) the adults cooperate financially for their mutual support (2) the people are committed to one another in an intimate interpersonal relationship , and (3) the members see their individual identities as importantly attached to the group with an identity of its own.” (DeGenova.1990:2)
Dari kutipan tersebut kita bisa melihat bahwa ketika seseorang menikah berarti
mereka merupakan keluarga dan memiliki hubungan satu sama lain. Pernikahan
bukanlah satu-satunya cara untuk menjalin ikatan keluarga, akan tetapi hubungan
darah dan adopsi juga akan memberikan seseorang sebuah keluarga. Ketika seseorang
memiliki keluarga, mereka merasa bahwa pasangan mereka adalah miliknya sehingga
mereka akan saling menjaga satu sama lain, memenuhi kebutuhan hidup dan mereka
2.4.1. Keluarga Pada Masa Awal Tahun 1900-an
Pada masa ini keluarga mengalami perubahan dalam komposisi, ukuran, dan
fungsi. Alasan manusia untuk menikah pun mengalami perubahan dan terdapat juga
perubahan lain dalam hal konstruksi keluarga, seperti yang dikatakan oleh Glick
dalam sebuah buku yang berjudul Intimate Relationship, Marriage and Family
menyatakan bahwa: “Families as we know them today are different from those of
previous generations” (Glick.1984,1988, in McGenova.P.2) kutipan di samping
menjelaskan bahwa pengertian keluarga dan fungsi keluarga berubah dari waktu ke
waktu, dan tidak hanya pengertiannya saja yang berubah, namun fungsinya juga
berubah.
Pada tahun 1800-an, manusia menikah untuk memenuhi kebutuhan ekonomi,
untuk menyediakan barang dan jasa satu sama lain, untuk mencapai suatu status
sosial tertentu, menghasilkan keturunan dan untuk membesarkan anak-anak. Akan
tetapi makna dan tujuan dalam pernikahan itu sendiri telah berubah dari waktu ke
waktu, seperti pada tahun 1920-an yakni menusia ingin menikah karena cinta, ingin
memiliki pendamping, dan juga ingin memenuhi perasaan emosional satu sama lain.
2.4.2 Peran Orangtua
Ketika seseorang memiliki sebuah peran, itu berarti mereka memiliki kekuatan
atau power. Generally, power in intimate relationship is define as the ability to
influence ones partner to get what one wants (Beckmar,Harvey,Satre, and
kehidupan sosial. Dalam keluarga juga terdapat power namun memiliki pengertian
berbeda. Power tersebut biasa juga disebut sebagai Power-Parents Authority,
menurut Zinn dan Eitzen (1990: 165-166):
“First, the family , like all other social organizations, is a power system; that is , power is unequally distributed between parents and children and between spouses, with the male typically dominant. Second, parents have authority over their children. They feel they have the right to punish children in order to shape them in the ways they considers important.”
Berdasarkan kutipan di atas yang menyatakan bahwa keluarga adalah suatu organisasi
yang didalamnya terdapat kepala keluarga sebagai pemegang kedudukan tertinggi dan
anggota keluarga yang memiliki kedudukan inferior. Biasanya, seorang ayah menjadi
kepala keluarga, oleh sebab itu, seorang ayah memiliki kekuasaan untuk membuat
keputusan untuk keluarganya. Terkadang seorang ayah mengambil sebuah keputusan
tanpa bertanya kepada anggota keluarga lain seperti istri, dan anak-anaknya. Apabila
hal ini terjadi, itu berarti bahwa ayah sedang menggunakan kekuasaannya dalam
mengambil sebuah keputusan.
Dalam hal ini, ayah bukanlah satu-satunya orang yang memiliki kekuasaan dalam
sebuah keluarga, akan tetapi ibu juga memiliki power untuk menghukum
anak-anaknya bila mereka melakukan kesalahan atau kenakalan. Maka ibu akan
memberikan hukuman yang merupakan hal biasa dalam beberapa keluarga. Hukuman
yang diberikan biasanya mereka menyuruh anaknya untuk pergi ke loteng dan tinggal
di sana selama beberapa hari tanpa boleh keluar, atau mungkin orang tuanya tidak
peran ibu biasanya terlihat lebih dominan dalam mengatur jalannya kehidupan rumah
tangga. Sebagai pemegang kendali, ibu biasanya dapat melakukan apapun yang ia
inginkan terhadap keluarganya. Dalam mengambil keputusan, terkadang ibu tidak
bertanya atau mendiskusikannya dengan anggota keluarga lain karena ia berfikir
bahwa keputusan apapun yang ia ambil, semua itu demi kebaikan seluruh anggota
keluarganya. Bagaimanapun juga, ibu berperan besar dalam kelangsungan kehidupan
sebuah keluarga, karena seorang ibu merawat, menjaga dan mendidik anaknya, dan
intensitas waktu bertemu seorang ibu dengan anaknya biasanya lebih banyak
dibandingkan dengan ayah mereka yang sibuk mencari uang.
2.4.3. Skandal
Hal negatif yang bisa merusak nama baik keluarga dan dirinya sendiri biasanya
dikenal sebagai hal yang memalukan, seperti yang dikemukakan dalam kutipan di
bawah ini:
“everyday tragedies are transformed into something extraordinary; the process whereby events that are local and personal become national and public; the process whereby the specific comes to stand for the general.” (Butler and Drakeford: 2005: 1)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa skandal sebenarnya merupakan kejadian
sehari-hari yang ditransfer menjadi sesuatu yang besar. Sebagai contoh ketika seseorang
memiliki persoalan pribadi dan diketahui oleh banyak orang, maka hal ini akan
menjadi skandal yang memalukan karena biasanya sebuah skandal memang banyak
2.5. Gambaran Keluarga dalam Karya Sastra
Permasalahan keluarga sering menjadi bahan konflik dalam karya sastra terutama
karya fiksi seperti novel. Dalam karya fiksi sering merepresentasi masalah keluarga
yang terjadi di dalam kehidupan nyata. Ini ditunjukan dalam novel The Frozen Lake
karya Elizabeth Edmondson. Dalam novel ini digambarkan tentang isu-isu keluarga
dan hubungan antara satu karakter dengan karakter yang lain yang menimbulkan
25 BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian
Penelitian ini akan meneliti tentang konflik yg muncul antara dua tokoh yaitu antara nenek dan cucunya. Konflik ini dimulai dari adanya perbedaan pemikiran di antara nenek dan cucunya. Nenek memiliki pemikiran konservatif sedangkan cucu-cucunya memiliki pemikiran yang progresif. Karakter nenek memegang tradisi yang telah diturunkan kepadanya dari generasi-ke generasi, begitu pula ketika dia membesarkan anak cucunya menggunakan adat dan cara yang sama. Sementara cucu-cucunya berpikiran secara modern karena mereka lahir di dunia yang lebih modern dan telah terpengaruh dengan gaya hidup, cara berpakaian, dan adat yang juga lebih modern dari nenek mereka.
Perbedaan-perbedaan yang muncul antara nenek dan cucunya, menjadi penyebab munculnya konflik yang terjadi diantara mereka. Sikap nenek yang tidak mau menerima perubahan yang terjadi pada cucu-cucunya menyebabkan kurang harmonisnya hubungan antara nenek dengan cucunya.
Hal ini membuat nenek berpikir bahwa jika tetangga di lingkungan sekitar tempat tinggal mereka mengetahui bahwa bahwa Isabel mengandung, maka hal ini akan membuat nama keluarganya tercoreng. Hal tersebut membuat nenek mengambil sebuah tindakan untuk menutupi skandal tersebut. Hal ini dilakukannya untuk membela Jack karena ia terlalu menyayangi anaknya itu sehingga ia melakukan apapun untuk melindungi anaknya. Sang Nenek melakukan hal tersebut hanya demi anaknya tanpa berpikir apakah hal itu baik atau buruk. Kasih sayang nenek yang berlebihan untuk Jack membuat nenek tidak dapat berpikir jernih lagi. Dia tidak dapat melihat kebenaran, kesalahan, dan bahkan suatu kejahatan yang telah dilakukan anaknya.
Karakterisasi dari tokoh nenek yang digambarkan dalam novel ini menunjukkan bahwa ia tidak menyayangi dan mempedulikan cucu-cucunya. Penggambaran tersebut dapat terlihat dari cara nenek memperlakukan cucu-cucunya. Dalam novel The Frozen Lake karakter nenek digambarkan tidak peduli terhadap semua keinginan cucu-cucunya, dia menginginkan cucunya untuk melakukan apapun sesuai dengan keinginannya, seperti makanan, pakaian, sekolah, dan pekerjaan yang akan dia kerjakan semua harus berdasarkan pilihan nenek mereka.
3.2. Sumber Penelitian
James Edmundson, yang terjadi sekitar tahun 1930. Dalam novel ini peneliti menemukan banyak konflik yang terjadi yang digambarkan oleh penulis.
3.2.1. Sinopsis
The Frozen Lake karya Elizabeth Edmondson adalah sebuah cerita tentang
sebuah keluarga yang tinggal di Wyncrag, inggris sekitar tahun 1930-an. Dalam novel ini terdapat beberapa karakter yang muncul. Karakter pertama adalah Alix, Alix diceritakan tinggal di London dan jauh dari keluarganya. Alix sebagai wanita yang telah dewasa berhak memustuskan tempat tinggalnya dan apa yang akan dilakukannya. Akhirnya dia memutuskan untuk tinggal di London dan bekerja di sana.
Alix memutuskan untuk meninggalkan keluarganya karena terdapat begitu banyak masalah yang harus dihadapinya, terutama dengan neneknya yang selalu memaksakan kehendaknya terhadap cucu-cucunya untuk mengikuti keinginnanya. Karena itu Alix memiliki rasa benci terhadap neneknya, dan hal itu membuat dia harus tinggal terpisah dari saudara kembarnya yang bernama Edwin dan saudara perempuannya, Perdita.
Di awal cerita dalam novel tersebut, Perdita diperkenalkan sebagai saudara perempuan Alix. Perdita tinggal bersama neneknya di Wyncrag. Disana perdita tidak diperlakukan sebagai mestinya seperti seorang nenek yang menyanyangi cucunya.
rongsok yang dia miliki untuk digunakan oleh Perdita. Saat perdita menginginkan pakaian baru, neneknya memberikan pakaian bekas. Neneknya memberikan pakaian yang dimilikinya ketika ia seusia dengan Perdita.
Karakter nenek dalam novel ini digambarkan memiliki karakteristik yang sangat kuat, dia memiliki peran yang besar dalam keluarganya. Dia membuat peraturan yang keras untuk mendisiplinkan keluarganya. Jika ada keluarganya yang melanggar maka dia akan langsung menegur pelanggar tersebut. Kondisi ini membuat Alix dan Edwin memutuskan untuk meninggalkan nenek mereka. Perlakuan nenek sangat bertolak belakang jika ia memperlakukan anak-anaknya. Dimana ia akan sangat memperhatikan, mencintai dan menuruti semua keinginan anak-anaknya.
Neneknya ingin menjadi ibu yang baik untuk anak-anaknya. Terutama saat dia menutupi kesalahan yang dilakukan Jack. Jack adalah seorang tentara, yang pada akhirnya dia harus ikut pergi berperang dan mati. Skandal dalam keluarga ini dimulai sebelum Jack menjadi seorang tentara. Jack melakukan penganiayaan secara seksual terhadap Jane, Jack juga melakukan hal yang sama terhadap Isabel yang kemudain diketahuilah bahwa Isabel mengandung dan melahirkan seorang anak perempuan dari Jack yang diberi nama Perdita.
Alix dan Edwin melihat ada kejangggalan pada sikap nenekya saat mengurus Perdita. Disinilah Alix dan Edwin berusaha untuk mencari kebenaran yang terjadi dalam keluarga mereka.
Selain skandal yang terjadi disebutkan di atas, juga terjadi beberapa skandal lain sebagai pemicu konflik baru. Konflik yang disebabkan oleh sikap sang nenek yang konservatif, hal ini menyebabkan dia tidak memperhatikan keinginan cucu-cucunya tetapi memaksakan kehendaknya terhadap cucu-cucu-cucunya sendiri tanpa berpikir apakah hal tersebut akan disukai atau tidak.
Sebagai contoh, saat Edwin mencitai seorang wanita yang merupakan seorang imigran dan seorang Yahudi, serta ia ingin menikahi wanita tersebut, nenek tidak mengizinkan, karena status wanita itu adalah seorang Yahudi.
Skandal lain yang muncul menjadi konflik adalah permasalahan tentang pekerjaan. Saat Perdita mengingikan untuk menjadi seorang pianis. Dia ingin bersekolah di sekolah musik di London selama dua tahun, tetapi neneknya tidak memberikan izin.
Neneknya mengingikan Perdita bersekolah di sekolah khusus wanita. Dia inign agar Perdita menjadi wanita anggun yang memiliki disiplin diri, akhirnya dia memutuskan agar perdita bersekolah di sekolah itu.
Di sini dapat terlihat perbedaan sudut pendang antara konservatif dan progresif. Sistem konservatif yang dijalankan nenek dengan semua peraturannya yang kaku dan sistem yang progresif yang dijalankan anggota keluarga lain dengan pandangan yang lebih maju.
Di akhir cerita pada novel ini mulai terlihat pemecahan konflik-konflik yang muncul. Rahasia sang nenek yang akhirnya diketahui oleh cucu-cucunya. Perdita dapat mencapai mimipinya menjadi seorang Pianis, dkhir cerita, Jack akhirnya ditembak mati oleh Isabel.
3.2.2. Biografi Pengarang
Elizabeth Edmondson adalah seorang penulis cerita romantik. Dia lahir di Chile dan belajar di Calcuta dan London sebelum dia mendaftarkan diri di Oxford University. Dia tertarik menulis novel fiksi yang banyak diinspirasi dari lingkungan keluarganya sendiri. Karya fiksi lain yang dia tulis bertemakan detektif, cerita cinta, kehidupan sosial, keluarga dan persahabatan. The Frozen Lake adalah salah satu karyanya yang mengangkat cerita tentang keadaan Inggris
pada tahun 1920. Novel lain yang ditulis olehnya adalah Voyage of Innocence, The Art of Love, dan The Villa in Italy.
3.3. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif adalah:
complex, holistic picture, formed with words, reporting detailed views of informants, and conducted in a natural setting (Cresswell;1994:1)
Metode ini digunakan dalam menganalisa data, karena metode ini dapat merefleksikan kehidupan social yang sesuai dengan penelitian ini. Data yang ditemukan dalam novel dapat dianalisis melalui metode ini. Sehingga dihasilkan penjelasan dan hasil analisis dari data yang telah dikumpulkan.
3.3.1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah konflik-konflik yang muncul antara nenek dan cucu-cucunya dalam novel. Pengumpulan data terdiri dari situasi keadaan keluarga Hary (kakek), data yang dikumpulkan adalah data-data yang berhububgan dengan konflik dan skandal yang muncul dalam keluarga yang muncul dalam novel. seperti pada contoh berikut ini, data yang muncul saat Paman Jack merenggut kesucian keponakannya, tetapi ibunya menutupi segala tindak kejahatan anaknya. Data lain yang muncul saat Alix, Edwin, Perdita dan karakter lain yang ingin mengungkap kondisi yang sesungguhnya dalam keluarga mereka.
muda yang maju karena mereka menerima perubahan tradisi yang terjadi dan turut serta dalam perubahan tersebut.
Proses Pengumpulan Data Dapat Dilihat di Bawah ini: a. Membaca Novel
Novel yang digunakan dalam pengambilan data adalah The Frozen Lake. Penulis membaca novel tersebut secara berulang-ulang dan menemukan permasalah-permasalahan yang muncul, dan permasalahan yang muncul adalah konflik keluarga antara nenek dan cucu-cucunya.
b. Klasifikasi Data
Dalam tahap ini penulis mengklasifikasikan data yang ditemukan berdasarkan konflik yang muncul dan pembagiannya. Data–data yang ditemukan diklasifikasikan menjadi kategori kebohongan, perceraian, gaya hidup, tingkah laku dan usia.
c. Spesifikasi Data
Dalam tahap ini penulis membuat spesifikasi dari data-data yang telah dipilih. Tahap ini dilakukan untuk membantu penulis dalam memahami dan mengerti isi dari permasalahan yang telah dipilih untuk kemudian dianalisis.
3.3.2. Analisis Data
kumpulkan adalah data-data yang berhubungan dengan konflik antara karakter nenek dan cucuc-cucunya. Bagaimana mereka mencari jalan keluar dari skandal yang semua skandal itu untuk menjaga nama baik keluarga.
Dalam menganalisis data, penulis menemukan sebuah kondisi keluarga di inggris pada tahun 1930. Dimana keadaan keluarga pada zaman itu akan sangat membantu dalamn menganalisis data.
3.4. Contoh Analisis Data
Berikut ini Adalah contoh data yang akan dianalisis. Korpus data dibawah ini adalah satu data yang berkaitan dengan pernikahan, dimana pernikahan yang terjadi ini ditentang oleh neneknya disebabkan calon pengantin wanita adalah seorang Yahudi. Edwin tidak mempersoalkan masalah tersebut karena dia mencintai Lidia yang seorang Yahudi, tapi berbeda dengan pemikiran neneknya yang berpegang pada sistem konservatif sistem ini tidak menyukai imigran dan Yahudi. Karena hal in, Lidia tidak pernah terpikir untuk menikah dengan Edwin walaupun Lidia mencitai Edwin.
“There is a gulf between us, between you [Alix] and me, and between Edwin’s family and me [Lidia]. You are Edwin’s twin, and you are very like him in many ways. When I’m with him, I forget how English he is, but when I see him with you, then I know how big the differences are between us. Love is all very well, but it takes more than love to make a marriage.”(P.400)
dan perasaan yang dihadapinya. Lidia menyadari bahwa mereka, Lidia dan Edwin, memiliki latar belakang keluarga yang berbeda. Edwin adalah seoarng bangsawan Inggris, dan juga berpendidikan yang tinggi. Latar belakang yang dimilikinya membuat Lidia merasa orang lain yang tidak dipedulikan dan dia menjadi khawatir akan keberadaan nenek Edwin.
Dia merasa seperti itu karena status imigran yang dimilikinya, status tersebut diidentikan dengan harta dan kepemilikan tanah. dia juga merasa dihantui oleh kenangan-kenangannya pada masa lalu. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan di-bawah ini:
“I carry a lot of memories, bad memories, around with me,’ Lidia went on.’ That's one thing. Then, when I see Edwin at his family home, in his big family house, all the servants, the whole tra-la that goes with money, I think what do I , an immigrant Jewess, from an intellectual family in Vienna, have to do with such a man?
“Our money is New-money, and it comes from industry and business, not from land and great marriages, Alix said” (P.400)
suatu hari Lidia mengirimi surat kepada Edwin bahwa ia telah berada di Inggris. Selama di Inggris hubungan mereka menjadi dekat kembali.
Berdasarkan pengakuaan Alix tentang Edwin, terlihat bahwa Edwin telah dibesarkan dan terpengaruh oleh nilai-nilai kehidupan modern. Karena pengaruh-pengaruh itu, dia menjadi sosok yang tidak terlalu mempedulikan harta maupun status derajat. Dia akan melakukan apa yang dia senangi karena dia merupakan seorang pria modern, dan tidak mempedulikan nilai-nilai tersebut.
Cara pandang Edwin berbeda dengan neneknya yang memiliki sudut pandang konservatif. Karena pemikirannya itu neneknya tidak menyetujui jika Edwin menikahi Lidia. Dia menginginkan Edwin menikah dengan wanita yang memiliki status derajat yang sama dengannya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini:
“Lidia started on the soup plates,‘Aha, your grandmother. There is one good reason why I should not marry Edwin. Your grandmother hates Jews, as we know; she would be hostile to her grandsons bringing home a Jewish bride. In fact, such a thing would not happen, for she would not let me in the house, and would drive Edwin away from his childhood home and his family.”(P.401)
37 BAB IV ANALISIS DATA
Konflik yang terjadi antara nenek dan cucu-cucunya pada novel The Frozen Lake
karya Elizabeth Edmondson dianalisis dalam bab ini. Konflik tersebut disebabkan
oleh perbedaan sudut pandang di antara mereka dalam menghadapi permasalahan
yang muncul, nenek yang mempunyai pemikiran konservatif dan cucu-cucunya yang
mempunyai pemikiran progresif. Konflik antara nenek, cucu-cucunya dan karakter
lain yang ada dalam novel ini membantu nenek untuk menyembunyikan rahasia besar
dari cucu-cucunya yang lain.
4.1. Konflik Konservatifvs. Progresif
Bermacam-macam konflik yang terjadi antara nenek dan cucu-cucunya di
analisis dalam subbab berikut ini. Konflik tersebut terdiri atas skandal keluarga
diantaranya gaya hidup, perilaku, dan pendidikan.
4.1.1. Skandal Keluarga 4.1.1.1. Kebohongan
Alix dan Edwin merasa ada yang aneh tentang kematian ibu mereka. Hal ini
membuat Alix dan Edwin penasaran tentang keadaan yang sebenarnya terjadi. Nenek
selalu berkata bahwa Helena, ibu dari Alix dan Edwin, meninggal saat dia melahirkan
bahwa tanggal kematian Helena dan kelahiran Perdita berbeda. Alix dan saudara
kembarnya, Edwin, mencoba untuk menemukan fakta di balik kematian ibu mereka
dan identitas Perdita.
Pada saat pencarian, Alix menemukan surat kabar di atas loteng, sebuah surat
kabar yang sudah tua yang menjadi petunjuk dari semua rahasia yang disembunyikan
oleh nenek dan anak-anaknya. Surat kabar tersebut menuliskan tentang sebuah
kecelakaan mobil, tertulis bahwa Helena mengemudi sendirian dan mengalami
kecelakaan hingga dia meninggal, teapi nenek mereka selalu berkata bahwa Helena
meninggal di rumah sakit saat melahirkan Perdita. Dari keadaan tersebut bisa
disimpulkan bahwa ada ketidakjujuran dan kebohongan didalam keluarga. Alix dan
Edwin ingin menemukan kebenaran, maka mereka berencana untuk bertanya pada
bibi Trudy tentang fakta yang terjadi pada kematian ibu mereka enam belas tahun
yang lalu.
Edwin dan Alix menunggu bibi Trudy untuk menunjukkan surat kabar yang
mereka temukan di loteng. Edwin sangat emosional saat dia meminta Trudy utuk
membacanya, Trudy terkejut ketika dia tahu bahwa Alix menemukan surat kabar
tersebut. Awalnya, dia tidak ingin memberitahu kebenarannya dan berkelit bahwa ada
kesalahan tanggal saat ibu mereka meninggal.
“Trudy had collected herself. ‘of course it’s a mistake about the data. Helena died in September. Or was it October?
‘You’re telling us she died after Perdita was born, which was on
Kutipan di atas menunjukkan ada beberapa orang dalam keluarga yang menutupi
kebenaran, karakter Trudy terlihat sangat bingung saat dia menghadapi fakta bahwa
Alix menemukan surat kabar yang dikirim oleh ibu Helena yang menuliskan tentang
kecelakaan yang menyebabkan kematian Helena. Dia terlihat sangat gugup untuk
menjelaskan berita yang tertulis, dan sangat takut untuk mengatakan situasi
sebenarnya saat ibu Alix meninggal. Karakter nenek takut bahwa cucu-cucunya akan
menemukan petunjuk yang dapat membongkar rahasia kematian Helena.
Nenek dan anak-anaknya, Trudy dan Saul, bersekongkol untuk menyembunyikan
semua rahasia dalam keluarga. Salah satu rahasia terbesar adalah ketika nenek tidak
memberitahu siapa ibu Perdita yang sebenarnya. Dia mempunyai alasan tersendiri
untuk tidak memberitahu kebenaran pada setiap orang di keluarganya. Dia menyadari
bahwa jika dia tidak membuat kebohongan akan menjadi sebuah masalah yang besar
dan sesuatu akan memperemalukan nama keluarga. Sebagai seorang yang konsevatif,
dia melakukan semua yang dia bisa untuk melindungi keluarganya dari apapun.
Bukan hanya nenek yang menyembunyikan rahasia, tapi Trudy dan Saul
membantunya juga karena mereka hanya ingin mematuhi perintah ibu mereka meski
itu salah. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan di bawah ini:
“Saul had spotted the newspaper, ‘what’s this, what’s this?
‘Trudie took no notice of her brother, but spoke directly to Edwin in a rush of coherence. ‘Helena wasn’t Perdita’s mother and Perdita isn’t your sister. She is your niece. Isabel was her mother.’(P.414)
Kutipan tersebut menunjukkan situasi saat Saul memasuki ruangan tempat Trudy
diinterogasi oleh Alix dan Edwin. Dia terlihat seperti orang tidak bersalah ketika dia
menemukan surat kabar di tangan Alix. Dia bertingkah seperti orang yang tidak tahu
apa-apa karena persekongkolan antara nenek dan anak-anaknya untuk
menyembunyikan fakta. Saul juga memerintahkan saudaranya Trudy untuk tidak
memberitahu yang sebenarnya, tapi Trudy tidak mematuhi saudaranya.
Trudy berpikir bahwa ini adalah saatnya untuk memberitahu yang sebenarnya,
dia tidak peduli saudaranya maka dia tetap membuka rahasia bahwa Perdita bukanlah
putri Helena namu ia adalah cucu Helena. Rahasia tersebut ditutupi selama enam
belas tahun oleh nenek mereka tapi dibuka oleh anaknya. Dalam novel ini, karakter
nenek berkata bahwa Perdita adalah saudara Alix dan Edwin, tapi faktanya itu semua
bohong, karena Perdita bukan saudara perempuan mereka. Dia adalah putri Isabel,
Isabel adalah saudara Edwin dan Alix, yang berarti bahwa Perdita bukan saudara
mereka melainkan keponakan mereka.
Nenek dan anak-anaknya berpikir bahwa seorang gadis berumur empat belas
tahun mempunyai anak tanpa menikah adalah skandal yang harus ditutupi, ini adalah
alasan mereka menutupi status Perdita dari anggota keluarga yang lain. Sebagai
seorang yang konservatif, nenek ingin menyelamatkan keluarganya dari skandal
membantu ibunya untuk menyembunyikan skandal yang memalukan tersebut. Dia
berpikir untuk mengirim Perdita pergi dari Wyncrag merupakan jalan terbaik untuk
menyelamatkan keluarganya.
“Saul took no notice, I said at the time the child should be send to the adoption.’
I know the pretence of Helena being the mother wouldn’t work. I knew it would all come out, sooner or later, and there’d be scandal.”
“the scandal is that it was kept quite for so long,’ said Edwin. ‘ and I don’t care whether Perdy was my sister and any niece; she is one of the family and her place is here at Wyncrag, as it always has been. (Edmondson: 2005: 415)
Saul mengingat situasi ketika mereka membuat keputusan tentang kehidupan Perdita.
Saul memberi saran pada saudara dan neneknya untuk mengirim Perdita untuk di
adopsi. Dia menyadari bahwa jika Perdita tetap tinggal di rumah, rahasia ini akan
terbuka suatu hari. Keadaan yang dikhawatirkan Saul terjadi, rahasia itu ditemukan
Alix dan Edwin. Dia tidak punya pilihan lain selain memberitahu yang sebenarnya
tentang Perdita dan Helena. Tapi Edwin mempunyai pendapat yang berbeda dengan
Saul. Dia pikir bahwa tempat Perdita adalah di Wyncrag, tinggal bersama
keluarganya. Sebagai konservatif yang dipengaruhi oleh pola pikir nenek, Saul hanya
ingin menjaga nilai keluarga dengan menyembunyikan semua skandal dan mengirim
Perdita untuk diadopsi. Saul sebagai gambaran progresif, dia pikir semua yang sudah
terjadi, Perdita adalah anggota keluarga, maka tempatnya adalah di Wyncrag. Dia
apa yang neneknya pikir dalam waktu yang lama. Dia hanya berpikir tentang
kehidupan Perdita karena ini bukan kesalahannya. Oleh karena itu, dia akan lebih
aman ketika masih berada dalam keluarga. Edwin berpendapat bahwa
keselamatannya terjamin saat dia bersama keluarganya, karena jika dia diadopsi maka
orang-orang akan bertanya tentang latar belakang keluarganya. Jika itu terjadi,
Perdita akan merasa tidak nyaman ketika dia tinggal bersama orang asing. Edwin
berpikir bahwa Perdita akan merasa lebih nyaman ketika dia tinggal bersama
keluarganya. Sebagai seorang yang progresif, Edwin tidak berpikir tentang nilai
keluarga harus di jaga oleh setiap orang. Pada saat itu, he lebih peduli dengan Perdita.
Di samping ketidakjujuran dalam keluarga sebagai skandal, ada juga skandal lain
yang dapat mempermalukan nama keluarga. Skandal itu adalah masalah perceraian,
hal ini menjasi skandal keluarga bila melihat latar belakang nenek yang merupakan
seorang Firm Christian (seorang Kristen yang taat), bisa dibilang nenek merupakan
seorang Puritan. Dalam agama nenek percerayan merupakan suatu hal yang tidak
boleh dilakukan.
4.1.1.2 Perceraian
Ada skandal lain dalam keluarga, seperti yang disebutkan sebelumnya. Masalah
perceraian terjadi di antara Jane dan Saul. Jane merasa tidak bahagia dengan
pernikahannya dengan Saul. Dia tidak mencintai Saul, jadi dia tidak merasa nyaman
menjadi istrinya. Pernikahan mereka diatur oleh nenek untuk menyembunyikan
dia tau bahwa neneknya adalah wanita tegas tentang peraturan yang dia jaga sejak
lama.
Setiap anggota keluarga tahu bahwa nenek akan menjaga tradisi konserfatif dan
tidak akan membiarkan apapun mengacaukannya. Nenek tidak mengizinkan
perzinahan terjadi dan dia tidak menyukai perceraian di keluarganya.
‘Angela says Mummy is a firm Christian who disapproved of adultery and divorce and lax behavior;’(P.233)
Kutipan di atas menunjukkan karakteristik nenek generasi tua yang ingin menjaga
tradisi. Angela, salah satu anggota keluarga, tahu sangat baik bagaimana nenek tidak
pernah menyetujui jika ada perzinahan terjadi di keluarganya. Dia juga tidak akan
mengijinkan perceraian dan kelakuan bebas terjadi karena itu akan merusak nama
keluarga.
Ketika perzinahan, perceraian atau kelakuan bebas terjadi dalam keluarganya, dia
akan menjadi sangat marah karena itu adalah skandal. Ketika skandal terjadi dalam
sebuah keluarga, itu akan mengubah anggapan orang lain terhadap keluarga.
Terkadang mereka akan kehilangan nama baik keluarga. Nenek tidak ingin itu terjadi
dan setiap orang tahu bagaimana dia menjaga tradisi lama untuk menjaga nama baik
keluarga meskipun ada anggota keluarga yang membuat beberapa skandal.
Pada masa itu, wanita tidak punya banyak kesempatan untuk mendapatkan apa
yang dia mau karena terlalu banyak peraturan yang harus dipatuhi. Wanita yang baik
disebut sopan ketika dia berbicara dengan nada yang rendah; ketika dia tertawa, dia
akan menutupi mulutnya dengan tangan dan tertawa dengan pelan; ketika dia
berjalan, dia akan berjalan dengan perlahan dan elegan. Ini semua peraturan dari
kehidupan sosial yang dibentuk oleh keadaan sosial pada masa itu.
“And Aunt Jane was more being outspoken than usual, there was almost a reckless air about her, as thought she’d come to some decision about her life. Perhaps she was going to divorce Uncle Saul, Alix thought, and then laugh at such a preposterous notion; grandmamma wouldn’t tolerate divorce in the family, not for a moment. Aunt Jane chance of a divorce would be if Uncle Saul agreed to it, and he would never , ever go against his mother’s wishes”. (P.178)
Situasi yang tercermin di atas tentang bibi Jane, dia adalah seorang gadis muda yang
menikah tanpa cinta. Dia menikah dengan paman Saul, sebenarnya dia tidak ingin
menikah dengannya karena dia jatuh cinta pada orang lain. Tapi situasi tidak
mengizinkannya untuk menikahi orang yang dia cintai, nenek mengatur
pernikahannya dengan Saul, dan dia tidak dapat menolaknya.
Pada masa itu, beberapa wanita memiliki pemikiran terbuka, banyak di antara
mereka yang berani memilih sesuatu yang mereka inginkan. Karakter Jane adalah
jenis konservatif sama seperti nenek, Jane tidak dapat memilih sesuatu yang dia mau.
Dalam permasalahan ini, dia ingin bercerai dengan Saul tapi dia tidak bisa, karena
pada masa itu perceraian adalah sesuatu yang memalukan dan Saul tidak akan pernah
4.1.2. Gaya Hidup
Ada beberapa perbedaan selera dan gaya hidup antara nenek dan cucu-cucunya.
Sebagai contoh ketika Perdita membeli gaun di Manchester, karena dia akan
menghadiri pesta dansa. Dia memilih gaun merah yang indah yang membuatnya
terlihat cantik. Dia mengenakan gaun baru tersebut dan menunjukkan kepada Alix
untuk tahu pendapatnya tentang penampilan Perdita.
“Perdita was wearing the red dress they had bought in Manchester. The silk velvet was sumptuous in the soft lighting. And it turned the gold and garnet ornament she had around her neck into something more than a trinket. She looked magnificent.”(P.462)
Situasi di atas menggambarkan situasi ketika Perdita menunjukkan gaun barunya
pada Alix, saudaranya. Warna merah membuat gaunnya terlihat elegan, dia memakai
emas dengan hiasan garnet di lehernya membuat dia terlihat cantik. Ini adalah jenis
gaya modern dan Perdita sangat menyukai gaun barunya. Gaun merah barunya
dengan asesoris membuatnya terlihat cantik dan elegan, seperti apa yang dikatakan
Alix di bawah ini.
“It’s perfectly lovely, and you do like nice, but grandmamma isn’t going to like it.
us goes are you sure you won’t come? Why, you might meet the man of your life there.”(P.263)
Kutipan di atas adalah situasi ketika Alix mengomentari gaun baru Perdita. Dia pikir
bahwa itu sangat bagus dan Perdita terlihat cantik. Tapi dia sadar bahwa jika nenek
tahu tentang gaun Perdita, dia yakin nenek tidak akan menyukai