• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Badan Keluarga Berencana Dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) Kabupaten Bandung (Suatu Studi Pada Pelaksanaan Program KB Di Wilayah Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Badan Keluarga Berencana Dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) Kabupaten Bandung (Suatu Studi Pada Pelaksanaan Program KB Di Wilayah Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung)"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana

Pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

DEAN FAHREZA T

NIM. 41708007

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)

ii

Cangkuang Kabupaten Bandung)

Permasalahan yang terjadi dalam pembangunan Keluarga Berencana adalah penyimpangan dari rencana yang telah ditentukan pada pelaksana program KB, Peningkatan jumlah kependudukan yang biasanya timbul karena tidak adanya program KB diantaranya laju penduduk yang tinggi, dan jumlah penduduk pasti terus meningkat.Meningkatnya jumlah masyarakat menjadikan suatu problematika dan sangat menggangu pembangunan nasional yang dihadapi oleh pemerintah khususnya Kabupaten Bandung.Pengaruh peningkatan penduduk yang terjadi akan berdampak pada bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran Efektivitas organisasi,yang dikemukakan Gibson, Ivancevich. Teori tersebut terdiri lima indikator yaitu: Proses, Efisiensi, Kepuasan,Keunggulan, Pengembangan.

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melalui studi pustaka, observasi nonpartisipan serta dengan wawancara. Informan dalam penelitian ini adalah aparatur BKBPP Kabupaten Bandung, UPT PPKB Kecamatan Cangkuang dan masyarakat Kecamatan Cangkuang. Teknik penentuan informan menggunakan purposive.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Proses yang dilakukan BKBPP Kabupaten Bandung pada Pelaksanaan Program KB di wilayah Kecamatan Cangkuang sudah cukup baik meskipun masih ada sebagian dari proses belum berjalan dengan efektif.Efisiensi sudah cukup efisien dilihat dari biaya dan waktu yg di keluarkan. Kepuasan masyarakat terhadap BKBPP Kabupaten Bandung sudah cukup puas dan memberikan dampak positif pada masyarakat pada pelaksanaan program KB. Keunggulan dirasakan masih sangatlah kurang, dikarenakan SDM yang ada. Pengembangan pegawai sudah baik dengan adanya pelatihan, dan diklat.

Peneliti menyarankan perlu adanya pengawasan dalam pengambilan keputusan, dan harus meningkatkan kembali keunggulan dalam SDM nya agar aparatur BKBPP Kabupaten Bandung pada pelaksanaan program KB di wilayah Kecamatan Cangkuang Kabupeten Bandung dapat menjadi yang handal dalam pelaksanaan program KB tersebut.

(3)

iii

(A Study On The Implementation Of The Family Planning Program In The District Of Bandung Regency Cangkuang)

Problems that occur in the development of family planning is a deviation from the plan that had been determined in implementing family planning programs, increase the number of population which usually arise due to lack of family planning such a high rate of population, and the population continues to increase for sure. The growing number of people make a very disturbing problems and national development faced by the government especially Bandung regency. Effect of increase in population occurs will have an impact on the economy, health, education

The theory used in this study is a measure of effectiveness of the organization, which stated Gibson, Ivancevich. The theory consists of five indicators are: Process, Efficiency, Satisfaction, Excellence, Development.

The research method used is descriptive method with qualitative approach. The data collection techniques used in this research is through literature, nonparticipant observation and interviews. Informants in this study is the apparatus BKBPP Bandung regency, UPT PPKB Cangkuang District and the District Cangkuang. Determination technique using purposive informant.

The results showed that the process is carried out BKBPP Bandung District Planning Program Implementation in the District Cangkuang was pretty good although still a part of the process has not been effective. Efficiency is efficient view of the cost and time that is issued. People's satisfaction BKBPP Bandung regency was quite satisfied and positive impact on society in the implementation of family planning programs. Advantage is felt still less, because human resources. Employee development has been good with the training, and training.

Researchers suggest the need for oversight in decision-making, and should improve again his excellence in human resources so that the apparatus BKBPP Bandung regency on the implementation of family planning program in the District of Cangkuang Kabupeten Bandung can be reliable in the implementation of the family planning program.

(4)

vii

dengan rahmat dan hidayah-Nya peneliti telah dapat menyusun dan menyelesaikan Skripsi dengan judul “Efektivitas Badan Keluarga Berencana Dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) Kabupaten Bandung (Suatu Studi Pada Pelaksanaan Program Keluarga Berencana (KB) Di Wilayah Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung)

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyusun skripsi masih banyak kekurangan dan kelemahan. Peneliti mengharapkan kritik yang membangun sebagai masukan yang berharga agar dapat menjadi bahan yang berguna dan bermanfaat bagi peneliti di masa yang akan datang.

Selama dalam penyusunan Skripsi ini, peneliti banyak menerima bimbingan, bantuan, masukan dan dorongan yang sangat berarti. Peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu khususnya peneliti menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

2. Ibu Nia Karniawati, S.IP., M.Si. Selaku Ketua Program Studi dan juga dosen wali mahasiswa Ilmu Pemerintahan 2008 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

3. Ibu Tatik Rohmawati, S.IP., M.Si, selaku Ketua Sidang Skripsi. 4. Ibu Poni Sukaesih, S.IP., M.Si, selaku penguji dalam Sidang Skripsi

(5)

viii

Perempuan) Kabupaten Bandung yang telah mengizinkan peneliti untuk melaksanakan penelitian Skripsi di tempat tersebut.

8. UPT PPKB Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung yang telah membantu peneliti dalam melaksanakan Skripsi.

9. Seluruh Masyarakat Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung.

10. Ibu, Ayah, Kakak dan Adikku tercinta yang tiada henti memberikan cinta, kasih sayang, dorongan, doa, dukungan moril maupun materil kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini.

11. Gita Allawiyah yang telah memberikan motivasi dan kasih sayang sehingga menjadi semangat bagi peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini.

12. Sahabat-sahabat mahasiswa Ilmu Pemerintahan Fisip Unikom 2008.

13. Untuk orang-orang yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Yang telah memberikan kenangan dan telah memberi warna bagi kehidupan peneliti.

Akhir kata semoga Usulan penelitian ini memberikan manfaat bagi peneliti khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.

(6)

xi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 10

2.1 Tinjauan Pustaka ... 10

2.1.1 Pengertian Efektivitas ... 10

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Efektivitas ... 14

2.1.3 Ukuran Efektifitas ... 16

3.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung ... 31

(7)

xii

3.1.5 Dasar Hukum Keluarga Berencana (KB) ... 50

3.1.6 Gambaran Umum Program KB di BKBPP ... 53

3.2 Metode Penelitian ... 58

3.2.1 Desain Penelitian ... 58

3.2.2 Tekhnik Pengumpulan Data ... 60

3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 61

3.2.4 Teknik Analisa Data ... 63

3.2.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 65

4.1 Proses BKBPP Kabupaten Bandung pada pelaksanaan program KB di wilayah Kecamatan Cangkuang ... 65

4.1.1 Komunikasi Yang Dilakukan Oleh Aparatur BKBPP Kabupaten Bandung pada pelaksanaan program KB di wilayah Kecamatan Cangkuang ... 66

4.1.2 Pengambilan Keputusan BKBPP Kabupaten Bandung pada Pelaksanaan program KB di wilayah Kecamatan Cangkuang ... 69

4.1.3 Pengembangan pegawai yang dilakukan oleh BKBPP Kabupaten Bandung pada pelaksanaan program KB di wilayah Kecamatan Cangkuang ... 70

4.1.4 Proses Sosialisasi Mengenai Pelaksanaan program KB Kepada Masyarakat di Wilayah Kecamatan Cangkuang ... 74

4.2 Efesiensi BKBPP Kabupaten Bandung pada pelaksanaan program KB di wilayah Kecamatan Cangkuang ... 76

(8)

xiii

Bandung dalam pelaksanaan program KB di wilayah

Kecamatan Cangkuang ... 84 4.3.1 Tingkat Kinerja Aparatur BKBPP Kabupaten Bandung

pada pelaksanaan program KB di wilayah

Kecamatan Cangkuang ... 86 4.3.2 Tingkat Publik/Masyarakat Dengan Adanya

Efektivitas BKBPP Kabupaten Bandung pada pelaksanaan program KB di wilayah

Kecamatan Cangkuang ... 89 4.4 Keunggulan BKBPP Kabupaten Bandung pada

pelaksanaan program KB di wilayah Kecamatan Cangkuang ... 92 4.4.1 Kepuasan Masyarakat kepada BKBPP Kbupaten Bandung

pada pelaksanaan program KB di wilayah

Kecamatan Cangkuang ... 94 4.4.2 Konsistensi BKBPP Kabupaten Bandung

pada pelaksanaan program KB di wilayah

Kecamatan Cangkuang ... 99 4.4.3. Struktur Birokrasi BKBPP Kabupaten

Bandung pada pelaksanaan program KB di

wilayah Kecamatan Cangkuang... 101 4.4.2.1 Penerapan prosedur operasi yang standar

(standar operating procedures atau SOPP)

BKBPP Kabupaten Bandung pada pelaksanaan

program KB di wilayah Kecamatan Cangkuang ... 107 4.4.2.2 Peran Kepala BKBPP Kabupaten Bandung

pada pelaksanaan program KB di wilayah

(9)

xiv

Kecamatan Cangkuang ... 116

4.5.2 Pencapaian tujuan BKBPP Kabupaten Bandung pada Pelaksanaan program KB di wilayah Kecamatan Cangkuang ... 119

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 124

5.1 . Kesimpulan... 124

5.2 Saran ... 125

(10)

xv

Tabel 3.2 Keadaan Menurut PUS menurut Umur………. 37

Tabel 3.3 Jumlah Kepala Penduduk menurut status pendidikan……… 39

Tabel 3.4 Jumlah Peserta KB dan Bukan Peserta KB……… 40

Tabel 3.5 Jumlah Peserta KB melalui metoda Kontrasepsi……… 41

Tabel 3.6 Daftar Pegawai BKBPP Kabupaten Bandung……….. 46

(11)

xvi

(12)

xvii

Lampiran 2 Pedoman Wawancara untuk Masyarakat ...135

Lampiran 3 Identitas Informan...139

Lampiran 4 Dokumentasi ...142

Lampiran 5 Surat Izin Melakukan Penelitian...144

Lampiran 6 Surat Kesbangpolinmas ...145

Lampiran 7 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di BKBPP Kabupaten Bandung ...146

(13)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang pemerintahan daerah mengandung konsekuensi, dimana penyelenggaraan pemerintah mengalami perubahan signifikan baik di pusat maupun di Kabupaten dan Kota. Sebagai salah satu dampak dari gerakan reformasi yang mengamanatkan dan menuntut adanya kebijakan pelayanan kepada publik/masyarakat yang dapat memberikan hasil yang lebih konkrit dan merata, dengan setiap tahapan proses pelaksanaanya dapat dipertanggung jawabkan (acuntabel) baik secara kinerja finansial, maupun manajerial.

Otonomi yang diberikan ke pemerintah daerah mengandung arti bahwa pemerintah daerah bertanggung jawab melaksanakan tugas dan kewajiban yang diberikan kepada mereka. Tugas dan kewajiban tersebut menyangkut penyelenggaraan dan pengembangan kesejahteraan dan pelayanan masyarakat, pengembangan lingkungan yang demokratis, adil dan merata, serta menjaga hubungan yang harmonis antara pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi serta Pemerintah Daerah.

(14)

tingkat kelahiran harus diatur dengan baik agar tidak terjadi lonjakan penduduk yang menjadikan hambatan bagi pembangunan nasional ataupun daerah. Pengaturan harus diadakan, agar kenaikan jumlah penduduk tidak semakin meningkat dan jumlah angka kelahiran anak semakin berkurang. Kelahiran anak tersebut berpengaruh terhadap pertumbuhan penduduk, khususnya yang tidak disertai dengan pertumbuhan yang cukup dalam produksi nasional dapat juga menimbulkan berbagai masalah yang berkaitaan dengan kurangnya fasilitas pendidikan, kurangnya penyediaan makanan, pelayanan kesehatan, kesempatan kerja, dan lain sebagainya.

Keluarga Berencana (KB) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peranserta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga, untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera. Program KB bertujuan untuk memenuhi permintaan pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi yang berkualitas serta mengendalikan angka kelahiran yang pada akhirnya meningkatkan kualitas penduduk dan mewujudkan keluarga-keluarga kecil berkualitas.

(15)

tingginya angka pertumbuhan penduduk akan mempengaruhi kehidupan dan akan muncul berbagai masalah dalam masyarakat yang lainnya.

Berdasarkan Rakernas Program Keluarga Berencana (KB) tahun 2011, yang mengamanatkan perlunya ditingkatkan peran pria/laki-laki dalam program KB, ditindak lanjuti melalui Keputusan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 10/HK-010/B5/2001 tanggal 17 Januari 2001 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, dengan membentuk Direktorat Partisipasi Pria di Bawah Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi yang bertugas merumuskan kebijakan operasional Peningkatan Partisipasi pria, diputuskan perlunya intervensi khusus melalui program peningkatan partisipasi pria yang tujuan akhirnya terwujudnya keluarga berkualitas melalui upaya peningkatan kualitas pelayanan, promosi KB dan kesehatan reproduksi yang berwawasan gender.

(16)

Program KB tentang kedudukan dan fungsi BKKBN Provinsi dan Kabupaten/Kota diatur dalam Kepres Nomor 9 Tahun 2004 pasal 114 ayat (2) bahwa sebagian tugas pemerintahan yang dilaksanakan oleh BKKBN di Kabupaten/Kota diserahkan kepada pemerintah daerah. Selanjutnya pada ayat (3) dinyatakan bahwa sebagian tugas pemerintahan yang dilaksanakan oleh BKKBN Provinsi, tetap dilaksanakan oleh pemerintah sampai ada ketentuan lebih lanjut.

Untuk mendukung efektifitas pelaksanaan di lapangan, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Kepala BKKBN melalui Keputusan nomor: 70/HK- 010/B5/2001, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Propinsi dan Kabupaten/Kota membentuk Seksi khusus Peningkatan Patisipasi Pria di bawah Bidang Pengendalian Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi yang bertugas menyusun paket informasi sesuai kondisi sosial, menyiapkan, dan mengembangkan segmentasi sasaran dalam rangka peningkatan partisipasi KB pria yang pelaksanaanya secara tekhnis di kecamatan dan desa.

(17)

Kabupaten Bandung memiliki luas wilayah sebesar 176.238,67 ha, yang terdiri atas 31 Kecamatan, 267 Desa dan 9 Kelurahan. Jumlah penduduk di Kabupaten Bandung pada tahun 2010 adalah 3,215,548 jiwa, dengan sex ratio 103,91. Hal ini berarti, untuk setiap 100 penduduk perempuan pada tahun 2010 di Kabupaten Bandung terdapat 104 penduduk laki-laki. (BPS Kabupaten Bandung, Survei Sosial ekonomi Daerah (suseda) Kabupaten Bandung Tahun 2010).

Luas wilayah Kabupaten Bandung adalah 176.238,67 Ha, maka kepadatan penduduk Kabupaten Bandung adalah ± 19 jiwa/hektar. Jika dilihat dari komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur, maka jumlah penduduk kelompok umur produktif (15-64 tahun) mencapai 64,89 %, jumlah penduduk kelompok umur muda (0-14 tahun) mencapai 31,17 % dan jumlah penduduk kelompok umur tua (65 tahun ke atas) mencapai 3,94 %. Dari hal tersebut di atas, dapat diketahui angka beban ketergantungan (dependency ratio) mencapai 54,10 artinya pada setiap 100 penduduk produktif harus menanggung 54 penduduk tidak produktif. (BPS Kabupaten Bandung, Survei Sosial ekonomi Daerah (suseda) Kabupaten Bandung Tahun 2010).

(18)

BKBPP Kabupaten Bandung merupakan suatu badan atau instansi yang diberi kewenangan dalam Pengendalian jumlah penduduk melalui program Keluarga Berencana di Kabupaten Bandung. Sesuai dengan peraturan yang ada BKBPP diberi kewenangan oleh BKKBN dalam mengurus program KB yang berupaya untuk pengendalian jumlah penduduk di Kabupaten Bandung. BKBPP dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung nomor 6 tahun 2008 Tentang Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis dan Daerah Kabupaten Bandung.

Sejalan dengan penjelasan diatas peneliti tertarik dengan masalah yang ada di wilayah Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung yang memiliki jumlah kepadatan penduduk mencapai 27 jiwa/ha sekitar 64.963 jiwa, dan bila dibandingkan dengan wilayah di Kecamatan yang lainnya seperti Kecamatan Arjasari tingkat kepadatannya 18 jiwa/hasekitar 91.033 jiwa, Kecamatan Cimaung 9 jiwa/ha sekitar 73.010 jiwa, Kecamatan Pangalengan 5 jiwa/ha sekita 138.843

jiwa melihat yang telah diuraikan di atas Kecamatan Cangkuang masih lebih tinggi jumlah penduduknya dibandingkan dengan Kecamatan Arjasari, Kecamatan Cimaung, Kecamatan Pangalengan yang telah disebutkan di atas. (BPS Kabupaten Bandung, Survei Sosial ekonomi Daerah (suseda) Kabupaten Bandung Tahun 2011).

(19)

Pemahaman tersebut merupakan salah satu faktor tidak terlaksananya program KB di wilayah Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung. Kondisi tersebut terlihat dari masih rendahnya partisipasi masyarakat menjadi peserta KB aktif pada pelaksanaan program KB di wilayah Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung.

Berdasarkan penjelasanan di atas terdapat juga masalah dari BKBPP tersebut pada pelaksana atau petugas yang ada di lapangan. Masih kurangnya SDM dan kemampuan dari setiap SDM yang ada di BKBPP Kabupaten Bandung pada pelaksanaan program KB di wilayah Kecamatan Cangkuang menyebabkan kurang efektifnya BKBPP Kabupaten Bandung pada pelaksanaan program KB di wilayah Kecamatan Cangkuang. Hal tersebut dilihat dari kurangnya petugas atau tenaga kerja di Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung yang di lapangan hanya mempunyai 1 tenaga ahli. Idealnya jumlah petugas yang ada di lapangan seharusnya mempunyai 2 tenaga kerja, akan tetapi fakta pada lapangan hanya ada 1 tenaga ahli.

(20)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka untuk memfokuskan arah dan proses pembahasan dalam penelitian ini, peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana proses BKBPP pada Pelaksanaan Program KB di wilayah Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung?

2. Bagaimana efisiensi BKBPP pada Pelaksanaan Program KB di wilayah Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung?

3. Bagaimana kepuasan masyarakat di wilayah Kecamatan Cangkuang pada Pelaksanaan Program KB pada BKBPP Kabupaten Bandung?

4. Bagaimana Keunggulan BKBPP pada Pelaksanaan Program KB di wilayah Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung?

5. Bagaimana pengembangan BKBPP pada Pelaksanaan Program KB di wilayah Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas BKBPP di wilayah Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung pada Pelaksanaan Program KB. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui proses dari BKBPP pada Pelaksanaan Program KB di wilayah Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung.

(21)

3. Untuk mengetahui kepuasan masyarakat di wilayah Kecamatan Cangkuang pada Pelaksanaan Program KB pada BKBPP Kabupaten Bandung.

4. Untuk mengetahui keunggulan dari BKBPP pada Pelaksanaan Program KB di wilayah Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung.

5. Untuk mengetahui pengembangan BKBPP pada Pelaksanaan Program KB di wilayah Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

Sejalan dengan permasalahan di atas, diharapkan memiliki kegunaan yang bersifat teoritis dan praktis sebagai berikut :

1. Bagi peneliti, yaitu diharapkan dapat memahami dan menambah wawasan serta dapat memberikan manfaat tentang efektivitas BKBPP pada Pelaksanaan Program KB di wilayah Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung

2. Kegunaan ilmiah, hasil penelitian ini dihapkan hasil dapat menjadi bahan informasi bagi perkembangan Ilmu Pemerintahan.

(22)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Efektivitas

Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai. Menurut Effendy (1989) mendefinisikan efektivitas

sebagai berikut: ”Komunikasi yang prosesnya mencapai tujuan yang direncanakan

sesuai dengan biaya yang dianggarkan, waktu yang ditetapkan dan jumlah

personil yang ditentukan” (Effendy, 1989:14). Efektivitas menurut pengertian di

atas mengartikan bahwa indikator efektivitas dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya merupakan sebuah pengukuran dimana suatu target telah tercapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

Pengertian lain menurut Susanto, “Efektivitas merupakan daya pesan

(23)

atau organisasi dapat tercapai. Hal tersebut sangat penting peranannya di dalam setiap lembaga atau organisasi dan berguna untuk melihat perkembangan dan kemajuan yang dicapai oleh suatu lembaga atau organisasi itu sendiri. Setiap organisasi atau lembaga di dalam kegiatannya menginginkan adanya pencapaian tujuan. Tujuan dari suatu lembaga akan tercapai segala kegiatannya dengan berjalan efektif akan dapat dilaksanakan apabila didukung oleh faktor-faktor pendukung efektivitas. Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas merupakan ukuran yang menunjukkan seberapa jauh program atau kegiatan mencapai hasil dan manfaat yang diharapkan

Menurut pendapat Mahmudi dalam bukunya “Manajemen Kinerja Sektor

Publik” mendefinisikan efektivitas, sebagai berikut: “Efektivitas merupakan

hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan)

output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, atau

kegiatan” (Mahmudi, 2005:92). Berdasarkan pendapat tersebut, bahwa efektivitas

mempunyai hubungan timbal balik antara output dengan tujuan. Semakin besar kontribusi output, maka semakin efektif suatu kegiatan.

(24)

Gambar 2.1 Hubungan Efektivitas

Sumber: Mahmudi, 2005:92.

Sehubungan dengan pengertian di atas, maka efektivitas adalah menggambarkan seluruh siklus input, proses dan output yang mengacu pada hasil guna daripada suatu organisasi, atau kegiatan yang menyatakan sejauhmana tujuan (kualitas, kuantitas, dan waktu) telah dicapai, serta ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya dan mencapai target-targetnya. Hal ini berarti, bahwa pengertian efektivitas yang dipentingkan adalah semata-mata hasil atau tujuan yang dikehendaki.

Menurut pendapat Markus Zahnd dalam bukunya “Perancangan Kota

Secara Terpadu” mendefinisikan efektivitas dan efisiensi, sebagai berikut:

“Efektivitas yaitu berfokus pada akibatnya, pengaruhnya atau efeknya, sedangkan

efisiensi berarti tepat atau sesuai untuk mengerjakan sesuatu dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga dan biaya” (Zahnd, 2006:200).

Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa efektivitas lebih memfokuskan pada akibat atau pengaruh sedangkan efisiensi menekankan pada ketepatan mengenai sumber daya, yaitu mencakup anggaran, waktu, tenaga, alat dan cara supaya dalam pelaksanaannya tepat waktu. Lebih lanjut menurut Agung Kurniawan dalam bukunya Transformasi Pelayanan Publik mendefinisikan efektivitas, sebagai berikut:

OUTCOME

Efektivitas =

(25)

“Efektivitas adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi

kegiatan program atau misi) daripada suatu organisasi atau sejenisnya

yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya”

(Kurniawan, 2005:109).

Sehubungan dengan hal-hal yang dikemukakan di atas, maka secara singkat pengertian daripada efisiensi dan efektivitas adalah, efisiensi berarti melakukan atau mengerjakan sesuatu secara benar, “doing things right”, sedangkan efektivitas melakukan atau mengerjakan sesuatu tepat pada sasaran “doing the right things”. Tingkat efektivitas itu sendiri dapat ditentukan oleh

terintegrasinya sasaran dan kegiatan organisasi secara menyeluruh, kemampuan adaptasi dari organisasi terhadap perubahan lingkungannya.

Mengaju pada penjelasan diatas, maka untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif perlu adanya harmonisasi kemampuan sumberdaya dengan menggunakan sarana yang lain sehingga sasaran yang akan dacapai menjadi jelas. Pencapaian sasaran tersebut dapat dikatakan efektif apabila adanya keharmonisan. Keharmonisan yang di rasakan di sini adalah antara aparatur dengan masyarakat dalam memberikan pelayanan yang dilakukan oleh aparatur kepada masyarakat.

(26)

dengan ketepatan waktu penyelesaian pelayanan kepada masyarakat. Sehingga masyarakat bisa menikmati pelayanan tersebut dengan cepat dan memberikan hasil yang bermanfaat .

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas

Setiap organisasi atau lembaga di dalam kegiatannya meningkatkan adanya pencapai tujuan. Tujuan dari suatu lembaga akan dicapai apabila segala kegiatannya berjalan efektif. Mewujudkan kegiatan yang efektif akan dapat dilaksanakan apabila didukung oleh faktor-faktor pendukung efektivitas. Faktor-faktor pendukung efektivitas yaitu pertama, ciri organisasi. Ciri organisasi dalam suatu organisasi dapat dilihat dari adanya struktur organisasi itu sendiri dimana adanya kepala perusahaan yang mnenjadi penanggung jawab perusahaan dan teknologi organisasi yang mempunyai segi-segi tertentu dari efektivitas.

(27)

Kedua, lingkungan. Disamping organisasi, lingkungan dalam pencapaian efektivitas mempunyai pengaruh yang sangat besar. Keberhasilan hubungan organisasi dan lingkungan bergantung pada tiga hal yaitu: (1) Keadaan lingkungan diamana suasana dalam kantor perlu di jaga terutama perusahan yang bergerak di bidang pelayanan kepada masyarakat, (2) Ketetapan persepsi yaitu ketepatan pendapat suatu organisasi dengan kenyataan , (3) Tingkat Rasionalitas yaitu ialah suatu pemikiran yang masuk akal tetapi menggunakan aturan hukum alam. (Steers, 1985:210).

Faktor yang berpengaruh ketiga atas efektivitas adalah para pekerja atau pegawai itu sendiri. Faktor pekerja berpengaruh terhadap efektivitas karena perilaku pekerja yang dalam jangka panjang akan memperlancar atau atau menghambat tercapainya tujuan organisasi. Kesadaran akan sifat perbedaan pegawai yang terdapat diantara pegawai sangat penting, karena pegawai yang berbeda akan memberikan tanggapan dengan cara yang berbeda pula.

(28)

Kesadaran akan sifat perbedaan pegawai yang terdapat diantara pegawai sangat penting, karena pegawai yang berbeda akan memberikan tanggapan dengan cara yang berbeda pula. Pentingnya mengetahui perbedaan pegawai maka organisasi dapat menyesuaikan kemampuan dan kepribadian para pegawai sesuai dengan kebutuhan organisasi dalam mencapai tujuan.

Pemerintah merupakan suatu organisasi yang menyelenggarakan roda pemerintahan. Kinerja aparatur yang efektif akan menambah rasa kepercayaan masyarakat kepada pemerintah sehingga pelayanan publik yang dilakukan pemerintah akan berjalan sesuai dengan harapan rakyat.

2.1.3 Ukuran Efektivitas

Menurut Gibson, Ivancevich dalam bukunya organisasi. Prilaku, stuktur

dan proses efektivitas juga merupakan pengukuran dalam arti tercapainya sasaran

atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya merupakan sebuah pengukuran dimana suatu target telah tercapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Adapun ukuran efektivitas organisasi secara umum dapat dilihat dari beberapa kriteria berikut ini:

1. Proses adalah merupakan kemampuan organisasi untuk memproduksi jumlah dan mutu output sesuai dengan permintaan lingkungan.

2. Efesiensi adalah merupakan perbandingan (ratio) antara output dengan input.

3. Kepuasaan adalah merupakan ukuran untuk menunjukan tingkat dimana organisasi dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

4. Keunggulan adalah tingkat dimana korganisasi dapat dan benar-benar tanggap terhadap perubahan internal dan eksternal.

5. Pengembangan adalah merupakan mengukur kemampuan organisasi untuk meningkatkan kapasitasnya dalam menghadapi tuntutan masyarakat.

(29)

Sehubungan dengan hal-hal yang dikemukakan di atas, maka ukuran efektivitas organisasi merupakan suatu standar akan terpenuhinya mengenai sasaran dan tujuan yang akan dicapai serta menunjukan pada tingkat sejauh mana organisasi, program/kegiatan melaksanakan fungsi-fungsinya secara optimal.

Membahas masalah ukuran efektivitas memang sangat bervariasi tergantung dari sudut terpenuhinya beberapa kriteria akhir. Menurut pendapat Richard M. Steers dalam bukunya Efektivitas Organisasi menyebutkan beberapa ukuran dari pada efektivitas, yaitu:

1. Kualitas artinya kualitas yang dihasilkan oleh organisasi; 2. Produktivitas artinya kuantitas dari jasa yang dihasilkan;

3. Kesiagaan yaitu penilaian menyeluruh sehubungan dengan kemungkinan

dalam hal penyelesaian suatu tugas khusus dengan baik;

4. Efisiensi merupakan perbandingan beberapa aspek prestasi terhadap biaya

untuk menghasilkan prestasi tersebut;

5. Penghasilan yaitu jumlah sumber daya yang masih tersisa setelah semua

biaya dan kewajiban dipenuhi;

6. Pertumbuhan adalah suatu perbandingan mengenai eksistensi sekarang dan masa lalunya; tujuan, yang melibatkan usaha tambahan, kebersamaan tujuan dan perasaan memiliki;

10. Motivasi artinya adanya kekuatan yang mucul dari setiap individu untuk mencapai tujuan;

11. Kepaduan yaitu fakta bahwa para anggota organisasi saling menyukai satu sama lain, artinya bekerja sama dengan baik, berkomunikasi dan mengkoordinasikan;

12. Keluwesan Adaptasi artinya adanya suatu rangsangan baru untuk mengubah prosedur standar operasinya, yang bertujuan untuk mencegah keterbekuan terhadap rangsangan lingkungan;

(30)

Berdasarkan dengan hal-hal yang dikemukakan di atas, maka ukuran efektivitas merupakan suatu standar akan terpenuhinya mengenai sasaran dan tujuan yang akan dicapai serta menunjukan pada tingkat sejauhmana organisasi, program/kegiatan melaksanakan fungsi-fungsinya secara optimal. Studi tentang efektivitas bertolak dari variabel-variabel artinya konsep yang mempunyai variasi nilai, dimana nilai-nilai tersebut merupakan ukuran daripada efektivitas.

Pendapat di atas sejalan dengan pendapat Sudarwan Danim dalam bukunya Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok yang menyebutkan beberapa variabel yang mempengaruhi efektivitas, yaitu:

1. Variabel bebas (independent variable)

Yaitu variabel pengelola yang mempengaruhi variabel terikat yang sifatnya given dan adapun bentuknya, sebagai berikut:

a. Struktur yaitu tentang ukuran;

b. Tugas yaitu tugas dan tingkat kesulitan;

c. Lingkungan yaitu keadaan fisik baik organisasi, tempat kerja maupun lainnya;

d. Pemenuhan kebutuhan yaitu kebutuhan fisik organisasi, kebutuhan di tempat kerja dan lain-lain.

2. Variabel terikat (dependent variable)

Yaitu variabel yang dapat dipengaruhi atau dapat diikat oleh variabel lain dan berikut adalah contoh dari variabel terikat, yaitu:

a. Kecepatan dan tingkat kesalahan pengertian;

b. Hasil umum yang dapat dicapai pada kurun waktu tertentu. 3. Variabel perantara (interdependent variable)

Yaitu variabel yang ditentukan oleh suatu proses individu atau organisasi yang turut menentukan efek variabel bebas.

(Danim, 2004:121-122).

(31)

2.1.4 Pengertian Program

Menurut Arikunto “program dapat dipahami dalam dua pengertian yaitu

secara umum dan khusus”. Secara umum program dapat diartikan dengan rencana

atau rancangan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh seseorang dikemudian hari. Sedangkan pengertian khusus dari progam biasanya jika dikaitakan dengan evaluasi yang bermakna suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan ralisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses berkesinambungan dan terjadi dalam satu organisasi yang melibatkan sekelompok orang. (Arikunto, 2004: 2)

Berdasarkan pengertian secara khusus di atas, maka sebuah program adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan secara waktu pelaksanaannya biasanya panjang. Selain itu sebuah program juga tidak hanya terdiri dari satu kegiatan melaikan rangkaian kegiatan yang membentuk satu system yang saling terkait satu dengan lainnya dengan melibatkan lebih dari satu orang untuk melaksanakan.

2.1.5 Pengertian Keluarga Berencana (KB)

(32)

Sedangkan menurut Undang-Undang nomor 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera menyebutkan bahwa Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak-hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.

KB menurut WHO Expert Comite, adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindarkan kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kalahiran yang memang diinginkan, mengatur interval di antara kelahiran, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. (WHO, 1970:15)

Program KB adalah upaya dalam mengendalikan kelahiran agar tidak terjadi lonjakan penduduk. Adapun tujuan program dari KB dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Tujuan Umum

Untuk mewujudkan visi dan misi program KB yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB di masa mendatang untuk mencapai keluarga berkualitas tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mejuwudkan keluarga kecil yang bahagia, sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia. Menciptakan penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat

(Handayani, 2010:29).

(33)

penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sasaran tidak langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran hidup melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera (Handayani, 2010:29).

Program KB mempunyai ruang lingkup yang berpengaruh dalam pelaksanaan program tersebut yaitu meliputi :

a. Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) b. Konseling

c. Pelayanan kontrasepsi d. Pelayanan infertilisas

e. Pendidikan sex (sex education)

f. Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan g. Konsultasi ginetik

h. Tes keganasan i. Adopsi

(Handayani, 2010:29)

Sedangkan manfaat Program KB untuk para penggunaannya adalah untuk Ibu yaitu mengatur jumlah dan jarak kelahiran sehingga dapat memperbaiki kesehatan tubuh karena mencegah kehamilan yang berulang kali dengan jarak yang dekat. Peningkatan kesehatan mental dan sosial karena adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak, beristirahat dan menikmati waktu luang serta melakukan kegiatan lainnya. Manfaat bagi anak yang dilahirkan, anak dapat tumbuh secara wajar kerena ibu yang hamil dalam keadaan sehat. Setelah lahir, anak akan mendapatkan perhatian, pemeliharaan dan makanan yang cukup karena kehadiran anak tersebut memang diinginkan dan direncanakan.

(34)

Perkembangan mental dan sosialnya lebih sempurna karena pemeliharaan yang lebih baik dan lebih banyak waktu yang dapat diberikan oleh ibu untuk setiap anak. Perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik karena sumber-sumber pendapatan keluarga tidak habis hanya untuk mempertahankan hidup semata.

Bagi suami program KB bermanfaat untuk memperbaiki kesehatan fisik, mental dan sosial karena kecemasan berkurang serta memeliki lebih banyak waktu luang untuk keluarganya. Manfaat bagi program KB bagi seluruh keluarga adalah dapat meningkatkan kesehatan fisik, mental dan sosial setiap anggota keluarga. Dimana kesehatan anggota keluarga tergantung dari kesehatan seluruh keluarga. Dan setiap anggota keluarga akan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk memperoleh pendidikan (Handayani, 2010:33).

Berdasarkan pendapat diatas program KB adalah suatu upaya untuk mengatur tingkat kenaikan jumlah penduduk, mengatur jumlah dan jarak kenaikan kelahiran anak, meningkatkan kesehatan fisik dan kesempatan dalam memperoleh pendidikan yang bermanfaat bagi seluruh keluarga.

2.2 Kerangka Pemikiran

(35)

mencapai sasaran dan target yang aka dicapai. Pengertian efektivitas menurut Sedarmayanti dalam bukunya yang berjudul tentang Sumber Daya Manusia dan

Produktivitas Kerja bahwa :

“Efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa

jauh target dapat dicapai. Pengertian efektivitas ini lebih berorientasi kepada keluaran sedangkan masalah penggunaan masukan kurang menjadi perhatian utama. Apabila efisiensi dikaitkan dengan efektivitas maka

walaupun terjadi peningkatan efektivitas belum tentu efisiensi meningkat”

(Sedarmayanti, 2009: 59).

Berdasarkan pengertian diatas, bahwa sesuatu dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan dengan tepat dan berhasil, maka sesuatu itu sudah berjalan dengan efektif dan efisien, artinya harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Menurut Gibson, Ivancevich dalam bukunya organisasi. Prilaku, stuktur

dan proses efektivitas juga merupakan pengukuran dalam arti tercapainya sasaran

atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya merupakan sebuah pengukuran dimana suatu target telah tercapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Adapun ukuran efektivitas organisasi secara umum dapat dilihat dari beberapa kriteria berikut ini:

(36)

pelaksanaan program KB di wilayah Kecamatan Cangkuang. Proses dapat dilihat dari proses komunikasi, proses pengambilan keputusan, proses pengembangan pegawai, proses sosialisasi. (Mashun, 2006:77-78)

Efisiensi adalah merupakan hasil yang dicapai oleh suatu badan atau instansi pemerintahan yaitu Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) Kabupaten Bandung pada pelaksanaan program KB di wilayah Kecamatan Cangkuang. Efesiensi dapat di lihat dari biaya, waktu. (Zahnd, 2006:200).

Kepuasan adalah keberhasilan aparatur Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) Kabupaten Bandung pada pelaksanaan program KB di wilayah Kecamatan Cangkuang. Kepuasan meliputi tingkat keberhasilan, tingkat kinerja apartur, tingkat publik atau masyarakat. (Mashun, 2006:21-22)

Keunggulan adalah tingkat dimana aparatur Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) Kabupaten Bandung benar-benar tanggap terhadap perubahan baik di dalam badan atau instansi, pada pelaksanaan program KB di wilayah Kecamatan Cangkuang. Keunggulan meliputi produk, kepuasan, konsisten.(Gibson et al, 1996:34)

(37)

berjalan dengan cepat. Pengembangan meliputi Strategi intervensi, Pencapaian tujuan. (Gibson et al, 1996:34)

Umumnya efektivitas selalu berhubungan dan dipadukan dengan efisiensi yang merupakan suatu kegiatan dalam pencapaian tujuan organisasi. Dengan demikian efektivitas merupakan suatu tindakan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki dan menekankan pada hasil atau efeknya dalam pencapaian tujuan.

Pengertian KB menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Menurut handayani KB adalah Upaya dari setiap masyarakat ataupun pemerintah dalam menekan jumlah kelahiran anak dengan program KB. KB adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah ataupun menunda kehamilan. Cara cara tersebut termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. (Handayani, 2010:29).

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka peneliti membuat definsi operasional. Sebagai berikut:

(38)

2. Efektivitas BKBPP Kabupaten Bandung pada pelaksanaan pogram KB di wilayah Kecamatan Cangkuang dapat diukur dari suatu keberhasilan yang dapat dilihat dengan indikator-indikator sebagai berikut:

1) Proses adalah merupakan komponen sistem yang mempunyai peran utama mengolah masukan data agar menghasilkan informasi tentang pelaksanaan program KB yang berguna bagi para pemakainya. Proses BKBPP Kabupaten Bandung pada pelaksanaan pogram KB di wilayah Kecamatan Cangkuang dapat dilihat dari:

a. Proses komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi dari aparatur BKBPP Kabupaten Bandung pada masyarakat mengenai pelaksanaan pogram KB di wilayah Kecamatan Cangkuang.

b. Proses pengambilan keputusan adalah suatu proses penentuan-penentuan keputusan oleh aparatur BKBPP Kabupaten Bandung pada pelaksanaan pogram KB di wilayah Kecamatan Cangkuang.

c. Pengembangan pegawai adalah upaya untuk meningkatkan kinerja pegawai BKBPP Kabupaten Bandung pada pelaksanaan program KB di wilayah Kecamatan Cangkuang.

d. Proses sosialisasi adalah mengenalkan pelaksanaan program KB oleh BKBPP Kabupaten Bandung pada masyarakat di wilayah Kecamatan Cangkuang.

(39)

a. Biaya dalam hal ini adalah sejauh mana efesiensi biaya yang dikeluarkan BKBPP Kabupaten Bandung pada pelaksanaan program KB di wilayah Kecamatan Cangkuang sudah mendekati pencapaian tujuan atau belum.

b. Waktu adalah Efesiensi waktu dari berjalannya suatu pelaksanaan program KB oleh BKBPP Kabupaten Bandung di wilayah Kecamatan Cangkuang yang dijalankan sudah efektif atau tidaknya untuk mendekati pencapaian tujuan yang diharapakan.

3) Kepuasan adalah tingkat keberhasilan yang dirasakan BKBPP Kabupaten Bandung pada pelaksanaan program KB di wilayah Kecamatan Cangkuang baik dari segi pelayanan dan dari masyarakat yang dilayani, meliputi:

a. Tingkat Kinerja Aparatur adalah upaya yang dilakukan aparatur BKBPP Kabupaten Bandung pada pelaksaanan program KB di wilayah Kecamatan Cangkuang.

b. Tingkat Publik/masyarakat adalah Dampak yang dirasakan publik/masyarakat dengan adanya pelaksanaan program KB oleh BKBPP Kabupaten Bandung di wilayah Kecamatan Cangkuang.

(40)

a. Kepuasan dalam hal ini adalah dimana Masyarakat yang mendapatkan pelayanan yang prima dari aparatur BKBPP Kabupaten Bandung pada pelaksanaan program KB di wilayah Kecamatan Cangkuang.

b. Konsistensi dalam hal ini adalah BKBPP Kabupaten Bandung pada pelaksanaan program KB di wilayah Kecamatan Cangkuang dalam mencegah penyimpangan tujuan yang telah ditentukan yang dibuat oleh pemerintah tidak menyimpang dari ketentuan dalam pelaksanaannya. c. Struktur birokrasi adalah yang bertugas di BKBPP Kabupaten Bandung

pada pelaksanaan program KB di wilayah Kecamatan Cangkuang yang memiliki pengaruh besar terhadap pelaksana, meliputi:

1. Penerapan prosedur operasi yang standar di BKBPP Kabupaten Bandung pada pelaksanaan program KB di wilayah Kecamatan Cangkuang.

2. Peran Kepala BKBPP Kabupaten Bandung pada pelaksanaan program KB di wilayah Kecamatan Cangkuang.

5) Pengembangan adalah strategi intervensi yang memanfaatkan proses kelompok untuk berfokus pada budaya organisasi secara menyeluruh dalam rangka melaksanakan perubahan-perubahan yang diinginkan, meliputi:

(41)

b. Pencapaian tujuan dalam hal ini adalah Memantapkan tujuan yang hendak dicapai dengan memfokuskan tujuan pada rencana awal yang telah direncanakan dan ditetapkan BKBPP Kabupaten Bandung pada pelaksanaan program KB di wilayah Kecamatan Cangkuang.

3. Program KB yaitu suatu unit kerja yang terdapat di BKBPP Kabupaten Bandung pada pelaksanaan Program KB di wilayah Kecamatan Cangkuang.

(42)

Gambar 2.2

Model Kerangka Pemikiran

Keberhasilan BKBPP Kabupaten Bandung pada Pelaksanaan Program Keluarga Berencana (KB) di wilayah Kecamatan Cangkuang

Efektivitas BKBPP Kabupaten Bandung

1. Proses BKBPP Kabupaten Bandung: 1. Komunikasi

2. Pengambilan keputusan 3. Pengembangan pegawai 4. Sosialisasi

2. Efisiensi BKBPP Kabupaten Bandung: a. Biaya

b. Waktu

3. Kepuasaan BKBPP Kabupaten Bandung: a. Tingkat kinerja aparatur

b. Tingkat publik/masyarakat

4. Keunggulan BKBPP Kabupaten Bandung: a. Kepuasan

b. Konsisten

c. Struktur birokrasi

5. Pengembangan BKBPP Kabupaten Bandung: a. Stategi intervensi

(43)

31 BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

3.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung

Kabupaten Bandung terdiri atas 45 kecamatan, yang dibagi lagi menjadi 426 desa yang pusat pemerintahannya di Kecamatan Soreang. Kabupaten Bandung terletak antara 6º41 - 7º19 lintang selatan dan 107º22 - 108º5 bujur timur, pada ketinggian antara 110 m 2.249 m diatas permukaan laut. Luas wilayah Kabupaten Bandung 309.207,93 Ha. Sebagian besar wilayah Kabupaten Bandung adalah pegunungan. Adapun dengan batas-batas administratif Kabupaten Bandung sebagai berikut :

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang.

2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut.

3) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Cianjur, bagian Tengah Kota Bandung dan Kota Cimahi.

(44)

menjadi daerah percontohan pelaksanaan otonomi daerah sejak beberapa tahun lalu namun keluarnya UU No.22/1999 diakui memiliki konsekuensi yang cukup berat. Otonomi daerah merupakan barang baru sehingga semua Dati II di Indonesia termasuk Kabupaten Bandung masih dalam proses transisi. Proses transisi itu sejumlah peraturan daerah sebagai penjabaran semangat otonomi daerah harus segera diwujudkan pihak eksekutif dan legislatif.

Jumlah penduduk di Kabupaten Bandung pada tahun 2010 adalah 3,215,548 jiwa, dengan sex ratio 103,91. Hal ini berarti, untuk setiap 100 penduduk perempuan pada tahun 2010 di Kabupaten Bandung terdapat 104 penduduk laki-laki. Luas wilayah Kabupaten Bandung adalah 176.238,67 Ha, maka kepadatan penduduk Kabupaten Bandung adalah ± 19 jiwa/hektar. Jika dilihat dari komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur, maka jumlah penduduk kelompok umur produktif (15-64 tahun) mencapai 64,89 %, jumlah penduduk kelompok umur muda (0-14 tahun) mencapai 31,17 % dan jumlah penduduk kelompok umur tua (65 tahun ke atas) mencapai 3,94 %. Dari hal tersebut di atas, dapat diketahui angka beban ketergantungan (dependency ratio) mencapai 54,10 artinya pada setiap 100 penduduk produktif harus menanggung 54 penduduk tidak produktif.

3.1.2 Visi dan Misi Kabupaten Bandung

(45)

berwawasan lingkungan dengan berorientasi pada peningkatan kinerja pembangunan desa. Visi yang telah ditetapkan dapat direalisasikan dengan bertumpu pada potensi sumberdaya dan kemampuan yang dimiliki serta ditunjang dengan semangat kebersamaan, tanggungjawab yang optimal dan proporsional dari seluruh komponen kota, maka misi yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1. Mewujudkan kepemerintahan yang baik

2 Memelihara stabilitas kehidupan masyarakat yang aman, tertib, tenteram dan dinamis

3. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia

4. Meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat 5. Memantapkan kesalehan sosial berlandaskan iman dan takwa 6. Menggali dan menumbuh kembangkan budaya sunda

7. Memelihara keseimbangan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan 8. Meningkatkan kinerja pembangunan desa

(46)

Berdasarkan Visi dan Misi yang telah ditetapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penyelenggaraan Pemerintah Kabupaten Bandung adalah sebagai berikut :

1. Terwujudnya efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan

2. Terwujudnya peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik

3. Terwujudnya sinergitas antara pemerintah dunia usaha dan masyarakat.

3.1.3 Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kecamatan Cangkuang dan Kecamatan Cihampelas, dipandang merupakan suatu upaya dalam meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Kecamatan Cangkuang berdiri pada 22 Oktober 2003 yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Banjaran, berikut pengisian jabatan strukturalnya dan efektif eksistensinya telah dimulai pada tanggal tersebut. Namun demikian dalam prakteknya masih memerlukan waktu yang cukup untuk dapat melaksanakan fungsinya. Hal tersebut dapat dimaklumi sehubungan dukungan sarana dan prasarana yang belum lengkap.

(47)

2001 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Bandung, penyelenggaraan tugas dan fungsi kecamatan mengalami perubahan yang mendasar.

Implikasi adanya perubahan ini kecamatan diposisikan sebagai perangkat daerah yang dalam melaksanakan tugas dengan mengacu kepada Keputusan Bupati tentang Pelimpahan Sebagian Kewenangan Bupati kepada Camat tersebut. Perubahan ini sesuai dengan tuntutan masyakarat yang menginginkan pelayanan dan kinerja pemerintah daerah yang efesien dan efektif dengan pendekatan publik service yang sesuai dengan standar pelayanan.

Kecamatan Cangkuang yang mempunyai luas wilayah 2.396,222 Ha merupakan salah satu dari 45 kecamatan yang ada di Kabupaten Bandung, Terdiri dari 7 Desa, 28 Dusun, 78 RW dan 326 RT. Memiliki penduduk sebanyak 62.726 jiwa perKepala Keluarga yang terdiri dari 32.245 laki-laki dan perempuan 30.507 orang. Kecamatan Cangkuang terletak pada ketinggian 653 meter di atas permukaan laut. Suhu maksimum 35° celcius dan suhu minimum 20° celcius, bertopografi datar sampai berbukit dan curah hujan rata-rata berkisar 260 mm/tahun.

Wilayah kecamatan Cangkuang berbatasan dengan kecamatan-kecamatan lainnya, seperti:

1. Sebelah Utara : Kecamatan Pameungpeuk.

(48)

Kecamatan cangkuang juga terdiri dari 7 Desa, yaitu: Cangkuang Kabupaten Bandung berjumlah 62.726 jiwa terdiri dari penduduk Laki-laki 32.245 jiwa, dan jumlah perempuan 30.507 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga 15.321 KK. Untuk lebih jelasnya masing-masing akan disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini:

(49)

Berdasarkan tabel di atas terlihat jelas jumlah laki-laki yang ada di Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung cukup banyak di bandingkan jumlah perempuan. Melihat jumlah laki-laki yang lebih banyak dari pada perempuan bahwa jumlah penduduk tersebut belum merata dilihat dari jumlah berdasarkan jenis kelaminnya, dan bila tingkat jumlah laki-laki lebih banyak daripada perempuan seharusnya peranserta dalam program KB pun harus lebih banyak dari pada perempuan yang ada.

3.1.3.2 Keadaan PUS menurut Umur

Dilihat dari data jumlah dari data penduduk bulan Juni 2012 Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung berjumlah 62.726 jiwa terdiri dari penduduk Laki-laki 32.245 jiwa, dan jumlah perempuan 30.507 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga 15.321 KK. Kategori penduduk bibagi dalam tingkat usia, dan tingkat pendidikan. Untuk lebih jelasnya akan disajikan dengan data sebagai berikut:

Tabel 3.2

Keadaan Menurut PUS Menurut Umur, Tahun 2012 NO

(50)

Berdasarkan tabel jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) menurut umur, desa nagrak yang mempunyai jumlah paling banyak dengan angka 2.575 /keluarga di antara desa-desa yang lainnya. Hal tersebut terlihat belum meratanya jumlah PUS yang ada di Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung.

3.1.3.3 Jumlah Kepala Penduduk Menurut Status Pendidikan

Data penduduk berdasarkan jenjang pendidikan akan memberikan gambaran tentang potensi sumber daya manusia dari aspek kualitas pendidikan di Kecamatan Cangkuang. Dari data yang ada menunjukan bahwa, kualitas sumber daya manusia di Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung masih perlu ditingkatkan dimasa yang akan datang, sehingga terdapat keseimbangn dengan Kecamatan yang lain.

(51)

Tabel 3.3

Jumlah Kepala Penduduk Menurut Status Pendidikan NO

Sumber: UPT PPKB Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung, Juni 2012 Berdasarkan tabel di atas terlihat jumlah kepala keluarga berdasarkan status pendidikan. Tingkat jumlah yang paling tinggi terlihat dari tamat SD-SLTP dengan jumlah 10.685, faktor tersebut bisa mempengaruhi tingkat jumlah peranserta KB masyarakat di wilayah Kecamatan Cangkuang. Jumlah total dilihat dari tingkat pendidikan yang terbanyak adalah desa Nagrak dengan angka 3.397 /kepala keluarga.

3.1.3.4 Peserta KB dan yang bukan Peserta KB di Wilayah Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bamdung

(52)

menjadi peserta ataupun bukan peserta KB di wilayah Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung. Berikut akan disampaikan dalam bentuk Tabel berikut ini:

Tabel 3.4

Jumlah Peserta KB dan Bukan Peserta KB, Tahun 2012 NO Desa/Kelura

Sumber: UPT PPKB Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung, Juni 2012 Berdasarkan jumlah keluarga yang ada di Kecamatan Cangkuang dengan jumlah 62.752/jiwa bahwa Kecamatan mempunyai penduduk yang cukup banyak di wilayah Kabupaten Bandung. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat peserta KB cukup banyak di bandingkan dengan yang bukan peserta KB yang ada di Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung.

3.1.3.5 Jumlah Peserta KB melalui Metoda Kontrasepsi

(53)

Cangkuang Kabupaten Bandung. Berikut tabel dari jumlah peserta KB melalui Metoda Kontrasepsi sebagai berikut:

Tabel 3.5

Jumlah Peserta KB Melalui Metoda Kontrasepsi No

Sumber: UPT PPKB Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung, Juni 2012 Berdasarkan tabel di atas terlihat peran serta masyarakat di wilayah Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung yang mengikuti program KB berdasarkan alat kontrasepsi sudah cukup banyak, hal tersebut bisa dilihat dari jumlah peran sertanya sebesar 10.228 /jiwa. Dengan demikian program KB di wilayah Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung bisa berjalan lebih efektif bila setiap tahunnya bisa lebih banyak lagi yang mengikuti program KB tersebut.

3.1.4 Gambaran Umum BKBPP Kabupaten Bandung

(54)

penduduk melalui pengaturan kelahiran. Secara umum tujuan yang akan dicapai oleh BKBPP Kabupaten Bandung adalah mengingatkan sumber daya manusia yang memadai melalui program Keluarga Berencana, Keluarga Sejahtera, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak dengan upaya yaitu:

1. Meningkatkan Indek Pembangunan Manusia (IPM) = 80 point

2. Meningkatkan Indek Pembangunan Gender (IPG), di dukung dengan menurunnya Net Reproduksi Rate (NRR) = 1,0 dan Total Fertility Rate (TFR)= 2,10 penduduk tumbuh seimbang.

Pelayanan satuan kerja perangkat daerah BKBPP Kabupaten Bandung sebabai pendukung dari Visi dan Misi yang akan dicapai Pemerintah Daerah yang tertuang dalam Rencana Strategis 2010-2015 yaitu Visi:” Terwujudnya Kabupaten Badung yang maju, mandiri dan berdaya saing, melalu tata kelola pemerintahan yang baik dan pemantapan pembangunan pedesaan, berlandaskan religious,

kultural dan berwawasan lingkungan. “Sedangkan Misi yang akan dicapai adalah:

1. Meningkatnya profesionalisme Birokrasi

2. Meningkatkan SDM, memantapkan kesalehan sosial berlandaskan iman dan takwa

3. Memantapkan pemulihan keseimbangan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan

4. Menggali menumbuhkembangkan dan melestarikan buda sunda serta kearifan lokal lainya

(55)

6. Meningkatkan ketersediaan dan kualitas insfrastruktur, serta keterpaduan pemanfaatan tata ruang wilayah

7. Meningkatkan partisipasi sektor swasta, pemberdayaan ekonomi kerakyatan dan daya saing daerah.

Berdasarkan Visi dan MIsi tersebut, maka BKBPP Kabupaten Bandung

merupakan SKPD penunjang dalam mencapai misi kedua yaitu ”meningkatkan

kualitas sumber daya manusia (SDM) bidang kesehatan dan prioritas ketiga yaitu meningkatkan cakupan pelayanan dan kualitas kesehatan. Dengan demikian sebagai implementasi untuk mendukung tujuan tersebut maka pelayanan yang diberikan adalah meningkatkan sumberdaya manusia di bidang kesehatan melalui pembangunan Keluarga Berencana dam Pemberdayaan Perempuan di Kabupaten Bandung.

BKBPP Kabupaten Bandung, memerlukan intergrasi antara keahlian dengan sumber daya manusia lainya agar mampu menjawab tuntutan perkembangan lingkungan strategis baik ditingkat Kabupaten ataupun Nasional. Tujuan Milinium Developen Goals (MDGS) adalah upaya penyelematan bangsa

(save nations). Namun, itu dapat menimbulkan dampak, yakni meningkatkan

(56)

BKBPP Kabupaten Bandung berusaha untuk mengantisipasi kondisi ditengah perubahan yang cepat dalam system manajemen pemerintahan lima tahun kedepan, melalui peran dan posisi dalam serangkaian program-program yang terencana dan terukur yang dituangkan dalam suatu perencanaan strategis Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Bandung.

Tujuan program KB secara demografi adalah untuk menurunkan laju pertumbuhan penduduk dan secara filosofis adalah untuk mewujudkan norma keluarga kecil bahagia sejahtera. Tujuan tersebut kemudian diimpementasikan melalui pelayanan keluarga berencana dan pemberdayaan perempuan serta perlindungan anak. Pengaturan kelahiran perlu terus diupayakan melalui program KB untuk mencapai penduduk tumbuh seimbang atau penduduk tanpa pertumbuhan. Secara strategis penduduk tumbuh seimbang apabila dicapai.

3.1.4.1 Tugas Pokok BKBPP Kabupaten Bandung

(57)

Berdasarkan Perda No. 6 Tahun 2008 tentang Rincian, Tugas Pokok dan Fungsi, menyangkut tugas aparatur yang berkaitan dengan program Keluarga Berencana adalah sebagai berikut :

1) Kepala Dinas:

Memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas dibidang pengelolaan pelayanan kesekertariatan yang meliputi pengkoordinasian penyusunan program, pengelolaan umum dan kepegawaian serta pengelolaan keuangan.

2) Sekertariat Membawahkan: a. Bagian Penyusuna Program

Merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan melaporkan pelaksanaan tugas pelayanan dan pengkoordinasian penyusunan rencana dan program Badan.

b. Bagian Umum dan Kepegawaian

Merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan melaporkan pelaksanaan tugas pelayanan administrasi umum dan kerumahtangaan serta administrasi kepegawaian.

c. Bagian Keuangan.

Merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas pelayanan administrasi dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan Badan.

3) Bidang Informasi dan data Keluarga

(58)

pengelolaan data mikro keluarga serta analisa, evaluasi dan pelaporan. Bidang informasi dan Data Keluarga membawahi:

a. Sub Bidang Data Mikro Keluarga

Tugas pokok merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas pengelolaan dan mikro keluarga.

b. Sub Bidang Analisa, Evaluasi dan Pelaporan

Tugas pokok merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas analisa, evaluasi, dan pelaporan.

4) Bidang Keluarga Berencana

Mempunyai tugas pokok memimpin, mengkoordinasikan, dan mengendalikan tugas-tugas dibidang pelayan keluarga berencana meliputi pengendalian KB-KR serta pengendalian reproduksi remaja.

5) UPT Pengendalian Program KB

Memimpin, merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pengelolaan sebagai fungsi badan dibidang pelayanan, pengelolaan, dan pengendalian program KB.

Berdasarkan urutan tugas pokok dan fungsi BKBPP di atas berikut adalah daftar pegawai yang bersangkutan dengan program KB atau daftar pegawai BKBPP Kabupaten Bandung:

Tabel 3.6

Data Pegawai BKBP Kabupaten Bandung

No Nama Jabatan Pendidikan

1 Drs. Edi Siswandi Kepala BKBPP S1

2 Drs. Ruki Rukhiat Kepala Bidang Informasi dan Data Keluarga

(59)

3 Ir.Hj.Henny Herliani Kepala Bidang Pemberdayaan

10 Drs. Rochman Ka.Subid Data Mikro Keluarga

S1

11 Dra. Suryati Anna

Turnip Ka.Subid Perlindungan Anak

S1

12 Rika Sunjana, S.Sos Ka.Subid Advokasi dan Pemb. Ins.Masyarakat

15 A. Rachmat,. S.Pd Kepala Bidang Keluarga

Berencana S1

16 Muhamad Wahyudin,

SE Ka.Subid Ketahanan Keluarga S1

17 Yogaswara, S.Pd Ka.Subid Pengendalian KB

KR S1

18 Zaenabiah, S.Pd Ka. UPT Pengend. Prog. KB

Kec. Cangkuang S1

19 Asep Mohamad

Ridwan, SE Ka.Subid Pengendalian KRR S1

20 Hidayat Ka.Subag Keuangan SMA

21 Aten Sonadi, S.Sos,

(60)

3.1.4.2 Struktur Organisasi BKBPP Kabupaten Bandung

(61)

Sub Bidang

Pengendalian KBKR Ketahanan Keluarga Sub Bidang Sub Bidang

Pengarusutamaan

(62)

Struktur organisasi BKBPP Kabupaten Bandung Berdasarkan gambar 3.7 pada merupakan suatu hal yang vital di BKBPP Kabupaten Bandung. Organisasi yang terjalin akan membuahkan proses penyelenggaraan tugas maupun kewajiban aparatur yang maksimal. Berdasarkan penjelasaan stuktur organisasi BKBPP Kabupaten Bandung berikut adalah gambaran Susunan organisasi yang berkaitan langsung pada pelaksanaan program KB dapat dilihat pada gambar 3.8 sebagai berikut:

Gambar 3.8

Struktur Organisasi BKBPP Kabupaten Bandung

Sumber: BKBPP Kabupaten Bandung 2012

Gambar di atas menjelaskan susunan organisasi BKBPP Kabupaten Bandung pada pelaksanaan program KB d Wilayah Kecamatan Cangkuang berdasarkan sub bagian, sub bidang, dan UPT PPKB. Struktur organisasi tersebut menjelaskan pelaksana program KB pada BKBPP Kabupaten Bandung khususnya di Wilayah Kecamatan Cangkuang.

KEPALA BADAN KB DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN (drg. Grace Mediana Purnami, M.Kes)

Ka.Sub Bagian Penyusunan Program (Aten Sonadi, S.Sos, M.Si)

Ka.Sub Bagian Umum dan Kepegawaian (Nunung Nuraini R, S.Pd)

Kabid Informasi dan Data Keluarga (Dra. Inne Agustine)

Kabid Keluarga Berencana (Rika Sunjana, S.Sos)

Ka. UPT Pengend. Prog. KB Kec. Cangkuang

(63)

3.1.5 Dasar Hukum Program Keluarga Berencana (KB)

Tahun 1970 didirikan Badan kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Melalui Keputusan Presiden Nomor 8 tahun 1970 sebagai sebuah lembaga Non Departemen yang mempunyai tanggung jawab pada bidang pengendalian penduduk di Indonesia. Atas dasar itulah proyek besar di bidang pengendalian laju pertumbuhan penduduk berskala nasional yang sampai saat ini masih berjalan, yang disebut Program Keluarga Berencana Nasional. Lembaga resmi pelaksana tekhnis programnya bernama BKKBN yang pelaksana kegiatannya terstruktur secara herarkis ada mulai dari tingkat pusat hingga tingkat kecamatan dan desa. Program dan kelembagaannya selanjutnya disempurnakan melalui Kepres Nomor 33 tahun 1972, Kepres Nomor 38 tahun 1978, serta Kepres Nomor 109 tahun 1993 tentang Pembentukan Kementerian Kependudukan dan BKKBN.

Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2000, tentang kedudukan, tugas, fungsi, kewenangan, struktur organisasi dan tata kerja lembaga pemerintah non departemen (LPND). Pada pasal 43 Kepres 103 Tahun 2001 tersebut ditetapkan bahwa BKKBN mempunyai peran sebagai pelaksana tugas-tugas pemerintahan dibidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(64)

bahwa sebagian tugas pemerintahan yang dilaksanakan oleh BKKBN Provinsi, tetap dilaksanakan oleh pemerintah sampai ada ketentuan lebih lanjut.

Berdasarkan Rakernas Program KB tahun 2011, yang mengamanatkan perlunya ditingkatkan peran pria/laki-laki dalam Keluarga Berencana, ditindak lanjuti melalui Keputusan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan. Kepala Badan kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 10/HK-010/B5/2001 tanggal 17 Januari 2001 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Untuk mendukung efektifitas pelaksanaan di lapangan, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Kepala BKKBN melalui Keputusan nomor: 70/HK- 010/B5/2001, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Propinsi dan Kabupaten/Kota membentuk Seksi khusus Peningkatan Patisipasi Pria di bawah Bidang Pengendalian Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi yang bertugas menyusun paket informasi sesuai kondisi sosial, menyiapkan, dan mengembangkan segmentasi sasaran dalam rangka peningkatan partisipasi KB pria yang pelaksanaanya secara tekhnis di kecamatan dan desa.

KB menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera adalah upaya untuk peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.

(65)

bahwa Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak-hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.

3.1.6 Gambaran Umum Program KB di BKBPP Kabupaten Bandung Program KB dilaksanakan dalam rangka usaha pemerintah untuk membangun manusia yang berkualitas. Pemerintah berkeinginan untuk membuat perubahan dari suatu kondisi tertentu ke keadaan lain yang lebih bernilai. Proses perubahan itu dapat menjangkau sasaran-sasaran perubahan keadaan yang lebih baik dan dapat digunakan sebagai pengendali masa depan, di dalam melaksanakan pembangunan itu perlu sekali memperhatikan segi manusianya, karena dalam arti proses, pembangunan itu menyangkut makna bahwa manusia itu obyek pembangunan dan sekaligus subyek pembangunan. Sebagai subyek pembangunan manusia harus diperhitungkan, sebab mempunyai nilai dan potensi yang luar biasa.

Gambar

Gambar 2.2 Model Kerangka Pemikiran
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk bulan Juni 2012
Tabel 3.2 Keadaan Menurut PUS Menurut Umur, Tahun 2012
Tabel 3.3 Jumlah Kepala Penduduk Menurut Status Pendidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai bagian dari kerangka kerja manajemen risiko Deutsche Bank secara keseluruhan, Loan Exposure Management Group (LEMG) fokus pada pengelolaan risiko kredit pinjaman dan

Secara geologi pengisi Cekungan Sumatera Selatan terdiri atas Formasi Talangakar, Baturaja, Gumai, Air Benakat, Muara Enim, Kasai dan Batuan Volkanik; berumur Oligosen –

Teknologi sistem transmisi HDSL adalah teknologi transport untuk memberikan simetris kepada pelanggan dengan laju bit hingga 2 Mbps melalui jaringan lokal kabel akses tembaga yang

Selain itu, infeksi luka operasi tersebut juga terjadi pada 2 pasien yang keduanya memiliki penyakit penyerta non diabetes, dan berdasarkan hasil perhitungan statistik diperoleh

1) Sistem arisan di BMT “ANDA” dilakukan secara berkelompok. 2) Kemudian setiap bulannya panitia dan peserta arisan berkumpul untuk melakukan lelang

Perpindahan kalor merupakan suatu bentuk dinamika dari energi termal yang dipindahkan dari benda yang memiliki suhu lebih tinggi kepada benda yang memiliki

Apabila arah yang akan dijalaninya telah jelas, telah menjadi arah kehidupan dari setiap pribadi yang dipimpinnya, dan diri sang pemimpin telah menjadi pribadi yang

Berdasarkan hasil analisis data dan kesimpulan yang telah dirumuskan diatas, maka dapat disampaikan saran sebagai berikut: 1) Menentukan Langkah- langkah