• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT TEKNIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT TEKNIS"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

RENCANA KERJA DAN SYARAT TEKNIS

Pasal 1 L i n g k u p

1. Persyaratan teknis umum ini merupakan persyaratan dari segi teknis yang secara umum berlaku untuk seluruh bagian pekerjaan yang mana persyaratan ini bisa diterapkan.

2. Persyaratan teknis umum ini merupakan satu kesatuan dengan persyaratan teknis khusus, dan secara bersama-sama merupakan persyaratan dari segi teknis bagi seluruh bagian pekerjaan sebagaimana diungkapkan dalam satu atau lebih dari dokumen berikut ini :

a. Gambar-gambar Pelelangan / Pelaksanaan. b. Persyaratan Teknis Umum / Khusus

c. Perincian volume pekerjaan / Perincian penawaran d. Dokumen-dokumen Pelelangan / Pelaksanaan yang lain

3. Dalam hal dimana ada bagian dari persyaratan teknis umum ini, tidak ada satupun bagian pekerjaan sebagaimana diungkapkan dalam pasal 1.2 diatas bisa diterapkan, maka bagian dari persyaratan teknis umum tersebut secara sendirinya dianggap tidak berlaku.

Pasal 2

Referensi / Standar 1. Peraturan Teknis

1.1. Atas seluruh bagian pekerjaan dalam Perjanjian Kerja ini, kecuali secara khusus dipersyaratkan lain dalam satu atau lebih dokumen dari Dokumen pelelangan / Pelaksanaan, berlaku :

 Undang-undang/Keputusan Presiden Nomor 18 tahun 2000.

 Peraturan / Surat keputusan dari Departemen/ Instansi yang berwenang.  Ketentuan dari Badan Koordinasi Pekerjaan Jaringan Sistem dibawah tanah

(BKJS).

 Peraturan Daerah

 Standard / Norma / Pedoman

1.2. Dalam hal dimana ada bagian pekerjaan yang dipersyaratkan teknisnya tidak diatur dalam persyaratan teknis umum / khusus maupun salah satu dari

ketentuan yang disebutkan dalam pasal 2.1. diatas, maka atas bagian pekerjaan tersebut, Penyedia harus mengajukan salah satu dari persyaratan-persyaratan berikut ini guna disepakati oleh Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas untuk dipakai sebagai patokan persyaratan teknis :

 Standard/ Norma/ Kode/ Pedoman yang bisa diterapkan pada bagian pekerjaan bersangkutan, yang diterbitkan oleh Instansi / Institusi / Asosiasi Profesi / Asosiasi Produsen / Lembaga Pengujian ataupun badan-badan lain yang berwenang / berkepentingan, atau badan-badan yang bersifat Internasional ataupun Nasional dari Negara lain, sejauh mana atas hal tersebut diperoleh kesepakatan dari Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas .

 Brosur Teknis dari produsen yang didukung oleh sertifikat dari lembaga pengujian yang diakui secara Nasional / Internasional.

1.3. Semua pekerjaan dalam kontrak ini harus dilaksanakan dengan mengikuti dan memenuhi persyaratan-persyaratan teknis yang tertera dalam persyaratan Normalisasi Indonesia (NI), Standard Industri Indonesia (SII) dan peraturan-peraturan Nasional maupun peraturan-peraturan-peraturan-peraturan setempat lainnya yang berlaku atas jenis-jenis pekerjaan yang bersangkutan antara lain :

Peraturan dan standar yang digunakan dalam perencanaan struktur ini adalah :  SK SNI 03-2847-2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton

(2)

 SK SNI 2847:2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung;

 SNI 03-1729-2002 Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung;

 SNI 03-1726-2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung;

 SKBI 1.3.53.1987 Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah & Gedung;

SNI 04-0225-2000 Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000), dan Amandemennya SNI 04-0225-2000/Amd1-2006;

 NI – 3 (1970) : Peraturan Umum untuk Bahan Bangunan diIndonesia;

 NI – 8 : Peratuiran semen Portland Indonesia;  NI – 5 : Peraturan Konstruksi Indonesia;

 SII – 0297 – 80 : Baja Karbon Cor Mutu dan Cara Uji;  SII – 0192 – 78 : Kawat Las Mutu dan cara uji;  SNI 07-2052-2002 : Baja Tulang Beton;

1.4. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang belum termasuk dalam standar-standar yang tersebut diatas, maupun standar-standar nasional lainnya, maka diberlakukan standard-standard internasional yang berlaku atas pekerjaan-pekerjaan tersebut atau setidak-tidaknya berlaku persyaratan Teknis dari negara-negara asal bahan dengan disertai referensi.

2. Merk-merk Dagang

2.1. Kecuali ditentukan lain, maka nama-nama atau merk-merk dagang dari bahan yang disebutkan dalam persyaratan teknis ini ditujukan untuk maksud-maksud perbandingan terutama dalam hal mutu, model, bentuk, jenis dan sebagainya dan hendaknya tidak diartikan sebagai persyaratan (merek) yang mengikat. 2.2. Penyedia boleh mengusulkan merk-merk dagang lain yang setara dalam mutu,

model, bentuk, jenis dan sebagainya setelah mendapat persetujuan Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas.

2.3. Bilamana Penyedia mengusulkan bahan dengan merk lain, maka Penyedia harus membuktikan bahwa bahan dengan merk yang diusulkan adalah setaraf atau lebih baik, melalui data teknis dan refrensi serta pengujian bahan dari lembaga penguji yang disetujui Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas .

2.4. Penyedia harus dapat membuktikan keaslian dari setiap bahan/ peralatan yang akan digunakan dengan menyerahkan “Certificate of Origin” dari barang yang dimaksud kepada Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas .

2.5. Penggunaan produksi dalam negri akan sangat diperhatikan/ diutamakan selama barang tersebut memenuhi syarat minimum yang ditetapkan. Dalam hal dimana disebutkan 3 (tiga) merek dagang atau lebih untuk jenis bahan / pekerjaan yang sama, maka Penyedia diharuskan dapat menyediakan salah satu dari padanya sesuai dengan persetujuan Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas.

3. Data-data Umum Lapangan.

3.1. Titik-titik ukur

Seluruh titik ukur pekerjaan ini didasarkan pada ukuran setempat, yaitu titik-titik ukur yang ada dilapangan kegiatan seperti yang direncanakan dalam gambar-gambar dan yang disetujui Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas .

3.2. Data Fisik

Sehubungan dengan data ketinggian-ketinggian tanah yang ada, tinggi air tanah dan lain-lain yang diterapkan pada gambar-gambar dimaksudkan sebagai informasi dan titik tolak untuk pelaksanaan pekerjaan.

(3)

4.1. Penyedia harus memulai pekerjaan-pekerjaannya dengan referensi peil yang ada dilapangan, yang disetujui oleh Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas dan bertanggung jawab penuh atas pengukuran-pengukuran yang dibuatnya.

4.2. Penyedia harus menyediakan semua bahan, peralatan yang dibutuhkan dalam pengukuran dan pematokan untuk setiap bagian pekerjaan yang memerlukannya.

4.3. Penyedia diwajibkan untuk memelihara patok-patok serta tugu-tugu ukur utama selama masa pembangunan.

Pasal 3 B a h a n 1. Baru

Kecuali ditetapkan lain secara khusus, maka semua bahan yang dipergunakan dalam / untuk pekerjaan ini harus merupakan bahan yang baru,

2. Tanda Pengenal

2.1. Dalam hal dimana Pabrik / Produsen bahan mengeluarkan Tanda Pengenal untuk Produk / Bahan yang dihasilkan, baik berupa cap / merk dagang pengenal pabrik / produsen, ataupun sebagai pengenal kwalitas / kelas / kapasitas ; maka semua bahan dari pabrik / produsen bersangkutan yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus mengandung tanda pengenal tersebut.

2.2. Khususnya untuk bahan bagi pekerjaan instalasi (Daya, Penerangan, Komunikasi, Alarm, Plumbing dan lain-lain), kecuali ditetapkan lain oleh Direksi Lapangan/ Konsultan Pengawas , bahan sejenis dengan fungsi yang berbeda harus diberi tanda pengenal untuk membedakan satu bahan dari bahan yang lain. Tanda pengenal ini bisa berupa warna atau tanda-tanda lain, yang mana harus sesuai dengan refrensi pada pasal 2 persyaratan teknis umum ini kalau ada diatur disana atau dalam hal dimana tidak/ belum ada pengaturan yang jelas mengenai itu, hal ini harus dilaksanakan sesuai petunjuk dari Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas.

3. Merk Dagang dan Kesetaraan

3.1. Penyebutan sesuatu merk dagang dari suatu bahan/ produk didalam Persyaratan Teknis, secara umum harus dimengerti sebagai persyaratan kesetaraan kwalitas penampilan (performance) dari bahan/ produk tersebut, yang mana dinyatakan dengan kata-kata “atau yang setara”.

3.2. Kecuali secara khusus dipersyaratkan lain, maka penggunaan bahan / produk lain yang dapat dibuktikan mempunyai kwalitas penampilan yang setara dengan bahan/ produk yang memakai merk dagang yang disebut, dapat diperoleh persetujuan tertulis dari Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas atas Kesetaraan tersebut.

3.3. Penggunaan bahan/produk yang disetujui sebagai “setara” tidak dianggap sebagai perubahan pekerjaan, dan karenanya perbedaan harga dengan bahan/ produk yang disebutkan merk dagangnya akan diabaikan.

4. Penggantian (Subsstitusi)

4.1. Penyedia / Supplyer bisa mengajukan usulan untuk menggantikan sesuatu bahan / produk dengan suatu bahan atau produk lain dengan penampilan yang tidak sepenuhnya sama / setara dengan yang dipersyaratkan.

4.2. Dalam persetujuan atas sesuatu penggantian (subtitusi), perbedaan harga yang ada dengan bahan / produk yang dipersyaratkan akan diperhitungkan sebagai perubahan pekerjaan, dengan ketentuan sebagai berikut :

(4)

 Dalam hal dimana penggantian dapat disepakati oleh Direksi Lapangan/ Konsultan Pengawasdan Pemberi Tugas sebagai masukan (input) baru yang menyangkut nilai-nilai tambah, maka perubahan pekerjaan berupa kerja tambah dapat diperkenankan.

5. Persetujuan Bahan

5.1. Untuk menghindarkan penolakan bahan dilapangan, dianjurkan dengan sangat agar sebelum sesuatu bahan/ produk akan dibeli / dipesan/ diproduksi, terlebih dahulu dimintakan persetujuan Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas atas kesesuaiakan dari bahan / produk tersebut pada persyaratan teknis, akan diberikan dalam bentuk tertulis yang dilampirkan contoh / brosur dari bahan / produk yang bersangkutan untuk diserahkan pada Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas di Lapangan.

5.2. Penolakan bahan dilapangan karena diabaikan prosedur diatas sepenuhnya merupakan tanggung jawab Penyedia / Supplyer, atas nama tidak dapat diberikan pertimbangan keringanan apapun.

5.3. Adanya persetujuan tertulis dengan disertai contoh / brosur seperti tersebut diatas tidal melepaskan tanggung jawab Penyedia / Supplyer dari kewajibannya dalam perjanjian kerja ini untuk mengadakan bahan / produk yang sesuai dengan persyaratan, serta tidak merupakan jaminan akan diterima / disetujuinya seluruh bahan / produk tersebut dilapangan, sejauh tidak dapat dibuktikan bahwa seluruh bahan / produk tersebut adalah sesuai dengan contoh / brosur yang telah disetujui.

6. Contoh

Pada waktu memintakan persetujuan atas bahan/produk, kepada Direksi Lapangan/ Konsultan Pengawas harus diserahkan contoh dari bahan atau produk tersebut, dengan ketentuan sebagai berikut :

6.1. Jumlah contoh :

6.1.1. Untuk bahan / produk, atas nama tidak dapat diberikan sesuatu Sertifikat Pengujian yang dapat disetujui / diterima oleh Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas, sehingga oleh karenanya perlu diadakan pengujian, sehingga oleh karena perlu diadakan pengujian, kepada Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas harus diserahkan sejumlah bahan / produk sesuai persyaratan yang ditetapkan dalam standard procedure pengujian, untuk dijadikan benda uji guna diserahkan pada badan / lembaga penguji yang ditunjuk oleh Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas.

6.1.2. Untuk bahan/ produk, atas dapat ditunjukkan sertifikat pengujian yang dapat disetujui / diterima oleh Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas, kepada Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas harus diserahkan 2 (dua) buah contoh, yang masing-masing disertai dengan salinan sertifikat pengujian yang bersangkutan.

6.2. Contoh yang disetujui

6.2.1. Dari contoh yang diserahkan kepada Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas, atas contoh yang telah memperoleh persetujuan, oleh Direksi Lapangan/ Konsultan Pengawas harus dibuat suatu keterangan tertulis mengenai persetujuannya dan disamping itu oleh Direksi Lapangan/ Konsultan Pengawas harus dipasangkan tanda pengenal persetujuan pada 2 (dua) buah contoh, yang semuanya akan dipegang oleh Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas.

6.2.2. Bila dikehendaki, Penyedia/ Supplyer dapat memintakan sejumlah set tambahan dari contoh berikut tanda pengenal persetujuan dan surat keterangan persetujuan untuk kepentingan dokumentasinya sendiri. Dalam hal yang demikian jumlah contoh yang harus diserahkan kepada Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas harus ditambah seperlunya sesuai dengan kebutuhan tambahan tersebut.

(5)

produk bagi pekerjaan, Penyedia berhak meminta kembali contoh tersebut untuk dipasangkan pada pekerjaan.

6.3. Waktu Persetujuan contoh

6.3.1. Adalah tanggung jawab dari Penyedia / Supplyer untuk mengajukan contoh pada waktunya, demikian sehingga pemberian persetujuan atas contoh tersebut tidak akan menyebabkan keterlambatan pada jadwal pengadaan bahan.

6.3.2. Untuk bahan/ produk yang persyaratannya tidak dikaitkan dengan kesetaraan pada sesuatu merk dagang tertentu, keputusan atas contoh akan diberikan oleh Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas dalam waktu tidak lebih dari 10 (sepuluh) hari kerja. Dalam hal dimana persetujuan tersebut akan melibatkan keputusan tambahan diluar persyaratan teknis (seperti penentuan model, warna dan lain-lain), maka keseluruhan keputusan akan diberikan dalam waktu tidak lebih dari 21 (dua puluh satu) hari kerja.

6.3.3. Untuk bahan / produk yang masih harus dibuktikan kesetarafannya dengan suatu merk dagang yang disebutkan, keputusan atas contoh akan diberikan oleh Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak dilengkapinya pembuktian kesetarafannya.

6.3.4. Untuk bahan / produk yang bersifat pengganti (subsitusi), keputusan persetujuan akan diberikan oleh Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas dalam jangka waktu 30 (tiga puluh ) hari sejak diterimanya dengan lengkap seluruh bahan-bahan pertimbangan.

6.3.5. Untuk bahan / produk yang bersifat peralatan / perlengkapan ataupun produk lain yang karena sifat / jumlah / harga pengadaannya tidak memungkinkan untuk diberikan conoth dalam bentuk bahan / produk jadi, permintaan persetujuan bisa diajukan berdasarkan brosur tersebut, yang mana harus dilengkapi dengan :

 Spesifikasi teknis lengkap yang dikeluarkan oleh pabrik / produsen.  Surat-surat seperlunya dari agen / importir, sesuai petunjuk Direksi

Lapangan/Konsultan Pengawas , seperti antara lain :

 Surat ke-agen-an, surat jaminan suku cadang dan jasa purna penjualan (after sales service), dan lain-lain.

 Katalog untuk warna, pekerjaan penyelesaian (finishing) dan lain-lain.  Sertifikat-sertifikat pengujian/ penetapan kelas dan lain-lain dan

dokumen-dokumen lain sesuai petunjuk Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas .

7. Penyimpanan bahan.

7.1. Persetujuan atas sesuatu bahan/ produk harus dimengerti sebagai perizinan untuk memasukkan bahan/ produk tersebut kedalam lapangan dan penggunaan bahan / produk tersebut dalam pekerjaan sejauh bahwa keadaannya tidak berubah dari kondisi waktu persetujuan diberikan.

7.2. Bahan/ produk yang telah dimasukkan ke lapangan harus segera disimpan :  Ditempat

 Dengan cara / peralatan

 Dalam susunan / tumpukan dan dengan pengkondisian lingkungan  Dan dengan accessibilities

Yang baik, sesuai dengan ketentuan untuk masing-masing bahan/ produk dalam persyaratan yang ditetapkan atau dalam hal dimana persyaratan ini tidak jelas, sesuai dengan petunjuk Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas .

7.3. Penyedia yang akan memakai bahan / produk, bertanggung jawab bahwa selama dalam penyimpanan, bahan/ produk tersebut tetap berada dalam kondisi layak untuk dipakai. Apabila selama waktu itu ternyata bahwa bahan / produk menjadi tidak lagi layak untuk dipakai dalam pekerjaan, Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas berhak untuk memerintahkan agar :

(6)

 Dalam hal dimana perbaikan tidak lagi mungkin, supaya bahan /produk tersebut segera dikeluarkan dari lapangan untuk diganti dengan yang memenuhi persyaratan.

7.4. Untuk bahan/produk yang mempunyai umur pemakaian yang tertentu, penyimpanannya harus dikelompokkan menurut umur pemakaian tersebut, yang mana harus dinyatakan dengan tanda pengenal dengan ketentuan sebagai berikut :

 Tanda pengenal terbuat dari kaleng atau kertas karton yang tidak akan rusak selama penggunaannya.

 Ukuran minimal 40 cm dan 60 cm.

 Huruf berukuran minimal setinggi 10 cm dengan warna merah.  Diletakkan ditempat yang mudah terlihat.

7.5. Penyusunan bahan sejenis selama penyimpanan harus diatur sedemikian rupa, sehingga bahan yang terlebih dahulu masuk akan pula terlebih dahulu dikeluarkan untuk dipakai dalam pekerjaan.

Pasal 4 Pelaksanaan 1. Rencana Pelaksanaan

Dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak ditandatanganinya Kontrak oleh kedua belah pihak, Penyedia harus menyerahkan kepada Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas berupa: 1.1. Sebuah “Network Planning” mengenai seluruh kegiatan yang perlu dilakukan

untuk melaksanakan pekerjaan ini, dalam diagram dinyatakan pula urutan logis serta kaitan / hubungan antara seluruh kegiatan-kegiatan tersebut, termasuk :  Kegiatan-kegiatan Penyedia untuk / selama masa keadaan/pembelian

serta waktu pengiriman/pengangkutan dari “bahan, elemen, komponen dari pekerjaan maupun pekerjaan persiapan/pembantu, peralatand an perlengkapan untuk pekerjaan”

 Kegiatan-kegiatan Penyedia untuk/selama waktu fabrikasi, pemasangan dan pembangunan.

 Pembuatan gambar-gambar kerja

 Permintaan persetujuan atas bahan serta gambar kerja maupun rencana kerja.

 Kesinambungan pekerjaan dengan pekerjaan dari Penyedia lain (jika ada)

1.2. Daftar / Tabel mengenai :

 Tenaga Kerja dari berbagai jenis dan tingkat untuk seluruh kegiatan-kegiatan tersebut, lengkap dengan penjelasan mengenai rencana penggunaan tenaga kerja tersebut dalam pengertian penggunaan waktu kerja normal/lembur serta penjadwalan.

 Harga borongan dari masing-masing kegiatan tersebut.  Jadwal untuk seluruh kegiatan tersebut.

Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas akan memeriksa Rencana Kerja Penyedia, dan memberi tanggapan dalam waktu 2 (dua) minggu.

1.3. Penyedia harus memasukkan kembali perbaikan atas Rencana Kerja jika Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas meminta diadakan perbaikan/penyempurnaan atas Rencana Kerja tadi paling lambat 4 (empat) hari sebelum dimulainya waktu pelaksanaan.

(7)

2. Gambar Kerja (“Shop Drawing”)

2.1. Untuk bagian-bagian pekerjaan, dimana gambar pelaksanaan (Construction Drawing) belum cukup memberikan petunjuk mengenai cara untuk mencapai keadaan terlaksana, Penyedia wajib mempersiapkan gambar kerja yang terperinci akan memperlihatkan cara pelaksanaan tersebut.

2.2. Format dari gambar kerja harus sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas .

2.3. Gambar kerja harus diajukan kepada Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuannya untuk gambar-gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 2 (dua).

3. Rencana Mingguan dan Bulanan

3.1. Selambat-lambatnya pada setiap hari Sabtu dalam masa dimana pelaksanaan pekerjaan berlangsung, Penyedia wajib untuk menyerahkan kepada Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas suatu Rencana Mingguan yang berisi Rencana Pelaksanaan dari berbagai bagian pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam minggu berikutnya.

3.2. Selambat-lambatnya pada Minggu Terakhir dari setiap bulan, Penyedia wajib menyerahkan kepada Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas suatu Rencana Bulanan yang menggambarkan dalam garis besarnya, berbagai Rencana Pelaksanaan dari berbagai bagian pekerjaan yang direncanakan untuk dilaksanakan dalam bulan berikutnya.

3.3. Kelalaian Penyedia untuk menyusun dan menyerahkan rencana Mingguan maupun Bulanan dinilai sama dengan kelalaian dalam melaksanakan perintah Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas dalam pelaksanaan pekerjaan.

3.4. Untuk memulai suatu bagian pekerjaan yang baru, Penyedia diwajibkan untuk memberitahukan Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas mengenai hal tersebut paling lambat 2 x 24 jam sebelumnya.

4. Kualitas Pengerjaan

4.1. Pekerjaan harus dikerjakan dengan kwalitas pengerjaan yang terbaik untuk jenis pekerjaan bersangkutan.

4.2. Pekerjaan dilaksanakan dengan baik, bebas dari cacat teknis maupun estetis dan sesuai dengan Dokumen Kontrak.

5. Pengujian Hasil Pekerjaan

5.1. Kecuali dipersyaratkan lain secara khusu, maka semua pekerjaan akan diuji dengan cara dan Tolok Ukur Pengujian yang dipersyaratkan dalam referensi yang ditetapkan dalam Persyaratan Teknis Umum ini.

5.2. Kecuali dipersyaratkan lain secara khusus, maka Badan/Lembaga yang akan melakukan pengujian dipilih atas persetujuan Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas pada Lembaga/ Badan Penguji milik Pemerintah atau yang diakui oleh pemerintah atau badan lain yang oleh Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas dianggap memiliki obyektifitas dan integritas yang meyakinkan.

5.3. Semua biaya pengujian dalam jumlah seperti yang dipersyaratkan menjadi tanggung jawab Penyedia.

5.4. Dalam hal dimana Penyedia tidak dapat menyetujui hasil pengujian dari Badan Penguji yang ditunjuk oleh Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas, Penyedia berhak mengadakan pengujian tambahan pada Lembaga/Badan lain yang memenuhi persyaratan Badan penguji seperti tersebut diatas, untuk mana seluruh pembiayaan ditanggung oleh Penyedia.

5.5. Apabila ternyata bahwa kedua hasil pengujian dari kedua Badan tersebut memberikan kesimpulan yang berbeda, maka dapat dipilih untuk :

5.5.1. Memilih Badan/Lembaga Penguji ketiga atas kesepakatan bersama. 5.5.2. Melakukan pengujian ulang pada badan/lembaga penguji pertama atau

kedua dengan ketentuan tambahan sebagai berikut :

(8)

 Pada pengujian ulang harus dikonfirmasikan peneraan dari alat-alat penguji.

5.5.3. Hasil dari pengujian ulang harus dianggap final, kecuali bila mana kedua belah pihak sepakat untuk tidak menganggapnya demikian.

5.5.4. Apabila hasil pengujian ulang mengkonfirmasikan kesimpulan dari hasil pengujian yang pertama, maka semua akibat langsung maupun tidak langsung dari adanya semua pengulangan pengujian menjadi tanggung jawab Penyedia/Supplier.

5.5.5. Apabila hasil pengujian ulang menunjukkan ketidak tepatan kesimpulan dari hasil pengujian yang pertama dan membenarkan kesimpulan dari hasil pengujian kedua, maka :

 2 (dua) dari 3 (tiga) pengujian yang bersangkutan, atau pilihan Penyedia/ Supplier akan diperlakukan sebagai Pekerjaan Tambah.  Atas segala penundaan pekerjaan akibat adanya penambahan /

pengulangan pengujian akan diberikan tambahan waktu pelaksanaan pada bagian pekerjaan bersangkutan dan bagian-bagian lain yang terkena akibatnya, penambahan mana besarnya adanya sesuai dengan penundaan yang terjadi.

6. Penutupan Hasil Pelaksanaan Pekerjaan

6.1. Sebelum menutup suatu bagian pekerjaan dengan bagian pekerjaan yang lainnya, dimana secara visual menghalangi Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas untuk memeriksa bagian pekerjaan yang terdahulu, Penyedia wajib melaporkan secara tertulis kepada Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas mengenai rencananya untuk melaksanakan bagian pekerjaan yang akan menutupi bagian pekerjaan yang pertama tersebut, sedemikian rupa sehingga Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas berkesempatan secara wajar melakukan pemeriksaan pada bagian yang bersangkutan untuk dapat disetujui kelanjutan pekerjaannya.

6.2. Kelalaian Penyedia untuk menyampaikan laporan di atas, memberikan hak kepada Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas untuk dibelakang hari menuntut pembongkaran kembali Bagian Pekerjaan yang menutupi tersebut, guna memeriksa hasil Pekerjaan yang terdahulu, akibat dari pembongkaran tersebut menjadi tanggung jawab Penyedia.

6.3. Dalam hal dimana laporan telah disampaikan, dan Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas tidak mengambil langkah-langkah untuk menyelesaikan pemeriksaan yang dimaksudkan, maka setelah lewat dari 2 (dua) hari kerja sejak laporan disampaikan, Pemorong berhak melanjutkan pelaksanaan pekerjaan dan menganggap bahwa Direksi Lapangan/Konsultan Pengawastelah menyetujui bagian pekerjaan yang ditutup tersebut.

6.4. Pemeriksaan dan persetujuan oleh Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas atau suatu pekerjaan tidak melepaskan Penyedia dari kewajibannya untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan Surat Perjanjian (Kontrak).

6.5. Walaupun telah diperiksa dan disetujui, kepada Penyedia masih dapat diperintahkan untuk membongkar kembali bagian pekerjaan yang menutupi bagian pekerjaan yang lain guna pemeriksaan bagian pekerjaan yang tertutupi. Apabila hasil pemeriksaan ini menunjukkan adanya bagian dari pekerjaan yang tidak memenuhi persyaratan dalam perjanjian kerja, maka seluruh biaya pembongkaran sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia. Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa bagian pekerjaan yang bersangkutan ternyata memenuhi semua persyaratan , maka :

a. Semua biaya pembongkaran akan diperhitungkan sebagai pekerjaan tambah.

(9)

Pasal 5

Penyelesaian & Penyerahan

1. Dokumen Terlaksana (As-built Drawing)

1.1. Pada penyelesaian setiap pekerjaan, Penyedia wajib menyusun Dokumen Terlaksana yang terdiri dari :

a. Gambar-gambar terlaksana (as-built drawing)

b. Persyaratan Teknis Khusus Terlaksana dari pekerjaan sebagaimana yang telah dilaksanakan.

1.2. Dokumen Terlaksana bisa disusun dari : a. Dokumen Pelaksanaan

b. Gambar-gambar perubahan

c. Perubahan Persyaratan Teknis Khusus d. Brosur Teknis

Yang diberi tanda pengenal khusus berupa cap sesuai petunjuk Direksi Lapangan/ Konsultan Pengawas .

1.3. Dokumen Terlaksana ini harus diperiksa dan disetujui oleh Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas .

1.4. Biaya Pembuatan Dokumen Terlaksana ditangggung oleh Penyedia

1.5. Kecuali dengan izin khusus dari Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas, Penyedia harus membuat Dokumen Terlaksana hanya untuk diserahkan kepada Pemberi Tugas. Penyedia tidak dibenarkan membuat / menyimpan salinan ataupun copy dari Dokumen Terlaksana tanpa izin khusus tersebut.

2. Penyerahan

Pada waktu penyerahan pekerjaan, Penyedia wajib menyerahkan kepada Pemberi Tugas berupa :

1. 4 (empat) set Dokumen Terlaksana; 2. Untuk Peralatan / Perlengkapan :

 2 (dua) set Pedoman Operasi (Operational Manual)  Suku cadang sesuai yang disyaratkan

3. Untuk berbagai macam kunci :

 Semua kunci orisinil. Disertai “Construction Key” (jika ada)  Minimun 1 (satu) set kunci duplikat

Dokumen-dokumen resmi (seperti Surat Izin, Tanda Pembayaran Cukai, Surat Fiskal Pajak dan lain-lain)

4. Segala macam Surat Jaminan berupa Guarantee/Waranty sesuai yang disyaratkan; 5. Surat pernyataan pelunasan sesuai petunjuk Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas.

SUB BAB II

PEKERJAAN PERSIAPAN

Pasal 1

Peralatan Kerja dan Mobilisasi

(10)

2. Penyedia harus menjaga ketertiban dan kelancaran selama perjalanan alat-alat berat yang menggunakan jalanan umum agar tidak mengganggu lalu lintas. 3. Pengawasan atau Pemberian Tugas berhak memerintahkan untuk

menambah peralatan atau menolak peralatan yang tidak sesuai atau tidak memenuhi persyaratan.

4. Bila pekerjaan telah selesai, Penyedia diwajibkan untuk segera menyingkirkan alat-alat tersebut, memperbaiki kerusakan yang diakibatkannya dan membersihkan bekas-bekasnya.

5. Di samping untuk menyediakan alat-alat yang diperlukan seperti dimaksudkan pada ayat (1), Penyedia harus menyediakan alat-alat bantu seperti ; tenda-tenda untuk bekerja pada waktu hari hujan, perancah (scafolding) pada sisi luar bangunan atau tempat lain yang memerlukan, serta peralatan lainnya.

Pasal 2 Pengukuran

1. Penyedia harus sudah memperhitungkan biaya untuk pengukuran atau penelitian ukuran tata letak atau ketinggian bangunan (bouwplank), termasuk penyediaan “Bench Mark” atau “Line Offset Mark” pada masing-masing lantai bangunan.

2. Hasil pengukuran harus dilaporkan kepada Pengawas agar dapat ditentukan sebagai pedoman atau referensi dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana dan persyaratan teknis.

Pasal 3

Papan Nama Kegiatan

Papan nama kegiatan harus dipasang sedemikian rupa sehingga terbaca dari luar batas daerah kerja atau bentuknya/penempatannya akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas. Pengeluaran biaya untuk pembuatan papan nama kegiatan adalah tanggung jawab Penyedia. Pemasangan, bentuk dan isi harus sesuai dengan persyaratan Pemerintah Daerah setempat dan mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas.

Pasal 4

Sarana Air Kerja dan Penerangan

1. Untuk kepentingan pelaksanaan pekerjaan selama kegiatan berlangsung, Penyedia harus memperhitungkan biaya penyediaan air bersih guna keperluan air kerja, air minum untuk pekerja dan air kamar mandi/WC.

2. Air yang dimaksud adalah air bersih, baik yang berasal dari PAM atau sumber air, serta pengadaan dan pemasangan pipa distribusi air tersebut bagi keperluan pelaksanaan pekerjaan dan untuk keperluan Direksi Keet, Kantor Penyedia, Kamar mandi/WC atau tempat-tempat lain yang dianggap perlu.

3. Penyedia juga harus menyediakan Sumber Tenaga Listrik untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan, kebutuhan Direksi Keet dan penerangan Kegiatan pada malam hari sebagai keamanan selama kegiatan berlangsung selama 24 jam penuh dalam sehari.

4. Pengadaan Penerangan dapat diperoleh dari sambungan PLN atau dengan Generator Set; dan semua perijinan untuk pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Penyedia.

Pengadaan fasilitas penerangan tersebut termasuk pengadaan dan pemasangan instalasi dan armatur, stop kontak serta sakelar/panel.

Pasal 5

(11)

1. Penyedia harus menjamin keamanan kegiatan untuk barang-barang milik Penyedia, Pengawas atau Pengelola Kegiatan, serta menjaga keutuhan bangunan-bangunan yang ada dari gangguan para pekerja Penyedia ataupun kerusakan akibat pelaksanaan pekerjaan.

2. Penyedia harus menempatkan petugas-petugas keamanan selama 24 jam penuh setiap hari, yang dibagi dalam 3 (tiga) shift, dan harus selalu mengadakan pemeriksaan pengamanan setiap hari setelah selesai pekerjaan. Petugas-petugas keamanan ini harus mendapatkan surat resmi yang sah dari kepolisian sebagai Satuan Pengaman Unit Kegiatan dan berseragam (uniform).

3. Untuk mengawasi dan menjaga ketertiban bekerja para pekerjanya, setiap pekerja Penyedia diharuskan menggunakan tanda pengenal khusus yang harus dipakai pada bagian badan yang mudah terlihat oleh petugas keamanan.

4. Pekerja Penyedia tidak diijinkan menginap di lokasi kecuali petugas keamanan yang sedang bertugas pada malam hari.

Pasal 6

Kantor Kegiatan, Gudang dan Los Kerja

1. Penyedia harus membuat kantor kegiatan tempat bagi pelaksana dan Direksi Teknis/Lapangan bekerja, dengan luas yang memadai (minimal 10 m2) dan dilengkapi dengan peralatan kantor yang dibutuhkan.

2. Penyedia juga harus menyediakan gudang dengan luas yang cukup untuk menyimpan bahan-bahan bangunan dan peralatan-peralatan agar terhindar dari gangguan cuaca dan pencurian.

3. Penempatan kantor dan gudang harus diatur sedemikian rupa, agar mudah dijangkau dan tidak menghalangi pelaksanaan pekerjaan.

4. Penyedia harus membuat los kerja dan bangunan tempat untuk istirahat (bedeng) dan tempat ibadah bagi pekerja penyedia.

5. Los kerja merupakan bangunan dengan luas yang cukup untuk tempat bekerja bagi tukang/pekerja Penyedia dan mempunyai kondisi yang cukup baik, terlindung dari pengaruh cuaca yang dapat menghambat kelancaran pekerjaan.

6. Bangunan-bangunan ini harus dibongkar setelah pekerjaan selesai dilaksanakan.

Pasal 7

Penyediaan Fasilitas Kegiatan

Penyedia juga sudah harus memperhitungkan biaya konsumsi untuk rapat-rapat / pertemuan dengan Pemberi Tugas/ Konsultan Perencana atau wakilnya dan atau tamu-tamu Pemberi Tugas/ Konsultan Perencana yang berkepentingan dengan kegiatan.

Pasal 8

Pemadam Kebakaran

1. Selama pelaksanaan pekerjaan, Penyedia harus menyediakan alat pemadam kebakaran berupa tabung pemadam kebakaran yang dapat digunakan untuk memadamkan api akibat listrik, minyak dan gas dengan kapasitas 7 kg.

2. Unit tabung pedamam kebakaran harus ditempatkan pada setiap lantai bangunan dengan radius kurang lebih 50 m, bangunan Direksi Keet dan tempat-tempat lain yang memerlukan.

(12)

1. Penyedia harus menjamin keselamatan para pekerja (K3) sesuai dengan persyaratan yang ditentukan dalam Peraturan Perburuhan atau persyaratan yang diwajibkan untuk setiap bidang pekerjaan.

2. Di dalam lokasi harus tersedia kotak obat lengkap untuk Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK).

Pasal 10 Ijin-Ijin

1. Penyedia harus mengurus dan memperhitungkan biaya untuk pembuatan ijin-ijin yang diperlukan dan berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan, antara lain : Ijin Pengeringan, Ijin Pengambilan Material, Ijin Pembuangan, Ijin Pengurugan, Ijin Trayek dan Pemakaian Jalan, Ijin Penggunaan Bangunan serta ijin-ijin lain yang diperlukan sesuai dengan ketentuan/peraturan dengan peraturan daerah setempat. 2. Biaya Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), Penyambungan Listrik, Air, Telepon menjadi

tanggung jawab Pemilik Kegiatan, dengan pengurusannya dibantu oleh Konsultan Perencana dan Pengawas serta Penyedia.

3. Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan oleh hal tersebut dalam ayat 1 di atas menjadi tanggung jawab Penyedia.

Pasal 11 Dokumentasi

1. Penyedia harus memperhitungkan biaya pembuatan dokumentasi serta pengirimannya kepada Pemberi Tugas serta pihak-pihak lain yang diperlukan oleh karena itu perlu disediakan alat dokumentasi.

2. Dokumentasi pemotretan dilakukan oleh Penyedia minimal 1 kali setiap perubahan progress pekerjaan harian sejak dimulainya kegiatan sampai selesai kegiatan. Foto-foto harus berwarna dan berukuran post card dan Penyedia harus menyediakan biaya untuk keperluan foto copy, laporan-laporan selama kegiatan berlangsung.

3. Foto Dokumentasi dibuat selengkap mungkin untuk setiap tahapan pelaksanaan pekerjaan.

4. Yang dimaksud dalam pekerjaan dokumentasi ialah :

Foto-foto kegiatan, berwarna minimal ukuran postcard untuk keperluan Laporan Bulanan yang dibuat oleh Konsultan Pengawas, dan 4 (empat) set album yang harus diserahkan pada Serah Terima Pekerjaan untuk pertama kalinya.

SUB BAB III

PEKERJAAN STRUKTUR

Pasal 1

Pekerjaan Beton Struktur

1. Umum

a. Lingkup pekerjaan meliputi semua tenaga, peralatan dan bahan-bahan untuk menyelesaikan pekerjaan beton sesuai dengan Gambar Kerja dan RKS.

b. Untuk semua campuran beton konstruksi dibuat Trial Mix atau dengan Manual

dengan catatan mutu beton yang dihasilkan tidak boleh kurang dari K-250 dan harus dilakukan uji mutu betondan mendapatkan persetujuan dari pengawas. c. Kontraktor bertanggungjawab penuh atas kualitas konstruksi dengan ketentuan

(13)

d. Kehadiran Direksi/pengawasan selaku wakil Pemberi Tugas atau Perencana yang sejauh mungkin melihat/mengawasi/menegur atau memberi nasehat tidaklah mengurangi tanggung jawab penuh tersebut diatas.

2. Bahan – Bahan Campuran

a. Semen

- Semen yang dipakai adalah Semen PCC atau Type 1, yang memenuhi syarat- syarat menurut standar semen Indonesia ( NI-8-1972 ) dan standar Industri Indonesia ( SII 0013-81 ) mutu dan cara uji semen PCC.

- Seluruh pekerjaan beton harus digunakan semen dari merk yang sama, kecuali adanya stock dipasaran, dapat dipakai merk yang lain tanpa meninggalkan syarat yang ditentukan. Pemakaian semen merk lain harus seizin Direksi/ pengawas secara tertulis.

- Kantong-kantong semen yang rusak jahitannya dan robek-robek, tidak diperkenankan untuk digunakan.

- Semen yang sebagian sudah membatu dalam kantong, sama sekali tidak diperbolehkan untuk dipergunakan.

- Kontraktor wajib menyerahkan kepada Direksi/ pengawas tentang konsinyasi semen yang menyatakan nama pabrik semen tersebut, type dan jumlah semen yang akan dikirim, bersama sertifikat telah diadakan testing sesuai dengan segala sesuatu yang telah disebutkan tertutup rapat.

- Dalam pengangkutan semen harus terlindung dari hujan . Harus diterima dalam kantong asli dari pabriknya dalam keadaan tertutup rapat.

- Harus disimpan dalam gudang yang mempunyai ventilasi yang cukup dan tidak kena air, diletakkan pada tempat yang ditinggikan paling sedikit 30 cm dari permukaan lantai. Tidak boleh ditumpuk sampai tingginya melampaui 2 m, dan setiap pengiriman baru harus dipisahkan diberi tanda dengan maksud agar pemakaian semen dilakukan menurut urutan pengirimannya.

b. Agregat Halus

- Harus sesuai dengan PBI 1971 ( NI – 2 ) atau ASTM - Kualisifikasi pasir diisyaratkan sebagai berikut :

Ukuran Ayakan ( US Standar Sieve )

Lolos

No. 4 No. 8 No. 16 No. 30 No. 50 No. 100 No. 200

100 % 92 % – 100 % 65 % - 85 % 35 % - 55 % 15 % - 30 % 0 % - 12 %

1 %

- Pasir tidak mengandung lumpur lebih dari 5 % (ditentukan terhadap berat kering) dan yang diartikan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm, atau ayakan No. 200 bila ditest sesuai dengan ASTM C 117. Apabila kadar lumpur lebih dari 5 % maka agregat halus harus berupa di cuci.

- Pasir harus bersih dan bebas dari segala macam kotoran, baik bahan organik, lumpur, tanah, karang, garam dan sebagainya. Pasir laut tidak boleh dipergunakan. Harus berupa “ crused “ yang mempunyai susunan gradasi yang baik, cukup syarat kekerasannya, padat dan tidak porous.

- Kontraktor harus mengajukan contoh agregat halus yang dipergunakan untuk mendapatkan persetujuan Direksi/ Pengawas.

Test-test yang harus dilakukan terhadap contoh diatas berupa :  Test Gradasi sesuai ASTM C 136

 Test Abrous–horde ( larutan NaOH )

(14)

- Pasir harus disimpan di tempat yang bersih, yang keras permukaannya dan dicegah supaya tidak terjadi pengotoran dan percampuran satu sama lain. - Persyaratan-persyaratan agregat halus diatas berlaku juga untuk beton

Ready Mix.

c. Agegat Kasar ( Kerikil atau Koral )

- Sesuai dengan persyaratan pada PBI 1971 atau ASTM - Klasifikasi dan Gradasi agregat kasar sebagai berikut :

Agregat Kasar Type A1 : Besar Ukuran Ayakan ( Us Standart

Sieve )

% Lolos

1,00 Inch 0,75 Inch 0,50 Inch

No. 4 No.8

Type A2 : Medium

0, 50 Inch 0,375 Inch

No. 4 No. 8

100 % 90 % – 98 % 30 % – 45 % 0 % – 10 %

0 % – 5 %

100 % 85 % – 100 % 10 % – 100 %

0 % – 5 %

- Harus terdiri dari butir–butir yang keras tidak berpori, tidak pecah dan tidak terpengaruh oleh cuaca.

- Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % ditentukan terhadap berat kering juga tidak boleh mengandung zat yang rusak beton.

4. Beton Bertulang

a. Kekuatan dan Penggunaan Beton.

Kecuali ditentukan lain pada gambar, kekuatan dan penggunaan beton adalah sebagai berikut :

- Beton Struktur Utama

 Beton f’c 21,7 Mpa (K-250), Untuk Pondasi, Sloof, Kolom, Balok, Plat Lantai, Plat Tangga dan Beton Anak Tangga.

 Untuk Beton f’c 14,75 MPa (K 175) Meliputi : Sloof Praktis, Kolom praktis dan lain-lain seperti tertera pada gambar

 Untuk mencapai mutu beton tersebut, Kontraktor wajib mengunakan Ready Mix atau membuat Trial Mix dan selanjutnya kontraktor membuat adukan sesuai dengan proporsi trial mix yang disetujui oleh Direksi/ Pengawas

- Beton Non Struktur  Beton K-100

Meliputi : Beton lantai kerja, tidak dicor ke dalam cetakan. Rabat beton, sesuai dengan gambar Kerja

 Beton dengan adukan 1 Pc + 2 PS + 3 Krl

Meliputi : Kolom atau beton bertulang yang mempunyai kozen kayu, pengisi lobang angkur dan sudut-sudut beton dan lain-lain.

Kekuatan tekan beton diperoleh dari keadaan tegangan tekan hancur karakteristik untuk kubus beton ( 15 x 15 x 15 ) cm pada usia 21 hari . Evaluasi penentuan karakteristik ini digunakan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam PBI-1971.

5. Pekerjaan Pengecoran Beton

a. Persiapan

(15)

- Sebelum adukan beton cor, kayu-kayu bekisting dan lantai kerja harus bersih dari kotoran seperti serbuk gergaji, tanah, minyak dan lain-lain serta harus dibasahi secukupnya. Perlu diadakan tindakan-tindakan untuk menghindarkan mengumpulnya air pembasah tersebut pada sisi bawah.

- Pekerjaan pengecoran beton baru dilaksanakan sesudah Direksi/ pengawas memeriksa dan menyetujui bekisting, tulangan, stek-stek dan lain-lain dimana beton tulangan tersebut akan diletakan. Jika tidak ada pemberitahuan yang semestinya, atau persiapan pengecoran tidak disetujui oleh Direksi/ pengawas, kontraktor diperintahkan untuk menyikirkan beton yang baru dicor atas biaya-biaya Kontraktor.

b. Pelaksanaan

- Proses pengadukan bahan campuran beton yang sudah di tuang di dalam mixer minimal 2 menit.

- Untuk menjaga agar ikatan beton tetap terjamin, maka adukan siap dipakai dalam tempo 40 menit harus sudah dituang pada acuan yang sudah disiapkan.

- Beton tidak boleh dijatuhkan bebas dari ketinggian lebih besar dari 1,50 m, untuk kolom yang tinggi jendela-jendela harus dibuat pada cetakan, ini harus dikerjakan untuk menghindari agresi dan menjamin satu pengecoran yang tidak terputus.

- Pengecoran beton dilakukan dalam suatu operasi yang terus menerus atau tercapai pada construction joint, beton tidak boleh dituang diatas lapisan beton yang cukup keras.

- Jika pada bagaimana pengecoran terjadi pemberhentian harus ditentukan letaknya dan dibuat seperti yang disetujui oleh Direksi/pengawas.

- Beton cetakan atau penulangan tidak boleh diganggu sampai 24 jam setelah beton dicor, semua pengecoran dilakukan pada siang hari dan pengecoran beton dari suatu bagian pekerjaan jangan dimulai bila tidak dapat diselesaikan pada siang hari, kecuali yang izin Pemberi Tugas, Direksi/pengawas boleh dikerjakan malam hari.

- Tidak boleh mengecor beton waktu hujan, kecuali jika kontraktor mengambil tindakan- tindakan pencegahan kerusakan yang telah disetujui Direksi/ pengawas.

- Dalam rencana kerja/ barchart, pekerjaan struktur dilaksanakan maksimal 5 (lima) hari.

Campuran Beton yang dilakukan di Lapangan

- Dalam melakukan pencampuran beton, baik semen, aggregat, maupun air harus dicampur dengan perbandingan berat. Apabila akan dilakukan dengan perbandingan volume. Pemborong harus mengajukan metoda dan alat penakar kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui.

- Adukan beton dibuat dengan menggunakan alat pengaduk mesin ( Molen ), type dan kapasitasnya harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas. Metoda pengadukan, kecepatan pengadukan harus disesuaikan dengan rekomendasi dari pabrik pembuat mesin tersebut. Kapasitas mesin pengaduk tidak boleh dilampaui.

Beton Ready Mix

- Pemakai beton ready mix harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas, demikian halnya dengan nama dan alamat supplier tersebut.

- Pemborong harus bertanggung jawab terhadap adukan yang disupply tersebut dan harus memenuhi spesifikasi ini, termasuk kontrol kualitas, kesinambungan pengiriman dan pengecoran. Apabila akan digunakan bacthing Plan, Pemborong harus mendapat persetujuan tentang letak dan kapasitasnya.

- Catatan penggunaan semen, aggregat dan air harus disampaikan kepada Konsultan Pengawas setiap hari. Untuk mengontrol kadar air dari aggregat, test secara periodik dapat dimintakan kepada Konsultan Pengawas , dan atas biaya Pemborong.

-

Hal - hal lain yang perlu dicatat adalah :

Waktu kedatangan truk

(16)

Nomor registrasi truk dan depotnya

Waktu pengecoran

Kekuatan karakteristik beton

Ukuran aggregat maksimum

Bagian struktur yang dicor

Identifikasi kubus beton yang diambil dari pengiriman tersebut

Nilai slump

Admixture yang digunakan.

-

Beton harus dicor, dipadatkan dan dibiarkan mengeras pada tempat semestinya

dalam waktu tidak lebih dari 1 jam sejak semen dimasukkan ke dalam mixer,

kecuali bila dipakai bahan tambahan ( retarder )

-

Bahan tambahan ini harus diajukan oleh Pemborong untuk disetujui oleh

Konsultan Pengawas

Mix Design dan Trial Mix

-

Sebelum melakukan pengecoran beton terlebih dahulu memberikan Mix Design

dan melaksanakan Trial Mix dengan bahan - bahan yang telah disetujui oleh

Konsultan Pengawas.

-

Trial Mix yang dilaksanakan harus berhasil, dalam arti memenuhi kriteria kekuatan

tekan beton karakteristik, slump serta syarat-syarat lainnya. Biaya dari trial mix

serta pengetesannya adalah merupakan sepenuhnya tanggung jawab Pemborong.

-

Beton dari hasil trial mix ini mula-mula harus diperiksa terhadap kekentalannya,

kohesi dan gradesinya. Jika hasil-hasil tersebut memenuhi syarat, kemudian

dilakukan test kubus sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Peraturan Beton

Bertulang Indonesia 1971.

-

Apabila ternyata hasil trial test dilaksanakan oleh Pemborong tersebut tidak

memenuhi syarat, Pemborong harus melakukan trail test kembali dengan

mengubah komposisi dari adukan bahan yang dipakai.

-

Hal-hal yang perlu dicatat dan diserahkann oleh Pemborong kepada Konsultan

Pengawas adalah :

Type gradasi dari aggregat

Sumber aggregat dan test laboratorium

Sumber air dan test laboratorium

Type dan merk semen yang akan dipakai dan hasil test

laboratoriumnya.

Berat masing-masing komponen yang akan digunakan dalam trial mix /

mix design.

Mutu beton yang akan dicapai dan karakteristik lainnya.

Hasil test secara keseluruhan

Admixture yang akan digunakan

Transport Beton.

-

Pengangkutan beton harus diperhitungkan sedemikian rupa sehingga tidak

(17)

-

Pengangkutan beton harus kontiniu, direncanakan juga tempat pengecoran yang

akan memungkinkan dan metoda pengangkutan beton dilapangan (terutama

untuk pengecoran yang dilakukan di ketinggian )

-

Ketinggian jatuh dari adukan beton perlu diperhatikan, tempat jatuhan beton

tersebut harus bersih dari segala macam kotoran.

-

Apabila pemisahan adukan beton terjadi, beton harus diaduk kembali (remixed)

sebelum dilakukan pengecoran, Beton yang sudah tercemar bahan-bahan lain

tidak diperkenankan untuk dipakai.

-

Apabila Pemborong bermaksud menggunakan pompa beton (concrete pump) atau

alat-alat lain, Pemborong harus mengajukan data-data sebagai berikut untuk

disetujui Konsultan Pengawas.

-

Type peralatan

Susunan serat support dari pipa pompa

Prosedure pengisian dan penggosongan kembali pipa

Prosedure pengopersian pompa

Prosedure apabila ada penundaan pengadaan adukan beton

Diameter dalam dari pipa tidak boleh kecil dari 3 x diameter aggregat

maksimum yang digunakan. Pipa aluminium tidak diperkenankan untuk

digunakan.

- Hal - hal lain yang perlu dicatat adalah :  Waktu kedatangan truk

 Waktu dari pengadukan dan penambahan air  Nomor registrasi truk dan depotnya

 Waktu pengecoran

 Kekuatan karakteristik beton  Ukuran aggregat maksimum  Bagian struktur yang dicor

 Identifikasi kubus beton yang diambil dari pengiriman tersebut  Nilai slump

 Admixture yang digunakan.

 Beton harus dicor, dipadatkan dan dibiarkan mengeras pada tempat semestinya dalam waktu tidak lebih dari 1 jam sejak semen dimasukkan ke dalam mixer, kecuali bila dipakai bahan tambahan ( retarder )

 Bahan tambahan ini harus diajukan oleh Pemborong untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas.

6. Pengujian

a. Kontraktor harus membuat benda uji menurut ketentuan dalam PBI 1971 pasal 4.7 b dan pasal 4.9 tanpa menggunakan penggetar. Saat pengecoran pertama harus dibuat minimal 1 (satu) benda uji ukuran (15 x 15x15) cm dilakukan setiap 1,5 m3 beton, sampai di dapat 20 ( dua puluh ) benda uji untuk yang pertama. Pengambilan benda uji harus dengan periode antara yang disesuaikan dengan kecepatan pembetonan.

b. Termasuk dalam pengujian ini adalah pengujian susut (slump) sebesar < 10 cm serta pengujian tekanan.

c. Jika beton tidak memenuhi syarat pengujian slump, maka kelompok adukan yang tidak memenuhi syarat itu tidak boleh dipakai, dan harus disingkirkan dari tempat pekerjaan.

d. Jika pengujian tekanan gagal, maka perbaikan harus dilakukan dengan mengikuti prosedur PBI 1971.

(18)

f. Kontraktor harus membuat bak air untuk tempat perawatan/ penyimpanan benda uji sebelum dilakukan test pengujian laboratorium bak air harus terlindung dari curah hujan dan panas matahari.

Temperatur maksimal airnya 26 C. Pembuatan bak air harus disetujui oleh Direksi/Pengawas serta biaya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton yang disyahkan oleh Direksi/Pengawas.

8. Cacat Pada Beton

Meskipun hasil pengujian kubus-kubus memuaskan, Pemberi Tugas mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat seperti sebagai berikut : a. Konstruksi Beton yang Sangat Keropos

b. Konstruksi Beton yang sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau posisinya tidak sesuai dengan Gambar.

c. Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau rata seperti yang direncanakan d. Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lain

9. Pipa–pipa

a. Pipa dan bagian-bagiannya yang terbuat dari aluminium tidak boleh tertanam di dalam beton, kecualai bila ditutup dengan lapisan yang efektif dapat mencegah reaksi kimia antara aluminium dengan baja.

b. Pipa yang ditanam dalam beton tidak boleh mempunyai diameter yang lebih besar dari pada 1/3 tebal beton tempat pipa tersebut tertanam.

c. Pipa yang menembus beton harus menpunyai ukuran dan letak yang tidak mengurangi kekuatan-kekuatan konstruksi .

10. Perawatan Perlindungan Beton

a. Tidak diperbolehkan mengecor pada waktu turun hujan lebat.

b. Persiapan perlindungan kemungkinan datangnya hujan harus diperhatikan supaya jangan sampai adukan yang belum mengikat menjadi rusak oleh air. c. Semua beton harus selalu dalam keadaan basah selama paling sedikit 7 (tujuh)

hari ditutup dengan karung basah.

d. Acuan kayu dibiarkan tinggal agar beton tetap basah selama masa perawatan untuk mencegah retak pada sambungan dan pengeringan beton yang terlalu cepat.

e. Air yang digunakan untuk perawatan harus bersih dan bebas dari unsur–unsur kimia yang dapat menyebabkan perubahan warna pada beton.

f. Khusus harus diperhatikan pada permukaan plat lantai, pembasahan terus menerus harus dilakukan dengan menutupinya dengan karung -karung basah atau mencegah pengeringan dengan yang sesuai.

Dilarang menaruh/ meletakkan beban atau sesuatu barang diatas lantai yang menurut pendapat Direksi/ Pengawas belum cukup mengeras atau mempergunakan lantai tersebut sebagai jalan untuk mengangkut bahan-bahan.

11. Membongkar Acuan

a. Waktu minimal dari saat selesainnya pengecoran beton sampai dengan pembongkaran acuan dari bagian-bagian struktur harus ditentukan dari percobaan-percobaan kubus benda uji yang memberikan kuat desak minimal seperti tercantum pada daftar sebagai berikut:

Bagian – bagian Struktur Waktu Minimal

Pembongkaran Acuan

Sisi Balok dan Dinding

Penyambungan Plat Lantai dan Atap Penyangga Balok

(19)

b. Setelah acuan dibuka, sisi sudut yang tajam agar dilindungi dari benturan/pengrusakan dengan pertolongan bambu/papan dan sebagainya.

c. Lajur-lajur tulangan (stek) yang belum dicor pada bagian konstruksi akan bekerja beban -beban yang lebih tinggi dari rencana, maka cetakan tidak boleh dibongkar selama keadaan tersebut tetap berlangsung.

d. Bila mana akibat pembongkaran cetakan pada bagian-bagian konstruksi akan bekerja beban-beban yang lebih tinggi dari rencana, maka cetakan tidak boleh dibongkar selama keadaan tersebut tetap berlangsung.

e. Perlu ditekankan bahwa tanggungjawab atas keamanan konstruksi beton seluruhnya terletak pada kontraktor.

f. Kontraktor harus memberitahukan Direksi/Pengawas bilamana ia bermaksud membongkar cetakan pada bagian konstruksi utama dan minta persetujuannya, walaupun begitu bukan berarti lepas tanggung jawabnya.

g. Pada dasarnya pembongkaran acuan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan PBI 1971 NI.2.

12. Cacat Pada Beton

Meskipun hasil pengujian kubus-kubus memuaskan, Pemberi Tugas mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat seperti sebagai berikut :

a. Konstruksi Beton yang Sangat Keropos

b. Konstruksi Beton yang sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau posisinya tidak sesuai dengan Gambar

c. Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau rata seperti yang direncanakan

d. Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lain

SUB BAB IV

PEKERJAAN ARSITEKTUR

Pasal 1

Pekerjaan Pasangan 1. Lingkup Pekerjaan

Yang termasuk pekerjaan ini adalah penyediaan bahan-bahan, tenaga, peralatan dan pemasangan dari dinding batu bata yang melekat langsung pada gedung dan pasangan batu kali pondasi. Termasuk juga dalam pekerjaan ini adalah pembentukan lubang-lubang untuk pintu, jendela, saluran dinding-dinding dan semua kolom serta balok praktis yang dibutuhkan sesuai persyaratan yang tertera dalam gambar.

2. Persyaratan Bahan Batu Bata

Semua batu bata yang digunakan harus dari jenis bata press (pabrik) dan memenuhi syarat kekerasan, terbakar matang, rata dan memiliki bentuk yang sama, bebas keretakan, dan cacat-cacat lainnya dan setara contoh yang disampaikan Penyedia dan telah disetujui oleh Direksi Lapangan / Konsultan Pengawas.

Batu bata dengan daya serap air lebih dari 20 % berat sendiri setelah pembenaman dalam air selama 24 jam tidak dapat dipakai. Ukuran batu bata nominal yang digunakan adalah panjang 17 x 8 x 4 cm dengan toleransi ± 5 mm. Pembongkaran batu bata dari kendaraan pada saat pemasukan barang harus dilakukan dengan tangan dan ditumpuk dengan rapi di tempat yang telah ditentukan oleh Direksi Lapangan / Konsultan Pengawas.

3. Pengetesan Batu Bata

(20)

4. Semen PCC, Pasir dan Air

Semen PCC yang dipakai harus baru, tidak ada bagian-bagian yang membatu dan dalam zak yang tertutup seperti disyaratkan dalam NI - 8. Hanya satu merk dari 1 (satu) jenis semen yang boleh digunakan.

Pasir yang dipakai harus kasar, tajam, bersih dan bebas dari tanah liat, lumpur atau campuran-campuran lain, sesuai dengan : NI - 3 Pasal 14 dan NI - 2 Bab. 3.3

Air harus bersih, segar dan bebas dari bahan-bahan yang merusak seperti minyak, asam, dan unsur orgailik lainnya, kecuali ditunjuk lain (lihat air untuk pekerjaan beton).

5. Persyaratan Pelaksanaan

a. Adukan (Mortar)

Bahan untuk pembuatan adukan harus diukur secara benar dengan kotak-kotak pengukur yang akurat. Penggunaan plasticizer diperbolehkan asal digunakan sesuai dengan petunjuk produsen yang bersangkutan.

Pencampuran adukan secara normal harus dilakukan dengan mesin pengaduk dari jenis dan ukuran yang dapat disetujui Direksi Lapangan / Konsultan Pengawas .

Dalam keadaan khusus dimana diperlukan adukan dalam jumlah kecil sesuai kebutuhan-kebutuhan, maka atas persetujuan Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas, bahan dapat diaduk secara manual diatas kotak-kotak adukan yang kering dan bersih.

b. Perbandingan Adukan

Adukan harus terdiri dari bahan-bahan sesuai dengan perbandingan volume sebagai berikut:

Jenis Adukan Semen Pasir

Adukan Semen Kedap Air 1 bagian 2 bagian Adukan Semen Biasa 1 bagian 4 bagian

c. Penggunaan Jenis Adukan

Penggunaan jenis adukan perekat pasangan dinding batu bata disesuaikan dengan kode-kode pada gambar, dengan ketentuan umum sebagal berikut :  Adukan semen kedap air dipakai pada pas. dinding ruang toilet setinggi

1,50 m.

 Adukan semen biasa dipakai pada semua pasangan dinding batu bata selain yang disebutkan diatas.

d. Sebelum dipasang, batu bata harus dibersihkan dan dibasahi terlebih dabulu, direndam dalam air hingga jenuh.

e. Pemasangan dinding batu bata harus dilakukan tegak lurus, datar dengan siar-siar batu bata yang lurus dan berjarak sama tidak lebih dari 1 cm.

f. Batu bata yang patah / tidak utuh dengan panjang kurang dari 10 cm tidak boleh dipergunakan, kecuali pada akhiran-akhiran atau penyambungan dengan kolom. g. Perancah untuk tempat berpijak tukang / pekerja tidak boleh menembus dinding.

6. Hal-hal Khusus

a. Penyambungan dinding ke kolom beton harus dilakukan dengan menyediakan besi beton Ø 10 mm sepanjang 40 cm sebagai angkur yang dipasang pada bagian beton pada waktu pengecoran pada jarak vertikal 30 cm (sumbu) dan menonjol 23 cm dari permukaan beton.

b. Penyambungan dinding ke bagian bawah balok beton.

(21)

ketinggian lebih dari 3,6 m, pada baglan puncak dinding harus disambung ke beton dengan angkur besi beton Ø 6 mm seperti pada sambungan ke dinding dan kolom beton.

c. Dinding batu bata harus diperkuat dengan kolom pengaku dari beton bertulang jarak horizontal maksimum diantara kolom pengaku adalah 3,00 m dan jarak vertikal maksimum adalah 2,50 m. Ukuran penampang kolom pengaku adalah 12,5 cm x lebar batu bata. Kolom ini harus diperkuat dengan tulangan beton Ø 8 dan 10 mm,sengkang Ø 6 mm, jarak 10 cm.

d. Pada daerah sambungan dengan dinding batu bata yang sudah ada harus diadakan pembersihan dan dinding dibasahi. Batu bata yang sudah ada dibongkar secukupnya untuk menjamin perlekatan yang cukup kuat dengan dinding batu bata yang baru.

e. Semua bagian dalam lubang atau saluran untuk perpipaan (shaft) harus dibuat dengan permukaan yang rapi (fair faced) dengan siar-siar sambungan diratakan, (kecuali disyaratkan lain dalam gambar).

f. Sumuran, lubang tekukan dan sebagainya untuk keperluan pemasangan kerangka, ducting, pipa air hujan dan pipa-pipa lainnya harus dibentuk dengan rapi sesuai gambar atau permintaan.

Pasal 2

Pekerjaan Plesteran 1. Lingkup Pekerjaan

a. Termasuk dalam pekerjaan plesteran ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan termasuk alat-alat bantu dan alat-alat angkut yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan plesteran dinding, sehingga dapat dicapai hasil plesteran yang bermutu baik.

b. Pekerjaan plesteran dinding dikerjakan pada permukaan dinding pasangan beton blok ringan aerated dan dinding beton bagian dalam serta seluruh detail yang disebutkan / ditunjukkan dalam gambar.

2. Persyaratan Bahan

a. Semen PCC harus memenuhi NI-8 (dipilih dari satu pabrik untuk seluruh pekerjaan).

b. Pasir harus memenuhi NI-3 pasal 14 ayat 2. c. Air harus memenuhi NI-3 pasal 10.

d. Penggunaan jenis adukan plesteran

 Adukan 1 pc : 2 pasir, dipakai untuk plesteran kedap air.

 Adukan 1 pc : 4 pasir, dipakai untuk seluruh plesteran dinding lainnya.

 Seluruh permukaan plesteran difinish acian (plesteran halus) dari bahan PCC dengan air.

3. Syarat-syarat Pelaksanaan

a. Plesteran dilaksanakan sesuai standar spesifikasi dari bahan yang digunakan dengan petunjuk dan persetujuan Direksi Lapangan / Konsultan Pengawas, dan persyaratan tertulis dalam uraian dan RKS ini.

b. Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan pasangan bata maupun bidang beton telah selesai dan telah disetujui oleh Direksi Lapangan / Konsultan Pengawas, sesuai syarat pekerjaan yang tertulis dalam buku ini.

c. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai pemasangan instalasi pipa listrik dan plumbing untuk bangunan tersebut.

(22)

dibersihkan dari sisa-sisa bekisting dan kemudian diketrek (scrath) terlebih dahulu, dan semua lubang bekas pengikat bekisting atau form tie harus tertutup adukan plester.

e. Campuran adukan plesteran yang dimaksud dalam pasal 2.2. adalah campuran dalam volume, cara pembuatannya menggunakan mixer (alat pengaduk) selama 3 (tiga) menit dan memenuhi persyaratan sebagai berikut :  Untuk bidang kedap air, beton, pasangan dinding bata yang berhubungan

dengan udara luar, dan semua pasangan bata di bawah permukaan tanah sampai ketinggian 30 cm dari permukaan lantai dan 150 cm dari permukaan lantai untuk toilet / WC, Kamar Mandi / Ruang Wudhu dan daerah basah lainnya dipakai adukan plesteran 1 pc : 2 pasir.

 Untuk plesteran / adukan kedap air, harus ditambah dengan bahan khusus kedap air dengan perbandingan 1 pc : 1 bahan khusus kedap air.

 Untuk bidang lainnya diperlukan plesteran campuran 1 pc : 4 pasir.

 Plesteran halus (acian) dipakai campuran Semen PCC dan air sampai mendapatkan campuran yang homogen, acian dapat dikerjakan sesudah plesteran berumur 14 hari (kering benar), untuk adukan plesteran finishing / dilapis bahan lain (Keramik dan lain-lain), harus ditambah dengan additive plamix dengan dosis 200 - 250 gr plamix untuk adukan kedap air.

 Semua jenis adukan / plesteran tersebut di atas harus disiapkan sedemikian rupa, sehingga selalu dalam keadaan baik dan belum mengering.

Diusahakan agar jarak waktu pencampuran adukan plesteran tersebut dengan pemasangannya tidak melebihi 30 menit terutama untuk adukan kedap air. f. Untuk dinding tertanam di dalam tanah harus diplester dengan memakai spesi

kedap air.

g. Semua bidang yang akan dilapis (finishing) bahan lain pada permukaannya diberi alur-alur garis, horizontal atau diketrek (scrath) untuk memberi ikatan yang lebih baik terhadap bahan finishingnya kecuali untuk yang menerima cat.

h. Pasangan kepala plesteran dibuat pada jarak 1 m, dipasang tegak dan menggunakan keping-keping kayu setebal 9 mm untuk patokan kerataan bidang. i. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding/ kolom

yang dinyatakan dalain gambar, atau sesuai peil-peil yang diminta dalam gambar. Tebal plesteran minimal 2 cm, jika ketebalan melebihi dari 3 cm harus diberi tambahan kawat (Wiremesh) setara dengan BRM5. Untuk membantu dan memperkuat daya lekat dari plesterannya pada bagian pekerjaan yang diizinkan Direksi Pengawas.

j. Untuk setiap permukaan bahan yang berbeda jenisnya yang bertemu dalam satu bidang datar, harus diberi naat (tali air) dengan ukuran lebar 0,5 - 0,7 cm dalamnya 0,5 cm, kecuali bila ada petunjuk lain di dalam gambar.

k. Untuk permukaan yang datar, harus mempunyal toleransi lengkung atau cembung bidang tidak melebihi 5 mm untuk setlap jarak 2 m. Jika melebihi, Penyedia berkewajiban memperbaikinya dengan biaya atas tanggungan Penyedia. l. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung wajar tidak terlalu tiba-tiba dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan melindungi dari terik panas matahari langsung dengan baban penutup yang mencegah penguapan air secara cepat.

m. Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak baik, plesteran harus dibongkar kembali dan diperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh Direksi Pengawas dengan biaya atas tanggungan Penyedia. Selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai Penyedia harus selalu menyiram dengan air, sampai jenuh sekurang-kurangnya 2 kali setiap hari.

n. Selama pemasangan dinding bata / Beton Bertulang belum difinish, Penyedia wajib memelihara dan menjaganya terhadap kerusakan-kerusakan dan pengotoran bahan lain. Setiap kerusakan yang terjadi menjadi tanggung jawab Penyedia dan wajib diperbaiki.

(23)

Pasal 3

Pekerjaan Pelapisan Lantai 1. Umum

1.1. Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan peralatan dan semua pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan penyelesaian lantai sesuai dengan gambar kerja dan RKS.

1.2. Penyedia diharuskan memberikan contoh-contoh bahan lantai yang dipasang, khususnya untuk diseleksi kwalitas, warna, tekstur, bahan lantai untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi Lapangan / Konsultan Pengawas.

1.3. Penyedia harus menyediakan jaminan tertulis dari produsen/Sub-kontrktor kepada Pemilik Kegiatan untuk setiap masing-masing penggunkan bahan lantai dengan jangka jaminan minimum 5 (lima) tahun.

1.4 Pekerjaan lantai yang akan dilaksanakan adalah pekerjaan lantai Keramik.

2. Pekerjaan Lantai Keramik

2.1. Pekerjaan lantai Keramik 40 x 40 cm dilaksanakan untuk lantai luar ruangan. 2.2. Data teknis bahan :

Bahan : Keramik

Produk : Setara Asia Tile, Masterina, Roman

Ukuran : Keramik 40 x 40 cm, 30 x 30 cm, 25 x 25 cm dan disesuaikan dgn ukuran dalam gambar perencanaan

Warna : Harus sesuai dengan petunjuk Konsultan Perencana atau Pemilik Kegiatan.

2.3. Keramik dan Keramik yang akan dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik, bentuk dan ukuran masing-masing unit sama, tidak ada bagian yang gompal, retak maupun cacat.

2.4. Pekerjaan pemasangan lantai Keramik dan Keramik bisa dimulai dan dilaksanakan apabila Penyedia telah membawa contoh-contoh Keramik dan telah disetujui.

2.5. Pemotongan Keramik dan Keramik harus dilakukan dengan menggunakan mesin potong, bekas potongan harus digerinda dan diampelas sampat halus dan rata. Perlu dihindari pemotongan Keramik yang < 1/2 x lebar/panjang ukuran standard.

2.6. Sebelum memulai memasang Keramik dan Keramik terlebih dahulu lantai diurug dengan pasir tebal 10 cm dan membuat lantai kerja dengan Mutu K-100, setiap Keramik perlu diulas bagian bawahnya akan dipasang dengan adukan 1 semen: 3 pasir yang telah dicampur dengan bahan kedap air vandex.

2.7. Setelah Keramik dan Keramik terpasang seluruhnya, selanjutnya disapu dengan acian semen/Semen PCC putih dengan diberi warna sesuai ubin yang dipasang. Masing jarak unit Keramik harus membentuk garis lurus setebal naad (atau disebut lain sesuai gambar).

2.8. Apabila hasil pemasangan Keramik dan Keramik tidak rapih, tidak membentuk garis lurus, retak dan hasilnya bergelombang, Penyedia harus mengganti/ mengulangi pekerjaan tersebut, dengan biaya yang ditanggung sendiri oleh Penyedia.

Pasal 4

Pekerjaan Pelapis Dinding

1. Lingkup Pekerjaan

1.1. Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan, peralatan dan pekerja yang berhubungan dengan pekerjaan penyelesaian dinding sesuai Gambar Kerja dan RKS.

(24)

1.3. Kontraktor harus memberikan jaminan tertulis dari produsen/ Sub Kontraktor kepada Pemilik Proyek untuk setiap penggunaan bahan dinding dan jangka waktu jaminan minimum 5 tahun.

1.4. Pekerjaan dinding bagian dalam bangunan (interior) meliputi pekerjaan dinding kamar mandi dilapisi keramik.

2. Pekerjaan Pelapis Dinding Keramik

2.1. Bahan keramik yang dimaksud untuk digunakan pada dinding ruang toilet bersama, pantry, janitor atau sesuai dengan gambar. Pemilihan warna ditentukan kemudian oleh Pemilik Proyek atau oleh Direksi Lapangan / Konsultan Pengawas.

2.2. Bahan yang digunakan harus sudah dapat persetujuan dari Direksi. Lapangan, setelah diseleksi mengenai kwaalitas bahan, warna, tekstur, dan bahan tidak boleh retak, maupun cacat.

2.2. Data teknis bahan : Bahan : Keramik

Ukuran : 25 x 40 cm Toleransi ukuran < 1% dan penyerapan air tidak lebih dari 1%.

Produk : Setara Asia Tile, Masterina, Roman

Warna : Sesuai dengan petunjuk Konsultan Perencana atau Pemilik proyek. 2.4. Pelaksanaan

a. Persiapan

 Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor diwajibkan membuat shop drawing mengenai pola keramik.

 Bahan keramik sebelum dipasang harus direndam dalam air bersih (tidak mengandung asam alkali) sampai jenuh.

 Keramik yang akan dipasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, cacat, ataupun bernoda

 Pemotongan unit-unit keramik harus menggunakan alat pemotong keramik khusus sesuai persyaratan pabrik.

b. Pemasangan Dinding Keramik

 Adukan pasangan/pengikat dengan Produk dari AM yaitu AM 40 untuk area dalam ditambah bahan perekat seperti yang dipersyaratkan.

 Hasil pemasangan dinding keramik harus merupakan bidang permukaan yang benar-benar rata dan tidak bergelombang.

 Pemasangan keramik untuk dinding ini harus memperhatikan perletakan features sanitair yang ada seperti diperlihatkan dalam gambar.

 Pola, arah, dan awal pemasangan dinding keramik harus sesuai gambar detail atau sesuai petunjuk Pengawas.

 Jarak antara unit-unit pemasangan keramik satu sama lain (siar-siar), harus sama lebarnya, maksimum 5 mm yang berbentuk garis-garis sejajar dan lurus yang sama lebarnya sama dalamnya untuk siar-siar yang berpotongan harus berbentuk sudut siku yang saling berpotongan tegak lurus sesamanya.

 Siar-siar diisi dengan bahan pengisi dengan warna yang hampir sama dengan warna keramik.

 Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam noda pada permukaan keramik hingga betul-betul bersih.

 Dinding dengan pengakhiran keramik, minimum 3 mm dan maksimum 6 mm.

c. Perlindungan dan Pemeliharaan

Keramik yang terpasang harus dihindarkan dari sentuhan/beban lain selama 1 x 24 jam dan dilindungi dari kemungkinan cacat akibat dari pekerjaan lain.

Pasal 5

Pekerjaan Rangka dan Plafond 1. Batasan dan Lingkup Pekerjaan

(25)

- Pasang Rangka Besi Hollow 4/2 cm - Pasang Plafond Gypsum tebal 9 mm - Pasang Plafond GRC tebal 4 mm - Pasang List Profil Gypsum

2. Material

a. Material Untuk Langit – langit

Material/ bahan yang dimaksud untuk pekerjaan langit-langit adalah dari bahan Gypsum 9 mm dan GRC tebal 4 mm seperti yang tertera dalam Gambar Rencana. Bahan yang digunakan harus yang berkualitas baik, Sek.“Elephant”, mempunyai suatu bidang datar yang halus, seragam ukurannya, sisi tepinya lurus dan tidak cacat, tidak melengkung dan cukup keras. Rangka Plafond memakai Besi Hollow. Kontrakto

Gambar

Gambar-gambar perubahanPerubahan Persyaratan Teknis Khusus
gambar.2. Persyaratan Bahan

Referensi

Dokumen terkait

perlengkapan kerja kepada pekerja di lapangan, seperti: rompi bergaris reflektor, helm dan sepatu safety, serta jaket pelampung bila pekerjaan dilakukan di sekitar dermaga atau

f). Semua bekisting harus disangga, dikat dan dipasang pada posisi yang benar dan harus cukup kuat untuk menahan tekanan beton basah atau gangguan akibat

Department. Kontraktor harus menyediakan waktu untuk rapat lapangan dengan Infrastructure Department sekurang-kurangnya satu kali setiap minggu selama masa kontrak,

Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor harus menyampaikan rencana kegiatan pekerjaan harian dan metode kerja pelaksanaan di lapangan ke pengawas pekerjaan

Permohonan ijin rencana pengecoran harus diserahkan paling lambat 2 (dua) hari sebelumnya. 2) Sebelum pengecoran dimulai Kontraktor harus sudah menyiapkan seluruh stek-stek

 Dalam Shop Drawing ini harus dicantum Konsultan Pengawas/Direksi dan digambarkan semua data yang diperlukan termasuk pengajuan contoh jadi dari semua bahan, keterangan produk, cara

Gangguan Dan Keadaan Darurat Selama berlangsungnya pekerjaan, Pengawas Pekerjaan Konsultan Supervisi dan direksi memiliki kewenang untuk memerintahkan secara tertulis atas: a

Pemasangan jaring pengaman ini ditempatkan pada lokasi-lokasi seperti : ➢ Perancah Eksternal ➢ Jaring Vertikal pada Bekisting Atas ➢ Jaring Vertikal pada Area Lift ➢ Jaring Pengaman