• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

N/A
N/A
subulus salam

Academic year: 2023

Membagikan "RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

A. SYARAT-SYARAT UMUM 1. Umum

Pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan oleh penyedia jasa dimulai sejak diterimanya Surat Perintah Mulai Kerja dari Pengguna Jasa dengan mengacu pada ketentuan dokumen kontrak, spesifikasi teknik, serta ketentuan lain yang di keluarkan oleh Pengguna Jasa pada saat pelaksanaan pekerjaan mulai berjalan.

Penyedia jasa memilik tanggung jawab penuh atas kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan terhitung sejak SPMK diterima hingga serah terima akhir. Penyedia Jasa juga memiliki kewajiban serta tanggung jawab menanggung segala resiko yang dibebankan kepada Pengguna Jasa atas tuntutan yang berasal dari pihak ketiga baik berupa tuntutan, tanggung jawab, kewajiban, kehilangan, kerugian, denda, gugatan atau tuntutan hukum, proses pemeriksaan hukum, dan biaya yang dikenakan terhadap Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) beserta instansinya yang melekat pada barang, bahan dan jasa yang digunakan atau disediakan oleh Penyedia Jasa hingga umur konstruksi tercapai.

2. Lokasi Kerja

Secara administrasi lokasi pekerjaan berada di Kampung Raja Kecamatan Bendahara Kabupaten Aceh Tamiang Propinsi Aceh.

3. Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan terdiri dari berdasarkan jenis pekerjaan, antara lain : a) Pekerjaan Umum

1.) Pekerjaan Persiapan

2.) Pekerjaan Mobilisasi dan Demobilisasi 3. ) Penyelengaraan SMK3

b) Pekerajaan Utama 1.) Pekerjaan Tanah

2.) Pekerjaan Pemancangan Tiang Sheet Pile 3.) Pekerjaan Beton Cor Bertulang

c) Pekerjaan Akhir

4. Jalan Akses Ke Lokasi Kerja

Jalan akses menuju lokasi kerja ialah menggunakan akses darat dimana penyedia bebas menentukan alur jalan mana yang memiliki jarak terdekat, efektif dan efisien menuju lokasi proyek. Penyedia Jasa wajib melaksanakan semua peraturan dan prosedur hukum yang berlaku berkaitan dengan penggunaan jalan, seperti perizinan dengan pihak-pihak terkait, rambu-rambu lalu lintas, kapasitas kelas jalan yang akan dilewati, aktifitas masyarakat pengguna jalan dan bertanggung jawab atas kerusakan akibat penggunaan tersebut.

(2)

Jalur akses yang digunakan oleh Penyedia Jasa harus dilaporkan kepada Pengawas Pekerjaan/Konsultan Supervisi dan diketahui oleh Direksi Pekerjaan. Pengguna Jasa tidak bertanggung jawab atas pemeliharaan jalan masuk atau kerusakan bangunan yang timbul selama pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa. Apabila Penyedia Jasa membutuhkan jalan lain yang tidak ditentukan oleh Konsultan Supervisi dan Direksi, maka segala resiko dan pembebanan biaya ditanggung sendiri oleh Penyedia Jasa atas tanpa mempengaruhi nilai kontrak yang telah disepakati.

5. Standar

Standar pedoman yang digunakan selama masa pelaksanaan pekerjaan konstruksi adalah mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar lain yang secara substansi setara atau lebih tinggi dari standar nasional. Untuk standar Analisa perhitungan mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2022 Tentang Pedoman Penyusunan Perkiraan Biaya Pekerjaan Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Apabila terdapat pasal-pasal pekerjaan yang tidak ada dalam Standar Indonesia, maka penggunaan atas semua bahan dan mutu pekerjaan harus memiliki kualitas bahan yang baik berdasarkan persetujuan Pengawas Pekerjaan (Konsultan Supervisi) dan diketahui oleh Direksi Pekerjaan. Perbedaan standar yang disyaratkan dan yang diajukan oleh Penyedia Jasa kepada Pengawas Pekerjaan (Konsutan Supervisi) harus dijelaskan secara tertulis kepada Konsultan Supervisi dan Direksi Pekerjaan, sekurang- kurangnya 8 (delapan) hari sebelum Konsultan Supervisi dan Direksi Pekerjaan menetapkan persetujuan terhadap pekerjaan yang akan dilaksanakan.

6. Bahan Dan Perlengkapan Yang Harus Disediakan Oleh Penyedia Jasa a. Umum

Penyedia Jasa harus menyediakan semua bahan dan perlengkapan yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan yang tercantum dalam kontrak, semua bahan dan perlengkapan yang merupakan bagian dari pekerjaan harus baru dan sesuai dengan standar yang diberikan dalam spesifikasi atau standar dalam Spesifikasi Umum. Bila penyedia jasa dala m mengusulkan penyediaan bahan dan perlengkapan tidak sesuai dengan suatu standar seperti tersebut di atas, maka penyedia jasa harus segera memberitahukan kepada Konsultan Supervisi untuk mendapatkan persetujuan serta diketahui oleh Direksi Pekerjaan.

b. Perlengkapan Konstruksi

Penyedia jasa harus segera menyediakan semua perlengkapan konstruksi yang diperlukan dalam pelaksanaan dalam jumlah yang cukup. Apabila Konsultan Supervisi dan Direksi memandang belum sesuai dengan Kontrak, maka penyedia jasa harus segera memenuhi kekurangannya, dalam penyediaan semua perlengkapan dan peralatan harus lengkap dengan spare parts yang cukup dan memeliharanya agar pekerjaan dapat dikerjakan dengan lancar dan baik.

c. Bahan Pengganti

Penyedia jasa harus mendatangkan bahan yang ditentukan, bila bahan tersebut tidak tersedia di pasaran maka dapat digunakan bahan pengganti dengan mendapat ijin tertulis dari Konsultan Supervisi dan diketahui oleh Direksi Pekerjaan. Harga satuan dalam volume pekerjaan tidak akan disesuaikan dengan adanya pertambahan harga antara bahan yang ditentukan dengan bahan pengganti.

(3)

d. Pemeriksaan Bahan Dan Perlengkapan

Perlengkapan dan bahan dari penyedia jasa akan dilakukan pemeriksaan sesuai dengan ketentuan dalam Kontrak oleh Pengawas Pekerjaan dan diketahui oleh Direksi Pekerjaan:

i. Tempat produksi dan pembuatan ii. Lapangan

Penyedia jasa harus memberikan informasi yang jelas menyangkut perlengkapan dan bahan kepada pengguna jasa sesuai permintaan untuk tujuan pemeriksaan, dengan tidak mengurangi tanggung jawab penyedia jasa untuk menyediakan perlengkapan dan bahan sesuai dengan spesifikasi.

e. Spesifikasi, Sertifikat uji dan Data Yang Harus Disediakan Oleh Penyedia Jasa

Untuk mendapatkan persetujuan mobilisasi ke lokasi pekerjaan, terlebih dahulu Penyedia jasa wajib memberikan informasi teknis kepada Konsultan Supervisi dan Direksi terkait spesifikasi teknis seperti Sertifikat uji atau data teknis lainnya pada bahan, material, perlengkapan atau peralatan yang digunakan. Persetujuan spesifikasi atas brosur dan data teknis yang diajukan, tidak meringgankan penyedia jasa dari tanggung jawabnya dalam memenuhi kualitas sesuai spesifikasi di dalam Kontrak.

Pembebanan biaya atas penyediaan bahan dan perlengkapan sudah termasuk ke dalam biaya overhead pada analisa harga satuan pekerjaan.

7. Sosialisasi dan Koordinasi

Sebagai salah satu upaya agar tercipta suasana yang aman serta nyaman selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi, beberapa ketentuan yang wajib di lakukan oleh penyedia jasa antara lain;

a) Penyedia Jasa wajib melakukan sosialisasi dan kordinasi bersama pemerintah daerah, aparat keamanan, camat, kepala desa/lurah, masyarakat setempat sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan.

b) Sosialisasi dan Konsultasi ini harus dilaksanakan Penyedia Jasa paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan mobilisasi alat dan personil dengan terlebih dahulu menyerahkan jadwal pelaksanaan pekerjaan konstruksi.

c) Penyedia jasa wajib melakukan koordinasi serta konsultasi secara berkala mela lui rapat bersama unsur pengawas dan Direksi Pekerjaan. Rapat tetap antara Konsultan Supervisi, Direksi dan Unsur PPK diadakan minimal satu bulan sekali pada waktu yang telah disetujui oleh ketiga belah pihak. Maksud dari kegiatan rapat ini diantaranya adalah untuk:

i. Membahas kemajuan pekerjaan yang sedang dilakukan;

ii. Membahas rencana pekerjaan yang diusulkan untuk minggu selanjutnya; dan

iii. Membahas permasalahan yang timbul agar dapat segera diselesaikan.

Diharapakan dengan komunikasi yang baik akan membangun rasa pengertian serta kesadaran seluruh pihak mendukung proses pelaksanaan pekerjaan. Tidak ada pembayaran tambahan, dan dalam hal ini semua biaya sudah termasuk dalam biaya overhead pada analisa harga satuan pekerjaan.

(4)

8. Keamanan dan Pemeriksaan 1. Umum

Semua keamanan dan pemeriksaan yang menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa selama pelaksanaan pekerjaan antara lain kesehatan, pembersihan lapangan, pembuatan pagar kerja, keamanan bahan material, peralatan dan perlengkapan kerja hingga pencegahan kebakaran, dibuat dan dipelihara oleh penyedia jasa berdasarkan anggaran biaya yang tersedia dan atau biaya sendiri. Bertanggung jawab terhadap atas semua aspek keamanan dan kesehatan kerja dengan susunan tata tertib organisasi yang disampaikan kepada Pegawas Pekerjaan (Konsultan Supervisi) dan Direksi Pekerjaan. Tidak ada pembayaran tambahan dalam hal ini, semua biaya sudah termasuk dalam harga Kontrak.

2. Sistim Pengawasan Keamanan

Penyedia jasa wajib mengatur dan memperhitungkan sistem pengawasan keamanan dan keadaan organisasinya selama pelaksanaan pekerjaan. Sistim pengawasan keamanan harus dilaksanakan sesuai dengan program yang disetujui dan berpegang pada hukum/peraturan yang berlaku di Indonesia.

Tidak ada pembayaran tambahan dalam hal ini, semua biaya sudah termasuk dalam harga Kontrak.

a. Peraturan Kesehatan

Penyedia jasa harus mengusahakan lapangan kerja dalam keadaan bersih dan keadaan sehat serta memperlengkapi/memelihara kemudahan untuk penggunaan tenaga yang dipekerjakan pada suatu tempat yang telah disetujui oleh Konsultan Supervisi dan mengetahui Direksi dan oleh penguasa setempat. Penyedia jasa hendaknya juga membuat pengumuman dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang perlu untuk menjaga agar lapangan kerja tetap bersih.

b. Audit oleh Pengguna Jasa

Sesuai dengan kewenangannya, Pengguna Jasa berhak melakukan audit dalam kaitannya dengan:

i. Biaya yang dikeluarkan sebagai akibat dari pemutusan kontrak yang telah di atur dalamSyarat-Syarat Umum Kontrak, tentang Penghentian dan Pemutusan Kontrak.

ii. Biaya-biaya lainnya yang di klaim Penyedia Jasa dan tidak tercakup dalam Kontrak.

Penyedia Jasa wajib menyimpan dan menjaga dokumen akuntansi yang berkaitan dengan 2 (dua) hal di atas.

3. Gangguan Dan Keadaan Darurat

Selama berlangsungnya pekerjaan, Pengawas Pekerjaan (Konsultan Supervisi) dan direksi memiliki kewenang untuk memerintahkan secara tertulis atas:

a) Penyingkiran bahan dari lapangan yang menurut Pengawas Pekerjaan (konsultan supervisi) dan Direksi Pekerjaan tidak sesuai dengan pekerjaan / Kontrak;

b) Penyingkiran dan pelaksanaan ulang suatu pekerjaan atau bagian dari padanya, yang bahan atau mutu pekerjaannya menurut pendapat Pengawas Pekerjaan (Konsultan Supervisi) dan Direksi Pekerjaan tidak sesuai dengan Kontrak, meskipun sebelumnya telah dilakukan pengujian, atau telah

(5)

dilakukan pembayaran angsuran, untuk pekerjaan atau bagian pekerjaan tersebut. Apabila dalam pengujian akhir membuktikan atau menunjukkan adanya kesalahan.

c) Dalam hal terjadi kelalaian penyedia jasa dalam melaksanakan hal tersebut diatas, maka pengguna jasa berhak mempekerjakan orang lain untuk melaksanakan perintah tersebut. Semua pengeluaran sebagai konsekuensinya atau pertambahan biayanya harus ditanggung oleh penyedia jasa, dan pengguna jasa dapat menahan pembayaran uang yang menjadi hak penyedia jasa, sampai penyedia jasa membayar pengeluaran tersebut.

4. Perbaikan Mendesak

Apabila sebagai akibat dari kecelakaan, atau kegagalan, atau peristiwa lain yang timbul sehubungan dengan pekerjaan, atau bagian dari pekerjaan, baik selama pelaksanaan pekerjaan maupun selama masa Pemeliharaan, menurut pendapat Pengawas Pekerjaan (Konsultan Supervisi) dan Direksi Pekerjaan diperlukan penanggulangan segera, pembuatan pekerjaan lain atau perbaikan yang sifatnya mendesak untuk pengamanan, maka penyedia jasa wajib melaksanakan instruksi tersebut yang secara tertulis dikeluarkan oleh Pengawas Pekerjaan (Konsultan Supervisi) dan diketahui oleh Direksi Pekerjaan. Apabila penyedia jasa tidak sanggup atau tidak bersedia dengan segera melaksanakan pekerjaan atau perbaikan tersebut, pengguna jasa dapat mempekerjakan atau membayar pihak ketiga atau pekerja - pekerjanya sendiri dengan Tidak ada pembayaran tambahan dalam pekerjaan ini, semua biaya sudah termasuk dalam perhitungan overhead dan Keuntungan penyedia jasa.

B. SYARAT-SYARAT TEKNIS 1. Pekerjaan Persiapan 1.1. P ek e rj aa n P e r si ap an a) Papan Proyek

i. Penyedia jasa harus membuat, memasang dan memelihara minimal 1 (satu) buah papan proyek di Lokasi Pekerjaan. Papan tanda proyek harus menunjukkan dan memuat nama pengguna jasa pekerjaan/proyek, nama penyedia jasanya, nama proyek, perkiraan jumlah hari pelaksanaan, dan sumber pendanaan.

ii. Lokasi pemasangan ditentukan bersama Konsultan Supervisi dan Direksi Pekerjaan dalam jangka waktu maksimal 14 (empat belas) hari kalender sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan. Jika pekerjaan telah selesai dan telah diserahterimakan, maka papan nama proyek harus dicabut oleh penyedia jasa.

b) Penyediaan Direksi Keet

i. Penyediaan Direksi terletak di dekat lokasi pekerjaan.

ii. Penyedian Direksi keet ditentukan bersama antara Direksi Pekerjaan dan Pengawas Pekerjaan.

iii. Penyediaan Direksi keet dapat berbentuk sewa bangunan ataupun bangunan sementara selama masa pelaksanaan pekerjaan konstruksi.

(6)

iv. Penyedia jasa wajib melaporkan dan menyediakan tempat kerja dan rencana pembangunan sementara berkaitan dengan pemenuhan fasilitas kerja kepada Konsultan Supervisi untuk mendapat persetujuan.

v. Fasilitas kerja direksi keet wajib disediakan oleh penyedia jasa untuk mengakomodir kegiatan Rapat direksi, Ruang istirahat Direksi, fasilitas MCK hingga pemondokan yang layak, disertai dengan penerangan, jalan, ruang masak, sesuai dengan batas yang ditentukan dalam kontrak, Wajib disediakan oleh Penyedia Jasa.

vi. Penyedia jasa juga wajib melengkapi keperluan air bersih dan penerangan yang cukup untuk kebutuhan hidup seluruh tenaga kerja yang berada di areal kerja. Penyedia jasa memiliki kewajiban menyediakan, memelihara, mengerjakan dan memindahkan bangunan sementara lainnya setelah pekerjaan dinyatakan selesai, sebelum diserahkan kepada Pemberi Tugas.

vii. Pembiayaan atas penyediaan fasilitas Direksi keet pekerjaan menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa Konstruksi berdasarkan analisa harga satuan pekerjaan persiapan dan biaya overhead dokumen kontrak.

c) Pelaporan

i. Laporan Kemajuan Pelaksanaan

Laporan kemajuan pelaksanaan dituangkan ke dalam bentuk Laporan Harian, Laporan Mingguan dan Laporan Bulanan. Sebelum tanggal 25 (dua puluh lima) tiap akhir bulan, atau waktu yang ditentukan oleh Konsultan Supervisi dan Direksi Pekerjaan, penyedia jasa wajib menyerahkan rangkap 3 (tiga) salinan laporan Kemajuan Bulanan kepada Direksi Pekerjaan berikut dengan Backup data serta sertifikat bulanan lengkap yang terlebih dahulu telah diperiksa dan disetujui oleh Konsultan Supervisi. Laporan sekurang- kurangnya harus berisi hal-hal sebagai berikut :

- Prosentase kemajuan pekerjaan berdasarkan kenyataan yang dicapai pada bulan laporan maupun prosentase rencana yang diprogramkan pada bulan berikutnya.

- Prosentase dari tiap pekerjaan pokok yang diselesaikan maupun prosentase rencana yang diprogramkan harus sesuai dengan kemajuan yang dicapai pada bulan laporan.

- Rencana kegiatan dalam waktu dua bulan berturut-turut dengan ramalan tanggal permulaan dan penyelesaiannya.

- Daftar perlengkapan konstruksi, peralatan dan bahan dilapangan yang digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan termasuk yang sudah datang dan dipindahkan dari lapangan.

- Jumlah volume pekerjaan pekerjaan tetap beserta uraian singkat.

- Uraian pokok pekerjaan sementara yang dilaksanakan selama masa laporan.

- Daftar besarnya pembayaran terakhir yang diterima dan kebutuhan pembayaran yang diperlukan bulan berikutnya.

- Hal-hal lain yang diminta sesuai dengan kontrak, dan masalah yang timbul atau berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan selama bulan laporan.

ii. Gambar-Gambar yang dibuat oleh penyedia jasa

(7)

Gambar-gambar yang harus disiapkan penyedia jasa adalah : - Gambar-Gambar Pekerjaan Tetap

Gambar Pekerjaan tetap merupakan gambar yang terdiri dari Gambar Kerja (Shop Drawing) atau Gambar Akhir Pekerjaan (As-Built Drawing) yang disiapkan oleh penyedia jasa yang telah terlebih dahulu diperiksa dan disetujui oleh Pengawas Pekerjaan (Konsultan Supervisi), diketahui oleh Direksi Pekerjaan dan disahkan oleh PPK selaku pengguna jasa. Gambar dicetak pada kertas ukuran A3 dengan kualitas cetak yang baik.

Gambar tersebut merupakan acuan pelaksanaan pekerjaan dan perhitungan volume atas rencana dan hasil kerja yang dilaksanakan. Apabila terdapat perubahan pekerjaan yang tidak sesuai dengan gambar pekerjaan tetap, maka Penyedia jasa wajib mengajukan perubahan rencana kerja kepada Konsultan Supervisi dan Direksi Pekerjaan untuk dilakukan perubahan. Gambar Kerja (Shop Drawing). Penyedia Jasa wajib membuat gambar kerja (shop drawing) sebagai dasar pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan memberikan copy gambar yang telah disahkan kepada Pengawas Pekerjaan (Konsultan Supervisi) serta Direksi Pekerjaan. Gambar kerja harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh Pengawas Pekerjaan (Konsultan Supervisi) atau dapat mengacu pada Gambar Pelaksanaan yang disusun oleh Konsultan Supervisi.

Gambar kerja (Shop drawing) disusun secara baik dengan susunan yang paling kurang memuat:

 Gambar denah situasi rencana kerja (Tampak atas dan Tampak Depan);

 Gambar Potongan Melintang disertai dimensinya

 Gambar detail bangunan berikut dengan komponen yang mengikat disertai dimensinya;

Penyedia jasa wajib menjaga dan mengamankan gambar kerja yang telah disahkan untuk diserahkan kepada Direksi Pekerjaan pada akhir pelaksanaan pekerjaan sebanyak 7 (tujuh) rangkap copy, dan 1 (satu) asli.

Segala resiko yang timbul akibat pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan sebelum persetujuan Pengawas Pekerjaan (Konsultan Supervisi) diberikan dan atau tanpa diketahui oleh Direksi Pekerjaan, maka akan menjadi tanggung jawab penyedia jasa. Persetujuan Konsultan Supervisi yang telah diketahui oleh Direksi Pekerjaan merupakan ketentuan tetap atas prosedur pelaksanaan pekerjaan di lapanagan, dan tidak akan meringankan tanggung jawab penyedia jasa atas kebenaran gambar tersebut.

- Gambar Akhir Pekerjaan (As- Built Drawing)

Gambar Akhir Pekerjaan (As-Build Drawing) merupakan gambar yang dibuat oleh kontraktor berdasarkan acuan Gambar kerja (Shop Drawing) yang telah disahkan dan tidak lagi mengalami perubahan (Amandemen) hingga akhir masa pelaksanaan pekerjaan.

(8)

Gambar akhir yang telah diperiksa dan disetujui oleh Pengawas Pekerjaan (Konsultan Supervisi), dapat diserahkan kepada PPK melalui Direksi Pekerjaan dengan menyertakan dokumen Back-up data maupun dokumen pendukung lainnya.

Apabila Pengawas Pekerjaan (Konsultan Supervisi) atau Direksi Pekerjaan menemukan hasil kerja yang tidak memenuhi ketentuan gambar maupun dokumen backup data yang ada, maka penyedia jasa konstruksi wajib melakukan perbaikan atas hasil kerja tersebut paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah perintah perbaikan atau teguran di sampaikan. Gambar purna laksana (As Built Drawing) di cetak dikertas HVS 80 gr ukuran A3, menggunakan print out berkualitas baik, bila pekerjaan telah diselesaikan 100 %. Dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kalender setelah penandatanganan berita acara serah terima pekerjaan, penyedia jasa harus sudah menyerahkan gambar purnalaksana (As Built Drawing) yang terdiri dari satu set gambar berukuran A3 dengan tanda tangan asli dan 3 (tiga) rangkap copy dengan cap basah.

d) Dokumentasi

Semua kegiatan dilapangan harus didokumentasikan dengan lengkap dan dibuatkan album foto disertai keterangan item pekerjaan, dan penjelasan foto. Untuk setiap item pekerjaan disusun berdasarkan waktu sebelum pelaksanaan, pada saat pelaksanaan dan setelah selesai dilaksanakan, dimana arah pengambilan melalui satu titik yang sama. Penyedia Jasa Konstruksi harus menyerahkan kepada Konsultan Supervisi dan Direksi Pekerjaan foto-foto yang dibuat oleh tukang foto yang berpengalaman. Foto-foto harus berwarna dan ditujukan sebagai laporan/pencatatan tentang pelaksanaan yaitu pada awal pertengahan dan akhir suatu bagian tertentu dari pekerjaan yang diperintahkan oleh Konsultan Supervisi dan Direksi Pekerjaan.

Berita Acara Pembayaran dan Laporan Bulanan harus dilengkapi dengan suatu set pilihan foto-foto yang bersangkutan dengan periode tersebut. Juga pada akhir pelaksanaan Kontrak, maka foto-foto harus diserahkan kepada Konsultan Supervisi dan Direksi dalam album-album dengan posisi yang beraturan.. Tiap obyek harus lengkap tahapnya yakni 0 % atau sebelum dikerjakan, 50 % atau sedang dikerjakan dan 100 % atau selesai dikerjakan dan ditempelkan pada satu halaman. Semua album menjadi milik Pemberi Tugas dan tanpa ijinnya tidak boleh diberikan/dipinjamkan kepada siapapun.

e) Pembersihan lokasi

Sebelum pekerjaan dimulai, penyedia jasa wajib melakukan pembersihan daerah kerja dari pepohonan, semak belukar, sampah, sisa-sisa bangunan, akar-akar pohon dan atau material lain yang berada di area kerja berdasarkan petunjuk Pengawas Pekerjaan (Ko nsultan Supervisi) f) Pengukuran Lapangan

i. Tanda dasar proyek merupakan Bench Mark yang terletak berdekatan dengan lokasi pekerjaan. Ketinggian dari Bench Mark ini adalah didasarkan pada titik tetap utama. Bench Mark yang lain dan titik referensi yang terlihat pada gambar yang diberikan kepada penyedia jasa sebagai referensi.

(9)

Sebelum menggunakan suatu Bench Mark dan titik referensi kecuali Bench Mark dasar untuk setting out pekerjaan, penyedia jasa perlu melakukan pengukuran pemeriksaan untuk kepuasan sendiri atas ketelitiannya. Pengguna Jasa tidak akan bertanggung jawab atas ketelitian Bench Mark yang lain begitu juga dengan titik referensinya. Penyedia jasa perlu mendirikan Bench Mark tambahan sementara untuk kemudahannya. Setiap Bench Mark sementara yang didirikan oleh penyedia jasa, merupakan titik rencana yang dibuat dan telah mendapat persetujuan Pengawas Pekerjaan (Konsultan Supervisi) diketahui oleh Direksi Pekerjaan.

ii. Permukaan Tanah yang digunakan untuk tujuan pengukuran lapangan adalah permukaan tanah asli. Apabila terjadi keraguan atas kebenaran hasil pengukuran elevasi muka tanah, maka sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) hari sebelum mulai bekerja penyedia jasa wajib memberitahukan kepada Pengawas Pekerjaan (Konsultan Supervisi) dan Direksi Pekerjaan secara tertulis untuk mengajukan pengukuran elevasi profil muka tanah kembali.

iii. Penyedia jasa bersama-sama dengan Pengawas Pekerjaan (Konsultan Supervisi) dan

diketahui oleh Direksi Pekerjaan dapat menggunakan hasil pemeriksaan setting -out sebagai dasar penentuan kemajuan hasil kerja untuk proses pembayaran.

iv. Setting out/pengukuran harus diperiksa dan disetujui oleh Pengawas Pekerjaan (Konsultan Supervisi) dan diketahui Direksi Pekerjaan dengan memasang patok ukur yang dilakukan dengan ketinggian yang cukup, simetris, presisi, dapat juga disertai dengan penyangga, cetakan profil dan lain-lain yang diperlukan untuk pemeriksaan setting out pengukuran kemajuan pekerjaan.

v. Penyedia wajib menyediakan alat ukur, seperti: water pass atau Total Station dan rambu ukur untuk pengukuran awal, pengukuran selama pelaksanaan dan pengukuran akhir pekerjaan. Biaya pengukuran sudah termasuk dalam biaya umum dan keuntungan.

Pengukuran harus memenuhi hal-hal dibawah ini:

- Kedudukan dan ketinggian peil referensi ditetapkan oleh Pengawas Pekerjaan (Konsultan supervisi) diketahui oleh Direksi Pekerjaan. Pengukuran detail seluruh bangunan harus dilaksanakan dengan teliti dan sesuai dengan yang tercantum dalam gambar bestek.

- Titik referensi ditentukan berdasarkan BM yang ada atau titik referensi lokal yang sebelumnya mendapat persetujuan Pengawas Pekerjaan (Konsultan Supervisi).

- Uitzet yang dilaksanakan oleh penyedia jasa dan harus disetujui Pengawas Pekerjaan (Konsultan Supervisi).

- Titik tetap bantu harus disiapkan oleh penyedia jasa untuk dipakai sebagai titik utama dalam pelaksanaan dan pemeriksaan. Titik tetap bantu tidak boleh berubah kedudukannya maupun ketinggiannya dan harus jelas dan dicat merah agar mudah dilihat.

i. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat ukur dimana sebelum digunakan harus dapat persetujuan dari Pengawas Pekerjaan (Konsultan Supervisi).

(10)

- Pengukuran awal mencakup:

 Pengukuran profil memanjang, dengan jarak patok ke patok 10 meter untuk bagian yang lurus, dan 5 s/d 10 meter untuk tikungan atau disesuaikan dengan keadaan lapangan.

 Pengukuran profil melintang dilaksanakan selebar dimensi ditambah 5 s/d 10 meter di kiri kanan saluran.

 Titik tetap bantu tersebut terdiri dari kayu keras dengan ukuran 5/10 cm atau diameter 10 cm dengan tinggi 50 cm di atas permukaan tanah.

 Setiap pengukuran tambahan jika diperlukan harus mendapat persetujuan Pengawas Pekerjaan (Konsultan Supervisi). Hasil pengukuran dicatat dalam buku ukur yang harus diserahkan kepada Pengawas Pekerjaan (Konsultan Supervisi) dan diketahui oleh Direksi Pekerjaan.

- Pengukuran pelaksanaan meliputi :

 Pengukuran selama pelaksanaan pekerjaan untuk mendapatkan dimensi dan ukuran yang sesuai dengan gambar desain.

 Hasil pengukuran pelaksanaan digunakan sebagai dasar untuk menentukan perhitungan volume progress kemajuan pekerjaan (mutual check).

 Selama pengukuran pelaksanaan patok profil harus terjaga dan terukur sesuai pada kondisi awal.

- Pengukuran akhir meliputi :

 Melakukan pengukuran kembali setelah pekerjaan dilaksanakan.

 Pengukuran akhir dilaksanakan untuk mengetahui apakah timbunan telah sesuai dimensi yang telah ditentukan.

 Gambar akhir pelaksanaan ini wajib disediakan oleh Penyedia Jasa, diperiksa dan disetujui oleh Pengawas Pekerjaan (Konsultan Supervisi) dan diketahui oleh Direksi Pekerjaan. Penyedia jasa harus memperkirakan waktu penyelesaiannya agar gambar ini selesai tepat waktu.

 Gambar ini merupakan realisasi pelaksanaan lapangan yang dituangkan dalam bentuk Gambar Akhir Pekerjaan (As Built Darwing) dengan ukuran dan penjelasan lengkap dan mudah dibaca, digambar dalam ukuran yang telah ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.

 Skala gambar dibuat menggunakan skala yang baku dengan besaran angka (1:10, 1:20, 1: 50, 1:100; 1:200, 1:500, dst) dengan memperkirakan kemudahan saat dibaca dan dipahami secara jelas jelas. Gambar yang dipersiapkan untuk keperluan ini adalah: 3 (tiga) buah buku terjilid rapi dan soft copy dalam hard disk.

 Ketinggian/elevasi bangunan dituangkan pada gambar kerja (shop drawing) dan gambar akhir (as built drawing) secara rapi sesuai dengan petunjuk pengawas pekerjaan dan Direksi Pekerjaan.

 penampang melintang (cross section) ditentukan dengan interval jarak

±10 s.d 25 m atau sesuai patok pengukuran memanjang (long section) yang telah disetujui Pengawas Pekerjaan (Konsultan Supervisi).

(11)

Seluruh biaya yang timbul pada pekerjaan sepenuhnya menjadi beban dan tanggung jawab Penyedia Jasa dihitung berdasarkan satuan hitung Lumpsum (LS). Biaya sudah termasuk biaya umum (Overhead) seperti pekerja, opertator, peralatan dan pekerjaan penunjang lainnya yang dibutuhkan selama pelaksanaan pekerjaan persiapan.

1.2. P e n y e l e ng g a r aa n S M K3 a) Dasar aturan dan Pedoman

Mengacu pada peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor :

10/PRT/M/2021 tentang Pedoman Sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum, aturan atas, tugas, tanggung jawab dan wewenang serta biaya penyelenggara SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.

b) Cakupan Minimal (RK3K)

i. Penyiapan RK3K;

- Pembuatan manual kerja;

- Prosedur pelaksanaan K3;

- Instruksi Kerja;

- Tanda Pengenal;

- Ijin kerja.

ii. Sosialisasi dan Promosi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) iii. Alat Pelindung Kerja;

iv. Alat Pelindung diri;

v. Fasilitas sarana kesehatan minimal mencakup;

- Obat-obatan ringan - Handsanitizer - Oksigen set 3 in 1

- Perlengakapan dan peralatan K3 (Obat luka, perban, dll)

vi. Rambu-rambu Peringatan dan spanduk K3

vii. Lain-lain terkait pengendalian risiko K3;

c) Personil K3 yang dimiliki oleh penyedia jasa harus mengindentifikasi bahaya dari setiap jenis proses atau tahapan kegiatan pekerjaan konstruksi, dan menetapkan spesifikasi proses/kegiatan yang harus dilakukaan oleh penyedia.

d) Setiap jenis proses/kegiatan harus dilengkapi dengan prosedur kerja, sistem perlindungan terhadap pekerja, perlengkapan pengamanan, rambu-rambu peringatan, dan kewajiban pekerja menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan potensi bahaya pada proses tersebut.

e) Setiap proses/kegiatan yang berbahaya harus melalui prosedur izin kerja terlebih dahulu dari penanggung jawab proses dan Ahli K3.

(12)

f) Setiap proses dan pekerjaan hanya boleh dilakukan oleh tenaga kerja dan/atau operator yang telah terlatih dan telah mempunyai kompetensi untuk melaksanakan jenis pekerjaan/tugasnya, termasuk kompetensi melaksanakan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja yang sesuai pada jenis pekerjaan/tugasnya tersebut.

g) Persyaratan teknis yang harus dipenuhi penyedia dalam menyusun dan menggunakan metode kerja dapat meliputi penggunaan alat utama dan alat bantu, perkakas, material dan konstruksi sementara dengan urutan kerja yang sistematis, guna mempermudah pekerja dan operator bekerja dan dapat melindungi pekerja, alat dan material dari bahaya dan risiko kegagalan konstruksi dan kecelakaan kerja.

h) etiap identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko, sebelum diterapkan harus ditinjau dan dievaluasi keandalan dan ketepatannya oleh Ahli K3 Konstruksi.

i) Penyedia jasa harus melengkapi kebutuhan K3 sesuai peraturan Menteri Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat Nomor : 10/PRT/M/2021 tentang Pedoman Sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.

Perhitungan pembebanan biaya yang tidak terakomodir berdasarkan ketentuan harga pekerjaan persiapan, akan dibebankan ke dalam perhitungan biaya overhead pada analisa harga satuan pekerjaan.

2. Mobilisasi dan Demobilisasi

Mobilisasi dan demobilisasi merupakan kegiatan mendatangkan dan memulangkan alat, mencakup antar/jemput pekerja, operator, pegawai, bahan-bahan bangunan, peralatan dan keperluan-keperluan insidensial untuk melaksanakan seluruh pekerjaan, untuk pindah di dalam lokasi proyek dan pemindahan/pembongkaran seluruh instalasi pada saat berakhirnya pekerjaan.

3. Pekerjaan Tanah

3.1. G al i an ta na h d eng an al at

Pekerjaan galian dengan alat yang dimaksud adalah galian tanah dengan menggunakan alat berat excavator dengan spesifikasi alat standart arm dan capacity bucket minimal setara dengan 0,9 m3. sesuai kontrak serta pengangkutan ke daerah buangan yang telah disepakati untuk tempat pembuangan akhir atau sementara.

Metode pekerjaan dapat berubah sesuai dengan kondisi lapangan dengan persetujuan Pengawas

Pekerjaan (Konsultan Supervisi). Pekerjaan galian harus dilaksanakan sesuai dengan gambar pelaksanaan serta petunjuk Pengawas Pekerjaan (Konsultan Supervisi) dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Pelaksanaan galian dapat dimulai setelah pekerjaan pendahuluan berupa pengukuran dan pemasangan patok-patok, dan tebas pembersihan atau tebas tebang dilaksanakan;

b) Pembuatan dimensi bangunan (lebar dan tinggi) disesuaikan dengan gambar rencana;

c) Tanah hasil galian dapat dipakai sebagai timbunan tanah sebagaimana yang di instruksikan Pengawas Pekerjaan (Konsultan Supervisi) dan Direksi Pekerjaan;

(13)

d) Perhitungan volume pekerjaan ditentukan berdasarkan gambar rencana dikurangi pengukuran awal (uitzetten);

e) Jenis alat yang digunakan untuk pekerjaan galian adalah excavator (standard arm) dengan capacity bucket minimal setara dengan 0,9 m3.

f) Pada saat kondisi tertentu dimana tiba-tiba diperlukan alat excvator dengan klasifikasi alat jenis (long arm) untuk digunakan dalam proses penggalian, atas perintah dan Persetujuan Pengawas Pekerjaan (Konsultan Supervisi), maka penyedia jasa diharapkan mampu mendatangkan alat tersebut di lokasi pekerjaan. Hasil perhitungan volume pekerjaan yang di buat oleh Penyedia jasa konstruksi diserahkan kepada Pengawas Pekerjaan (Konsultan Supervisi) untuk diperiksa dan disetujui sebelum diserahkan kepada PPK sebagai laporan pertanggung jawaban.

3.2. Ti mb un an ta na h di dat an gk a n d a n d ip ad atk an de n ga n a l at

Sebelum penimbunan tanah dilakukan maka bagian yang akan dilakukan penimbunan tersebut distriping untuk menghilangkan top soil dan bahan organik lainnya. Ketentuan lain yang harus diperhatikan dan perlu dicermati adalah:

a) Tanah yang digunakan sebagai bahan/material timbunan diambil dari tempat pengambilan borrow area yang telah dihilangkan lapisan atasnya (top soil) dan telah bebas dari bahan organik lainnya serta mendapat persetujuan dari Pengawas Pekerjaan (Konsultan Supervisi).

b) Tanah yang digunakan untuk bahan timbunan tersebut harus tanah yang bagus dan bergradasi baik, tidak bergumpal–gumpal serta memenuhi persyaratan.

c) Kadar air bahan timbunan harus dalam keadaan optimum, apabila tanah timbunan yang diambil dari borrow area kadar air terlalu tinggi (basah), maka harus dikeringkan terlebih dahulu sampai mencapai kadar air optimum dengan cara menghamparkan dengan permukaan yang luas.

d) Apabila tanah timbunan kadarnya terlalu kering, maka bahan timbunan harus disiram air dengan menggunakan pompa air sampai merata. Bila bahan timbunan berbentuk bongkahan–

bongkahan, maka tanah tersebut harus digemburkan sampai merata.

e) Melakukan Pengujian Tanah untuk mengetahui jenis tanah timbun didatangkan yang akan dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.

f) Penimbunan tanah pada bagian tepi profil bangunan harus dilebihkan untuk bidang perapihan.

g) Pemadatan tanah dilaksanakan dengan alat (stamper kuda) hingga mencapai kepadatan maksimum.

h) Penimbunan lapisan diatasnya tidak boleh dilakukan apabila pemadatan dibawah belum memenuhi persyaratan.

i) Selama pelaksanaan pemadatan berlangsung, arah lintasan alat pemadatan tetap sejajar dengan sumbu bangunan dimulai dari salah satu sisi timbunan mengeser ke tepi yang lain sampai sejumlah lintasan serta hasil pemadatan mencapai persyaratan yang ditentukan.

(14)

j) Sebelum pelaksanaan timbunan/pemadatan dimulai, kondisi lapisan pemadatan sebelumnya harus kering, apabila basah akibat hujan harus menunggu sampai permukaan tanggul yang akan ditimbun tersebut benar–benar kering.

k) Volume timbunan tanah yang dibayar dalam pekerjaan ini adalah timbunan tanah yang telah dipadatkan kemudian diperiksa dan disetujui oleh Pengawas Pekerjaan (Konsultan Supervisi) serta dinyatakan dalam daftar kuantitas dan harga.

4. Pekerjaan Pemancangan

4.1. P e ng a d a a n T i a n g P a n c a n g Steel S h eet P i l e B a j a

a) Prosedur pengadaan Tiang Pancang Steel Sheet Pile dilakukan menyesuaikan kebutuhan lapangan dan atas izin persetujuan Pengawas Pekerjaan, diketahui Direksi Pekerjaan;

b) Jenis tiang pancang yang dibutuhkan adalah Steel Sheet Pile Baja dengan ukuran (400 x 125 x 13 mm)

serta memiliki standar SNI;

c) Harga penawaran yang di ajukan oleh penyedia Jasa merupakan biaya pengadaan Tiang Pancang Steel Sheet Pile Baja dari tempat produksi hingga barang tiba di titik lokasi pelaksanaan pekerjaan;

d) Biaya Mobilisasi tiang pancang dalam pelaksanaan pekerjaan pengadaan Tiang Pancang Steel Sheet Pile sepenuhnya menjadi tanggung jawab penuh pihak penyedia jasa.

4.2. P e m a n c a n g a n Steel S h e et P i l e B a j a

a) Pekerjaan Pemancangan menggunakan Alat berat yaitu Crawler Crane dengan rentang kapasitas 25 s/d 35 Ton dan menggunakan Diesel Hammer dengan berat Hammer Rentang 1,5 s/d

2 Ton.

b) Prosedur pemancangan Tiang Pancang Steel Sheet Pile Baja dilakukan berdasarkan izin serta persetujuan Pengawas Pekerjaan, diketahui Direksi Pekerjaan;

c) Pemancangan Tiang Pancang Steel Sheet Pile Baja diangkat dan diarahkan pada titik yang ditunjukkan dalam gambar hingga secara tegak lurus atau dengan cara lain yang disetujui oleh Pengawas Pekerjaan (Konsultan Supervisi);

d) Jika dalam pelaksanaan pekerjaan pemancangan memerlukan penyambungan, maka dilakukan dengan pengelasan penuh di sekeliling pertemuan kedua pelat ujung;

e) Tempat sambungan las dilapisi dengan anti karat. selesai penyambungan, pemancangan dapat dilanjutkan seperti yang dilakukan pada batang pertama.

Penyambungan dapat diulangi sampai mencapai kedalaman tanah keras yang ditentukan;

f) Pembayaran pemancangan Tiang Pancang S te el Sheet Pile dilakukan setelah tiang pancang sudah terpancang sesuai kedalaman yang tertanam, dan elevasi pemancangan sesuai dengan gambar rencana;

g) Kegiatan pemancangan dilakukan secara Final Set artinya kegiatan pemancangan akan berhenti setelah mencapai tanah keras;

h) Sebelum menyelesaikan pemancangan pada suatu titik wajib dilakukan Kalendering Test di lapangan dengan Final Set 3 Cm untuk 10 Pukulan Terakhir.

(15)

Pelaksanaan item pekerjaan Pemancangan sudah memperhitungkan biaya Konsumsi BBM (bila diperlukan), mobilisasi Tiang Pancang Steel Sheet Pile yang pembebanannya dimasukkan ke dalam analisa harga satuan dan overhead.

4.3. Pe ng e l a s a n Ti a n g P a n c a n g

a) Jika semua Steel sheet pile ba ja telah terpancang pekerjaan selanjutnya adalah

pengelasan tiang pancang untukmengikat struktur yang ada diatasnya (pile cap atau pondasi full plat);

b) Pemotongan tiang pancang dilakukan setelah mendapat persetujuan dan arahan dari pengawas lapangan (Konsultan Supervisi);

5. Pekerjaan Beton

Lingkup prosedur pelaksanaan pekerjaan struktur oleh penyedia jasa antara lain adalah;

5.1. B et o n K- 2 50

a) Semua pekerjaan beton yang digunakan untuk konstruksi bangunan harus sesuai dengan spesifikasi dan kualitas mutu pekerjaan beton AHSP Peraturan menteri PUPR Nomor 1 Tahun 2022

Tentang Pedoman Penyusunan Perkiraan Biaya Pekerjaan Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Semen dan agregat yang akan di pergunakan sebagai bahan campuran pembuatan beton, terlebih dahulu harus mendapat persetujuan Pengawas Pekerjaan (Konsultan Supervisi) dan diketahui Direksi Pekerjaan sebelum dilaksanakan pengecoran;

b) Harga satuan penawaran pada daftar harga penawaran untuk setiap uraian pekerjaan yang mencakup semen, sudah termasuk harga pembelian, transportasi, pengiriman, penanganan, penyimpanan, sampai semen menjadi beton. Tidak ada pembayaran tambahan untuk semen yang tersisa, terbuang, rusak pada waktu memuat, membongkar dan menyimpan.

c) Mutu beton

i. Mutu beton harus sesuai dengan mutu yang diminta dalam Bill of Quantity dan penyedia jasa melampirkan hasil uji mutu beton dari vendor penyedia;

ii. Mutu beton harus mengacu pada SNI;

i. Sebelum pengecoran di mulai, penyedia jasa wajib terlebih dahulu melakukan uji laboratorium dan mendapat persetujuan Pengawas Pekerjaan (Konsultan Supervisi) dan diketahui Direksi Pekerjaan sebelum dilaksanakan pengecoran;

ii. Penyedia Jasa dilarang melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari Pengguna Jasa atau pada kondisi tidak ada wakil pengguna jasa yang mengetahhui secara langsung proses pelaksanaan pengecoran di lapangan;

iii. Untuk mendapatkan hasil pengecoran yang sempurna, agregat pada beton perlu dipadatkan sehingga diperoleh lapisan beton yang padat, menyatu dengan sempurna.

iv. Pemadatan dilakukan dengan cara manual menggunakan kayu cerocok atau pada saat kondisi tertentu dapat menggunakan alat bantu getar (vibrator);

(16)

v. Dalam kondisi tertentu seperti musim penghujan atau keadaan mendesak, untuk mempercepat proses pengerasan pada beton, maka penyedia jasa diperkenankan untuk menambahkan zat aditiv sebagai upaya percepatan pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

d) Pengujian Campuran

i. Pengujian Untuk Kelayakan (Workability)

Satu pengujian "slump", atau lebih sebagaimana yang diperintahkan oleh PenggunaJasa, harus dilaksanakan pada pencampuran beton yang dihasilkan. Pengujian dianggap telah dilaksanakan apabila salah satu dari unsur Pengawas Pekerjaan (Kosultan Supervisi) secara langsung mengetahui hasil pengujian tersebut. Nilai slump pada setiap campuran tidak boleh berada diluar rentang nilai slump (± 2 cm) yang disyaratkan .

ii. Pengujian Kuat Tekan

- Pengujian kuat tekan dilakukan untuk kegiatan pengecoran yang mencapai minimum volume pekerjaan 150 M3. Setiap 150 M3 beton harus dibuat 1 set benda uji yang terdiri dari 3 (tiga) buah benda uji yang dicor terpisah.

- Pengujian kuat tekan dilakukan berdasarkan umur beton yang dicorkan, dengan ketentuan dimensi benda uji berbentuk silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Benda uji harus dirawat dan di jaga kualitasnya di laboratorium hingga waktu pelaksanaan pengujian dilakukan.

- Pengujian dilakukan pada setiap set benda uji berdasarkan klasifikasi umur beton sesuai tabel Mutu Beton.

- Apabila dalam pengujian kuat tekan benda uji tersebut terdapat perbedaan nilai kuat tekan yang > 5% antara dua buah benda uji dalam set tersebut, maka benda uji ketiga dalam set tersebut harus diuji kuat tekannya. Hasil kuat tekan yang digunakan dalam perhitungan statistik adalah hasil dari 2 buah benda uji yang berdekatan nilainya.

- Kekuatan beton diterima dengan memuaskan bila fc karakteristik dari benda uji lebih besar atau sama dengan fc rencana.

- Nilai hasil uji tekan satupun tidak boleh mempunyai nilai di bawah fc’.20.36 Mpa -Jika salah satu dari kedua syarat tersebut di atas tidak dipenuhi, maka harus diambil langkah untuk meningkatkan rata-rata dari hasil uji kuat tekan berikutnya, dan langkah-langkah lain untuk memastikan bahwa kapasitas daya dukung dari bangunan tidak membahayakan.

e) . Perbaikan Atas Pekerjaan Beton Yang Tidak Memenuhi Ketentuan

i. Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi yang disyaratkan,atau yang tidak memiliki permukaan akhir yang memenuhi ketentuan,atau yang tidak memenuhi sifat-sifat campuran yang disyaratkan, harus mengikuti petunjuk yang diperintahkan oleh Pengguna Jasa antara lain.

ii. Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pekerjaan yang belum dikerjakan.

iii. Penanganan pada bagian bangunan yang hasil pengujiannya gagal.

iv. Perkuatan, pembongkaran atau penggantian sebagian atau menyeluruh pada bagian

pekerjaan yang memerlukan penanganan khusus.

(17)

v. Jika terjadi perbedaan pendapat dalam hal mutu pekerjaan beton atau adanya keraguan dari data pengujian yang ada, Pengguna Jasa dapat meminta Penyedia Jasa melakukan pengujian tambahan yang diperlukan untuk menjamin bahwa mutu pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat dinilai dengan adil dengan meminta pihak ketiga untuk melaksanakannya. Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi ini. Penyedia Jasa harus mengajukan detail rencana perbaikan untuk mendapatkan persetujuan Pengguna Jasa sebelum memulai pekerjaan.

f) Besaran biaya yang di ajukan oleh penyedia jasa dianggap telah mengakomodir seluruh kegiatan item pekerjaan Beton K-250, yang kemudian dihitung ke dalam analisaharga satuan pekerjaan dan biaya overhead.

5.2. P e m b esi a n a) Bahan-bahan

i. Diameter dan ukuran besi tulangan harus sesuai dengan gambar design.

ii. Standarisasi besi yang digunakan adalah besi dengan standar SNI yang memiliki ukuran diameter dan berat besi setara dengan JIS G3112 :

Besi Bulat-Ulir

Diameter (mm) D10 D13 D16 D19 D22 D25 D29 D32

Berat (kg/m) 0,617 1,04 1,58 2,23 2,98 3,85 5,19 6,31

Besi Bulat-Polos Diameter (mm)

Berat (kg/m) 0,395 0,617 0,888 1,58 2,23 2,98 3,85 4,83 6,31 iii. Kawat ikat dengan kualitas baik sesuai dengan ketentuan yang telah disetujui

oleh pengawas pekerjaan (Konsultan Supervisi).

b) Pembuatan dan pembersihan

i. Tulangan harus dibengkokkan atau dibentuk sesuai ukuran yang ditentukan dalam gambar design.

ii. Pembetukkan tulangan tidak dibenarkan berulang-ulang.

iii. Tulangan sebelum dipasang harus bebas dari kotoran, karat, minyak, atau bahan lain yang dapat merusak tulangan.

iv. Pemasangan tulangan harus ditempatkan dengan tepat sesuai ukuran dan terikat kuat agar tidak terjadi pergeseran.

v. Bila diperlukan penyambungan tulangan pada suatu titik selain dari pada yang ditunjuk pada gambar harus dapat persetujuan dari Pengawas Pekerjaan (Konsultan Supervisi);

vi. Syarat penyambungan besi minimal adalah 40 (empat puluh) diameter besi tulangan dan diikat dengan kawat sedemikian hingga kualitas penyambungan dapat memenuhi ketentuan yang disetujui oleh Pengawas pekerjaan (konsultan supervisi).

vii. Metode pengikatan dilakukan dengan kawat baja berkualitas baik, diikat dengan simpul ikatan yang kuat dan rapi.

(18)

5.3. B e k i s t i n g B et o n

a) Bekisting menggunakan material multipleks ukuran 12 mm dan kayu kaso 5/7.

b) Bentuk, ketinggian dan dimensi bekisting disesuaikan dengan bentuk bangunan seperti terlihat dalam gambar rencana atau sebagai mana petunjuk Pengawas Pekerjaan (Konsultan Supervisi) berikan.

c) Penggunaan bekisting pada struktur utama seperti dinding miring, dan tulangan utama atau ketentuan lain yang sebagaimana Pengawas Pekerjaan (Konsultan supervisi) tentukan, hanya dapat dipergunakan maksimal 2 kali pemakaian, sementara bekisting lainnya maksimal penggunaan hanya 3 kali pemakaian.

d) Khusus untuk bekisting pada struktur dinding miring, perlu dilakukan penyesuaian dengan membuat lubang-lubang kecil dengandiameter ± 1 inch sebagai celah untuk pemasangan pipa drain hole pada dinding miring sebelum dilakukan pengecoran.

e) Bekisting yang akan di lepas atau yang akan digunakan kembali setelah pelaksanaan pengecoran wajib mendapatkan persetujuan pengawas pekerjaan (Konsultan Supervisi);

f) Perhitungan dan biaya yang timbul akibat kegiatan bekisting dihitung berdasarkan satuan meter persegi (M2) yang terpasang;

Besaran nilai penawaran yang di ajukan oleh penyedia jasa dianggap telah mengakomodir biaya upah tenaga kerja, bahan, peralatan, dan pekerjaan penunjang lainnya yang kemudian di hitung ke dalam analisa harga satuan pekerjaan serta biaya overhead.

6. Pekerjaan Akhir

Termasuk dalam pekerjaan akhir adalah pembersihan lokasi pekerjaan setelah pekerjaan selesai dilaksanakan.

Besaran nilai penawaran yang di ajukan oleh penyedia jasa dianggap telah mengakomodir biaya upah tenaga kerja, bahan, peralatan, dan pekerjaan penunjang lainnya yang kemudian di hitung ke dalam perkiraan atau taksir.

(19)
(20)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini mengemukakan bahwa framing yang dilakukan oleh media online CNN Indonesia dan Kumparan.com terkait berita suami aniaya istri hingga meninggal akibat miras

Mengoordinasikan seluruh Tenaga Ahli Konsultan Pengawas secara teratur dan memeriksa seluruh pekerjaan di lapangan serta memberi penjelasan tertulis kepada Penyedia Jasa Pekerjaan