SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING LOAN, BEBAN OPERASI TERHADAP PENDAPATAN
OPERASI, NET INTEREST MARGIN, DAN LOAN DEPOSIT RATIO TERHADAP RETURN ON ASSET PADA BANK PEMBANGUNAN
DAERAH
OLEH
Nehemia Nainggolan 090502079
PROGRAM STUDI STRATA I MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING LOAN, BEBAN OPERASI TERHADAP PENDAPATAN OPERASI, NET INTEREST MARGIN, DAN LOAN TO DEPOSIT RATIO TERHADAP RETURN
ON ASSET PADA BANK PEMBANGUNAN DAERAH
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi, Net Interest Margin,dan Loan to Deposit Ratio terhadap Return on Asset.
Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Pembangunan Daerah yang terdaftar di Bank Indonesia pada tahun 2009-2012. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purpossive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 22 Bank Pembangunan Daerah. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda untuk memperoleh hasil mengenai hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya.
Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan Capital Adequacy Ratio (X1) , Non Performing Loan (X2), Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi (X3), Net Interest Margin (X4), dan Loan to Deposit Ratio (X5 ) berpengaruh secara posistif dan signifikan terhadap Return on Asset (Y) . Secara parsial variabel Net Interest Margin memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap Return on Asset dan Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap Return on Asset. Sedangkan Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, dan Loan to Deposit Ratio memiliki pengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap Return On Asset. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa variabel Net Interest Margin dan Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi memberikan pengaruh besar terhadap Return On Asset.
ABSTRACT
EFFECT OF CAPITAL ADEQUACY RATIO ANALYSIS , NON-
PERFORMING LOAN , ON OPERATING EXPENSES OPERATING INCOME , NET INTEREST MARGIN , AND LOAN TO DEPOSIT RATIO OF RETURN
ON ASSETS ON REGIONAL DEVELOPMENT BANK
This research aims to determine the effect of the Capital Adequacy Ratio , Non-Performing Loans , Operating Expenses to Operating Income , Net Interest Margin and Loan to Deposit Ratio Return on Assets .
The population in this research is the Regional Development Banks registered in Bank Indonesia in 2009-2012 . The sampling technique using purposive sampling method . The number of samples in this research were 22 of Regional Development Banks . The analysis technique used in this research is a multiple linear regression to obtain result regarding relationship between one variable with other variable .
The results of this research indicate that simultaneous Capital Adequacy Ratio ( X1 ) , Non Performing Loan ( X2 ) , Operating Expenses to Operating Income ( X3 ) , Net Interest Margin ( X4 ) , and Loan To Deposit Ratio ( X5 ) influence positive and significant impact on Return on Assets ( Y ) . In partial Net Interest Margin has a positive significant impact on Return on Assets and Operating Expenses to Operating Income has a significant negative effect on return on assets . While the Capital Adequacy Ratio , Non-Performing Loans , and Loan to deposit ratio has a positive but not significant effect on Return On Assets . The results of the study can be seen that the variable Net Interest Margin and Operating Expenses to Operating Revenue provides a major influence on Return On Assets .
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas anugerahNya penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Capital Adequacy
Ratio, Non Performing Loan, Beban Operasi Terhadap Pendapatan Operasi, Net
Interest Margin, Dan Loan To Deposit Ratio Terhadap Return On Asset Pada
Bank Pembangunan Daerah ”. Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa pengerjaan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Teristimewa untuk kedua orangtua
terkasih, ayahanda G. Nainggolan dan ibunda M. Manurung beserta seluruh keluarga yang senantiasa memberikan dukungan dan kasih yang begitu berharga
kepada penulis.
Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ak., selaku Plt. Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, M.E., selaku Ketua Departemen S1 Manajemen.
3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si., selaku sekretaris Departemen Manajemen
4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Dra. Friska Sipayung, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Manajemen
6. Ibu Dra.Lisa Marlina, M.Si., selaku Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji
yang telah meluangkan waktu, tenaga, saran dan pemikirannya untuk
membantu penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.
7. Ibu Dr.Khaira Amalia Fachruddin,S.E., M.B.A., selaku Dosen Pembaca
Penilai yang telah menyediakan waktu dan tenaga dalam penyempurnaan
skripsi ini.
8. Seluruh dosen dan pegawai Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara atas jasa yang telah diberikan.
9. Untuk Keluargaku bang Giovanni dan keluarga, Kakak ku Hariani, Bernike,
Meli dan adikku Charlie dan Gordon serta keluarga besar Nainggolan dan
Manurung secara khusus keluarga Uda Lau, Uda Jonathan, Uda Monique,
yang telah memberikan dukungan doa, semangat, dana, dan perhatian bagiku.
10. Terimakasih atas doa dan dukungan buat sahabat di KMK FE USU,
khususnya Koordinasi 2009 (Manna, Melly, Monang, Pandapotan, Lucy,
Artha, Masria), adik Kelompok Kecilku (Inggrid, Rut, Eva, Sry Lamtiar, dan
Yohana), PKK ku Kak Ira dan Bang Leonard, teman KTB ku Ester dan
Rosianna, sahabat ku Romedina, Dewi, dan Fitriani, temanku Manajemen
2009 yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.
Akhir kata peulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat kepada pembaca
dan peneliti selanjutnya.
Medan, Januari 2014 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 11
1.3 Tujuan Penelitian ... 11
1.4 Manfaat Penelitian ... 12
BAB II URAIAN TEORITIS ... 13
2.1 Uraian Teoritis ... 13
2.1.1 Kinerja Perbankan ... 14
2.1.2 Laporan Keuangan ... 15
2.1.3 Rasio Keuangan ... 16
2.1.5.1 Return on Asset ... 18
2.1.5.2 Capital Adequacy Ratio ... 19
2.1.5.3 Non Performing Loan ... 21
2.1.5.4 BOPO ... 23
2.1.5.5 Net Interest Margin ... 24
2.1.5.6 Loan to Deposite Ratio... 25
2.2. Penelitian Terdahulu ... 26
2.4 Hipotesis ... 34
BAB III METODE PENELITIAN ... 35
3.1 Jenis penelitian ... 35
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 35
3.3 Batasan Operasional ... 35
3.4 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ... 36
3.5 Populasi Dan Sampel ... 40
3.6 Jenis Data ... 41
3.7 Metode Pengumpulan Data ... 42
3.8 Metode Analisis Data ... 42
3.8.1 Uji Asumsi Klasik ... 43
3.8.2 Analisis Regresi Linier Berganda ... 45
3.8.3 Pengujian Hipotesis ... 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49
4.1 Gambaran Umum ... 49
4.1.1 Profil Bank Pembangunan Daerah ... 49
4.1.2 Gambaran Umum Bank Pembangunan Daerah ... 50
4.1.2.1 BPD Bali ... 50
4.1.2.2 BPD Jawa Barat dan Banten ... 51
4.1.2.3 BPD Bengkulu ... 52
4.1.2.4 BPD Daerah Istimewa Yoygakarta ... 53
4.1.2.5 BPD Daerah Khusus Ibukota Jakarta ... 54
4.1.2.6 BPD Jambi ... 54
4.1.2.7 BPD Jawa Tengah ... 55
4.1.2.8 BPD Bali Jawa Timur ... 56
4.1.2.9 BPD Kalimantan Barat ... 56
4.1.2.11 BPD Kalimantan Timur ... 58
4.1.2.12 BPD Kalimantan Tengah ... 58
4.1.2.13 BPD Lampung ... 59
4.1.2.14 BPD Maluku ... 60
4.1.2.15 BPD Nagari (Sumatera Barat) ... 61
4.1.2.16 BPD Nusa Tenggara Barat ... 62
4.1.2.17 BPD Nusa Tenggara Timur ... 63
4.1.2.18 BPD Papua ... 63
4.1.2.19 BPD Riau Kepri ... 64
4.1.2.20 BPD Sulawesi Selatan ... 64
4.1.2.21 BPD Sulawesi Tenggara ... 65
4.1.2.22 BPD Sulawesi Utara ... 68
4.1.2.23 BPD Sumatera Selatan dan Bangka Belitung ... 70
4.1.2.24 BPD Sumatera Utara ... 70
4.2 Hasil Penelitian ... 71
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 71
4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 73
4.2.2.1 Uji Normalitas ... 73
4.2.2.2 Uji Multikolineritas ... 79
4.2.2.3 Uji Autokorelasi ... 79
4.2.2.1 Uji Heterokedastisitas ... 81
4.2.3 Pengujian Hipotesis ... 83
4.2.3.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 83
4.2.3.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ... 84
4.2.4 Koefisien Determinasi ... 87
4.3 Pembahasan ... 87
5.1 Kesimpulan ... 91
5.2 Saran ... 93
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Rasio Keuangan ROA,CAR, BOPO, NIM, NPL, dan LDR... 8
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 28
Tabel 3.1 Operasionalisasi dan Skala Pengukuran Variabel ... 39
Tabel 3.2 Nama-nama bank pembangunan daerah ... 41
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ... 72
Tabel 4.2 Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov ... 75
Tabel 4.3 Uji Normalitas K-S setelah Tansformasi data...76
Tabel 4.4 Uji Multikolineritas ... 80
Tabel 4.5 Uji Autokorelasi ... 81
Tabel 4.6 Uji Heterokedastisitas (Uji Glejser) ... 80
Tabel 4.7 Uji Signifikansi Simultan( Uji F ) ... 83
Tabel 4.8 Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ... 86
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 33
Gambar 4.1 Grafik Normal Probability P.Plot ... 78
Gambar 4.2 Histogram ... 79
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING LOAN, BEBAN OPERASI TERHADAP PENDAPATAN OPERASI, NET INTEREST MARGIN, DAN LOAN TO DEPOSIT RATIO TERHADAP RETURN
ON ASSET PADA BANK PEMBANGUNAN DAERAH
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi, Net Interest Margin,dan Loan to Deposit Ratio terhadap Return on Asset.
Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Pembangunan Daerah yang terdaftar di Bank Indonesia pada tahun 2009-2012. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purpossive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 22 Bank Pembangunan Daerah. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda untuk memperoleh hasil mengenai hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya.
Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan Capital Adequacy Ratio (X1) , Non Performing Loan (X2), Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi (X3), Net Interest Margin (X4), dan Loan to Deposit Ratio (X5 ) berpengaruh secara posistif dan signifikan terhadap Return on Asset (Y) . Secara parsial variabel Net Interest Margin memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap Return on Asset dan Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap Return on Asset. Sedangkan Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, dan Loan to Deposit Ratio memiliki pengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap Return On Asset. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa variabel Net Interest Margin dan Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi memberikan pengaruh besar terhadap Return On Asset.
ABSTRACT
EFFECT OF CAPITAL ADEQUACY RATIO ANALYSIS , NON-
PERFORMING LOAN , ON OPERATING EXPENSES OPERATING INCOME , NET INTEREST MARGIN , AND LOAN TO DEPOSIT RATIO OF RETURN
ON ASSETS ON REGIONAL DEVELOPMENT BANK
This research aims to determine the effect of the Capital Adequacy Ratio , Non-Performing Loans , Operating Expenses to Operating Income , Net Interest Margin and Loan to Deposit Ratio Return on Assets .
The population in this research is the Regional Development Banks registered in Bank Indonesia in 2009-2012 . The sampling technique using purposive sampling method . The number of samples in this research were 22 of Regional Development Banks . The analysis technique used in this research is a multiple linear regression to obtain result regarding relationship between one variable with other variable .
The results of this research indicate that simultaneous Capital Adequacy Ratio ( X1 ) , Non Performing Loan ( X2 ) , Operating Expenses to Operating Income ( X3 ) , Net Interest Margin ( X4 ) , and Loan To Deposit Ratio ( X5 ) influence positive and significant impact on Return on Assets ( Y ) . In partial Net Interest Margin has a positive significant impact on Return on Assets and Operating Expenses to Operating Income has a significant negative effect on return on assets . While the Capital Adequacy Ratio , Non-Performing Loans , and Loan to deposit ratio has a positive but not significant effect on Return On Assets . The results of the study can be seen that the variable Net Interest Margin and Operating Expenses to Operating Revenue provides a major influence on Return On Assets .
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Peran sektor keuangan dalam perekonomian sangat krusial. Utamanya
dalam penyediaan dana bagi pembiayaan perekonomian (khususnya investasi).
Perbankan merupakan salah satu sektor keuangan yang sangat diharapkan
berperan aktif dalam pembangunan ekonomi nasional maupun regional. Bank
telah menempati posisi sentral dalam perkonomian modern. Hampir seluruh
keperluan setiap orang dan segenap lapisan masyarakat dalam kegiatan
perekonomian terkait dengan perbankan. Posisinya yang strategis dalam bidang
ekonomi terutama berakar pada dua peranan pokok, yakni sebagai lembaga
intermediasi atau institusi yang menjembatani pihak yang kelebihan dana (surplus
unit) sebagai kreditor dengan pihak yang kekurangan dana (deficit unit) atau
debitur serta peran bank sebagai lembaga penyelenggara dan penyedia layanan
jasa-jasa di bidang keuangan dan lalu lintas pembayaran.
Bank dunia dalam laporannya bertajuk : “Global Financial Development
Report 2013: Rethinking the role of The State in Finance” menyimpulkan bahwa,
“tidak boleh sektor keuangan (khususnya perbankan) melaju ke arah yang
berlawanan dengan tujuan ekonomi nasional (kesejahteraan sosial)”. (World bank:
2012). Pernyataan tersebut menekankan bahwa bank dimanapun saat ini dapat
menggambarkan kondisi perkonomian negara dimana bank tersebut berdiri.
negara tersebut. Sebab bukan hanya kepentingan pemerintah, melainkan juga
kepentingan masyarakat luas maupun kalangan industri atau usaha sangat
membutuhkan jasa bank untuk mendukung dan melancarkan aktivitasnya dalam
menjalankan perekonomian.
Bank merupakan lembaga keuangan yang memberikan jasa keuangan
paling kompleks dan terintegrasi, selain menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan lalu menyalurkannya kembali sebagai pinjaman atau kredit,
bank menjadi sarana dan tempat untuk melakukan investasi dan berbagai jasa
bank untuk memudahkan aktivitas masyarakat seperti jasa pengiriman uang,
tempat pengamanan uang dan bahkan sarana melakukan pembayaran maupun
melakukan tagihan. Oleh karenanya, bank menjadi salah satu solusi negara dalam
memudahkan aktivitas setiap kalangan. Bahkan pada salah satu artikel Lembaga
Penjamin Simpanan yang bertajuk: “LPS dan Upaya Disiplin Pasar” mengklaim
bahwa bank merupakan jantung perekonomian suatu bangsa.
Dalam praktiknya bank dibagi dalam beberapa jenis. Jika ditinjau dari segi
fungsinya bank dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu: Bank Sentral, Bank
Umum, dan Bank Perkreditan Rakyat. Namun setelah keluar UU Pokok
Perbankan No.7 Tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan keluarnya UU RI No. 10
tahun 199, maka jenis perbankan terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan
Rakyat. Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BPR adalah bank yang
syariah yang yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Perbedaannya disini adalah kegiatan BPR lebih sempit dibandingkan
dengan kegiatan Bank Umum (Kasmir, 2002:36).
Secara kinerja operasionalnya, bank umum adalah bank yang sangat besar
peranannya bagi Indonesia. Terlihat dari fungsi pokok bank umum yang telah
ditetapkan pemerintah dalam UU No. 7 Tahun 1992 dan telah diubah dengan UU
No.10 Tahun 1998 tentang perbankan, menyediakan mekanisme dan alat
pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi, menghimpun dana dan
menyalurkannnya kepada masyarakat dan menawarkan jasa-jasa keuangan seperti
jasa pengiriman uang, tempat pengamanan uang dan bahkan sarana melakukan
pembayaran maupun melakukan tagihan.
Oleh karena pentingnya peran sektor perbankan,maka perbankan yang
kuat dan sehat sangat dibutuhkan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi di
Indonesia yang tentunya dimulai dari daerah-daerah hingga sampai ke pusat.
Salah satu jenis bank umum yang sangat strategis untuk mewujudkan
pembangunan ekonomi di daerah adalah Bank Pembangunan Daerah (BPD).
Klasifikasi bank umum berdasarkan kepemilikan, Bank Pembangunan
Daerah adalah bank yang sahamnya dimiliki oleh pemerintah daerah. Bank milik
pemerintah daerah didirikan berdasarkan UU No. 13 tahun 1962 yang bertujuan
untuk membantu melaksanakan pembangunan yang merata keseluruh daerah di
Indonesia. Bank Pembangunan Daerah sebagai salah satu bank yang ada pada
sistem perbankan nasional memiliki fungsi dan peran yang signifikan dalam
mampu membuka jaringan pelayanan di daerah dimana secara ekonomis tidak
mungkin dilakukan oleh bank swasta.
UU No.13 tahun 1962 tentang asas-asas ketentuan Bank Pembangunan
Daerah bekerja sebagai pengembangan perekonomian daerah dan menggerakkan
pembangunan ekonomi daerah untuk taraf hidup masyarakat serta menyediakan
pembiayaan keuangan pembangunan di daerah, menghimpun dana serta
melaksanakan dan menyimpan kas daerah (pemegang/penyimpan kas daerah) di
samping menjalankan kegiatan bisnis perbankan. Sementara KEPMENDAGRI
No.62 tahun 1999 tentang pedoman organisasi dan tata kerja Bank Pembangunan
Daerah pasal 2 juga mengatakan bahwa Bank Pembangunan Daerah didirikan
adalah untuk mengembangkan perekonomian dan menggerakkan pembangunan
daerah melalui kegiatan Bank Pembangunan Daerah sebagai sebuah bank. Saat ini
jumlah BPD di Indonesia berjumlah 26 bank dengan jumlah kantor 1712 hingga
Desember 2012.
Kondisi perbankan ini mendorong pihak-pihak yang terlibat di dalamnya
untuk melakukan penilaian atas kesehatan bank. Salah satu pihak yang perlu
mengetahui kinerja dari sebuah bank adalah stockholder (pemegang saham),
sebab semakin baik kinerja dari sebuah bank maka jaminan keamanan atas dana
yang diinvestasikan juga semakin besar. Kinerja keuangan bank dapat diketahui
dengan menggunakan rasio keuangan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Muljono
(1999) bahwa perbandingan dalam bentuk rasio menghasilkan angka yang lebih
objektif, karena pengukuran kinerja tersebut lebih dapat dibandingkan dengan
. Dan menurut Sofyan (2003), kinerja perbankan dapat diukur dengan
menggunakan rata-rata tingkat bunga pinjaman, rata-rata tingkat bunga simpanan,
dan profitabilitas perbankan. Lebih lanjut lagi dalam penelitiannya mengatakan
bahwa tingkat bunga simpanan merupakan ukuran kinerja yang lemah dan
menimbulkan masalah, sehingga dalam penelitiannya disimpulkan bahwa
profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu
bank. Ukuran profitabilitas yang digunakan adalah rate of return equity (ROE)
untuk perusahaan pada umumnya dan return on aset (ROA) pada industri
perbankan. Return on Asset (ROA) memfokuskan kemampuan perusahaan untuk
memperoleh earning dalam operasi perusahaan sedangkan Return on Equity
(ROE) hanya mengukur return yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan
dalam bisnis tersebut (Mawardi, 2005).
ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA
merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total aset. Semakin besar
ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik. Apabila ROA
meningkat berarti profitabilitas perusahaan semakin meningkat, sehingga dampak
akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati pemegang saham.
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kinerja bank adalah CAR,
BOPO, NPL, NIM dan LDR. Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio
keuangan yang berkaitan dengan permodalan perbankan dimana besarnya modal
suatu bank akan berpengaruh pada mampu atau tidaknya suatu bank secara efisien
menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan, maka bank mengelola
seluruh kegiatannya secara efisien, sehingga kekayaan bank diharapkan akan
semakin meningkat demikian juga sebaliknya ( Muljono, 1999). Dengan demikian
CAR mempunyai pengaruh terhadap kinerja bank.
Menurut ketentuan Bank Indonesia, Beban Operasional per Pendapatan
Operasional (BOPO) merupakan perbandingan antara total biaya operasi dengan
total pendapatan operasi. Efisiensi operasi dilakukan oleh bank dalam rangka
untuk mengetahui apakah bank dalam operasinya yang berhubungan dengan
usaha pokok bank, dilakukan dengan benar (sesuai dengan harapan pihak
manajemen dan pemegang saham) serta digunakan untuk menunjukkan apakah
bank telah menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna dan
berhasil guna (Mawardi, 2005). Dengan demikian efisiensi operasi suatu bank
yang diproksikan dengan rasio BOPO akan mempengaruhi kinerja bank tersebut.
Bank dalam menjalankan operasinya tentu tidak lepas dari berbagai
macam risiko. Risiko usaha bank merupakan kemungkinan terjadinya hasil yang
tidak diinginkan atau berlawanan dari yang diinginkan (Idroes: 2008,4). Non
Performing Loan merupakan rasio keuangan yang berkaitan dengan risiko kredit.
Non Performing Loan adalah perbandingan antara total kredit bermasalah dengan
total kredit yang diberikan kepada debitur. Bank dikatakan mempunyai NPL yang
tinggi jika banyaknya kredit yang bermasalah daripada jumlah kredit yang
diberikan kepada debitur. Apabila suatu bank memilki NPL yang tinggi, maka
akan mempebesar biaya, baik biaya pencadangan aktiva produktif maupun biaya
mengganggu kinerja bank tersebut. Kemudian Net Interset Margin (NIM)
mencerminkan risiko pasar yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar,
dimana hal tersebut dapat merugikan bank. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia
salah satu proksi dari risiko pasar adalah suku bunga, yang diukur dari selisih
suku bung pendanaan (funding) dengan suku bunga pinjaman yang diberikan
(lending) atau dalam bentuk absolut adalah selisih antara total biaya bunga
pendanaan dan biaya bunga pinjaman dimana dalam istilah perbankan disebut Net
Interest Margin (NIM) (Mawardi, 2005). Dengan demikian NIM akan
mempengaruhi laba rugi bank yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja
bank tersebut. Sementara Loan to Deposite Ratio (LDR) merupakan rasio yang
mengukur kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang harus dipenuhi.
Sehingga semakin tinggi LDR maka laba bank akan semakin meningkat (dengan
asumsi bank tersebut dapat menyalurkan kreditnya dengan efektif), dengan
meningkatnya laba bank, maka kinerja bank juga meningkat. Dengan demikian
besar kecilnya rasio LDR suatu bank akan mempengaruhi kinerja bank tersebut.
Dalam kenyataannya tidak semua teori seperti yang telah dipaparkan di
atas (dimana CAR, NIM, LDR berbanding lurus terhadap ROA serta pengaruh
BOPO dan NPL berbanding terbalik dengan ROA) sejalan dengan bukti empiris
yang ada. Seperti yang terjadi dalam Bank Pembangunan Daerah yang ada di
Indonesia dalam kurun waktu periode Desember 2009 sampai dengan Desember
2012. Adapun data tentang pergerakan rasio-rasio keuangan Bank Pembangunan
Daerah yang tercatat di Laporan Publikasi Bank Indonesia pada periode Desember
Tabel 1.1
Rasio Keuangan ROA, CAR, BOPO, NIM, NPL, dan LDR
Bank Pembangunan Daerah yang tercatat di Bank Indonesia
Tahun 2009 – 2012
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia Februari 2013 (data diolah)
Dari Tabel 1.1, rasio keuangan yang dihitung dengan Return On Asset (ROA) menunjukkan rata-rata yang mengalami fluktuasi. Jika kita lihat selama
empat tahun terakhir, nilai ROA tertinggi ada pada tahun 2010 yaitu sebesar
3,82%, akan tetapi mengalami penurunan drastis pada tahun 2012 yang hanya
3,21%. Sementara standart terbaik untuk ROA adalah sebesar 1,5%
(Infobank,2007). Jika diamati dari sisi permodalan yang diukur dengan Capital
Adequacy Ratio (CAR) mengalami fluktuasi yang cukup satbil juga, dari tabel
ditunjukkan bahwa angka CAR tertinggi ada pada tahun 2012 yaitu sebesar
18,26% dan CAR terndah ada pada angka 15,82% pada tahun 2009. Memang
secara umum rasio CAR yang dimiliki Bank Pembangunan Daerah memenuhi
persyaratan yaitu rasio CAR lebih dari 8%. Menurut teori, meningkatnya CAR
akan memberikan hasil yang meningkatkan ROA juga. Namun, pada periode
2012 terjadi pergerakan CAR yang berbanding terbalik dengan ROA. Hal ini
Hal serupa juga terjadi pada tingkat efisiensi operasi bank, yang terlihat
dari perolehan BOPO selama empat tahun terakhir yang juga mengalami fluktuasi
yang cukup stabil. Secara operasi bank ini sudah memenuhi standart BOPO yang
baik, dimana angka terbaik untuk BOPO adalah dibawah 90% (Infobank, 2007),
jika rasio BOPO yang dihasilkan suatu bank melebihi 90% maka dapat
disimpulkan bahwa bank tersebut tidak efisien dalam menjalankan operasinya.
Jika rasio BOPO bank dalam kondisi efisien, laba yang akan diperoleh akan
semakin besar karena biaya operasi yang ditanggung bank semakin kecil. Dengan
meningkatnya laba, maka dapat dipastikan rasio ROA juga akan meningkat. Akan
tetapi berdasarkan Tabel 1.1, dalam kaitan BOPO dengan ROA, arah pergerakan
kedua rasio ini sering terlihat searah, yaitu pada periode 2010, dimana ketika
BOPO meningkat dari periode sebelumnya, ternyata rasio ROA juga meningkat
dan pada tahun 2012 rasio ROA yang menurun diikuti oleh angka BOPO yang
menurun juga dari periode sebelumnya. Hal ini bertentangan dengan teori yang
ada, dimana jika rasio BOPO meningkat maka seharusnya rasio ROA mengalami
penurunan.
Pergerakan rasio Net Interset Margin (NIM) cukup baik, berdasarkan
Tabel 1.1 NIM bank Pembangunan Daerah telah memenuhi standart yang
ditetapkan Bank Indonesia yaitu di atas 6%. Pada tahun 2010 angka terbaik NIM
yaitu 8,76%, walaupun pada tahun 2012 NIM menurun drastis menjadi 6,7%.
Pergerakan NIM jika dibandingkan dengan pergerakan ROA, telah sesuai dengan
teori yaitu jika rasio NIM meningkat maka akan disertai dengan meningkatnya
Fenomena antar rasio-rasio keuangan juga terjadi terhadap Non
Performing Loan (NPL) dan hubungannya dengan ROA, dimana seharusnya
mempunyai hubungan yang terbalik. Berdasarkan Tabel 1.1 rasio NPL sudah
menunjukkan angka yang baik dimana rasio NPL yang selalu di bawah 5%
berdasrkan standart Bank Indonesia, dengan kata lain kredit bermasalah yang
dihadapi Bank Pembangunan Daerah pada periode tersebut cukup baik. Akan
tetapi angka NPL yang terus mangalami kenaikan menjadi sebuah tanda bagi bank
untuk lebih memperhatikan tingat kredit yang diberikan pada pihak kreditor. Jika
dikaitkan dengan hubungan NPL dengan ROA, sebenarnya terdapat
ketidaksesuaian dengan teori pada beberapa periode, seperti yang terjadi pada
2009 ke tahun 2010, NPL mengalami kenaikan menjadi 2,06%, di sisi lain
ternyata ROA juga mengalami kenaikan menjadi 3,82%. Hal ini tidak lagi sesuai
teori, jika NPL meningkat maka seharusnya ROA mengalami penurunan.
Pada pergerakan Loan to Deposit ratio (LDR) dari Tabel 1.1 terlihat
bahwa angka LDR tidak ada yang memenuhi standar Bank Indonesia yaitu lebih
besar dari 80%. Angka LDR menunjukkan kemampuan bank menyalurkan kredit
kepada masyarakat berdasarkan total dana pihak ketiga yang terhimpun, maka jika
LDR mencapai atau bahkan lebih dari 80% hal ini menunjukkan fungsi
intermediasi bank dijalankan dengan baik, maka hal ini yang membuat hubungan
antara LDR dengan ROA seharusnya adalah berbanding lurus. Akan tetapi pada
periode 2010, angka LDR mengalami penurunan (yaitu menjadi 78,26%) tidak
berbanding lurus dengan rasio ROA yang justru mengalami kenaikan. Hal ini juga
Melihat dinamika rasio ROA, BOPO, NIM, NPL, dan LDR pada Bank
Pembangunan Daerah yang ada di Indonesia yang tidak menentu selama periode
empat tahun (2009-2012), maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Beban Operasi Terhadap Pendapatan Operasi, Net Interest Margin, Dan Loan Deposit Ratio Terhadap Return On Asset Pada Bank Pembangunan Daerah ”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, adapun rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
“Apakah terdapat Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Beban Operasi Terhadap Pendapatan Operasi, Net Interest Margin, Dan Loan Deposit Ratio Terhadap Return On Asset Pada Bank Pembangunan Daerah?”
1.3 Tujuan Penelitian
Bedasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non
Performing Loan, Beban Operasi Terhadap Pendapatan Operasi, Net Interest
Margin, Dan Loan Deposit Ratio Terhadap Return On Asset Pada Bank
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi Perusahaan
Penelitian ini dapat dijadikan untuk mengetahui kinerja keuangannya
sebagai bank pembangunan daerah dan sebagai bahan perbandingan dengan
perusahaan lain dan masukan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil serta
menyusun kebijakan perusahaan.
2. Bagi Pihak Lain
Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi dan informasi bagi
peneliti lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut di masa yang akan
datang.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini merupakan kesempatan bagi peneliti untuk menerapkan
teori-teori yang diperoleh di bangku perkuliahan dan mencoba
membandingkannya dengan praktek yang ada kemudian memperdalam
pengetahuan dan memperluas cakrawala berpikir peneliti pengaruh CAR, NPL,
BOPO, NIM, dan LDR terhadap profitabilitas yang diproksikan pada ROA pada
Bank Pembangunan Daerah di Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Kinerja Perbankan
Kamus Besar Bahas Indonesia mendefinisikan kinerja (perfomance)
adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Kinerja keuangan
dapat diukur dengan efisiensi, sedangkan efisiensi dapat diartikan sebagai
perbandingan antara masukan dan keluaran. Dengan pengeluaran tertentu
diharapkan memperoleh hasil yang optimal,atau dengan hasil tertentu diharapkan
mengeluarkan biaya seminimal mungkin.
Kinerja perbankan dapat diukur dengan berbagai macam variabel atau
indikator, antara lan melalui laporan keuangan bank yang bersangkutan.
Berdasarkan laporan keuangan dapat diukur sejumlah rasio yang umum
digunakan sebagai dasar dalam penilaian kinerja keuangan perbankan. Dalam hal
ini laba (profit) dapat dijadikan sebagai ukuran prestasi untuk mengukur laba yang
dicapai oleh perusahaan.
Seperti diketahui bahwa fungsi bank pada umumnya :
a. Agent of trust
Merupakan lembaga yang landasannya adalah kepercayaan,baik dalam
menghimpun dana maupun dalam penyaluran dana. Masyarakat percaya
sebaliknya pihak bank percaya bahwa debitor tidak akan
menyalahgunakana pinjamannya dan mempunyai niat baik untuk
mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh
tempo.
b. Agent of development
Kegiatan bank berupa menghimpun dan menyalurkan dana merupakan hal
yang sangat diperlukan bagi lancarnya perekonomian di sektor riil.
Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat untuk melakukan
investasi, kegiatan distribusi serta kegiatan konsumsi barang dan
jasa,mengingat kegiatan tersebut tidak dapat dilepaskan dari adanya
penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi-distribusi-konsumsi ini
adalah tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian suatu
masyarakat.
c. Agent of services
Bank merupakan yangmemobilisasi dana untuk pembangunan ekonomi.
Bank memberikan jasa perbankan yang lain pada masyarakat, jasa lain
tersebut berupa jasa pengiriman uang, penitipan surat berharga, pemberian
jaminan bank, dan penyelesaian tagihan.
Dari fungsi yang ada dapat dikatakan bahwa dasar beroperasinya
bank adalah asas kepercayaan bank kepada masyarakat maupun
sebaliknya. Oleh karena itu, untuk tetap menjaga kepercayaan tersebut,
kesehatan bank perlu tetap diawasi dan dijaga. Kesehatan bank adalah
secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik
melalui cara-cara yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2.1.2 Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang
menggambarkan secara menyeluruh tentang kondisi dan perkembangan
perusahan, sehingga dapat menjadi salah satu sarana menilai tingkat
profesionalisme perusahaan yang bersangkutan dalam melakukan kegiatan
pengusaha. Laporan keuangan ini menunjukkan kinerja manajemen bank dalam
periode tertentu. Keuntungan dengan membaca laporan keuangan yaitu pihak
manejemen dapat memperbaiki kelemahan yang ada serta memperthankan
kekuatan yang dimiliki.
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil proses akuntansi yang dapat
digunakan sebagai alat ukur berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas
suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau
aktivitas perusahaan tersebut. Banyak perusahaan yang memiliki kepentingan
untuk mengetahui lebih mendalam tentang laporan keuangan dari bank karena
masing-masing pihak memiliki kepentingan yang berbeda disesuaikan dengan
sifat dan kepentingan masing-masing. Adapun pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap posisi keuangan suatu bank adalah:
1. Pemilik perusahaan, sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan
perusahaannya karena dengan laporan tersebut, pemilik perusahaan akan
perusahaannya dan kesuksesan manajer dinilai dengan laba yang diperoleh
perusahaan.
2. Manajer atau Pemimpin Perusahaan, dengan mengetahui posisi keuangan
perusahaanya periode yang baru lalu akan menyusun rencana yang lebih
baik memperbaiki sistem pengawasannya dan menentukan kebijakan yang
lebih tepat.
3. Para Investor, mereka berkepentingan terhadap prospek keuntungan di
masa mendatang dan perkembangan perusahaan selanjutnya untuk
mengetahui jaminan investasinya dan mengetahui kondisi kerja atau
kondisi keuangan jangka pendek perusahaan tersebut.
4. Para Kreditur, sebelum mengambil keputusan untuk memberi atau
menolak permintaan kredit dari suatu perusahaan, perlu mengetahui
terlebih dahulu posisi keuangan dari perusahaan yang bersangkutan.
5. Pemerintah, untuk menentukan besarnya pajak yang harus ditanggung oleh
peusahaan juga sangat diperlukan oleh BPS sebagai dasar perencanaan
pemeerintah, serta mengetahui kinerja dan prospek atas setiap perusahaan
yang ada pada wilayah tertentu, apakah mendukung meningkatkan
pembangunan ekonomi daerah atau sebaliknya.
2.1.3 Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan adalah adalah metode analisis untuk
mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba
rugi secara individu ataupun secara kombinasi dari kedua laporan tersebut
Dengan menggunakan analisis rasio dimungkinkan untuk dapat
menetukan tingkat kinerja suatu bank. Menurut Dendawijaya (2001) rasio
keuangan tersebut dapat dikelompokkan menjadi:
1. Rasio Likuiditas
Analisis rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap
kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka
pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo. Beberapa rasio
likuiditas yang sering digunakan dalam menilai kinerja suatu bank adalah
Cash Ratio, Reserve Requiremwnt, Loan to Deposit Ratio, Loan to Asset
Ratio, Rasio kewajiban bersih call money (Dendawijaya, 2001)
2. Rasio Solvabilitas
Analisis Solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam memenuhi kebutuhan jangka panjangnya atau
kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi
likuidasi bank. Di samping itu, rasio ini juga digunakan untuk mengetahui
perbandingan antara jumlah dana yang diperoleh dari berbagai sumber
seperti uang jangka pendek dan jangka panjang, serta sumber-sumber lain
di luar modal bank sendiri dengan volume penanaman dana tersebut pada
berbagai jenis aktiva yang dimiliki bank. Beberapa rasionya adalah
Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Long Term Debt to Asset
3. Rasio Rentabilitas
Analisis rasio rentabilitas adalah alat untuk menganalisis atau mengukur
tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang
bersangkutan, selain itu rasio-rasio dalam kategori ini dapat pula
digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank. Dalam perhitungan
rasio-rasio rentabilitas ini dapat dicari hubungan timbal balik antar pos
yang terdapat pada laporan laba rugi, ataupun hubungan timbal balik antar
pos yang ada pada laporan laba rugi dengan pos yanga ada pada neraca
bank guna memperoleh berbagai indikasi yang bermanfaat dalam
mengukur tingkat efisiensi dan profitabilitas bank yang berangkutan.
Analisis rentabilitas bank antara lain Return on Asset, Return on Equity,
Net Profit Margin, dan Rasio biaya operasional (Dendawijaya, 2001)
2.1.3.1 Return on Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh profitabilitas dan mengelola
tingkat efisiensi usaha bank secara keseluruhan (Mahrinasari, 2003). Sedangkan
menurut Bank Indonesia ROA merupakan perbandingan antara laba sebelum
pajak dengan rata-rata total aset dalam suatu periode. Rasio ini dapat dijadikan
sebagai ukuran kesehatan bank. Rasio ini sangat penting mengingat keuntungan
yang diperoleh dari penggunaan aset dapat mencerminkan tingkat efisiensi usaha
dalam bank. BI memberikan score maksimal 100 (sehat) apabila bank memiliki
Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan
yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi
penggunaan aset. Total aset biasanya digunakan untuk mengukur ROA sebuah
bank adalah jumlah aset-aset produktif yang terdiri dari penempatan surat-surat
berharga seperti Sertifikat Bank Indonesia, surat berharga pasar uang, penempatan
dalam saham perusahaan lain, penempatan pada call money atau money market
dan penempatan dalam bentuk kredit (Dendawijaya, 2001)
2.1.3.2 Capital Adequacy Ratio (CAR)
Peran modal sangat penting karena selain digunakan untuk kepentingan
ekspansi,juga digunakan sebagai buffer untuk menyerap kerugian kegiatan usaha.
Dalam hal ini bank wajib memenuhi ketentuan Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum (KPMM) yang berlaku untuk peningkatan modal. Secara teknis
analisis tentang permodalan disebut juga analisis solvabilitas atau juga disebut
capital adequacy analysis, yang mempunyai tujuan untuk mengetahui apakah
permodalan bank yang ada telah mencukupi untuk mendukung kegiatan bank
secara efisien, apakah permodalan bank tersebut akan mampu menyerap
kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan, dan apakah kekayaan bank (kekayaan
pemegang saham) akan semakin besar atau semakin kecil (Muljono,1999). Lebih
lanjut lagi menurut Muljono, untuk mengukur kemampuan permodalan tersebut
digunakan : primary ratio, capital ratio dan Capital Adequacy Ratio (CAR).
Jumlah kebutuhan modal suatu bank meningkat dari waktu ke waktu tergantung
dari tiga pertimbangan yaitu pertumbuhan aset dan simpanan, persyaratan
bank. Menurut Muljono (1999), Capital Adequacy Ratio (CAR) menunjukkan
sampai sejauh mana kemampuan permodalan suatu bank untuk mampu menyerap
risiko kegagalan kredit yang mungkin terjadi sehingga semakin tinggi angka rasio
ini, maka menunjukkan bank tersebut semakin sehat begitu juga dengan
sebaliknya. Sementara peraturan Bank Indonesia, CAR adalah rasio yang
memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko
(kredit, penyertaan surat berharga,tagihan pada bank lain) dibiayai dari dana
modal sendiri bank di samping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar
bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang) dan lain-lain. Sejalan dengan
standart yang ditetapkan bank for International Settlement (BIS), Bank Indonesia
mewajibkan setiap bank menyediakan modal minimal 8% dari aktiva tertimbang
menurut risiko.
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio permodalan yang
menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan
pengembangan usaha serta menampung kemungkinan risiko kerugian bank yang
disebabkan oleh operasional bank. Semakin besar rasio tersebut semakin baik
posisi modal bank.
Penelitian yang dilakukan oleh Achmad et,al (2003) menunjukkan bahwa
Capital Adequacy Ratio (CAR) sangat berpengaruh terhadap kebangkrutan suatu
bank. Besar kecilnya modal yang dimiliki sebuah bank dapat digunakan untuk
memprediksi apakah bank tersebut akan mengalami kebangkrutan atau tidak pada
masa yang akan datang. Jadi dapat disusun sebuah logika bahwa dengan
operasinya dengan efisien. Saat bank dikatakan efisien maka dapat disimpulkan
bahwa bank tersebut mempunyai kinerja yang bagus, sehingga potensi untuk
mengalami kerugian dapat diminimalisir. Dengan semakin kecil kerugian yang
dialami, maka dapat dipastikan laba yang diperoleh bank tersebut semakin
meningkat. Maka dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
besarnya bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) mempengaruhi profitabilitas bank
yang dapat diukur dengan proksi Return on Asset (ROA) karena laba merupakan
komponen pembentuk Return on Asset (ROA), jadi semakin besar Capital
Adequacy Ratio (CAR) akan berpengaruh kepada semakin besarnya Return on
Asset (ROA).
2.1.3.3 Non Performing Loan (NPL)
Menurut peraturan Bank Indonesia nomor 5 tahun 2003, risiko adalah
potensi terjadinya peristiwa (event) yang dapat menimbulkan kerugian. Salah satu
risiko usaha bank menurut peraturan Bank Indonesia adalah risiko kredit, yang
didefinisikan sebagai risiko yang disebabkan oleh kegagalan counterparty
memenuhi kewajibannya tepat pada waktu yang ditentukan. Menurut Susilo,et al.
(1999), credit risk adalah risiko yang dihadapi bank karena menyalurkan dananya
dalam bentuk pinjaman keapada masyarakat. Adanya berbagai sebab, membuat
debitur mungkin saja tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada bank, seperti
pembayaran pokok pinjaman, pembayaran bunga dan lain-lain. Tidak
terpenuhinya kewajiban nasabah bank menyebabkan kerugian dengan tidak
Manajemen piutang merupakan hal yang sangat penting dalam perusahaan
yang usahanya memberikan kredit, karena semakin besar piutang yang diberikan
semakin besar pula risikonya. Oleh karena itu perlu diantisipasi kemungkinan
risiko yang timbul dalam menjalankan usaha perbankan. Sehingga menajemen
perlu meminimalisir risiko yang mungkin terjadi dalam pengelolaan faktor
produksi, sumber dana, dan sumber daya yang lain. Pengukuran risiko sangat
berhubungan dengan pengukuran return, hal ini disebabkan karena bank
menghadapi risiko yang mungkin timbul dalam rangka mendapatkan suatu return
tertentu.
Rasio keuangan yang digunakan sebagai proksi terhadap nilai suatu risiko
kredit adalah Non Performing Loan (NPL). Rasio ini menunjukkan bahwa
kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan
oleh bank. Non Performing Loan (NPL) mencerminkan risiko kredit, semakin
kecil Non Performing Loan (NPL) maka semakin kecil pula risiko kredit yang
ditanggung oleh pihak bank. Agar nilai bank terhadap rasio ini baik, Bank
Indonesia memberikan kriteria rasio NPL net di bawah 5%. Dengan demikian
apabila suatu bank mempunyai Non Performing Loan (NPL) yang tinggi, maka
akan memperbesar biaya pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya,
sehingga berpengaruh terhadap kinerja bank.
Dalam penelitiannya, Mawardi (2005) menyimpulkan bahwa NPL secara
signifikan berpengaruh negatif terhdap Return on Asset (ROA). Jika semakin
besar Non Performing Loan (NPL), akan mengakibatkan menurunnya Return on
sebaliknya, jika Non Performing Loan (NPL) turun, maka Return on Asset (ROA)
akan semakin meningkat, sehingga kinerja keuangan bank akan semakin baik.
2.1.3.4 Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Dalam perbankan, efisiensi operasi dilakukan untuk mengetahui apakah
bank dalam operasinya yang berhubungan dengan usaha pokok bank dilakukan
dengan benar dalam arti sesuai dengan yang diharapkan manajemen dan pihak
pemegang saham, efisiensi operasi juga berpengaruh terhadap kinerja bank, yaitu
untuk menunjukkan apakah bank telah menggunakan semua faktor produksinya
dengan tepat guna (Mawardi, 2005)
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) sering
disebut rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
bank dalam mengendalikan biaya operasioanl terhadap pendapatan opersional
(Dahlan Siamat, 2001). Semakin kecil rasio ini berati semakin efisien biaya
operasioanl yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan. Keberhasilan bank
didasarkan pada penilaian kuantitatif terhadap rentabilitas bank dapat diukur
dengan menggunakan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional.
Hal ini disebabkan setiap peningkatan operasi akan berakibat pada menurunnya
laba sebelum pajak dan akhirnya akan menurunkan laba atau profitabilitas (ROA)
bank yang bersangkutan. Menurut Dendawijaya (2001) berdasarkan ketentuan
2.1.3.5 Net Interest Margin (NIM)
Kegiatan utama bank sebagai perantara, yaitu menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat maka biaya dan pendapatan operasional bank
didominasi oleh biaya dan hasil bunga (Dendawijaya, 2003). NIM digunakan
untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva
produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih.
NIM merupakan rasio antara pendapatan bunga terhadap rata-rata aktiva
produktif. Pendapatan diperoleh dari bunga yang diberikan dari pinjaman yang
diberikan dikurangi dengan biaya bunga dari sumber dana yang dikumpulkan.
NIM mencerminkan risiko pasar yang timbul akibat berubahnya kondisi pasar,
dimana hal tersebut merugikan bank . NIM suatu bank dikatakan sehat apabila
memiliki NIM datas 2% (Miljono, 1999). Untuk dapat meningkatkan perolehan
NIM maka perlu menekan biaya dana, biaya dana adalah bunga yang dibayarkan
oleh bank kepada masing-masing sumber dana yang bersangkutan. Secara
keseluruhan, biaya yang dikeluarkan oleh bank akan menentukan berapa persen
bank harus menetapkan tingkat bunga kredit yang diberikan kepada nasbah untuk
memperoleh pendapatan neto bank. Dalam hal ini tingkat suku bunga menentukan
NIM. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva
prodiktif yang dikelola bank sehungga kemungkinan bank dalam kondisi
2.1.3.6 Loan to Deposite Ratio (LDR)
Loan to Deposite Ratio (LDR) menunjukkan perbandingan antara volume
kredit dengan volume deposit yang dimiliki oleh bank (Muljono, 1999). Loan to
Deposite Ratio (LDR) digunakan untuk mengukur likuiditas suatu bank dengan
cara membagi jumlah kredit dengan jumlah dana. Loan to Deposite Ratio (LDR)
juga meruakan kemampuan suatu bank dalam menyediakan dana kepada
debiturnya dengan modal yang dimiliki oleh bank maupun dana yang dapat
dikumpulkan dari masyarakat. Menurut Dendawijaya (2001) , batas toleransi
berkisar antara 85%-100%.
Menurut Ali (2006) pengaturan likuiditas terutama dimaksudkan agar bank
setiap saat dapat memenuhi kewajiban-kewajibannya yang harus dibayar.
Likuiditas dinilai dengan mengingat bahwa aktiva bank kebanyakan bersifat tidak
likuid dengan sumber dana dengan jangka waktu lebih pendek. Indikator
likuiditas antara lain dari besarnya cadangan sekunder (secondary reserve) untuk
kebutuhan likuiditas harian rasio konsentrasi ketergantungan dari dana besar yang
relatif kurang stabil dan penyebaran sumber dana pihak ketiga yang sehat, baik
dari segi biaya maupun sisi kestabilan. Menurut Bank Indonesia penilaian aspek
likuiditas mencerminkan kemampuan bank untuk mengelola tingkat likuiditas
yang memadai serta memenuhi kewajibannya secara tepat waktu dan untuk
2.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa peneliti telah melakukan penelitian tentang pengaruh Capital
Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), BOPO, Net Interset
Margin (NIM) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return on Asset
(ROA). Hasil dari beberapa peneliti akan digunakan sebagai bahan referensi dan
perbandingan dalam penelitian ini, antara lain adalah sebagai berikut:
Almalia (2005) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi
kebangkrutan bank dan kesulitan keuangan perusahaan. Variabel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah CAR, APB, NPL, PPAPAP, ROA, NIM, dan BOPO.
Metode penelitian yang diunakan adalah persamaan regresi linier berganda.
Hasilnya menunjukkan bahwa CAR dan BOPO signifikan untuk memprediksi
kebangkrutan bank dan kesulitan keuangan pada sektor perbankan.
Wisnu Mawardi (2005) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Bank Umum di Indonesia
(Studi Kasus Pada Bank Umum Dengan Total Aset Kurang Dari 1 Triliun). Hasil
dari penelitiannya menunjukkan keempat variabel CAR, NPL, BOPO, serta NIM
secara bersama-sama mempengaruhi kinerja bank umum. Untuk variabel CAR
dan NIM mempunyai pengaruh positif terhadap ROA, sedangkan variabel BOPO
dan NPL, mempunyai pengaruh negatif terhadap ROA. Dari keempat variabel,
yang paling berpengaruh terhadap ROA adalah variabel NIM.
Ponttie Prasnugraha (2007) juga melakukan penelitian tentang Analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah CAR, NPL,LDR,BOPO, NIM, dan
ROA. Menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap ROA secara positif dan
signifikan adalah NIM dan NPL, yang berpengaruh negatif tetapi signifikan
adalah variabel BOPO, sedangkan CAR dan LDR tidak berpengaruh secara
signifikan.
Budi Ponco (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh CAR, NPL,
BOPO, NIM, dan LDR terhadap ROA (Studi kasus pada perusahaan perbankan
yang terdaftar di BEI pada tahun 2004-2007). Metode penelitian yang dipakai
adalah analisis regresi linier berganda. Hasilnya menunjukkan bahwa CAR, NIM,
dan LDR berpengaruh positf dan signifikan terhadap ROA, sedangkan BOPO
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, serta NPL yang tidak
signifikan berpengaruh terhadap ROA.
Fitriani Prastiyaningtyas (2010) dalam penelitiannya yang berjudul
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank (Studi Kasus Bank Umum Yang
Listed Di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2008). Hasil penelitiannya
menunjukkan keempat variabel CAR, NIM, LDR, dan Pangsa pasar berpengruh
positif dan signifikan terhadap ROA dan variabel NPL dan BOPO berpengaruh
secara signifikan tetapi negatif terhadap ROA.
Secara ringkas, hasil penelitian dari peneliti-peneliti terdahulu dapat
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Variabel
Listed Di
Sumber : Dari Berbagai Jurnal
Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya, terdapat
perbedaan dan persamaan antara penelitian yang dilakukan dengan penelitian
yang sebelumnya. Kesamaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian
terdahulu adalah menganalisispengaruh rasio keuangan terhadap tingkat
profitablitas yang diproksikan dengan Return on Asset (ROA). Sedangkan
perbedaannya adalah pada periode penelitian, dimana periode penelitian ini adalah
pada tahun 2009-2012. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Capital Adequacy Ratio (CAR), Beban Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO), Net Interest Margin (NIM), Non Performing Loan (NPL),
Loan Deposit ratio (LDR) dan Return on Asset (ROA).
2.3 Kerangka Konseptual
Capital Adequacy Ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal berarti jumlah
modal sendiri yang diperlukan untuk menutup risiko kerugian dari yang timbul
benda tetap dan inventaris bank. Dengan kata lain, CAR adalah rasio kinerja bank
untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki oleh bank untuk menunjang
aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang
diberikan. CAR menunjukkan sejauhmana penurunan aset bank yang masih dapat
ditutup oleh equity bank yang tersedia, semakin tinggi CAR maka semakin baik
kondisi bank.
Rasio Non Performing Loan menunjukkan kemampuan bank dalam
mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Semakin tinggi rasio NPL
maka semakin buruk kualitas kredit yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah
semakin besar sehingga dapat menyebabkan kemungkinan suatu bank dalam
kondisi bermasalah semakin besar. Maka dalam hal ini semakin tinggi rasio NPL
maka semakin rendah profitabilitas suatu bank.
BOPO merupakan rasio antara biaya operasi terhadap pendapatan operasi
(Dahlan Siamat,2005). Biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat
efisien dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Biaya
operasional merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan aktivitas usaha
pokoknya (seperti biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran dan biaya
operasional lainnya). Pendapatan operasioanl merupakan pendapatan utama bank,
yaitu pendapatan bunga yang dipeeroleh dari penempatan dana dalam bentuk
kredit dan pendapatan operasi lainnya. Bank yang efisien dalam menekan biaya
operasionalnya dapat mengurangi kerugian akibat ketidakefisienan bank dalam
kecil BOPO menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalakan aktivitas
usahanya sehingga semakin sehat bank tersebut.
Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio yang menunjukkan
kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktivitas produktifnya untuk
menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari
pemberian kredit atau pinjaman, sementara bank memiliki kewajiban beban bunga
kepada deposan. Semakin besar rasio ini maka meningkatkan pendapatan bunga
atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam
kondisi bermasalah semakin kecil. Meningkatnya pendapatan bunga dapat
memberikan kontribusi laba terhadap bank. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
semakin besar periubahan Net Interest Margin (NIM) suatu bank, maka semakin
besar pula profitabilitas bank tersebut, yang berarti kinerja keuangan bank
tersebut semakin meningkat.
Loan Deposit Ratio (LDR) menunjukkan kemampuan suatu bank dalam
menyediakan dana kepada debiturnya dengan modal yang dimiliki oleh bank
maupun dana yang dapat dikumpulkan oleh masyarakat. Loan to Deposit Ratio
(LDR) mencerminkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan
dana yang dilakukan oleh deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan
sebagai sumber likuiditasnya, dengan kata lain seberapa jauh pemberian kredit
kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera
memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah
digunakan oleh bank untuk memberikan kredit yang diberikan dengan total dana
Semakin tinggi nilai rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) menunjukkan
semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga
kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar,
sebaliknya semakin rendah rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) menunjukkan
kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan kredit sehingga hilangnya
kesempatan bank untuk memperoleh laba. Meningkatnya laba maka Return on
Asset (ROA) juga akan meningkat, karena laba merupakan komponen yang
membentuk ROA.
Berdasarkan konsep teori di atas, peneliti mencoba menguraikan dalam
bentuk kerangka pikir sebagai berikut:
X1 (+)
X2 (-)
X3 (-)
X4 (+)
X5 (+)
Gambar 2.1: Kerangka Konseptual
CAR
NPL
ROA
BOPO
NIM
2.4 Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas dapat diperoleh hipotesis sebagai berikut:
1. Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif terhadap Return on
Asset (ROA)
2. Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif terhadap Return on
Asset (ROA)
3. BOPO berpengaruh negatif terhadap Return on Asset (ROA)
4. Net Interest Margin (NIM) berpengaruh positif terhadap Return on Asset
(ROA)
5. Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif terhadap Return on
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian asosiatif atau
hubungan. Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
hubunngan antara dua variabel atau lebih.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bank Indonesia melalui media internet dengan
situs dan situs masing-masing bank pembangunn daerah. Waktu
penelitian dimulai pada bulan September 2013.
3.3 Batasan Operasional
Batasan operasional dalam penelitian ini terdiri atas hal-hal berikut ini:
a. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah: Capital Adequacy Ratio / CAR
(X1), Non Performing Loan / NPL (X2) , Beban Operasional terhadap
Pendapatan Operasional / BOPO (X3), Net Interset Margin / NIM (X4),
dan Loan to Deposit Ratio / LDR (X5)
b. Variabel Terikat (Dependent Variable)
c. Objek penelitian ini adalah 26 (Dua puluh enam) Bank Pembangunan
Daerah di Indonesia pada periode 2009-2012.
3.4 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
Mendefinisikan konsep secara operasional adalah “menjelaskan
karakteristik ke dalam obyek ke dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi
yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalkan ke dalam
penelitian” (Erlina, 2011:48). Dengan definisi operasional, peneliti dapat
mengumpulkan, mengukur, atau menghitung informasi melalui logika empiris.
Dalam penelitian, pengukuran merupakan “pemberian tanda berupa angka
atau simbol untuk suatu fenomena empiris dengan satu atau beberapa kriteria
tertentu” (Erlina, 2011:47). Pengukuran variabel menggunakan skala mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda. Tipe skala pengukuran terdiri dari : skala
nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala rasio. (Erlina, 2011:49). Definisi
operasional dan pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Capital Adequacy Ratio / CAR (X1)
CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang
dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan
risiko, misalnya kredit yang diberikan (Dendawijaya, 2000). Rasio CAR dapat
2. Non Performing Loan / NPL (X2)
NPL merupakan rasio yang menunjukkan bahwa kemampuan manajemen
bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Rasio ini
dapat diukur dengan rumus:
3. BOPO (X3)
BOPO merupakan rasio beban operasional yaitu perbandingan beban
operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Modal
CAR = x 100%
Aktiva Tertimbang menurut Risiko
Kredit Bermasalah
NPL = x 100%
Total Kredit
Beban Operasional
BOPO = x 100%
4. Net Interset Margin / NIM (X4)
NIM yaitu rasio antara pendapatan bunga bersih dengan aktiva produktif
suatu bank. NIM dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
5. Loan to Deposit Ratio / LDR ( X5)
LDR merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingakat likuiditas
bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit
dengan menggunakan total aset yang dimiliki oleh bank. Rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
6. Return On Asset / ROA (Y)
ROA adalah perbandingan antara laba setelah pajak dengan total aktiva
bank. Perhitungan ROA adalah sebagai berikut:
Pendapatan Bunga Bersih
NIM = x 100%
Aktiva Produktif
Jumlah Kredit yang Diberikan
LDR = x 100%
Total Dana Pihak Ketiga
Laba setelah Pajak
ROA = x 100%
Tabel 3.1
Operasionalisasi dan Skala Pengukuran Variabel
6 Return on Asset
(ROA) ����������ℎ�����
���������
Rasio
3.5 Populasi dan Sampel
3.5.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek/objek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan untuk ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah
Bank Pembangunan Daerah di Indonesia yang berjumlah 26 bank.
3.5.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakterisitik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
Bank Pembangunan Daerah yang dipilih berdasarkan metode purpossive
sampling. Purpossive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria yang digunakan
adalah Bank Pembangunan Daerah yang menyajikan laporan keuangan publikasi
tahunan pada periode 2009 sampai dengan 2012. Sehingga diperoleh 24 bank
sebagai objek penelitian. Dengan demikian terdapat 96 sampel dalam penelitian
ini (hasil perkalian jumlah objek penelitian dengan jumlah tahun dalam
Tabel 3.2
Nama-nama Bank Pembangunan Daerah
No Daftar Bank
1 BPD BALI
2 BPD BANK JAWA BARAT DAN BANTEN (BJB) 3 BPD JAWA TENGAH (JATENG)
4 BPD DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (DIY)
5 BPD DKI JAKARTA
6 BPD JAMBI
7 BPD JAWA TENGAH (JATENG) 8 BPD JAWA TIMUR (JATIM)
9 BPD KALIMANTAN BARAT (KALBAR)
10 BPD KALIMANTAN SELATAN (KALSEL) 11 BPD KALIMANTAN TENGAH (KALTENG) 12 BPD KALIMANTAN TIMUR (KALTIM)
13 BPD LAMPUNG
14 BPD MALUKU
15 BPD NAGARI (SUMATERA BARAT) 16 BPD NUSA TENGGARA BARAT (NTB) 17 BPD NUSA TENGGARA TIMUR (NTT)
18 BPD PAPUA
19 BPD RIAU KEPRI
20 BPD SULAWESI SELATAN (SULSEL) 21 BPD SULAWESI TENGGARA (SULTRA) 22 BPD SULAWESI UTARA (SULUT)
23 BPD SUMATERA SELATAN DAN BANGKA BELITUNG
24 BPD SUMATERA UTARA (SUMUT)
Sumber : Website Bank Pembangunan Daerah
3.6 Jenis Data
Data adalah “ sekumpulan informasi yang diperlukan untuk pengambilan
keputusan” (Kuncoro, 2009:145). Menurut sumbernya, data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Mudrajat Kuncoro (2009:
pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data”. Data
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan Bank
Pembangunan Daerah selama empat tahun berturut (2009-2012).
Menurut jenisnya, data yang diambil dalam penelitian ini adalah berupa
data kuantitatif yang bersumber dari data sekunder. Data kuantitatif adalah “data
yang dapat diukur dalam suatu skala numerik (angka)” (Kuncoro, 2009:145). Data
kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan
bank,antara lain neraca, laporan laba rugi yang diperoleh langsung dari Direktori
Bank Indonesia selama empat tahun berturut (2009-2012) yang menjadi objek
penelitian.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis, adalah melalui
studi pustaka, skripsi, jurnal, penelitian terdahulu dan memperoleh data melalui
situs internet yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Peneliti juga
mengumpulkan data sekunder yaitu berupa laporan keuangan Bank Pembangunan
Daerah yang dipublikasikan di situs masing-masing bank pembangunan daerah
dan direktori Bank Indonesia dengan situs
3.8 Metode Analisis Data
Terdapat beberapa teknik statistik yang dapat digunakan untuk
menganalisis data. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mendapatkan informasi