ANALISIS KINERJA
ALGORITMA SUBOPTIMAL HANDOVER
PADA SISTEM
KOMUNIKASI
WIRELESS
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada
Departemen Teknik Elektro Sub Konsentrasi Teknik Telekomunikasi
Oleh:
RUDY CHANDRA
NIM : 090402034
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Handover adalah peristiwa pengalihan layanan BTS terhadap mobile.
Dalam sistem komunikasi seluler sangatlah penting untuk menentukan kapan
suatu handover dilakukan, handover yang terlalu banyak akan meningkatkan
biaya dari sistem danhandoveryang sedikit mungkin menurunkan kualitas sinyal.
Terdapat banyak algoritma untuk meningkatkan efektivitas dari sistem dan pada
tulisan ini dianalisis algoritmasuboptimal handover.
Algoritmasuboptimal handovermelakukan proses pengambilan keputusan
handoverdengan mengolah sinyal kuat terima (Relative Signal Strength)dari BTS
berdasarkan prediksi satu langkah (k+1) ke depan darimobile. Terdapat tiga jenis
variasi dari suboptimal handover yang dibandingkan kinerjanya yaitu Signal
Degradation Handover (SDH), Delay Handover (DH), dan Delay Handover
Signal Degradation (DHSD).
Dari hasil simulasi dengan memvariasikan nilai cost (0,0015 ; 0,0025;
0,0045; 0,0065’ 0,0080; 0,015; 0,025; 0,045; 0,065; 0,08; 0,15; 0,25; 0,45; 0,65;
0,80) dari ketiga varian suboptimal handoverdidapatkan bahwa algoritma DHSD
(nilai minimum; link degradation= 0,5511,delay=4 meter) memiliki nilai terbaik
dibandingkan algoritma DH (nilai minimum; link degradation= 0,5511, delay=4
meter pada nilai cost tinggi nilai algoritma DH lebih tinggi) dan algoritma SDH
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan ke hadiratTuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Tugas Akhir ini merupakan bagian dari kurikulum yang harus diselesaikan
untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata Satu di
Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Adapun judul Tugas Akhir ini adalah:
ANALISIS KINERJA ALGORITMASUBOPTIMAL HANDOVER PADA SISTEM KOMUNIKASI WIRELESS
Selama penulis menjalani pendidikan di kampus hingga diselesaikannya
Tugas Akhir ini, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan, dan dukungan
dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Maksum Pinem, ST,MT selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir,
atas nasehat, bimbingan, dan motivasi dalam menyelesaikan Tugas Akhir
ini.
2. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si dan Bapak Rahmad Fauzi ST,MT
selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Ir.Riswan Dinzi, MT sebagai Dosen Wali penulis, yang selalu
4. Seluruh staf pengajar Departemen Teknik Elektro yang telah memberikan
bekal ilmu kepada penulis dan seluruh pegawai Departemen Teknik
Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
5. Kepada Bapak dan Ibu tercinta yang selalu merawat, menjaga, dan
mendoakan dan memberikan segalanya kepada penulis sehingga penulisan
Tugas Akhir ini dapat diselesaikan
6. Abang-kakak tercinta: Gunawan Chandra, Elisa Chandra, Theresia, dan
Juliana dan seluruh Keluarga Besar yang menjadi inspirasi dan selalu
memberikan motivasi, perhatian dan doanya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
7. Sahabat-sahabat seperjuangan: Nicholas, Daniel Hermanto Marpaung,
Frans Christian Sitompul, Candra V.Tambunan, Chairunisa, Haditia, Meta
Sinaga dan seluruh stambuk 2009, serta Bg Leonardo Siregar, Bg Ary
Purwanto, dan Bg Sandy, semoga silaturrahmi kita terus terjaga.
8. Teman tercinta saya : JessicaChow. yang selalu mendukung dan
mendoakan saya hingga menyelesaikan Tugas Akhir ini.
9. Para teman-teman terbaik Blue Table: JM, Akau, Frans Zier, Dave
Cellyne, Phulip, William Weeney yang tetap memberikan support terbaik
kepada saya.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bertujuan untuk
menyempurnakan dan memperkaya kajian Tugas Akhir ini.
Akhir kata penullis berharap agar Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.
Medan, Oktober 2013
Penulis,
Rudy Chandra
DAFTAR ISI
ABSTRAK………i
KATA PENGANTAR……….ii
DAFTAR ISI………v
DAFTAR GAMBAR………..viii
DAFTAR TABEL………x
DAFTAR ISTILAH………xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………..1
1.2 Rumusan Masalah……….2
1.3 Tujuan Penulisan………...3
1.4 Manfaat Penulisan……….3
1.5 Batasan Masalah………4
1.6 Metodologi Penelitian…….………..4
1.7 Sistematika Penulisan………4
BAB II SISTEM KOMUNIKASI SELULER 2.1 Arsitektur Sistem..………6
2.2 Prinsip Seluler. ………9
2.2.1 RasioCarrier-to-Interferrence………..……….10
2.2.2 FormasiCluster……….……….11
2.3 Parameter Propagasi Sinyal………14
2.4 Handover……...………...17
2.4.2 KeputusanHandover………..……….19
2.4.3 Jenis-jenis AlgoritmaHard Handover……….20
BAB III METODE PENGUJIAN 3.1 Persiapan Penelitian………..………...24
3.2 Level Kuat Sinyal Terima (RSS) …………..……….…25
3.3 MetodeHandover……….………...…….…….….…...26
3.3.1 AlgoritmaSignal Degradation-Handover (SDH)…..…27
3.3.2 Algoritma Delay-Handover (DH)….………..…..…30
3.3.3 AlgoritmaDelay Handover Signal Degradation (DHSD)..……….………32
3.4 Parameter KinerjaHandover……….………...…….…34
BAB IV ANALISIS KINERJA ALGORITMA SUBOPTIMAL HANDOVERPADA SISTEM KOMUNIKASI WIRELESS 4.1 Rancangan Sistem……….……….…….36
4.2 Proses Simulasi………...…....38
4.3 Parameter Simulasi………..………39
4.4 Hasil Simulasi………..…...40
4.4.1 Kinerja Algoritma Suboptimal Signal Degradation Handover………....40
4.4.2 Kinerja AlgoritmaSuboptimal Delay Handover…..……….………...42
4.5 Perbandingan Kinerja AlgoritmaSuboptimal Handover……...47
4.6 Perbandingan BTS dalam melayanimobile………...53
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan……….56
5.2 Saran………...………57
DAFTAR PUSTAKA………...58
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Arsitektur Sistem GSM…….………..……….7
Gambar 2.2 Model dari jaringan seluler dengan penggunaanfrequency reuse…10 Gambar 2.3 Formasiclusterdanfrequency reuse.………..………...12
Gambar 2.4 Gambaran nyata dari sel.………....14
Gambar 2.5 Pergerakan MS dari BS1 ke BS2 melewati BS3.………...22
Gambar 3.1 Tahapan Simulasi…....………...24
Gambar 3.2Delayyang terjadi padamobilesejauhd………...35
Gambar 4.1 Model sistem………..36
Gambar 4.2 Kuat sinyal yang diterima MS ………...………37
Gambar 4.3 Flow chart simulasi ………..……….38
Gambar 4.4 Grafiklink degradationterhadap perubahan nilaicost pada algoritmaSuboptimal SDH………..………40
Gambar 4.5 Grafik jarakdelayterhadap perubahan nilaicost pada algoritmaSuboptimal SDH……….………..41
Gambar 4.6 Grafiklink degradationterhadap perubahan nilaicost pada algoritma Suboptimal DH ………..……..43
Gambar 4.7 Grafik jarakdelayterhadap perubahan nilaicost pada algoritmaSuboptimal DH………...43
Gambar 4.8 Grafiklink degradationterhadap perubahan nilaicost-1 pada algoritma Suboptimal DH………..………...45
Gambar 4.10 Perbandingan ketiga algoritmasuboptimalberdasarkan
nilailink degradation……….48
Gambar 4.11 Perbandingan ketiga algoritmasuboptimalberdasarkan
nilailink degradation………...…49
Gambar 4.12RatioBTS yang melayanimobilepada algoritmaSuboptimal
SDH……….………...…54
Gambar 4.13RatioBTS yang melayanimobilepada algoritmaSuboptimal
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Parameter simulasi sistem………..38
Tabel 4.2 Pengaruh perubahan nilaicostpada algoritmaSuboptimal Signal
Degradation Handover (SDH)………...………...41
Tabel 4.3 Pengaruh perubahan nilaicostpada algoritmaSuboptimal Delay
Handover (DH)………..………….…...44
Tabel 4.4 Pengaruh perubahan nilaicost-1pada algoritmaSuboptimal Delay
Handover Signal Degradation (DHSD)……….46
Tabel 4.5 Rasio perbandingan algoritmasuboptimal SDHdenganDHSD
berdasarkanlink degradation ………..………....50
Tabel 4.6 Rasio perbandingan algoritmasuboptimal SDHdenganDHSD
berdasarkandelay ……….………...….51
Tabel 4.7 Rasio perbandingan algoritmasuboptimal DHdenganDHSD
berdasarkanlink degradation………..……….……….52
Tabel 4.8 Rasio perbandingan algoritmasuboptimal DHdenganDHSD
DAFTAR ISTILAH
Base Station(BS)
Istilah umum yang digunakan untuk mendiskripsikan pengertian dari antar muka
(interface) pada sisi stationary (tetap, tak dapat bergerak atau pindah) sebuah
jaringan bergerak (mobile).
Cost
Parameter tradeoff non negatif dalam algoritma suboptimal handover yang
merupakan fungsi daya yang ditambahkan ke dalam sistem untuk memaksimalkan
kualitaslink.Contoh: Penambahan daya pada sistem akan meningkatkan performa
sehinggahandoverlebih jarang terjadi namun akan meningkatkan biaya.
Delay
Jarak tunda mobile karena tidak dilayani oleh BTS terdekat dari posisi mobile.
Delaydihitung dalam satuan meter.
Fading
Gangguan saluran transmisi, terutama pada sistem gelombang mikro ketika
sinyal-sinyal yang dikirim melalui berbagai jalur ke penerima dan mengalami
perubahan karena kondisi atmosfer.
GSM
Teknologi ini memanfaatkan gelombang mikro dan pengiriman sinyal yang dibagi
berdasarkan waktu, sehingga sinyal informasi yang dikirim akan sampai pada
tujuan. GSM dijadikan standar global untuk komunikasi selular sekaligus sebagai
Hard handover
Suatu metode dimana kanal pada sel sumber dilepaskan dan setelah itu baru
menyambung dengan sel tujuan. Sehingga koneksi dengan sel sumber terputus
sebelum menyambung dengan sel target – untuk alasan tersebut hard handover
juga dikenal dengan sebutan “break-before-make”.
Hysteresis
Selisih antara kuat sinyal dari base station yang sedang melayani dengan base
stationtetangga.
Interferensi
Kondisi dimana dua gelombang atau lebih berjalan melalui bagian yang sama dari
suatu ruangan pada waktu yang bersamaan, hal ini mengakibatkan terjadinya
superposisi dari gelombang-gelombang tersebut sehingga menghasilkan pola
intensitas baru.
Link
Hubungan radio antara pengirim dan penerima.
Link Budget
Sebuah perhitungan yang meliputi faktor-faktor perolehan (gain) dan kehilangan
(loss) yang berhubungan dengan antena-antena, pengirim-pengirim, jalur
transmisi dan seputar propagasi yang digunakan untuk menentukan jarak
maksimum dimana pengirim dan penerima bisa beroperasi dengan sukses.
Link Degradation
Peluang kuat sinyal dari BTS yang sedang melayani mobilejatuh di bawah nilai
LOS (Line of Sight)
Gambaran untuk lintasan atau hubungan radio tanpa halangan antara antena
pengiriman dan antena penerimaan pada sistem komunikasi.
Mobile Station(MS)
Istilah yang digunakan untuk mendiskripsikan terminal pelanggan dalam jaringan
nirkabel.
Multipath
Fenomena dimana sinyal dari pengirim (transmitter) tiba di penerima (receiver)
melalui dua atau lebih lintasan yang berbeda.
Neighbouring Set
Daftar daribase stationyang sinyal pilotnya diukur secara kontinu tetapi nilainya
tidak cukup kuat untuk dimasukkan ke dalamactive set.
Path Loss
Tingkat dimana sinyal yang ditransmisikan kehilangan daya rata-rata dari
kekuatan awalnya selama sinyal tersebut merambat.
Propagasi
Proses perambatan gelombang radio di udara, berawal saat sinyal radio
dipancarkan di titik pengirim dan berakhir saat sinyal radio tersebut ditangkap di
titik penerima.
Shadow Fading
Fenomena yang terjadi ketika sebuah mobile station berpindah ke belakang
Soft handover(SHO)
Suatu metode dimana kanal pada sel sumber tetap tersambung dengan user
sementara secara paralel juga menghubungi kanal pada sel target. Pada kasus ini,
sambungan ke target harus berhasil dahulu sebelum memutus sambungan dengan
sel sumber, karena itulah softhandoverjuga disebut “make-before-break”.
Threshold
Level kuat sinyal minimum yang dibutuhkan untuk memberikan kualitas
pelayanan komunikasi yang baik.
Wireless
Teknologi komunikasi data dengan koneksi yang tidak menggunakan kabel untuk
menghubungkan antar suatu perangkat dengan perangkat lainnya. Mengacu pada
ABSTRAK
Handover adalah peristiwa pengalihan layanan BTS terhadap mobile.
Dalam sistem komunikasi seluler sangatlah penting untuk menentukan kapan
suatu handover dilakukan, handover yang terlalu banyak akan meningkatkan
biaya dari sistem danhandoveryang sedikit mungkin menurunkan kualitas sinyal.
Terdapat banyak algoritma untuk meningkatkan efektivitas dari sistem dan pada
tulisan ini dianalisis algoritmasuboptimal handover.
Algoritmasuboptimal handovermelakukan proses pengambilan keputusan
handoverdengan mengolah sinyal kuat terima (Relative Signal Strength)dari BTS
berdasarkan prediksi satu langkah (k+1) ke depan darimobile. Terdapat tiga jenis
variasi dari suboptimal handover yang dibandingkan kinerjanya yaitu Signal
Degradation Handover (SDH), Delay Handover (DH), dan Delay Handover
Signal Degradation (DHSD).
Dari hasil simulasi dengan memvariasikan nilai cost (0,0015 ; 0,0025;
0,0045; 0,0065’ 0,0080; 0,015; 0,025; 0,045; 0,065; 0,08; 0,15; 0,25; 0,45; 0,65;
0,80) dari ketiga varian suboptimal handoverdidapatkan bahwa algoritma DHSD
(nilai minimum; link degradation= 0,5511,delay=4 meter) memiliki nilai terbaik
dibandingkan algoritma DH (nilai minimum; link degradation= 0,5511, delay=4
meter pada nilai cost tinggi nilai algoritma DH lebih tinggi) dan algoritma SDH
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Algoritma handover paling sederhana adalah algoritma berdasarkan
kekuatan sinyal dimana algoritma ini bekerja berdasarkan tes kekuatan sinyal
yang relatif terhadap mobile dan mobile akan memilih BTS dengan kekuatan
sinyal paling tinggi. Metode ini memperlihatkan banyaknya handover yang tidak
semestinya dilakukan karena BTS yang melayani masih mampu bekerja secara
optimal dan tentu saja ini menimbulkancostyang tinggi. Selain itu karena adanya
noise dan parameter gangguan lainnya maka sinyal yang diterima oleh mobile
akan berfluktuasi sehingga dapat menimbulkan efek ping-pong dimana mobile
akan mengalamihandoverterus menerus padaBTSyang berdekatan.
Tujuan utama dari algoritma handoveradalah untuk memberikan kualitas
sinyal yang baik. Sebuah algoritma handoverdikatakan optimal jika ia mencapai
tradeoff yang terbaik diantara kelas dari semua algoritma handover. Tradeoff
merupakan tolak ukur dalam melakukan perbandingan antara algoritma yang ada
misalnya seperti signal degradation, jumlah handover ataupun besarnya jarak
delaydari suatuhandover.
Pada Tugas Akhir ini, penulis memilih menganalisis algoritma suboptimal
handover dengan memvariasikan karakteristik dari algoritma tersebut seperti
Suboptimal Signal Degradation Handover, Suboptimal Delay Handover, dan
(SDH) namun diterapkan pada lintasan yang berbeda dan nilaicost yang berbeda
pula. Jumlah handover, sinyal degradasi dan delay adalah parameter yang
ditentukan sebagai ukuran untuk mengevaluasi kinerja algoritma yang ada. Nilai
dari ketiga parameter kinerja tersebut berhubungan langsung dengan kinerja
proseshandoverdan sangat perlu dioptimalkan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh nilaicost (c) dari masing-masing jenis algoritma
berpengaruh terhadap kinerja algoritma suboptimal SDH, DH dan
DHSD.
2. Bagaimana perbandingan kinerja algoritmasuboptimal SDH, DH,dan
DHSD.
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk menganalisis
kinerja dari ketiga jenis algoritmasuboptimal handover.
1.4 Manfaat Penulisan
Penulisan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat sebagai informasi atau
mungkin acuan dalam memodelkan algoritma Suboptimal Handoverpada sistem
komunikasi bergerak berdasarkan parameter propagasi dan kinerja yang
1.5 Batasan Masalah
Untuk memudahkan pembahasan dalam tulisan ini, maka dibuat
pembatasan masalah sebagai berikut :
1. Model pengamatan adalah tiga BTS yang terpisah pada jarak yang
sudah ditentukan dengan bentuk sel segi enam dan BTS berada di
pusat.
2. BTSberoperasi dengan daya yang sama.
3. MS bergerak dari satu sel ke sel lain dengan lintasan lurus pada
kecepatan yang konstan.
4. Algoritma yang digunakan adalah berbasis RSS (Received Signal
Strength) yaitu kuat sinyal pilot yang diterima.
5. Model darishadow fadingyang digunakan adalah model analitik.
1.6 Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan dalam menyusun Tugas Akhir ini
adalah sebagai berikut :
1. Studi Literatur
Mempelajari dan memahami buku-buku dan jurnal-jurnal yang telah ada
sebelumnya untuk dijadikan sebagai acuan dan referensi guna membantu
penyelesaian Tugas Akhir ini.
2. Simulasi dan Analisa Data
Metode ini dimulai dari membuat sistem pengambilan keputusanhandover
dengan menggunakan program MATLAB 7.13.0.564 (R2011b).
Langkah-langkah dalam melakukan simulasi dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Menentukan parameter-parameter dalam simulasi seperti jarak,
kuat sinyal, nilai redaman ataupath lossdan lainnya.
b. Melakukan simulasi kuat sinyal yang diterima mobile dari ketiga
BTS dalam lintasan yang telah ditentukan.
c. Melakukanaveragingagar kuat sinyal yang diterima lebih halus.
d. Melakukan proses penentuan handover dengan algoritma
Suboptimal SDH, DHdanDHSD.
e. Melakukan perbandingan ketiga algoritma tersebut dengan melihat
nilaisignal degradation,jumlahhandoverdan lamanyadelay.
f. Hasil yang diharapkan dari analisis ini adalah perbandingan kinerja
paling bagus dari ketiga jenis algoritmaSuboptimal Handover.
1.7 Sistematika Penulisan
Penulisan Tugas Akhir ini ditulis dan disusun dalam urutan sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan
dan manfaat penulisan, batasan masalah, metode penulisan,
BAB II SISTEM KOMUNIKASI SELULER
Bab ini memberikan gambaran singkat tentang arsitektur
sistem GSM, prinsip seluler seperti re-use channel dan
rasio carrier-to-interferrence, parameter propagasi sinyal
dan teorihandover.
BAB III METODE PENGUJIAN
Bab ini menjelaskan tentang tahapan dalam mengerjakan
simulasi, level kuat sinyal terima, kinerja darihandoverdan
rumus dasar suboptimal handover. Hal-hal inilah yang
kemudian menjadi dasar dalam menyusun simulasi dengan
menggunakan programMATLAB.
BAB IV ANALISIS KINERJA ALGORITMASUBOPTIMAL
HANDOVERPADA SISTEM KOMUNIKASIWIRELESS
Bab ini memaparkan tentang simulasi dengan hasil numerik
dengan menggunakan MATLAB 7.14 yang akan
menunjukkan analisis kinerja algoritma suboptimal
handover berdasarkan data parameter kinerja yang
dihasilkan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan beberapa kesimpulan dan saran yang
BAB II
SISTEM KOMUNIKASI SELULER
2.1 Arsitektur Sistem
Komponen fundamental dari suatu sistem GSM (Global System for Mobile
Communication) dapat dilihat pada Gambar 2.1. Seorang pengguna memakai
perangkat telekomunikasi yang kemudian disebut sebagai Mobile Station (MS),
dimana MS berkomunikasi melalui udara dengan sebuah base station yang
kemudian disebutBase Tranceiver Station (BTS)dalam GSM. Sebuah BTS terdiri
dari perangkat transmitter dan receiver seperti antena, amplifier dan komponen
lainnya yang berhubungan dengan sinyal dan pengolahan protokol. Sebagai
contohnya, kode proteksi kesalahan (error protection coding) dilakukan di BTS,
dan protokol level link untuk pensinyalan pada jalur radio diputuskan disini.
Untuk menjaga agar ukuran BTS tidak terlalu besar maka bagian kontrol
yang penting dilakukan oleh Base Station Controller (BSC). Sebuah BSC terdiri
dari fungsi kontrol untuk kanal radio, pengaturan kanal dan pengaturan handover.
Umumnya beberapa BTS dikontrol oleh sebuah BSC. Pada prakteknya, BTS dan
BSC dikoneksikan melalui hubungan kabel langsung (fixed lines) ataupun
hubungan radio point-to-point. BTS dan BSC bersama-sama membentuk Radio
Access Network (RAN).
Kumpulan trafik dari pengguna dirutekan melalui sebuah switch, yang
disebut juga Mobile Switching Center (MSC). Pada MSC dilakukan pencarian
jalur, pengolahan data dan segala fungsi switching dari sebuah node switching
pada sebuah jaringan telepon tetap seperti pada jaringan Integrated Services
Digital Network (ISDN). Perbedaan utama ISDN dan MSC adalah pada MSC
harus diperhitungkan alokasi dan administrasi dari kanal radio dan mobilitas dari
pengguna. Selain itu, sebuah MSC harus menyediakan fungsi tambahan untuk
registrasi lokasi pengguna dan handover dari sebuah koneksi apabila pengguna
bergerak dari sel yang satu ke sel lainnya.
Sebuah jaringan seluler dapat memiliki beberapa MSC dengan setiap MSC
bertanggung jawab sebagai sebuah bagian dari jaringan contohnya di perkotaan
atau daerah metropolitan yang mempunyai trafik padat. Panggilan yang berasal
dari jaringan telepon lokal akan ditangani oleh Gateway MSC (GMSC). Bagian
yang mengatur hubungan antara jaringan telepon lokal (PSTN) dengan jaringan
seluler (ISDN) adalah Interworking Function (IWF) dimana pada bagian ini
Sambungan antara MS dengan jaringan internasional dilakukan oleh International
Switching Center (ISC)dengan negara yang akan dihubungkan.[1]
Sebuah jaringan GSM juga memiliki beberapa jenis database. Home
Location Register (HLR) danVisitor Location Register (VLR) menyimpan lokasi
terkini dari sebuah MS. Ini diperlukan karena jaringan harus mengetahui dimana
posisi sel yang digunakan oleh pengguna untuk membangun panggilan ke BTS
yang tepat. Sebagai tambahan, registerini menyimpan profil dari pengguna, yang
kemudian digunakan untuk keperluan administrasi dan pencatatan biaya
penggunaan dari jaringan. Database lainnya berfungsi untuk tujuan keamanan
seperti Authentication Center (AUC) yang menyimpan data yang berhubungan
dengan keamanan seperti kunci yang digunakan untuk enkripsi dan autentikasi;
Equipment Identity Register (EIR)menyimpan data peralatan.
Pengelolaan dan manajemen dari jaringan dilakukan di suatu tempat di
pusat yang disebut sebagai Operation and Maintenance Center (OMC). Fungsi
dari OMC adalah sebagai administrasi dari pengguna, terminal, data pembayaran,
konfigurasi jaringan, operasi, pengawasan performa dan pemeliharaan jaringan.
Bagian OMC bekerja berdasarkan konsep dari Telecommunication Management
Network (TMN)yang distandarisasi oleh ITU-T seri M.30.
Sebuah jaringan GSM dapat dibagi menjadi tiga subjaringan yaitu: Radio
Access Network, Core Network dan Management Network ketiga subjaringan ini
biasa disebut subsistem dalam jaringan GSM. Ketiga subsistem ini disebut juga
Base Station Subsystem (BSS), Network Switching Subsystem (NSS) dan
2.2 Prinsip Seluler
Karena keterbatasan band frekuensi yang bisa digunakan, jaringan radio
hanya mempunyai sedikit kanal yang tersedia. Sebagai contohnya, sistem GSM
mempunyai alokasibandwidth sebesar 25 Mhz pada jangkauan 900 Mhz, dimana
kanal maksimum yang dapat dipergunakan hanya 125 kanal dengan bandwidth
tiap kanal 200 khz. Dengan delapan kali multipleks dapat disediakan 1000 kanal
yang kemudian dikurangi dengan kanal kontrol pada spektrum frekuensi dan
overheadyang terjadi pada saatsignalling.Untuk melayani ratusan bahkan ribuan
pengguna maka harus digunakanlah pembagian frekuensi atau biasa disebut
dengan frequency reuse. Penggunaan dari frequency reuse telah membuat
perkembangan yang signifikan pada nilai ekonomis dari frekuensi. Karakteristik
dari jaringan seluler dapat dijelaskan sebagai berikut[1] :
a. Area yang dilayani oleh sebuah BTS dibagi menjadi sel. Sel ini biasanya
dimodelkan dalam bentuk segi-enam (heksagonal) dengan BTS terdapat
tepat di tengah dari setiap sel.
b. Dua sel yang saling bersebelahan tidak boleh menggunakan frekuensi
yang sama karena dapat menyebabkanco-channel interference.
c. Hanya pada jarak D (jarakfrequency reuseyang diperbolehkan) frekuensi
yang sama boleh dipergunakan, seperti pada Gambar 2.2. Ketika
merancang sistem jaringan radio, jarak D harus diperhitungkan agak besar
Gambar 2.2Model dari jaringan seluler dengan penggunaanfrequency reuse[1]
d. Ketika pengguna yang sedang melakukan percakapan bergerak dari satu
sel ke sel lainnya, akan terjadi pergantian frekuensi secara otomatis atau
biasa disebut dengan handover dan akan tetap menjaga koneksi
percakapan.
2.2.1 RasioCarrier-to-Interference
Kualitas sinyal dari suatu koneksi dihitung dengan membandingkan daya
sinyal yang diterima dengan daya interferensi yang diterima karena co-channel
dan dirumuskan dengan rasio Carrier-to-Interference (CIR atau C/I) pada
persamaan 2.1 [1]:
Intensitas dari interferensi sangat bergantung pada jarak D dari frequency
reuse. Dari sudut pandang MS, interferensi co-channel diakibatkan karena BTS
yang berada pada jarak D dari BTS yang sedang melayaninya. Pada keadaan
terburuk untuk level CIR, sebuah MS sedang berada pada jarak R yang
merupakan ujung dari suatu area cakupan dari sebuah BTS dan diasumsikan enam
dari sel yang bersebelahan mentransmisikan daya yang sama, dapat dilihat pada
persamaan 2.2 :
(2.2)
Dengan daya yang dikirim adalah sama kita dapatkan kondisi terburuk dari
CIR dengan fungsi jari-jari sel yaitu R, maka pada persamaan 2.3 jarak reuse D
dan eksponen attenuasi adalah:
(2.3)
Nilai dari CIR sangat bergantung pada rasio R/D. Dengan syarat ini untuk
merancang suatu jaringan seluler, haruslah diperhitungkan jarak minimum untuk
frequency reuse agar interferensi akibat co-channel dapat tetap berada di batas
ambang.[1]
2.2.2 Formasicluster
Sebuahclusteradalah kumpulan dari sel dimana sel-sel dalam satucluster
tidak boleh menggunakan frekuensi yang sama dan sel yang berada di cluster
yang lain bisa menggunakan kembali frekuensi tersebut. Ukuran dari suatucluster
Gambar 2.3 menunjukkan contoh dari cluster dan penggunaan frequency reuse
dari setiapcluster.[1]
Gambar 2.3Formasiclusterdanfrequency reuse[1]
Karakteristik dari setiapcluster:
a. Sebuah cluster dapat berisi semua frekuensi yang terdapat dalam sistem
komunikasi radio.
b. Dalam sebuah cluster tidak boleh digunakan frekuensi yang sama dalam
setiap selnya.
c. Semakin besar ukuran sebuah cluster, maka jarak frequency reuse dan
nilai CIR juga akan semakin besar dan semakin banyak nilai k, maka
jumlah kanal yang tersedia akan semakin sedikit dan jumlah pengguna
yang dapat dilayani di setiap sel akan berkurang.
Rumus jarak frequency reuse D dapat diperoleh dari persamaan 2.4
dengan model segi-enam dan bergantung pada nilai k dan jari-jari dari sel :
Nilai CIR dapat diperoleh sebagai persamaan 2.5:
(2.5)
Dengan hasil tersebut, kita dapat menentukan ukuran cluster yang
optimum dengan memasukkan nilai (C/I) yang minimum dengan rumus pada
persamaan 2.6:
(2.6)
Berdasarkan pada data perhitungan yang ada, kualitas percakapan yang
bagus mempunyai nilai . Dengan mengasumsikan koefisien
propagasinya maka ukuran cluster minimumnya dapat diperoleh pada
persamaan 2.7 dan 2.8:
(2.7)
(2.8)
Model seluler yang dibahas sejauh ini sangat ideal untuk analisis dan
ilustrasi, akan tetapi pada kenyataanya sel bukanlah berupa lingkaran maupun
segi-enam melainkan merupakan bentuk tak beraturan karena kondisi dari
propagasi yang sangat acak. Pada Gambar 2.4 dapat dilihat gambaran nyata dari
suatu jaringan dan dapat dilihat pembagian dari kanal yang dialokasikan beserta
frequency reuse. Perbedaan ukuran dari tiap sel bergantung pada area dari sel itu
Gambar 2.4Gambaran nyata dari sel[1]
2.3 Parameter Propagasi Sinyal
Gelombang elektromagnetik dari sinyal radio merambat dengan kondisi
ideal di ruang bebas dengan pola radial simetris. Daya yang diterima
berbanding terbalik dengan pangkat dua dari jarak dari pemancar. Secara
spesifik, daya yang diterima dapat dijabarkan dalam model ruang bebas sebagai
fungsi dari daya yang dipancarkan, jarak dan panjang gelombang dari sinyal
radio sebagai persamaan 2.9 [1]:
(2.9)
dimana dan adalah gain pemancar dan penerima. Rumus 2.9 belum
memasukkan efek terrestrial dari perambatan radio seperti sinyal yang
terhamburkan dan terpantulkan karena halangan seperti bangunan, gunung,
pepohonan, dan permukaan air. Pada sisi penerima, sinyal yang diterima
sinyal yang dipantulkan dan kemudian dapat ditulis pada persamaan 2.10
merupakan fungsi linier dari dan gabungan dari gain kanal :
(2.10)
Gainkanal dapat dibagi menjadi 3 komponen seperti pada persamaan 2.11 :
(2.11)
dimana setiap komponen merupakan faktor utama dari parameter propagasi.
a. Gain berdasarkan jarak (path gain) : Komponen ini biasanya
dimodelkan sebagai fungsi deterministik dari jarak antara pemancar dan
penerima. memberikan nilai rata-rata yang diterima pada jarak
dari pengirim (jika diasumsikan . Model umum daripath gain
dapat dituliskan sebagai persamaan 2.12 :
(2.12)
Dimana adalah jarak referensi dan adalah eksponen attenuasi,
tergantung pada lingkungan propagasi. Nilai biasanya diantara 3 dan 5.
b. Gain karena efek shadowing ( shadowing gain )( ) : Shadowing
merupakan efek fluktuasi dari daya yang diterima di nilai rata-ratanya, ini
terjadi karena adanya halangan seperti bangunan maupun pepohonan.
Besar tidaknya pengaruh dari efek shadowing sangat bergantung pada
jumlah dan jenis dari halangan diantara pemancar dan penerima.
Perubahan nilai dari shadowing terjadi dalam satuan meter, seperti
contohnya ketika pengguna berbelok dari suatu persimpangan ketika
dengan model statistik, menjabarkangain shadowing( ) sebagai variabel
acak terdistribusi log-normal. Untuk itu, gain shadowing dalam satuan
desibel didistribusikan dengan distribusi Gaussian seperti pada persamaan
2.13 :
(2.13)
Standar deviasi menentukan seberapa besar pengaruh shadowing dan
bergantung pada lingkungan yang akan dimodelkan. Berdasarkan data
pengukuran, nilai yang umum untuk adalah diantara 5 sampai 10 dB.
c. Gainkarena efekmultipath fading( : Sumber lain yang menyebabkan
fluktuasi daya yang diterima di sekitar nilai rata-ratanya diakibatkan oleh
multipath fading. Pada lingkungan perkotaan, biasanya sinyal yang
diterima berasal dari sinyal yang diterima dari beberapa jalur propagasi.
Gabungan dari sinyal-sinyal yang diterima dari jalur propagasi yang
berbeda-beda tersebut mengakibatkan timbulnya medan gelombang
disekitar penerima. Panjang gelombang dari kuat sinyal yang diterima di
medan gelombang ini berubah tergantung pada tempat-tempat dimana
superposisi dari sinyal destruktif dan konstruktif terjadi. Hasil dari variasi
sinyal yang diterima dimodelkan oleh variabel acak yaitu pada
persamaan 2.14 :
(2.14)
Distribusi dari variabel acak bergantung pada lingkungan propagasi. Jika
tidak ada hubungan line of sight antar pemancar dan penerima, maka
2.4 Handover
Keleluasaan untuk melakukan dan menerima panggilan dimanapun dan
kapan pun telah menciptakan sebuah dimensi baru dalam sistem komunikasi
wireless dimana pengguna dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lain ketika
sedang melakukan panggilan.Handoveradalah bagian terpenting yang mendasari
mobilitas dari pengguna.[6]
Handover adalah proses memutuskan suatu koneksi yang lama dan
menggantikannya dengan koneksi yang baru dimana pengguna itu berada yang
kemudian disebut sebagai sel tujuan. Umumnya handover dilakukan ketika
kualitas sinyal yang diterima mobile daribase station berkurang di bawah batas
tertentu.
Dari informasi mengenai kualitas sinyal radio yang diperoleh, dapat
ditentukan kapan handover diperlukan ke sel lainnya. Pengetahuan mengenai
alokasi ketersediaan sinyal radio pada sel tujuan dan pelepasan kanal yang tepat
setelahhandoverselesai dilakukan sangatlah mendukung tingkat keberhasilan dari
suatuhandover.
Ketika jaringan tidak berhasi membangun koneksi dengan sel tujuan maka
handover tersebut dinyatakan gagal. Kegagalanhandover terjadi ketika tidak ada
ketersediaan kanal baru di sel tujuan atau terjadinya dropped call. Dropped call
terjadi ketika kualitas sinyal radio telah jatuh dibawah batas tertentu sebelum
2.4.1 JenisHandover
Ada beberapa jenis handover yaitu hard handover, soft handover dan
softer handover. Proseshandoverdimulai ketika MS mendeteksi sinyal pilot yang
secara signifikan lebih kuat dibandingkan dengan kanal trafik forward lain yang
ditujukan kepadanya. MS tersebut akan mengirimkan pesanpilot measurementke
base station kandidat dengan sinyal terkuat sekaligus menginstruksikan untuk
memulai proses handover. Cell tersebut akan mengirimkan pesan handover
directionke MS, mengarahkan untuk melakukanhandover.Setelah mengeksekusi
pesanhandovertersebut, MS akan mengirimkan pesanhandover completionpada
kanal trafik yang baru. Perbedaan dari masing-masing jenishandover[6]:
a. Hard Handover
Hard handoverterjadi pada dua frekuensi yang berbeda. Pada hard handoverini,
terjadi proses “break before make” yang berarti hubungan mobile station dengan
base station yang lama harus diputuskan terlebih dahulu sebelum membangun
hubungan kembali dengan base station yang baru. Hard handover dapat
dilakukan pada sistem komunikasi analog, sistem FDMA (Frequency Division
Multiple Access), sistem TDMA (Time Division Multiple Access), dan sistem
OFDMA (Orthogonal Frequency Division Multiple Access).
b. Soft Handover
Pada soft handover terjadi proses “make before break” yang berarti mobile
station harus membangun hubungan dengan base station yang baru terlebih
dahulu sebelum memutuskan hubungan dengan base station yang lama. Soft
karena handover pada sistem CDMA terjadi antara dua code channel yang
berbeda bukan dua frekuensi yang berbeda.
c. Softer Handover
Softer Handover hanya terjadi di antar sektor pada base station yang melayani
mobile station. Softer handover merupakan proses “make before break”
menggunakan perbedaan duacode channel.
2.4.2 KeputusanHandover
Dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi suatu mobile yang sedang
melakukan panggilan bergerak menjauhi base station yang sedang melayaninya.
Begitumobilebergerak menuju batas terluar dari area cakupan yang dilayanibase
station maka kualitas dan kuat sinyal yang diterima oleh mobile akan menurun.
Pada saat yang sama, ketika mobile berada di batas terluar dari cell, mobile
tersebut menerima sinyal yang lebih kuat dari base station di sekitarnya. Pada
tahap ini kontrol dari mobile akan dialihkan ke base station baru, peristiwa ini
disebut jugahandover.Terdapat beberapa jenis keputusanhandoverdalam sistem
seluler yaitu[3]:
1. Network Controlled Handover (NCHO)
NCHO digunakan pada generasi pertama sistem seluler seperti Advanced
Mobile Phone System (AMPS)dimana pusatswitching mobilebertanggung jawab
terhadap seluruh keputusan handover. Pada NCHO, jaringan melayani
pengukuran kuat sinyal yang diperlukan dan pelaksanaan handover sangat
2. Mobile Assisted Handover (MAHO)
Pada NCHO beban dari jaringan akan sangat berat karena jaringan
menangani seluruh keputusan handover sendiri. Untuk mengurani beban pada
jaringan, pada sistem MAHO mobile bertanggung jawab untuk melakuan
pengukuran kuat sinyal yang diterima dan mengirimkannya kepada base station.
Dengan berdasarkan pada pengukuran yang diterima, base station atau
MSC(Mobile Switching Center) akan memutuskan apakah handover akan
dilakukan atau tidak. Sistem MAHO digunakan pada sistem GSM (Global System
for Mobile Communication).Pelaksanaanhandoverakan berlangsung selama satu
detik.
3. Mobile Controlled Handover (MCHO)
Pada sistem MCHO, peran dari mobile diperbanyak dengan memberikan
fungsi kontrol pada mobile. Mobile dan base station bersama-sama melakukan
pengukuran dan base stationakan mengirimkan hasil pengukuran kepada mobile.
Kemudian mobile akan memutuskan kapan dilakukan handover berdasarkan
informasi yang diterima daribase station. Sistem MCHO digunakan pada DECT
(Digital European Cordless Telephone) dengan lama pelaksanaan handover
selama 100-500 milisekon.
2.4.3 Jenis-jenis AlgoritmaHard Handover
Hard handover terjadi ketika koneksi dengan BS yang lama terputus
sebelum koneksi dengan BS yang baru dibangun. Sinyal yang diterima dapat
dirata-ratakan untuk menghilangkan fluktuasi yang cepat dari multipath alami
dari base stationyang lama (BS1) kebase stationyang baru (BS2) dan melewati
base station yang berada di antara BS1 dan BS2. Kuat sinyal rata-rata dari BS1
menurun ketika MS menjauh dari BS1. Kuat sinyal rata-rata dari BS2 meningkat
ketika MS mendekati BS2. Sedangkan kuat sinyal rata-rata dari BS3 meningkat
pada pertengahan dari jalur yang dilalui oleh MS. Melalui Gambar 2.5 , beberapa
pendekatan akan dijelaskan sebagai berikut[10] :
a. Relative signal strength, selalu memilih sinyal terkuat yang diterima dari
BS. Keputusan berdasarkan pada rata-rata pengukuran sinyal terima. Pada
Gambar 2.5,handoverakan terjadi pada posisi A. Karena adanya fluktuasi
sinyal yang diterima maka metode ini terlihat menimbulkan terlalu banyak
handover yang tidak penting ketika sinyal dari BS sekarang masih
memadai. Handover yang tidak perlu ini disebut juga sebagai efek
ping-pongyang membuat beban dan biaya dari trafik bertambah.
b. Relative signal strength dengan threshold, membolehkan user untuk
handover hanya jika sinyal BS sekarang cukup lemah (kurang dari
threshold) dan sinyal dari BS lain lebih kuat dari sinyal BS sekarang. Jika
threshold lebih rendah dari nilai T2pada Gambar 2.5, MS akan menunda
handover sampai kuat sinyal sekarang melewati threshold pada posisi B.
Pada kasus T2, penundaan mungkin cukup lama karena MS bergerak jauh
ke dalam sel baru. Hal ini mengurangi kualitas link komunikasi dan dapat
mengakibatkan drop call. Selain itu, hal ini menyebabkan interferensi
tambahan kepada co-channel user. Sehingga skema ini dapat
c. Relative signal strength dengan hysteresis, membolehkan user untuk
handover hanya jika BS baru cukup lebih kuat daripada BS sekarang
sebesar nilaihysteresisyang sudah ditetapkan. Pada kasus ini, apabila MS
saat ini dikelola oleh BS1 maka handover akan terjadi pada titik C dan
apabila MS dikelola oleh BS3 maka handover akan terjadi pada titik E.
Teknik ini mencegah “efek ping-pong”, yaitu handover yang terjadi
berulang kali di antara base stationakibat fluktuasi yang cepat pada kuat
sinyal terima daribase stationyang ada.
d. Relative signal strength dengan hysteresis dan threshold,
meng-handoverkanuserke BS baru hanya jika kuat sinyal sekarang jatuh / turun
di bawahthresholddan BS target lebih kuat daripada BS sekarang dengan
hysteresis marginyang diberikan. Pada Gambar 2.5,handoverakan terjadi
pada titik D jikathresholdyang digunakan T2.
Gambar 2.5Pergerakan MS dari BS1 ke BS2 melewati BS3
Hysteresis Kuat Sinyal
Pilot (dB)
Jarak T1
T2
e. Teknik prediksi, keputusan handover berdasarkan pada perkiraan nilai
kuat sinyal terima untuk waktu berikutnya. Sebuah teknik yang telah
diusulkan dan disimulasikan untuk menunjukkan hasil yang lebih baik,
pada pengurangan jumlah handover yang tidak penting, daripada metode
relative signal strengthbaik dengan atau tanpahysteresisdanthreshold.
f. Penggunaan pendekatan nonstandard untuk mekanisme handover seperti
neural network, fuzzy logic, uji hypotesis, dynamic programming dan
lain-lain.
Pada Tugas Akhir ini, akan dibahas tiga pendekatan nonstandard yaitu
Suboptimal Signal Degradation Handover (SDH), Suboptimal Delay Handover
BAB III
METODE PENGUJIAN
3.1 Persiapan Penelitian
Sumber penelitian diperoleh dari studi literatur, yaitu: jurnal-jurnal
internasional dan ebook. Alat yang digunakan dalam melakukan simulasi yaitu:
laptop dan software Matlab R2011b. Penelitian mengenai algoritma handover
memerlukan level kuat sinyal yang diterima oleh BTS. Untuk memperoleh level
kuat sinyal yang sama seperti nilai aslinya digunakan rumus kuat sinyal terima
yang terdapat pada jurnal dan kemudian dirata-ratakan dengan metodewindowing
untuk menghasilkan sinyal yang lebih halus.
Pengukuran level kuat sinyal dilakukan dengan menentukan posisi mobile
dan posisi BTS, pada simulasi ini posisi mobile berada tepat di tengah dari sel
yang dikelola oleh BTS1 kemudian mobile akan bergerak dengan lintasan lurus
menuju BTS2 dan melewati BTS3 yang berada di tengah. Sesudah diperoleh kuat
sinyal yang menyerupai nilai asli dari ketiga BTS maka selanjutnya sinyal akan
diproses ke dalam algoritma Suboptimal Signal Degradation Handover, Delay
Handover dan Delay Handover Signal Degradation. Hasil proses dari setiap
algoritma kemudian akan dibandingkan berdasarkan parameter yang telah
ditetapkan yaitu : nilai sinyal degradasi,nilaidelaydan banyaknyahandoveryang
terjadi. Tahapan dalam melakukan simulasi dapat dilihat pada diagram blok
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.1.
3.2 Level Kuat Sinyal Terima (RSS)
Model yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah kuat sinyal pilot
yang diterima dari ketiga BTS kemudian diukur berdasarkan algoritma yang telah
ditetapkan. Kuat sinyal pilot yang diterima dari BTS-i berdasarkan fungsi waktu
dapat dituliskan sebagai persamaan 3.1 :[4]
(3.1)
Dimana (dBm) adalah daya pilot lokal rata-rata pada waktu k dan
(dBm) adalah shadow fading pada waktu k. Daya pilot lokal rata-rata
bervariasi log-linier dengan jarak dari BS-i, adalah daya yang
ditransmisikan oleh BSidan eksponenpath loss.
Shadow fadingdimodelkan dengan persamaan (3.2) sebagai berikut:\
(3.2)
dimana W(0,1) adalah variabel random normal yang dipendekkan (truncated),
adalah standar deviasi dan adalah koefisien korelasi dari , yaitu pada
persamaan 3.3.
(3.3)
dimana v adalah kecepatan MS, ts adalah waktu pencuplikan, dan adalah
korelasi jarakshadow fading[12][13].
Hasil pengukuran kuat sinyal kemudian dirata-ratakan untuk
merata-(3.4)
dimana; adalah kuat sinyal terima yang telah dirata-ratakan dan adalah
kuat sinyal sebelum proses perataan. M adalah jumlah sampel dan Wm adalah
besar window yang digunakan untuk mensampling. Nilai dari Wm = 1 untuk
semua n jika metode yang digunakan adalah metode segi empat (rectangular),
sedangkan untuk metode eksponensial nilai Wmsesuai dengan persamaan 3.5
(3.5)
dimana Q adalah adalah parameter bentuk tambahan.
3.3 MetodeHandover
Pada Tugas Akhir ini akan dianalisis algoritma suboptimal handover.
Dalam algoritmasuboptimal handoverterdapat tiga parameter penting yang harus
dikontrol untuk memperoleh hasil yang optimal, yaitu jumlah degradasi sinyal
yang terjadi , jumlah handover yang terjadi dan jumlah delay yang
terjadi . Ketiga parameter dapat dilihat dari persamaan 3.6 , 3.7 dan 3.8 [4][5]
. (3.6)
(3.7)
(3.8)
Degradasi sinyal adalah suatu kondisi dimana kuat sinyal yang diterima
dari BTS yang sedang melayani berada dibawah nilai threshold . Tujuan dari
(3.9)
(3.10)
(3.11)
Dimana dan adalah parameter parameter tradeoff non negatif
dalam algoritma suboptimal handover yang merupakan fungsi daya yang
ditambahkan ke dalam sistem untuk memaksimalkan kualitas link.dan adalah
delay costyang terupdate, seperti persamaan 3.12.
(3.12)
dengan parameter , sebagai cost variabel terhadap delay
berdasarkan seberapa jauh BTS yang melayani dari titik pertengahan. Dapat
dilihat bahwa optimisasi dari masalah ini dapat diatasi dengan menggunakan
metode pemrograman dinamik. Namun solusi optimal yang diperoleh tidak praktis
karena pada prakteknya pergerakan darimobiletidak dapat diketahui lebih lanjut.
Dengan membuat batasan pengambilan keputusan berdasarkan waktu dan
maka solusi suboptimal dapat diperoleh. Algoritma suboptimal handover
dibagi menjadi tiga yaitu Suboptimal Signal Degradation-Handover (DH),
Suboptimal Delay-Handover (DH), dan Suboptimal Delay-Handover-Signal
Degradation (DHSD).
3.3.1 AlgoritmaSignal Degradation-Handover (SDH)
Algoritma Signal Degradation-Handover (SDH) menganalisa tradeoff
yang terjadi antara kualitas panggilan dengan jumlah handover. Untuk itu pada
(3.13)
(3.14)
dimana dan menotasikan nilai ekspektasi dari stokastik variabel ,
dan probabilitas dari kejadian . Untuk itu algoritma ini bertujuan memilih
keputusan dari fungsi sehingga diperoleh tradeoff
terbaik dari ] dan . Masalah ini dapat diatasi dengan menggunakan
pemrograman dinamis. Untuk memperoleh solusi optimal, definisikan sesuai
persamaan 3.15 dan 3.16.
(3.15)
dan
(3.16)
Jika didefinisikan lebih jauh, maka akan diperoleh persamaan 3.17.
(3.17)
kemudian dapat dilihat bahwa cost optimum adalah sama dengan .
Sekarang dengan pemrograman dinamis dapat diperoleh fungsi keputusan
optimum yaitu pada persamaan 3.18.
(3.18)
dan untuk maka menjadi persamaan 3.19.
solusi pada persamaan 3.19 hanya bisa digunakan sebagai perbandingan, karena
pada prakteknya pergerakan darimobiletidak dapat diketahui lebih lanjut. Dengan
membatasi proses pengambilan keputusan dengan dan maka solusi
suboptimal dapat diperoleh pada persamaan 3.20.
(3.20)
dimana adalah informasi yang tersedia pada waktu . Karena kondisional
distribusi dari diberikan dan adalahGaussian, probabilitas
dari persamaan 3.20 secara keseluruhan ditentukan oleh means dan variances
seperti pada persamaan 3.21 dan 3.22.
(3.21)
(3.22)
Peraturan pengambilan keputusan suboptimal yang kemudian disebut sebagai
algoritma suboptimal Signal Degradation-Handover (SDH) dapat ditulis sebagai
persamaan 3.23.
(3.23)
dimana:
Berdasarkan Persamaan 3.23, maka metode suboptimal SDH untuk inisiasi
handoverpada 3 BTS, yaitu :
1. Mengasumsikan keadaan sebelumnya menangani M
a. Syarathandover: →
b. Syarathandover: →
2. Mengasumsikan keadaan sebelumnya menangani MS
a. Syarathandover: →
b. Syarathandover: →
3. Mengasumsikan keadaan sebelumnya menangani MS
a. Syarathandover: →
b. Syarathandover: →
Dimana:
: fungsi dari pada sampel ke- .
3.3.2 AlgoritmaSuboptimal Delay-Handover (DH)
Algoritma Suboptimal Delay-Handover (DH) menganalisa tradeoff yang
terjadi antara delay handover dengan jumlahhandover. Cost yang terjadi karena
banyaknya jumlah handover menggunakan nilai yang sama dengan algoritma
suboptimal SDH. Untuk cost yang terjadi karena banyaknya delay, digunakan
variabel cost yang bergantung pada seberapa jauh jarak yang ditempuh mobile
dari BTS yang dikehendaki yaitu sesuai dengan persamaan 3.12. Untuk
menemukan solusi dari permasalahan ini, harus ditemukan nilai cost minimum
dari . Dimanacadalah parametertradeoff nonnegative.[4][5]
Untuk mendapatkan solusinya maka digunakan pemrograman dinamis,
definisikan untuk sebagai
dan
dimana
kemudian tentukan seperti di persamaan 3.17. Fungsi pengambilan
keputusan optimum diperoleh sebagai persamaan 3.24.
(3.24)
(3.25)
Solusi 3.25 adalah solusi pemrograman dinamis yang tidak praktis untuk
diimplementasikan, tapi karena proses pengambilan keputusan dibatasi untuk nilai
k dan , yang merupakan solusi suboptimal, dan merupakan algoritma
Suboptimal Delay-Handover (DH)seperti pada persamaan 3.26.
(3.26)
Berdasarkan Persamaan 3.26, maka metode suboptimal DH untuk inisiasi
handoverpada 3 BTS, yaitu :
1. Mengasumsikan keadaan sebelumnya menangani MS
a. Syarathandover: →
b. Syarathandover: →
2. Mengasumsikan keadaan sebelumnya menangani MS
a. Syarathandover: →
b. Syarathandover: →
3. Mengasumsikan keadaan sebelumnya menangani MS
b. Syarathandover: →
Dimana:
: fungsi dari pada sampel ke- .
Handover : → menyatakanhandoverterjadi dari ke .
3.3.3 AlgoritmaDelay-Handover-Signal Degradation-Handover (DHSD) Algoritma suboptimal DH menyediakan nilai tradeoff delay handover
terbaik, akan tetapinoiseyang timbul dari sistem menurunkan kualitas dari sinyal
(signal degradation) sedangkan algoritma suboptimal SDH menyediakan nilai
tradeoff kualitas sinyal terbaik namun mengalami delay handover yang cukup
lama. Oleh karena itu diperlukan algoritma yang menyediakan nilai tradeoff
terbaik dari ketiga parameter . Solusi suboptimal DHSD dapat diperoleh
dari persamaan 3.27.[4][5]
(3.27)
Dapat dilihat persamaan DHSD ini berubah menjadi algoritma SDH jika
nilai adalah nol dan dapat berubah menjadi algoritmaDHapabila nilai adalah
nol. Hal ini harus diperhatikan apabila algoritma DHSDdigunakan pada keadaan
1. Mengasumsikan keadaan sebelumnya menangani MS
a. Syarathandover: →
b. Syarathandover: →
2. Mengasumsikan keadaan sebelumnya menangani MS
a. Syarathandover: →
b. Syarathandover: →
3. Mengasumsikan keadaan sebelumnya menangani MS
a. Syarathandover: →
b. Syarathandover: →
Dimana:
: fungsi dari pada sampel ke- .
3.4 Parameter KinerjaHandover
Parameter kinerja darihandoverdapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Link Degradation, yaitu peluang kuat sinyal dari BTS yang sedang
melayani mobile jatuh di bawah nilai threshold dan ini menyebabkan
turunnya kualitas link dari suatu panggilan. Nilai link degradation dapat
dihitung dengan persamaan 3.13
b. Delay,adalah jarak tunda mobile karena tidak dilayani oleh BTS terdekat
dari posisi mobile. Pada Gambar 3.2 dapat dilihat mobile telah melintas
sejauh d dari area terluar dari BTS1, dimana mobile telah berada di area
sel dari BTS2 dan seharusnya dilayani oleh BTS2.
Gambar 3.2Delayyang terjadi padamobilesejauhd
c. JumlahHandoveradalah banyaknyahandoveryang terjadi.
BTS1 BTS2
BAB IV
ANALISIS KINERJA ALGORITMASUBOPTIMAL HANDOVER PADA SISTEM KOMUNIKASI WIRELESS
4.1 Rancangan Sistem
Sistem yang akan dibuat dapat dilihat pada Gambar 4.1. Pada model ini
terdapat tiga BTS yang terpisah sejauh jarak D dan masing-masing akan
memancarkan kuat sinyal yang sama sebesar P. Ketiga BTS diasumsikan berada
tepat di tengah-tengah dari sel segienam heksagonal yang merupakan pancaran
sinyal yang dibangkitkan BTS. Pada prakteknya area cakupan dari BTS tidaklah
mutlak merupakan segienam, namun merupakan bentuk tidak beraturan yang
hampir menyerupai segienam. MS akan bergerak dengan kecepatan konstanvdari
titik tengah BTS1 menuju BTS2 melewati BTS3 dan setiap jarak 1 meter MS
akan mensampling kuat sinyal yang diterima dari ketiga BTS.
Gambar 4.1Model sistem
Dengan mengasumsikan jarak setiap BTS adalah 2000 meter, kuat sinyal
yang dibangkitkan disetiap titik sampel sepanjang seluruh lintasan yang
merupakan jalur MS bergerak, yaitu: , dimana
merupakan kuat sinyal yang dipancarkan oleh masing-masing BTS
sedangkan merupakan eksponen path lossyang terjadi di sepanjang
lintasan , merupakan jarak MS (meter) pada sampel ke- terhadap ;
adalah distribusi Gaussian yang merepresentasikan efek shadowing.
=30 meter menyatakan korelasi jarak shadowing; menyatakan
kecepatan MS; menyatakan waktu setiap titik sinyal disampel;
menyatakan standar deviasi shadow fading. Dari parameter tersebut
4.2 Proses Simulasi
Simulasi yang akan dijalankan terlihat pada Gambar 4.3. Flow chart
dibuat berdasarkan pada proses utama yang dilakukan oleh sistem.
Gambar 4.3Flow chart simulasi BangkitkanShadow Fading
danpath loss
Hitung dan Rata-ratakan kuat sinyal terima
Bandingkan dengan algoritma dan hitung
parameter kinerja INPUT:
NilaiCostpada algoritma SDH
NilaiCostdan parameter pada algoritma DH
NilaiCost1danCost2pada algoritma DHSD
START
END
OUTPUT: Jumlahhandover
Lajulink degradation
Simulasi sistem dilakukan dengan menggunakan bantuan software
MATLAB versi 7.13.0.564 (R2011b). Simulasi dimulai dengan membangkitkan
daya sinyal yang dipancarkan dikurang dengan path loss dan shadow fading.
Sesudah itu daya sinyal diperhalus dengan metode windowing untuk mengurangi
banyaknya riak dari sinyal. Karena bilangan yang dibangkitkan merupakan
bilangan acak maka simulasi dilakukan sebanyak 300 kali. Kemudian daya sinyal
yang diterima oleh MS akan dimasukkan ke dalam algoritma suboptimal
handover yang terdiri dari SDH, DH, dan DHSD. Setiap kali simulasi akan
dihitung parameter jumlah handover, laju link degradation dan lamanya delay
kemudian rata-ratanya akan diambil sebagai hasil akhir.
4.3 Parameter Simulasi
Parameter yang digunakan dalam sistem dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1Parameter simulasi sistem
D = 2000 m Jarak diantara dua BS yang bersebelahan µi= 105 dBm Daya transmisi BS
ηi=40 dBm Eksponen rugi rugi lintasan
σi=5 dB Standar deviasi shadow fading
v =5 m/s Kecepatan MS
=30 Korelasi jarak
ts=0.5s Waktu pencuplikan
4.4 Hasil Simulasi
4.4.1 Kinerja AlgoritmaSuboptimal Signal Degradation Handover (SDH) Pada simulasi algoritma Suboptimal SDH ini akan diamati tiga kinerja
yaitu banyaknya jumlah handover yang terjadi, besarnya link degradation dan
lamanya delay. Parameter yang divariasikan dari algoritma ini adalah nilai cost
sedangkan nilai dan tetap. Dapat dilihat pada Gambar 4.4 dan Gambar
4.5 grafik perubahan nilai cost berpengaruh terhadap link degradation dan
lamanyadelay.
Gambar 4.4Grafiklink degradationterhadap perubahan nilaicostpada
algoritma Suboptimal SDH
Pada Gambar 4.4 diperlihatkan semakin besar nilai cost maka link
degradationjuga semakin bertambah besar. Setelah nilai costmelewati 0,1 maka
nilailink degradationmeningkat yang berarti pada algoritma SDH nilaicostharus
Gambar 4.5Grafik jarakdelayterhadap perubahan nilaicostpada
algoritmaSuboptimal SDH
Pada Gambar 4.5 diperlihatkan semakin besar nilai cost makadelay juga
semakin bertambah besar. Setelah nilai cost melewati 0,1 maka nilai delay
meningkat yang berarti pada algoritma SDH nilai cost harus di bawah 0,1 agar
kinerjadelaytetap bagus.
Pada Tabel 4.2 diperlihatkan secara rinci setiap nilai dari perubahan cost
terhadap jumlahhandover, besarnyalink degradationdan jarakdelay.
Tabel 4.2Pengaruh perubahan nilaicostpada algoritmaSuboptimal Signal
Degradation Handover (SDH)
Cost Link Degradation Delay(meter) JumlahHandover
0,0015 0,5703 489 1
0,0025 0,5703 489 1
0,0080 0,5707 491 1
0,015 0,5709 492 1
0,025 0,5712 493 1
0,045 0,5724 499 1
0,065 0,5726 500 1
0,080 0,5729 501 1
0,15 0,5838 568 1
0,25 0,5838 568 1
0,45 0,5841 569 1
0,65 0,5841 569 1
0,80 0,5843 570 1
Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa semakin besar nilai cost maka link
degradation dan lamanya delay akan semakin besar pula sedangkan handover
hanya terjadi sekali saja karena selain itu sinyal masih dapat melayani MS dengan
baik.
4.4.2 Kinerja AlgoritmaSuboptimal Delay Handoff (DH)
Pada simulasi algoritma Suboptimal DH ini akan diamati tiga kinerja yaitu
banyaknya jumlah handoveryang terjadi, besarnyalink degradationdan lamanya
delay. Parameter yang divariasikan dari algoritma ini adalah nilaicost sedangkan
nilai dan tetap. Dapat dilihat pada Gambar 4.6 dan Gambar 4.7 grafik
Gambar 4.6Grafiklink degradationterhadap perubahan nilaicostpada
algoritma Suboptimal DH
Pada Gambar 4.6 diperlihatkan semakin besar nilai cost maka link
degradationjuga semakin bertambah besar.
Gambar 4.7Grafik jarakdelayterhadap perubahan nilaicostpada
algoritmaSuboptimal DH
Tabel 4.3Pengaruh perubahan nilaicostpada algoritmaSuboptimal Delay
Handover (DH)
Cost Link Degradation Delay(meter) JumlahHandover
0,0015 0,5511 4 1
0,0025 0,5511 5 1
0,0045 0,5511 8 1
0,0065 0,5511 10 1
0,0080 0,5511 13 1
0,015 0,5511 22 1
0,025 0,5511 36 1
0,045 0,5513 64 1
0,065 0,5514 91 1
0,080 0,5514 112 1
0,15 0,5518 207 1
0,25 0,5552 338 1
0,45 0,5866 577 1
0,65 0,6592 781 1
0,80 0,7250 914 1
Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa semakin besar nilai cost maka link
degradation dan lamanya delay akan semakin besar pula sedangkan handover
4.4.3 Kinerja Algoritma Suboptimal Delay Handoff Signal Degradation (DHSD)
Pada simulasi algoritma Suboptimal DHSD ini akan diamati tiga kinerja
yaitu banyaknya jumlah handover yang terjadi, besarnya link degradation dan
lamanya delay.Parameter yang divariasikan dari algoritma ini adalah nilai cost-1
sedangkan nilai dan tetap. Dapat dilihat pada Gambar 4.8 dan
Gambar 4.9 grafik perubahan nilai cost berpengaruh terhadap link degradation
dan lamanyadelay.
Gambar 4.8Grafiklink degradationterhadap perubahan nilaicost-1pada
algoritma Suboptimal DH
Pada Gambar 4.8 dapat dilihat pada nilai cost diatas 0,3 nilai link
degradation meningkat dengan drastis. Nilai link degradation diharapkan lebih
Gambar 4.9Grafik jarakdelayterhadap perubahan nilaicost-1pada algoritma
Suboptimal DHSD
Pada Gambar 4.9 nilai cost diatas 0,4 cenderung statis di nilai 600 meter
dan semakin kecil nilai cost maka delay juga menurun. Pada Tabel 4.4
diperlihatkan secara rinci setiap nilai dari perubahan cost terhadap jumlah
handover, besarnyalink degradationdan lamanyadelay.
Tabel 4.4 Pengaruh perubahan nilai cost-1 pada algoritma Suboptimal Delay
Handover Signal Degradation (DHSD)
Cost Link Degradation Delay(meter) JumlahHandover
0,0015 0,5511 4 1
0,0025 0,5511 5 1
0,0045 0,5511 8 1
0,0065 0,5511 10 1